Anda di halaman 1dari 14

DONT CRY

Yamada Ryosuke Fanfiction 2012 Hey! Say! JUMP Lounge Production Full Credit to the Author Fatimah Putri Handayani Edited by Amel Chan

Title Categories Genre Rating

: Dont Cry : Fanfiction - OneShot : Friendship, Angst, and Deatfic : General

Theme song : Tidak bisa memiliki Dygta Author : Fatimah Putri Handayani Address : Bulak Asri RT : 3/1 Jl. R. A. Kartini km 6, Pelemgadung, Karangmalang, Sragen, Jawa Tengah, Indonesia. Phone Number Age : 0838 6550 1852 : 15+ dikit

Reason join this competition: Karena aku hanya ingin hadiahnya. #Jduakk *Just Kiding* ^^v Cuma ingin agar setiap ada namanya ada juga namaku disana. *dibaca : Ryo-chan* Cast : 1. Yamada Ryosuke Hey! Say! JUMP 2. And All member JUMP Synopsis: Maaf Yuto Hanya saja, aku yakin pasti besok kaulah yang akan paling keras menangisi kepergianku. Jadi biarkanlah saat ini kaulah yang paling membenciku . Jika aku mati nanti, aku mohon biarkanlah aku mati tanpa harus mendengar tangisan siapa pun antara kalian Karena itu terlalu menyakitkan sebagai hal yang terakhir kali masuk kedalam indra pendengaranku Sayonara minna

*******************************************************************

Jika kau tau kapan nyawamu akan diambil. Apa yang akan kau pilih? Memberi kenangan terindah, atau terpahit pada orang yang kau cintai? Jika pun kau memilih salah satu diantaranya, apa alasanmu?

Aku Aku tau, aku tau jelas kapan nyawa ini akan diambil, bahkan aku sangat tau jelas itu. Saat dimana roh dan ragaku berpisah, itu bertepatan dengan hari ulang tahunku.

Iya Hari ulang tahunku. Dan apa kau tau? Aku lebih memilih untuk memberi kenangan terpahit yang bisa kuberikan padanya.

Kau pasti bertanya kenapakan? Itu karena, aku tak ingin. Benar-benar tak ingin orang yang kucintai harus menangis didepan pemakamanku nanti. Terikat dengan persaan yang ia miliki padaku. Dan memilih satu jalan yang pasti

Menyusul kepergiaanku . . . Authors POV Gelapnya malam disudut kota Tokyo ditemani oleh suara deru kendaraan terdengar saling bersahutan dapat didengar oleh eksitensi disana. Dinginnya angin malam pun memaksakan diri untuk masuk melewati sela-sela jendela disekitarnya.

Eksitensi itu masih berjalan dengan langkah gontai menyelusuri koridor yang didominani dengan warna putih. Jika kau memandang wajahnya saat ini, kau pasti dapat melihat kekosongan jiwa dimatanya. Seakan-akan memperlihatkan keputusasaan yang tengah ia rasakan benarbenar telah berhasil merenggut segala impian yang dia miliki. Jadi hanya satu minggu lagi Ungkapnya lirih bagai bisikan. Sesaat setelah gumanan yang keluar dari bibirnya, tiba-tiba sebuah seringai lembut terlukis diujung bibirnya. Menampakan sebuah senyuman getir tergambar disana. Apa harus secepat ini? Ia hentikan langkah kakinya. Memandang pantulan cahaya malam bulan yang terlukis indah dibalik kaca jendela yang berada disampingnya. Ia perhatikan dengan jeli setiap percikan cahaya yang menyeruap memasuki koridor rumah sakit itu, menembus kaca dan meninggalkan udara dingin diluar sana. Apakah aku ini benar-benar sudah tak memiliki pilihan lain? Sampai harus berakhir seperti ini

**

YAMADA!!! Sebuah teriakan membahana keras di salah satu ruangan jimusho JStorm saat ini. Sosok pemuda kecil itu terlihat diambang pintu dengan wajah yang memperlihatkan amarah yang sedari tadi tertahan. Dengan langkah kasar ia hampiri eksitensi yang ada disudut ruangan itu. Dan pemuda yang dipanggil Yamada itu pun hanya merendahkan pandangannya agar tak bertatap muka dengan orang yang telah keras-keras memanggil marga keluarganya itu. Ada apa Chi? Kenapa kau berteriak keras seperti itu? Tanya Yabu yang berada tak jauh dari tempat Yamada berdiri. DUAAKKKK CHINEN! Sebuah pukulan melayang dengan ringannya dari pemuda chibi itu mengenai orang yang sedikit lebih tinggi darinya.

