Anda di halaman 1dari 85

ANALISIS ALASAN HAKIM MENOLAK PERMOHONAN

DISPENSASI KAWIN DI PENGADILAN AGAMA PRAYA KELAS


1B

Oleh
Wire Sentane
180202105

PRODI AHWAL SYAKHSIYAH


FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI MATARAM
MATARAM
2022

i
ANALISIS ALASAN HAKIM MENOLAK PERMOHONAN
DISPENSASI KAWIN DI PENGADILAN AGAMA PRAYA KELAS
1B

Skripsi
diajukan kepada Universitas Agama Islam Negri Mataram
untuk melengkapi persyaratan mencapai gelar
Serjana Hukum

Oleh
Wire Sentane
180202105

PRODI AHWAL SYAKHSIYAH


FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI MATARAM
MATARAM
2022

ii
iv
v
vii
MOTTO

‫ص ْى ِم فَإِنَّهُ لَهُ ِو َجاء‬


َّ ‫َو َه ْن لَ ْن يَ ْست َ ِط ْع َف َعلَ ْي ِه ِبال‬
“Barangsiapa yang belum mampu menikah, maka berpuasalah karena
puasa itu bagai obat pengekang baginya.” (HR. Bukhari, no. 5065 dan
Muslim, no. 1400)

viii
PERSEMBAHAN

“Dengan ucapan rasa syukur Alhamdulillah


dan penuh kasih sayang kupersembahkan
karya ini kepada Bapak dan Ibuku, H. Moh
Padli dan Purniati yang selalu mendo‟akan
dan memberikan segalanya sehingga melalui
beliau Allah berikan kemudahan dalam
segala urusanku. Semua keluargaku dan guru
serta dosenku. Dan terimakasih untuk
seluruh keluargaku dan sahabatku yang terus
memberikan motivasi dan semangat, dan
untuk almamaterku.”

ix
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil „alamin, segala puji bagi Allah Tuhan


semesta alam dan shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada
junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW, kepada keluarganya, sahabat
serta semua pengikutnya. Amin.

Penulis menyadari bahwa proses penyelsaian skripsi ini tidak akan


sukses tanpa bimbingan, bantuan dan keterlibatan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, penulis memberikan penghargaan setinggi-tingginya dan
ucapan terimakasih kepada:

1. Drs. H. Muktamar, M.H. sebagai pembimbing I dan bapak Drs.


Nurudin, M.H. sebagai pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan, motivasi, koreksi mendetail terus menerus dan tanpa
bosan di tengah kesibukannya dalam suasana keakraban menjadikan
skripsi ini lebih matang dan cepat selesai;
2. Prof. Dr. H. Masnun Tahir, M.Ag. selaku Rektor UIN Mataram yang
telah memberikan tempat bagi penulis untuk menuntut ilmu dan
memberikan bimbingan dan peringatan untuk segera menyelsaikan
tugas akhir di kampus;
3. Ibu Hj. Ani Wafiroh, M.Ag. selaku Ketua Jurusan;
4. Dr. Moh. Asiq Amrulloh, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Syariah;
5. Bapak/Ibu Dosen Fakultas Syariah UIN Mataram yang telah
memberikan kuliah dan ilmunya selama mengikuti program kuliah di
Fakultas;
6. Kedua orang tuaku dan kakak-kakakku yang selalu mendo‟akan dan
memberi dukungan dalam menyelsaikan tugas akhir ini;
7. Teman kelasku yang telah memberikan dukungan dan motivasi serta
menemani dalam suka dan duka;
8. Kedua sahabatku M. Zabur Zaenuri dan Mustakim yang selalu
menemaniku saat melakukan penelitian di Pengadilan Agama Praya;
9. Pak Syafrudin, S.Ag., M.S.I. selaku Ketua Pengadilan Agama Praya
Kelas IB yang telah memberikan izin serta kemudahan di dalam
melakukan penelitian.

x
Semoga amal kebaikan dari berbagai pihak tersebut mendapatkan pahala
yang berlipat-ganda dari Allah swt. Dan semoga karya ilmiah ini
bermanfaat bagi seluruh masyarakat. Amin.

Mataram, 24 Mei 2022


Penulis,

Wire Sentane

xi
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ......................................................................... i


HALAMAN JUDUL ............................................................................. ii
LOGO .................................................................................................... iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................................... iv
NOTA DINAS PEMBIMBING ........................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ............................................. vi
PENGESAHAN DEWAN PENGUJI ................................................. vii
HALAMAN MOTTO ........................................................................... viii
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................... ix
KATA PENGANTAR .......................................................................... x
DAFTAR ISI ......................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ................................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ xv
ABSTRAK ............................................................................................. xvi
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................ 3
C. Tujuan dan Manfaat ........................................................ 3
D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian .......................... 4
E. Telaah Pustaka ................................................................. 5
F. Kerangka Teori ................................................................ 8
G. Metode Penelitian ............................................................. 13
H. Sistematika Pembahasan ................................................. 18
BAB II PAPARAN DATA DAN TEMUAN ....................................... 20
A. Gambaran Umum Pengadilan Agama Praya ................ 20
B. Temuan Data .................................................................... 24
C. Prosedur Pendaftaran Permohonan Dispensasi Kawin di
Pengadilan Agama Praya ................................................ 26
D. Alasan Hakim Menolak Permohonan Dispensasi Kawin di
Pengadilan Agama Praya ................................................ 28
BAB III PEMBAHASAN ..................................................................... 42
A. Prosedur Pendaftaran Perkara Permohonan Dispensasi
Kawin di Pengadilan Agama Praya ................................ 42

xii
B. Alasan Hakim Menolak Permohonan Dispensasi kawin di
Pengadilan Agama Praya ................................................ 43
BAB IV PENUTUP............................................................................... 50
A. Kesimpulan ....................................................................... 50
B. Saran .................................................................................. 50
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 52
LAMPIRAN .......................................................................................... 56
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Rincian Penerimaan Perkara Menurut Tahun 2021................ 24


Tabel 2.2 Riwayat Perkara Nomor 2212/Pdt.P/2021/PA.Pra ................. 31
Tabel 2.3 Riwayat Perkara Nomor 2112/Pdt.P/2021/PA.Pra ................. 35
Tabel 2.4 Riwayat Perkara Nomor 1212/Pdt.P/2021/PA.Pra ................. 40

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Penetapan Nomor 2212/Pdt.P/2021/PA.Pra. ..................... 56


Lampiran 2. Penetapan Nomor 2112/Pdt.P/2021/PA.Pra. ..................... 60
Lampiran 3. Penetapan Nomor 1212/Pdt.P/2021/PA.Pra ...................... 64
Lampiran 4. Foto Wawancara di Pengadilan Agama Praya ................... 67
Lampiran 5. Surat Izin Penelitian ........................................................... 69
Lampiran 6. Surat Persetujuan Izin Penelitian ....................................... 70
Lampiran 7. Kartu Konsul Skripsi Dengan Dosen Pembimbing I ......... 71
Lampiran 8. Kartu Konsul Skripsi Dengan Dosen Pembimbing II ........ 72
Lampiran 9. Daftar Riwayat Hidup ....................................................... 73

xv
ANALISIS ALASAN HAKIM MENOLAK PERMOHONAN
DISPENSASI KAWIN DI PENGADILAN AGAMA PRAYA KELAS
1B

Oleh:

Wire Sentane
NIM 180202105
ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh tindakan dispensasi kawin tidak
dapat memberikan solusi yang tegas terhadap permasalahan perkawinan
anak, sehingga hal ini menyebabkan tidak semua permohonan dispensasi
kawin dikabulkan oleh Pengadilan Agama. Oleh karena itu tujuan dari
penelitian ini adalah untuk menganalisa alasan Hakim menolak
permohonan dispensasi kawin.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan
deskriptif. Metode pengumpulan data yang peneliti gunakan yaitu melalui
observasi, wawancara dan dokumentasi. Sedangkan metode analisis data
yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah reduksi data, penyajian
data dan verifikasi data.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa hakim menolak
permohonan dispensasi kawin dengan berbagai alasan diantaranya: usia
anak/cucu pemohon yang masih sangat kecil sehingga menyebabkan
ketidak siapan baik secara fisik dan piskis di dalam membangun bahtera
rumah tangga, tidak adanya rekomendasi dari dinas DP3AP2KB dan
ketidak siapan alat reproduksi anak/cucu pemohon sehingga sangat
membahayakan kesehatan anak apabila terjadi kehamilan.

Kata Kunci: Dispensasi Kawin, Perkawinan Anak, Hakim

xvi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Perkawinan anak atau pernikahan anak adalah pernikahan
antara pasangan yang berusia di bawah batas minimal usia
perkawinan. Sejatinya perkawinan dilaksanakan setelah kedua belah
pihak laki-laki dan perempuan sudah dalam kondisi dewasa baik
secara fisik, piskis, dan usia, sesuai yang dipersyaratkan dalam
ketentuan Undang-Undang Perkawinan.
Perkawinan anak banyak menimbulkan permasalahan sosial
sebagai dampak negatif, diantaranya: meningkatnya tingkat
perceraian, kekerasan dalam rumah tangga (KDRT),
ketidakharmonisan dalam rumah tangga, dan tingginya tingkat
kematian ibu dan anak saat melahirkan.
Praktik perkawinan anak di Indonesia tidak dapat dilepaskan
dari kondisi sosial, ekonomi, budaya serta agama yang berkembang
dalam masyarakat, pernikahan kadang-kadang digunakan sebagai
jalan keluar untuk stigma yang terkait dengan pengalaman seksual
perempuan di luar perkawinan, termasuk akibat pelecehan seksual dan
kehamilan remaja. Perkawinan bawah usia diakui secara luas sebagai
praktik sosial budaya yang berbahaya, yang merupakan penyebab dan
juga akibat dari pelanggaran hak asasi manusia.1
Perkawinan di usia muda dalam ketentuan Negara tidak
diperbolehkan demi kemaslahatan. Secara metodologis, langkah
pembatasan usia perkawinan didasarkan pada metode maslahah al-
mursalah. Adapun batas usia minimal perkawinan terdapat dalam
pasal 7 ayat (1) UU Nomor 16 Tahun 2019 tentang Perubahan atas
UU Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan yang berbunyi
“perkawinan hanya diizinkan apabila pria dan wanita sudah mencapai
umur 19 (Sembilan belas) tahun.” Tetapi walaupun demikian, karena
sifatnya Ijtihad, dan kebenarannya relatif, aturan tersebut tidak
bersifat kaku. Artinya, dapat berubah sesuai dengan keadaan.

1
Mardi Candra, Pembaharuan Hukum Dispensasi Kawin dalam Sistem Hukum
Di Indonesia, ( Jakarta: Kencana, 2021), h. 21.

1
Undang-undang pun tetap memberikan jalan. Di dalam Undang-
Undang Nomor 16 Tahun 2019 pasal 7 ayat (2) yakni dalam hal
penyimpangan terhadap ayat (1) pasal ini dapat meminta dispensasi
kepada Pengadilan.2
Dispensasi kawin adalah upaya bagi mereka yang ingin
menikah namun belum mencukupi batas usia untuk menikah yang
telah ditetapkan oleh pemerintah, sehingga orang tua dari anak yang
belum cukup umurnya tersebut bisa mengajukan dispensasi kawin ke
Pengadilan Agama melalui proses persidangan terlebih dahulu agar
mendapatkan izin dispensasi kawin.3
Tujuan utama dalam pengaturan dispensasi kawin adalah
untuk perlindungan anak serta kepentingan terbaik bagi anak yang
merupakan 40 persen dari penduduk Indonesia yang harus
ditingkatkan mutunya menjadi anak Indonesia yang sehat, cerdas
ceria, berakhlak mulia, dan terlindungi.4 Akan tetapi tindakan
dispensasi kawin tidak dapat memberikan solusi yang tegas terhadap
permasalahan perkawinan anak, sehingga hal ini menyebabkan tidak
semua permohonan dispensasi kawin dikabulkan oleh Pengadilan
Agama. Melalui ijtihad hakim dapat menolak permohonan dispensasi
kawin tentu sekali berdasarkan pertimbangan yang matang.
Pada Pengadilan Agama Praya pada tahun 2021 terdapat
sebanyak 3 perkara permohonan dispensasi kawin yang ditolak
diantaranya:
1. Perkara dengan nomor perkara 2212/Pdt.P/2021/PA.Pra
2. Perkara dengan nomor perkara 2112/Pdt.P/2021/PA.Pra
3. Perkara dengan nomor perkara 1212/Pdt.P/2021/PA.Pra
Dari uraian di atas peneliti hendak meneliti terkait alasan-
alasan hakim menolak permohonan dispensasi kawin, dan hasilnya
akan dituangkan dalam bentuk skripsi dengan judul “Analisis Alasan
Hakim Menolak Permohonan Dispensasi Kawin Di Pengadilan
Agama Praya”.
2
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 Tentang Perubahan Atas UU No. 1
Tahun 1974 Tentang Perkawinan, Pasal 7 ayat (2).
3
Dispensasi Nikah, dalam http://www.pa-pulangpisau.go.id, diakses tanggal 19
April 2022, pukul 21.13.
4
Mardi Candra, Pembaharuan Hukum Dispensasi Kawin dalam Sistem Hukum
Di Indonesia, ( Jakarta: Kencana, 2021), h. 59.

2
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana prosedur pendaftaran permohonan perkara dispensasi
kawin di Pengadailan Agama Praya ?
2. Bagaimana alasan hakim menolak permohonan dispensasi kawin
di Pengadilan Agama Praya ?

C. Tujuan dan Manfaat


1. Tujuan
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a) Untuk mengetahui prosedur pendaftaran penanganan
permohonan dispensasi kawin di Pengadilan Agama.
b) Untuk mengetahui alasan hakim menolak permohonan
dispensasi kawin di Pengadilan Agama Praya.
2. Manfaat
Dengan adanya penelitian ini, diharapkan hasil yang
diperoleh dapat bermanfaat khususnya bagi peneliti dan bagi
masyarakat umum. Adapun manfaat penelitian ini yaitu manfaat
secara teoritis dan manfaat secara praktis.
a. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, hasil dari penelitian ini diharapkan
secara langsung dapat menambah pengetahuan pribadi
peneliti dan diharapkan mampu mendorong peneliti lain
untuk melakukan penelitian yang lebih lanjut dan mendalam
agar mendapatkan hasil yang maksimal, selain itu juga dapat
menambah khazanah keilmuan khususnya sebagai
pengembangan ilmu dalam bidang perkawinan khususnya
dibidang dispensasi kawin.
b. Manfaat Praktis
Secara praktis, penelitian ini dapat bermanfaat
sebagai berikut:
1) Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat dan memberikan wawasan kepada
seluruh lapisan masyarakat terkait dengan penerapan
dispensasi kawin, proses penaganan perkara pemohonan

3
dispensasi kawin di pengadilan dalam perkawinan di
Indonesia.
2) Bagi Peneliti Selanjutnya
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat
memudahkan peneliti selanjutnya sebagai salah satu
bahan refrensi mengenai pelaksanaan dispensasi kawin.

D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian


1. Ruang Lingkup
Agar penelitian ini terarah dengan baik, maka peneliti
membatasi ruang lingkup dan setting penelitian ini yaitu hanya
berfokus pada hal-hal yang berkaitan dengan fokus masalah
seperti yang telah di uraikan di atas, seperti alasan hakim
menolak permohonan dispensasi kawin di Pengadilan Agama
Praya. Sehingga pembahasan yang di sampaikan menjadi lebih
terukur, dan menghindari kekaburan dalam memahami konteks
penelitian sehingga peneliti bisa mendapatkan informasi yang
akan di jadikan objek penelitiannya.
2. Setting Penelitian
Dalam penelitian terkait alasan hakim agama menolak
permohonan dispensasi kawin ini, maka akan banyak muncul
masalah untuk dikaji. Oleh karenanya, penelitian ini akan dibatasi
dengan tujuan agar penelitian ini tidak bias dan kabur serta fokus
pada penelitian yang direncanakan.
Adapun batasan-batasan tersebut meliputi: Pertama
batasan objek, yakni penelitian ini hanya pada alasan hakim
menolak permohonan dispensasi kawin. Kedua, wilayah
penelitian, penelitian ini dilakukan di Pengadilan Agama Praya.
Ketiga waktu, penelitian ini akan dilakukan dari bulan Maret
2022 sampai dengan April 2022.
Adapun alasan peneliti memilih lokasi tersebut adalah
sebagai berikut :
a. Karena di Pengadilan Agama Praya pada tahun 2021 terdapat
sebanyak 307 (tiga ratus tujuh) perkara permohonan
dispensasi kawin.

4
b. Karena di Pengadilan Agama Praya terdapat 3 (tiga) perkara
permohonan dispensasi kawin yang ditolak.

