Anda di halaman 1dari 10

1.

Pengertian Pernikahan Melalui Internet


Pernikahan melalui internet, juga dikenal sebagai pernikahan online
atau cyber marriage, adalah istilah yang merujuk pada proses pernikahan
yang dilakukan melalui platform online atau media internet. Dalam
beberapa tahun terakhir, perkembangan teknologi telah membawa
perubahan signifikan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk cara
manusia menjalin hubungan dan mengakui ikatan pernikahan.
Pernikahan melalui internet melibatkan dua individu yang berada di
lokasi yang berjauhan, yang menggunakan berbagai aplikasi dan layanan
online untuk mengadakan upacara pernikahan. Meskipun proses ini masih
kontroversial dan belum diakui secara sah di banyak negara, beberapa
negara bagian dan yurisdiksi telah mulai mengakui pernikahan semacam
ini dengan berbagai syarat dan ketentuan yang harus dipenuhi.
Ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pernikahan
melalui internet. Pertama-tama, kedua pasangan harus memastikan bahwa
mereka mematuhi hukum yang berlaku di negara atau yurisdiksi masing-
masing. Ini mencakup memahami persyaratan pernikahan, izin yang
diperlukan, dan legalitasnya. Dalam beberapa kasus, pasangan yang ingin
menikah melalui internet mungkin perlu melibatkan seorang notaris atau
pejabat yang sah untuk memastikan bahwa proses ini sah secara hukum.
Selain itu, masalah keamanan dan privasi juga perlu diperhatikan.
Pasangan yang ingin menikah melalui internet harus memastikan bahwa
informasi pribadi mereka aman dan terlindungi dari akses yang tidak sah.
Keamanan data dan perlindungan privasi adalah aspek penting dalam
menjalankan pernikahan melalui platform online.
Namun, meskipun adanya perkembangan teknologi yang
memungkinkan pernikahan melalui internet, masih ada berbagai
kontroversi dan tantangan yang dihadapi. Beberapa orang berpendapat
bahwa pernikahan adalah upacara sakral dan seharusnya dijalani secara
fisik, dengan kehadiran langsung dari keluarga dan teman-teman sebagai
saksi. Selain itu, ada juga kekhawatiran tentang potensi penyalahgunaan
sistem, seperti pernikahan paksa atau penipuan.
Dalam konteks hukum keluarga dan pernikahan, pernikahan melalui
internet menimbulkan pertanyaan kompleks tentang pengakuan hukum,
hak dan tanggung jawab pasangan, serta perlindungan hukum bagi
mereka. Pengaturan hukum yang jelas dan tegas diperlukan untuk
mengatasi isu-isu ini dan melindungi hak-hak pasangan yang terlibat
dalam pernikahan melalui internet.
Dalam beberapa kasus, pernikahan melalui internet dapat menjadi
solusi untuk pasangan yang berada di lokasi yang berjauhan atau
menghadapi kendala fisik atau hukum dalam mengadakan pernikahan
tradisional. Namun, penting bagi pasangan yang mempertimbangkan opsi
ini untuk mencari nasihat hukum yang komprehensif dan memahami
implikasi serta konsekuensinya secara mendalam sebelum memutuskan
untuk menikah melalui internet.
Pernikahan melalui internet menciptakan diskusi mendalam dalam
konteks hukum keluarga dan pernikahan. Seiring dengan kemajuan
teknologi, muncul pertanyaan etika dan moral tentang validitas ikatan
pernikahan yang diakui melalui platform online. Beberapa ahli hukum
mendukung fleksibilitas dalam mengakui pernikahan melalui internet,
menganggap bahwa cinta dan komitmen pasangan dapat diwakili tanpa
kehadiran fisik, terutama dalam situasi di mana pasangan terhalang oleh
batasan geografis atau keberlanjutan perjalanan.
Namun, perspektif ini bertentangan dengan pandangan tradisional
tentang pernikahan, yang menempatkan pentingnya ritual fisik, seperti
upacara pernikahan, sebagai simbol komitmen dan persatuan. Aspek
keagamaan juga memainkan peran penting, dengan beberapa agama
menetapkan persyaratan khusus untuk pernikahan yang mungkin sulit
diakomodasi melalui pernikahan online.
Dalam kerangka hukum, pernikahan melalui internet juga memicu
pertanyaan tentang harta bersama, dukungan finansial, dan hak asuh anak.
Ketika pernikahan diakui secara hukum, pasangan mendapatkan hak dan
tanggung jawab tertentu terkait harta bersama dan dukungan finansial.
Namun, dengan pernikahan melalui internet, mengidentifikasi dan
menentukan hak-hak ini dapat menjadi rumit, terutama jika pasangan
berada di yurisdiksi yang berbeda.
Selain itu, ketika anak-anak terlibat dalam pernikahan melalui internet,
pertanyaan tentang hak asuh, pembagian tanggung jawab orang tua, dan
hak-hak anak perlu mendapatkan perhatian khusus. Perlindungan hukum
untuk hak-hak anak dalam konteks pernikahan online adalah aspek yang
sangat sensitif dan kompleks.
Bukan hanya pasangan yang terlibat dalam pernikahan melalui internet
yang memerlukan perlindungan hukum, tetapi juga masyarakat umum.
Penting bagi hukum keluarga dan pernikahan untuk terus berkembang
seiring dengan perkembangan teknologi, mempertimbangkan implikasi
hukum dan sosial dari tren seperti pernikahan melalui internet. Peraturan
yang jelas dan transparan diperlukan untuk memberikan pedoman bagi
pasangan yang mempertimbangkan opsi ini, serta melindungi hak-hak
individu yang terlibat dan hak-hak anak hasil dari pernikahan semacam
itu.
Dalam menghadapi tantangan ini, ahli hukum keluarga dan pernikahan
memiliki peran penting untuk memberikan nasihat hukum yang akurat dan
membimbing pasangan melalui proses yang kompleks ini. Pengakuan
hukum yang konsisten dan jelas tentang pernikahan melalui internet akan
membantu melindungi hak-hak individu, memastikan keadilan, dan
mendukung kemajuan dalam dunia hukum keluarga yang selalu berubah.
Seiring dengan perubahan sosial dan teknologi, kerangka hukum harus
tetap relevan dan responsif terhadap kebutuhan dan harapan masyarakat
dalam membangun ikatan pernikahan melalui internet.1

