Anda di halaman 1dari 6

Oleh:

Ferdi (10)
Aji (12)
Rasyid (13)

ASAL-USUL
DANAU RANU
Pada zaman dahulu desa Kademangan Klindungan terkenal sebagai desa yang
tenteram, pemandangannya sangat elok dan dikelilingi oleh hutan belantara. Suatu hari
datanglah seorang wanita yang sangat cantik ke Kademangan Klindungan. Pakaian yang
dipakai laksana puteri keraton, wanita itu adalah Endang Sukarni.

Endang Sukarni merupakan salah seorang puteri kerajaan Mataram. Karena


terjadi kekacauan di Mataram, akhirnya dia meninggalkan kerajaan. Dia menempuh
perjalan yang sangat panjang dan melelahkan sampai kearah timur Pasuruan. Setelah
sekian lama perjalanan, dia memutuskan untuk beristirahat sejenak sambil melepas letih.
Pada saat itu melintas seorang warga dihadapan Endang Sukarni.

“ Di daerah manakah sekarang saya berada ? “ Tanya Endang Sukarni, sambil terheran –
heran.

Warga tersebut menjawab, “ Puteri sekarang berada di Kedemangan Klindungan.”

“ Maaf, kalau boleh saya tahu, siapa orang yang dituakan dan dihormati di daerah ini ?”
Tanya Endang Sukarni sekali lagi.

“ Di sekitar sini ada orang yang bernama Begawan Nyampo. Beliaulah orang yang paling
dihornati didaerah ini.” Jawab warga tersebut.

“ Terima kasih atas keterangannya. Kalau begitu , dimanakah rumahnya. saya ingin
bertemu dengan Begawan Nyampo “ kata Endang Sukarni sambil berpamitan.

“ Kalau ingin bertemu dengan  Begawan Nyampo, teruslah berjalan sampai ke pinggir
hutan. Disana ada sumur tua. Disitulah biasanya beliau bersemedi.”

Ketika Begawan Nyampo sedang melakukan semedi, tiba – tiba ada orang
memanggil namanya.

“ Maafkan Tuan, saya terpaksa mengganggu ketenangan semedi Tuan.” Kata Endang
Sukarni kepada Begawan Nyampo.
Begawan Nyampo menghentika semedinya, “ Ada apakah gerangan sehingga engkau
mengganggu ketenangan semediku ? “ Tanya Begawan Nyampo.

“ Saya berasal dari jauh. Dari sebuah kerajaan yang terpecah belah. Saat ini saya hidup
sebatang kara. Kalau Tuan berkenan, saya ingin mengabdi kepada Tuan,” pinta Endang
Sukarni sambil memohon.

Begawan Nyampo diam sejenak sambil berpikir, “  Siapa namamu ? ”

“  Nama saya Endang Sukarni “

“ Baiklah kalau itu maumu. Untuk sementara saya minta engkau membantu memasak di
dapur.”

Hari demi hari dilewati dengan perasaan yang senang oleh Endang Sukarni. Suatu
ketika tanpa sengaja, Begawan Nyampo melihat kemulusan kulit betis Endang Sukarni.
Kainnya tersingkap tiupan angina yang sangat kencang. Tanpa sadar keluarlah air suci
dari tubuh Begawan Nyampo. Air suci yang biasa  terpancar dari seorang lelaki dewasa
yang sedang tenggelam dalam asmara. Pada saat itulah air suci itu jatuh ketanah. Atas
kuasa Tuhan, air suci itu berubah menjadi sebuah pisau kecil.

Dengan perasaan yang bersalah, Begawan Nyampo memberikan pisau itu kepada
Endang Sukarni.

“ Hai Endang Sukarni, Kemarilah “.

“ Ada apakah Tuan memanggil saya ? “ Tanya Endang Sukarni.

“ Saya mempunyai sebuah pisau kecil. Pakailah untuk berbagai keperluanmu di dapur
dan berhati – hatilah dengan pisau ini. Selain tajam ada satu pantangan yang harus kamu
perhatikan dan harus kamu ingat , jangan sekali – kali pisau ini kau letakkan di atas
pangkuanmu.“ ujar Begawan Nyampo sambil memberikan pisau itu pada Endang
Sukarni.

