Anda di halaman 1dari 26

Analisis Dasar Hukum Islam Pelaksanaan Perkawinan Online

Disusun Oleh
M. Alif Eko Putro Santoso
2312110074

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKA RAYA


FAKULTAS SYARIAH JURUSAN SYARIAH
PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM
TAHUN 2024
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga Makalah Analisis Dasar Hukum
Pelaksanaan Kasus Perceraian Melalui Pengadilan Online dapat diselesaikan tepat
pada waktunya.

Penulisan ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, penulis mengucapkan rasa syukur dan terima kasih kepada
seluruh pihak yang telah membantu sehingga penyusunan Makalah Analisis Dasar
Hukum Pelaksanaan Kasus Perceraian Melalui Pengadilan Online ini dapat
diselesaikan.

Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran dari berbagai pihak yang bersifat
membangun sangat diharapkan.

Semoga dengan adanya penelitian dapat memberikan kontribusi untuk


pembentukan kebijakan hukum yang relevan dengan perkembangan teknologi
blockchain dalam pembuktian digital.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.

Palangka Raya, Maret 2024

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
DAFTAR TABEL...................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH..........................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH..........................................................................2
1.3 BATASAN MASALAH...........................................................................3
1.4 TUJUAN MASALAH...............................................................................3
1.5 MANFAAT MASALAH..........................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................4
2.1 TINJAUAN PUSTAKA............................................................................4
2.2 LANDASAN TEORI................................................................................7
BAB III METODOLOGI PENELITIAN...............................................................9
3.1 METODE PENELITIAN..........................................................................9
3.2 ALUR PENELITIAN..............................................................................10
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................11
4.1 DASAR HUKUM NIKAH ONLINE......................................................11
4.2 DATA PERNIKAHAN PADA BULAN JANUARI 2024.....................17
4.3 DATA PERNIKAHAN PADA BULAN FEBRUARI 2024..................17
4.4 DATA PERNIKAHAN PADA BULAN MARET 2024........................18
BAB V PENUTUP................................................................................................19
5.1 KESIMPULAN.......................................................................................19
5.2 SARAN...................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................20

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Tinjauan Pustaka.........................................................................................5


Tabel 3 Pernikahan Pada Bulan Januari 2024........................................................17
Tabel 4 Pernikahan Pada Bulan Februari 2024......................................................17
Tabel 5 Pernikahan Pada Bulan Maret 2024..........................................................18
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Proses ijab qabul...................................................................................17


Gambar 2 Proses ijab qabul pada masa Covid-19..................................................17
Gambar 3 Proses ijab qabul di KUA......................................................................18
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH


Pernikahan merupakan salah satu peristiwa penting dalam
kehidupan manusia. Pernikahan yang terjadi antara seorang pria dengan
seorang wanita menimbulkan akibat lahir maupun batin baik terhadap
keluarga masing-masing masyarakat dan juga dengan harta kekayaan yang
diperoleh diantara mereka baik sebelum maupun selamanya pernikahan
berlangsung.

Sejak munculnya covid-19 dan semakin merambat di awal tahun


2020, banyak perubahan besar yang terjadi dalam kehidupan kita bahkan
dalam pelaksanaan pernikahan pun banyak yang berbeda dengan sebelum
masa pandemi. Misalnya kita tidak lagi bisa beraktivitas di luar rumah
tanpa mengenakan masker dan membawa handsanitaizer di dalam tas kita.
Hal ini juga ikut mempengaruhi pandangan masyarakat seputar kegiatan
sosial seperti munculnya pernikahan secara virtual melalui via zoom. Salah
satu kasus pernikahan melalui aplikasi via zoom yaitu terjadi pada Max
Walden dan Safira Gayatri, yang mana mempelai pria berada di Australia
sedangkan mempelai wanita dan walinya berada di Indonesia. Pada proses
pernikahannya mempelai wanita beserta keluarganya mempersiapkan
semua kebutuhan pernikahan seperti pada umumnya begitu juga dengan
mempelai pria yang berada di Australia menyiapkan semua kebutuhan
pernikahannya. Kemudian, disediakan sebuah TV besar yang sudah
tersambung dengan Handphone kedua belah pihak yang dimana TV
tersebut sudah terhubung via zoom sehingga seluruh proses pernikahan
bisa di saksikan melalui layar TV yang ada oleh seluruh keluarga dari
mempelai pria maupun mempelai wanita.1

1
R. Gunadha. 2020, PestaNikahSaatCorona, Publik Protes Kapolsek Kembangan Cuman
Dimutasi. Suara.Com https//www.suara.com/news/2020/04/02/140835/pest-nikah-saat-corona-
publik-protes-kapolsek-kembangan-cuman-dimutasi

