Anda di halaman 1dari 9

UNIVERSITAS SANGGA BUANA YPKP

Jl. PHH. Mustopa No. 68 Bandung - 40124


Telp 7275489 - email : info@usbypkp.ac.id atau sia@usbypkp.ac.id

LATIHAN UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS) GASAL TAHUN AKADEMIK 2020/2021


Mata Kuliah(Kode/Kls) : Operasional Bank Syariah (SMN 704/A) Semester : VII (Tujuh)
SKS : 2 (dua) Sks Hari/tanggal : Selasa, 17 November 2020
Dosen Pembina : H. Dadang Saeful Hidayat,SE,MM Waktu : 110 (Seratus Sepuluh) menit
Program Studi : Manajemen S.1 Pukul : .12.50 s.d. 14.40
Fakultas : Fakultas Ekonomi Sifat : Tutup / Buku *)

I. SOAL :

1. Apa yang dimaksud dengan Agama Islam disebut sebagai Agama yang Komprehensif
dan Universal ?
2. Ada Berapa Akad Transaksi Syariah yang saudara ketahui, Jelaskan masing-masing ? !
3. Coba saudara kemukakan dimana letak perbedaan antara Organisasi Bank Syariah
dengan Organisasi Bank Konvensional !
4. Apa Itu Riba, Apa landasan syariahnya dan ada berapa jenis Riba?
5. Kemukakan tahapan-tahan riba di masa Rasulullah SAW !, apakah Bunga termasuk
yang diharamkan secara syari’ah !
6. Jelaskan tentang Prinsip Wadi’ah dan Apa saja jenis-jenisnya berikut perbedaannya
masing-masing ? !.
7. Produk Penghimpunan Dana apa yang akad transaksinya berdasarkan Akad
Mudharabah ?
8. Kemukakan Perbedaan operasional Bank Syariah dan Bank Konvensional !
9. Kemukakan oleh saudara perbedaan dan persamaan Antara Bank Syari’ah dan Bank
Konvensional !

(KETERANGAN: JAWABAN DI HALAMAN SELANJUTNYA)


JAWABAN LATIHAN UTS SMN 704 SOAL MATA KULIAH/KODE/KLS :
OPERASIONAL BANK SYARIAH/SMN 704 A/REG. PAGI S1 MANAJEMEN A

NAMA/NPM/KLS : BUNGA SUCI ROMADHONA/1111171078/S1 MANAJEMEN (A)


WAKTU PELAKSANAAN UJIAN : Jum’at, 13 November 2020 SELAMA 130 Menit

PERNYATAAN : “SAYA MENGERJAKAN SOAL UAS SUSULAN MATA KULIAH INI SECARA MANDIRI”

BANDUNG, 13 NOVEMBER 2020


TANDA TANGAN DAN NAMA JELAS ;
Wajib ditandatangani untuk dinilai

(BUNGA SUCI ROMADHONA)

Jawaban :
1. Apa yang dimaksud dengan Agama Islam disebut sebagai Agama yang Komprehensif dan Universal?
Jawab:
Yang dimaksud dengan Islam disebut sebagai agama yang Komprehensif/Lengkap dan Universal ialah:
 Universal
Untuk setiap orang tanpa memandang perbedaan kemampuan ekonomi maupun perbedaan agama.
 Adil
Memberikan sesuatu hanya kepada yang berhak serta memperlakukan sesuatu sesuai posisinya dan
melarang adanya unsur maysir (spekulasi), gharar (ketidakjelasan), haram, dan riba.
 Transparan
Dalam kegiatannya sangat  terbuka bagi seluruh lapisan masyarakat.
 Seimbang
Mengembangkan sektor keuangan melalui aktivitas perbankan syariah yang mencakup
pengembangan sektor riil dan UMKM.

