Anda di halaman 1dari 85

Antalogi Cerita Cinta

Simfoni Indah di Masa Remaja

Jordan Imanuel Hutasoit, dkk

Editor: Ratna Komala Juwita

Pembuat Cover: Jordan Imanuel Hutasoit

Diterbitkan:

Tangerang, 29 Januari 2024

Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang


memperbanyak maupun mengedarkan buku dalam
bentuk dan dengan cara apapun tanpa ijin tertulis dari
penerbit maupun penulis

i
Simfoni Indah di Masa Remaja
Karya:

1. Jordan Imanuel Hutasoit


2. Fauzi
3. Fahri Al Mukhlisin
4. Raihaana Maharani
5. Ratna Sari
6. M. Rizky Adin Setiyono

Hak cipta dilindungi undang-undang


All rights reserved
Editor: Ratna Komala Juwita
Jumlah Halaman : 76 halaman
Desain Sampul : Jordan Imanuel Hutasoit
Penata Isi : Kelompok 4

SMAN 5 Tangerang
Jl. Ciujung Raya No. 3 Perumnas 1Tangerang

ii
Sambutan Kepala Sekolah

“Assalamualaikum wr wb, saya kepala sekolah SMA


Negeri 5 Tangerang menyambut baik dan pada
kesempatan ini terkait dengan tugas Bahasa Indonesia
pembuatan cerpen yang bertemakan cinta . Semoga
anak-anak sekalian semuanya bisa melaksanakan dengan
baik bisa menuangkan dalam bentuk cerpen yang
menarik yang bisa dibaca oleh setiap orang dan
bermakna dan tentunya bermanfaat bagi kehidupan
sebagai pelajar dihari ini maupun untuk masa yang akan
datang. Senantiasa terus berkarya tentunya dengan tema
yang akan bergantian dan semoga itu menjadi suatu
karya yang berharga dan bermanfaat. Selamat membuat
cerpen bertema cinta, semoga sukses. Terimakasih.”

Tangerang, 29 Januari 2024


Kepala Sekolah SMAN 5 Tangerang
H. Wowo Permana, M.Pd

iii
Kata Pengantar
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang, kami panjatkan puja dan
puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga
kami dapat menyelesaikan cerita pendek yang
bertemakan cinta ini.

Cerpen bertemakan cinta ini telah kami susun dengan


maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan cerpen ini.
Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan cerpen ini.

Terlepas dari semua itu, kami meyadari sepenuhnya


bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan
tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik
dari pembaca agar kami dapat memperbaiki cerpen ini.

Akhir kata kami berharap semoga cerpen bertemakan


cinta ini dapat menjadi inspirasi serta dapat menghibur
pembaca sekalian.

Tangerang, 29 Januari 2024

Tim Penulis

iv
Daftar Isi
Sambutan Kepala Sekolah……………………………iii

Kata Pengantar………………………………………..iv

Daftar Isi………………………………………………v

Cinta dari Sekolah Baru……………………………….1

Oleh: Jordan Imanuel Hutasoit

Tentang Bandung,Rampung dan Mendung……………


15

Oleh: Raihaana Maharani

Cinta dan Takdir……………………………………….30

Oleh: Fahri Al Mukhlisin

Sayonara Rin…………………………………………..47

Oleh: Ratna Sari

Aku Ingin Bercinta……………………………………


56

Oleh: Fauzi

v
Cinta yang Terpendam…………………………………
65

Oleh: M.Rizky Adin Setiyono

vi
Cinta dari Sekolah Baru

Jordan Imanuel Hutasoit

Saat itu aku sedang sibuk mengurusi dokumen


pindahan ku dari sekolah lama ke sekolah baru.Tibalah
hari disaat aku masuk ke sekolah baru dan juga
lingkungan baru.Hari hari telah ku lalui dan aku
mendapatkan teman teman baru.Mereka adalah
Mahendra, Ahmad,Ridho dan Aldan.Berbulan bulan aku
lalui di sekolah itu.Sampailah pada bulan tersedih di
sekolah itu.Hari itu aku sedang sedih galau gelisah
merana.Pada Minggu pertengahan bulan Maret 2019
tepatnya. Aku sedang berada di puncak kebimbangan
menunggu sebuah kepastian dari penantian selama
kurang lebih 4 bulan. Iya, selama 4 bulan itu aku
berusaha menyembunyikan dan mengingkari adanya
sepercik api yang mampu membakar seluruh tubuhku
dan selalu mengganggu ketenangan batinku setelah
hampir 1 tahun membeku.

1
Hingga aku tak menyadari dan tak menyangka
akan jadi bahan gosip orang-orang di sekolah.
Kedekatanku dengan seorang cewek ternyata telah
menyita sedikit perhatian para penghuni sekolah, tak
hanya siswa bahkan guru pun mengakui keberadaanku.
Bagaimana tidak? Wanita yang pernah membuat aku
merasa senang, sedih, kecewa bahkan marah ternyata
orang yang cukup terkenal di sekolah ku. Dia terkenal
dengan sebutan 'cewek berhati batu'. Hampir semua
orang mengenal dia adalah cewek yang anti pacaran.
Sebagai pendatang baru aku tak mengerti
mengapa sebutan itu begitu melekat pada dirinya. Sebut
saja namanya Tasya. Dan di luar dugaan ternyata banyak
juga orang yang membenci dia. Aku tak tahu jelasnya
apa alasan mereka membenci Tasya tiap kali aku adu
argumen dengan teman-teman, mereka selalu aja berkata
"Iya ya, dia adalah segalanya buatmu. Puji dan
bela aja terus... udahlah gak ada gunanya kita debat sama
orang yang lagi jatuh cinta, susah!"

2
"Ihh.... Mentang-mentang pinter terus seenaknya
aja ngomong ma orang. Pantes aja banyak yang benci ini
cewek. Sombong!" kataku dalam hati dengan tetap
bersabar mendengarkan ceramah Tasya yang tak
mengenal arah itu.
"Udah paham?" tanya Tasya mengagetkanku.
"Udah. Thanks ya..," jawabku singkat sambil
berdiri seraya mau melangkahkan kaki, Tasya
memanggilku..
"Mau kemana?" tanyanya.
"Pulang," aku memandang wajahnya yang
tersenyum.
"Tumben senyum. Ada apa nih?" tanyaku dalam
hati.
"Bentar. Eh kamu tahu gak lagu-lagu terbaru
sekarang?" tanyanya.
"Enggak," aku menjawabnya dan secara tidak
langsung aku kembali duduk.
"Kalo lagu ini tahu nggak?" tanyanya lagi. Aku
mendengarkan dengan seksama lagu yang dia puter di
laptopnya .Aku menggeleng. Lalu dia bilang

3
"Ini lagunya Utopia judulnya Antara ada dan
tiada," aku menganggukan kepala seolah-olah ngerti lagu
itu. Padahal dengar juga baru sekali ini.
Sejak itu, hubunganku dengan Tasya semakin
deket. Hampir tiap hari kita ketemu dan ngobrol. Entah
ngobrolin apa aja, yang pasti selalu ada topik diskusi.
Aku mulai mengenal satu per satu temen Tasya. Salah
satunya adalah Tisa. Tisa itu cewek yang sangat sangat
digandrungi oleh para siswi. Mungkin malah ada fans
club Tisa kali. Aku tak tahu. Orang yang bisa di bilang
masuk kategori cakep, apalagi dia jenius. Siapa sih yang
gak mau deket sama dia? Sayangnya dia itu biang gosip.
Parahnya lagi aku adalah salah satu patner dia dalam
urusan gosip menggosip tentunya. Hahaha...
"Zar, ayo ikut aku. Ada yang pingin aku
omongin," Ajak Tasya tiba-tiba saat dia lewat di
depanku. Aku yang lagi asyik ngobrol sama okto
langsung secepat kilat mengikuti Tasya masuk sebuah
ruangan yang lumayan kecil dan adem itu.

4
Aku membuka pintu berniat mengeluarkan diri
dari komunitas cewek pinter yang ada di ruangan itu,
lalu
"Zar kemana aja sih? Aku cariin dari tadi.
"Gak kebalik tuh? Aku dari tadi ada di sini kok."
Jawabku.
Bukannya dari tadi dia nyuekin aku? Dia
nongkrong gitu aja diskusi ma temen temannya. Entah
lupa kalo ada aku atau sengaja, aku tak tahu.
"Nah, makanya jangan pergi dong Nazzar. Biar
gak dicariin," Tisa ikut-ikutan. Seolah-olah emang aku
yang salah, padahal dari tadi aku berdiam diri di deket
kerumunan cewek cewek pinter itu.
Semua langsung tertawa dengan kompaknya.
Mungkin kalo ikut lomba paduan suara komunitas kecil
mereka bisa jadi juara tuh. Wah, ini membuat aku
merasa seperti seorang terpidana yang akan di eksekusi.
Tasya mengajakku pindah ruangan. Saat dia lagi curhat,
Tisa dan kawan kawan datang dengan rame-nya. Topik
diskusi pun berubah. Tisa si jenius cerita tentang
pengalaman dia waktu ke Jogja. Dia bertemu dengan

5
seorang ibu yang lagi hamil saat dia naik bis. Kebetulan
tempat duduk mereka bersebelahan. Eh ibu hamil itu
duduk mereka bersebelahan. Eh ibu hamil itu bilang
"Nak, kamu itu cantik ya,"Tisa senyum tersipu
malu mendengar pujian ibu itu.
"Mau nggak kamu jadi menantu ibu?" tambah ibu
itu yang melihat Tisa tak ada komentar.
"Emm..,"
"Ya, biar ibu punya anak yang cantik," tambah
ibu itu lagi
"Lho, kok gitu kenapa bu?" tanya Tisa.
"Iya, anak ibu kan cowok semua jadi gak ada
yang cantik. Yang masih di dalam aja diramalkan akan
keluar sebagai cowok lagi," Ucap ibu itu sambil
mengelus perutnya yang buncit. Tisa tersenyum kecut.
"Oh, kirain anaknya yang jelek," komentar Tisa dalam
hati. Dengan semangat yang besar Tisa masih asyik
melanjutkan ceritanya.
Aku menikmati semua yang telah terjadi. Hingga
aku terlibat percakapan dengan seorang cewek imut. Dia
juga merupakan komunitas Tasya tapi gak begitu ngorbit

6
seperti Tasya dan Tisa. Namanya Emma. Usut punya
usut ternyata aku dan Emma adalah satu kelas dan atas
persetujuan dia akhirnya aku manggil dia "Cuy".
Tak di sangka dan tak di duga itu adalah awal
renggangnya hubunganku sama Tasya.
"Ehm.. ehm... wuei... ce ile..," ucap
segerombolan cewek yang lewat. Aku dan Emma yang
sedang duduk santai di pojok sebuah ruangan Cuma
nyengir. Aku baru menyadari kalo ternyata banyak juga
cowok yang ngefans sama Emma.
"Eh, ternyata cuy banyak yang ngefans ya?"
tanyaku menggoda.
"Nggak kalah dengan Tasya dan Tisa kan? Walo
gak sebanyak fans mereka," Lalu mencibir.
Aku dan dia tertawa bebarengan. Tiba-tiba....
"O..O... kamu ketahuan?!" Nyanyian Tisa
mengagetkan kami berdua. Ternyata acara nobar filmnya
sudah usai.
Waktu aku dan Emma menoleh, Tasya langsung
buang muka.
"Jadi selama ini?" ejek Tisa.

