Disusun Oleh:
Mengetahui :
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan pendahuluan pada Stase Keterampilan
Dasar Praktik Kebidanan. Penulisanan laporan ini dalam rangka menerapkan tugas
mata kuliah Pencpaian Kompetensi Asuhan Kebidanan pada Pranikah dan Prakonsepsi
yang merupakan salah satu mata kuliah yang harus dilalui dalam proses pendidikan
profesi bidan. Dalam penyusunan laporan pendahuluan ini penulis banyak mendapatkan
bantuan, bimbingan serta pengarahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Imas Yoyoh, M.Kep., selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Tangerang;
2. Catur Erty Suksesty, M.Keb., selaku Ketua Prodi Profesi Bidan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Tangerang;
3. Murni Lestari, M.Keb., selaku Dosen Pembimbing Institusi;
4. Catur Erty Suksesty, M.Keb., selaku Pembimbing Lahan di Klinik Alyssa Medika;
dan
5. Teman-teman seperjuangan yang sudah membantu dan memberikan dukungan
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan pendahuluan ini masih jauh dari
kesempurnaan. Dengan demikian, penulis sangat mengharapkan petunjuk, saran serta
kritik dari berbagai pihak. Akhir kata, semoga hasil laporan ini memberikan manfaat
yang berguna bagi yang membutuhkannya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN...............................................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..............................................................................................................6
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................................6
1.3 Tujuan Penulisan..........................................................................................................6
1.4 Manfaat.........................................................................................................................6
BAB IV PENUTUP............................................................................................................13
4. 1 Kesimpulan..................................................................................................................13
4.2 Saran............................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................14
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
mengembangkan hubungan atas dasar saling cinta dan kasih (mawaddah wa rahmah).
Penyebutan nama Tuhan Yang Maha Esa dalam akad atau janji pernikahan berarti, bahwa
disamping saling bertanggung jawab antara satu dengan yang lain, suami istri juga harus
bertanggung jawab pada Tuhan Yang Maha Esa atas segala yang dilakukan dalam peran dan
fungsi mereka sebagai suami istri (Kemenag, 2018).
Calon pengantin yang akan menikah adalah cikal bakal terbentuknya sebuah keluarga,
sehingga sebelum menikah calon pengantin perlu mempersiapkan kondisi kesehatannya agar
dapat menjalankan kehamilan sehat sehingga dapat melahirkan generasi penerus yang sehat dan
menciptakan keluarga yang sehat, sejahtera, dan berkualitas. Untuk itu calon pengantin harus
diberikan pelayanan skrining pranikah (Kemenkes, 2016). Selain itu, menurut Undang – Undang
Perkawinan Nomor 16 Tahun 2019 usia nikah baik laki-laki maupun perempuan adalah 19
Tahun. Batasan umur ini untuk melindungi Kesehatan calon pengantin pada usia masih muda
(Undang-Undang Perkawinan, Tahun 2019).
Menurut Kemenkes RI, pemeriksaan yang dilakukan pada skrining pranikah meliputi
pemeriksaan genetik, penyakit menular dan infeksi melalui darah. Pemeriksaan itu bertujuan
untuk mencegah agar penyakit tersebut tidak menurun pada keturunannya di kemudian hari
sehingga hidup sehat bersama keluarga bisa tercapai. Adapun waktu pelaksanaan pre marital
screening yang disarankan adalah 6 bulan sebelum calon mempelai menikah. Namun, dapat
dilangsungkan kapanpun selama pernikahan belum berlangsung. Hal ini sangat bermanfaat
karena saat ditemukan penyakit menular seksual bisa segera diobati. Pelayanan tersebut
diselenggarakan oleh tenaga kesehatan. Baik di fasilitas kesehatan milik pemerintah, fasilitas
kesehatan milik swasta, maupun di luar fasilitas kesehatan.
