Anda di halaman 1dari 50

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN PRA NIKAH


DI PUSKESMAS TEGALREJO KABUPATEN MAGELANG

Untuk Memenuhi Persyaratan Target Praktik Semester I


Stage Pra Nikah Program Studi Profesi Bidan

STAGE
ASUHAN KEBIDANAN PRANIKAH

NAMA MAHASISWA : RITA YUNIATI


NIM : P 1337424823411
RUANG : KIA
TANGGAL PRAKTIK : 29 Januari 2024 – 10 Februari 2024
PEMBIMBING : SITI CHUNAENI, S.Kep., Ns., S.Tr Keb., M.Kes
BERKAS YANG DIKUMPULKAN : LAPORAN PENDAHULUAN
HARI TANGGAL PENYERAHAN : ……………………………………
PENERIMA : ……………………........................

PRODI PROFESI BIDAN JURUSAN KEBIDANAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
TAHUN 2024

1
2
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan Asuhan Kebidanan Pra Nikah telah diperiksa dan disahkan
pada :
Hari : …………………………
Tanggal : …………………………

Dalam Rangka Praktik Klinik Kebidanan Pra Nikah yang telah diperiksa dan disetujui
oleh Pembimbing Klinik dan Pembimbing Institusi Program Studi Pendidikan Profesi
Bidan Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Semarang
Tahun 2024.

Pembimbing Klinik Praktikan

Sri Winasih, S.ST., Bdn Rita Yuniati

NIP. 19760127 200604 2 010 NIM. P1337424823271

Mengetahui

Pembimbing Institusi

Siti Chunaeni, S.Kep.,Ns., S.Tr Keb., M.Kes


NIP 19700909 199803 2 001

i
2
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi Wa barakaatuh


Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
karunia dan hidayah-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan praktik
yang berjudul “Laporan Pendahuluan Asuhan Kebidanan Pra Nikah Di Puskesmas
Tegalrejo”. Laporan pendahuluan ini diajukan untuk memenuhi persyaratan target
praktik semester I Stage Pra Nikah Program Studi Profesi Bidan Poltekkes Kemenkes
Semarang.
Penulis menyadari keberhasilan dalam penyusunan laporan pendahuluan ini tidak
luput dari bantuan semua pihak, maka dalam kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dr. Krisdiana Wijayanti, Bdn.,M.Mid, selaku Ketua Program Studi Jurusan
Kebidanan
2. Siti Chunaeni, S.Kep,Ns.,S.Tr.Keb.,MKes , selaku dosen pembimbing institusi
dalam penyusunan laporan pendahuluan yang senantiasa membimbing dengan
penuh kesabaran dan memberikan banyak nasehat, saran, kritik selama
penyusunan laporan sehingga penulis dapat menyelesaikan dengan baik.
3. Sri Winasih, S.ST., Bdn, selaku pembimbing klinik telah banyak memberikan
bimbingan, masukan, dukungan, dan arahan dalam penyusunan laporan
pendahuluan.
4. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Profesi Bidan Jurusan
Kebidanan Poltekkes Kemenkes Semarang yang banyak memberikan bantuan
baik moril maupun materil.

Penulis menyadari bahwa laporan pendahuluan ini masih jauh dari sempurna,
mengingat keterbatasan ilmu dan pengalaman. Untuk itu, kritik dan saran yang
membangun sangat diharapkan guna penyempurnaan laporan selanjutnya.

Semarang, Pebruari 2024

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN ..............................................................................................ii
KATA PENGANTAR .....................................................................................................iii
DAFTAR ISI ....................................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
1. Latar Belakang .......................................................................................................1
2. Tujuan ......................................................................................................................2
3. Ruang Lingkup ........................................................................................................2
4. Manfaat ...................................................................................................................3

BAB II TINJAUAN KASUS DAN TEORI....................................................................4


1. Tinjauan Teori Medis Pra Konsepsi .......................................................................4
2. Wanita Usia Subur ...................................................................................................5
3. Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan Pra Konsepsi ...................................................6

BAB III TINJAUAN KASUS........................................................................................19


1. Pengkajian ............................................................................................................19
2. Biodata ...................................................................................................................19
3. Data Subyektif .......................................................................................................19
4. Data Obyektif .......................................................................................................24
5. Analisa ..................................................................................................................26

BAB IV PEMBAHASAN...............................................................................................29
1. Kesimpulan ...........................................................................................................39
2. Saran ......................................................................................................................39

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................40

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu tugas perkembangan masa dewasa dini adalah
perkembangan mendapatkan peran baru sebagai suami/istri dengan menikah.
Tahap perkembangan dewasa awal adalah menikah lalu membangun sebuah
keluarga, mengelola rumah tangga, mendidik atau mengasuh anak, memikul
tanggung jawab sebagai negara negara, membuat hubungan dengan suatu
kelompok social tertentu serta melakukan suatu pekerjaan. Pernikahan
merupakan suatu ikatan lahir batin antara seorang wanita dan seorang pria
sebagai suami istri dengan tujuan membentuk rumah tangga berdasarkan
agama masing-masing.
Pernikahan merupakan salah satu tugas perkembangan dewasa awal
(Valentina, 2012). Tugas perkembangan dewasa awal adalah menikah atau
membangun suatu keluarga, mengelola rumah tangga, mendidik atau
mengasuh anak, memikul tangung jawab sebagai warga negara, membuat
hubungan dengan suatu kelompok sosial tertentu, dan melakukan suatu
pekerjaan (Jannah et al., 2021). Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara
seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan
membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa(Santoso, 2016).
Pemeriksaan kesehatan untuk calon pengantin di Indonesia telah
menjadi program yang harus dilaksanakan oleh setiap calon pengantin.
Menurut PMK no. 97 tahun 2014, salah satu jenis pelayanan kesehatan yang
harus didapatkan wanita adalah pelayanan kesehatan masa sebelum hamil.
Pelayanan kesehatan masa sebelum hamil adalah setiap kegiatan dan/atau
serangkaian kegiatan yang ditujukan pada perempuan sejak saat remaja
hingga saat sebelum hamil dalam rangka menyiapkan perempuan menjadi
hamil sehat. Pelayanan kesehatan masa sebelum hamil dilakukan pada remaja,
calon pengantin, pasangan usia subur. Sementara kegiatan yang diberikan
yaitu pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, pemberian imunisasi,
suplementasi gizi, konsultasi kesehatan, pelayanan kesehatan lainnya
Masa pranikah adalah masa yang tepat untuk melakukan persiapan
yang matang baik secara fisik, psikis dan sosial. Program pemeriksaan
Kesehatan dan peyuluhan reproduksi pada calon pengantin merupakan salah
satu usaha untuk membentuk kualitas Kesehatan dalam keluarga. Dalam

1
upaya mengurangi AKI, Pemerintah mengadakan kursus calon pengantin
(suscatin).
Suscatin memberikan Pendidikan Kesehatan reproduksi bagi catin
untuk mempersiapkan kehamilan. Hasil penelitian oleh Dilla Fitriana S tahun
2019, menunjukan bahwa catin yang mengikuti suscatin memiliki
pengetahuan dan sikap yang lebih baik daripada yang tidak mengikuti
suscatin. Peningkatan pengetahuan dan sikap tentang Kesehatan reproduksi
bisa dilakukan dengan Kerjasama dan koordinasi lintas sektor sehingga
pemberian materi kespro bisa lebih menyeluruh ke semua catin.
Kementerian Agama berinisiatif melaksanakan program suscatin
sesuai dengan peraturan yang dikeluarkan oleh Direktur Jendral Bimbingan
Masyarakat Islam Departemen Agama tentang Kursus Calon Pengantin No.
DJ.II/49 Tahun 2009 dan disempurnakan dengan dikeluarkan peraturan
Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam No. DJ.II/542 tahun 542 tahun 2013
tentang pedoman penyelenggaraan kursus pra nikah. Untuk itu kualitas sebuah
perkawinan sangat ditentukan oleh kesiapan dan kematangan kedua calon
pasangan suami isteri dalam menyongsong kehidupan berumah tangga agar
dapat membentuk keluarga harmonis sesuai dengan cita-cita berumah tangga.
Kesehatan reproduksi yang telah disiapkan semenjak pranikah dapat
menurunkan kehamilan tidak diinginkan dan juga mengurangi adanya
kelainan yang terjadi pada saat hamil, bersalin, maupun nifas. Oleh karena itu,
program persiapan pranikah menjadi penting dalam perencanaan kehamilan.
Dengan demikan, bidan sebagai ujung tombak kesehatan ibu dan anak
memiliki peran penting dalam memberikan edukasi tetang perencanaan
kehamilan pada calon pengantin dalam asuhan kebidanan pranikah.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana aplikasi manajemen pemberian asuhan pra nikah di Puskesmas
Banjarsari?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu menjelaskan dan mengimplementasikan asuhan


kebidanan pranikah pada calon pengantin dengan perencanaan kehamilan
menggunakan pola pikir manajemen kebidanan serta mendokumentasikan
hasil asuhannya dalam bentuk SOAP.

2
2. Tujuan Khusus

Mahasiswa mampu dengan benar:

a. Menjelaskan mengenai teori dan konsep dasar asuhan pranikah pada


calon ibu dengan perencanaan kehamilan.
b. Mengintegrasikan teori dan manajemen asuhan kebidanan serta
mengimplementasikannya pada kasus yang dihadapi, yang meliputi:
1) Melakukan pengkajian data subjektif dan objektif pranikah pada
calon pengantin dengan perencanaan kehamilan.
2) Melakukan analisis data yang telah diperoleh untuk merumuskan
diagnosa dan masalah aktual pada calon pengantin dengan
perencaan kehamilan.
3) Melakukan identifikasi diagnosa dan masalah potensial pada calon
pengantin dengan perrencanaan kehamilan.
4) Mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera dan rujukan pada
calon pengantin dengan perencaan kehamilan.
5) Menyusun rencana asuhan kebidanan prakonsepsi pada calon
pengantin dengan perencanaan kehamilan.
6) Melaksanakan rencana asuhan kebidanan prakonsepsi pada calon
pengantin dengan perencanaan kehamilan yang telah disusun.
7) Melakukan evaluasi hasil asuhan yang telah dilakukan pada calon
pengantin dengan perencanaan kehamilan.
8) Melakukan dokumentasi asuhan kebidanan yang telah diberikan
pada calon pengantin dengan perencanaan kehamilan.

D. Manfaat
a. Pasien
Pasien dapat merasa puas, aman, dan nyaman dengan pelayanan bermutu
dan berkualitas
b. Penulis
Mampu melaksanakan asuhan kebidanan pranikah dengan kebutuhan
imunisasi tetanus toxoid dan dapat mengaplikasikan teori-teori yang
selama ini dipelajari di pendidikan
c. Bidan
Untuk meningkatkan kualitas asuhan kebidanan pranikah dengan
kebutuhan imunisasi tetanus toxoid dan komunikasi informasi edukasi
(KIE) yang sesuai degan kebutuhan ibu berdasarkan evidence base
practice.

3
d. Institusi
Dapat digunakan sebagai studi kepustakaan dan untuk mengevalusasi
sejauh mana mahasiswa dapat menerapkan asuhan kebidanan pranikah.

