Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

AKAD WADIAH DAN PRODUK

Disusun Untuk Memenhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah


Akad Dan Produk Perbankan Syariah

Dosen Pengampu
Erwin Saputrs Siregar SE.i. ME

Di Susun Oleh :
Indo’sek 502173289
Muhammad Habib Al Faritzi 502171898
Via Listia 502171950

Kelas : 5D

PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena berkat hidayah dan
taufiknya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ akad wadiah dan
produk”. Makalah ini di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah “ akad dan produk
perbankan syariah” makalah ini diharapkan bisa menambah wawasan dan bermanfaat
dalam dunia pendidikan
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak yang telah membantu
dalam menyelesaikan makalan ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, seperti masih
banyak kekurangan dan keselahannya, oleh karenaitu kritik dan saran dari semua pihak
yang bersifat membangun kami harapkan demi kesempurnaan makalah. Dan mudah-
mudahan makalah ini dapat mendorong kita semua untuk lebih giat dalam proses
menimba ilmu dengan semangat yang tinggi.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... 2


DAFTAR ISI ................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 6
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Wadi’ah .......................................................................... 7
2.2 Dasar Hukum Wadi’ah .................................................................... 7
2.3 Fatwa DSN ....................................................................................... 8
2.4 Sifat Akad Wadi’ah .........................................................................10
2.5 Rukun dan Syarat Wadi’ah .............................................................. 11
2.6 Jenis Simpanan Wadi’ah ................................................................ 12
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ...................................................................................... 17
3.2 Saran ................................................................................................ 18

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang
Perbankan syariah merupakan suatu sistem perbankan yang dikembangkan
berdasarkan Syariah (hukum) Islam. Usaha pembentukan sistem ini didasari oleh
larangan dalam Islam untuk memungut maupun meminjam dengan tambahan atau yang
disebut dengan riba. Munculnya bank- bank syariah tersebut didasari dari kesadaran
akan bahayanya riba bagi orang- orang muslim dari sistem bunga yang dianut oleh bank
konvensional. Perbankan Syariah sebagai media yang sangat dibutuhkan masyarakat
dalam berinvestasi sebagai penyedia jasa penyimpanan kekayaan. Dengan adanya
perbankan Syariah ini yang diharapkan para masyarakat dapat berinvestasi sesuai
dengan prinsip Syariah. Dimana Tabungan yang tidak dibenarkan secara syari’ah, yaitu
tabungan yang berdasarkan perhitungan bunga. Pengambilan bunga pada tabungan ini
sangat dilarang Islam karena merupakan suatu bentuk riba. Maka lembaga perbankan
Syariah merupakan pilihan yang tepat dalam jasa memberikan layanan jasa
penyimpanan kekayaan.
Hal yang menarik dari tabungan wadiah ini adalah yang dititipkan bisa diambil
sepenuhnya, bahkan kemungkinan pihak bank Syariah memberikan bonus kepada
penitip atau nasabah sebagai suatu bentuk insentif untuk menarik dana dari masyarakat.
Dalam aktivitas perekonomian modern, si penerima simpanan tidak mungkin akan
meng-idle-kan asset tersebut, tetapi mempergunakannya dalam aktivitas perekonomian
tertentu. Karenanya penyimpan harus meminta izin dari si pemberi titipan untuk
kemudian mempergunakan hartanya tersebut dengan catatan menjamin akan
mengembalikan asset tesebut secara utuh. Dengan prinsip ini, pihak penyimpanan tidak
boleh menggunakan atau memanfaatkan barang atau aset yang dititipkan, melainkan
hanya menjaganya. Selain itu, barang atau aset yang dititipkan tidak boleh
dicampuradukkan dengan barang atau aset lain, melainkan harus dipisahkan untuk
masing-masing barang atau aset penitip. Karena menggunakan prinsip yad al-amanah,
akad titipan seperti ini biasanya disebut wadiah yad amanah.

