Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH MANAJEMEN HUTAN

Izin Usaha Perusahaan Kayu (HTI)

Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas

Mata Kuliah Manajemen Hutan


Dosen Pembimbing :

Disusun Oleh :

Kelompok 6

Ufara Qasrin 1614151012


Muhammad Alfatikha 1614151024
Zaqi Maula Zamzami 1614151038
Fansuri Fikri Haikal 1614151050
Tri Ismianto Restu Wibowo 1614151062
M. Iza Fayogi 1654151014

JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat TUHAN Yang Maha Kuasa. Atas
berkat rahmat dan tuntunan-Nya makalah ini dapat diselesaikan dengan baik.
Makalah ini disajikan dengan materi tentang Izin Usaha Perusahaan Kayu (HTI)
dengan tujuan pembuatan untuk memenuhi tuntutan salah satu mata kuliah yaitu
MANAJEMEN HUTAN.

Kami sampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada teman-


teman yang telah membantu baik dari segi materil maupun moril. Serta penulis
ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu yang tidak dapat
penulis sebutkan satu-persatu.

Semoga segala bantuan yang telah diberikan selama penulis merampungkan


makalah ini, mendapat imbalan dari Allah SWT. Kiranya makalah ini dapat
bermanfaat, khususnya bagi mahasiswa dan mahasiswi program studi kehutanan.
Segala kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan demi
kesempurnaan makalah ini.

Bandar lampung,13 September 2017

Penulis
Daftar isi

Kata Pengantar

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan

II. ISI
2.1 Analisis POAC
2.2 ANALISIS SWOT

III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hutan memiliki peranan penting dalam keberlangsungan lingkungan


bedasarkan strategi pembangunan jangka panjang kehutanan tersebut, hutan
yang sudah tidak produktif meliputi lahan tandus bekas hutan tebangan,
rimba karet. Hutan hutan bakau beberapa kepemilikan karet skala kecil,
perkebunn sawit, dan padang rumput maka untuk mengoptimalkan fungsinya
kemmbali pemerintah memanfaatkan hutan sebagai Hutan Tanaman Industri
(HTI) dengan hasil utama kayu (sebagai bahan baku pulp dan paper). Hal
tersebut telah mampu menarik banyak investor karena memiliki nilai
ekonomi yang tinggi sehingga pengolaanya dilakukan oleh swasta
(pengusaha).

Indonesia memiliki sumber daya yang luas, namun dari tahun ke tahun
kondisi hutan di Indonesia semakin habis, sementara usaha untuk melakukan
reboisasi tidak sebanding dengan hutan yang diambil. Habisnya hutan ini,
diperburuk lagi dengan kegiatan ilegal logging itu secara tidak langsung
berkaitan dengan akses jalan, parit atau kanal yang dibuka perusahan yang
mempunyai izin HPH dan HTI.

Selama ini pemberian izin untuk HTI sudah tidak terkendali dan Bnyak
yang bermasalah karena tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku. Hal
tersebut diperparah dengan lemahnya kontrol di lapangan sehingga terjadi
kasus pembalakan liar yang menyeret pihak perusahaan HTI sebagai
tersangka.

Menurut PP Nomor 7 Tahun 1990 mengenai hak pengusahaan hutan


tanaman industri, HTI merupakan hutan tanaman yang dibangun dalam
rangka meningkatkan potensi dan kualitas hutan produksi dengan
menerapkan silvikultur intensif untuk memenuhi kebutuhan bahan baku
industri hasil hutan. Tujuan pengusahaan HTI adalah menunjang
pengembangan industri hasil hutan dalam negeri guna meningkatkan nilai
tambah dan devisa, meningkatkan produktivitas lahan dan kualitas
lingkungan hidup, serta memperluas lapangan kerja dan lapangan usaha (PP
Nomor 7 1990, pasal 2). Adanya pembangunan HTI maka diharapkan dapat
menyelamatkan hutan alam dari kerusakan karena HTI merupakan potensi
kekayaan alam yang dapat diperbaharui, dimanfaatkan secara maksimal dan
lestari bagi pembangunan nasional secara berkelanjutan untuk kesejahteraan
penduduk.

1.2 Tujuan

Tujuan dari makalahini adalah

1. Menganalisis perencanaan, organisasi, pelaksanaan dan pengawasan


terhadap hutan tanaman industri (HTI)
2. Menganalisis SWOT hutan tanaman industri (HTI).
II. ISI

2.1 Analisis POAC

a. Perencanaan (Planning)

Visi

Menjadi salah satu pabrik Pulp Eucalyptus yang dikelola dengan baik,
menjadi penyedia yang disukai oleh pelanggan dan pemilik Perusahaan yang
disukai para karyawan.

Misi

- Menghasilkan pertumbuhan yang berkesinambungan.