7
"Ini gak seperti yang kamu liat!" jawab Emma
ketus. Tasya masih memandangi langit-langit putih
ruangan itu. Sedang aku hanya senyum. Tisa
melangkahkan kaki keluar ruangan.Tasya pun ikut
berjalan, namun arah Tasya bersamaan dengan
Tisa.Menyadari hal itu Tasya pun bergegas balik arah.
"Eh gimana?" tanyaku setelah jejak mereka
hilang dari hadapan kami.
"Ihh... Kelihatan banget gitu kok kalo Tasya ada
rasa sama kamu. Mukanya masam semasam jeruk nipis,"
Lalu kita tertawa ngakak.
"Iya Cuy bisa bilang gitu tapi sayang dia gak
ngasih aku kepastian," Ucapku.
Satu minggu kemudian, waktu aku dan Emma
bertemu, Tasya langsung menghampiri kami. "Mulai hari
ini kalian saya restui."
Aku dan Emma berpandangan. Walau tanpa
sepatah katapun kami saling tahu bahwa kami sama-
sama tak mengerti maksud ucapan Tasya.
Tasya berdiri di tengah-tengah kami yang lagi
duduk.

8
"Saya nikahkan kalian sebagai suami dan Istri,"
Lanjut Tasya.Aku dan Emma semakin tak mengerti.
"Apa yang kamu bilang?! Kamu seharusnya tidak
mengatakan hal seperti itu!.Emma menimpali dengan
ketusnya.
Perlahan-lahan Tasya menghilang dari
pandangan kami. Aku dan Emma saling pandang dan
tersenyum kecut. Kali ini senyumanku tak serasa jeruk
nipis saja, namun senyuman dengan resep asem jeruk
nipis cuka di campur jadi satu. Sepertinya Emma tahu
betapa perihnya batinku. Emma mengajakku pergi dari
tempat itu.
Aku sudah membulatkan tekad untuk bertanya
pada Tasya,bagaimana perasaan dia terhadapku. Dan
bodohnya, aku bertanya lewat telepon. Jadi aku gak tahu
dan gak pernah lihat ekspresi wajah Tasya. Dia
menjawab pertanyaanku dengan nada yang tegas.
"Hubungan kita hanya sebagai siswa dan siswa baru.Kita
teman!" Pingin rasanya aku nangis seketika. Tasya
melanjutkan.

9
"Kemarin Emma juga udah tanya ke aku. Ya
jawabanku sama dan masih tetap. Kalo misalnya besok-
besok ada yang nembak kamu ya gak pa-pa. Aku gak
masalah. Eh iya, kenapa kamu gak jadian sama Emma
aja?"
"Aku sama Cuy, maksudku Emma gak ada apa
apa. Aku menganggap dia udah seperti kakakku sendiri.
Dia adalah teman curhatku." aku kebingungan mau
menjawab gimana.
"Eh, eh kalo emang kamu dan Emma ada apa-apa
juga gak pa-pa kok." ucapnya lagi sambil tersenyum.Aku
merasa bosan dia berusaha mengalihkan topik
pembicaraan.
Lima detik kemudian aku menghubungi Emma,
konfirmasi kenapa dia tidak cerita padaku kalo dia telah
tanya ke Tasya. Emma menceritakan semua dan dia
minta maaf .karena tidak langsung menghubungiku saat
itu.
Lilin yang tadinya berdiri dengan tegaknya pun
meleleh. Air mataku pun tak mau kalah bersaing, dia
terus mengalir membanjiri pipiku. Dan aku tak tahu

10
bagaimana kelanjutan kejadian itu hingga aku terbangun
di pagi harinya.
Waktu Ujian Tengah Semester aku merasa bahwa
sikap Emma berubah padaku. Tiap kali aku berusaha
ngajak ngobrol dia di sekolah, dia hanya bilang "Maaf
aku sudah punya orang yang ku cintai."
Aku pun memutuskan tanya sama dia lewat sms
karena aku telfon tidak di angkat.
"Sorry. Kamu perlu tau bahwa sekarang aku lagi
dekat sama seseorang. Aku tak ingin dia salah paham
dan aku ingin menjaga perasaannya. Kita masih tetap
berteman."
Seketika air mataku pun keluar perlahan-lahan.
Aku merasa hampa. Kini aku kehilangan dua orang yang
aku sayangi. Sejak itu aku tak lagi menghubungi Emma.
Semua teman dekatku pun membenci mereka berdua.
"Udahlah Zar,anggap aja kamu tak pernah kenal
dengan mereka," ucap Ahmad
"Itu artinya mereka tak layak dekat denganmu
karena kamu terlalu baik untuk mereka," lanjut Aldan.

11
"Jangan down. Harus tetap semangat dong?!
Kamu masih punya kita," tambah Ridho.
"Mana Nazzar yang ceria, ramah dan selalu
membuat orang tertawa itu?" ucap Mahendra tak mau
kalah berargumen.
Karena merekalah aku hampir aja lupa dengan
sakit hatiku dan aku mulai semangat lagi melanjutkan
perjuangan hidup, tiba-tiba... Aku melongo melihat
seorang cowok yang lagi jalan sama Tasya. Ternyata dia
adalah Nico. Nico orang yang pernah lumayan dekat
denganku.
"Nggak ada cowok lain apa?" ujar teman-
temanku dengan sewotnya.
Aku hanya tesenyum sinis.
"Pingin banget aku hadang Tasya lalu aku tonjok
dia!" ucapan Aldan mengagetkan kami. Setahu kami
Aldan adalah orang yang gak bisa marah. Ahmad,
Ridho, juga Mahendra masih sibuk berargumen.
"Gimana kabar hatimu sekarang bro?" tanya Tisa
di smsnya.

12
Tisa adalah orang yang tak punya masalah
denganku dan dia tahu semua perkembanganku. Aku
menoleh, ternyata ada Tisa di belakang yang sedari tadi
memperhatikanku. Kami pun tersenyum. "Tabahkan
hatimu ya Bro." lanjut smsnya. Ternyata dalam satu
bulan aku harus kehilangan dua orang yang aku sayang
sekaligus. Betapa pedih dan rapuhnya hatiku menerima
kenyataan hingga aku merasa enggan membuka hatiku
untuk orang lain.

13
JORDAN IMANUEL HUTASOIT
Lahir di Tangerang,pada tahun 2006 dari pasangan
Kepner Hutasoit dan Wida Florina, putra bungsu dari 3
bersaudara. Penulis sedang menempuh pendidikan SMA,
penulis menamatkan SD di SDN Perumnas 1 Tangerang,
SMPN 9 Tangerang, kemudian penulis sedang
menempuh pendidikan kelas 11 jurusan IPS di SMAN 5
Tangerang. Hobi saya adalah berolahraga terutama
olahraga badminton, selain itu hobi saya adalah bermain
musik seperti bermain piano dan gitar. saya mempunyai
akun sosial media Instagram @jrdnimnuel. Dan inilah
cerpen pertama saya yang berjudul Simfoni Indah di
Masa Remaja sudah terbit.

14
Tentang Bandung,Rampung dan Mendung

Raihaana Maharani

Air hujan pun berjatuhan, sementara hujan terus


membasahi kota bandung, hujan yang sangat deras
membuat ku terpaksa meneduh seorang diri di depan
sebuah toko buku, aku meneduh di toko buku sambil
mengeringkan seragam sekolah ku yang basar terguyur
oleh derasnya air hujan ku melihat banyak orang yang
berlari-larian mencari tempat untuk berlindung dari deras
nya hujan. Cuaca yang sangat dingin membuat diriku
kedinginan, aku tidak tahu bahwa hari ini akan turun
hujan yang sangat deras.

15
Ku menatap jalanan kota bandung yang basah
terguyur oleh hujan yang sangat deras, hujan pun belum
berhenti, aku memutuskan untuk memasuki toko buku
untuk sekedar membaca buku sambil menunggu hujan
berhenti. disaat aku mencari buku yang ingin di baca
oleh ku ,ternyata buku tersebut berada di atas rak yang
terletaknya sangat tinggi, aku tidak bisa mengambil buku
tersebut karena tubuh ku yang pendek,aku berusaha
mengambil buku tersebut diriku hampir saja diriku
tertimpa oleh buku yang letak berada di atas rak yang
tinggi. Tiba-tiba ada seorang laki-laki memakai kemeja
putih lengkap dengan celana hitam, laki-laki tersebut
datang menghampiri untuk menolong diri ku yang
hampir saja tertimpa oleh buku yang terjatuh dari rak
yang tinggi. Ketika diriku sedang sibuk membereskan
buku yang berjatuhan dari rak tersebut, setelah diriku
selesai membereskan buku yang berserakan di lantai, aku
pun memutuskan untuk mencari buku tentang sastra, aku
menyukai hal yang berbau sastra, setelah diriku selesai
memilih buku yang ingin ku beli aku berjalan menuju
kasir untuk membayar buku yang sudah aku pilih tadi
untuk di beli. Aku pun menyadari bahwa hujan pun telah

16
berhenti, setelah selesai membayar buku akupun
memutskan untuk kembali ke rumah. Aku berjalan
menuju halte bus yang letak nya tidak terlalu jauh dari
toko buku, sambal menunggu bus datang aku duduk di
halte sambil melihat mobil yang sedang berlalu-lalang.
Aku tiba-tiba mengingat seorang laki-laki yang telah
menolong dirku yang hampir saja tertimpa oleh buku
yang berjatuhan dari atas rak buku yang sangat tinggi,
tatapan laki-laki tersebut ketika menolong diriku, aku
pun teringat mata yang laki-laki tersebut berwarna
coklat ketika aku menatap mata nya diriku sangat kagum
karena mata nya sangat indah. Diriku menyadari bahwa
aku belum sempat mengucapkan terimakasih kepada
laki-laki yang sudah menolong diriku yang hampir saja
tertimpa oleh buku, “Bandung jika aku ditakdirkan untuk
bertemu dengan dia lagi, tolong sampaikan salam
terimakasih dari diriku untuk dia, semoga aku dan kamu
bisa bertemu di waktu yang tepat menurut
semesta,”Sinar matahari mulai menyinari jendela kamar
ku , pada hari ini seperti biasa aku mandi ,lalu sarapan
pagi ,dan bergegas menuju sekolah . tiba-tiba ponsel ku
berbunyi aku pun segera mebuka ponsel ku ,ternyata

17
notivikasi tersebut berasal dari teman ku yang bernama
Eva, Eva mengajak ku untuk berangkat ke sekolah
bersama. Aku segera berpamitan dengan mamah ku,
singkat cerita aku dan kaluna sudah sampai ke sekolah,
di sepanjang Lorong sekolah aku bercerita kepada Eva
tentang kejadian kemarin. “Eva kemarin aku ketemu
orang baik tau, yang udah nolong aku,” Eva pun
menjawab cerita ku dia berkata “Kamu udah sempat
bilang terimakasih ke orang baik itu belum?” aku pun
menjawab pertanyaan kaluna “Aku belum sempat bilang
terimakasih ke orang itu lun, tapi aku gk mengenali
wajah orang itu karena dia pakai masker hitam, waktu
dia nolongin aku , aku sempat menatap mata nya, mata
nya sangat indah, setelah dia nolongin aku, aku harus
membersihkan buku yang berserakan yang telah jatuh di
lantai , tapi Va pas aku udah selesai beresin buku, aku
baru ingat kalau aku belum belum mengucapkan terima
kasih kepada laki-laki itu. Eva pun menjawab
“Cie,Kaisha, kamu suka sama dia ya?” aku membantah
jawaban Eva “Engga kok,mana mungkin aku suka sama
dia”.