1
2

Dengan berkembangnya dunia teknologi dalam hal media sosial di


masa pandemi, perkawinan yang di langsungkan tidak sama lagi seperti di
zaman dahulu zaman rasul atau di masa klasik, praktik perkawinan-nya
tidak lagi sama sebagaimana di masa klasik tersebut akan tetapi dengan
percepatan berkembangan-nya dunia teknologi dan informasi maka praktik
perkawinan memungkinkan dapat dilakukan dengan cara-cara sesuai
dengan perkembangan zaman.2

Akad nikah melalui perangkat atau secara online bersifat kasuistik


yang dilakukan dengan persyaratan-persyaratan tertentu atau kondisi
tertentu sehingga ada ulama yang mengatakan sah dan tidak. Jumhur
ulama yang berpendapat bahwa akad nikah itu dipersyaratkan
pelaksanaannya dilakukan dalam suatu majelis. Dalam pembahasan nikah
lewat handphone internet, facebook, whatsapp, twitter dan yang lain-lain,
secara lahir jelas tidak terpenuhi. Namun, pengertian “suatu majelis”
menurut jumhur ulama bermakna yaitu agar semua pihak (wali, saksi calon
dan sebagainya) yang terlibat di dalam akad pernikahan bisa mengikuti
semua proses ijab-qabul dan menetapkan dua orang saksi di tempat calon
suami melaksanakan qabul atau lafadz shiqhat tersebut dan dipastikan
bersumber dari calon suami. Dengan begitu nikah melalui perangkat bisa
dinyatakan sah.3

Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengangkat penelitian


dengan judul Analisis Dasar Hukum Islam Dalam Pelaksanaan Perkawinan
Secara Online Melalui Media Zoom. Untuk mengetahui dasar hukum
islam bagi pasangan yang melakukan pernikahan secara online.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa dasar hukum dalam melaksanakan pernikahan secara online?
2. Bagaimana praktik pelaksanaan pernikahan secara online?

2
Thahir Maloko, 2012, Dinamika Hukum Dalam Perkawinan, Makassar: Alauddin
University Press, h. 23
3
Al-qadhi Abu Syuja Ahmad, 2018, Fiqih sunnah Imam Syafi’I, Jakarta: Fathan Media
Prima, h.198-199
3

1.3 BATASAN MASALAH


Batasan masalah yang diteliti meliputi:

1. Dasar hukum pelaksanaan pernikahan online menurut jumhur


ulama, dan Komplikasi Hukum Islam (KHI).

1.4 TUJUAN MASALAH


Tujuan ini sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan
dari penulis menyusun makalah ini adalah:

1. Untuk memahami apa yang menjadi dasar hukum pernikahan


online.

1.5 MANFAAT MASALAH


Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk dapat
memberikan pemahaman terhadap dasar hukum pelaksanaan nikah online
dan tata cara pelaksanaannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 TINJAUAN PUSTAKA


1. Muhammad Alwi Al-Maliki, Asep Saepudin Jahar, Jurnal Indo-
Islamika (JII) Volume 10 Nomor 2 Tahun 2020, yang berjudul
“Dinamika Hukum Akad Nikah Via Teleconference di Indonesia”.
Jurnal ini membahas akad nikah online dengan memfokuskan kajian
dilihat tiga pendekatan, yaitu yuridis, filosofis dan sosiologis. 4
Sedangkan, penulis memfokuskan kajian menggunakan pendekatan
teologi normatif.
2. Mohamad Ma‟ruf Zain, penelitian tesis yang berjudul “Akad Nikah
Virtual Sebagai Alternatif Pernikahan Pada Masa Pandemi Covid-19
Perspektif Maslahah”, Izz al-Din Ibn, Abd al-Salam (Studi Fatwa
Majlis Kebangsaan bagi Hal Ehwal Ugama Islam Malaysia).
Penelitian ini adalah penelitian library research atau penelitian
kepustakaan. Penelitian ini membahas akad nikah virtual sebagai
alternatif pernikahan pada masa pandemi covid-19 yang terjadi di
negara Malaysia.5 Berbeda dengan penulis ini yang membahas dasar
hukum pernikahan online dengan menggunakan hukum islam.
3. Abdul Hafidz Miftahuddin, Diva Johan Anggara, Jurnal PIKIR
Volume 6 Nomor 1 Tahun 2020, yang berjudul “Keabsahan Media
(Video Call Whatsapp) Sebagai Perantara Pernikahan (Studi
Komparatif Kitab Kifayatul Akhyar dan Kitab al Fiqh al Islam wa
Adillatuhu). Jurnal ini membahas akad nikah online dengan
memfokuskan kajian dilihat dari dua perspektif, yaitu dari perspektif
kitab Kifayatul Akhyar dan perspektif Kitab al Fiqh al Islam wa
Adillatuhu. Kemudian mengkomparasikan hasil penelitian dari kedua
4
Muhammad Alwi Al-Maliki dkk, Dinamika Hukum Akad Nikah Via Teleconference di
Indonesia (Jakarta: Jurnal Indo-Islamika (JII) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2020)
5
Mohamad Ma‟ruf Zain, Akad Nikah Virtual Sebagai Alternatif Perikahan Pada Masa
Pandemi Covid-19 Perspektif Maslahah „Izz al-Din Ibn „Abd al-Salam (Studi Fatwa Majlis
Kebangsaan bagi H. Ehwal Ugama Islam Malaysia), Tesis (Malang: UIN Maulana Malik Ibrahim,
2021)