- Produser dengan biaya yang efektif.
- Memaksimalkan keuntungan untuk pemangku kepentingan dan
memberikan kontribusi kepada pengembangan sosial ekonomi masyarakat
sekitar dan regional.
- Menciptakan nilai melalui teknologi moderen, pengetahuan industri dan
sumber daya manusia.

Hubungan Investor

PT Toba Pulp Lestari Tbk berkomitmen untuk menjalankan prinsip-prinsip


keterbukaan, transparansi dan akuntabilitas

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

bersih: Toba Samosir, Tapanuli Utara, Humbang Hasundutan (Humbahas),


Samosir, Dairi, Pakpak Bharat, Simalungun, Tapanuli Selatan, Padang Lawas
Utara (Paluta) dan Asahan.
Dana kontribusi Perseroan untuk tahun 2015 adalah sebesar IDR 13.0 miliar
dan belum disosialisasi kepada masing-masing Kabupaten.

Dana Kontribusi 1% Penjualan Bersih

PT Toba Pulp Lestari Tbk periode : 2003 - 2015

Dalam Jutaan Rupiah

Kabupaten 2003- 2011 2012 2013 2014 2015 Total


2010 (IDR) (IDR) (IDR) (IDR) (IDR) (IDR)
(IDR)
Tobasa 38,928.1 4,609.2 5,693.7 6,188.4 7,540.4 7,381.4 70,341.2
Humbahas 6,005.5 880.2 814.8 906.2 1,197.6 1,185.4 10,989.8
Tapanuli 4,987.8 477.5 524.3 622.7 738.9 716.7 8,067.9
Utara
Simalungun 5,030.9 529.7 594.6 691.0 1,060.1 1,033.2 8,939.4
Samosir 4,167.3 538.5 841.1 871.8 906.4 899.5 8,224.7
Dairi 2,730.8 270.8 400.5 327.3 383.6 402.1 4,515.1
Tapanuli 2,352.4 238.6 450.0 277.5 338.6 333.8 3,990.9
Selatan
Pakpak 2,037.4 230.7 278.6 354.2 371.1 367.8 3,639.8
Barat
Paluta 246.0 229.3 263.1 273.4 333.8 328.6 1,674.2
Asahan 254.8 296.4 332.8 327.4 1,211.5
TOTAL 66,486.2 8,004.6 10,115.5 10,808.9 13,203.4 12,975.9 121,594.5

Tanggung jawab social perusahaan terhadap pengembangan social dan


kemasyarakatan terbagi dalam beberapa program sebagai berikut:

Menciptakan Lapangan Pekerjaan & Pengembangan Keterampilan


Pondok Bina Tani

Perseroan mendirikan Pondok Bina Tani (PBT) yang bertujuan untuk menjadi
pusat kegiatan pengembangan masyarakat Tobasa terkait budidaya kopi,
kakao dan tumbuhan lainnya yang merupakan ciri kas Tobasa, seperti
Mangga Parapat, terong belanda, kemiri dan andaliman. Selain itu, PBT juga
menjadi tempat pelatihan bagi masyarakat Tobasa terkait cara perawatan
ternak babi, pembuatan kompos dari kotoran ternak babi dan pencampuran
pakan untuk ternak babi. Salah satu kegiatan PBT kedepannya akan
dikembangkan pada pelatihan inseminasi buatan ternak babi dan
pegembangan biogas dari kotoran sapi.

Program kegiatan pelestarian lingkungan yang terdapat di PBT adalah


penggunaan pupuk organik untuk memupuk tanaman yang ada di PBT
tersebut. Pupuk organik/pupuk kandang ini berasal kotoran ternak babi
landrace dimana pupuk kandang berperan untuk memperbaiki sifat fisik,
kimia, dan biologi tanah yang baik untuk tanah dan tanaman.

Kerjasama dengan Yayasan El Shadday Taman Eden 100

Perseroan juga bekerja sama dengan Yayasan El Shadday Taman Eden 100
dalam hal penyediaan bibit tanaman buah dan tanaman kehidupan. Bibit-bibit
ini nantinya juga akan dibagikan kepada masyarakat sehingga masyarakat
juga turut mendukung kelestarian lingkungan.