E. Telaah Pustaka
Setelah penulis menelusuri, ada berbagai skripsi yang berhasi
peneliti paparkan diantaranya skripsi yang disusun oleh:
1. Muhammad Abu Tolhah program studi hukum keluarga Fakultas
Syariah dan hukum Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah
Jakarta “ Permohonan Dispensasi Nikah Di Pengadilan Agama
Jakarta Selatan “ dalam skripsi ini dapat ditarik kesimpulan
bahwa penikahan dini disebabkan oleh beberapa faktor
diantaranya adalah faktor ekonomi, faktor agama, dan faktor
Married By Accident yang mana faktor ekonomi akan
berpengaruh pada agama dan hamil diluar nikah, dan
permohonan dispensasi nikah di Pengadilan Agama Jakarta
Selatan sebagai jalan keluar untuk dapat menikahkan mereka.5
Adapun persamaan skripsi di atas dengan rencana penelitian yang
akan dilakukan adalah sama-sama memfokuskan pada pernikahan
usia dini dengan permohonan dispensasi sebagai jalan keluarnya,
adapun perbedaanya adalah skripsi di atas fokus pada dispensasi
nikah sebagai jalan keluar pagi pasangan yang dibawah usia
minimal perkawinan untuk menikah sedangkan penelitian yang
akan dilakukan adalah meneliti terkait alasan hakim menolak
permohonan dispensasi nikah.
2. Syamsiah Fakultas Syariah dan ilmu hukum Islam Institut Agama
Islam Negri Parepare dengan judul “ Dispensasi Nikah Di
Pengadilan Agama Pinrang (Analisis Maslahah) “ dalam skripsi
ini dapat ditarik kesimpulan bahwa pada dasarnya prosedur
pengajuan dispensasi nikah di Pengadilan Agama Pinrang sama
dengan pengajuan perkara pada umunya, hanya saja yang
menjadi dasar pengajuan dispensasi nikah adalah surat penolakan
dari Kantor Urusan Agama. Permohonan dispensasi nikah
diajukan oleh kedua orang tua pihak pria maupun wanita kepada
5
Muhammad Abu Tolhah, Permohonan Dispensasi Nikah di Pengadilan Agama
Jakarta Selatan, Skripsi, dalam https://repository.uinjkt.ac.id, diakses tanggal 11 Maret
2022, pukul 21.30.

5
Pengadilan Agama yang mewilayahi tempat tinggalnya. Adapun
metode ijtihad hakim Pengadilan Agama Pinrang dalam
menyelsaikan perkara dispensasi nikah diantaranya metode
maslahah, metode interprestasi yang digunakan yaitu interprestasi
gramatikal dan sistematis, dan metode konstruksi hukum yang
digunakan yaitu metode penyempitan hukum.6
Adapun persamaan skripsi di atas dengan rencana penelitian yang
akan dilakukan adalah sama-sama membahas tentang
permohonan dispensasi di Pengadilan, dan letak perbedaanya
adalah skripsi di atas fokus pada perkara permohonan dispensasi
saja, sedangkan yang akan diteliti oleh peneliti ialah alasan
penolakan permohonan dispensasi di Pengadilan.
3. Resky Handayani Fakultas Syariah dan hukum Islam Institut
Agama Islam Negri (IAIN) Bone dengan judul “ Tinjauan
Yuridis Terhadap Permohonan Dispensasi Nikah (Studi di
Pengadilan Agama Watampone Kelas I A) “ dalam skripsi ini
dapat diambil kesimpulan bahwa faktor-faktor penyebab para
pemohon mengajukan dispensasi nikah adalah: adanya penolakan
dari KUA dengan alasan belum mencapai umur dobolehkannya
menikah berdasarkan Undang-Undang, rendahnya pendidikan
dan calon mempelai yang merasa telah siap lahir maupun batin,
dan kehawatiran orang tua akan anaknya dan adanya dorongan
dari masyarakat akibat kondisi pasangan remaja yang sudah
meresahkan masyarakat.7
Adapun persamaan penelitian yang akan dilakukan dengan
skripsi di atas adalah meneliti tentang permohonan dispensasi
nikah di Pengadilan Agama, akantetapi terdapat perbedaan yakni
skripsi di atas fokus kajianya pada perkara permohonan
dispensasi baik dikabulkan atau ditolaknya sedangkan rencana
penelitian memfokuskan pada prihal alasan ditolaknya
permohonan dispensasi nikah oleh hakim agama.
6
Syamsiah, “ Dispensasi Nikah di Pengadilan Agama Pinrang (Analisis
Maslahah),” Skripsi, dalam http://repository.iainpare.ac.id, diakses tanggal 11 Maret
2022, pukul 22.00
7
Resky Handayani, “ Tinjauan Yuridis Terhadap Permohonan Dispensasi
Nikah (Studi di Pengadilan Agama Watampone Kelas I A) “, Skripsi, dalam
http://repositori.iain-bone.ac.id, diakses pada tanggal 11 Maret 2022, pukul 22.34.

6
4. Ihwan Burhanudin Fakultas Syariah Universitas Islam Negri
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi dengan judul “ Pertimbangan
Hukum Pengabulan Permohonan Dispensasi Nikah Karena Hamil
Luar Nikah (Studi Kasus Di Pengadilan Agama Sarolangun Pada
No Perkara 25/PDT.P/2020/PA.SRL) “ dalam skripsi ini dapat
ditarik kesimpulan bahwa dasar pertimbangan hukum dispensasi
nikah yang digunakan oleh hakim Pengadilan Agama Sarolangun
adalah pertama melihat umur anak, kedua melihat apakah ada
hubungan darah diantara kedua pasangan calon yang hendak
menikah, dan yang ketiga menimbang kemaslahatan dan
kemudharatan karena dalam kasus tersebut permohonan
dispensasi nikah diajukan dengan alasan telah hamil di luar nikah.
Berdasarkan alasan tersebut majlis hakim memberikan penetapan
dispensasi nikah, karena hakim khawatir terjadi kemudharatan
yang lebih besar lagi.8
Adapun persamaan skripsi di atas dengan rencana penelitian yang
akan dilakukan adalah sama-sama mengkaji prihal permohonan
dispensasi nikah di Pengadilan Agama. Dan perbedaannya adalah
skripsi di atas fokus pada pertimbahan majlis hakim dalam
mengabulkan permohonan dispensasi nikah dengan alasan telah
hamir di luar nikah sedangkan skripsi yang akan dilakukan hanya
fokus pada alasan hakim menolak permohonan dispensasi nikah
di Pengadilan Agama.
5. Santi Ayuk Marganing Fakultas Syariah Institut Agama Islam
Negri (IAIN) Surakarta dengan judul “ Pemberian Dispensasi
Kawin Ditinjau Dari Maslahah Mursalah (Studi Kasus di
Pengadilan Agama Karanganyar 2019) “ dalam skripsi ini dapat
ditarik kesimpulan bahwa hakim di dalam memutuskan perkara
dispensasi kawin selalu mengutamkan kemaslahatan daripada
kemudharatan dan hakim menetapkan permohonan dispensasi
kawin berdasarkan peraturan yang ada yakni pasal 7 Undang-
undang No 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan pasal 53

8
Ihwan Burhanudin, Pertimbangan Hukum Pengabulan Permohonan
Dispensasi Nikah Karena Hamil Luar Nikah (Studi Kasus Di Pengadilan Agama
Sarolangun Pada No Perkara 25/PDT.P/2020/PA.SRL), Skripsi, dalam
http://repository.uinjambi.ac.id, diakses tanggal 19 Maret 2022, pukul 19.29.

7
Kompilasi Hukum Islam, serta dengan memperhatikan kaidah
fiqiyah.9
Adapun persamaan skripsi di atas dengan rencana penelitian yang
akan dilakukan adalah sama-sama meneliti tentang perkara
dispensasi nikah. Dan dengan perbedaan skripsi di atas fokus
pada metode hakim dalam memutuskan perkara permohonan
dispensasi kawin sedangkan penelitian yang akan dilakukan
fokus pada alasan hakim menolak permohonan dispensasi kawin.
Dari penelitian di atas, terlihat fokus penelitian tentang
permohonan dispensasi nikah di Pengadilan Agama dan belum ada
penelitian yang membahas tentang alasan hakim agama menolak
permohonan dispensasi nikah, hal ini mendorong peneliti untuk
menyusun ke dalam skripsi.

F. Kerangka Teori
1. Perkawinan
Perkawinan atau pernikahan merupakan Sunnatullah yang
umum dan berlaku di semua makhluk-Nya, baik pada manusia,
hewan maupun tumbuh-tumbuhan. Hal ini adalah suatu cara yang
dipilih oleh Allah SWT, sebagai sarana bagi makhluk-Nya untuk
dapat berkembang biak, dan melestarikan hidupnya.10 Kamus
bahasa Indonesia mengartikan nikah sebagai “akad Pernikahan
yang dilangsungkan sesuai dengan ketentuan hukum dan agama,
hidup sebagai suami istri tanpa adanya pelanggaran terhadap
agama.11 Sedangkan kawin membentuk keluarga dengan lawan
jenis”.12
Sedangkan menurut istilah syara‟, nikah merupakan akad
antara pria dengan wali perempuan yang karenanya dihalalkan

9
Santi Ayuk Marganing, Pemberian Dispensasi Kawin Ditinjau Dari Maslahah
Mursalah (Studi Kasus di Pengadilan Agama Karanganyar 2019), Skripsi, dalam
http://eprints.iain-surakarta.ac.id, diakses tanggal 19 Maret 2022, pukul 19.48.
10
Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat (Jakarta: Rajawali Pres, 2013),
h. 6.
11
Kamus Besar Bahasa Indonesia, dalam https://kbbi.kemdikbud.go.id, diakses
tanggal 19 April 2021, pukul 14.00.
12
Rusdaya Basri, Fiqh Munakahat 4 Mazhab dan Kebijakan Pemerintah, (Cet.
1, Parepare: CV.Kaafah Learning Center, 2019), h. 11-12.

8
hubungan badan. dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974
tentang Perkawinan dalam Pasal 1 dijelaskan bahwa “perkawinan
adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita
dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia
dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”. Perkawinan
menurut Kompilasi Hukum Islam adalah “pernikahan, yaitu akad
yang sangat kuat atau miiśȃqan ghalȋẓan untuk mentaati perintah
Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah”.
Sedangkan pengertian perkawinan menurut para ahli
13
adalah:
1) Ahmad Azhar Bashir merumuskan; “Nikah adalah
melakukan suatu aqad perjanjian untuk mengikatkan diri
antara seorang pria dengan seorang wanita untuk
menghalalkan hubungan badan antara keduanya, dan dengan
dasar sukarela dan keridhaan keduanya untuk mewujudkan
suatu kebahagiaan hidup berkeluarga yang diliputi rasa kasih
sayang dan ketentraman dengan cara-cara yang diridhai oleh
Allah”.
2) Mahmud Yunus, “Perkawinan adalah aqad dari calon suami
istri untuk memenuhi hajat jenis nya sesuai yang diatur
dalam syariat. Aqad adalah ijab dari wali perempuan atau
wakilnya sedangkan Kabul dari calon suami atau wakilnya”.
3) Zahry Hamid, Pernikahan adalah suatu ikatan lahir batin
antara seorang laki-laki dan seorang perempuan untuk hidup
berketurunan, yang dilangsungkan menurut ketentuan syariat
Islam.
Perkawinan bertujuan untuk mewujudkan kehidupan
rumah tanggayang sakinah, mawaddah, dan rahmah. Adapun
dasar hukum pernikahan dalam al-Quran suarah An-Nur ayat 32
َّ ‫َوأ َ ْن ِك ُحىا ْاْلَيَا َه ٰى ِه ْن ُك ْن َوال‬
‫صا ِل ِحينَ ِه ْن ِعبَا ِد ُك ْن َو ِإ َهائِ ُك ْن ۚ ِإ ْن َي ُكىنُىا‬
‫ع ِلين‬ َّ ‫ض ِل ِه ۗ َو‬
َ ‫َّللاُ َوا ِسع‬ َّ ‫فُقَ َرا َء يُ ْغ ِن ِه ُن‬
ْ َ‫َّللاُ ِه ْن ف‬

13
Abd. Somad, Hukum Islam: Penormaan Prinsip Syariah dalam Hukum
Indonesia (Jakarta: Kencana, 2010 ), h. 273-274.

9
Artinya : Dan nikahkanlah orang-orang yang masih membujang
di antara kamu, dan juga orang-orang yang layak
(menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki
dan perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan
memberi kemampuan kepada mereka dengan karunia-
Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) Maha
Mengetahui.
Para jumhur ulama bersepakat terkait rukun pernikahan
itu terdiri atas:14
a) Adanya calon mempelai laki dan calon mempelai wanita
yang akan menikah.
b) Adanya wali dari calon mempelai wanita.
c) Ada dua orang saksi yang adil.
d) Sighāt akad nikah, yaitu ijab kabul yang dilafalkan oleh wali
pihak perempuan yang akan dijawab oleh mempelai laki-laki.
Syarat-syarat perkawinan merupakan dasar dalam sahnya
suatu perkawinan. Apabila syarat-syaratnya telah terpenuhi, maka
perkawinan itu sah dan dapat menimbulkan hak dan kewajiban
sebagai suami istri.
Pada garis besarnya syarat sahnya perkawinan itu ada
15
dua:
a) Calon mempelai perempuannya halal dikawinkan oleh laki-
laki yang ingin menjadikannya istri. Jadi, perempuannya itu
bukan merupakan orang yang haram dinikahi, baik karena
haram dinikah untuk sementara maupun untuk selama-
lamanya.
b) Akad nikahnya dihadiri para saksi.
2. Dispensasi Kawin
Dispensasi kawin adalah keringan atau pengecualian
terkait batasan usia perkawinan bagi calon pasangan yang akan
menikah dikarenakan adanya pertimbangan khusus; Pembebasan
dari kewajiban atau larangan. Di Peraturan Menteri Agama No.
20 Tahun 2019 pasal 4 ayat (1) sub j dijelaskan:
14
Abidin Slamet dan H.Aminuddin, Fiqih Munakahat I, (Bandung: CV. Pustaka
Setia, 1999), h. 64.
15
Abdul Rahman Ghazali, Fiqh Munakahat (Jakarta: Kencana, 2006), h. 49.

10
”Dispensasi dari Pengadilan bagi calon suami yang belum
mencapai usia sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 1
Tahun 1974 tentang Perkawinan”.16
Dispensasi (Dispensatie) adalah pengecualian dari aturan
secara umum dari sesuatu keadaan yang bersifat khusus;
pembebasan dari suatu larangan atau kewajiban; di dalam hukum
administrasi Negara dispensasi adalah: tindakan pemerintah yang
menyatakan bahwa suatu peraturan perundang-undangan tidak
berlaku untuk hal tertentu yang bersifat khusus.17
Dispensasi adalah bentuk lain dari keringan yang
diberikan bagi calon pengantin yang belum cukup umur
melakukan pernikahan. Jadi dispensasi kawin merupakan jalan
keluar untuk kemudian menikahkan pasangan yang belum cukup
umur untuk menikah.18
3. Dasar Hukum Dispensasi Kawin
a. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 tentang Perubahan
Atas UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan
Pasal 7 ayat (2) menjelaskan bahwa penyimpangan terhadap
ketentuan ayat (1) mengenai batas usia menikah, dapat
meminta dispensasi kepada Pengadilan Agama atau pejabat
lain yang ditunjuk oleh kedua orang tua pihak laki-laki
maupun perempuan.
b. Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 15 ayat (1)
Menyatakan untuk kemaslahatan keluarga dan rumah tangga,
perkawinan hanya dilakukan oleh calon mempelai yang
cukup umur ditetapkan dalam Pasal 7 Undang-undang
Nomor 1 Tahun 1974 Juncto Undang-Undang Nomor 16
Tahun 2019 yakni pihak pria sekurang kurangnya berumur
19 tahun dan pihak wanita sekurang kurangnya 19 tahun.
4. Batas Usia Minimal Calon Pengantin

16
Peraturan Mentri Agama Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2019 Tentang
Pencatatan Pernikahan
17
Subekti , Kitab Undang-undang Hukum Perdata (Jakata: PT. Pradnya
Paramita, 1999), h. 90.
18
Syamsiah, “ Dispensasi Nikah di Pengadilan Agama Pinrang (Analisis
Maslahah),” Skripsi, dalam http://repository.iainpare.ac.id, diakses pada tanggal 06
Maret 2022, pukul 09.25.