Apa yang kau lakukan?! Tegas Yabu sambil mencoba melerai Chinen agar menjauh dari Yamada yang terduduk_merintih kesakitan akibat pukulan telak yang mengenai kulit wajahnya. SIALAN! Kenapa kau melakukan itu, ha?! Teriak Chinen_tak menghiraukan Yabu. Kenapa? Kenapa kau bisa-bisanya melakukan ini!? Kini suaranya mulai turun satu oktaf dari sebelumnya. Sudah tenanglah Chi. Katakan apa yang sebenarnya telah terjadi! Yabu mencoba menenangkan. Chinen pun terduduk disalah satu sudut ruangan yang terjauh dari tempat Yamada kini berada. Meski begitu tetap saja ia menatap intens pada Yamada. Dia sekarang sudah gila Kou-chan. Dia benar-benar sudah gila Lirih Chinen berbicara, membuat Yabu semakin tak mengerti. Iya! Memang ada apa? Tanya Yabu sekali lagi_meminta penjelasan yang sebenarnya. Dia Terpatah-patah Chinen berbicara oleh emosi yang masih penuh sesak didadanya. ia memutuskan untuk keluar dari JUMP! KELUAR DARI HEY SAY JUMP! DARI JE! Tegas Chinen dengan memberi penekanan pada setiap kata-kata terakhirnya. Apa?! Pekik Yabu terkejut bukan main. Apa benar itu Yama-chan? Apa kau benar-benar ingin keluar dari sini? Tanya Yabu tak mengerti, dan kini dengan berjalan menghampiri orang yang akan menjadi lawan bicaranya. Yamada kini sudah ada didepannya. Lalu Yabu pun berjongkok agar mampu menatap mata yang tersembunyi oleh poni panjang itu. Yama-chan kenapa? Tanyanya lirih. Tapi tak ada respon apa pun. Yamada lebih memilih melanjutkan kembali aktifitasnya sebelumnya_memasukan barang-barang miliknya yang berada dijimusho kedalam tas ranselnya untuk dibawanya pulang. Tanpa sedikit pun ia bicara, segera dia langkahkan kakinya pergi dari ruangan itu. Sedangkan berbicara, hanya memalingkan muka pun ia tak melakukannya.

**

Pagi yang begitu cerah menghiasi suasana indah dimusim semi hari ini. Masih belum dengan nyanyian yang terdengar dari siulan burung-burung kecil yang bertengger dengan manisnya diatas pohon-pohon sakura yang kini pun mulai menampakan indahnya musim semi oleh kelopak bunganya yang berjatuhan. Meski pagi ini tampak begitu indah dan menyenangkan untuk dinikmati, tapi sosok dibalik selimut itu jauh menikmati tidurnya yang sama sekali merasa tak terganggu oleh bunyi gedoran pintu yang berulang kali terdengar untuk membangunkannya. Sedangkan bangun, bergerak pun yang ada ia semakin meninggikan selimut yang ia pakai. Ryo-chan bangun!!! Temanmu menelfon! Sebuah teriakan sekali lagi membahana disudut ruangan dilantai satu rumah keluarga Yamada. Masih mencoba untuk membangunkan anak laki-laki semata wayangnya itu. Setelah merasa cukup lelah akhirnya sang ibu itu pun memili untuk berhenti berteriak-teriak demi membangunkan anaknya yang hari-hari ini memang semakin bersikap aneh. Maaf ya Nakajima-kun, tapi Ryo-chan masih saja tak mau bangun. Entah kenapa akhir-akhir ini sikapnya jadi aneh begitu. Jelas ibu Yamada kepada orang disebrang telfon sana. Baik. Saya mengerti. Maaf sudah mengganggu Iya Tutttuttttuttt