Setiap kali memasak didapur, Endang Sukarni selalu memakai pisau itu untuk
berbagai keperluannya. Pesan Begawan Nyampo selalu diingatnya setiap selesai
memakai, pisau itu ditaruh ditempat yang aman. Tetapi manusia selalu dilekati sifat lupa.
Suatu ketika, setelah memasak di dapur, sifat kehati – hatian Endang Sukarni mulai
nengendur. Tanpa sadar pisau itu diletakkan dipangkuannya. Endang Sukarni sangat
terkejut. Dicarinya pisau tersebut disekitar tempat duduknya tetapi tidak ditemukan.

Ending Sukarni merasa takut menyampaikan apa yang telah terjadi kepada
Begawan Nyampo. Hilangnya pisau itu terus dipendam sampai beberapa bulan . tanpa ia
sadari, ia merasakan ada sesuatu yang aneh pada tubuhnya. Semakin lama parutnya 
terasa semakin  membesar. Hatinya bertanya–Tanya.
Apa yang sedang menimpa dirinya : “ Munkinkah saya hamil ? tapi bagaimana mungkin
sedangkan saya belum pernah bersentuhan dengan seorang lelaki.”

Tak kuasa memendam rahasia akhirnya Endang Sukarni menceritakan kejadian yang
telah menimpa dirinya kepada Begawan Nyamp. Meskipun terkejut tetapi Begawan
Nyampo mencoba menenangkan Endang Sukarni.

“Tapi ini sudah terjadi, dan kamu benar – benar hamil,“ ucap Begawan Nyampo.

Kini Endang Sukarni tinggal menunggu saat yang mendebarkan, yaitu melahirkan
seorang bayi. Setelah sembilan bulan , akhirnya Endang Sukarni melahirkan. Dengan
wajah kaget dan tidak percaya Endang Sukarni melihat bayinya, ternyata bayi yang baru
dilahirkannya bukan seorang bayi mungil nan lucu yang diharapkan. Akan tetapi seorang
bayi dengan kulit yang bersisik seperti ular dan dibagian belakang tubuhnya tumbuh
semacam ekor.

Akhirnya dengan menahan rasa malu dia membesarkan bayi tersebut layaknya
manusia biasa yang sempurna. Bayi tersebut diberi nama Jaka Baru. Agar mudah
mengetahui keberadaannya. Maka bagian ekornya diberi lonceng kecil ( klintingan ).
Sehingga lama – kelamaan dia dikenal dengan nama Baru Klinting. Karena malu
memiliki anak yang aneh dengan barbagai cara Endang Sukarni mencoba menyingkirkan
Baru Klinting.

Pada suatu hari Baru Klinting disuruh ibunya untuk mencari air dengan
menggunakan keranjang bamboo yang berlubang. “Baru Klinting tolong tunjukkan
kepada ku apakah engkau mewarisi kesaktian ayahmu. Jika kamu berhasil, sebaiknya kau
tinggalkan rumah ini. “ pinta Endang Sukarni.

Dengan gembira Baru Klinting  berangkat dengan membawa keranjang bambu


untuk mencari air. Betapa kagetnya orang tua Baru Klinting melihat dia berhasil
membawa sekeranjang air. Rupanya dengan kecerdikannya bambu tersebut dilapisi
dedaunan yang dilekatkan dengan menggunakan air liurnya.

Karena cara tersebut tidak berhasil menyingkirkan Baru Klinting, maka dicari cara lain
untuk menyingkirkannya. Dan sebuah cara baru  muncul dari pikiran Begawan Nyampo
dan Endang Sukarni. Baru Klinting disuruh tempur dengan Buaya Putih di sungai
Bedadung Jember, dengan alasan buaya tersebut mengganggu ketentraman warga sekitar.

Sebenarnya Buaya Putih tersebut masih saudara sepupu Baru Klinting. Karena
Buaya Putih adalah putera dari Raden Dodo Putih yang tidak lain adik dari Begawan
Nyampo. Raden Dodo Putih bertempat tinggal dilereng Gunung Semeru. Suatu malam
Raden Dodo Putih bermimpi melakukan hubungan layaknya suami istri dengan seorang
bidadari. Mimpi itu begitu nyata.

Setelah beberapa hari dari kejadian mimpi tarsebut, tiba – tiba batu yang dibuat 
bersemedi langsung pecah dan mengeluarkan seekor Buaya Putih yang masih kecil.
Setelah dipelihara oleh Raden Dodo Putih, buaya tersebut menjadi besar dan memiliki
kesaktian yang luar biasa. Karena dirundung malu, Rasen Dodo Putih bersepakat dengan
Begawan Nyampo untuk mengadu putranya dengan Baru Klinting. Harapan mereka,
dalam pertenpuran itu Buaya Putih dan Baru Klinting sama – sama mati.

