Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN OBSERVASI DAN WAWANCARA

Observasi dan Wawancara di KUA Kecamatan Talun Kabupaten Cirebon


Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas terstruktur mata kuliah Fiqh Keluarga
Dosen Pengampu : Muhamad Sofi Mubrok, M.H.I.

Disusun oleh kelompok 8 :

1. Dhiya Hisanah Riady (2008306043)


2. Sholekha (2008306046)
3. Ratu Maharani Sekar Arum (2008306050)

JURUSAN BIMBINGAN KONSELING ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SYEKH NURJATI CIREBON
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat, inayah,
taufik, dan ilhamnya sehingga peneliti dapat menyelesaikan laporan observasi dan
wawancara ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga laporan ini dapat
dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk, maupun pedoman bagi para pembaca.
Laporan ini disusun guna menyelesaikan tugas dari dosen peneliti yaitu bapak Muhamad Sofi
Mubrok, M.H.I. selaku pengampu mata kuliah Fiqh Keluarga.
Tak lupa peneliti juga mengucapkan terimakasih kepada pihak KUA Kecamatan
Talun karena telah bersedia membagikan informasi di lapangan sehingga peneliti dapat
menyelesaikan laporan ini.
Harapan peneliti semoga laporan ini dapat membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca dan diharapkan pembaca dapat memberikan masukan-
masukan sehingga peneliti dapat memperbaiki bentuk maupun isi laporan ini agar
kedepannya dapat menjadi lebih baik.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Cirebon, 8 Maret 2023

Peneliti

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................................1
A. Profil Lembaga.............................................................................................................................2
B. Struktur Organisasi KUA Talun................................................................................................2
C. Profil Narasumber.......................................................................................................................2
D. Data Perkawinan..........................................................................................................................2
E. Hasil Observasi dan Wawancara................................................................................................4
F. Analisis Penyelesaian Masalah....................................................................................................5
G. Kesimpulan...................................................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................7
LAMPIRAN.........................................................................................................................................8

1
A. Profil Lembaga
Nama Lembaga : Kantor Urusan Agama Kecamatan Talun Kabupaten Cirebon
Nama Pimpinan : H. Ali Rahman, S.Th.I
Alamat Lengkap : Jl. Pangeran Cakrabuana No. 48.
Desa : Kecomberan
Kecamatan : Talun
Kabupaten : Cirebon
Provinsi : Jawa Barat
Kode Pos : 45171
No. Telp. : 0231 8302 306

B. Struktur Organisasi KUA Talun

C. Profil Narasumber
Nama : H. Ali Rahman, S.Th.I.
NIP : 197708222009011013
Tempat/Tgl. Lahir : Cirebon, 20 Agustus 1977
Pekerjaan : PNS
Pendidikan : S1
Alamat : Blok Kendal RT/RW 02/02, Desa Kaliwulu, Kec. Plered, Kab.
Cirebon.

