Oleh :
Suhada
180305108
i
MANAJEMEN STRATEGIK DALAM MENINGKATKAN
KOMPETENSI SANTRI (STUDI KASUS PONDOK PESANTREN
AR-RIDWAN KECAMATAN SAPE KABUPATEN BIMA)
Skripsi
Oleh:
Suhada
180305108
ii
iii
iv
v
vii
MOTTO
1
QS Al-Insyirah [94]: 7
viii
PERSEMBAHAN
ix
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam. Sholawat serta salam
semoga dilimpahkan kepada Rasulullah SAW yang telah membawa Dinul
Islam sebagai tuntunan bagi umat manusia menuju jalan yang lurus yaitu
jalan yang diridhoi oleh Allah SWT. Penulis mampu menyelesaikan
penelitian yang berjudul “Manajemen Strategik Dalam Meningkatkan
Kompetensi Santri (Studi Kasus Pondok Pesantren Ar-Ridwan
Kecamatan Sape Kabupaten Bima).”
Dalam penyusunan penelitian ini, penulis banyak mendapat
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak sehingga memperlancar penulis
menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima
kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu, yaitu:
x
tercinta. Tanpa mengharapkan imbalan ataupun balasan apapun
kecuali kesuksesan semata-mata yang diharapkan.
8. Untuk saudara-saudaraku tercinta (Samsudin, Iksan, Nasarudin,
Sahrul, dan Hairul). Terimakasih selalu memberi semangat untuk
perempuan satu-satunya ini.
9. Untuk temen-temenku di tanah rantauan (Uswatun, Nuryasmin,
Winda, Wati, dan Aminarti). Terimakasih telah memberikan
semangat dan membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Kalian
adalah orang-orang hebat dan kuat yang saya miliki.
10. Terimakasih untuk orang-orang yang pernah menyakiti, tanpa
mereka mungkin penulis tidak akan menjadi orang yang sekuat ini,
tanpa mereka mungkin penulis tidak akan pernah tau rasanya sakit,
dan karena mereka penulis ingin menjadi pribadi yang lebih baik
lagi.
11. Dan terimakasih untuk diri sendiri yang telah sabar melewati
semua ujian hidup sampai dengan detik ini. Kamu hebat.
Mataram,
Penulis,
Suhada
180305108
xi
DAFTAR ISI
SAMPUL DEPAN................................................................................. i
HALAMAN JUDUL ............................................................................. ii
HALAMAN LOGO .............................................................................. iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................................... iv
NOTA DINAS PEMBIMBING ........................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ............................................. vi
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................. vii
MOTTO ................................................................................................. viii
PERSEMBAHAN ................................................................................. ix
KATA
PENGANTAR .......................................................................................
.............................................................................................................. x
DAFTAR ISI ......................................................................................... xii
ABSTRAK ............................................................................................. xiv
BAB I
PENDAHULUAN
.............................................................................................................
........................................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................. 3
C. Tujuan dan Manfaat .............................................................. 3
D. Ruang lingkup dan seting penelitian .................................... 4
E. Telaah pustaka ...................................................................... 4
F. Karangka teori ...................................................................... 7
G. Metode penelitian ................................................................. 20
H. Sistematis pembahasan ......................................................... 24
I. Uji Keabsahan Data .............................................................. 25
J. Sistematika Pembahasan....................................................... 28
xii
4. Keadaan/ Kondisi Umum .............................................. 33
5. Keadaan Santri .............................................................. 45
6. Jadwal Kegiatan Di Pondok Pesantren Ar-Ridwan ..... 36
7. Visi Dan Misi Pondok Pesantren Ar-Ridwan ............... 37
B. Manajemen Strategik Yang Di Terapkan Pada Pondok Pesantren
Ar-Ridwan Dalam Meningkatkan Kompetensi Santri Di
Kecamatan Sape Kabupaten Bima ............................................. 38
1. Menerapkan Formulasi Strategik Pesantren Ar-Ridwan 38
2. Menerapkan Implementasi Strategik Pesantren Ar-
Ridwan ...................................................................... 41
3. Menerapkan Evaluasi Strategik Pesantren Ar-Ridwan . 44
C. Kendala dan Solusi Pada Pondok Pesantren Ar-Ridwan Dalam
Meningkatkan Kompetensi Santri .............................................. 47
xiii
Manajemen Strategik Dalam Meningkatkan Kompetensi Santri
(Studi Kasus Pondok Pesantren Ar-Ridwan Kecamatan Sape
Kabupaten Bima)
Oleh:
Suhada
180305108
ABSTRAK
Pondok pesantren merupakan lembaga non formal dan sudah ada
sejak lama di Indonesia, dan juga merupakan tempat berkumpulnya orang
muslim yang dipakai untuk berbagai kegiatan keagamaan seperti mencari
ilmu keagamaan, mengaji serta mengkaji ilmu-ilmu yang berkaitan dengan
keagamaan. Pesantren Ar-Ridwan adalah pesantren yang telah mempunyai
kurikulum pesantrennya sendiri dan menerapkan berbagai macam
manajemen strategik guna untuk meningkatkan kompetensi para santri.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana
manajemen strategik yang diterapkan pada pondok pesantren Ar-Ridwan
dalam meningkatkan kompetensi santri, dan untuk mengetahui kendala
maupun soslusi yang terdapat pada pondok pesantren Ar-Ridwan,
Kecamatan Sape Kabupaten Bima.
Metode penellitian yang digunakan adalah dengan pendekatan studi
kasus kualitatif dan tehnik pengumpulan data pada penelitian ini adalah
observasi, wawancara, serta dokumentasi pada pondok pesantren Ar-
Ridwan Kecamatan Sape Kabupaten Bima.
Hasil penelitian menunjukan, bahwa manajemen strategik yang
diterapkan pada pondok pesantren Ar-Ridwan telah menggunakan
xiv
manajemen strategik dengan baik.Hal ini, dapat dilihat dari.Pertama,
Formulasi Strategik yang sudah terbukti bahwa dengan adanya visi dan
misi. Kedua, Implementasi Strategik yang menjelaskan berupa program-
program maupun kegiatan yang sudah susun oleh kurikulum dan di
sesuaikan dengan kebutuhan para santriwan dan santriwati. Ketiga,
Evaluasi Strategik yang dilakukan dengan dua cara tehnik yaitu evaluasi
program dan evaluasi hasil. Hasil akhir dari evaluasi dilakukan bertujuan
untuk mengetahui program-program yang sudah dijalankan maupun yang
belum, dan evaluasi ini dilaksanakan untuk meningkatkan kompetensi
santri pada pondok pesantren Ar-Ridwan.
Kemudian selanjutnya, pada hasil penelitian ini terdapat kendala
maupun solusi pada pondok pesantren Ar-Ridwan.Pertama, kendala yaitu
kurangnya motivasi dan adanya biaya yang banyak.Kedua, solusi yaitu
dengan mengadakan beasiswa bagi yang kurang mampu dan memberikan
arahan maupun motivasi bagi para santriwan dan santriwati pada pondok
pesantren Ar-Ridwan Kecamatan Sape Kabupaten Bima.
xv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sepanjang sejarah tidak dapat dipungkiri bahwa eksistensi
pondok pesantren semakin hari semakin meningkat, dengan semua
keberagamanya. Pondok pesantren merupakan lembaga non formal
dan sudah ada sejak lama di Indonesia, dan juga merupakan tempat
berkumpulnya orang muslim yang dipakai untuk berbagai kegiatan
keagamaan seperti mencari ilmu keagamaan, mengaji serta
mengkaji ilmu-ilmu yang berkaitan dengan keagamaan.
Pondok pesantren berasal dari bahasa Arab yaitu kata funduq
yang artinya asrama atau wisma sederhana atau ruang untuk tidur.
Dengan demikian, pondok pesantren merupakan tempat sederhana
yang menampung orang-orang yang ingin belajar agama dan tempat
belajar para santri yang mencari ilmu agama di tempat tertentu.
Pondok pesantren merupakan lembaga non formal dan sudah ada
sejak lama di Indonesia, dan tempat berkumpulnya orang muslim
yang dipakai untuk berbagai kegiatan keagamaan dengan
menggunakan beragam media pembelajaran seperti Al-Qur’an
hingga kitab kuning.2
Menurut Mastuhu, “Pesantren adalah lembaga pendidikan
tradisional Islam untuk mempelajari, memahami, mendalami,
menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam dengan menekankan
pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman perilaku sehari-
hari”.3
Tugas lembaga dakw gah seperti pondok pesantren yaitu
harus mampu membangun suatu sistem pendidikan yang bisa
meningkatkan kompetensi dasar bagi santrinya. Pondok pesantren
Ar-Ridwan, dalam konteks ini, bisa diambil sebagai contoh
2
Ratna Kamila Dkk, “Manajemen Strategi Pondok Pesantren dalam
Meningkatkan Kompetensi Santri”, Jurnal Manajemen Dakwah, Vol 4, No 1, 2019, Hlm:
20.
3
Kompri, M.Pd.I, “Manajemen Dan Kepemimpinan Pondok Pesantren”,
(Perpustakaan Nasional, Cetakan Ke-1, Maret 2018), Hlm: 3.
31
pengembangan pondok pesantren dalam hal menata kembali
manajemen yang ada di pesantren atau pembuatan kurikulum yang
disesuaikan dengan kebutuhan santri bisa juga dengan mengubah
struktur organisasi dan mengubah program dengan tujuan untuk
memenuhi kebutuhan yang dibutuhkan di pondok pesantren.
Di dalam dunia pendidikan sangat dituntut untuk dapat
IUmeningkatkan kompetensi santri.Hal ini dapat dipelajari dari
manajemen pondok pesantren modern, seperti pada pondok
pesantren Ar-Ridwan.Pesantren Ar-Ridwan adalah pesantren yang
telah mempunyai kurikulum pesantrennya sendiri dan menerapkan
berbagai macam manajemen strategik guna untuk meningkatkan
kompetensi para santri.Kurikulum ini dibentuk berdasarkan
kurikulum kepesantrenan, kurikulum yang disesuaikan dengan
kebutuhan santri di pondok pesantren Al-Ridwan.
