Anda di halaman 1dari 228

IDEA

Aku memang tidak berguna.

Itulah yang kupikirkan sejak awal aku bertemu


dengan seorang gadis yang berasal dari kelas yang sama
denganku. Laki-laki macam apa yang bisa dengan
seenaknya mempermainkan perasaan perempuan lembut
sepertinya. Ya. Aku adalah laki-laki itu. Aku adalah
seorang laki-laki yang brengsek. Seenaknya
mempermainkan perasaan seorang perempuan yang
terlihat sangat rapuh itu. Kejadian yang membuatku ingin
memilikinya.

Hari itu, adalah hari pertama dari tahun ajaran


baru. Hari pertama biasanya penuh dengan promosi dari
semua klub yang ada di sekolah ini. Murid baru juga
banyak yang berdatangan. Begitu juga dengan
perempuan itu.

“Araragi!” panggil salah satu temanku. Namanya


adalah Sakamoto Yamato.

1
Sebelumnya, namaku adalah Araragi Tatsuya.
Aku adalah seorang siswa kelas 2 di SMA Tokyo Gei
Ongaku. Aku adalah siswa terpopuler sejak awal aku
masuk kemari.

“Selamat pagi, Sakamoto.” Balasku.

“Selamat pagi, Tatsuya,” balasnya. “Tumben


kamu datang lebih pagi dari biasanya.”

“Memangnya kenapa? Kalau begitu, tumben


sekali kamu tidak pergi berkeliling mencari adik kelas
yang manis-manis.” Balasku.

“Hey, hey. Jangan seperti itu, sobatku. Aku kan


lebih menyukai kakak kelas yang cantik nan imut.
Bahkan melebihi adik kelas sekalipun.” Jawab Sakamoto.

“Terserah kamu saja.” Ucapku sudah mulai lelah.

“Bagaimana kalau kita melihat daftar kelas?


Mungkin saja kita sekelas.” Tawar Sakamoto. Aku pun
mengangguk dan mulai berjalan menuju madding
bersama Sakamoto. Seperti harapan Sakamoto, kamu pun
berada di kelas yang sama.

2
Hari pertama berjalan sangat cepat. Bahkan lebih
cepat dari biasanya. Di saat aku sedang melihat beberapa
adik kelas yang sedang berkeliling sekolah melalui
jendela kelasku, ada yang menghampiriku.

“Permisi.” Ucapnya. Aku langsung menoleh


melihatnya. Ternyata dia adalah Makoto Hinata. Salah
satu siswi di kelasku.

“Ya? Ada apa?” balasku.

“Bisakah kamu mengantarku perpustakaan?”


tanyanya.

“Tentu saja. Memang ada apa?”

“Aku disuruh oleh Masashi-kun untuk mengambil


beberapa buku referensi untuk pelajaran selanjutnya.”
Jawabnya.

“Ah, baiklah. Akan aku antarkan.” Jawabku. Dia


pun mengangguk.

Sesampainya di perpustakaan, dia langsung pergi


ke rak buku sejarah. Dia tampak sangat antusias saat
mencari buku yang dicarinya. Saat dia sudah menemukan

3
buku yang dicarinya, tanpa sengaja aku melihat wajahnya
dari sela-sela rak buku.

Dia tampak imut, pikirku.

Tanpa aku sadari, dia juga sedang melihatku.


Dengan secepat mungkin aku memalingkan
pandanganku. Samar-samar aku mendengar suara tawa
kecilnya. Pada saat yang sama juga, pipiku sudah
berubah menjadi warna merah. Tak lama, dia membuka
suaranya.

“Kamu lucu juga ya, Tatsuya-kun.” Ucapnya.


Aku dengan segera mungkin mengajaknya kembali ke
kelas karena waktu istirahat sebentar lagi dan kami pun
kembali ke kelas bersama.

***

Saat pulang sekolah, aku harus menunggu karena


sedang turun hujan. Saat aku ingin lari menerobos hujan,
tiba-tiba ada yang menarik jas seragamku. Spontan aku
tidak jadi lari dan malah tertarik ke belakang.

4
“Siapa sih?” tanyaku sambil melihat orang yang
menarik jas seragamku. Saat aku melihat orang itu,
ternyata itu adalah Hinata.

“Kalau kamu menerobos hujan seperti itu, kamu


bisa sakit! Tunggu saja. Lagipula, hujannya masih cukup
besar. Kalau kamu sakit, bagaimana?” Ucapnya dengan
nada yang cukup galak.

Pada akhirnya, aku menunggu kembali di depan


pintu masuk sekolah bersama Hinata. Tanpa disangka-
sangka, hujannya malah semakin besar. Ada petir pula.

“Kalau saja tadi aku lari menerobos hujan, aku


tidak akan terjebak disini selama ini.” Ucapku kesal.
Samar-samar, terdengar suara tawa kecil Hinata.
“Kenapa kamu tertawa? Menyebalkan sekali.”

“Maaf. Sebenarnya, aku ingin memberitahmu


sesuatu. Apakah boleh?” Ucapnya.

“Tentu saja. Memang ada apa?” Balasku.

“Mungkin lain kali saja ya. sebaiknya kamu


pulang sekarang. Selagi hujannya tidak terlalu besar.”
Ucapnya. Aku sedikit terkejut dengan perkataannya.
5
“Apakah besok kita bisa bertemu di taman dekat
Stasiun Shibuya jam 10 pagi?” tanyaku. Hinata sempat
terdiam sebentar lalu mengangguk dengan senyuman di
wajahnya.

“Baiklah. Besok jangan lupa ya. Kamu sebaiknya


segera pulang juga. Aku duluan.” Ucapku. Setelah itu,
aku pun langsung berlari menghadang hujan dengan
secepat mungkin.

***

Esok harinya, sesuai janji Hinata sudah


menungguku di taman yang aku janjikan kemarin. Dia
tampak sangat menikmati suasana sambil melihat langit.
Setelah dia menyadari kedatanganku, dia pun langsung
tersenyum dan menyapaku dengan sangat ramah.

“Selamat pagi, Araragi-kun. Hari ini cuacanya


cukup bagus ya.” Sapanya sambil tersenyum manis.

Manisnya, pikirku.

“Ah, pagi juga, Makoto-san. Sepertinya, kamu


sangat menikmati suasana hari ini ya.” Balasku.

6
“Ya. Suasana hari ini cukup indah.” Ucapnya.
Aku pun mengajaknya untuk berjalan-jalan di sekitar
taman.

“Bagaimana kalau kita mengobrol sambil jalan-


jalan saja? Selagi disini juga tidak begitu banyak orang.”
Ajakku. Hinata pun mengangguk dan kami pun mulai
berjalan-jalan mengelilingi taman.

Selama kami mengelilingi taman, sudah cukup


banyak topik pembicaraan yang kami bahas. Salah
satunya adalah tentang masalah yang aku tanyakan saat
hujan besar di sekolah. Dari topik itu, kami banyak
menceritakan berbagai macam hal.

***

Setelah Hinata menceritakan tentang keluarganya,


kami pun saling diam. Setelah kami bingung akan
membicarakan apa lagi, aku pun membuka suara dan
menanyakan hal yang sangat ingin aku tanyakan.

“Makoto-san, kenapa kamu sangat baik kepada


semua orang? Bahkan ke orang yang tidak
menyukaimu.” Tanyaku. Hinata pun tersenyum manis.

7
“Aku selalu dikatai oleh ibuku agar selalu berbuat
baik kepada siapapun. Kalau ada orang yang
membutuhkan bantuan kita, kita harus membantunya.
Itulah yang ibuku katakana padaku.” jawabnya.

“Sebenarnya, aku tidak masalah dijauhi oleh


semua orang. Maka dari itu, aku akan tetap seperti ini.”
Lanjutnya.

Mendengar jawabannya seperti itu, cukup


membuatku kesal. “Tapi, kalau sudah seperti itu, itu tidak
bisa dibiarkan terus Karena itu, jangan biarkan terus
seperti itu.”

“Aku tahu itu. Aku tahu maksudmu.” ucapnya


sambil tersenyum. Mendengarnya mengatakan itu
membuat terdiam cukup lama.

“Menjadi orang baik memang menyusahkan. Karena


dari itu, aku lebih memilih menjadi orang yang tidak
berguna saja.” Ucapnya.

“Kamu salah, Hinata. Kamu adalah orang yang


berguna. Kamu saja yang tidak pernah menyadari itu.

8
Kalau ada yang menyakitimu, jangan hanya tersenyum.
Bisa ‘kan?” ucapku.

Hinata sempat terdiam sebentar. “Araragi-kun,


kamu sangat baik kepadaku. Kenapa? Kenapa kamu
sangat baik kepadaku?”

“Suzuki-san bilang kalau dia sangat menyukaimu.


Karena itu, dia sangat tidak menyukaiku.” Ucapnya. Aku
cukup terkejut sampai tidak kuat untuk mengeluarkan
satu kata pun.

“Jika kamu bertanya kenapa aku bisa sampai


menyukaimu, itu karena kamu sangat baik padaku. Aku
pun tidak mengerti kenapa aku bisa sampai menyukaimu
seperti ini. Tapi, aku suka padamu, Tatsuya-kun!”

Aku terdiam sangat lama. Tidak tahu apa yang


harus aku katakan. Pada akhirnya, aku pun mengajak
Hinata untuk pulang.

***

Esok harinya, aku dikejutkan oleh anak-anak


kelasku yang sudah mengetahui tentang kejadian
kemarin. Mereka meneriakiku dengan kata-kata yang
9
membuatku cukup muak. Aku sedikit kesal saat
mendengarnya.

“Hey, Tatsuya! Kamu pasti bercanda kan?


Makoto-san itu menyukaimu? Apa dia menembakmu?”
tanya Sakamoto yang membuatku cukup kesal.

“Bisakah kamu berhenti? Aku baru saja datang.


Apa-apaan pertanyaan itu?” tanyaku dengan nada yang
cukup tidak mengenakkan hati.

“Sebenarnya, kemarin tidak sengaja aku


melihatmu sedang jalan-jalan berdua dengan Makoto-
san. Karena aku cukup penasaran, aku pun mengikuti
kalian dan mendengarkan pembicaraan kalian.” Ucap
Chikai.

“Setelah beberapa saat aku mendengarkan


pembicaraan kalian, tidak sengaja aku mendengar
pengungkapan perasaannya Makoto-san. Itu cukup
mengejutkan lhoo.” Lanjutnya.

Mendengar ucapan Chikai dan anak-anak kelas


lainnya, semakin membuatku muak. “Ya, itu benar.
Makoto-san menyukaiku. Apa masalah? Kalau dia

10
menembakku, kalian pasti sudah tahu kan? Aku akan
menolaknya! Tidak mungkin dan tidak akan pernah
menyukai atau berpacaran dengan Makoto Hinata-san!”

Setelah aku mengatakan itu, seisi kelas mulai


ramai. Saat aku melihat pintu kelas, Hinata sudah berdiri
disana. Dia terdiam dengan ekspresi yang seolah-olah dia
sangat terkejut dan sedih.

“Hey, Araragi. Bagaimana kalau kamu katakan


saja yang tadi itu? Mungkin dia menunggu jawabanmu.”
ucap Chikai seraya mendorongku ke depan Hinata.

Setelah aku berdiri tepat di depan Hinata, aku pun


mengatakannya. “Hey, Makoto-san. Yang kemarin itu,
kamu pasti menunggu jawabanku ‘kan? Biar aku jawab.
Kamu terlalu lemah. Tidak berguna. Aku sangat tidak
menyukai perempuan lemah sepertimu. Aku sangat benci
padamu. Apa kamu mengerti?”

Setelah aku mengatakan itu, seisi kelas mulai


ramai, bahkan lebih ramai dari yang awal. “Apa kamu
mengerti, Makoto-san? Ayo jawab.”

11
“Orang yang kamu suka sedang bertanya
kepadamu lho, Makoto-san. Ayo jawab.” Ucap Chikai.

“Teman-teman, hentikanlah. Itu sama sekali tidak


lucu.” Ucap Masashi.

“Berisik. Kamu sebaiknya diam saja, Masashi.”


Ucap Chikai yang membuat seisi kelas semakin panas.

“Hey, Makoto-san. Aku menunggumu lho. Ayo


katakan sesuatu. Kami tidak akan menertawakanmu
kok.” ucapku. Aku melihat wajah Hinata yang sudah
mulai meneteskan air mata.

“Dia tidak hanya takut, Araragi. Kalau ada orang


yang bertanya, jawab dong. Tidak sopan mengabaikan
pertanyaan orang.” Ucap Chikai.

“Hey! Cepat jawab!” Teriak Sakamoto.

“Ayolah. Kakiku sudah pegal nih.” ucapku.

Mata Hinata pun bertetesan air mata. “Cepat


jawab! Disuruh jawab malah menangis!” Teriak Chikai.

12
“Hey, Makoto-san. Aku hanya bertanya. Kamu
mengerti atau tidak? Hanya jawab ‘ya’ atau ‘tidak’ saja
lho.” Ucapku.

“Ayo cepat jawab! Tidak perlu menangis tersedu-


sedu seperti itu!” Teriak Chikai.

Karena situasi dalam kelas cukup menyenangkan,


tanpa kusadari aku sudah tertawa sangat kencang. Aku
melihat wajah menangisnya dengan tawa di wajahku.
Tidak lama, dia lari meninggalkan tempat berdirinya.

“Sudah cukup! Kalian sudah kelewat


keterlaluan!” Teriak Masashi. “Makoto-san! Tunggu!”
teriaknya sambil mengejar Hinata.

“Huh, dasar. Menyebalkan sekali.” Ucap Chikai.


Setelah itu, seisi kelas mulai tenang kembali.

Kenapa aku sekarang malah merasa khawatir?


Apa yang aku katakan tadi terlalu keterlaluan? Pikirku.

Sudah cukup lama Hinata tidak kembali ke kelas.


Tidak lama, kami mendapat kabar kalau Hinata akan
dipindahkan ke sekolah yang berada di desa neneknya.
Mulai dari sanalah, dadaku terasa sangat sesak.
13
***

2 hari setelah kejadian menyesakkan itu, aku


melihat Hinata berdiri di depan pintu masuk sekolah.
Setelah aku memakai sepatuku, aku menghampirinya.
Aku mencoba untuk mengobrol dengannya.

“Selamat sore, Makoto-san.” Ucapku. Hinata


melihatku dengan senyuman manis di wajahnya. Melihat
senyumannya, membuat dadaku terasa sangat Sesak.

“Selamat sore, Araragi-san. Baru mau pulang?”


balasnya.

“Ya. Apa yang kamu lakukan disini?” tanyaku.

“Aku sedang menunggu Maeda-kun


menjemputku. Karena, mereka menerimaku lebih cepat
dari dugaan” Balasnya.

Mendengar jawabannya, sudah cukup membuatku


terdiam dan sesak di dadaku semakin menjadi. Aku
kehabisan kata-kata. Hatiku terasa sangat perih
mengingat apa yang aku lakukan saat itu.

***

14
Selama ini, aku selalu menundukkan kepalaku.
Aku selalu berdiri di tempat yang sama. Layaknya di
gurun pasir yang gersang. Tidak ada siapapun. Aku
sendirian.

Tapi, suatu saat, aku menemukan sebuah bunga


yang mekar dengan sangat indah. Aku penasaran
darimana asal bunga itu bisa tumbuh. Mulai dari sana,
aku mulai mencari.

Angkatlah kepalamu. Carilah dimana asalku.


Temukanlah teman-temanku. Kamu tidak sendirian. Aku
akan menemanimu. Karena dari itu, angkatlah kepalamu
dan temuilah aku.

Mendengar bisikan itu, aku pun mulai


mengangkat kepalaku dan aku mulai berlari. Saat itu juga
aku memutuskan untuk menemuinya. Jarak dan waktu
tidak akan menghalangiku untuk bertemu dengannya.

Memang benar. Aku sangat ingin bertemu


denganmu. Makoto Hinata, aku akan segera
menemuimu! Pikirku saat aku sudah mulai berlari menuju
ke tempatnya.

15
PROFIL PENULIS

Namaku adalah Afiffa Ulfa Nurfajri. Aku


memiliki nama pena yaitu, Kuroneko. Aku bersekolah di
SMAN 1 Subang. Aku lahir pada 12 April 2003. Aku
membuat cerita pendek ini karena terinspirasi dari sebuah
lirik lagu berbahasa Jepang yang berjudul Idea. Maka
dari itu, aku menuliskan ide-ide yang kudapat dari lirik
lagu tersebut ke dalam sebuah cerita pendek.

16
Ayo lebih mengenal penulis ini.

Instagram : @afiffa12_

Gmail : ulfanurfajri38@gmail.com

Pertama dan Terakhir

Mungkin perasaan ini muncul ketika pertama kali


kami bertemu. Dia rajin, pandai, serius, sopan, berhati-
hati dalam berbicara, dan susah ditebak. Namun, dibalik
sikapnya yang dingin ternyata dia perhatian dan peduli
terhadap orang lain. Dia adalah Fazka Rayan ketua kelas
XII Sosial 1.

Dia sangat berperan penting di sekolah ini. Dia


merupakan anak kepala sekolah SMA Nusa Bintang yang
berprestasi. Semua warga sekolah kenal Fazka, bahkan
dia lelaki idaman semua wanita di sekolah ini. Aku kenal
Fazka saat kelas XI ketika mengikuti seleksi OSN
kebumian. Dan sekarang aku dan Fazka sekelas di XII
Sosial 1. Aneh rasanya saat bertemu lagi dengannya.
Terasa asing namun memikat.

Suatu hari, ibu guru memberikan tugas kelompok


dan ternyata aku sekelompok dengan Fazka. Betapa
17
senangnya hatiku. Walaupun pandai dia tidak egois soal
nilai. Dia membagi tugas secara sama dan rata.

“Teman-teman ini tugas sudah aku bagi sama rata jadi


mohon untuk bertanggung jawab dengan tugasnya
masing-masing.” Dia berbicara sambil membaca buku.

“Siap Faz, semangat teman-teman!” jawab Donny.

“Nara bisakah kamu membantu aku nanti pulang


sekolah?” Tanya Fazka padaku.

“Hmmm, iya Faz aku bisa.” Jawabku dengan cepat.

Bel pulang pun sudah berbunyi, tiba-tiba dia


menghampiriku dan memegang kepalaku.

“Nara sekarang kamu ikut denganku ke toko buku untuk


membeli peralatan.” Dia berkata padaku.

“Eh iya Faz? Sekarang? Aku bisa kok.” Jawabku gugup.

“Oke bagus, rumah Nara dimana?” Dia bertanya


kepadaku.

“Iya kenapa?” Aku kaget.

“Iya rumah kamu dimana? Biar pulangnya aku antar.”


Dengan santai dia berkata.

“Eh iya, rumah aku di Perumahan Elits Mekar Bulan


Blok A2.” Jawabku gugup.

18
“Bagus ternyata kita satu arah. Ayo kita pergi sekarang
takutnya keburu malam. Oh iya jangan lupa izin orangtua
kamu dulu ya.” Kata dia.

Aku hanya mengangguk sambil tersenyum padanya.

Kami berdua berangkat ke toko buku


menggunakan mobil Fazka. Dalam mobil kami hanya
diam, dan suasananya canggung. Tiba-tiba Fazka
menyalakan sebuah lagu yang berjudul “Halu” ciptaan
Feby Putri.

Senyumanmu yang indah bagaikan candu

Ingin trus kulihat walau dari jauh

Sekarang akupun sadari semua hanya mimpi

Ku yang berkhayalankan bisa bersamamu

Lagu itu menghiasi keheningan kami berdua


selama perjalanan. Tiba-tiba hujan turun, suasana ini
semakin bercampur aduk.

“Hmm, kamu tahu toko buku yang bagus gak?” dia


bertanya padaku.

“Aku tahu Faz, namanya Toko Angkasa disana banyak


pilihannya. Selain itu, unik sama lucu-lucu.” Dengan
semangat aku memberitahu dia sambil tersenyum.

“Pasti kamu sering kesana ya? Semangat banget.” Kata


dia sambil tertawa kecil.

19
“Hmm, iya.” Jawabku malu.

Akhirnya kami sampai di toko buku tersebut.


Fazka langsung mencari barang yang dibutuhkan untuk
kelompok kami. Setelah 25 menit memilih barang yang
dicari kami langsung membelinya.

“Nara, makan dulu yuk! Aku lapar”

Aku hanya terdiam bengong karena tidak percaya.

“Mau gak? Kamu belum makan kan?” Dia bertanya


kembali.

“Iya ayo.” Jawabku ragu.

“Ya udah makan soto lamongan H. Dede aja, enak dingin


gini makan yang berkuah.” Dengan antusiasnya dia
mengajakku.

Aku hanya mengangguk saja. Ini akan menjadi


hari yang berkesan untukku. Selama 3 bulan kenal, untuk
pertama kalinya sedekat ini.

“Pak haji pesen 2 sato lamongan tanpa nasi sama air teh
hangat.”

“Siap, ditunggu ya mas.” Pinta pak haji.

Setelah menunggu 10 menit, akhirnya soto


lamongan kami siap untuk disantap. Selama makan kami
tidak mengobrol. Fazka hanya melirik kepadaku sesekali
begitupun aku padanya. Selesai makan soto kami

20
langsung pulang. Dia mengantarku pulang. Selama
perjalanan pulang kami hanya diam.

Akhirnya, aku sampai dirumah. Ketika aku


membuka pintu mobil Fazka memegang tanganku.

“Nara makasih ya udah nemenin aku.”

“Iya sama-sama, hati-hati pulangnya.” Jawabku tanpa


melihat matanya,

“Sampai bertemu besok di sekolah.” Dia berkata.

Sesampainya di rumah, Bunda dan Papa sedang


mengobrol di ruangan tamu.

“Assalamualaikum.” Ucap salamku sambil mencium


tangan Bunda dan Papa.

“Waalaikum Sallam. Pulang sama siapa? Tumben tidak


menelpon minta jemput.” Tanya Papa padaku.

“Pulang sama teman Pah, tadi ada keperluan jadi beli


dulu barang-barang buat tugas kelompok. Maafin Nara
pulangnya telat.” Jelasku pada Papa.

“Iya sayang, tadi Bunda udah jelasin ke Papa cuman dia


penasaran aja. Kamu diantar Fazka ya?” Tanya Bunda.

“Hmm iya Bun.” Jawabku sambil memeluk Bunda.

Keesokan harinya di sekolah, sikap Fazka padaku


berubah, dia tersenyum apabila bertemu tanpa sengaja
aku memergoki dia sedang memperhatikanku. Sepertinya
21
ada kemajuan sejak dari toko buku itu. Proses ini
perlahan namun pasti.

Karena cinta mengajarkan kesabaran saat menunggu


dan bertahan. Kesabaran ini menjadi proses dibalik
perjuangan dalam menetapkan hati pada satu orang.

Suatu hari ditengah hujan yang lebat, Selama 20


menit aku menunggu jemputan, namun Papa tak kunjung
datang. Tiba-tiba ada pesan masuk ternyata Papa tidak
bisa menjemput karena ada rapat penting di kantor.
Karena ini urusan kantor aku tidak bisa berbuat apa-apa.
Aku menunggu taksi lewat namun semuanya penuh. Aku
hanya bisa menunggu, tiba-tiba ada sebuah mobil putih
berhenti dan ternyata itu Fazka.

“Nara ngapain disini sendirian? Kok belum pulang?”


Tanya dia padaku.

“Tadinya nunggu jemputan Papa, tapi ternyata gak bisa


karena ada rapat penting.” Jawabku.

“Ya udah, ayo aku antar pulang kamu.”

Aku hanya diam dan kaku. Dia turun dari


mobilnya dan membawa payung dan membukakan pintu
mobil untukku. Ingin rasanya aku berteriak dan berterima
kasih pada Papa.

“Lain kali jangan pulang sendirian ya.” Dia berkata


sambil tersenyum.

22
Sesampainya di rumah, dia kembali turun dari mobil dan
membukakan pintu untukku. Rasanya sangat aneh tapi
bagaimana lagi rezeki gak boleh ditolak.

“Fazka makasih ya, maaf ngerepotin. Besok aku traktir


makan siang mau kan?” Tanya aku padanya.

“Iya siap.” Kata dia.

Tiba-tiba ada telpon dari ayahnya, yang


menyuruh Fazka pulang karena ada seseorang sedang
menunggu dirinya. Fazka langsung pulang setelah
menerima telpon itu. Aku penasaran siapa orang yang
sedang menunggu Fazka. Namun aku harus berpikiran
positif lagian aku bukan pacarnya ini.

Pagi ini, aku merasa kurang enak badan. Rasanya


malas untuk bersekolah tetapi, sekarang sudah kelas XII
sayang jika ketinggalan pelajaran. Terpaksa aku harus
sekolah. Saat datang ke kelas, teman-temanku sedang
berkumpul dan bergosip. Dan ada yang aneh Fazka
belum datang padahal 10 menit lagi bel masuk akan
berbunyi. Karena penasaran aku bertanya pada temanku
Melodi dan Dika.

“Ada gosip apa sih? Kok serius banget ngobrolnya.”


Tanyaku pada mereka.

“Ternyata Fazka mau dijodohin sama anak komite


sekolah kita.” Jawab Melodi dengan yakin.

23
“Terus anak komite itu sekolahnya di Australia, dan baru
pulang kemarin.” Dika menyambung pembicaraan.

Rasanya seperti tersambar petir di siang bolong.


Baru saja aku tanamkan harapan ini terhadap dia. Tapi
harapan ini seakan lenyap diterjang ombak. Tubuh ini
menjadi lemas dan unmood untuk belajar. Saat bel
berbunyi, Fazka datang dan langsung duduk ditempatnya.

Semenjak berita itu muncul, aku menjauh dari


Fazka. Memang rasanya sakit, tapi aku tidak bisa berbuat
apapun. Aku mencoba menjaga jarak darinya. Berita itu
akhirnya mulai menyebar bahkan satu sekolah pun tahu.
Suatu hari aku pergi ke mall untuk mencari hiburan,
tetapi disana aku melihat Fazka sedang jalan dengan
seorang perempuan. Mungkin itu orangnya. Karena
unmood aku tidak jadi mencari hiburan dan pualng ke
rumah.

Waktupun tidak terasa, aku bisa melupakan Fazka


meski pahit dan sakit. Dan untungnya perhatianku
terhadap Fazka bisa dialihkan oleh belajar karena UN
beberapa minggu lagi. Kegiatanku sekarang hanyalah
belajar untuk mengejar beasiswa di Australia.

Ujian pun telah tiba, selama satu minggu aku


hanya fokus pada ujian dan terus berdoa agar mendapat
nilai bagus agar mendapat beasiswa. Begitupun Fazka,
dia serius mengejar beasiswa ke Inggris. Satu minggu
menunggu hasil ujian dan akhirnya keluar. Hasilnya
sangat memuaskan dan aku mendapatkan beasiswa ke
24
Australia begitupun dengan Fazka dia menerima
beasiswa ke Inggris.

Aku hanya punya waktu satu bulan di Indonesia,


rasanya aku ingin mengungkapkan perasaan ini pada
Fazka. Tapi aku ingin menjaga perasaan wanita itu.
Selama satu bulan yang kupunya hanya dihabiskan
bersama keluarga dan teman dekatku.

“Jangan lupain kita ya, sering hubungi kita, jaga


kesehatan dan kuatkan iman kamu disana.” Melodi
mengingatkanku.

“Iya bebi besarku, titip Bunda dan Papaku ya. Kalian


juga harus baik-baik disini.” Balasku.

Tidak terasa dua hari lagi aku berangkat ke


Australia. Pada malam hari, aku keluar rumah dan
melihat ada sebuket bunga mawar merah dan boneka
beruang kecil yang berisikan surat.

Mungkin terlambat, namun harus kuungkapkan,,

Aku tak pandai dalam menarik perhatianmu,,

Tak pandai dalam menjaga perasaanmu,,

Tak pandai dalam berkata-kata manis padamu,,

Aku jatuh cinta padamu dan jadilah teman hidupku

Jika mau, mampukah kamu menungguku?

Maafkan aku ……
25
Fazka Rayan

Dengan cepat aku mengambil mobil dan pergi


kerumah Fazka. Aku menyesal telah menjauh darinya,
lalu bagimana dengan wanita itu? Sesampainya di rumah
ternyata Fazka baru pergi ke Airport. Aku langsung pergi
ke sana dan ku telpon dia, namun tidak diangkat.

Sampailah aku di Airport, aku mencari Fazka


sambil menangis kebingungan. Dan setelah 15 menit
mencarinya, aku melihat dia sedang duduk sendirian.
Kuhampiri dia dan langsung memeluknya.

“Nara, kok kamu disini?” Tanya dia kaget.

“Kenapa kamu begini? Asal kamu tahu aku juga


mencintaimu dan kamu cinta pertamaku.” Kataku sambil
menangis.

“Maafkan aku Nara, kamu pun cinta pertamaku. Maukah


kamu menunggu? Dan jadilah teman hidupku.” Dia
berkata sambil menangis.

“Aku mau.” Jawabku secara tegas.

Tidak lama, kemudian Fazka berangkat ke Inggris. Aku


menunggu hingga dia naik ke pesawat. Besoknya aku
berangkat ke Australia. Dan dia mengirimiku pesan lewat
e-mail untuk menjaga diriku disana.

Selama 3 tahun kami terpisahkan oleh jarak.


Kami menjalin komitmen untuk bersatu bersama. Setiap
hari kami berkomunikasi melalui Face Time. Hubungan
26
jarak jauh ini berjalan lancer dengan kepercayaan dan
kesetiaan yang kami miliki.

Waktupun berlalu dengan cepat, hari ini aku


pulang ke Indonesia setelah lulus S1 Manajemen Bisnis.
Namun Fazka sudah satu minggu tidak menghubungiku,
bahkan tidak menjawab e-mail. Mungkin dia disana
sibuk dan aku memakluminya.

Akhirnya aku sampai di Indonesia. Betapa


kagetnya aku melihat pria menggunakan kemeja putih
dengan mawar merah dan boneka beruang besar
ditangannya. Dia berdiri ditengah orangtuaku. Spontan
aku langsung berlari. Dan benar ternyata itu Fazka

“Nara, teman hidupku terima kasih telah menungguku.


Maukah kamu menikah denganku?” Dia melamarku.

“Yes, aku mau.” Ku peluk dia.

Inilah cinta pertama dan terakhirku. Cinta butuh waktu


untuk saling mengerti dan memahami. Kepercayaan dan
kesetiaan menjadi bekal dalam hubungan ini. Penantian
ini berakhir bahagia. Tak ada cinta yang instan butuh
proses untuk tahap yang serius.

27
PROFIL PENULIS

Agnes Meilani lahir di Subang, 5 Mei 2003. Dia sekarang


duduk di kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Subang. Dia
memiliki hobi menonton MotoGp, drama korea,
mendengarkan lagu, dan memasak. Dia sangat bersyukur
bisa belajar membuat cerpen. Dan terima kasih untuk
semua pihak yang telah membantunya.

Kenali Agnes Meilani

Instagram @agnesnmn

Twitter @Meilani_agnes

28
Aku, Kamu, dan Waktu

"Sampai jumpa di suatu kemungkinan.."

***
Perkenalkan namaku Megantara Putri Fairuz, biasa
dipanggil Megan. Lahir di Jakarta, jenis kelamin
perempuan. Nama belakangku diambil dari nama papah.
Seorang pria yang aku kagumi, dan dia adalah prajurit
TNI Angkatan Darat. Dia lahir di Pontianak. Mamaku
namanya Hasna Ardini, biasa dipanggil Ana oleh teman-
temannya. Lahir di Cempaka Hijau daerah Bandung dan
dia pernah menjadi mojang disana.

Sebelum menikah dan lalu di boyong ke Jakarta oleh


papahku, mamaku adalah Designer yang lumayan dikenal
di masyarakat pada masanya. Meski waktu itu dia masih
remaja, tapi mamaku sudah membuat desain pakaian
bersama orang yang sudah profesional, seperti Susan
Budiarjo, Thomas Sigar, Dandy Burhan, Adrianto Halim.
Dan kata mama, mereka semua adalah gurunya.

29
Menurut mama, menjadi designer merupakan bagian
dari hidupnya dan papahku sangat mendukung dengan
kekuatan militer. Sejak kecil, aku tinggal di Jakarta yaitu
kawasan Cempaka Putih. Tahun 2016, papahku di pindah
tugas ke Bandung. Sehingga mamaku, aku, adik
bungsuku, dan semua barang-barang dirumah pun jadi
ikut pindah.

Rumahku yang berada di Cempaka Hijau itu adalah


milik bibiku, Monika namanya, yaitu adik dari mamaku.
Mendengar kabar kami mau pindah ke Bandung, bibi
sangat senang dan meminta kami untuk tinggal
dirumahnya.

Dan di Bandung, aku sekolah di salah satu SMA


yang ada di Jl. Tujuh Belas Caringin. Bagiku itu adalah
sekolah paling bagus se-Dunia. Karena walaupun
bangunannya tua, tetapi sekolah ini sangat terurus dan
dijaga kelestariannya. Ada banyak pohon rindang di
halaman sekolah. Bagus kalau dilihat sore hari, siang
kalau mendung, dan juga pagi kalau mau. Dan disinilah
awal ceritaku dimulai.

(>•<)

Di malam ini tepatnya pada tanggal 17 Maret aku


mau nulis sesuatu. Tapi kamu jangan baca, malu. Karena
akan ada banyak hal yang akan ku ceritakan tentang
30
kamu. Ini kisahku, seorang wanita tangguh yang pandai
menyembunyikan perasaan. Dan entah sampai kapan aku
akan terus merasa seolah-olah aku ini tidak menyukaimu,
padahal nyatanya aku sangat mencintaimu.

Jika kau terus memaksa akan membaca tulisan ini,


kau tak akan pernah mengerti. Ada banyak kesedihan di
dalamnya. Kau hanya akan merasa ketika Tuhan kelak
meminjamkan hatiku kepadamu. Jika sampai saat itu tiba,
usahakan jangan sampai kau meneteskan air mata.
Bertabahlah seperti diriku ini.

