Anda di halaman 1dari 2

ENSIKLOPEDIA

Senin pagi, awal hari yang cukup membosankan bagi sebagian orang. Kembali pada aktivitas
rutin yang sudah menunggu sepanjang pekan kedepan. Namun, hal itu mungkin tak berlaku bagi Mia.
Mia, remaja belasan tahun, siswi dari sebuah sekolah swasta ternama dan putri seorang pengusaha
terkemuka di kota itu. Bagi Mia, setiap hari adalah hari yang menyenangkan, terlebih hari-hari sekolah.
Pertanda Mia anak yang rajin?, sayangnya bukan, tetapi karena di sekolahlah Mia mendapatkan ekstra
perhatian dari orang-orang disekitarnya. Suasana yang jarang sekali ia dapati di tengah-tengah
keluarganya. Yah, Mia memang gadis yang supel, cantik dan populer. Dengan latar belakang keluarga
terpandang, mungkin tidak ada orang yang tak ingin dekat dengan Mia, kecuali satu murid teman
sekelasnya, Sanny.

Sanny, remaja introvert dan kutu buku, teman sekelas Mia, namun Mia kurang menyukainya.
Tentu bukan karena Sanny adalah pesaingnya dalam masalah popularitas, tapi karena Sanny lah satu-
satunya orang di sekolah itu yang tidak terlalu peduli dengan keberadaan Mia. Bagi Mia, Sanny adalah
anak yang aneh dan itu membuatnya kerap menjahili Sanny di setiap ada kesempatan. Seakan tak bisa
terima bahwa ternyata ada yang tak peduli dengan dirinya.

Siang itu, jam istirahat kedua, Mia melihat Sanny tengah berjalan menuju perpustakaan. “Eh,
bentar yaa... aku mau ke toilet,” pamit Mia kepada teman-temannya sembari berlalu membuntuti Sanny
masuk ke perpustakaan sekolah. Mia memutar otaknya, mencari ide untuk membuat Sanny terkena
masalah. Diamatinya Sanny yang tengah membolak-balik halaman sebuah ensiklopedia tebal. Miapun
tersenyum licik.

“Kak Sanny?” panggil seorang siswa. “Ya, dek?. Ada perlu apa?.” Ada perasaan heran terbersit
dalam hati Sanny. “eeh aanuu... itu kakak dipanggil seseorang diluar,” jawab siswa itu tergagap. Sanny
mengernyitkan dahi, “ siapa?,” tanyanya. Tapi anak itu berbalik dan meninggalkan Sanny yang
kebingungan. Butuh beberapa saat bagi Sanny untuk kemudian memutuskan mencari tau siapa yang
katanya memanggilnya itu. Sanny tak mendapati seorangpun ada diluar perpustakaan, dan dia baru
menyadari anak laki-laki tadi telah mengerjainya. Tapi untuk apa? Tanya Sanny dalam hati. Sanny pun
kembali ke mejanya untuk melanjutkan membaca ensiklopedia perang dunia.

Sanny membekap mulutnya yang terngaga. Betapa terkejutnya dia melihat esiklopedia yang
ditinggalkannya sesaat tadi kini telah basah oleh es coklat yang entah milik siapa. Sanny panik,
dicobanya mengeringkan tumpahan itu dengan tissu, tentu itu sia-sia saja. Sanny terduduk lunglai sambil
menatap nanar ensiklopedia mahal itu dan berpikir siapa yang melakukan ini. “Sanny...,apa yang
terjadi....?” ucap pak Hardi setengah berteriak. Matanya membulat, menatap tajam ensiklopedia di
depan Sanny. Sanny hanya menggeleng lemah, “Sanny gatau, Pak.”

Mia tersenyum dari kejauhan, sebelum kemudian dia kembali ke kelas selepas bel istirahat
berakhir. Tak didapatinya Sanny berada di kelas meski pelajaran sudah dimulai. Mia yakin, pasti saat ini
Sanny sedang dimarahi Pak Hardi, petugas perpustakaan yang terkenal tegas itu, karena membawa
minuman kedalam perpustakaan dan menumpahkannya ke ensiklopedia mahal yang dipinjamnya.
“Kenapa Mia? Kok senyum-senyum sendiri?,” tanya Agista yang duduk disamping Mia. “hahaha...
gapapaa,” jawab Mia enteng sambil melanjutkan mencatat materi di bukunya. “Mia...”, seorang guru
tiba-tiba masuk dan memanggil nama Mia membuatnya terkejut. “Ayo ikut ibu sebentar, ada perlu” kata
guru tersebut.

