Anda di halaman 1dari 5

Usai Tanpa Memulai

By : Raisha Zahrana Nadia P

Namaku Nayesha Archava Reverie dan biasa dipanggil Nayesha. Ternyata mencintaimu
bukan soal kebahagian melainkan penyesalan,tentang mengapa bodohnya aku yang tetap
menjatuhkan hati padahal kau tak bersedia menggapai.

Ini adalah kisah tentang aku,kamu, dan kita di Yogyakarta pada kala itu. Pada bulan agustus
di pagi hari yang cerah,aku pun terburu-buru memasuki kampus dan menelusuri jalan
menuju gedung kampus ku yaitu gedung fisip. Saat sedang menulusuri ruangan dengan
langkah yang terburu-buru, tiba-tiba seseorang menabrakku,
“Bisa gasi kalo jalan tuh pake mata” Ujarku terkejut karena buku dalam genggaman yang ku
pegang semua terjatuh. “ya sorry galiat” ujar seorang lelaki cuek yang menabrakku saat itu.
“minimal minta maaf lah.” Tetapi seorang lelaki itu langsung meninggalkanku tanpa sepatah
kata pun,sungguh kesal.

Disitulah pertama kalinya aku bertemu dengan dia, Arshaka Narendra. 7 Agustus adalah
awal pertemuanku dengan dia dan tanpa sengaja beberapa bulan setelah ku mengenal dia,
aku jatuh hati padanya. Entah mengapa aku seorang Nayesha bisa jatuh hati
padanya,padahal kenyataannya tidak ada yang spesial antara ku dan dia. Sampai suatu hari
saat aku mengenal Arshaka karena kejadian itu,ya dia satu jurusan denganku,progam studi
hubungan internasional di salah satu universitas ternama di kota yogyakarta. Entah
mengapa setelah aku cukup mengenal arshaka,dia cukup baik padaku. Saat itu kondisi
cuaca di kampus hujan deras dan tidak ada gojek yang menerima pesananku untuk
mengantarku pulang,sebuah mobil civic seketika berhenti di depan halte dan mobil tersebut
membuka kaca jendelanya, “Sini ikut sama gue aja,sha” Ujarnya.

Aku cukup terkejut karena orang yang telah menghampiri ku adalah arshaka,
“Gausa gapapa gue bisa pulang sendiri”ujar Nayesha. Dan seorang lelaki itu kemudian turun
dari mobil dan membuka pintu mobilnya untukku, “Udah cepet naik aja” ujar Arshaka.
“Kok maksa banget sih?” Ujar Nayesha.
“Ya gue sih kasian sama lu pasti gabakal ada yang mau tuh gojek nganter lu” ujar lelaki itu.
“Yaudah terserah deh.” Dan akhirnya dengan terpaksa aku pun ikut menumpang
dengannya. Pada sore hari itu disertai dengan hujan menghasilkan udara yang sangat
dingin,entah mengapa Arshaka daritadi hanya membisu sambil mendengarkan lagu always-
Daniel Caesar.
“Lo suka Daniel caesar?” Ujar Nayesha.
“Engaa” Ujar arshaka.
“Ohh kirain suka soalnya kalo lo suka gue juga suka” Ujarku tak sadar sambil memainkan
handphone yang berada di tanganku. “Gue juga suka kok” ujar arshaka. Seketika aku kaget
mendengar ucapannya saat itu dan berbicara dalam hati apakah aku salah berucap
padanya, “Maksudnya gue kira lo suka sama lagunya makannya gue ngomong kalo gue juga
suka sama lagunya” ujarku dengan tenang.
“Ohh kirain suka sama gue” ucap Arshaka dengan santai.
“Gausa geer jadi orang” ujarku sedikit kesal.
“Ya kan kalau kata orang orang cinta itu gaperlu alasan bisa aja dadakan” ujar arshaka
sambil tersenyum melihatku. Sambil melihat pemandangan,entah mengapa arshaka justru
berhenti di persimpangan jalan prawirotaman.
“Lah rumah gue kan masi lurus lagi ar” ujarku.
“Makan dulu,gue laper soalnya” Ujarnya sembari membukakan pintu mobil buat Nayesha.
Sambil menelusuri persimpangan jalan prawirotaman ,aku merekomendasikan padanya
tempat yang biasa ku kunjungi setelah kelas selesai, “gimana kalau kita makan di viavia
restaurant & cafe,makanannya worth it sih dan gue juga lumayan sering kesana.”
“Oh lo sering kesitu juga,oke deh ayo” ujar arshaka.
Akhirnya kami pun memutuskan untuk makan di sebuah tempat yang sudah kami
putuskan,sembari menyantap makanan masing-masing,aku daritadi hanya berdiam diri
sambil memakan hidangan penutup kesukaanku yaitu carrot cake.
“Arshaka” ucap Nayesha.
“yaa,kenapa sha?” ucap Arshaka.
“Kalau ditanya perihal tipe pasangan idaman,lo jawab apa?” ujar ku sembari meminun
segelas teh manis hangat yang baru saja tiba di meja.
“Nggak tahu”ujarnya,
“Kenapa nggak tau,ar?”
“Soalnya setelah mengenal lo karena kita satu jurusan,gue jadi kebingungan mengenai
definisi tipe idaman. Gua jadi gatau mau tipe yang seperti apalagi untuk gue cari” ujar
Arshaka sembari menatapku.
“Hah?” ujarku sambil mencermati perkataan Arshaka tadi,
“Iya. Tapi kalau menjawab ‘kamu’ bisa terhitung sebagai jawaban dari pertanyaan lo
barusan, gua akan jawab itu”ujar Arshaka. “Kok lo jadi gombal gini sih?” Ujarku,
“Yang lagi gombal emangnya siapa? ya gua cuma sedang bicara fakta” ujar Arshaka kepada
Nayesha.
“Fakta perihal apa?” tanyaku.
“Perihal kamu yang selalu membuat gue merasa cukup” ujar Arshaka.
Pada malam itu, kota dengan segala keindahan dan kenyamananannya terasa sangat
sejuk,segala sudut dilukisnya harapan dan kenangan sehingga membuatku tak bisa
beranjak pergi dari semua kenangan ini.