Dan jika suatu saat aku harus meneteskan air mata di


hadapan Tuhan, aku selalu berdoa agar orang-orang yang
ku sayangi dapat tersenyum bahagia. Tak usah
merasakan apa yang ku derita di dada. Cukup aku saja.
Bukan apa-apa, tapi ini perihal hati. Kau tak akan tahu
sulitnya menjalani ini seorang diri.

(>•<)

Pagi yang cerah pada bulan Oktober tahun 2016


adalah hari dimana aku mulai bersekolah di SMAN 17
Bandung. Setelah aku turun dari taksi. Aku berjalan
melewati lorong-lorong menuju pusat keramaian. Bel pun
berbunyi sangat nyaring. Semua murid berkumpul di
lapangan dan membuat barisan yang sedikit berantakan.

31
Tiba-tiba seseorang menarikku dari belakang. Aku
terkejut dan reflek mendorongnya. Lelaki itu terjatuh
sehingga membuat murid lain yang berada di lapangan
menoleh ke arahnya. Aku pun segera membantunya
berdiri dan meminta maaf padanya.

"Aku tidak akan memaafkanmu jika kamu tidak


memberitahu siapa namamu." ucap lelaki itu.

"Tapi kan aku sudah meminta maaf."

"Apa susahnya kau memberi tahu namamu. Maka


akan ku maafkan."

"Ya sudah terserah."

Lalu Megan pun pergi tak memperdulikan ucapan


lelaki itu. Upacara pun dimulai hingga selesai. Dari
beberapa murid yang bersekolah disitu, Megan adalah
salah satu wanita yang disukai banyak pria. Banyak yang
kagum dan terpesona oleh kecantikannya. Tak jarang ada
yang mengungkapkan perasaannya kepada Megan dan
ingin menjadi kekasih hatinya.

32
Tetapi, ada sesuatu yang kurang dari dalam diri
Megan, yaitu sikapnya yang cuek kepada pria yang
mendekatinya. Dengan wajah yang menawan dan dengan
anugerah berupa paras yang sangat cantik seperti bidadari
yang turun dari khayangan, serta sikap dan wataknya
yang lemah lembut dan sopan. Tak sulit baginya untuk
membuat banyak pria jatuh hati kepadanya. Setiap ada
pria yang melihat paras wajahnya yang menawan, dia
langsung jatuh cinta kepada Megan.

Namun, tak ada seorang pun yang bisa membuat


luluh hati Megan. Setiap pria yang mengungkapkan
perasaan mereka dan meminta kepada Megan untuk
menjadi kekasihnya, Megan selalu menolak. Dia belum
mempunyai keinginan untuk berpacaran terlebih dahulu.
Itu sebabnya Megan bpertindak cuek kepada pria yang
mendekatinya itu. Sehingga banyak pria yang pesimis
untuk mendapatkan cinta darinya.

Seiring berjalannya waktu, kegiatan belajar mengajar


pun tetap berjalan seperti biasanya. Aku sudah mulai
menyesuaikan diri. Aku pun sudah memiliki banyak
teman. Itulah yang membuatku betah bersekolah di SMA
ini.

Di suatu hari yang tak terlalu cerah seperti biasanya,


mendung berada di langit dan menutupi sinar mentari.
Hal yang sangat tak terduga terjadi di dalam hidup
Megan. Saat tiba di gerbang sekolah, Megan melihat
sesosok pria yang sangat tampan. Seulas senyum dari
bibir manisnya membuat jantung Megan berdetak
33
kencang. Megan pun bengong sesaat setelah dia menatap
ciptaan-nya itu.

Di malam harinya, Megan merenung. Seribu kata


tanya memenuhi pikiran Megan. Dia tidak tau apa yang
dia rasa, dia juga tak tau siapa pria tampan yang dia lihat
tadi siang. Dia terus berpikir semalaman, sampai dia tak
tidur malam itu.

“Hmmm… kira-kira siapa ya anak yang tadi ku lihat


itu???” tanya Megan dalam hatinya.

“Mungkin nggak ya, aku bisa ketemu dia lagi…???”


renung Megan dalam hatinya semalaman.

Dan setiap dia tertidur, hanya itulah yang teringat


dalam dirinya dan pikirannya. Selalu, terbayang tiada
hentinya dia memikirkan itu. Sampai terkadang hidupnya
hanya tertuju pada seorang yang asing dan tak dia kenal
sedikitpun.

Hari baru muncul dalam hidup dan semangat masa muda


yang membara.

Dalam kelas dia tak henti memikirkan hal yang telah


terjadi padanya kemarin. Sampai sahabatnya melihat
keganjalan dalam diri Megan. Nadira heran melihat
34
tingkah laku Megan yang beda dari hari biasanya. Dia
berusaha ingin membantu Megan untuk menyelesaikan
masalah yang mungkin sedang dialami oleh sahabatnya
itu.

Setelah itu, Megan banyak bercerita tentang hal yang


dialaminya kepada sahabatnya itu, barulah Nadira
mengerti apa yang telah Megan pikirkan. Nadira juga
berpikir kalau pria yang telah mambuat Megan jadi
seperti ini tak lain dan tak bukan adalah Marcell, sang
pria yang dikagumi banyak wanita di sekolah itu.

Dan ternyata Megan baru merasakan jatuh cinta


untuk pertama kalinya. Perasaan itu seakan mengakar
kuat dalam palung hatinya. Kata hatinya menuntun
Megan untuk mencoba menggapai cinta dari pujaan
hatinya itu.

Setelah sekian lama dalam perenungannya, Megan


memutuskan untuk mengejar cintanya itu. segala cara
akan dia tempuh. Hatinya telah luluh lanta karena
seorang pria yang tak dikenalinya sebelumnya itu.
Sekarang, Megan telah tau kalau dia adalah Marcell.

Setelah mengenal sifat dan perilaku Marcell, dia


telah sadar kalau cintanya kepada Marcell merupakan
cinta sejati. Megan percaya kalau suatu saat nanti Marcell
akan cinta kepadanya, dan dia bisa mandapatkan cinta
dari Marcell. Semua yang telah dilakukan Marcell
kepadanya telah diterima dengan lapang dada. Dia telah
memaafkannya.
35
Setelah lama dia mencoba untuk teguh melakukan
segala cara untuk mendapatkan perhatian Marcell, dia
mendapatkan secerca harapan untuk lebih dekat dengan
Marcell. Dia sekarang lebih respon kepada Megan. Dia
mulai membuka dirinya untuk Megan.

Ternyata rasa sayang dan cinta serta perhatian yang


diberikan oleh Megan, membuat Marcell sadar bahwa
Megan telah menunggu seseorang yang telah lama ia
harapkan untuk membalas cinta yang relah dia rasa sejak
dulu. Sungguh lama perjuangan yang telah dilakukan
Megan dalam mencoba mendapatkan cinta sejatinya.
Terlalu lama sampai saat dia merasa semuanya tak bisa
dia lakukan kecuali berusaha untuk bertahan dalam
perasaannya. Untuk tetap setia menunggu pujaan hatinya
yang dia harapkan suatu saat akan menjadi pendamping
hidupnya kelak.

Namun, setelah berjuang terlalu lama dan luka yang


sangat terlebih banyak menyelimuti jiwa dan raga
Megan, suatu hal yang tiada terduga terjadi. Mar, sang
pujaan hatinya itu pergi meninggalkan dia. Dia pindah
sekolah.

Ternyata orang tua Marcell pindah ke luar negeri dan


Marcell harus ikut kesana. Dia harus meninggalkan
Megan, orang yang sudah terlalu lama mencintai dia.
Walaupun belum sepatah katapun yang terucap dari
mulur Megan behwa dia mencintai Marcell, namun, dia
Marcell telah tau perasaan Megan padanya.

36
Setelah berpisah, walaupun baru saja dan mungkin
terlalu singkat. Megan merasa hal yang luar biasa. Rasa
rindu yang amat sangat menyergapnya di kehidupannya
kini. Tapi, Nadira yang melihat hal itu mencoba
menenangkan Megan.

Akhirnya Megan menjalani kehidupannya kembali


dengan normal, penuh semangat remaja yang masih
membara seperti bara yang sedang terbakar api. Bersama
teman-temannya menuntut ilmu di sekolah yang ia
banggakan.

Walau begitu, Megan tetap menyimpan asa untuk


mendapatkan cinta dari Marcell. Dia masih menunggu
kedatangan pujaan hatinya yang akan menggetarkan
jiwanya kembali setelah hampa saat bidadari pergi jauh
darinya.

Terus menunggu. Dan menunggu dalam hari-hari


yang penuh dengan nanti dan harap yang tak memento.
Mengharapkan sesuatu yang tiada tergantikan. Seorang
belahan jiwa yang pergi jauh. Namun, tetap menunggu
dalam harap cintanya.

“Cinta…kadang datang secara tiada terduga, kepada


siapapun yang menginginkan atau tidak. Karena itulah
anugerah-Nya… Namun, cinta… kadang juga tak
selamanya terindah, malah menjadi luka di hati.”

*****
37
PROFIL PENULIS

Amanda Aleyda Putri, lahir di Subang, 1 April


2002. Dia memiliki hobi jalan-jalan dan mengeksplor
Indonesia. Amanda bersekolah di SMA Negeri 1 Subang
dan duduk di kelas XI Sosial. Pertama, dia ucapkan
terima kasih pada Allah SWT karena dengan ridho-Nya
dia dapat menyelesaikan cerpen ini. Dia juga
berterimakasih kepada orang tua, teman-teman, dan
orang-orang yang mendorongnya untuk semangat. Tak
lupa juga dia ucapkan pada bapak Kepala Sekolah
SMAN 1 Subang dan guru mata pelajaran B. Indonesia,
ibu Siti Farida.

38
Mari lebih mengenal penulis ini!

Tuan Direktur
“Sssttt..diamlah!!” tegur Catherine pada Kelly temannya
yang sedari tadi terus-terusan bertanya kapan gadis itu
akan menyelesaikan kegiatan tidak terpujinya itu.

“Aku tidak akan membantumu jika terjadi sesuatu


Catherine ini gila kawan!” ujar Kelly namun Catherine
bersikap acuh dan tetap fokus melihat ipod kecilnya
sambil tersenyum girang.

“Tidak akan percayalah padaku Kelly, aku akan berhati-


hati” ujar Catherine tanpa melepaskan pandangannya dari
layar ipod, Kelly hanya bisa menghela napas dengan
kasar dia harus sabar.

Kalian tahu apa yang sedang mereka dua lakukan, bukan


mereka berdua hanya Catherine seorang tepatnya.

Kelly tidak akan pernah melakukan hal gila itu, dia hanya
datang untuk menemani karena sedari kemarin Catherine
tidak pernah berhenti untuk meneleponnya bahkan saat
larut malam pun Catherine tetap menghubunginya.

Kelly pun jera hingga nasibnya berakhir berdiri didepan


pintu alumuniun yang tinggi dan kokoh dengan tulisan
‘Director Room’ hanya menunggu hingga Catherine
memutuskan untuk mengakhiri kegiatan menguntitnya
itu.

39
Catherine sengaja membeli sebuah alat pengintai yang
cukup canggih dan berukuran sangat minim mungkin
ukurannya hanya sebesar biji jagung namun harganya
sangatlah fantastis, setengah harga ipod kecilnya.

Alat itu ditempelkan pada sudut ruangan dan tentunya


dibantu oleh Kelly temannya karena hanya gadis itu yang
bisa masuk kesana.

Lalu alat itu akan terhubung pada ipod kecilnya dan akan
memperlihatkan semua yang terjadi di ruangan itu pada
layar ipodnya.

“Astaga tuan Leo tampan sekali, aku tidak akan menyesal


membeli alat penguntit itu walaupun harganya sangat
mahal” ujar Catherine dengan girang, sedangkan Kelly
hanya memutar bola matanya malas tanpa menjawab
temannya itu.

Catherine terkekeh pelan mengingat kejadian seminggu


yag lalu saat pertama kali bertemu dengan tuan Leo,
matanya menatap kagum sosok pria tersebut.

Tubuhnya yang tinggi dan tegap dibalut dengan kemeja


dan jas hitam yang pas ditubuhnya, kulitnya yang
berwarna kecoklatan terkesan eksotis, rambut coklatnya
yang tertata rapi, garis rahang yang tegas, mata biru
gelapnya yang tajam, alisnya yang tebal, dan bibirnya
yang ranum terkesan menggoda untuk dikecup.

40
Tidak lupa aroma tubuhnya yang berbau maskulin cukup
memikat sehingga mudah untuk dikenali walau hanya
mencium aroma tubuhnya saja.

“Kelly! Kelly! lihat dia tersenyum ini moment langka


kawan!” ujar Catherine heboh namun dengan suara yang
pelan.

“Hah? Sulit dipercaya dia akan tersenyum”

Kelly merebut ipod Catherine dilihatnya pamannya itu


tengah tersenyum sambil menatap komputernya, Kelly
tertawa renyah.

“Kau ini bodoh apa bagaimana? Hal begitu saja kau


bahkan tidak tahu!”

“Ayolah aku tidak bodoh memang ada apa dengan tuan


Leo kenapa dia tersenyum seperti itu, dia terlihat jauh
seribu kali lebih tampan saat tersenyum” ujar Catherine
penasaran.

“Pamanku itu sudah dewasa apalagi dia seorang pria, kau


tahu kan tontonan para pria dewasa?”

Catherine berpikir sejenak mengingat-ngingat tontonan


papahnya saat di ruang kerja, seperti video game, balap
motor, pertadingan bola, film-film laga, atau tentang
berita-berita terkini.

“Aku tahu dia pasti sedang menonton video game atau


pertandingan bola!” jawab Catherine bersemangat.

41
“Salah!”

Catherine kembali berpikir kali ini jauh lebih keras,


sedangkan Kelly hanya menatap Catherine dengan
tatapan yang sulit diartikan.

Temannya yang satu ini terlalu polos dan naif untuk


dapat bersanding dengan pamannya yang bersifat dingin
dan sedikit gila menurut sudut pandang Kelly, gila dalam
arti yang berbeda.

Kelly akui bahwa didepan banyak orang pamannya itu


memang terlihat keren, dan berwibawa apalagi dia adalah
seorang direktur utama atau sering disebut sebagai CEO
dikantornya.

Dengan status sebagai pemilik perusahaan atau CEO


diperusahaanya, gadis mana yang tidak tertarik dengan
pria mapan seperti paman Leo.

Terlahir dengan wajah yang tampan, fisik yang


sempurna, kemampuan intelektual yang baik, dan yang
terakhir dari orang tua yang kaya raya.

Hal yang membuat pamannya ini semakin keren adalah


kegigihannya yang luar biasa.

Meskipun dia terlahir dikeluarga yang sangat kaya


pamannya itu membangun perusahaanya ini sendiri tanpa
campur tangan dari kedua orangtuanya.

Dia mendapatkan beasiswa untuk kuliah di universitas


terbaik di dunia dengan undangan yang ditawarkan oleh
42
semua universitas terbaik dan ternama dari berbagai
dunia.

Universitas mana yang tidak mau memberikan undangan


pada siswa yang memperoleh nilai terbaik dan sempurna
di rapotnya.

Bahkan saat itu umur pamannya belum genap 20 tahun


namun dia sudah lulus S1 sebagai mahasiswa dengan
nilai yang paling sempurna.

Saat itu juga paman Leo langsung ditawari pekerjaan


oleh puluhan perusahaan besar dengan tawaran langsung
mendapatkan jabatan yang tinggi diperusahaanya.

Dia memanfaatkannya dengan baik, dia bekerja dengan


baik dan tekun, tanpa membuat masalah yang sekiranya
dapat merugikan dan merusak nama baik perusahaannya.

Semua berjalan dengan baik, berkat bantuannya


perusahaan besar tempat dia bekerja kini menjadi
semakin besar dan telah mendirikan banyak cabang
terutama di kota-kota besar.

Lalu setelah bekerja selama beberapa tahun diperusahaan


lain, pamannya itu memutuskan untuk mengundurkan
diri dari perusahaan tempatnya bekerja dan memilih
untuk membuat perusahaannya sendiri.

Dengan semua penghasilan yang sudah susah payah dia


dapat, pamannya memulai semuanya dengan membangun

43
perusahaanya mulai dari nol hingga bisa sesukses
sekarang.

Pamannya itu melakukan semuanya sendirian, dia sangat


jarang meminta uang pada orangnya bahkan saat masih
SMP dan SMA pamannya mencari sendiri uangnya yang
didapat dari berbagai lomba yang dia menangkan saat itu.

Paman Leo sering memenangkan kompetisi Matematika,


Sains, dan masih banyak lagi prestasi akademiknya tidak
hanya itu dalam non akademik pun pamannya itu juga
sangat hebat.

Dia terkenal sebagai atlit pemain baseball dan pemain


basket masa sekolahnya dulu, pamannya itu bahkan
pernah menjadi kapten basket saat SMA dulu dan dia
dijuluki sebagai ‘Point Guard’ oleh teman-temannya.

Saat itu bukan hanya perempuan yang banyak


mengidolakannya laki-laki pun bannyak yang
mengaguminya hingga iri dengan apa yang pamannya
miliki.

Namun dibalik itu semua pamannya itu tentu bukanlah


sosok yang sempurna.

Mungkin semua orang akan menganggap pamannya itu


sebagai manusia yang sempurna.

Namun Kelly sebagai keponakannya dan sudah tinggal


bersamanya selama beberapa tahun sudah tahu berbagai

44
kekurangannya dan rahasia pamannya mulai dari rahasia
kecilnya hingga rahasia besarnya.

Diluar pamannya memang terlihat keren dan berwibawa


namun saat dirumah pamannya itu sangatlah kekanak-
kanakan, pamannya itu penggila nintendo saat dirumah
lalu dia akan merengek seperti bocah jika dia kalah
bermain.

Lalu dia akan menyuruh Kelly untuk membuatkan susu


coklat hangat dengan gelas ukuran jumbo, atau jika
pamannya lapar dia akan merengek untuk dibuatkan
sereal yang warna-warni dengan mangkuk ukuran jumbo.

Rahasia terbesar pamannya adalah, dia adalah seorang


playboy dan penggila seks, tidak banyak orang yang
mengetahui itu.

Hanya Kelly dan beberapa teman yang betul-betul sudah


dipercayainya, bahkan orangtuanya pun tidak tahu jika
anak semata wayangnya itu adalah sosok yang gila akan
wanita dan seks.

Saat malam hari paman Leo akan pergi dengan teman-


temannya lalu pulang pada tengah malam dengan
keadaan mabuk, lalu dia akan membual menyebutkan
nama gadis yang sudah ditidurinya sambil merengek
tidak jelas.

Untungnya Kelly sudah terbiasa melihat kebiasaan buruk


pamannya itu, dan dia sudah berjanji bahkan bersumpah

45
pada pamannya untuk tidak memberitahu kepada
siapapun.

Sejujurnya, Kelly sangat tidak setuju jika suatu saat


Catherine yang notabetenya sahabat terbaiknya menjadi
kekasih pamannya yang menurutnya orang yang cukup
bejat.

Selain perbedaan umur yang cukup jauh, Kelly juga tidak


mau Catherine bernasib sama seperti mantan-mantan
kekasih pamannya yang dicampakan begitu saja jika
sudah bosan, gadis itu terlalu baik untuk disakiti.

“Catherine kurasa lebih baik kau akhiri kegiatan


menguntit pamanku karena 10 menit lagi waktunya
makan siang!” ujar Kelly pada Catherine yang masih
setia dengan ipodnya.

“Oh ayolah Kelly sebentar lagi bisa kan?”

“Tidak Kelly! Kau tahu kita sudah hampir empat jam


disini dan banyak orang yang menatap kita dengan
tatapan curiga”

“Ta-tapi”

“Bukannya tujuanmu datang kemari untuk membawakan


bekal makan siang papamu?” ujar Kelly memastikan.

Catherine menepuk jidatnya cukup keras sambil merutuki


kecerobohannya dalam hati pasti papanya sudah
46
kelaparan, beruntung Kelly mengingatkannya jika tidak
dia pasti akan habis diceramahi papahnya panjang lebar.

“Ah iya untung kau mengingatkanku Kelly jika tidak


tamatlah riwayatku!”

“Cepatlah lima menit lagi pintu ini akan terbuka, kau


mau pamanku tahu bahwa ada seorang penguntit
diruanganya”

Catherine menggelengkan kepalanya tentu saja tidak, itu


hal yang memalukan belum lagi jika dia mendapat respon
buruk dari paman Leo gadis itu belum siap.

Semua barang-barangnya dimasukan kedalam ransel lalu


dikeluarkannya sebuah kotak makan yang cukup besar
lalu diberikannya kotak makan itu kepada Kelly.

“Wow kau sungguh baik sekali-

“Tolong berikan kotak makan itu pada paman Leo jika


aku sudah pergi, jangan bilang itu dariku oke?!”

Senyum riang di wajah Kelly kini berubah menjdi


masam, Catherine berhasil merusak harapannya padahal
Kelly sudah sangat lapar.

“Sialan! Dimana bekal untukku? Padahal aku sudah


menemanimu hampir empat jam, seharusnya kau
memberikanku makanan juga”

“Ehehehehehe maaf lain kali akan kubuatkan bekal


untukmu dengan porsi besar, aku janji”
47
“Yayayaya...pantas saja kau memasak pasta”

“Yap! Aku membuatnya dengan penuh rasa cinta dan


ketulusan layaknya risa cintaku yang tulus padanya” ujar
Catherine bersemangat.

“Kau ini banyak bicara cepat sana temui papamu kau


tidak mau kena marah lagi kan?!” tegur Kelly dan
Catherine langsung berlari tergopoh-gopoh menemui
papanya.

Kelly menatap punggung Catherine yang semakin


menjauh dari pandangannya, sudah dia bilang temannya
itu benar-benar polos, naif, dan ceroboh sangat bertolak
belakang dengan pamannya.

Daripada sibuk dengan pikirannya Kelly memilih untuk


menemui pamannya sekaligus memberikan kotak makan
yang Catherine titipkan.

“Paman Leo boleh aku masuk?”

“Masuklah” suara bariton itu terdengar menggema seisi


ruangan, hanya dari suaranya saja aura dan karisma
pamannya itu sudah terasa dengan jelas.

“Tumben sekali kau kemari, ada apa Kelly?” tanya Leo


yang tengah sibuk menandatangani berkas-berkasnya
yang menumpuk di meja.

Tanpa banyak bicara Kelly langsung meletakan kotak


makan itu diatas meja, sedangkan Leo hanya menatap
kotak makan itu kebingungan.
48
“Kau yang membuatnya?”

“Tentu saja tidak, aku tidak bisa memasak pasta”

“Lalu siapa yang membuatnya, ini terlihat menggiurkan


sekali seperti-

“Berhentilah berbasa-basi makanlah nanti pastanya


dingin, aku harus memastikan kau memakannya dalam
keadaan masih panas” ujar Kelly kesal tanpa dan banyak
tanya Leo langsung memakan pasatnya itu.

Begitu pasta itu masuk kedalam mulutnya, wajah Leo


langsung tercengang dan dia tersenyum lebar sambil
memakannya dengan lahap.

Rasanya luar biasa!! beritahu aku siapa yang membuat


pasta seenak ini?!” tanya Leo penasaran.

“Kau tidak perlu tahu yang jelas dia adalah penggemar


rahasiamu”

“Penggemar rahasia? Hmm...terdengar menarik apa dia


cantik?”

Kelly tidak menjawab pertanyaan pamannya itu, gadis itu


lebih memilih memainkan ponselnya membalas pesan
Catherine yang sedari mengirim pesan untuk
menanyakan bagaimana respon pamanya terhadap
masakannya.

49
“Paman Leo aku penasaran dengan tipemu, hampir tiap
minggu kau selalu membawa gadis yang berbeda ke
rumah”

Leo hanya menyiritkan dahinya heran, tidak biasanya


keponakannya itu penasaran dengan dirinya.

“Aku suka gadis yang cantik, seksi, manja, dan pintar


dalam urusan-

“Sudah cukup!! sudah seharusnya aku tidak bertanya


padamu paman”

“Aku hanya menjawab apa adanya hampir semua laki-


laki menyukai gadis yang seperti itu, memangnya
kenapa?”

“Tidak ada”

“Kau tidak bisa membohongiku, pasti ada sesuatu yang


kau sembunyikan”

“Sudah kubilang tidak ada!!!” bentak Kelly

“Lalu bagaimana dengan Emmilia Catherine?”

Seketika kedua mata gadis itu membulat lalu dia menoleh


kearah pamannya yang tengah tersenyum dengan wajah
kemenangan

“Da-dari mana kau me-mengetahuinya?” tanya Kelly


dengan terbata-bata

50
“Tentu saja aku tahu, alat penyadap canggih itu adalah
jawabannya, ayolah Kelly aku tidak sebodoh itu” ujar
Leo santai, sedangkan Kelly terdiam membeku
ditempatnya.

“Aku sengaja membiarkannya mengintaiku, aku ingin


melihat sejauh mana temanmu itu memata-mataiku”

“Jangan pernah kau bermain-main dengannya paman,


kuingatkan itu!”

“Tidak apa, aku memang tidak tertarik dengan temanmu


dia terlalu polos dan lugu berbeda jauh dengan
kriteriaku”

Kelly menghela napas lega, setidaknya ini satu langkah


dari tujuannya berhasil.

“Itu kemarin, sekarang aku tertarik dengannya”

“Hei! Apa maksudmu?!”

“Aku menyukainya detik ini juga karena dia pintar


memasak, kau tahu pasta ini bahkan jauh lebih enak dari
pada pasta buatan restoran-restoran yang pernah aku
kunjungi sebelumnya”

“Tapi aku tidak mau jika Catherine menjadi kekasihmu,


carilah wanita lain bukannya dia tidak termasuk ke dalam
kriteriamu”

“Kenapa kau tidak setuju? Diakan temanmu memangnya


kau tidak mau temanmu bahagia?”
51
“Karena kau bejat!”

“Terserahmu, aku hanya ingin bermain-main dengannya


kita lihat dia sejauh mana temanmu itu menyukaiku”

Kelly mengepalkan tangannya kuat-kuat, dia harus


melakukan sesuatu agar pamannya jera.

“Sialan kau Leo!”

52
PROFIL PENULIS

Perkenalkan namanya
Angelia Ulidina Simbolon
dia sering dipanggil Enji
oleh teman-temannya, dia
lahir di Pematang Siantar
tepatnya pada tanggal 19
September, 2003. Dia memiliki banyak hobby seperti
menggambar, bermain gitar, bernyanyi, membaca komik, dan
menulis cerita. Dia terinspirasi menulis cerita dari para
penulis-penulis wattpad yang bukunya telah berhasil
diterbitkan, dengan membaca tiap-tiap cerita yang ada
membuatnya termotivasi untuk membuat cerita yang lebih
baik dan seru juga berharap suatu saat dia juga bisa membuat
buku terbitannya sendiri. Dia juga mengucapkan terima kasih
kepada Tuhan YME atas berkatya dan untuk guru-guru
terutama Ibu Siti Farida yang terus membimbingnya dan
memberikan pengetahuan perihal sastra dan novel-novel seru
dan menarik.

Untuk info lanjut:

 Email : angeliasimbolon883@gmail.com
 Instagram : @thisme.enjii

53
 Wattpad : @keraktelor_com

54
SEMALAM UNTUK MASA DEPAN
Hari senin telah tiba seorang gadis cantik berpijak
dari rumah ke sekolah untuk menuntut ilmu. gadis itu
bernama Nadia Poetri Maharani, ia gadis tercantik di SMA
Negri 190 Bandung. Memulai hari pertama memasuki
sekolah nya karena hari libur telah usai Nadia bersemangat
kembali bersekolah karna ia sangat merundukan sekali
suasana sekolah yang di mana ia telah berliburan ke
Amerika dan ingin menceritakan liburan nya kepada
teman teman di kelas nya. Sesampai sekolah ia panggil
oleh teman-temannya yang bernama Rika,Ratu,Reva
mereka adalah sahabat Nadia di kelas nya dan mereka
memppunyai grup yang bernama 3R1N yang isi nya
Ratu,Rika,Reva,dan Nadia grup ini sudah terkenal di SMA
Negri 190 Bandung ini karna isi nya adalah orang orang
kaya semua yang pertama Rika adalah anak Ketua
DPR,Ratu anak pengusaha kaya di Bandung,Reva anak
Dipllomat dan Nadia adalah anak pangusaha kayu jati di
Bandung itulah kenapa mereka sangat terkenal di Sekolah
ini.

Reva,Ratu,Rika: Nadiaaaaaaaaaaaaa

Nadia: Ratuuuu,Revaaaaa,Rikaaaa

Rika: Nad, kamu liburan kemarin ke Amerika ya?

Nadia: ia ka seru banget di Amerika,mulai dari


lingkungan nya bersih,kota tertata rapih,dan suhu nya sangat
dingin oh my god aku seneng sekali karena aku suka dingin

Ratu: btw kamu ga ngajak aku si Nad sebel deh

55
Nadia: bukan nya gitu Rat karna aku di sana bukan
hanya liburan aku di sana menemani ayah aku kerja lapangan
di Amerika

Rika: wah Nad jangan bilang kamu ga bawa oleh


oleh?

Nadia: tenang ko aku bawa oleh oleh buat kalian


bertiga!

Ratu: apa tu?

Nadia: ini dia coklat asal Amerika yang kata Paman


aku di Indonesia ga ada cuma ada di Amerika lohh

Reva: mauu dong Nad

Rika: hmm jadi penasaran ini

Ratu: coba buka Nad coklat nya

Setelah membuka coklat yang berasal dari Amerika


yang katanya di Indonesia gak ada mereka memakan coklat
pemberian dari Nadia.Setelah bel istirahat Nadia dan teman
temannya sering kali beristirahat ke kantin mengabiskan jam
istirahat nya di kantin.Oh iya sampe lupa Nadia juga termasuk
Murid terpandai di SMA 109 Bandung ini karna ia pernah
menjuarai lomba Bahasa Inggris tingkat Internasional di
Austalia dan ia menjuarai lomba fashion show tinggkat
internasional di Kanada keren kan Nadia ia

Di juluki oleh warga sekolah adalah mutiara dari barat


karna kecantiikan dan kepintaran ia yang di kagumi oleh
seluruh warga sekolah.Selain itu juga Nadia memiliki hobby
menyanyi dan bermai basket.banyak sekali kaum adam yang

56
menyukai Nadia karna kecantikan nya salah satu yang
menyukai Nadia yakni Fajar,Nadia sendiri sih sudah tahu
bahwa Fajar menyukai dirinya.Fajar adalah anak 11 IPS 1 ia
anak Futsal di SMA 109 Bandung ini, ia juga termasuk cowk
yang banyak di kagumi oleh kaum hawa karna ia kece,tampan
dan tinggi itu kelebihan dari Fajar.Sementara Nadia melihat
Fajar biasa saja bahkan Nadia menilai

Fajar seperti cowok biasanya .Fajar selalu membujuk


Nadia untuk berpulang bareng menggunakan motor vespa
kesayangan nya. Meski Fajar anak pengusaha kaya di
Bandung Fajar hidup dengan sangat sederhana dan tidak neko
neko,berangkat ke sekolah memaki motor vespa dan bekel ia
sekolah tidak besar hanya 30rb per hari di bandingkan dengan
Nadia bekel perhari nya 100rb perhari yang setiap hari nya ke
kantin sekolah sementara Fajar membawa makanan dari rumah
yang sudah di sediakan oleh ibu nya di rumah.Fajar selalu
berusaha mendekati Nadia mulai dari mengchat lewat aplikasi
whatsapp Fajar pun sering menchat Nadia dengan gombalan
gombalan yang ia bisa dan Nadia pun membalas nya si singkat
singkat saja sementara Fajar menchat panjang dan lebar
menguras tenaga dan pikiran untuk seseorang yang ia
dambakan,dan Nadia pun mulai hari itu memblock nomor si
Fajar karena Nadia risih dengan gombalan gombalan ga jelas
dari Fajar.Keesokan hari nya Nadia bernagkat sekolah
sendirian dikarenakan ibu dan ayah nya sedang ada meeting di
luar kota.Setelah membuka pintu Nadia terkejut dengan sosok
yang menyeramkan tingg,putih,wangi semerbak bunga tujuh
rupa dan ia adalah Fajar si penggombal ga jelas yang berdiri
rapih dengan menggunakan vespa kesayangan nya dan bersiap
untuk mengantar sang poetri untuk ke sekolah,Fajar pun
tersenyum ke Nadia dan Nadia membalas dengan kejutekan
yang ia miliki untuk sang Fajar.
57
Fajar: Hai Nad good morning

Nadia: halah so inggris kamu

Fajar: ia tahu yang jago inggris itu kamu

Nadia: ya jelas

Fajar: berangkat sekolah bareng yuk!

Nadia: apa si kaya yang ga mampu saja aku

Fajar: ga mampu bagaimana?

Nadia: ya aku kan punya kaki,punya duit kenapa ga


di manfaatin?

Fajar: maksud nya?

Nadia: halah bego lu,udah mah so soan inggris

Fajar: aku kan cuma mau ngajak kamu berangkat


bareng

Nadia: ga ya makasi,aku mau pesen taxi ini

Fajar: jangan lah,kan aku udah spesial untuk kamu


Nad

Nadia: spesial apa nya?kaya martabak aja

Fajar: iya aku sudah sepesial sudah


wangi,rapi,bersih lagi

Nadia: pantesan tadi pas keluar bau nya menyegat

58
Fajar: ya jelas,Fajar begitu lhoo!!

Nadia: ya jelas kek kuntianak!

Fajar: ko serem si Nad

Nadia: sereman kamu lah idiwww

Fajar: iduwwww

Nadia: sudah awas aku mau berangkat


sekolah,udaah termbat nii!!

