Anda di halaman 1dari 11

TEORI, KONSEP DAN HUKUM WADIAH

Disusun Oleh:

Dela Ayu Sartika (22140001)


Chiquita Harra Ayundha (2140002)

Mata Kuliah:
Fiqh Muamalah

SEKOLAH TINGGI EKONOMI BISNIS SYARIAH BINA MANDIRI


CILEUNGSI
2022

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala
limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana dan sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas untuk mata kuliah Pengantar Ekonomi Syariah dengan judul “Teori,
Konsep dan Hukum Wadiah”. Terimakasih kami ucapkan kepada Dosen Mata Kuliah Fiqh
Muamalah, Bapak Muhammad Salman Al Farisi, S.E.I., M.E.., sehingga tugas yang telah
diberikan dapat menambah pemahaman penulis terhadap makalah yang penulis buat.

Kami mempersembahkan Makalah “Teori, Konsep dan Hukum Wadiah” yang diringkas
dari sumber by Internet yang secara garis besar membahas tentang Teori, Konsep dan
Hukum Wadiah.

Kami berusaha menyajikan makalah ini semaksimal mungkin agar mudah untuk dibaca
dan dipahami. Kami pun juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
baik dari sisi materi maupun dari sisi penulisannya. Kami sangat rendah hati dan kami akan
menerima dengan tangan terbuka kritikan, masukkan dan saran yang bersifat membangun
yang diharapkan bagi seluruh pembaca.

ii
DAFTAR ISI

JUDUL …i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan Pembahasan 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Wadiah 2
B. Syarat-syarat Wadiah dalam Islam 3
C. Jenis-jenis Wadiah 3
D. Rukun Akad Wadiah 4
E. Landasan Hukum Wadiah 4
F. Faktor-faktor Yang Membatalkan Wadiah 5
BAB III PENUTUP
1. Kesimpulan…. 6
2. Daftar Pustaka… 7

iii
i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Menurut bahasa wadiah artinya, meninggalkan atau meletakkan. Meletakan sesuatu
pada orang lain untuk dipelihara atau dijaga.

Menurut istilah artinya, memberikan kekuasaan kepada orang lain untuk menjaga
hartanya atau barangnya dengan secara terang-terangan atau dengan isyarat yang
bermakna.

Secara etimologi wadiah berasal dari kata wada’a yang berarti meninggalkan atau
meletakkan atau titipan yang artinya, sebagai titipan murni dari satu pihak ke pihak lain,
baik individu maupun badan hokum yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si
penitip mengkehendakinya.

Secara definitif, wadiah berasal dari bahasa Arab yaitu barang yang dititipkan. Dalam
Islam, wadiah diartikan sebagai penjagaan kepemilikan terhadap barang-barang milik
priadi dengan cara-cara tertentu.

Menurut ulama fiqh wadiah bersifat amanah, bukan daman (menjamin/menanggung)


sehingga bila terjadi kerusakan maka bukan merupakan tanggungjawab pihak yang dititip,
kecuali jika kerusakan disebabkan karena pihak yang dititip.

Berdasarkan pengertian tersebut, wadiah adalah penitipan suatu barang kepada orang
lain dengan maksud dipelihara dan dirawat sebagaimana mestinya.

B. Rumusan Masalah
1. Teori Wadiah
2. Konsep Wadiah
3. Hukum Wadiah

C. Tujuan Pembahasan
1. Menjelaskan Pengertian Wadiah
2. Menjelaskan Konsep Wadiah
3. Menjelaskan Hukum Wadiah

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Wadiah
Wadiah adalah salah satu istilah dalam muamalah Islam yang artinya titipan. Titipan
ini harus dijaga dan dikembalikan kapan pun ketika si penitip mengkehendakinya. Menurut
bahasa wadiah artinya meninggalkan atau meletakkan, yaitu meletakkan sesuatu pada
orang lain untuk dipelihara atau dijaga.

Contoh wadiah yang diterapkan bank-bank syariah di Indonesia adalah giro wadiah,
tabungan hingga save deposit box bagi nasabah yang membutuhkan.

Secara definitif, wadiah berasal dari bahasa Arab yaitu barang yang dititipkan. Dalam
Islam wadiah diartikan sebagai penjagaan kepemilikan terhadap barang-barang milik
pribadi dengan cara-cara tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut, wadiah adalah
penitipan suatu barang kepada orang lain dengan maksud dipelihara dan dirawat
sebagaimana mestinya.

Akad wadiah ini hukumnya mubah atau diperbolehkan dalam Islam, berdasarkan dalil
Nabi Muhammad SAW: “Tunaikanlah amanah (titipan) kepada yang berhak menerimanya
dan janganlah membalas khianat kepada orang yang menghianatimu,” (H.R. Abu Daud)

Pengertian wadiah menurut para ahli, diantaranya:

1. Menurut Imam Hanafi arti wadiah adalah mengikutsertakan orang lain dalam
memelihara harta, baik dengan ungkapan yang jelas, melalui tindakan maupun melalui
isyarat.