4
5

kitab tersebut.6 Berbeda dengan penulis yang menganalisis dasar


hukum nikah online dengan menggunakan hukum islam secara umum.
4. M. Misbahul Amin, Jurnal USRATUNA Volume 3 Nomor 2 Tahun
2020, yang berjudul “Studi Analisis Akad Nikah Dengan
Menggunakan Video Call Perspektif Maqoshid Al-Syariah dan
Undang-Undang No.1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan”. Jurnal ini
membahas akad nikah online dengan memfokuskan kajian
menggunakan teori maqoshid syariah dan perspektif Undang-Undang
Perkawinan No.1 Tahun 1974.7 Berbeda dengan penulis yang fokus
mengkaji dasar nikah online menggunakan hukum islam secara
umum.
5. M. Asgaff Aznan Siregar, penelitian tesis yang berjudul “Analisis
Hukum Islam Tentang Keabsahan Akad Nikah Online Saat Pandemi
Covid-19”. Penelitian ini merupakan penelitian library research atau
penelitian kepustakaan. Penelitian ini membahas akad nikah secara
online saat pandemi covid-19.8 Berbeda dengan penulis yang
membahas dasar hukum islam nikah online.
Tabel 1 Tinjauan Pustaka

Judul Peneliti Isi Perbedaan dari


penulis
Dinamika Muhammad Pembahasan akad Pembahasan akad
Hukum Akad Alwi Al- nikah online kajian melalui
Nikah Via Maliki, Asep pendekatan pendekatan
Teleconference Saepudin yuridis, filosofis normatif
di Indonesia Jahar dan sosiologis
Akad Nikah Mohamad Akad nikah virtual Dasar hukum
6
Abdul Hafidz Miftahuddin dkk, Keabsahan Media (Video Call Whatsapp) Sebagai
Perantara Pernikahan (Studi Komparatif Kitab Kifayatul Akhyar dan Kitab al Fiqh al Islam wa
Adillatuhu)(Jawa Timur: Jurnal PIKIR STAI Darussalam Nganjuk, 2020)
7
M. Misbahul Amin, Studi Analisis Akad Nikah Dengan Menggunakan Video Call
Perspektif Maqoshid Al-Syariah dan Undang-Undang No.1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan
(Jawa Timur: Jurnal USRATUNA STAI Darussalam Nganjuk, 2020)
8
M. Asgaff Aznan Siregar, Analisis Hukum Islam Tentang Keabsahan Akad Nikah
Online Saat Pandemi Covid-19, Tesis (Lampung: UIN Raden Intan Lampung, 2021)
6

Virtual Ma‟ruf Zain sebagai alternatif pernikahan online


Sebagai pernikahan pada dengan
Alternatif masa pandemi menggunakan
Pernikahan covid-19 yang hukum islam
Pada Masa terjadi di negara
Pandemi Malaysia
Covid-19
Perspektif
Maslahah
Keabsahan Abdul Hafidz Akad nikah online Menganalisis
Media (Video Miftahuddin, dengan dasar hukum
Call Diva Johan memfokuskan nikah online
Whatsapp) Anggara kajian dilihat dari dengan
Sebagai dua perspektif, menggunakan
Perantara yaitu dari hukum islam
Pernikahan perspektif kitab secara umum
(Studi Kifayatul Akhyar
Komparatif dan perspektif
Kitab Kitab al Fiqh al
Kifayatul Islam wa
Akhyar dan Adillatuhu. Dan
Kitab al Fiqh dibandingkan
al Islam wa keduanya
Adillatuhu)
Studi Analisis M. Misbahul Akad nikah online Dasar nikah
Akad Nikah Amin dengan online
Dengan memfokuskan menggunakan
Menggunakan kajian hukum islam
Video Call menggunakan teori secara umum
Perspektif maqoshid syariah
Maqoshid Al- dan perspektif
7

