Anda di halaman 1dari 145

TTTTTTTTTTTTYYYYYYYYYYYYYYYYY;MKL

SEINA, KAMU DAN DIA [ Soul ]

KAMPUS BINTARA, kampus yang terletak di pusat kota Jakarta ini


merupakan destinasi kampus bagi semua siswa SMA diseluruh penjuru Jakarta
maupun dari luar kota seperti Bandung, Yogyakarta, Surabaya bahkan dari luar
pulau Jawa sekalipun. Beberapa SMA unggulan seperti ROMA, PETRA,
DEANDLES, DARSA dan sekolah swasta maupun negeri lainnya berlomba lomba
untuk menjadikan almamater dari sekolah mereka untuk menjadi salah satu
mahasiswa ataupun mahasiswi dikampus ini.

Maka dari itu banyak pihak sekolah yang melakukan acara study tour
guna memperkenalkan kampus impian mereka para siswanya. Seperti pada hari
yang cerah ini terlihat beberapa bus sekolah yang berbeda-beda memasuki
gerbang kampus megah itu. Antusias para siswa putih abu-abu atau seragam
SMA lainnya ini terlihat saat mereka mulai turun dari bus sekolah dan mulai
mengelilingi area kampus setelah mendengar instruktur dari para guru
pembimbing mereka.

Sudah menjadi kegiatan rutin yang dilakukan oleh berbagai sekolah


menengah atas melakukan survey universitas agar kedepannya para siswa dan
siswi SMA mampu menentukan kampus mana yang akan mereka tuju nantinya
setelah mereka lulus dari SMA. Diantara puluhan mahasiswa yang sedang hilir
mudik terlihat beberapa gerombolan siswi berseragam ROMA bergosip ria
sambil mengamati bangunan megah kampus, wajah-wajah tampan yang
mungkin akan menjadi calon senior mereka atau bahkan mengoceh ria tentang
gaya pakaian para gadis-gadis mahasiswi yang mereka jumpai. Ataupun
segerombolan wajah wajah ganteng yang rupanya menarik perhatian dari kaum
hawa yang memandangi mereka penuh minat tapi harus berpikir ulang karena
perbedaan umur yang cukup jauh.
“Eh… gue ke perpus dulu ya… mau ngecek tempat favorite gue kalau gue kuliah
disini”celoteh Seina tersenyum cerah pada temen-temennya.

“Perlu kita antar???”Tanya Nesa salah satu temen cewek berambut ikal itu.

“Gak usah… gue bisa sendiri kok. Kalian tunggu aja di kantin kampus ini….”ujar
Seina kalem

“Jangan lama-lama ya… bentar lagi waktu studytournya abis… kita harus balik
ke sekolah…”saran Winta.

“Oke shiippp…”

Dengan santai Seina berjalan menuju perpustakaan yang ada di area


fakultas Ekonomi dan Bisnis, di kampus BINTARA ini. Terlihat disepanjang jalan
yang ia lalui tumbuh pepohonan menjulang tinggi mengikuti alur jalan setapak
itu, sehingga membuat tempat ini terasa sangat teduh, sunyi dan nyaman. Tak
heran jika bangku bangku di area taman ini penuh dengan para mahasiswa
membaca buku ataupun sekedar mengobrol. Semilir angin dengan ramah
menemani langkah Seina, seolah olah mengantarkan gadis itu menuju pintu
mahoni yang menjulang tinggi di tengah bangunan yang cukup luas itu.

Kampus BINTARA memang mempunyai perpustakaan terbesar se-


Indonesia. Suara percikan air yang berada di air mancur dekat danau
menambah kesan asri pada area perpustakaan ini. Keindahan kampus ini
membuat Seina tidak sadar bahwa dia telah sampai di depan pintu raksasa
perpustakaan. Dengan pelan dia membuka kenop pintu itu sehingga
pemandangan yang selanjutnya dia lihat adalah keheningan, kenyamanan dan
juga pengetahuan yang nantinya akan dia dapatkan.

Gadis itu sampai membuka sedikit mulutnya karena saking


terpesonanya dengan keindahan perpustakaan ini, matanya kian menari-nari
menyusuri setiap sudut perpustakaan, sekilas dia melihat seorang mahasiswi
sedang membaca buku karya Dan Brown berjudul Inverno duduk di salah satu
bangku di dekat jendela, lalu ada juga beberapa mehasiswi yang sedang
berdiskusi tentang sesuatu hal, kini kaki mungilnya membawa gadis itu
berjalan menelusuri lorong-lorong dengan rak-rak berisi jutaan buku di kedua
sisi jalannya.

Matanya terfokus pada seorang pemuda yang duduk di ujung lorong,


sendirian tanpa di temani seorang teman. Terlihat pemuda itu sedang
membaca sebuah buku dengan serius. Sekejap Seina mengabaikan
pemandangan itu lalu mulai fokus mencari buku yang dia cari. Langkah Seina
langsung tergerak pada deretan buku yang menunggunya untuk dibaca.
Berbagai jenis buku, seperti karya Stephenie Meyer, Dan Brown, Puisi Kalil
Gibran, Illana Tan, atau novel Tenleet seperti karya Esti Kinasih, Agnes Jesica
dan penulis lainnya.

Satu buku karya Stephenie Meyer berhasil menarik perhatian gadis itu,
buku yang cukup tebal itu berjudul THE HOST. Buku yang menceritakan tentang
bumi yang di kuasai oleh mahkluk alien yang di sebut Inang. Seina lalu berjalan
menuju bangku disamping pemuda di ujung lorong. Dia tarik pelan kursi itu
tanpa membuat sang penghuni disampingnya terganggu.

Dengan tenang Seina mulai membuka lembar demi lembar buku itu,
dahinya berkerut menandakan bahwa dia sedang konsentrasi. Sesekali dia
melirik pemuda yang duduk di sampingnya, dilihatnya buku yang dibaca
pemuda itu. Novel Tenleet karya Esti Kinasih yang berjudul Dia Tanpa Aku.

“Wah, mengharukan itu endingnya”seru Seina tanpa sadar saat sekilas halaman
buku yang telah dibaca pemuda itu baru pada halaman ke 9. Dengan cepat
Seina menutup mulutnya yang dengan seenaknya ceplas-ceplos.
“Ma'af…”lirihnya meminta ma'af.

Pemuda tadi bahkan tidak menoleh kearah Seina, seolah olah tidak ada
orang lain kecuali dia sendiri. Sibuk dengan bacaan dan duniannya sendiri, khas
seorang kutu buku. Fokus Seina untuk membaca bukunya hilang sudah lantaran
rasa penasarannya pada pemuda yang duduk disampingnya itu.

“Ehm..ehm,…”Seina berdehem pelan guna memberi kode pada pemuda itu


bahwa dia ingin bicara.

“Ee….Kak…kakak kuliah di sini??”Tanya Seina akhirnya. Hening. “Ah, bodoh


banget gue. Jelas aja nih orang kuliah di sisni. Lagian sekolah mana yang
seragamnya hanya kaos putih sama hem biru dongker gitu”gumam Seina pelan
merutuki kebodohannya. “E… saya ralat deh pertanyaan saya tadi. Kakak kuliah
kuliah di sini jurusan apa???”Tanya Seina masih belum nyerah. Tapi tetap saja
tidak ada tanda-tanda pemuda tadi mau menjawab pertanyaannya.

“Kakak suka baca novel ya” “Kakak suka genre apa?? Romance” “Kakak
semester berapa sih??” “Kak… kakak itu tipikal orang yang nggak mau di
ganggu saat baca buku ya” “Ya udah deh, saya pergi. Silahkan melanjutkan
acara membacanya”keluh Seina dengan bibir sedikit manyun, sedikit kesal
karena sudah di abaikan.

Saat Seina mau melangkah pergi, tiba-tiba saja pemuda tadi entah
kapan dan bagaimana caranya sudah berdiri di hadapan Seina. Menatap gadis
itu lekat dengan mata elangnya, tanpa mengucapkan sesuatu, hanya terdiam
tanpa tau bahwa posisinya yang terlalu dekat dengan gadis itu membuat gadis
dihadapannya gugup dan juga takut.

“A..Ada apa kak?? Sa…saya sudah mau pergi kok. Serius deh, nggak bakal
gangguin kakak lagi”ucap Seina mencoba merubah suasana akward dan
mencekam tadi, dia tekan rasa gugup dan takutnya dengan memandang wajah
dingin dihadapannya. Reflex mulut mungil gadis itu terbuka sedikit saking
terpesonanya dengan wajah tampan dihadapannya, dengan alis mata yang
tebal, kulit putih, bibi tebal plus merahnya dan juga mata elang yang justru
membuatnya ketagihan untuk tetap menatap lekat kedua mata itu. Tiba-tiba
saja pemuda itu mengulurkan sebuah buku yang tadi dia baca kepada Seina.
Walaupun heran dengan maksud dari pemuda itu, Seina tetap menerima buku
itu walaupun dengan tanda tanya besar di otaknya. Dia mengalihkan
pandangannya sebentar pada buku itu dan mulai mengamati buku itu, “Tidak
ada yang aneh”pikir Seina sejenak, lalu tatapannya ia alihkan lagi kepada
pemuda di hadapannya.

“Ini…”belum sempat ucapannya kelar, Seina di buat shock lantaran pemuda itu
yang berbalik dan melangkah pergi.

Tanpa mengucapkan kalimat apapun ataupun hanya sekedar berbalik,


benar-benar membingungkan dan begitu misterius. Anehnya kedua kaki Seina
seakan sulit untuk digerakkan, sampai pemuda itu hilang di balik rak buku di
ujung lorong, dia hanya bisa mengamati kepergian pemuda itu tanpa bisa
mencegahnya atau sekedar menanyakan apa maksud pemuda itu memberinya
sebuah buku. “Lho… apa sih maksud tuh orang…”ujarnya pelan. Dilihatnya lagi
novel ditangannya, terlihat bahwa buku itu tidak terdapat stempel dari
perpustakaan kampus Bintara yang berarti buku ini milik pribadi, milik pemuda
tadi. Masih dengan raut wajah super bingung Seina melangkah keluar dari
ruang megah perpustakaan Bintara, berjalan santai menuju danau buatan yang
berada tak jauh dari gedung perpuatkaan itu.

Sebuah pohon besar di tepi danau membuat Seina tertarik untuk duduk
sembari menikmati keindahan danau berwarna hijau itu. Suara burung-burung
terdengar saling bersautan, gemericik suara air dari pancuran air di tepi danau
menambah kesan nyaman. Kampus BINTARA memang terkenal dengan satu-
satunya kampus dengan pemandangan yang sangat indah, salah satunya adalah
danau buatan ini.

Dibukanya lagi buku karya Esti Kinasih pemberian dari pemuda tadi.
Lembar pertama di bukanya secara perlahan, pada tulisan judul di buku itu
terdapat tulisan lain berbunyi ‘Aruna Kato dan Arya Dastan Dirgantara'.
“Hehm.. sejak kapan novel Dia Tanpa Aku ada tulisan seperti ini, perasaan
nama tokohnya Ronald, Reinald, sama Citra deh” “Atau mungkin Dastan ini,
nama pemuda tadi ya... Lalu Aruna Kato ini siapa?? Pacarnya kakak yang
tadi??”gumam Seina mengerutkan keningnya bingung. Lalu lembar kedua, dan
ketiga dia buka. Seterusnya sampai pada bab 4 dibuku itu, nama tokoh itu tetap
sama. Aruna Kato dan Arya Dastan Dirgantara.

“Lho… kenapa semua tokoh di buku ini di ganti sama nama Dastan, Destin,
sama Runa ya. Apa sih maksudnya???”gumam Seina semakin bingung. Hingga
pada halaman terakhir seina menemukan tulisan dan juga sebuah surat. “Apa
ini?”ujarnya mengamati sepucuk surat warna merah jambu di tangannya. Lalu
matanya beralih pada sebaris kalimat yang berada di akhir halaman novel dan
dengan cermat dia mulai membaca barisan tulisan.

“Saat kamu membaca buku ini, maka secara tidak langsung aku sudah
menceritakan kisahku kepadamu. Tolong kamu kasih surat ini kepada adikku
yang bernama Nathanza Radestin Dirgantara. Terimakasih. Dastan ”baca pelan
Seina. “Hah, apa-apaan ini??”ujarnya bingung. “Wah, tu orang ngerjain gue kali
ya..”fikirnya. “Atau gue masuk acara Gokil di TV ya, ada kamera tersembunyi
gitu”ujar Seina seraya mengamati sekeliling, mencari tau kalau-kalau ada
kamera tersembunyi di sekitarnya. “Hah,,, nggak mungkilah. Masuk Tv….
“ujarnya lagi, terkekeh pelan dengan pemikiran konyolnya barusan. “Lupain aja
deh, lumayan… dapat novel gratis”celotehnya lalu segera beranjak pergi
menuju jalan keluar area perpustakaan. Saat di tengah jalan tiba-tiba saja
hpnya berbunyi, menunjukan adanya panggilan masuk. Dengan segera Seina
mengangkat panggilan itu

“Hallo…”

Disaat yang sama, di area kantin kampus terlihat beberapa pemuda


dengan dua warna seragam berbeda sedang menikmati acara makannya
sembari bersenda gurau. Lalu di sudut lain yang membelakangi tempat itu ada
juga beberapa siswi berseragam SMA ROMA juga bersenda gurau. Tiba-tiba
salah seorang pemuda tadi bangkit berdiri mau pergi.

“Eh, gue cabut dulu ya. Gue mau ke suatu tempat dulu…”ucap Seorang pemuda
pada sahabatnya.

”Mau kemana lo??”Tanya salah satu sahabatnya.

“Ada lah… sekalian gue mau pamit. Ntar gue langsung gabung sama temen
sekolah gue”ucap pemuda itu dan langsung melangkah pergi meninggalkan ke
tiga sahabatnya.

“Ati-ati lho sob”ucap mereka serempak.

Langkah panjangnya membawa pemuda itu dengan cepat menuju area


perpustakaan. Dikeluarkannya hpnya dari dalam saku celananya, mulai
mengutak atik nama kontak di hpnya, lalu berhenti di satu nama dan menekan
gambar telepon warna hijau menandakan pemuda itu memanggil nama
tersebut.

“Hallo… ”

O=oo

“Hallo… iya….. ini gue udah jalan ke kantin… ok… sekalian pesenin makanan
ya… ship deh..”celoteh Seina ditelefon seraya sibuk memasukan buku Dia
Tanpa Aku tadi kedalam tas hermesnya.

“aauuwww…”teriak Seina saat tubuh mungilnya menabrak seorang cowok yang


juga sedang telfonan dan membuat Seina terjatuh.

“Eh… lo gak punya mata ya.. gak lihat kalau ada orang berdiri disini…”bentak
cowok itu marah-marah
“Eh, seharusnya pertanyaan itu buat lo sendiri. Lo liat dengan jelaskan kalau
gue punya 2 mata, lagian lo fikir nih jalan punya nenek moyang lo apa???
Berdiri ditengah jalan,… “gantian Seina yang marah

“Ini memang jalan punya nenek moyang gue. Kenapa??? Lo mau protes…
terserah gue mau berdiri dimana…”celoteh cowok itu lagi

“Oh, jadi lo mau pamer… kenapa gak sekalian aja lo tulis dijidat lo ‘ini jalan
nenek moyang gue' yang gede. Trus lo catwalk disini. Biar lo bangga….”ujar
Seina tidak mau kalah

“Apa lo bilang??? Lo …”

“Kenapa??? Lo gak suka sama omongan gue”teriak Seina

“Kok elo yang nyolot sih… kan elo yang nabrak gue…”

“Tapi elo yang udah bikin gue jatuh…”

“Aahh… udah deh, males berdebat sama cewek kayak lo, gak guna. Mendingan
sekarang lo bangun dan pergi dari hadapan gue…”perintah cowok itu.

Seinapun jadi sadar sepanjang perdebatanya tadi, dia masih dalam keadaan
duduk sedangkan cowok itu berdiri.

“Mau gue bantuin…”Tanya cowok itu mengulurkan sebelah tangannya.

Tapi tiba-tiba dia menarik lagi uluran tangannya dan malah mengusap
rambutnya sok dengan tampang mengejek.

“Eh.. kayaknya gue sibuk. Lain kali aja ya…”celoteh cowok itu berlalu pergi

“Apa??? Eh, kucing… sialan… berhenti lo…”teriak Seina setelah berdiri tegap
mengejar cowok itu

“Apalagi sayang… gue ada urus…”


“Makan nih sayang….”teriak Seina mengerahkan tenaganya untuk menendang
tulang kering cowok itu.

“Aaarrgghh… anji**… Eh…lo minta gue..…”maki cowok itu seraya menoleh


namun sosok Seina sudah menghilang “Eh, tikus… mau kemana lo…”omel
cowok itu ganti mengejar Seina

“Kucing… nama gue Seina… bukannya tikus…”geram Seina tidak terima


dipanggil tikus

“Dasar begok….. nama gue juga bukan kucing. Kalau lo gak mau gue panggil
tikus… ya jangan panggil gue kucing dong. Nama gue tuh… Destin… Nathanza
Radestin Dirgantara… mulai sekarang lo…”

“Tunggu…tunggu…..Kayaknya gue pernah denger nama lo deh???”gumam


Seina lirih

“Apa??? Oohh… itu sih gak heran… hari gini siapa sih yang nggak kenal sama
gue…”

“Destin…. Dastan…. Adiknya kak Dastan…. Jangan-jangan lo…”

“Lo tadi bilang siapa?? Dastan… lo…”

“AISSH, lupain aja…”ucap Seina segera berlalu dari hadapan Destin yang masih
sibuk mencerna perkataan Seina tadi.

“Bodoh banget gue mikir kalau dia adiknya kak Dastan. Lagian tadi juga belum
tentu benar kan, mungkin aja tuh orang ngerjain gue…”omel Seina terus
berjalan, omelan-omelan Seina masih tertangkap telinga cowok itu.

“Dastan… kenapa gue ngerasa kalau Dastan yang dimaksud tu cewek sama
seperti Dastan yang gue kenal ya….”ujar cowok itu dalam hati. “Gue harus cari
tau..”
0=0

“Aduuhh.. lo ngapain sih ngikutin gue terus, gue ini bukan artis. Jadi gue gak
butuh stalker kayak lo……. Mendingan lo cabut deh, jaga jarak sama gue..”omel
Seina kearah makhluk cowok yang sedari tadi mengekori Seina sampai kekantin

“Sein… disini..”teriak temen-temen Seina dari sebuah bangku yang di dekat


pintu masuk kantin. “Heii…”teriak Seina balas melambai sahabat-sahabatnya
itu dan menatap tajam mata cowok yang masih keukeh mengikutinya seraya
mendesis marah. “Buat lo… stop ngikutin gue... atau gue akan teriak kalau lo
penguntit”ancamnya nunjuk cowok itu.

“Terserah… yang jelas gue gak akan pergi sebelum mastiin sesuatu yang lo
ketahui!!!!!”keukeh cowok itu tetep mengekor.

Sampai Seina duduk di salah satu bangku, cowok itu tetap


menempelinya bahkan sampai mengusir 2 sahabat Seina yang semula
menempati bangku itu. Jadi sekarang hanya tinggal mereka berdua yang duduk
di bangku itu. Tanpa perduli tatapan tajam Seina atau bahkan tatapan penuh
minat dari seluruh penghuni kantin itu, pemuda tadi tetap menatap Seina lekat-
lekat seolah-olah kalau tatapannya beralih sedetik saja, gadis itu akan
menghilang. Bahkan sikap acuh gadis itu tak membuat pemuda itu menyerah,
gadis itu tetap tak mengacuhkannya dan tetap bermain HP seolah-olah pemuda
itu tidak ada.

“Heh… sebenernya mau lo apa sih??”Tanya Seina yang mulai gerah dengan
sikap cowok asing itu yang dengan tidak tau malunya menatapnya tanpa
berkedip.

“Akhirnya nyerah juga lo”kekeh pemuda itu, tanpa menyadari bahwa aura
disekitarnya mulai mencekam akibat kemjengkelan Seina “Gue cuma mau
tanya soal Dastan. Lo kenal sama dia???”ucap cowok itu yang dengan tiba-tiba
bersikap serius serta ekspresi yang juga berubah serius, secepat itu dia
mengubah ekspresi dan suaranya.

“Apa urusannya sama lo??? Gue kenal dia atau enggak itu bukan urusan
lo”jawab Seina tanpa minat tanpa mengalihkan tatapan matanya dari layar HP
di tangannya.

“Tentu saja itu urusan gue, karena gue juga kenal sama Dastan”ucap cowok “Lo
perlu tau kalau gue nggak suka ngobrol sama orang yang nggak natap balik
mata gue”ujarnya lagi lalu dengan seenaknya mengambil HP Seina dan
menaruhnya di meja. Saat gadis itu mau mengambil HPnya lagi, dengan cepat
pemuda itu menjauhkan HP itu dari jangkauan tangannya.

“Hehm…. Ok…Mungkin kita memang kenal satu nama Dastan, tapi bukan
berarti kita kenal satu orang Dastan. Nama kayak gitu tuh banyak …”celoteh
Seina mencoba menatap mata tajam dihadapannya, mencoba fokus pada
pemuda dihadapannya ini supaya urusannya cepet kelar dan pemuda ini segera
enyah dari hadapannya. Namun perasaan aneh tiba-tiba menjalari tubuh gadis
itu, mata itu… mata tajam bak elang dihadapannya mengingatkannya pada
sesuatu, sayangnya dia lupa susuatu itu apa. “Dan gue juga yakin kalau Dastan
yang gue kenal, beda sama Dastan yang lo kenal”imbuh gadis itu lagi, mencoba
menepis perasaan aneh itu.

“Tapi sayangnya gue justru sebaliknya. Gue sangat yakin kalau Dastan yang kita
maksud itu sama”ucap cowok itu ngotot

“Terserah lo…” “Gini aja deh… anggap aja Dastan yang kita maksud itu sama.
Trus memangnya kenapa kalau kita kenal Dastan yang sama???”tanya Seina
mulai lelah dengan sikap cowok itu

“Gue pengen tau gimana cara kalian bisa ketemu? Dimana ?? Kapan ??? Berapa
lama kalian saling kenal ???”Tanya cowok itu bertubi-tubi, berbagai pertanyaan
ini sudah ia pendam saat mendengar pertamakali dari mulut cewek itu kalau ia
mengeal Dastan. Pasalnya abangnya itu jarang sekali dekat dengan cewek, dia
juga selalu cerita kalau PDKT dengan cewek dan jelas nama Seina tidak ada di
daftar nama yang pernah Dastan sebut. Sehingga membuat rasa penasarannya
semakin besar…

“Kok lo jadi nanya-nanya kayak polisi gini sih, lo fikir gue penjahat yang harus
diinterogasi apa?? Lagian kok lo mau tau banget, emang lo siapanya Dastan??”

“Gak penting status hubungan gue sama Dastan. Yang penting sekarang lo kasih
tau secara detail pertemuan lo sama Dastan”Elak cowok itu enggan
menyebutkan identitasnya.

“Ya gak bisa gitulah, enak aja. Lo yang tadinya bersikap cuek sama gue, jadi
bersikap kepo gini setelah gue nyebut nama Dastan. Inikan mencurigakan….”

“Hehs… astaga . Dastan itu ABANG gue… emangnya salah kalau gue mau tau
soal kehidupan ABANG.GUE.SENDIRI”kesal Destin melotot pada mata bulat
cewek dihadapannya ini. Sedari awal ia enggan menyebutkan identitasnya
sebagai adik Dastan karena ia baru saja mengenal gadi itu. Dia hanya tidak ingin
terlalu terbuka pada orang asing. Tapi rupanya sikap keras kepala gadis itu
berhasil meruntuhkan niat awalnya untuk menutupi identitasnya sebagai adik
Dastan. Kalimat cowok itu jelas terasa seperti bom atom yang meledak dikepala
Seina, membuatnya seketika menjadi pusing dan kinerja otaknya terganggu.

“Wahh… gue semakin yakin kalau Kak Dastan tadi cuma ngerjain gue. Lo
sekongkol sama kak Dastan ya, buat ngerjain gue karena tadi gangguin dia di
perpustakaan. Lo…”tuduhan Seina langsung terhenti lantaran pipi putihnya
bersentuhan dengan bibir merah cowok itu.

“YAKK… APA YANG LO LAKUIN BARUSAN…”teriak Seina menggelegar


melontarkan tatapan tertajamnya pada cowok asing disampingnya.

“Siapa suruh otak lo penuh virus-virus negatif tentang gue…. Gue tadi cuma
berniat menghentikan celotehan lo yang gak jelas itu…”Jawab cowok itu tanpa
rasa bersalah atau canggung sedikitpun. Hell, dia baru nyium pipi gadis yang
notabenya baru ia kenal bahkna belum ada satu hari.

“Sialan… sekali lagi lo nyentuh anggota tubuh gue, gue akan bunuh lo dan
nglempar lo ke kutup utara. Ngerti lo…”Desis Seina bener-bener marah, dari
awal dia sudah jengkel dengan sikap menyebalkan Destin dan sekarang
ditambah lagi dengan sikap kurang ajarnya, sudah jelas kalau Seina sama sekali
tak respect dengan pemuda itu.

“Coba aja kalau bisa… lagian seharusnya lo bersyukur bisa di cium cowok
seganteng gue”

“Najis lo….”cibir Seina kesal.

“Ok, sekarang jelasin apa maksud lo dengan kalimat ‘tadi di perpustakaan'”

“eehhmm… gue emang ketemu orang yang lo bilang ‘kakak lo' itu, kira-kira
setengah jam yang lalu di perpustakaan kampus. Nggak sempet ngobrol sih,
orang dia kayak mayat hidup gitu. Cuman dia ngasih buku ini ke gue, eh… trus
ada surat juga, buat ‘adiknya'. Yaa.. karena lo mengaku Dastan itu ‘kakak' lo,
jadii,,, kayaknya surat ini buat lo”jawab Seina sedikit enggan menyerahkan
surat itu pada Destin, tanpa melihat raut terkejut diwajah Destin yang
menaikkan sebelah alisnya.

“eh…..elo sakit ya…”Tanya Destin menaruh telapak tangannya dikening Seina

“Apaan sih?? Main sentuh-sentuh aja, lo lupa sama peringatan pertama gue. Lo
bener-bener mau gue mutilasi..”Gertak Seina menepis tangan Destin

“Sorry sorry… lagian lo pasti ngigo nih. Mana mungkin lo ketemu sama abang
gue… diakan udah…”

“Gue emang ketemu dia di perpustakaan, nggak percayaan banget sih


lo”Potong Seina cepat, Destin hanya menatap wajah Seina bingung. “Nih, surat
yang gue maksud tadi”ujar Seina menyerahkan sebuah surat ke cowok yang
baru ditemuinya kurang dari satu jam ini.

“Surat….Heh.. Na-ya….Lo ngerjain gue ya,,,,”semprot Destin menatap tajam


Seina tetapi tetap menerima surat itu walaupun masih merasa janggal.

“Ngerjain apaan lagi sih, yang ada kalian berdua pasti yang ngerjain gue….
Gue…”

“SSsstt…. Diem dulu…”perintah Destin tiba-tiba seraya membuka perlahan


surat tersebut.

“Des…. Detik dimana lo baca surat dari gue ini. Berarti didetik itu juga lo
nemuin jodoh yang gue pilih buat lo”

“Jodoh apaan sih….”celoteh Destin bingung, apalagi Seina yang hanya


mendengar ucapan Destin tentang jodoh tanpa tau isi suratnya.

“Lo harus jagain dia, seperti lo udah ngejaga Runa buat gue.Awas aja kalau
sampai lo bikin nangis kedua cewek yang gue titipin buat lo. Gue akan
gangguin lo seumur hidup lo, supaya lo hidupnya gak tenang..hahahaha…”

“Hah…. Serem amat abang gue…”celoteh Destin lagi membuat kerutan dikening
Seina bertambah

“Lo baik-baik ya… jangan suka bikin mama panik dan nangis gara-gara ulah lo.
Cukup sekian surat dari gue…. Bye… INGAT, LOE HARUS JADIAN SAMA CEWEK
INI”

“APA-APAAN NIH ABANG GUE…”teriak Destin tiba-tiba

“Lo itu sebenernya kenapa sih???? Kenapa dari tadi omongan lo gak ada yang
jelas??? Jodohlah… seremlah.. lo dijodohin sama kuntilanak……”Tanya Seina
akhirnya
“Yang bener aja… masak abang gue nyuruh gue jagain dan bahkan macarin ini
cewek sinting. Dia pikir gue gak bisa nyari pacar sendiri apa??? Kenapa gak
sekalian aja dia bawain gue satu bidadari surga. Biar gue puas….”gerutu Destin
dalam hati tanpa memperdulikan pertanyaan Seina “Lagian selera abang gue
kok norak banget sih… tinggal selama 17 tahun kok dia gak tau tipe cewek
idaman gue. Dasar abang yang gak respect…..”omel Destin lagi seraya
mengamati Seina dari ujung kaki sampai kepala

“Woyy…. Kok lo malah bengong sih… bengongnya sambil mandangin gue lagi…
lo naksir sama gue….”teriak Seina emosi

“Hah… abang gue bener-bener gila, gak waras nitipin cewek rada-rada gini ke
gue”keluh Destin dalam hati seraya menghela nafas berat

“Des… lo…”

“Berisik… sekarang mood gue tu bener-bener ancur… jadi mending sekarang lo


gak usah gangguin gue”

“Eh…..ELO yang gangguin gue makan begok, lo tadi yang ngikutin gue kesini…
lupa ingatan ya lo…”protes Seina gak terima disalahkan

“Ya udah, gak usah triak-triak kali…”celoteh Destin jengah. “Na… asal lo tau
aja… sebenernya abang gue udah meninggal….”jelas Destin lirih

“what??? Wah, lo doain abang lo…”

“Abang.Gue.Udah.Meninggal.Seina” “Beberapa bulan yang lalu, kecelakaan”

“Wahh…. Jangan-jangan….”

“Sama Na… lihat ini deh..”potong Destin sebelum ucapan ngawur Seina
terlontarkan

“Lho… foto ini…”


“Lo masih mau bilang kalau lo baru ketemu abang gue…”ucap Destin setelah
menunjukan foto dirinya dan abangnya yang menggunakan kaos basket dengan
masing-masing memegang bola basket berwarna orange dan biru.

“Tap…tapi… tadi….di…dia…”gagap Seina pucat pasi tidak bisa berkata-kata lagi.

Hening.

“Dia tadi nyata banget Destin…”ucap Seina setelah lama terdiam menatap
nanar wajah Destin yang tidak kalah herannya.

“Mau denger cerita selanjutnya…”tawar Destin tanpa rasa canggung.

“Sejujurnya gue sangat penasaran… tapi…. Apa kak Dastan gak marah kalau lo
nyeritain kisahnya ke gue yang notabenya baru kalian kenal??”Tanya Seina
ragu-ragu

“Dia gak mungkin marahlah… dia sendiri yang nyuruh gue deketin lo…”gumam
Destin sangat pelan

“Hah… lo tadi bilang apa??”

“Gue gak bilang apa-apa. Intinya abang gue gak bakalan marah…”

“Ya udah… cerita aja, Eh tunggu… tadi… gue sempet baca buku yang dia kasih,
trus dia bilang kisahnya sama seperti dalam novel Dia Tanpa Aku…”ucap Seina
baru ingat

“Memang…dan gue sebagai Reinald…. Kisah Dastan itu dimulai 1 tahun yang
lalu, saat gue baru kelas XI SMA dan dia kelas XII SMA…”

“Waktu itu…..”

FLASHBACK ON
JAKARTA, 28 JUNI 2012
Tahun ajaran baru

Terlihat seorang cowok yang mengenakan seragam putih abu-abu


tengah menyeleksi kelas barunya di kelas XI ini. Dari kejauhan ia melihat
seorang cewek yang sudah tak asing lagi sedang berdiri bersama ibu dan
kepala sekolah SMA DEANDLES. Mereka terlihat sedang terlibat pembicaraan
yang serius.

“Tuh cewek kan…..”ujarnya mengingat-ngingat.

Tanpa disadarinya, ia berdiri dalam diam mengamati sang cewek. Foto


dan realita ternyata memang sangat berbeda. Cewek itu lucu, cantik, dan
terlihat sangat periang. Semuanya bisa dilihat dari cara bicaranya, gerak-
geriknya, ekspresi mukanya dan bahasa tubuhnya.

“Pinter juga abang gue”katanya tersenyum sedetik seraya menghampiri Joana


temen sekelasnya saat SMP dulu.

“Eh, An… tuh cewek murid baru ya. Kelas berapa??”Tanya Destin tanpa
mengalihkan tatapanya kearah cewek yang sedang bersama ibunya di depan
ruang kepala sekolah, terlihat ibunya membicarakan hal serius dengan pak
kepala sekolah SMA DEANDLES.

