com/tag/amalan-ringan-berpahala-besar
Bahasan ini dikembangkan dari kitab “Al-Ajru Al-Kabir ‘ala Al-‘Amal Al-Yasir” karya
Muhammad Khair Ramadhan Yusuf, Cetakan pertama, Tahun 1415 H, Penerbit Dar Ibnu
Hazm.
َّصلِّي َر ْك َعتَي ِْن يُ ْقبِل بِقَ ْلبِ ِه َو َوجْ ِه ِه َعلَ ْي ِه َما ِإال َ ُضُأ فَيُحْ ِس ُن ْال ُوضُو َء َوي
َّ َما ِم ْن َأ َح ٍد يَتَ َو
ُت لَهُ ْال َجنَّة
ْ ََو َجب
“Tidaklah seseorang berwudhu dan menyempurnakan wudhunya, lalu shalat dua rakaat
dengan sepenuh hati dan jiwa melainkan wajib baginya (mendapatkan) surga.” (HR.
Muslim, no. 234)
ُ ضَأ نَحْ َو ُوضُوِئي هَ َذا ثُ َّم قَا َم فَ َر َك َع َر ْك َعتَي ِْن اَل يُ َحد
ِّث فِي ِه َما نَ ْف َسهُ ُغفِ َر لَهُ َما تَقَ َّد َم َّ َم ْن تَ َو
ِم ْن َذ ْنبِ ِه
“Barangsiapa yang berwudhu seperti wudhuku ini kemudian berdiri melaksanakan dua
rakaat dengan tidak mengucapkan pada dirinya (konsentrasi ketika shalat), maka dia
akan diampuni dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari, no. 160 dan Muslim, no. 22)
https://rumaysho.com/19520-kumpulan-amalan-ringan-01-shalat-sunnah-wudhu.html
اَللَّهُ َّم اجْ َع ْلنِ ْي ِم َن التَّ َّوابِي َْن َواجْ َع ْلنِ ْي ِم َن ْال ُمتَطَه ِِّري َْن
Artinya: Aku bersaksi bahwasanya tiada sesembahan yang benar kecuali Allah
semata, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwasanya Muhammad
adalah hamba dan utusan-Nya. Ya Allah, jadikanlah aku hamba yang bertaubat dan
jadikanlah aku sebagai orang yang bersuci.
Mahasuci Engkau Ya Allah dengan memuji-Mu, aku bersaksi bahwa tidak ada
sesembahan yang berhak disembah selain Engkau, aku memohon ampunan kepada-
Mu dan aku bertaubat kepada-Mu.
https://rumaysho.com/19523-kumpulan-amalan-ringan-02-membaca-doa-setelah-
berwudhu.html
Kumpulan Amalan Ringan #03: Shalat
Sunnah Fajar
Ada lagi amalan ringan yaitu shalat Sunnah Fajar.
“Dua rakaat fajar (shalat sunnah qabliyah shubuh) lebih baik daripada dunia dan
seisinya.” (HR. Muslim, no. 725).
Jika keutamaan shalat sunnah fajar saja demikian adanya, bagaimana lagi dengan
keutamaan shalat Shubuh itu sendiri.
“Dua rakaat shalat sunnah fajar lebih kucintai daripada dunia seluruhnya.” (HR.
Muslim, no. 725).
Hadits terakhir di atas juga menunjukkan bahwa shalat sunnah fajar yang dimaksud
adalah ketika telah terbit fajar shubuh. Karena sebagian orang keliru memahami
shalat sunnah fajar dengan mereka maksudkan untuk dua rakaat ringan sebelum
masuk fajar. Atau ada yang membedakan antara shalat sunnah fajar dan shalat
sunnah qabliyah shubuh.
Imam Nawawi rahimahullah mengatakan,
“Shalat sunnah Shubuh tidaklah dilakukan melainkan setelah terbit fajar Shubuh.
Dan dianjurkan shalat tersebut dilakukan di awal waktunya dan dilakukan dengan
diperingan. Demikian pendapat Imam Malik, Imam Syafi’i, dan jumhur (baca:
mayoritas) ulama.” (Syarh Shahih Muslim, 6:3)
‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata,
لَ ْم يَ ُك ْن َعلَى َش ْى ٍء ِم َن النَّ َوافِ ِل َأ َش َّد ُم َعاهَ َدةً ِم ْنهُ َعلَى-صلى هللا عليه وسلم- ى
َّ َِأ َّن النَّب
ِ َر ْك َعتَي ِْن قَ ْب َل الصُّ ب
ْح
فِى َش ْى ٍء ِم َن النَّ َوافِ ِل َأ ْس َر َع ِم ْنهُ ِإلَى-صلى هللا عليه وسلم- ِ ْت َرسُو َل هَّللا
ُ َما َرَأي
ال َّر ْك َعتَي ِْن قَ ْب َل ْالفَجْ ِر
َ قَ َرَأ فِى َر ْك َعتَ ِى ْالفَجْ ِر (قُلْ يَا َأيُّهَا ْال َكافِر-صلى هللا عليه وسلم- ِ َأ َّن َرسُو َل هَّللا
ُون) َو
)(قُلْ هُ َو هَّللا ُ َأ َح ٌد
“Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca ketika shalat
sunnah qabliyah shubuh yaitu surah Al-Kafirun dan surah Al-Ikhlas” (HR. Muslim,
no. 726).
