Anda di halaman 1dari 6

Nama : Muhammad Raihan Majid

Nim : 21103040006
Mata Kuliah : Metodologi Penelitian dan Kepenulisan Hukum

REVIEW SKRIPSI
“KEBIJAKAN HUKUM PEMERINTAH TENTANG PERNIKAHAN ONLINE PADA
MASA PANDEMI DI YOGYAKARTA”
Penulis : Rizkynia Farah Dhiva
Reviewer : Muhammad Raihan Majid

A. PENDAHULUAN
Sekitar 2 (dua) tahun silam, pandemi covid-19 melanda kehidupan manusia di
seluruh penjuru dunia. Indonesia menjadi salah satu negara yang juga terpapar dari adanya
pandemi tersebut. Berbicara tentang manusia, maka berbicara hubungan sosial di
dalamnya. Sebab, sejatinya manusia merupakan mahkluk sosial. Salah satu hubungan
sosial yang melekat di dalam kehidupan manusia sebagai makhluk sosial adalah
pernikahan. Pernikahan sendiri merupakan suatu fase yang mempertemukan dua manusia
dengan jenis kelamin berbeda (pria dan wanita) untuk membangun sebuah ikatan bersama
yang disebut rumah tangga. Dewasa ini, di tengah-tengah kondisi lingkungan hidup yang
kurang sehat akibat pesatnya penyebaran virus pandemi, pembatasan interaksi sosial
manusia adalah solusi yang harus dilakukan guna menghambat perkembangan virus
tersebut. Hal demikian berdampak terhadap masalah pernikahan, dimana proses
pernikahan yang seharusnya dilakukan dengan bertatap muka langsung, menjadi proses
pernikahan yang dilakukan melalui jejaring sosial media. Oleh sebab itulah, istilah
pernikahan online muncul di tengah masyarakat Indonesia. Hal ini kemudian yang menjadi
alasan penulis skripsi tertarik untuk membahas tentang “Kebijakan Hukum Pemerintah
Tentang Pernikahan Online Pada Masa Pandemi Di Yogyakarta”.
B. ISI SKRIPSI
1. Rumusan Masalah
a. Bagaimana prosedur pernikahan yang dilakukan secara online?
b. Apa kebijakan yang dijadikan landasan oleh pemerintah Yogyakarta terkait
prosedur pernikahan dan pelaksanaan pernikahan secara online pada masa
pandemi?
c. Apakah kebijakan yang digunakan pemerintah Yogyakarta terkait pernikahan yang
dilakukan secara online tersebut sudah sesuai dengan ketentuan hukum Islam?
2. Teori
a. Teori kebijakan publik
b. Teori kemanfaatan
Kedua teori diatas, merupakan teori yang dibawakan oleh penulis skripsi untuk
menjawab problematika sebagaimana rumusan masalah disusun. Kedua teori tersebut
sudah relevan, sebab teori kebijakan publik akan menjadi peninjauan terhadap
eksistensi pemerintah Yogyakarta dalam memberikan kebijakan tentang pernikahan
yang dilaksanakan secara online. Sedangkan teori kemanfaatan akan menjadi sudut
pandang untuk meninjau terhadap manfaat atau tidaknya atas kebijakan yang telah
diberikan oleh pemerintah Yogyakarta.
3. Metode Penelitian
Adapun metode penelitian yang digunakan oleh penyusun/penulis skripsi
merupakan metode penelitian yuridis-empiris. Metode yuridis-empiris merupakan
suatu teori yang mempelajari pengaruh hukum terhadap masyarakat dan sebagainya
dengan pendekatan dari hukum ke masyarakat. Penulis kemudian mengumpulkan data
dengan berdasarkan undang-undang dan kenyataan sosial terkait kebijakan pemerintah
Yogyakarta tentang pernikahan online di masa pandemi.
4. Temuan
a. Berdasarkan hasil penelitian dan kajian penulis tentang pernikahan online, bahwa
pernikahan online pada masa pandemi dapat dilaksanakan dan dianggap sah jika
telah memenuhi syarat sah pernikahan. Dalam hal ini, pemerintah Yogyakarta
menggunakan Permenag Nomor 20 Tahun 2019 Tentang Pencatatan Nikah dalam
acuan melaksanakan pernikahan secara online, dimana di dalamnya membahas
tentang syarat calon mempelai dan wali nikah, dimana ketika salah satu dari
keduanya tidak dapat hadir dalam prosesi akad nikah maka dapat diwakilkan