“Iya kayaknya, sepantaran sama kita. Gue denger dari anak-anak dia pindahan
dari Bandung … Kenapa emang??? Naksir pada pandangan pertama ya”ledek
Joan tersenyum mengejek.

“Gak mungkinlah… dia kan milik abang gue…”bantah Destin tanpa sadar

“Hah… maksud lo??”Tanya Joan merasa ada yang salah dengan ucapan Destin
barusan.
“Udah lupain aja…”ujar Destin berlalu pergi meniggalkan tanda tanya bagi
Joana .

Begitu sampai dirumahnya, Destin segera berlari mencari sang kakak.


Saat membuka pintu kamar terlihatlah sang kakak yang sedang duduk bersila
diatas tempat tidur dengan muka yang tampak kesal.

“Bang…dia pindah ke sekolah gue”lapor Destin sembari duduk didepan sang


kakak.

“Udah tau!!!!”jawab Dastan ketus

“Kenapa lo?? Lagi dapet ya” ledek Destin

“Kenapa sih… Dia harus pindah ke sekolah lo?? Kenapa dia nggak masuk
kesekolah gue coba???”omel Dastan

“oohhh… ternyata itu masalahnya. Ya itu berarti cewek lo itu pinter milih
sekolah, lo terima nasib aja deh kalau sekolah gue itu lebih bagus daripada
sekolah lo”cibir Destin membuat kakaknya semakin cemberut

“Sialan lo…”teriak Dastan seraya melempar bantal pada punggung adiknya


yang menghadap lemari pakaian.

“Tapi Bang… dia cantik juga ya, beda banget sama foto2 yang sering lo kasih
lihat ke gue”

“Nahhh.. gue benerkaann… dia itu emang CUANTIIKK BAANGEETT”teriak


Dastan merubah ekspresi wajahnya yang kusut menjadi ceria.

“Berarti nih ya,cewek lo itu gak fotogenik, masa' asli sama fotonya beda banget
sih”

“Yeww.. itu namanya natural tau, bukanya lebih bagus kayak gitu. Lo lihat deh,
artis2 zaman sekarang.. begitu difoto semuanya pada cakep karena make up,
pas lihat aslinya. Mereka gak cakep2 amat tuh…kita seharusnya cari pacar
yang kayak gitu dek..”Kata Dastan membanggakan gadis incaranya, sepertinya
ia tidak mau kalau sang adik menjelek-jelekan gadisnya.

Tak lama wajah Dastan berubah menjadi tegang dan terlihat serius. Destin aja yang
baru nglihat sekali udah langsung sadar kalau ‘dia cantik', gimana sama cowok2 yang
lain.

“GGAAWWAAATTTT…!!!!”teriakan Dastan membahana keseluruh penjuru


rumah

“Apanya yang gawat??”Tanya Destin santai setelah melepas baju biru


putihnya.

“Des,..tolong jagain dia yah!! Jangan sampai dia dideketin sama cowok lain”

“Caranya?? Guekan gak kenal sama dia”

“Ya… lo kanalan dulu lah”

“Aduuhhh… udah deh, dia gak mungkin ada yang naksir, diakan murid baru.
Paling kalau ada juga nunggu sebulan dua bulan lagi, masih lama”alasan
Destin

“Ya.. itu kalau yang naksir anak yang seumuran juga, kalo ternyata yang naksir
anak senior gimana??? Senior itu nekat tau… Pokoknya.. kalo ada anak senior
yang ngedeketin dia, lo harus jagain dia yah!!”perintah Dastan ngotot.

“Hah!!”mata Destin molotot melihat Dastan “Nggak… lo gila apa?? Gue masih
pengen hidup… kalau gue jagain dia, bisa2.. wajah gue yang ganteng ini jadi
bonyok digebukin sama kakak senior”tolak Destin keukeh

“Nanti tiap hari gue traktir deh”bujuk Dastan belum nyerah


“Owhh.. jadi lo do'ain gue digebukin setiap hari”Destin menatap sinis kearah
Dastan, sungguh kakak yang kejam!!! Rela adiknya bonyok2 hanya demi
seorang cewek yang belum tentu kenal sama dia. “Elo tu kelewatan ya, tega
banget sama adek sendiri. Gue ini adek lo satu2nya tau, kalo gue mati gara2
digebukin sama tuh senior …. Lo …..”

“Gue bakal jadi anak tunggal,, kayaknya ide bagus tuh…”potong Dastan
tertawa lebar Destin menghela nafas panjang, terlihat jelas ia sangat kesal
pada abangnya itu, Dastan yang merasa aura adeknya diselimuti kabut tebal
langsung merangkul Destin.

“Sorry…sorry… gue Cuma bercanda kok, lagian mana tega sih gue sama adek
gue yang super ganteng ini”Dastan memainkan alisnya menghibur Destin.

“Alaahhh… gue tau kok kalo lo itu serius, lo seneng kan kalo jadi anak tunggal.
Jadi lo gak ada saingan lagi…”sungut Destin melepas tangan kakaknya kasar

“Hehehe.. ya ampun Destin… enggak lah,gue gak sekejam itu kali. Ya udah lo
cukup jagain dia aja yah!!”

“huhh… ogah, lo pindah aja ke sekolah gue supaya lo bisa jagain dia tiap hari.
Atau lo ngelamar kerja jadi satpam dirumahnya… malah lo bisa jagain dia 24
jam, keren gag tuh ide gue”celoteh Destin meledek Dastan

“Cerewet…sekali2 lo turutin dong permintaan gue, nyenengin abangnya dikit


bisa kali”

“pokoknya gue gak mau dan gak akan pernah mau”Destin berjalan keluar
kamar

“ayolah des!! Demi abang lo yang super ganteng ini!!”ujar Dastan mengejar
langkah sang adik keluar kamar.

Dengan langkah santai Destin berjalan kearah kelasnya, hari ini dia
terlihat senang karena pagi ini sang kakak mengantarkan dia ke sekolah
walaupun sebenarnya hal itu hanya alibi untuk melihat gadis pujaannya.
Senyum lebar ia lontarkan pada teman-teman sekelasnya saat langkahnya
melewati bangku mereka. Tapi dalam seketika senyum itu langsung luntur
lantaran dia melihat ada seorang gadis yang duduk di bangku samping tempat
duduknya yang kemarin kosong karena memang Destin hanya duduk sendiri.

“Yahh… satu kelas…. Satu bangku lagi….. bakalan repot nih gue nanti”gerutu
Destin seraya berjalan malas kebangkunya.

Semangat 45 yang dia bawa tadi langsung menghilang, sudah


terbayang jelas difikiranya kalau nanti dia akan dijadikan kurir oleh kakaknya
sendiri untuk mengantarkan pesanlah, kadolah, kue, bunga dan berbagai
macam hal yang gak penting lainya. Bahkan mungkin ia akan disuruh untuk jadi
bodyguardnya gadis itu, dari segala macam jenis cowok yang hendak
mendekati dan mengganggunya.

“Hufftt… sial banget hidup gue”gerutu Destin menghela nafas berat dan duduk
dibangkunya.

“Hai… lo yang namanya Destin. Kenalin… gue Runa…”celoteh cewek itu begitu
Destin duduk di sebelahnya.

“Bisa gak, selama pelajaran nanti kita gak usah ngobrol apa-apa. Bukan
maksudnya sombong… tapi mood gue hari ini sedang gak baik, daripada lo
dapat amukan dari gue. Mending lo duduk diam di tempat lo dan jangan
banyak bicara… ”perintah Destin membuat Runa hanya melongo heran.

“emm…ok…”jawabnya terbata.

Sejak pembicaraan itu Runa tidak pernah sedikitpun bertanya ke Destin,


jangankan bicara… cewek itu bahkan enggan untuk menoleh ke arah Destin.
Sedangkan sepanjang pelajaran berlangsung Destin justru menatap lekat-lekat
wajah Runa tanpa berkedip, mengamatinya, lalu sekali-sekali bergumam tidak
jelas. Hal itu tentu saja membuat Runa canggung dan hingga akhirnya
sepulang sekolah dia memberanikan diri untuk bertanya pada Destin.

“Kenapa sih??? Sepanjang pelajaran tadi lo terus aja ngliatin gue. Lo sendiri
bilang kalau kita sebaiknya gak usah ngobrol, tapi kenapa sikap lo malah
membuat gue gak nyaman??”ocehnya menatap Destin kesal.

“Sorry…. Gue hanya heran aja, hal menarik apa yang ada di diri lo??”jawab
Destin jujur

“Hah…. Lo…”

“Lo udah punya pacar??”lagi-lagi ucapan Desti membuat Runa melongo syok

“Be…lum… kenapa lo…??”

“Bagus… berarti masih ada peluang”ucap Destin seraya melangkah pergi.

“Peluang…. Maksudnya apa sih??? Gak jelas banget tu orang”gumam Runa


kesal.

Destin turun dari mobil jemputannya, perlahan ia berjalan menuju teras


rumahnya. Terlihat sang kakak berdiri didepan pintu dengan raut wajah yang
kusut dan kedua tangan dilipat didepan dada siap untuk menelannya hidup2
karena sudah berani satu kelas dengan cewek itu. Perlahan Destin mendekat
dangan perasaan was2.

“Kok dia bisa 1 kelas sama elo sih??”protesnya saat Destin baru menginjakan
kakinya diteras rumah.

“Baru datang.. udah diintrogasi gini gue”keluh Destin dalam hati

“Lagian kok dia bisa tau sih kalo gue sekelas sama cewek itu, makin salut aja
gue sama keseriusan abang gue buat PDKT sama nih cewek. Dapat informasi
darimana sih ni anak??? “lagi-lagi Destin hanya bisa menggerutu dalam hati
seraya menatap kakaknya takjub. “Itu tandanya dia emang gak jodoh sama lo,
jodohnya itu sama gue. Mending lo ngrelain dia buat gue aja deh… daripada
nanti lo kecewa sendiri”kata Destin cuek.

Dastan pun semakin kesal , terlihat begitu jelas diraut wajahnya.

“Apa lo bilang??? Lo mau gue pecat status lo sebagai adek gue”teriak Dastan
emosi

“Aahhh.. udah dehh Bang…. gue capek. Kita bahas masalah ini lain kali aja ya…
nunggu mood gue kembali full. Lagian lo fikir gue apa yang ngatur ini
semuanya, kalo lo mau protes… lo temuin aja kepala sekolah gue beserta
guru2 gue sekalian,mumpung mereka masih ada rapat disekolah”Destin pun
masuk kedalam rumah. Dastan hanya bisa bengong mencerna renteten kata2
dari adiknya itu, dengan pasrah ia menghela nafas sembari duduk diteras
rumah.

“Iya juga ya… Destin kan gak tau apa2, kenapa gue tadi protesnya ke dia??”
“wahh… lo bener2 cewek yang hebat, lo bisa bikin gue jadi kakak durhaka nih”

Matahari pun segera menampakan sinarnya , jam menunjukan pukul 5 pagi.


“Deeessttiiinnnn… baanguuunnnn… woi.. banguunnnn…!!!!!!”teriak Dastan
tepat ditelinga Destin.

Karena kaget, Destin pun langsung melompat dari tempat tidurnya.

“Ada apa??Ada apa??Dimana kebakaranya???”teriak Destin ikutan panic


seraya duduk di atas kasurnya melihat-lihat sekeliling kamarnya.

“Kebakaranya didaerah Ciamis…. 500 KM dari sini. Mending lo sekolah dulu


deh, ntar sepulang sekolah lo bisa ngungsi. Kebakaranya paling gak nyampek
sini kok…”celoteh Dastan menahan tawanya

“Sialan… gue serius tau… bener nih gak ada kebakaran….”Dastan hanya
mengangguk mengiyakan pertanyaan Destin. “Jadi lo triak2 kayak tadi. Cuma
buat bangunin gue doang… lo jadi abang baik banget ya… sampai2 baru jam
04.00 pagi gini lo udah bangunin adek lo tersayang ini. Gue salut banget sama
lo….”omel Destin melempar Dastan dengan guling yang tadi dipeluknya

“Makasih adek gue yang gak lebih ganteng dari Abangnya….cepetan deh lo
mandi”celoteh Dastan dengan tampang watadosnya

“Bang, sekolah gue tu masuknya jam 07.00, masih ada 3 jam lagi tau… gue
tidur lagi ya…”keluh Destin merebahkan badannya lagi.

“gak bisa… lo harus mandi sekaraaaannggg!!!!!!!!!”perintah Dastan seraya


menarik adiknya itu agar bangun dan membawa paksa adeknya ke kamar
mandi.

Satu jam kemudian….

“Huufftt…. Abang gue bener-bener udah gila. Masa' dia yang fall in love, gue
yang kena getahnya”omel Destin saat memakai sepatu putihnya

“Seenaknya aja dia bangun…..”

“DESTIIINNNN… BURUAANN… NTAR KEBURU TUH CEWEK BERANGKAT


SEKOLAH…”teriak Dastan dari teras rumah memotong omelan Destin.

“IYA… BAWEL BANGET SIH….”teriak Destin gak kalah kencangnya “Tu cewek
gak serajin gue kalii…”omel Destin seraya naik ke mobil kakaknya.

Dastanpun mulai mengendarai mobilnya menuju sekolah Destin. Sejak


saat itu Dastan sering kali mengantar jemput Destin, bahkan tak jarang dia
nongkrong di depan sekolah adiknya itu guna melihat keadaan cewek
idamannya.
FLASBACK OFF

“Jadi Runa itu, murid baru di sekolahan lo. Pindahan dari Bandung…”Tanya
Seina begitu Destin kelar bercerita.

“Yups, di sekolah di Bandung. Makanya semenjak Kakak gue suka sama Runa,
dia bela-belain pergi Jakarta-bandung Cuma buat ngliat tuh cewek…”

“Wuah… romantic banget sih kaka lo..”puji Seina tersenyum manis

“Romantis apaan… itu namanya begok…. Ngahabisin waktu aja, kalau gue jadi
dia. Gue akan Langsung samperin Runa dan bilang kalau gue cinta sama dia.
Lebih simple kan, nggak ribet….”bantah Destin

“Eh, cinta tuh emang ribet. Tapi cowok yang sedang jatuh cinta itu akan
membuat sesuatu yang ribet itu menjadi simple. Nggak pernah jatuh cinta ya
lo….”celoteh Seina mencibir sikap tak acuh Destin

“Bagi gue jatuh cinta dan gak jatuh cinta itu sama aja. Gue selalu bisa ngelakuin
apapun yang rumit jadi lebih mudah”balas Destin tak mau kalah. “Dasar
cewek…. Pantes aja hidup lo penuh drama, lo selalu membawa perasaan untuk
hal apapun”kali ini giliran Destin yang mencibir Seina.

“Sial. Diem lo…. Lanjutin aja cerita kak Dastan tadi, bikin kesel dengerin
celotehan lo barusan”ujar Seina manyun

“Sampai dimana tadi?? Aa, kak Dastan tau kalau Runa pindah ke sekolah gue…
jadi mulai saat itu, kak Dastan sering antar jemput gue. Alasannya sih supaya
adek tersayangnya ini gak dalam bahaya, padahal gue tau kalau abang gue tuh
modus. Dasar rese' tu anak….”celoteh Destin kembali ke hadapan Seina setelah
tadi sempat menjelajah ke masa lalu.

“Trus… gimana kakak lo bisa meninggal?”Tanya Seina


“Tepat hari ulang tahunnya Runa, abang gue berniat untuk datang ke rumah
tuh cewek. Tapi diperjalanan abang gue kecelakaan dan akhirnya
meninggal”ujar Destin pelan jelas sekali kalau dia masih berduka atas
meninggalnya abang satu-satunya itu.

“Hah… jadi Runa gak tau kalau kak Dastan suka dan bahkan cinta mati sama tuh
cewek??”Tanya Seina kaget

“Awalnya emang enggak tahu, tapi dengan egoisnya gue bilang ke dia kalau
kakak gue meninggal karena dia”

“Kok bisa karena Runa, diakan…”

“Lo juga mikir kalau gue bodoh kan” “Saat itu gue bener-bener kalut… gue
sampai gak bisa mikir positif tentang kejadian yang menimpa Dastan. Setelah
Dastan meninggal, gue jadi benci banget sama tuh cewek dan itu membuat gue
selalu jahat sama Runa”

“Maksud lo….”

FLASHBACK ON

Beberapa hari setelah meniggalnya Dastan.

Siang itu terlihat dua orang sahabat sedang makan dengan lahap di
kantin sekolah demi memenuhi kebutuhan perutnya setelah 2 pelajaran tadi
pagi menguras tenaga mereka. Namun saat sedang asyik makan, tiba-tiba ada
seorang cowok yang menghampiri mereka dan tanpa permisi langsung duduk
di depan cewek yang bernama Runa. Tanpa perduli juga dengan tatapan 2
cewek dihadapannya si cowok mengatakan sesuatu yang sukses membuat
mereka kaget setengah mati.

“Lo masih belum punya pacar kan???”Tanya Destin pada Runa lagi-lagi tanpa
perlu mengucapkan kalimat sapaan walaupun hanya sekedar basa-basi singkat
dan memilih langsung ke kalimat intinya.
“Hah… belum. Memang ken….”

“Bagus.. karena lo pasti gak mau kalau pacar lo itu gue gebukin sampai
mati”ancam Destin dan berlalu pergi meninggalkan tanda tanya bagi kedua
cewek itu.

“Tuh orang kenapa sih???”gumam Runa heran

“Destin suka sama elo ya???”kali ini gumaman dari temen disampingnya.

“Tau deh… pusing gue ngliat tingkah ajaibnya…”gerutu Runa kembali


meneruskan acara makannya yang sempat tertunda akibat kedatangan tamu
tak diundangnya. Namun perasaannya masih saja memikirkan sikap aneh
Destin.

Keesokan harinya dengan geram Destin memasuki kelasnya dengan


muka yang super duper dingin tanpa ada senyum jenakanya seperti pagi-pagi
kemarin. Dengan langkah dihentah-hentakan dia berjalan kearah seorang
cewek yang sedang menulis sesuatu di bukunya. Berdiri dalam diam tepat
didepan bangku gadis bernuansa biru itu yang otomatis membuat sang gadis
mengangkat sebelah alisnya minta penjelasan. Diaturnya kembali nafas yang
memburu kala tadi pagi waktu di parkiran sekolah dia melihat Runa digandeng
sama Bima anak IPS 2. Ditariknya lagi nafasnya dengan tujuan mengontrol
emosinya yang siap meledak. Dari tatapan Runa, jelas sekali terlihat kalau
cewek itu mengkeret takut seakan-akan tau kalau sebentar lagi badai
kemarahan Destin akan meluap. Dengan was-was dia menunggu tanpa
menatap pada satu titik menutupi kegugupannya.

“Dasar bodoh… kan gue udah bilang kalau lo jangan pacaran dulu sebelum lo
dapat ijin dari gue. Ada hubungan apa lo sama tuh cowok??” “Pagi-pagi udah
pameran ditempat parkir, ngerasa hebat karena sekarang udah punya pacar.
Anak kelas IPS lagi... Lo bener-bener nantang gue ya, ancaman kemarin kurang
bikin lo jera. Lo mau tuh anak gue bikin masuk rumah sakit atau liang kubur”
“Ini peringatan kedua buat lo, kalau sampai gue ngliat lo lagi jalan sama cowok
lagi. Gue gak akan segan-segan buat bunuh anak orang kapanpun dan
dimanapun tempatnya” “ NGERTI LO…”teriak Destin meledak ledak, rupanya
acara tarik nafasnya itu tidak mempan untuk mengontrol amarahnya yang
sudah memuncak. “Kenapa diem aja, kalau ditanya tuh jawab”teriak Destin lagi

“Ta…tadi cuma temen kok, dia cuma nganter ke sekolah aja. Kebetulan rumah
kami satu arah….”jawab Runa takut-takut.

“Tetep aja gak boleh, mau satu arah kek, satu sekolah kek atau bahkan satu
kompleks. Lo gak boleh berangkat bareng cowok lain selain gue. Entah itu
tetangga, temen, sahabat, kecuali bokap atau sodara lo. Gak ada yang dapat
ijin dari gue. Mulai besok lo gue jemput… dan gue juga yang akan nganter lo
pulang”perintah Destin tanpa menunggu reaksi cewek didepannya dan berjalan
munuju tempat duduknya.

Dia bahkan tidak sadar telah membuat kerutan heran diwajah cantik
Runa serta kekesalan yang semakin memuncak dengan sikap otoriternya.

FLASBACK OFF

“Wah, kayaknya emang dari awal lo tuh udah di ciptain buat ngrecokin
kehidupan orang kayaknya. Kasian gue sama si Runa….”cibir Seina menatap
sinis kearah Destin. Sedangkan yang ditatap hanya diam dan kembali
melanjutkan ceritannya….

“Ya.. seperti tokok Reinald dalam novel Dia Tanpa Aku. Gue selalu aja, gangguin
dia. Gue suka ngatur-ngatur hidupnya dia… gue…”

“Berarti lo juga suka sama Runa dong??”Tanya Seina menginterupsi

“Awalnya gue yakin seratus persen kalau gue gak ada feel sama Runa. Tapi
lama kelamaan gue jadi bersikap kayak Dastan, gue selalu aja pengen
nglindungin dia. Bahkan lo udah denger tadi sikap gue ke Runa udah ngalah-
ngalahin sikap seorang pacar.…”jawab Destin

“Lalu sekarang… ehm, lo masih ada feel sama Runa”

“Gue gak mau ada status apapun diantara kita. Biarin aja ngalir apa adanya…”

“Friendzone dong!!! Trus sekarang Runa ada dimana????”Tanya Seina tidak


bisa menutupi rasa penasarannya.

“Dia sekolah di Jepang… beberapa hari setelah hari ulang tahun Dastan….”
“Gue yang nyuruh dia tinggalin Indonesia…. Berhubung saat itu dia ditawarin
beasiswa di Jepang”

“Ooohhh…. Lhah trus, lo patah hati dong…”terka Seina

“Gak usah sok tau deh….. Rasa care gue sama Runa itu ternyata cuma karena
gue pengen nglindungin apa yang awalnya dijaga oleh Dastan. Setelah dia ke
Jepang, gue udah lupa tuh sama perasaan gue”jawab Destin tegas

“Hehmm… ternyata kisah kakak lo bener-bener menyedihkan ya. Bener-bener


kayak novel Dia Tanpa Aku….”koment Seina tersenyum miris.

“Ya gitu deh… Eh, kenapa gue jadi curhat sama lo???”ujar Destin saat tersadar
kalau dia ngorol panjang lebar sama cewek yang baru dikenalnya beberapa jam
yang lalu.

“Tau…”jawab Seina angkat bahu

“Ya, udah gue cabut. Daah.. babi…..Eh, salam buat Deren n the genks
ya....”ucap Destin tersenyum tulus dan kemudian berlalu pergi bahkan sebelum
dapat omelan dari Seina karena memanggil gadis itu babi, tapi baru beberapa
langkah cowok itu balik badan dan berdiri di hadapan Seina lagi.
“Siniin hp lo”perintah Destin tanpa menunggu persetujuan dari Seina langsung
mengambil hp cewek itu yg berada di atas meja.

“Eh, apa-apaan sih??”teriak Seina jengkel dengan sikap seenaknya Destin.

“Gue ngerasa kalau setelah ini kita bakal ketemu lagi. Jadi untuk
mempermudah gue simpen kontak lo di hp gue…”jelas Destin kalem terseyum
tenang

“Aissh…. Seenaknya aja sih lo… gue doa in kita gak akan pernah
ketemuu…”teriak Seina memandang punggung tegap Destin yang menjauh.
Tiba-tiba ada panggilan masuk dari nomor baru ke hp Seina.

“Banyakin do'a deh supaya kita nggak pernah ketemu, soalnya kalau sampai
kita ketemu lagi. Gue nggak jamin kalau hidup lo akan setentram sebelum lo
ketemu gue, apalagi gue ngerasa nyaman berada disamping lo. Jangan GR dulu
sama ucapan gue barusan, lo jauh dari kata tipe cewek idaman gue. Gue rasa
sahabatan sama lo nggak ada salahnya… so persiapain aja nyandang status
sahabat Destin… by Bi…”itu suara menyebalkan Destin “Oh, ya… ntar malem
gue chat lo” imbuhnya sebelum mematikan sambungan telponnya bahkan
sebelum Seina sempat menjawab. Tentu saja sukses membuat Seina
menggeram marah, ingin sekali gadis tu melempar hpnya karena saking
kesalnya. Tapi kalau sampai dia melakukan itu, sama saja merugikan dirinya
sendiri.

“Sein… kok dia kenal sama most wanted sih…”Tanya Nesa menghampiri Seina
setelah terdiam lama mengamati bangku Seina dan cowok asing dari kejauhan
setelah dengan tidak sopannya dia diusir oleh cowok itu.

“Gak tau, dan gue nggak mau tau. Kalau bisa jangan sampai gue tau….”ketus
Seina masih dengan sisa kemarahaannya pada Destin.

“Kenapa gue nggak asing ya… sama tuh cowok”gumam Winta.


“Sudahlah… lupain aja cowok sinting kayak dia, nggak ada gunanya”omel Seina

“Lho, kok lo gak suka gitu. Bukannya tadi dia sempat curhat sama lo. Gue kira
sekarang kalian temenan??”Tanya Winta bingung.

“Curhat sesaat… lagian di kamus gue nggak ada istilahnya temenan sama
cowok saraf kayak dia. Bikin otak gue konslet aja….”gerutu Seina kesal.

“Ya udahlah, nggak usah dibahas. Ayuk cabut, anak-anak udah pada stay di bus.
Ntar kita ketinggalan bus lagi… lagian gue nggak mau kena omel bu Nasti”ajak
Nesa angkat bicara.

Mereka bertigapun segera beranjak dari tempat nongkrong itu dan


kembali ke rombongannya untuk ke sekolah.

0=0

“Kok…. Gue jadi mikirin curhatan Destin tadi ya,,,,”ujar Seina saat tiduran di
dalam kamarnya, “Eh,,, gue kok baru sadar juga… berarti yang gue temui di
perpustakaan tadii… hantunya kak Dastan dong…” “OMG … gue ketemu
hantu…. Sungguh sulit dipercaya… kok gue bisa ya, jangan-jangan gue punya
sixtsense”tiba-tiba saja HPnya berbunyi tanda ada chat masuk. “Nomor
baru”gumam Seina lalu membuka chat masuk itu.

085604xxxxx : Lo pasti lagi mikirin gue kan, pasti nggak bisa tidur kan.

Seina : Ma'af. Tapi ini siapa ya?? ( balas Seina )

085604xxxxx : Lo lupa sama cowok tertampan di Indonesia, padahal baru aja


tadi siang kita ketemu masa' lo udah lupa. ; )

“Tertampan Se- Indonesia??? Siap….” “Cowok sarap tadi siang. Sialan…. Dia
beneran chat gue…”geram Seina saat baru sadar bahwa nomor baru ini milik
Destin.
Seina :Eh, kucing…. Ini terakhir kali gue chat lo ya, ‘JANGAN PERNAH LO CHAT
ATAU TELFON GUE LAGI' karena gue nggak akan pernah bales pesan atau
jawab telfon dari lo. Ini peringatan ya… bukan permintaan… ngerti lo…

Seina mengetik pesan itu dengan emosi yang menggebu-gebu, lalu


mengirimnya dan setelah itu langsung menaruh HPnya diatas nakas tanpa
membaca balasan chat dari Destin atau bahkan panggilan dari cowok itu yang
bahkan sudah kesekian kalinya semenjak pesan peringatan yang di kirim Seina
tadi. Karena deringan itu sangat mengganggu Seina yang sedang mencoba
untuk tidur terus berlanjut sampai setengah jam kemudian dengan cepat Seina
memutuskan untuk mencabut baterai HPnya sehingga otomatis HP itu mati dan
deringan itu juga tidak terdengar lagi. Hari hari berikutnya Seina disibukkan
dengan mereject atau mengahpus pesan dari Destin karena cowok itu terus
saja mengganggu ketenangan hidupnya, dia sendiri heran kenapa cowok itu
tidak pernah menyerah pada kediaman dan kecuekan cewek itu.

Setiap hari bahkan cowok itu selalu mengirim chat ‘selamat


pagi',‘selamat siang', ‘selamat malam','selamat tidur', Bener-bener udah
kayak petugas indomaret aja ngucap salam terus, sampai-sampai Seina
menamai cowok itu di kontak phonenya dengan ‘jangan dijawab' saking
jengkelnya dia dengan sikap annoying cowok itu.

Ada niatan sih, untuk Seina ganti nomor dan membuang atau membakar
nomor keramatnya itu. Tapi kalau difikir-fikir lagi hal itu akan menyulitkan dia
sendiri, pasalnya di harus men share nomor barunya pada temen-temennya,
mengganti semua akun sosmednya, dan lain-lain yang membuatnya kerepotan
sendiri. Alhasil Seina memutuskan untuk tetap menggunakan nomor itu dan tak
mengacuhkan sikap annoying Destin.

0=0
SEINA DAN GENKS [ Most Wanted ]

Klub MILLENIUM adalah klub yang berlokasi di jalan adalah salah satu
klub yang paling happening di Jakarta. Hanya orang-orang tertentu yang bisa
masuk kedalam klub ini, orang-oarang yang mempunyai kartu Gold VIP karena
tarif masuknya yang selangit. Klub yang bernuansa warna safir blue ini
merupakan klub yang di buat khusus untuk para pelajar SMA di Jakarta, tanpa
minuman beralkohol, tanpa penari seksi, dan juga tanpa rokok karena pemilik
klub ini, pak Putranta alias ayah Deren melarang keras adanya asap rokok di
ruangan ini. Hanya music DJ yang bergemang di ruangan ini. Walaupun begitu,
klub ini sudah setara dengan Red club di London atau Rex club di Paris. Klub ini
merupakan salah satu kekayaan keluarga PUTRANTA yang tersebar di seluruh
pelosok Indonesia.

Most wanted SMA ROMA, merupakan salah satu orang-orang yang


beruntung itu. Tidak heran karena Deren, salah satu personil most wanted
merupakan putra tunggal dari pemilik klub ekslusif ini. Ke empat pemuda
tampan ini terlihat duduk manis sedang mengamati orang-orang yang sedang
berjoget ria menikmati DJ Hans yang mengguncang ruangan ini dengan music
technonya. Sesekali Devan, sang dewa cinta bersiul menggoda pada
perempuan yang lewat di depan meja mereka. Siapanpun pasti mengenal ke
empat pemuda yang di beri tittle most wanted ini.

Deren Madenta Putranta, pemuda berumur 17 tahun yang mempunyai


tinggi badan 180 cm, kulit putih khas asia, rahang tegas, tubuh tegap serta
perut sixtpect yang terbalut kemeja putih menambah kesan keseksiannya.
Cowok pentolan SMA ROMA ini dingin namun juga hangat. Itulah kesan yang ia
perlihatkan pada semua penghuni sekolah swasta ini. Banyak cewek-cewek
yang memujanya dan menetapkan dia sebagai tipe calon pacar atau bahkan
suami idaman. Apalagi dengan latar belakang keluarga yang terkemuka dan
terpandang, Keluaraga Putranta adalah pengusaha di bidang kuliner yang
mempunyai lebih dari 40 cabang gerai cefe dan restaurant yang tersebar
diseluruh Indonesia. Dan juga lebih dari 70 gerai yang tersebang diseluruh
penjuru dunia. P-AXES café ini menjadi brand tempat berkumpulnya kalangan
pelajar, mahasiswa, bahkan eksekutif muda. Café P-axes telah menjelma
menjadi tempat hiburan terkenal serta menjadi ikon gaya hidup di kota-kota
besar di seluruh Indonesia.

Tidak hanya berupa café dan restaurant bintang lima, usaha ayah Deren
juga berupa klub malam berkelas seperti MILLENIUM CLUB tempat nongkrong
most wanted. Klub malam yang sangat berbeda dari klub malam kebanyakan
karena klub malam ini memang sengaja di desain untuk para kalangan pelajar
yang buka dari pukul 22.00 sampai pukul 24.00, waktu yang normal bagi
kalangan remaja di Jakarta.

