II. SOAL :
PERNYATAAN : “SAYA MENGERJAKAN SOAL UTS MATA KULIAH INI SECARA MANDIRI”
JAWABAN :
1. Coba saudara jelaskan tentang :
a. Bank Syariah, Visi,Misi, Tujuan dan Fungsi Bank Syari’ah menurut UU N0. 21 Tahun 2018
Bank Syariah
Bank Syariah adalah suatu sistem perbankan yang dikembangkan berdasarkan syariah atau hukum
Islam. Bank Syariah juga merupakan bank yang dalam menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan
prinsip syariah Islam dan menurut jenisnya terdiri dari bank umum syariah serta Bank Pembiayaan
Rakyat (BPR) Syariah.
Visi
Terwujudnya sistem perbankan syariah yang sehat, kuat, dan Istiqomah terhadap prinsip syariah
dalam kerangka keadilan, kemaslahatan, dan keseimbangan guna mencapai masyarakat yang
sejahtera secara material dan spiritual (falah).
Misi
Mewujudkan iklim yang kondusif untuk pengembangan perbankan syariah yang kompetitif, efisien,
dan memenuhi prinsip syariah serta prinsip kehati-hatian berbasis Bagi Hasil dan transaksi riil dalam
rangka mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
Tujuan
Menurut Heri Sudarsono, Tujuan Perbankan Syariah ialah sebagai berikut:
1. Mengarahkan kegiatan ekonomi umat bermu’amalat Islam, khususnya mu’amalah yang
berhubungan dengan perbankan agar terhindar dari praktek Riba atau jenis usaha lain yang
mengandung gharar (tipuan).
2. Menciptakan suatu keadilan di bidang ekonomi dengan jalan meratakan pendapatan melalui
kegiatan investasi, agar tidak terjadi kesenjangan yang amat besar antara pemilik modal dengan
pihak yang membutuhkan modal.
3. Meningkatkan kualitas hidup dengan jalan membuka peluang berusaha yang lebih besar
terutama kelompok miskin yang diarahkan kpd kegiatan usaha produktif.
4. Menanggulagi masalah kemiskinan yang umumnya merupakan program utama negara
berkembang.
5. Menjaga stabilitas ekonomi dan moneter dengan aktifitas syari’ah yang mampu menghindari
pemanasan ekonomi yang diakibatkan adanya inflasi.
6. Menyelamatkan ketergantungan umat Islam terhadap bank non syariah/Bank Konvensional.
Fungsi Bank Syariah menurut UU No. 21 Tahun 2008
Menurut UU No. 21 Tahun 2008, Fungsi Perbankan Syariah ialah sebagai berikut:
1. Bank Syari’ah dan UUS wajib menjalankan fungsi menghimpun dan menyalurkan dana
masyarakat.
2. Bank Syari’ah dan UUS dapat menjalankan fungsi sosial dalam bentuk lembaga baitul ma’al, yaitu
menerima dana yang berasal dari Zakat, Infaq, Shadakah, hibah atau dana sosial lainnya dan
menyalurkannya kepada organisasi pengelola Zakat.
3. Bank Syariah dan UUS dapat menghimpun dana sosial yang berasal dari Waqaf dan
menyalurkannya kepada Pengelola Waqaf (nazhir) sesuai dengan kehendak Pemberi Waqaf
(wakif).
4. Pelaksanaan fungsi sosial (2 & 3) sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku..
c. Apa Itu Akar Ekonomi Syariah dan apa perbedaannya dengan akar Ekonomi konvensional
Jawab:
Akar ekonomi syariah adalah landasan, prinsip, pegangan, yang menjadi pedoman dalam ekonomi
syariah. Akar Ekonomi Syariah diantaranya ialah sebagai berikut:
1. Tauhid
2. Maslahah (Materi dan Amal Shaleh)
3. Abdillah (Manusia adalah hamba Allah)
4. Khalifatullah (Manusia merupakan Khalifah fil ardl/Pemimpin di dunia yang ditunjuk oleh Allah)
5. Tujuan Hidup Manusia adalah Aatina Fidunya hasanah wafil aahirati hasanah waqina adzabannar
(kebahagiaan di dunia dan keselamatan di akhirat)