2. Ada Berapa Akad Transaksi Syariah yang saudara ketahui, Jelaskan masing-masing!
Jawab:
Menurut Adiwarman A. A karim, ada 2 Jenis akad transaksi Syari’ah, diantaranya ialah:
1. Akad Transaksi Tabarru
 Akad Transaksi Tabarru, yaitu akad transaksi yang tujuannya untuk tolong menolong / bukan
untuk usaha, dan hanya mengharapkan balasan dari Allah SWT.
 Akad Transaksi Tijarah, yaitu akad transaksi dengan tujuan untuk usaha, motifnya adalah profit
oriented atau untuk mencari keuntungan.
 Yang termasuk Akad Transaksi Tabarru diantaranya:
 Meminjamkan harta/uang : Meminjamkan tanpa syarat (Al-Qard), Meminjamkan dengan
syarat Agunan (Ar-Rahn), dan Pinjaman untuk mengambil alih piutang dari pihak lain
(Hiwalah).
 Meminjamkan Jasa: Meminjamkan jasa untuk melakukan sesuatu atas nama orang lain
(Wakalah), Wakalah dengan tugas tertentu, yaitu memberi jasa pemeliharaan (Wadi’ah), dan
Wakalah kontinjensi, yaitu mempersiapkan jasa untuk melakukan sesuatu apabila terjadi
sesuatu (Kafalah).
 Memberikan sesuatu: Memberikan sesuatu kepada pihak lain atas perintah Allah SWT untuk
kepentingan umum dan agama (Waqaf), Memberikan sesuatu kepada pihak lain atas perintah
Allah  SWT secara sukarela :
 Hibah
 Shadaqah
 Hadiah
 Waqaf
2. Akad transaksi Tijarah
Berdasarkan tingkat kepastian dari hasil yang diperolehnya akad Transaksi Tijarah ini dibagi 2, yaitu:
 Natural Centainty Contracts (NCC), dalam NCC kedua belah pihak mempertukarkan aset yang
dimiliki, karenanya objek pertukarannya harus ditetapkan dari awal akan dengan pasti, baik
jumlah, mutu, harga dan waktu penyerahannya. Kontrak ini secara sunatullah menawarkan return
yang relatif pasti, seperti: Akad Jual Beli (Murabahah, Salam, Istisna), dan Akad Sewa menyewa
(Ijarah, Ijarah Muntahia bittamlik).
 Natural Uncertainty Contracts (NUC), Dalam NUC pihak2 yang bertransaksi saling mencampurkan
aset yang dimilikinya (real Assets/financial asset) menjadi satu kesatuan dan kemudian
menanggung suatu risiko bersama untuk mendapatkan keuntungan atau kerugian. Yang termasuk
kontrak ini diantaranya:
 Musyarakah
 Mudharabah
 Muzara’ah
 Musaqqah

3. Coba saudara kemukakan dimana letak perbedaan antara Organisasi Bank Syariah dengan Organisasi
Bank Konvensional!
Jawab:
Letak perbedaan antara Organisasi Bank Syariah dengan Organisasi Bank Konvensional ialah:
 Jika diamati dari contoh bagan organisasi lembaga keuangan syariah, lembaga keuangan syariah
selain diawasi oleh dewan komisaris, juga diawasi oleh Dewan Pengawas Syariah (DPS).
 Bank syariah dapat memiliki struktur yang sama dengan bank konvensional misalnya dalam hal
komisaris dan direksi namun unsur yang sangat berbeda antara bank syariah dengan bank
konvensional ialah keharusan adanya Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang bertugas mengawasi
operasional bank dan produk-produknya agar sesuai dengan garis-garis syariah.
 Peran utama ulama dalam DPS adalah mengawasi jalannya operasional bank sehari-hari agar selalu
sesuai dengan ketentuan-ketentuansyariah. Adapun Dewan Syariah Nasional (DSN) merupakan
lembaga di bawah MUI yang bertugas mengawasi produk-produk lembaga keuangan syariah agar
sesuai dengan syariah Islam.