4
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Tinjauan Teori Medis


1. Filosofi Pernikahan
Perkawinan menurut Undang Undang Republik Indonesia No 1 Tahun
1974 adalah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita
sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga)
yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa (Furqan
et al., 2019).
Akad/janji nikah yang diucapkan atas nama Tuhan Yang Maha Esa
yang merupakan awal dari kesepakatan bagi calon pengantin untuk saling
memberi ketenangan (sakinah) dengan mengembangkan hubungan atas
dasar saling cinta dan kasih (mawaddah wa rahmah). Penyebutan nama
Tuhan Yang Maha Esa dalam akad/ janji pemikahan berarti bahwa
disamping saling bertanggungjawab antara satu dengan yang lain, suami
isteri juga bertanggungjawab pada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
yang dilakukan dalam peran dan fungsi mereka sebagai suami isteri
(Kemenkes RI, 2018).
2. Usia pernikahan ideal
Menurut Undang-undang Republik Indonesia No.16 Tahun 2019 Pasal 7
telah
menetapkan perkawinan hanya diizinkan apabila pria dan wanita sudah
mencapai umur 19 tahun. Sedangkan menurut BKKBN (2017)
menyatakan bahwa usia pernikahan ideal 21-25 tahun dan menurut ilmu
biologis, psikologis umur ideal menikah untuk perempuan 20-25 tahun
sedangkan untuk laki-laki umur 25-30 tahun, pada usia tersebut dianggap
masa yang paling baik untuk berumah tangga, karena pada usia tersebut
sudah matang dan bisa berfikir dewasa (Furqan et al., 2019).
3. Informasi Pranikah
a) Kesehatan Reproduksi
Menurut WHO, Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan
sejahtera fisik, mental, dan sosial secara utuh tidak semata-mata
bebas dari penyakit atau kecacatan dalam suatu yang berkaitan
dengan system reproduksi, fungsi dan prosesnya (Prijatni & Rahayu,
2016).
Kesehatan reproduksi adalah keadaan yang menunjukkan
kondisi kesehatan fisik, mental, dan sosial seseorang dihubungkan

5
dengan fungsi dan proses reproduksinya termasuk di dalamnya tidak
memiliki penyakit atau kelainan yang mempengaruhi kegiatan
reproduksi tersebut (Kemenkes RI, 2018).
Kesehatan reproduksi adalah kesehatan secara fisik, mental,
dan kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal yang
berhubungan dengan sistem dan fungsi, serta proses reproduksi.
Ruang lingkupnya meliputi kesehatan ibu dan bayi baru lahir,
pencegahan dan penanggulangan infeksi saluran reproduksi,
pencegahan dan penanggulangan komplikasi aborsi, kesehatan
reproduksi remaja, kanker pada usia lanjut dan berbagai aspek
reproduksi lain (Rahayu et al., 2017).
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2014
Kesehatan Reproduksi yang menjamin setiap orang berhak
memperoleh pelayanan kesehatan reproduksi yang bermutu, aman
dan dapat dipertanggung jawabkan, dimana peraturan ini juga
menjamin kesehatan perempuan dalam usia reproduksi sehingga
mampu melahirkan generasi yang sehat, berkualitas yang nantinya
berdampak pada penurunan Angka Kematian Ibu (Prijatni & Rahayu,
2016).
Pembagian peran sosial perempuan dan laki-laki berpengaruh
terhadap kesehatan, namun keterlibatan, motivasi, serta partisipasi
laki-laki dalam kesehatan reproduksi masih rendah. Status
perempuan dalam masyarakat merupakan penyebab utama masalah
kesehatan reproduksi karena menyebabkan perempuan kehilangan
kendali terhadap kesehatan, tubuh, dan fertilitasnya. Perempuan lebih
berisiko terhadap kesehatan reproduksi seperti kehamilan,
melahirkan, aborsi yang tidak aman, dan pemakaian alat kontrasepsi.
Perempuan lebih rentan secara sosial maupun fisik terhadap
penularan IMS termasuk HIV AIDS karena struktur alat
reproduksinya Laki-laki juga memiliki masalah kesehatan reproduksi
yang berkaitan dengan IMS termasuk HIV AIDS, oleh karena itu
diperlukan strategi untuk memperbaiki kesehatan reproduksi dengan
memperhitungkan kebutuhan, kepedulian, dan tanggung jawab laki-
laki. Meskipun korban kekerasan dapat terjadi kepada perempuan
maupun laki-laki, namun perempuan lebih rentan terhadap
perlakukan kasar akibat subordinasi perempuan terhadap laki-laki
atau hubungan gender yang tidak setara (Kemenkes RI, 2018).

6
b) Hak reproduksi seksual
Hak-hak reproduksi antara lain: hak mendapatkan informasi,
pendidikan, pelayanan, perlindungan, kebebasan berfikir,
menentukan jumlah anak dan kehamilan, membangun dan
merencanakan keluarga serta hal lain yang berhubungan dengan
kesehatan reproduksi (Rahayu et al., 2017).
Hak Rerpoduksi dan seksual menjamin keselamatan dan
keamanan calon pengantin, termasuk didalamnya mereka harus
mendapatkan informasi yang lengkap tentang kesehatan reproduksi
dan seksual, serta efek samping obat- obatan, alat dan tindakan medis
yang digunakan untuk mengatasi masalah kesehatan reproduksi
(Kemenkes RI, 2018).
Hak reproduksi perorangan adalah hak yang dimiliki oleh
setiap orang, baik laki-laki maupun perempuan (tanpa memandang
perbedaan kelas sosial, suku, umur, agama, dll) untuk memutuskan
secara bebas dan bertanggung jawab (kepada diri, keluarga, dan
masyarakat) mengenai jumlah anak, jarak antar anak, serta penentuan
waktu kelahiran anak dan akan melahirkan. Hak reproduksi ini
didasarkan pada pengakuan akan hak-hak asasi manusia yang diakui
di dunia internasional. Hak reproduksi merupakan bagian dari hak
azasi manusia yang melekat pada manusia sejak lahir dan dilindungi
keberadaannya. Sehingga pengekangan terhadap hak reproduksi
berarti pengekangan terhadap hak azasi manusia. Selain itu orang
tidak boleh mendapatkan perlakuan diskriminatif berkaitan dengan
kesehatan reproduksi karena ras, jenis kelamin, kondisi sosial
ekonomi, keyakinan/agamanya dan kebangsaannya(Prijatni &
Rahayu, 2016).
c) Organ reproduksi
1) Organ reproduksi perempuan
a) Ovarium
Perempuan pada umumnya mempunyai 2 indung telur kanan
dan kiri. Mesovarium menggantung ovarium di bagian
belakang ligamentum latum kiri dan kanan. Ovarium
berukuran kurang lebih sebesar ibu jari tangan dengan ukuran
panjang kira-kira 4 cm, lebar dan tebal kira-kira 1,5 cm.
Struktur ovarium terdiri atas korteks, bagian luar yang diliputi
oleh epitelium germinatiwm berbentuk kubik dan di dalamnya
terdiri atas stroma sena folikel-folikel primordial; dan

7
medulla, bagian di sebelah dalam korteks tempat terdapatnya
stroma dengan pembuluh-pembuluh darah, serabut-serabut
saraf, dan sedikit otot polos. Diperkirakan pada perempuan
terdapat kira-kira 100.000 folikel primer. Tiap bulan satu
folikel akan keluar, kadang-kadang dua folikel, yang dalam
perkembangannya akan menjadi folikel de Graaf. Folikel-
folikel ini merupakan bagian terpenting dari ovarium yang
dapat dilihat di korteks ovarii dalam letak yang beraneka-
ragam dan pula dalam tingkat-tingkat perkembangan yang
berbeda, yaitu dari satu sel telur yang dikelilingi oleh satu
lapisan sel-sel saja sampai menjadi folikel de Graaf yaog
matang terisi dengan likuor follikuli, mengandung estrogen
dan siap untuk berovulasi (Prawirohardjo, 2016).
b) Tuba fallopii
Tuba falopii adalah saluran di kiri dan kanan rahim yang
berfungsi untuk mengantar ovum dari indung telur menuju
rahim (Kemenkes RI, 2018). Tuba Falloppii terdiri atas (1)
pars interstisialis, yaitu bagian yang terdapat di dinding
utems; (2) pars ismika, merupakan bagian medial tuba yang
sempit seluruhnya; (3) pars ampullaris, yaitu bagian yang
berbentuk sebagai saluran agak lebar, tempar konsepsi terjadi;
dan (4) infundibulum, yaitu bagian ujung tuba yang terbuka
ke arah abdomen dan mempunyai fimbria. Fimbria penting
artinya bagi tuba untuk menangkap telur dan selanjutnya
menyalurkan telur ke dalam tuba. Bentuk infundibulum
seperti anemon (sejenis binatang laut) (Prawirohardjo, 2016).
c) Uterus
Uterus merupakan tempat janin berkembang. Uterus
berbentuk seperti buah avokad atau buah pir yang sedikit
gepeng ke arah depan belakang. Ukurannya sebesar telur
ayam dan mempunyai rongga. Dindingnya terdiri aras orot-
otot polos. Ukuran panjang uterus adalah 7 -7,5 cm, lebar di
atas 5,25 cm, tebal 2,5 cm, dan tebal dinding 1,25 cm. Letak
uterus dalam keadaan fisiologis adalah anteversiofleksio
(serviks ke depan dan membentuk sudut dengan vagina,
sedangkan korpus uteri ke depan dan membentuk sudut
dengan serviks uteri). Uterus terdiri atas (1) fundus uteri; (2)
korpus uteri; dan (3) serviks uteri. Fundus uteri adalah bagian

8
uterus proksimal. Di dalam klinik penting untuk dikemhui
sampai di mana fundus uteri berada, oleh karena tuanya
kehamilan dapat diperkirakan dengan perabaan pada fundus
uteri. Korpus uteri adalah bagian uterus yang terbesar
(Prawirohardjo, 2016).
d) Serviks (leher rahim)
Serviks merupakan bagian rahim yang berbatasan dengan
vagina. Pada saat persalinan tiba, leher rahin membuka
sehingga bayi dapat keluar. Serviks manusia merupakan organ
yang kompleks dan heterogen yang mengalami perubahan
yangluar biasa selama kehamilan dan persalinan. Bersifat
seperti katup yang bertanggung jawab menjaga janin di dalam
uterus sampai akhir kehamilan dan selama persalinan. Serviks
didominasi jaringan ikat fibrosa. Komposisinya berupa
jaringan matriks ekstraselular terutama mengandung kolagen
dengan elastin dan proteoglikan dan bagian sel yang
mengandung otot dan fibroblas, epitel, sena pembuluh darah
(Prawirohardjo, 2016).
e) Vagina
Vagina merupakan sebuah saluran berbentuk silinder dengan
diameter depan ± 6,5 cm dan dinding belakang ± 9 cm yang
bersifat elastis dengan berlipat lipat. Fungsinya sebagai
tempat penis berada saat bersanggama, tempat keluarnya
menstruasi dan bayi (Kemenkes RI, 2018).
f) Klitoris
Merupakan organ kecil yang paling peka rangsangan
dibanding dengan bagian-bagian alat kelamin perempuan
yang lain. Klitoris banyak mengandung pembuluh darah dan
syaraf (Kemenkes RI, 2018).
g) Labia
Terdiri dari dua bibir, yaitu bibir besar (labia mayor) dan bibir
kecil (labia minor). Labia mayora (bibir-bibir besar) terdiri
atas bagian kanan dan kiri, lonjong mengecil ke bawah, terisi
oleh jaringan lemak yang sempa dengan yang ada di mons
veneris. Ke bawah dan ke belakang kedua labia mayora
bertemu dan membentuk kommisura posterior. Labia mayora
analog dengan skrotum pada pria. Ligamentum rotundum
berakhir di batas anus labia mayora. Setelah perempuan