Dalil yang menunjukkan bahwa shalat sunnah qabliyah Shubuh atau shalat sunnah
Fajar dilakukan dengan rakaat yang ringan adalah hadits dari Nafi’, dari Ibnu
‘Umar radhiyallahu ‘anhuma yang berkata bahwa Ummul Mukminin Hafshah binti
‘Umar radhiyallahu ‘anha pernah mengabarkan,
ِ صالَ ِة الصُّ ب
ْح ِ ت ْال ُمَؤ ِّذ ُن ِم َن اَأل َذ
َ ِان ل َ َك-صلى هللا عليه وسلم- ِ َأ َّن َرسُو َل هَّللا
َ ان ِإ َذا َس َك
َّ َوبَ َدا الصُّ ْب ُح َر َك َع َر ْك َعتَي ِْن َخفِيفَتَي ِْن قَ ْب َل َأ ْن تُقَا َم ال
ُصالَة
َ ُ ِإ َذا طَلَ َع ْالفَجْ ُر الَ ي-صلى هللا عليه وسلم- ِ ان َرسُو ُل هَّللا
صلِّى ِإالَّ َر ْك َعتَي ِْن َخفِيفَتَي ِْن َ َك
Imam Nawawi menerangkan bahwa hadits di atas hanya kalimat hiperbolis yaitu
cuma menunjukkan ringannya shalat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dibanding
dengan kebiasaan beliau yang biasa memanjangkan shalat malam dan shalat
sunnah lainnya. Lihat Syarh Shahih Muslim, 6:4.
Dan sekali lagi namanya ringan juga bukan berarti tidak membaca surah sama
sekali. Imam Nawawi rahimahullah berkata, “Sebagian ulama salaf mengatakan
tidak mengapa jika shalat sunnah Fajar tersebut dipanjangkan dan menunjukkan
tidak haramnya, serta jika diperlama tidak menyelisihi anjuran memperingan shalat
sunnah Fajar. Namun sebagian orang mengatakan bahwa itu berarti Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam tidak membaca surah apa pun ketika itu, sebagaimana diceritakan
dari Ath-Thahawi dan Al-Qadhi ‘Iyadh. Ini jelas keliru. Karena dalam hadits shahih
telah disebutkan bahwa ketika shalat sunnah qabliyah shubuh, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam membaca surah Al-Kafirun dan surah Al-Ikhlas setelah membaca
surah Al-Fatihah. Begitu pula hadits shahih menyebutkan bahwa tidak ada shalat
bagi yang tidak membaca surah atau tidak ada shalat bagi yang tidak membaca Al-
Qur’an, yaitu yang dimaksud adalah tidak sahnya.” (Syarh Shahih Muslim, 6:3)
Para ulama berselisih pendapat dalam hal ini. Salah satu pendapat menyatakan
boleh mengqadha’ shalat sunnah fajar tadi langsung setelah shalat Shubuh. Ada
riwayat yang shahih disebutkan oleh Al-Baihaqi dalam Al-Kubra,
َ َوَأنَا ُأ-صلى هللا عليه وسلم- ِ َرآنِى َرسُو ُل هَّللا: س َج ِّد َس ْع ٍد قَا َل
صلِّى َر ْك َعتَ ِى ٍ َع ْن قَ ْي
ِ يَا َرسُو َل هَّللا: تُ فَقُ ْل.» ان يَا قَيْسُ ؟ ِ َان ال َّر ْك َعت
ِ َ« َما هَات: ْح فَقَا َل َ ْالفَجْ ِر بَ ْع َد
ِ صالَ ِة الصُّ ب
صلى- ِ ت َرسُو ُل هَّللا ِ َ فَهُ َما هَات، ْت َر ْك َعتَ ِى ْالفَجْ ِر
ِ َان ال َّر ْك َعت
َ فَ َس َك، ان َ ِإنِّى لَ ْم َأ ُك ْن
ُ صلَّي
-هللا عليه وسلم
Ibnu Qudamah menyatakan kembali bahwa larangan ini masih bisa dipahami
dengan makna lain. Jika memang seperti itu, menunaikannya di waktu Dhuha lebih
baik dan terlepas dari perselisihan ulama dan tidak menyelisihi keumuman hadits
tadi. Akan tetapi, jika dikerjakan langsung setelah shalat Shubuh, itu boleh. Karena
hadits terakhir tadi tidak membatasi kebolehan tadi. Demikian kata beliau.
https://rumaysho.com/19538-kumpulan-amalan-ringan-03-shalat-sunnah-fajar.html
Kumpulan Amalan Ringan #04: Shalat
Berjamaah di Masjid
Amalan berikut juga termasuk amalan ringan bagi yang mendapatkan hidayah untuk
berjamaah di masjid terutama bagi para pria.