Menurut Hall dan Jones, “Kompetensi adalah pernyataan
yang menggambarkan penampilan suatu kemampuan tertentu secara
bulat yang merupakan perpaduan antara pengetahuan dan
kemampuan yang dapat diukur”.4
Yaumi menyatakan, “Kompetensi adalah yang mencakup
pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dimiliki oleh peserta
didik untuk melakukan tugas yang sesuai dengan standar yang telah
ditentukan”.5
Jadi berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa
kompetensi adalah kemampuan yang mencakup pengetahuan, sikap
dan keterampilan yang diaplikasikan pada cara berfikir dan
bertindak.
Manajemen dalam kamus ilmiah popular, diartikan sebagai
pengelolaan usaha: kepengurusan, ketatalaksanaan penggunaan
sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran yang diinginkan.
Manajemen juga merupakan tindakan yang dihasilkan dari proses
4
Muhammad Rohman, “Kurikulum Berkarakter”, (Jakarta: Prestasi Pustaka
Publisher, 2012), Hlm:77.
5
Muhammad Yaumi, “Prinsip-prinsip Desain Pembelajaran”, (Jakarta:
Prenada Media Group,2013), Hlm: 84.
32
formulasi dan implementasi rencana, dengan tujuan untuk mencapai
keunggulan kompetitif.6
Masalah yang dihadapi oleh pondok pesantren Ar-Ridwan
sebelum menerapkan manajemen strategik yaitu karena kurangnya
penerapan-penerapan manajemen maupun strategik yang
dilakukan, kurangnya kegiatan maupun program yang di minati oleh
para santriwan dan santriwati.7Oleh karena itu, pondok pesantren
Ar-Ridwan menerapkan berbagai macam strategik agar dapat
meningkatkan kompetensi santri, yaitu dengan menerapkan
formulasi strategik, implementasi strategik, dan menerapkan
evaluasi strategi.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai, “Manajemen Strategik Pondok Pesantren
Dalam Meningkatkan Kompetensi Santri Di Pondok Pesantren Ar-
Ridwan Kecamatan Sape Kabupaten Bima”.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana manajemen strategik yang diterapkan pada pondok
pesantren Ar-Ridwan dalam meningkatkan kompetensi santri di
Kecamatan Sape Kabupaten Bima?
2. Bagaimana kendala dan solusi pondok pesantren Ar-Ridwan dalam
meningkatkan kompetensi santri di Kecamatan Sape Kabupaten
Bima?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui bagaimana manajemen strategik yang
diterapkan pada pondok pesantren Al-Ridwan di Kecamatan
Sape Kabupaten Bima.
b. Untuk mengetahui bagaimana kendala dan solusi pondok
pesantren Ar-Ridwan dalam meningkatkan kompetensi
santri di Kecamatan Sape Kabupaten Bima.
6
Dr.H.M.Hadi Purnomo,M.Pd,” Manajemen Pendidikan Pondok
Pesantren”,(Yogyakarta: Bildung Pustaka Utama, 2017), Hlm, 25.
7
Wawancara, Pengurus Pondok Pesantren Ar-Ridwan, 8 September, 2021.
33
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat
untuk menambah khazanah ilmu pengetahuan pada
umumnya dan khususnya mengenai manajemen dalam
meningkatkan kompetensi santri.
b. Manfaat Praktis
Hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat maupun
dapat memberikan masukan untuk pondok pesantren Al-
Ridwan, agar lebih memahami strategi-strategi dalam
meningkatkan kompetensi santri.
D. Ruang lingkup dan Seting Penelitian
Untuk menghindari pembahasan yang keluar dari tujuan
penelitian, maka cakupan dan bahasan dalam penelitian hanya
membahas hal-hal yang terkait dengan tujuan penelitian yang sudah
dikemukakan sehingga penelitian ini lebih fokus pada manajemen
strategik yang diterapkan pada pondok pesantren dalam
meningkatkan kompetensi santri, serta kendala dan solusi pondok
pesantren Ar-Ridwan dalam meningkatkan kompetensi santri.
Sedangkan seting atau lokasi diadakan di pondok pesantren Ar-
Ridwan tepatnya di Kecamatan Sape Kabupaten Bima.
E. Telaah Pustaka
Telaah pustaka adalah penelusuran terhadap karya-karya
terdahulu yang terkait untuk menghindari duplikasi, plagiasi, serta
menjamin keaslian dan keabsahan peneliti yang dilakukan atau
sebagai pedoman penelitian lebih lanjut dari penelitian yang sudah
ada. Disamping itu, untuk menyusun kerangka teori, diharapkan
peneliti mendapatkan data yang valid dan untuk menjadikan
legalitas peneliti.
Pada telaah pustaka ini, peneliti mengangkat beberapa
penelitian terdahulu yang mempunyai kaitan dengan penelitian yang
akan peneliti lakukan yaitu :
1. Skripsi yang ditulis oleh Nindi Waisqarni yang berjudul
“Strategi dakwah pondok pesantren Thohir yasin dalam upaya
membina perilaku remaja di Desa Lendang Nangka”. Fakultas
Dakwah, Institut Agama Islam Negeri Mataram, 2011. Fokus
34
penelitian ini lebih cenderung membahas tentang bimbingan
yang berupa kegiatan-kegiatan keagamaan, ceramah ataupun
kajian-kajian kitab, yang ditujukan untuk santriwan dan
santriwati dalam lingkungan pondok pesantren ataupun
masyarakat Lendang Nangka. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode kualitatif. 8Persamaan antara
penelitian yang dilakukan oleh Nindi Waisqarni dengan peneliti,
yakni sama-sama membahas tentang strategi dalam pondok
pesantren. Sedangkan perbedaanya penelitian terdahulu dengan
penelitian saya adalah penelitian terdahulu lebih memfokuskan
tentang strategi dakwah dan pendidikan formal maupun non-
formal dan penelitian dan penelitian saya lebih mengfokuskan
pada manajemen strategi dalam meningkatkan kompetensi
santri.
2. Skripsi yang ditulis oleh M. Yakub Kuswara yang berjudul,
“Pengembangan Kelembagaan Pesantren (Studi Kasus Pondok
Pesantren Zainul Musthafa NW Desa Pengadang Lombok
Tengah)”. Fakultas Dakwah, Jurusan Pengembangan
Masyarakat Islam, Institut Agama Islam Negeri Mataram, 2013.
Fokus penelitian ini lebih cenderung membahas tentang strategi
dalam mengembangkan bentuk program pada pondok pesantren
beserta kelembagaanya.Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode kualitatif.9
Persamaan antara penelitian yang dilakukan oleh M. Yakub
Kuswara dengan peneliti, yakni sama-sama membahas tentang
strategi pada pondok pesantren.Sedangkan perbedaanya adalah
M. Yakub Kuswari membahas tentang pengembangan
kelembagaan pesantren, sedangkan peneliti lebih terfokus
kepada manajemen strategi dalam meningkatkan kompetensi
santri.
8
Nindi Waisqarni,”Strategi Dakwah Pondok Pesantren Thohir Yasin Dalam
Upaya Membina Perilaku Remaja Di Desa Lendang Nangka”,Skripsi Fakultas Dakwah,
Ustitut Agama Islam Negeri, Mataram, 2011, Hlm 71.
9
M,Yakub Kuswara,”Pengembagan Kelembagaan Pesantren ( Studi Kasus
Pondok Pesantren Zainul Musthafa NW Desa Pengadang Kecamatan Praya Tengah
Kabupaten Lombok Tengah),”Skripsi Fakultas Dakwah, Institut Agama Islam Negeri,
Mataram, 2013, Hlm 66
35
3. Skripsi yang ditulis oleh Juni Tri Kuncoro yang berjudul,”
Implementasi Manajemen Strategi Di Pondok Pesantren
Mamba’ul Hikmah Kabupaten Magelang, Jawa Tengah”.
Fakultas Dakwah Dan Komunikasi, Jurusan Manajemen
Dakwah, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta,
2015. Fokus penelitian ini cenderung membahas tentang
manajemen strategi berupa keterampilan dan kualitas yang
dimiliki pesantren. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode kualitatif.10
Persamaan antara penelitian yang dilakukan oleh Juni Tri
Kuncoro dengan peneliti, yakni sama-sama membahas tentang
manajemen strategi yakni mengenai keterampilan atau pada
pondok pesantren.Sedangkan perbedaan Juni Tri Kuncoro
membahas tentang implementasi manajemen strategi pada
pondok pesantren, sedangkan peneliti lebih terfokus kepada
manajemen strategik dalam meningkatkan kompetensi santri.
4. Skripsi yang ditulis oleh Muhammad Agung Alfarizi yang
berjudul,”Manajemen Strategi Pondok Pesantren Nurussalam
Gunter Dalam Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia di
Desa Gunung Terang Kecamatan Kalianda”. Fakultas Dakwah
ilmu Komunikasi, Jurusan Manajemen Dakwah, Universitas
Islam Negeri Raden Intan Lampung, 2021 M/1442 H. Fokus
penelitian ini cenderung membahas tentang manajemen strategi
pada peningkatan sumber daya manusia yaitu dengan
menerapkan strategi kaderisasi, penugasan dalam kegiatan dan
teladan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode kualitatif.11
Persamaan antara penelitian yang dilakukan oleh Muhammad
Agung Alfarizi dengan peneliti yakni, sama-sama membahas
tentang manajemen strategi pada pondok pesantren. Sedangkan
10
Juni Tri Kuncoro,” Implementasi Manajemen Strategi Di Pondok Pesantren
Mamba’ul Hikmah Kabupaten Magelang Jawa Tengah” skripsi, fakultas dakwah dan
komunikasi,universitas islam negeri sunan kalijga yogyarta,2015, Hlm 16.