11
Batasan minmal usia perkawinan dijelaskan dalam pasal 7
ayat (1) UU Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan yang mana
laki-laki batas usia minimalnya adalah 19 tahun dan batas usia
minimal perempuan adalah 16 tahun, namu setelah terjadi
perubahan dengan disahkannya UU Nomor 16 Tahun 2019
tentang Perubahan UU Nomor 1 Tahun 1974 batas minimal usia
perkawinan dirubah.
Adapun batasan usia perkawinan menurut UU No. 16
Tahun 2019 tentang Perubahan Atas UU Nomor 1 Tahun 1974
tentang Perkawinan Pasal 7 Ayat (1) yaitu: “Perkawinan hanya
diizinkan bila pihak pria telah mencapai umur 19 tahun
sedangkan wanita telah mencapai usia 19 tahun.” Sementara pada
Ayat (2) yaitu: “Dalam hal penyimpangan dalam Ayat (1) pasal
ini, maka dapat meminta dispensasi kepada pihak Pengadilan atau
pejabat lain yang diminta atau diajukan oleh kedua orangtua baik
pihak pria ataupun pihak wanita.”
Dan juga dijelaskan batasan usia perkawinan menurut
Kompilasi Hukum Islam (KHI) pada Pasal 15 Ayat (1) yaitu:
“Untuk kemaslahatan keluarga dan rumah tangga, perkawian
hanya boleh dilakukan calon mempelai yang telah mencapai
umur yang ditetapkan dalam Pasal 7 UU No. 1 Tahun 1974.”
Tentu sekali untuk batasan usia merujuk pada pasal 7 ayat (1) UU
No. 16 Tahun 2019 tentang perubahan UU No. 1 Tahun 1974.
5. Prosedur Pengajuan Permohonan Dispensasi Kawin di
Pengadilan
Permohonan dispensasi kawin di bawah umur diajukan
oleh kedua orang pria atau wanita kepada Pengadilan Agama
dalam wilayah hukum pemohon. Adapun prosedur persyaratan
yang harus dipenuhi diantaranya:
a. Para pihak medaftarkan pernikahan ke Kantor Urusan
Agama setempat.
b. Dari KUA diperoleh surat penolakan pendaftaran
perkawinan.
c. Surat penolakan tersebut akan dibawa ke Pengadilan Agama
untuk didaftarkan dengan melampirkan beberapa persyaratan
diantaranya :

12
1) Surat permohonan;
2) Fotokopi kartu tanda penduduk kedua orang tua/wali;
3) Fotokopi kartu keluarga;
4) Fotokopi kartu tanda penduduk atau kartu identitas anak
dan/atau akta kelahiran anak;
5) Fotokopi kartu tanda penduduk atau kartu identitas anak
dan/atau akta kelahiran calon suami atau istri;
6) Fotokopi ijazah pendidikan terakhir anak dan/atau surat
keterangan masih sekolah dari sekolah anak;
7) Surat keterangan dari tenaga kesehatan;
8) Surat pernyataan komitmen orangtua anak yanmg
menegaskan bahwa komitmen orangtua untuk ikut
bertanggung jawab terkait masalah ekonomi, sosial,
kesehatan, dan pendidikan anak;
Panitra pengadilan mempunyai kewajiban untuk
memastikan bahwa semua persyaratan administrasi tersebut
harus lengkap sebelum permohonan didaftarkan dalam register,
setelah membayar panjar biaya perkara.19

G. Metode Penelitian
1. Jenis dan Sifat Penelitian
a. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Adapun jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti
adalah penelitian kualitatif dan dengan pendekatan deskriptif.
Yang dimaksud dengan pendekatan kualitatif deskriptif
adalah penelitian yang dilakukan untuk mengumpulkan data
untuk menguji atau menjawab pertanyaan mengenai status
terakhir suatu objek yang diteliti.20 Penelitian ini bermaksud
mengkaji fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek
penelitian mislakan alasan, pandangan, dan faktor-faktor
penyebab yang terkait dengan dispensasi kawin serta
mengkaji alasan hakim agama menolak permohonan

19
Mardi Candra, Pembaharuan Hukum Dispensasi Kawin dalam Sistem Hukum
Di Indonesia, ( Jakarta: Kencana, 2021), h. 134.
20
Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja
Roadakarya, 2010), h. 5.

13
dispensasi kawin yang akan dideskripsi dalam bentuk kata-
kata dan bahasa. Dalam hal ini data maupun informasi
bersumber dari hakim agama Pengadilan Agama Praya.
b. Sifat Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif analitik, yaitu metode
untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang
mengandung makna dan secara signifikan dapat
mempengaruhi substansi penelitian.21 Penelitian ini
mendeskripsikan dan menganalisa mengenai subyek yang
diteliti dari hakim Pengadilan Agama Praya.
2. Kehadiran Peneliti
Kehadiran peneliti disini adalah sasaran untuk
mendapatkan suatu data yang diteliti. Dalam penelitian ini, yang
dijadikan sebagai objek adalah alasan hakim menolak
permohonan dispensasi kawin di Pengadilan Agama Praya.
3. Jenis Data dan Sumber Data
Jenis data dipenelitian ini ada dua:
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diambil langsung dari
lapangan. Data-data tersebut diperoleh melalui observasi,
wawancara dan dokumentasi yang dilakukan di lapangan.22
Sumber data primer dalam penelitian ini didapatkan dari
hasil wawancara dengan hakim-hakim di Pengadilan Agama
Praya .
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang mendukung dan
memberikan penjelasan mengenai data primer.23 Sumber data
sekunder dari penelitian ini diperoleh dan bersumber dari
Alquran, al-hadῑts, Undang-Undang, buku dan literature yang
terdapat hubungan dengan pokok pembahasan. Dengan
demikian data-data sekunder yang dapat dijadikan sember
21
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung:
Alfabeta, 2019), h. 3.
22
Deni Darmawan, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2010), h..
15.
23
Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2003), h. 195.

14
meliputi: Undang-undang Perkawinan, Kompilasi Hukum
Islam, Peraturan Mahkama Agung, buku-buku tentang
dispensasi kawin dan skripsi-skripsi tentang dispensasi
kawin.
c. Data Tertier
Data tertier adalah data yang memberikan petunjuk-petunjuk
maupun penjelasan terhadap data primer dan data sekunder.24
4. Metode Pengumpulan Data
Penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai
berikut:
a. Metode Observasi
Strisno Hadi mengemukakan bahwa, observasi
merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang
telah tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis
Dua diantaranya adalah proses-proses pengamatan dan
ingatan. Observasi dapat dibedakan menjadi participation
observation (observasi partisipatif).25
Dalam hal ini penulis menggunakan observasi
partisipan, dimana observasi ini menuntut peneliti untuk
terlibat langsung dalam berintraksi dengan hakim
Pengadilan Agama Praya terkait tentang dispensasi kawin
dan para pemohon dispensasi kawin.
b. Metode Wawancara
Penelitian lapangan ini penulis menghimpun data
dengan cara wawancara yaitu wawancara merupakan suau
dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh
informasi dari terwawancara.26 Pada saat melakukan
wawancara penulis berhadapan langsung dengan orang yang
diwawancarai dengan mempersiapkan daftar pertanyaan
sesuai data yang penulis butuhkan, dan yang penulis
wawancarai adalah hakim-hakim di Pengadilan Agama Praya

24
Ibid, h. 195.
25
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung:
Alfabeta, 2019), h. 203.
26
Ari Kunto Suharsini , Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktik, (Jakarta:
Rineka Cipta, 1991), h. 126.

15
terkait dengan permohonan dispensasi kawin dan para
pemohon dispensasi kawin.
c. Dokumentasi
Dokumentasi dalah sesuatu yang tertulis atau tercatat
yang dapat digunakan sebagai bukti atau keterangan seperti
naskah, buku-buku ilmiah, skrispsi, jurnal dan sebagainya.27
Serta data dokumentasi yang peneliti peroleh adalah
arsip/berkas salinan penetapan Pengadilan Agama Praya
tentang dispensasi kawin. Metode dokumentasi ini digunakan
khususnya dalam proses memperoleh data terkait demografis
dan geografis Pengadilan Agama Praya.
5. Metode Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan
lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data
ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan
sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting
dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga
mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.28 Dalam
penelitian ini penulis menggunakan analisis deskriptif.
Adapun proses analisis data menurut Miles dan
Huberman, bahwa aktivitas dalam analisis data ada tiga alur,
yakni:
a. Reduksi data
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan
perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan
transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan
tertulis di lapangan.29 Pada tahap ini data yang diperoleh dari
lapangan cukup banyak, maka perlu dicatat secara teliti dan
rinci. Dengan merangkum, memilah dan memilih hal-hal
yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting seperti

27
Sayuti Una, Pedoman Penulisan Skripsi, (Jambi: Syariah Press, 2014), h. 43.
28
Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja
Roadakarya, 2010), h. 320.
29
Milles dan Huberman, Analisis Data Kualitatif, (Jakarta: Universitas
Indonesia Press, 1992), h. 16.

16
bagaimana alasan hakim menolak permohonan dispensasi
kawin, dicari tema dan polanya.
b. Penyajian data
Penyajian data adalah suatu penyajian sebagai sekumpulan
informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya
penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.30 Setelah
data alasan hakim agama menolak permohonan dispensasi
kawin di Pengadilan Agama direduksi, maka langkah
selanjutnya peneliti menyajikan data tersebut dalam bentuk
teks yang bersifat naratif. Penyajian data dalam bentuk teks
naratif tersebut akan mempermudah peneliti dalam
memahami masalah yang terjadi di lapangan.
c. Penarikan kesimpulan atau verifikasi.
Setelah data terkumpul, dipilah-dipilah dan disajikan, maka
langkah selanjutnya adalah menarik kesimpulan dengan
menggunakan metode deduktif, yaitu penarikan kesimpulan
dari hal-hal yang umum menuju kepada hal-hal khusus.
6. Validasi Data
Setelah data dikumpulkan dan dianalisis, langkah
selanjutnya adalah pemeriksaan keabsahan. Ada beberapa teknik
yang digunakan oleh peneliti dalam memeriksa keabsahannya:
a. Meningkatkan Ketekunan
Artinya melakukan pengamatan secara lebih cermat dan
berkelanjutan. Dengan cara tersebut maka keabsahan data
dan urutan peristiwa dapat direkam secara pasti dan
sistematis.
b. Triangulasi
Teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan
bentuk lain selain data untuk keperluan pengecekan atau
sebagai perbandingan terhadap data yang diperoleh.
c. Pembahasan Dengan Teman Sejawat
Teknik ini dilakukan dengan cara mengekspos hasil
penelitian dengan cara diskusi dengan teman sejawat, dosen
pembimbing atau dengan seseorang yang ahli. Dengan cara

30
Ibid, h. 16.

17
demikian, peneliti berusaha mencari kelemahan taksiran
yang kurang jelas, keraguan terhadap data yang ditemukan.
d. Kecukupan Referensi
Sebagai pengumpulan data peneliti berusaha mengumpulkan
data yang peneliti peroleh dari hasil observasi, wawancara,
dan dokumentasi. Referensi yang digunakan adalah bahan
dokumentasi, hasil catatan lapangan yang tersimpan dan
rekaman wawancara. Dengan referensi ini penelitian dapat
dicek kembali data-data dan informasi yang ada di lapangan
oleh peneliti.

H. Sistematika Pembahasan
Penelitian ini memiliki sistematika penelitian yang telah
disusun oleh peneliti sesuai dengan Pedoman penulisan skripsi UIN
Mataram tahun 2021. Adapaun sistematika penulisan skripsi ini di
susun sebagai berikut:
1. Bagian Awal
Bagian awal terdiri dari halaman sampul, halaman judul,
persetujuan pembimbing, nota dinas pembimbing, pernyataan
keaslian skripsi, pengesahan dewan penguji, halaman motto,
halaman persembahan, kata pengantar, daftar isi, dan abstrak.
2. Bagian Isi
Bagian isi dibagi menjadi tiga bagian yaitu Pertama, bab 1
pendahuluan, yang termasuk di dalam bab ini adalah latar
belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, ruang lingkup dan setting penelitian, telaah pustaka,
kerangka teori. metodologi penelitian dan sistematika
pembahasan. Kedua , paparan data dan temuan dari penelitian
yang dilakukan di lapangan. Pada bagian ini dipaparkan secara
deskriptif tentang gambaran penelitian dan temuan-temuan yang
berkaitan dengan tema penelitian. Ketiga pembahasan, dibagian
ini peneliti menguraikan pembahasan hasil jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan yang disebutkan dalam rumusan masalah
mengenai: 1. Bagaimana prosedur pendaftaran perkara
permohonan dispensasi nikah di pengadilan agama 2. Bagaimana
alasan hakim agama menolak permohonan dispensasi nikah di

18
Pengadilan Agama Praya. Dan keempat, Penutup yang berisikan
kesimpulan dari hasil penelitian dan saran.
3. Bagian Akhir
Penutup, terdiri dari daftar pustaka, lampiran-lampiran,
dan daftar riwayat hidup peneliti.

19
BAB II
PAPARAN DATA DAN TEMUAN

A. Gambaran Umum Pengadilan Agama Praya Kelas 1B


1. Sejarah Pengadilan Agama Praya Kelas 1B
Sejak tahun 1896, lembaga peradilan di Pulau Lombok
pada zaman Pemerintahan Belanda dikenal dengan nama
Peradilan Penduduk Asli Bumi atau disebut dengan Raad Sasak.
Kepengurusan lembaga ini terdiri dari unsur Pemerintah Daerah,
Kejaksaan Landraad, Penghulu Landraad/Qadli dan tokoh adat
yang mewakili daerah, dengan kewenangan mengadili perkara-
perkara pidana maupun perdata secara umum. Semua karyawan
pada peradilan Raad Sasak ini beragama Islam, beberapa di
antaranya para tokoh agama Islam/Tuan Guru yang disebut
dengan Penghulu Landraad. Mereka ini bertugas di bagian
peradilan Raad Sasak yang secara khusus menangani perkara-
perkara yang terkait dengan masalah pernikahan, talak, rujuk,
waris, hibah dan sebagainya bagi orang Islam. Kesemuanya ini
berkedudukan di Mataram untuk wilayah sepulau Lombok.31
Keluarnya Peraturan Pemerintah No. 45 tahun 1957,
Lembaran Negara No.99 tahun 1957, semakin memperkuat
eksistensi Pengadilan Agama. Kondisi ini semakin nyata dengan
adanya desakan dan aspirasi dari berbagai kalangan masyarakat
yang ada di pulau Lombok. Namun demikian, harapan tersebut
baru terwujud seiring dengan dikeluarkannya Penetapan Menteri
Agama No. 5 tahun 1958 dan terbitnya Keputusan Menteri
Agama No. 195 tahun 1968.
Maka, dengan keluarnya Keputusan Menteri Agama
Nomor 195 Tahun 1968 tanggal 28 Agustus 1968 tersebut. Secara
de jure Pengadilan Agama Praya telah terbentuk, namun saat itu
masih dirangkap oleh Pengadilan Agama Mataram, karena secara
de Facto Pengadilan Agama Praya belum didirikan dan
diresmikan. Barulah pada tanggal 21 Maret 1977, secara de Facto

31
Profil Pengadilan Agama Praya, dalam https://pa-praya.go.id, diakses tanggal
05 April 2022, pukul 16.57.

20
Pengadilan Agama Praya diresmikan dengan mengangkat K.H.
Muhtar Thoyyib, sebagai Ketua Pengadilan berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Agama RI No. B.II/3-d/4320 tertanggal 31
Juli 1976 dan mulai berlaku sejak tanggal 1 Agustus 1976.
2. Wilayah Yurisdiksi Pengadilan Agama Praya Kelas 1B
Secara geografis atau Administratif Kabupaten Lombok
Tengah terletak diantara Kabupaten Lombok Timur dan
Kabupaten Lombok Barat, dengan batasan-batasan wilayah
sebagai berikut :32
- Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Lombok barat
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Lautan Indonesia
- Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Lombok Timur
- Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Lombok Barat
dan Kabupaten Lombok Utara
Adapun wilayah yurisdiksi Pengadilan Agama Praya
Kelas 1B meliputi :
a. Kecamatan Batukliang
b. Kecamatan Batukliang Utara
c. Kecamatan Janapria
d. Kecamatan Jonggat
e. Kecamatan Kopang
f. Kecamatan Praya
g. Kecamatan Praya Barat
h. Kecamatan Praya Barat Daya
i. Kecamatan Praya Tengah
j. Kecamatan Praya Timur
k. Kecamatan Pringgarata
l. Kecamatan Pujut
3. Tugas dan Fungsi Pengadilan Agama Praya
Pengadilan Agama Praya yang merupakan Pengadilan
Tingkat Pertama bertugas dan berwenang memeriksa, memutus,
dan menyelsaikan perkara-perkara di tingkat pertama antara
orang-orang yang beragama islam dibidang: perkawinan, waris,
wasiat, hibah, wakaf, zakat, infaq, shadaqah dan ekonomi syariah

32
Ibid, Wilayah Yurisdiksi.

21
sebagaimana diatur dalam pasal 49 Undang-Undang Nomor 3
Tahun 2006 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7
Tahun 1989 tentang Peradilan Agama.
Di samping tugas pokok dimaksud di atas, Pengadilan
Agama Praya mempunyai fungsi, antara lain sebagai berikut:33
a. Fungsi mengadili (judicial power), yakni menerima,
memeriksa, mengadili dan menyelsaikan perkara-perkara
yang menjadi kewenangan Pengadilan Agama dalam tingkat
pertama (vide: pasal 49 Undang-Undang Nomor 3 Tahun
2006).
b. Fungsi pembinaan, yakni memberikan pengarahan,
bimbingan, dan petunjuk kepada pejabat struktural dan
fungsional di bawah jajaranya, baik menyangkut teknis
yudisial, administrasi peradilan, maupun administrasi
umum/perlengkapan, keuangan, kepegawaian, dan
pembangunan. (vide: pasal 53 ayat (3) Undang-Undang N0.
3 Tahun 2006 jo. KMA Nomor KMA/080/VIII/2006).
c. Fungsi pengawasan, yakni mengadakan pengawasan melekat
atas pelaksanaan tugas dan tingkah laku hakim, panitra,
sekretaris, panitra pengganti, dan jurusita/jurusita pengganti
di bawah jajarannya agar peradilan diselenggarakan dengan
seksama dan sewajarnya (vide: pasal 53 ayat (1) dan (2)
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006) dan terhadap
pelaksanaan administrasi umum kesekretariatan serta
pembangunan. (vide: KMA Nomor KMA/080/VIII/2006).
d. Fungsi nasehat, yakni memberikan pertimbangan dan nasehat
tentang hukum islam kepada instansi pemerintah di daerah
hukumnya, apabila diminta. (vide: pasal 52 ayat (1) Undang-
Undang Nomor 3 Tahun 2006).
e. Fungsi administratif, yakni menyelenggarakan administratif
peradilan (teknis dan persidangan), dan administrasi umum
(kepegawaian, keuangan,, dan umum/perlengkapan) (vide:
KMA Nomor KMA/080/VIII/2006).
f. Fungsi lainnya:

33
Ibid, Tugas dan Fungsi Pengadilan.

22
- Melakukan koordinasi dalam pelaksanaan tugas hisab dan
rukyat dengan instansi lain yang terkait, seperti DEPAG,
MUI, Ormas islam dan lain-lain (vide: pasal 52 A
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006).
- Pelayanan penyuluhan hukum, pelayanan riset/penelitian
dan sebagainya serta member akses yang seluas-luasnya
bagi masyarakat dalam era keterbukaan dan transparansi
informasi peradilan, sepanjang diatur dalam keputusan
Ketua Mahkamah Agung RI Nomor
KMA/144/SK/VIII/2007 tentang Keterbukaan Informasi
di Pengadilan.
4. Kewenangan Pengadilan Agama Praya
Pengadilan Agama Praya berwenang memeriksa, memutuskan
dan menyelsaikan perkara di tingkat pertama antara orang-orang
yang beragama islam di bidang:34
a. Perkawinan :
- Izin Poligami
- Pencegahan Perkawinan
- Penolakan Perkawinan
- Pembatalan Perkawinan
- Kelalaian atas kewajiban suami/istri
- Cerai Talak
- Cerai Gugat
- Harta Bersama
- Pengasuhan Anak
- Nafkah Anak Oleh Ibu Karena Ayah Tidak Mampu
- Hak-Hak Bekas Istri/Kewajiban Bekas Suami
- Pengesahan Anak
- Pencabutan Kekuasaan Orang Tua
- Perwalian
- Pencabutan Kekuasaan Wali
- Penunjukan Orang Lain Sebagai Wali Oleh Pengadilan
- Ganti Rugi Terhadap Wali
- Asal-Usul Anak

34
Ibid, Kewenangan Pengadilan Agama.

23
- Perkawinan Campuran
- Pengesahan Perkawinan/Isbath Nikah
- Izin Kawin
- Dispensasi Kawin
- Wali Adhol
b. Kewarisan
c. Wasiat
d. Hibah
e. Wakaf
f. Ekonomi Syariah

B. Temuan Data
Pengadilan Agama Praya adalah Pengadilan tingkat pertama
bagi para pencari keadilan baik perorangan atau badan hukum yang
tunduk pada agama Islam. Adapun jumlah rincian perkara yang
diterima di tahun 2020 dan jumlah perkara yang diterima di tahun
2021 di Pengadilan Agama Praya adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1 Rincian penerimaan perkara menurut jenisnya Tahun 202135


No. Jenis Perkara 2021 2020 Jumlah
1 Izin Poligami 5 3 8
2 Pencegahan Perkawinan 0 0 0
3 Penolakan Perkawinan 0 0 0
4 Pembatalan Perkawinan 0 1 1
Kelalaian Atas Kewajiban
5 0 1 1
Suami / Istri
6 Cerai Talak 270 275 545
7 Cerai Gugat 1164 1008 2172
8 Harta Bersama 24 13 37
9 Penguasaan Anak 0 4 4
Nafkah Anak Oleh Ibu
10 0 0 0
Karena Ayah Tidak Mampu
Hak-Hak bekas
11 0 0 0
Istri/Kewajiban bekas Suami

35
Ibid. Laporan Pelaksanaan Kegiatan Tahunan.

24
12 Pengesahan Anak 0 0 0
Pencabutan Kekuasaan
13 0 0 0
Orang Tua
14 Perwalian 25 6 31
15 Pencabutan Kekuasaan Wali 0 0 0
Penunjukan Orang Lain
16 Sebagai Wali oleh 0 0 0
Pengadilan
17 Ganti Rugi Terhadap Wali 0 0 0
18 Asal Usul Anak 4 3 7
19 Perkawinan Campuran 0 0 0
Pengesahan
20 1915 1058 2973
Perkawinan/Isbat Nikah
21 Izin Kawin 0 0 0
22 Dispensasi Kawin 307 156 463
23 Wali Adhol 0 0 0
24 Kewarisan 50 61 111
25 Wasiat 0 0 0
26 Hibah 1 3 4
27 Wakaf 0 0 0
28 Lain-lain 13 5 18
29 Ekonomi Syariah 1 0 1
30 P3HP/Penetapan Ahli Waris 29 11 40
Jumlah 3.811 165 3.976

Berdasarkan data di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa


perkara permohonan dispensasi kawin merupkan perkara terbanyak ke
4 (empat) setelah perkara isbath nikah, cerai gugat dan cerai talak
yang diterima oleh Pengadilan Agama Praya tercatat di tahun 2020
sebanyak 156 perkara permohonan dispensasi kawin yang terdaftar
dan pada tahun 2021 tercatat sebanyak 307 perkara permohonan
dispensasi kawin yang terdaftar di Pengadilan Agama Praya, jadi
pendaftaran perkara permohonan dispensasi kawin dari tahun 2020
mengalami kenaikan 97 % di tahun 2021.

25
C. Prosedur Pendaftaran Permohonan Dispensasi Kawin di
Pengadilan Agama Praya
Dispensasi kawin dibutuhkan bagi calon suami dan istri yang
berusia dibawah usia 19 tahun sesuai ketetapan batas minimal usia
perkawinan dalam pasal 7 ayat (1) UU Nomor 16 Tahun 2019 tentang
Perubahan Atas UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Dan
dimana dispensasi kawin dapat diajukan ke Pengadilan Agama oleh
orang tua anak yang masih di bawah umur sebagai para pemohon.
Pada permohonan dispensasi kawin di Pengadilan Agama
Praya terlebih dahulu di dalam pendaftaran perkara permohonan
dispensasi kawin harus mempersiapkan beberapa persyaratan
diantaranya:36
1. Surat penolakan dari KUA setempat;
2. Surat keterangan kekurangan syarat pernikahan dari KUA
setempat;
3. Fotokopi KTP pemohon (orang tua/wali ) dan di NAZEGELEN;
4. Fotokopi Kartu Keluarga pemohon yang di NAZEGELEN;
5. Fotokopi Akta Nikah kedua orang tua dan di NAZEGELEN;
6. Fotokopi KTP atau Kartu Identitas Anak atau akta kelahiran anak
yang di NAZEGELEN;
7. Fotokopi ijazah anak atau surat keterangan masih sekolah anak
dan di NAZEGELEN;
8. Fotokopi KTP atau akta kelahiran calon suami/istri yang di
NAZEGELEN;
9. Fotokopi surat pernyataan ikut bertanggung jawab orang tua/wali
yang di NAZEGELEN;
10. Surat keterangan sehat anak;
11. Surat keterangan kehamilan dari Dokter/Bidan (bagi yang hamil);
12. surat hasil mediasi dan konsling dari dinas DP3AP2KB (Dinas
Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian
Penduduk Dan KB) Kabupaten Lombok Tengah; dan
13. membayar biaya panjar.

36
Lalu Mansur, wawancara, Pengadilan Agama Praya, 30 Maret 2022, Pukul
14.15 WITA.

26
Adapun prosedur pendaftaran permohonan dispensasi kawin di
Pengadilan Agama Praya sama dengan perkara lain pada umumnya,
adapun prosedurnya adalah:
1. Meja I
Setelah pemohon telah melengkapi persyaratan maka pemohon
dibuatkan surat permohonan serta petugas meja I menaksir
perkiraan biaya perkara dan menuliskannya pada surat kuasa
untuk membayar (SKUM).
2. Kasir
Pemohon kemudia menghadap ke meja kasir dengan
menyerahkan surat permohonan dan SKUM, dan kasir melakukan
:
a. Menandatangani surat permohonan dan SKUM serta
memberikan nomor urut dan tanggal penerimaan perkara.
b. Mengmbalikan SKUM dan surat permohonan kepada
pemohon sebagai dasar pemohon melakukan pembayaran di
Bank.
c. Setelah pemohon melakukan pembayaran di Bank petugas
kasir member tanda lunas di SKUM dan menyerahkan
kembali pada pemohon.
3. Meja II
Pemohon menuju petugas Meja II dan menyerahkan surat
permohonan dan SKUM yang sudah dibayar. Kemudia petugas
Meja II melakukan:
a. Memberikan nomor pada surat permohonan sesuai nomor
yang diberikan oleh petugas kasir serta membubuhkan paraf
sebagai tanda perkara telah terdaftar.
b. Memberikan satu surat permohonan yang telah terdaftar dan
satu helai SKUM kepada pemohon.37
Selanjutnya proses penyelsaian perkara permohonan
dispensasi kawin di Pengadilan Agama Praya, setelah berkas perkara
masuk ke ketua pengadilan selanjutnya ketua pengadilan menujuk

37
Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata Pada Pengadilan Agama, ( Yogyakarta
: Pustaka Pelajar, 2007), h. 61

27
majlis hakim dalam hal ini hakim tunggal, setelah hakim mempelajari
berkas perkara selanjutnya menetapkan hari waktu sidang.
Selanjutnya proses persidangan berlangsung dengan ditangani
oleh hakim tunggal persidangan dibuka dan terbuka untuk umum, dan
pada saat pemeriksaan persidangan tertutup untuk umum. Dan
berdasarkan bukti persidang dan berdasarkan pertimbangan hakim
maka perkara permohonan diputus dengan amar putusan sebagai
berikut:
 Permohonan pemohon yang diterima
MENGADILI
a. Mengabulkan permohonan pemohon.
b. Menetapkan memberikan Dispensasi kepada pemohon untuk
menikahkan anknya bernama x dengan xx
c. Membebankan biaya perkara sebesar Rp. … (….) kepada
pemohon.
 Permohonan pemohon yang ditolak
MENGADILI
a. Menolak permohonan pemohon.
b. Menghukum pemohon untuk membayar biaya perkara ini
sejumlah Rp. …. (….).
Setelah dibacakan amar putusannya persidangan ditutup. Dan
jika pemohon tidak puas maka bisa mengajukan kasasi, bukan
banding.38

D. Alasan Hakim Menolak Permohonan Dispensasi Kawin di


Pengadilan Agama Praya
Pada tahun 2021 terdapat sebanyak 307 perkara permohonan
dispensasi kawin yang terdaftar di Pengadilan Agama Praya dengan
mengalami kenaikan 97 % dari tahun 2020 yang berjumlah 156
perkara. Dan dari 307 perkara permohonan dispensasi kawin di tahun
2021 terdapat 3 (tiga) perkara Permohonan dispensasi kawin yang
ditolak di Pengadilan Agama Praya diantaranya:
1. Penetapan Nomor 2212/Pdt.P/2021/PA.Pra.

38
Departemen Agama RI, Bahan Penyuluhan Hukum, (Jakarta: Direktorat
Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 1999/2000), h. 188.

28
DUDUK PERKARA
Bahwa Pemohon dengan surat Permohonannya tertanggal
25 Oktober 2021 yang telah terdaftar di Kepaniteraan Pengadilan
Agama Praya, Nomor 2212/Pdt.P/2021/PA.Pra., tertanggal 25
Oktober 2021 pada pokoknya mengemukakan hal-hal sebagai
berikut :
a. Bahwa Pemohon memiliki anak perempuan bernama
SILPIA binti LATRIM yang berstatus gadis yang lahir
pada tanggal 28 November 2006 atau berumur 15 tahun;
b. Bahwa anak Pemohon tersebut sekitar 6 bulan telah
menjalin cinta dengan seorang perjaka yang bernama
HERMAN bin JAPRI, lahir pada tanggal 01 JULI 1998
atau berumur 24 tahun, agama Islam, pekerjaan Petani,
bertempat tinggal di Dusun Bun Pek, Desa Tumpak,
Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah;
c. Bahwa anak Pemohon tersebut berencana untuk menikah
dengan calon suaminya yang bernama HERMAN bin
JAPRI dan anak Pemohon tersebut telah selarian ke rumah
orangtua/keluarga calon suaminya yang bernama
HERMAN bin JAPRI sekitar/pada tanggal 20 Oktober
2021 , Pemohon dan orangtua calon suaminya
berkeinginan untuk menikahkan keduanya dengan
pertimbangan antara anak Pemohon dan calon suaminya
tersebut sudah berpacaran lama dan untuk mengantisipasi
terjadinya hal-hal yang dilarang oleh agama dan ketentuan
hukum negara;
d. Bahwa antara anak Pemohon dan calon suaminya tidak
terdapat hubungan nasab atau hubungan lain yang dapat
menghalangi sah nya pernikahan, dan Pemohon telah telah
mendaftarkan rencana pernikahan keduanya tersebut pada
Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Pujut akan
tetapi pihak KUA tersebut menolak untuk
melaksanakannya dengan alasan anak Pemohon belum
cukup umur, sebagaimana disebutkan dalam Surat
Penolakan Nomor: B.574.KUA.19.02.04/PW/01/10/ 2021,
Tanggal 21 Oktober 2021 sehinga dengan ini Pemohon

29
mohon agar Ketua Pengadilan Agama Praya dapat
memberikan dispensasi kawin kepada anak Pemohon dan
calon suami anak Pemohon tersebut;
e. Bahwa agar pernikahan anak Pemohon dan calon
suaminya dapat dilaksanakan, Pemohon mohon agar
Ketua Pengadilan Agama Praya memerintahkan kepada
Penghulu pada KUA Kecamatan Pujut untuk
melaksanakan pernikahan tersebut;
f. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, Pemohon mohon
agar Ketua Pengadilan Agama Praya segera memeriksa
dan mengadili perkara ini, untuk selanjutnya menjatuhkan
penetapan yang amarnya berbunyi sebagai berikut:
Primer:
1) Mengabulkan permohonan Pemohon;
2) Menetapkan memberi dispensasi bagi anak Pemohon
yang bernama SILPIA binti LATRIM yang berstatus
gadis yang lahir pada tanggal 28 November 2006 atau
berumur 15 tahun; untuk menikah dengan calon
suaminya yang bernama HERMAN bin JAPRI, lahir
pada tanggal 01 JULI 1998 atau berumur 24 tahun
3) Memerintahkan kepada Penghulu pada Kantor
Urusan Agama Kecamatan Pujut untuk melaksanakan
dan mencatat pernikahan tersebut;
4) Menetapkan biaya perkara menurut hukum;
Subsider:
Dan atau apabila Pengadilan Agama Praya berpendapat
lain, pemohon mohon Penetapan yang seadil-adilnya.
Perkara ini didaftarkan oleh pemohon dengan nama
pemohon Latrim bin Seneng yang terdaftar pada tanggal 25
Oktober 2021, setelah panitra memeriksa kelengkapan
administratif dan menyatakan syarat administratif dari
permohonan ini telah terpenuhi selanjutnya berkas diserahkan ke
ketua majelis untuk mempelajari berkas perkara dan dalam
pemeriksaan permohonan dispensasi kawin menggunakan hakim
tunggal. Selanjutnya hakim menetapkan hari sidang.

30
Adapun riwayat penanganan perkara ini adalah:39
Tabel 2.2 Riwayat perkara
No Tanggal Tahapan Proses
Rabu, 27 Pendaftaran Pendaftaran Perkara
1
Oktober 2021 Perkara
Kamis, 28 Penetapan Penetapan Hakim
2 Oktober 2021 Tunggal (Sholatiah,
S.H.I.)
Kamis, 28 Penetapan Penunjukan Panitra
Oktober 2021 Pengganti (Abrati
3
Diesyani Esser,
S.Sos, S.H.)
Kamis, 28 Penetapan Penunjukan Jurusita
4
Oktober 2021 (Suparman)
Kamis, 28 Penetapan Penetapan Hari
Oktober 2021 Sidang Pertama
5
(Kamis, 28 Oktober
2021)
Kamis, 28 Penetapan Sidang Pertama
6
Oktober 2021
Kamis, 28 Persidangan Persidangan
7
Oktober 2021
Kamis, 04 Putusan Sidang Kedua
8
November 2021 (Putusan)

Persidangan pada hari kamis 28 Oktober 2021 dengan


dihadiri oleh semua pihak pemohon, pada saat persidangan
dimulai hakim terlebih dahulu memberikan nasihat sebelum
permohonan dibacakan terkait resiko-resiko perkawinan di usia
muda serta kemungkinan-kemungkinan yang akan dialami oleh
anak seperti masalah kesehatan fisik, alat reproduksi dan
emosional yang akan dialami oleh anak ketika melakukan

39
SIPP Pengadilan Agama Praya, dalam http://sipp.pa-praya.go.id, diakses
tanggal 21 April 2021, Pukul 14.15.

31
perkawinan karena melihat usia anak yang masih kecil, akan
tetapi pemohon tetap bersikeras melanjutkan permohonannya.40
Karena pemohon bersikeras melanjutkan permohonannya
hakim tunggal membacakan permohonan pemohon dan
melakukan pemeriksaan kepada anak seperti menyakan apakah
mereka benar-benar mau menikah, menanyakan saat ini berapa
usia anak dan menanyakan kesanggupan orang tua di dalam
mempertanggungjawabkan kelangsungan rumah tangga anak.
Dan persidangan pada hari kamis, 04 November 2021
pemeriksaan para saksi seperti bagaimana kehidupan sehari-hari
anak, bagaimana prilaku anak, apakah calon suami telah memiliki
pekerjaan dan berapa penghasilannya tiap bulan.41
Setelah proses pemeriksaan hakim tunggal dengan
pertimbangan: Menimbang bahwa bukti persidangan pemohon
dan calon besan pemohon mengaku anak pemohon telah
melangsungkan perkawinan dengan anak calon besan pemohon
sehingga hakim tidak bisa memberikan izin kawin.Menimbang
bahwa usia anak masih sangat kecil dan anak masih sekolah kelas
2 SMP.42
Selanjutnya hakim tunggal memberikan penetapan
berdasarkan pertimbangan hakim dengan amar putusan yang
berbunyi:
MENGADILI
1. Menolak permohonan Pemohon;
2. Menghukum Pemohon untuk membayar biaya perkara ini
sejumlah Rp. 260.000,- (dua ratus enam puluh ribu rupiah);
Selanjutnya hakim memberikan alasan menolak
permohon perkara No 2212/Pdt.P/2021/PA.Pra. melaluai hasil
wawancara dengan peneliti dengan alasan: Bahwa surat hasil
mediasi dan konsling dengan dinas DP3AP2KB (Dinas
Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian

40
Abrati Diesyani Esser, Wawancara, Pengadilan Agama Praya, 21 April 2022
Pukul 14.35 WITA.
41
ibid
42
Solatiah, Wawancara, Pengadilan Agama Praya, 31 Maret 2022 Pukul 13.45
WITA.

