Anda di halaman 1dari 4

Temanku

Aku Nissa. Aku baru naik ke kelas 3 SMP. Aku ditempatkan pada kelas 9-A.Saat aku baru
saja memasuki kelas di pagi hari, aku langsung Satu perempuan yang sangat cantik sedang
dirundung oleh beberapa siswi di pojok kelas. Aku pun bergegas menuju ke kerumunan
tersebut dan menghentikannya.

“Sudah sudah! Kalian ngapain merundung orang lain seperti itu!!” dengan nada marah dan
kesal.

“Terserah kami! Kami memang suka merundung orang tak tau diri sepertinya!” sambil
menunjuk perempuan tersebut.

“Kalau kalian tidak berhenti akan ku aduin ke guru sekarang juga!” sambil berteriak kesal
karena perlakuan mereka

“ ayo teman – teman kita pergi, ingat ini Lia!, besok tidak akan kami lepas lagi” sambil pergi
keluar kelas dan menunjuknya.

Aku pun melihat ke arah Lia dan bertanya.

“Kamu baik – baik saja? Ada yang sakit?” dengan nada khawatir.

“...Aku baik – baik saja, terima kasih”

“Namaku Nissa, bolehkah aku duduk di sebelahmu?”

“...Boleh”

Aku pun duduk di kursi sebelahnya. Tidak lama setelah itu bel masuk sekolah pun berbunyi.
Pembelajaran segera dimulai. Sepulang sekolah aku masih masih khawatir dengan kondisi
Lia setelah dirundung pagi ini. Aku langsung mengajaknya mengobrol sebelum dia beranjak
dari tempat duduknya.
“Lia, kalo kamu dirundung lagi bilang ke aku ya.”
“…Umm iya nis.”

Ada perasaan yang mengganjal di hatiku saat dia menjawab pertanyaanku. Biarlah mungkin
hanya perasaanku saja. Setelah itu kami pun pulang ke rumah masing – masing dan
beristirahat.

Esok hari pun tiba. Aku langsung Bersiap – siap untuk pergi berangkat ke sekolah. Aku juga
tidak lupa untuk berpamitan dengan orang tuaku

“Mah, Aku beranagkat dulu ya” sambil mengecup punggung tangan orang tuaku

“Iya nak, hati – hati ya dijalan.”

Aku pun berangkat ke sekolah dengan senang sejauh ini. Sesampainya aku di sekolah, aku
pun segera masuk ke kelas. Aku melihat sudah ada Lia yang sedang duduk diam di sebelah
tempat duduk ku. Aku pun segera menuju ke arah Lia dan menyapanya

“Pagi Lia!” sapaku dengan riang

“pagi”

Lia diam sebentar dan berkata sesuatu

“Makasih ya nis,sudah menjadi menjadi teman pertama dan terakhirku.”

“Ngomong apa kamu Lia, masih banyak kok orang lain yang mau berteman dengan kamu”

Lia pun diam setelah mendengar jawabanku. Aku merasa aneh dengan perkataannya pagi
ini,tetapi aku tidak terlalu memikirkannya. Bel pun berbunyi dan mata Pelajaran pertama pun
dimulai. Aku merasa bosan dengan pelajaran pagi ini, sehingga aku merasa mengantuk dan
tertidur.
Bel istirahat membangunkanku dari alam mimpi. Setelah aku terbangun aku pun langsung
menuju ke kantin untuk membeli beberapa makanan. Di Tengah perjalananku menuju ke
kantin, aku melihat ada kerumunan yang sedang berteriak sambil melihat ke atas. Aku pun
langsung menuju ke kerumunan tersebut dan bertanya ke salah satu siswi.

“Ada apa ini? Kenapa ramai – ramai disini?”

“Ada yang mau lompat dari atap!”

“Siapa yang mau lompat!?” dengan nada panik

“Namanya Lia dari kelas 9-A”

Setelah mendengar hal tersebut, aku terdiam. Setelah itu aku bergegas menuju ke atap.
Setelah sampai, Aku bertemu dengan wali kelas yang ada di pintu menuju atap.

“Bu, bolehkah saya berbicara dengan Lia? Saya temannya.”

“Baiklah saya izinkan.”

Setelah itu, aku langsung pergi ke atap dan berbicara dengan Lia

“Lia! Jangan lakukan itu!” sambil berteriak

“Aku capek nis,aku sudah dirundung sejak kelas 1 SMP dan tidak ada seorang pun yang mau
membantuku.”

“Tenang Lia, sekarang ada aku. Aku akan menolongmu apapun yang terjadi. Ceritakanlah
semua keluh kesahmu kepadaku. Kemarilah Lia” sambil membuka kedua tanganku.

Tak lama setelah itu, Lia berlari ke arahku dan menerima pelukanku. Lia sambil menangis
berkata sesuatu
“Hiks…hiks…Makasih ya, nis”

“Iya Lia. Tenang ya” sambil mengelus kepalanya

Tak lama setelah itu, Lia pun dibawa oleh guru, aku pun sudah merasa lega karena Lia sudah
diamankan. Setelah itu aku pun kembali ke kelas dan menunggu Lia. Saat Lia Kembali ia
langsung memluk ku dan berkata

“Sekali lagi, makasih ya Nis”

“Iya, iya. Tapi jangan lakuin hal kayak gitu lagi”

“Siap! Kapten”

Kami pun tertawa riang dan kami menjadi sahabat yang tak terpisahkan

Anda mungkin juga menyukai