Pendidikan & Budaya

Perseroan memberikan beasiswa kepada para siswa yang kurang beruntung,


tetapi memiliki prestasi. Beasiswa diberikan dengan memenuhi beberapa
kriteria seperti pendapatan orangtua, jumlah saudara kandung yang sama-
sama tengah menempuh studi, pengeluaran, dan biaya hidup.
Pada tahun 2016, perusahaaan memberikan beasiswa kepada 13 orang siswa
SMK N 1 Sigumpar dan seorang siswa SMA DEL. Selain beasiswa, bantuan
dalam bidang pendidikan juga diberikan dalam bentuk bangunan. Adapun
sekolah yang dibantu adalah pembuatan pagar dan gerbang SD Siruar
Kecamatan Parmaksian dan pembangunan gedung PAUD Jonggi Manulus
Kecamatan Parmaksian. Diharapkan dengan adanya bantuan dari Perseroan,
para siswa dan guru semakin bersemangat dalam menjalankan aktivitas
belajar mengajar.

b. Organisasi (Organizing)

SISTEM ORGANISASI
Struktur organisasi PT. Toba Pulp Lestari,Tbk adalah berbentuk garis dan
staf. Kekuasaan dan dewan tertinggi terletak pada dewan komisaris. Dewan
komisaris mempunyai wewenang mengawasi dewan direksi yang terdiri dari
presiden. Direksi dibantu oleh dua orang direktur utama. Perusahaan ini
terdiri dari enam bagian yang dipilih oleh general manajer.
Keenam bagian operasional utama adalah sebagai berikut:
1. Bagian material, bagian ini terdiri dari logistic dan transportasi

2. Bagian pemasaran, bagian ini terdiri difisi local, eksport, dan administrasi.
Bagian ini bertanggung jawab atas perusahaan pulp baik untuk penjualan
didalam maupun diluar negeri, bagian ini berkedudukan di Medan dan di
Jakarta.

3. Bagian produksi, bagian ini terdiri dari beberapa divisi yang bertanggung
jawab terhadap kelancaran produksi.

4. Bagian pemeliharaan, bagian ini terdiri dari devisi Preventif Maintenance,


Workshop, Proses Otomatic system engineering dan bagian ini
bertanggung jawab atas pemeliharaan dan perawatan peralatan.

5. Bagian teknik, bagian ini terdiri dari riset pengembangan dan kualiti
control.
6. Bagian administrasi dan personalia, bagian ini bertanggung jawab atas
administrasi karyawan dan penyediaan sarana serta fasilitas bagi
kesejahteraan karyawan. Bagian ini terdiri dari recrutmen, training, general
affair, dan public relation.

Untuk mendukung proses yang lancar maka harus didukung dengan system
manajemen yang baik. Oleh karena itu pihak PT Toba Pulp Lestari, Tbk
mempunyai bagian-bagian yang yang mempunyai tugas masing-masing. Dari
system organisasinya PT Toba Pulp Lestari,Tbk mempunyai bagian-bagian
yang meliputi:
1. Dewan Komisaris
Merupakan sekelompok pemimpin perusahaan disetiap kegiatan atas
pertemuan yang diadakan di perusahaan.

2. Direktur Utama
Merupakan pemimpin tertinggi perusahaan, yang bertanggung jawab atas
perusahaan yang dipimpin.

3. Corporate Secretary
Pengurus yang diberi tugas dan wewenang untuk menangani bagian tulis
menulis dan surat menyurat dan dokumen-dolumen didalam perusahaan.

4. Direktur Eksekutif
Pemimpin yang bertugas untuk menjalankan perusahaan.

5. Internal Audit
Badan yang bertugas untuk memeriksa pembukuan keuangan perusahaan.

6. Departemen Pemasaran
Bagian yang bertugas untuk menangani masalah pemasaran barang yang di
produksi oleh perusahaan yang dipimpin oleh seorang pemimpin
perusahaan.
7. Local
Kegiatan pemasaran dalam suatu daerah atau dalam negeri dan suatu
perusahaan yang dipimpin oleh seorang kepala bagian.

8. Ekspor
Kegiatan pengiriman barang keluar negeri sesuai dengan permintaan yang
dipimpin oleh seorang kepala bagian.

9. Administrasi
Bagian dari perusahaan yang menangani masalah yang menyangkut
kegiatan tulis menulis dalam suatu perusahaan.

10. Departemen Material


Bagian yang menangani investasi yang menyediakan bahan baku untuk
proses pembuatan pulp yang ditangani oleh seorang manajer.

11. Logistic
Bagian yang menangani harta milik perusahaan.

12. Transportasi
Bagian yang menangani masalah pengangkutan untuk perusahaan, dari
bagian pengangkutan karyawan sampai pada pengangkutan dan
pengiriman barang.

13. Departemen Produksi


Bagian yang menangani masalah pembuatan produk yang dihasilkan oleh
perusahaan.

14. Wood Yard


Bagian yang mengontrol dan mengawasi sarana penyediaan kayu dan
penggunaan kayu menjadi chip yang digunakan untuk bahan baku pulp.
15. Pulp Line
Bagian yang menangani proses pembuatan pulp dari bahan chip sampai
menjadi pulp dan mengawasi proses-proses pendukung yang dibutuhkan
untuk membuat pulp.

16. Chemical Plant


Bagian yang menangani masalah pengolahan bahan kimia yang
dibutuhkan pada proses pembuatan pulp.