Lalu Pradevan Sadialevi, Tipe most wanted yang satu ini doyan banget
sama yang namanya cewek alias playboy kelas kakap. Tapi seimbang dengan
wajah tampannya yang seperti boyband korea karena memang dia punya
keturunan korea. Jangan ditanya berapa banyak pacar ataupun mantannya di
ROMA atau bahkan di Jakarta. Di Roma saja sampai detik ini dia yang saat ini
kelas XII sudah memacari 90 % dari adik kelasnya yang notabena kelas XI dan X.
Kalau masalah rayu merayu, nih anak adalah rajanya. Playboy tampan ini
nantinya akan menjadi pewaris dari SADIA FINANCIAL GROUP yang sekarang
masih di pegang oleh ayahnya. Perusahaan yang bergerak di sektor finansial,
asuransi dan perbankan yang diantarnya memiliki beberapa bank terkemuka di
Indonesia. Bahkan perusahaan Sadia Financial ini sudah bekerja sama dengan
bank yang ada di Swiss dan juda New York. Market cap yang dimiliki oleh
perusahaan ini mencapai 20,4 miliyar US dollar sehingga menjadikan keluarga
Sadia menjadi keluarga terkaya no. 4 di Indonesia.

Dan Selanjutnya, Galaksi Diovani Gumilar. Pemuda yang biasa dipanggil


Dio ini adalah anak tunggal dari Barata Gumilar, CEO Gumilar World
Coorporation. Perusahaan no wahit se-asia tenggara di bidang property,
pemilik banyak hotel dan resort di berbagai Negara kawasan Asia Tenggara.
Baru-baru ini Gumilar World Corp berkolaborasi dengan perusahaan raksasa
Hongkong Land untuk membangun sebuah hunian mewah di kawasan BSD city.
AECOM adalah masterplanner terkenal untuk berbagai kota dan proyek
prestisius. Gerbang dan country klub navapark akan didesain oleh perusahaan
arsitek Axis Internasional.

Dan yang terakhir Nathanza Radestin Dirgantara, Pemuda berdarah


indo-korea ini memiliki karisma yang bisa membuat siapapun yang melihatnya
pasti terpukau. Dengan mata yang cukup lebar dari kebanyakan cowok korea,
rahang yang tegas, tubuh tinggi dan atletisnya. Pemuda dari kalangan
konglomerat ini memiliki seorang ayah miliyader asia yang cukup terkenal
dikalangan pebisnis dunia. Einer Dirgantara Group adalah sebuah perusahaan
multi usaha yang bergerak di bidang fashion sampai consultant. Salah satu
brand yang berhasil di launchingkan EDG adalah Cassablanca, siapa yang
menyanggka bahwa parfum terkenal itu adalah karya dalam negeri. Banyak
yang mengira kalau parfum yang dipakai oleh kalangan eksekutif muda ini
berasal dari Perancis.

Hidup dengan bergelimang harta menjadikan seorang Destin di kejar-


kejar oleh semua wanita untuk dijadikan kekasih dan para ibu-ibu untuk
dijadikan menantu, kebayang nggak sih gimana pesona most wanted yang satu
ini??? Tapi most wanted yang satu ini tidak sekolah di SMA ROMA melainkan di
SMA DEANDLES.

0=0

Sabtu malam, tepat pukul 20.00 peluit tanda di mulainya pertandingan


4 lawan 4 antara kubu Deren dan juga kubu Gavin di bunyikan. Kedua kubu
saling berebut bola untuk menciptakan poin terbanyak guna memenangkan
pertandingan ini. Sudah menjadi rahasia umum bila most wanted bermusuhan
dengan Gavin Cs dari SMA PETRA.

Johaven Gavinal Drick, Pemuda urakan yang sukannya tawuran dan


juga trek-trek an itu merupakan pentolan SMA PETRA. Anak dari seorang
pengusaha otomotif SEVEN ZERO yang merakit salah satu merk mobil terkenal
FASTCODE dan menjadikan mobil sport tersebut menjadi trendsetter kalangan
konglomerat di dunia. Bahkan usahanya mampu bersaing dengan perusahaan
sekelas HYUNDAI dari korea dan juga ASTRA DAIHATSU dari Jepang yang
tahun 2004 pernah jadi perusahaan motor paling kaya di Indonesia. Tidak
heran karena anaknya sangat menyukai mobil dan juga motor sehingga tak
jarang gonta-ganti mobil atau motor bahkan dalam hitungan minggu. Hebatnya
lagi mungkin sekarang rumah keluarga DRICK telah di rubah oleh putra semata
wayangnya ini menjadi showroom mobil karena di penuhi oleh koleksi mobil
dan motornya yang mencapi puluhan.

Entah karena alasan apa, permusuhan antara pewaris tunggal


perusahaan orangtua mereka bisa terbentuk dan membuat heboh siswa di
ketiga belah sekolah. Di menit 37 di kuarter ketiga ini pihak Deren yang lebih
unggul menguasahi pertandingan dengan skor 79-70. Dimenit berikutnya
terlihat Destin yang memakai kaos basket dengan nomor punggung 20
memegang bola yang dengan gerakan lincahnya, dia mendribel bola
ditangannya menuju tengah lapangan mencari sahabatnya yang tidak dijaga.
Namun rupanya pengawalan dari kubu Gavin cukup ketat, sehingga sulit sekali
mencari celah untuk menerobos benteng pertahanannya. Waktu terus bergulir
hingga detik jam menunjukan satu menit terakhir.

Dengan masih mendribel bola basket Destin melirik papan skor yang
menunjukan angka 79-81 dengan pihak Gavin yang lebih unggul. Setelah
memutuskan apa yang akan dia lakukan dengan sedikit ancang-ancang, Destin
mendribel bolannya kearah Gavin yang menghadang di depannya. Namun
bukannya menghadapi face to face dengan Gavin, Destin justru bersiap
melompat guna melakukan lemparan three point ke ring. Destin melakukan
tembakan yang bagaikan di slow motion bola itu melambung kearah ring,
membuat perasaan para pemain deg-deg kan menunggu hasilnya.
Dan…..shoot… bola berhasil masuk walaupun tadi sempat bergesekan dengan
pinggiran ring namun akhirnya bergulir masuk sehingga membuat skor Destin
Cs lebih unggul satu point. Sungguh kegagalan yang membuat amarah Gavin
semakin mencuat.

“Brengsek…”umpat Gavin pelan.

“Gue akui… kalau kemampuan lo meningkat pesat. Tapi sayangnya tetap aja di
bawah kita…” “Cabut lo dari sini…”ucap Deren menusuk tanpa membuat
perbicaraannya dengan Gavin berlanjut.

“Gue nggak akan nyerah, ingat itu…”ucap Gavin tak mau kalah.

Setelah pertandingan tersebut ke empat most wanted itu memilih


merayakan kemenangan mereka di café P-AXES milik keluarga Deren. Tempat
itu di desain dengan sebuah hunian mewah di sebelah café khusus untuk
keluarga Putranta atau kerabat dekat lainnya. Setelah beristirahat, mandi dan
ganti baju mereka bersiap menuju café berlantai 4 di samping bangunan
mewah itu. Seperti biasa begitu masuk kedalam café, Deren Cs langsung
disambut oleh pelayan setia yang membawa mereka menuju tempat favorite
mereka ketika berkumpul. Pojok sebelah kiri ruangan yang berada di lantai 2 ini
di dominasi dengan warna hitam dan putih dengan aksen gold di ujung
ruangan. Tanpa memesan terlebih dahulu para pelayan dengan sigap
menyiapkan makanan yang sudah mereka hapal di luar kepala karena seringnya
mereka nongkrong dan makan disitu. Begitu makanan siap, mereka langsung
menyantap habis makanan itu karena tenaga mereka telah habis terkuras di
pertandingan tadi.

“Wiihh… goodjob guys…”teriak Devan seraya meminum gelas cocktailnya.


“Lo lihat nggak wajah geram Gavin tadi… sumpah… pengen banget gue
mengabadikan moment tadi untuk dijadiin kenang-kenangan”imbuh Dio
tertawa lebar.

“Kok lo tadi milih langsung bikin three point sih daripada oper ke yang
lain”Tanya Deren pada Destin yang hanya mengamati gelas minumannya tanpa
berniat meminumnya.

“Refleks….”jawab Destin singkat.

“Kenapa lo??? Unmood gitu, nggak biasanya. Udah mau ngalahin rekor Deren
dalam gelar Raja Unmood di dunia…”kelakar Devan mengejek.

“Sial… sejak kapan gue punya gelar menjijikan kayak gitu”protes Deren nggak
terima.

“Gue lagi mikir aja… gimana caranya gue bisa deket sama tetangga baru
gue??”ucap Destin berfikir keras.

“Sejak kapan lo peduli sama tetangga lo?? Aneh lo…”ujar Dio heran

“Sejak gue pindah ke rumah almarhum omma gue. Kebetulan aja orang yang
menjadi tetangga gue itu sahabat lama bonyok. Jadi mudah akrab deh sama
keluarga gue dan kebetulan juga anak semata wayang mereka seumuran sama
gue…”jawab Destin

“Ooh… sumuran sama kita-kita. Cowok atau cewek nih… kalau cewek sih, lo
bisa berguru sama gue. Tapi kalau cowok, bergurunya sama Dio tuh yang masih
jomblo”celoteh Devan yang langsung dapat serangan bantal dari Dio.

“Belagu lo… gue lagi usaha nih”cibir Dio sewot

“Cewek… tuh anak sekolah di ROMA kok”

“Hah. Siapa namanya???”Tanya Devan panasaran.


“Seina…“

“Hah… Arseina Arnesti Adams”Tanya Devan kaget “Jadi lo pindah ke daerah


Bluhouse…”imbuhnya membuat kening ke tiga temennya mengkerut bingung

“Kok lo kenal sama dia…. Dia pernah jadi mantan lo ya, atau jangan-jangan
malah sekarang lo udah jadian sama tuh cewek…”celoteh Destin

“Bukan mantan, pacar apalagi… dia kan satu kelas sama gue waktu kelas X
dulu… itu lho, yang sahabatan sama Nesa…”terang Devan

“Sahabatan sama Nesa….Oh… cewek cantik yang suka warna biru itu
ya…”celoteh Dio semangat jika sudah berhubungan dengan cewek incarannya.

“Jadi kalian kenal sama Seina….”Tanya Destin

“Ya iyalah bisa, kan kita satu sekolah. Kalau kita satu sekolah, satu kawasan
kelas, tapi nggak kenal sama tuh cewek itu baru aneh, ekspresi lo berlebihan
tau nggak”cibir Devan nggak habis fikir.

“Dan juga diakan sahabatnya cewek gebetan gue”imbuh Dio tersenyum.

“Alaah… lo tadi juga lupakan kalau nggak gue ingetin..”cibir Devan

“Diem lo…”

“Ya tuh anak kan biasa aja, mana ngerti gue kalau most wanted kayak kalian
bisa kenal cewek absurd kayak dia”balas Destin seenaknya mengatai Seina.

“Sebenarnya dia cantik kok,,,,”komentar Deren yang membuat ke empat


sahabatnya memandang kaget kearahnya. “Apa??”tanyanya keki kerena
ditatap begitu.

“Tumben lo muji cewek… lo udah mulai suka sama makhluk yang namanya
cewek…”suara Devan yang memulai pembicaraan.
“Sialan… dari dulu gue normal kalee…”omel Deren kesal di kira gay

“Trus kenapa selama ini respon lo sama cewek nol besar…”cerca Destin

“Nggak ada alasan…”balas Deren asal.

“Wah, kalau nggak ada alasan berarti hormone ketertarikan lo patut


dipertanyakan tuh”oceh Dio

“Di… lo mau gelas gue melayang di jidat lo..”ancam Deren kesal

“Sudah cukup… kembali ke cara PDKT gue sama tuh cewek gila.”sela Destin
sebelum Dio buka mulut.

“PDKT??? Lo mau jadiin tuh cewek pacar lo…”sahut Devan bertanya

“Enggak”

“Lha trus…”

“Ya.. gue pengen aja deket sama tuh cewek. Gue juga nggak tau alasannya apa,
yang jelas gue pengen bisa akrab sama Seina. Tapi masalahnya tuh, awal
perkenalan gue sama dia kurang baik… terkesan buruk malah... Hobbynya pasti
marah-marah ke gue, kayaknya semua hal yang gue lakuin pasti salah di
matanya dia”curhat Destin frustasi. “Dia sih belum tau kalau kita tetanggaan…
kan baru kemarin gue pindah. Rencananya gue bakal ngasih tau tuh cewek lusa,
pas dia mau berangkat ke sekolah. Eh, tapi semalam bonyok udah janjian mau
makan malam di rumah Seina, jadi mau nggakmau ya… gue bakal ketemu
dia….”lanjutnya.

“Dia emang awalnya galak sama orang baru, terutama ber jenis kelamin cowok.
Sama gue dulu juga gitu, apalagi karena status gue yang playboy. Tapi lama-
kelamaan anaknya asyik kok.... ”nasehat Devan yang memang sudah mengenal
Seina lebih dulu.
“Gitu ya…”

“Yo'i…”

“Ya udahlah… nggak udah sedesperate itu. Nyantai… pasti lama-lama tuh
cewek jinak juga sama lo…”Ujar Dio menepuk bahu Destin memberi semangat

“Lagak lo nasehatin Destin… gimana sama usaha lo yang dari zaman purba itu,
sampai sekarang kayaknya nggak ada kemajuan tuh”cibir Devan

“Sial… topic hari ini kan Destin, kenapa gue dibawa-bawa??”celoteh Dio kesal

“Udahlah… lupain masalah cewek… kita rayain aja dulu kemenangan kita untuk
yang kesekian kalinya dari Gavin”tegur Destin akhirnya, sebelum terjadi perang
antara Devan dan Dio.

Obrolan merekapun terus berlanjut hingga malam kian larut. Obrolan


seputar cewek gebetan Devan, tentang bisnis café keluarga Deren, tentang
apapun yang membuat mereka berempat lupa akan waktu.

0=0

Minggu sore di ROMA….

Hari ini Seina sedang ada janji bertemu dengan Winta sahabatnya di
taman belakang sekolah mereka. Dengan santai dia melewati koridor kelas XI
menuju taman belakang sekolah. Tapi dikejauhan dia melihat most wanted
sekolahnya sedang bersama seorang cowok yang berdiri memunggunginya,
berhadapan dengan beberapa orang yang dilihat-lihat menebar tatapan
permusuhan pada mereka. Sayup-sayup dia mendengar apa yang sedang
merekan omongin,
“Sial….nggak kapok juga ya lo nantangin kita-kita… lo nggak malu kemarin
malam udah kalah….dan sekarang lo mau mempermalukan diri lo lagi”itu suara
Devan, pikir Seina

“Yang kemarin itu hanya pemanasan, kali ini baru pertandingan yang
sesungguhnya”ujar suara pemuda yang tidak dikenali oleh Seina.

“Ok… deal.. siap-siap aja kalah lagi”Ujar Deren dengan tenang.

Tanpa memperdulikan obrolan mereka semua, dengan sangat terpaksa


Seina terus berjalan menelusuri lorong itu karena jalan ini merupakan jalan
satu-satunya yang menghubungkan dia dengan taman belakang kampus.
Pikirannya tertuju pada salah satu member most wanted yang sudah menjadi
pujaan hatinya sejak kelas X SMA. Saat dia sudah berjarak cukup dekat dengan
gerombolan mereka yang rupanya sedang adu mulut itu, tanpa sadar
langkahnya langsung terhenti dengan mulut sedikit terbuka karena shok.

“Lho… diakan cowok sarap yang gangguin gue beberapa hari ini, kok dia.…”lirih
Seina saat wajah seseorang yang memunggunginya itu mulai berbalik.

“Mampus… gue harus balik sekarang atau gue akan…..”

“Eh, tikus….. mau kemana lo???”teriak Destin memanggil Seina yang berdiri
tidak jauh dari tempatnya berdiri, rupanya cowok itu telah terlanjur melihat
Seina.

“Aishhh… sial banget sih gue???”gerutu Seina seraya berbalik badan kearah
Destin yang menatapnya tajam “Kenapa juga nih anak bisa terdampar di
ROMA??? Diakan anak DEANDLES”kesal Seina dengan perlahan berjalan
mendekat. “Mostwanted…bener juga… pasti tuh kucing garong mau ketemu
mereka, kan sahabatan… sial.sial.sial..”omel Seina pelan dengan bibir
mengerucut kesal saat sudah berhadapan dengan cowok itu. Ingatannya
berputar kembali dengan kalimat Destin saat pertemuan pertamanya
dengannya di kantin kampus Bintara. “Astaga…. Hidup gue bakalan nggak
tentram nih…”gerutu Seina menepuk jidatnya pelan, menyadari nasib buruk
akan segera menghampirinya. “Apa??”Tanya Seina ketus

“Beli'in kita minuman di supermarket”perintah Destin seenak jidatnya

“HAH… eh, lo fikir gue pembokat lo. Masih mending pembokat dibayar,nah,
gue… untungnya apa coba.. Hisshh… beli aja sendiri…”omel Seina ketus, saat
kakinya mau melangkah pergi terdengar suara menyebalkan dari Destin yang
menginterupsi langkahnya.

“Eh, sekali lo melangkah. Gue akan langsung nyium kening lo. Dua kali, pipi lo.
Tiga kali, hidung lo. Dan lebih dari tiga kali…”Destin berjalan mendekati Seina
dengan kaki panjangnya yang menciptakan jarak diantara mereka semakin
dekat. Seraya menunduk dia berbisik sesuatu ditelinga cewek itu “Gue akan
langsung nyium bibir lo tanpa perduli tempat ataupun suasana?? Sekarang lo
mau pergi atau…”bisik Destin menelisik wajah Seina

“ok…ok… gue pergi sekarang. Berhenti bersikap konyol kayak tadi….”teriak


Seina mendorong dada Destin agar menjauh, wajahnya kini sudah merah
lantaran kesal dan juga malu. Dengan kesal Seina balik badan dan berjalan
menuju supermarket yang berada di dekat pintu masuk sekolah ROMA.

“Bagus”

“Jangan galak-galak lah Des… anak orang tuh…”terdengar sayup suara Devan di
belakang Seina.

0=0

“Huh… dia fikir dia siapa??? Sok otoriter…. Untung hari ini gue sedang baik hati.
Kalau enggak gue ladenin tuh kucing sialan. Kelakuannya makin absurd aja
sejak malam setelah pertemuan itu ngechat gue… dasar orang gila…. Nggak
ngaruh banget sama peringatan gue…”omel Seina sepanjang perjalanan saat
menuju lorong tempat dia bertemu Destin tadi, ditangannya kini menggantung
2 kantong kresek yang berisikan minuman pesanan Destin. “Mau ditaruh
dimana muka gue ini…. Didepan cowok yang gue suka dan dia… si kucing sialan
itu….”

“Sein… lo baru datang…”sapa Winta dari arah depan menginterupsi omelan


Seina tentang Destin.

“Winta… astaga gue lupa ngasih tau ke elo, gue ada sedikit masalah yang perlu
gue selesain sekarang. Ma'af ya…”celoteh Seina panic teringat janji temunya
dengan gadis cantik yang menyapanya tadi.

“Iya, gak papa kok. Sekarang lo mau kemana???”Tanya Winta penasaran.

“Samperin orang-orang gak penting di ujung koridor. Lo lihat kan tadi…”ucap


Seina asal

“Hah… orang –orang siapa maksud lo?? Tadi gue lihat gak ada siapa-
siapa”jawab Winta heran.

“Gak ada orang gimana??? Jelas-jelas tadi gue lihat Destin sama most wanted
sedang adu mulut sama sekelompok orang diujung koridor, kok lo bilang gak
ada”celoteh Seina kaget

“Beneran gak ada orang sama sekali, kalau gak percaya lo cek aja
sekarang”jawab Winta meyakinkan. Saat itu juga Seina melangkahkan kakinya
menuju ujung koridor tempat Destin CS dan hasilnya hanya ada udara kosong
tanpa satupun penghuni di koridor itu.

“Sial…. Tuh orang pada kemana lagi??? Udah ngerjain gue, trus sekaran ngilang
gitu aja. Parah banget…”omel Seina menggerutu sendiri. “Lo telpon aja,
bukannya lo masih nyimpen nomornya Destin. “Oh, iya…”detik itu juga Seina
mengmabil HPnya dan langsung menekan gambar telpon di layar HPnya setelah
dia menemukan ‘jangan dijawab' di kontak phonenya. “Hallo… eh, kucing lo
dimana?? Gue udah sampai tempat yang tadi..”lapor Seina di telpon, setengah
membentak saking kesalnya. “Hah… di lapangan basket depan….. kok gue tadi
gak lihat lo…”teriak Seina tiba-tiba. “Ruang ganti… trus minuman lo gimana???”
“Ogah gue… lo yang butuh kenapa gue yang harus nyamperin lo, lo aja yang
kesini”omel Seina gak terima.

Dilapangan basket terlihat seorang pemuda yang berdiri di pinggir


lapangan sedang berbicara melalui teleponnya. Bibirnya tak luput dari
senyuman lantaran senang telah mengerjai gadis yang akhir-akhir ini mengisi
pikirannya. Ada perasaan senang tersendiri saat melihat gadis itu marah-marah
karena ulahnya yang menjengkelkan dan itu menjadi hobby baru untuk Destin.
Membuat kesal Seina. Destin terkekeh pelan saat membayangkan betapa
kesalnyanya Seina di tempatnya sekarang karan kejailannya tadi menyuruh
gadis itu membeli minuman.

“Eh, lo kan tinggal jalan kesini. Apa susahnya sih??? Bawel banget lo…”omel
Destin seenaknya, menahan tawanya agar tidak meledak.

“Ya menurut lo gak susah. Lo TAU…. jarak gue ke elo itu berapa??? 900 meter
Destin, hampir 1 km dan perlu lo garis bawahi kalau gue itu jalan kaki”teriak
Seina meledak ledak hingga membuat sang pemuda menjauhkan ponselnya
sebelum gendang telingannya pecah.

“Trus lo fikir itu masalah buat gue. Derita lo karena waktu gue ribut sama Gavin
lo ada disekitar gue. Jadi jangan salahin gue kalau lo terlibat…” Destin tau kalau
tingkahnya kali ini sedikit keterlaluan, tapi tetap saja dia tidak bisa
menghentikan hobby barunya ini.

“Terlibat apaan sih??? Yang musuhan kan kalian, kenapa gue dibawa-
bawa…..”teriak Seina dengan emosi yang sudah memuncak.

“Gua gak peduli, pokoknya dalam waktu 7 menit lo sudah harus ada dihadapan
gue. NGERTI…”terdengar nada final sebelum Destin mengakhiri
perbincangannya dengan Seina secara sepihak.
“Aaarrrggghhh… dasar DIKTATORRR… ”teriak Seina menggelegar.

Setelahnya Destin tertawa kencang seraya memegangi perutnya yang sakit


akibat tawanya yang tak kunjung berhenti. Bahkan tatapan sahabat dan juga
musuhnya tak ia hiraukan dan terus saja tertawa sambil membayangkan Seina
yang mencak-mencak sendiri. Apalagi setelah mendengar jeritan frustasi Seina
tadi.

Setelah berpisah dengan Winta tadi Seina memang langsung menuju ke


lapangan basket SMA ROMA itu, selain untuk menyerahkan minuman ke Destin
gadis itu sudah berniat untuk memaki cowok annoying dan seenaknya itu.
Dipinggir lapangan, Seina sudah bersungut-sungut siap memarahi Destin
dengan segenap tenaganya yang masih tersisa sehabis lari-lari dari lorong kelas
XI menuju lapangan basket.Dia sendiri tak habis fikir bagaimana bisa dengan
mudahnya dia menuruti semua perintah Destin yang gila itu. Namun di sela
amarahnya, terlintas perasaan senang karena dengan begini dia bisa melihat
pujaan hatinya sedang adu basket dengan lihainya. Gayanya bermain
menunjukan kalau dia memang idola ROMA saat ini. Dengan mata yang selalu
tertuju kearah cowok itu, Seina mengamati cara bermain cowok itu yang sudah
seperti pemain MBA terkenal. Sesekali cowok itu mungusap keringat di
pelipisnya sehingga menambah kesan seksi di mata Seina. Sampai sampai gadis
itu tidak sadar kalau permainan di hentikan sejenak untuk beristirahat.

“Woy…. Bengong aja lu. Kesambet setan lapangan lo…”teriak Destin ditelinga
Seina sukses membuat jantung gadis itu melompat kaget.

“Kucing… lo bikin gue kaget aja. Bisa nggak sih, lo nggak bikin darah tinggi gue
kambuh. Bisa cepet mati gue kalau tiap hari harus meladeni orang sinting kayak
lo…”omel Seina panjang lebar.

Destin hanya tersenyum tanpa dosa seraya memberi handuk pada Seina yang
masih mengeluarkan raut wajah kesalnya.
“Bersihin keringat gue”perintahnya santai

“Lo gila… ini didepan umum, gue gak mau”protes Seina, tapi melihat tatapan
Destin menajam mau gak mau Seinapun berjalan mendekati cowok itu untuk
melakukan perintah mr. diktator. “Lo agak nunduk dong… gue gak nyampek
tau. Tinggi lo over banget sih…” celoteh Seina mulai mengelap wajah Destin.

“Eh, lo yang kependekan bodoh”omel Destin mendorong kepala Seina dengan


telunjuknya.

“Huh… dasar cowok rese', gak punya hati, nyebelin, sok kecakepan, diktator,
mr. bosy, brengsekk…..”maki Seina dalam hati memandangi wajah Destin
dengan tatapan membunuh,

“Hei… mandangnya gak usah kayak pengen bunuh gue kalee… serem
amat”ledek Destin menahan tawa melihat raut wajah Seina yang memerah
menahan amarah.

“Gue emang mau bunuh lo, lo mau request gimana caranya percobaan
pembunuhan lo…. Gue akan kabulin karena itu permintaan terakhir lo…”desis
Seina dengan amarah sudah pada fase level tertinggi

“Weitss… galak banget lo sama gue. Kurangin dikitlah kadar kebencian lo sama
gue, mulai hari ini kan kita harus mendekatkan diri”ucap Destin menaik
turunkan alisnya dengan gaya menyebalkannya, membuat Seina mengerutkan
keningnya heran.

“Maksud lo??”

“Ya…. Lo akan tau kalau lo udah pulang kerumah. Mungkin sekarang orangtua
gue udah ngobrol panjang lebar sama ortu lo…”ucap Destin lagi-lagi menambah
keheranan Seina.
“Ortu dia ketemu sama ortu gue… jangan-jangan dia mau di jodohin sama gue,
kayak disinetron atau novel-nevel klasik milik Winta. Oh, BIG NO…”lamun Seina
menggeleng-gelengkan kepalanya.

“Hei, jangan berfikir yang bukan-bukan dulu….. mana mau gue di jodohin sama
cewek bar-bar kayak lo”ujar Destin tiba-tiba memecah lamunan Seina.

“Lhah… kok dia bisa baca pikiran gue…”pikir Seina memicingkan matanya heran

“Otak lo tuh mudah di tebak…”sahut Destin lagi bahkan sebelum Seina


bertanya

“Sialan…”desis Seina merasa bodoh karena bisa ditebak dengan mudah

“Udah sono… tunggu di tempat duduk pinggir lapangan. Ntar pulang lo bareng
gue….”perintah Destin yang entah kenapa langsung di iyakan oleh Seina.

Pikiran gadis itu masih melayang memikirkan kemungkinan-


kemungkinan yang terjadi atas omongan Destin tadi. Tanpa memikirkan
ucapan Destin barusan yang kalau dalam kondisi sadar sudah pasti akan di tolak
Seina mentah-mentah. Jadi karena pikiranya sedang kalut gadis itu hanya
mengangguk dan berjalan menuju pinggi lapangan tanpa membantah.

20 menit kemudian…..

“Sial…”geram seorang cowok yang terpaku ditengah lapangan, skor permainan


menunjukan angka 99-72.

“Gue harap… mulai hari ini, jangan pernah lo gangguin anak ROMA ataupun
DEANDLES lagi. Kalau lo emang gak mau lebih malu lagi… berhenti main-main
kayak gini. Lo yang nantang tapi lo juga yang kalah, cabut lo semua”ucap Deren
tenang namun mengeluarkan aura dingin karena tatapannya yang tajam
memandang sorot mata yang juga tajam milih musuh bebuyutannya, JOHAVEN
GAVINAL DRICK, pentolan SMA PETRA.
“Heh… lo fikir gue akan nyerah gitu aja. Tunggu aja saat dimana lo nyembah-
nyembah sama gue, inget itu”ancam cowok itu menunjuk Deren menantang.
“Yuk cabut…”ajaknya pada teman-temannya.

“Ngomong apa tuh anak???”Tanya Destin saat menghampiri sahabatnya yang


masih berdiri ditengah lapangan.

“Gak penting…”jawab Deren cuek dan berbalik pergi berjalan menuju pinggir
lapangan tempat Seina berada, eh lebih tepatnya tas sekolahnya berada.

“GILA… nih cowok dari planet mana sih??? Perasaan kadar kegantengan cowok
tampan di bumi paling-paling mentok di bokap gue. Lhah ini… tampannya over
sampai meluber… baru kali ini gue bisa puas mandangin wajah ganteng
Deren”bisik Seina senyum-senyum memandangi wajah Deren yang semakin
mendekat, apalagi saat cowok itu duduk disampingnya.

“Woy… nglamun lagi lo, gue mau pulang..”teriak Destin membuyarkan fantasi
Seina tentang Deren.

“Ya kalau mau pulang, pulang aja sono. Ngapain pakek ijin ke gue segala,
emang gue pacar lo”ucap Seina ketus, kesal karena lamunannya tentang Deren
terganggu.

“Dasar pikun… kan tadi udah sepakat kalau kita bakal pulang bareng. Lupa
ingatan ya lo…”ucap Destin gedeg

“Hah… kapan?? Gue…”

“Cerewet… yuk cabut…”ucap Destin dengan paksa menarik tangan Seina


menuju mobilnya yang terparkir di samping lapangan poli. “Guys… gue balik
dulu…”teriak Destin pada teman-temannya.

“Shipp… hati-hati…”sahut Devan mewakili Dio dan juga Deren

“Jadi dia yang namanya Seina…”ujar Devan kemudian


“yups”sahut Dio menjawab pertanyaan Devan

“Kok gue nggak pernah tau”ujar Dio lagi

“Anaknya emang biasa aja, bukan tipe cewek popular kayak Agnes atau Ghea
gitu…”ujar Devan lagi, menyebutkan beberapa cewek eksis di ROMA.

“Ohh… gitu” “Eh, berarti dia kenal dong sama Danesa. Kan satu kelas…”Tanya
Dio baru ingat bahwa cewek gebetannya satu kelas sama Devan

“Yo'I…kenal akrab malah, kan mereka sahabatan. Sama Winta juga, temen TK
kita yang pindahan dari Bandung itu. Parah lo… katanya cinta mampus sama
dia, tp masa'sahabat dari gebetan lo aja nggak tau”ucap Devan membuat Deren
yang awalnya hanya jadi pendengar kini menatap cowok itu penuh minat.

“Fokus gue kan cuma sama Nesa, ngapain gue mikirin sahabatnya dia”celoteh
Dio membela diri

“Wah…. Pantes aja lo masih jomblo, kayaknya lo perlu berguru sama gue deh.
Denger ya,,, sohib gue Dio… sebelum lo ngedeketin buruan lo, lo harus
mengamati keadaan sekitar dulu. Kalau lo mau ngedeketin Nesa, lo harus
ngedeketin sahabatnya dulu. Supaya peluang lo dapetin Nesa lebih besar, yaa…
lo taulah lah kalau cewek tuh sering nanya pendapat sahabatnya kalau mau
ngambil keputusan… lo ngertikan maksud gue…”jelas Devan panjang lebar

“Ok… gue ngerti. Thanks banget sob…”ucap Dio menepuk bahu Devan
berterimakasih.

“Der…. Lo ngelamunin apaan??”sentak Deren membuat lamunan Deren


tentang seseorang di masalalunya buyar.

“Bukan apa-apa…. Yuk cabut…”khas Deren, singkat, padat dan jelas.

0=0
Minggu, 19.30 WIB Kediaman keluarga Adam, rumah Seina.

“Hah… tetanggaan…”teriak Seina syok, setelah mendengar kronologi


kedatangan keluarga Destin dirumahnya saat ini.

“Seina… kamu berlebihan ah. Dapet tetangga barukan seharusnya kamu


senang, kenapa ekspresi kamu kayak dunia mau kiamat gitu???”tegur
mamanya Seina heran.

“Ya jelas aja dunia Seina akan kiamat, orang tetangganya kayak gitu”gerutu
Seina memandangi cowok berseragam basket yang duduk dengan santainya di
meja makan keluarga Seina melahap semua makanan masakan mamanya.

“Tuh… dengerin kata nyokap lo. Seharusnya lo seneng karena bisa tetanggaan
sama cowok secakep dan sekeren gue, jarang-jarang kan lo bisa deket sama
cowok dilihat dari sikap lo yang urakan dan cupu itu”balas Destin yang langsung
dapat pelototan dari Seina dan juga mamanya.

