Tema : Friendzone
***
Lalu, lelaki yang bilangnya mau diajari Biologi tapi malah terlelap ke alam
mimpi itu adalah temanku sebangku, namanya Rafka.
Di samping Rafka, ada bangku kosong yang baru saja diduduki gadis berjas
abu-abu, sebut saja dia Fira. Pengurus baru OSIS dari kelas sepuluh. Dia juga
sekelas denganku.
“Kay, abis UAS nanti ada Class Meeting Semester Genap, temanya
“Language of Love” yang diadakan OSIS. Ada Pekan Olahraga dan Seni antar
Kelas. Di kelas kita semua cabang lomba udah ada yang ikut, kecuali Musikalisasi
Puisi.”
“Terus?”
“Please, Kay?”
“Pokoknya deal, ya! Kalian ikut lomba musikalisasi puisi. Ada waktu dua
minggu buat latihan. Ingat, temanya ‘Language of Love’. Kalau kalian butuh
pemain gitar, aku ajak si Syahdu buat gabung. Thank you, Rafka, Kayra.
Semangat!” Fira pun kabur.
Aku kesal? Sangat! Dari dulu aku selalu menghindar tiap ditawari lomba
yang mengharuskanku tampil di depan banyak orang. Jika hanya menulis dan
mengarang, aku masih sanggup. Lah ini, Musikalisasi puisi? Sudah mengarang,
menulis, membacakan, menyanyikan, membuat instrumen, ah siksa aku sekalian,
Fira!
“Sensei, belajar Biologinya nanti saja. Sekarang kita buat puisi,” Rafka
menyingkirkan tumpukan buku Biologi ke pinggir meja. Ia membuka buku
catatan.
“Aku gak ada waktu buat buang-buang waktu,” kumasukkan semua buku
pelajaranku ke tas.
“Mau kemana?”
“Pulang!”
“Jangan membuntutiku!”
“Aku mau ke parkiran.”
“Gak usah.”
Dasar cowok gak peka! Kalau cewek bilang enggak apa susahnya dibujuk?
***
Malam itu, grup WhatsApp kelasku begitu berisik. Aku sampai harus
membisukan notifikasinya agar tak membuat error handphoneku.
Yang menelpon Syahdu tapi yang bicara Rafka? Ok, ini mencurigakan.
Kumatikan panggilan lalu kubuka chat dari Syahdu yang berisi sebuah
video.
Di akhir video, Rafka berkata, “Mulai besok, tiap pulang sekolah, kita
latihan di taman belakang sekolah. Kayra, kamu hafalkan bagianmu yang cuma
sebait itu dan JANGAN KABUR!”
***
Rafka begitu fasih melafalkan puisinya. Petikan gitar Syahdu tak kalah
menghanyutkan perasaan.
I love you hanya kata-kata, rasaku lebih kaya, tak terhingga ujungnya."
Para remaja berseragam putih abu-abu di sana saling menggigiti jari, gemas,
gregetan sendiri. Rafka menutup persembahannya seiring denting gitar nada G
mayor Syahdu.
Bukan apa-apa. Aku hanya tak percaya. Setelah dipaksa berlatih oleh Rafka
dan Syahdu selama seminggu, kami yang notabene masih kelas sepuluh, mampu
meraih juara 1 terfavorit Class Meeting 2017 yang diadakan OSIS! Ini sungguh di
luar dugaan.
***
“Kayra, kan?” seru seorang lelaki gagah berjas abu-abu saat aku sedang
menunggu bus di halte.
Kak Farhan, Ketua OSIS sekolahku yang tinggi dan tampan, yang dari awal
masuk sekolah sangat aku idolakan. Sungguh, dia mengenalku?
“Pertunjukan kamu dan teman-teman tadi sangat keren. Salut. Selamat, ya.”
“Terimakasih, Kak,”
Saat aku hendak naik, ternyata Kak Farhan pun ikut naik. Kami bertubrukan
lalu tertawa ringan.
“Silakan, duluan,” Kak Farhan mempersilakan.
***
Jika Spongebob berkata hari ini adalah hari terbaik, maka aku sangat setuju.
Begitu banyak keberuntungan menyertaiku. Rasanya aku ingin membagikan
kebahagiaanku ini. Tapi pada siapa?
Handphoneku berdering. Ada panggilan suara dari Rafka. Ah, dia menelpon
pada waktu yang tepat!
“RAFKA!”
“Kok bisa?”
“Ah, pokoknya hari ini aku bahagia. Eh, tadi kamu mau bilang apa?”
“Gak jadi,”
Tiba-tiba Rafka memutuskan panggilan. Kenapa dia? Dasar bocah aneh!
***
Tak terasa, semester baru telah tiba. Kini aku telah naik level menjadi kelas
sebelas.
Ruang kelas baru namun masih dengan teman-teman lama. Karena semua
teman sekelasku telah memiliki pasangan sebangkunya masing-masing kecuali
Rafka, dengan sangat terpaksa aku harus kembali sebangku dengannya.
“Sial banget harus sebangku lagi sama kamu,” aku menghempaskan tasku
ke meja.
Dia melakukan hal yang sama seperti saat kami kelas sepuluh.
Menyebalkan!
“Apa?” Aku hanya tak percaya, gadis secantik Syahdu mau-maunya duduk
sebangku dengan bocah tengil seperti Rafka?
“Boleh banget malah,” aku memelototi Rafka sebelum enyah dari bangku
itu. Akupun duduk bersama Nada, teman sebangku Syahdu sebelumnya.
***
Kian hari, kulihat Rafka dan Syahdu semakin dekat. Apa benar yang
dikatakan Nada? Tapi, kenapa Rafka tak cerita?
Ah, aku lupa. Memangnya, aku siapa? Hanya mantan teman sebangkunya.
Tapi kenapa aku merasa.. kehilangan?
“KAY, AWAS!”
“Mana Syahdu?”
“Mana kutahu.”
“Gak dibawa.”
“Naik bus.”
“Tumben?”
Tawaku pecah. Setelah bus tiba dan kami duduk berdampingan, barulah
tawaku mereda.
“Ngaco! Kak Farhan tipe cowok yang memprioritaskan masa depan! Gak
kayak kamu, bocah ingusan, bucin, bukannya belajar yang benar malah sibuk
pacaran!”
“Syukurlah.”
Aku harus menahan perasaan. Kami hanya teman. Kami hanya teman.
***
RABUN DEKAT
#Day_06
#FriendZone
#SiapBerkarya
#SiapMenulisDenganImajinatif
#penabuana_
#ChallangeDay7HWritePenaBuana_