Anda di halaman 1dari 26

Unforgettable Memories

Yamada Ryosuke Fanfiction 2012 Hey! Say! JUMP Lounge Production Full Credit to the Author Laras Rusti D Edited by Amel Chan

Title Categories Genre Rating Theme song Author

: Unforgettable Memories (Kenangan yang tak Terlupakan) : Fanfiction - OneShot : AU/Mystery/Dark :G : Cendrillon Kaito & Hatsune Miku (Vocaloid) : Laras Rusti D Address : Jln. Afa V/12, Perum Afa Permai, RT 05 RW 17, Kel. Sendangmulyo, Kec. Tembalang, Semarang, Jawa Tengah, Indonesia Phone Number Age : 083842569502 : 17

Reason join this competition: Yamada Ryosuke is my ichiban! Karena dia akan berulang tahun, jadi aku ingin mempersembahkan ini untuk Yama (walaupun dia nggak tahu). Dan ini juga fanfic pertama saya tentang Yama. Saya ingin menambah pengalaman dalam dunia Fanfiction terutama Real Person Fanfic. Cast : 1. Yamada Ryosuke 2. Kawashima Umika Inspired by Disclaimer story is mine~ Warning typos~ : The Twilight Saga : Seluruh karakter yang ada disini bukan milik saya~~ but this : OOC tingkat dewa, alur yang kecepetan and maybe some

Synopsis : Kawashima Umika, seorang cenayang, bisa melihat hantu, bisa melihat masa depan, dan ia selalu membantu orang-orang dengan sixth sense nya itu. Sayangnya, orang-orang menganggapnya aneh dan membencinya, hingga suatu saat ia bertemu dengan Yamada Ryosuke, seorang count vampir.

...Enjoy This!...Unforgettable Memories(Kenangan yang tak Terlupakan)

Kenangan. Sejak dulu aku selalu berpikir apa sebenarnya arti kenangan itu. Aku merasa sepanjang hidupku aku tidak pernah memiliki kenangan yang berarti. Secara fisik aku adalah seorang remaja berumur belasan tahun tapi siapa yang menyangka jika aku umurku yang sebenarnya sudah hampir dua ratus tahun dan selama itu pula aku hidup dalam kesendirian dan kebosanan yang tak berujung. Hmm bagaimana aku tidak bosan, jika aku harus selalu mengulang masa SMA ku, selalu berpindah-pindah tempat, dan selalu membohongi orang lain demi merahasiakan identitasku. Terakhir aku tinggal di Prancis, tepatnya di Lyon. Setelah sepuluh tahun lamanya aku tinggal disana, waktu harus memaksaku pindah kembali karena orang-orang mulai curiga denganku dan disinilah aku sekarang di Jepang, tepatnya di kota Sapporo, Hokkaido. Ketika di Prancis dulu aku menggunakan nama Prancis agar aku bisa membaur dengan mudah. Jadi, karena aku tinggal di Jepang sekarang, namaku juga akan berubah tentunya dan aku sudah menentukan namaku yang sekarang yaitu Yamada Ryosuke. Sejujurnya, wajahku lebih mirip orang Asia daripada orang Eropa, maka dari itu kali ini aku memilih Jepang sebagai tempat tinggalku untuk beberapa tahun kedepan. Mungkin perlu aku jelaskan lagi disini bahwa aku bukan manusia. Aku seorang vampir, seorang count lebih tepatnya. Beratus-ratus tahun yang lalu keluargaku dibantai oleh sekelompok orang pembenci vampir. Hanya aku yang selamat ketika peristiwa itu terjadi. Aku tidak tahu apa masih ada vampir lain selain aku. Aku tidak pernah mencari tahu dan tidak mau tahu tentang itu. Oke, seragam sekolahku sudah rapi sekarang dan aku bercermin lagi untuk menata rambutku kembali untuk yang kesekian kalinya setelah itu aku menyambar tas sekolahku dan buru-buru turun ke lantai bawah. Aku berangkat sekolah menggunakan sepeda yang baru aku beli kemarin. Berbaur terlalu lama dengan manusia membuatku benar-benar seperti manusia sekarang. Aku mengayuh sepedaku perlahan, jalanan cukup licin karena salju. Tidak sampai lima belas menit aku sampai di sekolah. Aku memakirkan sepedaku disebuah tempat parkir yang tak jauh dari gedung sekolah dan berjalan dengan santai setelahnya. Oke, tempat pertamanya yang aku harus tuju adalah ruang guru. Aku tidak tahu dimana letaknya, mungkin aku harus bertanya pada seseorang. Lorong-lorong sekolah ini terlihat sepi. Aku berjalan menyusurinya berharap bertemu dengan seseorang yang bisa aku tanyai. Tak lama kemudian, seorang gadis dengan seragam yang hampir sama denganku muncul dari ujung lorong. Ia berjalan dengan anggun, roknya beberapa senti diatas lutut, kaus kaki hitam panjang selutut dan sebuah syal berwarna merah dan hitam melilit lehernya. Rambutnya berwarna hitam panjang melebihi sebahu dan tidak berponi. Kulitnya putih tetapi tidak pucat seperti milikku. Menurutku, dia cantik.

Sebentar lagi kami akan berpapasan, dia menatapku dengan pandangan aneh yang sulit diartikan. Entah kenapa baunya sangat menggoda indra penciumanku. Tepat saat kami berpapasan, aku berhenti dan tersenyum tipis padanya, Boleh aku bertanya dimana. Ruang guru ada disana. Kau ikuti saja lorong ini kemudian berbeloklah kekanan. Ruang guru ada diujung lorong, katanya memotong ucapanku. Suaranya jernih dan enak didengar. Aku suka. Ah, padahal aku belum selesai bicara tapi kau sudah tahu ya. Gadis itu hanya tersenyum padaku kemudian ia berjalan lagi. Satu kesimpulan yang ada dipikiranku sekarang, gadis yang aneh tapi cantik. Aku tertawa kecil. ::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::

Namaku Yamada Ryosuke, salam kenal semuanya, ujarku lancar dalam bahasa jepang. Aku sedang berdiri di depan kelas sekarang memperkenalkan diri seperti lazimnya yang dilakukan oleh murid baru. Aku bisa melihat tatapan kagum para anak perempuan dan tatapan yang kurang mengenakkan dari siswa laki-laki. Aku mengedarkan pandanganku dan aku melihatnya. Gadis itu, gadis yang aku temui di lorong sekolah. Tempat duduknya persis ada dipinggir jendela dan ia sedang melihat kearah jendela dengan pandangan kosong. Baiklah, kau boleh duduk sekarang, Yamada-kun. Kau boleh duduk di bangku kosong yang ada di belakang itu, kata Hikari-sensei, wali kelas sekaligus guru bahasa inggris. Aku melenggang dengan santai melewati beberapa bangku dan siswa tentunya. Bangku yang akan aku tempati itu bersebelahan dengan bangku gadis itu. Aku sempat memandangnya sekilas tetapi gadis itu masih saja memandang keluar jendela, seolah ada yang menarik disana. Dia melamun. Baiklah, anak-anak buka buku kalian halaman 267 dan artikan apa yang tertulis disana. Nakajima-kun kau yang memulainya terlebih dahulu, ujar Hikari-sensei sembari menunjuk anak berpostur jangkung yang ada di baris ketiga dari depan itu. Aku melirik lagi gadis yang ada disebelahku itu, dia memulai membuka bukunya seperti apa yang diperintahkan oleh Hikari-sensei. Well done, Nakajima, suara Hikari-sensei terdengar kembali. Now, its your turn, Kawashima-chan, lanjutnya lagi.