4. Apa itu Riba, apa landasan syariahnya dan ada berapa jenis Riba?
Jawab:
 Riba (Ar-Riba) berarti Ziyadah/tambahan, yaitu pembayaran “premi” yang harus dibayarkan oleh
peminjam kepada pemberi pinjaman di samping pengembalian pokok, yang ditetapkan sebelumnya
atas setiap jenis pinjaman. Dalam pengertian ini riba memiliki persamaan makna dan kepentingan
dengan bunga (interest) menurut ijma’‘konsensus’ para fuqaha tanpa kecuali (Chapra, 1985).
 Menurut istilah teknis, riba berarti pengambilan tambahan dari harta pokok atau modal secara bathil
(Saeed, 1996). Dikatakan bathil karena pemilik dana mewajibkan peminjam untuk membayar lebih
dari yang dipinjam tanpa memperhatikan apakah peminjam mendapat keuntungan atau mengalami
kerugian.
 Riba berarti pengambilan tambahan baik dalam transaksi jual beli maupun pinjam meminjam secara
batil atau bertentangan dengan prinsip mu’amalah dalam Islam. Riba menurut Badr Bad Din Al Ayni
“Prinsip utama dalam riba adalah penambahan. Menurut Syari’ah riba berarti penambahan atas
harga pokok tanpa adanya transaksi bisnis riil”.
 Jadi, Riba berarti pengambilan tambahan dari harta pokok atau modal secara batil atau pengambilan
tambahan baik dalam transaksi jual beli maupun pinjam meminjam secara batil atau bertentangan
dengan prinsip mu’amalah dalam Islam.
 Landasan Syariah mengenai Riba:
 Surat Al-Baqarah ayat 276 artinya “Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Allah
tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran dan bergelimang dosa.”
 Surat Al-Maidah ayat 42 artinya “Mereka sangat suka mendengar berita bohong, banyak
memakan (makanan) yang haram. Jika mereka (orang Yahudi) datang kepadamu (Muhammad
untuk meminta keputusan), maka berilah putusan di antara mereka atau berpalinglah dari
mereka, dan jika engkau berpaling dari mereka maa mereka tidak akan membahayakanmu
sedikit pun. Tetapi jika engkau memutuskan (perkara mereka), maka putuskanlah dengan adil.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang adil.”
 Surat Al-Baqarah ayat 188 artinya “Dan janganlah kamu makan harta di antara kamu dengan
jalan yang batil dan (janganlah) kamu menyuap dengan harta itu kepada para hakim dengan
maksud agar kamu dapat memakan sebagian harta orang lain itu dengan jalan dosa, padahal
kamu mengetahui.”
 Surat Al-Baqarah ayat 280 artinya “Dan jika (orang berutang itu) dalam kesulitan, maka berilah
tenggang waktu sampai dia memperoleh kelapangan. Dan jika kamu menyedekahkan, itu lebih
baik bagimu, jika kamu mengetahui.”
 Surat Ali Imran ayat 116 artinya “Sesungguhnya orang-orang kafir, baik harta maupun anak-anak
mereka, sedikit pun tidak dapat menolak azab Allah. Mereka itu penghuni neraka, (dan) kekal di
dalamnya.”
 Surat Ali Imran ayat 130 artinya “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu memakan
riba dengan belipat ganda dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung."
 Surat Ar-Ruum ayat 39 artinya “Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar harta
manusia bertambah, maka tidak bertambah dalam pandangan Allah. Dan apa yang kamu berikan
berupa zakat yang kamu maksudkan untuk memperoleh keridlaan Allah, maka itulah orang-
orang yang melipatgandakan (pahalanya).”
 Surat An-Nisa ayat 161 artinya “dan karena mereka menjalankan riba, padahal sungguh mereka
telah dilarang darinya, dan karena mereka memakan harta orang dengan cara tidak sah (batil).
Dan Kami sediakan untuk orang-orang kafir di antara mereka azab yang pedih.”
 Larangan Riba dalam Hadits, setidaknya ada 7 hadits tentang Riba, 3 (tiga) diantaranya adalah
sebagai berikut:
 Amanah terakhir Rasulullah SAW pada tgl 10 Dzulhijjah tahun ke 10 H. Sabda Rasulullah “
Ingatlah bahwa kamu akan menghadap Tuhanmu dan Dia pasti akan menghitung amalanmu,
Allah telah melarang kamu mengambil riba. Oleh karena itu, utang akibat riba harus dihapuskan.
Modal (utang Pokok) adalah hak kamu, Kamu tidak akan menderita ataupun mengalami
ketidakadilan”
 Jabir berkata bahwa Rasulluh SAW mengutuk orang yang menerima riba, orang yang
membayarnya dan orang yang mencatatnya dan dua orang saksinya, kemudian beliau bersabda,
“Mereka itu semua sama” (HR Muslim No 2995)
 Al Hakim meriwayatkan dari Ibnu Mas‘ud bahwa Nabi SAW bersabda “ Riba itu mempunyai 73
pintu (tingkatan); yang paling rendah (dosanya) sama dengan seseorang yang melakukan zina
dengan ibunya”.
 Jenis-Jenis Riba diantaranya:
 Riba Qardh: Suatu Manfaat atau tingkat kelebihan tertentu yang disyaratkan terhadap yang
berutang (Muqtaridh);
 Riba Jahiliyyah: Utang dibayar lebih dari pokoknya karena si peminjam tidak mampu membayar
utangnya pada waktu yang telah ditetapkan
 Riba Fadh: Pertukaran antar barang sejenis lainnya dengan kadar/takaran yang berbeda,
sedangkan barang yang dipertukarkan itu termasuk dalam jenis barang ribawi;
 Riba Nasiah: Penangguhan penyerahan atau penerimaan jenis barang ribawi yang dipertukarkan
dengan jenis barang ribawi lainnya. Riba nasiah muncul karena adanya perbedaan, perubahan,
atau tambahan antara yang diserahkan saat ini dan yang diserahkan kemudian”.