18
Singkat cerita kami pun tiba di kelas , kelas kami
sangat ramai karena banyak siswa yang sibuk sedang
mengerjakan pr , tiba-tiba bel pun berbunyi siswa yang
sedang asyik bermain di luar kelas bergegas masuk ke
kelas. Suara langkah kaki pun terdengar dari luar kelas ,
ternyata suara langkah kaki itu adalah suara langkah kaki
dari ibu maya guru sejarah . kelas yang sebelum nya
suasana nya sangat ramai , menjadi hening ketika ibu
maya memasuki kelas kami. Ibu Maya berbicara “Anak-
anak, kalian sudah mengerjakan tugas yang ibu kasih
minggu kemarin belum?” Kami pun menjawab
pertanyaan dari ibu maya “Sudah selesai bu,” Ibu maya
pun berkata “Yasudah , ayo kumpulkan tugasnya nak.”
Bel istirahat pun berbunyi , para siswa berlarian
menuju kantin untuk membeli makanan. Eva mengajak
aku pergi ke kantin , untuk membeli makanan. Pada saat
kami menuju kantin tiba-tiba aku bertanya kepada kaluna
“Eh, Va itu rame banget di lapangan basket ada apa ya?”
Eva pun menjawab pertanyaan ku “Oh, itu kak Kailash
lagi main basket ,soalnya hari ini kelas dia ada pelajaran
olahraga,”Aku pun menjawab “Kak Kailash itu siapa
sih?” Eva pun menjawab pertanyaan ku “Ih,kamu masa

19
gak tau dia, dia itu terkenal banget sama sifat cuek nya,”
aku pun menjawab jawaban dari Eva “Emang se cuek
apasih dia, sampai orang gak berani suka sama dia,”Eva
pun menjawab “Dulu ada banyak cewek yang deketin
dia , tapi banyak yang gak berani deketin dia bahkan ada
yang sampai diam-diam ngasih hadiah, kamu harus tau
kalo Kak kailash itu pernah menang lomba cipta puisi
tingkat provinsi,” aku pun terkejut mendengar cerita Eva
“Wow keren banget.”
Tanpa terasa waktu pun telah berlalu , para siswa
menunggu bel pulang berbunyi . tibalah saat waktunya
bel pulang berbunyi, banyak siswa berhamburan keluar
kelas. Sementara Kaisha sedang menunggu bus yang
tidak kunjung datang , hari pun semakin gelap , Kaisha
memutuskan untuk berjalan kaki menuju rumah. Tiba-
tiba ada motor ninja berwarna hitam berhenti di samping
Kaisha, ada seseorang berkata kepada Kaisha “Percuma
lu cari bus jam segini udah gak ada, mending lu pulang
kerumah bareng gue, tenang gue bukan orang jahat yang
bakalan macem-macem sama lu,” Kailash berbicara
dengan nada yang sangat dingin. Dengan rasa ketakutan
kaisha pun menjawab tawaran dari kailash “Maaf kak,

20
bukan nya gue gak mau nerima tawaran dari kakak ,gue
takut ngerepotin lu Ka,” Jelas Kaisha, Kailash pun
membuang nafas nya dengan kasar dan berkata “Kalau
misalnya gue ngerasa di repotin sama lu, gue gak
bakalan nawarin lu buat pulang bareng sama gue,” Jelas
kailash dengan nada berbicara yang sangat ketus. Kaisha
pun memberanikan diri untuk menjawab perkataan
Kailash “Oke ka, gue mau pulang bareng sama lu,”
Kailash pun menjawab “Iya, ayo kita pulang.” Dengan
hati-hati Kaisha menaiki motor ninja hitam milik
Kailash.
Udara dingin yang menembus hingga menembus
kulit, membuat Kaisha kedinginan. Dibalik Kaisha yang
kedinginan, ada tatapan khawatir dari Kailash yang
melihat Kaisha sedang kedinginan di jok belakang,
Kailash pun berinisiatif untuk memberhentikan motor
nya di tepi jalan. Kaisha yang sedang fokus melihat
sekitar alun-alun bandung yang di penuhi dengan banyak
jajanan , ia pun terkejut karena Kailash secara tiba-tiba
memberhentikan motor nya di pinggir alun-alun kota
bandung. Kaisha pun terheran-heran dengan sikap
kailash yang memberhentikan motornya, dengan tatapan

21
yang sangat dingin Kailash pun berbicara pada kaisha
“Ini pake jaket gue, supaya lu gak kediginan,” dengan
perasaan yang sangat ragu dan takut akan tatapan
Kailash. Kaisha pun menerima jaket dari tangan
Kailash . Kaisha pun berbicara kepada Kailash “Makasih
ya ka, jaket nya,” dengan tatapan yang dingin kailash
menjawab pertanyaan kaisha “Iya,” Mereka pun kembali
melanjutkan perjalanan menuju rumah Kaisha.

Setelah mereka menghabiskan


waktu satu jam di perjalanan, Kailash dan Kaisha
akhirnya sampai di depan gerbang rumah Kaisha, dengan
perlahan-lahan kaisha turun dari motor hitam milik
Kailash, dengan rasa ragu kaisha pun mengucapkan
terima kasih kepada kailash “Ka ,makasih banyak ya
buat tumpangannya,” dengan tatapan yang sangat dingin
kailash pun menjawab pertanyaan Kaisha “Iya, lain kali
kalo udah tau sore gak ada bus yang lewat, lu jangan
pulang terlalu sore paham?” dengan rasa takut kaisha
pun menjawab pertanyaan kailash “Iya maaf ka, lain
kali aku gak bakalan pulang sore lagi,” dengan tatapan
mata yang sangat tajam kailash menjawab omongan

22
kaisha “Gue besok mau ngajak lu ke café habis pulang
sekolah,” belum sempat mengatakan iya , kailash
melajukan motornya. Dengan perasaan kesal,kaisha
memasuki rumah dengan wajah yang penuh amarah.
Pagi pun telah tiba , kaisha melakukan aktivitas
seperti biasanya yaitu berangkat ke sekolah dengan Eva,
mereka berangkat menaiki bus untuk menuju ke sekolah,
ketika mereka sedang menunggu bus kaisha pun di
kejutkan oleh keberadaan kailash yang sedang duduk di
halte bus. “Aduh, gue ketemu orang itu lagi, kenapa sih
dia harus ada dimana-mana sih, bikin gak mood aja,”
umpat kaisha dalam hati dengan wajah yang penuh
amarah. Setelah menunggu lama akhirnya bus pun
datang, dengan langkah yang sangat hati-hati kaisha
memasuki bus dan mencari tempat bangku bus yang
kosong. Setelah beberapa menit akhirnya kaisha dan
kaluna sampai di sekolah, jam pelajaran pertama pun di
mulai, disela kesibukannya kaisha suka membuat sajak
dan puisi, karena bagi kaisha membuat sajak sudah
menjadi rutinitas sehari-hari nya ,kaisha sangat
menyukai buku-buku yang berbau sastra, mungkin
menurut sebagian orang buku bergendre sastra Bahasa

23
nya sangat berat, tetapi bagi kaisha buku sastra itu isinya
di penuhi dengan tulisan-tulisan yang sangat indah. Dari
kecil kaisha sudah ikut lomba cipta puisi ,bagi kaisha
sastra itu separuh raga nya.
Tidak terasa bel istirahat pun berbunyi kaisha
pun bergegas menuju taman belakang sekolah, gadis itu
duduk di bangku taman berwarna putih, dengan
perlahan-lahan gadis itu menggerakan jari nya yang
sangat lentik, memulai menulis di atas kertas putih,
merangaki sebuah kata yang indah. Ketika gadis itu
sedang menulis tiba-tiba ada seorang pria yang
memanggil nama nya , gadis itu pun menoleh mencari
sumber suara yang ia cari, ternyata sumber suara itu
berasal dari Kailash, Kailash cowok yang mengantar ia
pulang kemarin malam. Kailash berjalan menuju kursi
taman yang di duduki oleh gadis itu , lalu ia duduk di
samping gadis tersebut. Kailash pun berbicara kepada
Kaisha “Lu inget yang gue omongin semalem kan?”
dengan wajah yang memalas Kaisha pun menjawab
pertanyaan Kailash “Iya, gue inget ka,” Kailash pun
menjawab “Oke, bagus kalo lu inget, jangan lupa dateng,
ada hal penting yang pengen gue omongin,” belum

24
sempat menjawab , jawaban dari Kailash pria itu
meninggalkan Kaisha sendirian di taman.
Waktu pun telah berlalu, bel berbunyi tanda para
siswa akan pulang, Kaisha bergegas keluar dari kelas
untuk menuju parkiran untuk bertemu Kailash, setelah
menunggu lama akhirnya Kailash pun datang
menghampiri Kaisha dan berkata “Ayo, kita ke café di
samping toko buku di dekat alun-alun, cepetan ayo naik
ke motor gue,” dengan wajah yang kesal Kaisha pun
menaiki motor ninja hitam milik Kailash, setelah Kaisha
sudah menaiki motor Kailash, Kailash pun berkata
“Peluk gue , supaya nanti pas gue ngebut lu gak jatuh,”
setelah mendengar perkataan Kailash, Kaisha pun
langsung memeluk pinggang Kailash agar ia tidak
terjatuh. Setelah mereka menempuh perjalanan
yang memakan waktu hampir satu jam, karena café
tersebut letaknya sangat jauh dari sekolah mereka.
Setelah sampai di café mereka pun segera memesan
makanan dan minuman , tiba-tiba Kailash berdeham lalu
berkata “Gue mau tanya sama lu, pas hari jumat minggu
kemarin lu ke toko buku samping café ini ya?” dengan
cepat Kaisha pun menjawab pertanyaan Kailash “ Iya

25
gue kesana pas jumat minggu kemarin, kenapa emang
ka?” belum sempat menjawab, jawaban yang keluar dari
mulut Kaisha tiba-tiba seorang pelayan datang
menghampiri mereka dengan membawa 2 piring steak
daging dan 2 gelas lemon tea, dengan senyuman pelayan
itu pun meletekan pesanan ke dua insan yang sedang
asyik berbicara satu sama lain, pelayan tersebut berkata
“Selamat menikmati.” Kailash pun segera
menjawab, jawaban dari Kaisha yang sempat tertunda
“Pas gue kesana, gue liat cewek yang mirip sama lu,
cewek itu hampir celaka waktu dia pengen ngambil buku
di rak yang tinggi, dia hampir kejatuhan buku, pas gue
nolongin belum sempat gue liat wajah nya , tiba- tiba
ponsel gue bunyi karena mamah gue telfon gue dan
nyuruh gue buat pulang karna hujan udah berhenti,
setelah gue ngeliat lu gue keinget sama cewek yang gue
tolongin pas di toko buku, mata cewek itu mirip mata lu
Sha, pas gue nolongin cewek itu gue sempat natap mata
nya, itu lu ya?” suasana pun menjadi hening setelah
Kailash menjawab pertanyaan dari Kaisha, dengan
mengehela nafas sebentar Kaisha pun menjawab
pertanyaan Kailash “ Iya ka, gue cewek yang lu tolongin