4
Produk jasa wadiah diminati masyarakat. Pada produk wadiah ini diyakini
sangat menarik dan selain itu memberikan rasa aman pada nasabah saat menyimpan
uangnya. Karena simpanan ini tidak akan berkurang akan tetapi akan bertambah dari
saldo awal. Bertambahnya saldo ini merupakan salah satu bentuk kebijakan bank dalam
memberikan bonus kepada nasabah penyimpan. Bonus ini sangat memperdulikan
prinsip Islam dimana pertambahan ini tidak diperjanjikan di awal akan tetapi diberikan
murni sesuai dengan kebijakan bank itu sendiri. Tidak dilarang untuk memberikan
bonus dengan catatan tidak disyaratkan sebelumnya dan jumlahnya tidak ditetapkan
dalam nominal atau presentase secara advance, tetapi betul –betul merupakan
kebijaksanaan dari manajemen bank. Terdapatnya bonus wadiah tersebut maka
diharapkan masyarakat akan tertarik untuk menyimpan uangnya di Bank Syariah.
Sehingga asumsinya tentang tinggi rendahnya bonus ini dapat menggambarkan
bagaimana kinerja keuangan di perbankan. Semakin tinggi insentif bonusnya maka
kinerja dari bank semakin baik. Semakit tinggi pendapatan yang diperoleh bank akan
mempengaruhi porsi dari bonus tabungan wadiah tersebut.
Bonus wadiah adalah bonus yang diberikan pada nasabah simpanan wadiah
sebagai return atau insentif berupa uang kepada nasabah tabungan wadiah, sebagai
bentuk balas jasa telah menitipkan danannya di bank tersebut. Pembagian bonus tidak
diperjanjikan di awal, maka sepenuhnya hal ini menjadi kebijakan pihak bank.3 Bonus
Wadiah pada sabda Rasulullah saw. yang diriwayatkan dari Abu Rafie bahwa
Rasulullah saw. pernah meminta seseorang untuk meminjamkannya seekor unta.
Diberikannya unta kurban (berumur sekitar dua tahun). Setelah selang beberapa waktu,
Rasulullah saw. memerintahkan Abu Rafie untuk mengembalikan unta tersebut kepada
pemiliknya, tetapi Abu Rafie kembali kepada Rasulullah saw. seraya berkata, “Ya
Rasulullah, unta sepadan tidak kami temukan yang ada hanya unta yang lebih besar dan
berumur empat tahun.” Rasulullah saw . berkata, “Berikanlah itu karena sesungguhnya
sebaik-baik kamu adalah yang terbaik ketika membayar.”(HR. Muslim). Dari hadis
tersebut jelaslah bahwa bonus sama sekali berbeda dengan bunga, baik dalam prinsip
maupun sumber pengambilannya.

5
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan akad wadiah ?
2. bagaimana syarat dan rukun dalam akad wadiah ?
3. Apa saja jenis dalam akad wadiah ?

6
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian wadiah


Wadi’ah adalah penitipan, yaitu akad seseorang kepada orang lain dengan
menitipkan suatu benda untuk dijaganya secara layak (sebagaimana kebiasaan). Apabila
ada kerusakan pada benda titipan, penerima titipan tidak wajib mengganttinya. Namun,
apabila kerusakan tersebut di akibatkan kelalaian penerima titipan, ia wajib
menggantinya.1

2.2 Dasar hukum wadiah


dalam surah al-imran : 75
ٍ ‫ار ي َُؤ ِد ِه إِلَيْكَ َو ِم ْن ُه ْم َم ْن إِ ْن ت َأ ْ َم ْنهُ بِدِين‬
ۗ ‫َار ََل ي َُؤ ِد ِه إِلَيْكَ إِ اَل َما دُ ْمتَ َعلَ ْي ِه قَائِ ًما‬ ٍ ‫ط‬َ ‫ب َم ْن إِ ْن ت َأ ْ َم ْنهُ بِ ِق ْن‬
ِ ‫۞ َو ِم ْن أ َ ْه ِل ْال ِكت َا‬
َ ‫َّللاِ ْال َكذ‬ َ َ‫ْس َعلَ ْينَا فِي ْاْل ُ ِميِين‬ َٰ
َ‫ِب َو ُه ْم يَ ْعلَ ُمون‬ ‫سبِي ٌل َويَقُولُونَ َعلَى ا‬ َ ‫ذَلِكَ بِأَنا ُه ْم قَالُوا لَي‬
Artinya : Di antara Ahli kitab ada orang yang jika kamu mempercayakan kepadanya
harta yang banyak, dikembalikannya kepadamu; dan di antara mereka ada orang yang
jika kamu mempercayakan kepadanya satu dinar, tidak dikembalikannya kepadamu
kecuali jika kamu selalu menagihnya. Yang demikian itu lantaran mereka mengatakan:
"tidak ada dosa bagi kami terhadap orang-orang ummi. Mereka berkata dusta terhadap
Allah, padahal mereka mengetahui
Kesimpulan yang dapat di ambi dari ayat di atas yaitu apabila seseorang hendak
melakukan transaksi penitipan harta, maka ayat tersebut menekankan beberapa
ketentuan, yaitu pertama pilihlah orang yang dapat di percaya saat menitipkan harta
sehingga yang di percaya tersebut dapat lebih amanah. Kedua, jika perjanjian sudah di
sepakati, maka di wajibkan bagi kedua belah pihak untuk bertakwa dengan jalan tidak
saling merugikan.2