5. Kemukakan tahapan-tahapan riba di masa Rasulullah SAW! Apakah Bunga termasuk yang diharamkan
secara syari’ah?
Jawab:
Riba dilarang dalam Islam secara bertahap, sejalan dengan kesiapan masyarakat pada masa itu, seperti
juga tentang pelarangan yang lain seperti judi dan minuman keras. Ada 4 tahapan pelarangan riba,
diantaranya:
 Tahap pertama disebutkan bahwa riba akan menjauhkan kekayaan dari keberkahan Allah, sedangkan
sedekah akan meningkatkan keberkahan berlipat ganda(QS 30: 39). Tahap Pertama menolak
anggapan bahwa pinjaman riba yang pada akhirnya seolah-olah menolong mereka yang memerlukan
sebagai perbuatan mendekati atau taqarub kepada Allah SWT. (Landasan Surat Arrum ayat 39)
 Tahap kedua, pada awal periode Madinah, praktek riba dikutuk dengan keras (QS 4: 160-161),
sejalan dengan larangan pada kitab-kitab terdahulu. Riba dipersamakan dengan mereka yang
mengambil kekayaan orang lain secara tidak benar, dan mengancam kedua belah pihak dengan siksa
Allah yang amat pedih. Tahap Kedua , Riba digambarkan sebagai suatu yang buruk. Allah mengancam
akan memberi balasan yang keras kepada Yahudi yang memakan Riba (Landasan Surat Annisa ayat
160-161)
 Tahap ketiga, sekitar tahun kedua atau ketiga Hijrah, Allah menyerukan agar kaum muslimin
menjauhi riba jika mereka menghendaki kesejahteraan yang sebenarnya sesuai Islam (QS 3: 130-
132). Tahap Ketiga, Riba diharamkan dengan kaitan kepada suatu tambahan yang berlipat ganda
(Landasan Surat Ali Imran ayat 130).
 Tahap terakhir (keempat), menjelang selesainya misi Rasulullah S.A.W., Allah mengutuk keras
mereka yang mengambil riba, menegaskan perbedaan yang jelas antara perniagaan. Tahap Keempat,
Allah SWT dengan jelas dan tegas mengharamkan apapun jenis tambahan yang diambil dari pinjaman
(Landasan Surat Al Baqarah ayat 278-279).
Ya, Bunga diharamkan secara sariah. Fatwa Mui No.1 Tahun 2004 Tentang Haramnya Bunga: Bunga
yang mengandung di dalamnya suatu bentuk riba dengan segala bentuknya adalah haram. Untuk wilayah
yang sudah ada kantor/jaringan lembaga keuangan Syari’ah dan mudah di jangkau, tidak dibolehkan
melakukan transaksi yang didasarkan kepada perhitungan bunga. Untuk wilayah yang belum ada
kantor/jaringan lembaga keuangan Syari’ah, diperbolehkan melakukan kegiatan transaksi di lembaga
keuangan konvensional berdasarkan prinsip darurat/hajat.