Fajar: plis lah Nad sekali ini saja

Nadia: Oke kalo begitu yaudah aku menumpang di


kamu

Fajar: yesssssssssssass

Nadia: buruan jangan banyak omong

Setelah sekian lama obrolan di depan rumah Nadia


akhir nya mereka berdua berangat sekolah .Di perjalanan Fajar
mencoba mengobrol di atas motor vespa dan merasakan udara
di lagi hari .Fajar pun usaha mengobrol dengan Nadia
sehingga Nadia menjawab obrolan ini tetapi di jawab nya
sangat singkat dan padat tetapi tidak jelas karna tiupan angin
di atas motor itu membuat tidak jelas obrolan mereka .Tanpa
mereka sadari waktu mengarah pukun 07.00 yang di mana
gerbang sudah di tutup dan Nadia memukili bahu Fajar yang
sedang mengendaarai motor tetapi Fajar malah keenakan di
pukuli oleh Nadia karna menurut Fajar pukulan ini adalah
pukulan cinta.Jarak dari jalan menuju sekolah terbilang masih
59
jauh karna rumah Nadia itu sangaat jauh dengan sekolah
nya.Sesudah sampai di gerbang dan benar ternyata gerbang
sudah di kunci yang artinya tidak bia masuk sekolah.Nadiaa
sangat marah kepada Fajar karna sudah mengajak terlambat ke
sekolah

Nadia: gara gara kamu si aku terlambat sekolah

Fajar: aku juga terlambat sekolah lah Nad

Nadia: ya terus bagaimana aku sekarang ulangan


biologi

Fajar: tetapi terlambat sama kamu aku merasa


nyaman

Nadia: pliss deh jangan ngegombal

Fajar: Nad tenang aku punya solasi

Nadia: hah solasi? Solusi mungkin!

Fajar: nah itu,aku punya solusi

Nadia: apa solusi nya?

Fajar: kita naik pohon itu lalu turun di kantin,oke?

Nadia: gila kamu Jar,nanti kalo aku jatuh


bagaimana?

Fajar: tenang aku udah nyuruh si ucok sama si ali


menyiapkan kasur di bawah nya

Nadia: oh jadi kamu sengaja biar aku terlambat?

60
Fajar: engga ko aku Cuma buat persiapan saja kalo
termabat

Nadia: bego juga ya otak lu

Fajar: hah bego?cerdas kali

Nadia: ya sudah si

Fajar: cepet Nad tar kamu ketinggalan lagi ulangan


nya

Nadia: iya iya,tapi gimana cara nya naik pohon itu?

Fajar: itu udah di siapin tangga di balik pohon itu

Nadia: oke,awas ya kamu kalo macem macem

Fajar: engga ko

Setelah melewati tangangan yang sudah di rancang


sedemikian rupa akhir nya Nadia dan Fajar memasuki
kawasan sekolah yaitu kantin.Setelan sampai kantin beda nya
Nadia langsung ke kelas dan Fajar ngopi dulu di kantin karna
kata Fajar kecapean padahal itu cuma alasan klasik yang
memberi tahu ke Nadia.Setelah memasuki kelas ternyata di
kelas sudah ada Pa gangga yaitu guru Biologi yang sangat
garang muka nya dan di juluki guru kiler di SMA 190
Bandung ini.Dan setelah masuk Nadia di tanya mengapa ia
terlambat sekolah.

Pa Ganngga: kenapa anda terlambat ke kelas

Nadia: tadi abis di bawa oleh Fajar pa

61
Pa Gangga: hah Fajar?

Nadia: iya pak, Fajar

Pa Gangga: bukannnya ia anak sosial 1 kan?

Nadia: ia pak betul sekali

Pa Gangga: kenapa kamu kenal? ada hubungan ya?

Nadia: ih apa si pa,tiiiiiddaaaakkkk

Tiba tiba Fajar pun memasukui kelas Nadia dan tidak


menggunakan salam apa pun dan tiba tiba masuk

Fajar: kalo ia saya pacaaran kenapa pak?

Pa Gangga: oh ini Fajar tu

Fajar: iya ini saya Fajar pacarnya Nadia!

Nadia: hah? Pacar kamu? Ga benget deh

Fajar: ah suka malu malu kamu itu Nad akui saja


lah

Nadia: tiiiiiddddddaaakkk

Fajar: iiiiiaaaaaaaaaaaa

Pa Gangga: sudah!sudah!sudah! ini bukan ajang


seriosa!

Nadia: Fajar dulan pak

Fajar: ia saya yang duluan pak,duluan menembak


dia hehe

62
Nadia: dasar penghalu

Fajar: oke besok kita ke penghulu

Pa Gangga: sudah lah,Nadia cepat duduk lalu


kerjakan soal ulangan itu.Lalu kau Fajar pergi ke alam mu!

Fajar: Siiiiaaap pak!

Lalu Nadia pun mengerjakan ulangan nya dengan teliti


dan Fajar kembali ke alamnya alias kelas nya. Setelah
mengerjakan ulangan dan bel istirahat tiba Rika mennya ke
Nadia.

Rika: Fajar suka sama kamu Nad?

Nadia: ih ga banget

Rika: tapi menurut aku si oke aja karen Fajar itu


kan cool,tampan,dan femous lagi

Nadia: ya tapi kan aku ga suka bagaimana?

Rika: kalo aku jadi kamu si terima terima aja hehe

Nadia: halah terserah kamu aja lah ka

Tiba tiba kabar mengejutkan dari Ratu bahwa Fajar


abis terjatuh di tangga kelas nya dan di bawa ke UGD akan
ada pengoprasian di bagian kepala nya.Lalu Nadia terkejut
dengan kabar ini bahwa Fajar di larikan ke UGD Nadia pun
mengambil tas dan memberes beres kan buku nya dan

63
mengajak Reva untuk meminjam mobil nya Reva,Ratu,Rika
pun ikut Nadia untuk menengkok Fajar di UGD. Sesampainya
di UGD Nadia bertemu dengan kedua orang tua Fajar yakni
ayah dan ibunya fajar lalu Nadia pun mencium tangan(salam)
yakni Ibu dan Ayah nya.Lalu Ibu Fajar bertannya kepada
Nadia.

Ibu Fajar: Apakah kau Nadia?

Nadia: iya benar saya sendiri Nadia

Ibu Fajar: masyaallah cantik kali kau anak

Nadia: iya bu terima kasih

Ibu Fajar: kau tahu tak?

Nadia: tidak bu

Ibu fajar: kau selalu di ceritakan di setiap kita


berkumpul

Nadia: yang bener bu?

Ibu Fajar: bener nak,kata nya kau seperti kudanil

Nadia: ga jelas itu anak bu hehe

Ibu Fajar: memang nak,ada ada aja si Fajar tu

Setelah berbincang dengan Ibu Fajar hati Nadia pun


tersentuh untuk membuka hati untuk fajar.Lalu dokter pun
keluar dari arah ruang UGD dan memberi tahu bahwa Fajar
tidak kenapa napa tetapi Fajar tidak sadar selama 3 jam karena

64
kata dokter itu pengaruh obat saja.Ibu Fajar menangis di
sebelah fajar karena khawatir seorang ibu ke anak. Setelah
Fajar sadar Ibu dan Ayah Fajar, memeluk Fajar dengan erat
dan Fajar menannyakan seorang perempuan yang bernama
Nadia,Ibu fajar menjawab Nadia di pinggirmu nak.Lalu fajar
dengan tidak sengaja memeluk Nadia dan meminta maaf
bahwa pagi tadi sudah bikin Nadia kesiangan berangkat
sekolah.Oleh sebab itu Fajar memluk Nadia dan Nadia
memeluk Fajar balik,jantung Fajar disitu merasa akan copot
lebih cepat karena di peluk oleh seorang wanita impian
nya.Setiap pagi Nadia menemani Fajar di UGD karena ia tidak
ada yang menemani di UGD nya berpapasan dengan libur
panjang kenaikan ke kelas 12.

Fajar: Nad ko mau si nemenin aku di rumah sakit?

Nadia: oh ga mau nih sama aku temenin?

Fajar: bukan nya gitu kan sekarang libur


panjang,kamu ga liburan memang nya?

Nadia: engga ah,ingin liburan bersama mu di rumah


sakit

Fajar: lah ko malah kamu yang ngegombal?

Nadia: kali kali lah

Fajar:ya sudah lanjutkan gombalan nya hehe

Nadia: sorry ya mahal gombalan aku ini

Fajar: hilih

65
Fajar pun sudah di boleh kan pulang karna ia sudah
mendingan dari sakit nya.Dan Nadia pun menemani Fajar lagi
di rumah nya karena Fajar di tinggal sebulan oleh Ibu dan
Ayah nya ke filiphina karena ada proyek yang ada di filiphina
sementara Nadia juga sama di tinggal sebulan oleh Ibu dan
ayah nya ke singapore karna ada urusan perusaannya yang ada
di singapore. Dan kesempatan Fajar. untuk menembak Nadia
di rumah nya bertempat di taman rumah Fajar.

Fajar: Nad ke taman rumah ku yuk

Nadia: ayo saja

Fajar: oke siapa takut

Nadia: dasar ga jelas

Setelah sampai di taman Fajar pun menutup mata nya


dengan kain hitam dan Fajar membawa bunga untuk sang
pujaan hatinya yaitu bunga mawar yang sangat wangi sekali
yaitu kesukaan Nadia bunga mawar.

Nadia: kenapa nih di tutupin pakai kain hitam?

Fajar: stttttt jangan berisik

Nadia: jangan bilang kamu mau nyemplungin aku


ke kolam ya?

Fajar: dalam hitungan 3 kamu bisa buka kain itu


dengan tangan kamu,oke

Nadia: oke

Fajar 1....2....3...

66
Nadia pun membuka mata nya dan apa yang terjadi?

Nadia: wahhhhhh,ini siapa yang menghias taman


ini?

Fajar: di belakang mu yang menghias taman ini

Nadia: indah sekali Jarrr

Fajar: Nad.....?

Nadia: aapa Jar?

Fajar: apakah kamu mau menjadi pacar ku?

Nadia: hmmm mau ga ya?

Fajar: kalo tidak mau kamu akan membuang bunga


ini,kalo mau sebalik nya

Nadia: aku ambil ya bunga ini

Fajar: kamu menerima cinta aku?

Nadia: iya Fajar ganteng yang sekarang aku akui

Fajar: hehehe

Nadia: ketawa huh

Fajar dan Nadia saat ini resmi berpacaran dan Fajar


pun sudah semuh dalam penyakit nya.Setelah 3 bulan
berpacaran Fajar pun mengajak Nadia ke kamar Fajar yang
Nadia heran dengan ajakan Fajar tersebut Nadia pun menerima
ajakan Fajar lalu mereka berdua masuk ke kamar Fajar dan
aneh nya Fajar mengunci pintu lalu Fajar pun mulai mengecup
kening Nadia dan Fajar berkata.
67
Fajar: Nad,kan kita sudah pacaran nih,mau ga kamu
memberikan bagian dari tubuh mu?

Nadia: maksud kamu?

Fajar: kamu mau ga?

Nadia: maksud kamu bersetubuh?

Fajar: iya, itu maksud ku

Nadia: gila saja, engga!

Fajar: ya sudah,kita putus!

Nadia: hah?putus? aku masih sayang kepada mu Jar

Fajar: iya kalo kamu sayang kamu kasih bagian


tubuhmu

Nadia: tapi ga gitu Jar

Fajar: kita putus!

Nadia: sudah sudah,ya aku siap bersetubuh dengan


mu!

Fajar: nah begitu dong

Nadia: tapi ada sayarat nya

Fajar: apa?

Nadia: kalo aku hamil kamu tanngung jawab!

Fajar: ga bakal lah

Nadia: oke
68
Fajar: siap?

Nadia: oke siap

Fajar dan Nadia pun memulai pacaran dengan hal


yang tidak sewajarnya paacaran pada masa SMA. Satu bulan
kemudian Nadia muntah muntah terus menerus dan panas
dingin siang malam. Lalu Nadia menelfon Fajar untuk
mengantarkan ke dokter. Lalu Fajar mengangkatnya dan
mengantarkan Nadia ke doker. sesudah sampai di dokter,Nadia
di periksa bahwa dokter menyampaikan selamat kepada Nadia
dan Fajar kerna Nadia hamil. Perasaan Fajar dan Nadia sangat
was was dengar hal itu lalu sepulang ke rumah Nadia di tanya
oleh Ibu nya lalu Nadia malah pingsan di situ juga.Tak sengaja
kertas USG Nadia terjatuh dari tas nya dan Ibu Nadia pun
kaget membaca nya dan memberi tahu kepada Ayah Nadia
bahwa Nadia hamil Ayah Nadia pun bergegas ke rumah Fajar
dan memberi tahu bahwa anak Anda sudah menhhamili anak
saya itu ucap Ayah Nadia.kedua orang tua Fajar pun terkejut
dengan laporan dari Ayah Nadia.

Fajar dan Nadia pun memutuskan berhenti sekolah


karena malu sudah melakukan hal yang tak wajar.Fajar
menyesal dan Nadia malu akhir nya Fajar berhenti sekolah dan
tidak mengikuti ujian akhir sekolah nya sama dengan Nadia
tidak bisa mengikuti ujian akhir sekolah nya.Fajar sesudah
tidak sekolah ia bekerja sebagai pelayan sebuah rumah makan
di mall sementara Nadia menunggu sang buah hati lahir di
dunia.

69
PROFIL PENULIS

Ariq Muhammad Zhaky Abdullah,namanya.Dia bersekolah


di SMA Negri 1 Subang dan saat ini serang duduk di bangku
kelas XI IPS. Dia lahir pada pada tanggal 31 Januari 2003 dan
memiliki hobi yang berbau musik. Dia berterima kasih tentu
saja yang pertama untuk ALLAH SWT,kepada keluarga dan
teman-temannya yang sudah membantu dirinya untuk
menyelesaikan cerita pendek ini. Tak lupa juga bertermia
kasih kepada gurunya, Ibu Siti Farida karna berkatnya dia
memberi motivasi dan mendorong membikin cerita pendek ini.

70
Ayo lebih mengenal Ariqmuhammad

Instagram: @ariqmuhammadz

Gmail: wahanariqawahana@gmail.com

Dulu
“Apa yang kalian lakukan telah mampu mengubahku.”

Arnesa Putra Pradipta

12 September 2018

Bangunan 4 lantai terpampang didepan mata membuat


takjub siapapun yang melihatnya. Ruangan lobi yang luas
penuh dengan lukisan di dinding. Jean berjalan
menyusuri lorong dengan dada berdesir. Takjub melihat
sekolah barunya.

Baru beberapa langkah keluar dari lobi, seseorang


menyapanya dengan riang. “Selamat pagi. Namamu
Jeanne Afrila? Selamat datang di sekolah barumu.
Namaku Alin Sayudha. Anak pemilik sekolah ini.” Gadis
yang disapa si pemuda langsung tersenyum canggung
dan mengangguk. Bagaimana bisa lelaki dengan gaya
acak-acakan seperti pemuda ini, menjadi anak pemilik
sekolah? Kurang lebih seperti itu isi pikiran Jean
sekarang.

71
Alin menarik paksa tas Jean dan membuat gadis itu
hampir kehilangan keseimbangan. Alin berhenti sebentar,
menatap gadis itu dan melanjutkan perjalanannya.

“Kamu pindahan dari Bali? Alasanmu pindah kesini


untuk mencari pengalaman agar kau bisa merajai bisnis
kota Jakarta di masa depan. Benar, Jean?” tanya Alin
dengan nada meremehkan yang menyebalkan di telinga
Jean, sembari membaca kertas yang berisi identitas Jean.

Sepanjang jalan menuju kelas, Alin mengajak Jean untuk


menyusuri segala sudut sekolah yang sangat luas ini. Ada
gym dan lapangan indoor di lantai 3, kolam renang di
lantai 4 dan area khusus belajar di lantai 2. Ruang guru
dan kantin ada di lantai 1 juga lapangan outdoor untuk
melakukan aktifitas.

Masuk ke ruang kelas, Jean disambut tepuk tangan


teman-teman sekelasnya. Ada beberapa yang sudah
dikenalnya. Hera dan Jodi. Mereka sepasang kekasih
yang sangat ramah, ya walaupun rata-rata siswa yang ada
di sini bertingkah laku aneh. Bisa dilihat kedepannya,
Jean sudah menganalisis akan terjadi hal-hal unik di
sekolah barunya ini.

“Jean, hanya ada bangku kosong di belakang. Kamu


tidak apa-apa?” tanya Hera dengan senyum diwajahnya.
Aku mengangguk. Tidak masalah baginya untuk duduk
dibelakang. Jean memiliki tubuh yang tinggi, Hera
bahkan harus mendongak untuk bisa melihat wajah Jean.

72
“Awas ya, nanti dia pasti mengoceh dengan jari-jarinya.”
Nah, benarkan prediksinya tadi.

“Hush, jaga bicaramu Fer.” Marah Hera pada orang itu.


Ferro Vinandika. Dari tatapannya bahkan sudah terlihat
bahwa dia sangat-sangat tidak menyukai lelaki di kursi
belakang itu.

Jean duduk di sampingnya bertepatan saat Bu Irene


datang. Tradisi yang harus dilakukan setiap murid baru
pun dimulai. Jean maju ke depan dengan tenang dan
senyum tipis terpatri di wajahnya, dia mulai
memperkenalkan diri dan kembali duduk di kursinya
tadi.

Lelaki di sampingnya tersenyum dan memberikan secarik


kertas bertuliskan,

“Namaku Arnesa Putra Pradipta. Aku tak bisa bicara.”

Hampir saja Jean menangis membacanya. Dia


mengangguk dan tersenyum ke arah pemuda tadi. Jean
merapatkan mejanya yang sebelumnya memiliki jarak
karena dipindahkan oleh Ferro. Di bilang, tidak baik jika
berada dekat dengan Arnesa.

Dalam beberapa jam, Esa dan Jean menjadi teman dekat.


Mereka mengobrol dengan tenang walau Esa hanya
menanggapinya dengan tulisan atau anggukan yang
untungnya dapat dimengerti.

73
•••

Sudah 1 minggu Jean bersekolah di tempat ini. Mulai


mengerti situasi apa yang terjadi di sekolahnya.
Kepedulian satu sama lain sangat rendah, melihat
seseorang dari uang dan kekuasaan.

Jika memiliki orang tua dengan pengaruh yang sedikit,


kau bisa kalah dengan yang memiliki orang tua yang
berpengaruh. Ah tidak, hal seperti ini sepertinya sudah
menjadi hukum alam dalam hidup.

“Apa yang paling sulit di sini Sa?” tanya Jean pada Esa
yang sedang membaca buku tentang astronomi miliknya.

“Tidak ada.”

“Tidak ada? Sungguh, Sa?” Tanya Jean memastikan. Dan


Esa hanya mengangguk sebagai jawaban.

Esa tidak pernah mengeluh, bahkan pada saat orang-


orang mengejeknya. Dia hanya diam. Wajah pucat, mata
hitam, dan bibir manis itu selalu tersenyum pada siapa
pun. Bahkan pada Ferro yang selalu mengganggunya
setiap hari.

Ucapan tidak sopan selalu dilontarkan Ferro tanpa kenal


tempat. Bahkan di kantin, hal itu membuat semua orang
akan menatap aneh ke arah Esa.

Tapi Jean hanya diam.


74
“Sa, ayo ke kantin sekarang. Aku lapar.” Ajak Jean pada
Esa, tapi tumben sekali Esa hanya diam. Biasanya dia
yang paling semangat. Ah, gara-gara Ferro.

Jean mencebikkan mulutnya kesal. “Ferro macam-


macam, aku yang tangani.” Esa yang mendengarnya
hanya terkekeh tanpa suara.

“Tidak usah, itu urusanku.”

Jean memandang kertas itu remeh, “Mana bisa? Kemarin


kamu dihina di depan orang banyak dan yang kamu
lakukan hanya diam. Sekarang, biar aku yang tangani.”
Esa tersenyum mendengar penuturan yang disampaikan
gadis disampingnya itu.

Jean merapikan kerahnya, “Urusanmu, urusanku juga.”


Sahut Jean dengan kesal sembari menarik paksa Esa
untuk segera keluar kelas dan menuju ke kantin di lantai
1.

Sesampainya disana, Esa dan Jean langsung menjadi


pusat perhatian dan siswa-siswi disana langsung berisik.
Keadaan menjadi riuh. Jean menatap satu persatu siswa
yang menatapnya dengan tatapan sinis.

Esa tidak habis pikir dengan apa yang ada di otak gadis
yang setia menggenggam tangannya erat ini. Dia dengan
gagahnya berjalan tegap serta mimik sombongnya
terlihat jelas. Berusaha menjadi tamengnya. Dalam
keramaian senyumnya ia sembunyikan. Berusaha serius
dengan apa yang terjadi sekarang.
75
Jean mendudukkan Esa di dekat jendela yang sedikit
tertutup. “Aku pesan makanan. Kamu tunggu di sini ya.”
titah Jean dan dijawab dengan sebuah anggukan oleh Esa.

Jean kemudian berlalu untuk memesan makanan,


sedangkan Esa membuka gadget keluaran terbaru yang
diberikan oleh seseorang. Seseorang yang
mengganggunya, Ferro. Sedangkan, laptop yang dipakai
oleh Esa untuk belajar itu pemberian dari Alin.

Jean tahu, tapi Esa tidak. Ini karena pengaruh orang


tuanya, dengan alibi ‘Bantuan Bagi Siswa Tidak Mampu’
mereka berdua dengan mudah bisa memberikan barang-
barang yang mungkin berguna bagi Esa.

“Eh bisu. Sedang apa? Dimana pacarmu?” Ferro datang


dengan membawa 3 bungkus makanan. Dan
memberikannya 2 pada Esa. Dengan cepat Esa segera
mencoretkan penanya di atas kertas.

“Makanlah. Aku pergi.” Ferro berlalu tanpa sempat


melihat sticky notes dari Esa. Esa hanya menatap nanar
Ferro yang sedang berlalu. Tiba-tiba seorang pelayan
kantin datang menghampiri Esa dan memberikan 2 botol
minuman dengan rasa kesukaan Esa.

“Menu khusus untuk anak tidak mampu.” Ucapan bibi itu


membuat Esa membelalakkan matanya

“Mana ada?” ucapnya dalam hati.

76
Ini program baru sekolah. Kau tidak usah takut. Makan
yang banyak ya.” Lalu bibi itu pergi, meninggalkan Esa
sendirian lagi. Hal seperti ini selalu datang dalam
hidupnya, saat sepedanya rusak tiba-tiba ada seorang
donatur yang datang ke panti asuhan tempat Esa tinggal
dan memberikannya sepeda, juga membawa laptop,
gadget bahkan playstation untuknya. Anak panti lain
diberi hadiah juga, tapi tetap saja. Kebetulannya ini
terlalu sering. Hal-hal tersebut mampu membuatnya
untuk tidak mengeluh.

Saat sedang berpikir keras, tiba-tiba tenggorokannya


terasa gatal. Esa dengan cepat membuka dan meminum
minuman yang diberikan bibi tadi. Saat selesai Esa
membuka matanya cepat dan menatap botol yang sedang
ia pegang. Rasannya seperti obat yang diberikan oleh ibu
panti dulu. Obat yang tak pernah ia rasakan lagi karena
harga yang terlalu mahal. Ada yang tidak beres.

Jean datang membawa sup untuk Esa. Tapi wajahnya.


Seperti habis menangis, tapi dengan raut wajah bahagia.
Jean merapikan makanan di meja, tapi Esa menghentikan
pergerakannya.

“Ada apa, Sa?” ucap Jean sembari menatap mata Esa.


Tatapannya lembut, tapi ada yang lain. Kebahagiaan
terpancar dari mata bulat coklat yang sedang Esa tatap.

Esa tersenyum, “Ada hal yang membuatmu bahagia


ya?”

77
Jean mengangguk. “Ya, aku sangat bahagia.”. Esa
tersenyum melihatnya dan mulai melahap makanan yang
ada di meja.

Jean memperhatikan Esa yang sedang menelan makanan


nya dengan susah. Esa bilang itu karena dia selalu sakit
tenggorokan.

“Pulang sekolah, aku ikut ke panti ya.” Esa


menghentikan kegiatannya dan menatap Jean dengan
keterkejutan terlukis di wajahnya.

“Bagaimana kamu tahu?”

“Sa, aku akan membawa kabar baik untukmu.


Bersabarlah.” Tanpa sadar Jean meneteskan air matanya.
Esa yang melihatnya semakin bingung dan memberikan
tisunya pada Jean.

Di perjalanan menuju panti asuhan, Jean dan Esa tidak


mengobrol. Entah karena keduanya sama-sama terkejut
atau apa. Tidak ada yang tahu.

Senyum tak pernah lepas dari wajah Jean dan raut


kebingungan Esa tak juga hilang sedari tadi. Raut
kebingungan itu semakin bertambah saat Esa melihat 2
mobil yang dia kenal berada di pelataran panti.

Itu mobil Ferro dan Alin, anak si pemilik sekolah.

Esa berlari masuk ke dalam panti dan menemukan Ibu


panti, Ferro, Alin dan 2 orang lelaki yang sudah cukup
berumur sedang berbincang hangat.
78
“Akhirnya kamu sampai. Duduklah ada yang ingin
Profesor Dami sampaikan.” Ucap Ibu panti dan
mendudukan Esa di sampingnya.

Sedangkan Ferro, Alin dan Jean menatap Esa dengan


tatapan hangat. Esa tidak mengerti situasinya.

“Esa, kamu bisa kembali bicara.”

Kalimat yang disampaikan Profesor Damian tadi sangat


mengejutkan Esa. 7 tahun yang lalu dokter ini bilang Esa
tidak dapat disembuhkan. Memang benar keajaiban
selalu datang di kehidupan Esa. Ibu panti menangis
sembari terus mengucapkan terima kasih kepada Dokter
Damian dan Dokter Minatozaki yang kelak akan
mengoperasi Esa di Jepang. Esa merasa seperti mimpi,
Ferro dan Alin sudah menceritakan yang sebenarnya.
Semua barang pemberian itu, alasan Ferro yang selalu
mengganggunya.

“Itu semua kulakukan agar kamu mengingat aku Esa, kan


bagus. Aku selalu bisa memantaumu, mengajakmu bicara
dan memberi makan. Aku menyuruh Jean untuk
berakting. Aku membawa nya langsung dari Bali tahu.
Aku mencari orang yang cocok untuk menjagamu.”
Penuturan Ferro tadi membuat Esa semakin bingung.

Sedangkan Alin hanya tertawa. “Maksud Ferro, anak-


annak di sekolah tidak boleh mengetahui kalau sakitmu
bisa disembuhkan. Jadi untuk melakukannya kamu butuh
seseorang, jadi Ferro membawa Jean dari Bali

79
untuk.menjagamu.” Esa mencoretkan pulpen di
kertasnya.

“Jelaskan padaku mengenai Jean!!”

Ferro tertawa dan mengangguk, “dia temanku. Lalu aku


menceritakan tentangmu padanya, lalu dia penasaran.
Dan, dia meminta padaku untuk masuk ke sekolah ini.
Jadi ya, kulakukan.”

Esa terdiam.

Ferro dan Alin ikut terdiam. Suasana tiba-tiba berubah


menjadi canggung. Esa berdiri dan pindah berdiri ke
depan mereka. Lalu membungkukkan badanya.

Ferro dan Alin tersenyum.

“Sama-sama, Arnesa.”

3 bulan kemudian

Sudah 48 menit tapi Esa belum juga terbangun dari


operasinya. Penyakit yang Esa derita adalah penyakit
Laringitis berkepanjangan yang membuatnya sukar untuk
berbicara.

Bau khas rumah sakit menyapu indra penciuman pemuda


itu. Dia membuka matanya dan ada dokter di
sampingnya. Ibu Panti, Ferro, Alin dan Jean menunggu di
luar.

80
“Esa sembuh?” tanya Ibu panti kepada Jean, Jean hanya
mengangguk dan tersenyum.

Tak lama kemudian, pintu itu terbuka menampakan


Dokter Minatozaki dan Dokter Damian dengan senyum
diwajahnya.

“Arnesa sudah dipastikan dapat berbicara dengan


normal.”

Tidak dapat dipungkiri lagi betapa bahagianya mereka


dan bergegas masuk ke dalam ruangan. Esa sedang
duduk bersandar pada ranjang dan menatap keempat
orang di depannya dengan tatapan bahagia; hampir
menangis.

“Terima kasih.” Ucapnya untuk pertama kali. Suaranya


bergetar menahan tangis. Ibu panti menghampirinya dan
memeluk putra sulung di panti itu.

Esa melepas pelukannya dan menatap tiga orang lainnya


dengan nanar. Mereka berkumpul dan menatap wajah
Esa penuh kerinduan dan kebahagiaan.

Dalam hati, Esa berjanji, mulai hari ini, secara resmi dia
berjanji kepada Tuhan. Akan melindungi Ibu Pantinya
dan menyerahkan hidupnya untuk menjaga dan rela
berkorban untuk Ferro, Alin dan Jean.

81
PROFIL PENULIS

Ayu Ria Kania, siswa SMAN 1 Subang yang kini duduk


di kelas XI IPS. Lahir pada tanggal 24 Maret 2002 di
Bandung. Dia memiliki hobi bermain basket dan kini dia
aktif di ekstrakulikuler bola basket yang ada di
sekolahnya. Untuk pembuatan cerpen ini dia ucapkan
terima kasih kepada Allah SWT, keluarganya, tema-
temannya, serta ibu guru mata pelajaran B. Indonesia
yaitu ibu Siti Farida.

Ayo lebih mengenal penulis ini!


82
Instagram: @ayuria.k

Kehidupan Dalam Kegelapan

Namaku Reza,

Aku merupakan siswa yang bersekolah di SMA negeri 1


harapan bangsa. Aku sering dikatakan berbeda dengan
siswa yang lain, karena aku tidak memiliki hobi, tidak
mengikuti ekstrakurikuler sama sekali, tidak ada
ketertarikan pada apapun dalam hidupku, aku hanya
mengikuti arus ombaknya kehidupan, yang selalu
terombang ambing dan tidak memiliki hasrat untuk
mencapai tujuan dalam kehidupan.

Keberadaanku sering didengar dengan orang yang


bersifat INTROVERT. Menurutku mereka tidak
sepenuhnya benar karena walaupun aku mengakui bahwa
aku memang susah untuk bergaul tapi bukan berarti aku
tidak ingin seperti yang lain, menikmati masa masa SMA
nya dengan penuh canda dan tawa, melalu kisah kisah
drama romansa yang menjadikannya sebagai hasrat yang
hanya bisa berada diangan angan saja.

Sering terbayang di benakku aku ingin berubah namun


karena kepribadianku yang tidak memiliki semangat

83
untuk bertindak jadi aku tidak pernah mencoba untuk
melangkah mencari jalan baru, mencari maknanya
kehidupan ini, karena bagiku semua terkesan biasa saja
dimana tidak ada yang membuat hatiku bergetar untuk
mencapainya, tidak ada yang dapat menggerakkan hatiku
ini dan disaat aku memiliki niat untuk berubah orang
orang malah bersikap dingin kepadaku mereka acuh tak
acuh kepadaku walaupun ini sudah biasa bagiku tapi
perasaan seperti tidak diinginkan ini membuatku semakin
tenggelam dalam kesendirian, kesunyian, dan
kegelapannya kehidupan. Dan itu membuatku menjadi
bimbang untuk berubah.

Pada suatu hari, dimana seperti biasanya, kekosongan


yang begitu kejam menemaniku setiap saat. Hari ini juga
hari dimana sekolahku mengadakan acara besar yaitu
WBB yang merupakan singkatan dari Waktu Budaya
Berkarya, acara ini diadakan setiap tahun disekolahku
dan juga bisa dikatakan acara yang wajib dilaksanakan
setiap tahunnya. Dicara tersebut setiap kelas mengadakan
suatu kegiatan seperti pementasan, kios-kios untuk
berjualan, dan masih banyak lagi.

Dan tiap tahunnya juga aku mengikuti acara ini dengan


menyindiri di sebuah kelas yang kosong dan melihat
yang lain menikmati acara ini dari jendela yang berada di
lantai dua. Dan disaat aku melihat yang lainnya sedang
menikmati acaranya tiba-tiba ada seorang gadis masuk
keruanganku.

84
“Jangan bilang siapa siapa ya “ sambil melihatku dengan
senyuman.

Beberapa saat kemudian dia membuka pintu kelas dan


melirik ke arah lorong. Disaat yang sama hanya satu hal
yang terbayang di benakku yaitu alasan dia kenapa
memasuki ruangan ini dan kenapa bukan ruangan yang
lain, kenapa aku terjebak bersama orang ini. Dan disaat
aku sibuk mencari maksud kedatangannya dia
menatapku.

“Kamu sedang apa disini?” ucapnya dengan memasang


muka yang terheran-heran

“Bukan urusanmu” sahutku

“Kamu enggak ikut WBB”

“Sudah kubilang kan, itu bukan urusanmu,” jawabku


dengan nada tegas.

“Berdiam diri di sini ditempat yang kosong, sendirian,


menurutmu apa yang bakal orang pikirkan?”

“Tenang saja tidak ada yang akan kemari?” sahutku.

“Apa kamu enggak kesepian?” dengan tatapan seriusnya.

Hanya dari kata kata tersebut lintasan kenangan


menyedihkan langsung berputar di pikiranku yang
membuatku semakin menyadarinya betapa sedihnya
hidupku ini. Wajahku langsung berpaling dan ragu untuk
melihatnya.
85
“Ayo ikut aku” sentaknya

Dia langsung menarik tanganku dan membawaku pergi,

“Mau kemana kita?” ucapku sambil terengah-engah

“Sudah ikutin saja” sahutnya sambil tersenyum

Dia mengajakku ke setiap kelas mencoba semua yang


disajikan oleh seluruh kelas kelas yang lain sambil
membicarakan tentang dirinya dengan senyuman yang
tulus. Aku iri padanya bagaimana dia bisa menikmati
semua ini dengan sempurna, aku seperti melihat sosok
yang bertolak belakang denganku dan bagaimanapun
sepertinya aku tidak akan bisa sepertinya. Dan hatiku
perlahan mulai terbuka

“Apa kau senang?” sahutnya

“.....” aku hanya bisa terdiam mendengarnya

“Oh iya kenapa engkau duduk sendiri dikelas tadi?”