26
pas lu lagi di toko buku, makasih banyak ya ka udah mau
nolongin gue dari buku-buku yang hampir jatuh kena
badan gue,” dengan helaan nafas Kailash pun menjawab
“Iya Kaisha, gue seneng kalau cewek yang gue tolongin
sekarang baik-baik aja.”
Kaisha pun terseyum setelah mendengar
perkataan Kailash ketika melihat Kaisha tersenyum diri
nya pun ikut tersenyum, dengan helaan nafas yang berat
Kaisha pun berkata “Kak gue pengen ngomong sesuatu
sama lu, tapi janji ya abis ini lu jangan marah sama gue
ya!” dengan cepat Kailash menjawab “Iya ngomong aja,
gue gak bakalan marah sama lu kok.” dengan perasaan
yang ragu Kaisha pun kembali berbicara dengan Kailash
“Kak gue mau jujur sama lu ka, gue suka lu pas pertama
kali lu nolongin gue di toko buku, pas gue natap mata lu
gue suka sama lu ka, ka lu cowok yang pertama kali gue
suka, pas gue tau kalau lu yang nolongin gue, awalnya
gue sempat gak percaya kalau itu lu ka… , maaf kak
kalau gue ngomongin hal ini secara tiba-tiba,” dengan
raut wajah yang bingung Kailash pun menjawab
“Makasih sha udah suka sama gue, tapi maaf gue gk bisa
bales cinta lu,” dengan cepat Kaisha pun menjawab “Iya

27
ka, gue gapapa kok kalau misalkan lu gak bisa bales
perasaan gue, gue pamit ya ka mau pulang, udah malem
soalnya,” dengan perasaan sedih Kaisha pun bergegas
keluar dari café dengan perasaan sedih, sepanjang jalan
menuju halte bus setelah sampai halte bus gadis itu
menahan tangisnya, setelah menunggu lama akhirnya
bus pun datang dengan perlahan Kaisha menaiki bus,
lalu ia mencari tempat duduk yang kosong untuk ia
duduki, gadis itu menatap jalan braga yang penuh
dengan orang- orang yang sedang berlalu-lalang , ia
melihat orang- orang yang sedang bahagia bersama
pasangan nya , hal itu membuat Kaisha teringat akan
kejadian di café yang belum lama terjadi, ia pun
menangis teringat cinta nya di tolak oleh orang yang
sangat ia sayangi. Sementara Kailash pun kebingungan,
kepala nya di penuhi banyak pertanyaan, dengan
perasaan yang sangat khawatir pria itu mengambil
ponsel dalam tas nya lalu menekan aplikasi chat untuk
menelfon Kaisha, setelah berkali-kali menelfon tidak ada
jawaban dari gadis itu, pria itu bergegas berjalan menju
parkiran café, dengan perrasaan yang terburu- buru pria
itu mencari gadis itu sekeliling kota bandung.

28
Sementara Kaisha menyadari bahwa ia akan segera
sampai rumah, bus pun berhenti di depan halte komplek
perumahan kaisha, setelah turun dari bus kaisha
menangis sepanjang jalan mengingat kejadian yang
terjadi di café tadi , bandung terima kasih atas luka nya
biarlah mendung malam ini menjadi saksi aku berhenti
sebelum memulai sebuah epilog tanpa adanya prolog,
tuan semoga semesta merestui kita untuk bertemu di
kehidupan yang baru, biarlah cerita ini berlalu, langit
menjadi saksi Tentang Bandung, Rampung dan
Mendung

RAIHAANA MAHARANI
Lahir di Jakarta, pada tahun 2007 Dari pasangan
Ariyanto Andri dan ibu Lili Rupiyanti, putri pertama dari
dua bersaudara, penulis sedang menempuh Pendidikan
SMA, penulis menamatkan SD di Karawaci kota
Tangerang , SMPN 6 Tangerang, kemudian penulis
sedang menempuh Pendidikan kelas 11 jurusan ips di

29
SMAN 5 Tangerang , hobi saya yaitu membaca buku
fiksi dan buku pengetahuan, selain hobi membaca saya
juga sedang belajar menulis sajak di waktu senggang
saya juga suka membaca wattpad dan alternative univers
di twitter, Cerpen yang saya buat sekarang bukan cerpen
pertama saya, melainkan cerpen ini merupakan cerpen
kedua saya. saya mempunyai akun sosial media
Instagram @Yellowran3to3. Dan inilah cerpen kedua
saya yang berjudul Simfoni Indah di Masa Remaja
sudah terbit.

Cinta dan Takdir

Fahri Al Mukhlisin

Jam dinding terus berputar, gerimis semakin


menjadi hujan. Sudah hampir tiga jam dan sekarang
hampir mendekati waktu maghrib, Sika yang sejak

30
pulang sekolah terus mengurung diri di dalam kamanya.
Kembalicatatan kecilnya seraya buku catatan itu berkata
“Baca aku sika!” namun sebaliknya sika melempar buku
itu ke lantai karena kesal ia berkata “Aduhhhh susah
banget sihhhh masuk ke otak,” keluhnya karena
belajarnya tidak bisa maksimal. Karena sika merasa
pusing dan lelah akhirnya ia menyelonjorkan kaki di
kasurnya dan mengambil poteringat dengan mantan
kekasihnya “Hmm andai sajaaaa... AHHH jadi tambah
males, kenapa sihhh!” seru sika karena teringat mantan
kekasihnya.
Sama seperti perempuan pada umumnya yang
pernah merasakan jatuh cinta dan patah hati. Sika
merasakan hal yang serupa ketika masih berpacaran
dengan andri. Dalam hatinya sika menyesal karena telah
menyianyiakan andri “Ah bodoh banget sih aku, kenapa
aku dulu harus menyianyiakan andri,” penyesalan itu
terus berlajut ketika ia melihat foto andri yang
disimpannya dalam laci “Ih kenapa aku dulu harus
membuat kesalahan.”

31
“Kenapa aku kurang bersyukur udah punya pacar
kayak andri,” meskipun andri bukan laki-laki yang
dewasa dan lebih terkesan kekanak-kanakan namun ada
kenyataanya sika tidak dapat lepas dari andri. Pada saat
andri memberikan sepucuk surat kecil kepada sika
tentang perasaanya yang ingin putus sika tidak tahu lagi
harus mengiyakan atau menolak. Pada saat itu. “Kenapa
aku tidak bisa berpikir lebih dewasa sih?” ujar sika.
Semenjak putus. Dengan andri sika sering melamun
seorang diri, berkhayal andaikan waktu dapat diputar dan
ia dapat berpikir lebih dewasa pada saat andri
memberikan surat putus itu.
Meskipun sika hidup dalam keluarga yang lebih
terkesan “broken home” karena memiliki seorang ayah
yang ringan tangan tidak membuat sika menjadi
perempuan yang pendiam dan sedih. Sejatinya sika
adalah perempuan yang tegar.
Telolet Telolet! Bunyi bel istirahat di sekolahnya
berdering kencang, namun sika tetap tidak beranjak dari
bangkunya. Dengan tatapan kosong dan tanpa gerakan
selayaknya orang tertidur, sika bengong dan melamun

32
hingga salah seorang temannya membangunkan sika dari
lamunannya.
“Sikkk!” sambil memegang tangannya yang
menyangga kepala. “Elu kok melamun aja sih, Kenapa?”
“Aduhhh rin, ngagetin dehh, lagi pusing nih.” “Ohh
Pantesan kok keliatan lesu, biasanya juga sholat dhuha
sekarang udah jarang. Hihihi.”
“Ihhh itu ada andri tuh sikk,” ujar rini sambil
menyenggol sika. “Paan sih! Kalo kamu suka dia ya
jangan nyenggol aku!” “Yeeee, yang suka aku apa
kamuuu?” balas rini dengan penuh sindiran. Sejenak
guyonan kedua sahabat itu membuat sika tersenyum
kecil hingga ia iangat peristiwa pemukulan ayahnya yang
dilakukan pada ibunya tadi malam. Memang ayah sika
adalah orang yang ringan tangan, meskipun ibu sika
hanya sekedar mengingatkan jangan. Merokok dan
minum miras namun yang didapat malah tamparan dan
pukulan
“Aku udah putus rin dari andri,” ujar rini sambil
menahan ketawa yang sebenarnya terasa begitu pahit di
hati. Bukan tanpa alasan hati sika terasa pahit karena

33
menahan beban pikiran dan beban kehidupan yang
ditanggungnya melihat ibu sika selalu dipukul. Hari
demi hari terus berlalu, Namun perasaan sika pada andri
ternyata tidak dapat berubah. Sika tidak dapat
membohongi perasaanya bahwa sika masih memendam
rasa pada andri. Pada satu siang pada pelajaran
matematika, seperti biasanya sika terlelap dalam
lamunannya, membayangkan andai saja andri masih
menjadi pacar sika “Hmm andri andaikan kamu masih
jadi pacarku, aku kangen semasa kita pacaran,” ujar sika.
Hingga salah satu temannya yang bernama trimo
menepuk pundak sika dan berkata “Sikkk kok ngalamun
aja sihhh???” tanpa sengaja sika berteriak karena kaget
akan tepukan trimo “Ahhhhhhh” teriak sika
Guru matematika sika yang terkesan galak
(karena memang kebanyakan guru matematika galak
sontak menoleh ke arah sika yang seperti orang
kebingungan. “Sika kenapa kamu? Ayoo maju sini,” ujar
bu guru. “Eee enggak kok bu,” balas sika dengan wajah
bingung dan memelas. Seisi kelas menahan rasa ingin
ketawa karena jika mereka ketawa sudah pasti mereka
akan jadi korban selanjutnya hehehe. Terdapat dua orang

34
yang tidak tertawa, justru sebalikanya, malah mereka
berpikir kenapa sika menjadi begini, orang itu tidak lain
dan tidak bukan adalah rini dan andri yang merupakan
teman sekelas sika. “Hmmm kenapa ya sama sika, kok
makin kesini makin buruk aja dia,” ujar andri. “Apa
mungkin karena kita habis putus, atau karena dia ada
masalah,hmmm..”
Disisi lain bu yuli selaku guru matematika
memarahi sika habis habisan. Seperti orang yang habis
makan cabe rawit 1000 biji. Muka ibu yuli memerah
karena menahan marah “Kamu itu yaaaaa, kalo nggak
niat ikut pelajaran saya ya gak usah ikut. Ngganggu
temenmu yang lain tau gak?! Bikin susah aja!” bentak bu
yuli pada sika.
Doa perintah bu yuli. Karena merasa simpatik
akhirnya andri menghampiri sika dan menanyakan
perihal permasalahan tadi siang di kelas. “Sik
sebenarnya kamu kenapa sih?” tanya andri. Dengan
perasaan berbunga bunga karena sebenarnya sika masih
mencintai andri menjawab “Enggak kok enggak nggak
papa,” “Hmmm lain kali kamu harus lebih berhati hati