Syariah dan Undang-Undang


Undang- Perkawinan No.1
Undang No.1 Tahun 1974
Tahun 1974
Tentang
Perkawinan
Analisis M. Asgaff Akad nikah secara Dasar hukum
Hukum Islam Aznan Siregar online saat islam nikah
Tentang pandemi covid-19 online
Keabsahan
Akad Nikah
Online Saat
Pandemi
Covid-19

2.2 LANDASAN TEORI


1. Konsep perkawinan dalam hukum islam merupakan dasar atau
kerangka hukum bagi institusi perkawinan dalam masyarakat muslim.
Poin penting dalam konsep perkawinan yakni: Syarat-syarat
perkawinan yang harus dipenuhi, tujuan perkawinan harus yang baik,
dan harus memenuhi hak dan kewajiban suami dan isteri.
2. Aspel yang diperhatikan dalam analisis pelaksanaan pernikahan online
antara lain: Apakah sah pernikahan online menurut hukum islam,
adanya kesepakatan dan kesaksian dari pernikahan online, adanya
pemenuhan hak dan kewajiban suami dan isteri dalam pernikahan
online, dan bagaimana cara pembatalan atau perceraian dari
pernikahan online.
3. Pandangan ulama dan fatwa mengenai keabsahan pernikahan online.
4. Pengaruh sosial pernikahan online terhadap masyarakat sekitar dan
pengaruh psikologis terhadap suami dan isteri yang melakukan nikah
online.
8
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 METODE PENELITIAN


Metode merupakan hal yang penting untuk dapat tercapainya
tujuan dari sebuah penelitian. Untuk mendapatkan data-data yang jelas dan
terukur. Serta dalam penelitian ini digunakan metode sebagai kedalaman
dalam menganalisis, berikut:
1. Jenis penelitian
Penelitian yang dilakukan ini merupakan penelitian pustaka
(library research), yaitu sumber penelitian yang sumber
datanya diperoleh dari pustaka, buku-buku atau karya-karya
tulis yang relevan dengan pokok masalah yang diteliti. Sumber
tersebut diambil dari berbagai karya yang membicarakan
tentang masalah akad nikah melalui media massa,
telekonferensi dan yang sejenis dengan nya dan beberapa
literatur tentang dasar nikah online.
2. Sifat penelitian
Dalam penyusunannya, makalah ini bersifat deskriptif
analisis karena penelitian ini semata-mata menggambarkan
suatu objek untuk mengambil kesimpulan-kesimpulan yang
berlaku secara umum.
3. Teknik pengumpulan data
Sebagaimana yang telah dituliskan sebelumnya bahwa
penelitian ini merupakan jenis penelitian pustaka yang bersifat
kualitatif. Berdasarkan kebutuhan penelitian, maka metode
pengumpulan datanya dengan membaca, menelaah, dan
mencari sumber-sumber data baik yang bersumber dari bahan
hukum primer.

9
10

3.2 ALUR PENELITIAN

Jumhur
Dasar Ulama dan
Hukum KHI
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 DASAR HUKUM NIKAH ONLINE


Pernikahan online berarti pernikahan yang komunikasi akadnya
dilakukan dengan bantuan komputer yang terhubung kepada server dan
alat bantu seperti media online yang mengacu pada multimedia dan
telekomunikasi di dalamnya terhubung dengan portal online tertentu
dengan karakteristik yang berbeda sesuai dengan fasilitas yang bersumber
pada saluran internet.9 Pada penerapannya “nikah online” ini
memanfaatkan perkembangan teknologi untuk menggambarkan situasi tiap
individu yang berinteraksi secara teleconference untuk membantu
terlaksananya perkawinan. Selain menyampaikan suara, video
teleconference lebih teruji daripada telepon dikarenakan dapat menyajikan
gambar sehingga lebih memberikan kejelasan bagi pihak yang
melaksanakannya.10

Secara istilah umumnya bahwa pernikahan online via live


streaming merupakan pernikahan yang dilakukan oleh sebagian orang
yang tidak memungkinkan untuk melaksanakan pernikahan secara
langsung, dan yang berada dalam keadaan jarak jauh, dimana sebagian
dari syarat dan rukun dalam pernikahan yang tidak biasa dilaksanakan
sesuai hukum yang ada. Dan sehingga mengharuskan untuk terjadinya
proses pernikahan atau poses ijab qabul dengan melalui jalan
telekomunikasi suara serta gambar yang ada di layar.11

