Puji syukur kami penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “PRINSIP TITIPAN ATAU
SIMPANAN (WADI’AH)”. Penulisan makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata
kuliah Perbankan Syariah di Politeknik Negeri Lhokseumawe .
Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik
dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah
ini.
Dalam penulisan makalah ini kami menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya
kepada Dosen kami Bapak Haris Al Amin, S.E.I., M.A yang telah memberikan tugas dan
petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari wadi’ah
2. Untuk mengetahui dasar hukum dari wadi’ah
3. Untuk mengetahui hukum menerima titipan (wadi’ah)
4. Untuk mengetahui rukun wadi’ah
5. Untuk mengetahui syarat wadi’ah
6. Untuk mengetahui pembagian wadi’ah dan penerapannya pada perbankan syariah
7. Untuk mengetahui perubahan wadi’ah dari al-Amanah menjadi adh-Dhamanah
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Al-Wadi’ah
AL-Wadi’ah merupakan prinsip simpanan murni dari pihak yang menyimpan atau
menitipkan kepada pihak yang menerima titipan untuk dimanfaatkan atau tidak
dimanfaatkan sesuai dengan ketentuan. Titipan harus dijaga dan dipelihara oleh pihak
yang menerima titipan, dan titipan ini dapat diambil sewaktu-waktu pada saat dibutuhkan
oleh pihak yang menitipkannya.
Menurut bahasa, al-wad’u berarti meninggalkan, sedangkan wadiah (titipan) berarti
menempatkan sesuatu yang ditempatkan bukan pada pemiliknya untuk dipelihara.
Menurut istilah terdapat dua pengertian wadiah menurut ahli fiqih.
Pertama, menurut ulama Hanafiyah, wadiah (titipan) adalah mengikutsertakan orang
lain dalam memelihara harta, baik dengan ungkapan yang jelas, melalui tindakan, maupun
melalui isyarat. Sebagai contoh, seseorang berkata kepada orang lain “Ahmad menitipkan
laptop beserta tasnya kepada Muhammad”, kemudian Muhammad menjawab “ya saya
terima”, maka terpenuhilah akad (perjanjian) wadiah ; atau Kamil menitipkan bukunya
kepada Walid, kemudian Walid selaku orang yang dititip diam saja (berarti setuju).
Kedua, menurut ulama Malikiyah, Syafi’iyah, dan Hanabilah wadiah adalah
mewakilkan orang lain untuk memelihara harta tertentu dengan cara tertentu juga.
Dari dua definisi yang dikemukakan oleh ulama fiqih di atas dapat dipahami, bahwa
wadiah (titipan), adalah perjanjian seseorang dengan menitipkan barangnya kepada orang
lain supaya dijaga sebagaimana yang berlaku menurut Islam. Bila kemudian hari ada
kerusakan atau cacat pada barang yang dititipkan bukan karena kelalaiannya, maka dia
tidak harus menggantikannya, sebaliknya bila kerusakan atau cacatnya barang tersebut
disebabkan kelalaiannya, maka ia harus menggantinya.
Secara umum terdapat dua jenis wadi’ah, yaitu Wadi’ah yad al-amanah dan wadi’ah
yad adh-dhamanah.
1. Wadi’ah yad al-Amanah (Trustee Depository)
Wadi’ah jenis ini memiliki karakteristuk sebagai berikut:
a. Harta atau barang yang dititipkan tidak boleh dimanfaatkan dan digunakan
oleh penerima titipan.
b. Penerima titipan hanya berfungsi sebagai penerima amanah yang bertugas
dan berkewajiban untuk menjaga barang yang dititipkan tanpa boleh
memanfaatkannya.
c. Sebagai kompensasi, penerima titipan diperkenankan untuk membebankan
biaya kepada yang menitipkan.
d. Mengingat barang atau harta yang dititipkan tidak boleh dimanfaatkan oleh
penerima titipan, aplikasi perbankan syariah yang memungkinkan untuk jenis
ini adalah jasa penitipan atau safe deposit box.