“Destin… bicara yang sopan…”tegur mamanya Destin

“Sudahlah… pokoknya mulai sekarang kalian harus bisa mendekatkan diri. Siapa
tau bisa sahabatan seperti kami berempat”ujar papa Destin menengahi, tentu
saja yang di maksud kami itu orang tua Destin dan juga Seina.

“Gak akan…”teriak Seina dalam hati bersumpah. Dia tidak bisa membayangkan
betapa suramnya kehidupannya kelak jika harus bertetangga dengan makhluk
semenyebalkan Destin.

Sedangkan disisi lain, tercetak senyum evil dari Desti karena hidupnya akan
semakin menyenangkan dengan hobby barunya mengerjai tetangga barunya
itu.

Setelah acara makan malam di rumah Seina yang lain dari biasanya,
Seina terlihat menahan emosinya seraya menatap makhluk menyebalkan yang
sekarang dengan seenak jidatnya mengacak acak kamar Seina. Gadis itu hanya
bisa berkecak pinggang di ambang pintu kamarnya menahan amarah dan rasa
jengkel terhadap mamanya yang memperbolehkan cowok ini memasuki daerah
territoritynya. Sedangkan Destin tanpa merasa aura mencekam di kamar itu
terus saja mengeksplorasi kamar Seina yang bercat dinding hitam dengan
berbagai bingkai foto hanya pada satu sisi dinding dengan sisanya warna biru
sapphire. Berkeliling dan melakukan apa saja yang terkadang membuat Seina
berteriak histeris dengan tingkahnya. Misaknya saat cowok itu mengambil buku
diary Seina.

“Jadi lo tetangga gue”Tanya Seina dengan sinis

“Seperti yang tadi lo denger, gue baru pindah kemarin tepat di samping rumah
lo jadi otomatis gue tetangga baru lo”jawab Destin dengan santainya

“Bagus, hidup gue makin ribet aja kalau gitu. Lo kenapa pindah rumah di
samping rumah gue sih?? niat banget ngerecokin hidup gue… sial banget gue
punya tetangga kayak lo…”omel Seina

“Bonyok gue yang mutusin buat pindah, kalau lo mau tahu alasannya . lo Tanya
aja sama bonyok gue…” “Dan lo bener banget… lo beneran sial, karena gue
akan, dengan sangat disengaja, akan terus gangguin hidup lo nanti. Jadi lo
persiapin diri ya…”

“Gangguin hidup gue?? Maksud lo dengan ngerecokin hidup gue, bikin gue
kesel, bikin gue darah tinggi atau bahkan lo berencana supaya gue jadi gila.
Gitu??”oceh Seina ngeri

“Eeehhmmm… nggak sampai gila juga sih. palingan juga bikin hidup lo sedikit
berwarna, biar nggak mainstream. Makannya… gue mau minta ijin dari
sekarang”

“Ijin…ijin apaan?? Ijin ngerecokin gue, lo gila ya. Orang waras mana yang ngasih
ijin ke orang yang akan ngerecokin hidupnya. Bahkan dlam mimpi …”
“Terserah, gue tetep akan kudu terus gangguin lo. Dengan atau tanpa ijin dari
lo…”

“Kalau gitu ngapain lo minta ijin segala. Dasar sarap…”

“Apapun yang gue lakuin ke lo nanti, kalau bisa gue tahan akan gue tahan
sebisa mungkin. Tap kalau emang nggak bia, lo siap-siap aja ya. Kalau lo mau
marah atau ngomel-ngomel juga boleh, soalnya gue suka lihat lo marah-marah.
Kan itu tujuan gue…”

“Hah… Maksud lo??”Tanya Seina nggka ngerti, tapi bukannya menjawab Deren
malah tiduran di sofa merah Seina.

“Eh…Lo suka sama bintang ya… kamar lo banyak gitu bintangnya..”Tanya cowok
itu mengamati bintang-bintang dikamar Seina.

“Bukan urusan lo… terserah deh, sama omongan konyol lo barusan. Gue nggak
perduli…mending lo bangun dari sofa gue, dan enyah lo dari rumah gue
SEKARANG Sebelum kesabaran gue habis…”geram Seina menghampiri cowok
itu.

“Gue ngantuk…. Tiduran bentar ya…”celoteh cowok itu seraya menutup


matanya dengan sebelah tangannya.

“Destiiinnn… bangun sekarang juga…”teriak Seina menarik tangan cowok itu


agar terbangun.

“Astaga,,, Sein… perasaan nyokap lo tadi nggak masak toak deh, kok lo kayak
makan toak gitu sih. menggelegar banget suara lo sampai bikin telinga gue
hampir pecah”keluh Destin langsung bangkit sambil mengusap-usap kedua
telingannya.

“Bodo amat… sekarang cepat lo cabut… “


SEINA DAN MEREKA [ Tom and Jerry ]

2 Minggu setelah pertemuan

Sudah seminggu sejak pertemuan keluarga di rumah Seina, Destin tidak


pernah menunjukan batang hidungnya di hadapan Seina lagi, hal ini membuat
Seina bisa bernafas lega selama satu minggu full. Dalam hati Seina berharap
kejadian seminggu ini bisa berlanjut selamanya, namun harapan itu harus
kandas karena di minggu ini, cowok itu pagi-pagi buta sudah nongol di depan
pintu kamar Seina guna mengajak gadis itu jogging keliling kompleks. Aksinya
harus terhambat lantaran si cewek yang masih molor dan susah untuk
dibangunkan.

“Woy…. Baby ngesoottt… bangguunnnnn…. Ayo kita kita Jogging bareng…


mumpung cuacanya mendukung nih….”teriak Destin membahana di sagala
penjuru kamar Seina.

“Apaan sih lo cing??? Lo nggak liat kalau gue masih molor. Lo sendiri sono yang
lari pagi, gue nggak biasa lari pagi”gumam Seina menarik selimutnya menutupi
kepalanya.

“Makanya lo biasain, mumpung gue mau nemenin lo nih. Ayo


bangun…”perintah Destin seraya menarik selimut Seina dan melemparnya ke
sudut sofa di ruangan itu.

“Kucing… dingin tauu… balikin selimut gue…”teriak Seina tanpa membuka


kedua matanya.

“Nggak akan…”
“Kalau gitu terserah…” dan detik itu juga Destin langsung menggendong Seina
ala bridal dan membawanya ke kamar mandi, menjatuhkan tubuh Seina ke
dalam bathtub.

“Eh, apa-apaan ini…”teriak Seina gelagapan.

“Mandi…”perintah Destin. “Oh, lo mau gue mandiin..”imbuh Destin saat Seina


hanya menatapnya tanpa berniat untuk mandi.

“Dasar gila… keluar lo…”usir Seina melempar Destin dengan sabun mandi.

Namun sebelum terkena lemparan maut Seina, cowok itu sudah keburu keluar kamar
mandi dan langsung menutup pintunya.

“Mammaaa…. Kok bisa ngebiarin orang gila masuk kamar aku sih,,,”teriakan
Seina sukses membuat Destin tertawa terpingkal-pingkal.

Beberapa menit setelah Destin dan Seina keluar dari halaman rumah
Seina untuk jogging.

“Eh, sok akrab banget sih lo sampai ngajakin gue jogging bareng kayak gini.
Kenal gue juga baru-baru ini… Udah syukur selama seminggu ini lo ngak
gangguin gue, kenapa sekarang lo malah nongol??? lagian lo suap mama gue
pakai apa sih sampai beliau ngebiarin kamar anak perawannya dimasukin
cowok saraf kayak lo… main dukun ya lo…”omel Seina saat mereka sudah
separuh jalan mengelilingi kompleks.

“Weitss…. Jaga tuh mulut, gue nggak doyan sama yang namanya main dukun.
Lo nggak ngerti aja kalau pesona gue berlaku juga pada ibu-ibu. Resiko orang
ganteng dunia akhirat sih…”jawab Destin dengan PDnya.

“Astaga… kadar kePDan lo over banget sih… tapi untung aja pesona lo nggak
berlaku pada cewek cantik nan imut plus normal kayak gue. Bisa mati kutu
kalau sampai gue suka sama lo…”cibir Seina seraya berlari mendahului Destin.
“Wah, sok cantik banget lo…Eh, maksud lo yang suka sama gue cuma cewek
yang nggak normal”

“Emang kenyataannya gitu kan, Cuma cewek gak normal yang suka sama
cowok gila kayak lo”cibir Seina lalu berlari meninggalkan Destin

“Sialan…..Woy…Seina.. tungguin gue…”teriak Destin berlari menyusul.

Dan acara lari pagi merekapun berlanjut hingga pukul 07.40 pagi.
Setelahnya m reka memutuskan untuk sarapan di rumah Seina, sebenarnya
karena paksaan dari Destin yang membuat Seina harus pasrah menerima cowok
itu makan bersama dirumahnya.

“Wah, makanannya enak banget tante. Boleh dong kalau saya tiap hari makan
di sini…”puji Destin melahap semua makanan mama Seina dengan lahap
sepulang dari acara jogging tadi.

“Eh, lo fikir rumah gue tempat penampungan. Lagian kenapa sih lo pakai acara
sarapan di rumah gue segala, pulang sono lu kerumah lo. Nyokap lo nggak
masak…”omel Seina jengkel.

“Seina… nggak boleh bicara kayak gitu sama tamu. Nggak papakan kalau sekali-
sekali… Berhubung papa kamu kan masih tugas di luar kota”tegur mamanya
Seina.

“Makasih tante…”ucap Destin tersenyum lebar pada mamanya Seina dan


memeletkan lidahnya mengejek Seina.

“Masalahnya tampang kayak dia pasti punya niat, numpang makan gratis tiap
hari ma. Bikin keki tau nggak…”kesal Seina

“Sudah…sudah… mendingan cepat habiskan makananmu. Lalu mandi dan


ngerjain tugas rumah kamu,…”perintah mamanya.

“Ntar gue bantuin deh…”tawar Destin malah membuat Seina mendengus kesal.
0=0

“Kalau dengan ngliatin gue dari tadi adalah cara lo bantuin gue, mending lo
pulang sono trus tidur, nonton TV atau ngapain kek di rumah lo yang udah
kayak istana itu. Pergi yang jauh dari pandangan gue…”cibir Seina jengah
lantaran sedari tadi Destin hanya mengamati pekerjaan Seina yang memotong
rumput, menyiram bunga dan menyapu halaman.

Sedari selesai sarapan tadi hal yang dilakukan Destin hanya main PSP, menjahili
kucing kesayangan Seina dan sesekali mengamati tindakan Seina yang bersih-
bersih rumah.

“Jutek banget sih lo…”cibir Destin

“Ngliat muka lo jadi pengen muntah gue….”oceh Seina

“Gue juga males lihat tampang lo. Gue pulang dulu ya…Bye babi….”ucap Destin
dan langsung berlari pulang.

“Gak usah balik kalau bisa…”teriak Seina kencang.

“Kalau gue bisa ya, masalahnya gue nggak bisa kalau nggak balik”teriak Destin
membalas.

“KUCCIIINNNGGGGG…”

0=0

Keesokan harinya, pagi-pagi sekali mobil Destin sudah terparkir dihalaman rumah
Seina guna memaksa gadis itu untuk berangkat sekolah bersamanya.

“Pagi mama….”sapa Destin pada mama Seina lalu tanpa permisi langsung
duduk di kursi makan rumah Seina

“Pagi nak Destin…. Tumben pagi-pagi kesini…”sapa mama Seina ramah


“Iya nih ma… mau ngajak Seina berangkat sekolah bareng. Bolehkan ma…”ujar
Destin mengutarakan tujuannya datang kerumah Seina

“Ya bolehlah…. Oh, itu Seina. Sebelum berangkat kalian sarapan aja dulu…
tante tinggal ke dapur dulu ya…”ujar mama Seina meninggalkan Destin begitu
dilihatnya anak semata wayangnya turun dari tangga.

“Iya ma…”ujar Destin tersenyum manis

“Eh, kucing…. Sejak kapan nyokap gue ngelahirin anak kayak lo?? Sok akrab
banget lo manggil nyokap gue ‘mama'…”cibir Seina lalu duduk dihadapan
Destin “Lagian pagi-pagi ngapain lo disini… bukannya berangkat sekolah, masih
aja ngrecokin gue…”imbuhnya seraya mengambil sepotong roti lalu
mengolesinya dengan selai kacang kesukaannya.

“Eh, gue sekalian dong. Yang rasa coklat…”pinta Destin dengan seenaknya

“Apaan nyuruh-nyuruh… udah gue bilang lo nggk boleh makan dirumah gue,
pokoknya bertamu dirumah gue itu dilarang…” “Pagi-pagi malah bikin mood
gue jelek…”omel Seina meraih susu coklat yang disiapkan oleh mamanya lalu
meneguknya perlahan

“Kan gue kesini mau berangkat sekolah bareng lo.Gue udah ijin nyokap lo kok
dan nyokap lo ngasih ijin…”jawab Destin dengan santainya lantas membuat
Seina menyemburkan susu yang tadi diminumnya karena kaget.

“Apa lo bilang?? Berangkat bareng…dan nyokap gue ngasih ijin. Lo bercanda


ya…”seru Seina nggak percaya,

“Siapa yang bercanda??? Lo Tanya aja sama nyokap lo..”

“Ma… “belum sempat Seina bertanya, nyokapnya lebih dulu menyuruhnya


untuk cepat menyelesaikan acara sarapannya supaya mereka tidak terlambat
dan itu artinya pertanyaan dari Seina sudah terjawab bahkan sebelum gadis itu
bertanya. Dengan hati yang dongkol Seina lalu pamit pada mamanya dan
langsung masuk ke dalam mobil Destin tanpa menunggu cowok itu yang sedang
berpamitan dengan mamanya.

0=0

Didalam mobil

“Kok lo diem aja sih… tumben…”Tanya Destin heran karena di 4 menit pertama
cewek yang duduk disampingnya ini hanya diam sambil memandangi kearah
luar jendela.

“Gue lagi mikir aja…. Ada niatan apa lo sampai keukeh pengen deket sama
gue”ujar Seina serius

“Astaga… masih aja lo berfikiran negative tentang gue” “Na… sumpah… gue
beneran tulus pengen sahabatan sama lo. Ok… kalau lo nanya kenapa gue mau
sahabatan sama lo?? Gue nggak bisa jawab karena memang gue nggak tau apa
jawabannya. Tapi gue bisa jamin kalau gue serius pengen sahabatan sama
lo….”ujar Destin tulus memandang wajah serius Seina lantaran mobil mereka
sedang berhenti di lampu merah.

Detik itu Seina terdiam meresapi setiap kalimat yang di lontarkan


Destin, mengamati wajah cowok itu yang menyiratkan kesungguhan. Dan
akhirnya cewek itu hanya mengalihkan tatapannya kearah jendela tanpa
menanggapi ucapan Destin barusan sampai mereka tiba di sekolah Seina
bahkan saat gadis itu sudah ada didalam kelas.

“Kenapa lo pagi-pagi udah bengong?? Kesambet ntar lo….”tegur Nesa saat


gadis itu baru aja datang dan langsung duduk di samping Seina.

“Menurut lo gue harus gimana??”Tanya Seina pelan, tanpa diperjelaspun Nesa


rupanya sudah tau apa yang dimaksud gadis itu karena memang Seina selalu
bercerita apapun sama sahabatnya itu. Dan satu-satunya masalah yang
membuat Seina akhir-akhir ini galau adalah seseorang bernama Destin alias
tetangga baru gadis itu.

“Setelah kemarin dia ngajak lo jogging bareng, trus dia ngapain


lagi”Tanya Nesa pada Seina

“Tadi pagi dia datang ke rumah, ngajak berangkat sekolah bareng. Trus
diperjalanan dia ngomong sesuatu yang membuat gue goyah buat pertahanin
status dia sebagai enemy gue. Apa gue terima aja ya permintaan dia sebagai
sahabat gue??”ujar Seina panjang lebar

“Terserah lo sih… tapi sebenernya kenapa sih lo nggak mau sahabatan sama
dia?? Perasaan dari awal lo cerita tentang dia, isinya cuma kejengkelan lo sama
dia doang. Lo nggak pernah cerita apa alasan lo nggak mau nerima dia… yaa…
maksud gue kan, dia mintanya cuma sebagai sahabat lo gitu. Bukan jadi pacar
apalagi calon suami, trus kenapa lo keukeh nggak mau nerima dia”Tanya Nesa

“Yaa…. Gue kan nggak percaya kalau cewek sama cowok itu bisa sahabatan.
Pasti selalu ada salah satu yang jatuh cinta atau bahkan keduannya, gue nggak
mau aja terjebak masalah rumit kayak gitu.”jawab Seina

“Ooohh… takut jatuh cinta toh…”cibir Nesa

“Gue nggak takut… lagian gue nggak mungkin suka sama dia, masalahnya tuh
kalau dia yang suka sama gue dan gue enggak. Kan ribet kalau dalam
persahabatan harus baper…”elak Seina nggak mau di bilang takut jatuh cinta
sama Destin

“Alaah… bilang takut jatuh cinta…”ejek Nesa

“Siapa yang takut jatuh cinta??”Tanya Winta yang baru datang, ikut nimbrung
obrolan Seina dan Nesa.
“Nggak ada…”jawab Seina cepat sebelum didahului oleh Nesa dan berujung
keduannya akan mengejeknya. Walaupun heran Winta hanya ber oh ria
mengiyakan jawaban Seina.

0=0

Pulang sekolah seperti biasa Seina berjalan menuju halte bus yang
berada tidak jauh dari sekolah ROMA. Awalnya dia sedikit waspada kalau saja
Destin tiba-tiba muncul dan mengajaknya untuk pulang bareng seperti tadi
pagi, tapi rupanya Destin mengiriminya chat karena tidak bisa menjemput Seina
sehingga menyuruh cewek itu untu naik taxi. Karena Seina lebih suka naik bus
jadi saat ini dia sudah duduk dibangku halte dengan tenang menunggu bus yang
lewat di dekat perumahan rumahnya. Beberapa menit kemudian bus yang
ditunggunya datang dan dia langsung naik bus itu dan duduk di bangku nomor
2 dari belakang.

“Woy…pak…. Tungguin saya…”sayup-sayup Seina mendengar suara orang


berteriak dari arah belakang. Ditolehkannya kepalanya ke belakang dan dia
melihat ada seorang cowok yang berlari mengejar bus yang melaju pelan itu.

“ Pak… ada yang mau naik”ujar Seina pada kenek bus yang berdiri tidak
jauh darinya

“Oh, iya neng”ucap sang kenek dan langsung menyuruh supir bus itu untuk
menghentikan busnya. Kemudian cowok itu langsung naik dan duduk di bangku
samping Seina yang kosong.

“Thanks…”ujar cowok itu mengatur nafasnya sehabis berlari tadi. Sedangkan


Seina hanya tersenyum mengiyakan ucapan terimakasih cowok itu.

“Lo…. Ah, kita pernah bertemu sebelumnya kan??”Tanya cowok itu setelah
beberapa menit hening

“Hah…. Masa' sih… kapan??”Tanya Seina bingung


“Pertandingan basket, bukannya lo waktu itu lagi bareng sama Deren Cs
ya”jawab cowok itu, tedengar sinis saat menyebut nama Deren

“OOhh… lo yang tanding basket sama most wanted minggu lalu”ujar Seina saat
teringat wajah cowok disampingnya yang kini menatap lekat dirinya.

“Yups….”

“Gue denger denger lo itu…”

“Gavin… nama gue Gavin..”potong cowok yang bernama Gavin itu mengulurkan
tangannya pada Seina.

“Seina… jadi bener ya… lo itu Johaven Gavinal Drick. Anak dari pemilik SEVEN
ZERO, nggak nyangka gue bisa ketemu sama lo di angkutan umum kayak gini…
Emang semua mobil lo kemana???”Ujar Seina mulai merasa nyaman ngobrol
dengan cowok itu.

“Hahaha…. Lagi pengen naik bus aja, bosen naik kendaraan pribadi mulu.. nyari
suasana baru….”sahut Gavin terkekeh pelan lalu tersenyum manis.

“Sejak kapan lo kenal sama Deren Cs….”Tanya Gavin lagi

“Kan satu sekolah, yaa… walaupun baru akhir-akhir ini gue bisa ‘cukup' dekat
sama mereka, tapi seenggaknya gue tau mereka” “Oh, ya… lo itu….”

“Gue apa??? Ngomong aja langsung….”

“Maaf ya… bukannya gue mau ikut campur, cuman… lo itu ada masalah apa
sama Most wanted??? Sampai-sampai kalian menebarkan tatapan membunuh
kayak gitu, kalian musuhan??”Tanya Seina ragu-ragu

“Bukannya emang dari dulu ya… baru tau sekarang lo. Untuk alasannya… lain
kali kalau kita ketemu gue akan jawab. Bye Seina…”jawab Gavin dan langsung
berdiri dan akhirnya turun dari Bus meninggalkan tanda tanya besar di kepala
Seina. Hingga saat gadis itu turun dari bus bahkan saat dia sudah berada di
dalam kamarnya seperti saat ini.

“ting.ting”bunyi BBM Seina

Mr.Destin : Lo udah sampai rumah??

SeinSeina : Udah

Mr.Destin : Naik apa?? Taxi kan??

SeinSeina : Bus, gue lebih suka naik Bus daripada taxi.

Mr.Destin : Oh, ya udah.

SeinSeina : Des…

Mr.Destin : Apa Bi ???

SeinSeina : Lo ada dimana sekarang?? Ketemuan yuk??

Mr.Destin : Sumpah demi apa lo ngajak gue ketemuan?? Ini tandanya lo udah
bisa nerima gue Bi?? JJJ

SeinSeina : Jangan GR dulu, ada yang pengen gue tanyain ke lo. Gue tunggu
lo di taman kompleks jam 4 sore. Kalau lo sampai telat, lupain aja
keinginan lo untuk jadi sahabat gue.

Mr.Destin : Gue pasti datang, dan nggak telat. See you JJ

“Hah… kenapa gue

0=0

Senin pagi, Destin yang sudah menggunakan baju seragamnya langsung


memasuki kamar Seina tanpa mengetuk terlebih dahulu. Setelah mengetahui
kabar sakitnya Seina dari mamanya, cowok itu langsung meluncur kesini tanpa
peduli waktu sudah menunjukan pukul 07.40. Otomatis hari ini Destin bakalan
bolos sekolah, menurutnya percuma juga masuk sekolah kalau pikirannya
hanya terpatri pada Seina.

“Bi…. Kata nyokap gue lo sakit ya… kok lo gak bilang ke gue sih…”teriak Destin
menyerbu kamar Seina saat gadis yang sudah menjadi sahabatnya ( menurut
Destin ) itu hanya bisa tiduran diranjangnya lantaran suhu badannya mencapai
39 derajat celcius.

“Adduuhh… cumi… lo gangguin tidur gue aja. Kalau lo tau gue sakit, gak sopan
banget lo teriak-teriak di rumah gue. Jadi tambah sakit gue ntar…”keluh Seina
dengan suara seraknya.

“Sorry Bi… lo sakit apaan sih…”Tanya Destin seraya menaruh telapak tangannya
di kening maupun leher Seina.

“Lo apaan sih grepeh-grepeh gue, nyari kesempatan aja. Mau gue lempar
kekutub utara lo….”geram Seina sadis.

“Ya elah, Bi… lo udah sakit gini masih aja hobby marahin gue. Guekan cuma
khawatir sama lo….”keluh Destin serius.

“Gak usah sok baik deh…”cibir Seina ketus.

“Terserah deh, tapi panas lo over banget sih Bi, lo udah ke dokter, udah makan
belum, udah minum obat. Eh, kok lo selimutan sih. nggak baik tau kalau orang
panas trus selimutan, ntar bisa step. Bonyok lo udah tau belum. Lo sakit gini
karena kemarin malam hujan-hujanan kan. Lo tuh ceroboh banget sih, lo kan
tau kalau lo gak bisa kena hujan. Jadi sakit kayak gini kan, terus sekarang siapa
yang repot, bikin panik gue sampai gue bolos sekolah kayak gini. Lo…bla…bla…
bla….”serantaian kalimat keluar dari mulut Destin tanpa sepatah katapun yang
diterima oleh Seina karena gadis itu mulai mengantuk.
“Dasar cerewet… lo kalau mau tetap disini, mending tutup mulut lo supaya gue
gak tambah sakit”oceh Seina membuat Destin seketika berhenti mengomel.

“Iya gue diem… lo istirahat gih. Gue jagain… lagipula bonyok lo juga masih di
Amerika, kalau lo butuh apa-apa. Lo bilang aja ke gue… pasti gue
turutin….”ucap Destin sembari tiduran disamping Seina dengan kepala
bertumpu pada lengan kanannya serta tangan kirinya membelai rambut Seina.

Karena tidak punya banyak tenaga kali ini Seina membiarkan cowok itu
membelai rambutnya serta tiduran disampingnya. Kalau saja tenaganya full,
pasti cowok itu sudah ia tendang sejauh-jauhnya. Saat ini hubungan mereka
masih belum akur sepenuhnya, walaupun Seina mulai merasa nyaman didekat
Destin. Tak butuh waktu lama untuk membuat Seina tertidur lelap, bahkan
tanpa sadar Destin ikut tertidur bersama Seina tetap dalam posisi seperti tadi.

Keesokan harinya…

Seorang cewek terlihat sedang berjalan dengan cowok tampan yang


tadi mengantarnya kesekolah. Tak jarang para cewek-cewek SMA ROMA
berhenti melakukan aktifitasnya hanya untuk memandangi pentolan dari SMA
DEANDLES itu. Terheran heran kenapa cowok most wanted satu ini bisa
mampir ke ROMA. Dengan gayanya yang cool cowok itu mengeluarkan
seringaiannya yang langsung mendapatkan tatapan tajam dari cewek
disampingnya.

“Destin, serius deh. Gue malu punya tetangga kayak lo. Lo kalau mau tebar
pesona mendingan di sekolah lo sono. Enek gue ngelihatnya…”cibir cewek itu
gerah melihat tingkah tetangganya itu.

“Eh, Seina…. reaksi macam apa itu??? Lo gak suka jalan bareng sama cowok
secakep gue, aneh lo… lagian gue nganterin lo karena permintaan nyokap lo.
Dengar sendirikan saat sarapan dirumah lo tadi pagi… karena kemarin lo sakit,
jadi sekarang gue disuruh jagain lo …”protes Destin tanpa memudarkan senyum
cerahnya.

Memang sudah menjadi kebiasaan cowok itu untuk sarapan pagi di rumah Seina, entah
itu hari libur atau tidak.

“Ya tapikan nganterinnya gak usah sampai kelas gue juga kalee… lo gak sadar
apa kalau seragam sekolah lo yang biru laut itu terlalu mencolok ditengah
tengah seragam sekolah gue yang berwarna merah terang ini. Lo fikir ini
sekolah negeri yang semua sekolah seragamnya putih abu-abu dan karena
tingkah lo juga, gue sekarang jadi pusat perhatian anak-anak ROMA gara-gara
mereka ngelihatin lo anak DEANDLES terpampang nyata disamping gue….”omel
Seina mencak mencak

“Santai aja lagi, gue ngelakuin ini karena pengen jagain lo biar selamat sampai
kelas. Kalau ada yang ngapa-ngapain lo kan bisa berabe, atau lo pingsan
ditengah jalan. Gue bisa dibunuh bonyok lo… jadi gak usah lebay gitu deh”bela
Destin

“Lo yang lebay begok, sok-sok an mau jagain gue. Padahal lo pengen cari
gebetan anak sekolah gue kan, dasar modus”

“Tau aja.. lumayan kan, sambil menyelam minum air”balas Destin tersenyum

“Gue doain supaya lo tenggelem, sono minggir. Gue bisa ke kelas


sendiri…”ketus Seina berlalu pergi seraya melepas rangkulan Destin
dipundaknya.

“Hisshh… galak amat sih tuh anak, masih pagi juga. Lagi dapet kali ya….”omel
Destin seraya mengotak atik hpnya karena ada panggilan masuk. “Apa mau
lo???”Tanyanya tanpa basa-basi pada sang penelpon. “Gue gak punya waktu
untuk ngurusin lo…..tanding basket??? gak kapok juga ya lo nantangin gue….
Ok..... gue bukan pengecut kayak lo…. Jam 7 malam di ROMA…”racau Destin,
dengan segera dia langsung menelpon sahabat-sahabatnya tanpa perlu repot-
repot mencari sahabatnya itu walaupun mereka semua sekolah di ROMA.
“Guys… ntar malam jam 7 di ROMA. Gavin nantang kita tanding basket
lagi….”ucapnya dan langsung mematikan telponnya tanpa menunggu respon
dari sahabatnya.

0=0

Hari Rabu, adalah salah satu dari sekian hari yang tidak disukai oleh
Seina. Apalagi pagi ini Seina harus rela berlari-lari di sepanjang lorong kelas XII
karena telat datang kesekolah. Dengan memasukan barang barangnya ke
dalam tasnya ia terus berlari sembari mengomel tidak jelas.

“Sialan si kucing…. Kok pagi ini dia nggak bangunin gue sih. Biasanyakan dia
pagi-pagi buta udah nongol di depan rumah, di dalam kamar gue malah buat
bangunin gue plus minta jatah sarapan ke mama. Nganterin gue kesekolah juga
enggak… awas aja kalau nanti dia main kerumah. Gue bikin gado-gado tuh
anak…”cerocos Seina memaki Destin.

Tanpa sadar dia jadi menabrak punggung laki-laki yang berjalan pelan di depannya.

“Aduhh… sorry…sorry.. gue nggak sengaja…”ucap Seina meminta ma'af.

Bagaikan slow motion, pemuda tadi menoleh kearah Seina sehingga membuat ekspresi
kaget di wajah cewek itu.

“Lo… telat juga…”Tanya Seina saat melihat kesekiling area yang sepi dan juga
melihat tas putih yang masih menempel dipunggung cowok itu.

“Kenapa lo telat???”Tanya cowok itu tanpa menjawab pertanyaan Seina seraya


menelisik penampilan Seina.

“E…E… itu… Supir gue telat bangun…”jawab Seina asal.


“Ohh… tapi sepertinya kelas lo ataupun gue udah mulai dari tadi. Gimana kalau
kita bolos aja sekalian, hanya untuk pelajaran jam pertama”tawaran yang tidak
pernah Seina sangka keluar dari mulut seorang anggota mostwanted.

“Hah… emangnya kita bisa pergi kemana???”Tanya Seina lagi

“Ikut gue aja…”sahut cowok itu menarik tangan Seina membuat sang pemilik
tangan harus menjaga debaran jantungnya agar tidak melompat keluar.

Sampailah mereka di gedung tertinggi bangunan sekolah ROMA, view pemandangan


yang indah membungkam kalimat semua pertanyaan yang akan keluar dari mulut
Seina.

“Lakuin apapun yang lo suka… gue juga akan begitu”ucap cowok itu memecah
keheningan yang tercipta akibat keterpanaan Seina barusan.

“Hah… e…ok..”. cowok itu berjalan kearah sebuah satu-satunya bangku di atap
gedung itu.

Membuka jas sekolahnya, meregangkan dasinya dan kemudian


merebahkan tubuhnya dibangku tersebut. Tanpa sadar kalau semua
gerakannya tadi menjadi pemandangan gratis untuk Seina. Selama hampir 20
menit Seina memandangi wajah damai cowok itu tanpa pernah mengalihkan
tatapannya pada objek lain. Gerakan adam applenya yang naik turun secara
teratur membuat kesan ketampanan cowok itu bertambah dua kali lipat.

“Apa wajah gue objek paling indah yang pernah lo lihat selama ini??? Lo
bahkan natap gue tanpa berkedip”ucap cowok itu tiba-tiba membuat sang
pengintai tersentak kaget.

“Kenapa dia bisa tau??”rutuk hati kecil Seina.

“Lo ingin bertanya sesuatu…”ucap cowok itu lagi


“Enggak”bohong Seina, sudah pasti banyak sekali pertanyaan yang sekarang
bersarang dibenak Seina.

Saat ini, dia hanya berdua dengan salah satu mostwanted di sekolah
ROMA. Moment yang sangat langka bisa terjadi di hidupnya. Namun lidahnya
terasa kelu walau untuk berkata sepatah kalimat pada cowok tampan ini.

“Ya sudah, gue tidur lagi”balas cowok itu kembali menutup matanya.

“E…Deren…”

“Hehm”cowok menyahut tanpa membuka kedua matanya.

“Lo…E,,,lo…” “Lo laper nggak”TOLOL. Kenapa malah pertanyaan itu yang keluar
dari mulut Seina. Mulutnya benar-benar sudah berkhianat pada hati dan
pikirannya.

“Apa?? E…. tadi gue udah sarapan di mobil. Lo lapar….”Tanya Deren beralih
posisinya menjadi duduk.