11
Muhammad Agung Alfarizi, ”Manajemen Strategi Pondok Pesantren
Nurussalam Gunter Dalam Meningkatkan Sumber Daya Manusia Di Desa Gunung
Terang Kecamatan Kalianda”, Skripsi, Fakultas Dakwah Dan Ilmu Komunikasi,
Universitas Islam Negeri Raden Lampung, 2021 M/1442 H, Hlm: ii.
36
perbedaan Muhamad Agung Alfarizi membahas tentang
manajemen strategi dalam meningkatkan sumber daya manusia
yakni lebih membahas tentang peningkatan SDM. Sedangkan
peneliti lebih berfokus pada manajemen strategik dalam
meningkatkan kompetensi santri.
5. Skripsi yang ditulis oleh Ein Bimo Prihantoro yang
berjudul,”Manajemen Strategi Dalam Upaya Pengembangan
SDM Islami Dalam Pondok Pesantren Abnaul Amir Kecamatan
Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa”. Fakultas Dakwah Dan
Komunikasi, Jurusan Manajemen Dakwah, Universitas Islam
Negeri Alauddin Makassar, 2017. Fokus penelitian cenderung
membahas manajemen strategi dalam upaya pengembangan
SDM Islami yang dilakukan pondok pesantren yaitu, dengan
menerapkan manajemen dengan baik dan fokus untuk
melaksanakan visi dan misi pondok pesantren Abnaul Amir
yang menciptakan santri yang mempunyai sifat yang islami.
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode
kualitatif.12
Persamaan antara penelitian yang dilakukan oleh Ein Bimo
Prihantoro dengan peneliti yakni, sama-sama membahas tentang
manajemen strategi pada pondok pesantren.Sedangkan
perbedaan Eid Bimo Prihantoro membahas tentang manajemen
strategi dalam meningkatkan sumber daya manusia yakni lebih
membahas tentang peningkatan SDM.Sedangkan peneliti lebih
berfokus pada manajemen strategik dalam meningkatkan
kompetensi santri.
F. Kerangka Teori
A. Konsep Dasar Manajemen
1. Manajemen
Beberapa definisi umum manajemen yang diberikan oleh
penulis dan pemikir terkenala adalah sebagai berikut:
12
Ein Bimo Prihantoro,”Manajemen Strategi Dalam Upaya Pengembangan SDM
Islami Di Pondok Pesantren Abnaul Amir, Kecamatan Bontonompo Selatan Kabupaten
Gowa”, Skripsi, Fakultas Dakwah Dan Komunikasi, Jurusan Manajemen Dakwah,
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, 2017.
37
a. Menurut Harold Koontz dan Heinz Weihrich,
manajemen adalah proses merancang dan memelihara
lingkungan di mana individu, yang bekerjasama dalam
kelompok, secara efisien mencapai tujuan yang dipilih.
b. Menurut Robert L.Trewelly dan M.Gene Newport,
manajemen didefinisikan sebagai proses perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian
operasi organisasi untuk mencapai koordinasi sumber
daya mannusia dan material yang terpenting dalam
pencapaian tujuan yang efektif dan efisien.
c. Menururt Kreitner, manajemen adalah proses bekerja
dengan dan melalui orang lain untuk secara efektif dalam
mencapai tujuan organisasi dengan ecara efisien
menggunakan sumber daya yang terbatas dalam
lingkungan yang berubah.
Jadi manajemen dapat didefinisikan sebagai proses
menyelesaikan sesuatu dengan tujuan mencapai tujuan
secara efektif dan efisien. Beberapa istilah penting dalam
definisi ini adalah: Proses berarti fungsi atau kegiatan
utama yang dilakukan manajemen menyelesaikan
sesuatu.13
Manajemen dalam kamus ilmiah popular, diartikan
sebagai pengelolaan usaha: kepengurusan,
ketatalaksanaan penggunaan sumber daya secara efektif
untuk mencapai sasaran yang diinginkan. Manajemen
juga merupakan tindakan yang dihasilkan dari proses
formulasi dan implementasi rencana, dengan tujuan
untuk mencapai keunggulan kompetitif.14
2. Fungsi-Fungsi Manajemen
Penting di ingat bahwa, manajemen adalah suatu
bentuk kerja. Manajer, dalam melakukan pekerjaanya harus
13
By Ayunda,” Marketing dan Manajemen,karakteristik manajemen,konsep
manajemen,pengertian konsep manajemen”,( April 15, 2020),Hlm, 2.
14
Dr.H.M.Hadi Purnomo,M.Pd,” Manajemen Pendidikan Pondok
Pesantren”,(Yogyakarta: Bildung Pustaka Utama, 2017), Hlm, 25.
38
melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu, yang dinamakan
fungsi-fungsi manajemen, yang terdiri dari:
a. Perencanaan (Planning)
Menentukan tujuan-tujuan yang hendak di capai selama suatu
masa yan akan datang dan apa yang harus di perbuat agar
dapat mencapai tujuan-tujuan itu.
b. Pengorganisasian (Organizing)
Mengelompokan dan menetukan berbagai kegiatan penting
dan memberikan kekuasaan untuk melaksanakan kegiata-
kegiatan itu.
c. Pemimpin (Leading)
Mengarahkan atau menyalurkan perilaku manusia kearah
tujuan-tujuanya.
d. Pengawasan (Controlling)
Mengukur pelaksanaan dengan tujuan-tujuan menentukan
sebab-sebab penyimpangan-penyimpangan dan mengambil
tindakan-tindakan korektif dimana perlu.15
Secara sederhana manajemen berarti mengatur, mengarahkan
dan menggerakan sumber daya lainya untuk mencapai tujuan
yang diinginkan oleh organisasi16.Sedangkan secara
terminologis para pakar mendefinisikan manajemen secara
beragam, diantaranya:
1. Menurut Schein, manajemen didefinisikan sebagai profesi.
Menurutnya manajemen merupakan suatu profesi yang dituntut
untuk bekerja secara professional, karakteristiknya adalah para
professional membuat keputusan berdasarkan prinsip umum17.
2. Luther Gulick mendefinisikan manajemen sebagai suatu bidang
ilmu pengetahuan yang berusaha secara sistematis untuk
memahami mengapa dan bagaimana manusia bekerja sama
15
George R. Terry Leslie W.Rue,” Dasar-Dasar Manajemen”,(Jakarta: PT Bumi
Aksara,2014), Hlm,
16
Dr.H.M.Hadi Purnomo, M.Pd,” Manajemen Pendidikan Pondok
Pesantren”,(Yogyakarta: Bildung Pustaka Utama, 2017), Hlm, 27.
17
Malayu, S.P Hasibuan,” Asas Manajemen, Rajawali Pers,( Jakarta: 2014), Hlm, 1
39
untuk mencapai tujuan dan membuat sistem ini lebih bermanfaat
bagi kemanusiaan18.
3. Terry memberi pengertian manajemen yaitu suatu proses atau
kerangka kerja, yang melibatkan bimbingan atau pengarahan
suatu kelompok orang kearah tujuan organisasional atau maksud
nyata19.
3. Unsur-Unsur Manajemen
a. Manusia
Manusia didalam eksistensinya sebagai obyek formal memang
sangat beragam.Manusia yang satu berbeda dengan yang lainya,
baik dalam hal berfikir, tingkah laku, sikap, perasaan, maupun
gerak-geriknya.
b. Uang
Uang dalam ilmu ekonomi tradisional didefinisikan sebagai alat
ukur yang dapat diterima secara umum. Alat tukar itu dapat berupa
benda apapun yang dapat di terima oleh setiap orang di masyarakat
dalam proses pertukaran barang dan jasa.
c. Metode
Metode berasal dari bahasa yunani methodos yang berarti cara atau
jalan yang di tempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka
metode menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami
objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan.
d. Material
Material merupakan salah satu unsur terpenting dalam sistem
produksi.Tanpa material, produksi tidak mungkin dapat
menghasilkan barang jadi atau produk akhir yang diinginkan. Pada
sistem produksi, material merupakan masukan atau input yang
digunakan untuk diolah menjadi barang jadi. Material yang
dimaksudkan disini dapat berupa bahan mentah ataupun bahan yang
telah diproses sebelum digunakan untuk proses produksi lebih
lanjut.
18
T Hani Handoko, Op,Cit, Hlm, 11.
19
Ibid , Hlm, 15.
40
e. Mesin
Mesin merupakan alat bantu dalam mencapai tujuan organisasi.
Dengan adanya mesin maka proses produksi atau kegiatan yang
terkait dengan tujuan organisasi akan lebih efisien. Istilah mesin
biasanya menunjuk kebagian yang bekerja bersama untuk
melakukan kerja.
f. Pasar
Pasar adalah salah satu dari berbagai sistem, institusi, prosedur,
hubungan sosial dan infrastruktur tempat usaha menjual barang,
jasa, dan tenaga kerja untuk orang-orang dengan imbalan
uang.Barang dan jasa yang dijual menggunakan alat pembayaran
yang sah.Pasar bervariasi dalam ukuran, jangkauan, skala geografis,
lokasi jenis dan berbagai komunitas manusia, serta jenis barang dan
jasa yang diperdagangkan. 20
B. Manajemen Strategik
Strategi menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah
rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran
khusus.21Kata strategi berasal dari bahasa Yunani yang berarti:
kepemimpinan dalam ketentaraan, konotasi ini berlaku selama
perang yang kemudian berkembang menjadi manajemen
ketentaraan dalam rangka mengelola para tentara bagaimana
melakukan jumlah yang besar, manajemen strategi merupakan
kumpulan keputusan dan tindakan yang digunakan dalam
menyusun dan mengimplementasikan strategi, yang akan
menghasilkan kesesuaian superior yang kompottitif anatara
organisasi dan lingkunganya, untuk meraih tujuan organisasi.
Sementara definisi strategi menurut beberapa ahli seperti yang
diungkapkan oleh chandler menyatakan bahwa “Strategi
merupakan alat untuk mencapai tujuan perusahaan dalam
20
Fajri Dwiyama,”Jurnal Manajemen Pendidikan Islam” Unsur Manajemen
Pengelolaan Lembaga Pendidikan Islam Di Indonesia”, (Vol,7 No, 1 November 2018),
Hlm,675-695.