6. Instrumen pengatur ekonomi meliputi ; Zakat, Infaq, Shadaqah, Wakaf, Waris, ANTI RIBA.
Akar Ekonomi Syariah berbeda dengan Akar Ekonomi Konvensional. Berikut ini adalah akar-akar dari
Ekonomi Konvensional sebagai berikut:
Akar Ekonomi Konvensional:
1. Secularism (memisahkan antara dunia dan akhirat)
2. Individualism (kebebasan yg tidak terbatas)
3. Materialism (ukuran kesuksesan manusia adalah materi/kekayaan)
4. Interest Base Economy (eksploitasi pemilik dana/modal)
5. Scarcity (Kepemilikan vs distribusi)
Perbedaannya sangat jelas, Ekonomi syariah lebih mengedepankan TAUHID, prinsip Syariat Islam,
tujuannya berlandaskan kebaikan di dunia dan akhirat, instrumen pengatur ekonominya berupa zakat,
infaq, dll., serta ANTI RIBA. Sedangkan Ekonomi Konvensional bersifat Secularism/Sekular, individualis,
materialis, dan ada bunga yang merupakan riba.
3. Coba saudara kemukakan dimana letak perbedaan antara Organisasi Bank Syariah dengan Organisasi
Bank Konvensional !
Jawab:
Jika dilihat dari contoh bagan organisasi lembaga keuangan syariah, lembaga keuangan syariah selain
diawasi oleh dewan komisaris, juga diawasi oleh Dewan Pengawas Syariah (DPS).
Bank syariah dapat memiliki struktur yang sama dengan bank konvensional misalnya dalam hal
komisaris dan direksi namun unsur yang sangat berbeda antara bank syariah dengan bank
konvensional ialah keharusan adanya Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang bertugas mengawasi
operasional bank dan produk-produknya agar sesuai dengan garis-garis syariah.
Peran utama ulama dalam DPS adalah mengawasi jalannya operasional bank sehari-hari agar selalu
sesuai dengan ketentuan-ketentuansyariah. Adapun Dewan Syariah Nasional (DSN) merupakan
lembaga di bawah MUI yang bertugas mengawasi produk-produk lembaga keuangan syariah agar
sesuai dengan syariah Islam.
4. Apa Itu Riba, Apa landasan syariahnya dan ada berapa jenis Riba secara konsional ?
Jawab:
Riba (Ar-Riba) berarti Ziyadah/tambahan, berarti pengambilan tambahan dari harta pokok atau
modal secara batil atau pengambilan tambahan baik dalam transaksi jual beli maupun pinjam
meminjam secara batil atau bertentangan dengan prinsip mu’amalah dalam Islam. Dalam pengertian
ini riba memiliki persamaan makna dengan bunga (interest) menurut ijma para fuqaha/ahli fiqih.
Menurut Syeikh Muhammad Abduh, Riba adalah penambahan-penambahan yang disyaratkan oleh
orang yang memilii harta kepada orang yang meminjam hartanya (bisa berupa uang, dll) Hal ini bisa
terjadi karena pengunduran janji pembayaran oleh peminjam dari tenggat waktu yang telah
ditentukan bersama.
Landasan Syariah mengenai Riba:
Surat Al-Baqarah ayat 276 artinya “Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Allah
tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran dan bergelimang dosa.”
Surat Ali Imran ayat 130 artinya “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu memakan
riba dengan belipat ganda dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung."
Surat Ar-Ruum ayat 39 artinya “Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar harta
manusia bertambah, maka tidak bertambah dalam pandangan Allah. Dan apa yang kamu berikan
berupa zakat yang kamu maksudkan untuk memperoleh keridlaan Allah, maka itulah orang-orang
yang melipatgandakan (pahalanya).”
Surat An-Nisa ayat 161 artinya “dan karena mereka menjalankan riba, padahal sungguh mereka
telah dilarang darinya, dan karena mereka memakan harta orang dengan cara tidak sah (batil).