“Haah… gue jawab jujur aja deh”seru hati kecil Seina

“Iya, lo ada makanan nggak???”Tanya Seina menghilangkan


kecanggunangannya tadi.

“Eehm… gue ada roti. Lo mau…”tawar Deren membuka tas ranselnya

“Mau..”jawab Seina cepat.

Derenpun memberi uluran tangan Seina dengan kotak bekal berisi


Sandwich buatan mamanya. Dengan sangat lahap Seina menghabiskan roti itu
tanpa tersisa. Tiba-tiba dering ponselnya menginterupsi acara minumnya.

“Kucing… akhirnya ngasih kabar juga nih anak”gumam Seina seraya


mengangkat telponya tanpa menjauh dari cowok yang sejak tadi bersamanya.
“Eh… kok lo angkat sih Bi. Bukannya masih pelajaran ya??”Tanya Destin

“Kalau lo tau ini masih jam belajar ngapain lo nelpon gue??”geram Seina
melupakan makiannya pada cowok itu

“Iseng aja… lo bolos ya..”

“Iya ini kan gara-gara elu…. sebenarnya lo itu di belahan bumi bagian mana
sih??? Kenapa tadi pagi lo nggak bangunin gue, trus lo nggak nganterin gue
sekolah. Katanya lo mau jadi supir gue, baru beberapa bulan aja udah nyerah
lo”omel Seina tanpa mengijinkan Si penelpon buka suara. “Destin lo mau gue…”

“Bi… lo cerewet banget sih…”potong Destin.

“Eh, gue baru sadar kalau suara lo aneh. Lo sakit ya…”Tanya Seina mendegar
perubahan suara Destin.

“Iya nih… demam… sepulang sekolah bisa nggak lo ke rumah gue. Bonyok lagi
ke Jepang, nggak enak nih kalau sakit gini sendirian. Lagian kan gue sakit gara-
gara ketularan lo”pinta Deren memohon.

“Heuh… iya..iya... Ntar gue ke rumah lo… Lo udah makan, kalau belum suruh
mbok Darmi bikinin lo bubur, habis itu langsung minum obat, kalau udah
minum obat lo tiduran aja di kamar, jangan main game. Jangan lupa pakai baju
hangat, kalau panasnya belum turun-turun Suruh aja mbok Darmi ngompres lo,
kalau ada apa-apa lo telpon gue aja… kalau bonyok lo malam ini nggak pulang,
gue akan tidur di rumah lo…..”perintah Seina panjang lebar.

“Iya…iya…gue ngerti… baek-baek lo…”balas Destin sebelum menutup


panggilannya.

Seina menghela nafas pelan sebelum memutar badannya kearah Deren


yang sedari tadi serius memperhatikannya.
“Kenapa tuh anak??”Tanya Deren kemudian yang melihat wajah muram gadis
itu

“Dia demam….”jawab Seina tanpa mengurangi ekspresi khawatirnya.

“Lo tenang aja, daya imun Destin kuat kok. Nggak usah khawatir gitu…”ucap
Deren menepuk pundak Seina pelan

“Masalahnya tu orangtua Destin nggak ada, kalau sakit kan tuh anak manja
banget, gue takut aja kalau demamnya nggak turun-turun, kalau dia jatuh di
kamar mandi, kalau dia butuh apa-apa. Kalau dia..….”ucap Seina terhenti saat
sadar kalau sikapnya berlebihan.

“Dia akan baik-baik saja Seina…”hibur Deren mengusap rambut Seina.

“Semoga saja”

“Ya udah yuk balik ke kelas, sebentar lagi pelajaran kedua akan segera
dimulai”ajak Deren pada Seina.

“Ayuk”

Merekapun berjalan bersamaan menuruni tangga gedung itu. Dalam


hati gadis itu berjanji akan berlaku lebih baik lagi pada Destin, mungkin dengan
menjenguknya sepulang sekolah nanti. Pikir gadis itu.

Suasana kantin sekolah siang ini terasa sangat ramai karena memang
sudah jamnya makan siang, semua siswa-siswi ROMA siap antri dengan rapi
menuggu giliran mendapat jatah makanan dari Bu Retno, seorang wanita paruh
baya yang bertugas mengatur makanan yang untuk penghuni sekolah. Siang itu
menu makanan yang dihidangkan adalah ayam krispy dengan sambal terasi,
sup iga, kentang goreng serta desertnya puding mangga dengan taburan keju
dan coklat, benar-benar mengundang selera makan semua orang yang ada di
situ. Terlihat di pojok ruangan di meja favorite mereka yang viewnya langsung
kearah taman belakang sekolah yang di desain seperti taman tulip di Belanda,
ke tiga anggota mostwanted sedang ngobrol santai karena sesekali mereka
tertawa bersama entah membicarakan lelucon apa. Sedangkan disekitar
mereka, bangku bangku yang dipenuhi anak ROMA dengan mayoritas
perempuan berbisik-bisik membicarakan ketiga pentolan sekolah itu. 2 bangku
ke kanan dari bangku Deren Cs di huni oleh Seina Cs yang terlibat pembicaraan
mengenai bolosnya Seina tadi pagi saat pelajaran pertama. Tadi sewaktu Seina
masuk kelas untuk memulai pelajaran kedua, Pak Sekta sudah keburu masuk
kelas dan dalam keadaan apapun sipapun tidak akan berani untuk membuka
mulut atau mengeluarkan bunyi sedikitpun karena guru Fisika ini memang
terkenal killer.

“Jadii…. Kemana aja lo saat jam pelajaran Bu Intan tadi???”Tanya Nesa


memecah keheningan.

“Gue telat… Destin sakit, jadi dia nggak bisa jeput gue”jelas Seina, jujur saja
saat ini fikirannya masih terstuck di cowok itu.

Membayangkan bagaimana kesusahannya cowok itu nanti, karena dia


sadar kalau sakit itu rasanya sangat tidak enak. Seperti yang dialaminya
beberapa hari yang lalu, bedanya saat itu Destin dengan setia menjaganya
bahkan cowok itu rela bolos sekolah dan mengehentikan segala aktifitasnya
hanya untuk sekedar menjadinya Seina prioritas utamanya. Tapi sekarang yang
dilakukan Seina justru sebaliknya.

“Sakit apa??? Masuk rumah sakit??”Tanya Winta, entah kenapa terdengar sarat
akan khawatir ditelinga Seina.

“Hanya demam… nanti sepulang sekolah gue mau jenguk dia. Kalian mau
ikut???”tawar Seina meminum minumannya.

“Ogah… males gue berhubungan dengan most wanted…”celoteh Nesa datar


“Lo kenapa sih?? Kayaknya anti banget sama yang namanya most wanted.
Pernah ada masalah sama mereka???”tanya Seina heran melihat sikap cuek
gadis itu.

“Gak pernah, gak suka aja…”jawab Nesa pendek, pikirannya melayang jauh
entah kemana.

“Eh, ngomong-ngomong…. Lo sembunyi dimana tadi???”Tanya Winta


melenyapkan lamunan Nesa.

“E… sama Deren…”

“Hah… Deren… Deren most wanted”kaget Winta berlebihan.

“Kenapa emangnya??? Ekspresi lo berlebihan”cibir Seina.

“E… setahu gue. Deren nggak suka bolos….”sahut Winta lagi.

“Gue juga nggak tahu, yang jelas tadi dia juga telat dan nawarin gue untuk
bolos bareng”jawan Seina lagi-lagi membuat Winta kaget.

“Mungkin dia lelah…”ucap Nesa asal.

“Trus…. Kalian pergi kemana??”tanya Winta tanpa bisa menyembunyikan raut


penasarannya. Hal yang cukup mengagetkan karena seorang Deren mengajak
pergi seorang cewek semenjak berakhirnya hubungannya dengan Winta.

“Ke…”

“Tinnnn….tinn…”jawaban Seina harus terinterupsi lantaran bel tanda masuk


sudah berbunyi.

Semua penghuni kantin harus siap-siap menuju kelasnya karena sudah menjadi
keharusan murid ROMA meninggalkan kantin secepatnya tidak peduli dalam keadaan
apapun sebelum di usir oleh Bu Retno sang kepala pengurus kantin, guru dengan
tubuh tinggi diatas rata-rata perempuan Indonesia, kaca mata yang cukup tebal karena
umur beliau yang sudah menginjak kepala 4, serta wajahnya yang jarang sekali
tersenyum.
SEINA DAN PARTNER IN CRIME [ Love and Lust ]

Seperti yang diucapkan Seina saat dikantin tadi, sepulang sekolah dia
langsung menuju rumah Destin tanpa berniat singgah di rumahnya terlebih
dahulu. Dengan Winta yang kali ini ikut bersamanya.

“Kucing… kok lo bisa sakit sih, gara-gara ketularan gue ya??? Sekarang udah
baikan belum???”Tanya Seina begitu membuka pintu kamar Destin tanpa perlu
mengetuk pintu kamar coklat itu terlebih dulu.

Gadis itu bahkan tanpa sadar langsung naik ke ranjang Destin dan
mengecek suhu tubuh cowok itu tanpa merasa risih sedikitpun. Melihat itu
Winta sedikit kaget karena tidak adanya privasi antara Destin dan juga Seina.
Bahkan Destin sempat heran dengan tingkah laku Seina yang mulai akrab
padanya.

“Bukan salah lo juga Bi, mungkin kamarin gue kecapek an habis tanding basket
sama Gavin Cs… gue udah nggak papa kok. Eh, lo sama siapa??”Tanya Destin
begitu melihat sosok lain didalam kamarnya selain tetangganya itu, seorang
cewek feminine yang memakai setelan switer warna jingga dengan rambut
digerai serta tas pink hermesnya.

“Eh, e…dia Winta, temen sekelas gue…”jawab Seina baru sadar kalau tadi dia
datang bersama Winta.

“Hai… gue bawa buah buat lo. Semoga cepet sembuh…”ujar Winta lembut.

“Makasih… lo perhatian banget sama gue.”jawab Destin tersenyu tulus pada


cewek itu, walaupun wajahnya tampak kurang segar rupanya pesonanya tidak
luntur karena sempat membuat Winta terpana sesaat.

“Eh, gue laper nih…. Mbok Darmi tadi masak apa???”ucap Seina tiba-tiba.
“Semur kentang sama udang telur asin… makanan favorite lo semua itu. Makan
gih… ajak aja Winta sekalian…”jawab Destin

“Wah, mantap…Win… lo mau makan juga nggak??”tawar Seina menoleh pada


cewek yang sudah duduk di kursi belajar samping tempat tidur Destin.

“Enggak, lo aja yang makan…”jawab Winta.

“Ya udah… gue keluar dulu. Lo ngobrol aja sama Destin…”ucap Seina beranjak
keluar kamar.

Begitu Seina keluar kamar, Destinpun berusaha untuk mengajak ngobrol


Winta tentang semua hal. Ternyata cewek dihadapannya ini tipikal cewek
humble yang mudah diajak ngobrol apa aja dan tentunya nyambung. Bahkan
menceritakan masa-masa Sd mereka yang ternyata satu sekolahan dulu.

“Astaga… sorry… gue bahkan udah lupa siapa aja temen SD gue. Yang gue ingat
ya cuma member most wanted yang lain… heheh..ma'af ya…”ucap Destin
menyesal karena tidak menganali Winta sebagai teman SDnya di Tunas Bangsa
dulu.

“Iya nggak papa…”ucap Winta tersenyum, memperlihatkan lesung pipinya.

“Makin cantik aja lo,…”puji Destin jujur

“Makasih…”ucap Winta dengan pipi yang sudah semerah tomat.

“Des… baju gue ada yang di sini nggak???”Tanya Seina tiba-tiba masuk ke
kamar Destin menginterupsi perbincangan dua penghuni kamar sebelumnya.

“Ehm… ada deh kayaknya. Minggu lalu saat lo nginep di rumah gue kan,
paginya lo langsung pakai seragam sekolah. Coba cek aja di lemari gue…”jawab
Destin santai, lagi-lagi hilangnya privasi diantara mereka membuat kerutan
penasaran di wajah Winta bertambah.
Pikirannya membentuk pertanyaan mengenai hubungan seperti apa yang terjadi
diantara Seina dan juga Destin.

“Ketemu…”celoteh Seina membuyarkan lamunan Winta.

Dengan cepat Seina berjalan menuju kamar mandi kamar Destin untuk
berganti pakaian seragamnya menjadi pakaian santai. Begitu keluar kamar
mandi raut wajah bingung tercetak di wajah Seina lantaran tidak melihat
sahabatnya di kamar Destin.

“Lho… Winta dimana??”Tanya Seina seraya memasukan baju seragamnya ke


dalam tas ranselnya.

“Udah pulang.. tadi dia dapat telfon dan langsung pamit pulang, katanya ada
hal penting. Lo sih… pakai acara mandi segala…”jawab Destin beranjak turun
dari ranjang.

“Eh, mau kemana??”Tanya Seina kaget.

“Keluar… bosen gue di kamar terus…”ucap Destin sebelum menghilang di balik


pintu kamarnya. Seinapun segera menyusul Destin dan mendapati cowok itu
sedang nonton TV di ruang keluarga.

“Kok kayaknya….. kalian tadi akrab banget… udah saling kenal???”Tanya Seina
sembari mengambil toples snack di hadapannya.

“Ternyata dia temen SD gue, sempet lupa gue tadi”jawab Destin beralih tiduran
di sofa dengan bantalan paha Seina.

“Parah lo…. “cibir Seina.

“Biarin… namanya juga lupa… Ngomong-ngomong sikap lo hari ini bener-bener


aneh bi,, biasanyakan lo marah marah sama gue tapi kenapa tadi kayaknya lo
perhatian gitu sama gue. Yaa… walaupun masih dengan ngomel-ngomel, tapi
gue tau kalau lo khawatir sama gue. Lo udah bisa nerima gue ya????”Tanya
Destin setelah tadi menahan rasa penasarannya.

“Eehmm… setelah gue fikir-fikir, gak ada salahnya sih sahabatan sama lo. Lagian
gue mau balas budi karena waktu gue sakit, lo udah jagain gue. makasih”oceh
Seina tersenyum tipis..

“Sumpah demi apa lo bilang makasih sama gue?? Lo beneran Seina tetangga
gue kan”celoteh Destin gak percaya dengan perubahan sikap Seina seraya
bangkit dari tidurannya.

“Biasa aja kali… gue cuma ingin berubah aja”jawab Seina memandang kearah
lain guna menutupi rasa canggungnya.

“Makasih bi karena lo udah mau nerima gue. Gue sayang sama lo..”celoteh
Destin langsung memeluk cewek itu karena saking senangnya.

“Eh, tetep aja nggak boleh peluk-peluk”omel Seina melepas pelukan Destin.

“Hehehe…iya ma'af”ucaP Destin cengengesan.

Merekapun menghabiskan sore itu untuk nonton dan kemudian sehabis


makan malam mereka memutuskan untuk membaca komik di dalam kamar
Destin. Larut dengan kegiatan mereka tanpa sadar waktu sudah menunjukan
pukul 9 malam.

“Eh, mau kemana lo??”tanya Destin saat melihat Seina beranjak dari posisi
selonjoranya di karpet bulu milik Destin.

“Pertanyaan lo gak bermutu banget sih. Ya gue mau pulanglah, tidur…. Ngantuk
gue…”jawab Seina gak habis fikir

“Ya udah lo nginap aja disini, ngapain repot-repot pulang”ucap Destin santai
“Eh, kata orang anak perawan itu nggak boleh tidur satu kamar dengan lawan
jenis yang bukan muhrimnya. Gimana sih lo….”protes Seina saat Destin menarik
tangannya agar terduduk di kasur..

“Halah… omongan orang aja di tanggepin,… tidur sini aja lo, sama gue…”ajak
Destin

“Eh, nggak…enggak… ntar lo khilaf lagi…”

“Ya ampun Bi… gue tanggungjawab deh kalau sampai gue khilaf, emangnya gue
bisa lari kemana sih”ucap Destin keukeh.

“Lagian aneh kalau lo tidur di rumah gue, tapi gak sekamar sama gue. Gak
wajar…. Kan waktu lo nginep dirumah gue minggu lalu lo juga ‘tidur' sama
gue”gumam Destin menutup kedua matanya

“Eh, begok. Kita tidur sekamar itu yang gak wajar. Adek bukan, kakak bukan,
sodara bukan, pacar bukan, istri apalagi. Lagian gue ‘tidur' sama lo itu karena lo
yang gendong gue ke kamar lo gara-gara gue ketiduran di ruang tamu, bukan
karena kemauan gue”omel Seina menatap mata Destin yang masih terpejam.

“Udah tidur sisni aja, gue pengen meluk lo waktu tidur. Kan gue masih sakit,
turutin aja kenapa sih??”ucap Destin tersenyum menoleh kearah Seina dan
otomatis pandangan mereka beradu.

“Muke lo tu jauh..”ucap Seina bersamaan dengan melayangnya guling ke wajah


Destin, namun gadis itu tetap merebahkan dirinya ke samping Destin.
SEINA DAN SATU NAMA [ Kenangan ]

CLUB MILLENIUM

“Hei cewek… sendirian aja. Ikut bang Devan dansa yukk.”ajak Devan pada
seorang cewek yang duduk di meja samping mereka.

“Kamu nggak takut kalau ada yang marah”sahut cewek itu.

“Emang siapa yang marah??? Pacar kamu ya?? Nggak heran sih…. Cewek
secantik kamu pasti punya pacar yang over protective”lanjut Devan
menggombal.

“Bisa aja kamu… maksud aku pacar kamu”ucap cewek itu tersenyum malu

“Pacar aku??? Aku jomblo kali… santai aja sayang…”ucap Devan mengeluarkan
smirknya.

“Lain kali aja deh,… aku harus pergi nih, bye..”ucap cewek itu menolak dan
langsung pergi.

“Ok, bye cantik..”

“Eh, Dev… lo akan kehabisan nafas ya, kalau lo diam barang semenit. Jari gue
udah pegal ngehitung berapa ratus cewek yang lo gombalin seharian ini. PHP
banget sih lo….”keluh Destin geleng-geleng kepala melihat tingkat sobatnya itu

“Tau tuh… Dasar playboy cap bangau…”imbuh Dio

“Kok lo samain gue kayak botol kecap sihhh… gak mutu banget… Lagian kalau
gua jadi playboy. Jangan salahin gue dong… salahin aja cewek-cewek yang
terlalu welcome sama gue. Mau aja diPHPin….”bela Devan gak mau kalah.
Itulah sepenggal bahan obrolan di malam yang semakin larut ini.
“Des… sebenarnya lo pacaran nggak sih sama anak sekolah gue. Tetangga baru
lo itu maksud gue….”Tanya Dio beralih ke Destin, cowok yang memakai kaos V
neck warna hitam dengan dilapisin kemeja kotak-kotak warna biru yang duduk
di samping Devan.

“Gue nggak pacaran… Cuma sahabatan…”jawab Destin

“Bohong banget lo…. Udah kayak perangko gitu bilangnya Cuma sahabatan.
Frendzone maksud lo…”sembur Devan nggak percaya.

“Terserah kalau nggak percaya… lagian sekarang gue naksir cewek lain”ucap
Destin terseyum khas orang jatuh cinta.

“Weitss… siapa cewek yang kurang beruntung itu??”ledek Dio tersenyum


mengejek

“Sialan…. Malas ngasih tau lo..”

“Ya elah,,, gitu aja ngambek. Cewek banget sih lo…”

“Bukannya gitu, inikan masih planning gue. Kalau gue udah lihat respon tuh
cewek dan kita udah jadian. Baru gue nyebar berita…”

“Weih… PJnya liburan rame-rame ke Jepang ya…”ucap Devan menepuk pundak


Destin pelan.

“Gampang…”sahut Destin meminum minumannya.

“Eh, Der… lo kok diam aja…”Tanya Destin memecah keheningan yang tercipta
sejenak.

“Lagi males ngomong”jawab Deren singkat.

“Tiap hari lo juga gitu kalee… gak asyik lo”sambung Devan sebelum beranjak
turun ke lantai dansa menghampiri cewek seksi yang memakai hotpants merah
dan kemeja putih polos yang hampir menutupi celananya sehingga terkesan
tidak memakai bawahan.

“Mulai deh tu anak….”gumam Dio sembari meminum cocktail tanpa


alkoholnya.

“Gue cabut dulu ya…. Ada urusan..”ucap Deren setelah mengecek sms dari
seseorang.

“Buru-buru amat, emangnya lebih penting dari kita. nggak bisa di pending dulu
apa??? Payah lo…”ledek Destin

“Ini lebih daripada lo pada..”jawaban Deren sukses mendapat umpatan pelan


dari kedua sahabatnya.

“Ati-ati sob…”

“Hhmm…”.

0=0

“Ada apa??”Tanya Deren pada seorang cewek yang sudah menunggunya di


sebuah bangku taman di daerah menteng itu.

Matanya sibuk memandang makhluk cantik dihadapannya, perempuan


yang pernah menjadi atau bahkan menurutnya akan selalu menjadi pujaan
hatinya. Walau saat ini status mereka sudah berubah menjadi mantan, tapi
perasaan Deren tidak pernah berubah. Belum.

“Bisakah kita kembali lagi seperti dulu, jauh sebelum ada ikatan diantara
kita”suara yang terdengar dari bibir merah ranum milik mantan gadisnya
terdengar memohon di telinga Deren.

“Bukannya hubungan kita nggak ada yang berubah…”balas Deren tenang.


“Deren… maksud aku ‘hubungan antara pesahabatan' kita, bukan ‘hubungan
antara mantan kekasih'. Aku ingin kita memulai semuannya dari awal Deren…
aku nggak mau kita menjadi musuh..”jelas Winta memegang tangan Deren.

“Siapa yang menganggap kamu musuh??? Kamu saja yang berfikir kita
musuhan”jawab Deren masih dengan ketenangan yang sama.

“Kalau begitu sebagai awal pertemanan kita, gimana kalau dalam acara reuni
SD nanti kita pergi bersama…”tawar Winta mencoba tersenyum tulus di depan
Deren.

Jauh didalam lubuk hatinya, gadis itu tau kalau pemuda yang ada
dihadapannya ini masih belum menyerah dengan perasaannya. Dan itu semua
membuat perasaan bersalah gadis itu semakin bertambah lantaran membuat
pemuda itu menjadi sangat rapuh.

“Ayo pulang, sudah malam”ajak Deren langsung menggandeng tangan Winta


berjalan menuju mobilnya.

Suasana pagi yang tenang menyelimuti sekolah ROMA di hari jum'at ini.
Ke tiga pentolan sekolah ini terlihat sedang berkumpul di pinggir lapangan
basket tempat favorite mereka kalau di sekolah.

“Eh, lo-lo pada bakalan datang keacara reuni SD sabtu depan??”Tanya Dio
membuka pembicaraan.

“Yang pasti gue bakalan datang, kan gue punya pasangan”jawab Devan kental
sekali sedang mengejek ke dua sahabatnya.

“Nggak heran sih, lo pasti mau reunian juga sama mantan-mantan lo yang
segudang itu…”sahut Dio balas mengejek.

“Sial… buka kartu aja lo… lo sendiri ntar datang sama siapa?? Lo nggak mungkin
ngajak cewek galak itukan”Tanya Devan ke Dio
“Hari gini… nyari pasangan instant tuh banyak. Tinggal comot satu, ajak ke
pesta, kelar deh. Nesa….. harus kena gamparan dulu buat ngajak di ke pesta.
Gue datang sendiri….Lagian gue mau ketemu sama Diandra….”ucap Dio sedikit
meratapi nasib cintanya yang tak terbalas pada Nesa.

“Wah, lo masih aja suka usilin tuh cewek. Sekarang udah tunangan dia, masih
aja lo kerjain. Mau kena bogem mentah dari tunangannya”celoteh Devan
menoyor kepala Dio pelan.

“Kangen sob, dikit doang..hahaah…”jawab Dio tersenyum jenaka.

“Lo datang juga kan Der…”ucap Devan menoleh kearah cowok yang sedari
memainkan bola basket ditangannya.

“Datang….”jawabnya singkat

“Sama siapa??”Tanya Dio dan Devan bersamaan.

“Winta…”

“Winta… oh, cewek imut pindahan dari Bandung itu kan. Kok, lo bisa ngajak dia
jadi pasangan lo????”Tanya Devan penasaran.

Satu rahasia lagi yang Deren sembunyikan dari persahabatannya, tidak ada seorangpun
yang tahu kalau Deren pernah menjalin hubungan dengan Winta.

“Kebetulan aja, kan satu sekolah”jawab Deren tenang. Devanpun menerima


dengan mudah jawaban masuk akal Deren.

“Trus… si Destin bakalan datang juga. Mau ngajak siapa tuh anak???”ujar Dio
membahas sahabatnya yang beda sekolah itu.

“Katanya sih… dia mau datang… tapi dia nggak bilang mau datang sama
siapa???”jawab Devan.

“Oh..”koor Deren dan Dio.


Pulang sekolah hari itu, most wanted memutuskan untuk nongkrong di café
biasa hanya untuk sekedar melepas penat.

“Woy…bro…”teriak Destin yang baru tiba seraya langsung duduk di samping


Deren dan berhadapan dengan Devan dan Dio.

“Tumben lo datangnya lebih cepet, biasanya juga kita makan habis satu porsi
dulu baru lo nongol depan kita”Tanya Devan heran melihat tingkah Destin yang
masih tersenyum entah karena alasan apa.

“Mood gue lagi bagus….”jawab Destin tanpa memudarkan senyumnya.

“Oh, tentang cewek gebetan lo itu ya. Gimana progesnya, udah jalan
belum???”Tanya Deren kali ini yang bertanya.

“Belum, rencananya sehabis reuni gue mau ngajak tuh cewek jalan plus
langsung nembak do'I”jawab Destin mantap.

“Weitss… gue suka gaya lo. Tapi lo yakin kan kalau dia juga suka sama lo,
bukannya cinta bertepuk sebelah tangan”celoteh Devan bermaksud menyindir
Dio, entah kenapa Deren juga merasa tersindir dengan perkataan Devan tadi.

“Gue tau maksud lo… Eh, Nesa itu hanya nggak bisa percaya sama namanya
laki-laki. Belum sadar aja dia kalau gue beda,…”celoteh Dio membela diri.

“Eh, lo lagi PDKT sama siapa??”Tanya Destin penasaran karena keinggalan


informasi.

“Itu…si Nesa…. Sahabatnya Seina”jawab Deren.

“Ooh…cewek jutek nan galak itu ya..”sahut Destin.

“Dia sebenarnya baik kok,…ramah pula,rajin menabung dan tidak


sombong”ucap Devan menjelaskan.
“Eh, kok jadi elo yang belain dia. Kan gue yang PDKT sama tuh cewek…”protes
Dio nggak terima.

“Apa bedanya sih??? Yang penting kan ada yang bela dia”celoteh Devan santai.

“Sialan lo….”maki Dio.

“Eh, Des… acara reuni lo bakal datang sama siapa??”Tanya Deren memulai
topic pembicaraan yang lain.

“Sama siapa lagi??? Ya tetangga gue lah, gue kan jomblo sekarang”jawab
Destin seraya meneguk habis minumannya.

“Kenapa lo nggak datang sama gebetan lo aja, kan bisa menyelam sambil
minum air”ujar Dio

“Dia….”

“ANJRIT…. Si Bela beneran nyoba buat bunuh diri..”teriak Devan menginterubsi


perkataan Destin seraya mengutak atik akun Pathnya.

“Bela… mantan pacar lo itu. Wah lo, putusnya nggak baik-baik ya”Tanya Destin
menuduh.

“Baik-baik kok… itu menurut gue”celoteh Devan tanpa dosa.

“Eh, Des.. lo telpon Seina gih. Tanyain ke dia gimana kondisi Bela saat
ini..”perintahnya pada Destin.

Tanpa babibi cowok berkemeja putih dengan dasi yang sudah sedikit berantakan
begitu juga rambutnya, mengambil hpnya hendak menelpon Seina.

“Hallo…Bi lo udah jenguk Bell..”

“EH, DESTIN… bilangin sama sobat lo itu untuk nggak nyakitin perasaan cewek
lagi. Kalau sampai Bela nggak bisa diselamatkan, bisa masuk penjara tuh orang.
Nggak bisa apa untuk setia sama satu cewek, playboy cap bangau… lo juga tuh,
jadi cowok jangan pernah nyakitin perasaan cewek….”teriak Seina mencak
mencak hingga Destin harus menjauhkan ponsel dari telingannya.

”Lhah…kok jadi gue yang lo omelin Bi. Kan Bella bunuh diri karena putus dari
Devan..”celoteh Destin heran

“Alasannya kan gara-gara cowok, karena lo termasuk cowok jadi lo juga salah.
Bilang ke Devan kalau Bella udah nggak papa…”celoteh Seina mengakhiri
sambungan telepon secara sepihak.

“Hallo…Bi…Bii,,,” “Sial, cewek tuh ribet banget sih, kalau BETE sama satu
cowok. Semua cowok diomelin… dasar aneh”gerutu Destin seraya menaruh
hpnya di atas meja.

“Gimana Des… dia baik-baik aja kan???”Tanya Devan memandang wajah


sahabatnya minta kepastian.

“Emang ada ya, mantan cewek lo yang baik-baik aja semenjak putus dari
lo”cibir Destin mengejek

“Sialan.. gue serius cumi. Des…dia ok kan…”kesal Devan pada Destin.

“Untungnya sih gitu, coba kalau dia nggak selamat. Bisa masuk penjara lo gara-
gara bikin mati anak orang”jawab Destin membuat Devan bisa bernafas lega.

“Kenapa jadi salah gue?? Tuh cewek aja yang nggak sayang sama nyawanya.
Lagian sejak kapan orang yang putusin ceweknya bisa masuk penjara. Penjara
bisa penuh sama playboy kayak gue bro…”

“Terserah lu dah…”kompak ketiga sahabatnya membuat Devan manyun.

“Udah yuk cabut,,,, kita harus latihan buat pertandingan besok”ajak Deren
beranjak dari kursinya.
0=0

“Sein…Seinnnaaaa….. Lo dimanaa?????”teriak Destin saat memasuki


rumah bergaya eropa yang didominasi warna merah maron dan gold itu tanpa
kesopanan langsung mengitari ruangan luas itu dengan teriakannya yang
menggema.

Siang hari yang tenang harus terusik karena kehadiran dari cowok
pengganggu kayak tetangganya itu.

“Lo fikir rumah gue hutan Kalimantan yang penuh dengan spesies kayak lo alias
orangutan. Ngapain lo teriak-teriak manggil nama gue, gue nggak budek
tau…”omel Seina memandang cowok yang berjalan tergesa-gesa melewatinya.

Cowok itu menoleh sekilas ke ruang keluarga dan melihat seseorang yang dicarinya
duduk dengan tenang di kursi depan TV.

“Eh, lo disini..”ucap cowok itu langsung duduk disamping cewek itu.

“Nggak lihat lo dari tadi gue nangkring disini. Kenapa muka lo kayak benang
kusut gitu????”Tanya Seina melihat wajah kusut Destin.

“Lo mau jadi pasangan gue ya…”Tanya Destin tanpa babibu mengutarakan
maksud kedatangannya ke rumah Seina.

“HAH… lo ngomong apaan sih??? Gaje banget…”celoteh Seina bingung.

“Jadi….”Destinpun menceritakan sumber masalahnya mengenai acara reuni


yang diadakan SD nya pada Sabtu mala mini dan yang mengharuskan setiap
tamu untuk membawa pasangan. Tentunya Destin harus mengeluarkan kocek
yang cukup besar untuk meloby tetangganya itu. Dengan tawaran yang
menggiurkan dari Destin tentu saja tanpa babibu Seina langsung mengiyakan
ajakan Destin tersebut.

“Ok … deal…”
“Shipp… eh, kalau bisa lo kesalon aja ya. dandan yang cantik supaya gue nggak
malu jadiin lo pasangan gue …”ledek Destin mengacak-acak rambut Seina.

“Bawel… pulang sono lu…”oceh Seina mengusir Destin yang langsung pergi.

Hari ini SMA ROMA akan tanding basket antar sekolah dijakarta, kali ini
pada pertandingan persahabatan akan SMA ROMA akan bertanding dengan
SMA SANDAI. Semua kubu tim terlihat sedang melakukan pemanasan di kursi
masing-masing kubu. Diantara pemain ROMA, terlihat satu orang yang terlihat
sangat mencolok karena sejak masuk kelapangan pemuda itu tidak berhenti
untuk tersenyum.

“Woy…Di…lo kenapa senyam-senyum nggak jelas. Gila lo ya… mau


pertandingan, otak lo malah gestrek…”cibir Devan melihat tingkah sahabatnya
yang aneh.