35
kalo jamnya bu yuli. Tau sendiri kan bu yuli kalo marah
kek gimana,” meskipun andri berceloteh panjang lebar
namun sika tidak memperdulikannya karena yang dilihat
sika adalah wajah dan mata andri yang coklat besar itu
membuat sika semakin terpana dan sulit untuk
melupakannya. “Sik??? Kamu dengerin enggak sih?”
tanya andri. “Ehhh iya maaf aku denger kok,
Jawab Sika malam harinya disaat sika tengah
berada dikamar tiba-tiba ayah memanggil sika, “Sik,
kesini bapak mau bicara penting,” Tidak biasanya bapak
sika mengajak bicara sika. Setelah sika berada di depan
bapaknya akhirnya bapaknya menceritakan bahwa pada
besok sore dia akan dilamar oleh anak teman bapaknya
“APAA???? Aku kan masih sekolah pak? Trus gimana
sekolahku?!” tanya sika dengan wajah bingung dan
kecewa mendengar berita yang disampiakan ayahnya,
“Yaa kamu kan bisa tunangan dulu, lulus kuliah nanti
baru kamu menikah sama dia, orangnya baik kok,”
jawab ayah. Sebagai seorang anak sika tidak bisa
melakukan apa-apa karena jika ayahnya mengajak
berbicara itu bukanlah negosiasi melainkan sebuah
pemberitahuan yang tidak dapat diganggu gugat. Yang

36
mampu sika lakukan hanyalah bercerita sambil menangis
pada ibunya. Sang ibu yang penyanyang dan penyabar
sangat mengerti betul sikap suaminya yang keras kepala.
“Sudahlah nakk, turuti dulu apa mau bapakmu,” sambil
menangis, ibu memberi nasehat pada sika. Keesokan
harinya sika tidak masuk sekolah, Bukan tanpa alasan
sika tidak mau masuk sekolah karena ia sangat kelelahan
menangisi nasibnya sepanjang malam. Entah karena
kebetulan atau bukan, Namun andri juga tidak masuk
sekolah hari itu tanpa pemberitahuan yang jelas. Jam
sudah menunjukkan pukul 16.00 Sika sudah harus
bersiap siap untuk menyambut calon tunangannya. “Buu,
aku nggak mau dilamar dulu,” pinta sika sambil
merengek pada ibunya. Namun ibu sika hanya bisa
menggelengkan kepala sembari menahan kesedihan.
Pada pukul 17.00 tepat datanglah iring-iringan
rombongan mempelai pria lavakna acara lamaran pada
umumnya. Betapa kagetnya sika ketika melihat siapa
yang sedan putih tersebut karena ternyata calon tunangan
yang dijodohkan
Andri sendiri yang merupakan mantan kekasih
sika. “Kamu???? kok kamu ada disini sih?” tanya sika

37
setengah tidak percaya. “Iya ini aku andri,” Jawab andri
dengan suara lirih. Tanpa basa basi akhirnya sika
memeluk erat andri karena memang sika sangat
mencintai andri “Sik, maafin aku yaa, sebenernya aku
sangat sayang dan cinta sama kamu,” ujar andri karena
memang andri masih sangat sayang pada sika. “Iya ndri,
aku juga minta maaf Betapa terkejutnya sika dan andri
karena takdir mempertemukan mereka kembali dalam
ikatan pertunangan setelah mereka lama berpisah.
Dan tentu di sebuah kota kecil yang diatur oleh
kebetulan, dua jiwa yang tak terduga saling berpapasan.
Maya, seorang seniman yang bermimpi besar, dan
Adrian, seorang penulis yang mencari inspirasi baru.
Meskipun awalnya hanya pertemuan kebetulan, mereka
merasa ada sesuatu yang lebih dalam, sesuatu yang
terkait dengan takdir.
Melalui serangkaian peristiwa tak terduga, Maya
dan Adrian menemukan bahwa hidup mereka sudah
dijalin bersama oleh benang takdir. Konflik dan ujian
datang menguji cinta mereka, tetapi takdir memiliki
rencana sendiri. Keduanya harus bersatu untuk

38
mengatasi rintangan dan mengikuti jalan yang telah
ditentukan untuk mereka.
Jam dinding terus berputar, gerimis semakin
menjadi hujan. Sudah hampir tiga jam dan sekarang
hampir mendekati waktu maghrib, Sika yang sejak
pulang sekolah terus mengurung diri di dalam kamanya.
Kembali sika melirik buku catatan kecilnya
seraya buku catatan itu berkata “Baca aku sika!” namun
sebaliknya sika melempar buku itu ke lantai karena kesal
ia berkata “Aduhhhh susah. Banget sihhhh masuk ke
otak,” keluhnya karena belajarnya tidak bisa maksimal.
Karena sika merasa pusing dan lelah akhirnya ia
menyelonjorkan kaki di kasurnya dan mengambil posisi
berbaring. Sembari berbaring entah kenapa ia teringat
dengan mantan kekasihnya “Hmm andai sajaaaa...
AHHH jadi tambah males, kenapa sihhh!” seru sika
karena teringat mantan kekasihnya.
Sama seperti perempuan pada umumnya yang
pernah merasakan jatuh cinta dan patah hati. Sika
merasakan hal yang serupa ketika masih berpacaran
dengan andri. Dalam hatinya sika menyesal karena telah

39
menyianyiakan andri “Ah bodoh banget sih aku, kenapa
aku dulu harus menyianyiakan andri,” penyesalan itu
terus bertajut ketika ia melihat foto andri yang
disimpannya dalam laci “Ih kenapa aku dulu harus
membuat kesalahan”. “kenapa aku kurang bersyukur
udah punya pacar kayak andri”. Meskipun andri bukan
laki-laki yang dewasa dan lebih terkesan kekanak-
kanakan namun oada kenyataanya sika tidak dapat lepas
dari andri. Pada saat andri memberikan sepucuk surat
kecil kepada sika tentang perasaanya yang ingin putus
sika tidak tahu lagi harus mengiyakan atau menolak pada
saat itu. “kenapa aku tidak bisa berpikir lebih dewasa
sih?” ujar sika. Semenjak putus dengan andri sika sering
melamun seorang diri, berkhayal andaikan waktu dapat
diputar dan ia dapat berpikir lebih dewasa pada saat
andri memberikan surat putus itu.
Meskipun sika hidup dalam keluarga yang lebih
terkesan “broken home” karena memiliki seorang ayah
yang ringan tangan tidak membuat sika menjadi
perempuan yang pendiam dan sedih. Sejatinya sika
adalah perempuan yang tegar.

40
Telolet Telolet! Bunyi bel istirahat di sekolahnya
berdering kencang, namun sika tetap tidak beranjak dari
bangkunya. Dengan tatapan kosong dan tanpa gerakan
selayaknya orang tertidur. Sika bengong dan melamun
hingga salah seorang temannya membangunkan sika dari
lamunannya.
“Sikkk!” sambil memegang tangannya yang
menyangga kepala.
“elu kok melamun aja sih, Kenapa?”
“Aduhhh rin, ngagetin dehh, lagi pusing nih.”
“Ohh Pantesan kok keliatan lesu, biasanya juga sholat
dhuha sekarang udah jarang. Hihihi.” “Ihhh itu ada andri
tuh sikk”, ujar rini sambil menyenggol sika. “Paan sih!
Kalo kamu suka dia ya jangan nyenggol aku!” “Yeeee,
yang suka aku apa kamuuu?” balas rini dengan penuh
sindiran. Sejenak guyonan kedua sahabat itu membuat
sika tersenyum kecil hingga ia iangat peristiwa
pemukulan ayahnya yang dilakukan pada ibunya tadi
malam. Memang ayah sika adalah orang yang ringan
tangan, meskipun ibu sika hanya sekedar mengingatkan

41
jangan merokok dan minum miras namun yang didapat
malah tamparan dan pukulan.
“Aku udah putus rin dari andri” ujar rini” sambil
menahan ketawa yang sebenarnya terasa begitu pahit di
hati. Bukan tanpa alasan hati sika terasa pahit karena
menahan beban pikiran dan beban kehidupan yang
ditanggungnya melihat ibu sika selalu dipukul.
Hari demi hari terus berlalu, Namun perasaan
sika pada andri ternyata tidak dapat berubah. Sika tidak
dapat membohongi perasaanya bahwa sika masih
memendam rasa pada andri. Pada satu. Siang pada
pelajaran matematika, seperti biasanya sika terlelap
dalam lamunannya. Membayangkan andai saja andri
masih menjadi pacar sika “hmm andri andaikan kamu
masih jadi pacarku, aku kangen semasa kita pacaran”
ujar sika. Hingga salah satu temannya yang bernama
trimo menepuk pundak sika dan berkata “sikkk kok
ngalamun aja sihhh???” tanpa sengaja sika berteriak
karena kaget akan tepukan trimo “ahhhhhhh” teriak sika.
Guru matematika sika yang terkesan galak (karena
memang kebanyakan guru matematika galak hehehe)

42
sontak menoleh ke arah sika yang seperti orang
kebingungan. “Sika kenapa kamu? Ayoo maju sini” ujar
bu guru. “eee enggak kok bu” balas sika dengan wajah
bingung dan memelas” Seisi kelas menahan rasa ingin
ketawa karena jika mereka ketawa sudah pasti mereka
akan jadi korban selanjutnya
Terdapat dua orang yang tidak tertawa, justru
sebalikanya, malah mereka berpikir kenapa sika menjadi
begini, orang itu tidak lain dan tidak bukan adalah rini
dan andri yang merupakan teman sekelas sika. “hmmm
kenapa ya sama sika, kok makin kesini makin buruk aja
dia” ujar andri. “apa mungkin karena kita habis putus”
“atau karena dia ada masalah” hmmm.
Disisi lain bu yuli selaku guru matematika
memarahi sika habis habisan. Seperti orang yang habis
makan cabe rawit 1000 biji. Muka ibu yuli memerah
karena menahan marah “Kamu itu yaaaaa, kalo nggak
niat ikut pelajaran saya ya gak usah ikut. Ngganggu
temenmu yang lain tau gak?! Bikin susah aja!” bentak bu
yuli pada sika. Tulilut tulitu tulilulilut....... Bunyi bell
sekolah seperti suara es krim campina itu

43
menyelamatkan rini dari amukan guru paling galak
disekolahnya. “Kamu ketua kelas pimpin doa” perintah
bu yuli.
Karena merasa simpatik akhirnya andri
menghampiri sika dan menanyakan perihal permasalahan
tadi siang di kelas. “Sik sebenarnya kamu kenapa sih?”
tanya andri. Dengan perasaan berbunga bunga karena
sebenarnya sika masih mencintai andri menjawab
“enggak kok enggak nggak papa”. “Hmmm lain kali
kamu harus lebih berhati hati kalo jamnya bu yuli, tau
sendiri kan bu yuli kalo marah kek gimana” meskipun
andri berceloteh panjang lebar namun sika tidak
memperdulikannya karena yang dilihat sika adalah
wajah dan mata andri yang coklat besar itu membuat sika
semakin terpana dan sulit untuk melupakannya, “sik???
Kamu dengerin enggak sih?” tanya andri, “ehhh iya maaf
aku denger kok, jawab sika.
Malam harinya disaat sika tengah berada dikamar
tiba-tiba ayah memanggil sika, “Sik, kesini bapak mau
bicara penting”. Tidak biasanya bapak sika mengajak
bicara sika, setelah sika berada di depan bapaknya

44
akhirnya bapaknya menceritakan bahwa pada besok sore
dia akan dilamar oleh anak teman bapaknya “APAA????
Aku kan masih sekolah pak? Trus gimana sekolahku?!”
tanya sika dengan wajah bingung dan kecewa mendengar
berita yang disampiakan ayahnya. “Yaa kamu kan bisa
tunangan dulu, lulus kuliah nanti baru kamu menikah
sama dia, orangnya baik kok” jawab ayah. Sebagai
seorang anak sika tidak bisa melakukan apa-apa karena
jika ayahnya mengajak berbicara itu bukanlah negosiasi
melainkan sebuah pemberitahuan yang tidak dapat
Diganggu gugat. Yang mampu sika lakukan
hanyalah bercerita sambil menangis pada ibunya. Sang
ibu yang penyanyang dan penyabar sangat mengerti
betul sikap suaminya yang keras kepala. “Sudahlah
nakk, turuti dulu apa mau bapakmu” sambil menangis,
ibu memberi nasehat pada sika.
Keesokan harinya sika tidak masuk sekolah,
Bukan tanpa alasan sika tidak mau masuk sekolah karena
ia sangat kelelahan menangisi nasibnya sepanjang
malam. Entah karena kebetulan atau bukan, Namun andri
juga tidak masuk sekolah hari itu tanpa pemberitahuan

45
yang jelas. Jam sudah menunjukkan pukul 16.00 Sika
sudah harus bersiap siap untuk menyambut calon
tunangannya.
“Buu, aku nggak mau dilamar dulu” pinta sika
sambil merengek pada ibunya” namun ibu sika hanya
bisa menggelengkan kepala sembari menahan kesedihan.
Pada pukul 17.00 tepat datanglah iring-iringan
rombongan mempelai pria layaknya acara
Lamaran pada umumnya. Betapa kagetnya sika
ketika melihat siapa yang keluar dari mobil sedan putih
tersebut karena ternyata calon tunangan yang dijodohkan
dengan sika adalah andri sendiri yang merupakan mantan
kekasih sika.
“Kamu????” “kok kamu ada disini sih?” tanya
sika setengah tidak percaya.

