Anda di halaman 1dari 5

PUTIH BIRU YANG KELAM

Sebuah kisah yang diawali luka dan duka, kisah yang tak seharusnya terjadi pada bangsa
kita. Dimana hak dan martabat seseorang tak lagi dihargai hanya karena individu yang
menganggap dirinya lebih maju. Ini kisahnya, kisah Mia yang tak mendapat hak dan martabatnya
yang membuat ia mati-matian menahan lara dari cemooh bullying temannya, yang juga membuat
ia kehilangan sebagian kecil kisah yang seharusnya ia lewati dengan momen bahagia bersama
temannya.
Alya : (menjegal) Dih gitu aja jatoh, dasar bocah cupu (Teman-teman Alya menertawakan Mia
yang jatuh, ketika Mia hendak pergi salah satu dari mereka menahannya)
Vio : Eits mau kemana? Kerjain tugas kita dulu dong baru boleh pergi (melempar buku)
Mia : Gak mau, itukan tugas kalian
Freya : Eh lo berani sama kita?
(Mia mengambil buku mereka lalu pergi)
Bel pulang sekolah berbunyi, Mia langsung bergegas pulang ke rumahnya. Di tengah
perjalanan ia bertemu dengan sekelompok geng perundung yang kerap merundungnya di
sekolah. Dengan rasa takut yang menyelimuti dirinya, Mia memberanikan diri untuk melewati
sekelompok perundung tersebut.
Reza : Kiw kiw cewek, sendirian aja nih. (Rio bersiul)
Vio : (Datang dan menarik tas Mia) Mau kemana nih? Buru-buru amat
Alya : Main dulu lah sama kita
Freya : Santai aja kali, kita kan temen (Vio tiba-tiba menuang isi tas Mia dan menemukan foto
Rio)
Freya : Aduh, harta karun nih (Mengambil foto tersebut dan memperlihatkan foto tersebut ke
teman temannya)
Alya : Widihhh, naksir Rio lo? (Mia berusaha mengambil foto tersebut)
Rio : Ogah banget dia naksir gue
Razan : Cakep gini masa lo nggak mau, lumayan lah bro
Reza : Lumayan buat mainan (Mereka tertawa mendengar ucapan Reza dan melihat Mia
memasukan buku)
Karena merasa sangat dipermalukan, Mia bergegas pulang menuju rumahnya sambil
menangis. Sesampainya di rumah. Ia mendapati kondisi rumahnya kosong. Kedua orang tuanya
tidak ada di rumah. Tak peduli dengan hal itu ia segera pergi ke kamarnya.
Mia : Kenapa? Kenapa takdirku kaya gini? Kenapa harus aku yang ngalamin semua ini? Kenapa
mereka jahat banget sama aku? Kenapa Tuhan kasi ujian ini ke aku? Dunia jahat banget ke aku,
apa aku gak berhak bahagia?
Keesokan harinya Bu Indah mendapatkan surat panggilan dari sekolah Mia.
Kepala sekolah : Selamat pagi bu, silahkan duduk.
Ibu Indah: Iya, selamat pagi juga pak.
Guru BK : Jadi begini bu tujuan saya memanggil ibu kemari karena saya mendapat laporan
bahwa putri anda akhir-akhir ini tidak pernah mengerjakan tugas.
Ibu Indah: Mohon maaf sebelumnya, anak saya ini setiap hari rajin mengerjakan tugas.
Wali kelas: Iya bu, tapi laporan yang kami dapat dari beberapa guru yang mengajar, putri anda
tidak mengerjakan tugas yang diberikan sama sekali.
Ibu Indah: Gimana ya bu tapi saya, melihat sendiri anak saya mengerjakan tugas setiap hari
dengan rajin saat dirumah dan bahkan sampai larut malam.
Kepala sekolah : Begini bu, tujuan saya memanggil ibu kemari agar ibu bisa memberi motivasi
putri anda agar lebih rajin lagi mengerjakan tugas yang diberikan, mungkin ibu dan Mia bisa
mencoba mendiskusikan masalah ini lebih lanjut di rumah nanti
Ibu Indah : Baik pak, terimakasih atas informasi yang telah diberikan
Setelah itu Ibu Indah dengan perasaan marah, bingung segera pulang ke rumah karena ia
berfikir bahwa selama ini ia telah dibohongi.