21
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan,”Kamus Besar Indonesia”, (Jakarta:
Balai Pustaka 1989).
41
kaitanya dengan tujuan jangka panjang organisasi, disertai
penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan
tersebut dapat dicapai.
Menurut Hadari Nawawi, dikutip Akdon (2011),pengertian
manajemen strategik ada empat, yaitu:
1. Manajemen strategik adalah proses atau rangkaian kegiatan
pengambilan keputusan yang bersifat mendasar dan
menyeluruh, disertai penetapan cara melaksanakanya, yang
dibuat oleh manajemen puncak dan diimplementasikan oleh
seluruh jajaran didalam suatu organisasi untuk mencapai
tujuanya.
2. Manajemen strategik adalah usaha manajerial
menumbuhkembangkan kekuatan organisasi untuk
mengeksploitasi peluang yang muncul guna mencapai tujuan
yang telah ditetapkan sesuai dengan misi yang telah ditentukan.
3. Manajemen strategikadalah arus keputusan dan tindakan yang
mengarah pada pengembangan strategik yang efektif untuk
membantu mencapai tujuan organisasi.
4. Manajemen strategik adalah perencanaan berskala besar
(disebutperencanaan strategik) yang berorientasi pada
jangkauan masa depan yang jauh (disebut visi),dan ditetapkan
sebagai keputusan manjemen puncak (keputusan yang
bersifatmendasar dan prinsipiel) agar memungkinkan organisasi
berinteraksi secara efektif (disebutmisi), dalam usaha
menghasilkan sesuatu (perencanaan operasional) yang
berkualitas, dengan diarahkan pada optimalisasi pencapaian
tujuan (disebuttujuan strategik) danberbagai sasaran (tujuan
operasional) organisasi.22
Ada beberapa macam mengenai pengertian manajemen strategi
yaitu:23
a. Manajemen strategi adalah proses atau rangkaian kegiatan
pengambilan keputusan yang bersifat mendasar dan
22
Kompri, M.Pd.I. “ Manajemn Dan Kepemimpinan Pondok Pesantren “,(
Perpustakaan Nasional, Cetakan Ke-1, Maret2018 ), Hlm : 81-82.
23
Husain Umar,” Desain Penelitian Manejemen Strategi,”( Jakarta: Rajawali
Pers, 2010), Hlm, 16.
42
menyeluruh, disertai penetapan cara melaksanakanya, yang
dibuat oleh manajemen puncak dan implementasikan oleh
seluruh jajaran di dalam suatu organisasi untuk mencapai
tujuannya.
b. Manajemen strategi adalah usaha manajerial menumbuhkan
kekuatan organisasi untuk mengeksploitasi peluang yang
muncul guna mencapai tujuanya yang telah ditetapkan
sesuai dengan misi yang telah ditentukan.
c. Manajemen strategi adalah arus keputusan dan tindakan
yang mengarah pada pengembangan suatu strategi atau
strategi-strategi yang efektif untuk membantu mencapai
tujuan dari organisasi.
d. Manajemen strategi adalah perencanaan berskala besar yang
berorientasi pada jangkauan masa depan yang jauh, dan
ditatapkan sebagai keputusan manajemen puncak agar
kemungkinan organisasi berinteraksi secara efektif.
1. Proses manajemen strategik
Proses manajemen strategik haruslah dimaknai
sebagai seperangkat komitmen, keputusan, dan tindakan
organisasi untuk mencapai persaingan strategi dan
memperoleh keuntungan.
Secara umum, ada 8 (Delapan) langkah dalam proses
manajemen strategi yaitu:24
1. Identifikasi misi dan sasaran organisasi
2. Analisis lingkungan eksternal
3. Identifikasi peluang dan ancaman
4. Analisa lingkungan internal/sumber daya
organisasi
5. Merumuskan strategi
6. Identifikasi kekuatan dan kelemahan
7. Melaksanakan strategi
8. Evaluasi strategi
2. Fungsi Manajemen Strategik
24
Efri Novianti, “ Manajemen Strategi”,( Yogyakarta: Cv Budi Utama, 2019),
Hlm, 14.
43
Konsep-konsep strategik selalu saja memperoleh perhatian
serius di dalam sebuah organisasi.Dalam sebuah organisasi
terlibat lebih dari salah satu elemen pembentuk keadaan
internal dan juga berbagai penampilan organisasi sejenis lainya
sebagai kompetitor.Maka, fungsi dari manajemen strategi yaitu
Pertama, manajemen strategi bertugas membuat keputusan
strategi yang menggolkan ketetapan tujuan dan sasaran.
Kemudian, manajemen strategipun menetapkan apa yang
sebaiknya dilakukan untuk masa mendatang. Singkatnya fungsi
manajemen strategi adalah membuat keputusan strategi,
menyusun planning strategi, serta berfungsi juga untuk
peninjauan atau evaluasi strategi.25
25
Dr. Hj. Retina Sri Sedjati, Apt., M. M.,” Manajemen Strategi”,( Yogyakarta:
Cv Budi Utama,2015), Hlm, 8-9.
26
Kompri, M.Pd.I.,” Manajemen Dan Kepemimpinan Pondok
Pesantren”,(Jakarta: Kencana, 2018), Hlm, 63.
44
Manajemen pendidikan di pondok persantren merupakan
suatu proses, yakni suatu aktivitas yang bukan hanya bertumpu
pada sesuatu yang bersifat mekanistik, melainkan penerapan-
penerapan fungsi manajemen, manajerial secara efektif,
walaupun sebagian pesantren yang ada jarang sekali
menggunakan sistem manajemen modern seperti layaknnya apa
yang diteapkan dalam lembaga pendidikan formal lainya.
Manajemen pondok psantren hakikatnya adalah proses
penataan dan pegelolaan lembaga pendidikan pesantren yang
melibatkan sumber daya manusia dan non-manusia dalam
menggerakan mencapai tujuan pendidikan pesantren secara
efektif dan efisien. Yang disebut efektif dan efisien adalah
pengelolaan yang berhasil mencapai sasaran dengan sempurna,
cepat, tepat, dan selamat.Adapun yang tidak efektik adalah
pengelolan yang tak berhasil memenuhi tujuan karena ada mis-
manajemen, maka manajemen yang tak efisien adalah
manajemen yang berhasil mencapai tujuan tetapi melalui
penghamburan atau pemborosan baik tenaga, waktu, maupun
biaya.27
3. Karakteristik Manajemen Pondok Pesantren
Manajemen memiliki keunikan tersendiri dalam hal pola
kepemimpinan yang berdiri sendiri.Namun pada era ini, yaitu
pada zaman mutakhir ini pondok pesantren banyak yang
membuka sistem pendidikan sekolah atau madrasah yang
berarti banyak melibatkan pihak luar.
Menurut Masyhud dan Khusnurridlo mengatakan: “sejalan
dengan penyelenggaraan pendidikan formal, beberapa
pesantren mengalami pengembangan pada aspek
manajemen,organisasi, dan administrasi pengelolaan
keuangan. Perkembangan ini dimulai dari perubahan gaya
kepemimpinan pesantren dari karismatik kerasionalistik, dan
otoriter paternalistik kediplomatik partisipatif. Sebagai contoh
kasus kedudukan dewan kiai di pesantren tebu ireng menjadi
27
Kompri, M.Pd.I.,” Manajemen Dan Kepemimpinan Pondok
Pesantren”,(Jakarta: Kencana, 2018), Hlm, 64-65.
45
salah satu unit kerja kesatuan admnistrasi pengelolaan
penyelenggaraan pesantren sehingga pusat kekuasaan sedikit
terdistribusi di kalangan elit pesantren dan tidak terlalu terpusat
pada kiai”.28
4. Santri
Kata santri sendiri, menurut C. C Berg berasal dari
bahasa India, shastri, yaitu orang yang tau buku-buku suci
Agama Hindu atau seorang sarjana ahli kitab suci Agama Hindu.
Sementara itu, A. H. John menyebutkan bahwa istilah santri
berasal dari bahasa Tamil yang berarti guru mengaji. Nurcholis
Madjid juga memiliki pendapat berbeda.Dalam pandanganya
asal usul kata “Santri” dapat dilihat dari dua pendapat.Pertama,
pendapat yang mengatakan bahwa “Santri” berasal dari kata
“Sastri”, sebuah kata dari bahasa Sansekerta yang artinya melek
huruf. 29
Santri adalah sekelompok siswa atau yang didik dan
menjadi pengikut dan pelanjut perjuangan para ulama yang setia
dan yang mendalami ilmu-ilmu agama di pesantren baik dia
tinggal di pondok maupun pulang setelah selesai waktu
belajar.30 Zamakhsyari Dhofir membagi menjadi dua kelompok
sesuai dengan tradisi pesantren yang diamatinya, yaitu :
a. Santri mukim, yakni para santri yang menetap di pondok,
biasanya diberikan tanggung jawab mengurusi kepentingan
pondok pesantren. Bertambah lama tinggal di pondok,
statusnya akan bertambah, yang biasanya diberi tugas oleh
kiyai untuk mengajarkan kitab-kitab dasar kepada santri-
santri yang lebih junior.
b. Santri kalong, yakni santri yang selalu pulang setelah selesai
belajar atau kalau malam ia berada di pondok dan kalau
28
Kompri, M.Pd.I.,” Manajemen Dan Kepemimpinan Pondok
Pesantren”,(Jakarta: Kencana, 2018), Hlm, 66-67.
29
Babun Suharto, “Dari Pesantren Untuk Umat: Reiventing Eksistensi
Pesantren Di Era Globalisasi”, (Surabaya: Imtiyaz, 2011), Hlm, 9.
30
Yasmadi,” Modernisasi Pesantren: Kritik Nurcholis Madjid Terhadap
Pendidikan Islam Tradisional”, ( Jakarta: Ciputat Press, 2005), Hlm, 61.