D. Data Perkawinan
a. Data Perkawinan Tahun 2021

Rekap Data Peristiwa Nikah, Rujuk, dan Isbat Tahun 2021

2
Rekap Data Usia Pengantin Tahun 2021

b. Data Perkawinan Tahun 2022

Rekap Data Peristiwa Nikah, Rujuk, dan Isbat Tahun 2022

3
Rekap Data Usia Pengantin Tahun 2022

E. Hasil Observasi dan Wawancara


Peneliti melakukan observasi dan wawancara di KUA Kecamatan Talun pada tang
gal 8 Maret 2023 dan 20 Maret 2023. Observasi ini diawali pada tanggal 8 Maret 2023 den
gan mengajukan surat perizinan kepada pihak KUA, kemudian pihak KUA langsung
mengizinkan peneliti utuk melakukan observasi dan wawancara pada hari itu juga. Peneliti
melakukan wawancara dengan kepala KUA Kecamatan Talun, yaitu Bapak H. Ali
Rahman, S.Th.I. selaku kepala KUA Kecamatan Talun.
Berdasarkan observasi dan wawancara dengan kepala KUA Kecamatan Talun,
peneliti mendapatkan informasi di lapangan bahwa terdapat permasalahan KUA
Kecamatan Talun, seperti calon pengantin menganggap remeh dan menunda-nunda
pengumpulan berkas persyaratan nikah, pernikahan di bawah umur, pencatatan nikah.
4
Menurut kepala KUA, usia ideal untuk melaksanakan pernikahan yaitu 25 tahun untuk
laki-laki dan 23 tahun untuk perempuan karena menurut beliau pada usia ini seseorang
dapat dikatakan sudah siap secara fisik, mental dan finansial. Sedangkan menurut undang-
undang yanag berlaku di Indonesia, batas minimal usia untuk melaksanakan pernikahan
ialah 19 tahun baik bagi perempuan maupun laki-laki (UU Pernikahan No. 16 Tahun
2019). Namun, di KUA Kecamatan Talun terdapat calon pasangan pengantin yang
menikah dibawah umur entah itu calon pengantin laki-lakinya maupun calon pengantin
perempuanya.
Dari data yang peneliti dapatkan bahwa pada tahun 2021 terdapat 603 pasangan
yang melakukan pernikahan, dari jumlah tersebut terdapat sembilan orang yang menikah
dibawah umur dengan rincian dua laki-laki dan tujuh perempuan. Artinya, pada tahun
2021 terdapat 1,5% pasangan yang menikah dibawah umur dari total pasangan yang
menikah di tahun 2021 di KUA Kecamatan Talun. Kemudian, pada tahun 2022 terdapat
633 pasangan yang melakukan pernikahan, dari jumlah tersebut terdapat 10 orang yang
menikah dibawah umur dengan rincian satu laki-laki dan sembilan perempuan. Artinya,
terdapat 1,6% pasangan yang menikah dibawah umur dari total pasangan yang menikah di
tahun 2022 di KUA Kecamatan Talun. Menurut kepala KUA, pernikahan dibawah umur
banyak disebabkan karena banyak orang tua yang khawatir terhadap anakanya yang akan
terjerumus kedalam pergaulan yang salah dan melebihi batas, dan ada juga faktor lainnya.
Dari hasil observasi dan wawancara, peneliti juga mendapatkan informasi bahwa
banyak calon pengantin yang ingin cepat melangsungkan pernikahan, tetapi banyak juga
calon pengantin yang menunda-nunda pengumpulan berkas pesyaratan nikah. Oleh karena
itu, proses pernikahan menjadi terhambat. Selain itu, peneliti juga mendapatkan
informasi bahwa banyak pasangan suami istri yang menikah hanya secara agama, tetapi
mereka datang ke KUA untuk mendaftarkan pernikahan mereka secara hukum guna
mendapatkan buku nikah atau akta pernikahan, hal ini dinamakan dengan isbat. Isbat
nikah adalah penetapan tentang kebenaran (keabsahan) nikah. Menurut PERMA No. 1
Tahun 2015 menyebutkan bahwa pengertian isbat nikah adalah pengesahan nikah bagi
masyarakat beragama Islam yang dilakukan oleh Pengadilan Agama/Mahkamah Syar’iyah
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

F. Analisis Penyelesaian Masalah


Dalam proses penyelesaian masalah setiap KUA tentunya memiliki cara
penyelesaiannya sendiri. Untuk mengatasi permasalahan mengenai pernikahan dini pihak
KUA mengungkapkan telah memberikan edukasi kepada masyarakat tentang bagaimana
dampak dari pernikahan dini itu sendiri untuk mengurangi angka pernikahan dini di derah
tersebut. Untuk mencegah dari dampak negatif akibat pernikahan dini, pihak KUA juga
mengungkapkan kepada peneliti bahwa pendidikan bisa menjadi salah satu hal yang
berperan sangat penting di zaman sekarang ini. Pendidikan dapat memperluas wawasan
anak-anak dan remaja serta membantu meyakinkan mereka bahwa pernikahan harus
terjadi pada waktu dan di usia yang tepat. Pernikahan bukanlah suatu paksaan atau sarana
untuk keluar dari kemiskinan. Dalam pendidikan, seseorang juga bisa mendapatkan