“Brakk....” kepala sekolah meletakkan, atau setengah melempar, sebuah ensiklopedia di


mejanya. “bisa kamu jelaskan ini Mia?” tanyanya kemudian. Tak perlu waktu lama bagi Mia untuk
mengerti keadaan yang tengah terjadi. Terlebih dilihatnya Sanny dan murid laki-laki tadi ada di ruangan
yang sama dengannya sekarang, Mia hanya diam, membisu, memikirkan kata-kata apa yang tepat untuk
menghindar dari masalah ini. “Kamu tak tau ya kalau di perpustakaan sekolah kita ada CCTV?,” tanya
kepala sekolah itu lagi. “apa???” Mia menggigit bibirnya, kali ini dia tak bisa lagi mengelak. “Mmm...
maaf, Pak. Tapi akan saya ganti kok ensiklopedia itu. Pasti saya ganti.” . “Bukan masalah ensiklopedia
yang rusak, Mia... tapi apa alasanmu melakukan itu?” nada suara Pak kepala Sekolah masih meninggi.
“Saya sebal pak sama Sanny, dia satu-satunya orang yang gak pernah perduli sama saya”, jawab Mia
tanpa ragu. Ditatapnya wajah Sanny yang melongo mendengar alasannya itu. “Oke, kamu harus
dihukum. Minta maaf ke Sanny dan buat makalah 50 halaman tentang perundungan. Ini list buku yang
harus kamu jadikan referensi, kamu bisa meminjamnya di perpustakaan kota. Ingat ya Mia, bapak akan
tau kalau kamu copy paste dari internet”, pungkas pak kepala sekolah membuat Mia hampir kehilangan
keseimbangannya.

Mia memasuki area perpustakaan kota, mencari buku yang akan dijadikannya referensi di daftar
katalog. Lalu, seseorang menepuk bahunya. “cari apa dek?” tanyanya ramah. “ ini kak” jawab Mia sambil
menyodorkan list buku yang dituliskan pak Kepala Sekolah. “Ooh, semua buku ini ada dimeja sana,”
jawab wanita itu sambil menunjuk sebuah meja dengan beberapa buku yang tersusun diatasnya.”wah,
makasih yaa, Kak”. Dibacanya satu persatu judul buku yang ada dimeja itu sambil dicocokkannya
dengan list yang ada di tangannya. Lengkap, kok bisa?. Mia tak mau lama-lama memikirkan kebetulan
yang aneh itu, segera saja dia mulai membaca buku tersebut dan mengetikkan hal-hal penting kedalam
laptopnya.

Semakin lama Mia berkutat dengan materi perundungan itu, semakin dia sadar bahwa
perbuatannya pada Sanny memang jahat. Terbetik sesal dalam diri Mia. Tanpa sadar dia melamun,
mengingat segala kejahilannya selama ini kepada Sanny. “perlu bantuan?” sebuah suara yang tak
familiar menyapa Mia dari sampingnya. “Sanny?” tanya Mia terkejut. Terkejut karena seingatnya ini kali
pertama Sanny menyapa dia meski mereka sudah 2 tahun ini sekelas. “ Ya, aku ambil kerja paruh waktu
disini. Kau tau, bagiku tak serasa seperti kerja juga sih, hehe...” Sanny tersenyum menjelaskan
keberadaannya disana. “Jangan-jangan... “ Mia melirik ke arah tumpukan buku di depannya. Dilihatnya
Sanny hanya tersenyum lalu menyerahkan Jilidan kertas dengan ketikan rapi diatasnya, ‘Perundungan
dan Dampak Psikologis Bagi Korban dan Pelakunya’. Mia kehabisan kata-kata, bergantian dipandanginya
makalah itu dan wajah Sanny yang masih berdiri di sampingnya. “Bukankan kamu ingin aku peduli
padamu?”, tanya Sanny sambil mengulurkan tangannya pada Mia.

Sebuah kisah kehidupan anak sekolah yang mengajarkan kita tentang pentingnya perhatian
keluarga kepada anaknya, sehingga mereka tidak menjadi “haus” perhatian dari orang lain. Juga
mengajarkan tentang buruknya perundungan untuk apapun alasannya, serta bagaimana kebaikan hati
dan ketulusan adalah cara terbaik untuk membalas sikap buruk orang lain kepada kita.

Anda mungkin juga menyukai