17. Plan Plant


Departemen yang mengawasi / menjalankan proses pembangkitan energy
yang dibutuhkan oleh perusahaan.

18. Departemen Pemeliharaan


Bagian yang mengawasi / memperbaiki, merakit yang rusak ataupun
mengganti peralatan yang tidak layak dipakai oleh perusahaan.

19. Preventive Maintenance


Departemen yang mengawasi dan mengontrol alat-alat yang digunakan di
perusahaan atau bagian yang mengawasi kerusakan alat-alar yang
digunakan dan merawat sebaik mungkin demi kelancaran proses
produksi di perusahaan.

20. Proses Otomatis


Bagian yang menangani dan mengawasi pengaturan dibidang
penggunaan mesin-mesin yang terdapat pada perusahaan.

21. Work Shop


Bagian yang menangani alat-alat rusak dan memperbaiki agar dapat
digunakan kembali, membuat alat-alat sesuai kebutuhan pabik.
22. System Engineering
Departemen yang menangani dan mengawasi kegiatan karyawan yang
melaksanakan tugas mereka masing-masing yang ada pada bagian power
plant.

23. Departemen Teknik


Bagian yang mengawasi atau membuat hasil produksi semaksimal
mungkin dari produk yang dibuat dari perusahaan.

24. Kendali Mutu


Departemen yang mengawasi / menangani tentang mutu maupun kualitas
produk yang dihasilkan dan menghasilkan mutu tersebut bila tidak sesuai
dengan hasil yang diinginkan.

25. Rand. D. Produksi


Bagian yang menangani / mengawasi dan bagian hasil penggudangan
produksi.

26. Departemen Administrasi dan Personalia


Bagian yang menangani tentang usaha perusahaan dibidang yang
mengurus kepegawaian yang dipimpin oleh manajer.

27. Recruitment
Bidang yang mengatur untuk menambahkan dan mengurangi karyawan
perusahaan bila ingin sesuai dengan kondisi kerja di tiap bagian.

28. Training
Bagian yang mengatur masa percobaan pada pegawai baru dan juga
menangani siswa/siswi, mahasiswa/mahasiswi yang menangani PKL,
Riset ataupun magang di perusahaan.
29. General Affair
Bagian yang menangani masalah-masalah umum yang datang dari luar
maupun dari dalam perusahaan, misalnya masalah tuntutan-tuntutan.

30. Public Relation


Bagian yang menangani hubungan perusahaan dengan masyarakat
umum.

31. Departemen Akuntansi


Bagian yang menangani pembukuan yang berhubungan dengan keuangan
perusahaan.

32. Financial
Bagian yang menangani pembukuan yang berhubungan dengan keuangan
perusahaan.

33. Accounting
Bagian yang memegang buku dan ahli dalam menyusun, membimbing
dan memeriksa serta mengawasi masalah pembukuan keuangan
perusahaan.

34. Departemen Keuangan


Bagian yang menangani hutan yang berfungsi sebagai penyedia bahan
baku untuk perusahaan.

35. Planning Control


Bagian yang merencanakan dan menangani hutan sebagai bahan baku
untuk perusahaan.
36. Ara Manajer
Bagian yang mengatur penanaman pohon ditempat yang sudah ditebang
terlebih dahulu sebagai pengganti sumber bahan baku yang
berkelanjutan.

37. Perbaikan dan Pemeliharaan Alat-Alat Berat


Bagian yang menangani ahli yang bertugas untuk memperbaiki atau
memelihara setiap alat-alat berat milik perusahaan.

38. Departemen Akuntansi


Departemen ini bertanggungjawab terhadap pencatatan, pengaturan dan
pelaporan keuangan perusahaan.

39. Departemen Kehutanan


Departemen ini terdiri dari divisi planning control, ara manajer perbaikan
dan pemeliharaan alat-alat. Departemen ini bertanggungjawab terhadap
kesediaan bahan baku kertas (pulp) yaitu kayu

c. Pelaksanaan (Actuating)

Manajemen PT Toba Pulp Lestari Tbk (Perseroan) percaya bahwa


pengelolaan hutan yang bertanggung jawab terhadap potensi risiko
lingkungan berkontribusi positif terhadap usaha dan menguntungkan bagi
karyawan, pelanggan, pemilik saham dan para pemangku kepentingan
lainnya. Perseroan juga percaya bahwa kebijakan lingkungan yang memadai
dan penerapan strategi pengelolaan hutan lestari, termasuk di dalamnya