“Enggak, gue hanya lagi semangat aja”ucap Dio tersenyum lebar. Ingatannya
berputar pada malam sebelum pagi menjelang pertandingan.

0=0

“Sial… kenapa kemarin gue malah nerima tawaran si brengsek Destin sih???
Seharusnyakan gue tolak aja tawaran dia itu, trus sekarang gue harus gimana
nih….. apa gue batalin aja ya??? Tu anak kan tukang ngibul, gimana kalau dia
gak nepatin janjinya buat beli'in gue tiket konser SS6 DI JAKARTA. Bisa rugi gue,
resikonya besar lagi”keluh Seina tiduran diatas tempat tidurnya memandangi
langit-langit kamarnya yang berwarna putih. “Tapikan tu anak orang tajir, masa'
iya beli'in gue satu tiket seharga 24 juta gak bisa. Masalah uang tu anak kan gak
pernah tanggung-tanggung…”celoteh Seina lagi “Lagipula kapan lagi coba bisa
nonton konser SUJU gratis, di VVIP, ekslusive. Gue gak akan pernah nolak
tawaran ini….”ujar Seina tersenyum sumringah “Tapi kalau gue datang…… ntar
gue ketemu dia dong, tuh anakkan tajirnya selevel sama kayak Destin. Pasti
sekolah di situ juga…”ucap Seina kembali ragu “Tapi kesempatan inikan gak
datang dua kali…. Aduuhhh… gue pusing….”teriak Seina frustasi “Ffuhh…
Seina… lo pasti bisa.. lo hanya perlu dandan yang cantik, nunggu Destin jemput
lo, On The Way ke reuni, makan, trus pulang. Gampangkan…” “Ok…gue pasti
bisa…”ucap Seina menyemangati hasil keputusannya. “Anggap aja… Si Destin
gak satu sekolah sama cowok angkuh dimasalalu lo. Gak ada.gak ada.gak
ada…..” “Kalau sampai gue ketemu dia, pasti…..”

“Lho Sein… lo ngapain ada disini???”Tanya sebuah suara menyapa Seina saat
dia sedang mengambil minuman

“Lo gak liat kalau gue lagi minum”suara hati Seina

“Lo datang sama siapa??? Emang ada yang ngajakin lo ya…”

“Ya kalau gue bukan anak sekolah SD Tunas Bangsa berarti ada yang ngajakin
gue dong. Dasar bodoh…”omel Seina masih didalam hati.

“Oh, gue tau… sama Edgar si cowok cupu… Anak IX E yang di SMA satu kelas
sama Destin itu kan????“

“Sok tau banget sih lo…”nah, kali ini diucapin Seina dengan nada yang super
ketus

“Bukannya sok tau… level cowok idaman lokan paling2 gak beda jauh kayak
dia”ujarnya kentara sekali sedang mengejek Seina yang wajahnya memerah
menahan kesal.

“Arrrgghhh….. ngebayangin dia ngomel gitu aja udah bikin gue enek. Apalagi
kalau tu anak ngomong langsung didepan muka gue, bisa ancur tu acara gara-
gara semua meja dan kursi gue lempar ke wajahnya yang sok ganteng itu. Gue
gak mau hari-hari gue di masa SMP terulang lagi…,”

FLASHBACK ON
Ingatan Seina kembali berputar pada kejadian 4 tahun yang lalu, tepat
saat umurnya menginjak angka 14 tahun. Saat dimana dia mulai memasuki
masa pubertas karena seragam putih biru masih melekat ditubuhnya. Saat itu
Seina sedang bejalan santai melintasi lorong-lorong yang menuju ke kelasnya
sehabis dia dari perpustakaan bersama Yuna sahabatnya. Kakinya dengan
santai melangkah ke dalam ruangan kelas di ujung lorong, dan lansung duduk di
bangku kedua depan meja guru.

Dengan cemilan berupa popcorn dan juga sekaleng minuman soda,


Seina mulai membaca novel fanfiction yang berjudul ‘PRESIDEN ORDER' karya
YULI PRITANIA. Lembar demi lembar mulai dia baca sehingga tanpa sadar
mengekspresikan berbagai suasana di novel tersebut. Tiba2 saat sedang asyik
membaca , sebuah remasan kertas melayang kearahnya dan mengenai
bukunya sehingga membuat konsentrasinya pecah.

“Eh, lo kenapa sih?? Senyum-senyum gak jelas, udah mulai gila ya lo???”ejek
sebuah suara yang sekarang berdiri di samping Seina.

“Lo tuh yang gila, ngapain sih gangguin gue terus. Mendingan lo pergi ke kantin,
kamar mandi, latihan basket, ke ruang guru atau kemanapun asalkan lo gak
satu ruangan sama gue. Enek tau gak ngliat muka lo terus….”teriak Seina
meledak-ledak saking emosinya.

“Weitss…. Galak amat sama gue… Cuma iseng aja kok, lagian ngapain gue ke
ruang guru??? Mau ngapelin bu Roro…”balas Arsya dengan tampang
watadosnya

“Terserah….”ujar Seina ketus dan langsung beranjak pergi.

“Yeeww… malah ditinggal……”cibir Arsya kesal.

“An… oper ke gue…”teriak Arsya ke Aan temennya yang sedang mendribel bola
ditengah lapangan kala pelajaran olahraga dari Pak Wandi.
“Terima nih…”ucap Aan melempar bolanya kearah Arsya, namun lemparannya
terlalu tinggi dan akhirnya malah melayang mengenai kepala Seina yang sedang
bergosip demgan sahabat-sahabatnya di pinggir lapangan.

“Mampus…”ujar Arsya dan Aan kompakan

“Auuww… apaan sih…”celoteh Seina kesal seraya mengusap usap bagian


belakang kepalanya.

“Sorry na… gak sengaja…”ucap Aan disertai tawa kecilnya sedangkan Arsya
malah sudah tertawa keras-keras sambil memegangi perutnya karena saking
kencang ketawanya.

“Sialan… lo kira kepala gue ring basket,…”teriak Seina manyun

“Hahaha… lo gak sadar kalau mirip….”kali ini ejekan dari Arsya

“Lo diem aja deh…. Gak bisa main basket aja songong….”ejek balik Seina ke
Arsya

“Sial… kenapa gue yang kena…”celoteh Arsya sambil garuk-garuk kepalanya


yang tidak gatal.

Setelah kelas olahraga rencananya kelas IX B akan di ulang bu Anggar


guru bahasa Indonesia, tapi karena beliau sedang ada urusan makanya hari ini
kelas mereka kosong. Otomatis jam kosong ini mereka habiskan untuk bergosib
sambil makan cemilan dikelas. Dengan menikmati popcorn kejunya Seina
duduk santai di bangku Fikhi sal;ah satu teman sekelasnya. Sembari mengunyah
makanannya ia mulai bergosib dengan sahabat-sahabatnya mengenai berbagai
hal. Saat sedang asyik bergosib tiba-tiba saja Reyan duduk dikursi sebelah Seina
sehingga membuat gadis itu gak nyaman dan memilih pindah bangku.

“Eh… Na… kok lo pindah sih??? Gue kan cuma pengen nemenin lo
doang..”Tanya Reyan pada Seina saat melihat gerakan gadis itu yang mau
pindah tempat duduk ketempat lain.
“Apaan sih…”keluh Seina yang sekarang duduk disamping Frida teman
sebangkunya

“Takut banget sih sama gue…”ucap Reyan disertai senyum meledeknya. Seina
tak menggubrisnya lagi karena Reyan memang terkenal tukang iseng.

Jam bahasa inggris…

Dengan anggun Bu Ambar memasuki kelas VIII B sehingga membuat


murid-murid penghuni kelas yang semula hingar bingar kembali ketempat
duduknya masing-masing. Tangannya mulai membuka-buka buku catatannya,
memeriksa evaluasi kelas ini.

“Siang anak-anak..”ucap Bu Ambar memulai percakapan siang itu.

“Siang buukkk….”koor semua murid semangat, tak mengherankan karena Bu


Ambar adalah salah satu guru favorit di kelas ini.

“Oh, ternyata minggu kemarin saya memberi kalian semua PR. Bagaimana???
Apa ada soal yang sulit????”Tanya Bu Ambar lagi

“Baiklah, lebih baik kita bahas sekarang saja”

“Sebelum dibahas kalian kumpulkan dulu PR kalian supaya dapat ditukar


dengan teman yang lain”perintah Bu Ambar.

Dengan cekatan Udin, Angga, Bima dan Arsya mengambil buku catatan
teman-temannya berhubung bangku mereka yang paling belakang. Lalu
mengacak lagi bukunya dan langsung membagi lagi dengan acak.

“Ok, cukup. Ada yang mau maju kedepan mengerjakan soal yang nomor
satu??”Tanya Bu Ambar denagn senyumnya. Viona murid terpintar dikelas
itupun maju dengan PEDEnya karena dia memang menguasai hampir disemua
mata pelajaran.
“Bagus Viona… Sekarang…Seina … coba kamu kerjakan soal yang nomor dua.
Lalu Reyan, kamu yang nomor tiga, Bela, kamu yang nomor empat dan soal
yang terakhir yang mengerjakan kamu Frida. Silahkan kalian berempat maju
kedepan sekarang…”perintah bu Ambar pada keempat murid yang sudah
disebutkan tadi. Dengan langkah gontai Seina maju kedepan kelas untuk
mengerjakan soal bahasa inggris dipapan tulis.

“Kerjaan kamu masih salah Seina….”

“Siapa yang bisa membetulkan kerjaan Seina???”ujar Bu Ambar memandang


wajah-wajah muridnya. Serentak satu kelas memandang seorang cowok yang
maju kedepan kelas dengan PEDEnya.

“Dasar bodoh… soal mudah gini aja lo gak bisa… gimana lo bisa lulus
UAN…”celoteh cowok itu saat berpapasan dengan Seina yang mau kembali
ketempat duduknya

“Arsya rese'…”omel Seina dalam hati dengan kesal kembali duduk.

“Nah, bagus Arsya… kerjaan kamu benar. Seina,,, rupanya kamu perlu belajar
lagi dari Arsya..”komentar Bu Ambar yang langsung membuat mood Seina
tambah BETE setelah mendengar pujian yang dilontarkan guru tersebut untuk
si Arsya.

“Iya buk…”jawab Seina tanpa semangat.

“Eh, Na… buku gue siapa yang bawa ya???”Tanya Frida celingukan memandangi
teman-teman sekelas.

“Tuh… si Reyan…”jawab Seina sekenanya

“Hah… ya ALLAH, sial banget nasib gue. Awas aja kalau sampai dia gak teliti, gue
bakal mutilasi tuh anak”omel Frida bersungut-sungut.

“Nah, kalau gue siapa ya???'ujar Seina gantian yang celingukan.


“Hah…Jadi buku gue Ari yang bawa… mimpi apa gue semalam???”bisik hati
kecil Seina sembari senyum-senyum gak jelas.

Diliriknya buku warna biru dan merah yang sekarang berada di meja
cowok berkulit putih yang sudah menjadi pujaan hati Seina sekaligus menjadi
cinta pertamanya sejak mereka kelas VII. Walaupun sampai saat ini hanya Seina
dan TUHAN yang tahu.

“Baiklah, sekarang kembalikan buku yang kalian pegang pada pemiliknya


kembali…”perintah Bu Ambar.

Seinapun semangat menyerahkan bukunya ke Reyan seraya mengambil


bukunya di Ari. Meskipun tuh cowok super duper ganteng, tapi dinginnya minta
ampun. Apalagi sama cewek, jadi daripada dapat tatapan tajam dari Ari, seina
lebih memilih untuk mengambil bukunya sendiri. Tapi saat melangkah
kebangkunya Ari, cowok itu malah berjalan pergi menuju bangkunya Seina.

“Lhah… gimana sih…kan mau gue ambil, tumben dia baik hati…”omel Seina
kesal karena merasa dipermainkan oleh Ari, ditatapnya cowok itu namun yang
didapat malah senyum ejekan dari wajah tampannya.

“Sumpah demi apa, dia tadi tersenyum…Wuaahh…”teriak Seina yang jelas


dalam hati.

FLASBACK OFF

“Huh… Rese' banget memang tuh anak. Tapi yang lebih rese' lagi dia itu sering
banget mengomentari semua hal tentang gue. Mulai dari gaya rambut gue,
pakaian, tas, sepatu, udah kayak consultant fashion gue aja”keluh Seina
mengungkit kejadian masa lalunya.

FLASHBACK ON

Hari Jum'at merupakan hari favorit bagi Seina, entah karena hari
menjelang weekend atau karena hari Jum'at dia bisa pulang cepat. Dengan
semangat dia melangkahkan kakinya menuju kelasnya setelah tadi sempat
memarkirkan sepedanya di parkiran sekolah. Selain karena hari special,
rupanya factor rambut baru membuat dirinya tampil lebih PEDE. Di rapikannya
lagi poni yang sekarang menutupi jidatnya.

“Eh… lo fikir dengan potong rambut model ala cewek-cewek korea gitu
tampang lo jadi tambah cantik. Yang ada lo itu jadi tambah jelek, udah tau
wajah lo cubby. Mau tambah bundar tuh wajah…”komentar seorang cowok
yang duduk dibangku dekat pintu masuk saat kaki Seina mulai melangkah
masuk ke kelas.

“Apaan sih??? Urus aja hidup lo sendiri, gak usah ngurusin gue”balas Seina cuek

“Udah syukur ada cowok ganteng kayak gue yang mau nasehatin lo. Kalau
enggak mungkin lo bakal jadi bahan ejekan satu sekolahan… nurut aja deh
sama gue…”ledek Destin menahan senyumnya.

“Lebay banget sih lo, kayak cewek aja ngurusin penampilannya”ucap Seina
ketus sembari duduk dibangkunya, dengan masih kesal di mengambil kaca di
dalam tasnya sembari mengaca cewek itubergumam,

“Masa' sih jelek, orang kata mama gue tetep cakep kok”ucap Seina dalam hati.

Bel istirahat berbunyi…

Seina dan teman-temannyapun segera bergegas ke kantin untuk


mengisi perut mereka yang kosong. Saat asyik menikmati makannya tiba-tiba
aja Arsya menghampirinya dan mengeluarkan komentar yang membuat mood
makannya langsung hilang.

“Nurut juga ternyata… jadi lebih baik kan…”ujarnya tanpa seijin Seina langsung
meminum jus mangganya hingga tinggal setengah
“Eh, tapi setelah gue lihat-lihat ternyata jidat lo itu lebih ok kalau ditutupin.
Jelek kalau terbuka gini, ntar dikira lapangan sepak bola lagi”ejeknya sambil
ketawa.

”Sialan… baru juga lo muji gue, kenapa dibanting lagi. Lagian jidat gue gak
selebar itu kaleee… sembarangan aja lo…”protes Seina mencak-mencak.

“Hahaha… .. lucu ngliat lo marah…”ujar Arsya disela tawanya. Dan kejadian ejek
mengejek itu terus berlangsung hingga esok, esok dan esoknya lagi.

“Eh… lo fikir lo preman pasar, pakek gulung lengan baju segala. Tampang lo
tetep aja cupu…. Gak usah gaya deh lo…”itu komentar Arsya saat mereka
berpapasan di lorong menuju kantin.

“Na… lo gak modal banget sih. Pulpen aja minjem… nih, mumpung gue baik
hati, gue pinjemin. Ntar jangan lupa dikembaliin ya…”cerocos Arsya memberi
Seina satu pulpen saat melihat tingkah panik Seina saat kehabisan pulpen
ditengah tengah ulangan fisikanya.

“Eh, ini semuakan gara-gara elo. Sok innocent lagi, elu yang tiap hari pinjem
pulpen gua dan gak lo balikin lagi sampai sekarang…”cibir Seina gak habis fikir

“Oh, sorry…. gue lupa…”jawab Arsya masih dengan tampang watadosnya. Seina
hanya bisa menggeram kesal dan melanjutkan mengerjakan soal fisika yang
lumayan sulit itu.

Atau saat…

“Waahh… barang-barangnya baru nih, tas, sepatu, bando, kutek… warna warni
lagi, udah mau buka lapak lo. Pasti belinya di tanah abang ya…. Dasar norak,
kalau mau fashion belinya yang bermerk dong, biar gue gak malu punya temen
sekelas kayak lo…”yang ini saat Seina kesekolah dengan barang barang baru
hadiah dari mamanya. Benar-benar masa SMP yang penuh ujian…

FLASHBACK OFF
“TIIInnn… tiiinnnn…”suara klakson Destin membuyarkan lamunan Seina dan
mengembalikan dia pada masa sekarang.

“Oh, udah sampai tuh anak…”ucapnya saat mengintip lewat jendela kamarnya.
Dengan langkah yang sedikit dipaksakan dia berjalan keluar menghampiri
Destin dan langsung masuk ke dalam mobil cowok itu tanpa menunggu sang
punya mobil keluar seperti biasanya.

“Eh, main masuk aja… guekan belum pamit sama bonyok lo..”tegur Destin
hendak keluar

“Udah gue pamitin… buruan jalan deh, biar cepet pulang”ujar Seina tanpa
memandang cowok itu yang berkerut bingung

“Heh… sampai aja belum, udah pengen cepet pulang”gerutu Destin seraya
melajukan mobilnya membelah pusat kota Jakarta menuju salah satu gedung
berbintang didaerah pondok indah.

Tidak heran kalau acara reuni ini terbilang sangat ekslusif karena
memang SD Tunas Bangsa adalah satu-satunya SD bertaraf internasional yang
sudah setara seperti sekolah di luar negeri. Sekolah yang di khususkan untuk
kalangan atas seperti anak pejabat dan pebisnis. Makanya dari awal Seina
sudah bisa menebak kalau cowok masa lalunya itu pasti sekolah disini karena ia
adalah anak dari gubernur DKI Jakarta.

Dengan perasaan campur aduk Sein hanya memandangi jalanan di


sepanjang perjalannya dengan pikiran tertuju pada anak Gubernur itu.
Beberapa menit kemudian merekapun sampai ditempat acara tersebut, raut
wajah Seinapun menegang manakala melihat sosok dari masalalunya yang
membuatnya galau sampai sekarang.

“Sial… kok bisa bareng gini sih”keluh Seina kesal “Tapi tuh anak jadi tambah
cakep, kelakuannya gimana ya??? Tambah dewasa atau malah kayak anak
kecil…”ucap Seina dalam hati
“Eh, buruan keluar… ngapain sih nglamun gak jelas…”tegur Destin yang
sekarang sudah ada di samping Seina membukakan pintu mobil untuknya.

“Heh.. eh, ntar dulu deh… eee… gue mau rapiin make up gue..”alasan Seina
agar tidak bertemu cowok masalalunya dulu

“Gaya lo… biasanya cuek-cuek aja sama penampilan... tapi gak papa sih…
daripada lo malu-maluin gue…”ledek Destin tersenyum jail sedikit heran karena
Seina tidak mengomel seperti biasanya.

“Ayo…”ajak Seina saat yakin si cowok masalalu sudah lebih dulu masuk ke
tempat pesta. Merekapun segera masuk seraya bergandengan tangan layaknya
pasangan kekasih.

Sedikit gugup dan waspada jika saja Seina berada pada zona bahaya
alias didekat cowok masalalunya. Namun rupanya keberuntungan tidak
memihaknya saat ini kerena ternyata cowok masalalunya itu temenan akrab
sama Destin dan bahkan dengan most wanted juga. Suasana canggungpun
mulai menyelimuti pertemuan mereka saat sepasang mata milik salah satu
cowok yang ada di pertemuan itu memandang tajam Seina yang menunduk.
Seina tidak berani memandang cowok itu terlalu lama karena suatu alasan yang
sampai saat ini sungguh membuatnya uring-uringan.

“Hai bro…. hai Seina…”sapa Devan orang yang pertama kali menyadari
kedatangan Destin dan Seina.

“Hai sob…”balas Destin menjabat tangan Devan khas cowok, disusul Dio, Deren
dan satu cowok lagi.

“Hai Sein…”lanjut Dio beralih menyapa Seina, Deren hanya tersenyum kearah
gadis itu sedangkan cowok yang satunya hanya memandangi lekat lekat wajah
Seina menelisik.
“Bi… kok lo diam aja sih… disapa Dio tuh…”tegur Destin menepuk pundak Seina
pelan

“Hah… Oh, hai Dio…”balas Seina kagok lantaran tepukan Destin, lamunannya
kontan buyar.

“Astaga… elo beneran Seina… Arseina Arnesti Adams….”ujar cowok yang sedari
tadi mengamatinya tiba-tiba membuat Seina beralih menatap sepasang mata
berwarna hitam pekat itu.

“Ha… hai… Arsya…”balas Seina lirih.

“Wah,,, apa kabar lo??? Masih cubby aja…”ledek Arsya mengusap usap kepala
Seina kembali mengulangi kebiasaannya saat SMP dulu.

“Selalu deh… lo gak bisa apa gak ngacak-ngacak rambut gue. Rusak nih…”omel
Seina tanpa sadar melupakan rasa canggungnya tadi yang sempat
menyerapnya lantaran sudah 2 tahun lebih tidak bertemu cowok ini.

“Eh… Bi… lo kok bisa kenal sama Arsya sih???”Tanya Destin heran saat melihat
keakraban yang sempat tercipta antara sahabat dan ‘pacarnya' tadi.

“Teman SMP gue… lo sendiri kok bisa kenal Seina???”jawab dan Tanya Arsya

“Oooh… pacar gue…”ucap Destin memperkenalkan Seina pada beberapa orang


yang berkumpul disitu.

Seina yang sempet syok dengan ucapan Destin bisa dengan mudah
mengontrol emosinya agar cowok didepannya ini tidak menyadari perubahan
raut wajahnya. Sedikit menelisik perubahan wajah cowok itu ingin melihat
ekspresinya. Sedangkan most wanted yang lain hanya tersenyum mengerti.

“HAH… PACAR…”teriak Arsya berlebihan “Kok bisa sih…”


“Arsya sialan… bisa-bisanya ekspresinya kayak gitu. Dasar lebay….”gerutu Seina
dalam hati. “Emangnya kenapa kenapa kalau gue pacaran smaa Destin???”ucap
Seina ketus.

“Cie… galak amat sih.. hebat lo bisa pacaran sama pentolan SMA gue. Lagian lo
juga tambah cantik sih…. pantes aja Destin bisa macarin lo”ucap Arsya
mengusap kepala Seina lebih lembut.

“Eh… tumben nih anak muji gue. Gue kira bakalan ngledek gue habis-habisan…
kesambet setan dimana nih anak…”bisik hati kecil Seina terheran-heran.

“Eh, malah bengong lagi…”sentak Arsya membuyarkan lamunan Seina dengan


mengibaskan tangannya di depan wajah gadis itu.

“Apaan sih…”ketus Seina menampik tangan Arsya.

“Sein… lo kok mau sih pacaran sama Destin, bukannya kalian sering
berantem”Tanya Devan menahan senyum gelinya melihat sandiwara Seina dan
Destin

“Nggak tau tuh… mungkin gue udah kepelet sama dia..”sahut Sein asal,
matanya memutari ruangan berusaha menghindari kontak mata dengan Arsya.
Tapi yang terjadi malah tatapan tajam Deren yang didapatnya, cowok yang
memakai tuksedo warna putih itu terlihat mempesona di mata Seina.
Diamatinya cowok yang sekarang sedang meminum minumannya dan sedikit
meninggalkan cairan merah dibibirnya. Tanpa sadar sudut bibir Seina
tersenyum lantaran hal kecil itu.

“Eh, biasa aja kalee…. Ngliatinnya”bisik Destin ditelinga Seina, “Bukanya tiap
hari satu sekolah, kurang puas lo tiap hari ngliatin tampang Deren…”tambahnya
membuat Seina tersentak.

“Maksud lo apaan…”tanyan Seina bingung

“Lo tadi lagi mandangin Deren kan”bisik Destin lagi


“Gue gak mandangin Deren kok…”elak Seina pelan, berusaha bersikap santai
walaupun jantungnya kini sudah berjoget ria karena gugup.

“Halah… nggak usah bohong deh, jelas jelas gue lihat lo mandangin dia.
Senyum-senyum nggak jelas lagi… suka lo sama sohib gue…”tuduh Destin
semakin memojokan Seina.

“Gue nggak suka sama Deren…”ujar Seina masih santai

“Bohong…”tuduh Destin nggak percaya

“Dibilang nggak suka… ngeyel banget sih..”

“Gue nggak percaya, lo pasti suka sama Deren”ujar Deren dengan volume suara
yang bisa didengar oleh ke 4 pemuda yang ada disitu sehingga membuat
mereka memandang Seina dan Destin heran kenapa tiba-tiba berteriak. Apalagi
Deren yang merasa namanya disebut-sebut langsung menatap mereka tajam.

“Sialan nih cumi… ngomongnya gak usah narik perhatian gini kalee… pakai
bilang kalau gue suka sama Deren lagi. Bikin tengsin aja deh…..”omel Seina
dalam hati

“Lo kenapa Des?? Pakai sebut nama gue segala”Tanya Deren pada Destin,
dalam hati Seina bersyukur karena bagian kalimat Destin yang terdengar Deren
hanya saat penyebutan namanya saja.

“Nggak papa kok Der… gue Cuma nanya sama Destin tentang…. Tentang lo…
Eeee… diantara anggota mostwantedkan lo yang paling jarang gue lihat… jadi
gue nanya ke Destin lo itu orangnya gimana gitu. Iya kan Des…”ujar Seina
berpaling pada Destin meminta bantuan

“Iya… dia belum kenal sama lo…”balas Destin tak acuh, masih kesal karena
pertanyaannya masih belum dapat jawaban dari Seina.
“Wah… lo gak kenal Deren , bukannya Sohib gue ini sangat popular di ROMA. Lo
kudet banget sih Na…”potong Arsya tanpa menunggu jawaban Seina
selanjutnya.

“Gue ralat saat gue bilang kalau temen SMP gue ini baik hati, ternyata gak
berubah juga nih anak. Tambah ngeselin malah…. Ngatain gue kudet
lagi…”ucap hati kecil Seina memandang tajam Arsya saat mendengar ucapan
tajamnya. “Diem lo… sekalipun dia anggota most wanted emang gue harus
kenal sama dia“bentak Seina ketus

“Bener tuh… cewek gue ini emang cuek sama lingkungan sekitar. Lagipula gak
penting banget kenal sama orang kayak Deren…”bela Destin tersenyum manis
kearah Seina

“Sial.. emangnya gue orang yang kayak apa??”ucap Deren pura-pura kesal dan
meninju bahu Destin pelan. Deren nggak ambil pusing dengan ucapan Seina
tadi karena dia tau kalau Seina hanya asal ngomong. Lagipula kalaupun Seina
memang tidak perduli dengannya, bukan suatu masalah untuk cowok itu.

“Hahaha…”tawa mereka semua.

Semua sahabat Destin memang sudah mengenal Seina, Devan yang


memang dulu pernah satu kelas sama Seina di kelas X dan Dio yang selalu apel
ke kelas Nesa yang otomatis ketemu sama Seina juga. Cuma Deren yang belum
terlalu akrab sama Seina, bahkan sikapnya malah terkesan dingin.

“Na… lo gak mau nanya sesuatu sama gue. Kan kita udah lama gak
ketemu…”Tanya Arsya menatap kearah Seina.

“Enggak… gak penting nanya in lo…”jawab Seina ketus.

“Astaga Sein….Lo galak banget sih sama gue.… ya siapa tau aja lo pengen nanya
status gue..”ledek Arsya tersenyum jail
“Eh, lo gak lihat cowoknya segede gini. Mau gue mutilasi lo nanyain hal itu ke
cewek gue”omel Destin galak

“Hhaha… bercanda Des…” Suasanapun kembali hangat dengan candaan-


candaan yang terlontar dari Winta yang ternyata humoris, sapaan gombal
Devan yang merayu cewek sehingga mendapat omelan dari Deren, tingkah lucu
Dio saat mengajak ngobrol Nesa yang entah bagaimana bisa mau datang
menjadi pasangan Dio di acara reuni ini atau tingkah Destin yang melaksanakan
aksinya pura-pura romantis sama Seina sehingga membuat Sahabat-
sahabatnya pengen muntah.

Suasana pesta terasa sangat menyenangkan, membuat Seina mengenal


berbagai sifat dari temen-temen Destin lebih dalam lagi. Karena ingin memberi
privasi untuk Destin dan teman-temannya, Seina lebih memilih duduk dimeja
paling pojok sembari menikmati minumanya. Dari kejauhan terlihat Arsya
berjalan berniat menghampirinya. Melihatnya saja sudah membuat Seina
komat-kamit merapalkan mantra supaya cowok itu tidak jadi menghampirinya.
Tapi ternyata mantranya sama sekali tidak berfungsi lantaran cowok tampan itu
sudak berdiri dihadapannya.

“Ngapain lo semedi disini… gak gabung sama pacar lo???”Tanya Arsya begitu ia
duduk di kursi samping Seina.

“Lo sendiri gak gabung sama temen lo”balas Seina ketus menutupi
kegugupannya.

“Masih sama… gue selalu gugup kalau didekat lo”bisik Seina mencuri pandang
cowok disampingnya.

“Tiap hari juga ketemu sama mereka… udah bosen gue. Mending ngbrol sama
lo, udah lama banget kita gak ketemu. Gue kangen.”balas Arsya membuat Seina
lebih nerveous lagi.
“Lo… kesini sama siapa??”Tanya Seina akhirnya setelah sekian lama menahan
rasa penasarannya dan juga mengubah topic agar tidak canggung.

“Sama cewek gue, tuh… dia sedang ngorol sama sahabat-sahabatnya…”jawab


Arsya santai tanpa melihat perubahan raut wajah Seina.

“Ooh…”

“Wah… kok kayaknya lo jadi BETE gitu. Jangan-jangan lo cemburu ya, lo kecewa
karena gue udah punya pacar”ledek Arsya mengeluarkan kebiasaannya untuk
membuat pipi Seina memerah.

“Ce..cemburu… ya gak mungkinlah, guekan udah punya Destin”sangkal Seina


sedikit terbata. “Siapa tau lo pengen selingkuh…”balas Arsya cuek

“Kalaupun gue selingkuh… gue akan milih cowok dengan level diatas
Destin…”jawab Seina berhasil membuat cowok disampingnya ini melotot tajam.

“Sial… maksud lo level gue dibawah Destin gitu… eh, gue ini jauh lebih keren
daripada dia. Gue smart, anak band, fashionable, tajir. Kurang apa
coba???”omel Arsya membela diri.

“Iya iya gue tau, lo itu pinter. Suka bantuin gue belajar bhs. Inggris, walaupun
gue tau lo gak ikhlas” “Lo itu anak band, suka nyanyiin lagu kesukaan gue walau
dengan suara standar lo” “Lo itu fashionable, suka ngomentarin penampilan
gue walaupun kebanyakan kritik” “Dan lo itu tajir, suka nraktir gue di kantin
walaupun ujung-ujungnya minta balik ditraktir” “Tapi jangan lupa juga kalau lo
itu bodoh, dalam pelajaran matematika karena tiap hari lo nyontek PR gue. Lo
itu sombong, sok-sok an main basket padahal gak bisa. Lo itu jail, tiap hari
kerjaannya bikin orang emosi. Dan Lo itu playboy, tiap hari berapa cewek yang
mampir kekelas kita dan nampar lo karena ketahuan selingkuh. Itu yang lo
banggain…”terang Seina panjang lebar, tanpa sadar sudah menyebutkan semua
kebiasaan Arsya saat SMP dulu.
“Wuahhh… lo fans gue ya. Tau banget sama kebiasaan gue, kok lo masih ingat
masa-masa SMP dulu sih???”Tanya Arsya kagum sekaligus heran.

“Jelas aja gue ingat, orang hampir setiap hari lo gangguin gue. Dan perlu lo garis
bawahin kalau gue itu bukan fans lo…”ketus Seina.

“Yee… jadi ceritanya lo masih dendam sama gue. Sorry… gue minta ma'af
deh…”ucap Arsya mengacak-acak rambut Seina.

“Apaan sih??? Rusak nih rambut gue”kesal Seina melengos BETE, pura-pura
marah.

“Yah. Na… gitu aja marah. Sorry…sorry…”ucap Arsya panik, dari dulu memang
dia tidak pernah bisa kalau melihat Seina marah entah apa sebabnya.

“Jangan marah dong… dari dulu gak pernah berubah lo…. Baikan ya…”pinta
Arsya memelas

“Hehm…”

“Apa??? Hem ham hem..”ledek Arsya sengaja memancing.

“Iya, gue ma'afin”lagi-lagi Seina gak pernah bisa marah sama Arsya.

“Nah, gitu dong…”ucap Arsya tersenyum manis, membuat Seina terpaku


sejenak. Menatap cowok yang terlihat begitu tampan sejak dulu hingga
sekarang.