Beberapa bulan setelahnya, sudah satu semester aku menjalani hari hari dengan dinamika
hubungan antarnegara, rasanya cukup melelahkan. Semenjak saat itu aku mulai menaruh
perasaan pada Arshaka,tetapi entah mengapa akhir-akhir ini percakapan ku dengan
Arshaka hanya sekedar untuk kepentingan saja. Saat jam kelas sudah selesai,aku
memutuskan untuk jalan jalan sembari melihat indahnya lingkungan di sekitar gedung
kampus. Saat sedang berkeliling bersama teman teman, tiba aku melihat Arshaka sedang
tanding basket bersama salah satu musuhnya yaitu,Rayanka Narendra. Rayanka adalah
salah satu mahasiswa di jurusan ilmu komunikasi,entah mengapa Rayanka dan Arshaka
tidak begitu akur, banyak orang bilang mereka memang mempunyai masalah sejak
menduduki bangku sekolah menengah atas. Akhirnya aku dan teman temanku memutuskan
untuk menonton pertandingan basket tersebut,selama pertandingan berlangsung Arshaka
meraih point 10 sedangkan Rayanka meraih point 8,hanya beda 2 point.
“I’m win jadi mulai sekarang lu gausa deket-deket lagi sama keyvara.”bisik Arshaka kepada
Rayanka. “Gausa seneng dulu,lu pikir gue gabisa ngalahin lu?, noh cewe baru lo nungguin
tuh” ujar Rayanka. Amarah Arshaka kian melunjak usai mendengar perkataan Rayanka
barusan sehingga tidak sengaja bola tersebut meleset kearah penonton dan mengenai
Nayesha.

Aku terkejut ketika tiba tiba bola basket itu menghampiri dan mengenai kepalaku dengan
sangat kencang,seketika semua penonton tampak terkejut dengan apa yang terjadi,
“Lo gapapa sha,sakit ga? ujarnya dengan tatapan khawatir.
“Ya lu mikir pake otak lah ar itu kenceng banget gila kena kepalanya nayesha” ujar salah
satu temanku.
“Gue gapapa,ar” ujarku sambil menahan rasa sakit.
“Gue anter pulang ya,sha” ujarnya sembari merangkul pundakku.
Pada malam itu,aku kembali pulang ke rumah dengannya setelah sekian lama jarang
bercakap panjang dengannya. “Lo pake jaket gue ya sha,gue ga lagi bawa mobil soalnya”
ujar Arshaka kepadaku, “iya gapapa, btw thanks ya sorry ngerepotin”ucapku sembari
memakai jaket yang diberikan dia kepadaku. “Santai aja” ujar Arshaka. Pada Malam itu kota
ini dikelilingi dengan angin tipis yang mengelilingi kota Yogyakarta,sambil mengenakan
jaket Arshaka dan menelusuri jalan sekitar kampus, beberapa menit setelahnya kami pun
telah sampai di jalan prawirotaman,jalan yang memiliki sebuah kenangan tersendiri antara
aku dan dia,Arshaka.