46
FAHRI AL MUKHLISIN
Halo perkenal kan nama saya Fahri Al Mukhlisin saya
tinggal di sedap malam 5 nomor 68, saya hobi berenang
saya SD di Karawaci 4 dan SMP di 17 Tangerang,dan
sekarang saya di SMA negeri 5 Tangerang. Saya tinggal
bersama 6 bersaudara dan orang tua saya bernama nju
sebagai bapak saya tetapi dia sudah tiada di dunia ini.
Dan inilah cerpen pertama saya yang berjudul Simfoni
Indah di Masa Remaja sudah terbit.

47
SAYONARA RIN
Ratna Sari
"Tuhan tolong berkahi kami seorang buah hati,
kami janji akan kami sayangi dan jaga sepenuh hati" dua
kekasih itu memohon di sebuah kuil tua.
4 tahun berlalu.
Selasa jam 9 tanggal 21 bulan 3
Tahun 75 kalender Aetrell
Bintang yang menghiasi permukaan langit
setelah sekian lama nya jatuh satu - persatu.
"Ayo kita memohon di sini, mungkin saja
permohonan kita di terima."
Mereka memohon di tengah hujan bintang yang
jatuh dari langit. Beberapa cahaya bintang berkumpul
menjadi satu. Perlahan terbentuk partikel - partikel kecil
yang tersusun seperti tubuh, Sepasang kekasih itu
terkejut melihat hal itu. Cahaya itu berubah menjadi anak
kecil, sepasang kekasih itu perlahan mendekati anak
kecil itu.

48
"Suamiku bagaimana jika kita merawat anak ini?
Lagipula kita belom punya anak, kamu tega membiarkan
anak ini?"
"Tapi kita tidak tahu anak ini manusia atau bukan"
"Ya tetapi tetap saja"
"Tunggu sebentar" Lina teringat sesuatu tentang
catatan sejarah kuno tentang bintang dan beberapa
sejarah lainya yang berkaitan dengan anak itu"
"Nanti saat kita sampai ke rumah aku akan
mencari catatan yang ada di laci, karena itu semua
sepertinya berhubungan dengan anak ini"
Lina sibuk membalik halaman buku dari laci yang ada di
kamar.
"Ketemu!"
"Di sini tertulis bahwa anak itu adalah roh
bintang, roh bintang adalah roh pengabul harapan dan
roh bintang dapat melakukan pengorbanan dan
memberikan kehidupan"
"Berarti anak ini adalah roh bintang?!"
"Sepertinya begitu"
"Kalo begitu kita rawat saja dia"

49
"Makasih mas!" wajah Lina tersenyum Lembut
menghadap sang suami yang tidak lain adalah Yohan.
"Lalu bagaimana dengan nama anak ini?"
Dengan cepat terbesit sebuah nama di benak Lina.
"Bagaimana kalo kita namai dia Rin, Rin sayuki?"
"Itu nama yang indah" Yohan tersenyum sambil
memeluk Lina dan Rin yang sangat mungil dalam
dekapan hangatnya.
Waktu pun berlalu kini anak itu tumbuh beranjak
dewasa dan menginjak usia 16 tahun.
"Mama, papa. Rin berangkat dulu ya!" Gadis itu
terlihat sangat terburu-buru meninggalkan kamarnya dan
bergegas pergi.
"Sarapannya jangan lupa di bawa sayang"
"Iya ma!"
"Belajar yang pinter di sekolah dan jangan nakal"
"Iya pah"
Kini hal itu sudah menjadi rutinitas Yohan dan
Lian setiap paginya, rasa yang mereka inginkan terwujud
dan mereka menyayangi Rin seperti darah daging
mereka sendiri untuk saat ini.Rin tumbuh menjadi anak

50
yang periang dan baik hati serta memiliki paras yang
sangat cantik, keluarga nya sangat harmonis. Seperti
mimpi bukan? Dan bahkan ada seorang lelaki yang
selalu berada di sampingnya, lelaki itu kerap disebut
Kara, Kara Mahendra.
"Rin lo udah ngerjain pr pak Somat belom?"
"Udah Ra, kenapa?"
Ini Rani sahabat Rin yang selalu bersama Rin
kemanapun Rin pergi mereka ga bisa di pisahin kalo kata
Rani "kalo ga ada Rin itu ga lengkap soalnya gw sama
dia itu satu paket lebih tepatnya ibarat magnet yang ga
bisa di pisahkan"
"Ga papa Rin gw cuma nanya aja takut nya Lo lupa"
"Oh iya btw tar Lo mau makan apa Rin?"
"Gw sih Indomie ayam bawang aja sama es jeruk"
"Yaudah tar gw aja yang pesen"
"Kalo Lo pesen apa Ra?"
"Gw indomie Goreng palingan terus sama es teh manis"
ISTIRAHAT
"Lo udah pesen Ra?"
"Udah, eh tau ga Rin gw tadi ketemu cogan 5 orang"

51
"Hah?"
"Ih serius"
"Cogan mana lagi?"
"Ih itu loh anak dari geng Garson"
"Oh"
"Kok oh doang sih!"
"Ya terus gw harus gimana Rani Sanjaya?"
Dengan nada santai dan senyum yang sedikit datar
terpampang di wajah Rin tapi disamping itu mereka
tidak sadar bahwa obrolan mereka terdengar sampai ke
telinga salah satu geng Garson yang ternyata duduk tak
jauh dari meja kantin mereka.
"Weh ada yang ngomongin kita tuh!"
"Siapa?"
"Siapa lagi kalo bukan cewek yang deket sama si kara"
Kara tidak menggubris obrolan teman nya dan
hanya sibuk menyelesaikan makanya. Tak lama Rin dan
Rani kembali ke dalam kelas untuk melanjutkan mata
pelajaran berikutnya dikarenakan jam istirahat telah usai.
Setelah lama berkutat dengan buku tulis untuk mencatat

52
semua materi yang di berikan oleh guru bell pulang pun
berbunyi.
"Rin lo pulang bareng ya Ama gw?"
"Yaudah ayok"
"Ehh enak aja Rin pulang sama gw"
"Apa sih Lo kara? Rin tuh pulang bareng gw!"
"Lo yang apaan di pulang Ama gw!"
"Eh gw yang duluan yah yang ngajak dia pulang!"
"Udah - udah jangan berantem gw pulang bareng Rani"
"Tuh kan gw bilang apa"
Kara yang kesal langsung pergi ke parkiran dan
menancapkan gass melakukan motornya dengan
kecepatan tinggi dan perlahan mulai menghilang dari
pandangan Rin. Keesokan harinya semua hal berjalan
seperti biasa seakan tak ada masalah diantara mereka
berdua. Kara bukan hanya sekedar teman dekat atau
sahabat Rin, dalam lubuk hati kara yang terdalam Rin
adalah wanita yang sangat ia cintai tapi dia belum berani
mengungkapkan perasaan yang akan membuat
pertemanan ia menjadi rumit.
" Haiii Rin, pagiii!!"

53
"Pagi Kara!"
Mereka kemudian berbicara sembari berjalan ke
arah sekolah, tampa disadari ada truk yang melaju
kencang menuju kearah mereka. Kara yang sadar akan
hal itu segera mendorong Rin untuk menjauh dari dirinya
dan Kara tertabrak oleh truk tersebut, Rin yang baru saja
bangkit setelah terjatuh mulai teduduk lemas dengan
jalanan yang bersimbah darah. Rin mengumpulkan
tenaga dan menghampiri Kara sambil terus memanggil
namanya.
"Karaaa bangunnn!!!"
"Karaaaaa!!"
Tak lama Rin teringat akan sesuatu hal yang
menyangkut identitasnya sebagai roh bintang. Bahwa
roh bintang dan roh bintang bisa memberikan kehidupan
bagi orang yang di cintai nya tetapi bila dia
melakukannya dia akan menghilangkan menjadi sebutir
cahaya.
Rin mulai menyalurkan energinya kepada Kara
untuk memberikan Kara kesempatan untuk hidup
kembali.

54
Usahanya berhasil dan Kara sudah hampir sadarkan diri.
Setelah 2 menit Kara mulai membuka matanya dan
menatap Rin
"Kara akhirnya kamu sadarrr!!"
"Rin ini di akhirat kah?"
"Ga lah kamu masih hidup, cukup basa - basinya
aku ga punya banyak waktu lagi. Kara aku cinta sama
kamu tapi sekarang aku haru pergi, tolong kamu gunain
pengorbanan aku dengan baik"
"Tunggu Rin, apa maksudnya?"
"Aku gunain energi kehidupan aku sebagai roh bintang
untuk ngehidupin kamu lagi"
"Rinn aku juga cinta sama kamu jadi jangan tinggalin
aku yahhh!!"
"Ga bisa Kara"
"Rinnnn gakk plisss tolonggg!!"
"Maaf Kara"
Rin menghilang menjadi butiran cahaya dan
kembali ke langit. Selepas kepergian Rin sang roh
bintang semua hal berjalan seperti biasanya seakan tak
pernah ada orang yang bernama Rin, yang mengingat

55
keberadaan Rin hanyalah orang tua Rin, Kara, dan Rani
sahabat Rin.

RATNA SARI
Lahir di Tangerang, pada tanggal 22 Maret 2007 Dari
pasangan Djaya, dan Ibu Alm Rosmawati, putri Tunggal,
Hobi saya membaca novel, penulis menamatkan SD di
SDN Karawaci Baru 4, SMP Negeri 6 Tangerang,
kemudian melanjutkan SMA jurusan IPS di SMA Negeri
5 Tangerang. Dan inilah cerpen pertama saya yang
berjudul Simfoni Indah di Masa Remaja sudah terbit.

56
Aku ingin bercinta

Fauzi

“Aku ingin bercerita,” ujarku padanya hari itu.