Gadis di sebelahku mulai berbicara dalam bahasa inggris. Membaca kata demi kata apa yang ada di buku. Oh ternyata namanya Kawashima, pikirku. Setelah selesai membaca satu paragraf, ia mengartikannya. Cukup lancar juga bahasa inggrisnya. Ia dapat mengartikannya dengan benar dan tepat. Well, Yamada-kun youre next. Aku sedikit berdehem dan membaca tulisan berbahasa inggris yang tertera di buku dan mengartikannya dengan cepat. Bertahun-tahun tinggal diluar negeri membuat bahasa inggrisku tidak perlu diragukan lagi bukan? ::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::

Sudah hampir dua jam berlalu, sebentar lagi bel pasti ber TEEEEEEEEETTTTTT! bunyi. Benar kan? Pelajaran bahasa inggris hari ini cukup sampai disini. Jangan lupa kerjakan tugas yang saya berikan tadi. Anak bertubuh jangkung yang bernama Nakajima itu berdiri, Beri hormat! katanya. Seluruh anak yang ada dikelas berdiri dan aku juga ikut berdiri mengikuti mereka. Lalu mereka menunduk sedikit dan berkata terima kasih pada Hikari-sensei. Tidak lama Hikari-sensei keluar dari luar ruangan dan beberapa anak langsung bernafas lega. Beberapa anak perempuan mulai memandangku aneh seolah-olah ingin menerkamku saat itu juga. Hingga ada seorang siswi yang mendekat padaku dan terang-terangan mengajakku kenalan. Nama gadis itu Nishiuchi Mariya. Cukup cantik tapi aku lebih tertarik dengan gadis Kawashima itu. Aku melirik lagi gadis yang ada disampingku ini. Lagi-lagi ia memandang keluar jendela dengan pandangan kosong. Aku menilik keluar jendela yang ia pandang, jujur tidak ada yang menarik disana. Hanya butir-butir salju yang mulai turun perlahan dari langit. Tiba-tiba saja gadis itu menoleh kearahku dan tersenyum. Sial! Aku ketahuan, batinku. Sesudah itu, dia mengalihkan matanya kearah jendela lagi. Tapi senyum itu, senyum yang tadi dia berikan padaku, senyum palsu. Aku tahu karena matanya mencerminkan bahwa ia sedang tersenyum. Seorang anak bertubuh tinggi muncul dari pintu kelas. Sontak semua anak yang ada didalam kelas menoleh padanya. Ia masuk diikuti oleh beberapa orang lainnya.

Saya selaku ketua murid disini, ingin meminta beberapa perwakilan dari kelas ini untuk mewakili sekolah kita dalam Sapporo Night Festival yang akan diadakan tiga minggu lagi. Ada yang tertarik? Kalau tidak ada, terpaksa saya harus menunjuk langsung beberapa dair kalian untuk jadi perwakilan, kata ketua murid. Nishiuchi Mariya mengacungkan tangannya, Memang berapa yang dibutuhkan Nakayama-senpai? Lima orang saja. Jadi siapa yang tertarik? lanjutnya lagi. Sepertinya tidak ada yang tertarik disini. Saya, senpai! Kawashima mengacungkan jarinya. Semua mata menoleh kearahnya sekarang, termasuk aku. Oh, baiklah Kawashima-san. Lalu siapa lagi? Nakajima mengacungkan jarinya, diikuti Nishiuchi, lalu seorang gadis di sebelah Nakajima. Sudah ada empat orang, siapa lagi? Aku mengacungkan tanganku. Eh, apa sih yang aku lakukan? Iya kau yang ada dibelakang. Namamu siapa? Sepertinya aku baru melihatmu disini. Yamada Ryosuke, aku memang murid baru disini, jawabku. Yap, sudah ada lima orang yang ikut yaitu Kawashima Umika-san, Nakajima Yutosan, Nishiuchi Mariya-san, Shida Mirai-san, dan Yamada Ryosuke-san. Besok sepulang sekolah kalian berlima jangan pulang dulu, Kita akan rapat mengenai hal ini, kata seorang perempuan yang ada disebelah ketua murid. ::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::

Jam istirahat pertama baru saja dimulai. Anak-anak perempuan mulai membentuk sebuah kerumunan. Mereka mengeluarkan bento yang mereka bawa masing-masing. Kawashima, gadis misterius itu sudah keluar dari tadi. Entah dia menuju kemana. Aku beranjak dari dudukku dan berjalan keluar kelas. Aku ingin berkeliling sekolah ini. Setidaknya aku harus tahu seluk beluk sekolah ini kan?

Eh, Yamada-kun kau mau kemana? Sini, ayo gabung dengan kami, tukas seorang gadis berambut pendek sebahu yang aku tidak tahu namanya. Gadis-gadis yang lain mengangguk setuju. Eh, tidak usah aku ingin berkeliling saja, permisi, kataku sembari tersenyum sedikit. Samar-samar aku mendengar seseorang memanggil namaku. Aku menoleh kebelakang dan mendapati Nakajima berlari menyusulku. Hm kita belum berkenalan secara resmi kan? Aku Nakajima Yuto. Kau boleh memanggil Yuto, katanya sambil mengulurkan tangan, mengajak bersalaman. Aa, Yamada Ryosuke, aku menyambut uluran tangannya. Boleh kupanggil Ryosuke? Terserah kau saja. Kau ingin berkeliling sekolah kan? Ayo aku temani. Boleh. Kalau begitu kita kemana dulu? Yuto menarik tangannku, Ayo! ::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::

Setengah jam sudah berlalu, Yuto aku tinggalkan di kantin tadi. Kebetulan ia bertemu beberapa temannya dan ingin bergabung dengan mereka. Aku sempat diajak olehnya untuk ikut bergabung tapi aku menolaknya. Aku tidak terlalu suka dengan keramaian. Sekarang, aku berdiri didepan sebuah pintu kaca yang tembus pandang, terlihat ada anak tangga dibaliknya. Kata Yuto, tangga itu akan membawamu keatap sekolah. Tapi jarang yang kesana karena katanya atap sekolah adalah tempat angker yang terlarang untuk didatangi. Aku tidak takut sama sekali dengan yang namanya hantu. Aku percaya kalau mereka memang ada aku pernah melihat mereka soalnya lagipula aku juga bagian dari dunia mistis itu. Perlahan aku naiki anak tangga itu hingga tak sampai lima menit aku sampai diatap. Ketika aku membuka pintu, hawa dingin langsung menyergap. Aku menghirup nafas dalam-dalam yang sebenarnya tidak terlalu aku butuhkan dan melepaskannya perlahan mencoba meresapi udara di kota ini. Tanpa diduga, aku mendengar suara benda jatuh. Segera saja aku mencari asal suara itu dan aku cukup terkejut dengan apa yang aku temukan, gadis itu. Kawashima Umika. Dia sedang berjongkok mengambil benda yang ia jatuhkan tadi yang ternyata sebuah pipa besi tua. Entah kenapa perasaan ini datang lagi. Perasaan tentang bau darahnya yang benar-benar menggoda.