Dalam penerapannya, perkawinan online ini disertai dengan


fasilitas berupa proyektor untuk menyajikan gambar dari para pihak
dengan segala unsur yang dibutuhkan untuk melaksanakan akad. Ini
9
Kenny Wiston, Laurences Aulina. Nikah Online. Diakses melalui https://
www.kennywiston.com/nikah online menurut hukum islam dan implikasi pencatatannya
10
Kenny Wiston. Nikah Online Menurut Hukum Islam dan Implikasi Pencatatannya.
https://www.kennywiston.com/nikah-online-menurut-hukum-islam-dan-implikasi-pencatatann
11
Muhammad Sabir, “Pernikahan Via Telepon”, Jurnal Al-Qad u, Volume 2, No. 2.
2015, h. 200.

11
12

dibutuhkan untuk meyakinkan kepada setiap orang agar bisa menyaksikan


akad layaknya berjumpa secara nyata seperti pertemuan pada umumnya,
dengan disertai speaker agar orang-orang bisa dengan jelas mendengarkan
prosesi perkawinan berlangsung. Untuk perkawinan online ini akad
dilakukan secara berhadap-hadapan, namun tidak dengan tempat yang
sama, dimana akad dilangsungkan dengan jarak yang terpisah.12

Salah satu media online yang dapat digunakan dalam


melangsungkan akad pernikahan adalah dengan cara Live streaming, yaitu
tayangan langsung yang di-broadcast kepada banyak orang (viewers)
dalam waktu yang bersamaan dengan kejadian aslinya, melalui media data
komunikasi (network) baik yang terhubung dengan kable atau wireless.
Live Streaming dapat digunakan untuk menyiarkan secara langsung video
yang direkam melalui sebuah kamera video supaya dapat di lihat oleh
siapapun dan dimanapun dalam waktu bersamaan. Live Streaming juga
dapat digunakan untuk mengetahui keadaan yang sedang terjadi di suatu
tempat tanpa perlu berada di lokasi yang sama.

Kriteria yang dijadikan patokan untuk menetapkan bahwa individu


dapat melaksanakan nikah online, yaitu:

1. Para pihak yang melangsungkan akad harus terpisahkan oleh


jarak yang sangat jauh.
2. Berhalangan hadir karena keadaan tertentu yang menyebabkan
keduanya tidak dapat bertemu dalam satu tempat untuk
melaksanakan akad seperti biasa.13

Berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan di atas didapatkan


tolok ukur yang menyatakan bahwa akad ini hanya berlaku bagi mereka
yang terkendala untuk melaksanakan akad sebagaimana mestinya, maka

12
Ari Cahyo Nugroho, Konstruksi Media Online Tentang Realitas Penyedotan Pulsa
Analisi Framming Terhadap Berita Dalam Tribunnews.com Masyarakat Telematika Dan
Informasi. Jurnal Penelitian Teknologi Informasi dan Komunikasi, Vol. 3 No. 1, 2012, h. 29.
13
Miftah Farid, 2018, Nikah Online Dalam Perspektif Hukum. Jurisprudentie. Vol.5
No.1, h.180.
13

cara ini tidak dapat ditempuh jika tidak dalam keadaan darurat tertentu
atau alasan lainnya.

Akad nikah jarak jauh sudah pernah terjadi sebelumnya yaitu


pernikahan melalui telephone. Dalam putusan Pengadilan Agama Jakarta
Selatan No. 1751/P/1989 tentang perkawinan Melalui Telepon bahwa
Pengadilan Agama Jakarta Selatan telah mengesahkan praktik semacam
ini.14

Salah satu rukun nikah yang disepakati oleh jumhur ulama adalah
ijab qabul. Untuk teknis pelaksanaan ijab qabul ada beberapa pendapat
para ulama‟, apakah dilaksanakan dalam satu majelis secara fisik atau
secara non-fisik. Berikut adalah penafsiran Imam madzhab terkait makna
satu majelis:

1. Menurut Imam Abu Hanifah


Kalangan madzhab Hanafi menafsirkan tentang bersatu
majelis pada akad adalah menyangkut kesinambungan waktu
antara ijab qabul. Jadi bila ijab qabul diucapkan dalam satu
upacara pernikahan, kemudian setelah upacara pernikahan tadi
selesai barulah qabul diucapkan pada acara berikutnya, maka
hal ini tidak sah walaupun dua acara tersebut dilakukan dalam
satu tempat yang sama berturut-turut, namun karena
kesinambungan waktu antara keduanya tidak terwujud maka
tidak sah. Namun apabila salah satu pihak yang berakad
mengucapkan ijab di satu tempat, kemudian pihak lain
mengucapkan di lantai atas maka akadnya sah jika masing-
masing pihak yang berakad saling melihat dan suaranya dapat
didengar dengan jelas meskipun jarak antara keduanya jauh.
2. Menurut Imam Syafi’i

14
Muhajir, “Studi Analisis Putusan Pengadilan Agama Jakarta Selatan No. 1751/P/1989
tentang Perkawinan Melalui Telepon”, Jurnal Al-Qadha‟, Vol.5, No.1, 2018.
14

Imam Syafi‟i cenderung memandangnya dalam arti fisik.