Ibu Indah : Hah! Anak itu bisa bisanya malu maluin nama baik keluarga!
(Mia pulang)
Mia : Assalamualaikum
Ibu Indah : Waalaikumussalam, duduk!
Mia: Kenapa mah, tumben?
Ibu Indah: Kamu lagi ada masalah akhir-akhir ini? Kenapa nilaimu jadi turun? Kamu tau, tadi
mama dapet panggilan dari sekolah kamu? Guru kamu bilang kamu nggak pernah ngerjain
tugas? Terus tiap malem itu kamu ngapain? Kalo kamu gini terus, sia sia dong mama sekolahin
kamu mahal.
Mia: Tumben mama nanya aku ada masalah apa nggak?
Ibu Indah: Loh?! Kamu kan anak mama, emang mama nggak boleh nanya gitu?
Mia : Biasanya juga ga pernah peduli, mama kan cuman peduli sama uang
Ibu Indah : Loh, itukan juga buat kamu
Mia : Stop! Aku nggak butuh uang mama, dan stop urusin urusanku ma! (Mia pergi
meninggalkan ibunya)
Keesokan harinya Mia menjalani hari di sekolahnya seperti biasa. Saat bel pulang
sekolah berbunyi Mia segera merapikan buku-buku yang ada di mejanya.
Alya : Heh cupu! Kok tugas kita banyak yang salah lo gimana sih ngerjainnya!?
Freya : Gak becus banget sih lo, berani lo sama kita?
Rio : Katanya suka gue, kok ngerjain tugas gue salah.
Freya : Tau tuh, Mia gak jelas.
Vio : Kasih pelajaran yuk guys!
Razan : Gas lah! Udah lama nih ngga main-main.
Reza : Anak gak berguna kayak gini cocoknya dilemparin sampah gak sih?.
Barengan : Nah, ide bagus tuh (Mereka melempari Mia dengan sampah)
Tanpa sepengetahuan Mia, teman sekelas Mia yang bernama Kalea menelpon Ibu Indah
untuk melaporkan apa yang akan Alya dan teman-temanya lakukan pada Mia. Karena mendapat
telepon dari Kalea, Bu Indah langsung bergegas pergi menjemput Mia di sekolah. Ketika Ibu
Indah mendengar kabar tak mengenakkan tentang putrinya, hatinya bagai tersayat pisau. Ia
merasa gagal menjadi seorang ibu, marah, kecewa, gelisah, takut tercampur aduk dalam hati Bu
Indah.
Kalea : Assalamualaikum Tante Indah, apakah tante bisa datang ke sekolah untuk menjemput
Mia?
Bu Indah : Waalaikumsalam Kalea, ada apa ya?
Kalea : Mia dirundung dan dipermalukan oleh beberapa anak di sekolah te.
Bu Indah : Hah! Astangfirullahaladzim, baik nak Kalea saya akan segera kesana.
Sesampainya di sekolah Bu Indah yang melihat anaknya dirundung tercengang, kaget
ternyata anaknya selama ini selalu dirundung. Karena tak kuasa menahan tangisnya Bu Indah
menangis dan memeluk Mia.
Ibu Indah : Miaaa! Sayang (Memeluk Mia)
Mia : Mama (Menangis sambil memeluk mamanya)
Ibu Indah : Hei kalian! Apa maksut kalian membully anak saya seperti ini? Anak saya punya
salah apa kepada kalian? Kalau kalian yang diperlakukan seperti ini kalian terima?
(Alya dan teman-temannya menunduk terdiam)
Ibu Indah : Kalau anak saya punya salah sama kalian, bisa kan dibicarain baik baik!? Tidak perlu
dibully seperti ini.
Rio : Kami minta maaf bu, kami cuma bercanda saja
Ibu Indah : Bercanda?! Kalian bilang cuma bercanda? (Para pembully pun terdiam)
Ibu Indah : Kalian tau ga akibat yang timbul dari perlakuan kalian ini?
Tiba-tiba wali kelas Mia datang menemui Bu Indah dan Mia.