Setelah lupa pada janjiku sendiri untuk tidak lagi
menghubunginya, aku dan ia kini terjebak dalam durasi
panjang percakapan telepon jarak jauh — 16.170
kilometer, dua puluh enam jam perjalanan udara.

57
Tidak ada pertanyaan tentang kabar tinggi matahari
di kotanya, tentang ramalan cuaca, atau tentang harga
terkini makanan instan hasil impor dari Tiongkok —
terutama makanan kucing, yang sering kami bicarakan.
Kami sama-sama tahu tidak ada satu unsur mekanis
apapun yang bisa membuat kami tidak saling
mengangkat telepon. Barangkali kebiasaan adiktif ini
membuat alam bawah sadar kami enggan lelap, satu
dering telepon dan cukup membuat kami terjaga belasan
jam.

“Kamu ingat apa yang kubilang soal cerita-cerita


yang kau tulis di rubik online itu? Atau di blog
pribadimu? Entah kenapa, tiap kali membaca ceritamu
aku seperti terseret ke lubang hitam dan merasa hidup di
dalam narasimu. Kesialankulah, aku baru saja membaca
tulisan terbarumu dua jam lalu. Tulisanmu sekuat itu
memengaruhiku, isi kepalaku, gerak tanganku, atau
bahkan kehidupanku sendiri.”

“Semua tulisanku memang untukmu kok. Sejak


awal,” jawabnya. Singkat dan menusuk sampai ulu
hati.“Itu seakan memaksaku untuk terus tinggal di dalam

58
sana saja. Jadi semacam dunia tempat sembunyi. Bahkan
lucunya, aku mengonversi itu jadi nyata meski aku tahu
tidak semestinya demikian.”

“Dan harusnya dari awal kamu tanya, kenapa aku


cinta mati sama kamu.”

Aku mendengar sayup suaranya mengumpat ke


langit-langit kamar, atau mungkin pada desau angin yang
mengembus debu-debu di tirai jendela. Kalimat
terakhirnya itu membuat udara New York dan Jakarta
beku seketika, pepat, menyesakkan rongga dada.

Seharusnya aku cukup tahu diri agar kalimat seperti


itu tidak perlu keluar dari mulutnya. Kami bukan lagi
sepasang kekasih jarak jauh. Tema itu sudah selesai
sejak dua bulan lalu, ketika dengan mudahnya dia
mengumpatku begitu kasar dengan nama binatang dan
serta merta aku memutuskan kami harus berhenti. Tapi
entah apa arti berhenti bila salah satunya cinta mati dan
yang lainnya berkepala besi?

Tidak bisa kupungkiri, seperti termanipulasi


sempurna, aku mengonversi semua narasinya jadi nyata;

59
dari mulai menghisap rokok yang sama dengannya,
mulai menyukai anggur putih dan whiski — meski
dahulu aku melarang keras ia untuk menegaknya,
menjadi makhluk malam yang terjaga di depan toko
sudut gang sampai pagi, menjadi robot yang hatinya
bolong, atau menjadi mesin pembalas pesan romansa
bagi orang-orang depresi yang kesepian di media
anonim. Aku menjadi rumah dua puluh empat jam yang
bebas dikunjungi dan ditinggalkan siapapun — dengan
jejak-jejak sepatu yang kotor dan tetes air dari payung
yang basah. Aku terjebak di dalam sana bersama caranya
menguasaiku.

Barangkali ini nasib sial bagi sesiapa yang pernah


dicintai seorang penulis. Semua peran itu pernah hidup
di dalam tulisan-tulisannya. Ada dunia di dalam sana dan
aku adalah pemeran utamanya yang bisa berganti-ganti
wajah. Aku seperti terbelah jadi banyak, bahkan saat
sekarang bicara dengannyapun rasanya aku sedang
menjadi tokoh dalam cerita yang lain.

Tidak ada suaranya dari ujung sambungan telepon


setelah itu, meski aku tahu ia masih mendengar

60
ceracauku dengan saksama. Ia mendengarkanku fokus,
lebih fokus daripada prajurit di barisan depan batalyon
perang mendengar perintah komandannya. Memang
seperti itulah adanya. Cerita-cerita yang ditulisnya,
nyatanya, memberiku ruang untuk hidup. Dia selalu
menulis karenaku dan untukku. Persis seperti cita-
citanya untuk menumbuhkan ekosistem dan pengalaman
dengan harapan mampu mengubahku dari mesin rusak
menjadi mesin baru.

“Tapi kau manusia. Kau bukan mesin. Narasi yang


kuciptakan untukmu semestinya tidak begini. Untuk
membuatmu hidup, benar, tapi tidak dalam dunia yang
sembunyi dan pura-pura. Aku mencintaimu dan itulah
perasaan yang kupersembahkan untukmu seperti upeti
untuk tuan puteri. Tapi toh apa gunanya? Kau bisa
mudah menemukan lelaki mana saja yang dengan senang
hati melayanimu.”

Sambungan telepon ditutup. Satu jam, sembilan


belas menit, tiga puluh satu detik. Sesuatu bergemuruh di
dalam diriku, merambat dari sela-sela tulang punggung,
menekan asam lambung, memenuhi relung, bergetar

61
tanpa bisa kudefinisi apa dan mengapa. Tapi aku tahu
betul, perasaan seperti ini hanya bekerja saat aku bicara
dengannya, atau mengingatnya, atau berada di
pelukannya menghirup aroma pewangi binatu yang
bercampur dengan khas keringatnya. Pelukan yang
kurindukan rapat-rapat.

Perkataannya bahwa tidak ada seorang lain di dunia


ini yang mampu mencintaiku seperti ia mencintaiku
kadang terasa seperti kutukan. Mengenalnya bahkan
membuatku percaya pada pepatah yang bilang kau bisa
memilih dengan siapa kau akan menikah, tapi tidak
kepada siapa kau jatuh cinta Tapi sungguh aku tidak
ingin jatuh cinta pada lelaki yang mengataiku anjing,
apapun alasannya.

Pada akhirnya kami adalah sepasang (kekasih) yang


akan terus saling menatap dengan peluk meski berkali-
kali saling mematahkan. Menyayangi dalam umpatan-
umpatan yang terdengar lebih indah dan ceria dari
Prelude in C Major. Dalam hidupku dirinya adalah
kerumitan semesta, percik-percik api amarah,
ketidaknyamanan yang paling kubenci, sekaligus

62
mempesona seperti kuncup bunga yang mekar di sore
hari selepas hujan. Gila, membuatku jatuh cinta,
sekaligus mati dalam saat yang bersamaan.

Kemarin pagi pesawatnya mendarat dari New York,


sampai di Jakarta tepat pada pukul tujuh lewat dua puluh
menit. Dia tidak mengabari apa-apa selain dua puluh
delapan jam sebelumnya mengunggah gambar pada
instagram story berisi salam perpisahan dengan kota
yang sudah tiga tahun terakhir ditinggalinya dan
dicintainya itu.

Kedatangannya ke Jakarta adalah berita paling


menyakitkan dalam beberapa bulan terakhir. Ada pesan
keterpaksaan yang mengisi ruang-ruang kosong di udara,
bahwa dia menolak berada di satu kota yang sama
denganku. Ini terlalu dekat dan bisa saja kami
berpapasan di trotoar jalan, bertemu di bus kota atau
tanpa sengaja mengunjungi pagelaran seni yang sama di
panggung budaya paling terkenal kota ini. Tempat-
tempat favoritnya adalah tempat-tempat favoritku jua
dan kami sama-sama ingin menghindari kecanggungan
itu.

63
Dia datang ke kota ini demi memenuhi janjinya
sendiri untuk menjagaku dalam jarak terdekat yang ia
bisa. Tapi sayangnya janji apapun tidak akan berjalan
dengan semestinya kali ini. Aku dan dia tidak
menemukan alasan yang cukup untuk saling menjaga
setelah kami berhenti menjadi sepasang kekasih.

Hari ini, aku masih memikirkan skenario terbaik


bila suatu hari tiba-tiba alam bercanda mempertemukan
kami. Hampir tiga bungkus rokok rasa madu habis
kunyalakan di balkon kamar dan kepul-kepul asapnya
tidak juga memberiku inspirasi apapun selain kerumitan
jiwa yang pernah mencintai lalu patah. Aku menunggu
ada laba-laba atau hantu yang melintas lalu
memberitahuku cara mengelabui canda semesta. Sampai
tiba-tiba pintu kamarku terketuk keras;Dia ada di sana.

“Sialan. Kapan nasib buruk ini selesai? Aku gila


jatuh cinta pada perempuan di depanku ini dan sampai
kapanpun aku nggak akan bisa membuatmu patah hati.
Setidaknya beri aku satu pelukan lagi.”Hey, kau ingin
apa? Biar kuberikan segala yang aku punya dan tak
punya untukmu.

64
FAUZI

Lahir di tangerang,pada tahun 2006 dari pasangan panji


dan Nia kurnia, saya anak pertama dari dua bersaudara.
Penulis menamatkan SD di SDN KARAWACI 5, SMPN
6 KOTA TANGERANG, kemudian penulis sedang
menempuh pendidikan di kelas 11 jurusan IPS di SMAN

65
5 KOTA TANGERANG.Hobi saya adalah berolaraga
terutama olahraga futsal. Dan inilah cerpen pertama saya
yang berjudul Simfoni Indah di Masa Remaja sudah
terbit.

Cinta yang Terpendam

M.Rizky Adin Setiyono

Malam begitu sunyi dan rintik hujan jatuh ke


bumi dengan membentuk suara yang
menenangkan. Hari ini ada sebuah hal yang
membuatku sakit hati. Iya! kejadian tadi siang

66
yang membekas diingatanku ketika seorang Rio
menyatakan perasaan sukanya kepada Rina
sahabatku sendiri. Mengingat hal itu membuat
hatiku sangat sakit dan melelehkan butiran-
butiran air mata yang menjatuhi pipiku.
Mengingat dan mengingat lagi tentang semuanya
semakin membuat luka dihatiku. Perasaan suka
yang kupendam sejak 3 tahun lalu dan tidak
pernah ku ungkapkan. dengan kata perasaan
berharap yang bgitu tinggi, perasaan tulus
menyayangi semuanya hancur tiba-tiba.

Mungkin salahku karena tidak pernah


mengungkapkan segala rasa yang kupunya, ada
rasa malu di hatiku untuk menyatakannya dan
hanya berani mengungkapkan segalanya

dengan isyarat yang bahkan tidak pernah


tertangkap oleh indra. Sekarang ketika rasa itu
bertepuk sebelah tangan entah sehancur apa
perasaan yang kumiliki. Ada sesak yang
menumpuk dihatiku.

67
Hujan semakin deras seakan mengerti
perasaan sakit yang kumiliki. "Oh Tuhaaannn,"
aku berteriak memecah kesunyian malam ini dan
setelah sekian lama akhirnya mataku terpejam
dengan butiran-butiran air yang masih membasahi
pipiku.

Sang surya telah menampakkan dirinya


dengan malu-malu dan Kembali menapaki
sejuknya pagi. Rasa sedih dan malas untuk
menampakan wajahku disekolah. Aku takut
semuanya menjadi semakin sakit Ketika melihat
mereka beerdua. Ya! Rina dan Rio.

Dengan perasaan malas aku mandi dan


bersiap-siap, lalu turun untuk makan karena dari
tadi mama berteriak memanggilku makan dari
lantai satu rumahku.