Sambungan telefon pun dimatikan. Terlihat jelas perasaan jenuh yang dirasakan ibu rumah tangga itu oleh ulah anaknya yang entah kenapa kini sifatnya berubah drastis. Lalu dengan langkah pelahan, beliau pun menaiki tangga yang menyatukan lantai satu dan lantai dua. Mencoba menghampiri putranya dan bicara empat mata dengannya. Sesaat sesampai didepan pintu kamar bertuliskan Ryosuke itu, entah kenapa ada suara aneh menyelusup masuk kedadalam indra pendengarannya. RyoRyo-chan, kamu tidak apa-apakan, Nak? Ia coba untuk mengetuk pintu itu, terdengar jelas suara ibu Yamada tengah khawatir.

Merasa tak mendapat respon dengan segera ia berlari keluar rumah. Mencoba mencari bantuan dari tetangganya untuk mendobrak pintu kamar putranya itu.

BRAAKKK

Pintu itu berhasil terbuka karena engselnya yang rusak akibat dobrakan. Dan dapat terlihat tubuh lunglai Ryosuke yang kini dihiasi dengan warna merah tua_darah yang keluar dari mulutnya.

RYOSUKE!!!

Dengan histeris ibu itu pun segera memeluk Ryosuke yang mulai kehilangan kesadaran.

**

~30 April 2012~

Tubuh lemah itu kini tengah berbaring diatas tempat tidur. Wajahnya yang pucat memperjelas kondisi buruk yang ia miliki. Sudah sejak kemarin dia sama sekali tak memberi tanda-tanda akan segera siuman. Membuat orang tua mau pun kakak dan adiknya diliputi kecemasan. Ibu Yamada sendiri selalu setia menemani putranya untuk menjadi orang pertama yang dapat melihat putranya itu terbangun dari kondisi kritis yang entah kenapa tibatiba menimpanya. Masih merasa tak percaya, wanita paruh baya itu mencoa menyibakan poni putranya itu. Memandang lembut padanya dan mengusap penuh kasih sayang pada putranya. Ryo-chan, cepat bangun nak. Disini ibu selalu menunggumu. Ibu mohon bangunlah

Setetes demi setetes air mata pun terjatuh dari iris hitamnya. Benar-benar begitu menyakitkan, melihat putra yang paling disayangi dan dibanggakannya itu nampak lemah dengan beberapa alat mengerikan untuk menopang hidupnya. Masih belum perasaan getir setelah mendengar kata-kata dokter bahwa hidup anaknya itu tak akan bertahan lama lagi. Ryo Sebuah tangan dengan susah payah akhirnya berhasil menghapus air mata yang hampir terjatuh. Hal ini dengan sukses mampu membuat ibu Yamada terkejut bukan main. Ia tatap mata yang masih telihat sipit karena begitu susah untuk ia buka, akibat dari tidur panjang yang ia lakukan. Ibu jangan menangis dengan susah payah akhirnya sebuah kalimat keluar dari bibir Ryosuke. Meski hanya satu kalimat, tapi itu cukup untuk membuat ibu itu mengerti. Dengan cepat ia sekat air matanya. Lalu dengan begitu sulitnya ia tampakan sebuah senyuman indah khusus untuk putranya itu. Ibu, bolehkahaku meminta to..long Tentu, apa pun itu Ryo-chan! Ryosuke pun mencoba untuk menyunggikan senyuman dibibirnya, lalu menatap lembut manik hitam milik ibunya itu.

**

Tunggu sebentar Ryosuke! RYOSUKE! Dengan susah payah akhirnya tangan Yuto pun mampu menyentuh pundak Ryosuke yang berada didepannya. Ada apa dengan mu? Kalimat itu pun terucap setelah ia mampu menormalkan deru nafasnya yang tersengal setelah berlari mengejar eksitensi yang telah dianggapnya sebagai sahabat selama ini itu. Tak ada respon. Ryosuke hanya terdiam tanpa sedikit pun menatap iris hitam yang memandangnya heran.