“Sudah kubilang kan itu bukan urusanmu”

“Apa kamu baik-baik saja sendiri disana?”

“Emangnya ada hubungannya denganmu?”

“Bukankah kamu merasa kesepian disana sendirian, dan


juga berhentilah berpikir kamu itu sebagai orang yang
tidak berguna, kamu lebih baik daripada apa yang kamu
bayangkan, kamu lebih baik dari yang kamu bayangkan
Reza” katanya sambil memegang tanganku
86
“Tunggu kenapa kamu tau namaku, kamu sebenarnya
siapa?

“Hehe namaku Tika, hanya itu saja yang perlu kamu


ketahui”

Rasa curiga mulai muncul dari diriku. Sosok yang tiba-


tiba menghampiriku tanpa tahu siapa dia sebenarnya dan
membuatku takut. Dan memicu kembali kenangan
burukku yang pernah dipermainkan oleh seorang wanita
hingga membuatku trauma akan kejadian itu. Perlahan
rasa curiga mulai semakin menumpuk dan membuat isi
kepala seperti ingin pecah. Dan membuatku mundur
beberapa langkah.

“Reza kenapa kamu Menjauh dariku?”

“Bukan kah kita sudah menghabisi waktu bersama?”


menatapku sambil tersenyum sinis

“Tika, kamu mulai menakuti ku”

“Kenapa kamu takut padaku Reza”

“Dipikir-pikir pun kamu terlalu mencurigakan, coba saja


kamu bayangkan seseorang yang tidak kamu tahu asal
usulnya tidak kamu tahu siapa dia sebenarnya dan dia
tiba-tiba mengajak kamu berkeliling ke seluruh penjuru
sekolah, bukankah itu aneh?”

“Sudah aku bilang kan Reza, kamu tidak boleh


mengetahui lebih dari ini” ucapnya

87
“Bisakah kamu berikan alasannya?”

“.....”

“Kenapa kamu diam?”

“Karena jika kamu mengetahuinya kamu pasti akan


membenciku”

“Kamu semakin mencurigakan”

“Percayalah padaku Reza”

Dia terus menghindar untuk memberitahukan siapa dia


sebenarnya dan hanya membuat kecurigaan yang
semakin meningkat.

“Sudahlah kalo kamu memang tidak ingin


mengatakannya”

“Fuuuh.. kamu sudah percaya padaku”

“Aku tidak sebodoh itu, dan pergi menjauhkan dariku”

“Kamu.... mengusir ku?” sambil terbata-bata

Aku berjalan menjauh darinya, setelah beberapa langkah


aku melihat kebelakang dan melihat sedang merogoh
saku, dia mengeluarkan sebuah cutter dan membukanya
secara perlahan “tek tek tek” dia melihatku dengan
tatapan tajamnya dan membuat jantungku berdetak
kencang, bulu kuduk berdiri.

“Apa yang mau kamu lakukan?”


88
“Reza kamu membuatku terpaksa menggunakan cara ini,
aku hanya ingin kita bersama, bukankah kamu merasa
kesepian aku hanya merasa kasihan padamu namun
KENAPA KAU MENYURUHKU PERGI BUKANNYA
KAU MERASA KESEPIAN, DASAR TIDAK TAU
DIRI, jika kau tidak membutuhkanku maka kau tidak
adanya untuk hidup”

“Apa maksud perkataanmu itu?”

“Kamu hanya boleh hidup untukku”

“Apa maksudmu itu, hidupku bukan lah urusanmu”


sentakku

“Kalau begitu, lebih baik kamu MATI” sambil


mengarahkan cutter itu kepadaku

Aku tanpa sadar langsung berlari, terus berlari, dan aku


melihat kebelakang dia mengejar ku sambil tersenyum.
Pikiranku dipenuhi dengan situasi yang terburuk yaitu
aku yang mati dibunuhnya, tanpa sadar aku berlari kearah
gudang dan dengan cepat langsung masuk kedalam
gudang tersebut, mengunci pintu masuk dengan beberapa
meja. Kemudian dia datang ke gudang tersebut “dooor
doorrr dorr” dia memukul pintu itu terus menerus.

“Buka pintu ini Reza”

“PERGI KAU DASAR ORANG GILA”

Tiba-tiba suaranya menghilang membuat gudang itu


menjadi hening, namun keheningan ini tidak biasa,
89
keheningan ini malah membuatku takut karena tidak tahu
dimana dan sedang apa dia sekarang. Tiba-tiba terdengar
suara dari arah belakang dan ternyata dia kembali dengan
masuk dari jendela yang tepat di belakangku.

“Aku kembali Reza” ucapnya dengan senyuman seorang


psikopat

Aku langsung bergegas keluar dari gudang tersebut


namun karena beberapa meja tadi membuatku sulit untuk
membuka jalur untuk keluar. Dia menarik kerah
belakangku hingga aku tergeletak di lantai kemudian dia
mendudukiku dan menarik kerah baju, mengambil cutter
serta mengarahkannya kearah wajahku.

Jantungku berdebar, keringat terus bercucuran, seluruh


badan bergetar, dan hanya rasa takut yang ada disaat itu,
memenuhi otak dengan pikiran bahwa aku akan mati
disini. “Bruaaak” aku berada di lantai kelas kosong tadi
dan mereka yang lain masih menikmati acara WBB
sedangkan aku bercucuran keringat dan bingun dengan
apa yang terjadi saat ini, untunglah itu semua hanyalah
sebuah mimpi.

***Tamat***

90
PROFIL PENULIS

Dia adalah seorang siswa di SMA negeri 1 Subang. Dia


bernama Calvin Samrizal, dia sering dipanggil dengan
sebutan Calvin. Dia sekarang duduk di kelas XI IPS 1.
Kecintaannya terhadap budaya Indonesia bisa dilihat dari
ekstrakurikuler yang dia ikuti yaitu Pencak silat. Rasa
terima kasih dia utarakan kepada teman-teman
seperjuangannya atas dorongan, motivasi, serta inspirasi
yang telah diberikan selama dia membuat cerita pendek
ini.

Ayo lebih mengenal penulis ini!

Instagram: @calvin.s.1606

91
Facebook: Muhammad Calvin

Email: calvin.subang2018@gmail.com

92
Aku dan Dia
Dia adalah seorang perempuan biasa. Dia hanya
seorang pelajar yang biasa-biasa saja, tidak terlalu pintar
tetapi tidak bodoh. Dia juga berasal dari keluarga yang
biasa-biasa saja, tidak kaya tetapi tetap mencukupi
kebutuhan hidupnya. Namun, dia tetap bisa membuatku
jatuh cinta dengannya.

Berawal dari kita yang hanya sekedar teman sekelas.


Namun kian hari kami perlahan mulai dekat. Berawal
dari hanya sekadar mengobrol, dan bergurau baik secara
langsung atau lewat sosial media. Lalu terkadang kami
pergi ke kantin bersama, pulang bersama, dan pergi ke
tempat les bersama. Hal itulah yang membuat kami mulai
saling menaruh rasa.

Namanya adalah Lia. Dia adalah teman sekelasku


di kelas 10. Karena saat naik kelas absensi kami diacak,
aku tidak lagi sekelas dengan Lia di kelas 11. Kita yang
awalnya sering mengobrol secara langsung di kelas.
Sekarang kami hanya mengobrol ketika istirahat atau
melalui pesan Whatsapp. Meskipun jarak antara kelasku
dengannya sedikit jauh, kita masih tetap merasa dekat.

Kegiatan kaami sehari-hari hanyalah berangkat ke


sekolah, belajar di sekolah, lalu kembali ke rumah. Tetapi
kadang ada kumpul ekskul juga setiaap pulang sekolah
seminggu sekali. Ya, memang terdengar membosankan.
Tetapi sejak aku dan Lia mulai dekat, kegiatan di sekolah

93
pun tidak begitu terasa beban.

Hari itu aku merasa bosan, tidak ada tugas


maupun pekerjaan lain yang harus diselesaikan. Aku
hanya berbaring diatas kasur dan menatap langit-langit
kamarku. Tiba-tiba muncul sebuah pop-up pesan dari Lia
di handphoneku. Ternyata dia juga sedang merasa bosan,
tidak ada kegiatan lain juga. Kemudian, aku
menelponnya dan mengajaknya untuk pergi keluar,
sekedar hanya untuk bermain dan menghabiskan waktu
bersama. Aku lalu mengambil kunci motorku dan pergi
ke rumahnya untuk menjemputnya.

Setelah sampai dirumahnya, akupun mengetuk


pintu rumahnya. Diapun keluar dari rumahnya dan
terlihat rapi dengan hoodie dan celana jeansnya.
Kamipun kemudian berangkat menuju taman kota hanya
sekedar jalan-jalan saja.

Setelah sampai di taman, aku pun memarkirkan


motorku kemudian berjalan-jalan mengelilingi taman
sembari menikmati udara pagi hari. Kami berjalan-jalan
mengelilingi taman kota sambil mengobrol dan bergurau
lalu kami pergi menuju bangku taman. Saat kami duduk
santai menikmati pemandangan sore hari, aku ingin
sekali mengungkapkan perasaanku kepada Lia. Entah
mengapa aku mengira saat itu adalah waktu yang tepat
untuk mengungkapkan perasaanku padanya. Akhirnya
akupun memberanikan diri untuk mengungkapkan
perasaanku pada Lia.
94
"Lia, ada sesuatu yang ingin aku omongin." ucapku

"Iya ada apa?" tanya Lia

"Aku udah suka dan sayang banget sama kamu dari lama,
gatau kenapa aku ingin ngungkapin ini ke kamu saat ini
juga." kataku.

"Aku cuman ingin kamu jadi pacarku, aku sayang banget


sama kamu, mau ga?" aku bertanya pada Lia.

"Makasih udah ngungkapin perasaanmu. Tapi maaf, aku


gabisa jawab pertanyaan ini sekarang. Tolong kasih aku
waktu." jelas Lia.

Entah mengapa setelah aku mengungkapkan


perasaanku pada Lia, aku merasa senang dan tidak tenang
di waktu bersamaan. Akhirnya kami memutuskan untuk
pulang karena waktu sudah hampir Maghrib. Selama
perjalanan pun kami merasa sedikit canggung tidak
seperti biasanya. Setelah mengantarnya ke rumah akupun
bergegas untuk pulang.

Sudah 2 minggu ini Lia tidak pernah men-chat ku


lagi. Tidak ada kabar darinya dan sialnya aku tidak
begitu dekat dengan teman-temannya sehingga aku
kesulitan mendapatkan kabarnya. Akupun cemas dan dan
kebingungan akan keberadaan Lia. Apakah dia sudah
pindah dari kota ini atau apakah dia sudah menjauhiku?
95
Entahlah. Yang jelas aku kehilangan kabarnya.

Setelah tidak ada kabar dari Lia selama 3 minggu,


akhirnya aku berusaha untuk mencarinya. Akupun
bertanya-tanya kepada temannya, namun mereka
menjawab tidak tahu. Akupun memutuskan untuk pergi
ke rumahnya dan memanggilnya, namun yang keluar
adalah ibunya.

"Lianya sudah pergi tadi pagi mas, katanya mau makan


sama pacarnya." Jawab ibu Lia.

Akupun terkejut mendengar jawaban dari ibunya


Lia. Pacar? Pacar siapa yang dia maksud? Apakah selama
ini Lia sudah memiliki kekasih sehingga Lia berusaha
menjauhiku? Entah mengapa dadaku terasa sesak sekali
saat itu. Akupun berpamit pada ibu Lia dan memutuskan
untuk pergi ke restoran favorit Lia. Karena sepertinya Lia
sedang makan disana bersama pacarnya.

Setelah sampai di restoran, akupun masuk dan


mencari tempat duduk sambil melihat-lihat dimanakah
Lia. Akupun duduk di meja A14 yang posisinya tidak
begitu jauh dari kasir. Akupun melihat ke sebelah kiri di
mana ada seorang laki-laki muda yang berprnampilan
cukup classy duduk di meja A13. Dan sebelah kananku
ada seorang laki-laki seumuranku dengan penampilan
yang cukup trendy. Dia duduk di meja A15 dan
sepertinya dia makan tidak sendiri. Aku tidak melihat
Lia. Akupun kemudian memesan teh manis dan men-chat
96
Lia, barangkali dia menjawab chat ku dan memeberi
penjelasan kemana saja dia selama ini.

Tak lama kemudian, muncul seorang perempuan


dari arah belakangku. Dia baru saja keluar dari toilet.
Aku tidak sempat melihat wajahnya dengan jelas. Namun
dari gaya dia berjalan, cukup familiar bagiku. Setelah itu,
perempuan tersebut duduk bersama dengan laki-laki yang
duduk di meja A15 samping kananku. Saat mereka
mengobrol, aku mendengar suara yang cukup familiar.
Gaya berbicara yang aku kenal dan suara yang pernah
aku dengar. Akupun kemudian membuka handphone ku
dan menelpon Lia, ya aku menelpon Lia entah mengapa.
Saat aku menelponnya, aku mendengar nada dering
handphone yang terdengar sangat familiar bagiku, yaitu
nada dering dari handphone Lia. Ternyata perempuan
disebelahku adalah Lia, firasatku benar. Saat itu Lia
langsung menutup telponku. Dadaku terasa sangat sesak
entah mengapa, aku ingin menangis tapi tidak bisa. Aku
hanya bisa terdiam mendengarkan obrolan mesra mereka
yang dilengkapi dengan kata "sayang". Akupun men-chat
Lia dengan mengirim foto Lia dengan pria asing tersebut.
Akhirnya Lia menyadari kehadiranku dan ia tampak
terkejut dan aku mencoba mengajaknya keluar untuk
mengobrol sebentar.

Saat diluar restoran, perasaanku marah, sedih,


kecewa bercampur aduk rasanya. Akupun mulai bertanya
kepada Lia

97
"Kamu selama ini kemana aja?" tanyaku dan Lia hanya
terdiam saja.

"Aku udah cemas banget sama kamu kamu kemana aja?"


aku bertanya dan Lia masih terdiam.

"Kamu ngerti gak perasaan aku gimana?"

"Siapa dia? Pacarmu?"

"AKU GAK MAU KITA JADIAN!" kata Lia dengan


tegas.

"Aku kecewa sama kamu, aku udah nganggep kamu kaya


kaka aku sendiri tapi kamu kenapa naruh rasa lebih sama
aku?" tanya Lia.

"Kamu juga udah ngecewain perasaan aku. Kamu yang


gak pernah ngasih kejelasan sama aku dan sekarang
kamu nyalahin aku?" aku terus terang.

"Sakit perasaanku, sakit banget. Kamu gak ngerti kan?"

"Aku sayang sama kamu, tapi sekarang kamu ngecewain


aku." kataku.

Saat itu perasaanku sangat hancur. Aku hampir


menangis karena merasa sangat sakit hati namun aku
berhasil menahannya. Setelah kami mengobrol akupun
memutuskan untuk membayar teh manisku dan langsung
98
memutuskan untuk hengkang dari restoranku. Terlihat di
kaca spion Lia berdiri terdiam dan menangis. Jujur saja
aku tidak tega, tapi hatiku sudah cukup merasakan sakit
ini.

Setelah aku sampai ke rumah, akupun segera


masuk dan pergi ke kamar mandi untuk mengguyur
badanku dengan air dingin. Entah mengapa aku mengapa
aku merasa sedikit lebih tenang saat kepalaku terguyur
oleh air yang mengalir dari shower. Mungkin karena air
mata tangisku yang bersath dengan aliran airnya atau
memang aliran air ini meluruhkan rasa sakit dalam
jiwaku.

Setelah mandi, akupun segera pergi ke kamar.


Membukakan jendela dan memandangi langit malam
yang begitu indah. Aku merasa sedikit lebih tenang
daripada tadi sore. Akupun mulai bertanya-tanya.
Bagaimana bisa Lia mengecewakanku? Mengapa Lia
begitu tega menyakiti hatiku? Apakah aku hanya sedang
berhalusinasi saja?

Hari demi hari, aku sudah mulai melupakannya.


Aku sudah mulai beraktivitas seperti biasa tanpa ada lagi
beban pikiran juga perasaan. Mungkin dia juga sudah
melupakanku. Melakukan aktivitas yang ia lakukan
seperti biasanya, mungkin dengan pacarnya juga.
Terkadang aku merasa bodoh dan lucu saat mengingat
kejadian itu. Aku dan dia tidak akan bisa bertemu lagi

99
PROFIL PENULIS

Namanya adalah Dafa Naufaldi Fadhilah Putra.


Seorang pelajar yang tinggal di Kalijati, Subang, Jawa
Barat yang lahir pada tanggal 23 Mei 2003. Saat ini dia
bersekolah di SMA Negeri 1 Subang dan duduk di
bangku kelas 11. Kegiatan sehari-harinya selain belajar
adalah bermain games, kumpul bersama teman-
temannya, dan bekerja part time video editor dan desaain
grafis.

Ayo lebih mengenal penulis ini!

Instagram: @dafanfp

100
Mettaz
Juni, 2016.

Namaku Freya

Freya Metta Zakiya lahir di Bogor. Ibuku orang


Tangerang yang dulu dikenal sebagai guru sastra killer
pada masanya. Ayahku salah satu dosen di universitas
Cirebon, sesuai kelahirannya. Setelah menikah, mereka
pindah ke Bogor dan disinilah ceritaku dimulai.

Siapa sangka mempunyai nama yang sama menjadi satu


hal yang menyatukan dua insan ini. Tinggal di kota yang
sama dan satu sekolah, tetapi tidak mengenal satu sama
lain. Suatu hari, Freya menyadari ada pesan tak dikenal
yang masuk ke nomornya, pesan tersebut ditunjukkan
kepada Freya tersendiri. Penasaran, Freya pun membaca
dan meneliti isi pesan tersebut, benar ini bukan pesan
yang terkait dengan dirinya, pesan tersebut ditunjukkan
kepada orang yang memiliki nama sama dengannya. Di
satu sisi, Freya merasa geli. “bagaimana bisa ada orang
yang memiliki nama sama dan pesan nyasar sampai pada
dirinya.”. Tak berpikir panjang, Freya langsung
membalas pesan tersebut yang berbunyi “ Hi, tampaknya
pesan ini seharusnya ditunjukkan pada Freya yang di
Bandung, tetapi nyasar ke nomorku. Aku tinggal di
Bogor, terima kasih.” Awalnya Freya tak menyangka
bahwa pengirim pesan tersebut membalas pesan yang

101
Freya kirimkan, karena ia pikir mungkin saja pengirim
pesan akan mengabaikan pesan tersebut karena
kesibukannya. Tak berapa lama, pesan Freya mendapat
respon yang cukup baik dari pengirim pesan misterius
itu.

“Hi Freya! Terima kasih sudah membantu dan


memberitahu, salam hangat dari ku, Farzan di Bogor.”
Percakapan yang baik itupun berlanjut ke percakapan
berikutnya. Hal-hal umum pun dibahas mulai dari tempat
menongkrong hingga suasana sekolah. Hingga suatu saat
Freya penasaran pada wajah Farzan dan memintanya
untuk mengirimkan foto kepadanya. Tidak lama
kemudian Farzan mengirimkan sebuah foto dengan muka
sedikit lancip, rambut sedikit berjambul, dan memakai
kaus putih. “ Wah dia tampan! Bagaimana caranya agar
aku dekat dengannya?.” Batin Freya dalam hati. Tak mau
melewatkan kesempatan itu, Freya membawa percakapan
mereka semakin asik dan mengalir begitu saja. Hal-hal
pribadi pun menjadi salah satu bahan perbincangan
mereka, bahkan perbincangan tersebut membuat mereka
menghabiskan waktu 4-5 jam bermain handphone.
Mengakui bahwa dirinya sedang jatuh cinta pada lelaki
tersebut, ucapan terimakasih pun terlontar karena sudah
menjadi teman berbincangnya disambut dengan baik oleh
Farzan.

Dan pada akhirnya pekan libur akhir tahun pun telah


berakhir dan saatnya Freya memasuki sekolah baru nya.

102
“Maaf gak sengaja, soalnya aku lagi buru-buru.” Ucap
Freya dengan buru-buru sambil memasuki buku panduan
dan handphone yang terjatuh di hadapan nya.

“ Tak apa, lain kali jangan terlalu fokus bermain


handphone.” Ucap lelaki tersebut sembari berbisik ke
telinga nya.

Sesampainya di kelas,freya memperkenalkan dirinya di


hadapan guru dan teman-teman baru nya.

“ Perkenalkan namaku Freya Metta Zakiya, kalian bisa


panggil aku Metta, senang bertemu dengan kalian
semua.” Ucap Freya sembari tersenyum manis.

Setelah Freya memperkenalkan diri,freya duduk di pojok


sebelah kanan dengan wanita cantik yang berambut
pirang,ya dia bernama nada alifya. Setelah dua hari freya
bersekolah di sekolah baru nya,ia baru menyadari bahwa
farzan lelaki misterius pada masanya itu sekelas dengan
dirinya.

“ Hi freya! Kamu suka baca buku ya?” ucap seorang


lelaki yang tiba-tiba duduk di dekat freya. Lalu freya
menoleh ke arah suara tesebut dan freya terkejut

“Apakah ini nyata atau hanya mimpi?!” ucap batin nya.


Dan setelah beberapa menit freya malamun dan menatap
wajahnya,lelaki tersebut menepuk bahu freya dan
bertanya

103
“ Hei, kenapa kamu melamun seperti itu? Apakah ada
yang salah dengan wajahku ini?”.

Lalu freya terkejut dari lamunan nya dan langsung


membalas omongan lelaki itu dengan terbata-bata “ eh
hm tidak kok,kenapa kamu ada disini?”. Lelaki tersebut
hanya tersenyum manis karena melihat muka freya
memerah dan salah tingkah itu. Setelah mereka
mengobrol dengan asyik dan ternyata benar lelaki
tersebut adalah “ Farzan” manusia misterius yang tampan
itu. Semakin hari aku semakin dekat dengannya, seperti
makan, mengerjakan tugas, pulang pergi sekolah pun
bersama.

Tidak terasa sudah 1 tahun aku bersekolah disini dan aku


bersama farzan menjadi musuh sekaligus teman dekat.
Berjalannya waktu, aku memiliki rasa nyaman
terhadapnya yang kemungkinan ia tidak akan membalas
rasa yang sama sepertiku. Namun, aku harap ia akan
membalas rasa yang aku rasa pada saat itu. Entah
mengapa setiap bertemu dengannya aku tidak bisa
berkata-kata, aku hanya bisa melihat matanya dan aku
selalu tertawa kecil ketika melihat muka konyol yang ia
tunjukkan kepadaku. Aku sangat suka dengan sikap nya
yang berbeda terhadapku. Entah setiap yang ia lakukan,
sepertinya aku akan menyukainya dan aku sangat senang
ketika kita seperti Tom and Jerry yang disetiap waktunya
tidak ada kata “Damai” melainkan kita selalu saja ribut.
Selalu saja kita menjadi sorotan teman-teman kelas dan
selalu ada saja yang berbicara “Kenapa sih kalian

104
berantem terus?” “Bisa gak sih gak berantem sehari aja!”
“Awas loh nanti jodoh! hahaha.” Senang rasanya
mendengar dengusan mereka seperti itu, tetapi
menurutku rasanya saat ini berbeda dan sedikit aneh
karena kita tidak seperti biasanya, ya karena kita sudah
menjadi dua orang asing yang melupakan masa-masa
konyol pada saat itu. Aku tahu ini terlalu cepat, karena
ini salahku dan aku tidak berpikir panjang kedepannya
bagaimana. Tidak seharusnya aku menyimpan rasa
terhadapmu, tapi apa boleh buat? Aku sudah terjebak di
zona nyaman ini dan aku sudah nyaman terhadap
sikapmu beberapa bulan belakangan ini. Terimakasih
telah menjadi teman ributku di setiap harinya, ya
terkecuali hari sabtu dan minggu, karena kita juga butuh
istirahat dan asupan-asupan yang bergizi agar kita kuat
sekuat baja pada saat perang hihi. Yang aku harapkan
saat ini, semoga saja tidak ada seseorang sepertiku lagi
yang membuat kekacauan terhadap telingamu dan bagian
tubuhmu itu, karena aku tidak bisa mengendalikan
suaraku dan cubitan manisku ini, dan terimakasih telah
sabar menghadapi sikap ego yang amat tinggi ini. Kita
yang dulu begitu manis berubah menjadi kita yang begitu
asing.

Sudah hampir 5 bulan tidak berbincang banyak dengan


farzan,tiba-tiba farzan menelponku dan meminta bertemu
dengannya di taman dekat rumahku. Sesampainya di
taman,aku masih bertanya-tanya mengapa farzan tiba-
tiba mengajak bertemu dan tidak memberi alasan sama
sekali kepadaku?. Sudah hampir 20 menit ku menunggu
105
farzan,akhirnya farzan pun sampai. “ Kenapa kamu
menjauh dari ku frey?” tanya farzan. Sontak aku terkejut
pada saat farzan memulai obrolan dengan pertanyaan
seperti itu. Aku bingung sebenarnya apa yang terjadi
pada kita dan siapa yang memulai menjauh terlebih
dahulu?. “ Aku gak merasa kalau aku menjauh dari kamu
zan.” Ucap freya sambil menunduk. Farzan pun terdiam
lalu ia duduk disampingku dan merangkul bahuku
sembari ia bicara “ Aku tahu frey,kamu menjauh dari ku
semenjak pada saat kita berkumpul bersama di Coffe
Acil dan temanmu memberitahu ku dan semua teman-
teman, kalau kamu mempunyai rasa lebih dari teman
terhadapku. Aku tidak melarangmu untuk mempunyai
rasa nyaman,sayang dan hal lainnya.” Lalu freya
memotong pembicaraan farzan “ Sudah jangan bahas soal
itu zan, memang sudah salahku yang menaruh hati
terhadapmu sedangkan kamu hanya menganggapku
teman dekat seperti biasa,maaf.”

Setelah berbincang banyak, ia mengantarku pulang.


Malam yang dingin dengan rasa canggung kita rasakan
pada saat itu. Dan sesampainya dirumah ia memecahkan
rasa canggung itu .

“ Terimakasih sudah meluangkan waktumu,jangan sedih


lagi!” ucap farzan

“ Sama-sama” ucapku sembari senyum manis.

“ Aku senang melihat senyum mu itu kembali, yasudah


aku pulang, istirahat lah, aku mencintaimu”
106
Lalu ia pergi dan melambaikan tangan dengan senyum
manisnya .

Aku lega dengan semua yang sudah kita bincangkan pada


malam itu,dan aku masih memikirkan,apakah aku yang
memulai menjauh darinya? Dan apakah yang ia ucapkan
“ aku mencintaimu” tadi benar-benar dari hatinya atau
hanya saja ia kasihan padaku dan ia hanya memberi
sebuah harapan seperti wibra pada saat itu?

Wibra ? siapa dia ?

Ya, dulu aku begitu mengagumi sahabat farzan yang


bernama wibra. Dia humoris,mudah bergaul dan pintar.
Aku merasa bahwa kita cocok. Karena sebelum
mengenal lebih dekat dengan farzan, kita sering pergi
berdua, mengerjakan tugas bersama dan menghabiskan
waktu berdua, sampai kita menyukai suatu benda yang
sama. Namun, kita terjebak pada suasana ini. Terlalu
nyaman dalam zona teman,dia pun tak pernah memberi
kepastian kepada ku. Wibra seolah memberi harapan
dengan perilaku yang baik dan perhatian. Sayangnya, hal
ini tidak dibarengi dengan kejelasan.

Sementara aku terus menjaga diriku sebagai wanita. Aku


merasa menjadi pihak yang harus diperjuangkan oleh
nya. Lalu, wibra mulai berubah dan sedikit menjaga
jarak. Aku sedikit kesal dan menceritakannya pada
farzan.

107
“ kenapa kamu memendam rasa seperti itu? Dan kenapa
kamu tidak jujur akan hal perasaanmu itu pada wibra?”
tanya farzan.

“ aku perempuan zan.” Jawabku menekan.

“ lalu maumu apa?”

Pertanyaan farzan membuntukan pikiranku hingga aku


berpikir bahwa dia tidak mengerti perasaan ku. Tapi dia
segera menjelaskan nya

“Freya, coba deh kamu ambil sebuah kertas dan pulpen


yang ada didalam tas mu, lalu kamu tulis alasan kenapa
kamu menyanyangi ayah mu dalam satu kata.” Bisik
farzan .

Mendengar hal itu, aku berpikir dan spontan

“Ga nyambung zan!” ucapku sembari teriak.

Lantas aku meninggalkannya dengan wajah yang


murung.

Sesampainya dirumah aku berfikir dan mencoba apa


yang diucapkan farzan . Ku ambil kertas dan coba
kutuliskan perasaanku dalam satu kata. Aku menyayangi
ayahku karena ...

Baiklah, aku tak bisa mengatakan aku menyayanginya


karena ia adalah tulang punggung keluargaku dan itupun
lebih dari satu kata.

108
Aku mencoba berpikir keras untuk menemukan
jawabannya,namun tak juga kutemukan kata-kata yang
pas dan tanpa sadar aku menuliskan sebuah kata, yaitu
“cinta”. Dan aku melamun akan hal yang sudah
kutuliskan tadi,bodoh.

Keesokan harinya, kutunjukkan tulisan itu ke Farzan


pada saat di kelas. Dia tersenyum dan berkata “ kamu
benar Frey,ini jawabannya.”

Aku memandang Farzan dan masih belum mengerti.


Kemudian Farzan berkata

“Cinta itu tidak logis,tidak butuh alasan. Jadi kalau kamu


suka padanya utarakan saja. Bukan karena kamu
perempuan lalu membatasi diri,nanti kamu akan
menyesal Frey.”

Sebenarnya aku masih kurang paham, tapi pada


akhirnya,aku memang mengutarakan perasaanku pada
wibra. Lalu setelah kita resmi berpacaran, ada yang
menjanggal. Ya setelah aku dan Wibra berpacaran,
Farzan menghilang. Aku jarang melihatnya,kalau aku
bertanya pada Wibra pasti dia menjawab “ Farzan sedang
konsentrasi belajar untuk UAS nanti.” Aku tidak percaya
karena Farzan orang yang sangat sangat jauh dengan
buku dan bodo amat akan hal UAS atau pun UTS yang
akan ia laksanakan nanti.

Ada rindu yang terasa di hatiku. Aku sangat senang


setiap kali aku bisa bertemu Farzan di kelas, walaupun

109
itu hanya sebentar dan berbincang akan hal tugas. Wibra
memang pria idamanku, tapi dia terlalu bodo amat.
Kemesraan yang kubayangkan hanya angan-angan saja,
nyatanya Wibra itu orang yang sangat jaim untuk
romantis dan hanya manis di awal.

Hubungan kita pun berakhir hanya dalam 5 bulan pada


tanggal 09 november. Aku tidak merasakan patah hati.
Aku merasa baik-baik saja. Ya, walaupun ada rasa
kecewa yang aku rasakan. Namun, tetap saja yang aku
pikirkan dan aku rindukan hanyalah Farzan.

Akhirnya setelah sekian lama Farzan menjauh dariku,


Nada memberi tahu Farzan bahwa aku putus dengan
Wibra.

Tiba-tiba ada notif pesan dari nomor yang tak dikenal


yang berisikan

“ Hi freya,tampaknya kamu sedang bahagia hari ini,aku


senang melihatmu tersenyum bahagia!”

Sontak aku terkejut dan sepertinya aku mengenal siapa


manusia yang dibalik pesan tersebut. Ya benar! dia
Farzan si lelaki misterius pada masanya yang sudah
menghilang dan menjauh dari ku selama beberapa bulan
kebelakang. Tetapi aku pura-pura tidak mengetahui siapa
seseorang yang mengirim pesan tersebut.

“Hallo,maaf ini dengan siapa,tahu nomorku darimana


ya?.” Ketik ku sembari tertawa kecil dan aku melihat ke
arah nya.
110
Kemudian farzan pindah tempat duduk ke tempat raya
yang ada di belakang bangku ku.

“Hm sepertinya kamu sudah lupa kepadaku frey.”

Lalu aku langsung menoleh dan mencubit tangannya.

“ Apa maksudnya kamu mengirim pesan seperti itu dan


kenapa kamu menjauh dari ku farzan manusia
bodoh,pemalasss!” ucapku di telinganya sembari teriak
sekencang mungkin.

“Frey sakit lepasin argh!”

“Ya ini salahmu! Aku gak akan maafin kamu sampai


kapan pun!.” Ucap ku sembari lari keluar kelas.

Tak lama kemudian Farzan menyusul ku ke Taman dan


membawa dua ice cream.

“Udah lah jangan ngambek gitu,jelek kamu kalau lagi


ngambek wle.” Ucap Farzan sembari mencubit pipi dan
meledek ku.

“Terserah!.” Ucapku kesal.

Lalu ia membuka ice cream yang ia bawa dan


memberikannya kepadaku.

Dan disinilah kita berbincang banyak. Yang aku rindukan


semuanya sudah terbalaskan pada saat itu. Senang sekali
rasanya kembali dekat seperti perkenalan awal kita. Jujur
aku bingung dengan perasaan ini yang terombang

111
ambing. Aku tidak tahu mengapa aku harus tetap
mencintai Farzan padahal sebelumnya aku sangat
mencintai Wibra dan sama sekali tidak ingin berpisah
dengan Wibra.