صالَتِ ِه فِى سُوقِ ِه ِبضْ عًا َ صالَتِ ِه فِى بَ ْيتِ ِه َو َ صالَةُ ال َّرج ُِل فِى َج َما َع ٍة تَ ِزي ُد َعلَى َ
ُْج َد الَ يَ ْنهَ ُزه ْ َأ ْ
ِ ض فَ حْ َس َن ال ُوضُو َء ثُ َّم تَى ال َمس َأ َأ َأ
َّ ك َّن َح َدهُ ْم ِإ َذا تَ َو َأ َ ِين َد َر َجةً َو َذل َ َو ِع ْش ِر
ط َوةً ِإالَّ ُرفِ َع لَهُ بِهَا َد َر َجةٌ َوحُطَّ َع ْنهُ بِهَا ْ صالَةَ فَلَ ْم يَ ْخطُ َخ َّ صالَةُ الَ ي ُِري ُد ِإالَّ ال َّ ِإالَّ ال
صالَةُـ ِه َى َّ ت ال ِ َصالَ ِة َما َكان َّ ان فِى ال َ ْج َد َكِ ْج َد فَِإ َذا َد َخ َل ْال َمس ِ َخ ِطيَئةٌ َحتَّى يَ ْد ُخ َل ْال َمس
ون اللَّهُ َّم َ ُصلَّى فِي ِه يَقُول َ ون َعلَى َأ َح ِد ُك ْم َما َدا َم فِى َمجْ لِ ِس ِه الَّ ِذى َ ُّصل َ ُتَحْ بِ ُسهُ َو ْال َمالَِئ َكةُ ي
ث فِي ِهْ ارْ َح ْمهُ اللَّهُ َّم ا ْغفِرْ لَهُ اللَّهُ َّم تُبْ َعلَ ْي ِه َما لَ ْم يُْؤ ِذ فِي ِه َما لَ ْم يُحْ ِد
ي – صلى هللا عليه وسلم – َر ُج ٌل َّ َأتَى النب: قَا َل، – ُض َي هللاُ َع ْنه
ِ َع ْن َأبِي هُ َر ْي َرةَ – َر
– ِ فَ َسَأ َل َرسُو َل هللا، ْج ِد
ِ يس لِي قَاِئ ٌد يَقُو ُدنِي إلى ْال َمس
َ َ ل، ِ يا َرسُو َل هللا: فقَا َل، أ ْع َمى
، ُ فَلَّ َما َولَّى َد َعاه، ُص لَه
َ فَ َر َّخ، صلِّي فِي بَ ْيتِ ِه
َ ُص لَهُ فَي
َ أن يُ َر ِّخ ْ – صلى هللا عليه وسلم
)) ْأجبِ َ (( ف: قَا َل. نَ َع ْم: صالَ ِة ؟ )) قَا َل َّ (( هَلْ تَ ْس َم ُع النِّ َدا َء بِال: ُفَقَا َل لَه
Dari ‘Abdullah–ada yang menyebutnya dengan ’Amr bin Qais–yang dikenal sebagai
Ibnu Ummi Maktum sang muazin radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, ‘Wahai Rasulullah,
sesungguhnya di Madinah banyak terdapat singa dan binatang buas.’ Maka
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, ‘Apakah engkau mendengar hayya
‘alash shalah, hayya ‘alal falah? Maka penuhilah panggilan tersebut.’” (HR. Abu
Daud, no. 553; An-Nasa’i, no. 852. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits
ini shahih).
Artinya, tempat shalat wanita di dalam rumah semakin tidak terlihat dan jauh dari
ikhtilath (campur baur dengan lawan jenis), akan semakin utama.
“Sebaik-baik masjid bagi para wanita adalah di bagian dalam rumah mereka.” (HR.
Ahmad, 6: 297. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth mengatakan bahwa hadits ini hasan
dengan berbagai penguatnya.)