9
melahirkan beberapa kali, labia mayora menjadi kurang
menonjol dan pada usia lanjut mulai mengeriput. Iabia minora
(bibir-bibir kecii atau nympbae) adalah suatu lipatan tipis dari
kulit sebelah dalam bibir besar. Ke depan kedua bibir kecil
bertemu yang di atas klitoris membentuk preputium klitoridis
dan yang di bawah klitoris membentuk frenulum klitoridis.
Ke belakang kedua bibir kecil juga bersatu dan membentuk
fossa navikulare. Fossa navikulare ini pada perempuan yang
belum pernah bersalin tampak utuh, cekung seperti perahu;
pada perempuan yang pernah melahirkan kelihatan tebal dan
tidak rata. Kulit yang meliputi bibir kecil mengandung banyak
glandula sebasea (kelenjar-kelenjar lemak) dan juga ujung-
ujung saraf yang menyebabkan bibir kecil sangat sensitif
(Prawirohardjo, 2016).
h) Perineum
Perineum terletak antara vulva dan anus, panjangnya rata-rata
4 cm. Jaringan yang mendukung perineum terutama ialah
diafragma pelvis dan diafragma urogenitalis. Diafragma
pelvis terdiri atas otot levator ani dan otot koksigis posterior
serta fasia yang menutupi kedua otot ini. Diafragma
urogenitalis terletak eksternal dari diafragma pelvis, yaitu di
daerah segitiga antara tuber isiadika dan simfisis pubis.
Diafragma urogenitalis meliputi muskulus transversus perinei
profunda, otot konstriktor uretra dan fasia internal maupun
eksternal yang menutupinya. Perineum mendapat pasokan
darah ter- utama dari arteriapudenda interna dan cabang-
cabangnya (Prawirohardjo, 2016).
2) Organ reproduksi pria
a) Testis
Testis berjumlah dua buah untuk memproduksi sperma
setiap hari dengan bantuan testosteron. Testis berada dalam
skrotum, diluar rongga panggul karena pembentukan sperma
membutuhkan suhu yang lebih rendah dari pada suhu badan
(36,7oC). Sperma merupakan sel yang berbentuk seperti
berudu (kecebong) berekor hasil dari testis yang dikeluarkan
saat ejakulasi bersama cairan mani dan bila bertemu dengan
sel telur yang matang akan terjadi pembuahan.

10
b) Skrotum
Skrotum merupakan kantong kulit yang melindungi testis,
berwarna gelap dan berlipat lipat. Skrotum adalah tempat
bergantungnya testis. Skrotum mengandung otot polos yang
mengatur jarak testis ke dinding perut dengan maksud
mengatur suhu testis agar relatif tetap.
c) Vas deferens
Vas deferens merupakan saluran yang menyalurkan sperma
dari testis-epididimis menuju ke uretra/ saluran kencing pars
prostatika. Vas deferens panjangnya ± 4,5 cm dengan
diameter ±2,5 mm. Saluran ini muara dari Epididimis yaitu
saluran- saluran yang lebih kecil dari vas deferens.
Bentuknya berkelok-kelok dan membentuk bangunan seperti
topi.
d) Prostat, vesikula seminalis, dan beberapa kelenjar lainnya
Kelenjar-kelenjar yang menghasilkan cairan mani (semen).
yang berguna untuk memberikan makanan pada sperma.
e) Penis
Penis berfungsi sebagai alat sanggama dan sebagai saluran
untuk pengeluaran sperma dan air seni. Pada keadaan biasa,
ukuran penis kecil. Ketika terangsang secara seksual darah
banyak dipompa ke penis sehingga berubah menjadi tegang
dan besar disebut sebagai ereksi. Bagian glans merupakan
bagian depan atau kepala penis. Glans banyak mengandung
pembuluh darah dan syaraf. Kulit yang menutupi glans
disebut foreskin (preputium). Pada laki-laki sunat dilakukan
dengan cara membuang kulit preputium. Secara medis sunat
dianjurkan karena memudahkan pembersihan penis sehingga
mengurangi kemungkinan terkena infeksi, radang dan
kanker.
4. Persiapan pranikah
a) Pemeriksaan fisik
Beberapa prosedur pemeriksaan yang harus dilakukan oleh calon
pengantin (Kemenkes RI, 2018).
1) Pemeriksaan tanda-tanda vital: suhu, nadi, frekuensi napas,
dan tekanan darah
2) Pemeriksaan status gizi, meliputi berat badan, tinggi badan,
lingkar lengan atas (LiLA), tanda-tanda anemia, pemeriksaan

11
darah rutin (Hb, golongan darah, dan rhesus), pemeriksaan
urin rutin. Pemeriksaan lain atas indikasi seperti: gula darah,
IMS, HIV, malaria, thalassemia, hepatitis B, dan TORCH
(toksoplasmosis, rubella, citomegalovirus dan herpes
simpleks)
b) Persiapan gizi
Peningkatan status gizi calon pengantin terutama perempuan
melalui penanggulangan KEK (Kekurangan Energi Kronis) dan
anemia gizi besi serta defisiensi asam folat.
1) Status gizi dapat ditentukan dengan pengukuran IMT dan
pengukuran LiLA.
2) IMT merupakan proporsi standar berat badan (BB) terhadap
tinggi badan (TB). Kategori IMT sebagai berikut.
Cara menghitung IMT:

IMT =

Tabel 1.1 klasifikasi nilai IMT


Status Gizi Kategori IMT

Sangat Kekurangan BB tingkat berat < 17.0


kurus

Kurus Kekurangan BB tingkat 17 – 18.5


ringan

Normal 18.5 – 25.0

Gemuk Kelebihan BB tingkat ringan > 25.0 –


27.0

Obesitas Kelebihan BB tingkat berat > 27.0

3) Pengukuran LILA bertujuan untuk mengetahui adanya risiko


Kurang Energi
Sebelum hamil alangkah baiknya mengecek Lingkar Lingan
Atas (LILA) tujuannya untuk mengetahui kekurangan energi
kronis pada wanita usia subur, pada ibu hamil dan calon ibu,
untuk mencegah resiko lahirnya Berat Bayi Lahir Rendah.
Ambang batas LILA 23,5 cm (Furqan et al., 2019).

12
1) Calon pengantin dianjurkan mengonsumsi makan bergizi
seimbang
2) Setiap calon pengantin perempuan dianjurkan
mengonsumsi tablet tablet darah (TTD) yang mengadung
zat besi dan asam folat seminggu sekali
3) Calon pengantin perempuan yang mengalami KEK dan
anemia memerlukan pemeriksaan lebih lanjut untuk
menentukan penyebabnya dan diberikan tata laksana yang
sesuai dengan penyebab
4) Asupan gizi yang seimbang bisa diperoleh dengan
mengonsumsi lima kelompok pangan yang beragam setiap
hari atau setiap kali makan. Kelompok tersebut adalah
makanan pokok, lauk pauk, sayuran, buah-buahan, dan
minuman. Proporsi setiap kali makan yang digambarkan
pada “ISI PIRINGKU”, yaitu: sepertiga piring berisi
makanan pokok, sepertiga piring berisi sayuran, sepertiga
piring berisi lauk pauk dan buah-buahan dalam proporsi
yang sama.
5) Upaya yang dapat dilakukan untuk mempertahankan
kesehatan tubuh dengan konsumsi air putih 8 gelas per
hari, menghindari minum teh atau kopi setelah makan, dan
membatasi pengonsumsian garam, gula, dan
lemak/minyak.
Prinsip Gizi Seimbang terdiri dari 4 (empat) Pilar yang pada
dasarnya merupakan rangkaian upaya untuk
menyeimbangkan antara zat gizi yang keluar dan zat gizi
yang masuk dengan memonitor berat badan secara teratur
(Kementerian Kesehatan RI, 2014).
1) Pilar 1: mengonsumsi makanan beraneka ragam karena
tidak ada satu jenis makanan yang mempunyai
kandungan zat besi yang lengkap kecuali ASI untuk
bayi 0-6 bulan.
2) Pilar 2: membiasakan perilaku hidup bersih. Adanya
hubungna timbal balik antara infeksi dan status gizi
3) Pilar 3: melakukan aktivitas fisik. Aktivitas fisik dapat
melancarkan sistem metabolisme di dalam tubuh.

13
4) Pilar 4: mempertahankan dan memantau berat badan
normal. Merupakan salah satu indikator bahwa telah
terjadi keseimbangan gizi di dalam tubuh.
c) Imunisasi tetanus
Pencegahan dan perlindungan diri yang aman terhadap penyakit
tetanus dilakukan dengan pemberian 5 dosis imunisasi TT
mencapai kekebalan penuh.
Tabel 1.2 Imunisasi Tetanus pada catin
Status Interval Minimal Masa Lama
Imunisasi Pemberian Perlindungan Perlindungan
(%)

T1 - - -
T2 4 minggu setelah T1 3 tahun 80%
T3 6 bulan setelah T2 5 tahun 95%
T4 1 tahun setelah T3 10 tahun 95%
T5 1 tahun setelah T4 seumur hidup 99%

d) Menjaga kesehatan reproduksi


1) Sebaiknya pakaian dalam diganti minimal 2 kali sehari.
2) Tidak menggunakan pakaian dalam yang ketat dan berbahan
non sintetik.
3) Pakailah handuk yang bersih, kering, tidak lembab/bau.
4) Membersihkan organ reproduksi luar dari depan ke belakang
dengan menggunakan air bersih dan dikeringkan menggunakan
handuk atau tisu.
5) Khusus untuk perempuan
− Tidak boleh terlalu sering menggunakan cairan pembilas
vagina.
− Jangan memakai pembalut tipis dalam waktu lama
− Pergunakan pembalut ketika mentruasi dan diganti paling
lama setiap 4 jam sekali atau setelah buang air.
− Bagi perempuan yang sering keputihan, berbau dan
berwarna harap memeriksakan diri ke petugas kesehatan.
6) Bagi laki-laki dianjurkan disunat untuk kesehatan
(Kemenkes RI, 2018)
e) Faktor yang mempengaruhi kesehatan reproduksi
Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan reproduksi.
Faktor-faktor tersebut secara garis besar dapat dikelompokkan

14
menjadi empat golongan yang dapat berdampak buruk bagi
kesehatan reproduksi, yaitu (Prijatni & Rahayu, 2016) :
1) Faktor Demografis – Ekonomi
Faktor ekonomi dapat mempengaruhi Kesehatan Reproduksi
yaitu kemiskinan, tingkat pendidikan yang rendah dan
ketidaktahuan tentang perkembangan seksual dan proses
reproduksi, usia pertama melakukan hubungan seksual, usia
pertama menikah, usia pertama hamil. Sedangkan faktor
demografi yang dapat mempengaruhi Kesehatan Reproduksi
adalah akses terhadap pelayanan kesehatan, rasio remaja tidak
sekolah , lokasi/tempat tinggal yang terpencil.
2) Faktor Budaya dan Lingkungan Faktor
Faktor Budaya dan Lingkungan Faktor budaya dan
lingkungan yang mempengaruhi praktek tradisional yang
berdampak buruk pada kesehatan reproduksi, kepercayaan
banyak anak banyak rejeki, informasi tentang fungsi
reproduksi yang membingungkan anak dan remaja karena
saling berlawanan satu dengan yang lain, pandangan agama,
status perempuan, ketidaksetaraan gender, lingkungan tempat
tinggal dan cara bersosialisasi, persepsi masyarakat tentang
fungsi, hak dan tanggung jawab reproduksi individu, serta
dukungan atau komitmen politik.
3) Faktor Psikologis
Sebagai contoh rasa rendah diri (“low self esteem“), tekanan
teman sebaya (“peer pressure“), tindak kekerasan dirumah/
lingkungan terdekat dan dampak adanya keretakan orang tua
dan remaja, depresi karena ketidak seimbangan hormonal,
rasa tidak berharga wanita terhadap pria yang membeli
kebebasan secara materi
4) Faktor Biologis
Faktor biologis mencakup ketidak sempurnaaan organ
reproduksi atau cacat sejak lahir, cacat pada saluran
reproduksi pasca penyakit menular seksual, keadaan gizi
buruk kronis, anemia, radang panggul atau adanya keganasan
pada alat reproduksi. Dari semua faktor yang mempengaruhi
kesehatan reproduksi diatas dapat memberikan dampak buruk
terhadap kesehatan perempuan, oleh karena itu perlu adanya
penanganan yang baik, dengan harapan semua perempuan