Dia meletakkan kembali pipa besi tua yang ia jatuhkan tadi ke tempatnya semula. Lalu ia duduk kembali di sebuah semen yang memang dibentuk seperti bangku. Kami tidak terkena salju karena ada kanopi kecil yang melindungi kami dari salju. Dia mengambil bekal makan siangnya dan memakannya perlahan, dan satu lagi ia mengabaikanku. Tidak pernah sekalipun aku diabaikan oleh seorang gadis. Gadis ini benar-benar... aneh. Aku berdehem lalu mencoba basa-basi padanya, sepertinya enak. Aku melihat isi bentonya, ada beberapa telur dadar gulung, sushi, serta dua buah onigiri. Aku duduk disampingnya. Kau mau? katanya sambil menyodorkan makanannya kearahku. bolehkah? tanyaku. Dia hanya mengangguk sembari tersenyum. Lalu meminjamkan sumpitnya padaku. Aku mengambil sushi dan memakannya, mengunyah sushi itu perlahan walaupun dilidahku tidak ada rasanya sama sekali. Aku bergumam, Hmm oishii! pujiku. Dia tersenyum, kau tidak usah berpura-pura dihadapanku, tukasnya. Maksudmu? Makanan ini tidak ada rasanya kan? Aku tahu kau bukan manusia. Kau vampir kan? lanjutnya. Mataku terbeliak mendengar ucapannya, bagaimana kau bisa tahu? ucapku terbata. Auramu berbeda dari orang-orang kebanyakan. Cukup mengesankan juga dia bisa tahu kalau aku bukan manusia. Hmm... mengesankan. Kau hebat, Kawashima-san bisa tahu siapa aku. Kita belum berkenalan secara resmi bukan? Aku Yamada Ryosuke dan aku bukan manusia. Aku mengajaknya bersalaman. Kawashima Umika, jawabnya singkat dan menyalamiku juga. Apa kau itu semacam cenayang? tanyaku to the point. Menurutmu? tanyanya balik. Aku memandangnya, Entahlah, tapi kau terlalu aneh untuk ukuran manusia biasa. Dan bau darahmu sangat menggodaku, teriakku dalam hati Kawashima menunduk, aku juga tidak tahu aku ini apa. Aku benci dengan kehidupanku sendiri.

Aku memegang pundaknya lembut dan berusaha untuk melihat wajahnya yang terlihat sayu itu, kenapa memangnya? tanyaku perlahan. Dia menoleh dan wajah kami tepat saling berhadapan. Aku melihat ke matanya yang berwarna kecoklatan itu. Indah, pikirku. Tidak apa-apa, Yamada-san. Setelah itu, dengan terburu-buru ia menutup kotak bekalnya dan meninggalkanku disini. Dasar gadis aneh! Greeeek! Baru saja aku membuka pintu kelas dan seluruh murid yang ada dikelas langsung memandangku dengan tatapan seolah mengatakan kau terlambat. Guru yang sedang mengajar di kelasku itu juga menatapku intens. Kau murid baru itu? katanya Iya, maaf terlambat masuk kelas, jawabku sambil menunduk sedikit. Kali ini aku maafkan. Tapi lain kali aku tidak akan memberikan toleransi padamu. Mengerti? Baik, sensei. Guru itu menyuruhku duduk. Dan gadis Kawashima itu juga sudah duduk dengan damai di bangkunya. Kita lanjutkan lagi pelajarannya. Shida-san, tolong kerjakan soal nomor tigapuluh ini di papan tulis. Anak perempuan yang dipanggil Shida itu pun maju kedepan dan mengerjakannya dengan tenang. Dua jam sudah berlalu, aku bosan sekali dengan suasana belajar di sekolah ini padahal masih hari pertama. Tidak ada asyik-asyiknya sama sekali. Suasananya juga berbeda sekali ketika di Lyon dulu. Ayo bel yang baik cepatlah berdering! TEEEEEEEEETTTTTT! Yeaaah! Surga duniaa! Akhirnya selesai juga! Hari ini pelajaran sampai disini dulu. Kalian boleh pulang setelah ini. Salah satu sensei kalian ada yang meninggal tadi malam. Kecelakaan penyebabnya. Eh, memang siapa sensei? tanya salah seorang murid. Sayuri-sensei. Seketika juga anak-anak mulai bergumam tentang kematian Sayuri-sensei. Eh, bukankah Sayuri-sensei kemarin lusa berbicara dengan si Umika itu? Benar juga, apa lagi-lagi dia ada hubungannya dengan semua ini?

Tidak tahu juga maka dari itu lebih baik kita tidak usah dekat-dekat dengan Umika. Lagi-lagi? Umika? Apa sih yang mereka bicarakan? Kalian boleh pulang sekarang. Guru itu beranjak pergi dari ruang kelas. Kawashima Umika membereskan buku-bukunya serta alat tulisnya yang berserakan diatas meja, setelah itu ia memasukkannya kedalam tas dan berjalan keluar kelas. Belum sampai pintu seorang siswi bernama Suzuki Aoba menghadangnya. Enaknya anak pembawa sial seperti ini kita apakan ya teman-teman? Lalu salah satu teman Aoba menyahut, Bagaimana kalau dikubur hidup-hidup saja atau dibakar lebih bagus. Hampir seluruh murid dikelas tertawa kecuali beberapa orang. Kau lagi kan yang menyebabkan ini terjadi? Sayuri-sensei mati itu karenamu kan? Umika diam saja. Sepertinya ia sudah terbiasa diperlakukan seperti ini. Hei! JAWAB! Kau kan yang lagi-lagi menyebabkan ini semuanya? bentak Aoba keras. Ia mendorong bahu Umika. Aku sudah memperingatkannya untuk tidak pergi, gumam Umika lirih. Dasar anak sial! Ini bukan pertama kalinya terjadi. Pertama Ryutaro lalu Kazuya dan sekarang Sayuri-sensei. Dulu kau juga hampir menghancurkan pesta ulang tahunku. Kenapa kau tidak pergi jauh saja dari sini? Kau hanya pembawa bencana disini! raung Aoba ia mendorong lagi bahu Umika agak keras, sampai-sampai Umika terjatuh ke lantai. Melihat Umika yang tidak berdaya seperti itu aku berjalan kearahnya dan membantunya berdiri. Sebenarnya apa yang terjadi disini? Kenapa kalian begitu jahat padanya? tanyaku. Ne, Yamada-kun sebaiknya kau jangan dekat-dekat dengan dia. Dia itu penyihir! tukas Aoba padaku. Dia mengatakan sesuatu lalu apa yang dia katakan itu menjadi kenyataan. Terkadang dia juga berbicara sendiri. Aku pernah melihatnya berbicara dengan bayangannya sendiri di cermin, sahut yang lain. Aku tidak pernah percaya pada apapun yang belum pernah aku lihat dengan mata kepalaku sendiri, tegasku. Ayo pergi dari sini, lanjutku sambil menggandeng tangan Umika.

Umika menahanku dan melepaskan gandengan tanganku setelah itu ia berbalik memghadap orang-orang yang telah mengganggunya tadi. Aoba, sebaiknya besok malam kau tidak usah pergi ke acara pesta milik Ariokasenpai atau akan terjadi sesuatu yang buruk denganmu, Umika berkata dengan suara lirih tetapi masih bisa didengar. Aoba mendengus, heh! Kau kira aku akan percaya pada penyihir sepertimu. Aku datang atau tidak itu bukan urusanmu! Umika pergi setelah Aoba membentaknya lagi. Aku berpikir, sebenarnya siapa dia? ::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::

Hari ini adalah hari keduaku sekolah di Jepang. Kali ini aku mencoba untuk berjalan kaki saja ke sekolah. Hari masih pagi dan cukup cerah. Langit biru kemerahan, matahari yang masih malu-malu dan salju yang sudah berhenti turun. Jalanan masih tertutup salju dan ada beberapa orang yang membersihkan salju didepan pekarangan rumah mereka. Tenggorokan terasa sedikit sakit dan panas mengingat sudah sebulan lamanya aku tidak pergi berburu. Terakhir kali aku minum darah sekitar lima minggu yang lalu yang berarti ketika aku masih ada Lyon. Darah yang aku minum bukanlah darah manusia melainkan darah binatang. Biasanya aku berburu beruang, harimau, atau rusa. Aku mencoba berdehem untuk menetralisirkan rasa tidak enak pada tenggorokanku ini. Ketika sampai di perempatan kedua menuju sekolah, aku melihat Umika berdiri di pinggir jalan seolah menunggu sesuatu. Kurasa tidak mungkin kalau ia menunggu kendaraan umum lewat, sekolah hanya tinggal 200 meter lagi dari tempatnya berdiri. Umika memperbaiki letak syal yang ada dilehernya setelah itu ia melihat sekitar lagi. Tak lama kemudian dari arah seberang jalan ada seorang anak kecil laki-laki bersama anjingnya yang sedang berjalan-jalan riang. Sesekali anjing itu terlihat menyalak senang dan anak laki-laki itu tertawa-tawa kecil. Pandangan mata Umika terpaku pada anak kecil dan anjingnya itu, setelah itu ia dengan tiba-tiba berlari menyebrang jalan yang dari arah kanan datang sebuah mobil van putih yang sedang melaju kencang. Pengendara mobil van putih itu sepertinya terkejut dan mengerem mendadak tepat hanya beberapa meter dari Umika yang berdiri di tengah jalan itu. Pengendara itu membuka jendela mobilnya dan menyumpahi Umika dengan berbagai sumpah serapah yang tidak enak untuk didengar. Umika meminta maaf sesudahnya dan ia menyingkir ke pinggir jalan. Dia itu bodoh atau apa sih? Dia bisa saja mati tertabrak tadi. Aku segera saja menyebrang jalan dan menghampirinya dan mengutarakan apa yang ada didalam pikiranku tadi.