46
siang pulang ke rumah31. Membentuk perilaku santri,
perilaku merupakan seperangkat perbuatan/tindakan
seseorang dalam melakukan respon terhadap sesuatu dan
kemudian dijadikan kebiasaan karna adanya nilai yang
diyakini.
Bagi pesantren setidaknya ada 7 (tujuh) metode yang
diterapkan dalam membentuk perilaku santri, yakni:
a. Metode Keteladanan
Secara psikologi, manusia sangat memerlukan keteladanan
untuk mengembangkan sifat-sifat dan potensinya.Pendidikan
perilaku lewat keteladanan adalah contoh-contoh kongkrit bagi para
santri.Dalam pesantren, pemberian contoh keteladanan sangat
ditekankan. Kiyai dan ustadz harus senantiasa memberikan suatu
yang baik bagi para santri, dalam ibadah-ibadah ritual, kehidupan
sehari-hari maupun yang lain.32
b. Metode Latihan dan Pembiasan
Mendidik perilaku dengan latihan dan pembiasaan adalah mendidik
dengan cara memberikan latihan-latihan terhadap norma-norma
kemudian membiasakan santri untuk melakukanya. Dalam
pendidikan di pesantren metode ini biasanya akan diterpakan pada
ibadah-ibadah amaliyah, seperti shalat berjamaah, kesopanan pada
kiai dan ustadz.
Latihan dan pembiasaan ini pada akhirnya akan menjadi akhlak
yang terpatri dalam diri dan menjadi yang tidak terpisahkan. Al-
Ghazali menyatakan: “Sesungguhnya perilaku manusia menjadi
kuat dengan seringnya dilakukan perbuatan yang sesuai denganya,
disertai ketaatan dan keyakinan bahwa apa yang dilakukanya adalah
baik dan diridhai.”33
c. Mendidik Melalui Ibrah (Mengambil pelajaran)
31
Harun Nsutionet.Al,” Ensiklopedia Islam.”( Jakarta: Depang RI, 1993), Hlm,
10-36.
32
Mukti Ali,” Menyebutkan Bahwa Pendidikan Terbaik Ada Di Pesantren,
Sedang Pengajaran Terbaik Ada Di Sekolah/ Madrasah, Lihat Zuhdy Mukhdar, KH. Ali
Ma’shum Perjuangan Dan Pemikiranya.”( Yogyakarta, TNP, 1989).
33
Al-Ghazali, “Ihya Ulumuddin, Jilid III”,( Dar-al-Mishri: Beirut: 1977), Hlm,
61.
47
Secara sederhana, ibrah berarti merenungkan dan memikirkan,
dalam arti umum biasanya dimaknakan dengan mengambil
pelajaran dari setiap peristiwa.Tujuan dari ibrah adalah
mengantarkan manusia pada kepuasaan piker tentang perkara agama
yang bisa menggerakan, mendidik atau menambah perasaan
keagamaan.Adapun pengambilan ibrah bisa dilakukan melalui
kisah-kisah teladan, fenomena alam, atau peristiwa-peristiwa yang
terjadi, baik di masa lalu maupun sekarang. 34
d. Mendidik Melalui Maw’dah (Nasehat)
Mendidik melalui maw’dah berarti nasehat.35 Maw’dah adalah
nasehat peringatan atas kebaikan dan kebenaran dengan jalan apa
yang dapat menyentuh dan mengenal kedalam hati dan
membangkitkanya untuk mengamalkan.
e. Mendidik Melalui Kedisiplinan
Dalam ilmu pendidikan, kedisiplinan dikenal sebagai cara menjaga
kelangsungan kegiatan pendidikan. Metode ini identik dengan
pemberian hukuman atau sangsi. Tujuanya untuk menumbuhkan
kesadaran untuk para santri bahwa apa yang dilakukan tersebut tidak
benar, sehingga ia tidak mengulanginya lagi. 36
f. Mendidik Melalui Tarqhib Wa’Tahzib
Metode tarqhib adalah janji disertai bujukan agar seseorang senang
melakukan kebajikan dan menjauhi kejahatan.Di pesantren metode
ini biasanya diterapkan dalam pengajian-pengajian, baik sorongan
maupun bandongan.
34
Tamyiz Burhanuddin, “ Akhlak Pesantren : Solusi Bagi Kerusakan Akhlak”, (
Yogyakarta: ITTQA PRESS, 2001), Hlm, 57.
35
Rasyid Ridha, Tafsir Al-Manar, Jilid II, ( Mesir,Maktabah Al- Qahirah), Hlm,
404.
36
Hadari Nawawi, “ Pendidikan Dalam Islam”,( Surabaya: Al-Ikhlas: 1993),
Hlm, 234.
48
g. Mendidik Melalui Kemandirian
Kemandirian tingkah laku adalah kemampuan seorang santri untuk
mengambil dan melaksanakan setiap keputusan secara bebas. Proses
pengambilan dan pelaksanaan keputusan santri yang biasa
berlangsung di pesantren dapat di kategorikan menjadi dua, yaitu
keputusan yang bersifat penting, dan keputusan yang bersifat harian.
D. Kompetensi
1. Pengertian Kompetensi Santri
Kompetensi menurut terminologi artinya kemampuan yang
dimiliki setiap individu.Ada yang mengimpertasikan
kompetensi sebagai suatu keterampilan.Dan ada yang
mengimpertasikan kompetensi dengan suatu pengetahuan,
bahkan ada pula yang mempersepsi kompetensi sebagai suatu
standar kecerdasan. Perbedaan persepsi ini merupakan hal yang
sangat wajar, akan tetapi perbedaan ini akan mempengaruhi
perepsi dan arti kompetensi. Menurut Grenbeerg dan Baron
mendefinisikan bahwa kompetensi merupakan suatu
keterampilan sebagai suatu kemampuan fisik dan mental agar
melakukan bermacam-macam tugas dan tanggung jawab.
Dengan demikian, kompetensi dapat dikatakan sebagai suautu
keterampilan serta kemampuan seorang individu dalam
melaksanakan suatu pekerjaan dengan baik.Oleh karena itu
kompetensi lebih cenderung kepada kemampuan serta
keterampilan individu dalam mendasari suatu kinerja dan
perilaku di dalam sebuah organisasi.37
2. Konsep Kompetensi
Kemudian selain itu, menurut Jack Gordong ada 6 aspek yang
terkandung dalam konsep kompetensi, yaitu:38
a. Pengetahuan
b. Pemahaman
c. Nilai
37
Ratna Kamila Dkk, “ Manajemen Strategi Dalam Meningkatkan
Kompetensi Santri “, Jurnal Manajemen Dakwah, Vol 4, No 1, 2019, Hlm, 24-
25.
38
M.Prawiro,” Pengertian Kompetensi, Jenis-Jenis, Dan Manfaat
Kompetensi”, Jurnal Manajemen,( Jakarta 2019) , Hlm : 01.
49
d. Sikap
e. Minat
G. Metode Penelitian
Suatu penelitian itu tidak akan berjalan dengan baik jika tidak
dibarengi dengan langkah pasti, karena dengan langkah tersebut suatu
penelitian akan menghasilkan hasil yang cukup maksimal. Oleh karena
itu, peneliti menempuh cara-cara dengan tujuan agar dalam penelitian
ini dapat menghasilkan sesuatu yang maksimal.
1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang peneliti gunakan adalah
pendekatan kualitatif yang berdasarkan pada fenomena dan
peristiwa yang terjadi di lapangan.Metode penelitian kualitatif
adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data-data deksriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku
yang diamati.Adapun tujuan digunakannya jenis penelitian ini
adalah untuk mengetahui dan menggambarkan bagaimana
manajemen strategi dalam meningkatkan kompetensi santri, serta
kendala dan solusi pondok pesantren dalam meningkatkan
kompetensi santri (studi kasus di pondok pesantren Ar-Ridwan
Kecamatan Sape Kabupaten Bima).39
2. Lokasi Penelitian
Adapun lokasi penelitian yang akan menjadi tempat penelitian
adalah di Pondok Pesanren Ar-Ridwan, Kecamatan Sape Kabupaten
Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat. Alasan peneliti memilih lokasi
atau wilayah tersebut karena peneliti berasal dari wilayah atau
daerah tersebut dan cukup mengetahui kondisi perkembangan
pondok pesantren di wilayah yang menjadi tujuan penelitian.
3. Sumber Data
39
Munandar Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial (Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press, 2005), hlm. 147.
50
a. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari data
pertama di lokasi penelitian atau objek yang diteliti.40 Yang
berupa (hasil wawancara, observasi, serta dokumentasi).
40
Burhan Bungin,Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi dan
Kebijakan Publik serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana, 2005), hlm. 132.
41
Prof. Dr. Sugiyono,”Metode Penelitian Kombinais”, (Bandung: Alfabeta,
2014), Hlm,308.
42
Soeratno, Metode Penelitian, (Yogyakarta : UUP AMP YKPN, 19945), Hlm
99.
51
dalam meningkatkan kompetensi santrinya, serta
mengetahui kendala maupun solusi pondok pesantren dalam
meningkatkan kompetensi santri.
Berdasarkan observasi di atas peneliti mengunakan
tehnik pengumpulan data yang Observasi non partisipatif
karena fokus penelitian belum jelas.Maka observasi dapat
dilakukan secara berstruktur dengan menggunakan pedoman
observasi.Adapun yang di Observasi yaitu santriwan,
santriwati, maupun pimpinan pondok, beserta pengurus dan
guru pondok pesantren.43
2. Metode Wawancara
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data
apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk
menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga
apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden
yang lebih mandalam.Teknik pengumpulan data ini
mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau self-
report, atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan atau
keyakinan pribadi.44
Dari teknik pengumpulan, maka wawancara dapat
dibedakan menjadi 2 yaitu:
1. Wawancara terstruktur
Digunakan sebagai teknik pengumpulan
data, bila peneliti atau pengumpul telah mengetahui
dengan pasti tentang informasi apa yang akan
diperoleh. Oleh karena itu, dalam melakukan
wawancara, pengumpul data telah menyiapkan
instrument penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan
tertulis yang alternative jawabannya pun telah
disiapkan.45
43
Abdurrahman Fatoni,”Metodologi Penelitian Dan Tekhnik Penulisan Skripsi”,(
Jakarta: Rineka Cipta,2011), Hlm, 104.