Pada tahun 2020, Direktorat Kesehatan Keluarga RI, Direktorat Jendral Kesehatan
Masyarakat RI, dan Kemenkes RI, menyatakan tentang begitu pentingnya pelayanan kesehatan
reproduksi bagi calon pengantin sebelum menikah. Sehingga pada masa pandemi Covid-19 pun
pelayanan tersebut tetap harus diberikan dengan memaksimalkan penerapan protokol pencegahan
penularan Covid-19. Dengan demikian, untuk memaksimalkan pelayanan skrining pranikah
menuju kehamilan sehat, memerlukan keseriusan dari berbagai pihak baik lintas program
maupun lintas sektoral yang meliputi seluruh masyarakat, tenaga kesehatan, lembaga-lembaga
kesehatan, dan stakeholder.
Menurut salah satu penlitian yang disusun oleh Oktaemilianti, S., et., al tahun 2022 dengan
judul Pengaruh Skrining Pranikah Komprehensif Terhadap Perilaku Persiapan Kehamilan Di
Wilayah Puskesmas Senaning Kabupaten Sintang Kalimantan Barat, didapatkan hasil penelitian
5
bahwa responden kelompok eksperimen memiliki perilaku yang baik sesudah diberikan
intervensi skrining prakonsepsi dengan nilai sum of rank 1650.00, sedangkan kelompok kontrol
dengan nilai hasil sum of rank 561.00, dengan nilai signifikan p-value 0.000 < 0,05.
Adapun laporan kasus ini berjudul, “Asuhan Kebidanan Pranikah dan Prakonsepsi Pada
Nn. “S” Usia 28 Tahun Calon Pengantin di Klinik Alyssa Medika.” Laporan kasus ini dibuat
sebagai salah satu persyaratan dalam penyelenggaraan Praktik Stase Asuhan Kebidanan
Pranikah dan Prakonsepsi Program Studi Pendidikan Profesi Bidan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Tangerang Tahun 2022.
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi mahasiswa kebidanan; mampu menerapkan standar asuhan kebidanan pada
prakonsepsi dan pranikah serta dapat memperaktikkannya;
1.4.2 Bagi instansi pendidikan; menambah daftar pustaka dan diharapkan mampu menyediakan
fasilitas laboratorium kebidanan yang lengkap sebagai sarana penunjang untuk
meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam praktik asuhan kebidanan khususnya
asuhan kebidanan pada pranikah dan prakonsepsi; dan
1.4.3 Bagi tenaga kesehatan; selalu meningkatkan keterampilan dalam praktik asuhan
kebidanan agar pelayanan kesehatan yang diberikan sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan.
6
BAB II
LAPORAN KASUS
B. PEMERIKSAAN OBJEKTIF
1. BB : 53 kg, TB : 165 cm IMT : 24 (Catin Wanita)
BB : 60 kg, TB: 170 cm IMT : 22 (Catin Pria)
2. Pemeriksaan TTV Catin Wanita
a. TD : 110/75 mmHg
b. Suhu : 36,8 ⸰C
c. Nadi : 90
d. Pernapasan : 22 kali/menit
3. Pemeriksaan TTV Catin Pria
a. TD : 120/85 mmHg
b. Suhu : 36,7 ⸰C
c. Nadi : 96 kali/menit
d. Pernapasan : 23 kali/menit
4. Head to toe pada Catin Wanita
a. Mata
8
Konjungtiva : Tidak anemis
Sklera : Tidak ikterik
b. Mulut : Tidak ada masalah
c. Leher
Kelenjar getah bening : Tidak ada nyeri dan pembengkakan
Kelenjar Tiroid : Tidak ada nyeri dan pembengkakan
d. Dada : Simetris
Payudara : Tidak ada pembesaran, simetris
Tarikan dinding dada : Tidak ada
Pembesaran payudara : Tidak ada
Pengeluaran : Tidak ada
e. Abdomen : Tidak ada pembesaran dan nyeri tekan
f. Ekstremitas : Ekstermitas atas dan bawah normal
g. Anogenital : Normal
5. Head to toe pada Catin Pria