15
mendapatkan hak-hak reproduksinya dan menjadikan
kehidupan reproduksi menjadi lebih berkualitas.
f) Menjaga kesehatan jiwa
Menurut Kemenkes, sebelum menikah, calon pengantin harus
mempersiapkan mental. Karena pada saat pernikahan akan banyak
terjadi penyesuaian terhadap karakter pasangan, penyesuaian
peran, ekonomi dan sosial. Oleh karena itu sangat penting bagi
catin untuk menjaga kesehatan jiwanya sebelum menikah.
Berikut cara menjaga Kesehatan jiwa antaralain:
1) Katakan sesuatu yang positif pada diri sendiri.
2) Kenali karakter calon pasangan dan keluarga
3) Jalin hubungan baik dengan calon pasangan, keluarga
maupun orang lain
4) Bersama- sama menjaga Kesehatan keluarga seperti rajin
olahraga, konsumsi makanan berigizi seimbang, istirahat
yang cukup.
5) Tetap menjalani hobi yang positif (Catur, 2021).
g) Informasi mengenai kehamilan
1) Konsep kehamilan
Menurut WHO, Kehamilan adalah suatu proses yang
natural bagi perempuan, dimulai dari konsepsi sampai lahirnya
janin dengan rentang waktu 280 hari (40 minggu/ 9 bulan 7
hari) (Haslan, 2015).
Lama kehamilan mulai dari ovulasi sampai partus
adalah kira-kira 280 hari (40 minggu), dan tidak lebih dari 300
hari (43 minggu). Kehamilan 40 minggu ini disebut kehamilan
matur (cukup bulan). Bila kehamilan lebih dari 43 minggu,
disebut kehamilan post mature. Kehamilan antara 28 sampai 36
minggu disebut kehamilan prematur. Kehamilan yang terakhir
ini akan mempengaruhi viabilitas (kelangsungan hidup) bayi
yang dilahirkan, karena bayi yang terlalu muda mempunyai
prognosis buruk (Haslan, 2015).
2) Kehamilan ideal
Kehamilan ideal adalah kehamilan yang direncanakan,
diinginkan dan dijaga perkembangannya secara baik. Namun
ada kalanya berbagai faktor yang dapat membuat kehamilan
menjadi tertunda atau bahkan tidak diinginkan.

16
Untuk kehamilan usia kurang dari 20 tahun dan atau
status gizi kurang merupakan kehamilan beresiko yang dapat
mengancam jiwa ibu atau janin. Kehamilan ditunda sampe
umur 20 tahun dan atau status gizi baik. Untuk menunda
kehamilan dapat menggunakan kontrasepsi atau KB, dibagi
menjadi 2 kontrasepsi yaitu :
a) Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)
− Alat kontrasepsi dalam rahim /IUD
− Implan
− Metode operasi wanita (MOW)
− Metode operasi pria (MOP)
b) Non-Metode Kontrasepsi Jangka Panjang
− Metode amenore laktasi (MAL)
− Kondom
− KB suntik
− KB pil
3) Tanda-tanda kehamilan
a) Tanda tidak pasti kehamilan: Amenorea (terlambat datang
bulan), mual dan muntah (emesis), ngidam, pingsan,
payudara tegang
b) Tanda dugaan kehamilan: rahim membesar, pemeriksaan
dalam dijumpai tanda hegar, tanda chadwicks, tanda
piscaseck, kontraksi braxton hicks, dan teraba ballotement,
pemeriksaan tes biologis kehamilan positif
c) Tanda pasti kehamilan: terdengar denyut jantung janin
(DJJ) pada usia kehamilan 12 minggu, terasa gerakan
janin, hasil rontgenografi tampak tulang janin pada 12-14
minggu, USG pada minggu ke-6 sudah terlihat adanya
gestasional sac
(Yulizawati et al., 2019).
4) Proses kehamilan
Sel telur matang dibuahi sperma dalam tuba fallopi  sek
telur yang dibuahi sperma (embrio) menempel pada lapisan
dalam rahim (endometrium)  dalam 120 hari pertama
embrio berkembang mengikuti tahapan kehidupan sel (hayati)
 memasuki usia kehamilan lanjut, embrio berkembang
mengikuti tahapan kehidupan insan menjadi janin 

17
kehamilan umumnya berakhir dengan persalinan setelah 280
hari (9 bulan 10 hari) (Kemenkes RI, 2018).
6) Kehamilan beresiko
Hindari kehamilan beresiko tinggi yang biasanya terjadi
karena faktor
4 T (Terlalu), yaitu :
a) Terlalu muda untuk hamil (kurang dari 20 tahun)
b) Terlalu tua untuk hamil (lebih dari 35 tahun)
c) Terlalu sering hamil (anak lebih dari 3)
d) Terlalu dekat jarak kehamilan (jarak kurang dari 2 tahun)
3 T (Terlambat) yaitu :
a) Terlambat mengambil keputusan untuk mencari upaya
medis kedaruratan
b) Terlambat tiba di fasilitas kesehatan
c) Terlambat mendapat pertolongan medis yang adekuat
(Kemenkes RI, 2018)
7) Tanda bahaya kehamilan
a) Perdarahan pervaginam
Perdarahan pervaginam dalam kehamilan adalah normal.
Pada masa awal kehamilan, Ibu mungkin akan
mengalami perdarahan yang sedikit atau spotting di
sekitar waktu pertama haid nya terlambat. Perdarahan ini
adalah perdarahan implantasi dan normal. Pada awal
kehamilan, perdarahan yang tidak normal adalah yang
berwarna merah, berjumlah banyak, atau yang sangat
menyakitkan. Perdarahan yang mungkin terjadi pada
masa kehamilan muda, antara lain pada abortus,
kehamilan ektopik dan molahilatidosa.
i. Abortus
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh
akibat-akibat tertentu) pada atau sebelum kehamilan
tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan
belum mampu hidup di luar kandungan. Abortus
spontan adalah abortus yang terjadi secara alamiah
tanpa intervensi luar (buatan) untuk mengakhiri
kehamilan tersebut. Sedangkan abortus buatan adalah
abortus yang terjadi akibat intervensi tertentu dengan
tujuan untuk mengakhiri proses kehamilan.

18
ii. Kehamilan ektopik
Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang terjadi
diluar rahim, misalnya dalam tuba, ovarium, rongga
perut serviks, atau pun dalam tanduk rudimenter
rahim. Kondisi ini menyebabkan perdarahan dari
vagina dan nyeri hebat di panggul atau perut bawah.
Jika terjadi perdarahan pada kehamilan kurang dari
22 minggu, kondisi ini berkaitan dengan kehamilan
ektopik terganggu (KET) yang terjadi karena sel telur
yang sudah dibuahi dalam perjalanan menuju
endometrium tersendat sehingga embrio sudah
berkembang sebelum mencapai vakum uteri dan
akibatnya akan tumbuh di luar rongga rahim. Bila
tempat nidasi tersebut tidak dapat menyesuaikan diri
dengan besarnya buah kehamilan, akan terjadi
ruptura dan menjadi kehamilan ektopik yang
terganggu (KET).
iii. Molahidatidosa
Molahidatidosa adalah suatu kehamilan dimana
setelah fertilisasi, hasil konsepsi tidak berkembang
menjadi embrio, tetapi terjadi proliferasi dari vili
koralis disertai dengan regenerasi hidrofik.
b) Hipertensi gravidarum
Hipertensi dalam kehamilan termasuk hipertensi karena
kehamilan dan hipertensi kronik kronik (meningkatnya
tekanan darah sebelum usia kehamilan 20 minggu). Nyeri
kepala, kejang, dan hilangnya kesadaran sering
berhubungan dengan hipertensi dalam kehamilan.
Keadaan lain yang dapat mengakibatkan kejang ialah
epilepsi, malaria, trauma kepala, meningitis dan
ensefalitis.
c) Nyeri perut bagian bawah
Nyeri perut pada kehamilan 22 minggu atau kurang
mungkin termasuk gejala utama pada kehamilan ektopik
atau abortus. (Haslan, 2015)

19
8) Kondisi emosional ibu hamil
Selama kehamilan, ibu hamil memerlukan dukungan dan
motivasi dari keluarga dan terutama dari suami. Ibu hamil
tidak boleh terbebani oleh pikiran dan pekerjaan yang terlalu
berat karena akan berdampak pada kondisi emosional ibu
hamil. Berikut kondisi yang sering dialami ibu hamil.
a) Mudah tersinggung, sensitif, uring-uringan, manja,
mudah marah, tidak semangat.
b) Perasaan mudah lelah, tidak mau makan, tidak bisa tidur
nyenyak, tidak nyaman, merasa sesak. Hal tersebut
terjadi karena perubahan fisik selama hamil.
c) Mencemaskan perubahan fisik, khawatir terhadap
perkembangan janin, khawatir apabila janinnya cacat
atau meninggal (Kemenkes RI, 2018).
h) Informasi mengenai persalinan
Persalinan yang aman adalah persalinan yang dilakukan di
fasilitas kesehatan oleh tenaga kesehatan yang profesional dan
terampil. Ibu hamil yang akan melahirkan akan mengalami tanda-
tanda persalinan seperti:
1) Perut mulas sering dan teratur, mulasnya menetap dalam waktu
yang lama
2) Mengeluarkan cairan ketuban dan lendir yang bercampur darah
3) Keluar air ketuban dari jalan lahir
Apabila seseorang mengalami salah satu gejala yang
disebutkan maka diharapkan segera mendatangi fasilitas
kesehatan terdekat untuk persiapan persalinan
Terdapat Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan
Komplikasi (P4K). Program ini bertujuan untuk meningkatkan
peran aktif suami, keluarga, dan masyarakat dalam menjaga ibu
hamil dalam merencanakan persalinan yang aman, persipaan
menghadapi kemungkinan terjadinya komplikasi saat
hamil/bersalin/nifas, perencanaan penggunaan KB paska
persalinan. Program ini berupa penempelan stiker P4K di
pintu/jendela depan rumah yang berisi tentang lokasi tempat
tinggal ibu hamil, identitas ibu hamil, taksiran persalinan,
penolong persalinan, pendamping persalinan, fasilitas tempat
persalinan, calon donor darah, dan transportasi serta pembiayaan.
(Kementerian Kesehatan RI, 2018)

20
Program P4K memiliki tujuan agar tiap ibu hamil terdata
dan diketahui keberadaannya, terdapat perencanaan persalinan
sehingga dapat diambil keputusan dengan cepat dan tepat bila
terjadi komplikasi, dan masyarakat sekitar segera memberikan
bantuan apabila dibutuhkan transportasi, donor darah berjalan, dan
lain sebagainya. (Kementerian Kesehatan RI, 2018)
i) Perawatan paska persalinan
1) Melakukan perawatan tali pusar dengan kasa bersih, kering
dan steril setiap hari sampai tali pusat lepas.
2) Pemberian imunisasi Hepatitis B, BCG, Polio bagi bayi.
3) Memeriksa kesehatan ibu dan bayi baru lahir pada tenaga
kesehatan minimal 4 kali dalam bulan pertama sesudah
melahirkan.
5. Infeksi Menular Seksual (IMS)
Infeksi menular seksual (IMS) adalah infeksi yang disebabkan oleh
bakteri, virus, para- sit, atau jamur, yang penularannya tenrtama
melalui hubungan seksual dari seseorang yang terinfeksi kepada mitra
seksualnya. Infeksi menular seksual merupakan salah satu penyebab
infeksi saluran reproduksi (ISR) (Prawirohardjo, 2016).
Infeksi menular seksual (IMS) merupakan sebuah penyakit infeksi
yang ditularkan melalui hubungan seksual. Terdapat beberapa gejala
yang timbul pada penyakit ini, di antaranya :
a) Keluar cairan dari vagina, penis atau anus yang berbeda dari
biasanya.
b) Rasa perih atau nyeri atau panas pada saat kencing atau setelah
kencing, atau menjadi sering kencing.
c) Ada luka terbuka/basah di sekitar kemaluan atau sekitar mulut.
Luka ini bisa terasa nyeri bisa juga tidak.
d) Ada semacam tumbuhan seperti jengger ayam/kutil di sekitar
kemaluan.
e) Terjadi pembengkakan pada lipatan paha
Terdapat beberapa jenis pernyakit infeksi menular seksual :
a) Gonore (kencing nanah)
Gonore adalah semua infeksi yang disebabkan oleh Neisseria
gononboeae. N. gonorboeae di bawah mikroskop cahaya tampak
sebagai diplokokus berbentuk biii kopi dengan lem- bar 0,8 pm
dan bersifat tahan asam. Kuman ini bersifat Gram negatif,
tampak di luar dan di dalam leukosit polimorfnuklear, tidak