Berkomitmen untuk mematuhi peraturan perundang-undangan yang


berlaku dan persyaratan lainnya yang terkait dengan aspek lingkungan
sebagaimana telah ditetapkan oleh Perseroan
Berkomitmen untuk menyempurnakan kinerja lingkungan secara
berkesinambungan melalui penerapan tindakan yang memadai dalam
pencegahan dan minimasi polusi udara, air dan tanah serta beban
pencemar air limbah dan juga berkomitmen mendapat pekerja yang
terlatih, terampil dan motivasi tinggi;
Berkomitmen untuk mengelola hutan tanaman yang menjamin sumber
bahan baku secara jangka panjang dan berkelanjutan, menggunakan
sumber daya seperti energi dan air secara efisien melakukan program 3R
(Reduce/ Mengurangi, Reuse/ Menggunakan kembali dan Recycle/
Mendaur ulang) baik terhadap Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
(LB3) maupun tidak Berbahaya dan Beracun (sampah) dan sebagai
evaluasi untuk membandingkan operasional terhadap Perusahaan Terbaik
dalam industri pulp dan akan berusaha untuk mensejajarkan praktik
pengelolaan hutan terhadap praktik terbaik atau standar internasional
yang sesuai;
Berkomitmen untuk melaksanakan konservasi bentang alam representasi
ekosistem, perlindungan keanekaragaman hayati, dan pengelolaan flora
dan fauna dilindungi;
Berkomitmen terhadap tanggung jawab lingkungan dan sosial dan akan
mendorong tanggung jawab lingkungan diantara rekan usaha, penyalur dan
kontraktor;
Berkomitmen untuk mengelola isu-isu lingkungan, kesehatan dan
keselamatan kerja sebagai bagian dasar dari kegiatan usaha sehari-hari;
Berkomitmen terhadap prinsip pemberdayaan masyarakat dan akan secara
aktif mendukung dan berpartisipasi dalam program pembangunan
berkelanjutan dan yang bermanfaat secara ekonomi guna membantu
tercapainya kemandirian masyarakat;;
Berkomitmen untuk meninjau secara berkala sistem manajemen
lingkungan untuk menentukan keefektifan dan memastikan bahwa
kebijakan, tujuan dan sasaran lingkungan tetap sesuai dengan kondisi
usaha. perlindungan keanekaragaman hayati, pengelolaan flora dan fauna
dilindungi, serta pencegahan polusi sebagai pedoman pengelolaan
lingkungan yang bertanggung jawab akan memperkecil dampak
lingkungan, memperbesar manfaat sosial ekonomi, selanjutnya melalui
program perbaikan berkelanjutan, maka hasil yang berarti dalam kinerja
lingkungan dapat dicapai.

Investasi Sosial

(Infrastruktur, Sanitasi, Air Minum yang Aman)

Pada tahun 2016, Perseroan membantu pembangunan fasilitas umum seperti:

- Pembangunan saluran drainase jalan Bulu Silape Desa Pardomuan


Kecamatan Silaen;
- Pengaspalan dan pembuatan paretan di jalan Desa Parbulu Kecamatan
Parmaksian;
- Pembangunan jalan rabat beton Desa Lumban Sitorus Kecamatan
Parmaksian; Jalan beton Desa Pardamean Kecamatan Ajibata;
- Pembangunan rabat beton di Desa Dolok Nauli Kecamatan Parmaksian;
- Patching jalan hotmix ATB Simpang 4 Porsea;
- Pengaspalan jalan Simarta Toba - Jonggi Manulus Kecamatan Parmaksian;
- Perbaikan jembatan di Desa Narumonda VI Kecamatan Siantar Narumonda;
- Pemasangan dan penyambungan lampu jalan Kecamatan Parmaksian;
- Bantuan pembangunan sopo godang HKBP Pangombusan Kecamatan
Parmaksian;
- Pembuatan parit jalan Desa Harian ke Lumban Holbung Parmaksian;
- Bantuan pembangunan Balai Desa Simare Kecamatan Borbor;
- Pembangunan saluran irigasi Desa Narumonda, Kecamatan Siantar
Narumonda;
- Pembangunan dinding penahan dan sirtu badan jalan Desa Tambunan;
- Pembangunan dinding penahan dan sirtu badan jalan Desa Tambunan
Kecamatan Balige;
- Pengadaan semen sejumlah 1000 bag sebagai bantuan kepada Gereja
Katolik Parsoburan Kecamatan Habinsaran;
- Pengadaan pupuk kepada masyarakat Desa Siruar, Kecamatan Parmaksian.
Kegiatan Usaha Perusahaan menurut Anggaran Dasar Terakhir

Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasar Perseroan, kegiatan usaha Perseroan


adalah mendirikan dan menjalankan industri bubur kertas (pulp) dan serat
rayon (viscose rayon), mendirikan, menjalankan, dan mengadakan
pembangunan termasuk namun tidak terbatas pada hutan tanaman industri
dan industri lainnya untuk mendukung bahan baku dari industri
tersebut,mendirikan dan meproduksi semua macam barang yang terbuat dari
bahan-bahan tersebut, serta memasarkan hasil-hasil industri tersebut.

