Anda di halaman 1dari 14

Kelompok 3

AKAD TITIPAN (WADIAH)

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas

Mata Kulah : Fiqih Muamlah

Dosen Pengampu: Muhammad Amin,S.HI.,M.H.

Disusun Oleh

AHMAD LUTFI : NIM. 2312110070

KHALILURAHMAN: NIM. 23121150

HANIF MAGFIROH: NIM.2312110045

NOOR HASANAH: NIM.2312110062

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKA RAYA


FAKULTAS SYARIAH JURUSAN SYARIAH
PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH KELAS 2A
TAHUN 2023 M/1445 H
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh


Alhamdulillahhirobbil’alamin dengan mengucap syukur kehadirat Allah SWT.
Yang mana berkat Rahmat serta Hidayah-Nya jualah kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan salah satu tugas yang berjudul “Akad Wadiah” tepat waktu. Sholawat
serta salam tak lupa kita haturkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Yang
mana Beliau telah membawa kita dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang
benderang bersinarkan Iman, Islam dan Ihsan.
Tidak ada manusia yang sempurna di dunia apalagi dalam tahap pembelajaran
seperti ini, karena itu kami menyadari banyak sekali kekurangan dalam penulisan
makalah ini, namun kami berharap agar makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
pembacanya. Terimakasih kami sampaikan kepada teman-teman karena telah
membantu kelancaran dalam penulisan makalah ini. Semoga Allah SWT meridhoi
segala amal usaha yang kita lakukan.
Aamiin
Wassalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

Palangka Raya, 28 Februari 2024

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................................i


BAB I ........................................................................................................................................ 1
A. Latar Belakang .............................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................................... 2
C. Tujuan Penelitian .......................................................................................................... 2
Metode Penulisan ................................................................................................................ 2
BAB II ...................................................................................................................................... 3
A. Pengertian Wadia’h ....................................................................................................... 3
B. Dasar Hukum Wadi’ah (titipan) .................................................................................... 4
C. Syarat Dan Rukun Wadi’ah .......................................................................................... 4
D. Macam-Macam Wadi’ah............................................................................................... 5
E. Prinsip-Prinsipnya ......................................................................................................... 6
BAB III..................................................................................................................................... 9
A. Kesimpulan ..................................................................................................................... 9
B. Saran.............................................................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sebagai manusia tidak akan terlepas
dari kegiatan sosial, karena pada hakikatnya kita adalah makhluk Allah yang
diciptakan sebagai makhluk sosial. Salah satu kegiatan yang selalu kita jumpai
salah satunya dalam titip menitip uang atau barang, yang tidak memandang
umur, gender, maupun status kita dalam titip menitip. Hal ini wajar dan sangat
dimaklumi karena itu adalah fitrah sebagai manusia yang selalu hidup
bermasyarakat saling membantu dan tolong menolong antara individu dengan
individual lainnya guna memenuhi kebutuhan hidupnya.
Hal ini dikarenakan titip menitip mempunyai substansi yang
dikembangkan dengan model-model bisnis yang sesuai dengan perkembangan
zaman.Sebenarnya bahasan tentang titip menitip ini adalah bagian dari
muamalah yang akan selalu berkembang dan berubah sesuai dengan
perkembangan zaman. Hal ini dikarenakan titip menitip merupakan hal yang
dinamis, namun dengan syarat harus sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang
sudah disyariatkan dalam oleh Syari’at Islam.Dalam sebuah akad titip, bisa
dijelaskan sebagai situasi di mana seseorang dipercayakan untuk menitipkan
uang atau barang kepada pihak lain dengan persetujuan dan kepercayaan yang
saling dimiliki.
Pengaturan ini dapat mencakup perjanjian tertulis atau secara lisan,
dengan tujuan agar pihak yang menitipkan merasa yakin bahwa harta atau
uangnya akan dijaga dan dikembalikan sesuai dengan kesepakatan.Maka dari
itu di dalam makalah ini kami akan menjelaskan tentang pengertian,dasar
hukum,rukun,syarat sah,macam-macam,dan prinsip-prinsip dalam titip
menitip.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian titipan Wadiah dan dasar hukumnya?
2. Apa rukun dan syarat sah titipan Wadiah?
3. Bagaimana macam –macam titipan /Wadiah?
4. Bagaimana prinsi-prinsip titipan /Wadiah?

C. Tujuan Penelitian
1. Apa pengertian titipan Wadiah dan dasar hukumnya?
2. Apa rukun dan syarat sah titipan Wadiah?
3. Bagaimana macam –macam titipan /Wadiah?
4. Bagaimana prinsi-prinsip titipan /Wadiah?

