Anda di halaman 1dari 14

i

HALAMAN JUDUL

Kelompok 5
AKAD SEWA MENYEWA (IJAROH) HAJI
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas

Mata kuliah : Fiqih Muamalat

Dosen : Muhammad Amin, S.H.I., M.H.

Disusun Oleh

Rahmida
NIM. 2312110015

Hasir Bayu Kurniawan


NIM. 2312110017

Khairin Hafijhin
NIM. 2312110026

Almadani
NIM. 2312110066

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKARAYA


FAKULTAS SYARIAH JURUSAN SYARIAH
PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM
TAHUN 2024 M/ 1445 H
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji syukur kehadirat Allah swt. atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah
ini, dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Harapan penulis semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga penulis dapat memperbaiki bentuk
maupun isi makalah ini sehingga ke depannya menjadi lebih baik.
Penulis mengakui makalah ini masih banyak kekurangan karena
pengalaman yang penulis miliki sangat kurang. Oleh karena itu, penulis harapkan
kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Terlepas dari kekurangan-kekurangan makalah ini, penulis berharap semoga
makalah ini bermanfaat bagi teman-teman pembaca dan menjadikan amal sholeh
bagi penulis. Amin Yaa Robbal A’lamin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Palangka Raya, Maret 2024

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. Latar Belakang.......................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................................... 1

C. Tujuan ....................................................................................................... 1

D. Metode Penulisan ..................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3

A. Pengertian Akad Sewa Menyewa ............................................................. 3

B. Dasar Hukum Akad Sewa Menyewa........................................................ 4

C. Rukun dan Syarat Sah Akad Sewa Menyewa...........................................5

D. Macam-Macam Akad Sewa Menyewa......................................................8

E. Prinsip-Prinsip Akad Sewa Menyewa........................................................8

BAB III PENUTUP .............................................................................................. 10

A. Kesimpulan ............................................................................................. 10

B. Saran ....................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 11

ii
BAB I PENDAHULUAN

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sewa menyewa adalah sebuah praktek yang telah ada sejak zaman kuno, di
mana individu atau entitas dapat menyewakan atau menyewa properti, barang,
atau jasa untuk mendapatkan manfaat ekonomis. Fenomena ini telah
berkembang seiring dengan perubahan sosial, ekonomi, dan teknologi.
Sewa menyewa merupakan akad yang sering dilakukan setiap orang untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya baik lewat dunia bisnis maupun perdagangan.
Hal tersebut karena manusia merupakan makhluk sosial yang tidak bisa hidup
sendiri dan pasti membutuhkan orang lain dalam hidupnya. Sewa menyewa
merupakan strategi yang mudah dalam mendapatkan keuntungan dalam bisnis.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan akad sewa menyewa?
2. Apa saja dasar hukum akad sewa menyewa?
3. Apa saja rukun syarat sah akad sewa menyewa?
4. Apa saja macam-macam akad sewa menyewa?
5. Apa saja prinsip-prinsip akad sewa menyewa?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami apa pengertian akad sewa menyewa.
2. Untuk mengetahui dan memahami dasar hukum akad sewa menyewa.
3. Untuk mengetahui dan memahami rukun dan syarat sah akad sewa
menyewa.
4. Untuk mengetahui dan memahami macam-macam akad sewa menyewa.
5. Untuk mengetahui dan memahami prinsip-prinsip akad sewa menyewa.

1
2

D. Metode Penulisan
Adapun metode penulisan dalam makalah ini adalah mengunakan metode
research mengunakan buku, google book, dan google cendikia untuk mencari
bahan materi sebagai acuan pembuatan makalah. Kemudian dikelola menjadi
satu kesatuan materi yang valid sehingga menghasilan kompenen
pembahahasan yang lebih sederhana untuk dipelajari lebih lanjut
BAB II PEMBAHASAN