Istri dari Abu Humaid As-Sa’idi, yaitu Ummu Humaid pernah mendatangi
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu berkata, “Wahai Rasulullah, saya sangat ingin
sekali shalat berjamaah bersamamu.” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas
menjawab,
“Aku telah mengetahui hal itu bahwa engkau sangat ingin shalat berjamaah
bersamaku. Namun shalatmu di dalam kamar khusus untukmu (bait) lebih utama
dari shalat di ruang tengah rumahmu (hujrah). Shalatmu di ruang tengah rumahmu
lebih utama dari shalatmu di ruang terdepan rumahmu. Shalatmu di ruang luar
rumahmu lebih utama dari shalat di masjid kaummu. Shalat di masjid kaummu lebih
utama dari shalat di masjidku ini (Masjid Nabawi).” Ummu Humaid lantas meminta
dibangunkan tempat shalat di pojok kamar khusus miliknya, beliau melakukan
shalat di situ hingga berjumpa dengan Allah (meninggal dunia, pen.). (HR. Ahmad,
6: 371. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth mengatakan bahwa hadits ini hasan)
Namun jika wanita ingin melaksanakan shalat berjama’ah di masjid selama
memperhatikan aturan seperti menutup aurat dan tidak memakai harum-haruman,
maka janganlah dilarang. Dari Salim bin ‘Abdullah bin ‘Umar bahwasanya ‘Abdullah
bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
Adapun laragan wanita memakai minyak wangi ketika pergi ke masjid disebutkan
haditsnya dari Abu Musa Al-Asy’ary radhiyallahu ‘anhu bahwanya ia berkata,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
https://rumaysho.com/19575-kumpulan-amalan-ringan-04-shalat-berjamaah-di-
masjid.html
Dalam riwayat Tirmidzi, dari ‘Utsman bin ‘Affan radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Siapa yang menghadiri shalat Isya berjamaah, maka baginya shalat separuh
malam. Dan barangsiapa yang melaksanakan shalat Isya dan Shubuh berjamaah,
maka baginya seperti shalat semalaman.” (HR. Tirmidzi, no. 221. Ia mengatakan
hadits ini hasan shahih).
https://rumaysho.com/19578-kumpulan-amalan-ringan-05-shalat-shubuh-dan-isya-
berjamaah-di-masjid.html
“Barangsiapa yang mandi pada hari Jumat dengan mencuci kepala dan anggota
badan lainnya, lalu ia pergi pada awal waktu atau ia pergi dan mendapati khutbah
pertama, lalu ia mendekat pada imam, mendengar khutbah serta diam, maka setiap
langkah kakinya terhitung seperti puasa dan shalat setahun.” (HR. Tirmidzi, no. 496.
Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini shahih).
ْ ت َحتَّى يَ ْف ُر َغ ِم ْن ُخ
َ ُطبَتِ ِه ثُ َّم ي
صلِّ َى َ ص َ صلَّى َما قُ ِّد َر لَهُ ثُ َّم َأ ْنَ ََم ِن ا ْغتَ َس َل ثُ َّم َأتَى ْال ُج ُم َعةَ ف
َم َعهُ ُغفِ َر لَهُ َما بَ ْينَهُ َوبَي َْن ْال ُج ُم َع ِة اُأل ْخ َرى َوفَضْ َل ثَالَثَ ِة َأي ٍَّام
َأ ْو، َويَ َّد ِه ُن ِم ْن ُد ْهنِ ِه، َويَتَطَهَّ ُر َما ا ْستَطَا َع ِم ْن طُه ٍْر، الَ يَ ْغتَ ِس ُل َر ُج ٌل يَ ْو َم ْال ُج ُم َع ِة
ُ ص
ت ِ ثُ َّم يُ ْن، ُب لَه
َ ِصلِّى َما ُكت َ ُ ثُ َّم ي، ق بَي َْن ْاثنَي ِْن
ُ ِّ فَالَ يُفَر، ب بَ ْيتِ ِه ثُ َّم يَ ْخ ُر ُجِ يَ َمسُّ ِم ْن ِطي
ِإالَّ ُغفِ َر لَهُ َما بَ ْينَهُ َوبَي َْن ْال ُج ُم َع ِة اُأل ْخ َرى، ِإ َذا تَ َكلَّ َم اِإل َما ُم
“Apabila seseorang mandi pada hari Jumatdan bersuci semampunya, lalu memakai
minyak dan harum-haruman dari rumahnya kemudian ia keluar rumah, lantas ia
tidak memisahkan di antara dua orang, kemudian ia mengerjakan shalat yang
diwajibkan, dan ketika imam berkhutbah, ia pun diam, maka ia akan mendapatkan
ampunan antara Jumat yang satu dan Jumat lainnya.” (HR. Bukhari,no. 883)
َّب بَ َدنَةً َو َم ْن َرا َح فِي السَّا َع ِة َ َم ْن ا ْغتَ َس َل يَ ْو َم ْال ُج ُم َع ِة ُغ ْس َل ْال َجنَابَ ِة ثُ َّم َرا َح فَ َكَأنَّ َما قَر
َّب َك ْب ًشا َأ ْق َر َن َو َم ْن َرا َح َ َّب بَقَ َرةً َو َم ْن َرا َح فِي السَّا َع ِة الثَّالِثَ ِة فَ َكَأنَّ َما قَر َ الثَّانِيَ ِة فَ َكَأنَّ َما قَر
َ َّب َد َجا َجةً َو َم ْن َرا َح فِي السَّا َع ِة ْال َخا ِم َس ِة فَ َكَأنَّ َما قَر
َّب َ فِي السَّا َع ِة الرَّابِ َع ِة فَ َكَأنَّ َما قَر
َ ت ْال َماَل ِئ َكةُ يَ ْستَ ِمع
ُون ال ِّذ ْك َر ْ ض َر َ ضةً فَِإ َذا َخ َر َج اِإْل َما ُم َح َ بَ ْي
Pertama: Hukum mandi Jumat itu sunnah bukan wajib sebagaimana pendapat
kebanyakan ulama. Yang dijadikan alasan adalah hadits dari Samurah bin
Jundub radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Siapa yang berwudhu pada hari Jumat, maka itu baik. Namun siapa yang mandi
pada hari Jumat, maka mandi lebih afdal.” (HR. An-Nasa’i, no. 1380; Tirmidzi, no.