Baru Klinting seketika itu berangkat menemui Buaya Putih dengan tergesa – gesa
dan rasa penasaran. Akibatnya saat dia melintasi sebuah gunung, maka runtuhlah puncak
gunung tersebut ( tugel ) akibat dari sebetan ekornya. Gunung itu kini bernama Gunung
Tugel  yang berada didaerah  Tongas Probolinggo.

Saat bertempur dengan Buaya Putih, ternyata Baru Klinting menang dengan
mudah. Tubuh Buaya Putih itu dipotong – potong dan dilemparkan kesegala arah.
Sebagian dilempar sampai ke Gersik, sebagian dilempar dan jatuh menjadi Gunung
Bentar di Probolinggo, dan sebagian dilempar ke Puger Jember. Semua tubuh buaya putih
itu kini menjadi Gunung Kapur.

Dengan gembira Baru Klinting pulang kerumahnya. Akan tetapi kedua orang
tuanya masih gundah melihat Baru Klinting masih hidup. Akhirnya Begawan Nyampo
mempunyai satu cara yang menurutnya berhasil, yaitu memerintahkan Baru Klinting
untuk bertapa dihutan.

“ Baru Klinting berangkatlah kehutan untuk melakukan tapa disebuah bukit. Apabila
engkau dapat memutari bukit itu dengan tubuhmu, maka engkau akan berubah menjadi
manusia yang sempurna,” ucap Begawan Nyampo.

Akhirnya Baru Klinting melakukan tapa disebuah bukit kecil. Pada saat itu pula di
Kademangan Klindungan sedang mengalami paceklik. Warga bingung menghadapi
musim kemarau yang berkepanjangan, sedangkan mereka harus mencari makan. Dan
mereka memutuskan untuk berburu hewan dihutan untuk dijadikan makanan.

Warga mulai melakukan pemburuan. Diantara warga itu ada seorang kakek tua
yang buta yang bernama Kek Kerti. Dia pergi kehutan untuk berburu dan mencari kayu
bakar. Para warga merasa kasihan melihat Kek Kerti pergi kehutan sendirian, akhirnya
ada ide untuk membujuk supaya Kek Kerti pulang. Namun watak yang dimiliki Kek
Kerti sangat keras, dia tidak mau pulang.

Kek Kerti sudah mengelilingi hutan kemudian dia memutuskan istirahat dibawah
pohon. Saat melepas lelah, tiba – tiba dia merasa akar yang didudukinya bergerak –
garak. Dia merasa takut dan heran.

“ Apa ini sebenarnya ? “ ucap Kek Kerti sambil terkaget –kaget

“ Jangan kaget dan jangan takut Kek Kerti. Wujudku memang seekor ular, akan tetapi
bukan ular sembarangan. Aku tidak akan menyakiti manusia seperti mu. Aku sedang
melakukan semedi agar menjadi manusia yang sempurna kelak.“

“ Apa ? bagaimana ceritanya ? “ Tanya Kek Kerti sambil kaget.


“ Panjang ceritanya, Kek, aku tidak mungkin menceritakannya. Namaku Baru Klinting,
anak dari Begawan yang sangat sakti. Sudah bertahun – tahun aku melakukan semedi
ini .”

Baru Klinting mengetahui nahwa Kek Kerti tidak bisa melihat, dengan kemampuannya,
dia akan menyembuhkannya. Tetapi Baru Klinting mempunyai syarat.

“ Apabila Kek Kerti sudah dapat melihat jangan sekali – sekali mengatakan
keberadaanku disini. Kalau Kek Kerti mengingkarinya, maka Kek Kerti akan buta lagi. “

“ Baiklah, asal mataku bisa melihat, saya memenuhi syarat itu .” kata Kek Kerti.

“ Irislah punggungku, Kek. Darah yang nantinya keluar dari tubuhku usapkan kedua mata
Kek Kerti,” ujar Baru Klinting.

Dan sungguh ajaib, setelah Kek Kerti mengusapkan darah itu kematanya, dia langsung
dapat melihat. Kek Kerti mengucapkan terima kasih dan pulang dengan senang.

Warga terheran – heran melihat Kek Kerti yang buta kini bisa melihat lagi. Warga
mulai menanyai Kek Kerti, akan tetapi dia tidak mau mengatakan apa yang terjadi.
Dengan segala rayuannya warga mendesak Kek Kerti untuk mengatakan, dan akhirnya
keluarlah perkataan yang seharusnya tidak boleh diucapkan oleh Kek Kerti. Akhirnya
mata Kek Kerti menjadi buta kembali.