Aku benar-benar bingung. Aku tak mengerti maksudmu sama sekali Ryosuke. Sungguh! Pekik Yuto sambil menggenggam erat bahu dari pemuda yang jauh lebih pendek darinya itu. Sebuah seringai licik terlihat jelas disudut bibir Ryosuke. Membuat genggaman Yuto melemah. Kau itu memang terlalu bodoh Yuto! Kau memang sangat bodoh BAKAJIMA!!!

DUAKKK

Sebuah pukulan melesat begitu saja oleh Yuto, dan dengan begitu mudahnya mengenai wajah laki-laki tampan itu hingga dia jatuh tersungkur. Aku benar-benar tak mengerti! Sebenarnya apa mau mu! KATAKAN SAJA RYOSUKE! Aku aku hanya ingin menghancurkan semua! KAU PUAS!? Teriak Ryosuke yang kini telah bangkit dari duduknya.

DUAKKK

Kini sebuah pukulan berbalik mengenai Yuto oleh Ryosuke. Membuat pemuda tinggi itu tersungkur dengan luka memar pada sudut bibirnya. Dan bilang saja pada mereka! Aku menyesal pernah kenal dengan kalian! Mengerti BAKAJIMA?! Dengan langkah cepat Ryosuke pun segera pergi meninggalkan Yuto yang masih belum bangkit dari duduknya. Kenapa? Kenapa Ryosuke Setitik kecil air mata itu jatuh dari pipi Yuto. Setitik kecil yang lalu diikuti oleh tetesan lainya. Ia menangis. Dan tanpa ia tau, jika sebenarnya air mata yang sama juga mengalir di iris hitam Ryosuke.

Maaf Yuto

Hanya saja, aku yakin pasti besok kaulah yang akan paling keras menangisi kepergianku. Jadi biarkanlah saat ini kaulah yang paling membenciku

**

~8 Mei 2012~

Sebuah senyuman getir terlihat jelas disudut bibir Yuto Nakajima_bisa dilihat jelas penyesalan yang begitu besar tengah ia rasakan. Tak hanya dia, Chinen Yuri, Yabu Kouta, atau pun member Hey! Say! JUMP yang lain. Atmosfir diruangan yang didominasi warna putih itu serasa begitu sesak. Bahkan meski ruangan itu adalah salah satu ruangan VIP yang ada dirumah sakit pusat kota Tokyo. Mereka tampak begitu sedih dengan pemandangan yang mereka lihat saat ini. Menyesakan. Hubungan teman, sahabat, keluarga, atau disebut apalah_yang jelas mereka sudah merasa sangat dekat dengan orang yang berbaring lemah dihadapan mereka saat ini. Sosok eksitensi yang mungkin memang akhir-akhir ini begitu menjengkelkan mereka, tapi juga sosok yang begitu sulit dibenci, meski telah berbuat sebegini rupanya pada meraka. Ryosuke Yamada . . . Laki-laki separu baya itu nampak begitu berwibawa berdiri disana. Disamping pasiennya. Mencoba untuk berjaga-jaga jika memang saat yang ditentukan sudah benar-benar tiba. Paling tidak dengan adanya dia disana_teriakan bisa sedikit teratasi oleh kata-kata bijak yang sudah biasa keluar dari mulutnya sebagai dokter. Ryosuke bangun nak apa kau tak bisa bangun untuk melihat teman-temanmu yang sudah susah payah datang kemari Ungkap ibu Yamada dengan mencoba menahan tangis dan memaksa agar sebuah senyuman yang terukir disana.