497; Ibnu Majah, no. 1091. Tirmidzi dan Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits
ini hasan).
Kedua: Wanita yang ingin menghadiri shalat Jumat, diperintahkan untuk mandi
Jumat.
Mandi Jumat disyariatkan bagi orang yang menghadiri shalat Jumat dan bukan
karena hari tersebut adalah hari Jumat (Lihat Ar-Raudhah An-Nadiyah, hlm. 83).
Sehingga wanita atau anak-anak yang tidak punya kewajiban untuk shalat Jumat,
tidak terkena perintah ini. Namun jika mereka menghadiri shalat Jumat, tetap
diperintahkan untuk mandi. Imam Nawawi berkata, “Mandi Jumat itu dianjurkan
bagi siapa saja yang menghadiri Jumat baik laki-laki maupun perempuan.” (Al-
Majmu’, 2:201)
Ketiga: Mandi Jumat teranggap jika sudah masuk fajar pada hari Jumat, paling
afdal adalah ketika ingin berangkat menuju shalat Jumat.
Imam Nawawi juga menyebutkan bahwa Imam Syafi’i dan para ulama dalam
madzhab Syafi’i menyatakan, mandi Jumat teranggap jika sudah masuk waktu fajar
pada hari Jumat hingga shalat Jumat dilaksanakan. Mandi Jumat yang paling afdal
adalah ketika ingin berangkat menuju shalat Jumat. Jika seseorang mandi Jumat
sebelum fajar Shubuh pada hari tersebut, tidaklah teranggap.” (Lihat Al-Majmu’,
1:161)
Keempat: Boleh menggabungkan antara mandi Jumat dan mandi junub asalkan
sudah masuk waktu fajar Shubuh. Penggabungan semacam ini dibolehkan oleh Ibnu
‘Umar, Mujahid, Makhul, Malik, Ats-Tsauri, Al-Auza’i, Asy-Syafi’i dan Abu Tsaur.
Lihat Al-Majmu’, 4:285.
Kelima: Cara mandi Jumat adalah seperti mandi junub. Rukun mandi yang mesti
terpenuhi adalah berniat dan mengguyurkan air ke seluruh tubuh. Sedangkan
berwudhu sebelum mandi termasuk sunnah mandi. Setelah mandi tidak dianjurkan
wudhu kembali, karena mandi sendiri sudah menghilangkan hadats besar dan kecil
sekaligus.
https://rumaysho.com/19639-kumpulan-amalan-ringan-06-mandi-jumat.html
Ma’dan bin Abi Thalhah Al-Ya’mariy, ia berkata, “Aku pernah bertemu Tsauban–
bekas budak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam–, lalu aku berkata padanya,
‘Beritahukanlah padaku suatu amalan yang karenanya Allah memasukkanku ke
dalam surga.’ Atau Ma’dan berkata, ‘Aku berkata pada Tsauban, ‘Beritahukan
padaku suatu amalan yang dicintai Allah.’ Ketika ditanya, Tsauban malah diam.