5
informasi mengenai tubuh dan sistem reproduksinya ketika ia akan menikah nantinya
sehingga dapat membuat mereka akan berpikir dengan jernih jika ingin memutuskan untuk
melakukan pernikahan dini. Dalam hal ini peran orang tua juga sangat penting untuk
mencegah terjadinya pernikahan dini. Sebagai orang tua maka harus membekali anak ilmu
agama, seks, pendidikan, dan sosial agar tidak terjatuh pada pergaulan yang salah. Selain
itu, orang tua juga harus selalu berupaya untuk memberikan perhatian kepada anak-
anaknya. Perlakuan tersebut selain sebagai kontrol terhadap anak juga dapat membuat
anak merasa diperhatikan, sehingga ia tidak akan melakukan hal yang salah cuma untuk
mendapatkan perhatian kecil dari orang tuanya.
Sedangkan, untuk mengatasi permasalahan mengenai pernikahan siri yang sudah
terlanjur terjadi, pihak KUA mengungkapkan kepada peneliti bahwa solusinya adalah
melakukan isbat nikah untuk mendapatkan pencatatan nikah yang diakui secara hukum.
Menurut Cucu Solihah (dalam Zainal Ali Muchtar, 2022) isbat nikah adalah perkawinan
antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan sebagai suami istri yang sah dimana
perkawinan sebelumnya menggunakan syariat Islam dan rukun nikahnya telah terpenuhi,
tetapi belum terdaftar dalam Pegawai Pencatat Nikah (PPN) di Kantor Urusan Agama. Se
mua penerapan hukum pasti memiliki dampak positif dan negatif. Isbat nikah menjadi sub
yek hukum yang meliputi pihak yang mengatur dan pihak yang diatur. Dampak positif dari
adanya kebijakan isbat nikah yaitu tertibnya perkawinan, memberikan perlindungan huku
m khusus bagi lembaga perkawinan, istri dan anak yang lahir dari perkawinan siri, pandan
gan terhadap lingkungan rumah setelah keputusan nikah menjadi lebih bahagia, serta men
gurangi praktek dari pernikahan yang tidak tercatat. Sedangkan dampak negatif dari isbat
nikah yaitu menjadi celah untuk pemohon melawan hukum perkawinan.

G. Kesimpulan

6
DAFTAR PUSTAKA

Hotijah, S. (2020). Implementasi Perma no. 1 tahun 2015 tentang pelayanan terpadu sidang
keliling pengadilan negeri dan pengadilan agama/mahkamah Syar’iyah dalam rangka
penerbitan akta perkawinan, buku nikah dan akta kelahiran di Pengadilan Agama Ban
yuwangi (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim).
Muchtar, Z. A. (2022). ITSBAT NIKAH SEBAGAI SOLUSI PERKAWINAN SIRI (Analisis Yu
ridis Putusan Nomor 1431/Pdt. P/2021/PA. Jr dan Nomor 0962/Pdt. G/2019/PA. Jr Pe
rspektif Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak) (Doctora
l dissertation, UIN Kiai haji Achmad Jember).

7
LAMPIRAN

Dokumentasi

8
Transkip Wawancara

Peneliti : “Assalamualaikum pak, perkenalkan kami mahasiswi dari IAIN Syekh


Nurjati Cirebon ingin melakukan observasi dan wawancara disini, ini surat
pengantarnya. Apakah kami boleh melakukan observasi dan wawancara
disini pak ?”

Narasumber : “Oh iya, sebentar saya baca dulu.”

Peneliti : “Oh iya pak silahkan.”

Narasumber : “Melakukan observasi dan wawancara mengenai apa ya ?”

Peneliti : “Mengenai pernikahan disini pak dan juga mengenai kasus pernikahan
dibawah umur.”

Narasumber : “Oh iya silahkan aja langsung kalau begitu.”

Peneliti : “Oh baik pak, terimakasih. Kalau boleh tau ini dengan bapak siapa ?”

Narasumber : “Saya H. Ali Rahman, S. Th.I.”

Peneliti : “Bapak kerja disini udah berapa lama ?”

Narasumber : “Saya kerja disini baru sembilan bulan, karena saya pindahan dari
Sumber.”

Peneliti : “Oh pindahan dari sumber.”

Narasumber : “Iya, karena setiap kepala KUA ada pelaksanaan rollingnya se Kabupaten.
Mereka akan dipindah tugaskan dari kecamatan satu ke kecamatan lain dan
saya disini itu sejak bulan Juni awal tahun 2022.”

Peneliti : “Berarti bapak menjabat sebagai kepala KUA udah lumayan lama ya
pak ?”

Narasumber : “Iya benar.”

Peneliti : “Kendala apa sih yang bapak alami selama kerja di KUA ?”

Narasumber : “Kendalanya itu masalah dengan pengantinnya atau dengan apanya ?”

Peneliti : “Secara keseluruhan gitu pak.”