6. Jelaskan tentang Prinsip Wadi’ah dan Apa saja jenis-jenisnya berikut perbedaannya masing-masing!
Jawab:
 Prinsip titipan/simpanan (depository) atau Prinsip Wadi’ah, yakni titipan murni dari satu pihak ke
pihak lain, baik individu maupun badan hukum yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si
penitip menghendaki. Landasan utamanya ialah QS. An-Nisa : 58, QS. Al-Baqarah :283, dan
beberapa Al-Hadits. Quran Surat An-Nisa ayat 58: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu untuk
menyampaikan amanat (titipan) kepada yang berhak menerimanya...”
 Al-Wadiah menurut UU NO. 21/2008 Pasal 19 (I huruf a), akad wadiah ialah akad penitipan barang
atau uang pihak yang mempunyaibarang atau uang dan pihak yang diberi kepercayaan dengan
tujuan untuk menjaga keselamatan, keamanan, serta keutuhan barang atau uang.
 Perbedaan dari jenis-jenis Al-Wadiah ialah:
 Wadi’ah Yad Al-Amanah, pihak yang menerima titipan tidak boleh menggunakan dan
memanfaatkan uang atau barang yang dititipkan, tetapi harus benar-benar menjaganya sesuai
kelaziman. Pihak penerima titipan dapat membebankan biaya kepada penitip sebagai biaya
penitipan. Aplikasi Perbankannya ialah Giro Wadiah Yad Al-Amanah dan Safe Deposit Box (SDD).
 Wadi’ah Yad Adh-Dhamanah, pihak yang menerima titipan boleh menggunakan dan
memanfaatkan uang atau barang yang dititipkan. Pihak bank dalam hal ini mendapatkan bagi
hasil dari pengguna dana. Bank dapat memberikan insentif kepada penitip dalam bentuk bonus.
Aplikasi perbankannya ialah Giro Wadiah Yad Dhamanah dan Tabungan Wadiah Yad Dhamanah.
 Dalam konsep Al-Wadi’ah Yad Dhamanah, penerima titipan boleh menggunakan dan
memanfaatkan uang/barang yang dititipkan dan atas penggunaan dana dan hasil yang
diperolehnya dapat memberikan bonus kepada penitipnya.
 Dalam Skema Al-Wadia’ah Yad Al-Amanah, terdapat istilah Nasabah Muwaddi/Penitip dan Bank
Mustawada/Pihak penyimpan dengan adanya beban biaya penitipan. Sedangkan dalam Skema
Al’Wadiah Yad adh Dhamanah, Nasabah Muwaddi/penitip diberikan bonus oleh bank
mustawda/penyimpan dengan adanya bagi hasil dan pemanfaatan dana.

7. Produk Penghimpunan Dana apa yang akad transaksinya berdasarkan Akad Mudharabah?
Jawab:
 Mudharabah artinya suatu akad kerjasama atau perkongsian antara pihak penyedia modal/dana
untuk usaha (Shahibul maal) dan pihak yang bertanggungjawab atas pengelolaan dana/manajemen
usaha (mudharib). Mudharabah terdiri dari Mudharabah Mutlaqah dan Mudharabah Muqayyadah.
 Mudharabah Mutlaqah bertujuan untuk penghimpunan dana (investasi tidak terikat) yang berprinsip
untuk menghimpun dana dengan nisbah yang disepakati untuk bagi hasilnya. Contohnya ialah
Tabungan Mudharabah dan deposito.
 Mudharabah mutlaqah untuk penyaluran dana berdasarkan prinsip ini tidak ada pembatasan bagi
bank dalam menggunakan dana yang dihimpun, contohnya kerjasama mudharabah mutlaqah.
 Sedangkan Mudharabah Muqayyadah ialah jenis mudharabah yang merupakan simpanan khusus
(investasi terikat), dimana pemilik dana dapat menetapkan syarat-syarat tertentu yang harus dipatuhi
oleh bank. Contohnya ialah deposito yang dipisahkan dari rekening lainnya untuk penyaluran dana
mudharabah langsung kepada pelaksana usahanya.
 Adapun tabungan mudharabah dimana nasabah bertindak sebagai shahibul maal atau pemilik dana
dan bank bertindak sebagai mudharib atau pengelola dana.