PEMBAHASAN

A. Pengertian Akad Sewa Menyewa


Sewa adalah pemakaian sesuatu dengan membayar uang atau uang yang
dibayarkan karena memakai atau meminjam sesuatu, penghasilan yang diterima
atau diperoleh sehubungan dengan kesepakatan untuk memberikan hak
menggunakan harta selain tanah dan atau bangunan selama jangka waktu
tertentu baik dengan perjanjian tertulis maupun tidak tertulis sehingga harta
tersebut hanya dapat digunakan oleh penerima hak selama jangka waktu yang
telah disepakati. Sedangkan menyewa adalah memakai (meminjam,
menampung) dengan membayar uang sewa. Sewa menyewa dalam bahasa arab
di istilahkan dengan al-ijarah. Menurut pengertian hukum islam, sewa menyewa
diartikan sebagai suatu jenis akad untuk mengambil manfaat dengan jalan
penggantian.1
Pendapat lain juga menyebutkan sewa menyewa adalah suatu persetujuan
antara pihak penyewa dan pihak yang menyewakan, pihak yang menyewakan
menyerahkan sesuatu barang kepada pihak, penyewa untuk sepenuhnya
dinikmati, penikmatan berlangsung untuk jangka waktu tertentu dengan
pembayaran, sejumlah harga sewa yang tertentu pula.
Ijārah dalam bahasa Arab berarti upah, sewa, jasa atau imbalan. Menurut
pengertian syara’ ijārah ialah suatu jenis akad untuk mengambil manfaat
dengan ada pengganti, manakala akad sewa menyewa telah berlangsung,
penyewa sudah berhak mengambil manfaat dan orang yang menyewakan
berhak pula mengambil upah karena akad ini adalah mu’awadah . Ijarah
disebut akad pemindahan hak guna (manfaat) atas sesuatu barang atau jasa
dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa/upah, tanpa diikuti
pemindahan kepemilikan barang itu sendiri. Maksud’’manfaat’’ ialah berguna,

1
Suhrawardi K. Lubis dan Farid Wajdi, Hukum Ekonomi Islam (Jakarta Timur: Sinar
Grafika Offset, 2012), 144.

3
4

yaitu barang yang mempunyai banyak manfaat dan selama menggunakannya


barang tersebut tidak mengalami perubahan atau musnah. Manfaat yang di
ambil tidak berbentuk zatnya melainkan sifatnya dan dibayar sewa, misalnya
rumah yang dikontrakkan/disewa mobil disewa untuk perjalanan.2

B. Dasar Hukum Akad Sewa Menyewa


Dasar hukum sewa menyewa adalah Pasal 1548 KUH Perdata, menyatakan
bahwa sewa menyewa adalah suatu perjanjian dengan dimana pihak yang satu
mengikatkan dirinya untuk memberikan kepada pihak lainnya kenikmatan dari
sesuatu barang, selama suatu waktu tertentu dan dengan pembayaran sesuatu
harga, yang oleh pihak tersebut belakangan itu dipenuhi pembayarannya.
Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini, yaitu metode
penelitian hukum normatif dengan pendekatan konseptual yang mengacu pada
bahan-bahan hukum yang relevan dan peraturan perundang -undangan.3
Dasar hukum Ijārah, Al-Qur’ansuratat-Thalaq: 6, artinya: kemudian jika
mereka menyusukan (anak-anak)mu untukmu maka berikanlah kepada mereka
upahnya, danmusyawarahkanlah di antara kamu (segala sesuatu) dengan baik.
Dasar hukum Ijārah, As-sunnah, artinya: “Telah menceritakan kepada kami
Musa bin Isma’il telah menceritakan kepada kami Wuhaib telah menceritakan
kepada kami Ibnu Thowus dari bapaknya dari Ibnu ‘Abbas radliallahu ‘anhuma
berkata: Nabi Saw. berbekam dan memberi upah tukang bekamnya”. Syarat-
syaratnya Ijārah adalah :
1. Kedua orang yang berakad ( al - Muta’aqqidaini ).
2. Kedua belah pihak yang berakad menyatakan kerelaannya untuk
melakukan akad Ijārah. Rukun Ijārah, menurut jumhur ulama, rukun
ijārah ada empat, yaitu:1).‘Aqid (orang yang berakad), terdiri dari
mu’jir dan musta’jir. 2). Sighat akad ( ijāb dan qabūl ).

2
Muhajir and Ahmad Khaeedar Habibi, ‘ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP
PRAKTIK AKAD SEWA MENYEWA DI DESA SUREN GEDE KECAMATAN KEJAJAR
KABUPTEN WONOSOBO Muhajir’, Jatiswara, 36.3 (2021), 305–10.
3
Manaon Damianus Sirait, Johannes Ibrahim Kosasih, and Desak Gde Dwi Arini, ‘Asas
Itikad Baik Dalam Perjanjian Sewa-Menyewa Rumah Kantor’, Jurnal Analogi Hukum, 2.2 (2020),
221–27 <https://doi.org/10.22225/ah.2.2.1934.221-227>.
5