Terimakasih Freya Bandung! Berkat mu Farzan menjadi


bisa dekat denganku, dan bisa menjadi human diary ku
sampai saat ini.

Cinta memang tak butuh alasan, tak bisa dijelaskan, tapi


bisa dituangkan dalam perbuatan. Dan aku pun tidak
pernah bertanya kepada Farzan, apa Farzan mencintaiku
dan kenapa dia mencintaiku. Tapi yang kutahu, dia tulus
mencintaiku seperti aku mencintainya.

112
PROFIL PENULIS

Namanya Dita Ayu Meilani, bisa dipanggil Dita. Dia


saat ini bersekolah di SMA Negeri 1 Subang. Saat ini
duduk di bangku kelas XI. Lahir pada tanggal 30 Mei
2003 dan mempunyai hobi bernyanyi. Tentunya dia
ucapkan terima kasih kepada Allah SWT, kepada
keluarga dan teman-teman yang sudah mendukungnya
untuk menyelesaikan cerita pendek ini. Tak lupa juga dia
berterimakasih kepada diri sendiri, karena sudah bisa
menceritakan apa yang sudah terjadi dalam hidupnya dan
dibuatkan menjadi cerita pendek ini. Dan yang terakhir
dia berterimakasih kepada Ibu Siti Farida yang sudah
membuat dan mendorong motivasinya untuk lebih bisa
menuangkan ide dimana pun dan kapan pun berada.

Instagram: @ditaayumeil

Email: ditaayumeilan@gmail.com

113
114
NARAYA

Pertengahan 2018.

Hari rabu tanggal 24 Agustus 2018 di Bogor, awal kami


mengenal satu sama lain. Tidak bukan mengenal seperti
orang pada umumnya, aku mengenal ‘dia’ lewat media
sosial, yah mungkin salah satu dari kalian mengenal kata
‘roleplayer’? hehe aku gak ngerti juga kenapa kami bisa
menjadi dekat seperti ini.

Singkat ceritanya seperti ini, awalnya aku main rp ini tuh


buat iseng-iseng aja sih. Pertama aku main rp aku pake
karakter kuanlin, pertamanya sih adem ayem tentram
damai, tapi keaadan mulai berubah waktu aku udah
punya banyak fams, bestie, dan cp. Itu semua istilah yang
dipake rp. Aku sama cp ku aman aman aja sih belum tau
dia kalau aku ini transgender di rp (real life aku cewek
dan aku nyoba jadi laki-laki di roleplayer ini). tapi
keaadaan memburuk ketika seseorang datang dan
menanyakan bahwa kalau aku ini tg ( transgender ). Ya
aku mengelak dan berkata padanya ‘tidak aku cowok
tulen kok’ lalu dia menjawab, ‘jangan bohong, aku tau

115
kamu cewek tulen di rl. ( real life ). Untuk beberapa hari
kedepan kami masih mendebatkan soal itu.

4 minggu kemudian, dia chat aku lagi dia bilang

@fckjnprl

Aku masih penasaran, kamu cewek kan sebenarnya

Mau aku cewek atau cowok masalah kamu apa?

Aku suka sama kamu, aku ga suka kamu punya


orang lain, putusin dia.

Siapa kamu ngatur aku, ga mau ya

Dia temen aku, aku bisa aja bocorin ke temen aku itu
kalo kamu sebenarnya perempuan asli.

Kok kamu nyebelin sih.

Karena aku sayang sama kamu, aku mau kontak rl


kamu boleh

Ga mau

Plis line aja dah, aku add kamu ntar

Yaudah nryazkyptr itu id line ku


116
Makasih cantik.

Seperti itulah singkat cerita kami. Dari mulai saat itu


kami saling terbuka satu lain, aku yang sudah tau nama
dia , kota kami yang sama di Bogor, tapi kami belum
pernah ketemu rencana nya sih hari ini dia ngajak buat
ketemuan hehe. Seneng banget deh pokonya. Dia
memintaku untuk menunggu di perpustakaan kota.

“ Dek kakak duluan ya, ada keperluan dulu sama temen


kalau acara ketemuannya udah selesai kamu chat kakak
lagi aja ya “ ujar kakakku Bilal Maulana Hafidz

“ Iya kak, makasih ya kakak hati-hati jangan kebut kebut


“ Iya adek bawel, assalamualaikum “

“ Waalaikummusalam “

Setelah itu aku masuk dan berkeliling untuk mencari


buku yang cocok ku baca, setelah 20 menit aku
mengelilingi rak buku, dering telfon ku berbunyi

Rafael is calling you…

Santai Nar gak usah gugup huft


117
“ Kamu dimana aku udah di dalam perpustakaan nih “
ujarnya

Suaranya.. yaallah berat sekali

“ Eh-hh ini aku juga udah di dalem kok “

“ Di mana Nar “

Tut..tut..tut..

“ Naraya? “

“ Subhanallah, anda siapa? “ tanyaku sambil terkaget


kaget

“ Loh ini bener Nara? Kita kan satu sekolah ternyata


benar ya jodoh itu taakan kemana “

“ Masa sih aku gak pernah liat kamu tuh hehehe “

“ Huft yasudah tak apa, kita ulang perkenalan kita oke


aku Rafael Immanuel Benedict “

Salib…

“ Oh-hh iya hehe, aku Naraya Azkiya Putri salam kenal “

“ Kaku banget, santai aja kita kan sudah berhubungan “


118
Ya Allah jadi selama ini aku berpacaran dengan orang
yang berbeda keyakinan denganku? Bagaimana dengan
bunda tahu kalau anaknya menjalin hubungan dengan
orang yang berbeda Tuhan denganku. Mengapa seperi
ini yaallah, aku sudah terlanjur nyaman dengannya.

-------------

Sumpah hari ini berat banget deh, keluar kelas mukaku


kucel bin kusut.

Oiya aku lupa cerita aku sama Rafael ternyata satu


sekolah, ntahlah kalian juga pasti bingung kami satu
sekolah tetapi tidak mengenal satu sama lain, antara aku
yang jarang melihat dia atau aku yang tidak mengenal
semua murid sekolah ini. Aku sudah mejalani hubungan
dengan dia sampai sekarang kira-kira 1 tahun 2 bulan
huft, berat sih dengan berbedanya kami namun
bagaimana lagi kalau kami sudah nyaman satu sama lain.

Yasudahlah aku lapar, isi otakku hanya ‘batagor Mang


Uchup pasti enak nih’ hehehe.

“ Mang Uchup batagor satu biasalah ya yang pedes hehe”

“ Eh Neng Nara siap neng tunggu ya 5 menit”


119
“ Siap mang “

Aku yang lagi duduk sambil nunggu batagor Mang


Uchup tiba tiba ada minuman isotonic di hadapanku,

“ Loh Mang uchup Nara ga pesen minum-

“ Oh jadi aku Mang Uchup nih “

“ Loh kamu toh El hehe, ya kirain Mang Uchup aku ga


tau kamu mau kesini maaf ya “

“ Gapapa sayang santai aja, kenapa hm mukanya kusut


banget? “

“ Tadi aku ulangan sosiologi soalnya susah banget


padahal aku belajar loh “

“ Yaudah berdoa saja semoga hasilnya memuaskan ya “


ucapnya sambil mengusap kepalaku

“ Iya makasih ya El “

“ Eh ini neng batagornya “

“ Makasih ya mang “

“ Kamu mau? “

120
“ Enggak kamu aja makan, aku tadi dikelas udah makan
bolu, biasa si Panji jual paksa sama ku “

“ Oalah gitu yasudah aku makan dulu ya “

“ Iya Nar “

“ Kamu tadi pelajaran apa El? “ Tanya ku sambil


menyuapkan batagor ke mulutnya

“ Matematika, ngomong-ngomong mamih mau ketemu


sama kamu hari ini bisa kan? “

“ Hah seriusan? “

“ Iya sayang, bisa kan?”

“ Bisa dong hehe”

“ Oke sip, nanti sekalian mampir ke mini market dulu ya


ada satu barang yang harus aku beli”

“ Oke”

----------

Aku udah sampai di rumah Rafael di Daerah Sentul, agak


jauh juga sih dari kawasan sekolah. Gila rumahnya gede

121
banget ga boong hehehe. Tapi begitu masuk perbedaan
begitu menyengat, terlihat jelas rumah kami yang sangat
berbeda, bukan berbeda dalam kata lain ya ku melihat
sekeliling ruangan terdapat salib yang berada di ruang
tamu dan juga patung bunda maria yang menyambut
hangat kedatangan kami berdua.

“Assalamualaikum” ucapku dalam hati.

“ Syalom, mamih Rafael pulang “ teriaknya

Mamanya Rafael yang sedang sibuk di dapur pun


langsung melihat kearah putranya yang baru saja pulang.

“ Kamu ini kebiasaan banget kalau pulang selalu teriak


teriak” ucap beliau

“ Ya maaf mih, udah kebiasaan jadi susah buat


diilanginnya hehe” cengirnya

“ Kamu ni toh, eh sebentar ini Nara? Yang selalu Rafael


ceritakan itu?”

“ Oh iya tante aku Nara, oiaya tan ini ada sedikit kue
untuk tante” sapaku dengan senyum hangatku

“Oalah cantik ya, ih ga usah repot repot padahal sayang “


122
“ Enggak kok tan hehe”

“ Yasudah tante terima ya”

“ Mih aku sama Nara ke atas dulu ya”

“ Iya sayang, jangan macem-macem ya!”

“ Ya enggak lah mih yakali”

------

“ kita sudah tahu, aku dan kamu memilih jalan yang


berujung terluka”

[NARAYA]

“ El’ panggilku sembari gugup

“ Kenapa Nar? Ayok masuk tenang aku ga apa-apain kok


wkwkw”

“ apasih El “

Saat aku masuk kedalam kamarnya,gak bisa deh aku


deskripsikan KAMARNYA BERSIH BANGET, RAPIH,
WANGI LAGI beda banget sama kamarku huft.

“duduk Nar, tadi kenapa manggil?’


123
Aku tersenyum kearahnya ntahlah rasanya tidak enak
harus menanyakan soal ini,

“ Loh kenapa senyum Nar?’

“ Hmm gini El “

“ Kenapa Nar, ngomong aja”

“ Aku takut..

“ Takut kenapa? Ada hantu di kamarku?”

“Bukan ih bukan soal itu, kamu pasti tau kan


konsekuensinya gimana?”

“Konsekuensinya? Gimana toh aku ga ngerti kamu


ngomong apa”

“ Kita sudah tau bukan, aku dan kamu ini memlih jalan
yang berujung terluka?”

“ Maksudnya Nar gimana deh otakku belum sampai ini”

“ kita ini berbeda El” ujarku dengan berurai air mata

“kita bersama bukan karena kita sama justru malah kita


yang berbeda Nar, ya walaupun sesungguhnya manik-

124
manik rosarioku tetap berbeda dengan manik-manik
tasbihmu “

“ tapi bagaimana El”

“ meskipun kebahagiaan belum kita temui, setidaknya


kita nikamati dulu kebersamaan kita. Sambil kita
pikirkan apa yang akan kita lakukan nanti”

“ maafin aku ya El”

“minta maaf kenapa hm? Yasudah kamu jangan sedih ya


ayo kita turun mamih barusan chat aku buat makan sore
Bersama,” akupun mengangguk kemudia ikut Rafael
untuk turun ke dapur. Entahlah hari ini perasaanku
bercampur aduk hmm.

-------

Aku baru selesai sholat Isya, barusan Rafael chat katanya


mau main kerumah ntahlah rasanya ganjal sekali, kulipat
sajadah dan mukena dan kuletakan pada tempat semula.
Sambil menunggu Rafael datang kumainkan handphone
ku. tak lama ku mendengar bunyi ketukan dari arah
pintuku

125
Tok tok tok..

“ dek, kakak boleh masuk?”

“ oh iya kak masuk aja gak aku kunci kok”

“ kenapa kamu gak jujur sama kakak sih kalau pacarmu


itu berbeda dengan kita? Sudah berapa lama kamu
berhubungan dengan dia hm?”

“ maaf kak ”

“ putusin dia “

“ loh kok? Aku gak mau kak, aku sayang sama Rafael “

“ jangan jual agamamu hanya untuk dia, laki-laki yang


seiman sama kamu masih banyak”

“ tapi kak-

“ gak ada tapi tapian, temui dia di bawah dia sudah


menunggumu dari tadi”

Aku buru buru bangun dari tempat tidur, dan gak lupa
juga kupakaikan jilbab terlebih dahulu, aku coba lupakan
dulu apa yang kak Bilal omongkan, tetapi satu
pertanyaan terlintas di otakku sehina itukah aku dimata
126
Kak Bilal yang katanya aku yang menjual agamaku
hanya untuk Rafael. Ya Tuhan berilah jalan untuk
hubungan kami berdua, aku sayang sama Rafael dan aku
tak ingin pisah dengannya.

“ Maaf menunggu lama El” jawabku gugup

“ Tidak apa, matamu kenapa hm?’

“ tak apa hanya kelilipan saja, ngomong-ngomong kakak


ku ngomong apa aja sama kamu?”

“ Em, kita keluar sebentar yuk ada yang ingin ku


sampaikan“

Malam ini rasanya dingin sekali, ntahlah apa cuma


perasaanku saja kali ya,

“ Kamu kedinginan? Pakai saja hoodie ku”

“ Ga kok El kamu pakai aja”

“ Suka ngeyel ya kamu” gerutu dia sambil memakaikan


hoodie ke tubuhku

Hangat, begitu Rafael sedikit memeluk untuk sekadar


memkaikan hoodie ke tubuhku. Perasaan ini sudah

127
nyaman sekali aku tak ingin berpisah dengannya. Tuhan
begitu jahat mengapa engkau menciptakan perbedaan ini.
Mengapa Tuhan?! Kau tak suka aku bahagia? Tolong
jawab jangan membisu seperti ini arghh.

Astagfirullah apa yang kau katakana Nara

“ Nar, benar katamu banyak hambatan untuk hubungan


kita, aku sayang sama kamu Nar rasa sayangku setiap
harinya bertamabah terus untukmu aku tak bisa
mengakhiri hubungan kita begitu saja, hanya karena
menyembah Tuhan dengan huruf vocal yang berbeda.
Cinta kita tak bisa terwujud? Biarpun aku melipat tangan
dan kamu mengadah tangan, tetapi kita masih bisa
mengucap doa yang sama bukan? Kita, yang terlalu indah
untuk bersama namun tak mungkin bersama.”

“ Maaf seharusnya kita memang tidak usah dekat dari


awal El ini salah, tetapi kita yang memaksakan perasaan
ini untuk terus berlabuh.”

“ Apakah aku harus berpindah keyakinan yang sama


dengan mu Nar agar keluargamu bisa menerimaku”

128
“ Jangan duakan Tuhanmu hanya demi keluargaku El,
Tuhan memang satu kita yang tak sama. Jangan berusaha
memeluk sesuatu yang sudah kamu pikirkan tetapi gak
sanggup untuk kamu peluk” ucapku dengan terbata-bata

“ Jika Tuhan menyatukan manusia dengan cinta, tapi


mengapa Tuhan memisahkan manusia dengan
perbedaan? saling mendoakan satu sama lain walaupun
dengan keyakinan yang berbeda”

“Terkadang Tuhan menguji manusia dengan berbeda

Agama hanya untuk memastikan apakah manusia lebih

Memilih umatnya atau penciptanya”

“ Bilang pada Tuhanmu, aku hanya ingin mencintai

umatnya bukan merebut darinya”

Dalam malam yang semakin larut yang penuh sepi


sampai sampai deru nafas kami yang saling bersahutan
pun terdengar nyaring, kamu yang sulit ku gapai karena
benteng kita yang terlalu tinggi. Aku menangis dalam
dekapan Rafael. Lelah, satu kata untuk mewakilkan
perasaan kami. Tak lama dari itu radia mobil Rafael

129
memutarkan lagu yang mewakilakn perasaan yang saat
ini berkecamuk.

Di dalam hati ini hanya satu nama

Yang ada di tulus hati ku ini

Kesetiaan yang indah takkan tertanding

Hanyalah dirimu satu peri cintaku

Benteng begitu tinggi sulit untuk ku gapai

Aku untuk kamu, kamu untuk aku

Namun semua apa mungkin iman kita yang berbeda

Tuhan memang satu, kita yang tak sama

Haruskah aku lantas pergi meski cinta takkan bisa pergi

Benteng begitu tinggi sulit untuk ku gapai

Aku untuk kamu, kamu untuk aku

Namun semua apa mungkin iman kita yang berbeda

Tuhan memang satu, kita yang tak sama

Haruskah aku lantas pergi meski cinta takkan bisa pergi

130
Tak sanggup lagi Rafael menunduk, hatiku sungguh tak
kuat lagi air mataku yang terus menerus keluar membuat
aku semakin lemah tak berdaya. Suasana malam ini
memang sangat menyakitkan. Rafael melangkahkan
langkahnya agar lebih dekat denganku perempuan yang
teramat ia sayangi. Rafael menghapus air mataku
menggunakan tangannya dan berkata

“ jangan menangis sayang, aku lemah kalau lihat kamu


menangis seperti ini maafkan aku yang tak berdaya ini”

“ sepertinya kisah kita harus selesai malam ini El, aku


gak mau menyakiti kamu lebih dalam lagi terimakasih
sudah memberikan cinta yang teramat besar bagiku, aku
menyayangimu seperti kamu menyayangiku “

Rafael mengeluarkan kotak beludru berwarna merah dan


memberkannya kepadaku.

“ simpan ini, semoga kamu suka “

“ Rafael?”

“ Nara aku seneng bisa kenal sama kamu, aku seneng jadi
pacar kamu, aku senang saat dimana kita berkeliling
menyusuri kota kecil ini,,,,
131
“,,,,aku suka kisah cinta kita, yang mungkin akan
menyakiti kita apabila kita tetap mempertahankannya,
tapi Nar kamu harus tahu, kita dipertemukan bukan
karena sebuah kesalahan. Sekali lagi, aku seneng bisa
kenal dekat degan kamu selama 1 tahun 4 bulan ini
bersamamu”

Pertahanan aku runtuh dan aku terjatuh di hadapan


Rafael, membiarkan air mataku meluncur dengan
derasnya. Aku tak peduli.

“ Nara temukanlah laki-laki yang seiman denganmu, aku


bukan laki-laki yang baik untukmu”

“ Cukup, jangan pernah berbicara seperti itu lagi El”


suaraku melemah

Raafel berjongkok untuk menyamakan posisi nya dengan


ku, dan membelai lembut kepalaku yang kini tertutup
oleh jilbab.

“ kamu cantik saat kamu tersenyum, senyummu


mebuatku candu Nar…”

“,,,kamu masih ingat pertemuan awal kita diperpustakaan


kota? Aku gugup sekali Nar pada saat itu, tapi aku masih
132
bisa mengontrolnya jantungku berdegub kencang saat
pertama kali melhatmu memakai jilbab, dari awal pun
aku menyadari bahwa kita taakan bisa pernah bersama”

“ kita adalah dua orang yang saling mendoakan tapi tak


bisa dipersatukan oleh Tuhan, benar apa kata ucapanmu”

“ maafin aku Nar, simpan baik-baik kalung ini semoga


kamu suka dan terimakasih untuk semuanya aku sayang
kamu. Bukan, bukan hanya sayang tapi aku juga sangat
mencintaimu’

“ Rafael Immanuel Benedict, terimakasih untuk


semuanya aku Naraya Azkiya Putri sayang banget sama
Rafael “

Air mataku terjatuh, namun cepat-cepat aku


menghapusnya, setelah itu aku pergi dan meninggalkan
Rafael sendiri di luar rumahku.

“ Maaf, dan terimakasih” Rafael menghapus air matanya


“Aku sayang kamu Nara”

Dan setelah berpisahya kami malam itu, akupun jarang


melihat Rafael disekolah. Kini hanyalah kalungdan
hoodienya yang menjadi saksi bisu hubungan kami.
133
Suratan akhir seorang Rafael

Kita itu seperti apa?

Kita adalah satu pasang perasaan yang liar, yang


memaksa untuk menembus dinding yang teramat tinggi,
tumbuh dan berkembang begitu saja didalam hati, tak
perlu dekat untuk menatapmu, tak perlu tempat untuk
menetap. Kita yang terjadi begitu saja.

Kita yang merasakan, sehingga ada pertanyaan yang


bersarang, bahwa kita ini apa? Aku tak bisa memastikan
kita. Aku mungkin tak bisa memberi jawaban untuk
memenangkan hatimu. Aku yang tak bisa menemukan
sebuah jawaban dari pertanyaanmu. Tapi begini saja deh.
Bagaimana kita memastikan satu sama lain? Apa saling
cinta atau tidak? Walaupun perasaan kita sudah terlihat
jelas dan hati kita yang sudah sama-sama menemukan
jawaban yang pas,

Seharusnya aku tahu bahwa dirimu adalah satu-satunya


manusia yang kuminta pada Tuhan bahwa cinta kami tak
pernah sebercanda itu.

- Rafael Immanuel Benedict.

134
PROFIL PENULIS

Y0urdazzling, atau teman teman lebih mengenal aku dengan nama


Dzakiyya Ramadhani, aku bersekolah di SMA Negeri 1 Subang
menduduki kelas XI Sosial 1 yang memiliki hobi menulis dan
mendengarkan music. Aku lahir pada 31 Oktober 2003. Aku sangat
berterimakasih kepada Allah SWT, keluarga kerabat, teman-teman
yang sudah membantu aku dalam menyelesaikan tugas cerita pendek
ini, tak lupa juga aku ucapkan untuk Ibu Siti Farida karena berkatnya
dapat memberi motivasidan mendorong aku agar dapat
menyelesaikan cerita pendek ini. Terimakasih.

Mari lebih dekat lagi denganku.

Wattpad : bctamttt

Instagram : @dzakiyyaaar

Gmail : dzakiyyarmdnjunmyeon@gmail.com

135
136
Revan
Namaku Fawla Grizelle, aku hanya gadis biasa yang
beruntung menjadi kekasih seorang pria bernama Revan
Arkana. Seorang anak pertama dari keluarga Arkana,
keluarga yang cukup terpandang di kotaku. Sosok lelaki
yang selalu membuatku tertawa dengan tingkah
konyolnya, tetapi bisa menjadi pria yang siap
melindungiku dan sangat menyayangiku sehingga
membuatnya menjadi seorang pencemburu. Terkadang
aku baik-baik saja bahkan aku merasa tersentuh dengan
sifatnya itu, tetapi terkadang aku sangat kesal dan marah
dengan itu. Terlebih lagi jika sudah menyangkut soal pria
bernama Aldi Faresta, mantan kekasihku yang kini
menjadi sahabatku. Aku tidak tahu alasan dia kenapa bisa
sebenci itu kepada Aldi. Padahal sekarang aku dan Aldi
hanya seorang sahabat, yang saling bertukar cerita disaat
kita sedih, galau, maupun bahagia. Bahkan kita saja
selalu berusaha untuk tidak mengingat bahwa kita itu
mantan sepasang kekasih. Tapi Revan selalu kesal jika
aku dekat dengannya. Entahlah mungkin itu pembuktian
bahwa ia sayang padaku, mungkin.

Hari pertama ajaran baru dimulai. Aku berjalan bersama


Revan menyusuri koridor untuk melihat papan
pengumuman yang terdapat daftar pembagian kelas baru,
yang kebetulan di sekolahku masih menerapkan sitem
rolling class.

137
“semoga sekarang kita sekelas. Aamiin,”ucap Revan
dramatis.

“yah gabisa deket-deket cogan kalau gitu,” timpalku


bercanda.

“oh gitu, kamu gamau sekelas sama aku? Mau deket


deket sama cowo lain?” jawab Revan mulai panas. Lihat?
Baru segitu saja cowo itu sudah panas, bagaimana kalau
aku sekelas lagi dengan Aldi.

“hahahah cemburuan banget sih, lagian kan kamu IPA


aku IPS gimana bisa kita sekelas. Pinter banget sih pacar
aku ini,” kataku sambil menggandeng tangannya. Tidak
peduli kita menjadi tontonan siswa-siswi yang lain.

Disaat papan pengumuman sudah sepi, giliran kami yang


melihat hasilnya. Mataku fokus mencari namaku. Dan
aku menemukannya. Nama ku tertera di daftar siswa
kelas 12 IPS 1 yang berarti aku satu kelas lagi dengan
Aldi.

“gimana pau? Kamu masuk kelas mana?” kata Aldi


sambil mencari namaku.

“hah? Oh kelas IPS 1, sekelas lagi sama…” ucapanku


terpotong.

“Aldi,” sambung Revan.

“kamu marah?” tanyaku hati-hati.

138
“enggalah ngapain marah” katanya sambil pergi
meninggalkanku.

Bencana besar, pasti seharian ini dia akan badmood. Dan


siapa lagi kalau bukan aku yang harus ada disampingnya
disaat-saat seperti ini.

“Van tungguin aku” seruku sambil berlari mengejarnya.

“Van ayo ih makan,” kataku dengan wajah memelas.

“gak laper,” jawabnya tetap fokus dengan gamesnya.

“masa kamu ga laper sih? Seharian ini kamu belum


makan loh,” desakku.

“ya kalau belum laper gimana?” katanya dengan nada


meninggi.

“Van ayo makan! Aku cape-cape kesini masak buat


kamu, trus kamu gamau makan bahkan kamu ngebentak
aku!” amarahku sudah tak dapat dibendung lagi, bahkan
kini cairan bening mengalir dipipiku. Untung saja, rumah
Revan sedang tidak ada orang.

Revan terkejut, ia tidak mengira aku akan semarah ini. Ia


langsung membawaku kedalam pelukannnya.

“sayang maaf, aku ga maksud bentak kamu,” katanya


sambil mengusap-ngusap punggungku menenangkan.

Aku masih terisak dibahunya.


139
“maaf, aku terlalu kesal menerima kenyataan kalau kamu
sekelas lagi sama Aldi. Maaf,” ucapnya lirih sambil
melepas pelukannya. Ia menatap mataku dengan lembut,
lalu mengelap air mataku.

“udah ya jangan nangis lagi, aku minta maaf. Sekarang


aku makan yah” katanya, sambil membantuku duduk di
sofa.

Lalu ia mengambil makanan yang sudah aku siapkan dan


mulai memakannya.

“Pau,” panggilnya dengan mulut yang masih penuh


dengan makanan.

“apa?” jawabku masih kesal.

“ko aku bisa jatuh cinta 2 kali yah?”

“HAH MAKSUD KAMU APA?” kataku yang reflex


menegakkan tubuh.

“AHAHAHHAHA.” pria itu malah tertawa.

“ih ga lucu. Jawab dulu!” pintaku sambil memukuli


lengan pria itu.

“iyaa iyaa. Udah jangan dipukulin aja, ntar tumpah


makanannya,” kata Revan, dan aku menghentikan
pukulanku padanya.

140
“pertama aku jatuh cinta sama cewe bernama Fawnia
Grizelle, yang keduaa,” Revan sengaja menggantungkan
ucapannya.

“YANG KEDUA SIAPA? VAN CEPET SIAPA?!”


kataku dengan nada meninggi.

“yang kedua aku jatuh cinta sama masakan kamu,”


katanya yang membuat pipiku besemu merah.

“apasih Van ga lucu deminya,” kataku kesal sambil


menelengkupkan wajah pada bantal sofa.

“ga lucu, tapi manis.” Godanya kepadaku.

“manis apanya,” jawabku berusaha untuk tidak terlihat


salah tingkah.

“ga manis tapi pipinya merah,”ledek Revan yang sukses


membuatku salah tingkah.

“Van, udah ya, ini terakhir kamu cemburu ga jelas sama


Aldi. Kamu tau kan aku sama Aldi udah ga ada apa-apa.
Kita tuh cuman temenan doang gak lebih, kamu juga kan
tau udah ada orang yang ngisi hatinya Aldi sekarang. Jadi
kamu ga perlu cemburu atau takut lagi kalau aku balik ke
Aldi. Itu ga akan pernah, karena hati ini udah milik
kamu,” kataku sambil menatap mata Revan dalam.

Sudah seminggu sejak ajaran baru dimulai. Dan sudah


seminggu ini juga sikap Revan ke Aldi sudah agak
141
melunak, walaupun tidak sepenuhnya tapi cukup
membuatku agak tenang.

Hari Sabtu minggu ini adalah hari ulang tahun Revan


yang ke 18. Aku berencana ingin memberi kejutan
kepadanya. Tapi aku tidak tahu harus bagaimana. Jadi
aku memutuskan untuk bertanya kepada teman-temanku,
salah satunya Aldi.

“Di Sabtu ini kamu sibuk ga?” tanyaku kepada Aldi yang
sedang sibuk dengan gamesnya.

“mau ngapain emang?” tanya Aldi dengan pandangan


yang tak lepas dari layar hpnya.

“Revan kan sabtu ini ulang tahun, kamu mau ga bantuin


aku?” tanyaku penuh harap.

“ntar berantem lagi, males,” jawabnya.

“ga bakal kok, aku janji,lagian kalau dia marah kan


seru,” kataku dengan penuh harap.

“seru apanya? Iya kamu seru nonton, aku babak belur,”


katanya yang dilanjutkan mengumpat karena kalah
bermain games.

“heheheh.” Aku hanya bisa pasrah dan tertawa.

“emang rencananya mau gimana?” tanya Aldi yang kini


sudah menatapku.

142

Hari jum’at sepulang sekolah aku dan Aldi pulang


bersama, karena kebetulan Revan ada pertandingan
futsal. Aku dan Aldi tidak langsung pulang melainkan
mampir ke sebuah mall ternama di kotaku untuk mencari
kado untuk Revan, dan juga membeli beberapa alat dan
bahan untuk besok.

Kini aku dan Aldi sudah ada di sebuah toko jam tangan.

“Di kata kamu bagusan yang mana?” tanyaku kepada


Aldi.

“yang ini boleh juga,” katanya menunjuk sebuah jam


berwarna silver.

“ok.”

Setelah sampai rumah, aku langsung membersihkan diri


lalu makan, lagi. Padahal tadi aku bersama Aldi sudah
makan di restoran cepat saji, tapi apa daya perut karet ini
memanggilku untuk memberinya makan. Setelah
kenyang, aku naik ke atas ke kamarku dan mencari posisi
yang nyaman diatas kasur. Aku mengecek hp, setelah 3
jam aku tidak membuka hp. Dan kulihat banyak pesan
whatsapp yang belum terbaca, dan juga notifikasi dari
Instagram,twitter,dan youtube. Aku mengecek satu-satu
pesan yang masuk, dan tidak ada pesan baru dari Revan.
Aneh sekali, terakhir dia mengirimkan pesan bertanya

143
aku pulang dengan siapa dan aku jawab aku pulang
dengan Aldi dan dia memperbolehkan. Setelah itu tidak
ada lagi pesan darinya.

Aku mencoba meneleponnya, dan dia tidak menjawab


padahal dia sedang online. Aku meneleponnya lagi, dan
kali ini dia menolak panggilannya. Tetapi dia
mengirimiku pesan.

Panpan : kamu tadi kemana dulu?

Aku : aku langsung pulang kok.

Kataku berbohong.

Panpan : kamu ga bohong?

Aku : enggalah ngapain bohong.

Panpan : Pau jujur sama aku, kamu tadi kemana dulu?

Aku : aku ga kemana-mana Pan.

Panpan : kamu ga usah bohong Pau, kalau kamu juju


raku ga akan marah kok.

Aku : ya aku itu udah jujur, aku ga kemana-mana.

Aku memang sengaja ingin membuat Revan kesal kalau


bisa sampai marah. Karena besok hari ulang tahunnya
dan aku ingin memberikannya kejutan.

144

Hari ini, tepat usia Revan bertmbah. Sekarang pukul


09.00 pagi dan aku sudah menyiapkan beberapa makanan
dan juga dekorasi ulang tahun. Rencananya aku akan
memberikan kejutan di taman belakang rumah Aldi. Aku
tinggal menunggu Bery teman Revan datang
menjemputku untuk berangkat ke rumah Aldi. Kemarin
aku sudah menghubungi beberapa teman dekat Revan
dan juga beberapa temanku tentang rencana ini.

Semua dekorasi, kue ulang tahun dan beberapa makanan


sudah siap. Dan sekarang kita mulai rencananya.

Kami semua berkumpul untuk memulai mengerjai


Revan. Aldi menelepon Revan yang langsung diangkat
olehnya.

“halo,” kata Revan dari seberang telepon.

“cepetan lo kesini atau jangan berharap Fawla baik-baik


saja,” kata Aldi sambil menahan tawa.

“lo dimana? Lo bareng sama Fawla? Cepet jawab!” kata


Revan yang sudah emosi.

“gue di rumah dan Fawla ada dikamar gue,” kata Aldi


yang langsung mematikan sambungan telepon karena
tidak kuat menahan tawanya.


145
“ALDI LO DIMANA?!” Kata Revan teriak yang
langsung memasuki rumah Aldi.

Aldi keluar dan langsung menemui Revan. Revan yang


sudah tersulut emosi langsung mencengkram kerah baju
Aldi dan mendorongnya sambil berkata, “FAWLA
DIMANA?” Aldi hanya merespon dengan senyuman dan
membuat Revan langsung melayangkan tinjuannya ke
wajah tampan Aldi.

“Fawla ada di taman belakang, dia nangis nungguin lo


daritadi,” kata Aldi yang tersenyum kecut.

“LO APAIN DIA BRENGSEK?!” satu tinjuan mendarat


lagi di wajah Aldi, dan Revan langsung berlari ke taman
belakang rumah Aldi.

Di sini, aku dan yang lainnya sudah bersiap-siap. Aku


sudah memegang kue tart buatannya dan yang lain
bersiap dengan posisi masing-masing.

Saat merasa ada orang yang mendekat kami keluar dari


persembunyian dan langsung menyanyikan lagu selamat
ulang tahun dengan kompak. Revan yang terkejut hanya
memandangiku dengan wajah yang sulit diartikan. Aku
maju dan menyodorkan kue yang berlilin angka 18.