44
Indra Bastian, Dkk,” Metode Wawancara”,( Universitas Gajah Mada:
September, 2018).
45
Lukman Nul Hakim,” Ulasan Metodologi Kualitatif”,( P3DI: 14,
Desember, 2013).
52
2. Wawancara Tidak Terstruktur
Adalah wawancara yang bebas dimana
peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara
yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap
untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara
yang digunakan hanya berupa garis-garis besar
permasalahan yang akan dipertanyakan. 46
Berdasarkan kajian di atas, maka wawancara
yang digunakan oleh peneliti adalah wawancara
tidak terstruktur.Karena peneliti menggunakan
wawancara yang bebas dimana tidak menggunakan
pedoman wawancara yang telah tersusun secara
lengkap dan sistematis untuk mengumpulan
datanya. Selain itu, peneliti lebih banyak
mendengarkan apa yang diceritakan responden.
Wawancara ini dilakukan langsungkepada:1.) H.
Ridwan,S.Pd.I (pimpinan pondok pesantren Ar-
Ridwan). 2.), 4 orang santriwan (Akbar, Sahrul,
Hairul, Jufri). 3.), 3 orang santriwati (jumiati,
Nuranisa, Ita purnama sari). 4.), 4 orang guru
(Ahmaludin,S.Ag, Komar,S.Pd.I, Aminuddin, S.Ag,
Syarifuddin,S.Pd.).
b. Dokumentasi
Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi
merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.Dokumen
ini berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental
dari seseorang.Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya
catatan harian, sejarah kehidupan, cerita, biografi, peraturan,
kebijakan.Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya foto,
gambar hidup, sketsa dan lain-lain.47
Metode dokumentasi ini untuk mendukung metode
wawancara yang telah digunakan.Dalam artian, selain
46
Ibid, hlm. 191.
47
Ibid, hlm. 326
53
peneliti mewawancarai narasumber juga
mendokumentasikan kegiatan yang dilakukan. Peneliti
mengumpulkan dokumen-dokumen yang akan digunakan
sebagai informasi dan mengumpulkan data-data serta
mendokumentasikan hal-hal yang berkaitan dengan
penelitian yang sedang dilakukan yaitu tentang manajemen
strategi dan kompetensi santri, gambar atau foto yang
berkaitan dengan permasalahan yang akan diteliti. Setelah
semua data-data terkumpul dan proses pengumpulan data,
maka selanjutnya dianalisis secara sistematis, agar diperoleh
kesimpulan yang objektif dari masalah yang diteliti.
48
Ibid, Hlm, 210.
49
Ibid, Hlm, 247- 252.
50
Ibid, Hlm, 247-252.
54
Reduksi data dalam penelitian ini adalah memfokuskan
dengan data hasil observasi, tes, dan wawancara. Sehingga diketahui
proses pemberian scaffolding yang diberikan oleh peneliti.
2. Data Display
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplaykan data.Dalam penelitian kualitatif, penyajian data
dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan
antara kategori, flowchart dan sejenisnya. Dengan mendisplay data
maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi,
merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah
dipahami. Disarankan dalam mendisplay data selain dengan teks
yang naratif, juga dapat berupa grafik.
3. Conclucion Drawing/verifying
Penarikan kesimpuan merupakan hasil penelitian yang
menjawab fokus penelitian berdasarkan analisis data. Kesimpulan
awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah
bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat mendukung pada tahap
pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan konsisten
saat penelitian kembali ke lapangan mengumpulan data, maka
kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang
kredibel.Penarikan kesimpulan dalam penelitian ini yaitu setelah
peneliti melakukan analisis atas data-data yang telah terkumpul
yaitu berupa observasi, tes, dan wawancara.
I. Uji Keabsahan Data
Pemeriksaan terhadap keabsahan data pada dasarnya, selain
digunakan untuk menyanggah balik yang dituduhkan kepada
penelitian kualitatif yang mengatakan tidak ilmiah, juga merupaka
sebgai unsur yang tidak terpisahkan dari tubuh pengetahuan
penelitian kualittaif.51
Keabsahan data dilakukan untuk membuktikan apakah penelitian
yang dilakukan bener-bener merupakan penelitian ilmiah sekaligus
untuk menguji data yang diperoleh. Uji keabsahan data dalam
51
Moleong,” Metodologi Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif”, 2007: 320.
55
penelitian kualitatif meliputi uji: credibility, transferability,
dependability, dan confirmability. 52
a. Credibility
Uji credibility (kredibilitas) atau uji kepercayaan terhadap
hasil penelitian yang disajikan oleh peneliti agar hasil
penelitian yang dilakukan tidak meragukan sebagai sebuah
karya ilmiah yang dilakukan.
b. Transferability
Transferability merupakan validasi data eksternal dalam
penelitian kualitatif.Validasi eksternal menunjukan dejarat
ketepatan atau dapat diterapkan hasil penelitian ke populasi di
mana sampel tersebut diambil.53
Pertanyaan yang berkaitan dengan nilai transfer sampai saat
ini masih dapat diterapkan/dipakai dalam situasi lain. Bagi
peneliti nilai transfer sangat bergantung pada si pemakai,
sehingga ketika penelitian dapat digunakan dalam konteks
yang berbeda di situasi sosial yagn berbeda validitas nilai
transfer masih dapat di pertanggungjawabkan.
c. Dependability
Reliabilitas atau penelitian yang dapat di percaya, dengan kata
lain beberapa percobaan yang dilakukan selalu mendapatkan
hasil yang sama. Penelitian yang dependability atau reliabilitas
adalah penelitian apabila penelitian yan dilakukan oleh orang
lain dengan proses penelitian yang sama akan memperoleh
hasil yang sama pula.
Pengujian dependability dilakukan dengan cara melakukan
audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Dengan cara
auditor yang independen atau pembimbing yang independen
mengaudit keseluruhan aktivitas yang dilakukan oleh peneliti
dalam melakukan penelitian. Misalnya bisa dimulai ketika
bagaimana peneliti mulai menentukan masalah, terjun ke
lapangan, memilih sumber data, melaksanakan analisis data,
52
Sugiyono “ MetodologiPenelitian Kuantitatif Dan Kualitatif”, 2007: 270.
53
Sugiyono “ MetodologiPenelitian Kuantitatif Dan Kualitatif”, 2007: 276.
56
melakukan uji keabsahan data, sampai pada pembuatan
laporan hasil pengamatan.
d. Confirmability
Objektivas pengujian kualitatif disebut juga dengan uji
confirmability penelitian.Penelitian bisa di katakan objektif
apabila hasil peneltian telah disepakati oleh lebih banyak
orang. Penelitian kualitatif uji confirmability berarti menguji
hasil penelitian yang dikaitkan dengan proses yang telah
dilakukan. Apabila hasil penelitian merupakan fungsi dari
proses yang telah dilakukan, maka peneliti tersebut telah
memenuhi standar confirmability.
e. Triangulasi
Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai
teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari
berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang
telah.Bila peneliti melakukan pengumpulan data dengan
triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data
yang sekaligus menguji kredibilitas data dengan berbagai
teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data.
54
Ibid, Hlm, 327.
57
g. Coding Data
Coding data adalah proses menelaah dan menguji data
mentah yang ada, dengan melakukan pemberian label
(Memberikan label) dalam bentuk kata-kata, frase, atau
kalimat. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa
coding data adalah menguji data yang masih mentah dengan
memberikan label dalam bentuk kata. Data tersebut dapat
berupa transkip wawancara, catatan lapangan, observasi
partisipan, jurnal, dokumen, literature, fitografi, video,
website, korespondensi email dan lain sebagainya 55
J. Sistematika Pembahasan
Sistematika penulisan ini terdiri dari empat bab yang
masing-masing menonjolkan titik berat yang berbeda, namun dalam
satu kesatuan yang saling mendukung dan melengkapi.
BAB IV. Penutup, pada bab ini berisi kesimpulan dan saran dari
pembahasan
55
Sugiyono, Metodologi Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif R & D. h. 275
58
59
BAB II
56
Syafruddin, Wawancara, Sape, 10 September 2021.
57
H. Ridwan, S.Pd.I, Wawancara, Sape, 12 September 2021.
60
2. Biografi Pimpinan Pondok Pesantren Ar-Ridwan
Pimpinan pondok pesanten Ar-Ridwan ini adalah seorang
guru di MTSN 2 BIMA dan sekaligus guru ngaji di Desa Rai-Oi.
Karna beliau seorang pendidik yang memiliki kharisma yang tinggi
dan ilmu yang luas, maka banyak anak-anak yang mengenal beliau
lebih-lebihnya masyarakat setempat.Dengan didirikanya pondok
pesantren Ar-Ridwan ini Banyak orang tua dari murid yang
mendftarkan anaknya di pondok pesantren Ar-Ridwan ini, terutama
yang berada di desa Rai-Oi.Dalam mengajar dan mendidik santrinya
pimpinan pondok pesantren Ar-Ridwan ini menggunakan musholla
yang ada di kompleks pondok pesantrenya untuk mengajar sekaligus
mentransfer ilmu pengetahuanya kepada para santrinya. 58
Adapun pengurus tetap pondok pesantren Ar-Ridwan
Kecamatan Sape Kabupaten Bima ini antara lain :
Tabel 2.1
Kepengurusan Pondok Pesantren Ar-Ridwan
Nama Pengurus Pondok Pesantren Ar-Ridwan
Komar, S.Pd.I. Kasmanluddin, S.Ag.
Syarifuddin, S. Pd. Fikrullah, S.Sos.
Uswatun Hasanah, S.Pd.I. Zakariah, S.Ag.
Asni, S.Pd. Wahyuni, S.Pd.
Aminuddin, S.Ag. Fausyah Nur Qomariah, S.Pd.