3. Ujrah (uang sewa atau upah), biaya yang dikeluarkan atas manfaat yang
telah diperoleh dari akad ijārah.
4. Manfaat, baik manfaat dari suatu barang yang disewa atau jasa dan
tenaga dari orang yang bekerja
Dalam hukum Islam sewa menyewa disebut dengan ijārah yang menurut
bahasa artinya adalah imbalan (ganti), dan dapat pula berarti balasan.
Sedangkan menurut istilah suatu akad kemanfaatan dengan adanya suatu
imbalan atau pengganti. Dalam Islam setidaknya ada dua istilah yang
berhubungan dengan perjanjian, yaitu al aqdu (akad) dan al-ahdu (janji).
Pengertian akad secara bahasa adalah ikatan, mengikat. Dikatakan seperti itu
maksudnya adalah: menghimpun atau mengumpulkan dua ujung tali dan
mengikatkan salah satunya pada yang lainnya hingga keduanya bersambung
dan menjadi seutas tali yang satu. Hukum dari asal syara adalah setiap akad
yang membangunnya ketika dilakukan sendiri sendiri hukumnya boleh dan asal
tidak ada dalil yang melarangnya.4
C. Rukun dan Syarat Sah Akad Sewa Menyewa
Menurut Hanafiah, rukun ijārah hanya satu, yaitu ijab dan qabul, yakni
pernyataan dari orang yang menyewa dan menyewakan. Lafal yang digunakan
adalah lafal ijārah, isti’jār, iktirā dan ikrā. Sedangkan menurut jumhur ulama,
rukun ijārah itu ada empat, yaitu
1. Āqid, yaitu mu’jir (orang yang menyewakan) dan musta’jir (orang
yang menyewa).
2. Shighat, yaitu ijab dan qabul.
3. Ujrah (uang sewa atau upah).
4. Manfaat, baik manfaat dari suatu barang yang disewa atau jasa dan
tenaga dari orang yang bekerja.
Adapun syarat sewa menyewa sebagaimana yang ditulis Nasrun Haroen
sebagai berikut:

4
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah Jilid 13, (Jakarta: Kalam Mulia, 1991), cet. Ke-2, 227.
6

1. Yang terkait dengan dua orang yang berakad. Menurut ulama


Syafi’iyah dan Hanabalah disyaratkan telah baligh dan berakal. Oleh
sebab itu, apabila orang yang belum atau tidak berakal, seperti anak
kecil dan orang gila ijārahnya tidak sah. Akan tetapi, ulama Hanafiyah
dan Malikiyah berpendapat bahwa kedua orang yang berakad itu tidak
harus mencapai usia baligh. Oleh karenanya, anak yang baru
mummayiz pun boleh melakukan akad ijārah, hanya pengesahkannya
perlu persetujuan wali.
2. Pihak yang berakad menyatakan kerelaannya melakukan akad ijārah.
Apabila salah seorang di antaranya terpaksa melakukan akad ini, maka
akad ijārahnya tidak sah. Hal ini sesuai dengan firman Allah Q.S. An-
Nisa: 29 yang artinya: Wahai Orangorang yang beriman janganlah
kamu saling memakan harta kamu dengan cara yang bathil kecuali
melakukan suatu perniagaan yang berlaku suka sama suka.
3. Manfaat yang menjadi objek ijārah harus diketahui, sehingga tidak
muncul perseisihan dikemudian hari. Apabila manfaat yang menjadi
objek tidak jelas, maka akadnya tidak sah. Kejelasan manfaat intu dapat
dilakukan dengan menjelaskan jenis manfaatnya dan penjelasan berapa
lama manfaat itu di tangan penyewanya.
4. Objek ijārahitu boleh diserahkan dan digunakan secara langsung dan
tidak ada cacatnya. Oleh sebab itu, para ulama fiqh sepakat, bahwa
tidak boleh menyewakan sesuatu yang tidak boleh diserahkan dan
dimanfaatkan langsung oleh penyewa. Misalnya seseorang menyewa
rumah, maka rumah itu dapat langsung diambil kuncinya dan boleh ia
manfaatkan.
5. Objek ijārah itu sesuatu yang dihalalkan oleh syara’. Oleh sebab itu,
parah ulama fiqh sepakat mengatakan tidak boleh menyewa seseorang
untuk menyantet orang lain, menyewa seorang untuk membunuh orang
lain, demikian juga tidak boleh menyewakan rumah untuk dijadikan
tempat-tempat maksiat.
7