Perseroan saat ini memproduksi pulp yang dipasarkan di pasar dalam negeri
dan luar negeri. Perseroan juga memiliki konsesi tanah untuk menanam dan
memanen kayu untuk pembuatan pulp.

d. Pengawasan (Controling)

Sebagaimana komitmen pengelolaan lingkungan hidup telah menjadi


fokus utama Perseroan untuk meningkatkan semua aspek lingkungan,
termasuk emisi, pengelolaan limbah air, pengelolaan limbah padat,
pengelolaan sumber daya seperti air, konservasi energi dan konsumsi
kayu.

Kinerja emisi secara berkelanjutan dipantau oleh Pemantauan Emisi


Berkelanjutan (CEM). Alat alat tersebut dipasang di enam lokasi seperti
recovery boiler, multi fuel boiler, common stack recovery boiler dan multi
fuel boiler, bleaching plant, incinerator dan lime kiln.

Semua peralatan tersebut berkerja dengan baik dan benar dengan adanya
perawatan secara teratur seperti pembersihan peralatan, dan dikalibrasi
sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Selain itu, pengujian manual
juga dilakukan secara internal dan secara berkala oleh laboratorium
independen eksternal.

Selama perbaikan tahunan 2015 beberapa perbaikan telah dilakukan untuk


mengurangi masalah bau, mereka menyediakan sistem back up rupture
disk dalam incinerator, menyediakan tambahan pendingin air.

Nilai nilai emisi jauh dibawah batas yang ditetapkan oleh pemerintah.
Upaya upaya perbaikan tetap dilakukan untuk mengurangi emisi seperti
dibawah ini:

Emisi dari recausticizing dan lime kiln. Pengurangan TRS 5%, partikel
halus 26% dan opasitas 29% dibandingkan dengan tahun 2014.
Emisi dari Chemical Plant. Pengurangan HCL 16% dan partikel slaker
vent 18% dibandingkan dengan tahun 2014.

Kinerja baik di pengelolaan limbah cair. Semua parameter seperti pH,


BOD, COD, TSS, SO4, Cl, Na, Ca dan warna masih dibawah batas yang
ditetapkan oleh pemerintah. Pengelolaan limbah padat dilakukan secara
terus menerus dengan penggunaan kembali sesuai dengan ijin yang
dikeluarkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup.

Penggunaan kembali limbah padat seperti Lumpur kapur (dregs), kerikil


kerikil kecil (grits), slag dari hasil gasifikasi batu bara dan abu boiler
dimanfaatkan untuk pembuatan batu beton dan paving block. Limbah
Lumpur dimanfaatkan sebagai bahan bakar padat di multifuel boiler. Abu
boiler juga dimanfaatkan secara berkelanjutan di HTI sebagai
kondisioner/pupuk tanah. Program lainnya adalah pengusulan
pembangunan landfill baru.

Perseroan terus berusaha untuk melakukan program pelestarian air. Hal ini
telah dilakukan dengan mengurangi pemakaian air dalam berbagai
kegiatan produksi. Penggunaan ulang air merupakan komitmen Perseroan
yang dilaksanakan secara terus menerus.

2.2 Analisis SWOT


a. Strenght (S) Kekuatan

1. Kekuatan dari hutan tanaman industri yang kami analisis berdasarkan


strategi pembangunan jangka panjang hutan yang sudah tidak produktif
meliputi lahan tandus bekas hutan tebangan, limbah karet, hutan-hutan
bakau, dan beberapa kepemilikan karet skala kecil, perkebunan sawit dan
padang rumput maka untuk mengoptimalkan fungsinya kembali
pemerintah memanfaatkan hutan sebagai hutan tanaman industri dengan
memanfaatkan hasil utama kayu sebagai bahan baku pulp dan paper.

2. Meningkatkan kualitas lingkungan hidup

3. Melaksanakan silvikultur intensif, yaitu tebang habis dengan penanaman


kembali.

b. Weaknesses (W) Kelemahan

1. Kelemahan dari pembangunan hutan tanaman industri yang kami analisis


meliputi inkonsistensi kebijakan maksudnya disini inkonsistensi yaitu
ketidakpastian terhadap kebijakan pemerintah terhadap pemabangunan
hutan tanaman industri tersebut.

2. Ketidak lancaran aliran dana reboisasi akibat adanya oknum-oknum yang


tidak bertanggung jawab.
3. Adanya konflik lahan dan bencana kebakaran hutan akibat adanya
penebangan liar yang berdampak buruk terhadap hutan tanaman industri
tersebut.

c. Opportunity (O) Peluang

1. HTI sebagai pusat pembangunan kutub pertumbuhan (growth pole)

daerah

Untuk HTI sebagai pusat pembangunan kutub pertumbuhan (growth

pole) daerah maka diambil salah satu contoh perusahaan HTI yaitu PT.