a. Mata
Konjungtiva : Tidak anemis
Sklera : Tidak ikterik
b. Mulut : Tidak ada masalah
c. Leher
Kelenjar getah bening : Tidak ada nyeri dan pembengkakan
Kelenjar Tiroid : Tidak ada nyeri dan pembengkakan
d. Dada : Simetris
Payudara : Tidak ada pembesaran, simetris
Tarikan dinding dada : Tidak ada
e. Abdomen : Tidak ada pembesaran dan nyeri tekan
f. Ekstremitas : Ekstermitas atas dan bawah normal
g. Anogenital : Tidak dilakukan
C. ASSASMENT :
Nn. “S” usia 28 tahun, calon pengantin
D. PENATALAKSANAAN
1) Melakukan informed consent. Catin Wanita dan pria sudah mengerti;
9
2) Melakukan pemeriksaan fisik dan tanda-tanda vital pada catin pria dan wanita. Telah
dilakukan pemeriksaan pada catin wanita dan pria;
3) Menjelaskan hasil pemeriksaan pada kedua calon pengantin bahwa secara umum
keadaan mereka baik, tanda-tanda vital dan hasil pemeriksaan fisik normal. Kedua calon
pengantin mengerti dengan penjelasan yang diberikan;
4) Melakukan konseling kesehatan tentang persiapan pranikah pada kedua calon
pengantin. Kedua calon pengantin telah mengerti;
5) Menganjurkan pasien (catin wanita) untuk mengkonsumsi asam folat 400 mcg perhari
minimal dua bulan sebelum menikah. Calon pengantin wanita sudah mengerti;
6) Menganjurkan catin untuk melakukan kunjungan ulang jika ada keluhan kesehatan atau
ada hal lain yang berhubungan dengan status kesehatannya sebagai catin. Catin wanita
dan pria sudah mengerti dan bersedia melakukan kunjungan ulang.
10
BAB III
PEMBAHASAN KASUS
Berdasarkan hasil pengkajian dan pemeriksaan pada Nn. “S” usia 28 tahun, calon
pengantin melalui asuhan kebidanan asuhan kebidanan pranikah dan prakonsepsi, penulis
mencoba membandingkan antara teori yang telah ada dengan hasil pengkajian dan pemeriksaan
yang didapatkan di lapangan.
Nn. “S” usia 28 tahun, calon pengantin melalui asuhan kebidanan asuhan kebidanan
pranikah dan prakonsepsi. Dari segi usia, usia klien yaitu 28 tahun termasuk ke dalam usia
reproduksi yang sehat dan aman untuk kehamilan. Hal tersebut sesuai dengan penjelasan Depkes
(2020) yang menjelaskan bahwa reproduksi yang sehat dan aman untuk kehamilan dan persalinan
adalah usia 20-35 tahun. Hal tersebut menunjukkan kesesuaian antara teori yang ada dengan fakta
yang ditemukan di lapangan.
Nn. “S” telah menjalankan prinsip tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah,
itu artinya Nn. “S” telah menjalankan salah satu prinsip dalam menjaga kesehatan
reproduksisnya. Hal ini sesuai dengan anjuran Kemenkes (2020) tentang langkah-langkah yang
dapat dilakukan dalam rangka menurunkan angka kasus HIV/AIDS di Indonesia yang dikenal
dengan istilah ABCDE. Yaitu, A (Abstinace) adalah tidak berhubungan seks di luar nikah, B (Be
faithful) adalah saling setia pada pasangan, C (Condom) artinya menggunakan kondom saat
berhubungan seksual untuk mencegah penularan, D (Don’t use drugs) artinya tidak memakai
narkoba dan E (Equipment) yang artinya menggunakan peralatan steril.
Pemeriksaan fisik pada Nn. “S” didapatkan hasil dalam batas normal. Nilai yang
didapatkan dari pemeriksaan fisik, TTV dan IMT dalam batas normal. Disimpulkan bahwa hasil
pemeriksaan telah sesuai dengan teori yang ada sebelumnya.
