DALAM PERKAWINAN
(Studi di KUA Kecamatan Moyo Hilir Kabupaten Sumbawa)
OLEH
NURHAINI
NIM 160202086
Skripsi
Oleh
NURHAINI
NIM 160202086
ii
iii
iv
vi
MOTTO
1
QS. Adz Zariyaat (51):49.
vii
PERSEMBAHAN
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah, Tuhan semesta alam dan
shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad, juga
sehingga skripsi yang berjudul “ Perbedaan Penggunaan Lafadz Ijab dan Qabul dalam
Perkawinan (Studi di KUA Kecamatan Moyo Hilir Kabupaten Sumbawa) “, ini bisa
terselesaikan dengan baik, dan juga merupakan syarat untuk mendapatkan Gelar
Sarjana Hukum (SH) pada Program Studi Hukum Keluarga Islam Fakultas Syariah
Peneliti menyadari bahwa proses penyelesaian skripsi ini tidak akan sukses
tanpa bantuan dan keterlibatan berbagai pihak. Oleh karenanya, melalui kesempatan
1. Bapak Drs. Moh. Asyiq Amrulloh, M. Ag. Sebagai Pembimbing I dan Ibu
Nisfawati Laili Jalilah, M.H. sebagai Pembimbing II yang dengan sabar dan
menerus, dan tanpa bosan di tengah kesibukannya sehingga skripsi ini bisa
selesai.
yang diberikan untuk menempuh studi pada Program Studi Sarjana Strata Satu
ix
4. Ibu Hj. Ani Wafiroh, M.Ag. selaku Ketua Program Studi Hukum Keluarga
Islam.
5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Syariah UIN Mataram yang telah banyak
dan Almamater.
penelitian serta staf KUA Kecamatan Moyo Hilir Kabupaten Sumbawa yang
Akhir kata, semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi kita semua,
Penulis,
Nurhaini
x
DAFTAR ISI
ABSTRAK......................................................................................................... xv
E. Telaah Pustaka................................................................................... 6
xi
BAB II Perbedaan Penggunaan Lafadz Ijab dan Qabul dalam
Sumbawa............................................................................................. 47
Perkawinan........................................................................................... 75
xii
B. Analisis Terhadap Alasan Terjadinya Perbedaan Penggunaan
A. Kesimpulan .......................................................................................... 87
B. Saran .................................................................................................... 88
LAMPIRAN ...................................................................................................... 91
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Kabupaten Sumbawa
xiv
PERBEDAAN PENGGUNAAN LAFADZ IJAB DAN QABUL DALAM
PERKAWINAN
(Studi di KUA Kecamatan Moyo Hilir Kabupaten Sumbawa)
Oleh:
NURHAINI
NIM 160202086
ABSTRAK
xv
1
BAB I
PENDAHULUAN
dan sah apabila terpenuhinya rukun dan syarat di dalam perkawinan itu
sendiri. Salah satu rukun nikah tersebut, yang paling penting ialah ijab dan
qabul. Adapun syarat untuk diucapkannya ijab dan qabul ialah memahami
menyerahkan sesuatu kepada pihak lain, dalam hal ini dilakukan oleh pihak
wali calon istri, sedangkan qabul adalah suatu ucapan yang menunjukkan atas
kerelaan dan kesiapan untuk menerima sesuatu dari pihak lain, dalam hal ini
dilakukan oleh pihak calon suami atau yang mewakilinya. Mengenai lafadz-
dengan menggunakan lafadz inkah atau zawaj, atau akar kata dari keduanya
2
Kamal Muchtar, Asas-Asas Hukum Islam tentang Perkawinan, (Jakarta: Bulan Bintang,
1974), hlm. 73.
3
Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqh Lima Mazhab, (Jakarta: Penerbit Lentera, 2008), hlm.
308-311.
2
kalimat Allah yang menghalalkan Faraj dalam Al Qur’an adalah kata inkah
dan tazwij
diucapkan pertama kali dari ucapan salah satu diantara dua orang yang
suatu ungkapan kedua yang diucapkan dari salah satu diantara dua orang
kata-kata inkah dan tazwij, sebab dalam ijab yang terpenting niatnya dan
4
Ibid, hlm. 309.
3
membagi lafadz ijab menjadi dua yaitu lafadz sharih dan lafadz ghairu
dari wali nikah atau orang yang menempati posisi wali dalam arti orang
yang mewakili wali kepada calon suami atau wakilnya, sedangkan qabul
merupakan ucapan penerimaan yang berasal dari calon suami atau orang
yang mewakili calon suami. Adapun lafadz nikah yang sah digunakan
dalam akad perkawinan hanya ada dua yaitu lafadz yang berasal dari
pengucapan lafadz ijab dan qabul dalam perkawinan, ada yang tidak
5
Ibid, hlm. 311.
4
Hilir, banyak sekali masyarakat yang dari pelosok yang kurang paham
terkait perbedaan penggunaan lafadz ijab dan qabul dalam akad nikah
sebenarnya, serta lafadz ijab dan qabul yang seperti apa yang seharusnya
6
H. Nasrullah (Penghulu), Wawancara, KUA Moyo Hilir, 20 April 2020.
5
B. Rumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang di atas, maka dapat diambil permasalahan
Sumbawa?
Desa Batu Bangka, Dusun Karangjati dan Desa Ngeru, dengan alasan bahwa
pengucapan lafadz inkah pada saat ijab qabul berbeda-beda, ada yang
E. Telaah Pustaka
dilakukan oleh peneliti. 7 Telaah pustakan ini dilakukan agar dapat mengetahui
apakah penelitian tersebut sudah pernah dilakukan atau belum. Adapun telaah
7
Hardani, Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, (Yogyakarta: CV Pustaka Ilmu,
2020), hlm.96.