Layanan safe Deposit Box (SDB) adalah jasa penyewaan kotak penyimpanan harta
atau surat-surat berharga yang dirancang secara khusus dari bahan baja dan ditempatkan
khusus dalam ruang khazanah yang kokoh dan tahan api untuk menjaga keamanan
barang yang disimpan dan memberikan rasa aman bagi penggunanya.
Nasabah memanfaatkan jasa tersebut untuk menyimpan surat berharga maupun
perhiasan untuk keamanan, karena risiko yang timbul akibat penyimpanan yaitu hilang
atau terselip. Atas pelayanan jasa safe deposit box, bank akan mendapatkan fee, Besar
kecilnya fee tergabtung pada besar kecilnya ukuran box dan pada umumnya fee atas
sewa box ini diberikan setiap tahun.
Mekanisme wadi’ah yad al-Amanah dapat digambarkan dalam skema sebagai berikut:
1 Titipan Barang
Bank
Nasabah
(Penerima titipan)
(Penitip) 2 Bebankan Biaya Penitipan
Keterangan:
Dengan konsep al-wadi’ah yad al-Amanah, pihak yang menerima titipan tidak
boleh menggunakan dan memanfaatkan uang atau barang yang dititipkan. Pihak
penerima titipan dapat membebankan biaya kepada penitip sebagai biaya
penitipan.
1 Titipan
Nasabah Bank
User Of Fund
(Nasabah
Pengguna Dana)
Keterangan:
Dengan konsep wadiah yad adh-Dhamanah, pihak yang menerima titipan boleh
menggunakan dan memanfaatkan uang atau barang yang dititipkan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
AL-Wadi’ah merupakan prinsip simpanan murni dari pihak yang menyimpan atau
menitipkan kepada pihak yang menerima titipan untuk dimanfaatkan atau tidak
dimanfaatkan sesuai dengan ketentuan. Titipan harus dijaga dan dipelihara oleh pihak
yang menerima titipan, dan titipan ini dapat diambil sewaktu-waktu pada saat dibutuhkan
oleh pihak yang menitipkannya.
Secara umum terdapat dua jenis akad wadi’ah, yaitu wadia’ah yad al-amanah dan
wadi’ah yad adh-dhamanah. Wadi’ah yad al-amanah merupakan titipan murni dari pihak
yang menitipkan barangnya kepada pihak yang menerima titipan. Pihak penerima titipan
harus menjaga dan memelihara barang titipan dan tidak diperkenankan untuk
memanfaatkannya. Sedangkan wadi’ah yad adh-dhamanah adalah akad antara dua pihak
yang menitipkan (nasabah) dan pihak lain yang menerima titipan. Pihak yang menerima
titipan dapat memanfaatkan barang yang dititipkan.
Pada Era kontemporer saat ini, akad wadi’ah tidak hanya diterapkan pada produk bank
yang sifatnya tabungan, tetapi juga terhadap produk lain yang memudahkan seseorang
bertransaksi. Produk tersebut adalah e-money.
3.2 Saran
Penulis berharap kepada pembaca agar dapat menambah wawasan pengetahuan terkait
dengan permasalahan prinsip titipan atau simpanan. Khususnya yang berminat untuk
mengetahui lebih jauh tentang pembahasan ini. Penulis juga berharap agar semua
masyarakat dapat menerapkan prinsip titipan atau simpanan sesuai dengan ketentuan
syariah yang telah ditetapkan dalam hukum Islam.
Daftar Pustaka
Al-Hadi, Abu Azam. 2017. Fikih Muamalah Kontemporer. Depok: Rajawali Pers.
Anggraini, Sri Dewi dan Adeh Ratna Komala. 2020. Akuntansi Syariah Peluang dan
Tantangan. Bandung: Rekayasa Sains.
Apridar dan Meutia Rita. 2020. Model Ekonomi Syariah Fondasi Sistem Ekonomi.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Muhammad. 2018. Bisnis Syariah Transaksi dan Pola Pengikatannya. Depok: Rajawali Pers