32
Penduduk Dan KB) Kabupaten Lombok Tengah tidak
memberikan izin untuk menikah dikarenakan kondisi fisik anak
sangat tidak memungkinkan terlebih lagi untuk mengandung
karena ketidaksiapan organ reproduksi serta ketidakmampuan
secara mental, serta fakta persidangan anak mengaku telah
berusia 13 tahun 11 bulan berbeda dengan identitas permohonan
pemohon yang saat ini berusia 15 tahun dalam surat permohonan,
dan calon mempelai wanita dan laki-laki mengaku telah menikah
sehingg permohonan pemohon tidak dapat diterima karena saat
ini calon mempelai wanita belum layak untuk menempuh bahtera
rumah tangga.43
Adapun setelah pembacaan penetapan oleh hakim
tunggal, hakim menyampaikan kepada pemohon jika keberatan
dengan penetapan hakim pemohon dapat mengajukan upaya
hukum kasasi, akan tetapi pemohon menerima penetapan
hakim.44
2. Penetapan Nomor 2112/Pdt.P/2021/PA.Pra.
DUDUK PERKARA
Bahwa para Pemohon dengan surat permohonannya yang
didaftarkan di Kepanitraan Pengadilan Agama Praya pada tanggal
05 Oktober 2021 dengan register perkara Nomor
2112/Pdt.P/2021/PA.Pra, mengemukakan hal-hal sebagai berikut
:
a. Bahwa cucu Pemohon I bernama NURAINI Binti
HAERUDIN (tanggal lahir 16-07-2005) telah menjalin cinta
sekitar 3 bulan dengan seorang Jejaka, Anak Pemohon II
yang bernama M. HAERIL ADNAN Bin H. M MUKSIN
HAER (tanggal lahir 24-05-2005), agama Islam, pekerjaan-,
alamat di Dusun Benjor, Desa Teratak, Kecamatan
Batukliang Utara, Kabupaten Lombok Tengah;
b. Bahwa Pemohon I dan Pemohon II bermaksud untuk segera
menikahkan cucu Pemohon I dan Anak Pemohon II, M.

43
Ibid.
44
Abrati Diesyani Esser, Wawancara, Pengadilan Agama Praya, 21 April 2022
Pukul 14.35 WITA.

33
HAERIL ADNAN Bin H.M MUKSIN HAER, dengan alasan
keduanya telah berpacaran selama 3 (tiga) bulan dan
Pemohon I dan Pemohon II khawatir akan terjadinya hal-hal
yang dilarang oleh agama Islam;
c. Bahwa antara cucu Pemohon I NURAINI Binti HAERUDIN
(tanggal lahir 16-07-2005) dan Anak Pemohon II M.
HAERIL ADNAN Bin H.M MUKSIN HAER tidak terdapat
hubungan nasab atau hubungan lain yang dapat menghalangi
sahnya pernikahan;
d. Bahwa cucu Pemohon I telah selarian dengan Anak Pemohon
II M. HAERIL ADNAN Bin H.M MKSIN HAER selama 3
(tiga) hari, dan menurut rencana pernikahannya akan
dilaksanakan sesegera mungkin;
e. Bahwa Pemohon I dan Pemohon II telah mendaftarkan
rencana pernikahan cucu Pemohon I dan Anak Pemohon II
pada Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Batukliang
Utara, akan tetapi pihak KUA tersebut menolak untuk
melaksanakannya dengan alasan cucu Pemohon I dan Anak
Pemohon II kurang umur, sebagaimana disebutkan dalam
Surat Penolakan Nomor: B. 171/Kua.
18.02.02/PW.01/9/2021 tanggal 28 September 2021, maka
oleh karena itu Pemohon I dan Pemohon II mohon agar
Ketua Pengadilan Agama Praya dapat memberikan
dispensasi kawin kepada cucu Pemohon I dan Anak
Pemohon II tersebut;
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, Pemohon I dan
Pemohon II mohon agar Ketua Pengadilan Agama Praya segera
memeriksa dan mengadili perkara ini, untuk selanjutnya
menjatuhkan penetapan yang amarnya berbunyi sebagai berikut:
1) Mengabulkan permohonan Pemohon I dan Pemohon II
2) Menetapkan memberikan dispensasi bagi cucu Pemohon I
yang bernama NURIANI Binti HAERUDIN (tanggal lahir
16-07-2005) untuk menikah dengan anak Pemohon II M.
HAERIL ADNAN Bin H.M MUKSIN HAER (tanggal lahir
24-05-2005);

34
3) Memerintahkan kepada Penghulu pada Kantor Urusan
Agama Kecamatan Batukliang Utara untuk melaksanakan
dan mencatat pernikahan tersebut;
4) Menetapkan biaya perkara menurut hukum;
5) Dan atau apabila Pengadilan Agama Praya berpendapat lain,
Pemohon mohon penetapan yang seadil-adilnya.
Perkara ini didaftarkan oleh pemohon dengan nama
pemohon I Inaq Wirna alias Mulutiah binti Zaki dan pemohon II
H. M Muksin Haer bin H. Muh Nurdin yang terdaftar pada
tanggal 05 Oktober 2021, setelah panitra memeriksa kelengkapan
administratif dan menyatakan syarat administratif dari
permohonan ini telah terpenuhi selnjutnya selanjutnya berkas
diserahkan ke ketua majelis untuk mempelajari berkas perkara
dan dalam pemeriksaan permohonan dispensasi kawin
menggunakan hakim tunggal. Selanjutnya hakim menetapkan
hari sidang.
Adapun riwayat perkara ini adalah:45
Tabel 2.3 Riwayat perkara Nomor 2112/Pdt.P/2021/PA.Pra
No Tanggal Tahapan Proses
Selasa, 05 Pendaftaran Pendaftaran Perkara
1 Oktober Perkara
2021

Selasa, 05 Penetapan Penetapan Hakim


2 Oktober Tunggal (Fathur
2021 Rahman, S.H.I, M.S.I.)

Selasa, 05 Penetapan Penunjukan Panitra


3 Oktober Pengganti (Sukmaning
2021 Rahayu, S.H.)

Selasa, 05 Penetapan Penunjukan Jurusita (


4 Oktober Lalu Sapri)
2021

45
SIPP Pengadilan Agama Praya, dalam http://sipp.pa-praya.go.id, diakses
tanggal 21 April 2021, Pukul 14.15.

35
Selasa, 05 Penetapan Penetapan Hari Sidang
5 Oktober
2021

Kamis, 14 Penetapan Sidang Pertama


6 Oktober
2021

Jumat, 22 Persidangan Persidangan


7 Oktober
2021

Jumat, 22 Putusan Putusan


8 Oktober
2021

Persidangan dimulai pada hari Jumat, 22 Oktober 2021,


sebelum pembacaan permohonan Pemohon, hakim menasehati
Pemohon I dan Pemohon II agar menikahkan cucu Pemohon I
dengan anak Pemohon II setelah mereka cukup umur. Serta
hakim menjelaskan dampak negative perkawinan di usia muda,
akan tetapi Pemohon I dan Pemohon II tetap bersihkeras untuk
melanjutkan permohonannya.46
Selanjutnya tahap pemeriksaan saksi terkait bagaimana
kehidupan sehari-hari calon pengntin, apakah calon pengantin
laki-laki sudah bekerja dan ternyata calon laki-laki belum bekerja
dan masih menjadi tanggungan orang tuanya.47
Selanjutnya berdasarkan pertimbangan hakim tunggal
menetapkan dengan pertimbangan: Menimbang cucu Pemohon I
berusia 16 tahun 3 bulan, masih sekolah kelas 1 SMA tetapi
sudah 2 (dua) bulan tidak pernah masuk sekolah karena ingin
sekali menikah. Menimbang anak Pemohon II berusia 16 tahun 5
bulan, belum bekerja, tidak sekolah karena berhenti sekolah sejak
kelas 1 SMP, masih menjadi tangngan orangtua, tidak tahu tujuan
46
Sukmaning Rahayu, Wawancara, Pengadilan Agama Praya, 21 April 2022
Pukul 14.45 WITA.
47
Ibid.

36
perkawinan dan pengakuannya dalam persidangan belum pernah
mimpi basah.
Dengan amar putusan sebagai berikut:
MENGADILI
1. Menolak permohonan Pemohon I dan Pemohon II;
2. Membebankan kepada Pemohon I dan Pemohon II untuk
membayar biaya perkara sejumlah Rp. 410.000,- (empat
ratus sepuluh ribu rupiah);
Dari penetapan hakim tersebut Pemohon I dan Pemohon
II menerima penetapan hakim dengan tidak melakukan paya
hukum kasasi sebagaimana yang telah disampaikan oleh hakim
bahwa apabila para pemohon tidak puas dengan penetapan ini
maka bisa melakukan upaya hukum kasasi setelah pembacaan
penetapan.48
Pada permohonan dispensasi kawin upaya hukum yang
bisa dialkukan apabila para pemohon tidak menerima penetapan
hakim adalah upaya hukum kasasi bukan banding dikarenakan
permohonan dispensasi merupakan gugatan voluntair yang mana
di dalamnya tidak terdapat sengketa.
Lebih jelas lagi alasan hakim menolak permohonan
perkara Nomor 2112/Pdt.P/2021/PA.Pra. dengan alasan: Bahwa
calon mempelai laki dan perempuan belum mengetahui tujuan
perkawinan, dan usia cucu pemohon I yang bernama Nuraini binti
Herudin 16 tahun 3 bulan dan usia anak pemohon yang bernama
M. Haeril Adnan bin H. M. Muksin Haer 16 tahun 5 bulan,
karena adanya penolakan dari hasil konsling dan mediasi dari
DP3AP2KB Kabupaten Lombok Tengah, karena calon mempelai
laki belum mengalami mimpi basah, serta alasan calon mempelai
wanita ingin menikah adalah agar bisa keluar dari rumah
neneknya karena ia tinggal dirumah neneknya disebabkan kedua
orang tuanya berada di luar negri, karena selalu diomeli oleh
neneknya sehingga calon mempelai perempuan memutuskan
untuk menikah, karena calon mempelai laki-laki belum memiliki
pekerjaan dan masih bergantung pada orang tuanya, dank arena

48
Ibid.

37
kedua calon mempelai bersedia untuk tidak melangsungkan
perkawinan.49
3. Penetapan Nomor 1212/Pdt.P/2021/PA.Pra.
DUDUK PERKARA
Menimbang, bahwa Pemohon dengan surat
permohonannya tertanggal 31 Mei 2021 yang didaftarkan di
Kepaniteraan Pengadilan Agama Praya pada tanggal tersebut
dengan register perkara Nomor 1212/Pdt.P/2021/PA.Pra,
mengemukakan hal-hal sebagai berikut :
a. Bahwa Pemohon memiliki seorang anak perempuan bernama
Aliya Deviana Yusuf binti Andi Yusuf yang berstatus gadis
yang lahir pada tanggal 23-06-2007 atau berumur 14 tahun;
b. Bahwa anak perempuan Pemohon tersebut sekitar 1 tahun
telah menjalin cinta dengan seorang perjaka yang bernama
Taufikur Rahman bin Patmah, lahir pada tanggal 13-07-2000
atau berumur 21 tahun, agama Islam, pekerjaan petani
bertempat tinggal di Dusun Tamping Desa Pengembur
Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah;
c. Bahwa anak Pemohon tersebut berencana untuk menikah
dengan
calon suaminya yang bernama Taufikur Rahman bin Patmah
dan anak Pemohon tersebut telah selarian ke rumah
orangtua/keluarga calon suaminya yang bernama Taufikur
Rahman bin Patmah sekitar/pada tanggal 22 Mei 2021 dan
Pemohon sebagai orangtua anak Pemohon dan orangtua
calon suaminya berkeinginan untuk menikahkan keduanya
dengan pertimbangan antara anak Pemohon dan calon
suaminya tersebut sudah berpacaran lama dan untuk
mengantisipasi terjadinya hal-hal yang dilarang oleh agama
dan ketentuan hukum negara;
d. Bahwa antara anak Pemohon calon suaminya tidak terdapat
hubungan nasab atau hubungan lain yang dapat menghalangi
sahnya pernikahan, dan Pemohon telah telah mendaftarkan

49
Fathur Rahman, Wawancara, Pengadilan Agama Praya, 04 April 2022 Pukul
14.25 WITA.

38
rencana pernikahan keduanya tersebut pada Kantor Urusan
Agama (KUA) Kecamatan Pujut akan tetapi pihak KUA
tersebut menolak untuk melaksanakannya dengan alasan
anak Pemohon belum cukup umur, sebagaimana disebutkan
dalam Surat Penolakan Nomor: B.340/KUA
19.02.04/PW.01/V/2021, tertanggal 27 Mei 2021 sehingga
dengan ini Pemohon mohon agar Ketua Pengadilan Agama
Praya dapat memberikan dispensasi kawin kepada anak
Pemohon dan calon suami anak Pemohon tersebut;
e. Bahwa agar pernikahan anak Pemohon dan calon suaminya
dapat dilaksanakan, Pemohon mohon agar Ketua Pengadilan
Agama Praya memerintahkan kepada Penghulu pada KUA
Kecamatan Pujut untuk melaksanakan pernikahan tersebut;
f. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, Pemohon mohon agar
Ketua
Pengadilan Agama Praya segera memeriksa dan mengadili
perkara ini, untuk selanjutnya menjatuhkan penetapan yang
amarnya berbunyi sebagai berikut:
Primer:
1) Mengabulkan permohonan Pemohon;
2) Menetapkan memberi dispensasi bagi anak Pemohon yang
bernama Aliya Deviana Yusuf binti Andi Yusuf untuk
menikah dengan calon suaminya yang bernama Taufikur
Rahman bin Patmah;
3) Memerintahkan kepada Penghulu pada Kantor Urusan
Agama Kecamatan Pujut untuk melaksanakan dan mencatat
pernikahan tersebut;
4) Menetapkan biaya perkara menurut hukum;
Subsider:
Dan atau apabila Pengadilan Agama Praya berpendapat lain,
pemohon mohon Penetapan yang seadil-adilnya.
Perkara ini didaftarkan oleh pemohon dengan nama
pemohon Andi Yusuf bin Alimudin dengan surat permohonan
yang didaftarkan pada tanggal 31 Mei 2021, setelah panitra
memeriksa kelengkapan administratif dan menyatakan syarat
administratif dari permohonan ini telah terpenuhi selnjutnya

39
selanjutnya berkas diserahkan ke ketua majelis untuk
mempelajari berkas perkara dan dalam pemeriksaan permohonan
dispensasi kawin menggunakan hakim tunggal. Selanjutnya
hakim menetapkan hari sidang.
Adapun tahapan riwayat perkara ini adalah :50
Tabel 2.4 Riwayat perkara Nomor 1212/Pdt.P/2021/PA.Pra.
No Tanggal Tahapan Proses
Senin, 31 Pendaftaran Pendaftaran Perkara
1 Mei 2021 Perkara

Rabu, 02 Penetapan Penetapan Hakim


2 Juni 2021 Tunggal (Nismati
Niamah, S.H.I.)
Rabu, 02 Penetapan Penunjukan Panitra
3 Juni 2021 Pengganti (Lalu
Kusuma Abdi, S.H.)
Rabu, 02 Penetapan Penunjukan Jurusita (
4 Juni 2021 Suyatni)

Selasa, 15 Penetapan Penetapan Hari Sidang


5 Juni 2021

Selasa, 15 Penetapan Sidang Pertama


6 Juni 2021

Selasa, 15 Persidangan Persidangan


7 Juni 2021

Selasa, 15 Putusan Putusan


8 Juni 2021

Persidangan dilakukan pada hari selasa, 15 Juni 2021


sebelum pembacaan permohonan Pemohon hakim menasehati
kepada pemohon agar menikahkan anaknya tunggu sampai

50
SIPP Pengadilan Agama Praya, dalam http://sipp.pa-praya.go.id, diakses
tanggal 21 April 2021, Pukul 14.15.

40
anaknya cukup umur dan menjelaskan dampak-dampak negatif
perkawinan muda.51
Selanjutnya hakim memeriksa keterangan saksi apakah
benar calon mempelai wanita adalah anak Pemohon, bagaimana
keseharian anak dan apakah calon suami memiliki pekerjaan yang
tetap dan sebagainya.52
Selanjutnya hakim dengan pertimbangan menimbang:
Menimbang bahwa anak Pemohon masih kecil dan berusia 14
tahun dan masih sekolah dan alasan Pemohon bukanlah alasan
yang mendesak sehingga hakim tidak dapat menerima dan
menolak permohonan Pemohon.
Berdasarkan pertimbangan tersebut hakim menolak
permohonan Pemohon dengan amar putusan:
MENGADILI
1. Menolak permohonan Pemohon;
2. Membebankan kepada Pemohon untuk membayar biaya
perkara sejumlah Rp. 235.000,- (dua ratus tiga puluh lima
ribu rupiah);
Setelah pembacaan putusan hakim memberitahu kepada
Pemohon jika tidak puas dengan penetapan ini maka dapat
mengajukan kasasi, tetapi Pemohon tidak melakukan upaya
hukum kasasi dan menerima penetapan hakim.53
Lebih lanjut lagi hakim menyampaikan alasan menolak
permohonan Nomor 1212/Pdt.P/2021/PA.Pra. saat di wawancarai
oleh peneliti: Bahwa calon mempelai wanita berusia 14 tahun dan
masih bersekolah, serta belum ada alasan yang mendesak bagi
mereka untuk melangsungkan perkawinan dan juga permohonan
pemohon tidak beralasan hukum.54