Setelah mendengar cerita dari kek kerti,muncul ide dari salah satu warga untuk
membantai Baru Klinting. Dagingnya akan digunakan untuk pesta selamatan desa. Untuk
itu warga beramai – ramai ke hutan. Setibanya bersemedi. Tanpa pikir panjang warga
langsung menyenbelihnya. Karena tubuh Baru Klinting yang sangat besar akibatnya
darah mengalir ke segalah arah.

Tempat penyembelihan Baru Klinting (mbeleh), kini menjadi  Desa Mbelerah.


Setelah itu, badan Baru Klinting  dikelupas sisiknya (kresek). Tempat itu kini menjadi 
Desa kresek. Setelah di bersihkan tubuh Baru Klinting dipotong – potong menjadi empat
puluh (patang puluh) bagian, dan kini menjadi Desa patang puluh. Sedangkan daging dari
tubuh Baru Klinting dibakar (tunu), kini menjadi  kini menjadi Desa tunon  atau biasa
dikenal Grati tunon.

Selamatan desa dimulai, berbagai hidangan ditumpuk jadi satu termasuk daging
dari tubuh Baru Klinting. Tak lama berselang tiba – tiba datang seorang wanita yang
tidak lain adalah Emdang Sukarni. Dia meminta – minta sambil menangis. Warga tidak
suka dengan kehadiran Endang Sukarni karena itu mereka mengusirnya.

Sambil memohon – mohon Endang Sukarni mulai putus asa. Tiba - tiba  seorang
nenek mendengar tangisannya.

“ Apakah yang terjadi pada dirimu. Nak ?” Tanya sang nenek.


“ saya ingin sekali meminta daging yang dipanggang itu karena perutku lapar sekali,”
Ucap Endang Sukarni .

“ jadi itu permintaanmu ? Ambillah sebagian daging punyaku ini supaya perutmu tidak
lapar lagi.”

Sambil makan daging Endang Sukarni mengucapkan terima kasih kepada nenek tersebut.

“Siapakah nama kamu, Nak ?” Tanya nenek sambil tersenyum.

“ Namaku Endang Sukarni . Saya ke sini untuk meminta daging ular agar dapat
mengembalikan anakku Baru Klinting yang dagingnya dibuat pesta oleh warga.”

“ Apa ?” Kata nenek itu kaget .

“ Benar Nek, itulah kenyataannya,” jawab Endang Sukarni.

Hati Endang Sukarni mulai tidak tenang. Ia ingin membalas apa yang telah di
perbuat oleh warga terhadap Baru Klinting. Kemudian Endang  Sukarni berdiri dan
menancapkan sebatang  lidi ( sodo lana), lalu berteriak – teriak meminta perhatian warga
yang berpesta.

“ Barang siapa baik laki – laki maupu perempuan yang merasa sakti, buktikan
kemampuan kalian di hadapan ku dengan mencabut sebatang lidi yang tertancap ini,”
teriak Endang Sukarni sambil menancapkan sebatang lidi.

“ Apa ?” seluruh warga merasa terkejut dan bertanya – Tanya.

“ heeeeeee, jangan kan mencabut sebatang lidi, nyawamu pun bisa ku cabut,” ucap salah
satu yang besar mulut .

“ Sekarang  buktikan, jika kalian bisa mencabutnya,” ujar Endang Sukarni marah.

Setelah berbagai macam cara di lakukan ternyata tidak ada seorang pun yang bisa
mencabut batang lidi itu dengan mudah, mereka terheran–heran melihatnya.

“ Kini kalian merasakan akibat dari perbuatan kalian terhadap keluargaku,” kata Endang
Sukarni.

Lubang bekas tancapan sebatang lidi, mulai mengeluarkan air yang sangat deras.
Lama kelamaan menjadi sumber air yang sangat besar. Warga kebingungan ,berlarian
kesana kemari. Satu per satu warga di telan air Bah dan akhirya seluruh warga tenggelam.

Sumber air, bekas tancapan sebatang lidi tadi tidak pernah surut sampai sekarang.
Kini sumber air itu menjadi sebuah danau yang di batasi oleh sebuah bukit di sebelah
selatannya. Dan danau itu sekarang lebih di kenal oleh masyarakat dengan nama RANU
GRATI. Nama itu di ambil dari desa yang berada tepat di pinggir danau itu yaitu DESA
RANU KLINDUNGAN .

Sumber: https://www.pasuruankab.go.id/cerita-37-asal-mula-ranu-grati.html

Anda mungkin juga menyukai