2. Menurut Imam Hambali wadiah adalah mewakilkan orang lain untuk memelihara harta
tertentu dengan cara tertentu.

3. Menurut Bank Indonesia Tahun 2008 wadiah adalah akad penitipan barang atau uang
antara pihak yang mempunyai barang atau uang dengan pihak yang diberi
kepercayaan dengan tujuan untuk menjaga keselamatan, keamanan serta keutuhan
barang atau uang.

Jika ada seorang nasabah yang ingin membuka tabungan syariah atas dasar akad
wadiah, maka nasabah tersebut sebenarnya menitipkan atau menyimpan sejumlah uang

2
ke bank dan uang tersebut bisa diambil sewaktu-waktu oleh nasabah.

Ada 2 istilah dalam akad wadiah tersebut, diantaranya:

1. Muwadi’, artinya pemilik barang atau uang, atau penitip barang atau uang atau
nasabah

2. Mustauda’, artinya yang dititipi barang atau uang, atau pihak yang menyimpan barang
atau uang atau bank.

B. Syarat-syarat Wadiah dalam Islam


Wadiah dianggap sah jika memenuhi 3 syarat, diantaranya:
1. Syarat orang menitipkan (muwaddi’) dan yang dititipi barang (mustaudi’)

Orang yang menitipkan dan dititipi barang harus sudah balig dan berakal sehat.
Keduanya sudah cukup umur, dewasa dan dalam keadaan sadar. Berakal sehat artinya
tidak mabuk atau gila (hilang kesadaran)

2. Syarat barang yang dititipkan

Barang wadiah yang dititipkan harus berupa harta yang dapat disimpan dan
diserahterimakan serta memiliki nilai tertentu (qimah). Contoh barang wadiah adalah
harta benda, uang, barang berharga dan dokumen penting seperti saham, surat
perjanjian hingga sertifikat.

3. Syarat shigat atau ijab Kabul

Akad wadiah dilakukan dengan ucapan dan perbuatan. Contoh ucapan ijab Kabul
wadiah adalah “Saya titipkan barang ini kepadamu”, kemudian kabulnya berupa “Saya
terima titipan ini”.

C. Jenis-jenis Wadiah
Akad wadiah berkembang sesuai dengan dinamika pasar. Akad wadiah dapat
dibedakan menjadi 2 jenis, diantaranya:
1. Wadiah Yad Al-Amanah

Akad ini merupakan jenis akad wadiah yang murni, dimana yang dititipkan
bertanggungjawab menjaga barang atau uang titipan. Pihak yang dititpkan tidak
diperkenankan untuk memanfaatkan barang atau uang yang dititipkan tersebut untuk
keperluannya sendiri. Namun, pihak yang dititipkan berhak mendapatkan fee atas
3
jasanya menjaga barang atau uang tersebut sehingga disepakati jual beli manfaat
barang atau uang.

Jika barang hilang atau rusak maka pihak yang dititip tidak bertanggungjawab atas
penggantian atau hal apapun. Segala jenis kerusakan, kehilangan,perawatan dan
sebagainya sepenuhnya menjadi tanggungjawab penitip atau pemilik barang.

2. Wadiah Yad Adh-Dhamanah

Akad ini banyak digunakan dalam industri perbankan syariah. Pihak yang dititipkan
barang atau uang diberikan hak untuk memanfaatkan atau mengelolanya. Keuntungan
yang didapatkan dari pengelolaan dana nasabah, sepenuhnya menjadi hak dari pihak
yang dititipkan atau dalam hal ini adalah Bank. Namun, pihak Bank syariah biasanya
tetap memberikan keuntungan pada nasabah dalam bentuk bonus hanya saja
merupakan pemberian sukarela dan tidak boleh disebutkan nominal atau
persentasenya dalam akad.

Jika barang hilang atau rusak maka pihak yang dititip (Bank) harus bertanggungjawab
penuh atas penggantian atau hal apapun. Segala jenis kerusakan, kehilangan,
perawatan dan sebagainya sepenuhnya menjadi tanggungjawab yang dititipi.