51
Lalu Kusuma Abdi, Wawancara, Pengadilan Agama Praya, 21 April 2022
Pukul 14.50 WITA
52
Ibid.
53
Ibid.
54
Nismatin Niamah, Wawancara, Pengadilan Agama Praya, 08 April 2022
Pukul 11.00 WITA

41
BAB III
ANALISIS ALASAN HAKIM MENOLAK PERMOHONAN
DISPENSASI KAWIN DI PENGADILAN AGAMA PRAYA

A. Analisis Prosedur Pendaftaran Perkara Permohonan Dispensasi


Kawin di Pengadilan Agama Praya
Prosedur pendaftaran perkara permohonan dispensasi kawin
sama dengan pendaftaran perkara pada umumnya dan yang
membedakan adalah syarat serta majlis hakimnya, yang mana
permohonan dispensasi kawin menggunakan hakim tunggal
sedangkan perkara lainnya menggunakan majlis hakim yang terdiri
dari 1 (satu) hakim ketua dan 2 (dua) hakim anggota.
Persyaratan administrasi permohonan dispensasi kawin
dikatakan lengkap apabila telah memenuhi persyaratan terkait adanya:
surat permohonan, surat penolakan dari KUA, kartu identitas anak,
kartu identitas orang tua, kartu indentitas calon suami dan surat
keterangan sehat anak. Dan tambahan surat keterangan hasil konsling
dan mediasi dari dinas perlindungan anak dan pemberdayaan
perempuan.55
Dari hasil wawancara diatas peneliti menemukan perbedaan
persyaratan permohonan dispensasi nikah dengan persyaratan yang
ada Peraturan Mahkamah Agung Nomor 5 Tahun 2019:56
1. Surat permohonan;
2. Fotokopi kartu tanda penduduk kedua orang tua/wali;
3. Fotokopi kartu keluarga;
4. Fotokopi kartu tanda penduduk atau kartu identitas anak
dan/atau akta kelahiran anak;
5. Fotokopi kartu tanda penduduk atau kartu identitas anak
dan/atau akta kelahiran calon suami atau istri;
6. Fotokopi ijazah pendidikan terakhir anak dan/atau surat
keterangan masih sekolah dari sekolah anak;
7. Surat keterangan dari tenaga kesehatan;

55
Lalu Mansur, wawancara, Pengadilan Agama Praya, 30 Maret 2022, Pukul
14.15 WITA.
56
Peraturan Mahkamah Agung Nomor 5 Tahun 2019 tentang Pedoman
Mengadili Permohonan Dispensasi Kawin

42
8. Surat pernyataan komitmen orangtua anak yanmg menegaskan
bahwa komitmen orangtua untuk ikut bertanggung jawab terkait
masalah ekonomi, sosial, kesehatan, dan pendidikan anak;
Adapun perbedaan yang peneliti maksud adalah di dalam
Perma Nomor 5 Tahun 2019 surat keterangan mediasi dan konsling
dari dinas DP3AP2KB (Dinas Pemberdayaan Perempuan,
Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk Dan KB) tidak
menjadi salah satu persyaratan administratif akantetapi di
Pengadilan Agama Praya, Surat hasil mediasi dan konsling dari
dinas DP3AP2KB tersebut sangat mempengaruhi keputusan hakim
karena dijadikan sebagai salah satu alat bukti dan sebagai
pertimbangan bagi hakim dalam memutuskan perkara permohonan
dispensasi nikah.
Selanjutnya dari persyaratan administratif permohonan
dispensasi kawin tersebut tidak bersifat mutlak artinya jika
persyaratan tersebut tidak dapat dipenuhi maka dapat digunakan
dokumen lainnya yang menjelasakan tentang identitas dan status
pendidikan anak dan identitas orang tua/wali.57
Surat keterangan hasil mediasi dan konsling dari dinas
DP3AP2KB menjadi penting karena berisikan kondisi fisik maupun
mental anak bagaimana kesiapan mental anak di dalam
melangsungkan perkawinan dan membangun rumah tangga,
bagaimana kondisi emosional anak di dalam menghadapi suatu
masalah yang ditimbulkan dari pernikahan. Sehingga surat
keterangan ini menjadi salah satu persyaratan sekaligua menjadi
salah satu alat bukti di dalam persidangan.

B. Analisis Alasan Hakim Menolak Permohonan Dispensasi Kawin


di Pengadilan Agama Praya
1. Penetapan Nomor 2212/Pdt.P/2021/PA.Pra.
Perkara ini didaftarkan oleh pemohon dengan nama
pemohon Latrim bin Seneng yang terdaftar pada tanggal 25
Oktober 2021 dengan alasan kedua calon mempelai telah selarian
yakni calon pengantin laki-laki membawa calon pengantin

57
Ibid, Pasal 5 ayat (2).

43
perempuan kerumah keluarga calon pengantin laki-laki sudah
hampir 2 (dua) mingguan.58
Adapun ditolaknya permohonan dispensasi nikah ini
dengan beberapa pertimbangan majlis hakim:59
a. Bahwa surat hasil mediasi dan konsling dengan dinas
DP3AP2KB Kabupaten Lombok Tengah tidak memberikan
izin untuk menikah dikarenakan kondisi fisik anak sangat
tidak memungkinkan terlebih lagi untuk mengandung karena
ketidaksiapan organ reproduksi serta ketidakmampuan secara
mental.
b. Dalam fakta persidangan anak mengaku telah berusia 13
tahun 11 bulan berbeda dengan identitas permohonan
pemohon yang saat ini berusia 15 tahun dalam surat
permohonan, dan
c. Calon mempelai wanita dan laki-laki mengaku telah
melangsungkan pernikahan sebelum mengajukan
permohonan dispensasi kawin.
Berdasarkan alasan di atas hakim menolak permohonan
pemohon karena saat ini calon mempelai wanita belum layak
untuk menempuh bahtera rumah tangga.
Pada perkara ini surat keterangan hasil mediasi dan
konsling dengan dinas DP3AP2KB (Dinas Pemberdayaan
Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk Dan
KB) Kabupaten Lombok Tengah memiliki peran penting dalam
pertimbangan hakim di dalam memutuskan perkara permohonan
dispensasi nikah karena surat keterangan ini berisi kondisi fisik
dan mental anak berkaitan dengan kondisi fisik kematangan alat
reproduksi dan juga kondisi mental terkait emosional serta
kejiwaan anak di dalam melangsungkan perkawinan dan
menghadapi permasalahan yang timbul dari rumah tangga.
Alasan yang kedua bahwa pemohon berbohong terkait
usia anak yang mana dalam surat permohonan usia anak
dicantumkan telah berusia 15 tahun akan tetapi saat pembuktian
58
Solatiah, Wawancara, Pengadilan Agama Praya, 31 Maret 2022 Pukul 13.45
WITA.
59
Ibid.

44
calon mempelai wanita mengaku telah berusia 13 tahun 11 bulan
sehingga perbuatan ini tidak memiliki itikad baik karena
kebohongan di dalam persidangan sangat tidak diperbolehkan
sehingga peneliti sangat setuju alasan ini menjadi salah satu
faktor ditolaknya permohonan dispensasi kawin ini.
Berdasarkan pertimbangan hakim dalam menetapkan
perkara diatas peneliti merasa petimbngan hakim telah sesuai
dengan prosedur penganan permohonan dispensasi kawin seperti
memulai dengan menasihati para Pemohon dan menjelaskan
dampak-dampak negative perkawinan muda yang dapat
mengancam keselamatan anak, sehingga peneliti setuju dengan
penetapan hakim berdasarkan pertimbangnya yang matang.
2. Penetapan Nomor 2112/Pdt.P/2021/PA.Pra.
Perkara ini didaftarkan oleh pemohon dengan nama
pemohon I Inaq Wirna alias Mulutiah binti Zaki dan pemohon II
H. M Muksin Haer bin H. Muh Nurdin yang terdaftar pada
tanggal 05 Oktober 2021 dengan alasan kedua calon mempelai
telah selarian yakni calon pengantin laki-laki membawa calon
pengantin perempuan kerumah keluarga calon pengantin laki-laki
sudah hampir 1 (minggu) lebih.60
Adapun ditolaknya permohonan dispensasi kawin ini
berdasarkan pertimbangan hakim diantaranya:61
a. Bahwa calon mempelai laki dan perempuan belum
mengetahui tujuan perkawinan.
b. Usia cucu pemohon I yang bernama Nuraini binti Herudin 16
tahun 3 bulan dan usia anak pemohon yang bernama M.
Haeril Adnan bin H. M. Muksin Haer 16 tahun 5 bulan.
c. Karena adanya penolakan dari hasil konsling dan mediasi
dari DP3AP2KB Kabupaten Lombok Tengah.
d. Karena calon mempelai laki belum mengalami mimpi basah.
e. Alasan calon mempelai wanita ingin menikah adalah agar
bisa keluar dari rumah neneknya karena ia tinggal di rumah
neneknya disebabkan kedua orang tuanya berada di luar
60
Fathur Rahman, Wawancara, Pengadilan Agama Praya, 04 April 2022 Pukul
14.25 WITA.
61
Ibid.

45
negri, karena selalu diomeli oleh neneknya sehingga calon
mempelai perempuan memutuskan untuk menikah.
f. Karena calon mempelai laki-laki belum memiliki pekerjaan
dan masih bergantung pada orang tuanya. dan
g. Kedua calon mempelai bersedia untuk tidak melangsungkan
perkawinan.
Dalam perkara di atas sangat jelas bahwa alasan hakim
menolak permohonan dispensasi nikah tersebut karena calon
mempelai laki-laki belum tahu tujuan perkawinan, sehingga jika
seseorang belum mengetahui tujuan dari pernikahan tentu nilai
ibadah dalam pernikahan itu sendiri sulit tercapai dan juga
membangun keharmonisan rumah tangga menjadi sangat sulit
diakibatkan ketidaktahuannya terkait arti dan tujuan dari
pernikahan itu sendiri padahal tujuan pernikahan itu ialah
membangun rumah tangga yang sakinah mawada dan rahmah.
Adapun tujuan pernikahan adalah sebagai berikut:62
a. Memenuhi kebutuhan naluri manusia
b. Membentengi akhlak yang luhur
c. Membentuk rumah tangga Islam
d. Meningkatkan ibadah kepada Allah
e. Memperoleh keturunan yang shalih
Dan juga calon mempelai laki-laki belum baliq
berdasarkan pengakuan calon mempelai laki-laki yang mengaku
belum mengalami mimpi basah. Apabila seseorang yang
menikah dalam keadaan belum baliq maka tujuan perkawinan
yakni mendapatkan keturunan tidak tercapai karena ketidak
matangan alat reproduksinya.
Berdasarkan fakta-fakta diatas peneliti merasa penetapan
hakim telah sesuai terbukti dengan adanya nasehat diawal
persidangan kepada para Pemohon dan juga keputusan hakim
telah tepat karena berdasaekan fisik dan piskis anak yang sangat
tidak mapan untu kawin dan kedua calon telah bersedia untuk
membatalkan perkawinannya. Karena dalam permohonan

62
Abdul Aziz, Buku Dasar Fiqih Munakahat (Surakarta: Fakultas Syariah,
2014), h. 73.

46
dispensasi kawin hakim harus mempertimbangkan hal-hal yang
berkaitan dengan perlindungan dan kepentingan anak.
3. Penetapan Nomor 1212/Pdt.P/2021/PA.Pra.
Perkara ini didaftarkan oleh pemohon dengan nama
pemohon Andi Yusuf bin Alimudin dengan surat permohonan
yang didaftarkan pada tanggal 31 Mei 2021 dengan alasan kedua
calon mempelai ingin menikah untuk menghindari perbuatan
yang tidak-tidak.63
Adapun ditolaknya permohonan dispensasi nikah ini
dengan beberapa pertimbangan majlis hakim diantaranya:64
a. Bahwa calon mempelai wanita berusia 14 tahun dan masih
bersekolah.
b. Belum ada alasan yang mendesak bagi mereka untuk
melangsungkan perkawinan. Dan
c. Permohonan pemohon tidak beralasan hukum.
Dari perkara permohonan dispensasi di atas peneliti
melirik bahwa pada permohonan di atas tidak terdapat alasan
yang mendesak yang mengharuskan perkawinan itu berlangsung
seperti keadaan hamil di luar nikah atau selarian ( pihak lelaki
menculik mempelai wanita dan dibawa kerumah keluarga calon
mempelai laki-laki ) dalam tradisi Lombok.
Dalam permohonan dispensasi nikah alasan yang
mendesak dan bukti yang kuat sangat penting dan menjadi alasan
yang kuat bagi hakim di dalam mengabulkan permohonan
pemohon. Sebagaimana diatur di dalam UU No. 16 Tahun 2019
pasal 7 ayat (2) bahwa “ Dalam hal terjadi penyimpangan
terhadap ketentuan umur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ,
orang tua pihak pria dan/atau pihak wanita dapat meminta
dispensasi kepada Pengadilan dengan alasan sangat mendesak
disertai bukti-bukti pendukung yang cukup”.65

63
Nismatin Niamah, Wawancara, Pengadilan Agama Praya, 08 April 2022
Pukul 11.00 WITA
64
Ibid.
65
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 Tentang Perubahan Atas UU No. 1
Tahun 1974 Tentang Perkawinan.

47
Untuk mengkongkritkan alasan mendesak tersebut
menjadi tanggungjawab hakim dalam upaya penegakan hukum
bagi masyarakat. Hakim yang akan mengkongkritsasikan alasan
dan bukti yang cukup berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan di
persidangan. Untuk memberikan atau menolak suatu permohonan
dispensasi sangat ditentukan oleh alasan-alasan yang
dikemukakan dalam persidangan oleh para pihak. Suatu
permohonan dapat diterima apbila alasan-alasan dan bukti yang
dikemukakan dalam persidangan dapat menyakinkan hakim
sehingga permohonan patut untuk diterima, sebaliknya hakim
akan menolak permohonan dispensasi apabila alasan tidak
lengkap dan bukti yang dihadirkan dalam persidangan tidak
sempurna.
Berdasarkan pertimbangan dan keputusan hakim peneliti
sangat setuju dan merasa penetapan hakim telah sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku karena tanpa alasan
yang mendesak permohonan tidak dapat diterima karena hanya
akan mengorbankan kepntingan anak seperti pendidikan dan
sebagainya. Karena hakim harus mempertimbangan dengan baik
asas perlindungan dan kepentingan anak dalam menetapkan
perkara.
Berdasarkan ketiga perkara permohonan dispensasi kawin di
atas hakim sangat berhati-hati didalam memutuskan perkara tersebut
dengan berbagai pertimbangan-pertimbangan yang matang
berdasarkan alasan dan bukti yang cukup maka hakim melalui metode
ijtihad mumutuskan perkara permohonan dispensasi nikah dengan
mempertimbangkan Maqashid As-Syari’ah yakni salah satunya adalah
Memelihara Jiwa (Hhifz al-Nafs)66 sebagaiamana printah menjaga
jiwa terdapat dalam surah al-Baqaroh ayat 195:
‫َو ََل ت ُ ْلقُىا ِبأ َ ْيدِي ُك ْن إِلَى الت َّ ْهلُ َك ِة‬
Artinya: “ janganlah kamu menjatuhkan dirimu kedalam kebinasaan”
Maksudnya adalah perkawinan yang semula merupakan sarana
ibadah kepada Allah SWT dan dengan tujuan mendatangkan maslahat
66
Syarifudin Amir, ushul fiqh 2 (Jakarta: kencana prenadamedia group, 2008),
hlm 235.

48
dan mendapatkan keturunan yang sahih, akan tetapi bisa menjadi duri
tajam dan membahayakan jiwa apabila bagi mereka yang
melangsungkan perkawinan masih muda atau terbilang masih anak-
anak. Karena kondisi fisik mereka yang masih kecil dan ketidak
siapan alat reproduksi mereka, seperti mereka yang hamil muda dan
organ-organ reproduksinya sangat rentan hingga bisa berakhir pada
kematian ibu dan bayi dikarenakan kebelum matangan alat
reproduksinya.
Sehingga berdasarkan dalil di atas bahwa untuk menghindari
hal demikian dan untuk menjaga jiwa, hakim memutuskan perkara
permohonan dispensasi di atas dengan tepat dan matang.
Dan Maqashid As-Syari’ah selanjutnya yang menjadi
pertimbangan hakim adalah Memelihara Keturunan (Hifzh al-Nasl)67
Perkawinan murupakan jalan yang tepat dan ajuran Allah dalam
menjaga keturunan akan tetapi jika yang melakukan perkawinan
adalah mereka yang masih terbilang remaja yang alat reproduksinya
masih terbilng belum matang dan tidak siap. Padahal tujuan mereka
untuk mendaptkan keturunan yang baik, justru yang mereka lahirkan
adalah anak yang lahir temperatur dan bahkan cacat. Dan untuk
menghindari hal demikian peneliti merasa penetapan hakim dengan
menolak permohonan dispensasi kawin di atas telah sesuai demi
kepentingan anak.
Serta hakim selalu memutuskan perkara dengan tetap
mempertimbangkan kaidah:
‫درء الوفاسد هقدم على جلب الوصا لح‬
Artinya: “ mencegah yang membahayakan itu lebih diprioritaskan dari
pada meraih keuntungan”.