“Wah, ada acara reunian disela sela reunian. Asyik banget ngobrolnya..”Tanya
Destin yang tiba-tiba muncul diantara mereka berdua dan secara langsung
membuyarkan lamunan Seina

“Hai, Sob… hanya cerita tentang masalalu. Ngomong-ngomong, gimana kalian


bisa kenal???”Tanya Arsya membuat Seina tersedak karena tadi dia memang
sedang minum.
“E…itu.. kami…”

“Kita kenal saat studytour ke Kampus BINTARA 2 bulan yang lalu”jawab Destin
setelah melihat sorot mata Seina meminta bantuan.

“Ohh,… Eh, gue kesana dulu ya. Gue mau samperin cewek gue…”ujar Arsya
pamit sebelum pergi menghampiri Sonia, yang katanya Destin cewek paling
most wanted di SMA DEANDLES.

“Hehm…”hela nafas lelah Seina.

“Udah deh.. gak usah manyun gitu. Anggap aja bukan jodoh lo, tapi kalau lo
maksa. Doa aja tiap hari supaya mereka putus… jadi lo ada kesempatan buat
deketin Arsya”ucap Destin asal

“Sembarangan aja lo… meskipun gue suka, gue gak egois kalee…. Kalau dia
bahagia, gue juga bahagia… mungkin…”jawab Seina tersenyum miris.

“Klasik banget sih alasan lo,… ya… gue doain supaya lo cepet dapet pacar. Biar
gak jadi jomblo ngenes lagi…”ledek Destin mengacak rambut Seina sengaja
membuat tatanan rambut cewek itu berantakan.

“Ishh… para cowok tuh suka banget sih ngacak-ngacak rambut cewek. Jadi jelek
kan…”omel Seina merapikan rambutnya kesal.

“Bukannya dari dulu udah jelek, kok baru nyadar sekarang…”

“Destin…”geram Seina memberi deadglare ke Destin

“Iya, ma'af..”ucap Destin kalem

0=0

“Sialan si Destin… gue udah lumutan kayak gini. Eh, dia malah
selingkuh dibelakang gue…”omel Seina manyun saat matanya melihat
dua remaja yang sedang duduk berduaan di dekat area taman tak jauh
dari tempat parkir gedung hotel tempat diadakannya pesta reuni.

Dengan gontai dia berjalan menuju arena parkir untuk mengistirahatkan matanya yang
sudah mulai mengantuk, sampai-sampai dia tidak sadar kalau dia sudah menabrak
seseorang.

“Kenapa tuh anak???”ucap Arsya bertanya-tanya.

Tatapanya tidah sengaja melihat kearah Destin yang sedang bersama Winta seseorang
yang dikenalnya sebagai pasangan Deren dipesta ini.

“Oh… jadi gara-gara ini… Sialan si Destin…”geram Arsya yang tiba-tiba emosi.

Langkahnya mulai menjauh dari tempatnya memandangi Destin dan berlari mengejar
Seina ketempat parkir, entah kenapa saat ini dia ingin sekali berada disamping Seina
yang sedang dalam keadaan down.

Dimobil

“Haahh… akhirnya gue bisa tidur juga. Capek banget gue… mumpung Destin
masih sibuk dengan urusannya. Mending gue tidur aja dulu…”ucap Seina seraya
mencari posisi nyamannya di kursi dekat kemudi. Direbahkan kepalanya
kesandaran kursi dengan mata mulai tertutup.

“Na keluar…Arseina keluar sekarang juga…”perintah Arsya mengetuk-ngetuk


kaca mobil Seina. “Seina… gue bilang cepet keluar…”teriak Arsya sekali lagi.

“Oh.. shiitt… siapa sih yang gangguin gu…. Arsya… mau apa nih anak??”ujar
Seina heran seraya turun dari mobil “ada apa sih???”Tanya Seina malas

“Gue antar lo pulang sekarang juga”ucapnya tanpa basa-basi menarik tangan


Seina
“Lho…lho…lho… eh, guekan kesini bareng Destin. Jadi gue pulangnya juga harus
sama dia dong… ngapain lo sibuk ngurusin gue, pakek mau jadi supir gue segala
lagi…”tolak Seina mentah-mentah

“Gue tau kalau saat ini lo gak pengen berada dalam satu mobil sama Destin.
Jadi mending sekarang lo pulang sama gue…”

“Gak usah…. Tadi Destin udah nyuruh gue nunggu di mobil, Ehm…mungkin
sebentar lagi dia balik kalau udah selesai….”

“Selesai selingkuh maksud lo…”

“Apa???”

“Na… jelas-jelas tadi lo liat kalau dia berduaan sama cewek lain. Tapi kenapa lo
bersikap seperti gak terjadi apa-apa”

“Mampus… jadi Arsya liat mereka.”ucap hati kecil Seina panik. “Tapi lihat sikap
lo yang seperti ini gue senang banget Sya, lo terlihat seperti seorang cowok
yang gak mau orang yang lo sayangi terluka. Tapi gue juga sedih karena alasan
lo bersikap peduli sama gue bukan seperti yang gua harepin, lo peduli sama gue
karena gue temen lo bukan someone special lo”ucap hati kecil Seina perih
“Pengen banget gue bilang kalau ‘iya, Destin memang selingkuh. Gue putus
sama Destin' supaya lo bisa hibur gue walau sebagai sahabat, lo bisa meluk gue
walau sebagai sahabat. Tapi gue gak mau berharab lagi Sya, detik dimana lo
bilang kalau lo udah punya pacar. Di detik itu pula gue berhenti untuk
mencintai lo…”

“Na… kok lo malah bengong”sentak Arsya

“Ee….Mereka… mereka itu cuma temenan, gue kenal kok sama dia. Temen
sekelas gue…”ucap Seina tenang berusaha menutupi kegugupannya. Tapi Seina
tidak bohong kalau cewek yang bernama Winta yang sedang bersama Destin
tadi memang teman sekelasnya di kelas XII, sahabatnya malah.
“Na… lo begok atau gimana sih, gue tinggal selama tiga tahun kenapa otak lo
gak pinter-pinter???”teriak Arsya frustasi, Seina sedikit kaget melihat sikap
berlebihan Arsya.

Bahkan dia hanya diam saat Arsya mengatainya bodoh, lidahnya terasa sulit
bergerak walau hanya untuk membantah.

“Gue tahu kalau lo itu cewek pendiam, tapi gue rasa ini udah lebih dari batas
kesabaran lo. Kenapa tadi lo gak gampar tuh cewek atau lo tendang dan lo
putusin si Destin. Walaupun gue temenan sama Destin… gue paling gak bisa
ngliat orang yang gue kenal tersakiti. Gue gak mau kalau lo…”

“Arsya cukup….”teriak Seina jengah, ditatapnya dalam-dalam cowok


dihadapannya tanpa bicara lagi, cowok dari masalalunya, cowok yang membuat
seorang Seina galau selama beberapa tahun ini, dan cowok yang baru dia sadari
bahwa ia telah jatuh cinta pada cowok ini. “Lo itu kenapa sih?? Kenapa lo…”

“Elo yang kenapa??? Na… apa lo sangat mencintai Destin sampai-sampai lo


tutup mata atas perselingkuhan Destin???”Tanya Arsya memotong.

“Orang yang gue sukai itu elo, bukan Destin”jelas Seina dalam hati.

Tanpa terasa tetes air mata sudah mengalir keluar melewati pipi cubby
Seina. Ditatapnya lagi sorot mata khawatir temen SMPnya itu, entah harus
senang dengan sikap peduli cowok itu atau justru terluka dengan ketidak
pekaan cowok itu. Perasaan yang semula terselimuti rapi kini perlahan-lahan
mulai terbuka.

“Lo gak usah nangisin cowok brengsek kayak dia, Na… dia gak pantas dapetin
kesedihan lo”ucap Arsya menenangkan.

“Gue nangis gara-gara lo ARSYA“ingin sekali Seina meneriakan kalimat barusan


pada cowok dihadapannya itu.
Kini tangisanya sudah pecah karena terlalu lama menahan
kesedihannya. Sebenarnya sejak ia melihat kebersamaan Arsya dengan
pacarnya tadi Seina ingin sekali menangis. Tapi di tahan karena ia tidak ingin di
tanya apa alasan dia menangis. Bahkan ia ingin cepat pulang karena selain
mengantuk, ia juga ingin menumpahkan air matanya sesampainya ia di rumah
nanti. Tapi usahanya itu harus gagal saat melihat tatapan khawatir Arsya dan
sikap gentleman cowok itu.

“Na… lo gak perlu harepin lagi cowok tukang selingkuh seperti Destin. Lo bisa
dapetin cowok yang lebih baik dari dia….”

“Menurut lo ada cowok yang lebih baik dibanding Destin, seseorang yang gue
kenal justru lebih jahat daripada Destin. Tidak peka, egois, bodoh, dia lebih
buruk daripada sikap Destin tadi. Lo gak usah peduliin gue Sya…. Makasih
dengan niat baik lo, tapi gue gak butuh. Ini urusan gue.Lo gak usah ikut
campur…”ucap Seina dingin, tentu saja untuk menutupi perasaannya yang
sebenarnya. Ia tidak ingin Arsya melihat kerapuhannya semakin jelas.

“Walaupun lo nglarang gue untuk gak peduli sama lo, gue gak bisa karena gue
gak mau lo terluka. Na… lo itu temen gue, jadi udah sewajarnya kalau gue itu
peduli sama elo. Gue gak mau kalau lo patah hati gara-gara sikap Destin…”ucap
Arsya menghangat.

“Justru karena sikap lo…. Sikap lo yang…”

“Seina… Arsya… kalian ngapain berdua disini???”teriak Destin memanggil


mereka dari kejauhan. Arsya hanya menoleh tajam kearah cowok itu yang
sekarang berjalan mendekat.

“Lho… Na… lo kenapa nangis??? Sya… lo apain cewek gue???”Tanya Destin


masih berperan sebagai pacar Seina.
“Brengsekkk…. Lo yang udah bikin Seina nangis BEGOK…”geram Arsya dengan
sekuat tenaga langsung menonjok rahang Destin tanpa sempat membuat sang
korban berkelit.

“Lo apa-apaan sih??? Ngapain lo nonjok gue”teriak Destin memegangi bibirnya


yang berdarah.

“Heh… lo gak usah pura-pura bodoh. Mulai sekarang lo putusin Seina dan jauhi
dia, jangan bikin dia sakit hati terlalu dalam kalau lo hanya mencintai Seina
setengah-setengah. NGERTI LO…..”ancam Arsya menatap tajam Destin yang
masih kebingungan.

“Arsya… apa-apaan sih lo???”teriak Seina buka suara.

“Ayo pulang..”ajak Arsya menarik tangan kanan Seina

“Tapi…”

“Sya… maksud lo apa sih??? Gue bener-bener gak ngerti..”Tanya Destin ganti
menarik tangan kiri Seina sehingga membuat langkah Arsya terhenti.

“Biar gue yang antar Seina pulang. Lo balik sono ke selingkuhan lo…”geram
Arsya sinis

“Apa?? Eh, Tunggu…tunggu… maksud lo selingkuhan… jadi lo…”ucap Destin


menatap mata Seina meminta penjelasan, tanpa mendengar suara Seinapun
Destin tau kalau Arsya dan Seina melihatnya berduaan dengan Winta.

“Iya… gue sama Seina ngliat lo selingkuh. Puas lo…”ucap Arsya kembali
melangkah pergi.

Entah kenapa Destin merasa kalau Seina memintanya untuk


menjauhkan dirinya dengan Arsya. Dengan langkah tegap Destin menarik Seina
dan menonjok wajah tampan Arsya.
“Sorry… tapi gue mau selesain urusan gue sama cewek gue. Lo orang luar gak
usah ikut campur…”ucap Destin tajam

“Brengsek… lo…”

“Arsya cukup… Destin bener, lo gak usah ikut campur. Biar gue selesain
masalah gue sendiri, mendingan lo balik kedalam sebelum pacar lo
nyariin”ucap Seina dengan susah payah saat menyebut ‘pacar' tadi dan
langsung mengajak Destin masuk ke mobil meninggalkan wajah kecewa Arsya.

Suasana didalam mobil terasa begitu mencekam, hanya ada suara


hembusan nafas Destin yang terdengar gusar dan juga tangisan Seina yang
memilukan.

“Bi… lo…”

“Destin, lo itu bodoh benget sih… kalau lo mau selingkuh, lo seharusnya pikir-
pikir dulu. Lo tau gak kalau taman itu masih berada dalam kawasan hotel, kalau
udah begini trus lo mau gimana???. HAH!!!!!!”semprot Seina marah-marah.

“Sorry… gue gak tau kalau kejadiannya bakal kayak gini…”balas Destin
terdengar sangat menyesal.

“Dasar bodoh, ceroboh, gak punya otak. Gue gak peduli kalau lo mau pacaran
sama siapa?? Tapi tadi lo berhasil membuat gue jadi cewek bodoh dihadapan
cowok yang gue suka. Lo ngebuat gue jadi cewek yang lemah Destin…”ucap
Seina terdengar sangat pilu.

“Iya gue tau, gue salah. Gue minta ma'af Bi….”ucap Destin tulus. Dia tau dengan
jelas apa alasan Seina bisa semarah ini. Seraya menghentikan mobilnya,
ditatapnya cewek rapuh yang masih menangis sesegukan dari tadi dengan
berbagai pikiran yang berkecamuk dikepalanya.

“Gue gak keberatan untuk jadi tissue dan juga sandaran buat lo”ucap Destin
meraih Seina kedalam pelukannya.
“Gue harus gimana Des??? Gue gak bisa untuk gak jatuh cinta sama Arsya,
bahkan gue baru tau kalau rasa suka gue ini ada setelah gue pisah jauh dari dia”

“Gue terlalu sibuk dengan perasaan suka gue pada Ari yang ternyata hanya
sebatas rasa kagum”

“Gue gak tau kalau orang yang gue sayang itu ternyata Arsya. Dan bahkan
sekarang setelah gue tau gimana perasaan gue yang sesungguhnya, gue sangat
terlambat karena ia sudah punya pacar. Atau mungkin meskipun Arsya belum
punya pacar, dia gak punya perasaan apapun sama gue….”ucap Seina
mengeluarkan semua unek-uneknya.

“Gak usah sok tau… jelas-jelas tadi yang gue lihat kalau dia care banget sama lo.
Selama gue kenal sama Arsya, belum pernah gue lihat dia seperduli itu sama
temen ceweknya. Dia perlakuin lo beda Bi…”sela Destin masih mengusap-usap
punggung Seina.

“Tapi dari dulu dia emang kayak gitu, dia slalu peduli sama gue tapi hanya
sebatas temen. Dan itu membuat gue jadi uring-uringan kayak gini, gue udah
berusaha buat yakinin diri gue kalau gue udah move on. Tapi saat gue ketemu
dia langsung, gue yakin kalau rasa itu memang masih ada”keluh Seina.

“Mungkin lo emang udah move on dari Arsya, tapi apa lo udah move up. Gue
rasa udah saatnya lo nyari pengganti Arsya… udahlah… mungkin dia emang
bukan jodoh lo”ucap Destin akhirnya.

“Hehm, kayaknya lo bener, gue harus move up… eh, ngomong-ngomong. Lo


tadi PDKT sama Winta,..”Tanya Seina yang hanya di balas senyuman misterius
dari Destin.
SEINA DAN DIA [ Pacaran ]

Seminggu berlalu setelah kejadian reunian….

Besok rencananya Destin akan mengajak jalan Winta dan pada hari itu
juga dia akan mengutarakan perasaannya pada gadis itu. Untuk itulah sabtu
sepulang sekolah ia mengajak Seina ke mall guna menemaninya memilih baju
untuk acaranya besok.

“Bi… menurut lo bagusan yang mana??? putih atau biru”Tanya Destin saat
memilih kemeja di sebuah pusat perbelanjaan di Jakarta.

“Ehhmmm… gue suka warna biru..”jawab Seina memandang cowok itu menilai.

“OK… yang biru…”ucap Destin pada penjaga tokonya

“Eh, itu tadikan karena gue suka warna biru. Mendingan lo coba dulu aja
deh…”ucap Seina menyusul Destin yang berjalan menuju kasir.

“Udah gak penting… semua pilihan lo, gue pasti akan suka”jawab Destin
tersenyum manis.

“Heh.. sok romantis lo”cibir Seina

“Mbak beruntung punya pacar yang sayang banget sama mbak, sampai-sampai
menuruti semua permintaan mbak. Jarang-jarang mbak, ada cowok seperti
pacar mbak ini”ucap kasir toko tersebut tersenyum kearah sepasang anak
muda yang menahan tawa.

“Betul itu mbak, pacar saya ini memang kurang bersyukur”ucap Destin semakin
membuat Seina ingin tertawa kencang.
“Makasih mbak..”jawab Destin begitu selesai acara pembayarannya. Setelah
keluar dari toko tersebut tawa merekapun pecah karena tidak kuat
menahannya.

“Lo beruntung Bi, punya pacar kayak gue”ledek Destin merangkul pundak Seina

“Eh, cumi… lo yang beruntung punya pacar kayak gue”protes Seina

“HAHAHA… emang kita kayak orang pacaran ya bi… berapa ratus orang yang
bilang kakau kita itu pasangan serasi. Musti dapet piring cantik untuk orang
yang ke seribu…”ujar Destin masih dengan sisa tawanya.

“Bener tuh… perasaan biasa aja”jawab Seina tersenyum lebar.

“Yups.. seharusnya mereka mikir. Mana mau gue pacaran sama cewek aneh
kayak lo..”ucap Destin seketika membuat Seina berhenti melangkah.

“Eh, maksudnya apa tuh??? Adanya juga gue yang harus berpikir ulang untuk
jadiin lo pacar gue. Cowok begok kayak lo mau jadi pacar gue, tipe gue itu
cowok pinter”ucap Seina gak terima.

“Ya udah lo pacaran aja sono sama dukun… lagian mau pacaran sama cowok
smart, cowok bodoh aja gak mau apalagi cowok pinter. Mimpi aja lo…”ledek
Destin lagi

“Sialan lo… kok lo jadi ngajak ribut sih”omel Seina menatap tajam cowok itu,
Destinpun melontarkan tatapan yang tajam pula.

“Lo yang ngatain gue begok”balas Destin

“Lo juga ngatain gue cewek aneh”

“Cupu”

“sok cakep”
“Barbar”

“playboy cap bangau”

“jones”

“Gue single bukannya jomblo”teriak Seina gak terima.

“Alah… bilang aja gak laku. Jadi perawan tua tau rasa lo…”ledek Destin

“Kalau gue gak laku kan masih ada lo”ucap Seina tersenyum merangkul lengan
kokoh Destin

“Sipa bilang gue mau sama lo??”cibir Destin sengaja membuat Seina kesal

“Lo kan janji bakalan slalu jagain gue, bakal penuhin semua permintaan gue.
Pokoknya lo harus jadi suami gue kalau sampai gak ada cowok yang mau sama
gue”ucap Seina memaksa

“Yee… maksa… rusak hidup gue kalau harus jadi suami cewek rese' kayak lo”

“Tapikan gue ngangenin…”

“Nah, itu… walaupun lo rese' tetep aja bikin gue kangen. Eh, malam ini gue
nginep ya… udah lama gak nginep”ucap Destin

“Nah kan kangen lo… boleh aja… asal tidurnya di kamar pembantu…”ejek Seina
berlari pergi

“Sialan… babi… jangan lari lo”teriak Destin mengejar Seina.

Keesokan harinya di rumah Destin

“Sein… pagi-pagi kok lo udah ada di rumah Destin sih??”Tanya Winta yang baru
tiba di rumah Destin di minggu yang cerah ini, sempat kaget karena yang buka
pintu rumah Destin adalah Seina.
“Gue ada perlu sama tante Mesti… lo nyari Destin ya???”

“Iya nih… Mau kencan, Destinnya ada gak???“Tanya Winta.

“Wahh… pantes aja tuh anak pagi-pagi udah wangi. Dia lagi sarapan tuh, gue
panggilin ya”ucap Seina tersenyum seraya masuk kedalam rumah.

“Cumi… ada Winta tuh di depan. Buruan lo temuin dia…”teriakan Seina bisa
terdengar oleh Winta dengan jelas.

“Iya, suruh tunggu sebentar…”gantian Destin yang berteriak denagn mulut


penuh makanan.

Seinapun kembali ke Winta dan menyampaikan pesan dari Destin


meskipun percuma saja karena teriakan mereka bisa didengar oleh Winta
dengan mudah.

“Eh, jadi lo mau kencan ama tuh monyet”Tanya Seina mengajak ngobrol Winta.

“Hehm… begitulah..”jawab Winta tanpa bisa manutupi rasa senangnya.

“Cepet juga tuh anak, baru juga minggu lalu kenal Winta. Udah ngajak kencan
aja”bisik Seina pelan

“Apa Na??”Tanya Winta yang ternyata mendengar ucapannya barusan.

“Eh, Enggak… gak kenapa-napa. Ngomong-ngomong… bukannya lo


pasangannya Deren waktu acara reunian minggu lalu. Kok sekarang….”

“Waktu reuni kemarin Deren ngajak gue hanya sebagai temen bukan pacar,
kebetulankan kita satu SD”jelas Winta cepat takut Seina salah paham.

“Oohh…”ucap Seina mengangguk-angguk tanda mengerti.

“Eh, bi… lo di cariin mama tuh”ujar Destin yang baru datang.


“Ya udah, gue masuk dulu. Selamat berkencan, eh, nyet… awas aja lo bikin
sahabat gue patah hati. Gue bikin rendang lo kalau sampai Winta nangis gara-
gara lo…”ancam Seina sebelum masuk rumah.

“Iya… bawel…Eh, bi… lo nggak mau nitip. Nanti gue bakalan ke puncak
lho…”ucap Destin berbaik hati

“Mau jagung bakar…”sahut Seina manja.

“Keburu dingin kali Sein, kalau nunggu sampai rumah”ucap Winta

“Iya juga ya… kalau gitu…”

“Ah, udah deh nggak jadi. Lo pasti banyak maunya, gue cabut dulu. Bye. Sono lo
temuin mama…”ucap Destin menggendeng tangan Winta dan berlalu pergi
tanpa peduli pada Seina yang kesal setengah mati.

“Dasar Onta … kalau gitu kenapa tadi lo nawarin gue …”teriak Seina kesal.

Kebersamaan Destin dan Winta….

Pagi itu Destin benar-benar mengajak Winta untuk pergi ke puncak di


Bogor, lebih tepatnya ke villa keluarga Dirgantara.

“Aku fikir tadi kamu cuma ngisengin Seina saat bilang mau ke puncak. Ternyata
kamu beneran ngajakin aku kesini,..”gumam Winta pelan seraya duduk di
ayunan dari kayu yang terletak di samping halaman villa itu.

“Aku kan nggak pernah bohong sama kamu, kalau aku bilang sesuatu pasti akan
aku lakuin. Untuk orang yang aku sayang, aku nggak pernah bohong”jawab
Destin seraya mendorong ayunan itu pelan.

“Oh iya… berarti kamu nggak pernah bohong sama mama kamu dan juga Seina
dong”Tanya Winta lagi.
“Tentu saja… lagian entah dari mana asalnya kayaknya Seina punya kekuatan
yang bisa baca gerakan aku kalau lagi bohong. Jadi aku nggak pernah bisa
bohong dari dia…”jawab Destin lagi. “Eh, aku laper nih. Kata mama kamu…
kamu pandai masak. Ayo kita masuk dan kamu masakin aku sesuatu…”ujar
Destin tiba tiba. Lalu mengajak gadis itu berdiri dari ayunan dan mengajaknya
masuk rumah.

“Lho… emang ada bahan makanan..”Tanya Winta heran.

“Ada lah… Seina itu suka mood-mood an ngajakin gue kesini. Dan pasti dia akan
ngomel-ngomel kelaperan. Supaya lebih gampang aku selalu menyuruh Mbok
Darmi untuk nyediain bahan makanan dan menggantinya tiap minggu”jelas
Destin seraya duduk di kursi pantry menunggu Winta memasak makanan
untuknya. Sesekali cowok itu tersenyum saat melihat Winta yang cekatan
memasak pasta untuknya.

“Berarti kalian sering kemari dong…”Tanya Winta sembari memasukan mie


pasta pada panci berisi air mendidih.

“Banget… bahkan setelah pulang sekolah Seina pernah ngajak gue kesini.
Alasanya sih dia tiba-tiba pengen lihat kunang-kunang… bener-bener cewek
aneh…”jawab Destin memainkan cangkir the yang di buat Winta untuknya. “

0=0

Sebuah lagu terdengar mengalun disepanjang lorong sekolah swasta


ROMA, suara itu berasal dari ruang music yang berada diujung koridor lantai 2
sekolah ini. Di depan sebuah piano berwarna putih terlihat seorang pemuda
sedang memainkan tuts tus piano tersebut membingkai menjadi sebuah lagu
yang kini juga sedang dinyanyikannya. Dari raut wajahnya yang begitu sendu
juga matanya yang terbenam menandakan kalau dia begitu menghayati lagu
mellow yang ia nyanyikan.

Cinta ini artinya bila kamu tak ada, ada disisiku


Buku pintumu untukku,

Aku ingin kau tau cintaku tulus untukmu selamanya.

Cintaku kan membuatmu bahagia,

Cintaku lah yang kan menghapus luka,

Terimalah aku apa adanya, cintaiku selamanya,

Cinta ini apa artinya, bila kamu tak ada, ada disisiku,

Dan buka, buka pintumu untukku,

Aku ingin kau tau cintaku tulus untukmu selamanya.

Cintaku kan membuatmu bahagia,

Cintaku lah yang kan menghapus duka,

Terimalah aku apa adanya, cintaiku selamanya,

Cintaku kan membuatmu bahagia,

Cintaku lah yang kan menghapus luka,

Terimalah aku apa adanya, cintaiku selamanya,

Mengapa kau slalu menutup mata,

hingga kau tak pernah menyadarinya,

Cintaku ini seluas samudra,

Percayalah takan ada batasnya,

Terimalah aku apa adanya, cintaiku selamanya,

Terimalah aku apa adanya, cintaiku selamanya,


“Suara lo keren juga, gue gak nyangka selain jago basket ternyata lo jago nyanyi
juga”ujar sebuah suara diiringi tepuk tangan dari tangan mungil gadis itu.

“Sejak kapan lo disitu???”Tanya Deren ketus

“Karena terlalu menghayati lagunya, lo jadi gak sadar gitu gue udah berdiri di
sini dari awal lagu. Curahan hati ya…”celoteh Seina tersenyum

“Bukan urusan lo”ujar Deren berjalan melewati Seina

“Lo mau begini terus???”Tanya Seina membuat Deren mengernyit bingung


namun tidak berbalik badan setelah terhenti

“Dia udah jadi milik orang lain Der… Lo gak berhak mempunyai perasaan lebih
sama Winta, dia udah jadi milik….”

“Gue rasa lo juga gak ada hak buat ngatur hidup gue. Jadi jangan ikut campur
lagi dan jangan sok tau seolah olah lo ngerti tentang perasaaan gue.
Ngerti…”untaian kalimat Deren sebelum benar benar berlalu dari hadapan
Seina.

“Tapi sayangnya gue bener bener ngerti Deren… gue ngerti tentang perasaan
lo,…”ujar Seina lirih

0=0

“Sein… jalan yuk….”ajak kak Erfin saat Seina duduk termenung


didepan tv tanpa berniat menonton acaranya yang membosankan

“Ayok… kemana???”Tanya Seina bersemangat

“Liat balapan motor di SUHAT”jawab sang kakak yang sudah mengenaka jaket
kulit warna hitam favoritnya.

“Ok.. gue ganti baju dulu”celoteh Seina berlari menuju kamarnya untuk
berganti baju.
“Lo ngapain ada disini??”Tanya Deren galak

“Kenapa memangnya??? Jalan ini punya lo, jadi lo harus tau apa yang gue
lakuin disini”jawab Seina sewot

“Ahh… Terserah, gue gak perduli apa yang lo lakuin disini. Anggap aja kita gak
saling kenal….”ucap Deren membuat Seina mengigit bibir menahan kesal
dengan sikap cuek Deren

“Tapikan kita memang saling kenal”protes Seina

“Itukan menurut lo, menurut gue lo itu orang asing”ucap Deren meninggalkan
Seina sendirian dan melesat cepat dengan motor putihnya.

“Hissshh…. Padahalkan gue bener bener gak tau kalau dia sering balapan disini.
Dia suka trek trek kan aja gue baru tau, kenapa seolah olah gue pengen ngikutin
dia sih???”omel Seina mengerucutkan bibirnya kesal

“Menyebalkan… dasar bodoh, gak peka. Begok. Sombong. Gila……”

“permisi…..Lo kenal sam…..??”

“Apa??”Teriak Seina yang masih kesal jadi tidak sadar sudah membentak
seseorang.

“Weitzz… galak amat. Lagi berantem sama pacarnya kok malah saya yang
dimarahin sih”ucap cowok itu tersenyum geli.

“Eh.. ma'af mas… tadi mas mau nanya apa??”Tanya balik Seina setelah
menoleh kebelakang dan mendapati seorang pemuda seumuran dengannya
yang kelihatannya juga pembalap seperti Deren

“Iya nggak papa… cowok tadi…. lo kenal sama dia??”ujar lelaki itu lagi
menunjuk dengan dagunya arah kepergian Deren tadi.
“i… enggak. Cuma tau aja namanya, kita satu sekolah”jawal Seina teringat
ucapan Deren tadi, atau lebih tepatnya peringatan.

“Ohh…”ucap cowok itu akhirnya. Setelahnya mereka hanya terdiam tanpa


bernita untuk memulai pembicaraan lagi sampai akhirnya Seina pamit pulang
karena sudah di tunggu kakaknya.

0=0

“Astagaa…Tampar gue…. Tampar gue Dev….”ujar Dio saking


terpesonanya .PLAK.

“AAUWW…”teriak Dio tersentak kaget

“Apaan sih lo Dev??? Main tampar-tampar aja. Sakit ya lo??”gerutu Dio


memegangi pipinya yang terasa panas

“Kan tadi lo yang minta”jawab Devan sok polos.

“Sialan lu… sejak kapan lo nurutin perintah gue…”omel Dio kesal

0=0

Dengan langkah kesal Seina melesat masuk ke dalam rumah Destin dan
langsung duduk diantara Destin dan winta pacar Destin. Dengan tampang
kusutnya Seina duduk diam tanpa merasa bahwa kehadirannya membuat
suasana menjadi canggung.

“Eh…. Lo kenapa sih???”celoteh Destin BETE seraya menepuk pundak Seina


pelan mencoba meminta penjelasan atas penyebab murungnya muka Seina

“Hiiisss….. jangan ganggu gue Destin…”teriak Seina sambil mengerucutkan


bibirnya kesal

“Elu yang gangguin gue pacaran BODOOHH…..”balas Destin dengan teriakan


juga
“Ngapain sih lo kesini??? Bukanya ini malam minggu, lo gak kencan sama
Deren???”Tanya Destin bergeser tempat duduk sedikit

“Nah… justru itu…. Si Deren tuh gue telponin dari tadi gak diangkat angkat.
Makanya gue jadi uring uringan kayak gini. Menurut lo kenapa dia gak
ngejawab telpon dari gue???”Tanya Seina menoleh kearah Destin yang terus
memandangnya geli

“Mana gue tahu.. selingkuh kali tuh anak”jawab Destin asal

“Yaakkk…. Lo mau mati, Deren gue tuh gak mungkin selingkuh. Mungkin dia
memang lagi sibuk….”teriak Seina gak terima seraya menepuk pundak Destin
keras

“aauww… sakit tahu… kalau lo udah tahu jawabannya, ngapain nanya lagi.
Dasar cewek……”celoteh Destin mengusap usap pundaknya yang cukup panas
akibat pukulan Seina tadi

“Ya karena itu akan membuat gue ‘mahkluk cewek' tenang dan gak mikir hal hal
yang negative”jawab Seina

“Bukannya minggu depan tim basket sekolah kita tanding basket sama tim
basket sekolah Destin…. Mungkin Deren lagi latihan basket,,,”ujar Winta yang
sedari tadi hanya memperhatikan perdebatan Destin dan Seina.

Seina dan Winta pacar Destin memang satu sekolahan, yaitu SMA
DEANDLES. Kebetulan juga mereka satu kelas, dan juga sahabatan. Begitu juga
dengan Deren pacar Seina yang satu sekolahan juga dengan mereka namun
tidak satu kelas. Sedangkan Destin, dia adalah anak SMA ROMA.