“selamat ulang tahun sayang, makasih untuk 2 tahunnya,


makasih udah mau ngelindungi aku, sayang sama aku,
sabar sama aku, dan maaf kemarin aku jalan sama Aldi
buat beliin kamu ini hehehee,” kataku sambil
memberikan sebuah paperbag yang dari tadi sudah
146
dipegang Bery. Revan menerimanya, dan saat ia mau
membukanya Aldi datang.

“tiup dulu itu lilinya entar cair elah,” katanya dengan


luka lebam dibibirnya.

“jadi ini ide kamu semua?” tanya Revan yang duduk di


sebelahku.

Setelah makan, kami semua berkumpul di ruang tamu


milik Aldi. Ada yang bermain ps ada juga yang sibuk
bikin snapgram.

“iyah hehehe,”kataku dengan tidak berdosa.

“makasih ya sayang” katanya dengan senyuman yang


membuatku meleleh saat ini juga. Aku hanya menangguk
mengiyakan dan langsung memeluk tubuhnya.

“JANGAN PACARAN DI RUMAH GUE YA!” teriak


Aldi yang sedang bermain Ps dengan Bery.

-selesai-

147
PROFIL PENULIS

Farhah Syafa Naurah, gadis yang sering dipanggil Abel


ini lahir di Subang, 12 Agustus 2002. Kini ia duduk di
bangku kelas 11 IPS SMAN 1 Subang. Ia gemar
membaca, tetapi menulis cerpen adalah sesuatu yang
baru baginya. Ia berharap cerpen ini akan diterima
dengan baik oleh guru Bahasa Indonesianya dan
mendapatkan nilai yang baik.

148
Titik Terang

Malam ini malam sabtu,malam ini aku sedang


berada ditempat paling ternyaman sedunia,yaitu tempat
tidurku. Namun dimalam ini aku merasakan sesuatu hal
yang berbeda,hal yang tak biasanya dapat aku rasakan.
Perasaan yang tentunya mengganjal pada pikiranku,dan
juga hatiku. Tak banyak hal yang sedang aku lakukan
saat ini,selain menceritakan kisah hidupku. Tentunya aku
akan menceritakan pengalaman kisah
cintaku,pengalaman yang tentunya tak semua orang bisa
merasakannya.

Sebelum aku menjelaskan panjang lebar,izinkan


aku memperkenalkan diriku. Baik,perkenalkan namaku
Bintang,umurku masih belum lolos sensor tepatnya 16
tahun. Aku duduk di bangku kelas 2 SMA di salah satu
kota Bandung. Aku merupakan siswa yang bisa dibilang
malas tak malas,karena memang aku tidak bisa seperti
orang lain yang dapat belajar setiap waktu. Toh manusia
juga butuh istirahat bukan ? hehehe. Tapi jangan
beranggapan bahwa orang malas adalah orang bodoh.
Karena menurutku setiap orang itu memiliki kecerdasan.
Sudah-sudah menurutku kalian tidak usah terlalu kenal
149
lebih jauh tentang aku,karena aku juga tidak mau
mengenali kalian.

Sekarang izinkan aku mengenalkan orang yang


akan sering aku ceritakan di buku ini. Tentunya dia
wanita,karena untuk apa aku menceritakan tentang
sesama jenis,tidak menarik untuk dibahas. Oke
perkenalkan nama dia Natasya,aku biasa memanggil dia
tasya. Menurutku dia orangnya baik,meskipun banyak
orang yang tidak suka dengan dia. Dahulu juga aku
memang tidak suka dengan dia,sikapnya yang bisa aku
bilang judes,yaa aku memang menilai dari raut wajahnya.
Tapi setelah aku kenal dengan dia,aku rasa apa yang aku
pikirkan itu salah. Dia orang yang sangat asik ketika
diajak ngobrol,suaranya yang lucu seperti bayi dan
senyuman manisnya yang dapat membuat aku selalu
mencari cara agar bisa membuat dia tersenyum. Biar
afdol aku akan menceritakan dari awal agar kalian paham
dan mengerti mengapa aku bisa mencintainya.

Semua berawal ketika pada awal kelas 11,tepatnya ketika


hari pertama masuk sekolah. Tidak ada KBM pada saat
itu,dikarenakan mungkin guru guru mempersiapkan
materi materi untuk memulai pembelajaran smester
150
baru,dan aku yakin para siswa pun belum sepenuhnya
dikatakan siap untuk belajar. Maklum efek libur panjang
selama satu bulan lebih yang pastinya dipakai untuk
bermain dan bermalas malasan,terutama saya.

Pada saat itu dikelas sangat sepi,karena orang


orang sibuk mempromosikan eskulnya masing masing.
Sedangkan aku sibuk dengan mepersiapkan jadwal main
ketika pulang sekolah. Hanya ada aku dan sahabatku
Sadewa,tapi aku sering memanggil dia dengan sapaan
mbe karena rambutnya yang mirip seperti bulu domba.
Ntah karena faktor gen, atau memang karna dia malas
keramas aku tatau,karena setauku dia hanya malas
belajar.

Detik jam terdengar begitu jelas,juga suara perut


kami yang meronta ronta untuk meminta diberi asupan
pun terdengar sangat jelas saking tidak ada orang lain
selain kami berdua dikelas. Aku pun mengajak Sadewa
untuk ke kantin untuk membeli makan.”Bee ayo ke
kantin,perutku sudah ta bisa menahan lapar”. Ajaku
kepada Sadewa sebari muka memelas karena sudah ta
kuasa menahan lapar.”Ayo,ajak si Bagas dia juga pasti
mau kalo diajak ke kantin,biasa dia kan sebari mencari
151
target kelas 10”. Oiya perkenalkan sahabatku Bagas,aku
mengenalnya sejak SMP,namun mulai dekat sejak kelas
9,karena kita berdua satu bimbel pada saat itu.Dia teman
yang baik,apapun aku pasti cerita padanya begitupun
juga dia.Sebenernya masih banyak lagi sahabatku
sahabatku yang lainnya,namun di cerita kali ini hanya
merekalah yang terlibat atas perasaanku kepada Tasya.

Ramainya kantin tak sebanding dengan keadaan


hatiku yang sepi dan hampa. Hanya keluarga dan
temanku lah yang selalu ada untuku,aku sangat
beruntung karena memiliki keluarga dan teman yang
sangat baik,namun tetap saja hatiku yang kosong ini
membuatku terkadang merasa seperti tanaman yang tak
sempurna tanpa adanya pupuk. Namun aku selalu
percaya bahwa aka ada waktunya untuku dapatkan yang
terbaik,aku percaya akan hal itu.

Sesuai rencana aku dan Sadewa kekantin untuk


mengisi perut yang kosong,namun tidak dengan bagas.
Yang selalu memperhatikan cewe cewe kelas 10 untuk
jadi target incarannya.”Wah cantik tuh yang pake
kacamata,eh eh eh yang dibelakangnya lebih cantik broo”
kata bagas kepada kami yang sedang asik makan. Aku
152
dan sadewa pun langsung melihat wanita yang bagas
maksud.”Halah kebanyakan muluk muluk lu cari
cewe,belum tentu iya lu dapetin juga” kataku serentak
Sadewa pun tertawa terbahak bahak mentertawakan
bagas yang mimic mukanya jadi kesal karena ucapanku
tadi.

Suap demi suap nasi ku nikmati dengan diiringi


suara bising dari gerombolan siswa kelas 10,mungkin
mereka sedang berkenalan dengan lingkungan baru
mereka yang tentunya akan dijadikan tempat favorit bagi
mereka untuk bolos pada jam pelajaran matematika
selama 3tahun. Saat hendak minum es kelapa segar
buatan Mas Jon aku melihat pacar Sadewa baru datang
menggunakan sepeda motornya dan memarkirkan tepat
didepan hadapanku. Namun mataku tidak tertuju
kepadanya,mataku tertuju kepada wanita yang
diboncengnya yang dikenal nama Natasya. Senyuman
manisnya dan indah bola matanya membuat aku tabisa
berbuat apa apa selain diam kaku memandang. Ku dengar
suara khas tawa darinya membuat ku jatuh cinta.
Memang aku tak mengenalnya dan diapun tak
mengenalku,kitapun tak pernah berinteraksi

153
sebelumnya,mungkin hal yang aku alami pada masa itu
adalah cinta pandangan pertama.

“Woiiiiiii,liat siapa kamu?” Sadewa mengagetkanku


mungkin karena dia melihat aku yang terus terusan diam
menatap Natasya dengan tatapan kosong.”Itu wanita
yang bersama pacarmu”kataku.

“Ohh Natasya,dia sudah punya pacar”.

Akupun langsung diam dan tidak menyaut apa kata


Sadewa. Aku tidak peduli dengan apa yang diucap oleh
Sadewa,karena aku memang bukan tipe yang ingin
merusak kebahagiaan orang lain. Yang pasti aku
mengaguminya,mata yang menatap indahnya wajah dan
telinga yang mendengar merdunya suara tawa dirinya
bagiku itu sudah membuatku senang.

Ntah mengapa aku baru pertama kali mencintai


seseorang pada pandangan pertama,namun tentunya aku
menyadari akan suatu hal. Yaitu perasaanku kepadanya
tak mungkin akan terbalaskan,karena dia telah memiliki
pacar. Sulit bagiku untuk menerima itu namun
apadaya,memang sudah begini adanya. Mungkin aku

154
akan menikmati perasaan ini tanpa adanya sedikitpun
perjuanganku untuk mendekatina. Ahhhh sudahlah

Pulang sekolah kami main play station dirumah


Sadewa,memang itu rencana kami yang kami bahas pada
jam makan dikantin. Hanya ada kami bertiga pada saat
itu,karena keluarga Sadewa sedang ada acara diluar kota.
Bisingnya suara play station,dan suara gelak tawa yang
sangat keras dari mulut Bagas yang menertawakan
Sadewa karena ia dibantai olehnya.

Suasana yang sangat hangat pada saat itu tak


membantu pikiranku yang sedang kalut. Hati yang terus
merasakan cintaku kepadanya,dan jantung yang semakin
berdetak sangat kencang.”Ahhhh berisik sekali
kalian,aku sedang pusing”. “Sensi amat kamu Tang,ada
apasi lagi rame ramean juga” seraya Bagas menjawab
dengan lantang. Dengan keadaan kami yang sedang
panas dan tak mau suanasa semakin panas,Sadewa pun
menggertak dengan maksud memisahkan kita berdua.
“Sudah sudah jangan ribut,ayo lanjut main lagi aku mau
membalas kekalahanku yang tadi”.

155
Menurutku apa yang aku lakukan tadi wajar wajar
saja,karena memang keadaanku memang sedang tidak
baik. Namun memang cara mengaplikasikan emosiku
kepada temanku memang salah. Aku tak mau mereka
berdua menjadi bahan pelampiasan pikiranku,akupun
beranjak dari kamar Sadewa untuk ke ruang tamu,aku
ingin menenangkan diriku yang sedang jatuh cinta.
Memang kalian semua ketika jatuh cinta pastinya akan
senang dan gembira. Namun berbeda dengan aku yang
sudah tahu bahwasannya cintaku takkan terbalaskan
olehnya. Aku harap kalian mengerti atas perasaanku.

Heningnya pada saat itu membuatku sedikit jauh


lebih tenang,dibantu juga bantuan lagu lagu romansa
favoritku yang selalu menemaniku ketika aku sedang
galau. Tak lama Sadewa pun mengampiriku dan duduk di
sebelahku. “Ada apa kawan,dari tadi kau melamun terus
–terusan. Sampai-sampai kau terlihat begitu emosional
tadi”. Ucap Sadewa sembari menepuk pundaku. “Biasa
cewe yang tadi di kantin,teman si Kiran”.

Kiran yang kumaksud adala pacar Sadewa,tak


banyak yang kutahu tentang dirinya. Yang jelas dia orang
yang sangat baik,karena dari dialah aku mendapatkan
156
banyak informasi tentang Tasya,hehehe. “Oh si
Natasya,kamu mencintainya ?”. “Iya”. “Mengapa
bisa,kau kan belum kenal dengannya sebelumnya”. “Aku
mencintainya ketika dia sedang tertawa,disaat aku sedang
diam sontak telingaku mendengar suara yang sebelumnya
tak dapat bisa menenangkan hati,ditambah matanya yang
indah senyumannya yang sangat memukau”. Ucapku
menjelaskan isi hatiku dan aku lihat Sadewa yang
mendengarkan omonganku dengan sangat serius. “Lalu
mengapa kau terlihat kacau?” Tanya dia dengan mimik
muka sedikit heran. “Ya aku mencintainya namun aku
tahu bahwa cintaku takkan terbalaskan walaupun aku
belum memperjuangkannya,karena dia sudah memiliki
pacar” Ucapku sambil menghela napas karena tentunya
sangat berat aku mengucapkan itu. Aku tipe orang yang
ketika sedang memiliki perasaan aku pendam sendiri dan
aku tak ambil pusing,namun ntah mengapa ini sangat
jauh berbeda ketika aku mencintai dirinya. “Sabar
pren,mungkin belum saatnya,jodoh tidak ada yang tahu.
Siapa tahu dia pacaran dengan orang lain tapi ujung
ujung nya nikah dengan kamu” ucap dia sambil tertawa.
Namun aku tidak tertawa karena hal apapun pada saat itu
tak bisa membuatku terhibur. “Mengapa bisa begitu ?”
157
Nadaku serius. “Karena sesuai perkataanku yang tadi
bukan,bahwa jodoh takkan kemana”. Setelah ucapan
Sadewa tadi aku langsung mengangguk saja dan aku
sudahi curhat ceria ku padanya,karena takutnya itu bukan
membantuku untuk menenangkan jiwaku,namun akan
membuatku menjadi tambah mencintainya dan
membuatku ambisius untuk dapat memilikinya.

Akupun berpamitan kepada Sadewa dan juga


kepada Bagas,aku pun meminta maaf tentang hal
keributan kecil tadi. Meskipun masala sepele aku tak mau
ini membekas di pihak manapun,baik aku,Sadewa,dan
Bagas. Bagiku meminta maaf itu sangat sulit,secara
ucapan saja sudah sulit apalagi niatan. Namun aku
mencoba menghilangkan egoku,memang sedikit gengsi
bagiku untuk meminta maaf kepadanya. Tapi tetap aku
lakukan itu.

Malam ini sangat gelap,banyak sekali awan


awan yang menghiasi langit cakrawala. Tak lupa sinar
terang sang bulan yang turut menghiasi indahnya malam
pada saat itu. Namun bagiku itu tak cukup,menurutku
terasa kurang lengkap jika tidak disertai dengan
hadirnya bintang. Sama seperti motor yang tak terasa
158
lengkap tanpa adanya STNK. Sama halnya dengan
aku,yang terasa kurang lengkap tanpa ada kehadiran
dirinya.

Hampa kurasa malam ini,disertai rasa cemas yang


menggebu – gebu. Entah aku harus berbuat apa lagi
untuk menenangkan beratnya beban pikiranku. Aku
percaya akan suatu hal,bawa jika kita berharapa kepada-
Nya ,maka niscaya akan terkabulkan. Maka aku akan
lakukan itu,ya tuhan berikanlah aku kesempatan untuk
bisa dekat dengannya. Sedikit berharap boleh
kannnnn,hehehe.

Tak kusangka ternyata apa yang aku inginkan


terwujud,yang aku mintta dalam doa ternyata terwujud.
Hari itu disaat aku mengantar Sadewa yang ingin
mmengantarkan barang kerumah Kiran,ntah barang apa
yang diberi Sadewa kepada Kiran,dia tak memberi tahu
ku.

“Tang antar aku ke rumah Kintan sekarang” ajak


Sadewa kepadaku.

159
“Mau apa memangnya?” jawabku yang
heran,karena tidak ada hujan,tidak ada angin dia
langsung mengajakku kerumah Kiran.

“Mau ngantar barang,buat dia hadiah dariku”.

“Barang apa?”.

“Apa aja boleh”.

Aku dan dia langsung saja pergi ke rumah


Kiran,namun tak kusangka ternyata disana ada
Tasyaaaaaaaaaaa. Ntah memang sengaja Sadewa
mengajaku kerumah Kiran karena disana ada Tasya,atau
hanya kebetulan sesungguhnya aku sangat tak peduli.
Perasaan senang ku membuatku takuasa menahan diri,
beberapa kali aku salah tingkah dihadapannya. Aku
mendadak menjadi seorang lelaki yang ciut pada saat itu,
aku harap kalian semua dapat memaklumi itu.

Kusodorkan tanganku kepadanya dengan niatan


mengajak kenalan,”Aku Bintang, namun orang biasa
meanggilku Tang. Salam kenal ya”. “Aku Tasya, iya
salam kenal juga” kulihat dia menjawab perkataanku
dengan disertai senyuman sederhana, namun terlihat

160
sangat istimewa bagiku. Tatapan dia yang sangat jernih
memandangku sangat jelas, aku tak tahu harus berbuat
apa lagi disitu.

Namun, ketika kami berdua ditinggal oleh


Sadewa dan Kiran karena mereka sedang mencari makan
siang untuk nantinya kita akan makan bersama. Disitulah
aku mulai merasa tidak canggung, kita ngobrol panjang
lebar dan sedikit cerita cerita tentang pengalaman
pengalaman pribadi yang menurutku itu menjadi topik
menarik untuk dibahas. Dia orang yang sangat asik dan
bisa diajak bercanda, jadi tak sungkan aku mengeluarkan
kata – kata yang membuatnya tertawa terbahak bahak.

Bisa kalian pikirkan perasaan ku saat hari


itu,dimana Tuhan memberikan aku kesempatan untuk
kenal dengan dirinya. Walau ku tahu bahwa memang tak
mungkin aku bisa mendapatkan hatinya. Namun dengan
aku berteman dengan dirinya aku rasa itu semua suda
cukup.

Tak lama Sadewa dan Kiran datang membawa


makanan yang sudah kami berdua pesan. Kami pun
makan bersama – sama, tentunya dengan disertai obrolan

161
– obrolan kecil. Hangat sekali suasana itu, namun tak
terasa waktu begitu cepat. Senja berlalu begitu cepat,
sinar surya yang kian memudar sebagai pertanda bahwa
aku harus ikhlas mengakhari pertemuan dengan Tasya
karena aku dan Sadewa harus pulang. Sebenarnya tidak
pulang karena kami langsung ke tempat biasa nongkrong
bersama teman - teman. Jika tidak ada janji dengan
mereka, tentunya aku akan tetap tinggal disana sejenak
karena aku sangat suka ketika aku bertatapan langsung
dengannya, ngobrol dengannya meskipun topik yang
kami bicarakan tak penting – penting amat. Namun
sudahlah, aku memiliki janji dan janji harus ditepati.
“Selamat tinggal Tasya,aku mencintaimu” ucapku dalam
hati.

Besoknya aku Sadewa dan Bagas nongkrong di


cafe yang biasa kami kunjungi, menurutku nongkrong di
cafe tersebut sudah menjadi sunah bagi kami bertiga.
Karena setiap minggunya kami pasti mengunjungi cafe
tersebut,sudah seperti destinasi menarik bagi kami.
Sangat ramai sekali pada saat itu,karena bertepatan
dengan hari libur yang tentunya banyak pelajar yang juga
hang-out pada saat itu. Senangnya hatiku saat aku

162
mengingat momen saat bersamanya, aku sangat
menikmati rasa ini.

Namun tak ku sangka setelah kita sedang asik –


asik mengobrol datang Kiran bersama Tasya. Aku
terkejut terheran – heran ketika saat kedatangan mereka,
karena sebelumnya aku tak tahu bahwa memang Tasya
akan datang meskipun aku tahu bahwa sebenarnya dia
hanya mengantar Kiran bertemu Sadewa. Sadewa pun
juga tak memberi tau kepadaku bawasanya Kiran akan
datang, dan datang bersama Tasya.

“Heyy, ketemu lagi kita. Ada perlu apa datang


kesini ?” Tanyaku dengan mimik muka yang pastinya dia
sadar aku sedang terkejut. “Haii, aku diajak oleh Kiran
katanya mau bertemu Sadewa” katanya sembari ia duduk
disampingku. Tak kusangka bahwa disinilah dimana
kami mulai dekat lebih jauh karena ia juga mulai percaya
kepadaku, sudah terlihat dengan cara tutur bahasa dia dan
dia semakin cerita banyak kepadaku. Aku memang tak
pandai dalam menilai orang, namun dapat kupastikan
bawa dia mulai percaya kepadaku. Aku sangat senang
sekali,dan aku menghargai akan hal itu.

163
Tak terasa detik demi detik aku dan dia bersama
dan bercerita semuanya, namun tiba disaat moment
dimana dia menceritakan kisah percintaanya, kisah cinta
dengan pacarnya yang menurutnya banyak masalah.
Dimana ia merasa diperlakukan seenaknya, sungguh aku
tak terima akan hal itu, namun tentu saja aku tak bilang
itu kepadanya hanya sebatas hatiku yang tidak suka
Tasya diperlakukan seperti itu. Akupun menyimak setiap
ucapan tasya yang menceritakan perihnya menahan rasa
sakit. Tak banyak yang aku lakukan, tak banyak saran
yang aku berikan kepadanya, karena aku tak mau Tasya
jadi berfikir bahwa aku mencintai dirinya.

Setelah percakapan itu kami berdua tak pernah


bertemu, aku selalu bertanya – tanya kepada diriku
sendiri. Apakah ia baik – baik saja? Apakah perkataanku
ada yang kurang mengenakan kepadanya? Apakah
saranku tak membantunya? Aku hanya berharap bahwa
dia akan baik – baik saja. Terlepas dengan perasaanku,
kalian pasti sudah tahu isi hatiku saat ini sedang cemas
dan gundah.

1 bulan aku lewati tanpa hadirnya dirinya, 1 bulan


ku menahan rindu pada dirinya, 1 bulan perasaanku
164
cemas tak karuan, 1 bulan aku menanti kepastian dirinya.
Aku hanya berharap dalam doa, bahwa sesungguhnya
penantianku akan berakhir dengan senyuman.

Tak kusangka ketika aku melamun diatas balkon


rumahku, HP ku bergetar awalnya aku hanya mengira itu
adalah notif dari layanan operator. Namun tak kusangka
bahwa itu adalah pesan dari Tasya. Aku sangat terkejut,
hatiku berdebar dan jantungku memompa lebih kencang
dari biasanya. Aku buka isi pesan tersebut dan ternyata
dia mengabari bahwa dia dengan pacarnya baru saja
putus. Ntah aku harus bahagia atau sedih tentang kabar
tersebut, namun yang terpenting saat itu aku
menghiburnya karena aku tahu hatinya saat ini sedang
rapuh.

Aku sangat sedih tentunya dengan sikap pacarnya


yang menyakiti hati Tasya. Namun tentunya ini adalah
momen bagiku untuk mendekatinya secara perlahan.
Sedikit demi sedikit aku tunjukan rasa cintaku
kepadanya, baik dengan cara tingkah lakuku kepadanya

165
dan juga dengan omongan – omongan ku yang tentunya
sangat berbeda dengan cara aku menyikapi orang lain.

Awalnya aku mengira bahwa proses


pendekatanku kepadanya akan berjalan mulus. Namun itu
sangat jauh diluar dugaanku, banyak rintangan yang
harus aku lalui, dan rintangan terberat menurutku adalah
sabar. Sabar ketika aku tahu bahwa ia mencintai salah
satu sahabatku, dan tentunya sabar ketika aku tahu bahwa
ia masih mengharapkan mantan pacarnya kembali. Aku
yakin tak semua orang bisa sabar jika sedang ada di
posisiku. Dimana terkadang pikiran selalu terhasut untuk
berhenti memperrjuangkannya, namun perasaan cintaku
yang besar kepadanya dan besar teguh pendirianku aku
memutuskan untuk selalu memperjuangkannya selagi
masih ada harapan.

Suatu hal yang membuat aku heran dengannya,


pikirannya yang selalu berubah – ubah disetiap harinya.
Bahkan dalam hitungan jam pun pikirannya dapat
berubah 180O. Bisa kalian bayangkan bagaimana aku
harus kuat menahan sabar dengan pemikirannya yang
labil dan tidak konsisten. Aku mendengar berita dari
Kiran bahwa dia tahu bahwa aku mencintainya, tetapi
166
memang dia masih mengharapkan mantannya. Kenyataan
pahit yang tentunya harus aku terima. Dan juga
pernyataan langsung darinya kepadaku yang mengatakan
bahwa ia tak mau dekat dengan siapa – siapa dan
memilih untuk menunggu sang pujaan hatinya kembali.
Tentunya hatiku rapuh saat itu, namun aku membohongi
diriku sendiri dihadapannya, aku pura – pura tegar
dihadapannya yang seolah – olah itu tak apa. Aku
menunjukan sikap profesionalisme kepadanya bahwa
berjuang tak selamanya akan menang, tetapi kita harus
menerima kekalahan, meskipun kenyataannya menerima
kekalaan itu hal yang sangat menyakitkan.

Disitupun aku langsung berfikir bawa ini adalah


titik terang bagiku, arti titik yang bisa kita simpulkan
adalah sebuah akhir namun berjuta makna bagiku, akhir
sebuah perjuanganku dan kisah indah yang terukir sangat
dalam di kehidupanku. Dan arti kata terang yang
mengandung arti nyata, yang memuatku mengerti bahwa
dia tak mencintaiku adalah suatu kenyataan. Dan
kenyataan bodoh adalah aku tetap mencintainya
meskipun ia tak mencintaiku.

167
Suatu hal pelajaran yang bisa aku petik pada
kisahku ini adalah bahwa tak selamanya cinta dapat
terbalaskan mesikipun kita sudah menunjukan rasa cinta
yang besar. Dan harapan tidak lah salah, karena dengan
harapan kita dapat merasakan cinta yang sebenarnya.
Dan tentunya kenyataan pahit harus dapat kita terima
dengan ikhlas dan harus kita sikapi dengan sebagai
mestinya.

Ku kejar dirimu

Kau pergi jauh

Ku peluk dirimu

Hanyalah sebatas ilusi

168
PROFIL PENULIS

Dia adalah Farrel Brilliant, atau sering dikenal dengan


panggilan Farrel. Dia lahir di Subang pada tanggal 25 maret
2003. Dia sedang menimba pendidikan di bangku kelas 2
SMA Negeri 1 Subang. Dia menceritakan kisah cintanya yang
rumit, namun dia tetap tegar menerimanya.

Ayo lebih mengenal penulis ini!


Instagram: @farrelbrilliantt

169
NEGERI AJAIB

Malioboro di malam hari memang seperti tak pernah


tidur, seperti mataku yang entah kenapa tidak bisa dipejamkan
sedangkan tubuh dan pikiranku sudah lelah dengan kegiatan
hari ini. Alhasil aku singgah di sebuah kafe yang cukup antik
dan duduk di kursi tua dengan menikmati secangkir coklat
panas yang menetralkan tubuhku dari udara yang menusuk
sampai ke tulang. Tiba-tiba sekali pikiranku melayang pada
bulan Agustus sepuluh tahun yang lalu. Masih tertempel di
ingatanku bagaimana jenakanya seseorang seperti dirimu yang
selalu saja membuat para wanita berdebar dengan gombalan
murah namun disertai senyum yang tiada harganya.. Siapa
yang tahu ternyata seseorang seperti dirimu hilang karena
semesta mengajakku bercanda tanpa mengundang tawa. Tapi
tak apa, setidaknya kehadiranmu pernah mendatangkan musim
semi saat badai salju sedang berlangsung di kehidupanku, dan
aku sangat menghargai dan sangat mensyukuri hal itu.
Mengingat dirimu secara tiba-tiba, seakan-akan membuat
diriku ingin menceritakan kisahmu pada dunia. Maka setelah
berpikir dan menimbang-nimbang, aku membawa tanganku
menuju saku dan membawa handphone ku, lalu
menonaktifkan notifikasinya, selanjutnya otakku menuntun
jariku dan memuat aplikasi word dan berakhir dengan judul
“Negeri Ajaib”. Bukan, ini bukan tentang bagaimana Harry

170
Potter mengangkat tongkat dan berkata “expeliarmus” bukan
juga tentang keempat saudara yang memasuki lemari dan
menemukan sebuah negeri ajaib. Tetapi ini cerita tentang kita
yang masuk ke dalam ‘lubang kelinci’ seperti Alice yang
selanjutnya membuat kita tersesat di dalamnya. Sungguh indah
tapi berakhir dengan kita yang menjadi tidak waras.

Agustus 2009

Masih teringat di kepalaku bagaimana caramu menulis


namamu, terlihat berantakan namun nama yang terukir itulah
yang menutupinya. Kaivan Laksana Arjuna, saat itu orang-
orang mengaggumi namamu yang indah seindah parasmu, Si
Tampan Bagai Arjuna. Lelaki yang memiliki kulit kuning
langsat, bertubuh tegap dan tinggi, dan hidung yang tidak
terlalu menonjol. Ya orang-orang akan mengira dirimu adalah
Indonesia tulen, namun ternyata matamu yang hijau sehijau
lumut itu yang membuat bingung banyak orang tentang
identitas aslimu. Tetapi entah mengapa hal itu tidak menarik
perhatianku, tidak seperti Elina yang berpaling dari
kekasihnya, hanya dengan rayuan picisan darimu. Dan juga
kekasih Elina yang notebanenya adalah sahabatku menambah
rasa muakku kepadamu.

Pertama kali aku melihat matamu yang hijau itu pada


saat di sekolah yang baru saja memulai pelajaran baru di kelas

171
baru dengan teman yang baru. Wali kelas pada saat itu adalah
guru Bahasa Indonesia yang bernama bu Ratna. Ibu Ratna
menginginkan kita untuk menuliskan nama masing-masing
dan memasukannya ke dalam sebuah toples, lalu menyuruh
kita maju satu persatu dengan mengambil salah satu kertas
berisikan nama murid kelas. Pada saat itu kau mendapatkan
namaku.

“Mentari Naila Andriani,” Akupun mengangkat


tanganku. Saat itulah mata kita bertatapan. Orang berkata
‘Mata Kaivan akan membuatmu jatuh kedalamnya’ dan aku
memang hampir jatuh ke dalamnya namun Haidar, sahabatku,
menyenggol tanganku dan membuatku memalingkan
pandanganku darinya.

“Silahkan Kaivan, berikan kesan pertamamu saat


melihat Mentari dan mulailah perkenalan antara kalian!”

“Mentari, cantik, namun sayang diriku sudah memiliki


kekasih,” ucapnya dengan senyuman jahil. Masih melekat di
ingatanku bagaimana rayuan murahan itu mampu membuat
darahku berdesir sekaligus membuatku mual. Setelah dirinya
mengatakan hal itu, siswa-siswa berteriak riuh di sekitarku.
Hal itu membuat lelaki bermata hijau itu menyungingkan
seringai jahil di wajahnya, lalu menormalkan raut wajahnya
dan mengulurkan tangannya bermaksud untuk berjabat tangan.

172
“Seperti yang kau tahu, namaku Kaivan dan kau bisa
memanggilku Kai. Senang bertemu denganmu, Mentari!” Aku
menatap uluran tangan itu dan tidak ada niatan sama sekali
untuk menerima uluran tangan tersebut, alih-alih menjawab
dengan ramah aku malah berkata.

“Kau sudah membaca namaku di kertas itu, bukan?”


Hal itu membuat murid-murid bertambah riuh dan cibiran
lainnya terdengar di telinga Mentari. Dirinya memang sudah
menjadi bahan gosip beberapa murid, karena pernah beredar
bahwa dia penyuka sesama jenis dan hal itu didukung dengan
dirinya yang tidak pernah berpacaran

“Mentari, tolong perkenalan dirimu dengan benar!”


tegur bu Ratna. Aku menghela napas dengan berat, lalu
mengulurkan tanganku, “Perkenalkan, namaku Mentari!”

Lalu mata kita bertatapan dan dari sanalah kisah ini


dimulai. Sejak pada saat itu, di setiap waktu ceritaku terisi
penuh dengan namamu, Kaivan. Entah itu dengan memaki
namamu karena membuatku kesal di setiap waktu atapun
dengan memanggil namamu dengan lelah. Itu semua karena
engkau yang selalu merayuku dan aku yang defensive,
contohnya seperti sekarang ini.

“Mau tahu sesuatu tidak?” Tanya Kaivan secara tiba-


tiba muncul dari belakangku, membuat diriku berjengkit
173
kaget. Kita sebenarnya berada pada jam pelajaran, namun para
anak lelaki di belakang kelas sangat ribut dan beberapa anak
perempuan yang cekikikan entah kenapa, karena guru
Matematika, pak Gilang, sedang tidak masuk karena beberapa
urusan.

Aku hanya melihat Kaivan dengan tatapan


memuakkan dengan buku ‘Si Anak Cahaya’. Kaivan yang
asalnya berada di belakang dimana diriku duduk, berpindah ke
depan dan duduk di sampingku yang kosong. “Kemarin aku
lihat ada 1000 bintang di langit,” ucap Kaivan membuat diriku
menghela napas dan menutup buku dengan sedikit keras dan
menimbulkan suara, “Sebenarnya apa sih mau kamu?”
tanyaku dengan suara yang menunjukkan kekesalannya.
Kaivan hanya nyengir tanpa rasa bersalah.

“Cuma mau ngasih tahu kamu, aku sedih bintangnya


jadi 998, tapi setelah aku tahu dimana bintang itu, aku senang,
kenapa coba?” tanya Kai, aku masih menatapnya dengan
tatapan lelah. “Jawab dong!” suruh Kai dengan sedikit
memaksa. Diriku menghela napas, “Kenapa?” tanyaku,
“Soalnya dua bintang yang hilang, ternyata ada di mata
kamu,” dan Kai berakhir diberi tepukan pelan di pipinya
dengan diriku yang berkata, “Enyah!”