D. Metode Penulisan
1. Metode perpustakaan (library research) dengan menggukan buku.

2. Metode penelusuran internal (web research) dengan menggunakan jurnal.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Wadia’h
Wadia’h berasal dari kata wada’a yang sinonimnya taraka artinya:
Meninggalkan Sesutu yang dititipkan oleh seseorang yang di tinggalkan
kepada orang lain untuk di jaga yang dinamakan wadi’ah, karena sesuatu
(barang) tersebut ditinggalkan kepada orang yang dititipi.1
Wadi’ah adalah akad seseorang kepada pihak lain dengan
menitipkan suatu barang untuk dijaga secara layak (menurut kebiasaan).
Atau ada juga yang mengartikan wadiah secara istilah adalah memberikan
kekuasaan kepada orang lain untuk menjaga hartanya/ barangnya dengan
secara terang-terangan atau dengan isyarat yang semakna dengan itu 2 .
Ulama mahzab Hanafi mengartikan Wadiah adalah memberikan wewenang
kepada orang lain untuk menjaga hartanya. Contohnya seperti ada
seseorang menitipkan sesuatu pada seseorang dan si penerima titipan
menjawab ia atau mengangguk atau dengan diam yang berarti setuju, maka
akad tersebut sah hukumnya.
“mengikut sertakan orang lain dalam memelihara harta baik dengan
ungkapan yang jelas maupun isyarat”. Sedangkan mahzab Maliki, Syafi’i,
Hanabilah mengartikan wadiah adalah mewakilkan orang lain untuk memelihara
harta tertentu dengan cara tertentu. “ mewakilkan orang lain untuk memelihara harta
tertentu dengan cara tertentu“.3
Apabila ada kerusakan pada benda titipan tidak wajib menggantinya, tapi
bila kerusakan itu disebabkan oleh kelalaiannya maka diwajibkan menggantinya.

1
Ahmad Wardi Muslic, Fikih Muamalah, (Jl.Sawo Rya No.18 Jakarta: 13220), hl. 455.
2
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah Dalam Teori ke Praktik, (Jakarta: GemaInsani, 2001), h.
85.
3
Muhammad Firdaus, ed., Cara Mudah Memahami Akad-Akad Syariah, (Jakarta: Renaisan, 2005),
hlm. 25.

3
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda, “Tunaikanlah amanah kepada
orang yang mengamanahkan kepadamu, dan janganlah kamu mengkhianati orang
yang mengkhianatimu.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi, dishahihkan oleh Syaikh
Al Albani dalam Al Irwaa‟ 5/381).
B. Dasar Hukum Wadi’ah (titipan)
Akad wadi’ah merupakan akad yang diperbolehkan (mubah) menurut
syariat.Dasar hukum wadia’ah,sebagai berikut :

1. Al-Qur’an
Artinya:”jika kamu dalam perjalanan (dan bemu’amalah tidak
secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis,Maka
hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang
berpiutang).akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian
yang lain,maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan
amanatnya (hutangnya ) dan hendaklah ia bertakwa kepada allah
tuhanya.”(Q S.Al-Baqoroh[2]:283).
2. Hadis Nabi
Artinya:”tunaikanlah amanah (titipan) kepada yang berhak
menerimanya dan janganlah membalas khianat kepada orang yang
menghianatimu.”(H R.Abu Daud).
C. Syarat Dan Rukun Wadi’ah
1. Rukun Wadi’ah
Dalam pelaksanaan wadi’ah harus memenuhi rukun dan syarat
tertentu.Menurut ulama Madzhab Hanafiyah, rukun al-wadi’ah ada
satu yaitu ijab dan qabul sedangkan yang lainya termasuk syarat dan
tidak termasuk rukun.Sedangkan menurut Jumhur ulama,rukun
wadi’ah ada empat yaitu : Mudi (orang yang), wadii’(orang yang
dititipkan), wadi;ah(barang yang dititipkan), Shigat titipan (ijab dan
qabul).

4
2. Syarat-Syarat Wadi’ah
a. Orang yang berakal. Yaitu hendaklah orang yang melakukan
dalam keadaan sehat (tidak gila).Diantaranya baligh,berakal
serta kemauan sendiri tanpa ada paksaan.Dalam mazhab
Hanafi baligh dan berakal tidak menjadi syarat bagi orang
yang sedang berakad,jadi anak kecil melakukan akad wadi’ah
dengan syarat didizinkan oleh walinya.4
b. Barang Titipan
Syarat-syarat benda yang dititipi yaitu :
1) Benda yang dititipkan disyaratkan harus benda yang
disimpan.Apabila benda tersebut tidak bias
disimpan,maka wadiah tidak sah apabila hilang,sehingga
tidak wajib diganti.Syarat ini dikemukakan oleh ulama-
ulama Hanafiyah.5
2) Syafi’iyah dan Hanabilah mensyaratkan benda yang
dititipkan harus benda yang ababila benda tersebut
tidak memiliki nilai,seperti anjing yang tidak ada
manfatnya,maka wadi’ah tidak sah.
c. Sighat (akad). Syaratnya yaitu kedua belah pihak
mengucapkan akad antara orang yang menitipkan (mudi’) dan
orang yang diberi titipan (wadi’).Dalam perbankan biasanya
ditandai dengan penanda tanganan surat/buku tanda
penyimpanaan.
D. Macam-Macam Wadi’ah
1. Wadia’ah yad Amanah