Kemudian ditanya kedua kalinya, ia pun masih diam. Sampai ketiga kalinya,
Tsauban berkata, ‘Aku pernah menanyakan hal yang ditanyakan tadi pada
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau bersabda,
َ ك هَّللا ُ بِهَا َد َر َجةً َو َحطَّ َع ْن
ك بِهَا َ َّك بِ َك ْث َر ِة ال ُّسجُو ِد هَّلِل ِ فَِإن
َ ك الَ تَ ْس ُج ُد هَّلِل ِ َسجْ َدةً ِإالَّ َرفَ َع َ َعلَ ْي
ًَخ ِطيَئة
Kalau itu hanya bisa didapati ketika shalat berarti yang dimaksud adalah
memperbanyak shalat sunnah karena jumlah rakaat shalat wajib hanya terbatas 17
rakaat dalam sehari.
ُ فَِإ َذا َأحْ بَ ْبتُهُ ُك ْن، ُى بِالنَّ َوافِ ِل َحتَّى ُأ ِحبَّه
ت َس ْم َعهُ الَّ ِذى يَ ْس َم ُع َّ ََو َما يَ َزا ُل َع ْب ِدى يَتَقَرَّبُ ِإل
َويَ َدهُ الَّتِى يَ ْبطُشُ بِهَا َو ِرجْ لَهُ الَّتِى يَ ْم ِشى بِهَا، ْص ُر بِ ِه ِ ص َرهُ الَّ ِذى يُب َ َ َوب، بِ ِه
Orang yang rajin mengamalkan amalan sunnah, maka ia akan menjadi wali Allah
yang istimewa.
Al-abror ash-habul yamin adalah hamba Allah yang hanya mendekatkan diri pada
Allah dengan amalan yang wajib dan meninggalkan yang haram, ia tidak
membebani dirinya dengan amalan sunnah dan tidak menahan diri dari berlebihan
dalam yang mubah.
ُت اَأْلرْ ض ِ ) ِإ َذا ُر َّج3( ٌضةٌ َرافِ َعة َ ِ) َخاف2( ٌْس لِ َو ْق َعتِهَا َكا ِذبَة َ ) لَي1( ُت ْال َواقِ َعة ِ ِإ َذا َوقَ َع
)7( ً) َو ُك ْنتُ ْم َأ ْز َواجًا ثَاَل ثَة6( ت هَبَا ًء ُم ْنبَثًّاْ َ) فَ َكان5( ت ْال ِجبَا ُل بَ ًّساِ ) َوبُ َّس4( َر ًّجا
( ) َوَأصْ َحابُ ْال َم ْشَأ َم ِة َما َأصْ َحابُ ْال َم ْشَأ َم ِة8( فََأصْ َحابُ ْال َم ْي َمنَ ِة َما َأصْ َحابُ ْال َم ْي َمنَ ِة
) ثُلَّةٌ ِم َن12( ت النَّ ِع ِيمِ ) فِي َجنَّا11( ُون َ ) ُأولَِئ10( ون
َ ك ْال ُمقَ َّرب َ ُون السَّابِقَ ُ) َوالسَّابِق9
)14( ين َ ) َوقَلِي ٌل ِم َن اَآْل ِخ ِر13( ين َ ِاَأْل َّول
“Apabila terjadi hari kiamat, tidak seorangpun dapat berdusta tentang kejadiannya.
(Kejadian itu) merendahkan (satu golongan) dan meninggikan (golongan yang lain),
apabila bumi digoncangkan sedahsyat-dahsyatnya, dan gunung-gunung dihancur
luluhkan seluluh-luluhnya, maka jadilah ia debu yang beterbangan, dan kamu
menjadi tiga golongan. Yaitu golongan kanan. Alangkah mulianya golongan kanan
itu. Dan golongan kiri. Alangkah sengsaranya golongan kiri itu. Dan orang-orang
yang beriman paling dahulu. Mereka itulah yang didekatkan kepada Allah. Berada
dalam jannah kenikmatan. Segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu, dan
segolongan kecil dari orang-orang yang kemudian.” (QS. Al-Waqi’ah: 1-14) Lihat Al-
Furqon baina Awliya’ Ar-Rahman wa Awliya’ Asy-Syaithan, Cetakan kedua, tahun
1424 H, karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, hlm. 51, Penerbit Maktabah Ar-Rusyd.
https://rumaysho.com/19655-kumpulan-amalan-ringan-07-memperbanyak-sujud-
dengan-memperbanyak-shalat-sunnah.html
Kumpulan Amalan Ringan #08:
Menghadiri Prosesi Jenazah
Salah satu amalan ringan berpahala besar adalah menghadiri prosesi jenazah.