Tak ada respon. Hanya suara mesin detak jantung yang tengah berkontraksi yang terdengar disana. Satu langkah maju diambil Yuto agar dapat lebih dekat dengan sahabat lamanya itu. Selangkah demi selangkah hingga jarak diantara mereka benar-benar begitu dekat. Ryo-chan ini aku, Yuto. Bangunlah! Bukannya malam ini kau akan berulang tahun? Apa kau tak ingin membuka kado dariku? Kau tau apa isinya? Sesuatu yang sangat kau sukai loh! Jika kau benar-benar menginginkannya kau harus segera bangun. Karena kau tau jelaskan kadoku tak akan bisa bertahan lama. Ini strowbery loh! Apa kau tak mau menghabiskannya? Cerita Yuto panjang lebar sambil mengusap lembut puncak kepala Ryosuke. Yama-chan bangunlah!!! Teriak Yuri yang entah sejak kapan ada disamping Yuto. Sebuah gerakan kecil terlihat pada jemari Ryosuke, begitu pun pada matanya. Membuat semua eksitensi yang berada disitu saling bertukar pandang akan kejadian yang baru saja terjadi. Ryo-chan Panggil Yuto sambil mendekatkan wajahnya pada Ryosuke agar bisa memastikan jika apa yang baru saja dilihatnya itu bukanlah sebatas ilusi semata. Yutto Ungkap Ryosuke terbata-bata. Kini mata itu perlahan-lahan mulai terbuka, membuat ekstitensi disekitarnya tersenyum bahagia. Syukurlah akhirnya kau bangun juga Ryo-chan Sebuah senyuman bahagia tergambar jelas disudut bibir Yuto_menampakan gigi kurang rapih miliknya. Yuto... Ibu Temante..man Ungkap Ryosuke lemah sambil menyapu pandangan pada ruangan kamar inapnya hampir 3 hari ini akibat keadaannya yang benar-benar semakin turun drastis. Apa kau habis menangis Yuto? Sebuah pertanyaan terlontar oleh Ryosuke pada eksitensi yang berada paling dekat dengannya itu. Ini juga gara-gara siapa bodoh! Bukanya juga gara-gara kau yang menyebalkan ini! Umpat Yuto kesal sambil melemparkan pukulan kecil pada pundak Ryosuke. Mana hadiah darimu? Mana strowberyku? Tagih Ryosuke dengan sebuah senyum usil dibibirnya. Membuat eksitensi disekitarnya itu tertawa. Hahaha dasar Yama-chan! Bahkan kau mau siuman hanya karena termakan rayuan gombal Yuto tentang strowbery itu ya! Tawa Chinen sambil menyikut Yuto yang berada disampingnya.

Heh? Jadi itu Yuto bohong?! Pekik Ryosuke terkejut. Tidaktidak ini Ichigo Prince, just for you from me. Yuto pun menyodorkan sekotak kado kecil berwarna merah dengan hiasan pita pink. Arigatou bolehkah aku makan kadoku sekarang? Tanya Ryosuke yang sebenarnya sudah menahan sakit yang begitu menusuk tubuhnya. Tentu, silahkan Ujar Yuto masih tersenyum. Baru satu gigitan terelasasi oleh Ryosuke. Dan belum sepat ia telan sempurna strowbery itu. rasa sakit yang amat sangat lebih dulu ia rasakan. Dan sayangnya saat ini tak mampu lagi untuk dia tahan. Dengan suksesnya sebuah erangan dan cairan merah kembali keluar dengan paksa dari mulut pemuda itu. Dan itu benar-benar membuat semuanya terkejut dan panik dibuatanya. Takapaapa Ungkapnya lirih. Kini bisa ia rasakan sesuatu mulai dekat menghampirinya. Maut. Pasti dewa kematian sudah benar-benar datang untuk segera menunaikan tugasnya. Yaitu mencabut nyawanya. Ironis. Sebenarnya dia benar-benar tak mau mati ditempat dimana semua orang yang ia sayangi berada. Benar-benar tak ingin! Jika aku mati nanti, aku mohon biarkanlah aku mati tanpa harus mendengar tangisan siapa pun anatara kalian Karena itu terlalu menyakitkan sebagai hal yang terakhir kali masuk kedalam indra pendengaranku Ungkap Ryosuke tiba-tiba sambil menyekat sisa darah yang tadi keluar dari bibirnya. Semua yang berada disitu pun nampak mencoba menahan sesuatu. Dan tampaknya Yutolah satu-satunya yang tak bisa menahan tangis itu. Yuto. Meski besar tapi cengeng ya Ungkap Ryosuke lirih. Suaranya yang sejak awal sudah pelan kini semakin mulai sulit terdengar oleh indra pendengaran siapa pun disana. Tapi tetap saja mereka berusaha keras untuk memperhatikan setiap kata-kata yang keluar dari Ryosuke. Minna-san terima kasih banyak untuk semuanya. Aku berhutang banyak pada kalian. Ingin sekali aku membalasnya, tapi nampaknya waktuku tak cukup ya