7
skripsi “Perbedaan Lafadz Nikah dalam Ijab Qabul Perspektif Majelis Ulama
ini adalah pendekatan kualitatif dan jenis penelitian lapangan (field research).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ijab dan qabul haruslah diucapkan
dengan lafal-lafal tertentu yaitu lafal yang mengandung kata tazwij dan na-ka-
ha (nikah dan kawin). Dalam pandangan hukum islam selama lafadz nikah
tidak dimaknai berbeda dari makna serah terima antara mujib dan qobil maka
yaitu antara wali atau wakilnya dan pengantin laki-laki atau wakilnya. 8
mengangkat topik utama tentang lafadz ijab dan qabul dalam perkawinan,
penelitian ini meneliti tentang perbedaan lafadz nikah dalam ijab qabul dilihat
8
Ria Rhisthiani, “Perbedaan Lafadz Nikah dalam Ijab Qabul Perspektif Majelis Ulama
Indonesia Provinsi Lampung”, (Skripsi, Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Raden Intan
Lampung: Lampung, 2019).
8
skripsi “Studi Analisis Pendapat Ibnu Qudamah tentang Keharusan Ijab Qabul
bahwa ijab qabul harus menggunakan lafadz “inkah” dan “tazwij” bagi yang
mampu serta hukum apa yang mendasari pendapat Ibnu Qudamah tersebut.
Metode atau pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sifatnya
adalah library research, datanya menggunakan data primer dan data sekunder,
bahwa menurut Ibnu Qudamah ijab qabul hanya sah ketika menggunakan
lafadz “inkah” dan “tazwij” bagi yang mampu berbahasa Arab. Akan tetapi,
Ibnu Qudamah tentang keharusan ijab qabul menggunakan lafadz “inkah” dan
“tazwij” bagi yang mampu adalah metode Qiyas. Dalam perspektif Ibnu
Qudamah untuk sahnya ijab qabul adalah harus mengucapkan lafadz dengan
bahasa arab, dan tidak sah menggunakan bahasa lain. Alasannya yaitu,
9
membahas tentang lafadz ijab dan qabul, sedangkan letak perbedaannya itu
keharusan ijab qabul menggunakan lafadz “inkah” dan “ tazwij” bagi yang
skripsi “Hukum Fasl antara Ijab dan Qabul Nikah (Studi Komparatif Pendapat
pendapat Imam Al-Jumari yang mengatakan bahwa apabila ada Fasl antara
ijab dan qabul nikah maka akad tetap dianggap sah selagi masih fokus dalam
prosesi akad dan tidak dalam jangka waktu yang lama, sedangkan Imam Al-
Syairazi dalam kitabnya berpendapat bahwa apabila ada Fasl antara ijab dan
qabul nikah maka akad dianggap tidak sah secara mutlaq. Setelah mengetahui
9
Wahyudin Asofi, “Studi Analisis Pendapat Ibnu Qudamah tentang Keharusan Ijab Qabul
Menggunakan Lafadz “Inkah” dan “ Tazwij” bagi yang Mampu”, (Skripsi, Fakultas Syariah dan
Hukum Uin Walisongo: Semarang, 2015).
10
bahwa pendapat siapapun diantara mazhab tidak ada yang salah, karena dari
membahas tentang lafadz ijab dan qabul. Akan tetapi, penelitian tersebut
hanya fokus pada hukum Faslnya, sedangkan letak perbedaannya itu terletak
pada fokus penelitiannya, dimana penelitian ini meneliti tentang hukum Fasl
antara ijab dan qabul dalam nikah perspektif Al-Juwaini dan Al-Syairazi.
lapangan yakni mengenai perbedaan penggunaan lafadz ijab dan qabul dalam
judul skripsi “Ijab dalam Akad Nikah (Studi Komparatif tentang Keabsahan
Redaksi Ijab Perspektif Fikih Empat Mazhab)”. Penelitian ini bertujuan untuk
berkaitan dengan ijab qabul dengan disertai dalil-dalil dan argumentasi, tidak
terkecuali permasalahan tentang lafadz yang sah dan tidak sah digunakan
dalam ijab qabul pernikahan. Madzhab Hanafi dan Maliki dikatakan kurang
calon istri, sedangkan Syafi’i dan Hanabilah merupakan dua mazhab yang
10
Noor Muklisin, “Hukum Fasl antara Ijab dan Gabul Nikah (Studi Komparatif Pendapat Al-
Juwaini dan Al-Syairazi)”, (Skripsi, Fakultas Syariah dan Hukum Uin Walisongo: Semarang, 2016).
11
merendahkan calon istri. Persamaan dalil terjadi pada surat al-Ahzab ayat 37
yaitu dalil tentang sahnya lafadz zawwaja. Perbedaan dalil lebih banyak
terdapat pada dalil lafadz yang bersifat tidak mutlak. Masing-masing mazhab
sepakat bahwa lafadz yang mutlak berakibat hukum bahwa ijab qabul sah,
sedangkan akibat hukum dari lafadz yang tidak mutlak masih terjadi
penelitian peneliti yaitu sama-sama membahas tentang lafadz ijab dan qabul.
Akan tetapi, penelitian tersebut hanya fokus pada Ijab dalam Akad Nikah
tanah Jawa itu disebabkan karena Islam masuk di tanah Jawa setelah agama
11
Ali Said, “Ijab dalam Akad Nikah (Studi Komparatif Tentang Keabsahan Redaksi Ijab
Perspektif Fikih Empat Mazhab)”, (Skripsi, Fakultas Syariah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang:
Malang, 2011).