Dan Kami sediakan untuk orang-orang kafir di antara mereka azab yang pedih.”
Larangan Riba dalam Hadits:
Jabir berkata bahwa Rasulluh SAW mengutuk orang yang menerima riba, orang yang
membayarnya dan orang yang mencatatnya dan dua orang saksinya, kemudian beliau bersabda,
“Mereka itu semua sama” (HR Muslim No 2995)
Al Hakim meriwayatkan dari Ibnu Mas‘ud bahwa Nabi SAW bersabda “ Riba itu mempunyai 73
pintu (tingkatan); yang paling rendah (dosanya) sama dengan seseorang yang melakukan zina
dengan ibunya”.
Jenis-Jenis Riba diantaranya:
Riba Qardh: Suatu Manfaat atau tingkat kelebihan tertentu yang disyaratkan terhadap yang
berutang (Muqtaridh);
Riba Jahiliyyah: Utang dibayar lebih dari pokoknya karena si peminjam tidak mampu membayar
utangnya pada waktu yang telah ditetapkan
Riba Fadh: Pertukaran antar barang sejenis lainnya dengan kadar/takaran yang berbeda,
sedangkan barang yang dipertukarkan itu termasuk dalam jenis barang ribawi;
Riba Nasiah: Penangguhan penyerahan atau penerimaan jenis barang ribawi yang dipertukarkan
dengan jenis barang ribawi lainnya. Riba nasiah muncul karena adanya perbedaan, perubahan,
atau tambahan antara yang diserahkan saat ini dan yang diserahkan kemudian”.
5. Jelaskan tentang Prinsip Wadi’ah dan Apa saja jenis-jenisnya berikut perbedaannya masing-masing ? !.
Jawab:
Prinsip titipan/simpanan (depository) atau Prinsip Wadi’ah, yakni titipan murni dari satu pihak ke
pihak lain, baik individu maupun badan hukum yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si
penitip menghendaki. Landasan utamanya ialah QS. An-Nisa : 58, QS. Al-Baqarah :283, dan beberapa
Al-Hadits. Quran Surat An-Nisa ayat 58: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu untuk menyampaikan
amanat (titipan) kepada yang berhak menerimanya...”
Perbedaan dari jenis-jenis Al-Wadiah diantaranya sebagai berikut:
Wadi’ah Yad Al-Amanah, pihak yang menerima titipan tidak boleh menggunakan dan
memanfaatkan uang atau barang yang dititipkan, tetapi harus benar-benar menjaganya sesuai
kelaziman. Pihak penerima titipan dapat membebankan biaya kepada penitip sebagai biaya
penitipan. Aplikasi Perbankannya ialah Giro Wadiah Yad Al-Amanah dan Safe Deposit Box (SDD).
Dalam Skema Al-Wadia’ah Yad Al-Amanah, terdapat istilah Nasabah Muwaddi/Penitip dan Bank
Mustawada/Pihak penyimpan dengan adanya beban biaya penitipan. Sedangkan dalam Skema
Al’Wadiah Yad adh Dhamanah, Nasabah Muwaddi/penitip diberikan bonus oleh bank
mustawda/penyimpan dengan adanya bagi hasil dan pemanfaatan dana.
Wadi’ah Yad Adh-Dhamanah, pihak yang menerima titipan boleh menggunakan dan
memanfaatkan uang atau barang yang dititipkan. Pihak bank dalam hal ini mendapatkan bagi hasil
dari pengguna dana. Bank dapat memberikan insentif kepada penitip dalam bentuk bonus.
Aplikasi perbankannya ialah Giro Wadiah Yad Dhamanah dan Tabungan Wadiah Yad Dhamanah.
Dalam konsep Al-Wadi’ah Yad Dhamanah, penerima titipan boleh menggunakan dan
memanfaatkan uang/barang yang dititipkan dan atas penggunaan dana dan hasil yang
diperolehnya dapat memberikan bonus kepada penitipnya.