Hei! Kau itu bodoh ya? Kau bisa saja mati tertabrak tadi! bentakku khawatir. Dia tersenyum tipis, kalau aku tidak melakukan itu tadi malah anak itu yang mati karena tertabrak. Kau melihat kalau anak itu akan mati? tanyaku pelan. Dia mengganguk, kemarin dia sempat menabrakku dan aku melihat bahwa ia akan tertabrak mobil yang tadi pagi ini. Maka dari itu aku menunggu disebrang jalan sana dari tadi, jelas Umika. Lain kali jangan lakukan hal-hal yang ekstrim seperti tadi, mengerti? tegurku dengan suara tegas. Dia hanya tersenyum. Setelahnya, kami berangkat sekolah bersama. Sesekali kami mengobrol sebenarnya aku yang menanyainya hal-hal yang tidak terlalu penting menurutnya. Sesampainya di sekolah, Umika tidak langsung berjalan kearah ruang kelas melainkan kearah gudang belakang sekolah. Ia berjongkok dan mengeluarakan sesuatu dari dalam tasnya yang ternyata makanan kucing. Dari arah dalam gudang muncul tiga ekor kucing yang masih kecil. Mereka berlari senang kearah Umika yang sedang memegang makanan. Kucing-kucing itu makan dengan lahap, hanya dalam lima menit makanan yang Umika bawa sudah habis. Kenapa kau masih disini? tanyanya. Aku hanya ingin tahu apa yang kau lakukan disini. Boleh aku bertanya sesuatu padamu? tanyanya ragu. Tanya apa? Kau tidak membunuh manusia kan? dia bertanya pelan-pelan dengan suara yang lembut. Tidak, aku hanya minum darah binatang, jawabku singkat. Wajahnya terlihat sedikit lega, syukurlah, aku kira yang akan melakukan itu kau. Melakukan apa? tanyaku padanya. Bukan apa-apa. Dia berjalan meninggalkanku tetapi kemudian aku memegang lengannya, katakan apa yang kau lihat? Apa yang akan terjadi? Dia memandang sekilas tanganku yang mencengkram lengannya, kau tidak perlu tahu, ucapnya sembari menunduk.

Tidak! Ini urusanku juga! Aku pikir ini pasti ada hubungannya dengan vampir bukan? Umika masih menunduk, ya memang benar. Ketika Sapporo Night Festival nanti ada kejadian yang mengerikan. Aku melihat banyak orang yang mati disana. Itu sebabnya kau memutuskan ikut? Umika mengangguk. Aku akan membantu kalau begitu, putusku. Arigatou, ujarnya. Setelah itu ia berjalan pergi entah kemana. ::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::

Sekolah telah usai hari ini. Aku tidak langsung pulang karena ada kegiatan yang membahas tentang Sapporo Night Festival tiga minggu lagi. Aku jadi teringat dengan obrolanku dengan Kawashima Umika tadi pagi. Ia bilang akan terjadi sesuatu yang buruk ketika festival itu diadakan. Dia tidak bilang apa yang akan terjadi tapi aku penasaran dengan apa yang dilihatnya. Mungkin aku akan mengajaknya mengobrol lagi nanti. Aku sedang berdiri didepan pintu aula sekolah. Sedikit aku melongokkan kepalaku melihat apakah sudah ada orang didalam sana. Yamada-kun kenapa ada disini? Ayo masuk saja! suara Mariya mengagetkanku. Ia menggeretku masuk, didalam aula hanya masih terlihat beberapa orang saja. Aku duduk disalah satu kursi yang sudah disediakan disana. Mariya dengan seenaknya duduk disampingku dan menanyaiku berbagai macam hal. Aku menanggapinya dengan singkat sembari tersenyum yang membuat wajahnya memerah. Aku melihat kesekeliling mencoba mencari-cari keberadaan gadis itu, Kawashima Umika. Tibatiba saja aku merasa ada seseorang yang sedang memerhatikanku. Aku melihat kearah samping kananku dan seorang laki-laki sedang memandangku dengan pandangan yang sulit diartikan. Laki-laki itu menatapku tajam seolah ingin menilaiku. Yuma-senpai, ini ditaruh dimana? tanya seorang siswa yang membawa sekardus air mineral. Laki-laki yang menatapku itu menoleh dan manyahut, taruh saja disana, Chinenkun. Seingatku laki-laki itu ketua murid yang kemarin datang kekelas kemarin. Hmm ada yang aneh dengannya, pikirku.

Kawashima Umika datang dari arah pintu masuk dan ia mengambil tempat duduk yang bersebrangan denganku duduk. Aku meminta izin ke Mariya untuk permisi sebentar setelah itu aku pindah tempat duduk disamping Umika. Ada apa? tanyanya. Sebenarnya apa yang akan terjadi ketika Sapporo Night Festival? Aku tidak terlalu jelas melihat siapa orangnya hanya saja aku melihatnya dengan seseorang. Siapa? Nishiuchi Mariya. Aku melihatnya mati. Umika menunduk. Wajahnya terlihat sedih. Tempat duduk yang tersedia mulai dipadati anak-anak perwakilan dari kelas masingmasing. Sang ketua murid, Nakayama Yuma yang membuka kegiatan pertemuan itu. Tidak sampai satu jam, semua perwakilan kelas menyetujui bahwa sekolah mereka akan membuka sebuah stand makanan. Stand makanan yang akan dibuat nanti direncanakan juga akan menampilkan beberapa keahlian dari para siswa seperti bermusik, melukis, dan memasak secara langsung dihadapan para pengunjung.

:::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::: Author POV ::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::

Ryosuke berdehem sedikit ketika ia merasakan tenggorokannya terasa gatal dan panas. Sial! Aku harus segera pergi berburu setelah ini pikirnya. Ia baru saja pulang dari sekolah dan salju mulai turun lagi membuat hawa semakin dingin saja. Sesampainya Ryosuke di apartemen kecil miliknya, ia segera saja mengganti seragamnya dengan pakaian remaja laki-laki pada umumnya dan memakai sebuah sweater berwarna abu-abu. Ia berbaring di ranjangnya dan matanya menerawang kosong ke langit-langit kamarnya. Perlahan ia memejamkan mata seraya menahan rasa dahaga dikerongkongannya yang tidak bisa disembuhkan dengan air biasa tentunya dan memikirkan gadis Jepang yang baru-baru ini mengganggu pikirannya. Kawashima Umika. Sebenarnya apa sih yang dilihatnya? desahnya pelan. Kedua lengannya ia lipat dan ia taruh dibawah kepalanya untuk dijadikan bantal. Sepasang matanya terbuka dan tangan kanannya berpindah memegangi tenggorokannya yang tiba-tiba terasa panas