Entah mengapa pada saat itu Arshaka tidak langsung mengantarku pulang,melainkan tiba di
salah satu supermarket terdekat dan mengajakku untuk makan cornetto bersama,kini aku
terus mengikuti langkah Arshaka tanpa tujuan yang pasti,
“Sebenernya kita mau kemana sih,ar” tanyaku.
“ Lo maunya kemana?”katanya,
“Ya tujuan gua si pulang ke rumah,tapi lo malah ngajak gue makan es krim” ujarku.
Dan akhirnya kami pun memutuskan untuk lanjut berkendara menuju rumahku dan aku
pun kepikiran untuk bertanya suatu hal padanya ,
“I have a questions for you ar”tanyaku sambil menghadap Arshaka,
“Apa tuh?”
“Ada ga orang yang brengsek? pertanyaan tersebut benar benar keluar dari
mulutnya,pertanyaan yang benar benar butuh jawaban semestinya,dan pertanyaan yang
dipertanyaan di hadapan orang yang selalu membuatku ingat akan tentangnya.
Arshaka menggumam, “Banyak. Yang menurut orang brengsek tapi sebenernya enggak juga
banyak. Cuma menurut gua,setiap manusia emang punya sisi brengsek nya masing masing
dalam dirinya. Ada orang yang keliatan brengsek padahal tulus,ada yang keliatan tulus
padahal brengsek,ada yang awalnya tulus malah jadi brengsek,ada juga yang awalnya
brengsek malah jadi tulus.” “Hmm…” aku membulatkan bibirku sambil mengganguk sambil
mengingat pria-pria macam apa yang dulu pernah berhubungan denganku.
“Kalau lo? Lo yang mana?” gumamku,
“Gua…” lelaki itu tampak menatap langit seperkian detik sambil fokus mengendarai,
“Gua… bakal tulus,mungkin,kalau ketemu yang tepat” ujarnya.
“Sampe kapan?”
“Ya sampe ketemu” jawabnya sambil termurung.
Aku tidak mengerti dengan maksud jawaban Arshaka yang abu abu maknanya,yang aku
lihat dari spion pada motornya,lelaki itu tampak berubah ekspresi setelah aku
mempertanyakan hal tersebut,entahlah aku cukup bingung untuk memikirkan apa yang
terjadi pada saat itu.

Hal yang selalu membuat hati bimbang adalah ketika memilih untuk mengagumi
seseorang,tetapi tidak pernah memiliki keberanian lebih untuk mengungkapkannya,
ya itulah yang terjadi padaku sekarang. Karena mengagumi mu dalam diam dan melihatmu
bahagia sudah cukup bagiku yang tidak punya keberanian dalam mengatakannya. Beberapa
hari setelahnya,hari hariku terasa menyenangkan apalagi saat bersama dengannya,dia yang
selalu ada bersama ku walaupun aku tau bahwa kami tidak memiliki hubungan yang
pasti,tetapi aku meyakini bahwa cinta itu bukan tentang hal yang rumit,kuncinya hanya
satu,selalu satu yaitu nyaman.