1
Nurul huda, puranama putra, Dkk, baitul mal wa tamwil, amzah, jakarta, 2016, hlm.118
2
Mardani, ayat-ayat dan hadis ekonomi syariah, rajawali pers, jakarta, 2014, hlm.85

7
2.3 Fatwa DSN

FATWA
DEWAN SYARIAH NASIONAL
NO: 36 /DSN-MUI/X/2002
Tentang
SERTIFIKAT WADI’AH BANK INDONESIA
(SWBI)
‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬
Dewan Syariah Nasional setelah,
Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan pengendalian moneter
berdasarkan prinsip syariah dan sebagai salah satu upaya
untuk mengatasi kelebihan likuidits bank syariah,
diperlukan instrumen yang di terbitkan bank syariah yang
sesuai dengan syariah.
b. bahwa bank indonesia selaku bank sentral berkewajiban
melakukan pengawasan dan pengembangan terhadap
bank syariah sesuai dengan perundang-undangan yang
berlaku.
c. bahwa sertifikat bank indonesia yang berdasarkan sistem
bunga tidak boleh di manfaatkan oleh bank syariah.
d. bahwa oleh karena itu, di pandang ferlu menetapkan fatwa
tentang sertifikat yang di terbitkan oleh bank indonesia
yang sesuai dengan prinsip syariah.
Mengingat : 1. Firman allah QS. An-nisa: 29
َ ُ‫اض ِم ْن ُك ْم ۚ َو ََل تَ ْقتُلُوا أ َ ْنف‬
‫س ُك ْم ۚ إِ ان ا‬
َ‫َّللاَ َكان‬ ٍ ‫ارة ً َع ْن ت ََر‬ ِ َ‫يَا أَيُّ َها الاذِينَ آ َمنُوا ََل ت َأ ْ ُكلُوا أ َ ْم َوالَ ُك ْم بَ ْينَ ُك ْم بِ ْالب‬
َ ‫اط ِل إِ اَل أ َ ْن ت َ ُكونَ تِ َج‬
‫ِب ُك ْم َر ِحي ًما‬
“ Wahai orang-orang beriman, janganlah kalian memakan
(mengambil ) harta orang lain secara batil, kecuali jika

8
berupa perdaganan yang di landasai sukarela di antara
kalian “
2. firman allah, QS. Al- baqarah: 275
ِ َ‫َو أ َ َح ال َّللاا ُ ال ْ ب َ ي ْ َع َو َح ار م‬
ۚ ‫الر ب َ ا‬
“Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan
riba.”
Memperhatikan : 1. Kesepakatan para ulama atas kebolehan berakad
wadi’ah (al-ida’wa al-istisna’). Lihat ibnu qodamah, al
–mughni, juz VI, h.382: al- sarkhasi, al-mabsuth, XI, h.
109; wahbah al-zulhaili, al-fiqh al –islami wa adilatuh,
V, H.4018)
2. pendapat peserta rapat pleno dewan syariah
nasional pada hari rabu, tanggal 23 oktober 2002
M./16 sya’ban 1423 H

MEMUTUSKAN
Menetapkan : FATWA TENTANG SERTIFIS WADI’AH BANK
INDONESIA (SWBI)
Pertama : 1. Bank Indonesia selaku bank sentral boleh
menerbitkan instrumen moneter berdasarkan
prinsip syariah yang dinamakan Sertifikat
Wadi’ah Bank Indonesia (SWBI),yang
dapat dimanfaatkan oleh bank syariah untuk
mengatasi kelebihan likuiditasnya.
2. Akad yang digunakan untuk instrumen SWBI
adalah akad wadi’ah sebagaimana diatur dalam
Fatwa DSN No. 01/DSN-MUI/IV/2000 tentang
Giro dan Fatwa DSN No. 02/DSN-MUI/IV/2000
tentang Tabungan.