Narasumber : “Kalau kita kerja pasti ada aja yang namanya kendala. Apapun itu kita
anggap aja tidak ada, makanya kita selalu santai dalam mengerjakan tugas.
Kalau kendala itu pasti banyak sekali, tidak bisa disebutkan satu per satu.”

Peneliti : “Salah satunya yang sering terjadi disini itu apa ya pak ?”

9
Narasumber : “Salah satunya itu pengantin sudah nikah duluan dan minta dicatat, kita
kasih keterangan bahwa pernikahan diluar itu bukan pernikahan resmi. Kita
tidak bisa kasih dan mereka pun ngotot minta dicatat.”

Peneliti : “Oh itu maksudnya nikah siri itu ya pak ?”

Narasumber : “Iya. Tanpa ada pencatatan dari negara”

Peneliti : “Berarti kasusnya disini banyak ya pak ?”

Narasumber : “Lumayan banyak, beberapa daerah pasti ada. Kecuali dia ga bilang “pak
saya mau nikah” boleh. Nikah itu sepuluh hari kerja mundur berkas sudah
harus lengkap.”

Peneliti : “Sepuluh hari kerja mundur itu maksudnya gimana pak ?”

Narasumber : “Misalnya hari senin berkas masuk berarti nikahnya tuh nanti jumat
depannya. Kalau hari libur tuh engga dihitung. Hanya hari kerja itu dimulai
dari hari senin sampai jumat. Kalau pun misalnya dadakan seperti istrinya
hamil itu boleh dengan catatan ada dispensasi dari kecamatan”

Peneliti : “Terus seberapa tinggi angka dispensasi itu pak dari tahun 2022 samapi
2023. ?”

Narasumber : “Ga begitu banyak sih.”

Peneliti : “Sekitar berapa tuh pak ?”

Narasumber : “Kurang lebih sekitar 20% kalau di Talun ya.”

Peneliti : “Penyebab dari angka dispensasi yang 20% itu rata-rata disebabkan karena
apa pak ?”

Narasumber : “Yang pertama karena teledor, kedua karena tidak mengerti proses
pernikahan itu. Ada calon pengantin yang datang seolah-olah merasa jika
baru daftar bisa langsung nikah, dapat buku nikah. Kan kita tidak bisa
seperti itu. Setelah mendaftar ya kita harus proses dulu data-datanya apakah
sudah lengkap atau belum.”

Peneliti : “Kira-kira proses data itu berapa lama sih pak ?”

Narasumber : “Kalau ngurus datanya itu cepat, tapi yang bikin lama itu kadang dari
calon pengantinnya yang ngulur-ngulur terus. Nyantai ajalah yang penting
lengkap, padahal disini pendaftarannya dua minggu sebelum nikah berkas
sudah harus masuk, itu masalahnya. Makanya setiap calon pengantin kita
kasih tau bahwa pendaftaran nikah itu prosesnya begini begini. ”

Peneliti : “Berarti pendaftarannya harus dari jauh-jauh hari H nya ya pak.”

10
Narasumber : “Iya betul, makanya mulai sekarang kalau ada yang “pak bulan depan”
“iya monggo siap” “ dua bulan lagi pak” “iya silahkan daftar”. Minimal
disini tuh yang daftar sebulan sebelumnya, tapi bukan kewajiban.
Kewajibannya itu maksimal dua minggu atau sepuluh hari kerja.”

Peneliti : “Terus, menurut bapak pandangan hukum islam terkait dengan dispensasi
nikah itu bagaimana ?”

Narasumber : “Ya bagus juga gapapa untuk menertibkan masyarakatnya juga supaya ga
asal-asal menikah. Kemudian untuk waktunya juga diperkirakan ya sama,
kemudian untuk di KUA masing-masing di jadwal yang sepuluh hari kerja
itu.”

Peneliti : “Kalau untuk kayak angka pernikahan di Talun tu kayak gimana sih
pak ?”

Narasumber : “Kalau di Talun biasa sih, paling banyak itu maksimal sekitar 700
pasangan dalam satu tahun.”

Peneliti : “Yang mengajukan dispensasi nikah itu ada yang masih dibawah umur
gitu ga pak ?”