21
dapat bertahan lama di udara bebas, cepat mati pada keadaan
kering, tidak tahan pada suhu di atas 39" C, dan tidak tahan zat
desinfektan.
Gambaran klinik dan perjalanan penyakit pada perempuan
berbeda dari pria. Hal ini disebabkan perbedaan anatomi dan
fisiologi alat keiamin pria dan perempuan. Gonore pada
perempuan kebanyakan asimptomatik sehingga sulit untuk
menentukan masa inkubasinya (Prawirohardjo, 2016).
Komplikasi yang timbul adalah kemandulan dan kehamilan di
luar kandungan/kehamilan ektopik. Pada bayi baru lahir akan
menyebabkan konjungtivitis gonore (kemerahan pada kedua
mata dan cairan nanah) yang menyebabkan kebutaan.
b) Sifilis (raja singa)
Sifilis merupakan penyakit infeksi sistemik disebabkan oleh
Treponema pallidum yang dapat mengenai seluruh organ tubuh,
mulai dari kulit, mukosa, jantung hingga susunan saraf pusat,
dan juga dapat tanpa manifestasi lesi di tubuh. Infeksi terbagi
atas beberapa fase, yaitu sifilis primer, sifilis sekunder, sifilis
laten dini dan lanjut, serta neurosifilis (sifilis tersier). Sifilis
umumnya ditularkan lewat kontak seksual, namun juga dapat
secara vertikal pada masa kehamilan (Prawirohardjo, 2016).
Komplikasi: pada perempuan akan mengalami keguguran,
melahirkan bayi cacat atau bahkan IUFD
c) Herpes genitalis.
Herpes genitalis (HG) merupakan iMS virus yang menempati
umtan kedua tersering di dunia"dan merupakan penyebab ulkus
genital tersering di negara maju' Virus herpes simpleks tipe-2
(vHS-2)-mempakan penyebab HG tersering (82 %), sedangkan
virus herpes simpleks tipe-t (vHS-i; yr"g lebih sering dikaitkan
dengan lesi di mulut dan bibir, ternyata dapat pula ditemukan
pada 18 % kasus herpes genitalis (Prawirohardjo, 2016).
Gejala yang timbul saat pertama kali terserang penyakit ini
adalah timbulnya bintil-lenting-luka berkelompok di atas dasar
kemerahan, terasa sangat nyeri, terjadi pembesaran kelenjar lipat
paha, kenyal, dan gejala menyeluruh (sistemik). Sedangkan pada
gejala kambuhan akan timbul stres pikiran, hubungan seksual
berlebih, lelah, luka/lesi tidak sebanyak pada gejala herpes
pertama.

22
Komplikasi: sebagai port de entry (pintu masuk) bakteri/infeksi
lain dan bersifat kambuhan seumur hidup
d) Klamidia
Klamidiasis genital adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri
Chlamydia trachomatis. Gejala pada laki-laki seperti keluarnya
cairan bernanah, encer dan kadang kental, memiliki warna putih
kekuningan disertai peradangan kulit alat kelamin. Sedangkan
pada perempuan ditambahi dengan adanya serviks yang mudah
berdarah.
Komplikasi yang timbul berupa kemandulan, kehamilan di luar
kandungan, dan pada bayi baru lahir terjadi konjungitivitis
klamidiosis berupa mata sembab, kemerahan dengan adanya
cairan nanah pada mata sehingga berakibat pada kebutaan
e) Kondilomata akuminata (jengger ayam), gejala yang ditimbulkan
yaitu bintil-bintil tonjolan seperti kutil pada daerah yang lembab,
bersifat kambuhan seumur hidup.
Komplikasi: dapat membesar menjadi satu. Menyebabkan kanker
penis pada laki-laki dan kanker serviks pada perempuan.
Pencegahan Infeksi Menular Seksual :
1) Menjaga kebersihan kelamin dengan mengganti pakaian dalam
minimal dua kali sehari, tidak menggunakan pakaian ketat dan
tidak menyerap keringat, menggunakan handuk kering bersih
setelah buang air kecil ataupun besar untuk mengurangi
kelembaban pada alat kelamin, membersihkan alat reproduksi dari
depan ke belakang menggunakan air bersih, hindari penggunaan
cairan vagina, mengganti pembalut 4 jam sekali, dan dianjurkan
bagi laki-laki untuk bersunat
2) Tidak berhubungan seksual sebelum menikah
3) Menggunakan kondom
4) Saling setia dengan pasangan sah
5) Menghindari faktor penyebab/pencetus IMS
6) Datangi petugas kesehatan profesional untuk berkonsultasi apabila
menemui gejala atau keluhan pada alat kelamin (Kemenkes RI,
2018).

23
6. HIV-AIDS
HIV (Human Immunodeficiency Virus) merupakan kuman/virus
penyebab AIDS.
AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) adalah kumpulan
gejala/penyakit akibat menurunnya kekebalan tubuh yang didapat dari
infeksi HIV (Kemenkes RI, 2018). Acquired Immuno Deficiency
Syndrome (AIDS) adalah sindroma dengan gejala penyakit infeksi
oportunistik atau kanker tertentu akibat menurunnya sistem kekebalan
tubuh oleh infeksi Human Immunodeficiency Virus (Prawirohardjo,
2016).
Infeksi HIV memberikan gambaran klinik yang tidak spesifik dengan
spektrum yang lebar, mulai dari infeksi tanpa gejala (asimptomatik)
pada stadium awal sampai pada geiala-gejala yang berat pada stadium
yang lebih lanjut. Setelah diawali dengan infeksi akut, maka dapat
terjadi infeksi kronik asimptomatik selama beberapa tahun disertai
repiikasi virus secara lambat. Kemudian setelah terjadi penurunan
sistem imun yang berat, maka terjadi berbagai infeksi oportunistik dan
dapat dikatakan pasien telah masuk pada keadaan AIDS. Perjalanan
penyakit lambat dan gejala-gejala AIDS rara-rata baru timbul 10 tahun
sesudah infeksi pertama, bahkan bisa lebih lama lagi (Prawirohardjo,
2016).
Penularan HIV :
a. Hubungan seks. Pada saat berhubungan seks tanpa kondom, HIV
dapat menular dari darah orang yang terinfeksi, air mani atau
cairan vagina langsung ke aliran darah orang lain, atau melalui
selaput mukosa yang berada di bagian dalam vagina, penis atau
dubur.
b. HIV dapat menular melalui transfusi darah yang mengandung HIV
atau melalui alat suntik atau alat tindakan medis lain yang
tercemar HIV
c. Selain dari jarum suntik, para pengguna narkoba suntik bergantian
juga risiko tertular HIV
d. HIV menular dari ibu ke bayi pada saat kehamilan, kelahiran, dan
ketika menyusui
(Kemenkes RI, 2018)

24
7. Deteksi dini kanker serviks dan kanker payudara
a) Kanker serviks
Kanker serviks adalah kanker primer serviks (kanalis servikalis
dan/atau porsio). Kanker pada kehamilan merupakan hal yang
jarang dan kanker serviks merupakan keganasan yang paling
sering pada kehamilan. Insidensi kanker serviks adalah 1,2 kasus
per 10.000 kehamilan pada saat kehamilan saja dan 4,5 kasus per
10.000 kehamilan hingga 12 bulan pascapersalinan
(Prawirohardjo, 2016).
Faktor risiko yang menyebabkan kanker serviks:
1) Menikah/berhubungan seksual sebelum umur 20 tahun
2) Memiliki banyak pasangan seksual/bergonta ganti pasangan
3) Pernah terpapar IMS
4) Riwayat keluarga kanker serviks
5) Hasil pemeriksaan pap smear yang terdahulu menunjukkan
hasil tidak normal
6) Merokok atau terapapar asap rokok
7) Melahirkan lebih dari 3 anak
8) Penurunan kekebalan tubuh (imunosupresi) seperti pada
ODHA atau penggunaan kortikostreroid dalam jangka waktu
yang lama
(Kemenkes RI, 2018)
Pencegahan penyakit yang dapat dilakukan dengan cara
imunisasi HPV secara mandiri. Dianjurkan juga melakukan
pendeteksian dini kanker leher rahim pada wanita usia 30-50
tahun yang pernah berhubungan seksual pada setiap tahunnya
minimal 3–5 tahun sekali. Tes pendeteksian dengan tes IVA
(Inspeksi Visual dengan Asam Asetat) dan Pap smear. IVA
merupakan pemeriksaan dengan hasil segera diketahui setelah
satu menit serviks dioles dengan asam asetat sedangkan pap
smear membutuhkan waktu 1–2 minggu untuk mengetahui
hasil pemeriksaan (Kemenkes RI, 2018).
b) Kanker payudara
Kanker payudara adalah kanker terbesar kedua yang berisiko
diderita oleh perempuan setelah kanker leher rahim. Sampai saat
ini, penyebab pasti kanker payudara belum dapat diketahui.
Tetapi dapat dipastikan beberapa penyebab terjadinya kanker
payudara.

25
Faktor resiko kanker payudara (Kemenkes RI, 2018) :
1) Merokok pasif atau aktif
2) Riwayat keluarga kanker payudara
3) Menopause >50 tahun
4) Menarche <12 tahun
5) Tidak memiliki anak/infertilitas
6) Melahirkan anak pertama >35 tahun
7) Tidak pernah menyusui
8) Riwayat penyakit tumor jinak payudara
9) Diet/faktor pola makan yang buruk, yaitu tinggi lemak dan
rendah serat, mengandung zat pewarna dan pengawet, serta
minum-minuman alkohol.
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan oleh perempuan
yaitu dengan melakukan pendeteksian dini kanker payudara.
Langkah yang dapat diambil dengan:

1) SADARI (pemeriksaan payudara sendiri) pada hari ke- 7–10


yang dihitung dari hari pertama menstruasi, sedangkan pada
wanita menopause atau wanita yang menggunakan KB maka
pemeriksaan dilakukan setiap bulan pada tanggal yang sama
2) SADANIS (pemeriksaan payudara klinis) yang dilakukan
oleh tenaga kesehatan seperti dokter/bidan. Dilakukan
sebanyak 1 tahun sekali minimal 3–5 tahun.
3) Skrinning dengan mammografi. Pemeriksaan ini dianjurkan
secara perkala pada perempuan 40–50 tahun tiap 2 tahun
sekali dan tiap 1 tahun seakli pada perempuan >50 tahun
kecuali yang memiliki faktor risiko.