1
M. Ihsanuddin, Muhammad Yunus, dan M. Faqih.(2022).Pernikahan Online dalam Perspektif
Hukum Islam dan Hukum Negara.Jurnal Hukum Keluarga Islam, Volume 19, Nomor 1, Halaman 1-
17
2. Rukun dan Syarat Pernikahan Melalui Internet
Pernikahan melalui internet, yang merupakan fenomena baru dalam
ranah pernikahan modern, memunculkan pertanyaan tentang syarat dan
rukun pernikahan. Meskipun tidak ada standar global yang mengatur
pernikahan melalui internet, beberapa syarat umum dan prinsip-prinsip
yang harus dipenuhi biasanya mencakup aspek-aspek berikut.

a. Persetujuan dari Pasangan


Persetujuan bebas dari kedua calon mempelai adalah syarat utama
dalam setiap pernikahan, termasuk pernikahan melalui internet. Kedua
pasangan harus secara sukarela setuju untuk menikah dan memahami
implikasi dari pernikahan tersebut.

b. Dokumentasi Identitas
Calon mempelai harus menyediakan dokumen identitas yang sah,
seperti paspor atau kartu identitas, untuk membuktikan identitas dan
keberadaan mereka. Dokumen ini penting untuk mengonfirmasi keabsahan
pernikahan dan menghindari penipuan.

c. Notaris atau Pejabat Yang Sah


Dalam beberapa yurisdiksi, melibatkan notaris atau pejabat yang sah
untuk mengesahkan pernikahan melalui internet bisa menjadi syarat.
Notaris dapat membantu memastikan bahwa proses pernikahan dilakukan
dengan benar dan sah secara hukum.

d. Saksi
Dalam beberapa kasus, pernikahan melalui internet membutuhkan
kehadiran saksi yang dapat memastikan bahwa pernikahan dijalankan
dengan benar. Saksi ini seringkali harus bersaksi di depan notaris atau
pejabat yang sah untuk mengonfirmasi pernikahan.
e. Pembayaran Biaya dan Izin
Calon mempelai mungkin perlu membayar biaya dan memperoleh izin
resmi dari otoritas setempat atau nasional. Izin ini mengonfirmasi bahwa
pernikahan dapat dilaksanakan dan diakui oleh pemerintah setempat.

f. Pendidikan Pra-Nikah
Beberapa yurisdiksi mungkin memerlukan pasangan untuk mengikuti
pendidikan pra-nikah sebelum mereka dapat menikah secara sah.
Meskipun ini tidak selalu diperlukan dalam pernikahan melalui internet,
namun pendidikan ini dapat memberikan persiapan bagi pasangan untuk
menjalani kehidupan pernikahan yang sukses.

g. Kesesuaian dengan Hukum Lokal


Setiap pernikahan, termasuk pernikahan melalui internet, harus
mematuhi hukum lokal dan nasional yang berlaku. Kedua pasangan harus
memastikan bahwa pernikahan mereka sesuai dengan persyaratan hukum
yang berlaku di negara atau yurisdiksi mereka.