dengan syarat membuat surat kuasa (bagi calon suami yang tidak bisa hadir) dan
surat taukil (bagi wali nikah yang tidak bisa hadir). Hal tersebut sesuai dengan hasil
ijtima MUI ke-7 yang juga membahas tentang pernikahan online, oleh karenanya
dapat dikatakan bahwa kebijakan yang digunakan dianggap sesuai dengan hukum
Islam yang berlaku.
5. Analisa
a. Analisa Pelaksanaan Pernikahan Online di Yogyakarta
Analisa dilakukan oleh penyusun skripsi berupa studi kasus terhadap
pelaksanaan pernikahan secara online di Yogyakarta. Sebagaimana termuat di
dalam skripsi tersebut, pernikahan online terjadi ketika kebijakan PSBB
(Pembatasan Sosial Berskala Besar) berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 21
Tahun 2020 dan kemudian terdapat kebijakan terbaru berdasarkan Intruksi
Mendagri Nomor 19 Tahun 2021 terkait PPKM (Pemberlakuan Pembatasan
Kegiatan Masyarakat) Darurat, di dalam kebijakan tersebut pelaksanaan hajatan
atau resepsi pernikahan dilarang selama PPKM Darurat berlaku. Hal demikian
menyebabkan dua hambatan terhadap pelaksanaan pernikahan. Pertama,
pelaksanaan pernikahan yang harus tertunda hingga masa PPKM Darurat selesai.
Kedua, pelaksanaan pernikahan belum dapat dilaksanakan sebagaimana biasanya
berjalan, karena penyebaran virus covid-19 semakin mudah menyebar dan sulit
untuk terbendung. Dinamika seperti ini menjadi keresahan bagi masyarakat, sebab
acara pernikahan sudah dipersiapkan semaksimal mungkin sebelum prosesi akad
nikah akan berlangsung, sehingga masyarakat memilih untuk mengambil alternatif
lain yakni melaksanakan pernikahan online.
Pelaksanaan Pernikahan secara online diperbolehkan dan dibenarkan oleh
Fatwa MUI hasil ijtima’ ulama ke-7. Berdasarkan Permenag Nomor 20 Tahun 2019
dalam pasal 12 ayat 5 tentang wali yang berhalangan hadir ketika prosesi akad
nikah berlangsung. Adapun aturan yang diberikan berupa suatu syarat yang harus
terpenuhi jika seorang wali nikah tidak dapat hadir dimana mereka harus membuat
surat taukil wali dihadapan Kepala Kantor Urusan Agama/Penghulu/PPN LN
sesuai dengan domisili atau keberadaan saksi serta disaksikan oleh 2 (dua) orang
saksi. Berdasarkan ketentuan (KHI) Kompilasi Hukum Islam di jelaskan jika calon
mempelai pria tidak dapat hadir dalam akad perkawinan maka hendaklah
kehadirannya diwakilkan kepada orang yang di percayakan. Hal ini tercantum pada
Pasal 29 ayat 2 Kompilasi Hukum Islam yang berbunyi “Dalam hal tertentu
ucapan kabul nikah dapat diwakilkan kepada pria lain dengan ketentuan calon
mempelai pria memberi kuasa yang tegas secara tertulis bahwa penerimaan wakil
atas akad nikah itu adalah untuk mempelai pria”.
C. TEKNIK KEPENULISAN
1. Referensi/Footnote dan Daftar Pustaka
a. Penulisan footnote:
• Ibid tidak cetak miring/italic:

• Penulisan footnote jurnal tidak sesuai pedoman kepenulisan skripsi:

• Penulisan nama dosen yang tidak sesuai:


• Penulisan daftar pustaka kurang sistematis, tidak memenuhi penulisan
skripsi sebagaimana dicantumkan dalam pedoman kepenulisan skripsi:

D. BAHASA
1. Gramatika
• Penggunaan eja kata yang tidak baku:
• Typo dalam penulisan nama kampus:

E. PENUTUP
Hasil tulisan skripsi tentang “Kebijakan Hukum Pemerintah Tentang Pernikahan
Online Pada Masa Pandemi Di Yogyakarta” adalah membedah demi mencari kebijakan
hukum dalam hal perkawinan dengan melakukan penelitian secara empiris untuk kemudian
direlevansikan dengan aturan hukum yang sedang berlaku. Hukum perkawinan secara
online adalah sah. Hal demikian mengacu terhadap Fatwa MUI sebagai hasil ijtima’ ke-7,
serta di dukung oleh Permenag Nomor 20 Tahun 2019.

Anda mungkin juga menyukai