itu. Tubuh pemuda itu meringkuk dan sesekali terdengar suara rintihan kecil dari mulutnya. Lebih baik aku pergi sekarang. Matahari sudah tidak tampak lagi sekarang. Langit sudah sepenuhnya berwarna gelap. Salju putih turun perlahan membuat seorang gadis berambut hitam merapatkan jaket tebal yang ia pakai. Gadis itu memakai baju yang serba hitam bahkan payung yang ia bawa pun berwarna hitam. Gadis cantik bernama Kawashima Umika itu sedang berdiam diri di sebelah rumah besar bergaya eropa. Terdengar suara musik yang berdentum-dentum dari dalam rumah menandakan bahwa ada sebuah pesta di dalam rumah itu. Sudah hampir satu jam lamanya ia berdiri ditempat itu menunggu pesta itu selesai. Jari-jarinya mulai terlihat kaku karena kedinginan. Bodohnya aku tidak memakai sarung tangan, batinnya. Gadis itu berada di tempat itu karena ingin menunggu temannya errr bukan teman juga sih lebih tepatnya. Umika sedang menunggu Suzuki Aoba. Perkataan yang ia ucapkan kemarin pada Aoba bukanlah hal yang mainmain. Dan Umika sangat yakin sekali jika Aoba pasti tidak akan menuruti perkataannya. Ia yakin Aoba pasti datang di pesta perayaan milik Arioka-senpai ini. Ketika sekolah menengah pertama dulu, Umika satu sekolah dengan Aoba. Umika merasa dari dulu ia tak pernah berhubungan dengan Suzuki Aoba jangankan mengobrol bertegur sapa saja tidak pernah. Maka dari itu ia tak mengerti kenapa sekarang Aoba sangat membencinya dan selalu membullynya dan mempermalukannya didepan umum. Mungkin karena kejadian itu, desahnya pelan. Ingatan Umika mulai kembali perlahan ketika ia masih sekolah menengah pertama dulu.

Flashback Aku mohon cepat pergi dari sini! kata seorang gadis berambut hitam dan bermata coklat, Kawashima Umika. Ruangan ini akan terbakar! lanjutnya. Kau ini ngomong apa sih! Aoba-chan sudah berbaik hati mengundangmu ke pesta ulang tahunnya hari ini. Seharusnya kau berterima kasih bukan malah mengacaukannya! ujar seorang perempuan, teman Suzuki Aoba. Aoba seharusnya kau tidak mengundang gadis ini! Lihat ia mengacaukannya kan? Berteriak-teriak seperti orang gila! sahut yang lain. Suzuki Aoba diam saja. Sejujurnya ia merasa kasihan pada Kawashima Umika, gadis itu tidak punya teman disekolah ia selalu menyendiri dimanapun ia berada. Maka dari itu ia mengundang Umika ke pestanya. Tapi apa yang dilakukan gadis itu di hari

spesialnya ini membuatnya malu. Tiba-tiba saja ia berteriak-teriak tidak jelas dan mengatakan bahwa ruangan ini akan terbakar dan menyuruhnya semua orang untuk keluar. Beberapa rumor yang pernah didengar olehnya tentang Umika bahwa gadis itu bisa melihat masa depan, melihat hantu ataupun sering berbicara sendiri didepan cermin. Pergi dari sini Umika, ujarnya pelan. Umika menoleh ke Aoba yang baru saja mengeluarkan suaranya. Aku bilang pergi dari sini! bentak Aoba keras. Dengan berat hati Umika berlari dari ruangan tempat berlangsungnya pesta ulang tahun Aoba itu. Ia harus segera mencoba cari lain untuk menyelamatkan orang-orang. Dia berhenti sebentar dan mencoba mengingat-ingat hal apa yang menyebabkan kebakaran itu terjadi. Ah! Ya gudang bawah! pikirnya. Segera saja ia berlari menuju basement menuju gudang bawah yang menyebabkan kebakaran di gedung itu. Ia membuka pintu gudang dengan terburu-buru dan segera saja ia mencari penyebab kebakaran yang mungkin saja terjadi jika ia tidak bergerak cepat. Asap muncul dari sisi kanan gudang tersebut. Tumpukan kardus mulai terbakar dan menimbulkan asap hitam yang menganggu pernapasan. Hawa panas muncul dan Umika mengelap sedikit keringat ynag menetes melewati pelipisnya. Wajahnya terlihat kelelahan karena berlari tadi. Tidak! Aku terlambat! bisik Umika pelan ketika ia melihat api mulai membesar. Umika mulai terbatuk-batuk karena asap yang menyesakkan. Ia melihat sekeliling mencoba mencari apa saja yang bisa untuk memadamkan api. Tidak ada, tidak ada alat pemadam api disini, pikir Umika seraya berlarian kesanakemari mencari tabung pemadam. Umika keluar dari gudang tersebut dan mencoba mencari di tempat lain. Beruntung didekat pintu masuk belakang gedung itu ada sebuah tabung pemadam yang menempel di tembok. Segera saja Umika memadamkan api di gudang tersebut. Ia menyemprotkan isi tabung tersebut dan keluarlah buih-buih berwarna putih. Api mulai padam perlahan menyisakan asap hitam yang memenuhi gudang tersebut. Wajah cantik Umika sudah tak karuan, banyak noda kehitaman disana-sini. Bajunya juga terlihat kucel. Umika menghela nafas lega ketika api sudah padam sepenuhnya. Tabung pemadam yang ia pegang ia taruh begitu saja. Secepat mungkin ia pergi dari tempat itu berharap tak ada orang yang menyadari keberadaannya ditempat itu. Samar-samar ia bisa mendengar suara seseorang yang panik melihat asap dari dalam gudang. End Flashback

Umika menundukkan kepalanya setelah ia mengingat-ingat kejadian ketika ia junior high school dulu. Mungkin memang karena hal itu ia membenciku. Suzuki Aoba keluar dari rumah besar itu dengan menggandeng seorang cowok pacarnya yang bernama Yabu Kouta. Mereka masuk ke mobil dan entah pergi kemana. Umika yang melihat itu mendecak kesal. Kenapa harus memakai mobil sih? Umika berlari mengejar mobil itu tetapi sekencang apapun ia berlari ia tetap manusia biasa yang tidak bisa mengalahkan mesin buatan manusia tersebut. Umika terjatuh di tengah jalan dan ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan sekarang. Seberkas sinar datang dari arah belakang yang ternyata sebuah mobil. Mobil itu berhenti tak jauh didepan Umika dan pemilik mobil itu pun turun. Hei, kenapa kau duduk disini? tegur pemilik mobil itu yang ternyata ketua murid, Nakayama Yuma. Umika mendongak keatas, senpai Kau Kawashima Umika bukan? Kenapa kau ada disini? tanya Yuma sembari berjongkok, mensejajarkan tubuhnya dengan tubuh Umika. Umika mendapatkan ide hanya saja ia kurang yakin. Senpai, bisakah senpai mengantarku? Aku mohon, Umika memohon dan menundukkan badannya. Jaketnya mulai basah karena salju. Baiklah, ayo berdiri! Yuma membantu Umika berdiri. Setelah itu mereka masuk kedalam mobil. Mobil Yuma mengikuti mobil Yabu walaupun tertinggal cukup jauh untunglah mereka berhasil mengikuti. Mobil Yabu berhenti tepat disebuah rumah mewah besar rumah Suzuki Aoba tetapi tidak ada yang turun dari mobil itu. Lima menit berhenti, mobil Yabu berjalan kembali, meninggalkan rumah itu. Kalau aku boleh tahu kenapa kita harus mengikuti mobilnya Yabu? tanya Yuma ketika sampai disebuah pertigaan jalan. Ia membelokkan setir kemudi ke kiri, masih mengikuti mobil Yabu. Umika berpikir sejenak tentang alasan apa yang akan ia berikan, Aku hanya ingin memastikan Aoba aman. Aman? Hei, mereka itu pacaran sudah lama. Dan kalaupun terjadi sesuatu dengan Aoba aku yakin Yabu pasti akan tanggung jawab. Yuma melirik Umika sekilas. Akan ada sesuatu yang buruk yang akan menimpa Aoba, kataku keceplosan. Aku menutup mulutku menyadari apa yang kukatakan. Yuma tidak terlihat terkejut sama sekali, dengan santai ia berujar, Hal buruk apa yang akan menimpanya? Palingan mereka juga pergi hotel. Mobilnya mana? tanya Yuma yang baru menyadari bahwa mobil Yabu sudah hilang dari pandangannya.