Rukun pernikahan merupakan serangkaian prinsip dan aturan yang


harus dipenuhi oleh pasangan yang ingin menikah agar pernikahan
tersebut diakui sah secara hukum dan agama. Dalam konteks Islam, rukun
pernikahan memiliki makna yang mendalam dan penting, karena
menyangkut prinsip-prinsip yang diakui dalam ajaran agama Islam.

a. Ijab Kabul
Ijab kabul adalah rukun pertama dalam pernikahan Islam. Ijab adalah
tawaran atau penawaran dari pihak wali (atau calon pengantin pria jika
tidak memiliki wali) kepada calon pengantin wanita. Kabul adalah
penerimaan atau persetujuan dari calon pengantin wanita terhadap tawaran
tersebut. Ijab kabul ini merupakan ungkapan tegas dari kedua belah pihak
yang menunjukkan kesepakatan dan persetujuan untuk menikah.
b. Wali
Wali adalah seorang wakil dari calon pengantin wanita, biasanya ayah
atau saudara laki-laki terdekatnya, yang memiliki tanggung jawab untuk
memberikan izin pernikahan atas nama calon pengantin wanita.
Keberadaan wali sangat penting dalam menjamin sahnya pernikahan
dalam Islam. Wali ini bertanggung jawab untuk memastikan kesepakatan
pernikahan sesuai dengan hukum Islam dan mengikuti prinsip-prinsip
moral yang dianut dalam agama.

c. Saksi-saksi yang Adil


Dua orang saksi yang adil adalah rukun pernikahan yang juga sangat
penting. Saksi-saksi ini harus menjadi orang-orang yang dapat dipercaya
dan memiliki integritas moral yang baik. Mereka bersaksi bahwa ijab
kabul telah dilakukan dengan sah dan penuh kesadaran oleh kedua belah
pihak calon pengantin. Kehadiran saksi-saksi ini memastikan keabsahan
dan transparansi dalam proses pernikahan.

d. Mahar
Mahar adalah harta atau nilai yang diberikan oleh calon pengantin pria
kepada calon pengantin wanita sebagai tanda keseriusan dan tanggung
jawabnya dalam pernikahan. Mahar merupakan hak mutlak dari calon
pengantin wanita, dan jumlahnya dapat disepakati antara kedua belah
pihak. Pemberian mahar ini menunjukkan niat baik dan komitmen serius
dari calon pengantin pria untuk merawat dan memberikan perlindungan
kepada calon pengantin wanita.

e. Khutbah Nikah
Khutbah nikah adalah prosesi di mana seorang penceramah agama
memberikan nasihat-nasihat dan doa-doa kepada pasangan pengantin dan
para hadirin. Khutbah ini mencakup nasihat-nasihat moral, etika, dan tata
cara dalam membina rumah tangga yang islami. Khutbah nikah
memberikan arahan dan pedoman bagi pasangan pengantin agar mereka
memahami tanggung jawab mereka dalam membina rumah tangga yang
bahagia dan harmonis.
Dalam Islam, rukun-rukun ini membentuk dasar dari sebuah
pernikahan yang sah. Mereka mencerminkan prinsip-prinsip keadilan,
kesepakatan sukarela, tanggung jawab, dan rasa hormat dalam hubungan
pernikahan. Kehadiran dan pemenuhan rukun-rukun ini memberikan dasar
yang kuat untuk membangun hubungan pernikahan yang berlandaskan
cinta, pengertian, dan komitmen.
Penting untuk diingat bahwa rukun pernikahan ini tidak hanya
berlaku dalam pernikahan melalui internet, namun juga dalam pernikahan
konvensional. Oleh karena itu, baik pasangan yang menikah secara
tradisional maupun melalui internet harus memastikan bahwa mereka
memahami dan memenuhi semua rukun pernikahan ini dengan penuh
kesadaran dan integritas. Dengan memahami makna dan pentingnya rukun
pernikahan, pasangan dapat membangun ikatan pernikahan yang kokoh
dan langgeng, sesuai dengan ajaran agama dan nilai-nilai moral yang
dianut dalam Islam.2

3. Tata Cara Pelaksanaan Pernikahan Melalui Internet


Tata cara pelaksanaan pernikahan melalui internet merupakan prosedur
yang kompleks dan melibatkan beberapa langkah yang harus diikuti
dengan seksama untuk memastikan sahnya pernikahan menurut hukum
dan agama yang berlaku. Meskipun metode ini masih kontroversial di
beberapa negara, beberapa yurisdiksi telah mengakui pernikahan melalui
internet dengan syarat-syarat tertentu. Berikut adalah tata cara umum
pelaksanaan pernikahan melalui internet yang harus dipahami oleh
pasangan yang mempertimbangkan opsi ini:

2
A. M. Arief Satriawan.(2022).Pernikahan Online dalam Perspektif Hukum Islam dan Hukum
Perdata Indonesia.Jurnal Al-Ahwal Al-Syakhsiyyah, Volume 17, Nomor 2, Halaman 199-212
a. Persiapan dan Persetujuan
Sebelum memulai proses pernikahan melalui internet, pasangan harus
mempersiapkan dokumen-dokumen yang diperlukan, seperti identitas
resmi, bukti persetujuan dari kedua belah pihak, dan persyaratan lain
sesuai hukum yang berlaku di negara mereka. Pasangan juga harus
menentukan waktu yang sesuai untuk melaksanakan pernikahan online ini
dan mendapatkan persetujuan dari semua pihak yang terlibat.

b. Memilih Platform atau Aplikasi


Pasangan harus memilih platform atau aplikasi yang aman dan dapat
dipercaya untuk melaksanakan pernikahan melalui internet. Beberapa
negara atau yurisdiksi mungkin memiliki platform khusus yang disediakan
oleh pemerintah untuk melaksanakan pernikahan secara online. Pasangan
harus memastikan bahwa platform yang mereka pilih memenuhi standar
keamanan dan privasi yang diperlukan.

c. Konsultasi dengan Pejabat Pernikahan atau Notaris


Sebelum pelaksanaan pernikahan, pasangan mungkin perlu
berkonsultasi dengan pejabat pernikahan atau notaris yang sah untuk
memahami prosedur yang harus diikuti. Notaris atau pejabat ini akan
memberikan panduan mengenai dokumen-dokumen yang diperlukan,
persyaratan hukum, dan langkah-langkah yang harus diambil untuk
memastikan validitas pernikahan.

d. Pelaksanaan Upacara Pernikahan


Pada hari pernikahan, pasangan dan saksi-saksi yang adil (jika
diperlukan) akan bergabung melalui panggilan video konferensi atau
platform online yang dipilih. Seorang pejabat pernikahan atau notaris yang
sah akan memandu upacara pernikahan secara virtual, membacakan ijab
kabul, dan memastikan bahwa persetujuan dari kedua belah pihak
dinyatakan dengan jelas.

e. Pendaftaran dan Pengakuan Resmi


Setelah upacara pernikahan selesai, pasangan harus mengurus
pendaftaran pernikahan melalui otoritas setempat atau badan pendaftaran
pernikahan yang berwenang. Dokumen-dokumen yang diperoleh selama
pernikahan melalui internet harus diajukan untuk pengakuan resmi,
termasuk sertifikat pernikahan yang diterbitkan oleh pihak berwenang.

f. Pemenuhan Syarat Hukum Lokal


Pasangan harus memastikan bahwa pernikahan melalui internet mereka
memenuhi syarat-syarat hukum lokal di negara atau yurisdiksi tempat
mereka berada. Beberapa negara memiliki persyaratan khusus terkait
pernikahan antar-warga negara asing atau pernikahan yang melibatkan
orang dari agama atau budaya yang berbeda.

g. Memahami Hak dan Tanggung Jawab Pasangan


Setelah pernikahan melalui internet sah, pasangan harus memahami
hak dan tanggung jawab mereka sebagai suami dan istri. Ini termasuk hak
harta bersama, hak asuh anak (jika memiliki anak), serta kewajiban moral
dan finansial satu sama lain. Pasangan juga harus menyadari implikasi
pajak dan keuangan pernikahan mereka di bawah hukum yang berlaku.
Sangat pnting bagi pasangan yang mempertimbangkan pernikahan
melalui internet untuk mencari nasihat hukum yang komprehensif dan
memahami setiap langkah prosedur dengan seksama. Dalam menjalankan
pernikahan melalui internet, transparansi, integritas, dan kesadaran
terhadap persyaratan hukum dan agama adalah kunci untuk memastikan
validitas dan sahnya pernikahan ini. Pasangan juga harus mengikuti
pedoman yang diberikan oleh otoritas setempat atau pemerintah dalam
melaksanakan pernikahan melalui platform online yang dipilih agar proses
ini berjalan lancar dan sah secara hukum.3

3
Izzatul Mubarokah.(2022).Pernikahan Online dalam Pandangan Hukum Islam di Indonesia.Jurnal
Al-Ahwal Al-Syakhsiyyah, Volume 17, Nomor 2, Halaman 213-226

Anda mungkin juga menyukai