8. Kemukakan Perbedaan operasional Bank Syariah dan Bank Konvensional!


Jawab:
Perbedaan operasional antara Bank Syariah dan Bank Konvensional ialah:
 Bank Syariah melakukan investasi yang halal-halal saja, berdasarkan prinsip Bagi Hasil/Imbalan, jual
beli dan sewa, Profit dan Falah Oriented, hubungan dengan nasabah dalam bentuk kemitraan,
penghimpunan dan penyaluran dana harus sesuai dnegan fatwa Dewan Pengawas Syariah dan
Dewan Syariah Nasional. Sedangkan Bank Konvensional melakukan investasi yang halal dan haram,
memakai perangkat bunga dan jasa, profit oriented, hubungan dengan nasabah dalam bentuk
kreditur-debitur, tidak terdapat Dewan Pengawas Syariah.
 Landasan Operasional Bank Syariah ialah tidak bebas nilai (berdasarkan prinsip syariah Islam), uang
sebagai alat tuar bukan komoditi, bunga dalam berbagai bentuknya dilarang, menggunakan prinsip
Bagi Hasil dan keuntungan atas transaksi riil. Sedangkan Landasan Operasional Bank Konvensional
ialah bebas nilai (berdasarkan prinsip materialistis), uang sebagai komoditi yang dipertahankan,
bunga sebagai instrumen imbalan terhadap pemilik uang yang ditetapkan di muka.
 Fungsi dan peran bank syariah ialah sebagai lembaga intermediari, agen investasi/manager investasi,
investor, penyedia jasa lalu lintas pembayaran (asal tidak bertentangan dengan syariah), pengelola
dana kebajikan, ZIS (fungsi operasional sosial), hubungan dengan nasabah adalah hubungan
kemitraan (investor timbal balik pengelola investasi). Sedangkan fungsi dan peran Bank Konvensional
ialah lembaga intermediari, penghimpun dana masyarakat dan meminjamkan kembali kepada
masyarakat dalam bentuk kredit dengan imbalan berupa Bunga, penyedia jasa/lalu lintas
pembayaran, hubungan lembaga keuangan dengan nasabah adalah hubungan debitur-kreditur.
 Risiko Usaha Bank Syariah dihadapi secara bersama antara lembaga keunagan syariah dnegan
nasabah dengan prinsip keadilan dan kejujuran, tidak mengenal kemungkinan terjadinya selisih
negatif (negatif spread) karena sistem yang digunakan. Sedangkan Risiko Usaha bank konvensional
tidak terkait langsung dengan debitur, risiko debitur tidak terkait langsung dengan lembaga
keuangan, kemungkinan terjadinya selisih negatif antara pendapatan bunga dan beban bunga.
 Sistem Pengawasan Bank Konvensional ialah adanya Dewan Pengawas Syariah untuk memastikan
operasional lembaga keuangan tidak menyimpang dari syariah di samping tuntunan moralitas
pengelola lembaga keuangan dan nasabah sesuai dengan akhlakul karimah. Sedangkan Sistem
pengawasan bank konvensional, sistem moralitas sering kali terlanggar karena tidak adanya nilai-nilai
religius yang mendasari operasional.

9. Kemukakan oleh saudara perbedaan dan persamaan Antara Bank Syari’ah dan Bank Konvensional!
Jawab:
Beberapa perbedaan bank syari’ah dan bank konvensional dalam hal:
1. Akad dan aspek legalitas
2. Lembaga penyelesai sengketa
3. Struktur organisasi
4. Bisnis dan usaha yang dibiayai
5. Lingkungan kerja dan corporate culture
Beberapa persamaan bank syari’ah dan bank konvensional dalam hal:
1. Teknis penarikan uang;
2. Mekanisme transfer;
3. Teknologi komputer yang digunakan untuk teller;
4. Pelayanaan penarikan dan transfer dana sama2 dapat penggunaan atm;
5. Syarat umum perolehan pembiayaan/kredit (ktp, npwp, proposal,dll)
6. Periode pelaporan keuangan kepada publik sama2 sebanyak 4 kali dalam setahunnya, dsb.
“Selamat Mengerjakan Soal dan Semoga Sukses”

Anda mungkin juga menyukai