174
Seiring berjalannya waktu dan juga telingaku yang
sering mendengar rayuan Kai yang hingga akhirnya membuat
diriku melunak, sebenarnya bukan melunak. Aku hanya pasrah
saja dengan apa yang dilakukan oleh Kai.

Karena mulai hari ini supir tidak bisa antar-jemput


diriku ke sekolah jadi saat ini aku berjalan menuju halte bis
yang mana membutuhkan langkah yang lumayan jauh jika
berjalan. Namun, saat beberapa langkah keluar dari gerbang
sekolah, Kaivan berada di sampingku dengan memelankan
motornya.

“Tidak dijemput?” tanya dia, aku otomatis berhenti


dan membuat dia berhenti pula. “Tidak,” jawabku singkat. Dia
menoleh pada motornya dan berkata,”Naiklah!” Lalu aku
menjawab, “Tidak perlu,” aku melangkahkan kakiku kembali.
Namun, Kai menarik lenganku, otomatis aku menghadap ke
arahnya lalu menghela napas, “Kau itu kenapa sih?” tanyaku
sedikit kesal. “Aku hanya menawarkan tumpangan padamu,
Mentari. Kau yang kenapa selalu bertingkah seakan-akan aku
ini wabah,” ucapnya dengan muka yang tersakiti membuatku
sedikit merasa bersalah. Aku sedikit gelagapan, “Aku tidak
seperti itu, kok!”

“Ya sudah, kalau begitu kau ikut pulang denganku dan


juga apakah kau tidak mendengar rumor tentang penjahat

175
kelamin yang ada dimana-mana?” tanya dia dengan
memberikan helm dengan raut muka yang sedikit dilebih-
lebihkan, “Kau ini sangat drama!”

Lantas aku naik ke motornya dan meletakan tasku di


tengah-tengah kita berdua. Motor Kaivan bukan motor gede
seperti lelaki pada umumnya dan juga bukan motor seperti
Dilan. Motor yang dia kendarai adalah motor Vario berwarna
putih, tidak seperti sahabatnya yang memiliki motor gede
klasik, walaupun seperti itu dia tetap terus membangga-
banggakan motor ini. Di jalan hanya dia yang berceloteh, aku
hanya menjawabnya secara singkat. Dia mengantarku sampai
depan rumah, sembari memberikan helm aku mengucap terima
kasih. Lalu dia menjawab, “Sama-sama, Mentari! Dengan
duduknya kau di jok Si Unyil, maka mulai hari ini aku
mengklaim dirimu sebagai pacarku,” aku mengernyitkan
keningku dan melihat dia dengan aneh,”Kau sebaiknya pulang
dan minum obatmu!”

“Jahat nih, masa pacar sendiri dikatain gila,” ucapnya


dengan muka yang dibuat-buat sedih. Aku hanya mampu
menggeleng pelan, “Pulanglah! Kau butuh istirahat,” suruhku
dengan menepuk pundaknya pelan lalu melenggang pergi
masuk ke rumahku. Dengan diam-diam ku melihat dia lewat
jendela yang sedang menyimpan helm yang tadi ku pakai.
Hatiku merasa tertampar saat terlintas di pikiranku bahwa
176
sebentar lagi Elina yang akan memakai helm tersebut dan
pulang bersama dengannya

“Sadar, Tari! Lelaki itu sudah ada yang memiliki!”


bisikku pada diriku sendiri, lalu menutup gorden jendela dan
pergi ke kamarku. Sampai di kamarku, ku menatap langit-
langit kamar sembari berbaring di kasurku. Bertanya-tanya
dalam hati, apa saja yang dia lakukan sampai aku bisa
memiliki perasaan ini padanya. Dia perhatian.

Dug!

Bola basket terkena kepalaku yang membuatku sedikit


pening dan beberapa temanku mengerubungiku. Walaupun
mataku terpejam, aku bisa mendengar salah satu dari mereka
mengucap maaf. Aku merasa sumpek dan tak bisa mendengar
jelas apa yang dikatakan oleh mereka.

“Heh, pada minggir dong! Kasian korban susah


napas,” ucap seseorang. Saat aku membuka mata dan
meringis betapa perihnya membuka mataku, tapi bisa kulihat
yang tadi berbicara adalah Kaivan. Dia menarik tanganku
dari pelipisku yang tadi terkena bola. “Sakit ya? Berdarah
sedikit, tadi aku beli plester dulu. Maaf ya lama!” ucapnya
dan aku merasakan ucapannya tadi mengundang riuh.

177
“Jangan lupa Elina ya masnya!”, “Mantap, pepet
terus!”, “Parah sih ini berdua sempat-sempatnya pacaran”
dan lainnya trerus terdengar sampai ke telingaku dan
membuatku menepis tangan yang akan menyentuh pelipisku.

Itu terjadi minggu lalu saat kita sedang berolahraga.


Sejak saat itu teman-teman di kelas selalu saja menyoraki dan
melontarkan godaan saat kita berdua sedang berinteraksi.
Ucapan Haidar, sahabatku, membuatku tersadar kembali dari
sihir pesona lelaki bernama Kaivan itu.

“Akupun tidak mengerti apa yang terjadi pada


kalian, tapi aku hanya mengingatkan saja bahwa Kaivan tidak
sebaik yang kau kira. Fakta tentang kalian yang dekat namun
Elina masih menjadi pacarnya, itu akan menjadi masalah
bagimu,”

Benar saja, dia mengantarku pulang dan melontarkan


kata-kata rayuan dengan penuh kasih namun status yang
dimilikinya adalah masih kekasih wanita lain. Hal itu
menunjukan betapa brengseknya Kaivan dan betapa naifnya
diriku. Saat diriku memikirkan kebrengsekan seorang Kaivan
terdengar benturan pintu yang cukup keras. “Sudah aku
katakan padamu untuk tidak mencampuri urusanku!” ucap
seorang pria di luar kamarku. “Lebih tepatnya urusanmu
dengan wanita lain!” Suara wanita menyahutinya dengan

178
nada yang lebih tinggi. Ini sudah menjadi lagu rusak yang
selalu aku dengar hampir setiap harinya, lagu yang
menunjukan betapa rusaknya keluargaku. Untuk hal itu aku
meraih earphone di saku seragamku dan menyumpal telingaku
dengan benda tersebut dan memutar lagu Paramore yang
penuh energi. Tidak peduli dengan teriakan dan suara saling
mengumpat satu sama lain di luar sana,

Keesokan harinya setelah diriku sampai di kelas, aku


menimpan tasku dan duduk di bangku paling depan. Saat itu
juga Haidar datang dan duduk di bangku yang ada di
belakangku. Tiba-tiba Ernest, teman sebangku, mengajak
untuk membeli sarapan ke kantin. Aku mengiyakan ajakannya
dan mengajak Haidar, tetapi lelaki itu menolak dengan alasan
sudah sarapan. Baru saja melangkah keluar melewati pintu
kelas, dua orang perempuan mendatangiku. Aku sangat
mengenali mereka. Elina dan Reina, sobat kekasih Kaivan.
“Ri, aku mau ngomong sama kamu!” Sontak saja aku
menunjuk diriku dengan tatapan bertanya.

“Langsung saja, gara-gara kamu Kaivan berubah,”


ucapnya tanpa basa-basi. “Jujur aku tidak mau hubungan kau
dan aku bermasalah mengingat kita pernah berteman. Tapi,
aku tidak bisa diam saja saat mendengar orang-orang berkata
kekasihku mengantar pulang perempuan lain sedangkan
kekasihnya sedang menunggu untuk diantarkan pulang juga.
179
Tadi pun dia terlihat terburu-buru saat sampai di sekolah,
ternyata alasannya adalah kau yang belum sampai juga ke
sekolah,” ucapnya membuatku bingung, marah, dan malu.
Diriku seakan-akan ditunjuk sebagi perempuan perusak
hubungan orang, “Maka dari itu aku sangat memohon pada
dirimu untuk membuat jarak dengan dia, alangkah lebih baik
jika kalian tidak saling berkomunikasi apalagi bertingkah
layaknya kekasih saat si lelaki masih memiliki status pacar
orang lain!” lanjutnya ditambah dengan telunjuknya yang
melayang-layang di depan mukaku. Ernest menghempaskan
tangan Elina dengan cukup kuat.

“Neng geulis, udah ngomongnya? Heh, kasih tuh


sobatmu minum takutnya tenggorokannya kering setelah
berbicara panjang lebar dengan menyalahkan orang yang
bahkan tidak melakukan apa-apa!” ucap Ernest kepada Reina
dengan menunjuk Elina dengan dagunya. Lalu menarikku
yang masih diam setelah mencerna apa yang dikatakan oleh
Elina. Setelah sampai di kantin, Ernest menutunku untuk
duduk di tempat duduk yang sudah disediakan. ”Udah Ri,
jangan dipikirin omongan nenek lampir!” ucapnya membuatku
tersadar, “Bukan seperti itu, ada benarnya omongan dia.
Seharusnya akupun harus lebih tegas lagi dengan tingkah
Kaivan,” jawabku, “Yah benar sih, mungkin dengan kau yang

180
lebih menjauhi Kai, mungkin lelaki itu akan berpikir,”
ucapnya.

Setelah hari itu aku memang lebih menjauhi dan


seperti dugaan dia akan tetap bertanya pdaku mengapa aku
mengindarinya lalu pada saat itu aku jawab, “Apakah kau
dungu? Jika kau bukan pria yang brengsek maka kau tidak
akan terus mendekatiku dan terus berkomunikasi dengan
perempuan lain dan membuat pacarmu sakit hati,” aku
berbicara itu tepat di depan wajahnya lalu meninggalkan dia
sendiri di lorong sekolah yang sudah sepi. Setelah itu dia tidak
menghubungiku lagi dan sudah menjauhiku dan entah kenapa
hal itu membuatku merasa sakit dan sesak. Tidak ada suara
Kaivan yang berlagu dengan rayuan picisannya sebagai lirik,
tidak ada suara dia yang menanyakan sudah makan apa belum,
dan tidak ada motor Vario putih yang menjemputku lagi. Itu
adalah pertama dan terakhir kali diriku menaiki Si Unyil.

Entah kenapa rasanya ingin menarik ucapanku tempo


lalu, mungkin saja saat ini dirinya sudah duduk di samping
Haidar dan menyanyikan lagu gombalan. Tapi dia tidak ada
disana, sejak hari itu dia lebih sering keluar kelas bersama
teman-temannya. Dia juga lebih sering berdiam di kelas dan
tidak fokus saat pelajaran berlangsung. Aku bertanyta-tanya
apakah itu efek ucapanku sampai dia seperti itu, bukankah itu
terlalu berlebihan dengan orang yang jenaka seperti dia?
181
Suatu hari, setelah semuanya berlangsung seperti biasa
walaupun Kai masih belum biasa. Diriku melangkahkan diri
menuju ruang Tata Usaha, tapi sebelum mencapai ruang TU,
aku mendengar ucapan beberapa anak laki-laki di ruangang
komputer. Percayalah aku bukan orang yang penasaran apa
yang dibicarakan orang lain. Tetapi setelah mendengar
namaku disebut aku menghentikan langkah dan mendengar
percakapan yang membuatku sakit hati. “Kau tidak berhasil
membuat Mentari menjadi pacarmu, maka dari itu berikan
akses untuk vila keluargamu secara gratis seperti yang kita
sepakati!” Deg! Hatiku mencelos mendengarnya. Saat aku
mengintip lewat jendela, diriku semakin kecewa melihat ada
Kaivan berada disana, “Mentari sangat susah untuk didapatkan
seharusnya kau memberiku waktu lebih!” ucap Kaivan
membuat hatiku berdenyut sakit. Lalu suara temannya
menyahuti, “Kita sudah sepakat, kawan!”

Rasanya ingin menangis mendengar ucapan mereka.


Ternyata benar, serratus persen aku menyetujui apa yang
dikatakan Haidar tentang Kaivan yang brengsek. Memutuskan
untuk pergi dari temopat itu dengan hati yang cukup berdenyut
karena faktanya semua perhatian yang diberikan oleh Kaivan
adalah palsu. Awalnya berniat untuk mengambil absen kelas,
namun aku melangkahkan kaki ku ke perpustakaan sekolah,
tempat yang jarang dipenuhi oleh siswa.

182
Beberapa minggu berlalu dan masih terjadi perang
dingin diantara kita berdua, walaupun aku tahu dari gelagatnya
dia ingin berkomunikasi denganku. Namun maaf, aku
menutup akses dirimu padauk. Jika kita berada di kelompok
yang sama dia yang akan berbicara, namun tidak keluar
konteks tentang pelajaran. Tapi, aku hanya menjawabnya
seperlunya saja. Semua terjadi seperti itu dan selebihnya kita
masih tidak berbicara. Sampai di suatu malam, hujan sedang
mengguyur kota dengan deras ditambah dengan petir. Aku
berada di kasurku dengan lagu yang berjudul 26 yang tentu
saja dinyanyikan oleh Paramore sedang mengalun tenang di
telingaku, buku berjudul ‘Looking For Alaska’ sedang berada
di tanganku. Tiba-tiba saja ponsel yang berada di kasur
bergetar, lalu aku menyimpan buku dan meraih ponsel itu dan
membaca pesan yang baru saja sampai. Aku menahan napas
saat membaca pesan yang dikirim oleh Ernest.

“Tari, siap-siap kita ke rumah Kaivan, ayahnya baru


saja meninggal,”

Badanku bergetar dan memikirkan bagaimana


perasaan Kaivan saat ini membuat hatiku berdenyut sakit.
Tanpa memikirkan apapun lagi, aku beranjak untk mengganti
bajuku dan bersiap-siap. Setelah dirasa tidak ada yang aku
tinggalkan, aku cepat-cepat turun ke bawah menghiraukan
nuansa dingin yang selalu terjadi antara ayah dan ibu. Tapi
183
saat aku menyentuh gagang pintu, aku tersentak dikala ada
suara pukulan di belakangku.

Aku sangat membenci hal ini, rasanya aku tidak ingin


melihat apa yang terjadi di belakang. Tapi, saat aku
mendengar ringisan ibuku aku cepat-cepat menoleh ke
belakang. Disana ibuku tersungkur di lantai dengan pipi yang
merah dan terdapat bekas telapak tangan disana, tepi bibirnya
berdarah, dan pipinya sedang dicengkram oleh lelaki yang
tidak ingin aku panggil ayah. Aku cepat-cepat berlari kea rah
mereka dan menghentikan layangan kepalan tangan ayahku
yang akan mengenai wajah ibukuy.

Menguar bau alkohol yang menyengat membuatku


menyeringai, “Lelaki brengsek,” aku ucapkan. Entah berapa
dosa yang aku dapatkan saat aku mengatakan hal itu padanya.
Dia lalu berkata, “Anak kurang ajar, kau dan ibumu sama saja.
Sama-sama tidak tahu diuntung, dasar anak pelacur!” Sontak
saja aku menapar wajahnya. Betapa kejamnya pria
dihadapanku ini. Membuatku bertanya-tanya pakah dia benar
ayahku. Saat dia mulai murka dan bersiap melakukan sesuatu
yang aku tebak adalah perlakuan kasar.

“Berhenti, aku mohon berhenti! Baik, kita akan pergi


dari rumah ini seperti yang kau inginkan. Kita akan menjauh,
maka nikmatilah hidupmu dengan penuh kesengsaraan itu.”

184
Ucap ibuku dengan menahan lengan ayahku dan setengah
membungkuk tetapi matanya menyorot tajam kepada ayahku.
Aku menatapnya dengan sedikit terkeju, “Apa maksudmu
dengan kita keluar dari rumah ini, ibu? Yang harusnya keluar
itu adalah lelaki ini,” tanyaku sedikit menggoyangkan tubuh
ibuku.

“Kau pikir kau siapa untuk tinggal di rumah miliku


ini? Kau hanyalah anak dari pelacur yang ada di hadapanku
dan entah siapa ayahmu!” ucapnya dengan menunju-nunjuk
kepada diriku. Aku tidak bisa berkata apa-apa lagi, dengan
semua kejadian yang sekaligus mendatangiku ditambah
dengan pengakuan bahwa aku adalah anak haram dari mulut
yang selama ini aku kenal sebagai ayahku. Dengan tiba-tiba
air mata meluncur di mataku, dengan sesenggukan pelan aku
berkata, “Kami akan keluar dari rumah ini seperti yang anda
minta,”

Kejadian itu berlangsung pada hari Selasa di bulan


Oktober awal. Semua masalah yang menimpaku aku telan
walaupun itu sangat pahit. Setelah membereskan barang-
barangku dan barang ibuku, kita memesan taksi dan pergi dari
rumah terkutuk itu. Tapi sebelumnya aku melakukan sesuatu
yang cukup mengangkat sedikit beban di pundak ku, “Semoga
kita tidak bertemu lagi dan bersenang-senanglah dengan
jalangmu,” ucapku lalu melemparkan seluruh tabungan berisi
185
uang yang sering dia kirimkan namun tak pernah aku pakai
tepat pada mukanya. Tanpa menunggu waktu aku dan ibuku
pergi dengan berpayung jingga dan mengatakan pada satpam
di rumahku untuk memberitahu jika Ernest datang menjemput,
agar mengatakan permintaan maafku kepadanya dan Kaivan
dan ucapan bela sungkawa kepadanya serta seluruh keluarga.
Karena aku tidak bisa menyampaikan hal itu di ponsel yang
aku kembalikan kepada ayahku.

Setelah aku pergi dengan taksi menuju tempat yang


diarahkan oleh ibuku, hatiku masih memikul beban yang berat
karena Kaivan dan fakta tentang ayah kandung yang tidak aku
ketahui. Itu adalah hari terakhir aku menginjakan kaki di
rumah itu setelah benam belas tahun bernaung. Sejak hari itu
juga aku putus komunikasi dengan teman-temanku termasuk
Kaivan. Tentang sekolahku, pamanku yang notabennya adalah
kakak dari ibuku pergi kesana dan mengurus tentang
keluarnya aku dari sekolah itu.

Beberapa hari kemudian, aku dan ibuku pindah ke


Benoa di Kuta Selatan di Bali. Aku hiatus sekolah sampai
tahun ajaran berikutnya dan melanjutkan sekolah dan
kehidupan baruku disana dengan ibuku. Ayah kandungku, aku
memutuskan untuk tidak bertanya dan mencari jawaban
tentang hal itu, walaupun ibu pernah mencoba menjelaskan
tapi keputusanku sudah bulat. Untuk Kaivan, walaupun diri ini
186
merindukan sosok itu tetapi diriku memantapkan dalam hati,
jika yang diatas berkenan maka aku akan bertemu lagi dengan
dia.

Agustus 2019

Selama beberapa tahun, benar-benar tidak ada


seorangpun dari Jakarta yang pernah bertemu denganku
ataupun menelepon nomor baruku. Setelah aku pikir-pikir
mungkin ini adalah yang terbaik, karena setelah
ketidakhadiranku saat ayah Kaivan meninggal dan tanpa
berbicara langsung pada Ernest ataupun pada Haidar tentang
masalah yang aku hadapi membuatku malu untuk bertemu
dengan mereka. Setelah lulus SMA, aku berkuliah di Fakultas
Manajemen Bisnis dan bekerja di salah satu perusahaan besar
di hotel besar di Kuta, Bali. Semua itu berlalu sangat cepat
walaupun di hati tak pernah tak merindukan seorang lelaki
yang tampan bagaikan Arjuna itu. Setelah berpikir bahwa tak
pernah hilang ingatan akan tentangnya, aku sangat yakin
bahwa perasaan di hati ini bukanlah hanya naksir semata. Jika
ada dia di dihadapanku saat ini dan menawarkan sebuah
kesempatan mungkin saja tanpa ragu aku akan berkata ‘Tentu
saja”.

Karena diriku yang selalu bekerja tanpa kenal lelah,


maka aku berpikir untuk mengambil cutiku dan terbang ke

187
kota yang selalu membuatku rindu ini dan berakhir aku disini
di Jalan Malioboro yang selalu dipenuhi massa, di kursi tua
dan menghentikan ketikanku tentangnya. Setelah dirasa cukup
aku menyimpan tulisan tak berarti tentang dia yang aku kenal
hanya beberapa bulan namun mampu memberikan efek besar
padaku. Meregangkan tulang- tulangku yang pegal dan
membereskan barang-barangku lalu beranjak pergi dari kafe
tersebut. Namun, aku menghentikan langkah saat terpampang
nyata lukisan berparas seperti wajahku. Apakah diriku salah
lihat? Untuk memastikan hal itu aku pergi menuju tempat
dimana pelukis jalanan itu lalu benar-benar melihat dengan
seksama lukisan yang menjadi contoh tersebut, “Yang melukis
itu lagi ke kamar mandi, mbak. Tunggu saja!” ucap seorang
lelaki dengan sedikit medok. Aku tidak menjawabnya, masih
terpaku pada lukisan itu.

“Oh itu sudah datang, mbak. Mas Arjun ini ditungguin


loh!” ucap pria itu sambil menggapai-gapai tangannya. Aku
enggan menoleh ke belakang, entah kenapa aku merasakan
sesuatu yang berbeda saat pria tadi memanggil pelukis itu
dengan sebutan ‘Mas Arjun’. Orang di belakang ku menepuk
pundakku sambil berkata, “Mbak, mau dilukis?”

Aku terdiam, itu adalah suara milik Kaivan, lelaki


masa SMA nya. Aku berbalik dengan perlahan, dapat kulihat
matanya menunjukan keterkejutan juga. Tak ada yang berubah
188
darinya, hanya parasnya yang bertambah dewasa. Aku
tersenyum kecil padanya, diapun membalas seperti itu namun
dengan sorot mata yang haru.

“Akhirnya aku menemukanmu,” ucapnya dengan lirih


membuatku tersenyum dengan memberikan sorot Bahagia.

“Apakah kau mengingatku?’ tanyaku.

“Selalu.”

189
PROFIL PENULIS

Fauzia Lotama Putri, namanya. Dia


bersekolah di SMA Negeri 1 Subang dan
saat ini sedang duduk di bangku kelas XI
IPS. Dia lahir pada tanggal 9 Desember
2003 dan memiliki hobi yang berbau
musik. Dia berterima kasih tentu saja
yang pertama untuk Allah SWT, kepada
keluarga dan teman-temannya yang
sudah membantu dirinya untuk
menyelesaikan cerita pendek ini. Tak lupa juga dia berterima
kasih kepada Taylor Swift, karena berkat lagunya yang
berjudul ‘Wonderland’ membuat dirinya terinspirasi untuk
membuat cerita ini. Terina kasih sebesar-sebesarnya juga dia
ucapkan pada gurunya, bu Siti Farida, yang sudah mendorong
motivasi siswa dan membantu siswa untuk menuangkan ide
dan keluh kesahnya ke tugas cerpen ini.

Ayo lebih mengenal Fauzia!

Instagram: @victoryltm

e-mail: lotamafauzia29@gmail.com

190
191
SERENDIPITY

Zen berdiri di depan pintu ICU RS Seoul dengan perasaan


campur aduk. 30 menit menerjang perjalanan menembus lalu
lintas aktif Seoul terasa bagai 30 jam lamanya, padahal dirinya
sudah berlari sekuat mungkin.

Zen bergeming. Semua terasa mendadak. Bahkan Ia masih


belum mencerna informasi yang dia dapat dari Anna. Moza
kecelakaan? Lelucon macam apa itu? Kenapa Ia bisa
mengatakan hal sekonyol itu? Kekasihnya pasti baik-baik saja.
Buktinya tadi pagi wanita itu mengucapkan selamat pagi
padanya.

Tubuhnya menegang. Beberapa detik lalu, kakinya masih


berfungsi dengan normal, tapi mengapa kini mendadak
lumpuh? Langkahnya tertahan begitu melihat kerumunan
orang dan dua orang wanita yang familiar baginya menangis
di depan sebuah ruangan. Air matanya lolos begitu saja sesaat
setelah melihat sebuah tubuh yang terbaring tak sadarkan diri
dengan alat medis yang menempel di hampir seluruh
tubuhnya, bahkan alat itu menghalangi wajah polos milik
wanita itu. Bundanya Moza memanggil Zen, Zen tidak sama
sekali mendengarkan panggilan itu, dia hanya menatap Moza
dari ruangan. Bagaikan diserang oleh ribuan anak panah,
hatinya benar-benar hancur. Zen menyalahkan dirinya sendiri,
jika saja Zen menjemput wanita itu mungkin dia takkan
192
berbaring tak sadarkan diri di tempat tersebut. Keesokan
harinya, Zen datang dengan membawa boneka tedy
kesayangan Moza, yang Ia berikan saat perayaan pertama
hubungan mereka.

"Moza, aku disini bangunlah " tangisnya tak dapat terbendung


setelah melihat wajah polos yang kini berbalut alat-alat medis

"Kau sudah makan? Kau tidak mimpi buruk? Kapan kau


bangun? " Zen menangis di tangan Moza yang Ia genggam

Sampai saat ini belum ada perkembangan apapun dari Moza


kondisinya masih sama tidak ada peningkatan maupun
penurunan. Malam hari di bulan Desember terasa semakin
dingin baginya, tiada wanita yang bawel hanya untuk sekedar
memberitahu dirinya untuk memakai syal dan mantel yang
tebal. Zen sangat merindukan ocehan wanita itu.

"Sepertinya akan ada hujan salju lagi "gumam Zen lalu


menutup rapat jendela kamarnya.

Petir nampak bersambar di sana-sini, salju pun mulai turun.


Sebagian kota mengalami pemadaman listrik akibat hujan
salju. Salah satu sekolah di kota tersebut juga terkena
pemadaman listrik. Seorang wanita mengerang terbangun dari
tidurnya, suana kelas semakin mencekam karema tidak ada
penerangan sama sekali.

193
"Eughh.. Apa aku tertidur di kelas? "gumam wanita dengan
name yang tertera di baju sekolah wanita itu. Moza Vangicea.

"Kenapa tidak ada yang membangunkan ku? "ujarnya sambil


melakukan peregangan

Moza berjalan menelusuri koridor sekolah yang sangat gelap


sambil meneriaki nama penjaga sekolahnya.

"Apa tidak ada orang? "gumamnya

"Tolong aku... "tiba-tiba sebuah suara terdengar

"Siapa? Kau dimana? " suara itu berasal dari ruang kesenian
dengan perasaan yang campur aduk Moza membuka pintu
ruangan tersebut dan memasukinya.

"Permisi,  apa ada orang? "

"Bukan manusia tapi arwah "bisik sesosok penunggu di ruang


kesenian ke telinga Moza

"Aaa.. "tubuhnya menabrak rak dibelakangnya

"Aika bukan kah kau sudah mati? "ujar Moza yang tak
percaya bahwa sosok yang dilihatnya merupakan teman
sekelasnya yang tewas mengenaskan di ruang kesenian 1
bulan yang lalu

194
"Moza, aku kesepian disini " tak dapat dipercaya hantu itu
mengeluh?

Moza mendengarkan cerita kematian Aika, hingga detik ini


kasus kematian Aika menjadi misteri yang belum terpecahkan.
Aika ditemukan berlumuran darah di ruang kesenian oleh
gurunya sendiri.

"Jadi kau dibunuh oleh si bodoh Farel? " sentak Moza yang
tak percaya

"Yakk!! Dia membunuhku karena iri aku mendapatkan


perhatian dari guru kesenian karena nilaiku "cetus Aika

"Tapi tunggu dulu.. Kenapa sekarang aku bisa melihatmu? "

"Kau tidak sadar? Lihatlah kecermin kau itu sekarang hantu "

Tak dapat dipercaya tubuhnya tak terpantul dari cermin sama


seperti tubuh Aika. Apa sekarang dia sudah menjadi bagian
dari Aika?

"Aaaa... " mendengar Moza yang berteriak Aika segera


menyumpal mulut Moza dengan segulung kertas.

"Kau tenang saja, kau bukan hantu sepertiku kau hanya


terpisah dari tubuhmu? "ujar Aika.

•••

195
Moza menutup mulutnya dengan kedua tangannya begitu
melihat tubuh yang terbaring lemah di atas kasur khas rumah
sakit. Ia terlihat sangat lemah dan tak sadarkan diri. Aika
duduk di samping Moza yang masih tak percaya bahwa
dirinya kini seorang arwah yang bergentayangan, Aika sangat
tau betul yang dirasakan Moza karena Aika pernah melewati
fase itu. Beruntung Moza bertemu dengan Aika sehingga Ia
tidak perlu terlaku sedih karena ada seseorang yang
bersamanya.

"Kau harus sabar, kamu masih memili kesempatan untuk


hidup di dunia ini " Aika berusaha menghibur Moza dan
tampaknya berhasil.

"Baiklah, sekarang kau mau kemana lagi? "tanya Aika

Moza menjawab ingin bertemu dengan seseorang, lalu Aika


mengantarnya. Aika dan Moza kini berada di rumah Zen.
Moza menatap Zen dengan tatapan penuh cinta dan kerinduan
bahkan Aika pun dapat merasakan bahwa gadis itu sangat
mencintai laki-laki yang kini tengah terlelap tersebut. Tubuh
Zen begusar dan dalam hitungan detik Ia terbangun dan
terkejut sekaligus tak percaya setelah melihat Aika yang
berada di depannya dengan keadaan baik-baik saja.

"Moza...?? " Zen tak percaya sedangkan Moza hanya


mengembangkan senyuman manisnya.
196
"Kau benar Aika, Zen bisa melihatku!! " ujar Moza dengan
bersemangat.

"Aika? Kau bisa melihatnya? "tanya Zen yang kebingungan.

Zen berlari sekuat mungkin menerjang hujan salju dan pergi


ke ruang rawat Moza. Tubuhnya bergetar dan mati rasa setelah
melihat tubuh Moza yang masih terbaring di sana dengan
keadaan yang sama itu artinya yang Zen tadi lihat? Apa itu
hanya imajinasi nya karena terlalu merindukan Moza.

"Itu bukan imajinasi aku Moza mu "sebuah suara tiba-tiba


muncul dan membuat Zen terjatuh karena terkejut.

"Kau.. Kau siapa" teriak Zen.

"Yakk!! Zen Devian dia ini kekasihmu Jung Moza!! "sentak


Aika yang tiba-tiba muncul seperti para hantu biasanya. Zen
masih mencerna kejadian yang baru saja menimpanya, Ia tak
dapat percaya bahwa arwah gadis yang Ia cinta terpisah dari
raganya. Zen masih saja bertanya-tanya Apakah itu benar
benar Moza. Moza pun memeluk Zen.

"Jadi kau sungguh Moza? " tanya Zen sedikit kikuk dan Moza
hanya mengangguk sambil menenggelamkan bibirnya. Zen
memeluk Moza melepaskan rasa rindunya "Benar, kau benar-
benar Moza "

197
"Moza masih bisa melakukan apapun karena dia bukan hantu
seutuhnya, tapi hantu ya tetap hantu dia hanya bisa terlihat
oleh orang sepertimu "jelas Aika

"Tapi bagaimana kau tahu sebanyak itu? " Moza penasaran.

"Kau tahu arwah pelayan kerajaan di lab komputer? Dia yang


mengajariku banyak hal "jawab Aika dan mendapatkan
anggukan mengerti dari keduanya

•••

Moza dan Zen sedang berjalan menyusuri jalanan yang


tertutup salju tipis.

"Moza maafkan aku "ucap Zen .

"Kenapa harus meminta maaf itu bukan kesalahanmu. Ini


hanya kecelakaan jadi berhentilah menyalahkan diri sendiri
"Moza berusaha menenangkan Zen.

Zen berhenti dan menatap Moza dengan lekat "Aku berjanji


akan menjagamu lebih dari sebelumnya "

•••

Seperti biasa Zen berangkat kesekolah pukul 06.35 Ia pergi


kesekolah menggunakan sepedanya.

"Pagii Zen... "ucap Moza dengan semangat


198
"Kau mengejutkanku "

"Ayok naiklah, kita akan berangkat kesekolah "ajak Zen.

Moza naik kesepeda dengan sangat antusias "Zen aku takut "

"Berpeganganlah jika kau takut "

Zen sedikit berteriak dan sesuai intruksi Zen, Moza memegang


sedikit baju Zen

"Jika kau memegangnya seperti itu kau akan terjatuh "

Akhirnya Moza memeluk pinggang Zen dan membuat laki-


laki itu tersenyum kemenangan.

Zen dan Moza tiba disekolah jampun mulai berbunyi dan


pembelajaran sebentar lagi akan dimulai.

"Zen kenapa kau duduk di kursiku "tanya Joshua yang melihat


Zen duduk dikursinya tapi membiarkan tasnya berada di kursi
sebelahnya

"Joshua, bisa kau pindah kedepan aku ingin duduk disini


"pinta Zen

"Aneh sekali "decaknya sebelum akhirnya mengalah

199
Sebenarnya bukan itu alasan Zen ingin duduk dibelakang,
karena saat ini Moza berada bersamanya lebih tepatnya duduk
disampingnya dengan senyuman manisnya.

"Zen kita akan maka apa hari ini? "tanya Moza dengan
antusias

"Kau mau apa? "

"Aku ingin sekali makan hoppang "ujar Moza

"Baiklah ayo kita makan "

Zen memilih kursi yang cukup jauh dari keramaian, Moza


meminjam tubuh Zen agar Ia dapat merasakan makanannya.

Beberapa murid yang memperhatikan Zen kebingungan


melihatnya yang bertingkah seperti murid perempuan yang
sedang memakan makanan kesukannya.

"Apa dia seperti itu karena Moza kecelakaan? "

"Jika benar aku sangat kasihan padanya "

Seperti itulah kira-kira obrolan beberapa siswa yang melihat


kelakukan aneh Zen, dan pada akhirnya moza pergi karna dia
merasa kashian kepada zen dibicvarakan oleh teman-teman.
Zen pun menolak, dan Moza pun kembali duduk dekat Zen,
tak lama seorang siswa laki-laki meminta duduk satu meja

200
dengannya namun Zen tidak menginjinkannya karena tepat
ditempatnya ada Moza yang menempati. Moza memberikan
senyuman manisnya. Zen dan Moza sedang berjalan
bergandengan di taman belakang sekolah.