Nn. “S” dan suaminya telah sepakat dan berencana untuk menunda kehamilan setelah
menikah. Dalam hal ini, Nn. “S” telah mendapatkan salah satu kebebasan dalam hak kesehatan
11
reproduksinya. Hak reproduksi adalah hak setiap pasangan atau individu untuk memutuskan
secara bebas dan bertanggung jawab dalam hal jumlah anak, jarak dan waktu kelahiran, hak
untuk mendapatkan pelayanan kesehatan reproduksi, serta hak untuk mendapatkan informasi dan
pendidikan reproduksi (Kemenkes, 2018). Terdapat kesesuaian antaran teori dan fakta yang
didapatkan di lapangan.
Hasil anamnesa, pendidikan Nn. “S” adalah D4. Saat dilakukan evaluasi berupa responsi
pasca bidan memberikan konseling pranikah, Nn. “S” sangat pandai dalam menjawab pertanyaan
yang diberikan oleh bidan. Hal ini sesuai dengan teori Notoatdmodjo (2018) tentang metodologi
penelitian kesehatan yang menjelaskan jika pendidikan merupakan faktor utama yang berperan
dalam menambah informasi dan pengetahuan seseorang. Semakin tinggi pemdidikan seseorang,
maka akan semakin mudah dalam menerima informasi. Terdapat keseuaian antara teori dan
praktik di lapangan.
12
BAB IV
PENUTUP
4. 1 Kesimpulan
Untuk melaksanakan asuhan kebidanan yang komprehensif, bidan harus
memiliki keterampilan dasar praktik kebidanan pada seluruh siklus hidup perempuan.
Yaitu, memiliki kompetensi kebidanan yang meliputi pengetahuan, keterampilan dan
sikap yang baik dalam memberikan pelayanan kebidanan pada BBL, bayi, balita dan
anak prasekolah, remaja, masa sebelum hamil, masa kehamilan, masa persalinan,
masa pasca keguguran, masa nifas, masa antara, pelayanan keluarga berencana, masa
klimakterium, kesehatan reproduksi dan seksualitas perempuan, serta keterampilan
dasar praktik klinis kebidanan, termasuk keterampilan dalam menangani kasus
kegawatdaruratan maternal dan neonatal.
4.2 Saran
Setelah menyelesaikan laporan kasus ini, bidan diharapkan:
4.2.1 Mengetahui manfaat asuhan kebidanan pada pranikah dan prakonsepsi;
4.2.2 Mengetahui cara melakukan asuhan kebidanan pada pranikah dan
prakonsepsi;
4.2.3 Mengetahui standar dan wewenang asuhan kebidanan pada pranikah dan
prakonsepsi; dan
4.2.4 Mampu mempraktikkan standar asuhan kebidanan pranikah dan prakonsepsi
pada pada wanita usia subur dan calon pengantin.
4.2.5 Mendapatkan masukan dan saran yang membangun dari pembimbing agar
laporan kasus ini dapat dibuat dengan lebih baik lagi.
13
DAFTAR PUSTAKA
Cunningham, F. G., Leveno, K. J., Bloom, S. L., Hauth, J. C., Rouse, D. J., & Spong,
C. Y., 2015. Obstetri Williams. Edisi 23. Volume 1. Editor: Yoavita, Salim,
N., Setia, R., Nalurita, Muliawan, E., Rifky, et al. Translator: Pendit, B. U.,
Dimanti, A., Chairunnisa, Mahanani, D. A., Yesdelita, N., Dwijayanti, L., et
al. EGC, Jakarta.
CMC, Popoji, Bimbingan Perkawinan Pra Nikah Bagi Calon Pengantin, Publised 23
Oktober 2017. Kantor Kementerian Agama Kabupaten Pacitan © 2022. All
Rights Reserved. Theme by Press Customizr. Jawa Timur,
https://pacitan.kemenag.org/detailpost/bimbingan-perkawinan-pra-nikah-bagi-
calon-pengantin, diakses 29 November 2022.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, Menjaga Kesehatan Ibu dan Anak, 2018.
Warta KESMAS, Jakarta.
Lohana, Cristin 2020, Analisis Pengetahuan dan Sikap Calon Pengantin Terhadap
Kesehatan Reproduksi dan Program Skrining Pranikah di Kabupaten Jawa
14