9
3. Dalam SWBI tidak boleh ada imbalan yang
disyaratkan, kecuali dalam bentuk pemberian
(‘athaya ) yang bersifat sukarela dari pihak Bank
Indonesia
4. SWBI tidak boleh diperjualbelikan.
Kedua : Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan
ketentuan jika di kemudian hari ternyata terdapat
kekeliruan, akan diubah dan disempurnakan
sebagaimana mestinya
2.4 sifat akad wadi’ah
Para ulama sepakat menerima wadia’ah hukumnya sunat dan memelihara barag
titipan mendapat pahala. Akad wadiah merupakan amanah bukan dhaman
(jaminan/ganti). Orang yang menerima titipan bertanggung jawab menerima titipan
kepadanya. Orang yang menerima titipan tidak wajib untuk mengganti atau menjamin
barang titipan, kecuali wadiah itu mengandung ijarah atau penerima titipan berubat sia-
sia dan kesalahan dalam memelihara barang tersebut. Demikian fatwa golongan
hanafiyah berdasarkan hadis nabi di riwayatkan oleh daruquthni yang artinya “ dari ibnu
sirin sesungguhnya suraih berkata : “ tidak ada kewajiban mengganti barang bagi orang
yang menerima titipan yang tidak ada kesia-siaan”.
Pada hadis lain di jelaskan yang artinya : “ dari amirul ibnu syuaib dari
bapaknya dari kakeknya ia berkata, rasullulah Saw. Bersabda : siapa yang di titipkan
maka tidak ada kewajiban mengganti”.
Berdasarkan hadis ini, para titipan tidak berkewajiban mengganti (dhaman)
barang titipan yang rusak. Bila di persyaratkan ada gantinya, persyaratan itu hukmnya
batal.
Bersamaan hadis ini, penerima titipan tidak berkewajiban memelihara barang
wadi’ah, dia pun di wajibkan mengembalikan barang tersebut kepada pemilik ketika
pemilik barang itu memintanya.
Titipan atau wadiah merupakan amanat terhadap orang yang menerima titipan.
Orang yang menerima titipan tidak wajib mengembalikan barang titipan kepada orang

10
menitipkan ketika di minta. Apabila pemilik barang titipanya, kemudian orang yang
menerima titipan mengatakan bahwa barang tersebut hilang atau rusak, orang yang
menerima titipan menggantinya karena dia telah melampaui batas amanahnya.
Perkataan orang yang menerima titipan tersebut bisa di terima dengan syarat dia
bersumpah, beriringan dengan itu di wajib mengembalikan barang wadiah kepada
pemiliknya. Karena allah Swt. Telah memerintahkan untuk menyerahkan amanat
kepada orang yang berhak memerimanya.3

2.5 Rukun dan syariat wadiah meliputi :


Rukun
1. Barang yang di simpan atau dititipkan (wadi’ah)
2. Pemilik barang atau uang yang bertindak sebagai pihak yang menitipkan barang
(muwaddi)
3. Pihak yang menyimpan atau memberikan jasa penjagaan (mustauda) dan
4. Ijab qabul (sighah)
Syarat
1. Dua orang yang berakad (orang yang menitipkan dan yang menerima titipan).
Disyaratkan berakal dan mumayiz meskipun ia belum baligh, maka tidak sah
wadi’ah terhadap anak kecil yang belum berakal dan orang gila. Menurut
Hanafiyah terhadap orang yang melakukan akad wadi’ah tidak disyaratkan
baligh, maka sah wadi’ah terhadap anak kecil yang diizinkan berdagang karena
dia telah mampu menjaga harta titipan. Begitu juga dengan menerima titipan
dari anak kecil yang mendapat izin. Adapun anak kecil yang dihajru, dia tidak
sah menerima titipan karena ketidak mampuan untuk memelihara harta titipan.
Menurut jumhur, apa yang disyaratkan dalam wakalah berupa baligh, berakal
dan, cerdas.
2. Wadi’ah (sesuatu yang ditipkan). Disyaratkan berupa harta yang biasa
diserahterimakan, maka tidak sah menitipkan burung yang ada diudara. Benda

3
Rozalinda, Fikih Ekonomi Syariah, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2016, H.162-163.

11
yang ditipkan harus benda yang mempunyai nilai (qimah) dan dipandang
sebagai mal.
3. Shighat (ijab dan qabul), seperti “saya titipkan barang ini kepadamu”. Jawabnya
“Saya terima”. Namun, tidak disyaratkan lafal Kabul, cukup dengan perbuatan
menerima barang titipan, atau diam. Diamnya, sama dengan Kabul sebagaimana
dalam mu’athah pada jual beli.