Tadi mereka belok kanan. Jawab Umika. Eeh, mobilnya kok hilang, lanjutnya lagi ketika melihat tidak ada lagi mobil selain mobil mereka di jalanan yang ge;ap itu. Salju mulai turun dengan deras. Ketika sampai perempatan Yuma berhenti dan bertanya, jadi kearah mana kita? Umika terdiam sejenak dan memejamkan mata, lurus saja, katanya singkat. Baiklah. Tidak lama kemudian mereka menemukan mobil Yabu berhenti di pinggir jalan yang sepi. Apa aku terlambat? batin Umika. Umika langsung saja keluar dari pintu dan berlari menuju mobil itu dan melihat apa yang terjadi. Hanya ada Aoba disana dan ia sudah tak bernyawa. Umika langsung terjatuh seketika. Ia tak bisa menyelamatkan Aoba. AobaAoba batinnya miris. Yuma juga keluar dari mobil dan ia segera mendekati Umika yang sedang menangis. Apa yang sebenarnya terjadi Umika? Umika terisak, Aku tidak tahu. Aku hanya melihat Aoba akan meninggal. Yuma mendekati Aoba yang terduduk dijok mobil bagian depan. Ia mengecek denyut nadinya dan memang benar ia sudah mati. Darah segar yang telah kering terlihat dilehernya. Yuma menghampiri Umika yang masih terduduk di salju, sebaiknya kita panggil ambulan dan polisi. Umika hanya diam saja kemudian barulah ia menyadari sesuatu, dimana Yabu? Yuma yang menyadari pertanyaan Umika hanya menggelengkan kepala, aku tidak tahu dimana dia. Kemungkinan dia kabur, atau mati, pikirnya. Yuma terlihat sibuk dengan ponselnya. Sesuai dengan usulnya tadi ia menghubungi polisi dan ambulan. Tidak butuh waktu lama, ambulan datang terlebih dahulu setelah itu baru beberapa mobil polisi. Yuma menjelaskan apapun yang ia ketahui sedangkan Umika belum bisa banyak bicara karena masih sedikit syok. Setelah mayat Aoba dibawa, Yuma dengan berbaik hati mengantar Umika pulang tetapi ditolak Umika dengan halus. Ini keadaan darurat. Sudah tahu ada kejadian seperti ini, masih berani juga kau pulang sendiri, geram Yuma. Akhirnya Umika bersedia diantar Yuma. Sekitar sudah sampai 100 meter dari rumahnya, Umika meminta Yuma untuk berhenti dan menurunkannya saja di tempat mereka berhenti sekarang. Umika beralasan bahwa ia tinggal disebuah kuil dan ayahnya yang seorang petinggi agama di kuil tersebut akan memarahinya jika ia melihat dirinya bersama laki-laki. Tentu saja hal itu benar namun tidak sepenuhnya. Umika seorang yatim piatu dan yang ia maksud ayah itu sebenarnya paman tirinya. ::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::

Yamada Ryosuke baru saja selesai berburu. Hari ini ia hanya dapat beberapa serigala yang ada di hutan liar dekat pegunungan. Ia mendesah lega karena setidaknya dahaganya sudah terobati. Ia bermaksud pulang setelahnya dan tentu saja dengan berlari mengingat ia vampir. Ketika mendekati perbatasan hutan dengan rumah penduduk ia mendengar teriakan seorang perempuan. Yamada mencari-cari sumber suara itu dan ia melihat sebuah mobil yang berhenti dipinggir jalan. Seorang laki-laki keluar dari mobil tersebut. Laki-laki itu menggunakan jubah panjang berwarna hitam dengan tudung di kepalanya. Pemuda berjubah itu menyadari keberadaan orang lain selain dirinya dan segera saja ia kabur dari tempat itu, berlari dengan kecepatan yang mengagumkan. Jelas sekali kalau sosok misterius bukan manusia sama halnya dengan Yamada. Yamada mendekati mobil itu dan melihat seorang gadis tergolek lemah dijok mobil dengan dua luka kecil dilehernya. Apa yang terjadi disini? bisiknya pelan. Tunggu! Bukankan ia gadis yang kemarin bertengkar dengan Kawashima? Suzuki Aoba. Yamada tidak merasakan lagi detak jantung gadis itu. Ia sudah tak terselamatkan. Laki-laki tadi mata tajam Yamada melihat kedalam hutan yang gelap pasti pelakunya. Aku harus mengejarnya. Sepertinya ia belum jauh. Aku masih dapat merasakan keberadaannya. Yamada segera saja berlari kembali masuk kedalam hutan. Ia mencari-cari orang yang telah membunuh Aoba. Sosok tadi ia sama denganku, pikirnya. Ia bukan manusia, lanjutnya. Ketika ia berhasil menemukan sosok itu, Yamada mendorongnya dari belakang hingga mereka jatuh berguling-guling di tanah yang bersalju. Sosok itu meninju Yamada keras tepat diperut setelah itu ia berdiri dan segera berlari kembali. Yamada bangkit dan kembali mengejar sosok berjubah tersebut. Sial! Masih saja dia mengejarku, batin sosok itu. Yamada berhasil menangkapnya lagi, kali ini ia tidak mau kecolongan. Segera saja ia mengunci pergerakan sosok tersebut. Hanya saja sosok itu sama kuatnya dengan Yamada sehingga ia berhasil mendorong Yamada kuat-kuat. Yamada terduduk di tanah putih kemudian ia bertanya, sebenarnya siapa kau? Yamada tidak dapat melihat wajah sosok itu dengan jelas. Aku sama sepertimu Yamada-san, desis sosok itu. Tunjukkan wajahmu! perintah Yamada. Sosok itu tersenyum menyeringai, Nanti saja, suatu saat aku kan menunjukkan siapa aku sebenarnya, kata sosok itu seraya

tertawa khas suara laki-laki. Tapi aku dengan berbaik hati akan meninggalkan petunjukmu untukmu. Sosok itu berjongkok dan menuliskan sesuatu dia atas salju. Jaa~ sampai bertemu lagi, Yamada-san. Sosok itu segera melesat pergi. ::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::

Sekolah terlihat heboh hari ini. Kematian Suzuki Aoba dan hilangnya Yabu Kouta menjadi topik terhangat pagi itu. Hampir seluruh anak membicarakan hal tersebut. Banyak desas-desus bilang bahwa yang membunuh Aoba adalah pacarnya sendiri yaitu Yabu. Tapi, tidak ada yang tahu siapa yang membunuh Aoba sebenarnya kecuali pemeran utama kita disini Yamada Ryosuke. Umika hanya diam saja dibangkunya dari tadi mengingat ia tidak punya teman dan Yamada yang sedang melamun memikirkan kejadian semalam. Yamada teringat sesuatu bahwa Umika sempat mengatakan akan terjadi sesuatu yang buruk pada Aoba dan nyatanya benar-benar terjadi. Aku harus mengajaknya bicara, batinnya sembari melirk Umika yang sedang mamandang keluar jendela. Ketika jam istirahat sudah tiba, Yamada segera saja menarik Umika untuk mengikutinya. Mereka pergi keatap sekolah. Yamada-san, ada apa kau menarikku kemari? tanya Umika ketika mereka sudah tiba diatap. Aoba meninggal. Perkataanmu padanya kemarin benar-benar terjadi. Ya, aku yang pertama kali menemukannya semalam. Eeh, kurasa kau bukan yang pertama. Aku yang menemukannya dan aku sempat mengejar pelakunya. Benarkah? Lalu bagaimana? tanya Umika. Maaf, dia berhasil kabur. Jawabnya. Souka Tapi kurasa dia akan kembali lagi. Dan sepertinya ia mengenalku. Apa pelakunya sama sepertimu? Yamada mengangguk. Dia meninggalkan sebuah petunjuk. Apa? tanya Umika penasaran. Yamada mengeluarkan kertas yang terdapat tulisan huruf jepang. (Naka). Ini Naka? tanya Umika heran. Aku juga tak mengerti apa maksudnya, ujar Yamada. Ia meninggalkan tulisan seperti itu diatas salju.