8. EVIDENCED BASED
Kelas catin merupakan salah satu usaha dan kepedulian
pemerintah untuk mengurangi angka perceraian. Tujuan nya untuk
mempersiapkan calon pengantin terhadap kehidupan pernikahan dan
persiapan kehamilan. Dilaksanakan kelas catin dapat menambah
pengetahuan dan pemahaman mengenai berumah tangga dan
kehamilan. Berdasarkan hasil penelitian (Amalia & Siswantara, 2018)
dengan menggunakan uji paired sample T test diperoleh hasil nilai
mean sebesar 15,625 dan nilai p-value menunjukan 0,031 (kurang dari
α sebesar 0,05). Hasil tersebut menunjukan bahwa terdapat perbedaan

26
yang bermakna pada pengetahuan calon pengantin tentang penyuluhan
kesehatan reproduksi. Sejalan dengan penelitian (Yuliani et al., 2020)
didapatkan hasil dari perhitungan tes sebelum dan sesudah edukasi
pranikah menunjukan perbedaan yang signifikan dengan rata –rata
sebelum 1.1512 dan sesudah menunjukan nilai rata-rata 1.0000 dimana
terjadi penurunan sehingga hasil uji statistik didapatkan nilai p-value
0,000 atau kurang dari nilai alpha (0.05) sehingga dapat disimpulkan
efektif antara sebelum dilakukan pemberian edukasi dengan sesudah
dilakukan pemberian edukasi
Menurut (Atik J., 2020) pendidikan kesehatan yang dilakukan di
didalam program bimbingan perkawinan bisa sebagai pusat
informasi kesehatan reproduksi bagi calon pengantin. Pemberian
edukasi kesehatan reproduksi yang dilakukan ini menunjukan hasil
efektif untuk meningktkan pengetahuan responden mengenai
kesehatan reproduksi, dalam persiapan kehamilan untuk lebih
bisa menjaga dan mempersiapkan kesehatan pada saat hamil.
Sedangkan menurut penelitian (Erfanian, et al., 2019) yang dilakukan
di India, bahwa pusat informasi kesehatan remaja dapat menurunkan
angka pernikahan dini dan bisa meningkatkan angka rentensi
kelulusan sekolah pada remaja. Hal ini menunjukan bahwa dengan
diberikan pengetahuan dapat memberikan dan meningkatkan
kesehatan reproduksi. Pendidikan kesehatan reproduksi dan seksual
diperlukan sebagai pendukung sumber daya masa depan
dalamkesehatan seksual yang bukan hanya seksual aman dan
kontrasepsi saja. Tetapi sebagai penyedia untuk meningkatkan
kesehatan reproduksi (Frederick, et al., 2018).
Menurut penelitian (Patton et al., 2016) menyatakan bahwa
peran keluarga merupakan faktor yang mendasari terbentuknya
perilaku kesehatan seseorang remaja. Perilaku tersebut akan
mempengaruhi dalam sepanjang hidupnya. Faktor lain seperti
pendidikan, teman sebaya, media, dan pekerjaan juga mempengaruhi
perilaku kesehatan remaja, sesuai dengan keterpaparan terhadap faktor
tersebut di masa remaja.

27
PATHWAY

PRANIKAH

ANAMNESA

Pemeriksaan Pemeriksaan Imunisasi KIE


fisik lab TT

Pemeriksaa
PP test
n head to Nutrisi
toe HB
Tablet Fe
Golda
Personal
TTV hyigiene
GDS
Persiapan
HIV-AIDS Kehamilan
palpasi Sifilis Pola Hidup
Laki- Sehat
laki

Perempua
n

28
B. Tinjauan Teori Kebidanan
1. Pengertian Asuhan Kebidana
Asuhan kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang di gunakan
sebagai metode untuk mengorganisasikan pikirandan tindakan
berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan keterampilan dalam
rangkaian/tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang
berfokus pada klien Asuhan kebidanan terdiri dari tujuh langkah yang
berurutan, yang di mulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir
dengan evaluasi. Tujuh langkah tersebut membentuk kerangka yang
lengkap dan bisa di aplikasikan dalam suatu situasi (Varney et al., 2012).
2. Tahapan Asuhan Kebidanan
a. Langkah I (Pengumpulan Data Dasar)
Pada langkah ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dan
lengkap yang berkaitan dengan kondisi klien. Pendekatan ini harus
bersifat komprehensif meliputi data subjektif, objektif, dan hasil
pemeriksaan.
b. Langkah II (Interpretasi Data Dasar)
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau
masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas
dasar data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang telah
dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosa
dan masalah yang spesifik.
c. Langkah III (Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial dan
Mengantisipasi Penanganannya)
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa
potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang
telah diidentifikasikan (Varney, 2012).
d. Langkah IV (Menetapkan Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera)
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan
atau untuk dikonsulkan atau ditangani bersama dengan anggota tim
kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien (Varney, 2012).
e. Langkah V (Menyusun Rencana Asuhan yang Menyeluruh)
Pada langkah ini dilakukan perencanaan yang menyeluruh,
ditentukan langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan
kelanjutan manajemen terhadap diagnosis atau masalah yang telah
diidentifikasi atau diantisipasi, pada langkah ini informasi/data dasar
yang tidak lengkap dapat dilengkapi.

29
f. Langkah VI (Pelaksanaan Langsung Asuhan Efisien dan Aman)
Pada langkah ini, rencana asuhan yang menyeluruh di langkah kelima
harus dilaksanakan secara efisien dan aman.
g. Langkah VII (Mengevaluasi Hasil Tindakan)
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang
sudah diberikan. Rencana dapat dianggap efektif jika memang benar
efektif dalam pelaksanaannya
(Varney et al., 2012).

3. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan


a. Pengkajian
1) Nama Klien dan Pasangan
Mengetahui nama klien dan calon pasangannya untuk
memudahkan dalam berkomunikasi sehingga terdengar lebih
akrab.
2) Umur
Pengkajian usia pada klien dan calon pasangan dipergunakan
untuk mengetahui apakah secara hukum individu tersebut sudah
resmi melakukan syarat perkawinan sesuai dengan Undang-
Undang RI No. 16 Tahun 2019 tentang perubahan atas UU RI No.
1 Tahun 1974 tentang perkawinan yang menyebutkan bahwa
pihak laki-laki minimal berusia 19 (sembilan belas) tahun dan
pihak wanita minimal berusia 16 (enam belas) tahun (Mahkamah
Konstitusi RI, 2019). Selain itu pengkajian usia dapat mengetahui
apakah pihak wanita dalam usia reproduksi sehat, yaitu 20 hingga
35 tahun (Widatiningsih & Hiyana, 2017)
3) Agama
Mengetahui agama klien dipergunakan untuk urusan pengurusan
perkawinan klien, apabila klien beragama Islam maka pengurusan
di Pengadilan Agama dan untuk agama lainnya di kantor
Pengadilan Negeri (Mahkamah Konstitusi RI, 2019)
4) Suku Bangsa
Dikaji untuk menentukan adat istiadat atau budayanya. Ras, etnis,
dan keturunan harus diidentifikasi dalam rangka memberikan
perawatan yang peka budaya kepada klien.
5) Pendidikan
Pendidikan klien menentukan asuhan kebidanan yang akan
diberikan, makin tinggi pendidikan klien akan cenderung

30
mengetahui informasi yang lebih luas (Sulistyawati & Nugraheny,
2013)
6) Pekerjaan
Pekerjaan klien akan berpengaruh terjadap kemungkinan program
hamil yang akan dilakukan, apabila pekerjaan terlalu berat maka
akan berpengaruh terhadap kesehatan janin (Romauli, 2011)
7) Alamat
Pengkajian alamat klien digunakan untuk penulisan persyaratan
yang akan diajukan ke kantor Pengadilan Agama atau kantor
Pengadilan Negeri

b. Data Subjektif
1) Alasan Datang
Alasan datang yang diungkapkan klien untuk mengetahui asuhan
kebidanan yang akan diberikan sehingga sesuai dengan keinginan
pasien (Romauli, 2011)
2) Keluhan Utama
Keluhan utama ditanyakan untuk mengetahui alasan pasien datang ke
ke fasilitas kesehatan. Dimulai dari kapan keluhan dirasakan, faktor
penyebab, rasa sakit yang hilang atau menetap, lokasi keluhan,
tingkat keparahan, pengaruh keluhan terhadap aktivitas, hal yang
memperparah dan meredakan keluhan, serta terapi yang sudah
diterima (Yuliani et al., 2017)
3) Riwayat Obstetri
a) Menarche: untuk mengetahui kapan pertama kali pasien
menstruasi. Umumnya menarche terjadi pada usia 12-13 tahun.
b) Siklus: Siklus merupakan jarak antara menstruasi yang dialami
dengan menstruasi berikutnya dalam hitungan hari. Pengkajian
dilakukan untuk menanyakan apakah siklusnya teratur ada tidak,
siklus normal sekitar 21-35 hari.
c) Lamanya: lama haid yang normal adalah kurang lebih 7 hari.
Apabila sudah mencapai 15 hari berarti sudah abnormal dan
kemungkinan adanya gangguan ataupun penyakit yang
mempengaruhi (Walyani & Purwoastuti, 2015).
d) Nyeri haid: Nyeri haid perlu ditanyakan untuk mengetahui
apakah klien menderita atau tidak di tiap haid. Nyeri haid juga
menjadi tanda kontraksi uterus klien begitu hebat sehingga

31
menimbulkan nyeri haid. Nyeri haid pada setiap individu
memiliki tingkat ambang nyeri yang berbeda.
e) Banyaknya : Dikaji untuk mengetahui berapa banyak darah yang
keluar saat menstruasi. Wanita normalnya mengganti pembalut 2
kali ganti pembalut dalam sehari. Apabila darahnya terlalu
berlebihan, itu berarti telah menunjukan gejala kelainan
banyaknya darah haid (Walyani & Purwoastuti, 2015), namun
untuk kesehatan reproduksi maka diharapkan mengganti
pembalut tiap 4 jam sekali.
4) Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan merupakan identifikasi keluhan sekarang,
penyakit umum yang pernah diderita, serta penyakit yang dialami
dahulu (Marmi, 2017).
5) Riwayat Imunisasi
Pemberian imunisasi TT pada wanita harus didahului dengan
skrining untuk mengetahui jumlah dosis dan status imunisasi TT
yang telah diperoleh selama hidupnya. Berikut ini jadwal pemberian
imunisasi yang sudah pernah mendapatkan imunisasi TT.