Wali kelas : Ada apa ini kok rame-rame?
Ibu Indah : Jadi selama ini ibu tidak tahu kelakuan murid-murid ibu?
Wali kelas : Mohon maaf, maksud ibu apa ya?
Kalea : Jadi gini bu, selama ini mereka sudah membully Mia. Mereka sering kali menyuruh Mia
untuk mengerjakan tugas mereka, mereka merundung Mia secara verbal maupun nonverbal.
Wali kelas : Ternyata selama ini nilai kalian bagus karena Mia, ibu tidak menyangka. Sekarang
kalian semua ikut ibu ke ruangan kepala sekolah! Mari Bu Indah ikut saya.
Mereka pun pergi ke ruang kepala sekolah.
Sesampainya disana...
Kepala Sekolah : Ada apa ini?
Ibu Indah : Saya ingin menuntut keadilan untuk putri saya.
Kepala Sekolah : Maksudnya? Keadilan apa?
Wali kelas : Jadi begini pak, selama ini ananda Mia menjadi korban perundungan pak. Pelaku
perundungan tersebut adalah Alya, Vio, Freya, Reza, Rio dan Razan. Mereka melakukan bullying
secara verbal dan fisik, dan selama ini tugas sekolah mereka dikerjakan oleh Mia. Tak jarang
juga Mia disuruh untuk membelikan mereka makanan di kantin.
Bu Indah : Saya ingin bapak memberikan hukuman yang setimpal untuk mereka. Saya juga ingin
bapak memberikan surat keterangan pindah sekolah untuk anak saya.
Kepala sekolah : Tenang bu, kami akan memberikan sanksi yang setimpal pada mereka. Saya
akan memberi surat keterangan drop out untuk kalian berenam. Kalian sudah menjelekkan nama
baik sekolah kita
Razan : Pak tolong jangan DO kami, berikan kami kesempatan untuk memperbaiki sikap kami
pak
Rio : Betul pak, kami berjanji akan memperlakukan Mia sebagai teman baik
Bu Indah : Tidak! Tidak ada kesempatan kedua untuk perundung seperti kalian. Kalian sudah
benar benar keterlaluan! Kalian sudah merusak kebahagiaan Mia.
Pada akhirnya Alya dan teman-temannya mendapatkan sanksi atas apa yang telah mereka
perbuat terhadap Mia. Dan pada akhirnya Mia pindah ke sekolah barunya, dan mendapat teman
yang lebih baik.
Di sekolah baru Mia...
Lura : Hai, kamu mia kan? Kenalin aku Lura
Bila : Aku Bila, salam kenal ya
Aida : Salam kenal ya Mia, aku Aida. Eh... kok kamu sendirian aja sih
Mia : Hai.. aku udah biasa sendirian.
Lura : Jangan gitu dong, sekolah kan tempat kita menimba ilmu sekaligus nambah pertemanan
Bila : Bener tuh, lagian kita mau kok jadi temen kamu
(Mia tercengang)
Mia : Beneran kalian mau jadi temen aku?
Aida : Pasti dong!
Bila : Eh, gimana kalo kita makan bareng?
Aida : Boleh tuh!
Lura : Yuk1
Akhir kisah indah yang seharusnya ia jalani sejak awal masa putih birunya. Walaupun tak
dapat dipungkiri, hingga kini setitik trauma masih membekas dalam hati dan pikirannya. Hari-
hari indah yang seharusnya ia penuhi dengan tawa, justru ia lewati dengan luka. Mia berhasil,
berhasil melewati buruknya perundungan yang ia dapat dari temannya. Mia berhasil melewati
luka, dan menggantinya dengan tawa. Dampak bullying yang membuatnya melukai dirinya
sendiri, membantah sang ibu, kurangnya kepercayaan terhadap diri sendiri, cenderung lebih
diam, memilih untuk menyendiri, dan stress yang ia terima akibat bullying membuat perasaanya
dihantui rasa takut. Terkadang kita tak sadar apa yang kita ucapkan dapat melukai seseorang
tanpa sengaja. Oleh karena itu... STOP LAKUKAN BULLYING

Anda mungkin juga menyukai