Dengan demikian wali dan calon mempelai laki-laki harus
berada dalam satu ruangan, sehingga mereka dapat saling
memandang. Hal ini dimaksudkan agar kedua belah pihak (wali
dan calon suami) saling mendengar dan memahami secara jelas
ijab qabul yang mereka ucapkan. Selain itu akan nikah yang
berlangsung dalam satu ruangan erat kaitannya dengan tugas
dua orang saksi yang menjadi salah satu rukun nikah. Kedua
saksi itu harus tahu betul apa yang didengar dan dilihatnya
dalam majelis akad nikah itu.
3. Menurut Imam Ahmad bin Hambal
Imam Hanbali menginterpretasikan satu majelis dalam arti
non-fisik (tidak mesti dalam satu ruangan). Ijab qabul dapat
diucapkan dalam satu waktu atau satu upacara pernikahan
secara langsung dan tidak boleh diselingi oleh kegiatan lain.
Beliau menegaskan bahwa dua orang saksi harus mendengar
dan memahami ucapan ijab qabul itu. Hal ini berarti bahwa
melihat pihak-pihak yang berakad tidak merupakan keharusan
tetapi kedua orang saksi harus mendengar ucapan ijab qabul
secara sempurna.
Abdul Ilah bin Mazru’ Al-Mazru dalam bukunya ‘Aqd an Nikah
Ibr Al-Internet, mengatakan nikah lewat email diperbolehkan, tetapi
dengan syarat yang ketat yaitu terjaga dari kekeliruan dan manipulasi
gadungan. Sifat hukum jawaz atau boleh menikah lewat email atau surat
menyurat tersebut tidak berlaku mutlak untuk setiap orang dan segala
kondisi. Tetapi ada beberapa syarat diperbolehkannya akad nikah melalui
cara seperti ini, yaitu di antaranya:
1. Kedua belah pihak ditempat berlainan dan jauh.
2. Kehadiran wali atau yang mewakili.
3. Pengucapan ijan qabul secara bersambung tanpa putus.
15

4. Saksi yang telah dihadirkan dapat mendengarkan identitas asli


lewat media yang digunakan.

Di sinilah yang menjadi permasalahan dalam pernikahan yang


dilakukan via Internet. Pada penggunaan fasilitas Internet, kita dapat
melihat lawan bicara kita sama persis dengan aslinya serta perkataan yang
diucapkan sama dengan apa yang diucapkannya sesuai dengan waktu
ketika ia berbicara. Hal ini tentu tidak akan mengurangi syarat sahnya
suatu akad nikah seperti yang dijelaskan diatas, karena ijab dan kabul
dapat dilakukan dengan jelas serta dilakukan pada satu waktu serta calon
istri, wali dan para saksi bisa melihat kehadiran calon suami lewat
internet.15

Terjadi perbedaan pendapat dalam penggunaan kata majelis pada


syarat sahnya suatu akad. Jumhurul ulama mengartikan kata "majelis"
tersebut dengan "waktu dan keadaan atau bersambung". 16 Sementara
sebagian ulama berpendapat bahwa kata "majelis" tersebut berarti
"tempat"17, Bagi sebagian ulama ini, akad yang boleh dilakukan pada
tempat dan waktu berlainan hanya pada masalah wasiat, hak asuh anak
setelah yang bersangkutan meninggal dunia, dan apabila pada akad
tersebut diwakilkan kepada wakilnya. Sehingga apabila kita mengikuti
pendapat sebagian ulama ini, maka pernikahan melalui internet adalah
tidak sah karena tidak dilakukan pada satu tempat dan kedua belah pihak
tidak bertemu secara langsung.