Tabel Jadwal pemberian imunisasi TT

Status Interval Minimal Masa


Imunisasi Pemberian Perlindungan

T1 - -

T2 4 minggu setelah T1 3 tahun

T3 6 bulan setelah T2 5 tahun

T4 1 tahun setelah T3 10 tahun

T5 1 tahun setelah T4 seumur hidup

Sumber: (Widatiningsih & Hiyana, 2017)

6) Riwayat KB dan rencana KB


Pasangan baru yang berusia kurang dari 20 tahun dapat menunda
kehamilan dengan alat kontrasepsi yang sesuai. Pasangan diharpakan
pergi bersama-sama ke fasilitas kesehatan untuk konsultasi. Metode
kontrasepsi yang tersedia, yaitu pil KB, kondom, suntik KB, implan
(AKBK), dan UID (AKDR) (Kementerian Kesehatan RI, 2018)

32
7) Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-Hari
a) Pola Nutrisi
Beberapa hasil yang perlu ditanyakan pada pasien berkaitan
dengan pola makan adalah menu, frekuensi, jumlah per hari dan
pantangan serta pola minum terdiri dari frekuensi dan jenis.
b) Pola Eliminasi
BAB dan BAK seperti frekuensi perhari, warnanya, ada masalah
selama BAB/BAK atau tidak.
c) Personal Hygiene
Untuk mengetahui kebersihan diri pasien. Dianjurkan untuk
mandi minimal 2 kali sehari, ganti baju minimal 1 kali, ganti
celana dalam minimal 2 kali sehari, berkeramas lebih sering dan
menjaga kebersihan kuku (Khoiroh et al., 2019)
d) Pola Istirahat Tidur
Untuk mengetahui kecukupan istirahat pasien. Istirahat sangat
diperlukan calon pengantin. Lama tidur siang hari normalnya 1 –
2 jam, malam hari yang normal adalah 6-8 jam.
e) Pola Aktivitas dan Olahraga
Mengkaji aktivitas sehari-hari pasien untuk gambaran tentang
seberapa berat aktivitas pasien
f) Kebiasaan yang Merugikan Kesehatan
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu memiliki kebiasaan seperti
minum jamu, merokok, minum-minuman keras, dan obat
terlarang dan kebiasaan lainnya
(Walyani & Purwoastuti, 2015; Khoiroh et al., 2019).
8) Riwayat Psikososial Spiritual
1) Persiapan Acara Pernikahan
Persiapan acara pernikahan berdasarkan persetujuan antara
keluarga mempelai wanita dan laki-laki, sehingga acara
pernikahan dapat berjalan dengan lancar dan bahagia.
2) Persiapan Membina Rumah Tangga
Kursus pra nikah merupakan upaya pemerintah dalam menekan
tingginya angka perceraian, kekerasan dalam rumah tangga dan
problem keluarga lainnya. Tata cara pelaksanaan dan materi
yang akan disampaikan dalam kursus pra nikah telah diatur
dalam Peraturan Dirjen Bimas Islam No. DJ.491/11 tahun 2009
tentang Kursus Calon Pengantin yang kemudian disempurnakan

33
dengan Peraturan Dirjen Bimas Islam No. DJ II/542 tahun 2013
tentang Pedoman Penyelenggaraan Kursus Pra Nikah.
9) Tingkat Pengetahuan
Untuk mengetahui sejauh mana tingkat pengetahuan pasien dan
pasangan mengenai persiapan pernikahan yang akan dilakukan.
Pernikahan merupakan upacara yang sakral sehinggan diperlukan
pengarahan, bimbingan dan konseling oleh orang yang ahli
dibidangnya untuk mencapai kebahagian lahir dan batin
(Mubasyaroh, 2016)
c. Data Obyektif (O)
a. Pemeriksaan Umum
1) Keadaan umum
Keadaan umum dapat dikatakan baik apabila kondisi psikis
maupun psikologis atau kejiwaan ibu dalam keadaan baik pula
(Yuliani et al., 2017). Keaadaan umum juga dikatakan baik jika
pasien mampu memperlihatkan respons yang adekuat terhadap
stimulasi lingkungan dan orang lain, serta secara fisik tidak
mengalami kelemahan (Widatiningsih & Hiyana, 2017)
2) Kesadaran
Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien, kita
dapat melakukan pengkajian tingkat kesadaran mulai dari
keadaan composmentis sampai dengan koma (Widatiningsih &
Hiyana, 2017)
3) Tekanan darah
Pengukuran tekanan darah pada setiap kali kunjungan antenatal
dilakukan untuk mendeteksi adanya hipertensi (tekanan darah >
140/90 mmHg). Menurut (Walyani & Purwoastuti, 2015) tekanan
darah normal berkisar systole/diastole 110/80 – 120/80 mmHg
4) Nadi
Normalnya frekuensi denyut jantung teratur dengan rentang
antara 60 – 100 denyut per menit. Apabila frekuensi nadi <60 kali
per menit disebut bradikardi, bila >100 kali per menit dinamakan
takikardi (Yuliani et al., 2017)
5) Suhu
Suhu normal antara 36,5 – 37.5° C pada manusia dewasa.
Apabila melebihi batas normal dikatakan demam, bila kurang
dikatakan hipotermia atau kedinginan (Yuliani et al., 2017)

34
6) Respirasi
Frekuensi pernafasan normal adalah 16 – 20 x/menit. Apabila
seseorang kesulitan bernapas dan terjadi peningkatan frekuensi
napa serta lelah dapat menyebabkan sesak napas (Yuliani et al.,
2017)
7) Berat Badan
Berat badan adalah parameter antropometri yang sangat labil.
Dalam keadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik dan
keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin,
berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur.
Sebaliknya dalam keadaan yang abnormal, terhadap dua
kemungkinan perkembangan barat badan, yaitu dapat
berkembang cepat atau lambat dari kedaan normal. Berat badan
harus selalu dimonitor agar memberikan informasi yang
memungkinkan intervensi gizi yang preventif sedini mungkin
guna mengatasi kecenderungan penurunan atau penambahan
berat badan yang tidak dikehendaki. Berat badan harus selalu
dievaluasi dalam konteks riwayat berat badan yang meliputi gaya
hidup maupun status berat badan yang terakhir. Penentuan berat
badan dilakukan dengan cara menimbang .
Interpretasi nilai IMT :

STATUS GIZI KATEGORI IMT


Sangat Kurus Kekurangan BB tingkat berat <17,0

Kurus Kekurangan BB tingkat ringan 17- <18,5

Normal 18,5-25
Gemuk Kelebihan BB tingkat ringan >25 -27
Obesitas Kelebihan BB tingkat berat >27

8) Tinggi Badan
Pengukuran tinggi badan pada pranikah perlu dilakukan dengan
tujuan mendeteksi adanya risiko terjadinya Chepalo pelvis
disporpotion (CPD) atau panggul sempit yang dapat mempersulit
saat proses persalinan normal (Yuliani et al., 2017)
9) LILA (Lingkar Lengan Atas)
Ukuran LILA yang normal adalah 23,5 cm, diukur sebelum
hamil. Bila ditemukan pengukuran kurang dari 23,5 cm maka
status gizi ibu kurang (Yuliani et al., 2017)

35
b. Status Present
1) Kepala: Untuk mengetahui kebersihan kepala. Normalnya bentuk
mesochepal, kulit kepala bersih dan rambut tidak rontok
(Widatiningsih & Hiyana, 2017)
2) Muka: Simetris, kemerahan, tidak bengkak, tidak pucat. Jika
ditemui wajah terlihat pucat maka diperiksa konjuntiva dan kuku
untuk mengetahui status anemia dan dibutuhkan pemeriksaan
lanjut (Megasari et al., 2015)
3) Mata : Untuk mengetahui warna sklera (ikterik atau tidak,
menilai kelainan fungsi hati) dan warna konjungtiva (pucat atau
cukup merah, sebagai gambaran tentang anemia secara kasar)
dan secret serta gangguan penglihatan (Megasari et al., 2015)
4) Hidung: Untuk memeriksa kebersihan, dan adanya polip.
Normalnya tidak ada polip dan sekret (Widatiningsih & Hiyana,
2017)
5) Mulut: Saat hamil pada ibu hamil normalnya bibir tidak kering,
tidak terdapat stomatitis, gigi bersih tidak ada karies, tidak ada
gigi palsu (Megasari et al., 2015)
6) Telinga: Dikaji untuk memeriksa kebersihan dan kemungkinan
adanya kelainan. Normalnya adalah simetris dan tidak ada
serumen berlebih (Widatiningsih & Hiyana, 2017)
7) Leher: Normalnya tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak
ada bendungan vena jugularis, pembesaran kelenjar limfe dan
parorititis (Megasari et al., 2015)
8) Ketiak: Untuk memeriksa kemungkinan adanya massa atau
pembesaran pada aksila. Normalnya tidak ada benjolan
(Widatiningsih & Hiyana, 2017)
9) Dada: Normalnya simetris, denyut jantung teratur, dan tidak ada
gangguan pernapasan (Widatiningsih & Hiyana, 2017)
10) Abdomen: Dikaji ada tidak bekas luka operasi, ada massa atau
tidak (Megasari et al., 2015)
11) Genetalia: Pada keadaan normal tidak terdapat bau busuk, dan
tidak ada condiloma. Pada vulva mungkin didapat cairan jernih
atau sedikit berwarna putih tidak berbau, keadaan normal
terdapat pengeluaran cairan tidak ada rasa gatal, luka atau
perdarahan (Megasari et al., 2015)
12) Punggung: Teraba lurus, tidak ada lubang atau kelainan bentuk
(Megasari et al., 2015)

36
13) Anus: Normalnya tidak ada haemoroid
14) Ekstremitas: Pemeriksaan tangan dan kaki yang dikaji untuk
mengetahui adanya edema sebagai tanda awal preeklampsia dan
warna kuku yang kebiruan sebagai gejala anemia. Normalnya
kedua tangan dan kaki tidak oedem, gangguan pergerakan tidak
ada, capillary refill >2 detik (Walyani & Purwoastuti, 2015;
Widatiningsih & Hiyana, 2017).
c. Pemeriksaan Penunjang
Calon pengantin sebelum menikah dianjurkan untuk melakukan tes
kesehatan untuk membentuk keluarga dan keturunan yang sehat.
Menurut (Munawaroh, 2019) cek kesehatan di antaranya sebagai
berikut:
1) Kadar hemoglobin.
Kadar hemoglobin perlu diperiksa untuk mengetahui adanya
anemia jika kadar Hb < 11 gr/% (Widatiningsih & Hiyana, 2017).
Pada jurnal (Zuhraini et al., 2021; Anggraini & Saragita, 2020;
Dewita & Henniwati, 2020) pada kasus anemia, seseorang dapat
mengonsumsi jus buah bit untuk meningkatkan kadar hemoglobin
dalam darah.
2) Golongan darah atau rhesus
Pemeriksaan golongan darah pada ibu pranikah perlu dilakukan
untuk mempersiapkan calon pendonor jika sewaktu – waktu
terjadi kegawatdaruratan. (Prijatni & Rahayu, 2016)
3) HbsAg (untuk menegakkan diagnosis Hepatitis)
Pemeriksaan HbsAg biasanya digunakan untuk mengetahui
apakah menderita hepatitis atau tidak (Romauli, 2011)
4) Test sifilis
Pemeriksaan sifilis perlu dilakukan terutama pada daerah dengan
risiko tinggi dan pasangan pranikah yang diduga menderita sifilis.
Pemeriksaan tersebut sebaiknya dilakukan sedini mungkin.
(Yuliani et al., 2017)
5) Kadar gula darah
Sebelum dilakukan pemeriksaan sebaiknya puasa terlebih dahulu,
tujuan dilakukannya pemeriksaan ini untuk mengetahui adanya
faktor risiko obesitas, riwayat diabetes gestasional sebelumnya,
glukosuria, riwayat keluarga dengan diabetes, abortus berulang,
riwayat melahirkan dengan kelainan kongenital atau bayi >4000
gr dan riwayat preeklampsia. (Yuliani et al., 2017)

37
6) Tes HIV
Tes HIV perlu dilakukan saat mengikuti pemeriksaan
laboratorium rutin lainnya. Tes HIV dilaksanakan atas inisiatif
petugas kesehatan secara option out, artinya jika ibu menolak ibu
harus harus menyampaikan ketidaksetujuan secara tertulis serta
ditawarkan kembali pada kunjungan berikutnya
d. Analisis
a. Diagnosis
Penulisan diagnosis mencantumkan nama calon pengantin pranikah
dengan inisial, umur, dengan kebutuhan calon pengantin.
b. Masalah
Masalah yang dapat terkait pada kebutuhan calon pranikah. Bidan
menentukan diagnosis dan masalah potensial yang mungkin terjadi
berdasarkan diagnosis dan masalah yang telah ditentukan tersebut.
Selain itu juga menentukan tindakan untuk mengantisipasi terjadinya
masalah/mencegahnya jika memungkinkan. Diagnosis dan masalah
potensial akan muncul apabila masalah pada interpretasi data
merupakan suatu komplikasi (Putri & Hastina, 2020).
c. Diagnosis Potensial: pada keadaan normal, diagnosis potensial dapat
diabaikan
d. Tindakan Segera: Pada keadaan normal, langkah ini dapat diabaikan
e. Penatalaksanaan
a. Menyampaikan hasil pemeriksaan dari klien dan calon pasangannya.
b. Menanyakan seputar persiapan pernikahan seperti syarat dan tanggal
pernikahan
c. Memantau dan mengusahakan berat badan ideal sehingga tidak
menyebabkan kesuburan terganggu
d. Menganjurkan untuk mencukupi kebutuhan zink dan zat besi,
protein, asam folat sehingga tidak berpengaruh pada saat proses
kehamilan
e. Menciptakan kualitas hidup dan generasi penerus yang lebih baik
(Paratmanitya & Hadi, 2012)
f. Memberikan informasi pranikah seperti:
1) Kesehatan reproduksi yaitu keadaan yang menunjukkan kondisi
kesehatan fisik, mental, dan sosial seseorang dihubungkan
dengan fungsi dan proses reproduksinya termasuk di dalamnya
tidak memiliki penyakit atau kelainan yang mempengaruhi
kegiatan reproduksi tersebut. Masalah kesehatan reproduksi