Maaf untuk semua Cairan itu kembali menyeruak keluar dengan paksa dari mulut Ryosuke sekali lagi, tapi kini jauh lebih banyak. Dan sekali lagi kalang kabut mengisi suasana ruangan itu, dan dokter yang sedari tadi terdiam pun kini mencoba mengambil kendali untuk semua. Alat pendeteksi detak jantung pun mulai semakin jarang berkontraksi setelah kejadian itu. Dan tubuh itu mulai nampak semakin pucat. Tapi entah dapat kekuatan dari mana bisa membuat Ryosuke tetap membuka matanya dan mampu menahan rasa sakit yang semakin menghujam tubuhnya. Sayonara minna

Selesai

Sekarang detak jantung itu benar-benar tak dapat dideteksi lagi. Ryosuke kini benarbenar telah pergi meninggalkan dunia. Benar-benar pergi tepat dihari ulang tahun ke 19nya.

**

Musim semi mula berganti, tapi tetap pagi yang mengisi terasa nyaman dengan sisasisa embun pagi yang menyentuh bumi. Awan-awan kecil Nampak bergulung-gulung diatas kanvas luan bernama langit. Begitu pun burung-burung yang tampak terbang beriringan membentuk kelompok kecil terbang bebas dilangit biru ini. Cerah dan nyaman bisa dirasakan oleh eksitensi yang tengah berjalan perlahan memasuki komplek pemakaman disalah satu sudut kota Tokyo. Ia langkahkan kakinya perlahan tapi pasti menuju salah satu makam yang terdapat disana. Makam seorang sahabat yang paling berharga baginya. Ia hentikan langkah kakinya tepat dihadapan makam itu. Makam yang begitu indah dengan beberapa jenis bunga yang menghiasi sekitar pusarannya. Selamat pagi Ryo-chan bagaimana kabarmu disana? Kau tau kami baru saja merilis singgel baru loh. Ungkapnya mulai bercerita.

Tapi sulit juga ya jika tanpa kau. Kami jadi benar-benar harus menahan beban yang dulu kau miliki. Jadi seperti ini ya bebanmu selama ini. Ia tampak tertawa kecil sambil maruh sebuket bunga yang sedari tadi dibawanya.

Yuto, dia pun melirik jam tangan yang melingkar indah dipergelangan tangan kirinya. Tampak sedikit menaikan alisnya_terkejut. Ach sudah jam segini. Baiklah aku harus segera pergi, pasti sih kecil bakal marah kalau tau aku terlambat gara-gara mendatangimu tanpa mengajaknya dulu. Ungkapnya sambil segera mengambi beberapa langkah mundur. Ya sudah, bye bye Ryo-chan Yuto pun segera pergi dengan langkah yang sedikit cepat dari sebelumnya. Tampak sepintas senyuman terlukis indah diujung bibirnya saat melewati pemuda yang sedari awal memperhatikannya disana.

Bye bye Yuto

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^OWARI^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

Kata dan Pesan dari Penulis : Janganlah kita memaksakan ego sebagai suatu alasan meninggalkan orang yang kita sayangi. Pecayalah pada mereka yang pasti akan selalu mengerti akan keadaanmu. Karena cukup sebuah kepercayaan yang kau butuhkan agar mampu pergi dengan senyuman

Chibi : Kecil Ichigo : Strowbery Sayonara : Selamat tinggal Minna : Semuanya

Anda mungkin juga menyukai