4
Dr,Sri Sudiarti,MA,Fiqih Muamalah Kontenporer,Medan :FEBI UIN-SU Press,2018,hlm.215-216
5
Abidin,Ibnu,Hasyiah Radd Al-MukhtaR,Beirut :Dar al-fikr,1992.hlm.328

5
Para ulama fiqih berpendapat bahwa akad wadi’ah bersifat
mengikat antara kedua belah pihak. Wadi’ah yad amanah merupakan
titipan murni,dimana pihak yang dititipi tidak boleh memenfaatkan
dana atau barang yang dititipi dan tidak boleh memenfaatkan dana
atau barang yang dititipkan,berhak meminta biaya atas penitipan
tersebut.Jika selama penitipan terdapat kerusakan,maka tidak
menjadi tanggung jawab pihak yang menitipi, berbeda jika
kerusakaan itu di sengaja oleh orang yang dititipi. Seperti sabda
Rasulluwlah SAW :
“orang yang dititipi barang,apabila tidak melakukan pengkhianatan
tidak dikenakan ganti rugi." (HR,Baihaqi dan Daru-Quthni)
Dalam Riwayat lain menyatakan:
Artinya : “tidak ada ganti terhadap orang yang dipercaya memegang
amanat.”
(HR,Daruquthni”).
2. Wadi’ah Yad Dhamanah
Akad ini bersifat memberikan kebebasan kepada pihak
penerima titipan dapat memanfaatkan barang titipan dan
bertanggung jawab terhadap kehilangan atau kerusakan pada barang
yang digunakanya.Dari keuntungan yang diperoleh dari pemanfaatan
barang titipan tersebut,dapat diberikan Sebagian kepada pihak yang
menitipkan dengan syarat tidak diperjanjikan sebelumnya.6
E. Prinsip-Prinsipnya
Prinsip Al-Wadiah dalam bank syariah merujuk pada
perjanjian dimana pelanggan menyimpan uang di bank dengan tujuan
agar bank bertanggungjawab menjaga uang tersebut dan menjamin
pengembalian uang tersebut bila terjadi tuntutan dari nasabah.

6
Dr.Sri Sudiarti,MA,Fiqih Muamalah Kontenporer,Medan :FEBI UIN-SU Press,2018,hlm 216-217

6
Sebagai konsekuensi dari pelaksanaan prinsip wadiah adalah semua
keuntungan yang dihasilkan dari dana titipan tersebut akan menjadi
milik bank (demikian pula sebaliknya). Sebagai imbalan bagi
nasabah, si penyimpan mendapat jaminan keamanan terhadap harta
dan fasilitas-fasilitas giro lain.
Berdasarkan pada aturan perundangan yang ditetapkan oleh BI,
prinsip ini teraplikasi dalam kegiatan penggalangan dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan yang meliputi :12
1. Giro
2. Tabungan
3. Deposito, Dan
4. Bentuk lainnya.

Adapun ketentuan umum dari prinsip ini adalah:

1. Keuntungan atau kerugian dari penyaluran dana menjadi milik atau


tanggungan bank, sedang pemilik dana tidak dijanjikan imbalan dan
tidak menanggung kerugian. Bank dimungkinkan memberi bonus
kepada pemilik dana sebagai suatu insentif untuk menarik dana
masyarakat namun tidak boleh diperjanjikan di muka.

2. Bank harus membuat akad pembukaan rekening yang isinya


mencakup ijin penyaluran dana yang disimpan dan persyaratan lain
yang disepakati selama tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
Khusus bagi pemilik rekening giro bank dapat memberikan buku cek,
bilyet giro dan debit card.

3. Terhadap pembukaan rekening ini bank dapat mengenakan biaya


administrasi untuk sekedar menutupi biaya yang benar – benar terjadi.

7
4. Ketentuan – ketentuan lain yang berkaitan dengan rekening giro
dan tabungan berlaku selama tidak bertentangan dengan prinsip
syariah.