Pendapat sebagian ulama yang mengatakan bahwa pernikahan


seperti ini tidak sah, karena pernikahan melalui surat-menyurat atau pun
15
Ashar, “Akad Nikah Via Internet”, h. 27.
16
Bersambung diartikan bahwa akad atau ijab yang dilakukan sewaktu akad nikah
bersambung antara ijab dan qabul. Misalnya ketika wali nikah membacakan ijab maka calon
pengantin laki- laki langsung menyambungnya dengan kata qabul, pendapat ini memberikan
kesimpulan bahwa nikah via internet hukumnya adalah sah
17
Tempat artinya akad harus dilaksanakan dalam satu tempat, maksudnya antara calon
laki – laki dan calon perempuan sewaktu berlangsungnya akad nikah harus berada dalam satu
tempat., pendapat ini memberikan kesimpulan bahwa nikah itu sifat taabbudii artinya suatu hal
yang sudah pernah digariskan oleh Allah, SWT. Maka hukum nikah melalui via internet tidak sah
16

dengan menggunakan wakil pada masa zaman Rasulllah Saw tidak pernah
ada dan tidak ada pendapat dari para sahabat serta para ulama yang
membolehkan pernikahan semacam itu. Ada pula yang berpendapat bahwa
akad harus dilakukan dalam satu tempat di mana kedua belah pihak dapat
bertemu secara langsung. Maka ulama yang berpendapat seperti ini
mengatakan bahwa pernikahan yang dilakukan melalui internet adalah
tidak sah.

Jadi dalam masalah ini, para ulama terbagi menjadi dua pendapat,
pendapat pertama mengatakan pernikahan seperti ini tidak sah dengan
alasan pemakaian kata “majelis” diatas yang berarti “satu waktu atau
bersambung”. Sementara pendapat yang kedua mengatakan tidak sah atas
dasar riwayat Rasulullah saw. dan para sahabat serta pemakaian kata
“majelis” yang diartikan sebagai suatu tempat.

Berdasarkan putusan pengadilan Agama Jakarta selatan


No.1751/P/1989 tentang pengesahan praktik akad melalui media telepon.
Pengadilan Agama Jakarta Selatan telah memberikan keputusan dengan
menetapkan pernikahan yang itu sah. Penetapan itu didasarkan kepada
maslahah dharuriyat dalam rangka menjaga dan memelihara agama dan
keturunan yang dianjurkan oleh syariat islam. Pernikahan telah
dilaksanakan sesuai dengan syariat islam, hanya saja ijab qabulnya
dilakukan melalui telepon. Ijab qabul dilaksanakan hadirin dalam majelis
tersebut menyaksikan dan mendengar, sebab suara yang ada ditelepon
dibesarkan melalui pengeras suara.18

18
Tamir Talla, “Pernikahan di Dunia Maya Menurut Hukum Islam dan Implikasinya
terhadap Pencatatan”, Prosiding Kajian Islam dan Integrasi Ilmu di Era Society 5.0 (KIIIES 5.0)
Pascasarjana Universitas Islam Negeri Datokarama Palu, Vol. 1, 2022, h. 319-322.
17

4.2 DATA PERNIKAHAN PADA BULAN JANUARI 2024


Tabel 2 Pernikahan Pada Bulan Januari 2024

Kalimantan Kalimantan Kalimantan


Tengah Selatan Timur
Nikah di
779 1032 640
KUA
Nikah di
454 972 1167
luar KUA

Gambar 1 Proses ijab qabul


4.3 DATA PERNIKAHAN PADA BULAN FEBRUARI 2024
Tabel 3 Pernikahan Pada Bulan Februari 2024

Kalimantan Kalimantan Kalimantan


Tengah Selatan Timur
Nikah di
802 1140 657
KUA
Nikah di
549 1353 1462
luar KUA

Gambar 2 Proses ijab qabul pada masa Covid-19


18

4.4 DATA PERNIKAHAN PADA BULAN MARET 2024


Tabel 4 Pernikahan Pada Bulan Maret 2024

Kalimantan Kalimantan Kalimantan


Tengah Selatan Timur
Nikah di
531 712 471
KUA
Nikah di
197 699 531
luar KUA

Gambar 3 Proses ijab qabul di KUA


BAB V
PENUTUP

5.1 KESIMPULAN
Dari paparan yang telah penulis kemukakan mengenai pernikahan
dengan melaui media internet (Dunia Maya), maka penulis dapat
mengambil kesimpulan sebagai berikut: Proses akad nikah melalui Dunia
Maya adalah: Pertama, harus diperhatikan terlebih dahulu pihak-pihak
yang akan melakukan nikah, seperti calon suami isteri, wali dan saksi-
saksi. Mereka harus saling mengetahui dan mengenal satu sama lain.
Kedua, penentuan waktu akad yaitu harus ada penyesuaian waktu antara
kedua belah pihak karena dengan letak geografis yang jauh maka dapat
dipastikan waktu berbeda pula. Ketiga bahwa kita melakukan komunikasi
melalui video conference ada jeda waktu untuk dapat tersambung dengan
pihak yang dituju apabila menggunakan video conference. Perlu
ditambahkan di sini bahwa persyaratan syarat sah dan syarat wajib ada hal
yang penting yang harus diperhatikan yakni apakah pelaksanaannya
merupakan kondisi darurat karena ada batasan suatu keadaan agar dapat
dilakukan pada kondisi tersebut. Pernikahan melalui media online adalah
dianggap Sah karena yang dikategorikan satu majelis adalah
kesinambungan waktu antara ijab dan qabul, bukan keharusan hadirnya
kedua calon mempelai dalam satu tempat akad.