38
dapat terjadi sepanjang siklus hidup manusia, misalnya masalah
pergaulan bebas pada remaja, kehamilan remaja, aborsi yang
tidak aman, kurangnya informasi tentang kesehatan reproduksi.
Perempuan lebih rentan dalam menghadapi risiko kesehatan
reproduksi, seperti kehamilan , melahirkan, aborsi yang tidak
aman, dan pemakaian alat kontrasepsi. Karena struktur alat
reproduksinya, perempuan lebih rentan secara sosial maupun
fisik terhadap penularan IMS, termasuk HIV-AIDS.
2) Hak reproduksi dan seksual
Kedua calon pengantin mempunyai kebebasan dan hak yang
sama dan secara bertanggungjawab dalam memutuskan untuk
berapa jumlah anak mereka, jarak kelahiran antara anak satu
dengan yang kedua dan seterusnya serta menentukan waktu
kelahiran dan dimana anak tersebut dilahirkan (Kementerian
Kesehatan RI, 2018)
3) Memberikan pendidikan kesehatan terkait persiapan pranikah,
seperti:
a) Persiapan fisik yang meliputi beberapa pemeriksaan seperti
pemeriksaan tanda-tanda vital, Hb, Golongan Darah, GDS,
pemeriksaan urin rutin, dsb
b) Gizi pranikah, status gizi dan kesehatan calon ibu pada masa
prakonsepsi, kehamilan, dan menyusui merupakan periode
yang sangat kritis. Periode 1000 HPK (hari pertama
kehidupan) yang terdiri dari 270 hari selama kehamilan dan
730 hari pada kehidupan pertama bayi yang dilahirkan,
merupakan periode yang sensitive. Dampak dari masalah
kesehatan dan gizi yang dialami secara berkelanjutan sejak
bayi akan menjadi permanen dan tidak dapat dikoreksi
dimasa selanjutnya. Dampak tersebut tidak hanya pada
pertumbuhan fisik, tetapi juga pada perkembangan mental
dan kecerdasannya. Selain hal tersebut, status gizi pra hamil
berpengaruh besar terhadap berat badan dan panjang badan
bayi lahir. Status gizi pra hamil berpengaruh 88% terhadap
berat badan bayi dan 76% terhadap panjang badan bayi lahir
c) Imunisasi TT
Pencegahan dan perlindungan diri yang aman terhadap
penyakit tetanus dilakukan dengan pemberian 5 dosis
imunisasi TT untuk mencapai kekebalan penuh.

39
d) Cara menjaga Kebersihan Organ Genetalia
(1) Sebaiknya pakaian dalam diganti minimal 2 kali sehari
(2) Tidak menggunakan pakaian dalam yang ketat dan
berbahan non sintetik
(3) Pakailah handuk yang bersih, kering, tidak lembab/bau.
(4) Membersihkan organ reproduksi luar dari depan ke
belakang dengan menggunakan air bersih dan
dikeringkan menggunakan handuk atau tisu.
(5) Khusus untuk perempuan:
(a) Tidak boleh terlalu sering menggunakan cairan
pembilas vagina.
(b) Jangan memakai pembalut tipis dalam waktu lama
(c) Pergunakan pembalut ketika mentruasi dan diganti
paling lama setiap 4 jam sekali atau setelah buang air
kecil.
(d) Bagi perempuan yang sering keputihan, berbau dan
berwarna harap memeriksakan diri ke petugas
kesehatan
(e) Bagi laki-laki dianjurkan disunat untuk kesehatan
4) Memberikan informasi tentang kehamilan, pencegahan
komplikasi, persalinan, dan pasca persalinan
5) Menganjurkan caten untuk mengikuti kelas caten. Berdasarkan
hasil penelitian (Amalia & Siswantara, 2018) kelas caten
berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan calon pengantin
mengenai kehidupan berumah tangga. Kelas caten dapat
memberikan informasi yang dibutuhkan calon pengantin
mengenai kesehatan reproduksi dan kehidupan berumah tangga
6) Menganjurkan calon pengantin untuk melakukan pemeriksaan
laboratorium meliputi Hb, golongan darah dan rhesus, dan PP
Test. Pemeriksaan Hb pada perempuan digunakan untuk
mengetahui risiko thalassemia. Pemeriksaan golongan darah dan
rhesus dilakukan untuk mengetahui kecocokan antara rhesus
dengan efeknya terhadap ibu beserta sang anak. Rh negative
pada perempuan dan Rh positif pada laki-laki berisiko
menimbulkan ketidaksesuaian yang berakibat fatal pada anak.
7) Mendokumentasikan tindakan

40
41
DAFTAR PUSTAKA
Amalia, R. & Siswantara, P. 2018. Efektivitas Penyuluhan Kesehatan Reproduksi
pada Calon Pengantin di Puskesmas Pucang Sewu Surabaya. Jurnal Biometrika
dan Kependudukan, .
Anggraini, D.D. & Saragita, N. 2020. PENGARUH PEMBERIAN JUS BUAH BIT
TERHADAP KENAIKAN HB PADA IBU HAMIL TRIMESTER III. Jurnal
Darul Azhar, 8(1): 7–14.
Atik J. 2020. Pengaruh penyuluhan Kesehatan Reproduksi Terhadap Tingkat
Pengetahuan calon Penganti.
http://journal.aisyahuniversity.ac.id/index.php/Jaman/article/view/119
Catur, A. 2021. Persiapan Pranikah dari Sisi Kesehatan Reproduksi. 6–9.
Dewita & Henniwati 2020. JUS BIT MERAH ( Beta vulgaris L.) BERMANFAAT
MENINGKATKAN KADAR HEMOGLOBIN IBU HAMIL DENGAN
ANEMIA. JURNAL KEBIDANAN, 6(4): 462–469.
Furqan, M., Fitriani Sidarta, E. & Nurkusuma, L. 2019. Edukasi gizi calon pengantin.
Jurnal UHAMKA. Jakarta: Uhamkan Fakultas Ilmu Kesehatan.
Haslan, H. 2015. Asuhan Kebidanan Kehamilan Terintegrasi. Syria Studies, Solok:
CV. Insan Cendekia Mandiri.
Jannah, M., Kamsani, S.R. & Ariffin, N.M. 2021. Perkembangan Usia Dewasa :
Tugas Dan Hambatan Pada Korban Konflik Pasca Damai. Jurnal Pendidikan
Anak, 115–143.
Kemenkes RI 2018. Kesehatan Reproduksi dan Seksual Bagi Calon Pengantin.
International Migration Review, Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan RI 2014. Pedoman Gizi Seimbang. Jakarta: Kementrian
Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan RI 2018. KESEHATAN REPRODUKSI DAN SEKSUAL
BAGI CALON PENGANTIN. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Khoiroh, M., Rosyariah, A. & Ummah, K. 2019. ASUHAN KEBIDANAN
KEHAMILAN. Surabaya: Surabaya : CV. Jakad.
Mahkamah Konstitusi RI 2019. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
TENTANG PERKAWINAN.
Marmi 2017. Asuhan Kebidanan Pada Masa Antenatal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Megasari, M., Triana, A., Andriyani, R., Ardhiyanti, Y. & Damayanti, I.P. 2015.
Panduan Belajar ASUHAN KEBIDANAN I. 1 ed. Yogyakarta: Deepublish.
Mubasyaroh 2016. Konseling Pra Nikah dalam Mewujudkan Keluarga Bahagia.
Jurnal Bimbingan Konseling Islam, 7(2): 47–49.
Munawaroh, L. 2019. Tes Kesehatan Sebagai Syarat Pra Nikah ( Studi UU
Pernikahan di Kuwait ). JURNAL PEMIKIRAN HUKUM DAN HUKUM ISLAM,
10.
Natasha N. Frederick et,al. Barriers and facilitators to sexual and reproductive
health communication between pediatric oncology clinicians and adolescent
and young adult patients: The clinician perspective. 2018.
wileyonlinelibrary.com/journal/pbc. https://doi.org/10.1002/pbc.27087
Paratmanitya, Y. & Hadi, H. 2012. Citra tubuh , asupan makan , dan status gizi
wanita usia subur pranikah. 8(3): 126–134.

42
Prawirohardjo, S. 2016. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka.
Prijatni, I. & Rahayu, S. 2016. Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana.
Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
Putri, Y.R.& & Hastina, E. 2020. Asuhan Keperawatan Maternitas pada Kasus
Komplikasi Kehamilan,Persalinan dan Nifas. 1 ed. Jl. Gerilya No. 292
Purwokerto Selatan, Kab. Banyumas,Jawa Tengah: CV. Pena Persada.
Rahayu, A., Noor, M.Sy., Yulidasari, F., Rahman, F. & Putri, A.O. 2017. Kesehatan
Reproduksi Remaja & Lansia. Journal of Chemical Information and Modeling,
Surabaya: Airlangga University Press.
Romauli, S. 2011. Asuhan Kebidanan 1. Yogyakarta: Nuha Medika.
Santoso 2016. Hakekat Perkawinan Menurut Undang-Undang Perkawinan, Hukum
Islam dan Hukum Adat. Jurnal YUDISIA, 7(2): 412–434.
Sulistyawati, A. & Nugraheny, E. 2013. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin.
Jakarta: Salemba Medika.
Valentina, R. 2012. Persepsi tentang konseling pranikah pada mahasiswa tingkat
akhir skripsi.
Varney, H., Kriebs, J.M. & Gegor, C.L. 2012. Varney’s Midewifery, Fourth Edition.
Walyani & Purwoastuti, E. 2015. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Bafu
Lahir. Yogyakarta: Pustaka Baru Pers.
Widatiningsih, S. & Hiyana, C. 2017. Praktik Terbaik Asuhan Kehamilan. 1-19,140-
156,214-215.
Yuliani, D.R., Musdalifah, U. & Suparmi 2017. Buku Ajar Aplikasi Asuhan
Kehamilan Ter-Update. Jakarta: CV.Trans Info Media.
Yuliani, M., Mulyati, I. & Maesaroh, M. 2020. Efektifitas Komunikasi Informasi Dan
Edukasi (Kie) Tentang Kesehatan Reproduksi Pada Calon Pengantin ( Catin )
Dalam Mempersiapkan Pernikahan Dan Kehamilan. Jurnal Medika : Karya
Ilmiah Kesehatan, 5(2).
Yulizawati, Iryani, D.D., Bustami, L.E., Insani, A.A. & Andriani, F. 2019. Asuhan
Kebidanan Pada Kehamilan. Padang: CV. Rumah Kayu Pustaka Utama.
Zuhraini, R., Anggraini, Kurniasari, D. & Suharman 2021. PENGARUH
PEMBERIAN JUS BUAH BIT DENGAN PENINGKATAN HB PADA
REMAJA PUTRI. MJ (Midwifery Journal), 1(3): 144–149.

43
44

Anda mungkin juga menyukai