Kamarudin, A.M.d Abdul Munir, S.Pd.I
Ridwan, S.Pd.I. Syaiful H.A. Wahab, S. Ag.
Sumber: dokumentasi, profil lembaga pondok pesantren Ar-Ridwan
2012.59
58
H. Ismail Marjuki, Wawancara, Sape, 2 Oktober 2021.
59
Dokumentasi, “ Profil Lembaga Pondok Pesantren Ar-Ridwan, 2012, Hlm, 13.
61
masing-masing. Dalam konteks kepengurusan, ada beberapa
struktur organisasi pondok pesantren Ar-Ridwan yaitu sebagai
berikut:60
Tabel 2.2
Struktur Organisasi
KetuaPondok
H. Ridwan, S.Pd.l.
Sekretaris Pondok
Kamaruddin, A.Md.
60
Dokumentasi, “Profil Lembaga Pondok Pesantren Ar-Ridwan”, 2012, Hlm, 10.
62
4. Keadaan/ Kondisi Umum
Pondok Pesantren Ar-Ridwan terletak di Desa Rai-Oi
Kecamatan Sape Kabupaten Bima,Provinsi Nusa Tenggara Barat
dengan ketinggian tempat sekitar 325 M dari permukaan laut
memiliki potensi sebagai berikut:
Luas tanah berupa Sawah : 1 Ha
Kebun : 3.5 Ha
Tegal : 40 Ha
Pekarangan : 1 Ha
Yayasan pondok pesantren bergerak dibidang antara lain sebagai
berikut:
a. Sosial : Menyantumi anak yatim, fakir miskin dan anak
terlantar
b.Kompetensi : Mengarah dan mengembangkan potensi
keterampilan yang dimiliki santri (Marawis, Baca
Al-Qur’an dan Tilawah, Tahfidz Al-Qu’an).
c. Dakwah : Memiliki ajlis taklim sebanyak 40 majlis taklim
d. Pendidikan : Terdiri dari pendidikan Formal dan Non-Formal
5. Keadaan Santri
Semenjak berdirinya pondok pesantren Ar-Ridwan yaitu
pada tahun 2012hingga saat ini terus mengalami kemajuan dan
peningkatan baik sarana dan prasarananya maupun dalam proses
belajar mengajarnya, baik yang internal maupun yang eksternal.
Pondok pesantren Ar-Ridwan banyak menampung para santri/siswa
yang datang dari berbagai kecamatan, bukan hanya dari satu desa
ataupun kecamatan akan tetapi dari berbagai kecamatan yang datang
di pondok pesantren Ar-Ridwan yaitu untuk menuntut ilmu.
Berbagai cara yang dilakukan pimpinan pondok pesantren, agar
pondok pesantren terus meningkat baik dari kemampuan
kompetensi santri maupun dari pendidikan formalnya. Dengan
berkembang dan kemajuanya kini pondok pesantren Ar-Ridwan
memiliki satu program yaitu :Tahsinul Qur’an, program ini bukan
hanya untuk santri, akan tetapi untuk masyarakat agar bisa sama-
sama mengenal dan memahami Al-Qur’an dengan baik. 61
61
Dokumen ,perkembangan Pondok Pesantren Al-Ridwan, 2013, Hlm,5.
63
Tabel 2.3
Keadaan Santri di Pondok Pesantren Ar-Ridwan Kecamatan
Sape,Kabupaten Bima.
Keadaan/Perkembangan Pondok
Pesantren Jumlah
Rungan belajar 10
Tenaga Kerja 32
Guru Tetap 32
Santri Mondok 200
Penjaga Sekolah 2
Rombongan Belajar 500
64
Sumber: wawancara peneliti pada pimpinan Pondok Pesantren A-
Ridwan, 6 Oktober .62
Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa, keadaan pada gedung
maupun bangunan pada pondok pesantren Ar-Ridwan tidak begitu banyak
terjadinya kerusakan, baik diluar maupun didalam ruangan.
Tabel 2.5
Data Pengajar Pondok Pesantren Ar-Ridwan
No. Nama Jabatan Alamat
65
Data Kegiatan Keseharian Pondok Pesantren Ar-Ridwan
Hari Jam Kegiatan
Senin 05:30 Shalat shubuh
Selasa 04:30 Tadarus dan Tahfizul,
wirid.
Rabu 20.15-22.00 Wirid, pembinaan
wali santri.
Kamis 07.00-13.00 Sekolah Formal, dan
non formal
Jum’at 16.00-17.00 Sekolah Diniyah
Sabtu 20.00-22.00 Belajar Tilawah
Minggu 07.30-08.30 Tahsinul Qur’an
Sumber: Dokumentasi data kegiatan Pondok Pesantren Ar-
64
Ridwan. Tanggal 9 Oktober 2021.
Selain tabel kegiatan yang terlihat di atas, adapun kegiatan-kegiatan
ataupun program lain yang dilaksanakan oleh Pondok Pesantren Ar-
Ridwan yaitu sebagai berikut:
Tabel 2.7
Data Peserta Pengajian Pondok Pesantren Ar-Ridwan
No. Peserta Jumlah Waktu/Pelaksanaan Keterangan
1. Siswa siswi 80-an Setiap hari kamis Dilaksanakan
pondok dari jam 06.30 pagi di
pesantren Al- sampai selesai aula/mushola
Ridwan pondok
pesantren Al-
Ridwan
2. Masyarakat 60-an Setiap hari minggu Dilaksanakan
desa Rai-Oi dari jam 06.30 pagi di mushola
sampai selesai Nanga-Nur
yang
bertempat di
desa Rai-Oi
64
Dokumentasi, Kegiatan Pondok Pesantren Ar-Ridwan, 2012.
66
3. Masyarakat 80-an Setiap hari sabtu Dilaksanakan
desa Rai-Oi dari jam 07.19 pagi di masjid Al-
sampai selesai Hidayah, esa
Rai-Oi
4. Anak-anak 50-an Setiap hari senin Dilaksanakan
dari jam 06.15 sore di rumah
sampai selesai pengurus
pondok
pesantren Al-
Ridwan
Sumber: wawancara, Data Peserta Pengajian Pondok Pesantren
Ar-Ridwan. Tanggal 9 Oktober 2021. 65
Pada kegiatan pengajian yang terlihat pada tabel di atas tidak
hanya diisi atau dilakukan oleh pengurus pondok pesantren
melainkan diisi oleh para tokoh-tokoh agama/masyarakat yang
dimana dilaksanakan secara bergiliran di setiap harinya. 66
7. Visi Dan Misi Pondok Pesantren Ar-Ridwan
a. Visi
Ingin mewujudkan sumber daya manusia yang memiliki imam
dan ilmu berkualitas unggul dan berbudi luhur.
b. Misi
a. Melaksanakan konsep kurikulum terpadu yang konmperensif
dan berimbang antara ilmu agama dan ilmu umum.
b. Membentuk kepribadian santri yang bermatabat dan
bermanfaat bagi dirinya, orangtua, masyarakat, bangsa dan
Negara.
c. Mengembangkan potensi dasar santri sehingga emiliki
IPTEK dan IMTAK yang mulia.67
65
Wawancara, Data Peserta Pengajian Pondok Pesantren Ar-Ridwan, 9
Oktober, 2021.
66
Dokumentasi, Data Peserta Pengajian Pondok Pesantren Ar-Ridwan,tgl 9
Oktober 2021.
67
Dokumen, Pondok Pesantren, Dokumentasi Visi Dan Misi Pondok Pesantren
Al-Ridwan, 2013, Hlm, 3.
67
B. Manajemen Strategik Dalam Meningkatkan Kompetensi Santri Di
Pondok Pesantren Ar-Ridwan Kecamatan Sape Kabupaten Bima
Berdasarkan wawancara dan observasi yang dilakukan oleh
peneliti, ada berbagai cara yang diterapkan oleh pihak pondok
pesantren Ar-Ridwan dalam meningkatkan kompetensi
santrinya,untuk lebih jelasnya peneliti akan memaparkannya satu
persatu,yaitu antara lain:
68
Wawancara, Pimpinan Pondok Pesantren Al-Ridwan, 5 Oktober, 2021.
69
Wawancara,Pimpinan Pondok Pesantren Al-Ridwan, 9,Oktober, 2021.
68
“saya selaku guru pada pondok pesantren Ar-Ridwan, pasti
mengetahui visi maupun misi yang terdapat pada pondok
pesantren Ar-Ridwan, begitu pula dengan pengurus-pengurus
lainya. Dengan adanya visi dan misi ini kami mampu
memberikan yang terbaik untuk para santri, dan mengajar
sesuai dengan kebutuhan dan kurikulum yang ada pada
pondok pesantren Ar-Ridwan”.70
70
Wawancara,Guru Pondok Pesantren Al-Ridwan, 9, Oktober, 2021.
71
Wawancara,Ahmaluddin, Pondok Pesantren Ar-Ridwan,12, Oktober, 2021.
69
“Menurut saya, dengan adanya visi dan misi mampu
memberikan kejelasan dalam pembelajaran disetiap
harinya, baik kejelasan itu untuk kami para santriwan dan
santriwati maupun guru yang mengajar kami, dan
tentunya pasti semua guru maupun pengurus mengetahui
visi dan misi yang ada pada pondok pesantren Ar-
Ridwan”.72
72
Observasi, santri Pondok Pesantren Ar-Ridwan,10,Oktober,2021.
73
Wawancara,Jumiati, Pondok pesantren,Ar-Ridwan, 12,Oktober,2021.
74
Wawancara, Hairul, Santriwan Pondok Pesantren Ar-Ridwan, 10, September,
2021.
70
mempermudahkan dan memperjelas proses belajar mengajar pada
pondok pesantren Ar-Ridwan .75
Dalam sebuah ilustrasi bagan, keberhasilan dan belum berhasilnya
formulasi strategik yang diterapkan, di gambarkan sebagai berikut
ini:
Tabel. 2.8
Formulasi
Strategik
(visi misi)
Belum
Berhasil berhasil
pondok Jelas dalam mampu
terarah membentuk kurangnya
belajar motivasi
dengan mengajar karakter
baik santri dari guru
dengan maupun
pendorong baik civitas
kekuatan akademik
bagi
pondok
pesantren
Sumber: wawancara, pada tanggal 8, September, 2021.