5.2 SARAN
Kami selaku penulis sangat berharap, dengan adanya makalah ini
bisa menambah wawasan bagi para pembaca terutama dalam hal
memahami dasar hukum islam pernikahan online. Kami selaku penulis
juga memohon maaf yang sebesar besarnya terhadap kesalahan maupun
kekurangan yang ada dalam makalah ini. kami juga mengharapkan kritik
dan saran dari pembaca terhadap makalah ini, untuk bahan evaluasi kami
kedepanya.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Al Qadhi Abu Syuja. 2018. Fiqih sunnah imam Syafi"i. Jakarta: Fathan
Media Prima.

Al-Maliki, Muhammad Alwi. 2020. "Dinamika hukum akad nikah via


teleconforence di Indonesia." Jurnal Indo-Islamika.

Amin, M. Misbahul. 2020. "Studi Analisis Akad Nikah Dengan Menggunakan


Video Call Perspektif Maqoshid Al-Syariah dan Undang-Undang No.1
Tahun 1974 Tentang Perkawinan." Jurnal USRATUNA STAI Darussalam
Nganjuk.

Ashar. Akad Nikah Via Internet.

Farid, Miftah. 2018. "Nikah Online Dalam Perspektif Hukum." Jurisprudentie.

Gunadha, R. 2020. Suara.com. 04 02. Accessed 03 28, 2024.


Suara.Comhttps//www.suara.com/news/2020/04/02/140835/pest-nikah-
saat-corona-publik-protes-kapolsek-kembangan-cuman-dimutasi.

Maloko, Thahir. 2012. "Dinamika Hukum dalam Perkawinan." Alauddin


University Press.

Miftahuddin, Abdul Hafidz. 2020. "eabsahan Media (Video Call Whatsapp)


Sebagai Perantara Pernikahan (Studi Komparatif Kitab Kifayatul Akhyar
dan Kitab al Fiqh al Islam wa Adillatuhu)." Jurnal PIKIR STAI
Darussalam Nganjuk.

Muhajir. 2018. "Studi Analisis Putusan Pengadilan Agama Jakarta Selatan No.
1751/P/1989 tentang Perkawinan Melalui Telepon." Jurnal Al-Qadha.

Nugroho, Ari Cahyo. 2012. "Konstruksi Media Online Tentang Realitas


Penyedotan Pulsa Analisi Framming Terhadap Berita." Jurnal Penelitian
Teknologi Informasi dan Komunikasi.

Sabir, Muhammad. 2015. "Pernikahan via Telepon." Jurnal Al-Qad u.


21

Siregar, M. Asgaff Aznan. 2021. "Analisis Hukum Islam Tentang Keabsahan


Akad Nikah Online Saat Pandemi Covid-19." UIN Raden Intan Lampung.

Talla, Tamir. 2022. "Pernikahan di Dunia Maya Menurut Hukum Islam dan
Implikasinya terhadap Pencatatan." Prosiding Kajian Islam dan Integrasi
Ilmu di Era Society 5.0 (KIIIES 5.0) Pascasarjana Universitas Islam
Negeri Datokarama Palu.

Wiston, Kenny. Nikah Online Menurut Hukum Islam dan Implikasi


Pencatatannya. https://www.kennywiston.com/nikah-online-menurut-
hukum-islam-dan-implikasi-pencatatann.

Wiston, Kenny, and Laurances Aulina. __________. https://


www.kennywiston.com/nikah online menurut hukum islam dan implikasi
pencatatannya.

Zain, Mohamad Ma'ruf. 2021. "Akad Nikah Virtual Sebagai Alternatif Perikahan
Pada Masa Pandemi Covid-19 Perspektif Maslahah „Izz al-Din Ibn „Abd
al-Salam (Studi Fatwa Majlis Kebangsaan bagi H. Ehwal Ugama Islam
Malaysia)." UIN Maulana Malik Ibrahim.

Anda mungkin juga menyukai