Musi Hutan Persada yang terletak di Sumatera Selatan yang telah

memberikan kontribusi bagi pembangunan ekonomi daerah tersebut.

Salah satu diantaranya adalah perannya menyumbang pada Pendapatan

Asli Daerah berupa pajak perseroan, retribusi dan sumbangan-

sumbangan untuk kegiatan insidentil, antara lain untuk menyumbang

penyelengaraan PON-2004. Peran ini dinilai murni tanpa ada kebocoaran

untuk mengimpor bahan baku dan bahan penolong proses produksi.

Peran kedua adalah dalam penyediaan kesempatan kerja, baik bagi

pekerja tetap maupun pekerja borongan. Sebagian besar pekerjaan

diborongkan dan para pemborong telah membaik ekonominya secara

sangat nyata. Misalnya seoarang pemborong yang semula tak bermodal

sekarang memiliki tiga kendaraan, satu untuk pribadi, satu truk untuk

pekerjaan pemborongan dan satu bus melayani rute setempat.


Disamping manfaat ekonomi dari pembangunan HTI, manfaat sosial

yang diciptakannya adalah memperluas kesempatan kerja dan

kesempatan berusaha termasuk usaha yang mendukung usaha pokok

yaitu pembangunan HTI. Perluasan kesempatan kerja juga memperluas

landasan ekonomi dan sekaligus membuat diaversifikasi usaha bagi para

pelakunya.

2. HTI untuk memperbaiki mutu lingkungan

Perubahan bentang alam yang semula padang alang-alang dan semak

belukar ke hutan tanaman apalagi dalam bentangan yang sangat luas,

dipastikan membawa perubahan kualitas lingkungan. Semula tanah yang

terbuka dan terdegradasi menjadi tertutup dan bertambahnya mulsa dari

dedaunan tanaman industri yang dipastikan akan memperbaiki struktur

dan kesuburan tanah. Penurunan kesuburan lahan karena kebakaran yang

berulang setiap tahun pada alang-alang akan dihentikan, daya serap atau

daya simpan tanah terhadap air akan membaik. Apalagi dalam proses

pembangunan HTI, baik dalam pembangunan kawasan persemaian

maupun pembangunan tanaman mengharuskan dibangun embung

persediaan air. Dalam jangka panjang embung ini dapat berperan

sebagaia waduk kecil penampung air hujan dan air yang mengalir di

permukaan. Di musim kemarau air tampungan akan berguna untuk

menjaga kadar air tanah, sebelum mongering. Di samping itu, perakaran

hutan tanaman diduga mampu berperan menahan tanah untuk tidak

terhanyutkan oleh air aliran permukaan.


Secara makro, pengaruh positif HTI terhadap lingkungan dapat

dideteksi dan dipantau dari berkurangnya banjir, terhindarnya longsor

ataua menggenangnya air di pemukiman sepanjang sungai, terutama pada

sungai-sungai yang melintas dia tengah-tengah kawasan hutan. Dampak

hamparan hutan tanaman adalah membaiknya kondisi hidrologis yang

dapat menahan erosi dan mencegah banjir.

Pada perusahaan HTI di PT. Musi Hutan Persada diperoleh definisi

bahwa yang dilakukan oleh perusahaan tersebut adalah reforestasi

menurut FAO yang menyatakan bahwa itu adalah kegiatan membangun

kembali sosok fisik hutan, sesudah terbuka minimal sepuluh tahun baik

oleh sebab alami maupun sebab gangguan manusia. Selain itu, HTI

tersebut masuk dalam kelompok rehabilitasi lahan hutan rusak sebagai

akibat daria pembalakan yang berlebihan, manaajemen lingkungan yang

buruk, kebakaran yang berulang, dan kegiatan penggunaan lahan yang

amerusaka kesuburan tanah yang semuanya itu menghambat

pembentukan kembali hutan secara alami. Seandainya pemerintah tidaka

mengharuskan pengusaha HTI membangun kawasan konservasi, yang

tegakannya tidak boleh diganggu , kawasana itu dapat ditanami dengan

tanaman pokok yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Untuka menjaga

biodiversitas pada HTI yang monokultur, memiliki kawasan konservasi

dan mempertahankan spesies-spesies local pada sempadan sungai sangat

diperlukan.
3. Pembangunan masyarakat desa hutan (PMDH)

Untuk memenuhi keputusan Menteri Kehutanan No. 523/Kpts-

II/1997 (14 Agustus 1997) tentang Pembinaan Masyarakat Hutan Desa,

perusahaan HTI di PT. Musi Hutan Persada melakukan hal-hal sebagai

berikut :

1. Membangun HTI-Transmigrasi,

2. Mengembangkan tumpang sari,

3. Membina usaha tani,

4. Melakukan peningkatan keterampilan,

5. Membina pendidikan,

6. Menyediakan prasarana sosial ekonomi,

7. Melakukan kegiatan sosial lain-lain.

4. Kinerja membangun hutan bersama masyarakat (MHBM)

Program Mengelola Hutan Bersama Masyarakat (MHBM) yang

dimulai tahun 1999 adalah sebuah pola penanaman HTI A. mangium

yang :

1. Memperkerjakan anggota masyarakat yang tergabung adalam sebuah

kelompok menanam dan memelihara A. mangium sampai umur daur

di dalam kawasan HPHTI;

2. Kelompok masyarakat ini diperkerjakan karena semula mengklaim

bahwa lahan HTI itu lahan warga.