6. Yang disewakan itu bukan sesuatu kewajiban bagi penyewa, misalnya


menyewa orang untuk melakukan shalat untuk diri penyewa atau
menyewa orang yang belum haji untuk menggantikan haji penyewa.
Para ulama fiqh sepakat mengatakan bahwa akad sewa menyewa ini
tidak sah, karena shalat dan haji merupakan kewajiban penyewa itu
sendiri.
7. Objek ijārah itu merupakan sesuatu yang bisa disewakan seperti,
rumah, kendaraan, dan alat-alat perkantoran. Oleh sebab itu tidak boleh
dilakukan akad sewa menyewa terhadap sebatang pohon yang akan
dimanfaatkan penyewa sebagai sarana penjemur pakaian. Karena pada
dasarnya akad untuk sebatang pohon bukan dimaksudkan seperti itu.
8. Upah atau sewa dalam ijārah harus jelas,tentu, dan sesuatu yang
memiliki nilai ekonomi.5
Sewa Menyewa dipandang sah, jika memenuhi syarat syarat sebagai
berikut:
1. Yang menyewakan dan yang menyewa telah baligh, berakal sehat dan
sama- sama ridho.
2. Barang atau sesuatu yang disewakan itu mempunyai faedah yang
berharga, faedahnya dapat dinikmati oleh yang menyewa dan kadarnya
jelas, misalnya: rumah disewa satu tahun, taksi disewa dari Yogya
sampai Solo satu hari, atau seorang pekerja disewa mengerjakan
membuat pintu berukuran sekian meter.
3. Harga sewanya dan keadaannya jelas, misalnya: rumah Rp.
1.000.000/bulan, dibayar tunai atau angsuran.
4. Barang yang diambil manfaatnya, harus masih tetap wujudnya sampai
waktu yang telah ditentukan menurut perjanjian.
5. Waktunya harus dapat diketahui dengan jelas, misalnya sehari,
seminggu atau sebulan dan seterusnya.

5
Riza Afrian dan Nada Batavia, Analisis penerapan Ijarah bil manfa’ah pada sistem
panjar dalam sewa menyewa rumah (Jurnal AL-Mudharabah Volume 3 Edisi 1 Tahun 2021) 149-
162.
8

6. Dalam sewa-menyewa ini adakalanya berupa jasa, seperti dokter,


tukang pijat, supir dan lain-lain. Dan adakalanya berupa "kegunaan"
suatu barang, seperti kebun untuk ditanami, rumah untuk dihuni, mobil
untuk mengangkat barang.6
D. Macam-macam Sewa Menyewa
Dilihat dari objeknya, ijarah dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu ijarah
yang bersifat manfaat dan ijarah yang bersifat pekerjaan.
1. Ijarah yang bersifat manfaat
Akad sewa menyewa dibolehkan atas manfaat yang mubah,
diumpamakan sewa-menyewa rumah, toko, kendaraan, dan pakaian
untuk dipakai (pengantin). Adapun manfaat yang diharamkan maka
tidak boleh disewakan, karena barangnya diharamkan. Dengan
demikian, tidak boleh mengambil imbalan untuk manfaat yang
diharamkan ini, seperti bangkai dan darah.7
2. Ijarah yang bersifat pekerjaan
Ijarah atas pekerjaan atau upah-mengupah adalah suatu akad ijarah
dengan cara mempekerjakan seseorang untuk melakukan suatu
pekerjaan. Ijarah semacam ini dibolehkan seperti buruh bangunan,
tukang pijat, tukang jahit, dan lain-lain.8
E. Prinsip-Prinsip Akad Sewa Menyewa
Prinsip-prinsip akad sewa menyewa antara lain:
1. Prinsip Kepemilikan:
Dalam akad sewa-menyewa, pemilik barang atau properti tetap memegang
hak kepemilikan atas barang atau properti tersebut. Penyewa hanya
memiliki hak penggunaan sesuai dengan perjanjian yang disepakati.
2. Prinsip Kesepakatan:

6
M. Thalib, Fikih Nabawi, (Surabaya: al-Ikhlas, 1993), cet. ke-2, 193.
7
Ahmad Wardi, Muslich, Fiqh Muamalat, (Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2010), 330.
8
Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam (Fiqh Muamalah), (Jakarta:PT Raja
Grafindo Persada, 2003), 236.
9