Nakayama? kata Umika tiba-tiba. Nakayama? ulang Yamada. Tiba-tiba saja aku teringat dengan Nakayama-senpai. Ketua murid itu? Umika mengangguk. Tadi malam aku menemukan Aoba bersama-sama dengan Nakayama-senpai. Orang itu agak aneh menurutku. Aku pernah memergokinya menatapku dengan tatapan yang tidak bisa diartikan. Tapi, tidak mungkin kalau itu Nakayama-senpai. Dia bersamaku waktu itu, tukas Umika ragu. Bagaimana kalau Naka Yamada menjentikkan jarinya Ah! Nakajima? Yuto-san? Yamada mengiyakan, Namanya juga ada unsur Naka. Tapi mereka berdua orang baik. Apalagi Yuto-san, beberapa kali dia pernah menolongku. Yeah, who knows? kata Yamada. Kenapa kau tidak menggunakan kemampuanmu itu saja? Kau bisa melihat masa depan kan? Aku hanya melihat secara tak sengaja. Bayangan itu selalu datang tiba-tiba. Baiklah, jika kau melihat sesuatu hal sebisa mungkin langsung hubungi aku, oke? Umika mengangguk. Tanpa mereka sadari pembicaraan mereka berdua diatap didengar oleh seseorang, Heh! Mau menghentikanku rupanya, dan sosok itu menyeringai. ::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::

Tiga minggu berlalu sejak kematian Suzuki Aoba. Yabu Kouta juga belum ditemukan keberadaannya. Padahal ia adalah saksi kunci dari kematian Aoba. Tidak ada yang tahu dimana keberadaannya sekarang. Tepat hari ini Sabtu Sapporo Night Festival akan digelar. Salju tidak terlalu deras hari ini dan semua orang berharap agar malam nanti salju akan berhenti. Nakayama Yuma terlihat mondar-mandir dari tadi di lokasi stand makanan sekolahnya. Ia terlihat sibuk dari tadi menata tempat meja, panggung kecil untuk pertunjukan, dapur kecil, berbagai macam bahan makanan dan masih banyak lagi. Yamada Ryosuke terlihat mondar-mandir sambil membawa beberapa bahan makanan. Tidak ada raut kelelahan diwajahnya padahal ia sudah bolak-balik dari sejam yang

lalu. Yamada membenarkan syalnya yang sedikit terjuntai setelah itu ia kembali mengangkat sebuah galon minuman sendirian. Kawashima Umika baru saja datang dengan nafas terengah-engah. Uap udara terlihat mengepul disekitar mulutnya. Hoodie bertudung bulu-bulu halus berwarna putih miliknya terlihat pas sekali dengan tubuhnya. Umika baru saja berlari dari rumahnya errr sebuah kuil sebenarnya. Bisa dibilang ia kabur karena paman tirinya tidak mengizinkannya pergi. Umika tidak membawa sepeser uang pun maka dari itu ia memutuskan berlari karena sudah terlambat dari kuil ke pusat kota yang jaraknya cukup jauh itu. Yamada yang menyadari kehadiran Umika segera saja menghampirinya, Kenapa kau datang terlambat? Hhhhhhhpamankuhhhh tidak mengizinkanku hhhh pergi tadi. Sudah sebaiknya kau duduk dulu disana. Setelah itu jangan jauh-jauh dariku nanti. Oke? Umika mengangguk dan berjalan menuju tempat duduk yang ditunjuk Yamada tadi. Baru sepuluh menit ia duduk, Umika memutuskan untuk membantu yang lainnya mempersiapka segala sesuatu. Murid-murid yang lain memandanginya sinis seolah mengatakan sedang apa anak sial ini kemari?. Umika diam saja ditatap dengan pandanagn yang kurang mengenakan seperti itu, baginya itu adalah hal biasa. Malam sudah tiba, lampu ditaman terbesar di kota Sapporo sudah menyala dan memberikan efek yang sangat indah. Taman itu adalah tempat dimana diadakannya Sapporo Night Festival. Persiapan para murid juga sudah selesai. Tenda sudah dibangun dan dihias sebagus mungkin, panggung kecil juga sudah jadi, bahan-bahan makanan juga sudah ditata dan para murid sudah siap di posisi mereka masingmasing. Ada yang menjadi pelayan, koki, dan kasir. Yamada Ryosuke mendapatkan tugas menjadi pelayan. Kostum maid miliknya terlihat pas sekali di tubuhnya dan ia jadi terlebih tampan. Yamada memakai kostum maid ala eropa dengan lekukan-lekukan disekitar dada dan memakai jas yang bagian belakangnya lebih panjang dari bagian depan. Kawashima Umika juga memakai kostum pelayan yang sangat cantik. Dengan rok pendek yang mengembang, kaus kaki hitam yang menutupi kakinya, dan sebuah high heels yang bermodel boots. Dia terlihat cantik dan tentu saja kostum itu bukan miliknya, itu hanya pinjaman. Sejauh ini tidak ada kejadian apa-apa yang mencurigakan. Semua murid perwakilan kelas yang mengikuti acara tersebut bekerja dengan sangt baik. Mereka semua tahu apa saja yang akan dikerjakan masing-masing. Murid-murid yang lain yang tidak ikut bekerja sebagai panitia juga ada yang datang, menyantap makanan yang mereka beli dari stand makanan sekolah mereka. Ada juga beberapa anak laki-laki yang dengan terang-terangan menggoda para maid perempuan. Acara itu akan usai setelah pertunjukkan kembang api besar-besaran tepat tengah malam nanti. Dan sekarang sudah pukul sebelas malam yang berarti acara kembang

api tinggal satu jam lagi. Semakin malam stand makanan mereka semakin ramai. Tidak ada waktu untuk beristirahat. Umika yang baru saja selesai mengantar makanan tiba-tiba saja ditarik oleh sesorang. Dan mulutnya dibungkam dengan sebuah tangan yang bersarung tangan berwarna. Hanya suara hmmmmmm tidak jelas yang terdengar dari mulutnya. Kau masih ingat janjimu kan, Umika-chan~, ujar sosok itu dengan suara yang menggoda. Umika mengangguk, sudut matanya mulai berair. Ssssttt jangan menangis. Kau tidak akan cantik kalau menangis, desah sosok itu ketika melihat sudut mata Umika. Ayo sekarang ikut aku. Mari bersenang-senang~. Hahahahahha! ::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::

Yamada Ryosuke panik ketika ia tidak lagi merasakan keberadaan Umika. Baru saja ia melihat Umika mengantar makanan ke salah satu meja tadi tapi sekarang ia sudah menghilang entah kemana. Baunya memang masih terasa jelas di hidungnya tapi suara detak jantungnya entah kenapa semakin pelan saja, sepertinya ia pergi menjauh dari tempat ini, pikirnya. Segera saja ia pergi dari tempat ia berdiri sekarang padahal ia sedang melayani salah seorang pengunjung segerombolan anak remaja perempuan yang hanya memesan makanan saja membutuhkan waktu yang lama sekali. Kemana sih gadis itu? Aku sudah bilang kan jangan jauh-jauh dariku. Ketika sedang mencari-cari Kawashima, pemuda tampan itu melihat Nishiuchi Mariya yang sedang mengendap-endap meninggalkan stand makanan mereka. Karena penasaran, Yamada pun mengikutinya. Hingga sampailah ia ke sebuah bagian taman yang terbilang sepi dan jauh dari keramaian. Sedang apa ia disini? bisik Yamada pelan. DEG! Tiba-tiba saja perasaannya tidak enak ketika ia melihat sosok berjubah hitam yang sedang memeluk Umika dari belakang. UMIKAAA! Sosok itu, sosok yang sama yang ia temui ketika di hutan waktu itu. Ia dapat merasakannya. Ne, Yamada-san kita bertemu lagi bukan? kata sosok itu.