12
Hindu dan Budha. Ajaran Hindu Budha banyak sekali mengajarkan tentang
kebudayaan atau tradisi, maka kebanyakan orang pada zaman sekarang ada
sebagian orang yang menganggap ada Islam kejawen, karena adanya ajaran-
ajaran agama Islam yang tidak ada dalam syari’at Islam tetapi ajaran itu
masuk kedalam tradisi atau kebudayaan. Seperti tradisi yang ada di Desa Jetak
yaitu pelaksanaan ijab qabul pernikahan yang terikat oleh waktu. 1. Alasan-
alasan para pelaku pelaksanaan ijab qabul terikat oleh waktu, yaitu: a.
pernikahan karena sudah menjadi tradisi turun temurun yang diwariskan oleh
pelaksanaan ijab qabul penikahan, keluarga yang menikah akan terhindar dari
perhitungan waktu sangatlah beragam, dari yang setuju dengan alasan supaya
moyang zaman dahulu. Begitu juga dengan tanggapan yang tidak setuju
mereka beralasan dalam syari’at Islam tidak ada. 3. Ilmu fikih menganggap
tradisi itu adalah sebagai kebudayaan masyarakat, tidak ada yang disalahkan
13
karena ilmu fikih adalah ilmu yang bersumber dari nash Al Qur’an dan
Hadist, sedangkan tradisi atau kebudayaan bersumber dari para leluhur yang
membahas tentang lafadz ijab dan qabul, sedangkan letak perbedaannya itu
terletak pada fokus penelitiannya, dimana penelitian ini meneliti tentang Ijab
adalah library research, datanya menggunakan data primer dan data sekunder,
“Ijab Qabul dalam Satu Nafas Perspektif Hukum Islam (Analisis Tradisi Akad
Islam. Peraturan tentang pelafalan ijab dan qabul yang berlaku di tengah-
dan qabul harus dilaksanakan dalam satu tarikan nafas. Bila hal itu terpenuhi,
akad nikahnya dihukumi sah dan sebaliknya. Hal ini kerap kali membawa
dampak negatif pada prosesi akad seperti banyak pengulangan pelafalan ijab
dan qabul dan ketakutan dan rasa gerogi dari calom mempelai pria. Di
12
Muhammad Khusein Ali,“Pelaksanaan Ijab Kabul Pernikahan Dengan Sistem Perhitungan
Waktu (Studi Kasus Desa Jetak Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang)”, (Skripsi, Fakultas
Syariah dan Ekonomi Islam Stain Salatiga: Salatiga, 2014).
14
samping itu, terdapat perbedaan redaksi pelafalan disana walaupun hal itu
nikah dan dapat saling dipahami maknanya. Prosesi akad nikah di Batang
Peranap sudah sesuai dengan ketentuan yang disyariatkan Islam. Akan tetapi,
perspektif mereka tentang lafadz nikah dengan satu tarikan nafas masih
menjadi polemik. Hal ini terjadi karena ada pergeseran penafsiran dalil dan
pendapat Mazhab oleh tokoh agama dan masyarakat terdahulu. Ijab qabul satu
nafas tidak ditemukan di dalam kitab fiqh. Oleh karenanya, praktek ijab qabul
dalam satu nafas semestinya tidak dilakukan karena memilik dampak negatif
membahas tentang lafadz ijab dan qabul, sedangkan letak perbedaannya itu
terletak pada fokus penelitiannya, dimana penelitian ini meneliti tentang Ijab
Qabul dalam Satu Nafas Perspektif Hukum Islam. Metode penelitian kualitatif
sifatnya adalah library research, datanya menggunakan data primer dan data
lafadz ijab dan qabul dalam perkawinan (Studi di KUA Kecamatan Moyo
13
Marsel,“Ijab Qabul Dalam Satu Nafas Perspektif Hukum Islam (Analisis Tradisi Akad
Nikah Di Kecamatan Batang Peranap)”. (Tesis, Uin Sultan Syarif Kasim Ria: Perarap, 2020).
15
Pada dasarnya akad nikah merupakan salah satu shigat untuk mengahalalkan
Adapun lafadz dalam akad nikah maka Bahasa yang diutamakan adalah
Bahasa Arab dengan merujuk kata Zawaja dan Nakaha yang kemudian
merupakan akad mutlak sekalipun empat Imam mazhab setuju dan sepakat
Bahasa dan pengetahuan Bahasa yang dipahamai oleh kedua mempelai atau
dalam akad nikah. Idealnya, Ijab qabul dilakukan menggunakan bahasa Arab
karena bahasa asal Syariat. Tetapi dalam realitanya, lebih banyak masyarakat
yang tidak menggunakan bahasa Arab. Alasannya beragam mulai dari tidak
bisa, tidak mengerti, tidak biasa, atau tidak pede karena takut salah.
14
Nurul Munjin Zaenal,“Keabsahan Akad Nikah Menggunakan Bahasa Jawa Perspektif
Hukum Islam”, (Skripsi, Fakultas Syariah IAIN Purwokerto: Purwokerto 2018).
16
membahas tentang lafadz ijab dan qabul, sedangkan letak perbedaannya itu
Researc), sumber data yang digunakan sumber data primer dan sekunder.
lapangan yakni mengenai perbedaan penggunaan lafadz ijab dan qabul dalam
fokus penelitian pada perbedaan penggunaan lafadz ijab dan qabul dalam
F. Kerangka Konseptual
a. Pengertian Perkawinan
ibadah. 16
mengandung arti yang lebih luas yang dimana dalam sebuah ikatan
15
Beni Ahmad Saebani, Fiqh Munakahat, (Bandung: Pustaka Setia, 2001), hlm. 9.