Narasumber : “Ada dan itu harus prosesnya harus ke pengadilan dulu dan menyatakan
bahwa dia menikah dibawah umur dengan usia minimal 19 tahun bagi pria
dan wanita. Kalau 19 tahun kurang setengah tahun misalnya dia harus
mengajukan dispensasi nikah ke pangadilan. Kita upayakan usia nikah
untuk perempuan itu bagusnya paling cepat 22 tahun sedangkan untuk laki-
laki itu 25 tahun paling cepat. Usia segitu dikarenakan untuk menghindari
perselisihan diatara mereka berdua.

Peneliti : “Apakah banyak yang menikah dibawah umur itu ujung-ujungnya bercerai
gitu pak ?”

Narasumber : “Kalau ditanya perceraian kita gak tau, kita taunya pernikahan disini.
Perceraian itu urusan pengadilan. Tapi yang kita tau ya gak banyak juga,
sedang aja sedang. Karena yang menikah itu ada yang muda, setengah baya,
ada yang tua juga, tergantung kondisi.”

Peneliti : “Kalau di Talun sendiri pak dalam jangka setahun ini pernikahannya
banyak yang masih dibawah umur atau emang udah masuk usianya ?”

Narasumber : “Kalau di Talun sendiri ya banyaknya emang udah masuk waktu usia
nikahnya, gatau kalau ditempat lain ya. Kalau dibawah umur itu hanya 1
atau 2. Bisa 5% dari pernikahan yang ada dan itu pun harus ada surat dari
pengadilan.”

Peneliti : “Selain surat dari pengadilan ada syarat lain lagi ga pak untuk yang
dibawah umur ?”

11
Narasumber : “Tergantung orangtuanya. Kalau orangtuanya mau nikahin aja dulu
anaknya ya silahkan tapi diluar KUA dan kita gatau. Nanti nikahnya pas
udah punya anak baru datang ke KUA. Nanti prosesnya 2 kali itu, kalau
yang nikah dulu dibawah umur udah nikah terus punya anak dan mau
dicatat di KUA boleh di catat tapi tanggalnya itu mengikuti tanggal yang
kemaren pas nikah di awal supaya anaknya juga bisa bikin akte kan. Itu
juga dilakukan ke pengadilan juga dan sidang lagi serta menyatakan bahwa
mereka sudah menikah pada usia 17 tahun misalnya dan mempunyai anak
pada usia 18 tahun gitu dan nanti dapat buku nikahnya disini. Tadi juga ada
yang datang kesini udah tua, dia nikahnnya itu 5 tahun atau 10 tahun yang
lalu lah diluar KUA, mereka mau naik haji dan butuh buku nikah kan
gapunya, jadinya minta kesini mau nikah ya silahkan asal ada surat dari
pengadilan.”

Peneliti : “Di KUA sendiri suka ada ngadain sosialisasi tentang pernikahan dibawah
umur gitu ga pak ?”

Narasumber : “Semua KUA pasti ada ngadain dan itu ada jadwalnya.”

Peneliti : “Oh gitu. Terus menurut bapak dampak negatif pernikahan dini itu apasih
pak ?”

Narasumber : “Ya terjadinya perceraian, percecokan. Paling itu sih yang paling banyak
ya karena pernikahan siri itu.”

Peneliti : “Kalau misal kasus pernikahan jarak jauh gitu pernah ada ga pak ? misal
pengantinnya di kota A sedangkan orangtuanya di kota B ?”

Narasumber : “Oh kalau itu pernah ada. Selama itu bapaknya betul ya bisa aja. Misal
pengantinnya daerah sini dan bapaknya ada didaerah Sumatra misalnya
kalau lewat hp gimana ? secara agama itu boleh pake video call asalkan
bapaknya emang bapak kandung, tapi nanti jadinya bapaknya menyerahkan
anaknya ke wakil atau ke penghulu, tanda tangannya pun harus tanda
tangan bapaknya nanti. Kalau kita bicara secara KUA misal bapaknya
disana dan gabisa balik kesini kita akan mengirimkan surat kesana, udah
beres nanti suratnya balikin lagi kesini gitu.”

Peneliti : “Oh gitu lumayan repot juga ya pak, hehe.”

Narasumber : “Iya repot. Ada lagi ?”

Peneliti : “Mungkin cukup segitu aja pak. Terimakasih atas waktunya dan telah
mengizinkan kami untuk melakukan observasi dan wawancara disini.”

Narasumber : “Iya sama-sama.”

12

Anda mungkin juga menyukai