Pada dunia perbankan, insentif atau bonus dapat diberikan dan


hal ini menjadi kebijakan dari bank bersangkutan. Hal ini dilakukan
sebagai upaya merangsang semangat masyarakat dalam menabung
dan sekaligus sebagai indikator kesehatan bank. Pemberian bonus
tidak dilarang dengan catatan tidak disyaratkan sebelumnya dan
secara jumlah tidak ditetapkan dalam nominal atau persentasi.
Sehingga akad wadhi’ah yang dilakukan sah hukumnya. Hal ini
sesuai dengan pendapat ulama hanafi dan maliki.

Insentif dalam perbankan adalah merupakan banking policy


dalam upaya merangsang minat masyarakat terhadap bank, sekaligus
sebagai indicator bank terkait. Karena semakin besar keuntungan
nasabah semakin efisien pula pemanfaatan dana tersebut dalam
investasi yang produktif dan menguntungkan.

8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Meninggalkan Sesutu yang dititipkan oleh seseorang yang di
tinggalkan kepada orang lain untuk di jaga yang dinamakan
wadi’ah,karena sesuatu (barang) tersebut ditinggalkan kepada orang
yang dititipi. Orang yang menerima barang titipan tidak berkewajiban
menjamin, kecuali bila ia tidak melakukan kerja dengan sebagaimana
mestinya atau jinayah terhadap barang titipan. Menurut ulama Madzhab
Hanafiyah, rukun al-wadi’ah ada satu yaitu ijab dan qabul sedangkan
yang lainya termasuk syarat dan tidak termasuk rukun.Sedangkan
menurut Jumhur ulama,rukun wadi’ah ada empat yaitu : Mudi (orang
yang),wadii’(orang yang dititipkan),wadi;ah(barang yang
dititipkan),Shigat titipan (ijab dan qabul). Syarat sah nya salah satunya
adalah orang yang berakal, dan benda yang dititipkan disyaratkan harus
benda yang disimpan.
2. Apabila benda tersebut tidak bias disimpan,maka wadiah tidak sah
apabila hilang,sehingga tidak wajib diganti.Syarat ini dikemukakan oleh
ulama-ulama Hanafiyah. Syafi’iyah dan Hanabilah mensyaratkan benda
yang dititipkan harus benda yang ababila benda tersebut tidak memiliki
nilai, seperti anjing yang tidak ada manfatnya,maka wadi’ah tidak sah.
Syaratnya yaitu kedua belah pihak mengucapkan akad antara orang yang
menitipkan (mudi’) dan orang yang diberi titipan (wadi’).Dalam
perbankan biasanya ditandai dengan penanda tangan surat.
3. Ada 2 macam wadah yaitu .Wadi’ah yad amanah merupakan titipan
murni,dimana pihak yang dititipi tidak boleh memenfaatkan dana atau
barang yang dititipi dan tidak boleh memenfaatkan dana atau barang

9
yang dititipkan,berhak meminta biaya atas penitipan tersebut. Dan
Wadi’ah Yad Dhamanah Akad ini bersifat memberikan kebebasan
kepada pihak penerima titipan dapat memanfaatkan barang titipan dan
bertanggung jawab terhadap kehilangan atau kerusakan pada barang
yang digunakanya.
4. Prinsip Al-Wadiah dalam bank syariah merujuk pada perjanjian dimana
pelanggan menyimpan uang di bank dengan tujuan agar bank
bertanggungjawab menjaga uang tersebut dan menjamin pengembalian
uang tersebut bila terjadi tuntutan dari nasabah. kegiatan penggalangan
dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan yang meliputi. Giro, Tabungan,
Deposito, dan Bentuk lainnya.
B. Saran
Penulis menghimbau kepada seluruh rekan-rekan untuk bisa
mempelajari lebih lanjut materi mengenai Akad Titipan Wadiah. Mohon
maaf atas segala kekurangan yang ada pada makalah ini. Sebab, penulis
sadar bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dan kami harap kepada
rekan-rekan untuk memberikan masukan kepada kelompok kami apabila
terdapat kesalahan dalam penulisan makalah ini.

10
DAFTAR PUSTAKA

Wardi Muslic Ahmad Fikih Muamalah. (Jl.Sawo Rya No.18 Jakarta: 13220).

Syafi’i Antonio Muhammad. Bank Syariah Dalam Teori ke Praktik. (Jakarta: Gema
Insani, 2001).

Firdaus Muhammad. Cara Mudah Memahami Akad-Akad Syariah. (Jakarta:


Renaisan, 2005).
Dr,Sri Sudiarti,MA,Fiqih Muamalah Kontenporer. (Medan :FEBI UIN-SU Press,
2018).
Abidin. dkk. (Beirut :Dar al-fikr,1992).

11

Anda mungkin juga menyukai