16
Mustafa Hasan, Pengantar Hukum Keluarga, (Jakarta: Kencna, 2015), hlm. 13-14.
18
istri.18
1) Calon suami;
2) Calon istri;
3) Wali nikah;
17
H. Abd. Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, (Jakarta: Kencana, 2006), hlm. 45.
18
Ibid, hlm. 49.
19
Mustafa Hasan, Pengantar Hukum Keluarga, (Jakarta: Kencana, 2015), hlm. 60.
19
1) Islam.
2) Baligh.
3) Berakal.
4) Merdeka.
5) Laki-laki.
6) Adil.20
71) yaitu :
tersebut;
20
Ibid, hlm. 62-63.
21
Ibid, hlm. 81-82.
20
1) Beragama islam;
3) Jelas orangnya;
Ijab qabul merupakan suatu ikatan suci diantara dua insan yaitu
antara seorang pria dan seorang perempuan dengan syarat dan rukun
sesuatu kepada pihak lain, dalam hal ini dilakukan oleh pihak wali
calon istri.
22
Ibid.hlm.81.
23
Tihami, Fiqh Munakahat Kajian Fiqh Nikah Lengkap, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009),
hlm.79.
21
dan kesiapan untuk menerima sesuatu dari pihak yang lain, dalam
hal ini dilakukan oleh pihak calon suami atau yang mewakilinya.
membatasi pada dua lafadz saja, yaitu lafadz yang berasal dari kata
yang berasal dari kata inkah dan zawwaja yaitu berpegang pada
24
Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqh Lima Mazhab, (Jakarta: Penerbit Lentera, 2008), hlm.
308-311.
22
yang berasal dari kata inkah dan zawwaja. Maka tidak sah jika
yang mewakili.
Artinya: “Apabila kamu mentalak isteri-isterimu, lalu habis
masa iddahnya, maka janganlah kamu (para wali) menghalangi
mereka kawin lagi dengan bakal suaminya[146], apabila telah
terdapat kerelaan di antara mereka dengan cara yang ma'ruf.
itulah yang dinasehatkan kepada orang-orang yang beriman di
antara kamu kepada Allah dan hari kemudian. itu lebih baik
bagimu dan lebih suci. Allah mengetahui, sedang kamu tidak
mengetahui”.27
26
Departemen Agama RI, Al-Qur’an…, hlm. 114.
27
Ibid, hlm. 8.
24
berasal dari salah satu diantara dua orang yang berakad. Dalam
atas dasar kerelaan yang diucapkan pertama kali dari ucapan salah
yang diucapkan dari salah satu diantara dua orang yang berakad,
macam yaitu:
qarimah (petunjuk).
macam yaitu:
29
Departemen Agama RI, Al-Qur’an…, hlm. 666.
26
50.30
tentang keabsahan
bihi al-zawwaja”.
30
Ibid, hlm. 666.
27
ketidaksahnya.31
yaitu:
31
Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqh…, hlm. 309.
32
Ibid, hlm. 311.
28
33
Departemen Agama RI, Al-Qur’an…, hlm. 609.
29
Artinya: Hai Nabi, sesungguhnya kami telah
menghalalkan bagimu isteri-isterimu yang telah kamu
berikan mas kawinnya dan hamba sahaya yang kamu miliki
yang termasuk apa yang kamu peroleh dalam peperangan
yang dikaruniakan Allah untukmu, dan (demikian pula)
anak-anak perempuan dari saudara laki-laki bapakmu,
anak-anak perempuan dari saudara perempuan bapakmu,
anak-anak perempuan dari saudara laki-laki ibumu dan
anak-anak perempuan dari saudara perempuan ibumu yang
turut hijrah bersama kamu dan perempuan mukmin yang
menyerahkan dirinya kepada Nabi kalau Nabi mau
mengawininya, sebagai pengkhususan bagimu, bukan untuk
semua orang mukmin. Sesungguhnya kami telah mengetahui
apa yang kami wajibkan kepada mereka tentang isteri-isteri
mereka dan hamba sahaya yang mereka miliki supaya tidak
menjadi kesempitan bagimu. Dan adalah Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.34
34
Ibid, hlm. 666.
30
berasal dari wali nikah atau orang yang menempati posisi wali
hanya ada dua yaitu berasal dari lafadz kata inkah dan zawwaja.
ayat 37:
35
Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqh…, hlm. 311.
31
Artinya: “Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita
musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak
yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia
menarik hatimu.dan janganlah kamu menikahkan orang-orang
musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka
beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang
musyrik, walaupun dia menarik hatimu. mereka mengajak ke
neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan
izin-Nya. dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-
perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil
pelajaran”.36
a. Pengertian Ur’f
pendapat:
37
Ibid, hlm. 666.
38
Sapiudin, Ushul Fiqh, (Jakarta: Kencana, 2011), hlm. 98.
33
mereka.
Jadi, yang dimaksud dengan ur’f adalah suatu hal yang telah
syari’at.
alasan diantaranya:
Hadist Nabi:
c. Syarat-Syarat Ur’f
jelas.
kehujjahan ur’f baru bisa direima apabila tidak ada nash yang
sehat.
39
Suwarijin, Ushul Fiqh, (Yogyakarta: Teras, 2012), hlm. 148.
36
tidak dapat diterima oleh akal sehat maka ur’f yang demikian
masyarakat.
40
Ibid, hlm. 106.