2.6 Jenis simpanan wadiah


Wadi’ah dibagi menjadi 2 macam:
1. Titipan wadi’ah yad Amanah
Secara umum wadi’ah adalah titipan murni dari pihak penitip (muwaddi’) yang
mempunyai barang atau asset kepada pihak penyimpan (mustawada) yang diberi
amanah atau kepercayaan, baik individu maupun badan hukum, tempat barang yang
dititipkan harus dijaga dari kerusakan, kerugian, keamanan, dan keutuhannya, dan
dikembalikan kapan saja penyimpan menghendaki.
Pihak yang menerima tidak boleh menggunakan dan memanfaatkan harta yang
di titipkan akan tetapi dapat membebankan biaya kepada pihak yang menitip sebagai
biaya penitipan. Dan dalam wadi’ah yad al-amanah penerima titipan tidak tidak
bertanggung jawab atas kehilangan atau kerusakan yang terjadi pada harta titipan
selama hal ini bukan akibat dari kelalaian atau kecerobohan yang bersangkutan dalam
memelihara barang titipan akan tetapi di sebabkan karena faktor-faktor yang berada di
luar batas kemampuan pihak yang menerima titipan, bentuk dari akad ini di perbankan
adalah kotak simpanan (safe deposit box). 4
Wadi’ah yad amanah memiliki karakteristik :
Barang yang di titipkan tidak boleh di manfaatkan dan digunkan oleh penerima
titipan
Penerima titipan hanya menerima peran sebagai penerima amanah yang bertugas dan
berkewajiban memelihara barang titipan.

4
Akhmad mujaidin, ekonomi islam: sejarah, konsep, instrumen, dan pasar, jakarta: rajawali pers, 2013,
hlm. 255

12
Bentuk wadiah ini di aplikasikan dala safe deposit box (SDB). Layanan safe
deposit box (SDB)/kotak simpanan adalah jasa penyewaan kotak penyimpanan harta
atau surat-surat berharga yang di rancang secara khusus dari bahan baja dan di
tempatkan dalam ruangan khasanah yang kokoh dan tahan api untuk menjaga keamanan
barang yang di simpan memberikan rasa aman bagi penggunannya. Sebagai fasilitas
yang diberikan bank kepada nasabah untuk menitipkan barang-barang berharga, seperti
perhiasan; emas, permata, berlian dan sejenisnya. Kemudian, surat-surat berharga,
seperti sertifikat tanah, obligasi, ijazah, dan sejenisnya. Selaku penerima titipan
tersebut, akad wadiah amanah bank tidak dapat memanfaatkan barang titipan kepada
nasabah. Produk ini di aplikasikan berdasarkan fatwa DSN No. 24/DSN-MUI/III/2002.
Dalam fatwa ini di nyatakan bahwa akad diterapkan dalam penggunanan fasilitas SDB
adalah akad ijarah dan bank membebankan kepada pengguna jasa berupa biaya-biaya.5
Skema Titipan wadi’ah Yad Amanah

Penitip Penyimpanan

(muwaddi’) (mustauda)

Barang atau uang titipan

2. Wadiah yad al dhamanah


Pada wadiah ini, benda yang dititipkan dapat di manffatkan oleh
penerima titipan.
90
Wadiah yad al-dhamanah mempunyai beberapa ketentuan, seperti
1. Penyimpan boleh memanfaatkan barang atau uang titipan,
2. Keuntungan sepenuhnya menjadi milik penyimpan, dan
3. Penyimpan dapat memberikan insentif (bonus) kepada penutup yang tidak boleh
di janjikan dalam akad.