“Barangsiapa shalat jenazah dan tidak ikut mengiringi jenazahnya, maka baginya
(pahala) satu qiroth. Jika ia sampai mengikuti jenazahnya, maka baginya (pahala)
dua qiroth.” Ada yang bertanya, “Apa yang dimaksud dua qiroth?” “Ukuran paling
kecil dari dua qiroth adalah semisal gunung Uhud”, jawab beliau shallallahu ‘alaihi
wa sallam. (HR. Muslim, no. 945)
قَا َل.اسِ َّان فَقَا َل يَا ُك َريْبُ ا ْنظُرْ َما اجْ تَ َم َع لَهُ ِم َن الن َ َات اب ٌْن لَهُ بِقُ َد ْي ٍد َأ ْو بِ ُع ْسف
َ َأنَّهُ َم
َ ت فَِإ َذا نَاسٌ قَ ِد اجْ تَ َمعُوا لَهُ فََأ ْخبَرْ تُهُ فَقَا َل تَقُو ُل هُ ْم َأرْ بَع
قَا َل.ُون قَا َل نَ َع ْم ُ ْفَ َخ َرج
يَقُو ُل « َما ِم ْن َرج ٍُل ُم ْسلِ ٍم-صلى هللا عليه وسلم- ِ ْت َرسُو َل هَّللا ُ َأ ْخ ِرجُوهُ فَِإنِّى َس ِمع
»ون بِاهَّلل ِ َش ْيًئا ِإالَّ َشفَّ َعهُ ُم هَّللا ُ فِي ِه َ وت فَيَقُو ُم َعلَى َجنَا َزتِ ِه َأرْ بَع
َ ُون َر ُجالً الَ يُ ْش ِر ُك ُ يَ ُم
“Anak ‘Abdullah bin ‘Abbas di Qudaid atau di ‘Usfan meninggal dunia. Ibnu ‘Abbas
lantas berkata, “Wahai Kuraib (bekas budak Ibnu ‘Abbas), lihat berapa banyak
manusia yang menyolatkan jenazahnya.” Kuraib berkata, “Aku keluar, ternyata
orang-orang sudah berkumpul dan aku mengabarkan pada mereka pertanyaan Ibnu
‘Abbas tadi. Lantas mereka menjawab, “Ada 40 orang”. Kuraib berkata, “Baik kalau
begitu.” Ibnu ‘Abbas lantas berkata, “Keluarkan mayit tersebut. Karena aku
mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda, “Tidaklah seorang
muslim meninggal dunia lantas dishalatkan (shalat jenazah) oleh 40 orang yang
tidak berbuat syirik kepada Allah sedikit pun melainkan Allah akan memperkenankan
syafa’at (doa) mereka untuknya.” (HR. Muslim, no. 948)
“Tidaklah seorang mayit dishalatkan (dengan shalat jenazah) oleh sekelompok kaum
muslimin yang mencapai 100 orang, lalu semuanya memberi syafa’at (mendoakan
kebaikan untuknya), maka syafa’at (doa mereka) akan diperkenankan.” (HR. Muslim
no. 947)
“Tidaklah seorang muslim mati lalu dishalatkan oleh tiga shaf kaum muslimin
melainkan doa mereka akan dikabulkan.” (HR. Tirmidzi no. 1028 dan Abu Daud no.
3166. Imam Nawawi menyatakan dalam Al Majmu’, 5:212 bahwa hadits ini hasan.
Syaikh Al-Albani menyatakan hadits ini hasan jika sahabat yang mengatakan)
Hadits di atas menunjukkan bahwa hukum shalat jenazah adalah fardhu kifayah
karena ketika itu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam jika tahu si mayit tidak melunasi
utangnya, maka beliau enggan menyolatkannya.
Ibnu ‘Umar berkata bahwa Abu Hurairah memang telah mengungguli kita (dalam hal
riwayatnya yang banyak, pen.). Ibnu ‘Umar pun mengutus kepada Aisyah untuk
menanyakan hal itu, Aisyah pun menyetujuinya bahwa Abu Hurairah memang telah
unggul dalam hal tersebut. Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma kemudian
mengatakan,
https://rumaysho.com/19665-kumpulan-amalan-ringan-08-menghadiri-prosesi-
jenazah.html
“Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan dilipatgandakan dengan
sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat. Allah Ta’ala berfirman
(yang artinya), ‘Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku
sendiri yang akan membalasnya. Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan
makanan karena-Ku. Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua
kebahagiaan yaitu kebahagiaan ketika dia berbuka dan kebahagiaan ketika
berjumpa dengan Rabbnya. Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di
sisi Allah daripada bau minyak kasturi.’” (HR. Muslim, no. 1151)
فَِإنَّهُ لِى، قَا َل هَّللا ُ ُكلُّ َع َم ِل اب ِْن آ َد َم لَهُ ِإالَّ الصِّ يَا َم
“Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), ‘Setiap amalan manusia adalah untuknya
kecuali puasa. Amalan puasa adalah untuk-Ku’.” (HR. Bukhari, no. 1904)
قَا َل هَّللا ُ َع َّز َو َج َّل ُكلُّ ْال َع َم ِل َكفَّا َرةٌ ِإالَّ الص َّْو َم َوالص َّْو ُم لِى َوَأنَا َأجْ ِزى بِ ِه
“Allah ‘azza wa jalla berfirman (yang artinya), ‘Setiap amalan adalah sebagai
kafaroh/tebusan kecuali amalan puasa. Amalan puasa adalah untuk-Ku. Aku sendiri
yang akan membalasnya.’” (HR. Ahmad, 2:467. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth
mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih sesuai syarat Muslim).