37
menetapkan hukum. 41
41
Ibid, hlm. 107.
38
G. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
atau lisan dari orang-orang yang perilaku yang dapat diamati. 42 Dalam
penggunaan lafadz ijab dan qabul dalam perkawinan yang ada di KUA
2. Kehadiran Peneliti
data yang diperoleh semakin akurat dan valid bahwa keberadaan yang
penggunaan lafadz ijab dan qabul dalam perkawinan yang ada di KUA
42
Lexi J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1999),
hlm.3.
43
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 1998), hlm. 12.
39
3. Lokasi Penelitian
KUA yang ada di Kecamatan Moyo Hilir. Adapun alasan memilih lokasi
ini antara lain: Karena di Kecamatan Moyo Hilir tersebut meskipun pada
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah terdiri dari
dua macam yaitu data primer dan data sekunder. Adapun sumber data
a. Data Primer
b. Data sekunder
44
Surhasimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2014), hlm.172.
45
Bagong Suyanto Sutinah, Metode Penelitiana Sosial Berbagai Alternatif
Pendekatan,(Jakarta: Kencana, 2007), hlm. 55.
40
Kabupaten Sumbawa.
a. Metode Observasi
oleh peneliti dalam penelitian ini yaitu, penghulu yang ada di KUA
46
Surhasimi Arikunto,Prosedur Penelitian…, hlm. 199-200.
41
Kabupaten Sumbawa?
c. Metode Dokumentasi
47
Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan Teori-Aplikasi, (Jakarta:Pt Bumi
Aksara,2006), hlm.191.
42
data secara sistematis, dengan cara data-data yang diperoleh dari hasil
dapat interprestasi. 49
a. Reduksi Data
b. Penyajian Data
48
Ibid, hlm.7.
49
Ibid, hlm. 217.
43
melihat dan dapat memahami apa yang terjadi dan apa yang harus
tersebut.
c. Menarik Kesimpulan
7. Keabsahan Data
a. Meningkatkan Ketekunan
b. Triangulasi
sesuatu yang lain di luar dari data itu untuk keperluan pengecekan
1) Triangulasi Sumber
2) Triangulasi Metode
50
Sutrisno Hadi, Metode Research, (Jakarta: Andi Offsel, 1986), hlm. 43.
45
d. Kecukupan Referensi
H. Sistematika Pembahasan
mengacu pada buku Pedoman Penulisan Skripsi UIN Mataram Tahun 2019.
skripsi ini, penulis membaginya dalam tiga bagian yang terdiri dari:
1. Bagian awal
abstrak.
46
2. Bagian isi
lafadz ijab dan qabul dalam perkawinan yang ada di Kecamatan Moyo
Sumbawa.
ijab dan qabul dalam perkawinan yang ada di Kecamatan Moyo Hilir
Kabupaten Sumbawa.
dan saran. Kesimpulan ini merupakan ringkasan dari semua materi, dan
3. Bagian Akhir
surat izin penelitian dari Kantor KUA Kecamatan Moyo Hilir Kabupaten
penelitian.
48
BAB II
Sumbawa51
51
Suyitno (Kepala KUA), Profil dan Sejarah KUA Kecamatan Moyo Hilir Kabupaten
Sumbawa Tahun 2020, hlm. 1-6. Dikutip pada Tanggal 8 Juli 2020.
49
strategis. Hal itu dimaksudkan agar tugas dan fungsi yang embannya
profil tahun ini sebagai bahan acuan untuk mendapatkan data yang valid
yang berdiri pada Tahun 1982, yang pada saat itu Kepala KUA Moyo
dilanjutkan oleh Bapak Akup dari Tahun 2012, dan yang terakhir
Kabupaten Sumbawa
a. Motto
terhadap orang lain, serta kerja sama yang baik dengan tanpa
b. Visi
c. Misi
52
Ibid, hlm. 1.
53
Ibid, hlm. 4.
51
d. Tujuan
54
Ibid, hlm. 5.
52
sebagai berikut:
KEPALA
SUYITNO, S.Ag
55
Ibid, hlm. 6.s
53
Sumbawa
bernama H. Nasrullah.
bernama H. Nasrullah.
Nasrullah.
54
bernama H. Nasrullah.
bernama H. Nasrullah.
bernama H. Nasrullah.
10) Adam Malik Bin Damhuji Hasan dengan pasangan yang bernama
12) Arbi Tansya Bin Mastar dengan pasangan yang bernama Gumala
Nasrullah.
13) Bagus Kurniawan Saputra Bin Abdul Halid dengan pasangan yang
Nasrullah.
14) Dedi Rivanto Bin Abdul Razak (Alm) dengan pasangan yang
16) Sadam Husen Bin Saparuddin dengan pasangan yang bernama Evi
Nasrullah.
Nasrullah.
Nasrullah.
bernama H. Nasrullah.
23) Syamsul Hidayat Bin Abdul Fatah dengan pasangan yang bernama
bernama H. Nasrullah.
bernama H. Nasrullah.
bernama H. Nasrullah.
26) Sopyan Bin Rebo (Alm) dengan pasangan yang bernama Samsiar
Nasrullah.
Nasrullah.
28) Bahari Bin Branum dengan pasangan yang bernama Ria Supiana
H. Nasrullah.
29) Mustami Bin Zainal Abidin dengan pasangan yang bernama Cindi
H. Nasrullah.
bernama H. Nasrullah.
31) Slamet Suwandi Bin H. Jabin dengan pasangan yang bernama Julia
Nasrullah.
33) Nur Cholis Bin Darimun dengan pasangan yang bernama Novita
bernama H. Nasrullah.
Nasrullah.