Beberapa bulan telah berlalu,tiba pada suatu hari ketika aku sedang berjalan kaki untuk
mencari makan siang di pinggir jalan sekitar kampus,itu adalah hari yang dimana cukup
membuatku kecewa dengan semua keadaan pada saat itu,kecewa pada diriku yang terlalu
berharap dengan keadaan dan kecewa dengan orang yang selalu ada bersamaku
sekarang,Arshaka. Pada hari itu aku mengajak Arshaka untuk makan siang
bersamaku,namun entah mengapa saat itu dia menolak ajakan makan siang
bersamaku,mungkin sibuk dengan urusan pribadinya,pikirku. Namun ternyata perkiraanku
salah,justru pada siang hari itu aku melihat tubuh lelaki itu sedang berjalan dengan
perempuan lain,setelah dia memberi tahu bahwa dia membutuhkan waktu untuk dirinya
sendiri. Pikiran dan perasaanku pada saat itu sangat kacau,sedih, dan cukup membuat ku
merasa bahwa orang sepertiku tidak pantas buat ada dalam suatu hubungan. Tak
terasa,kini malam hari buatku terasa sangat hampa,aku hanya bisa merasakan kesepian di
tengah keramaian kota Yogyakarta dan hanya bisa tersenyum,meski hatiku menangis
setelah melihat kejadian pada siang hari tadi. Tak terasa waktu berjalan begitu
cepat,tepatnya pada pukul 12 malam,hari itu aku memutuskan untuk pulang ke tempat
tinggalku dan berjalan menelusuri lorong apartement yang bisa dibilang cukup luas,saat
hendak memasuki pintu apartement tiba tiba ada sosok tubuh seorang laki laki
dibelakangku sambil menggenggam sebelah tanganku,
”kenapa baru pulang jam segini,sha?”ujar lelaki tersebut
“Peduli amat lo sama gue” ucapku.
“Ya gua takut lo kenapa kenapa dijalan,siapa lagi selain gue yang selalu ada sama lo”
“what are we sih ar?,kayaknya emang gue sendiri yang selama ini salah paham” ujar ku
sambil menahan tangis.
Aku pun memutuskan untuk menginjakkan kaki ke dalam apartement dan Arshaka kian
mengikutiku masuk ke dalamnya,kini kami hanya saling berdiam diri dan duduk di sofa
sambil termenung satu sama lain.
“Oke gua bisa jelasin,sebelumnya gue minta maaf dan lately gua akhirnya bisa deket sama
orang yang daridulu selalu gua kejar and i like her sha,and it feel so different when i’m with
her. Tapi saat gua menghabiskan waktu bersamanya selama ini,gua cukup bisa tau kalo
dialah orang yang gua cari selama ini sha”ujar Arshaka sambil menatapku.
“Lo tau ga apa yang paling gue benci ar? gue benci sama diri gue sendiri yang terus aja
percaya kalau lo gabakal ninggalin gue ar. Lo bener,lo ga nggak ingkar janji,tapi lo jahat ar.”
“sorry sha gua bukan bermaksud kaya gini sha gue juga sayang sama lo—“
“Stop saying that dan itu semua karna salah gue yang nggak bisa bikin lo nyaman sama gue
ar,orang bilang hubungan itu timbal balik. Lo bisa segini baik nya sama gue tapi gue benci
karena lo sekarang punya alesan buat ninggalin gue ar.”
Aku menghapus air mataku dengan kasar agar Arshaka tak sempat melihatnya,kalau saja
Arshaka tau bahwa kini tubuhku menggiggil karena baru saja mengutarakan kekhawatiran
tanpa pikir panjang.
“gue minta maaf banget sha.”
Itu adalah satu kalimat terakhir yang kudengar darinya,dan malam itu adalah hari terakhir
aku bertemu dengannya,dan Arshaka lebih memilih masalalunya dan membuat
hubunganku dengannya selesai tanpa dimulai.

Hal yang paling menyedihkan saat aku harus mengikhlaskan sesuatu hal yang menjadi
asing,harus melalui suatu hari dimana saat aku bertemu denganmu harus berpura pura
untuk tak saling mengenal,menahan perasaan yang tak pernah dipaksakan sampai
kapanpun. Hanya bisa melihat dia dari jauh dan berusaha ikhlas melihat dia bahagia dengan
orang yang dia pilih. Ku pikir aku tak pernah sanggup melakukan ini semua,tapi semesta
memaksaku untuk melakukannya.
3 tahun pun telah berlalu,tanpa terasa perjalanan kisah hidupku selama menjalani masa
berkuliah pun telah usai,banyak kenangan yang datang dan pergi dari hidupku saat
itu,cukup melelahkan namun juga menyenangkan bagiku. The final chapter aku belajar
bahwa mengikhlaskan adalah bagian dari mencintai dan melepaskan seseorang pergi dari
hidupku agar dia mendapatkan kebahagian yang dia mau,mungkin aku tidak pernah
menjelaskan bagaimana perasaan hatiku sebenarnya,tapi semoga dia dapat merasakan
hangatnya doa-doa yang aku panjatkan walau dia memutuskan untuk tetap pergi bersama
masalalunya.

Anda mungkin juga menyukai