Mariya mendekat kesosok itu dengan pandangan yang kosong. Sebenarnya apa yang kau inginkan? Sosok berjubah hitam dan memakai tudung kepala itu tersenyum mengejek, well well, sebenarnya ini semua tidak ada hubungannya denganmu Yamada-san tapi setelah mengingat kau juga satu jenis denganku dan ya aku tidak menerima saingan disini dan kau mungkin bisa menjadi ancaman untukku. Ancaman untuk semua rencana yang telah aku buat. Aku tidak akan pernah mencampuri urusan orang lain. Lakukan saja apa yang ingin kau lakukan. Begitukah? Tapi bagaimana kalau ini berhubungan dengan gadis ini. Hmmm? sosok itu berkata sambil membelai lembut pipi Umika yang masih berada dalam pelukannya. Yamada diam sejenak, entah apa yang ada dipikirannya. Kali ini giliran Yamada yang tersenyum mengejek, kalau begitu aku tidak akan tinggal diam. Yamada merangsek maju kearah sosok itu tapi dengan cepat juga sosok itu dapat menghindarinya. Tentu saja mereka sama-sama bukan manusia. Kau ingin menyerangku ne Ryosuke-kun? Sosok itu maju tepat dibawah lampu taman dan membuka tudungnya perlahan. Yamada tercengang melihatnya. Nakajima Yuto? Terkejut? Tentu saja Yamada cukup terkejut melihat kalau Yuto ada dibalik semua ini pasalnya ia tidak tahu sama sekali kalu Yuto adalah sama vampirnya dengannya. Ia tidak bisa merasakan aura vampir Yuto sama sekali. Entah bagaimana ia dapat melakukan itu. Tidak dari awal sebenarnya ia juga tak merasakan hawa manusia Yuto, ia tak merasakan apapun dari pemuda jangkung itu. Menyembunyikan pesona vampirku adalah salah satu keahlianku. Yamada-kun, selamatkan Mariya kumohon. Dia dihipnotis, Apa yang sedang terjadi disini? tanya Yamada. Kenapa kau tidak tanya saja pada Umika-chan~. Umika kau tahu tentang ini? Maaf aku telah berbohong padamu. Sejak seminggu yang lalu aku sudah tahu siapa pelakunya dan Umika menunduk gomenne, Umika menangis. Yamada bingung dengan apa yang terjadi, Sebenarnya ada apa ini?! teriak Yamada.

Umika berjanji padaku kalau ia bersedia ikut denganku dan menjadi pelayanku seumur hidupnya aku akan pergi dari kota ini. Pergi jauh dan tidak akan mengganggu kehidupan disini. Benarkah itu Umika? Umika hanya menunduk. Kenapa kau menginginkan Umika? tanyaku. Dia memiliki kemampuan yang mengagumkan dan yah asal kau tahu saja Umika-chan mirip dengan kekasihku berates-ratus tahun lalu. Tidak akan. Tidak akan kubiarkan ia membawa Umika pergi. Pertarungan tidak dapat dihindari lagi. Yamada dan Yuto saling memukul satu sama lain. Umika yang sudah terbebas dari pelukan Yuto mencoba sedikit menjauh dan menyadarkan Mariya. Baru beberapa menit tersadar, Mariya tiba-tiba saja jatuh dan pingsan. Yuto benar-benar terpojok sekarang. Yamada memiting tangannya kuat-kuat seolah ingin melepasnya dari tubuh Yuto. Yuto berhasil memberontak dan ia menyekap Umika kembali. Ia mengigit pergelangan tangan Umika, menyesap darahnya kuat-kuat. Setidaknya akulah yang meresakan darahnya. Yuto tahu Yamada pasti bisa mengalahkannya maka dari itu ia melakukan hal itu. Lagipula Yamada itu seorang count dulu, seorang vampir berdarah murni. Sedangkan dia adalah vampir campuran ibunya seorang manusia dan Yamada memiliki kekuatan seperti ayahnya dulu. Umika berteriak-teriak tidak karuan. Sakitnya tidak tertahankan. Yuto mengeluarkan taring perlahan dari pergelangan tangan Umika dan tersenyum mengejek, Darahnya manis, lalu ia tertawa. Tertawa mengerikan. Entah apa yang terjadi pada tubuhnya, Yamada merasakan tubuhnya mendidih sekarang. Ada perasaan yang meletup-letup untuk mencabik pemuda itu. Yamada bergerak dengan sangat cepat bahakan Yuto pun tidak tahu bahwa Yamada telah bergerak dan ada dibelakang tubuhnya. Secepat mungkin Yamada menyerang Yuto. Umika jatuh ke tanah yang sedikit tertutup salju. Darah segar mengalir dari pergelangan tangannya membuat salju menjadi berwarna merah. Perlahan tubuh Yuto berubah menjadi abu. Ya baru saj tadi dia menusuk dada Yuto tepat dijantung dengan tangannya sendiri. Yamada menang. Hidungnya tergoda dengan bau darah Umika dan ia mendekat kearah Umika. Berjongkok dan mengangkat kepala Umika dan menyenderkanya di lengan kekarnya. Bertahanlah, ucap Yamada lirih penuh perasaan. Umika hanya diam saja. Dia sudah menutup matanya. Umika merasa sudah tidak kuat lagi, ia kehilangan banyak darah. Yamada berpikir untuk menjadikan Umika sama dengannya. Maaf aku harus cara itu. Setelah itu Yamada mengigit Umika dimana

saja. Di pergelangan tangan, di leher, di dada dan dimana saja tempat yang bisa dijangkaunya. Aku mohon cepatlah menyebar. Racun vampir hanya bisa menyelamatkan nyawa manusia dan mengubahnya jadi vampir jika jantungnya masih berdetak. Sedangkan jantung Umika sudah lemah, detakkannya sedikit demi sedikit mulai menghilang. Yamada menangis, itu adalah pertama kalinya ia menangis lagi setelah beratus-ratus tahun lamanya. ::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::

Epilogue

Sekarang aku mengerti apa arti kenangan itu. Kenangan adalah sesuatu yang akan selalu kita ingat meskipun kita sudah tidak bisa mengingatnya lagi. Kenangan yang baik akan selalu tersimpan dengan baik didalam hati sedangkan kenangan buruk akan dikubur dalam-dalam di hati kita. Kenangan buruk hanya boleh diingat sebagai pelajaran yang berarti dalam hidup kita. Aku tinggal bersama Umika sekarang. Kami tinggal di lereng pengunungan Alpen. Semenjak kejadian itu aku menyadari betapa berartinya gadis itu buatku. Ia menjadi pendamping hidupku sekarang dan kami hidup bahagia selamanya.

THE END

Author's Note : Oke saya harap tidak ada typo disini. jikapun ada saya minta maaf dan fic ini saya buat dengan sangat buru-buru~ :( Saya nggak berharap banyak dalam kompetisi ini dan yang pastinya banyak yang lebih bagus dari fic saya ini. setidaknya say sudah senang bisa ikut kompetisi ini untuk merayakan ultah Yamada. Oke, segitu aja dulu. Ciao!

Anda mungkin juga menyukai