36) Dani Safrianto Bin Sapiolah dengan pasangan yang bernama Yulia
H. Nasrullah.
Nasrullah.
H. Nasrullah.
H. Nasrullah.
42) Mas’ud Bin Mana Wari dengan pasangan yang bernama Satia Bt
bernama H. Nasrullah. 56
56
Suyitno (Kepala KUA), Data Nikah, Moyo Hilir, 23 April 2020.
61
semuanya menggunakan lafadz ijab dan qabul yang berbeda pada saat
H. Nasrullah. 57
Nasrullah.58
57
M. Saleh (Wali Nikah), Wawancara, Moyo Hilir, 13 Mei 2020.
58
Zaidin (Wali Nikah), Wawancara, Moyo Hilir, 14 Mei 2020,
59
Sapriadi (Wali Nikah), Wawancara, Moyo Hilir, 15 Mei 2020.
60
Faruk Hali (Wali Nikah), Wawancara, Moyo Hilir, 16 Mei 2020.
62
bernama H. Nasrullah. 61
ijab dan qabul terdiri dari lafadz-lafadz yang diucapkan sebagai kata-kata
tertentu yang menandakan suatu akad pernikahan terlaksana dan sah. Ijab dan
qabul sebagian dari rukun nikah yang harus dipenuhi lafadz ijab dan qabul
juga merupakan bagian dan point terpenting dalam pernikahan karena lewat
lafadz ijab qabul dapat ditentukan sah atau tidaknya suatu pernikahan.
Pengucapan lafadz ijab dan qabul sering kali terjadi perbedaan lafadz
terutama dalam pengucapan inkah nya, padahal sudah jelas ketika melafalkan
ijab dan qabul dalam pernikahan harus menggunakan lafal tertentu yaitu inkah
kata nikah) akan tetapi realita di lapangan masih saja ditemukan ada beberapa
pasangan yang menggunakan lafadz ijab dan qabul yang berbeda-beda (di luar
diarahkan sebelumnya oleh pihak KUA namun mereka masih kekeh pada
61
Iskandar (Wali Nikah), Wawancara, Moyo Hilir, 17 Mei 2020.
63
menggunakan lafadz ijab dan qabul yang berbeda pada saat melangsungkan
akad yaitu karena kebanyakan dari mereka tidak terlalu paham tentang
Berdasarkan pada tabel di atas, dapat kita simpulkan bahwa ada sekian
menggunakan lafadz ijab dan qabul yang berbeda pada saat pengucapan lafadz
inkahnya. Adapun pengucapan lafadz ijab dan qabul yang digunakan dibagi
“nikah”. yang hanya menggunakan dua kata saja yaitu “menyerahkan”, dan
Kuserah
langsung apa yang terjadi di lapangan terkait ucapan lafadz ijab dan
Contoh bunyi lafadz ijab dan qabul yang digunakan oleh wali
berikut ini:
62
M. Saleh (Wali Nikah), Wawancara, Moyo Hilir, 13 Mei 2020.
65
berikut ini:
63
Sapriadi (Wali Nikah), Wawancara, Moyo Hilir, 14 Mei 2020.
64
Faruk hali (Wali Nikah), Wawancara, Moyo Hilir, 15 Mei 2020.
66
Kubeang
Contoh bunyi lafadz ijab dan qabul yang digunakan oleh wali
qabul. 65
saat kita menikah dulu Bapak Iskandar selaku orangtua dari Istri
ijab qabulnya.66
Kusenikah
pengucapan lafadz yang digunakan oleh Bapak Biola Ilias wali dari
Usin wali dari pasangan Yeyen Karliani dan Ahmad Jupriadi, Bapak
65
Zaidin (Wali Nikah), Wawancara, Moyo Hilir, 16 Mei 2020.
66
Iskandar (Wali Nikah), Wawancara, Moyo Hilir, 17 Mei 2020.
68
Contoh bunyi lafadz ijab dan qabul yang digunakan oleh wali
qabul. 67
67
Biola Ilias (Wali Nikah), Wawancara, Moyo Hilir, 18 Mei 2020.
69
benar pada Bapak mertua saya selaku orangtua dari Istri saya
qabulnya.68
68
Muhammad Kadir Usin (Wali Nikah), Wawancara, Moyo Hilir, 19 Mei 2020.
70
menikahkan. 69
atas, maka pada bagian ini peneliti akan menguraikan alasan terjadinya
perbedaan penggunaan lafadz ijab dan qabul dalam perkawinan yang ada di
wawancara dengan para informan, maka ditemukan ada beberapa alasan yang
69
Ibrahin (Wali Nikah), Wawancara, Moyo Hilir, 20 Mei 2020.
71
c) Hal yang senada juga diungkapkan oleh Bapak Faruk Hali wali
70
M. Saleh (Wali Nikah), Wawancara, Moyo Hilir, 13 Mei 2020.
71
Sapriadi (Wali Nikah), Wawancara, Moyo Hilir, 14 Mei 2020.
72
Faruk Hali (Wali Nikah), Wawancara, Moyo Hilir, 15 Mei 2020.
72
alasan yang dipaparkan oleh Bapak Biola Ilias wali dari pasangan Eti
73
Zaidin (Wali Nikah), Wawancara, Moyo Hilir, 16 Mei 2020.
74
Iskandar (Wali Nikah), Wawancara, Moyo Hilir, 17 Mei 2020.
73
pasangan Yeyen Karliani dan Ahmad Jupriadi, Bapak Ibrahim wali dari
menggunakan lafadz ijab dan qabul yang umumnya orang gunakan (kata
75
Biola Ilias (Wali Nikah), Wawancara, Moyo Hilir, 18 Mei 2020.