5
Rozalinda, op.cit, 2016, H.162-163

13
Produk ini diterapakan pada perbankan syariah dalam bentuk giro (current
account). Giro wadiah adalah giro yang di jalankan berdasakan akad wadiah, yakni
titipan murni yang setiap saat dapat di ambil jika pemiliknya menghendaki. Sarana
penyimpanan dana dengan pengelolaaan berdasarkan prinsip al wadi’ah yad dhamanah
yang penarikannya dapat di lakukan setiap saat dengan menggunakan media cetak atau
biyet giro. Bank syariah dalam giro wadiah memberikan bonus kepada nasabah penitip
nama. Namun, tidak di perjanjikan dalam akad. Jumlah bonus yang akan diberikan
kepada nasabah sepenuhnya merupakan kewenangan bank syariah.
Mekanisme akad wadiah yad al-dhamananah dilakukan melalui proses nasabah
sebagai penitip, menitipkan dana atau barang berharganya kepada bank yang bertindak
sebagai penerima titipan. Untuk jasa penitipan dana melalui giro wadiah bank, penerima
titipan dapat memanfaatkan dana tersebut dengan menyalurkannya kepada masyarakat
dalam bentuk pembiayaan. Kepada nasabah, penitip dana giro wadiah akan diberi bonus
oleh bank. Untuk lebih jelasnya mekansime wadiah pada perbankan syariah, dapat
dilihat pada skema di bawah ini.
Skema Wadinah yad- dhamanah

NASABAH 1. Titip Dana BANK

(PENITIP) (PENERIMAN TITIPAN )


4. Beri Bonus
2. pembiayaan
3. bagi hasil

NASABAH PENGGUNA
DANA

Keterangan :

14
1. Nasabah menitip dananya kepada bank syariah dalam giro wadi’ah
2. Bank menyalurkan dana dalam bentuk pembiayaan baik dengan bagi hasil
maupun keuntungan
3. Bank memberikan bonus kepada nasabah dari hasil pendapatan yang di
perolehnya dari pembiayaan kepada nasabah giro wadiah.
Dari dalam kaitannya dengan produk giro, bank syariah menerapkan prinsip
wadiah yad dhamanah, yakni nasabah bertindak sebagai penitip yang memberikan hal
kepada bank syariah untuk menggunakan atau memanfaatkan uang atau barang
titipannya, sedangkan bank syariah bertidak sebagai pihak yang di titipi yang di sertai
hak untuk mengelola dana titipan dengan tanpa mempunyai kewajiban memberikan bagi
hasil dari keuntungan pengelolaan dana tersebut. Namun demikian, bank syariah di
perkenankan memberikan insentif berupa bonus dengan catatan tidak di syaratkan
sebelumnya.
Dari pemaparan di atas, dapat dinyatakan beberapa ketentuan umum giro wadiah
sbb:
1. Dana wadiah dapat di gunakan oleh bank untuk kegiatan komersial dengan
syarat bank harus menjamin pembayaran kembali nominal dana wadiah tersebut.
2. Keuntungan atau kerugian dari penyaluran dana menjadi hak milik atau di
tangggung oleh bank, sedangkan pemilik dana tidak di janjikan imbalan dan
tidak mananggung kerugian, bank di mungkinka memberikan bonus kepada
pemilik dana sebsagai suatu insentif untuk menarik dana masyarakat tapi tidak
boleh di perjanjikan di muka.
3. Pemilik dana wadiah dapat menarikkembali dananya sewaktu-waktu (on call),
baik sebagian ataupun seluruhnya.

15
Seperti yang telah di kemukakan di atas, bank dapat memberikan bonus atas
penitipan dana wadiah, pemberian bonus di maksud merupakan kewenangan bank dan
tidak boleh di perjanjikan di muka.6
Pada prinsipnya, teknik perhitungan bonus wadiah di hitung dari saldo terendah
dalam satu bulan. Namun demikian, bonus wadi’ah dapat di berikan kepada nasabah
sebagai berikut :
1. Saldo terendah dalam satu bulan takwim di atas Rp 1.000.000,- (bagi rekening
yang bonus wadiahnya di hitung dari saldo terendah).
2. Saldo rata-rata harian dalam satu bulan takwim di atas Rp 1.000.000,- (bagi
rekening yang bonus gironya di hitung dari saldo rata-rata harian).
3. Saldo hariannya di atas Rp 1.000.000,- (bagi rekening yang bonus wadiahnya di
hitung dari saldo harian.7
Contoh :
Tuan ali memiliki rekening giro wadiah di bank syariah dengan saldo rata-rata
bulan mei adalah Rp. 1.000.000. bonus yang akan di berikan bank syariah kepada
nasabah adalah 25% dengan saldo rata-rata minimal Rp 6.000.000.00, total dana giro
wadiah di bank syariah bulan tersebut adalah Rp 500.000.000.00. pendapatan bank
syariah dari giro wadiah adalah Rp 20.000.000.00 berapa bonus yang di terima oleh Tn.
Basri pada akhir mie ?
Rumus yang di gunakan dalam perhitungan bonus giro wadi’ah adalah :