https://rumaysho.com/19680-kumpulan-amalan-ringan-09-puasa-sunnah.html
Kumpulan Amalan Ringan #10: Puasa
Tiga Hari Tiap Bulan, Puasa Arafah,
Puasa Asyura
Ada puasa sunnah yang ringan untuk dilakukan yaitu puasa tiga hari tiap bulan,
puasa Arafah, dan puasa Asyura.
“Puasa tiga hari setiap bulan dan puasa Ramadhan ke Ramadhan berikutnya, ini
seperti puasa setahun penuh. Puasa hari Arafah, aku berharap akan diampuni oleh
Allah dosa setahun yang lalu dan setahun berikutnya. Puasa hari Asyura, aku
berharap akan diampuni oleh Allah dosa setahun yang lalu.” (HR. Muslim, no. 1162)
“Puasa pada tiga hari setiap bulannya adalah seperti puasa sepanjang tahun.” (HR.
Bukhari, no. 1979)
“Apakah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa melaksanakan puasa tiga hari
setiap bulannya?” ‘Aisyah menjawab, “Iya”. Ia pun bertanya pada ‘Aisyah, “Pada
hari apa beliau berpuasa?” ‘Aisyah menjawab, “Beliau tidak memperhatikan pada
hari apa beliau berpuasa dalam sebulan.” (HR. Muslim, no. 1160).
2- Puasa tiga hari setiap bulan pada ayyamul bidh (13, 14, 15
Hijriyah)
“Jika engkau ingin berpuasa tiga hari setiap bulannya, maka berpuasalah pada
tanggal 13, 14, dan 15 (dari bulan Hijriyah).” (HR. Tirmidzi, no. 761 dan An-Nasa’i,
no. 2425. Abu ‘Isa Tirmidzi mengatakan bahwa haditsnya hasan).
ث َع ْش َرةَ َوَأرْ بَ َع َ ِ يَْأ ُم ُرنَا َأ ْن نَصُو َم ْالب-صلى هللا عليه وسلم- ِ ان َرسُو ُل هَّللا
َ َيض ثَال َ َك
» َوقَا َل « هُ َّن َكهَيَْئ ِة ال َّد ْه ِر. َس َع ْش َرة
َ َع ْش َرةَ َو َخ ْم
Hadits-hadits di atas menunjukkan bahwa puasa pada ayyamul bidh itu lebih utama
jika punya kemudahan untuk mengerjakannya. Jika tidak mudah untuk
mengerjakannya, cukup berpuasa tiga hari pada hari mana saja yang disuka.
Demikian penjelasan Syaikh Sa’id bin Wahf Al-Qohthoni dalam Ash Shiyam fil Islam,
hal. 375. Juga disampaikan pula oleh guru dari Syaikh Sa’id yaitu Syaikh ‘Abdul ‘Aziz
bin Baz sebagaimana dinukil dalam Ash-Shiyam fi Al-Islam, hlm. 375-376.
https://rumaysho.com/19773-kumpulan-amalan-ringan-10-puasa-tiga-hari-tiap-bulan-
puasa-arafah-puasa-asyura.html
“Siapa yang melakukan puasa Ramadhan lantas ia ikuti dengan puasa enam hari di
bulan Syawal, maka itu seperti berpuasa setahun.” (HR. Muslim, no. 1164)
Mengenai cara puasa Syawal, Imam Ibrahim Al-Baijuri menyebutkan, “Yang lebih
afdal, puasa Syawal dilakukan muttashil, langsung setelah sehari setelah shalat ied
(2 Syawal). Puasa tersebut juga afdalnya dilakukan mutatabi’ah, yaitu berturut-
turut. Walaupun jika puasa tersebut dilakukan tidak dari 2 Syawal (tidak muttashil),
juga tidak dilakukan berturut-turut (tidak mutatabi’ah), tetap dapat ganjaran puasa
setahun. Termasuk juga tetap dapat ganjaran puasa Syawal walau tidak berpuasa
Ramadhan (misalnya karena di Ramadhan punya udzur sakit), hal ini dikatakan oleh
ulama muta’akhirin (ulama belakangan).” (Hasyiyah Asy-Syaikh Ibrahim Al-Baijuri,
1:579-580)
============
https://rumaysho.com/tag/amalan-ringan-berpahala-besar/page/2