76
Muhammad Kadir Usin (Wali Nikah), Wawancara, Moyo Hilir, 19 Mei 2020.
74
saat ijab qabul adalah menggunakan kata nikah dan dari pihak
KUA sendiri juga mengarahkan seperti itu”.77
77
Ibrahin (Wali Nikah), Wawancara, Moyo Hilir, 20 Mei 2020.
75
Sumbawa pada saat ijab dan qabul, dari pihak KUA pun sudah
78
Suyitno (Kepala KUA), Wawancara, Moyo Hilir, 8 Juli 2020.
76
BAB III
Perkawinan
pernikahan. Karena lewat lafadz ijab dan qabul lah dapat ditentukan sah atau
tidaknya suatu pernikahan. Dalam hal pengucapan lafadz ijab dan qabul sering
menemukan adanya berbagai hal yang menarik dalam masyarakat yang ada di
terjadi sejak dahulu, dan sudah banyak terjadi ketika rangkaian ijab dan qabul
perkawinan termasuk dalam pelafalan ijab qabul, tetapi itu bukan sebagai
solusi dalam perbedaan tersebut, karena yang terjadi di masyarakat saat ini
tentunya tidak terlepas dari tuntunan atau kebiasaan yang terjadi sejak dahulu,
hal yang melatar belakangi perbedaan tersebut. Jika merujuk kepada Al-
ijab qabul dengan kata-kata yang khusus, untuk itu penulis mengambil
Dari hasil penelitian peneliti dalam memaknai arti dari ijab dan qabul
Syafi’i, Maliki dan Hambali membatasi pengucapan lafadz ijab dan qabul
hanya pada dua lafadz saja yaitu lafadz nikah dan zawaj. Jika keluar dari
lafadz tersebut, maka pernikahan dianggap tidak sah. Praktik yang terjadi pada
lima pasangan yang menggunakan lafadz ijab dan qabul yang berbeda dan itu
saja bahkan semua lafadz dianggap cocok apabila maknanya dapat dimengerti,
mazhab Hanafi. Hal ini dalam mazhab Syafi’i, Mailiki dan Hambali sudah
keluar dari maksud lafadz nikah dan zawaj (tidak menunjukkan suatu
78
digunakan dalam membatasi penggunaan lafadz ijab dan qabul hanya pada
lafadz yang berasal dari kata inkah dan zawwaja yaitu berpegang pada Hadits
79
HR. Muslim, Hadits Hukum Bukhari Muslim, (Jakarta: Pustaka As-Sunnah Jakarta, 2010),
hlm. 907.
80
Ibid, hlm. 908.
81
Departemen Agama RI, Al-Qur’an…, hlm. 114.
79
82
Departemen Agama RI, Al-Qur’an…, hlm. 8.
80
83
Ibid, hlm. 666.
84
Departemen Agama RI, Al-Qur’an…, hlm. 609.
81
saja entah itu lafadz sharih (jelas) ataupun lafadz kinayah (samar atau
sindiran) sebab dalam ijab qabul yang terpenting niatnya dan tidak disyaratkan
maknanya sama, hukumnya tetap sah. Sehingga tidak ada kekhawatiran sah
dapat digunakan. Fakta yang terjadi pada masyarakat di Kec. Moyo Hilir
apa saja selama maksud dan tujuannya adalah untuk menikah tidak masalah.
Dalil yang digunakan mazhab Hanafi yaitu surat Al-Ahzab ayat 37:
Hal ini menurut penulis jika belum pernah ditemukan sama sekali baik
dalam Al-Qur’an maupun Hadist mengenai ketentuan lafadz ijab dan qabul
dalam pernikahan, maka perbedaan lafadz ijab qabul tersebut tidaklah menjadi
masalah yang besar selama lafadz itu mengandung kata tazwij dan nikah.
Dalam Hadist tidak ditentukan lafadz seperti apa yang digunakan ketika
menikah, tetapi ketentuan yang harus diikuti adalah rukun nikah tersebut,
tidak heran jika banyak perbedaan yang terjadi tentang lafadz nikah ini karena
lafadz nikah dalam ijab qabul adalah, jika terjadi perbedaan pelafalan dalam
ijab qabul ketika akad nikah tetapi selama perbedaan pengucapan lafadz ijab
dari kontes nikah), maka tidak masalah. Lafadz ijab qabul ketika menikah
menggunakan lafadz nikah dan tazwij yang berarti nikah atau kawin.
keluarga dan penghulu lafadz mana yang lebih baik digunakan ketika
pendapat satu dengan yang lainnya dalam pelafalan ijab qabul, selama dapat
85
Departemen Agama RI, Al-Qur’an…, hlm. 666.
83
tentang agama, dan cara memahami dalil-dalil dengan berbeda, ada yang
memahami secara literal dan ada yang memahami secara substansi. Jika
secara literal maka dia harus membaca sesuai dengan apa yang sudah
substansi, yang menganggap jika makna atau tujuan dari lafadz nikah itu
sudah dipahami dan sudah dicapai maka sudah cukup dan orang-orang sudah
mengerti.
sudah terjadi sejak dahulu, tetapi tujuan dan maksudnya adalah sama yaitu
beda ketika mengucapkan lafadz ijab dan qabul dalam pernikahan, itu
juga berbeda-beda.
sebagai berikut:
84
caranya yang satu menggunakan ini yang satunya lagi beda juga,89
86
M. Saleh (Wali Nikah), Wawancara, Moyo Hilir, 13 Mei 2020.
87
Sapriadi (Wali Nikah), Wawancara, Moyo Hilir, 14 Mei 2020.