67
Ibid, 237.

49
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, data dan kajian yang peneliti telah
lakukan dan paparkan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Prosedur pendaftaran perkara permohonan dispensasi kawin di
Pengadilan Agama Praya
Prosedur pendaftarannya sama seperti perkara lainya hanya saja
yang membedakan adalah persyaratannya. Adapun persyaratan
administrasi permohonan dipensasi kawin tidak bersifat mutlak.
Di Pengadilan Agama Praya surat keterangan hasil mediasi dan
konsling dari dinas DP3AP2KB menjadi salah satu persyaratan
dan alat bukti dalam persidangan permohonan dispensasi nikah di
Pengadilan Agama Praya meski di dalam Peraturan Mahkama
Agung No. 5 Tahun 2019 Tentang Pedoman Mengadili
Permohonan Dispensasi Kawin persyaratan tersebut tidak ada.
2. Alasan Hakim menolak permohonan dispensasi kawin di
Pengadilan Agama Praya
Dari ketiga penetapan perkara permohonan dispensasi kawin di
atas alasan hakim menolak permohonan tersebut karena ketiga
perkara tersebut sama-sama anak/cucu pemohon tidak mendapat
rekomendasi dari dinas DP3AP2KB Kabupaten Lombok Tengah,
serta ketidak siapan anak/cucu para pemohon di dalam
membangun bahtera rumah tangga dan ketidak siapan alat
reproduksi untuk mengandung. Sehingga berdasarkan
pertimbangan tersebut hakim menolak permohonan dispensasi
kawin dari ketiga perkara di atas.

B. Saran
1. Semoga dari hasil penelitian ini dapat mengedukasi masyrakat
pada umumnya dan bagi para pemohon dispensasi kawin pada
khususnya bagaimana prosedur pendaftaran dan penanganan
perkara permohonan dispensasi kawin sehingga dapat
memudahkan masyarakat.

50
2. Kepada seluruh masyarakat dispensasi kawin bukanlah sebuah
solusi dalam menekan angka pernikahan dini hanya saja sebatas
jalan darurat alangkah lebih baik jika para orang tua menikahkan
putra dan putrinya setelah mereka dewasa dan berusia di atas 19
tahun.
3. Kepada Pengadilan Agama Praya semoga pelayanan bagi
khalayak umum semakin maju sehingga dapat memudahkan
masyarakat dalam mengakses informasi seputar Pengadilan
Agama Praya.

51
DAFTAR PUSTAKA

Buku/Jurnal

Abd. Somad, Hukum Islam: Penormaan Prinsip Syariah dalam Hukum


Indonesia. Jakarta: Kencana, 2010.

Abdul Aziz, Buku Dasar Fiqih Munakahat, Surakarta: Fakultas Syariah,


2014.

Abdul Kadir Muhammad, Hukum dan Penelitian. Bandung: PT. Citra


Aditya Bakti, 2004.

Abdul Rahman Ghazali, Fiqh Munakahat. Jakarta: Kencana, 2006.

Ahmad Rofiq, Hukum Perdata Islam Di Indonesia.Jakarta: Rajawali Pers,


2015.
Amir Syaifudin, ushul fiqh 2, Jakarta: kencana prenadamedia group, 2008.

Arto, A. Mukti, Praktek Perkara Perdata Pada Pengadilan Agama.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007.

Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta: PT


RajaGrafindo Persada, 2003.
Deni Darmawan, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2010.

Departemen Agama RI, Bahan Penyuluhan Hukum, Jakarta: Direktorat


Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 1999/2000.

Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja


Roadakarya, 2010.

Mardi Candra, Pembaharuan Hukum Dispensasi Kawin dalam Sistem


Hukum Di Indonesia, Jakarta: Kencana, 2021.

Milles dan Huberman, Analisis Data Kualitatif, Jakarta: Universitas


Indonesia Press, 1992.

52
Rusdaya Basri, Fiqh Munakahat 4 Mazhab dan Kebijakan Pemerintah,
Cet. 1, Parepare: CV.Kaafah Learning Center, 2019.

Sayuti Una, Pedoman Penulisan Skripsi, Jambi: Syariah Press, 2014.

Slamet Abidin dan H.Aminuddin, Fiqih Munakahat I, Bandung: CV.


Pustaka Setia, 1999.

Subekti, Kitab Undang-undang Hukum Perdata. Jakata: PT. Pradnya


Paramita, 1999.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta. 2019.

Suharsini Ari Kunto, Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktik.


Jakarta: Rineka Cipta, 1991.

Sutrisno Hadi, Metode Research, Jakarta: Andi Offsel, 1986.

Skripsi

Ihwan Burhanudin, Pertimbangan Hukum Pengabulan Permohonan


Dispensasi Nikah Karena Hamil Luar Nikah (Studi Kasus Di
Pengadilan Agama Sarolangun Pada No Perkara
25/PDT.P/2020/PA.SRL), Skripsi, dalam
http://repository.uinjambi.ac.id, diakses tanggal 19 Maret 2022.

Muhammad Abu Tolhah, Permohonan Dispensasi Nikah di Pengadilan


Agama Jakarta Selatan, Skripsi, dalam
https://repository.uinjkt.ac.id, diakses tanggal 11 Maret 2022.

Resky Handayani, “ Tinjauan Yuridis Terhadap Permohonan Dispensasi


Nikah (Studi di Pengadilan Agama Watampone Kelas I A) “,
Skripsi, dalam http://repositori.iain-bone.ac.id, diakses pada
tanggal 11 Maret 2022.

Santi Ayuk Marganing, Pemberian Dispensasi Kawin Ditinjau Dari


Maslahah Mursalah (Studi Kasus di Pengadilan Agama

53
Karanganyar 2019), Skripsi, dalam http://eprints.iain-
surakarta.ac.id, diakses tanggal 19 Maret 2022.

Syamsiah, Dispensasi Nikah di Pengadilan Agama Pinrang (Analisis


Maslahah), Skripsi, dalam http://repostory.iainpare.ac.id, diakses
pada tanggal 06 Maret 2022.

Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat. Jakarta: Rajawali Pres,


2013.

Undang-Undang dan Internet

Dispensasi Nikah, dalam http://www.pa-pulangpisau.go.id, diakses


tanggal 19 April 2022.

Kamus Besar Bahasa Indonesia, dalam https://kbbi.kemdikbud.go.id,


diakses tanggal 19 April 2021, pukul 14.00.

Peraturan Mahkamah Agung Nomor 5 Tahun 2019 tentang Pedoman


Mengadili Permohonan Dispensasi Kawin. Jakarta, 2019.

Peraturan Mentri Agama Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2019


Tentang Pencatatan Pernikahan. Jakarta, 2019.

Profil Pengadilan Agama Praya, dalam https://pa-praya.go.id, diakses


tanggal 05 April 2022.

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas UU No. 1


Tahun 1974 tentang Perkawinan. Jakarta, 2019

SIPP Pa Praya, dalam http://sipp.pa-praya.go.id, diakses tanggal tanggal


21 April 2022.

Daftar Wawancara
1. Fathur Rahman, Pengadilan Agama Praya, 04 April 2022.
2. Lalu Mansur, Pengadilan Agama Praya, 30 Maret 2022.
3. Nismatin Niamah, Pengadilan Agama Praya, 08 April 2022
4. Solatiah, Pengadilan Agama Praya, 31 Maret 2022.

54
5. Lalu Kusuma Abdi, Pengadilan Agama Praya, 21 April 2022
6. Abrati Diesyani Esser, Pengadilan Agama Praya, 21 April 2022
7. Sukmaning Rahayu, Pengadilan Agama Praya, 21 April 2022

55
LAMPIRAN

1. Penetapan Nomor 2212/Pdt.P/2021/PA.Pra.

PENETAPAN
Nomor 2212/Pdt.P/2021/PA.Pra.

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA


ESA
Pengadilan Agama Praya yang memeriksa dan mengadili perkara
Perdata Agama pada tingkat pertama dalam sidang Hakim Tunggal, telah
menjatuhkan penetapan dalam perkara Dispensasi Kawin yang diajukan
oleh :
Saya bertanda tangan di bawah ini :
Latrim bin Seneng, tanggal lahir 01-07-1976, agama Islam, Pendidikan
Terakhir SD, Pekerjaan Petani, bertempat tinggal di Dusun
Batu Riti, Desa Kuta, Kecamatan Pujut, Kabupaten
Lombok Tengah, Selan jutnya disebut sebagai:
“Pemohon”
Pengadilan Agama tersebut;
Telah membaca dan mempelajari berkas perkara;
Telah mendengar keterangan Pemohon, keponakan Pemohon dan calon
mempelai laki-laki, serta orang tua calon mempelai laki-laki;
DUDUK PERKARA
Bahwa Pemohon dengan surat Permohonannya tertanggal 25
Oktober 2021 yang telah terdaftar di Kepaniteraan Pengadilan Agama
Praya, Nomor 2212/Pdt.P/2021/PA.Pra., tertanggal 25 Oktober 2021 pada
pokoknya mengemukakan hal-hal sebagai berikut :
1. Bahwa Pemohon memiliki anak perempuan bernama SILPIA binti
LATRIM yang berstatus gadis yang lahir pada tanggal 28 November
2006 atau berumur 15 tahun;
2. Bahwa anak Pemohon tersebut sekitar 6 bulan telah menjalin cinta
dengan seorang perjaka yang bernama HERMAN bin JAPRI, lahir

56
pada tanggal 01 JULI 1998 atau berumur 24 tahun, agama Islam,
pekerjaan Petani, bertempat tinggal di Dusun Bun Pek, Desa Tumpak,
Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah;
3. Bahwa anak Pemohon tersebut berencana untuk menikah dengan calon
suaminya yang bernama HERMAN bin JAPRI dan anak Pemohon
tersebut telah selarian ke rumah orangtua/keluarga calon suaminya
yang bernama HERMAN bin JAPRI sekitar/pada tanggal 20 Oktober
2021 , Pemohon dan orangtua calon suaminya berkeinginan untuk
menikahkan keduanya dengan pertimbangan antara anak Pemohon dan
calon suaminya tersebut sudah berpacaran lama dan untuk
mengantisipasi terjadinya hal-hal yang dilarang oleh agama dan
ketentuan hukum negara;
4. Bahwa antara anak Pemohon dan calon suaminya tidak terdapat
hubungan nasab atau hubungan lain yang dapat menghalangi sah nya
pernikahan, dan Pemohon telah telah mendaftarkan rencana pernikahan
keduanya tersebut pada Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan
Pujut akan tetapi pihak KUA tersebut menolak untuk melaksanakannya
dengan alasan anak Pemohon belum cukup umur, sebagaimana
disebutkan dalam Surat Penolakan Nomor:
B.574.KUA.19.02.04/PW/01/10/ 2021, Tanggal 21 Oktober 2021
sehinga dengan ini Pemohon mohon agar Ketua Pengadilan Agama
Praya dapat memberikan dispensasi kawin kepada anak Pemohon dan
calon suami anak Pemohon tersebut;
5. Bahwa agar pernikahan anak Pemohon dan calon suaminya dapat
dilaksanakan, Pemohon mohon agar Ketua Pengadilan Agama Praya
memerintahkan kepada Penghulu pada KUA Kecamatan Pujut untuk
melaksanakan pernikahan tersebut;
6. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, Pemohon mohon agar Ketua
Pengadilan Agama Praya segera memeriksa dan mengadili perkara ini,
untuk selanjutnya menjatuhkan penetapan yang amarnya berbunyi
sebagai berikut:
Primer:
1. Mengabulkan permohonan Pemohon;
2. Menetapkan memberi dispensasi bagi anak Pemohon yang
bernama SILPIA binti LATRIM yang berstatus gadis yang lahir
pada tanggal 28 November 2006 atau berumur 15 tahun; untuk

57
menikah dengan calon suaminya yang bernama HERMAN bin
JAPRI, lahir pada tanggal 01 JULI 1998 atau berumur 24 tahun
3. Memerintahkan kepada Penghulu pada Kantor Urusan Agama
Kecamatan Pujut untuk melaksanakan dan mencatat pernikahan
tersebut;
4. Menetapkan biaya perkara menurut hukum;
Subsider:
Dan atau apabila Pengadilan Agama Praya berpendapat lain, pemohon
mohon Penetapan yang seadil-adilnya.
TENTANG HUKUMNYA
Menimbang, bahwa maksud dan tujuan permohonan Pemohon
pada pokoknya adalah sebagaimana tersebut di atas;
Menimbang, bahwa antara Pemohon, calon mempelai wanita,
calon mempelai laki-laki dan orang tua calon mempelai laki-laki telah
datang mengahadap dipersidangan.
Menimbang bahwa Hakim juga memberikan nasehat dan
pandangan- pandangan terkait dengan resiko bagi pernikahan usia muda
yang belum siap dalam segi fisik, psikis dan mentalnya. Bagi perempuan
alat reproduksinya belum siap untuk hamil, di samping membahayakan
kesehatan dirinya juga kesehatan bayinya. Remaja yang menikah di usia
dibawah 19 tahun lebih beresiko mengalami gangguan mental, gangguan
kejiwaan, depresi, kecemasan, gangguan disosiatif (kepribadian ganda)
dan trauma psikologis lainnya. Remaja cendrung belum mampu
mengelolah emosi dan mengambil keputusan dengan baik akibatnya ketiak
dihadapkan dengan konflik rumah tangga pasangan pernikahan muda
seringkali menggunakan jalan kekerasan, selain itu keguguran atau
kehilangan anak yang kerap terjadi pada pernikahan usiamuda;
Menimbang bahwa, Pemohon, anak Pemohon, bapak calon
mempelai laki- laki dan calon mempelai laki-laki menyampaikan kepada
Hakim yang memeriksa bahwa anak Pemohon saat ini berusia 13 tahun 11
bulan berbeda dengan identitas permohonan Pemohon yang saat ini telah
berusia 15 tahun, dimana saat ini anak Pemohon masih sekolah kelas 2
SMP berdasarkan berita acara sidang pada tanggal 4 November2021;
Menimbang, bahwa dengan terungkapnya fakta di persidangan
yang telah disampaikan sendiri oleh Pemohon, calon mempelai wanita,

58
calon mempelai laki- laki serta orang tua calon mempelai laki-laki
tersebut, Hakim mempertimbangkannya sebagai berikut:
Menimbang, bahwa berdasarkan fakta tersebut, dimana Pemohon,
kedua calon dan besan Pemohon mengakui kedua calon telah menikah
sebagai pengakuan murni dalam persidangan sehingga telah terbukti,
sehingga Hakim berpendapat bahwa permohonan Pemohon untuk
diberikan izin menikah tidak dapat dilanjutkan karena saat ini anak
Pemohon masih sangat kecil dan masih sekolah kelas 2 SMP;
Menimbang bahwa saat ini anak Pemohon masih bersekolah dan
belum lulus SMP, maka Hakim berpendapat belum layak untuk
menempuh bahtera rumah tangga karena belum mendapatkan Pendidikan
yang layak, mengingat anak Pemohon adalah Wanita dan akan menjadi
seorang ibu yang akan medidik anak-anaknya kelak. Dimana ibu
merupakan Pendidikan pertama atau sekolah pertama untuk anak
keturunanya sehingga harus memperolah Pendidikan yang layak.
Menimbang, bahwa tujuan dari ditetapkannya batas umur tersebut
adalah untuk menjaga kesehatan suami-isteri dan keturunan mereka, baik
kesehatan fisik maupun kesehatan mental yang berkaitan dengan
kematangan mental seseorang, sehingga perkawinan itu sendiri dapat
mewujudkan tujuan perkawinan sesuai ketentuan Pasal 1 Undang-Undang
Nomor 16 Tahun 2019 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 1
Tahun 1974 tentang Perkawinan adalah bertujuan membentuk keluarga
(rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang
Maha Esa. Atau, menurut Pasal 3 Kompilasi Hukum Islam tujuan tersebut
dibahasakan dengan : “mewujudkan kehidupan rumah tangga yang
sakinah,mawaddah,dan rahmah, Hakim berpendapat anak Pemohon tidak
dapat memenuhi ketentuan dan tujuan dari perkawinan itu sendiri
mengingat anak Pemohon masih sangat kecil berusia 13 tahun 11bulan;
Menimbang,bahwa perkara ini adalah termasuk dalam bidang
perkawinan maka berdasarkan pasal 89 ayat (1) Undang-undang Nomor 7
Tahun 1989, yang telah ditambah dan diubah dengan Undang-Undang
Nomor 3 Tahun 2006 serta perubahan kedua dengan Undang-undang
Nomor 50 Tahun 2009 biaya perkara ini dibebankan kepada Pemohon;
Mengingat segala ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku dan hukum Islam yang bersangkutan;
MENGADILI

59
1. Menolak permohonan Pemohon;
2. Membebankan kepada Pemohon untuk membayar biaya perkara ini
sejumlah Rp. 260.000,- (dua ratus enam puluh riburupiah);
Demikian putusan ini dijatuhkan di Praya pada hari Kamis tanggal
4 November 2021 Masehi bertepatan dengan tanggal 28 Rabiul Awal 1443
Hijriyah oleh Solatiah, S.H.I., yang ditunjuk sebagai Hakim tunggal pada
Pengadilan Agama Praya pada hari itu juga dalam sidang terbuka untuk
umum dan Abrati Diesyani Esser, S.Sos, S.H., sebagai Panitera
Pengganti dengan dihadiri oleh Pemohon;

2. Penetapan Nomor 2112/Pdt.P/2021/PA.Pra.

PENETAPAN
Nomor 2112/Pdt.P/2021/PA.Pra.