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑔𝑖𝑟𝑜 𝑛𝑎𝑠𝑎𝑏𝑎ℎ 𝑋 𝑘𝑒𝑢𝑛𝑡𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑛𝑘


Bonus giro wadiah = x bonus
𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍 𝒅𝒂𝒏𝒂 𝒈𝒊𝒓𝒐 𝒅𝒊 𝒃𝒂𝒏𝒌

Bonus yang di terima tuan ali adalah :

𝑅𝑝 1.000.000 𝑋 6.000.000
x 25% = Rp. 7.500 (sebelum pajak).
𝑅𝑝 20.000.000

6
Adiwarman A karim, bank islam analisis fiqih dan keuangan, jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2008,
hlm.292
7
Rozalinda,op.cit , 2016, hlm,166

16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Wadi’ah adalah penitipan, yaitu akad seseorang kepada orang lain dengan
menitipkan suatu benda untuk dijaganya secara layak (sebagaimana kebiasaan). Apabila
ada kerusakan pada benda titipan, penerima titipan tidak wajib mengganttinya. Namun,
apabila kerusakan tersebut di akibatkan kelalaian penerima titipan, ia wajib
menggantinya.
Akad wadiah terbagi menjadi dua yaitu wadiah wadi’ah Yad Amanah dan al
wadi’ah yad dhamanah. wadi’ah Yad Amanah adalah titipan harta/benda dengan
ketentuan, yaitu pihak yang di titipi harta tidak memanfaatkan harta tersebut, dan
penerima titipan tidak bertanggung jawab atas kerusakan atau kehilangan barang titipan
yang bukan di akibatkan kelalaian titipan tersebut. Sedangkan al wadi’ah yad dhamanah
yaitu pihak yang di titipi bertanggung jawab secara penuh atas harta yang di titipkkan
dilakukan melalui proses nasabah sebagai penitip, menitipkan dana atau barang
berharganya kepada bank yang bertindak sebagai penerima titipan. Untuk jasa penitipan
dana melalui giro wadiah bank, penerima titipan dapat memanfaatkan dana tersebut
dengan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan. Kepada
nasabah, penitip dana giro wadiah akan diberi bonus oleh bank.

3.2 Saran
Pada kenyataannya, pembuatan makalah ini masih sangat bersifat sederhana dan
simpel. Serta dalam penyusunan makalah inipun masih memerlukan kritikan dan saran
dari pembaca bagi pembahasan materi tersebut.

17
DAFTAR PUSTAKA

A Karim Adiwarman. 2008. Bank Islam Analisis Fiqih Dan Keuangan. Jakarta:
Pt Rajagrafindo Persada
Huda Nurul, Putra Purnama Dkk. 2016. Baitul Mal Wa Tamwil. Jakarta: Amzah
Mardani. 2014. Ayat-Ayat Dan Hadis Ekonomi Syariah. Jakarta : Rajawali Pers
Mujaidin Akhmad. 3013. Ekonomi Islam: Sejarah, Konsep, Instrumen, Dan
Pasar. Jakarta: Rajawali Pers.
Rozalinda. 2016.Fikih Ekonomi Syariah. Pt Rajagrafindo Persada : Jakarta
Https://Www.Google.Com/Url?Sa=T&Source=Web&Rct=J&Url=Http://Eprints
.Walisongo.Ac.Id/7403/3/Bab%2520ii.Pdf&Ved=2ahukewigtimowc_Kahw97xmbhakg
afiqfjajegqichab&Usg=Aovvaw02vsaazt9l-Qvnykxmgkru&Cshid=1568436808264 (di
akses pada tanggal 11 seember 2019 pukul 16.20)
Https://Tafsirweb.Com/1561-Surat-An-Nisa-Ayat-29.Html (di akses tanggal 10
september 2019 pukul 20.00)

18

Anda mungkin juga menyukai