Akad sewa-menyewa didasarkan pada prinsip kesepakatan antara pemilik


dan penyewa mengenai syarat-syarat sewa, termasuk masa sewa,
pembayaran sewa, dan kondisi penggunaan barang atau properti.
3. Prinsip Kewajaran:
Pembayaran sewa dalam akad sewa-menyewa haruslah wajar dan sebanding
dengan nilai penggunaan barang atau properti yang disewakan. Hal ini
mengacu pada prinsip keadilan dalam Islam.
4. Prinsip Tanggung Jawab:
Pemilik barang atau properti bertanggung jawab untuk memastikan kondisi
barang atau properti yang disewakan layak untuk digunakan. Di sisi lain,
penyewa juga bertanggung jawab untuk merawat barang atau properti
tersebut selama masa sewa.
5. Prinsip Keabsahan:
Akad sewa-menyewa harus memenuhi syarat-syarat keabsahan dalam
hukum Islam, seperti adanya kesepakatan antara kedua belah pihak,
kesamaan kesepakatan, dan kejelasan objek sewa.9

9
Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, (Bandung: Sinar Baru Algensindo 2010), 305.
BAB III PENUTUP

PENUTUP

A. Kesimpulan
Makalah ini membahas konsep akad sewa menyewa atau ijarah, yang
merupakan perjanjian hukum yang memungkinkan seseorang atau perusahaan
untuk menggunakan barang atau jasa milik orang lain dengan membayar
sejumlah uang atau imbalan lainnya dalam jangka waktu tertentu. Praktik ini
penting dalam konteks ekonomi dan bisnis di seluruh dunia, dan dalam ekonomi
Islam, harus mematuhi prinsip-prinsip syariah. Dalam penjelasannya, makalah
menyoroti syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam akad sewa menyewa,
seperti kesepakatan yang jelas, keabsahan objek sewa, dan ketentuan-ketentuan
yang adil bagi kedua belah pihak. Risiko dan tanggung jawab yang terkait
dengan perjanjian ini juga perlu diperhatikan dengan seksama. Meskipun akad
sewa menyewa memberikan manfaat dalam memfasilitasi akses terhadap
barang dan jasa tanpa harus memiliki mereka secara langsung, penting untuk
memahami implikasi hukum dan etika yang terlibat. Dengan memahami konsep
dan implementasi akad ini, diharapkan masyarakat dapat memanfaatkannya
secara efektif dalam memajukan ekonomi sambil tetap mematuhi nilai-nilai
Islam.
B. Saran
Pada saat pembuatan makalah, penulis menyadari bahwa banyak sekali
kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, penulis harapkan kritik
dan sarannya mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan di atas.
Tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan makalah di
atas masih banyak ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna. Adapun
nantinya penulis akan segera melakukan perbaikan susunan makalah itu dengan
menggunakan pedoman dari beberapa sumber dan kritik yang bisa membangun
para pembaca.

10
DAFTAR PUSTAKA
Afrian, Riza dan Nada Batavia. Analisis penerapan Ijarah bil manfa’ah pada sistem
panjar dalam sewa menyewa rumah Jurnal AL-Mudharabah Volume 3
Edisi 1 Tahun 2021.
Damianus, Manaon Sirait, Johannes Ibrahim Kosasih, and Desak Gde Dwi Arini,
‘Asas Itikad Baik Dalam Perjanjian Sewa-Menyewa Rumah Kantor’, Jurnal
Analogi Hukum, 2.2, 2020, 221–27
<https://doi.org/10.22225/ah.2.2.1934.221-227>.
Hasan, Ali. Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam (Fiqh Muamalah), Jakarta:PT
Raja Grafindo Persada, 2003.
K. Lubis, Suhrawardi dan Wajdi, Farid, Hukum Ekonomi Islam, Jakarta: Sinar
Grafika, 2012.
Muhajir and Khaeedar, Ahmad Habibi, ‘ANALISIS HUKUM ISLAM
TERHADAP PRAKTIK AKAD SEWA MENYEWA DI DESA SUREN
GEDE KECAMATAN KEJAJAR KABUPTEN WONOSOBO Muhajir’,
Jatiswara, 36.3 2021.
Rasjid, Sulaiman. Fiqh Islam, Bandung: Sinar Baru Algensindo 2010.
Sabiq, Sayyid. Fiqih Sunnah Jilid 13. Jakarta: Kalam Mulia, 1991.
Thalib, M. Fikih Nabawi, Surabaya: al-Ikhlas, 1993.
Wardi, Ahmad. Muslich Fiqh Muamalat. Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2010.

11

Anda mungkin juga menyukai