3. Dalam melaksanakan pekerjaan itu mereka dibayar untuk menanam

dan memelihara dan mendapt bagian hasil dari bekerja di hutan (jasa

produksi);

4. Kelompok mereka memperoleh jasa manajemen atas HTI sebesar

satu persen dari setiap nilai transaksi;

5. Mereka juga memperoleh pendapatan dari produksi tumpang saari

tiga komoditas agroferstry yaitu sayuran, penggemukan ternak, dan

ikan;

6. Untuk menghindarkan salah pengertian yang dapat mendorong

terjadinya konflik, kegiatan tersebut diliput dalam sebuah nota

kesepahaman dengan kelompok masyarakat.

5. Kinerja membangun hutan rakyat (MHR)

Program MHR juga dimulai pada tahun 1999 dengan ketentuan

sebagai berikut :

1. Menanam A. mangium pada lahan milik masyarakat di luar kawasan

konsesi HTI, namun ter-enclave oleh hutan tanaman. Kawasan

tersebut mungkin berupa belukar, kebun karet, atau pemukiman

sementara;

2. Peserta MHR adapula anggota masyarakat yang semula menanam

karet, namun melihat nilai perolehan yanag lebih besar dengan

menanam A. mangium, dengan suka rela tanpa paksaan, mereka

mengikuti program MHR;


3. Perusahaan memberikan pinjaman kepada kelompok tani, dana

memberi bimbingan usaha persiapan lahan, penanaman,

pemeliaharaan tanaman dan pemanenan;

4. Mereka mendapat bayaran pada setiap pekerjaan (jasa jerja),

mendapat bagi hasil dari nilai bersih kayunya pada akhair daur, yaitu

nilai kayu setelah dikurangi dengan biaya operasional. Bagi hasil ini

adalah 60% untuk perusahaan dan sisanya 40% untuka peserta.

5. Untuk meningkatkan kemampuan dalam menanam A. mangium,

diundang pula keterlibatan LSM, seperti yang dilakukan pada

MHBM.

Manfaat program ini adalah manfaat ekonomi berupa meningkatnya

kesejahteraan masyarakat berkat adanya kepastian kerja dan kepastian

hasil usaha, kepastian mendapat bagi hasil atas hasil akhir dan

memperoleh berbagai bimbingan untuka meningkatkan keterampilan

menanam.

d. Threats (T) Ancaman

Tidak adanya kepastian hukum karena hukum dari pemerintah pusat


tidak dihargai di kabupaten dan keduanya tidak dihargai oleh masyarakat.
Konflik terjadi karena masyarakat sekita kawasan pembangunan HTI
menuntut kembali lahan-lahan yang mereka anggap sebagai lahan warga.
Disamping pengembalian lahan, mereka juga menuntut ganti rugi tanam
tumbuh dan pembangunan fasilitas masyarakat. Namun ujung dari tuntutan
adalah kehendak untuk diterima bekerja.
III. PENUTUP

3.1 kesimpulan

Dari analisis di atas kami menyimpulkan bahwa :

1. dalam suatu perusahaan perencanaan, organisasi, pelaksanaan dan


pengawasan sangatlah penting untuk mencapai tujuan.

2. hutan tanaman industri memiliki kelemahan dan ancaman yang


kemungkinan bisa membuat hutan tanaman industri (HTI) tutup dan
berakibat hutan yang tidak produkfit menjadi terbengkalai.

3.2 Saran

Peraturan dan pelaksanaan untuk hutan tanaman industri (HTI) diperketat


,dan apabila ada pelangaran diberi sanksi yang tegas.sebaiknya perusahaan
hutan tanaman industri wajib memperkejakan warga yang ada di sekitar hutan
yang akan di gunakan.
DAFTAR PUSTAKA

Forest Wath Indonesia.2015. Pelanggaran Perusahaan Hutan Tanaman Industri


(HTI) Dan Pembiayaan. FWI. Bogor
Purwanto, R.H. dan N. Sisfanto. 2014. Pengantar Kelestarian Hasil Dan
Manajemen. Aditya Media. Yogyakarta

www.tobapulp.com, di akses pada tanggal 12 september 2017.

Anda mungkin juga menyukai