“Ahh… bener juga ya… tapi… kenapa lo gak latihan. Udah ngerasa jago
lo….”Tanya Seina menoleh kearah Destin karena sebelumnya perhatiannya
teralih ke Winta
“Dasar muka tembok…. Tangan gue kan masih cedera, salah loe juga gue jadi
begini. Sok sok nanya lagi…..”omel Destin menoyor kepala Seina dengan
tangan kirinya yang tidak cedera

“oh iya, gue lupa…. Lagian gue juga gak nyuruh loe nangkep gue. Waktu gue
jatuh dari pohon, loe kan yang nawarin diri buat jadi tameng gue. Kok sekarang
loe nyalahin gue sih”protes Seina

“Ya soalnya kalau gak gitu, gue akan kena omel bokap, nyokap, kak Erfin dan
semua keluarga gue karena gak bisa jaga cewek. Apalagi ceweknya itu elo…..
mending tangan gue patah daripada dapat omelan mereka”ujar Destin kesal

“Trus lo gak mikir, kalau cedera lo itu akan membuat lo gak bisa main basket
lagi. Bukannya itu impian lo…”Tanya Seina

“Ya gue akan jadiin basket menjadi hobby gue, lagian untung juga gue cedera.
Karena seumur hidup lo nanti, lo harus jadi budak gue dan ngalayanin apapun
yang gue minta”

“enak aja…. Gimana caranya coba… gue nanti akan ngurus suami guelah, bisa di
talak tiga kalau gue ngurusin suami orang”

“Dasar begok… ya lo nikahnya sama guelah”

0=0

“Yakk… kan udah gue bilang kalau kalian berempat gak boleh lagi balapan
motor. Kalian udah bosan hidup…”teriakan Seina membahana dari segala
penjuru rumah Destin, markas ke 4 setelah sekolah, café Deren dan klub.

“Der…. Pacar lo serem amat sih… “bisik Dio tanpa melirik kearah Deren takut
diomelin Seina

“Makanya udah gue bilang jangan pernah bikin cewek gue marah, tau
sendirikan akibatnya. Terima nasib aja deh sekarang…”balas Deren santai.
“Ini semua gara-gara lo cumi, lo yang ngajakin kita balapan motor kan”omel
Deren ke Devan

“Betul itu”dukung Dio

“Kok jadi gue sih… kalian juga awalnya gak protes kan. Kenapa sekarang malah
kompakan nyalahin gue…, Destin tuh, mulutnya ember. Udah tau gak bisa
bohong didepan sahabatnya sendiri, malah nyari mati. Ketahuan kan
jadinya…”protes Devan gak terima disalahin dan gantian menyalahkan Destin

“Kok jadi nyalahin gue sih…. Bukan salah gue dong kalau Seina punya kelebihan
bisa baca gerak-gerik gue kalau lagi bohong. Lo kan yang….”

“BERISIKKK…. Kenapa malah pada arisan sih????”teriak Seina jengah

“Kalian berempat gue hukum gak boleh lagi bawa motor kesekolah, mulai
sekarang kalian harus naik bus ke sekolah…”

(“Tapi… sayang…” “Tapi… Bi…” “Tapi… Seina…” )ucap mereka serentak

“Gak ada tapi-tapian…. Ini hukuman untuk kalian karena udah bohongin
gue”terdengar nada final dari suara Seina yang tidak bisa di ganggu gugat

“Untung nih cewek, pacar dari sohib gue sendiri, kalau enggak udah gue apa-
apain nih cewek”gerutu Devan pelan

“Gue denger cumi…. Kalau lo berani nyentuh cewek gue, gue gak segan-segan
buat bunuh lo”sambar Deren melirik tajam Devan

“Cuma bercanda elah…. Serius amat pengen bunuh gue…”cibir Devan.

0=0

“Gimana kalau wajah mantan lo yang cantik ini, gue bikin rusak. Lo…”
“Jangan berani-beraninya lo nyentuh Winta…. Kalau lo emang gak mau
mati…”ancam Deren dengan gigi gemeletuk menahan emosi

“Wahh…. reaksi lo sungguh di luar dugaan. Sebenarnya siapa disini pacar lo…
Seina…. Atau… Winta…. Lo gak boleh maruk dong bro… lo hanya boleh milih
satu…”kekeh Gavin senang udah bisa mancing emosi Deren

“Untuk apa gue milih… Seina udah jadi cewek gue… dan Winta itu pacarnya
Destin… gue hanya gak mau kalau masalah diantara kita melibatkan orang lain.
Paham lo…”

“Ohh… jadi gitu…. Tapi sayangnya gue gak puas kalau belum nyakitin orang
yang lo sayang, atau minimal gue rebut seseorang yang seharusnya berada
disamping lo”ucap Gavin

“Udah gue bilang jangan libatin mereka, kalau sampai…”

“Gue juga udah bilang kalau lo itu harus milih salah satu diantara mereka....
Seina atau Winta…”

“Bukan hak lo untuk membuat gue memilih”keukeh Deren

“Deren…Deren….. Lo bener-bener playboy kelas kakap… Dasar brengsekk…”ujar


Gavin dengan tiba-tiba langsung memukul rahang Deren sehingga sang korban
tidak sempat menghindar

“Heh….Lo bilang kalau lo cinta sama Seina… tapi kenapa saat gue bilang kalau
gue punya rencana untuk nyelakain Winta, lo seperti seseorang yang sedang
melindungi selingkuhannya. Ternyata lo lebih brengsek daripada gue…”

”Gimana kalau sesama orang brengsek kita barteran aja. Lo jauhin Seina, dan
gue akan lupain niatan gue buat nyelakain Winta. Gimana??”

“Brengsek… jangan harap gue akan jauhin Seina. Asal lo tau aja… Winta juga
bakalan aman saat bersama Destin…”ujar Deren balik memukul Gavin.
“Heh…. Jadi lo relain mantan lo untuk sahabat lo itu. Ok… gue pegang janji lo…
kalau sampai gue tau Seina nangis gara-gara lo… lo abis sama gue…”ancam
Gavin sebelum meninggalkan Deren yang sedikit kaget dengan ucapannya
barusan.

Dari nada bicara serta raut wajah Gavin sama sekali tidak menampakan
aura permusuhan laki-laki yang merebutkan satu wanita, yang terlihat oleh
mata Deren justru tatapan membunuh seorang kakak yang tidak rela adiknya
disakiti oleh Deren.

“Lo beruntung Seina… banyak orang yang pengen ngelindungin lo. Apa lo
memang gadis yang special???”gumam Deren pelan seraya menatap kepergian
Gavin.

0=0

“Nona han seina yang kata sohib gue cewek paling cantik sedunia. Jelas-jelas lo
itu pacaran sama si kapten basket SMA DEANDLES, sejak kapan lo selingkuh
sama playboy cap bangau seperti dia”omel Destin mencak-mencak seraya
menunjuk Gavin yang berdiri tenang bersandar di mobilnya

“siapa yang selingkuh?? Gue cuma numpang mobil dia, tadi di jalan hujan dan
gue gak bawa payung. Daripada gue kehujanan, trus demam. Lebih baikkan gue
memanfaatkan kesempatan yang ada”bela Seina tidak mau kalah

“Kesempatan berselingkuh…”

“Yaakk… udah gue bilang, gue gak selingkuh”teriak Seina kesal karena terus
dituduh berselingkuh.

0=0

1. “Udah siap pulang nih”Tanya Deren mendekati ranjang tidur Seina selama
menginap di rumah sakit ini. Bbruukk… suara bunyi tas yang dilempar Deren
pada Devan yang baru muncul dari balik pintu. “Bawa tuh tas ke
mobil”perintahnya seenak jidat. “Wah, lo kira gue pembokat. Gimana kalau kita
tukeran peran, lo yang bawain tas ini dan gue yang gendong Seina ke kursi roda
plus bawa dia ke mobil.. lo…”belum sempat Devan menyelesaikan ucapannya ,
kali ini wajah tampannya dapat lemparan bantal dari Seina. “Ogah gue di
gendong playboy cap bangau kayak lo..”omel Seina tersenyum mengejek
“Sialan lo.. respon lo berlebihan tau gak”cibir Devan manyun. “Eh, Der… ingat
ya, kalau ketemu nyokapnya Seina bilang apa ‘jangan panggil tante dong,
panggil mama aja ya' bwahahaha…”ledek Devan berlari keluar sebelum
mendapat lemparan yang ketiga dari sahabatnya yang wajahnya memerah
kesal sekaligus malu “Kamu ketemu mama…”tanya Seina memandang wajah
tampan pacarnya dengan semburat senyum di bibir mungilnya. “Hehm… eh,
aku ada telfon. Des… lo anter Seina ke mobil ya, gue harus angkat telfon
dulu”ucap Deren ke Seina mengalihkan pembicaraan sekaligus perintah ke
Destin yang baru masuk. Setelah mengecup kening Seina cukup lama, cowok itu
berlalu pergi. “Gitu aja malu, gue yang tiap hari manggil nyokap lo, mama.
Cuek-cuek aja….. untung aja kita sama sama punya pacar, nah kalau enggak
pasti orang tua kita nyangka kalau kita pacaran, bisa-bisa kita langsung
dijodohin dengan alasan memperkuat hubungan kekerabatan.”omel Destin
langsung tiduran di sofa yang berada di sudut sembari menunggu Seina
berbenah. “Hahaha… serem amat imajinasi lo” “Yee… gue serius. Nyokap lo
kayaknya demen banget sama gue. Gue yakin nih ya, kalau kita sampai pacaran
dan gue ngelamar lo. Tanpa babibu lagi lamaran gue pasti diterima, gue gak
nyangka kalau pesona gue berlaku juga buat ibu-ibu”curhat Destin membuat
Seina pengen muntah dengan kenarsisan sahabatnya itu. “Yuk, pulang”ajak
Destin langsung menggendong Seina ke kursi rodannya. “Eh, gak usah pakek
acara gendong-gendongan kalee.. lo fikir…” “SStt… diem deh… bawel banget lu.
Mending pakek kursi roda daripada gue gendong lo sampai parkiran, gak
sadar…..kalau berat lo udah kayak karung beras heuh”celoteh Destin
memotong protesan Seina. “Sial.. perumpamaannya gak enak banget”umpat
Seina pelan mendengus sebal.
0=0

Seina yang sebenarnya melihat Destin karena sangat hafal dengan plat mobil Audi
hitam milik Destin tersebut malah sengaja pergi menjauh. Destin yang melihat Seina
yang perlahan melangkah pergipun langsung keluar dari mobil dan menarik tangan
cewek itu. “Eitss.. mau kemana??, Udah di tungguin malah kabur”omel Destin masih
mencengkeram tangan Seina. “Eh, ada pentolan korek. Sorry… gue gak lihat…”ejek
Seina senyum tiga jari. “Ck… bohong juga yang cerdas lah Bi. Masak lo gak lihat cowok
cakep seantero Jakarta yang nongol di depan muka lo gini”omel Destin gak terima dan
lagi lagi masih dengan kadar kenarsisan yang mencapai 90% “Mulai deh bang, jangan
bikin gue muntah”celoteh Seina “Ngapain lo berdiri disini??”Tanya Destin heran saat
melihat Seina berdiri di halte depan SMA ROMA. “Ya… menurut lo apa tujuan manusia
normal berdiri di halte kayak gini. Nungguin durian jatoh…”omel Seina ketus “Ketus
banget sih lo, seharusnya lo bersyukur karena gu…” “Cerewet… mau lo apa
sih???”balas Seina ketus “Gue tadi sempat kepikiran lo saat ngaterin Winta pulang.
Jadi gue langsung balik ke ROMA buat jemput lo, ternyata lo belum pulang kan”ucap
Destin “Iya banget lo mikirin gue, udah yuk cabut”

0=0

“Udahlah… lo lupain aja Winta. Lo seharusnya cari cewek yang available, bukannya
yang sudah disegel kayak dia. Gue rasa ada orang yang lebih pantas buat lo”ucap
Devan sembari menepuk pundak Deren pelan. “Hah. Siapa??”Tanya Deren bingung
“Bukannya lo udah tau dengan jelas ya, manfaatin kesempatan yang ada Der… jangan
samapi lo nanti menyesal..”jawab Devan lalu beranjak pergi meninggalkan Deren yang
termenung dengan jawabannya tadi. “Kesempatan… haruskah gue menyerah sekarang
dan mengambil kesempatan itu…”ujarnya pelan.
SEINA DAN ANANKE LINE

Selama beberapa detik kaki Seina hanya berpijak pada titik yang sama,
tanpa tau akan melangkah kemana atau apa yang harus dia lakukan. Hanya
terdiam menatap nanar pada dua insan yang sedang berdiri tidak jauh dari
tempat ia berpijak.

“Brengsekk…. Tuh anak cari mati ya…”teriak Devan seraya menghampiri


sepasang manusia yang sedang berciuman di taman belakang sekolah.

Namun langkahnya langsung berhenti lantaran sebuah tangan


menariknya dari belakang. Cowok itu menoleh kesal pada gadis yang tadi
bersamanya, niatan untuk memaki gadis itu luntur sudah karena melihat
tampang menyedihkan gadis itu. Tidak ada suara ataupun air mata, yang ada
hanyalah tatapan kosong yang tertuju pada sepasang manusia di hadapannya.
Cowok itu menghela nafas sesaat dan kembali ke hadapan gadis yang
gemetaran itu,

“Sein… nangis aja kalau lo emang pengen nangis”ucap cowok itu setelah
menatap cukup lama gadis didepannya setelah gadis itu tidak menunjukan
tanda-tanda untuk melabrak sepasang penghianat itu ataupun beranjak pergi.
Tanpa menanyakan lagi pertanyaan klasik seperti ‘lo nggak apa-apakan', karena
sudah sangat jelas kalau gadis itu tidak baik-baik saja. Jadi cowok itu memilih
diam sembari merangkul Seina mengajaknya pergi.

“Bisa nggak…lo temenin gue, sampai gue merasa tenang”itu kalimat pertama
yang di lontarkan Seina saat mereka berdua sudah ada didalam mobil ferari
Devan.

“Tentu… berapa lamapun, dan kapanpun lo butuh gue. Gue akan selalu ada
buat lo Sein… karena gue tau, saat ini lo nggak mungkin cerita apapun ke
Destin. Jadi gue akan gantiin posisi dia untuk berada disamping lo.”ujar Devan
panjang lebar.

“Makasih ya…”setelah percakapan itu mereka tenggelam kedalam pikiran


mereka masing-masing.

”Aku tidak tau lagi Deren, apa yang harus aku lakukan atau tidak aku lakukan.
Bagiku semuanya akan terasa sama…. Mencintaimu… ataupun berhenti
mencintaimu…. Dua-duanya sangat menyakitiku…” ucap hati kecil Seina untuk
terakhir kalinya menoleh kearah Deren lewat kaca mobil sebelum mobil Devan
berlalu meninggalkan area taman.

0=0

“Jadi….. sejak kapan lo tau tentang hubungan mereka??” Tanya Devan begitu
mereka sampai di sebuah bangku taman di area kompleks perumahan Seina,
awalnya Devan mau mengantar cewek itu langsung pulang kerumahnya.

Tapi Seina menolak dan akhirnya mereka memutuskan untuk ke taman ini. Seina
sempat kaget dengan pertanyaan to the point dari Devan.

“Entah kenapa gue tau kalau lo cukup mengerti tentang kejadian tadi”sambung
cowok itu lantaran melihat raut bingung dan juga kaget di wajah Seina.

“Gue…”

“Sein..jujur sama gue…”potong Devan cepat, keterbataan Seina merupakan


kode bahwa gadis itu akan berbohong.

“Dari 4 hari yang lalu, saat kita nginep di pulaunya Dio”sahut Seina akhirnya,
percuma bohong kalau Devan sudah memojokannya.

“Dasar bodoh… Kalau lo sudah tau dari dulu hubungan Deren sama Winta.
Kenapa lo masih berikap manis sama si brengsek itu??”sentak Devan mengusap
rambutnya jengah.
“Karena gue sadar kalau gue nggak berhak marah, dari dulu mungkin hati
Deren memang cuma untuk Winta Dev. Nggak pernah ada buat gue, gue yang
terlalu egois untuk memaksa keadaan”ucap Seina lelah

“Lalu…”

“Kenapa gue tetep mau pacaran sama dia?? Itu kan pertanyaan lo”sela Seina
sarkatis, Devan hanya mengangguk mengiyakan. “Kerena gue percaya kalau
Deren bisa berubah,

Keesokan harinya

“Der… kemarin lo sama Winta….”Tanya Seina tidak sanggup meneruskan


kalimatnya

“Ma'af”sahut Deren pelan dengan mata menatap tajam kearah Seina.

“Der… lo tau bukan itu jawaban yang pengen gue denger”sahut Seina lagi

“Terus apa yang lo harepin?? Gue bilang kalau gue udah nyium sahabat lo. Atau
gue udah nyium mantan gue. Atau bahkan yang lebih spesifiknya lagi adalah
gue udah nyium mantan gue yang sekarang udah jadi pacar sahabat lo. Itu yang
elo harepin”ujar Deren tajam

“Justru gue mau lo nyangkal hal ini Ren, meskipun hal ini terasa jelas dimata
gue tapi hati gue masih menolak kenyataan ini. Hati gue masih berharap akan
mendengar sangkalan dari mulut lo, penyangkalan kalau lo nggak ada niat
untuk nyium Winta. Penyangkalan kalau lo nggak berniat untuk nyakitin
perasaan gue. Penyangkalan yang nggak membuat gue salah paham lagi. Gue
mau denger itu Ren…”sahut Seina menahan tangisnya

“Sayangnya gue tadi bener-bener dalam keadaan sadar, bahkan Winta juga”

“Maksud lo…”
“Jangan terlalu munafik Seina, lo tau kan kalau ternyata Winta masih sangat
mencintai gue, jadi lebih baik kita putus… gue udah nggak cinta sama lo…”

“Menurut lo gue akan percaya??”

“Dan menurut lo itu penting buat gue. Lo percaya atau enggak, kita tetep
putus..”

“Gue nggak mau. Terserah lo mau cinta sama siapapun, yang jelas gue akan
bertahan. Gue akan tetap melihat kearah lo”

“Sein.. ayo pergi, nggak penting disini lagi”ajak Devan

“Buat lo… tunggu disini karena gue pengen ngomong…”geram Devan sebelum
pergi.

“Sein…lo udah gila ya… ngapain lo jatuhin harga diri lo buat cowok brengsek
kayak dia. Lo harusnya milih go away daripada stay… emangnya lo nggak capek
kayak gini terus.”ucap Devan angkat bicara

“Sangat.. terlalu capek malah, rasanya gue udah nggak sanggup lagi untuk
bertahan. tapi hati ini terlalu sakit untuk ngelepasin Deren”

Devan pun kembali lagi ke tempat Deren dan tanpa babibu langsung meninju rahang
Deren keras.

“Brengseekkk…. Kan gue udah bilang sama lo. Jangan melakukan hal yang
menjijikan selama kalian masih berada dalam satu kawasan sama Seina. Lo mau
gue bunuh HAH. TOLOL….”teriak Devan dengan cengkraman kuat di kerah
seragam sekolah Deren.

“Sial…lepasin tangan lo…”desis Deren pelan.

“Lo….SHIITTTSS…. Gue bener-bener nggak ngerti sama pikiran kalian berdua,


bisa-bisanya lo…kalian berdua menghianati sahabat kalian sendiri. Lo nggak
mikir gimana hancurnya Seina saat lihat kalian melakukan hal menjijikan kayak
kemarin. Lo nggak punya otak HAH… “maki Devan emosi.

“Kalau Destin sampai tau masalah ini dan dia sampai bunuh lo, lo ingat dengan
jelas… kalau gue orang pertama yang akan bantuin dia. Ngerti lo….”Geram
Devan dan langsung pergi.

“Aaarrgggghhh…”teriak Deren seraya meninju tembok di sampingnya.

0=0

Keesokan harinya seperti biasa Destin menjemput Seina dirumahnya


untuk pergi kesekolah sama sama walaupun beda sekolahan. Sesampainya di
sekolah Seina, dengan sangat manisnya Destin membukakan pintu mobilnya
untuk Seina dan berjalan menggandeng Seina bahkan mengantarnya sampai
kekelasnya. Seina hanya memandang bingung cowok yang tersenyum tiga jari
dihadapanya ini tanpa berkomentar apa-apa.

“Sein… jaga diri baik baik ya. Kalau lo pulang malam, lo telpon aja gue. Nanti
gue jemput, jangan pulang sendirian. Bahaya…. Trus lo juga harus jaga pola
makan lo yang berantakan itu, gak boleh terlalu capek. Kalau lagi gak fit gak
usah maksa buat ikut olahraga. Trus…”

“Cukup… apapun yang lo ucapin barusan dan yang belum lo ucapin. Itu semua
nasehat buat gue…..”Tanya Seina menyela

“siapa lagi???”Destin dongkol dengan sikap polos Seina

“Lo yakin bukan buat Winta, anaknya ada dikelas lho. Lo gak mau nyam….”

“buat elo Na-ya…. Ya udah gue berangkat dulu, ntar gue telat lagi”celoteh
Destin mengacak acak rambut hitam legam Seina
“Tu anak kepalanya kejedot dimana sih??? Udah 2 bulan ini tingkahnya aneh
terus, sok jelous, sok ngedektin gue, sok perhatian, cuek, perhatian lagi. Emang
gila tu anak…”gerutu Seina sepeniggal Destin

“Siapa Sein yang gila??”Tanya Winta yang sudah ada disamping Seina entah
kapan datangnya.

“Hah… oh, itu… si Destin yang gila”jawab Seina asal.

0=0

Jam pulang sekolah telah berbunyi dari 24 menit yang lalu, namun Seina
masih betah duduk termenung dibawah pohon dekat lapangan basket belakang
sekolah yang sudah tidak pernah dipakai lagi semenjak ada lapangan basket
baru di dekat pintu masuk sekolahnya.

Fikiranya entah melayang kemana yang jelas kini cewek ini terlihat
seperti mayat hidup tanpa adanya jiwa. Lamunan itu terhenti seketika saat
seseorang dengan nafas terengah engah menghampirinya seraya memegangi
perutnya yang sedikit kram.

“Lo kenapa??? Di kejar setan…”Tanya Seina asal tanpa melihat sorot panik di
mata Devi teman sekelasnya.

“Lo harus ikut gue sekarang juga, di dekat gerbang ada sesuatu yang mesti lo
lihat”ujar cewek itu masih mengatur nafasnya yang ngos ngosan

“Apaan… Boyband favorite gue…”Tanya Seina kembali tanpa keseriusan,


temanya dibuatnya syok atas sikap Seina yang cepat berubah. Sebentar seperti
orang frustasi, sebentar seperti orang tanpa masalah. Cinta benar benar
membuat orang menjadi gila…..

“Destin sama Deren berantem Seina…..”teriak Devi sedikit frustasi

“APAA..??”teriak Seina lebih keras


“Lo ikut gue sekarang”ditariknya tangan Seina ketempat terjadinya baku
hantam antara sahabat dan juga mantan Seina.

Dikejauhan terlihat Destin sedang mengepalkan tangannya menahan


emosi dengan kedua mata yang menatap tajam kearah Deren. Begitu juga
dengan Deren yang sedikit meringis menahan sakit pada bibirnya yang
berdarah. Rupanya Destin sudah menghadiahi Deren sebuah tinjuan keras
dibibirnya. Sedangkan ditengah tengah mereka ada Winta yang hanya
menunduk tanpa tau harus berbuat apa.

“Ada apa ini???”Tanya Seina begitu tiba di hadapan mereka bertiga.

“Lo gak jelasin ke sahabat lo ini kalau gue mutusin lo karena gue masih cinta
sama Winta”Tanya Deren to the point

“Apa??? Ee… itu…”

“Jadi lo udah tau…”potong Destin menatap tajam Seina

“iya, tapi…..”

“KENAPA LO GAK BILANG APAPUN SAMA GUE???”teriak Destin emosi “Lo udah
ngebuat gue jadi cowok paling begok tau gak”

“Des… gue lakuin ini karena….”

“Apa??? Karena apa HAH???”Tanya Destin dengan volume suara yang sudah
menurun

“karena Lo gak mau gue menghajar cowok brengsek kayak dia”terka Destin

“Lo gak mau….”

“GUE GAK MAU LO TERLUKA SEPERTI GUE…..”teriak Seina hampir menangis.


Teriakan Seina tadi berhasil membungkam rapat semua mulut orang-orang yang
berada disitu terutama keempat pemeran utama atas kejadian ini..

“Des…. Rasanya sakit banget saat tau orang yang kita fikir mencintai kita
ternyata dia lebih mencintai orang lain daripada kita. Rasanya sakit
banget…..”ujar Seina lirih dengan air mata yang sudah bermuara di pipi putih
pucatnya. “Gue gak mau kalau lo ngerasain apa yang gue rasain….”

“Sein…. Maksud lo….”

“Winta juga cinta sama gue….”Deren yang memilih menjawab pertanyaan dari
Destin

“APA???? Jadi selama ini….. Dasar BRENGSEKK…..”ucap Destin kembali


melayangkan tinjunya kearah Deren.

Lagi dan lagi tangan Destin berhasil membuat karya seni di wajah tampan Deren tanpa
adanya perlawanan dari Deren karena dia memang merasa bersalah pada Seina.

“Lo gak mikir gimana perasaan Seina HAH. Tega banget lo nglakuin hal ini sama
dia, lo tau nggak kalau dia sayang banget sama lo. Lo…. DASAR TOLOL…”teriak
Destin benar benar emosi

“DESTIN CUKUP….”teriak Winta dan Seina secara bersamaan.

Tangan Destinpun berhenti di udara mendengar suara mereka.

“Des… gue minta ma'af karena….”

“Gak ada lagi yang perlu dima'afin. Gue gak marah kalau lo suka sama lelaki
manapun, tapi yang gue sesalin kenapa harus Deren Win… KENAPA HARUS
PACAR DARI SAHABAT LO SENDIRI???”teriak Destin menatap tajam Winta
seraya mengguncang kedua bahu gadis yang sudah terisak itu
“Gue akan terima siapapun cowok yang udah ngalihin perasaan lo dari gue.
Tanpa. Perlawanan……”

“Tapi gue gak bisa terima karena cowok itu orang yang udah nyakitin perasaan
Seina…. Mulai sekarang jangan pernah kalian temuin lagi Seina atau
mengajaknya bicara dalam keadaan apapun”desis Destin memperingatkan
Deren dan Winta.

“Des… gue juga bisa terima… siapapun cewek yang dipilih Deren, gue bisa…”

“Lo gak sekuat seperti apa yang lo omongin barusan Seina. Enggak untuk saat
ini…. Jadi untuk beberapa saat kedepan anggap aja kalian bertiga gak saling
kenal. Mengerti…”terdengar nada final dari suara Destin

“Kita pulang”ajak Destin menarik tangan Seina mengajaknya berjalan menuju


tempat mobilnya terparkir tanpa menoleh lagi pada Deren dan Winta yang
masih mematung.

“Maafin gue Sein…. Gue nglakuin ini bukan karena gue gak cinta sama lo, tapi
karena gue takut kalau gue akan semakin mencintai lo. Meskipun hal ini
menyakiti kalian bertiga, setidaknya gue punya solusi dari masalah ini. Gue
akan coba move on dari lo dengan mencintai Winta kembali, gak akan sulit
menumbuhkan kembali perasaan yang dulu memang pernah ada untuk Winta.
Lo sama Destin akan berusaha saling suka karena pada akhirnya kalian berdua
memang ditakdirkan untuk bersama…. Seina akan tetap menjadi jodohnya
Nathanza Radestin Dirgantara, bukan Deren Madenta Putranta. Dan gue akan
berusaha membuat garis takdir gue sendiri bersama Winta….”ucap suara hati
kecil Destin seraya menatap kepergian Destin dan Seina.

0=0

Seperti sebuah MV lagu yang berjudul tak berakhir bahagia dari Adeff.
Suara merdu dari sang vokalis menjadi pengantar untuk dunia mereka yang
seperti terhenti dititik ini. Sesaat terdiam kau lelapkan tangismu dipelukannku,
terisrat diwajahmu piaskan luka dihatimu, susungguhnya tak mungkin ku
ungkapkan semua apa yang ada di hatiku selalu, ku takut ini berlalu dan hatiku
tak mampu tuk melepaskanmu, sakit yang kau rasakan, mungkin tak sesakit
hati yang ku pendam, haruusnya kau dan aku tak memulai perasaan yang
datang, bila cinta tak berakhir bahagia, biarlah menjadi satu kenangan, yang
membuat kita selalu bersatu dalam mimpi yang tak kan berakhir.

Deren menatap nanar gadis yang berdiri terdiam dihadapannya, hanya


diam, saling memandang, tanpa berucap sepatah kata. Seolah olah saling mengukir
sketsa masing masing wajah yang tercetak jelas di pantulan mata keduannya. Gadis itu
lalu memilih menunduk karena tak kuasa menahan tangis karena luka tak kasat mata
yang tertoreh dalam di hatinya. Melihat kerapuhan gadis dihadapannya tak kuasa
membuat Deren menahan kaki dan juga tangannya untuk melangkah menghampirinya
ataupun meraih gadis itu kedalam dekapannya.

Gadis itu lalu mengangkat wajahnya setelah berusaha menenangkan


perasaannya, kembali gadis itu menatap laki-laki dihadapannya. Bibirnya terbuka
sedikit seperti ingin mengatakan ‘sesuatu' , namun tak lama tertutup lagi tanpa jadi
mengeluarkan suaranya. Terlihat ragu untuk mengatakan ‘sesuatu' itu, ia coba menarik
nafas perlahan seraya , menggigit bibirnya gelisah.

“Des…aku…”ucap gadis itu akhirnya, walapun masih terdengar menggantung.

Deren yang melihat itu tau kalau gadis itu sedang bingung, sebenarnya
ia tau apa yang sedari tadi berusaha dikatakan gadis itu namun dia masih
terdiam menunggu ucapan itu keluar dari mulut gadis itu sendiri.

“Des…Boleh nggak aku…”ucapan gadis itu teredam oleh dekapan erat yang
langsung dilakukan Deren begitu gadis itu buka mulut.

“Sein…Seina…”lirih Deren memanggil nama gadis itu.

Seina semakin mengeratkan pelukannya lantaran ingin membenamkan


wajahnya yang kini penuh dengan air matanya. Derenpun yang mendengar
suara isak tangis Seina semakin membawa gadis itu kepelukannya, seraya
mengusap usap rambut Seina.

0=0

Pikiran Seina melayang pada setiap detik waktu yang dia habiskan
bersama Deren, saat pertama kali mereka dekat, lalu menjalin hubungan dan
tiba pada moment dimana kisah mereka harus berakhir.

Setiap gulungan memory di otak Seina memutar ulang kenangan itu,


semakin besar pula kekecewaannya pada dirinya sendiri. Kecewa karena dia
belum bisa membuat Deren tersenyum lebih lama lagi, kecewa karena belum
bisa berada disamping Deren lebih lama lagi, kecewa karena dia belum bisa
menjadi orang special di hati laki-laki itu dan kecewa karena di detik ini yang
bisa dia lakukan hanyalah menangis. Butiran air mata yang keluar bagaikan
setiap kenangan yang mulai menjauh dari ingatan Seina, semakin lama semakin
sedikit dan akhirnya menghilang lantaran gadis itu tertidur. Dia butuh istirahat,
untuk fisik maupun mentalnya.

0=0

“Heh… gak usah peluk-peluk depan umum apalagi depan gue dong. Seinakan mantan
gue, panas nih gue…”ledek Deren sambil ketawa. “Ck… lo kan juga bisa meluk Winta
sekarang”balas Destin masih belum melepas pelukannya. “Untung aja Ananke,
Afrodite dan juga Zeus masih baek sama lo pada. Kalau enggak gue gak tau deh,
gimana nasib kalian berdua. Tinggal pacaran aja dibikin ribet, lo suka sama Seina dan
Seina suka sama lo. Itu gak cukup buat kalian akhirnya jadi sepasang kekasih, pakek
nglibatin gue sama cewek gue lagi. Nyusahin aja deh lu pada,…”omel Deren “Berisik
lo… Win, pacar lo kayak emak-emak lagi nagih hutang aja. Yakin lo, mau balikan sama
emak-emak”ledek Destin membuat tinjuan keras mampir dilengannya. “Wah, songong
lo. Rasain nih…”ucap Deren mulai memiting leher Destin. “Cie… mesranya. Kalian
berdua udah gak doyan sama cewek??? Kalau gitu pacar kalian buat kita-kita ya…”ejek
Devan yang baru datang bersama Dio. “Kalian mau mati…”ancam Destin dan Deren
bersamaan. “Hahaha…” “Tenang guys… sebelum lo bikin mereka mati. Kita duluan
yang akan bertindak…”ucap Nesa dan Runa dari arah belakang Dio dan Devan. “Heuh…
dengerin tuh kata pacar kalian…”

Anda mungkin juga menyukai