"Pagi sayang," sapa mama kepadaku, "Iya ma,"


jawabku tanpa sedikitpun melihat kearah mama, aku
takut mama masih melihat sebuah kesedihan

68
diwajahku. "Ada apa sayang kok tunduk begitu
mukanya, kusut lagi," Tanya mama kepadaku.

Yah begitulah seorang mama pasti selalu tahu apa


yang dirasakan putrinya seperti apapun kita berusaha
menutupinya. Apalagi aku adalah tipe gadis yang
tetap tersenyum apapun keadaannya tapi sangat
berbeda dengan hal ini, ini benar-benar tidak bisa
membuatku tersenyum sedikitpun “Tidak apa-apa
mamaku sayang,” jawabku singkat dan mencoba
membuat simpul senyuman kecil untuk mamaku dan
beerharap tidak ada lagi pertanyaan-pertanyaan
setelah ini yang bisa menguak habis suasana hatiku
sekarang. Setelah selesai makan akupun berangkat
terbopoh-bopoh menuju ke sekolah

Sampai disekolah aku langsung


menyandarkan wajahku ke atas meja dan
memejamkan mataku. "Hai ita kok lemes gitu," sapa
Rina sahabatku, aku tidak menjawabnya dan seolah-
olah tidak mendengar perkataan Rina. Entah
mengapa rasa sakit hatiku membuatku tidak ingin
menatap wajah rina sahabatku.

69
“Halloooo,, Ita Isyani kok lemes gituuuu,”
suara Ita dengan keras berteriak ditelingaku seakan
menembus jauh ke dalam gendang telingaku “Iya
Rina, aku lagi tidak enak badan nih,” jawabku
berbohong pada Rina tentang perasaan sedih yang
kupendam jauh di lubuk hatiku.

"Ya ampun Ita ko bisa sakit? kalau begitu


jangan banyak gerak, ingat makan dan jangan lupa
minum obat dan tenang saja aku selalu dekat kamu
dan nemenin kamu Itaku sayang, hahahah," celoteh
Rina yang panjang tapi menunjukkan betapa
perhatiannya dia padaku. Oh Tuhan entah mengapa
aku ini. Rina sahabatku sejak kecil yang seharusnya
lebih berharga dari seorang Rio yang kucintai diam-
diam selama 3 tahun ini. Apakah aku egois? Apakah
aku sejahat itu? entahlah semuanya membuatku
semakin sakit.

1 jam duduk di kelas ternyata ada info bahwa


guru Bahasa Indonesia tidak masuk karena ada rapat
dadakan yang harus dihadiri jadi beliau tidak sempat
memberi kami tugas. Di jam Pelajaran kosong ini

70
digunakan anak-anak untuk melakukan banyak hal.
Ada yang belajar serius, ada yang sekedar bercanda
dan ada yang bermain-main seperti anak kecil.

Aku dan Rina hanya bercerita tentang banyak


hal yang terjadi tapi Rina tidak pernah menyinggung
tentang Rio sampai Rio benar-benar datang bersama
Andi. Andi adalah sahabat Rio sejak dulu dan tidak
pernah terpisah seperti Aku dan Rina, ada perasaan
senang yang kurasakan kala itu tapi ada pula perasaan
sedih karena aku menduga Rio datang hanya ingin
menemui Rina sahabatku.

"Hai kalian berdua," sapa Rio dan Andi


dengan senyum indah. Aku hanya berfokus pada
senyum Rio. Jujur senyuman Rio itulah yang pertama
kali membuatku jatuh hati padanya.. Senyuman yang
tidak akan pernah kumiliki dan hanya bisa ku
pandangi, senyuman yang mungkin kini telah
menjadi milik sahabatku. Mengapa aku bilang
mungkin karena aku juga belum tahu tentang
kelanjutan hubungan mereka, aku sangat takut

71
menanyakannya karena aku tahu itu akan sangat sakit
untukku.

“Hai juga,” sapa Rina kembali sedangkan aku


hanya tersenyum. “Ita apa kau sakit?” tanya Rio
sambil memegang dahiku mengecek apakah ada yang
salah dariku. “Oh Rio aku sakit hati dengan mu yang
menyatakan perasaanmu pada rina dan tidak melihat
kearahku, akulah yang benar-benar mencintaimu
Riooo,” jawabku dalam hati, aku tidak bisa
mengeluarkan jawaban seperti itu karena aku takut.
Aku sangat takut menyatakan semuanya. Akhirnya
aku hanya bisa berkata “Aku tidak apa-apa Rio cuma
nggak enak badan aja.”

“Ya sudah kamu istirahat yang banyak yah Ita


jangan banyak main,hehehe,” kata Rio sambil
mengelus kepalaku. Oh tidak, betapa perhatiannya
Rio seandainya saja Rio mengerti. “Siap bos,”
jawabku singkat sambil tersenyum. “Makan yuk,
mumpung guru lagi tidak masuk hari ini,” ajak Andi
[ada kami berdua. “memangnya guru lagi tidak
masuk seharian Andi?” tanya Rina yang melebarkan

72
senyumnya, “Iyalah,emangnya kamu tidak tahu kalau
hari ini Sebagian besar guru pergi rapat di kecamatan
seharian. Cuma ada guru BK dan TU di sekolah,”
Andi menjelaskan kepada Rina. “Ya ampun aku baru
tahu loh,hehehehe kudet aku,” kata Rina sambil
tertawa “Eh sudah sudah..ayok makan, laper nih,”
kata Rio yang terlihat memegang perutnya dan
memelas kelaparan. “Berangkattt,” jawab Rina
dengan penuh semangat, memang temanku yang satu
ini kalo masalah makan pasti sangat semangat sekali.

"Emm aku tidak ikut sama kalian yah.


Soalnya aku malas kemana-mana nih," kataku kepada
mereka. Aku sebenarnya sangat ingin makan bersama
mereka terutama ada Rio disitu. Tapi jika
memikirkan tentang hatiku, aku jadi enggan
melakukan itu, aku takut akan ada sakit dan sakit lagi
jika melihat mereka bersama.

Setelah aku berkata bahwa aku tidak ingin


ikut mereka, mereka malah saling tatap dan melihat
satu sama lain sambil. Aku bingung entah apa yang
ada dalam fikiran mereka. "Ayokkkkk bawaa Ita"

73
mereka serempak menarik tanganku sambil tertawa
dan membawaku menuju kantin sekolah. "Uh dasar
kalian resek," kataku sambil pura-pura ngambek
sama mereka. Mereka malah mengejekku dan terus
tertawa. Oh bahagianya punya kalian. Seandainya
perasaan ini tidak pernah ada maka hanya bahagia
yang ada untuk kalian. Tidak akan ada lagi sakit dan
rasa kecewa yang kupendam sendirian seperti ini.

Sampainya di kantin kami memesan makanan


masing- masing, mengobrol seperti biasa dan saling
mengejek seperti yang kami lakukan biasanya. Aku
tidak banyak bicara seperti biasanya. Hari ini aku
bukan lagi Ita yang ceria seperti biasanya. Ada
perasaan heran pastinya dari mereka tapi tidak
satupun dari mereka yang bertanya tentang suasana
hatiku, mereka hanya terus berusaha menghiburku.

"Oh iya ta hari ini aku pengen nginap


dirumahmu yah, udah lama nih kita nggak tidur
bareng, aku juga kangen sama ayam crispy buatan
mamaku,, hum yammi," kata Rina kepadaku, yah
memang Rina sudah seperti keluargaku sendiri,

74
keluarga Rina juga sangat dekat dengan keluargaku.
"Huh dasar tukang makan tapi badan tidak besar-
besar sampek sekarang," ejek Rio pada Rina sambil
mencubit hidungnya. Aku berusaha tegar melihat
tingkah Rio dan Rina yang sangat tidak biasa
menurutku.. "Iya rin, memangnya pernah aku larang
kamu nginap dirumahku, nanti aku suruh mama buat
bikini ayam crispy lagi Okee," jawabku sambil
mengangkat ibu jariku. "oke," kata Rina membalasku
dengan mengangkat ibu jarinya.

Ketika sore tiba Rina pun telah sampai


dirumahku, aku ajak Rina makan dan naik ke
kamarku. Kami bercerita, melihat foto kecil kami dan
tidak lupa kami berselfi seperti anak muda yang lain
untuk mengabadikan momen kebersamaan kami.

Sampai pada pukul 09.00 kami naik di atas


ranjang dan bercerita sebelum kami tidur. Rina
memulai pembicaraan kami "Eh ta rio ganteng tidak
menurut kamu.”

75
Hatiku sangat sakit saat Rina bertanya soal itu
kepadaku. Aku yakin pasti Rina telah menerima Rio
sebagai kekasihnya. "Iya ganteng kok" jawabku
singkat. Setelah itu aku memberanikan diri untuk
bertanya apa hubungan mereka selanjutnya. "Jadi
apakah kalian sudah resmi pacaran nih?" tanyaku
agak takut kepada Rina. Aku tahu mendengar
jawaban iya dari Rina pasti akan semakin membuatku
sakit dan hancur.

"Hahahahahaha apa pacaran, kenapa kami


harus pacaran?" jawab Rina yang membuatku sangat
kebingungan. Apa maksud dari kata-kata Rina aku
tidak mengerti. "Loh kemarin aku dengar kamu
ditembak oleh Rio kan? Kemarin aku dengar Rio
bilang suka," tanyaku ragu-ragu
"Hahahahahahahahhahaha" ketawa rina makin keras
dan membuatku semakin tidak paham apa yang
sebenarnya terjadi.

"Aduh ita sayang, Rio itu tidak nembak aku.


memang sih dia bilang suka tapi sukanya bukan sama
aku Ita makanya kalo dengar jangan setengah-setengah

76
lagian aku juga tau kok kamu sayang banget sama Rio
meskipun kamu tidak pernah bilang ke aku tetap aja aku
tahu karena kita kan sahabat dari kecil, aku tahu banget
tentang kamu" jelas Rina kepadaku. Tapi aku tetap
penasaran kenapa Rio bilang suka. "Lalu kenapa bilang
sukanya di depanmu?" tanyaku kembali. "Ini nih yang
aku mau bilang ke kamu. Rio itu suka sama kamu terus
suruh aku buat cari tahu perasaan kamu ke dia, tapi tanpa
harus cari tahu kayaknya aku sudah tahu deh
jawabannya," lirik Rina kepadaku.

Entah apa yang harus ku katakan seketika


perasaan sedih yang aku punya berubah menjadi
perasaan yang sangat bahagia. Dugaan ku ternyata
semua salah, aku menangis bahagia dan memeluk Rina
sahabatku sambil berkata "Rina aku sayang kamu dan
Rio" untuk pertama kalinya aku berani mengatakan
perasaan suka ku pada Rio dengan seseorang yakni
sahabatku Rina. Rina hanya tersenyum dan terus
memelukku. Aku bahagia dengan Rina malam ini

77
M.Rizky Adin Setiyono

Lahir di tangerang,pada tahun 2006, saya anak kedua


dari dua bersaudara. Penulis menamatkan SD di SDN
KARAWACI BARU 3, SMPN 16 KOTA
TANGERANG, kemudian penulis sedang menempuh
pendidikan di kelas 11 jurusan IPS di SMAN 5 KOTA
TANGERANG.Hobi saya adalah berolahraga terutama
olahraga futsal. Dan inilah cerpen pertama saya yang
berjudul Simfoni Indah di Masa Remaja sudah terbit.

78
79

Anda mungkin juga menyukai