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA


ESA
Pengadilan Agama Praya yang memeriksa dan mengadili perkara
Perdata Agama pada tingkat pertama dalam sidang Hakim Tunggal, telah
menjatuhkan penetapan dalam perkara Dispensasi Kawin yang diajukan
oleh :
Inaq Wirna alias Mulutiah binti Zaki, tanggal lahir 01-07-1952, agama
Islam, pekerjaan Petani, pendidikan tidak tamat SD,
tempat kediaman di Dusun Pertanian, Desa Aik Bual,
Kecamatan Kopang, Kabupaten Lombok Tengah,
selanjutnya disebut Pemohon I;
H. M Muksin Haer bin H. Muh Nurdin, tanggal lahir 01-07-1978,
agama Islam, pendidikan SMP, pekerjaan Petani,
bertempat tinggal di Dusun Benjor, Desa teratak,
Kecamatan Batukliang Utara, Kabupaten Lombok
Tengah, selanjutnya disebut Pemohon II;
Atau secara bersama-sama disebut para Pemohon;
Pengadilan Agama tersebut;

60
Telah membaca dan mempelajari berkas perkara;
Telah mendengarkan keterangan Pemohon I dan Pemohon II, cucu
Pemohon I dan anak Pemohon II;
Telah memeriksa alat bukti;
DUDUK PERKARA
Bahwa para Pemohon dengan surat permohonannya yang
didaftarkan di Kepanitraan Pengadilan Agama Praya pada tanggal 05
Oktober 2021 dengan register perkara Nomor 2112/Pdt.P/2021/PA.Pra,
mengemukakan hal-hal sebagai berikut :
1. Bahwa cucu Pemohon I bernama NURAINI Binti HAERUDIN
(tanggal lahir 16-07-2005) telah menjalin cinta sekitar 3 bulan dengan
seorang Jejaka, Anak Pemohon II yang bernama M. HAERIL
ADNAN Bin H. M MUKSIN HAER (tanggal lahir 24-05-2005),
agama Islam, pekerjaan-, alamat di Dusun Benjor, Desa Teratak,
Kecamatan Batukliang Utara, Kabupaten Lombok Tengah;
2. Bahwa Pemohon I dan Pemohon II bermaksud untuk segera
menikahkan cucu Pemohon I dan Anak Pemohon II, M. HAERIL
ADNAN Bin H.M MUKSIN HAER, dengan alasan keduanya telah
berpacaran selama 3 (tiga) bulan dan Pemohon I dan Pemohon II
khawatir akan terjadinya hal-hal yang dilarang oleh agama Islam;
3. Bahwa antara cucu Pemohon I NURAINI Binti HAERUDIN (tanggal
lahir 16-07-2005) dan Anak Pemohon II M. HAERIL ADNAN Bin
H.M MUKSIN HAER tidak terdapat hubungan nasab atau hubungan
lain yang dapat menghalangi sahnya pernikahan;
4. Bahwa cucu Pemohon I telah selarian dengan Anak Pemohon II M.
HAERIL ADNAN Bin H.M MKSIN HAER selama 3 (tiga) hari, dan
menurut rencana pernikahannya akan dilaksanakan sesegera mungkin;
5. Bahwa Pemohon I dan Pemohon II telah mendaftarkan rencana
pernikahan cucu Pemohon I dan Anak Pemohon II pada Kantor
Urusan Agama (KUA) Kecamatan Batukliang Utara, akan tetapi
pihak KUA tersebut menolak untuk melaksanakannya dengan alasan
cucu Pemohon I dan Anak Pemohon II kurang umur, sebagaimana
disebutkan dalam Surat Penolakan Nomor: B. 171/Kua.
18.02.02/PW.01/9/2021 tanggal 28 September 2021, maka oleh
karena itu Pemohon I dan Pemohon II mohon agar Ketua Pengadilan

61
Agama Praya dapat memberikan dispensasi kawin kepada cucu
Pemohon I dan Anak Pemohon II tersebut;
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, Pemohon I dan Pemohon II
mohon agar Ketua Pengadilan Agama Praya segera memeriksa dan
mengadili perkara ini, untuk selanjutnya menjatuhkan penetapan yang
amarnya berbunyi sebagai berikut:
1. Mengabulkan permohonan Pemohon I dan Pemohon II
2. Menetapkan memberikan dispensasi bagi cucu Pemohon I yang
bernama NURIANI Binti HAERUDIN (tanggal lahir 16-07-2005)
untuk menikah dengan anak Pemohon II M. HAERIL ADNAN Bin
H.M MUKSIN HAER (tanggal lahir 24-05-2005);
3. Memerintahkan kepada Penghulu pada Kantor Urusan Agama
Kecamatan Batukliang Utara untuk melaksanakan dan mencatat
pernikahan tersebut;
4. Menetapkan biaya perkara menurut hukum;
5. Dan atau apabila Pengadilan Agama Praya berpendapat lain,
Pemohon mohon penetapan yang seadil-adilnya.
PERTIMBANGAN HUKUM
Menimbang, bahwa maksud dan tujuan permohonan Para
Pemohon adalah sebagaimana tersebut di atas;
Menimbang bahwa untuk memenuhi ketentuan pasal 12 ayat (1)
dan (2) PERMA Nomor 5 Tahun 2019 Tentang Pedoman Mengadili
Permohonan Dispensasi Kawin, maka Hakim telah berusaha menasihati
para Pemohon dan cucu Pemohon I dan anak Pemohon II, tentang resiko
perkawinan yang akan dilakukan dan dampaknya terhadap anak dalam
masalah pendidikan, kesehatan dan kesiapan organ repruduksi,
pisikologis, piskis, sosial-budaya, ekonomi dan potensi perselisihan dan
kekerasan dalam rumah tangga sehingga para pihak disarankan untuk
menunda sampai usia minimal melangsungkan perkawinan, akan tetapi
para Pemohon tetap pada pendiriannya untuk segera melangsungkan
perkawinan. Sedangkan cucu Pemohon I bernama Nuraini binti
Haerudin menyatakan menerima nasihat dan saran dari hakim serta
bersedia menunda pernikahannya;
Menimbang bahwa berdasarkan permohonan para Pemohon
dihubungkan dengan keterangan para Pemohon, kedua calon mempelai

62
serta bukti-bukti di persidangan telah ditemukan fakta-fakta sebagai
berikut;
1. Bahwa cucu Pemohon I saat ini dipelihara oleh Pemohon I karena
kedua orang tua kandungnya berada di luar negeri;
2. Bahwa cucu Pemohon I saat ini berusia 16 tahun 3 bulan, dia belum
bekerja dan masih bersekolah kelas 1 SMA, tetapi sekarang sudah 2
(dua) bulan tidak masuk sekolah. Dia hendak menikah karena tidak
tahan tinggal bersama neneknya yang sering mengomeli dirinya;
3. Bahwa anak Pemohon II saat ini berusia 16 tahun 5 bulan, dia belum
bekerja dan sudah tidak bersekolah lagi, karena dia berhenti sekolah
hanya sampai 1 SMP, dia berhenti sekolah karena tidak ada keinginan
untuk bersekolah lagi, selama ini, untuk kebutuhan makan dan
minumnya masih ditanggung oleh bapak/orangtua (Pemohon II) dan
kadang-kadang dikasih uang Rp5000,00 (lima ribu rupiah) per hari,
dia tetap melaksanakan sholat 5 waktu, tetapi dia belum bisa
membaca Al-Quran, dia mengenal calon istrinya (cucu Pemohon I)
Sudah lama, tetapi menjalin hubungan cinta baru 1,5 bulan dan dia
mengaku belum pernah mimpi basah, sebagai pertanda akil balig bagi
seorang laki-laki;
4. Bahwa cucu Pemohon I bersedia menunda pernikahannya setelah
dinasehati oleh hakim;
5. Bahwa para Pemohon telah mendaftarkan keinginan untuk
menikahkan anak-anak mereka namun ditolak oleh Pegawai Pencatat
Nikah KUA Kecamatan Batukliang Utara dikarenakan cucu Pemohon
I dan anak Pemohon II masih belum cukup umur;
Menimbang, bahwa berdasarkan prtimbangan-pertimbangan
tersebut di atas permohonan para Pemohon harus dinyatakan ditolak;
Mengingat segala peraturan Perundang-undangan yang berlaku dan
hukum syar‟I yang berkaitan dengan perkara ini;
MENETAPKAN
1. Menolak Permohonan Pemohon I dan Pemohon II
2. Membebankan Kepada Pemohon I dan Pemohon II untuk membayar
biaya perkara sejumlah Rp410.000,- (Empat ratus sepuluh ribu
rupiah);
Demikian ditetapkan pada hari jum‟at tanggal 22 Oktober 2021 Masehi
bertepatan dengan tanggal 15 Rabiul Awal 1443 Hijriah, oleh Fathur

63
Rahman, S.H.I., M.S.I. sebagai Hakim Tunggal pada Pengadilan Agama
Praya, Penetapan tersebut diucapkan pada hari itu juga dalam sidang
terbuka untuk umum dibantu oleh Sukmaning Rahayu, S.H. sebagai
Panitra Pengganti, sengan dihadiri oleh Pemohon I dan Pemohon II;

3. Penetapan Nomor 1212/Pdt.P/2021/PA.Pra.

PENETAPAN
Nomor 2112/Pdt.P/2021/PA.Pra.

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA


ESA
Pengadilan Agama Praya yang memeriksa dan mengadili perkara
Perdata Agama pada tingkat pertama dalam sidang Hakim Tunggal, telah
menjatuhkan penetapan dalam perkara Dispensasi Kawin yang diajukan
oleh :
ANDI YUSUF BIN ALIMUDIN, tempat dan tanggal lahir Pungkang, 31
Desember 1984, agama Islam, pekerjaan Petani,
pendidikan SD, tempat kediaman di Dusun Pungkang,
Desa Kateng, Kecamatan Praya Barat Kabupaten
Lombok Tengah, selanjutnya disebut Pemohon.
Pengadilan Agama tersebut;
Telah membaca dan mempelajari berkas perkara;
Telah mendengarkan keterangan Pemohon, anak Pemohon, calon suami
anak Pemohon, orang tua calon suami anak Pemohon, dan saksi-saksi,
serta telah memeriksa alat bukti lainnya di persidangan.
DUDUK PERKARA
Menimbang, bahwa Pemohon dengan surat permohonannya
tertanggal 31 Mei 2021 yang didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan
Agama Praya pada tanggal tersebut dengan register perkara Nomor
1212/Pdt.P/2021/PA.Pra, mengemukakan hal-hal sebagai berikut :

64
1. Bahwa Pemohon memiliki seorang anak perempuan bernama Aliya
Deviana Yusuf binti Andi Yusuf yang berstatus gadis yang lahir pada
tanggal 23-06-2007 atau berumur 14 tahun;
2. Bahwa anak perempuan Pemohon tersebut sekitar 1 tahun telah
menjalin cinta dengan seorang perjaka yang bernama Taufikur
Rahman bin Patmah, lahir pada tanggal 13-07-2000 atau berumur 21
tahun, agama Islam, pekerjaan petani bertempat tinggal di Dusun
Tamping Desa Pengembur Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok
Tengah;
3. Bahwa anak Pemohon tersebut berencana untuk menikah dengan
4. calon suaminya yang bernama Taufikur Rahman bin Patmah dan anak
Pemohon tersebut telah selarian ke rumah orangtua/keluarga calon
suaminya yang bernama Taufikur Rahman bin Patmah sekitar/pada
tanggal 22 Mei 2021 dan Pemohon sebagai orangtua anak Pemohon
dan orangtua calon suaminya berkeinginan untuk menikahkan
keduanya dengan pertimbangan antara anak Pemohon dan calon
suaminya tersebut sudah berpacaran lama dan untuk mengantisipasi
terjadinya hal-hal yang dilarang oleh agama dan ketentuan hukum
negara;
5. Bahwa antara anak Pemohon calon suaminya tidak terdapat hubungan
nasab atau hubungan lain yang dapat menghalangi sahnya pernikahan,
dan Pemohon telah telah mendaftarkan rencana pernikahan keduanya
tersebut pada Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Pujut akan
tetapi pihak KUA tersebut menolak untuk melaksanakannya dengan
alasan anak Pemohon belum cukup umur, sebagaimana disebutkan
dalam Surat Penolakan Nomor: B.340/KUA 19.02.04/PW.01/V/2021,
tertanggal 27 Mei 2021 sehingga dengan ini Pemohon mohon agar
Ketua Pengadilan Agama Praya dapat memberikan dispensasi kawin
kepada anak Pemohon dan calon suami anak Pemohon tersebut;
6. Bahwa agar pernikahan anak Pemohon dan calon suaminya dapat
dilaksanakan, Pemohon mohon agar Ketua Pengadilan Agama Praya
memerintahkan kepada Penghulu pada KUA Kecamatan Pujut untuk
melaksanakan pernikahan tersebut;
7. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, Pemohon mohon agar Ketua

65
8. Pengadilan Agama Praya segera memeriksa dan mengadili perkara
ini, untuk selanjutnya menjatuhkan penetapan yang amarnya berbunyi
sebagai berikut:
Primer:
1. Mengabulkan permohonan Pemohon;
2. Menetapkan memberi dispensasi bagi anak Pemohon yang bernama
Aliya Deviana Yusuf binti Andi Yusuf untuk menikah dengan calon
suaminya yang bernama Taufikur Rahman bin Patmah;
3. Memerintahkan kepada Penghulu pada Kantor Urusan Agama
Kecamatan Pujut untuk melaksanakan dan mencatat pernikahan
tersebut;
4. Menetapkan biaya perkara menurut hukum;
Subsider:
Dan atau apabila Pengadilan Agama Praya berpendapat lain, pemohon
mohon Penetapan yang seadil-adilnya.
PERTIMBANGAN HUKUM
Menimbang, bahwa maksud dan tujuan permohonan Pemohon
adalah sebagaimana telah diuraikan di muka;
Menimbang, bahwa pada hari sidang yang telah ditentukan
Pemohon, anak Pemohon, calon suami anak Pemohon, dan orang tua anak
Pemohon, telah hadir dipersidangan ;
Menimbang, bahwa berdasarkan keterangan Pemohon, anak
Pemohon, calon suami anak Pemohn , dan orang tua anak Pemohon, telah
ternyata bahwa anak Pemohon masih berusia 14 tahun dan masih
bersekolah;
Menimbang, bahwa di persidangan telah terungkap tidak ada
alasan yang mendesak untuk dilaksanakannya pernikahan antara anak
Pemohon dan calon suaminya;
Menimbang, bahwa atas keterangan Pemohon, anak Pemohon,
calon suami anak Pemohon, serta orang tua calon suami anak Pemohon
tersebut Majelis Hakim menilai permohonan Pemohon tidak beralasan
hukum;
Menimbang, bahwa oleh karena perkara ini termasuk dalam bidang
perkawinan, maka berdasarkan ketentuan pasal 89 ayat (1) Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 1989 sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 3 tahun 2006 dan Undang-Undang Nomor 50

66
tahun 2009 tentang Peradilan Agama, biaya perkara dibebankan kepada
Pemohon;
Memperhatikan pasal-pasal dari peraturan perundang-undangan
yang berlaku dan hukum syara‟ yang berkenaan dengan perkara ini;
MENETAPKAN
1. Menolak permohonan Pemohon ;
2. Membebankan kepada Pemohon untuk membayar biaya perkara ini
sejumlah Rp. 235.000,- (dua ratus tiga puluh lima ribu rupiah);
Demikian ditetapkan oleh Hakim Pengadilan Agama Praya pada
hari Selasa, tanggal 15 Juni 2021 Masehi bertepatan dengan tanggal 5
Zulqaidah 1442 Hijriah oleh kami Nismatin Niamah S.H.I. sebagai
Hakim Tunggal, penetapan tersebut diucapkan pada hari itu juga dalam
sidang terbuka untuk umum oleh Hakim Tunggal tersebut, dan didampingi
oleh Lalu Kusuma Abdi, S.H. sebagai Panitera Pengganti, dengan
dihadiri oleh Pemohon;

4. Foto Wawancara di Lokasi Penelitian

67
68
5. Surat Izin Penelitian

69
6. Surat Balasan Dari Instansi Lokasi Penelitian

70
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Identitas Diri

Nama : Wire Sentane


Jenis Kelamin : Laki-Laki
Tempat, Tanggal Lahir : Pendem, 27 Oktober 1999
Alamat Rumah : Pendem Desa Landah Kecamatan
Praya Timur Kabupaten Lombok
Tengah

B. Riwayat Pendidikan
1. SDN Landah, Tahun 2012
2. MTs.N Model Praya, Tahun 2015
3. MAN 1 Lombok Tengah, Tahun 2018

C. Pengalaman Organisasi
1. Mengikuti organisasi Pramuka di MAN 1 Lombok Tengah
2. Mengikuti organisasi PMII
3. Menjadi Sekretaris di organisasi Ikatan Mahasiswa Desa Landah
(IKMDL)

Mataram, 24 Mei 2022

Wire Sentane

73

Anda mungkin juga menyukai