88
Faruk Hali (Wali Nikah), Wawancara, Moyo Hilir, 15 Mei 2020.
89
Zaidin (Wali Nikah), Wawancara, Moyo Hilir, 16 Mei 2020.
85
tersebut disahkan oleh para saksi dan masyarakat, jadi mereka juga
mengikutinya.90
adalah anjuran dari pihak KUA sendiri, 92 dan mereka mengatakan juga
Syafi’i maka lafadz yang digunakan pada saat ijab qabul adalah
karena alasan kebiasaan dimana kebiasaan itu di dalam Hukum Islam tentang
ur’f itu hanya bisa dijadikan dasar hukum ketika dilakukan oleh masyarakat
dan kebiasaan itu juga dilakukan secara terus menerus sehingga perbuatan
tersebut menjadi popular dikalangan mereka, dan itu bukan dilakukan oleh
beberapa orang atau keluarga saja, karena di dalam teori tentang ur’f / adat
90
Iskandar (Wali Nikah), Wawancara, Moyo Hilir, 17 Mei 2020.
91
Biola Ilias (Wali Nikah), Wawancara, Moyo Hilir, 18 Mei 2020.
92
Muhammad Kadir Usin (Wali Nikah), Wawancara, Moyo Hilir, 19 Mei 2020.
93
Ibrahin (Wali Nikah), Wawancara, Moyo Hilir, 20 Mei 2020.
86
peristiwa yang berulang kali dilakukan, diakui atau dikenal oleh masyarakat.
Hadist Nabi:
Dalam hal ini sesuai dengan kriteria ur’f yang berkaitan dengan
kebiasaan yang diterima oleh banyak orang dan tidak bertentangan dengan
norma agama, sopan santun dan budaya leluhur. Dari kriteria tersebut
tidak bisa dimasukan atau dikatakan ur’f, karena hanya beberapa orang atau
bisa dikatakan hanya di dalam keluarga itu saja dan tidak semua masyarakat
mengakuinya, para ulama ushul juga mengatakan bahwa suatu ur’f baru
dapat dijadikan oleh salah satu dalil dalam menetapkan hukum syara’ apabila
dapat dikatakan.
2. Ur’f tersebut harus masih tetap berlaku pada saat hukum yang
tersebut baik itu ur’f dalam bentuk praktik, perkataan, umum dan
khusus.
yang dikandung nash tersebut tidak diterapkan. Ur’f seperti ini tidak
dapat dijadikan dalil syara’ karena kehujjahan ur’f baru bisa direima
dihadapi. 94
dikatakan ur’f, karena dalam pengertian ur’f yang telah dikemukakan bahwa
ur’f yang dapat diterima sebagai dalil syara’ adalah ur’f yang tidak
masyarakat bukan hanya beberapa orang saja. Para ulama pun banyak yang
94
Suwarijin, Ushul Fiqh, (Yogyakarta: Teras, 2012), hlm. 148.
88
sepakat dan menerima ur’f sebagai dalil menetapkan hukum selama ur’f itu
disyaratkan.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengucapan lafadz inkah pada saat ijab qabul di Kecamatan Moyo Hilir
lafadz ijab dan qabul yang berbeda tersebut, mereka lebih cendrung
89
atau memberikan”.
selama sesuai dengan syarat dan rukunnya maka lafadz tersebut tidak
d. Lafadz apa saja yang digunakan selama itu mengarah pada pernikahan
tidak masalah.
3. Penggunaan lafadz ijab dan qabul yang digunakan oleh kelima pasangan
seperti kebiasaan yang terjadi sejak dahulu dan itu sudah menjadi turun
B. Saran
qabul sesuai dengan ketentuan mazhab Syafi’i agar tidak terjadi perbedaan
pendapat.
2. Mengikuti pendapat siapapun diantara para mazhab tidak ada yang salah,
karena dari pendapat para mazhab mempunyai dasar hukum yang kuat.
Jadi tidak perlu mengklaim pendapat para mazhab karena hal tersebut
DAFTAR PUSTAKA
Abu Malik Kamal Bin As-Sayyid Salim, Shahih Fikih Sunnah Lengkap. Jakarta:
Pustaka Azzam, 2007.
Amiur Nuruddin & Azhari Akmal Taringan, Hukum Perdata Islam di Indonesia.
Jakarta: Kencana, 2004.
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya. Bandung: PT. Syamil Cipta
Media, 2005.
91
Noor Muklisin, Hukum Fals antara Ijab dan Qabul Nikah (Studi Komparatif
Pendapat Al-Juwaini dan Al-Syairazi). Skripsi: Fakultas Syariah dan Hukum
Uin Walisongo Semarang, 2016.
Ria Rhisthiani, Perbedaan Lafadz Nikah dalam Ijab Qabul Perspektif Majelis
Mazhab Indonesia Provinsi Lampung. Skripsi: Fakultas Syariah UIN Raden
Intan Lampung, 2019.
Tihami, Fiqh Munakahat Kajian Fiqh Nikah Lengkap. Jakarta: Rajawali Pers, 2009.
Wahyudin Asofi, Studi Analisis Pendapat Ibnu Qudamah tentang Keharusan Ijab
Qabul Menggunakan Lafadz “Inkah” dan “ Tazwij” bagi yang Mampu.
Skripsi: Fakultas Syariah dan Hukum Uin Walisongo Semarang, 2014.
93
LAMPIRAN-LAMPIRAN
100
101
110
111
112
113
1. Wawancara bersama Kepala KUA Kec. Moyo Hilir (Bapak Suyitno, S.Ag)