Jenis barang yang diwadiahkan, diantaranya:


1. Harta benda, biasanya harta yang bergerak dalam Bank konvensional tempat
penyimpanannya dikenal dengan safety box suatu tempat dimana nasabah bisa
menyimpan barang apa saja ke dalam kotak tersebut.
2. Uang, jelas sebagaimana yang telah dilakukan pada umumnya
3. Dokumen penting (saham, obligasi surat perjanjian dan lain-lain
4. Barang berharga lainnya (surat tanah, surat wasiat dan lain-lain)

D. Rukun Akad Wadiah


Rukun wadiah adalah hal-hal yang terkait atau yang harus ada didalamnya yang
menyebabkan terjadinya akad wadiah, diantaranya:
1. Muwaddi (orang yang menitipkan)
2. Wadi’i (orang yang dititipkan barang)
3. Wadi’ah (barang yang dititipkan)
4. Shigot (ijab dan qobul)
4
Syarat rukun wadiah yang dimaksud adalah persyaratan yang harus dipenuhi oleh
rukun wadiah. Dalam hal ini persyaratan itu mengikat kepada muwaddi’, wadii’. Muwaddi’
dan wadii’ mempunyai persyaratan yang sama yaitu harus balig, berakal sehat dan dewasa.
Sementara wadi’ah disyaratkan harus berupa suatu harta yang berada dalam kekuasaan
atau tangannya secara nyata.

E. Landasan Hukum Wadiah


Wadiah diterapkan mempunyai landasan hukum yang kuat yaitu dalam Al-Qur’an karim
suroh An-Nisa ayat 28 “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah
kepada yang berhak menerimanya, dan (manyuruh kamu) apabila menetapkan hukum
diantara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi
pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar
lagi Maha Melihat”.

Landasan hukum transaksi wadiah berasal dari Q.S Al-Baqarah ayat 283 “Akan tetapi
jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu
menuaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya”.

Fatwa Majelis Ulama Indonesia berdasarkan fatwa DSN 02/DSN-MUI/IV/2000 tentang


tabungan. MUI menjelaskan bahwa tabungan yang dibenarkan syariah ada 2 yaitu
tabungan yang berdasarkan prinsip musdharabah dan wadi’a.

F. Faktor-faktor Yang Membatalkan Wadiah


Adapun faktor-faktor yang membatalkan wadiah, diantaranya:

1. Adanya pengembalian barang atau uang dari pihak yang dititipkan

2. Salah satu pihak, baik muwaddi’ dan wadii’ meninggal dunia, koma berkepanjangan
atau hilang akal

3. Pihak yang dititipkan tidak lagi memiliki kompetensi yang sesuai dengan syarat wadii’,
dalam perbankan, Bank yang bersangkutan bangkrut atau pailit

4. Pihak yang dititipi memindahkan hak kepemilikan barang kepada orang lain

5
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Akad wadiah adalah salah satu bentuk tolong-menolong yang diperintahkan Allah
dalam Al-Qur’an. Prinsip utama yang tidak boleh dilanggar dalam akad wadiah adalah
penitip barang boleh mengambil kapan pun barangnya yang telah dititipkan dan pihak
yang dititipkan wajib mengembalikan barang titipan ketika sang penitip barang meminta
kembali barangnya.

Dalam perbankan syariah, tabungan adalah simpanan berdasarkan akad wadiah atau
investasi dana berdasarkan akad mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan
dengan prinsip syariah yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat dan
ketentuan tertentu yang disepakati, tetaoi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet dan atau
giro juga lainnya yang dipersamakan dengan itu. Pilihan terhadap kedua prinsip tersebut
tergantung pada motif dari nasabah. Jika motifnya hanya menyimpan saja maka dapat
digunakan produk tabungan wadiah, sedangkan untuk memenuhi nasabah yang bermotif
investasi atau mencari keuntungan maka tabungan mudharabah yang lebih sesuai.

Fungsi dari penerima wadiah adalah sebagai penerima amanah yang wajib menjaga
harta atau benda yang dititipkan tanpa boleh memanfaatkannya. Penerima titipan boleh
membebankan biaya kepada pihak yang menitipkan barang sebagai bentuk kompensasi.
Perihal pemberian upah pada penerapan akad wadiah para ulama memiliki beberapa
pendapat mengenai hal tersebut, menurut ulama Syafi’iyah tidak boleh mengambil

6
keuntungan atau upah yang tidak disyaratkan diawal akad ketika memanfaatkan barang
yang dititipkan dan akadnya bisa dikatakan gugur.

Prinsip wadiah dalam Bank syariah merujuk pada perjanjian dimana pelanggan
menyimpan uang di Bank dengan tujuan agar Bank bertanggungjawab menjaga uang
tersebut dan menjamin pengembalian uang tersebut bila terjadi tuntutan dari nasabah.

B. DAFTAR PUSTAKA
1. https://tirto.id/pengertian-wadiah-atau-titipan-dalam-islam-hukum-dan-syaratnya-gllf
2. https://duniapendidikan33.blogspot.com/2014/12/wadiah-dan-hawalah.html
3. https://www.slideshare.net/maskarebet2/teori-dan-praktek-wadiah-dalam-lks
4. https://lifepal.co.id/media/wadiah/
5. https://www.finansialku.com/akad-wadiah/

Anda mungkin juga menyukai