"Tapi emang gapapa pegangan kayak gini? "risi Zen

"Lagi pula mereka tidak melihatku jadi tidak apa-apa "jawab


Moza tanpa beban

Disaat seperti ini Zen mensyukuri anugrah yang diberikan


kepadanya. Bisa melihat sosok yang kasat mata membuatnya
kini dapat melihat arwah kekasihnya. Mozza.

Zen mendorong sepedanya agar dapat jalan berdampingan


dengan Moza.

"Mau main dulu? "tanya Zen antusias

"Boleh, mau kemana? "tanya Moza

"Kita ke karaoke saja gimana ajakin Aika juga dia pasti bosan
mendengar kisah raja itu "ledek Zen.

Zen, Moza dan Aika pergi kesebuah karoke tertutup. Mereka


tampak menikmati waktu kebersamaan mereka. Zen terus
menatap Moza dengan tatapan yang penuh arti.

201
"Jika saja aku tidak memiliki mata ini sudah pasti aku tidak
akan pernah bisa melihat Moza,” batin Zen.

Setelah merasa lelah akhirnya mereka menghentikan aktivitas


mereka dan segera kembali.

"Ahh lelahnya.. Aku duluan yaa!! "ujar Aika yang langsung


menghilang

"Kau malam ini mau kemana? "tanya Zen kepada Moza

"Aku mau ke rumah setelah itu baru ke rumah kamu,


gapapakan? "Tanya Moza hati-hati

"Iya gapapa kok, hati² ya.. "ujar Zen sambil mengacak-acak


rambut Moza

Moza pergi mengunjungi rumahnya, Ia melihat lampu


kamarnya masih menyala. Moza masuk kedalam kamarnya
dan melihat Bunda nya yang sedang menatap figura foto
keluarga mereka yang tersimpan di nakas dekat kasurnya.
Moza menangis melihat Bundanya yang meneteskan air mata.

"Cepat sadar nak, Bunda merindukanmu "gumam Bunda.


Moza mendekati Bundanya dan duduk disebelahnya "Moza
juga rindu sama Bunda "ujarnya sambil menyederkan
kepalanya di pundak Bunda Suara pintu terbuka, rupanya
Ayah Moza yang membuka pintu

202
"Bun, makan dulu yuk. Dari pagi Bunda belum makan loh
"ujar Ayahnya dengan lembut. Moza terkejut mendengar
bahwa Bunda belum makan dari pagi.

"Moza sedang kritis bagaimana bisa Bunda makan "elak


Bunda

"Bunda pikir jika Moza mengetahui ini dia tidak akan marah?
"ujar Ayah dengan nada penegasan namun tetap terdengar
lembut, Bunda terdiam sejenak hingga akhirnya beranjak
untuk pergi makan

"Pasti Moza udah buat Bunda kesusahan ya? "batinnya

Setelah pulang ke rumahnya Moza kembali ke rumah


Zen dan menapaki rumahnya sudah gelap. Mungkin Zen sudah
tertidur pikirnya.

Moza terdiam di sebuah sofa yang ada di rumah Zen dan


menunduk menangis "Aku pasti sudah merepotkan banyak
orang "

Pagi hari telah tiba, Zen tersenyum bahagia ketika dia


terbangun dia melihat Moza tidur di sofa dengan wajahnya
yang sangat lucu itu. Zen mencium kening moza dan berharap
Moza akan kembali seperti dulu. Lalu Zen pun memutuskan
untuk pergi kesekolah untuk menemui Aika, ia menanyakan
kepada Aika sampai kapan Moza seperti ini, Aika
203
memberitahukan kalau Moza akan kembali apabila seseorang
bias mengembalikan pikiran dia lagi.

“Bagaimana caranya?’ Tanya Zen.

“Kau harus selalu disampingnya, Menemai dia. Lalu bisikan


hal hal yang mengingatkan dia kepada kebahagiaannya.”

Tanpa berpikir lama Zen langsung berlari ke rumah


sakit untuk menemui Moza. Zen pun melihat Moza yang
masih tak sadarkan diri, bahkan sebelumnya dia melihat
kekasihnya berbaring di sofa rumahnya. Zen pun masuk ke
ruang inapnya. Zen pun duduk dikursi samping ranjang Moza,
dan mengelus rambitnya yang sedikit ikal.

Dua hari berlalu, dengan susah payah Zen


mengembalikan ingatan Moza, Moza masih saja belum
sadarkan diri. Zen sangat panik karna sekarang pukul 20:55,
tinggal beberapa jam lagi menuju jam 00.00 menunjukan hari
terakhirn unutuk Moza. Zen pun langsung kembali kesekolah
dan mencari Aika, Zen tidak menemkan Aika Zen menunggu
Aika sampai jam 21;40 , akhirnya Zen memutuskan untuk
kembali lagi ke rumah sakit.

204
“ Tetaplah bersamaku, aku berjanji aku akan membuat mu
bahagia lebih dari kehidupan sebelumnya” Bisik Aika, sambil
mengelus rambut wanita lucu itu.

“ Apa-apaan Aika?! “ Sentak Zen

“ Aku ini Moza menemaniku untuk selamanya, karna dia


adalah teman terbaikku “

“ Tidak!!! Moza masih berhak hidup, dan diapun masih ingin


hidup, dimana Moza skarang? “

“ Hahaha… Moza sudah ku sembunyikan “ cetus Aika dengan


senyum senis.

“Dimana kamu menyembunyikannya?”

“Disekola” Seketika Aika menghilang

“ Hei!!! Aika! Dimana kau?! Dasar setan penikung, biadab


emang,.

Zen pun terkejut terdiam melihat monitornya


memperlihatkan grafik jantung yang berdetak. Zen pun
langsung berlari menerjang salju yang tiba tiba turun, ,menuju
sekolah. Saat sedang mencari Moza, Zen tiba tiba pingsan
seperti ada orang yang memukulnya dari belakang. Zen pun
terbangun, dan melihat jam ternyata sudah jam 23:59.

205
Zen pung langsung berlari menuju rumah sakit, ia
melihat mobil bundanya Moza, dan melihat Bunda dan
ayahnya Moza menangis Tepat didepan ruang rawat Moza.
Zen pun langsung masuk ke kamar , terdiam melihat tubuh
Moza yang sudah ditutupi oleh kain putih, Zenpun terkujur
lemas dam meneteskan air matanya. Lalu ada yang
menyodorkan tangan kepada Zen.

“ Bangunlah sayangku”

Zen pun menanggah dan itu ternyata Moza.

“ Kenapa kamu lebih memilih dia, maafkan aku akubtak bisa


memperjuangkanmu”

Dengan emosi Zen berlari menuju Aika yang berdiri di


belakang Moza, tapi moza menahanya.

“ Sudahlah,m ini bukan salahmu ataupn Aika, ini sudah takdir


tuhan.”

Aika dan Moza mundur menjauhi Zen, perlahan demi perlahan


roh mereka hilang.

Zen pun Menangis, Bunda dan ayahnya moza berusaha


menenangkan Zen.

PROFIL PENULIS

206
Fiahista Nuran Aziza lahir di
Subang, Jawa Barat pada
tanggal 5 Oktober 2003. Dia
bersekolah di SMA Negeri 1
Subang dan dudukdi kelas XI
IPS. Sejak kecil dia memiliki
bakat menari yang diturunkan
dari ibunya yang juga memiliki hobi menari. Pada
pembuatan cerpen kali ini, pertama-tama dia ucapkan
terima kasih pada Allah SWT, keluarga, dan teman-
teman yang sudah mendorong dia hingga akhirnya cerpen
ini bisa terselesaikan. Tak lupa dia juga berterima kasih
kepada Ibu Siti Farida yang sudah memotivasinya hingga
dia bisa membuat karya cerita pendek ini.

Ayo lebih mengenal penulis ini!


Instagram:@fiahst_

Terlambat Untuk Berucap

207
Langkah demi langkah rasanya kakiku mulai
terasa kaku. Hari itu, hari yang dingin disertai hujan yang
mengguyur sekolahku ini. Aku dengan membawa tas
ransel beserta botol minum yang selalu kupegang
bergegas meninggalkan sekolah setelah bel berbunyi.
Tanah yang becek disertai gerimis hujan sebagai
pelengkap soreku saat itu.

“Puttt!” teriak seorang lelaki dari arah kejauhan.

Aku menoleh dan melihat ternyata ada seseorang


yang memanggil, yaitu pacarku.

“Eh, ayo kita pulang!” ajaknya aku menepuk


pundaknya sambil tersenyum.

“Yaudah ayo, tapi jalan-jalan dulu ya sayang ..”

“Hussss jangan kenceng-kenceng, malu dong!”


aku berbisik sambil mencubit Fauzan.

Singkat cerita Fauzan adalah pacarku yang


kukenal cukup lama. Kita berteman sejak duduk
dibangku SMP. Dulu ketika SMP aku dan Fauzan
bersahabat. Ia baru menyatakan perasaannya setelah kita
duduk di bangku SMA kelas 3 semester awal. Bahkan
sampai sekarang pun aku masih tidak menyangka
persahabatan kita bisa berujung menjadi cinta.

Menunggu di parkiran, ia bergegas langsung


menyalakan motor KLX nya. Udara yang segar sehabis
hujan menambah kesan nikmat sore itu. Aku diajak

208
keliling kota bersamanya sembari mengobrol hal-hal
yang tak jelas. Ia juga selalu membuatku tertawa dengan
hal-hal yang selalu ia lakukan. Yang paling penting saat
bersamanya, aku bahagia.

Aku memang sudah biasa pulang malam hari.


Diantar Fauzan kedepan rumah dan tak lama ia pun
pamit pulang. Bunda tidak marah, ia selalu memberi
amanat agar aku bisa menjaga diri dan membatasi keluar
malam hingga jam 8. Aku sangat bersyukur mempunyai
ibu seperti bunda. Ia bisa seperti teman bahkan sahabat
yang selalu mengerti kondisi anaknya. Bahkan aku
dengan leluasa bercerita tentang apapun, bahkan tentang
pacarku yaitu Fauzan kepadanya.

Sudah tiga bulan aku menjalin hubungan Fauzan.


Hari demi hari selalu kulewati bersama. Bahkan untuk
pertama kalinya kuajak ia main dirumahku. Ia pun datang
berpakaian kemeja rapih dengan wangi khasnya.

“Assalamualaikum bunda” ucam salam Fauzan


ketika bertemu dengan bunda.

“Waalaikumsallam, oh ini yang sering diceritakan


anakku” gurau bunda saat melihat Fauzan.

“Oh Putri sering menyeritakanku bunda?” tanya


Fauzan dengan nada yang penasaran.

Disana aku tersipu malu, dengan reaksi salah


tingkah aku pun langsung mengajak Fauzan untuk duduk
di ruang tamu dan tidak melanjutkan obrolannya dengan
209
bunda karena takut semua rahasia yang aku ceritakan
terbongkar.

“Ah sudahlah. Ayo mendingan kamu masuk


kedalam dulu” ucapku kedapa Fauzan dan
mempersilahkan ia untuk duduk di sofa ruang tamu.

Kumandang adzan magrib pun berkumandang.


Tak terasa sudah cukup lama ia berada dirumahku.
Selama itu banyak hal ia ceritakan kepadaku, bahkan
disela-sela kita berbicara, ada saja ulah yang ia perbuat
untuk membuatku tertawa. Tak lama ia pun pamit untuk
pulang kepada bunda karena sudah merasa cukup
meluangkan waktunya seharian itu denganku.

Disisi lain ayahku selalu sibuk dengan


pekerjaannya. Ia pulang kerumah seminggu sekali dan
kebetulan minggu ini ia mengajak bunda berserta anak-
anaknya pergi keluar. Ia berkata bahwa telah diundang
untuk makan malam bersama sahabat ayah sekaligus
pemilik restoran yang akan kita datangi nanti. Sungguh
momen yang ditunggu-tunggu olehku karena sangat
jarang sekali ia mengajak kami untuk pergi keluar
menghabiskan waktu bersama.

Singkat cerita sampailah kita di salah satu


restoran milik sahabat ayah itu. Restoran ini terletak di
dataran tinggi yang jaraknya cukup jauh dengan tempat
tinggalku. Bisa kurasakan malam itu udara yang dingin
menusuk kedalam kulitku. Disana juga bisa dilihat
pemandangan kota yang sangat indah.
210
Tak lama ada seseorang berpakaian rapih
menggunakan jas datang tersenyum dan menyapa ayah.
Dan ternyata itu adalah pemilik restoran itu, tak lain
adalah sahabat ayah yang diceritakannya dulu.

“Kenalkan ini istriku dan ini putri tunggalku yang


sudah kuceritakan saat itu” ucap ayah kepada sahabatnya.

Baru kutahu tampang dan nama sahabat ayah, ia


adalah om Fadli. Ayah memperkenalkan bunda dan aku
kepada om Fadli, entah apa yang terjadi tapi aku melihat
seperti ada hal ia ceritakan tentangku kepada om Fadli,
meskipun begitu aku tak peduli. Dengan ramah aku pun
bersalaman untuk memberikan rasa hormatku kepadanya.

Disana sama seperti makan malam pada


umumnya dan berjalan cukup lancar. Tiba-tiba saat
makan malam hampir selesai datanglah seorang pria
dengan setengah lari menghampiri meja tempatku makan.
Dengan melihat pria itu, om Fadli langsung
memperkenalkan bahwa itu adalah anaknya yang baru
saja lulus kuliah dan sedang berlibur sejenak.

“Kenalkan ini anakku Bisma yang sering ku


ceritakan kepadamu” kata om Fadli kepada ayah.

“Salam kenal Om, Tante, dan ini pasti Putri” ucap


Bisma sambil bersalaman kepada ayah, bundan dan
kepadaku.

Disana aku terheran-heran mendengar ia tahu


namaku. Bahkan aku sama sekali tak mengenalnya,
211
bertemu saja aku belum pernah. Lalu om Fadli
menjelaskan tentang inti dari pertemuan makan malam
saat itu. Ia berkata bahwa umurnya kian hari kan tua dan
sudah waktunya untuk anaknya mencari wanita sebagai
teman hidupnya. Bisa kusimpulkan saat itu bahwa
maksud om Fadli adalah ingin menjodohkanku dengan
anaknya Bisma.

Posisiku saat itu tak nyaman karena terkejut


mendengarnya. Entah harus bertingkah bahagaimana,
disana aku hanya bisa terdiam tanpa berucap sedikiktpun.
Aku bukan menolak dengan kasar, tetapi banyak hal yang
aku pikirkan. Aku yang masih remaja yang duduk di
bangku SMA dan masa depanku masih jauh. Disisi lain
aku juga mempunyai pacar yang tentunya kuhargai
keberadaannya.

Aku belum bisa mengambil keputusan saat itu,


dan ayah hanya berpesan bahwa katanya aku dan Bisma
harus saling mengenal dulu satu sama lain. Seiring
berjalan waktu mungkin aku bisa menerima tawaran om
Fadli itu. Malamnya aku mengabari Fauzan bahwa aku
telah sampai rumah dan selesai makan malam. Aku tak
memberitahunya bahwa aku dijodohkan ketika itu. Aku
tahut ia khawatir dan marah jika ia tahu. Ditengah malam
itu ditemani secangkir teh hangat aku tak bisa tidur
karena memikirkan perjodohan ini.

Pagi hari seperti biasa aku dijemput oleh Fauzan


bergegas untuk berangkat sekolah. Disekolah aku seperti
hari-hari pada umumnya dan tak terlalu memikirkan
212
perjodohan itu karena aku terlalu asik berkumpul dengan
teman-temanku. Bel pulang berbunyi dan seperti biasa
aku bergegas pulang tentunya bersama Fauzan. Ketika
sampai di parkiran, tiba-tiba aku melihat Bisma duduk
dan menunggu untuk menjemputku disana.

“Put ayo pulang tapi kita makan dulu deh, aku


tahu restoran yang enak deket sini” ajak Bisma

“Eh apaan sih! Maksud kamu apa ngajak pacar


orang sembarangan?” ucap Fauzan dengan nada kesal.

“Pacar? Lah bukannya kamu dijodohin sama aku


kan Put?”

“Hah dijodohin?”

“Udah-udah kamu mendingan gausah jemput-


jemput aku lagi deh. Lagian aku gamau dijemput dan
diantar pulang sama kamu”

“Lohh Put ko gitu sih?”

Tanpa menjawab pertanyaan dari Bisma, Putri


dan Fauzan meninggalkannya dan bergegas untuk pulang
bersama. Tak seperti biasanya, disepanjang jalan Fauzan
tidak berbicara sedikitpun. Aku mengerti bahwa ia marah
dan aku berusaha menjelaskan apa yang sebenarnya
terjadi. Sikap Fauzan kini berubah drastis. Ia yang
asalnya humoris sekarang menjadi super cuek. Aku tak
mengerti hal apa yang harus aku lakukan agar ia kembali
seperti dulu.

213
Setelah sampai rumah, ternyata ada bisma sedang
duduk di ruang tamu mengobrol dengan bunda sambil
menungguku pulang. Katanya ia mengajakku untuk
makan malam berdua. Dengan spontan aku menolak
ajakan nya itu.

“Enggak bunda aku gak mau pergi malam ini.


Aku cape, aku mau istirahat saja!”

Sempat kulihat wajah Bisma ketika aku berucap


seperti itu. Ia terlihat sangat kesal, tapi dipendam karena
untuk menghormati bunda yang ada disana. Aku
langsung pergi ke kamar tanpa berbicara lagi, dan yang
aku dengar tak lama bunda minta maaf karena ucapanku
itu, Bisma pun pamit pulang. Anehnya mulai terpikir
sikap yang tadi aku lakukan dan mucul perasaan
bersalaahku padanya.

Kembali kepada Fauzan. Besok aku berniat untuk


menghampirinya dan meminta maaf atas semua yang
telah terjadi. Bel istirahat berbunyi, akupun menjalankan
niatku untuk menemui Fauzan. Aku tahu tempat ia biasa
nongkrong yaitu di warung Bi Eem, tepat di belakang
sekolah. Dijalan, aku bertemu Anhar berlari dari arah
warung Bi Eem. Anhar adalah sahabat aku dan juga
Fauzan.

Disana Anhar bercerita bahwa ada berita buruk.


Ia menjelaskan bahwa Fauzan sedang bersama

214
perempuan lain di warung Bi Eem, dan yang lebih
mengaggetkan lagi ternyata perempuan itu pacar Fauzan
yang baru. Tentu nya mendengar berita itu, aku langsung
berlari memastikan berita buruk itu. Percaya atau tidak,
sesampainya di warung Bi Eem aku melihat dengan
mataku sendiri Fauzan sedang bersama perempuan lain.
Niatku yang ingin meminta maaf kepadanya hancur
seketika.

Aku kembali ke sekolah dan menangis sepanjang


jalan.

“Putri kamu kenapa?”

“Kamu gapapa kan?”

Banyak teman-teman yang menanyaiku dan tidak


aku jawab. Aku hanya bisa terdiam dan menangis jika
mengingat lagi Fauzan dengan perempuan lain di
warung Bi Eem. Hatiku terasa sakit, marah, kecewa,
semua kuluapkan dengan tangisan air mata. Yang
kuinginkan ketika itu pulang kerumah dan kuceritakan
semuanya kepada bunda.

Handphone ku berdering terdapat pesan dari


bunda.

“Selesai sekolah kamu langsung pulang kerumah


nak, Bisma juga tidak bisa menjemputmu hari ini”.

215
Aneh sekali tiba-tiba bunda mengatakan seperti
itu. tapi aku tak terlalu memikirkan kata-katanya, karena
memang selesai sekolah nanti aku ingin cepat-cepat
pulang ke rumah untuk menceritakan kejadian tadi. Bel
pulang sekolah berbunyi dan dengan membawa tas ransel
serta beberapa buku yang kupegang di tangan aku
langsung memesan ojek online.

Sesampainya di rumah, bunda sudah bersiap-siap


dan kulihat ayah juga ada disana.

“Loh, kita mau kemana bun?”

“Kamu persiapkan dirimu dan barang-barangmu,


setelah itu kita akan pergi”

“Emang kita akan pergi kemana bunda?”

“Udah kamu jangan banyak omong. Persiapkan


saja dirimu!” Ucap ayah dengan nada tinggi.

Dengan perasaan yang masih tergantung. Aku


mempersiapkan diri. Ayah membawa mobil dengan
kecepatan tinggi, dan dijalan kulihat ayah dan bunda
merasa sangat khawatir, entah apa yang mereka
khawatirkan. Dijalan aku tak banyak bicara.

Ternyata kita menuju salah satu rumah sakit,


serasa ada yang janggal tapi aku masih tetap terdiam.
Aku, bunda, ayah masuk kedalam salah satu kamar VIP
dan betapa terkejutnya aku ternyata yang terbaring di
kasur itu ialah Bisma. Kulihat banyak alat-alat yang

216
terpasang kepada tubuh nya, bunda yang menangis
melihat Bisma dalam keadaan koma. Ayah pun hanya
bisa terdiam bersama om Fadli dan mendoakan Bisma
agar cepat sadar kembali.

Banyak penyesalan yang terlintas di pikiran ku.


Bisma yang baik hati, sabar menghadapi sikapku, bahkan
tau aku sudah mempunyai pacar, sama sekali tidak
mengurungkan niatnya untuk mendekatiku. Bahkan
bunda berkata bahwa saat Bisma ada di rumah
menungguku pulang, ia bilang kepada bunda bahwa ia
telah menyayangi ku, dan bertekad untuk selalu
menjagaku kemanapun aku pergi. Mendengar hal itu,
tubuhku merinding dan hati ku tersentuh atas
pengorbanan nya.

Sungguh bodoh nya aku yang menyia-nyiakan


suatu ketulusan, suatu pengorbanan seseorang. Malahan
aku malah membela Fauzan yang nyatanya tidak tulus
mencintaiku. Sejak itu, aku tidak lagi memikirkan
perasaanku terhadap Fauzan. Aku mulai sadar
keberadanmu di hatiku, aku duduk sebelah kasur dan
berdoa selalu untukmu, Bisma.

Hari demi hari selalu kutanyakan kabar nya


kepada om Fadli. Bahkan tiga hari sekali aku
mengunjungi rumah sakit untuk melihat keadaan Bisma
secara langsung. Bisma masih belum sadar dan keadaan
nya semakin buruk. Aku lagi-lagi tak bisa berbuat apa-
apadan hanya bisa mengirimkan doa kepadanya.

217
Minggu, 30 April tepatnya jam 4 sore aku
mendapat kabar bahwa Bisma meninggal dunia. Bunda
langsung menghubungi ayah agar cepat pulang, sontak
aku hanya bisa menangis dan menangis. Orang yang aku
mulai sayangi telah meninggalkanku. Aku bergegas
untuk pergi ke rumah Bisma dan setelah sampai sudah
banayk orang yang melayad dan akhirnya kulihat
jenazahnya telah dibungkusi kain kafan, dan tak lama ia
akan segera di makamkan.

Perasaanku disana bercampur antara sayang,


sedih, menyesal. Aku tak sanggup untuk ikut
menghantarkannya ke pemakaman dan akhirnya diam
dirumah bersama Bunda. Bunda hanya bisa memelukku
dan membuatku sabar dan tabah untuk mengiklaskan
Bisma. Mungkin aku adalah orang bodoh yang hanya
menyia-nyiakan seseorang yang tulus mencintaiku dan
bertahan dengan orang yang hanya mempermainkanku.
Ya, penyesalan hanya datang di akhir.

Cintai dan sayangi orang terdekatmu saat ini,


kita bisa berencana, tetapi Tuhan punya kuasa-Nya.

218
PROFIL PENULIS

Hani Novianti Zahra, atau biasa dipanggil Hani. Lahir tujuh


belas tahun yang lalu di kota Sumedang. Terkadang menjadi gadis
pendiam dan bisa berubah menjadi gadis yang bawel. Ia mempunyai
hobi menggambar dan mendengarkan musik. Menyukai buah pisang
dan buah melon. Saat ini ia mengenyam pendidikan di bangku kelas
sebelas IPS, SMA Negeri 1 Subang. Tentunya ia sangat
berterimakasih dan bersyukur kepada Allah SWT, kepada keluarga,
kepada teman temankarena telah membantu dirinya dalam
menyelesaikan tugas akhir semester ini.

Temukan dia di:

Instagram: @hani.nzhrr

Line: noviantizhr

Email: haninzahra30@gmail.com

219
Kisah kehidupanku

Pribadi sendiri saya sangat benci dengan cahaya


apalagi cahaya matahari,karena,jika saya melihat cahaya
matahari secara beberapa menit mata saya akan tidak
kontrol,badan mulai lemas,dan otak akan mudah lelah.
Saya kadang berpikir dengan kehidupanku”kenapa
kehidupanku begini”mungkin orang lain tidak percaya
apa yang saya sedang alami sekarang.kadang-kadang aku
berpikir”ya allah dosa apa aku ini sampai sampai
kehidupankiu begini”,saya sering berceritaa kepada
teman perihal penyakit yang sedang saya alami
sekarang.Tapi,teman-temanku tidak percaya yang saya
ceritakan itu.penyakit itu membuatku tidak seamkin pede
dan badan saya akan terasa kaku.Semoga penyakit ini
menghilang dari kehidupanku.

Saya sendiri lebih seneng beraktivitas di dalam


kekgelapan dibandingkan terang atau cahaya.Karena
,kegelapan mampu membuat kehidupanku makin
bergairah lagi,dan lebih pede dalam menjalankan
aktivitas lainnya.secara umum kegelapan diartikan
sebagai berikut.Kegelapan adalah sebuah kutub yang
berseberangan dengan kecerahan dimengerti sebagai
220
kurangnyya cahaya ataau ketiadaan cahaya yang
terlihat.Penglihatan manusia tidak dapat membedakan
warna dalam kondisi kecerahan yang tinggi atau
kegelapan yang tinggi,kehidupan dalam kegelapan
diartikan oleh sebagai hal dapat membuatku menjadi
lebihpede dan lebih bersemangat dalam melakukan
aktivitas.

Hidupku mungkin adalah sebuah kesalahan,aku


merasa demikian.Bisakah segala sesuatunya berubah
menjadi lebih baik lagi? Aku yakin bisa.Hanya saja,hal
itu memerlukan waktu dan lebih banyak kesabaran.Kau
tahu,cacian dalam sseebuahh gurauan dari ujian yang
mengiris.Perasaan semua itu benar-benar terjadi dalam
suatu waktu,terkadang aku tidak tahu apa yang akun
lakukan ketika hal ini terjadi,depressi.
“ya tuhan,ketika terjebak dalam kejadian seperti ini
apakah yang akan ku lakukan agar merasa senang..

Waktu berlalu dengan sangat cepat,tidak terassa


tahunan terlewati dan seala sesuatu berganti menjadi hal
yang semakin tidak kumengerti bahkan kenangan tentang

221
peristiwa menjadi tidak kumengerti peristiwa yang
pernah terjadi di masa lampau tidak membekas dalam
ingatan hidup menuntutimu menjadi sesuatu,hanya saja
kalau tidak menyukai sesuatu itu dan saat ini,aku
mendapati diriku terduduk diam dalam heningnya senja
dengan pikiiran melayang entah kemana,aku juga tidak
tahu,aku sudah kehiilangannya bertahun tahun yang lalu.

“apa yang sedang kau pikirkan?apa yang menggelisahkan


hatimu?”tanya sahabatku

“oh,sahabatku”sahutku,”aku tidak mengerti dengan


kehidupan ini.

“apa yang sedang kau lakukan ehingga engkau seperti ini

“kehidupankuu sangat susah dijelaskan mungkin engkau


juga.tiak akan percaya apa yang sedang aku alami”

“bahagia?aku tidak pernah merasakannya lagi hari-hari


ini.Aku tidak menatap wajah ayyahku,atau mengangkat
wajahku yang mengenalku,tidakkah kau juga akan
bertindak demikian?aku terjebak di suatu tempat dan
kemana aku akan pergi dari sini”

Hanya saja terdengar desau paseir tertiiup angin


222
Sore yang kering.

Saat hari ini detik ini aku sangat merindukan sahabat


dulu yang pernah bermain susah senang bersama dalam
panasnya matahari siang hari.

Dulu kita selalu bersama-sama, menghabiskan waktu


bersama. Kita selalu lupa waktu jika sedang bersama.
Kadang itu yang membuat Ibuku tak suka denganmu
karena dikira jika aku bersamamu aku jadi suka
kelayapan dan lupa waktu. Tapi bagiku itu tak masalah
buatku, aku selalu saja ingin terus bersamamu.

Saat kita bersama, kau selalu berandai-andai tentang


masa depan kita. Kamu selalu berkata ingin selalu
bersamaku hingga kita tua nanti. Kamu juga pernah
bilang padaku bahwa kamu tidak akan pernah
meninggalkan aku apapun yang akan terjadi sekalipun
badai yang akan memisahkan kita tapi kamu akan tetap
memegang erat tanganku.
Valen, valen kamu sangat lucu sekali, kamu selalu
membuat hari-hari ku berwarna, kamu selalu

223
menemaniku dikala kesepian tengah menghampiriku.
Aku bersyukur sekali bisa kenal denganmu.

Hari ini adalah hari minggu, seperti biasa pagi yang


begitu cerah ini aku dan sahabat lamaku selalu bermain
bersama hingga menjelang sore hari. Yusuf adalah
sahabat sejatiku semasa aku kecil, aku rasa dia telah
menemaniku di masa aku duduk di bangku Sekolah
Dasar. Pagi itu kira kira jam setengah 6, Dimas sudah
membangunkanku dari tidur lelapku. Meskipun aku
merasa jengkel kepadanya, tapi tak apalah lagipula aku
juga sudah terlanjur bangun. Ia mengajakku bermain
sepak bola kompleks perumahanku.Saat kami merasa
lelah, kami pun berhenti sejenak untuk membeli minum.
Karena saat itu aku lupa tidak membawa uang, akhirnya
ia yang membayar minumanku. Setelah itu kami pun
pulang.

Keesokan harinya tidak lupa aku pergi ke sekolah,


kebetulan waktu itu aku satu Sekolah Dasar dengan
Yusuf, saat SD saya sekalas dengan sahabat aku. Pagi itu
cuaca mendung dan akhirnya pun hujan. Seperti biasa
kalau cuaca sedang hujan aku selalu berangkat bersama

224
Yusuf dengan mobilnya. Di dalam mobil hanya ada aku,
Yusuf dan Bapaknya yang selalu mengantarkannya
kemana saja. Saat pulang sekolah aku bersyukur karena
hujan sudah reda dan matahari kembali bersinar. Jadi aku
tidak pulang dengan Yusuf lagi.

Sore hari Yusuf mengajakku ke warnet unntuk bermain


point blank, kali ini dia tidak diantar sopirnya, tapi saya
berjalan kaki bersama aku. Setelah sampai tujuan, kami
pun masuk ke dalam Warnet. Untung saja saat itu Yusuf
mengajakku ke Warnet, jadi aku bisa bermain point blank
tanpa haus di marahi mamahku lagi .

Hal hal yang sangat saya menunggu petasan di tngah


malam pada saat tahun baru menunggu tengah malam
kami pun membakar jagung dan bermain gitar agar tidak
terlalu bosan menunggu pergantian malam. Setelah satu
tahun berlalu kini aku pun menginjak kelas SMAN kelas
11.saat ini satu persatu teman menghilang entah gatau
kemana entah karena ada teman baru di sekolahannya
senghingga jarang banget berkumpul di tempat
tongkrongan yang pernah saya dan teman teman saya
225
lakukan susah senang bersama ada masalahb satu orang
yang bergerak semua.Hal itu menurutku hal yang
membuat aku sangat merinfukan sahabat sahabat lama
yang dulu selalu bersama di setiap waktu dan pergantian
waktu.

Di sore hari sahabat bersama mengontek aku untuk


bermain bersama dan teman aku mengajak nongkrong
bareng dan menceritakan ke gilaan pada masa masa kita
dahulu.Dahulu saya pernah maling rambutan dengan
teman teman di salah satu tongkrongan kami pada masa
kecil.Dengan banyak rambutan itu adalah 2 kalung beras
penuh,setelah,itu kami dan teman teman berbincang
bincang tentang rambutan.

“ini rambutan mau di pakai apa sebanyak ini?”ucap


temanku.

“lebih baik kita jual aja dari pada mubazir tidak


termakan”ucap teman 2

“iyah,bener lebih baik dijual masalah hasil kita bagi rata


aja”Ucap aku.

226
“Iyah,kamu mau dijualnya ini rambutan?Ucap teman .

“besok aja gimana?sore hari kita berjuualan


bersama”.ucap teman 3

“ok,besok kumpul di taman oke”ucapku

“oke siap”ucap teman temanku.

Keesokan harinya,teman teman sudah berkumpul di


taman tempat yang di janjikan kemarin.saat melihat isi
karung rambutan yang di dapatkan kemarin ternyata 1
karung rambutan tersebut busuk dan 1 karung rambutan
tersebut di jual oleh teman teman di perumahan.Saat
berjualan rambutan teman teman di bagi menjadi
beberapa kelompok dan saya bersama rafi aryana.Setelah
berjualan tersssebut ternyata rambutan yang dijual teman
temanku laku semua dan hasil dari jualanan rambutan
teersebut di bagi rata oleh teman dan saya mendapatkan
uang sebesar 10 rb yang lain juga mendapatkan uang
yang sama seperti apa yang saya dapatkan.Setelah
berjualan teman teman bergegas pulang kerumah masih
masih .

227
PROFIL PENULIS

Dia Iqbal Maulana Hafidz,Dia lahir di Subang,18 Juni


2003,Dia bernama lengkap Iqbal Maulana Hafidz,Dia
sering dipanggil BalBap,ciptuk.

Ayo lebih mengenal penulis ini!

Instagram: @iqbal_maulana_hafidz

228

Anda mungkin juga menyukai