75
Observasi, Pondok Pesantren Ar-Ridwan,13, Oktober, 2021.
71
organisasi untuk mencapai strategi serta tujuan dari organisasi
tersebut.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan pimpinan pondok
Ar-Ridwan yang menjelaskan bahwa:
“Pada tahap implementasi strategi, pondok pesantren
Ar-Ridwan memiliki program-program yang cukup menarik
dan baik untuk para santri, kami memiliki program
intrakulikuler, program ekstrakulikuler yang nantinya
program-program ini dapat meningkatkan kompetensi para
santri di pondok pesantren Ar-Ridwan ini”.76
76
Wawancara, Pimpinan Pondok Pesantren Ar-Ridwan, 10, September,2021
77
Guru,Pondok Pesantren Ar-Ridwan,Wawancara,12,September,2021
78
Akbar,Santri Pondok Pesantren Al-Ridwan,Wawancara,21,September,2021.
72
“Menurut saya, dari segi program.Pondok pesantren Ar-
Ridwan sudah banyak menerapkan program-program yang
terbilang menarik untuk para santri di pondok.Akan tetapi,
masih terlihat sebagian santriwan dan santriwati yang tidak
mengikuti kegiatan-kegiatan maupun program.Karena
kurangnya motivasi dan program yang mereka minati”.79
79
Wawancara, Santriwati Pondok Pesantren Ar-Ridwan, 10, September, 2021.
80
Dokumentasi,Pondok Pesantren Al-Ridwan, 12, September,2021.
73
Tabel: 2.9
Implementasi
Strategik
(program)
Kurang
Berhasil
berhasil
74
guru-guru), dan evaluasi program yang dilakukan satu
semester”.81
Selain itu, hal ini juga dijelaskan oleh salah satu Guru yang
bernama Komar Pondok Pesantren Ar-Ridwan bahwa:
“Di dalam evaluasi strategik penerapan ini sangat penting
sekali, dikarenakan agar kita mengetahui hal-hal apa saja
yang kurang dalam program kita, dan supaya menjadi
kesamaan, maka pondok pesantren perlu melakukan
tehnik evaluasi program dengan tehnik hasil”.82
81
Wawancara, Wakil Pimpinan Pondok Pesantren Ar-Ridwan, 12, September,
2021.
82
Guru,Pondok Pesantren,Wawancara,14,September,2021.
83
Syarifuddin,Pengurus Pondok Pesantren, Wawancara,16,September,2021.
75
evaluasi ini pondok pesantren dapat mengetahui kekurangan
serta kelebihan dari program dan kegiatan yang sudah ada.Dan
terbukti bahwa pondok pesantren Ar-Ridwan ini telah rutin
diadakanya atau melakukan beberapa rapat. Berdasarkan dari
hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti bahwa ada beberapa
tahap rapat yang dilakukan oleh pihak pondok pesantren Ar-
Ridwan yaitu yang pertama,adanya forum pertemuan 16.30. ini
merupakan evaluasi kegiatan rutinan yang di adakan oleh pihak
kurikulum sendiri, rapat ini biasanya berisikan kegiatan apa saja
yang akan di lakukan untuk hari ini, lalu pengecekan usdad dan
ustadzah yang mengajar di pondok pesantren Ar-Ridwan.
Kemudian yang kedua,evaluasi bulanan.Evaluasi ini di
laksanakan setiap minggu pertama dan mencakup seluruh
pimpinan di pondok pesantren Ar-Ridwan, untuk membahas
kegiatan dan program serta perkembangan seluruh lapisan yang
berkaitan dengan pondok pesantren.Dan selanjutnya yang
ketiga, evaluasi semesteran.Evaluasi ini di adakan setiap 6 bulan
dan menghadirkan seluruh pimpinan yang berada di ruang
lingkup pondok pesantren Ar-Ridwan guna membahas seluruh
kegiatan yang sudah berjalan.84
Manajemen adalah mengandung unsur perencanaan,
pengaturan, pelaksanaan, dan tujuan yang ingin dicapai. Dan
sebuah cara agar tujuan dapat dicapai secara teratur dan terarah
karena manajemen adalah hal yang diperlukan dalam segala
aspek kehidupan baik itu manajemen untuk kegiatanan individu
maupun kelompok. Sistem atau manajemen harus dilakukan
untuk memenuhi target yang akan dicapai oleh individu atau
kelompok tersebut dalam sebuah kerjasama dengan
mengoptimalkan sumber daya yang ada.
84
Observasi, Pondok Pesantren Ar-Ridwan,9, September, 2021.
76
pondok pesantren, implementasi strategi yang membahas
terkait program, dan yang terakhir evaluasi.
85
Soewarno Jurnal Ilmiah,”Kendala-kendala Yang Dihadapi Guru Dalam
Memanfaatkan Media Berbasis Komputer Di SD Negeri 10 Banda Aceh”, Fkip
Unsyiah, Vol, 1, Agustus (2016), Hlm, 23.
86
Ita Purnama Sari,”Wawancara”, 8 Oktober, 2021.
77
Hal ini selaras yang dikemukakan oleh santriwan yang bernama
Jufri yang menjelaskan bahwa:
“Kurangnya motivasi yang rendah ini, dapat
menjadikan dampak yang buruk bagi para santri yang
ada di pondok, karena motivasi dari seorang gurulah
yang mampu mengubah para santriwan maupun
santriwati untuk menjadi lebih baik lagi, baik dalam
belajar mengajar maupun dalam meningkatkan asah
kompetensi santri”.87
87
Hairul, “ Wawancara”, 8, Oktober, 2021.
88
Observasi, Pondok Pesantren Ar-Ridwan, 8, Oktober, 2021.
78
kebawah kesulitan untuk masuk kedalam pondok karena
kendala akan biaya.
Berdasarkan yang dijelaskan oleh pimpinan pondok pesantren Ar-
Ridwan, yang menjelaskan bahwa:
“Dalam segi pendanaan Pondok pesantren Ar-Ridwan, memiliki
dana yang cukup memadai, dan tidak pernah mengeluhkan
tentang pendanaan. Banyaknya SDM dari segi civitas, santri dan
karyawan inilah yang membuat pondok pesantren Ar-Ridwan
kuat, dan sudah tidak heran lagi mengapa biayanya besar”. 89
Hal ini selaras yang dijelaskan oleh guru pondok yang bernama
komar yang menjelaskan bahwa:
89
Wawancara, “Pimpinan Pondok Pesantren Ar-Ridwan”, 8 September, 2021.
90
Wawancara,” Komar”, 8, Semptember, 2021.
79
tersebut.Setelah jelas masalah beserta latar belakangnya barulah
kita dapat mempertimbangkan berbagai kemungkinan solusi yang
dapat digunakan untuk memecahkan masalah tersebut.
Adapun beberapa solusi yang dapat dilakukan oleh pondok
pesantren Ar-Ridwan Kecamatan Sape Dalam mengatasi
kendala/masalah dalam meningkatkan kompetensi santri yaitu
sebagai berikut:
1. Motivasi
Solusi yang dilakukan oleh pihak pondok pesantren terkait dengan
motivasi yaitu dengan cara berdiskusi dengan para guru maupun staff
dan pengurus pondok dalam hal membahas terkait dengan kurangnya
motivasi dikalangan santriwan maupun santriwati. Seperti yang
dijelaskan oleh bapak syarifuddin yang menjelaskan bahwa:
“Apapun kendala yang dirasakan oleh para santriwan maupun
santriwati akan kami lakukan yang terbaik untuk semuanya,
untuk kebaikan bersama”.91
Dan diperkuat oleh penjelasan dari salah satu guru yang bernama
Asni, yang menjelaskan bahwa:
91
Wawancara,”Syarifuddin”, 10, Oktober, 2021.
92
Wawancara, “Asni”, 10, Oktober, 2021.
80
Solusi yang tepat yaitu dengan mengadakan
beasiswa bagi yang kurang mampu dan mengevaluasi dalam hal
mempertimbangkan lagi mengenai biaya yang terbilang besar bagi para
santri yang ingin mendaftar atau yang ingin masuk dalam pondok
pesantren Ar-Ridwan tersebut. Berdasarkan yang dijelaskan oleh guru
yang bernama aminuddin, yang menjelaskan bahwa:
“beasiswa ini sudah kami adakan, guna membantu para
santriwan maupun santriwati yang terbilang sulit dalam
pembiayaan pendaftaran maupun keperluan biaya hidup
selama di pondok pesantren”.93
Hal ini selaras dan diperkuat oleh guru yang bernama fikrullah,
yang menjelaskan bahwa:
“dengan biaya yang terbilang besar ini, kami mengadakan
evaluasi dalam hal membicarakan pertimbangan kami
mengenai biaya. Selain itu juga, solusi yang terdapat pada
pondok pesantren mengenai biaya ini yaitu bahwa
pembiayaan akan dilihat juga dari penghasilan orang tua para
santriwan dan santriwati”.94
Jadi dapat disimpulkan bahwa, solusi yang dilakukan oleh para staf
maupun pengurus pondok pesantren yaitu dengan mengadakan beasiswa
bagi yang tidak mampu dan dipertimbangkan dari penghasilan orang
tua.Selalin itu juga, pondok pesantren Ar-Ridwan selalu mengadakan
evaluasi disetiap diadakanya rapat, guna untuk membahas terkait dengan
pembiayaan, motivasi, maupun kegiatan dan program lainya.
BAB III
PEMBAHASAN
93
Wawancara, “Amunuddin, 10, September, 2021.
94
Wawancara,”Fiktrullah, 10, September, 2021.
81
Berdasarkan pokok dan bahasan yang telah peneliti cantumkan di bab
sebelumnya yaitu paparan data dan temuan, maka dalam pembahasan ini
akan dibagi dalam beberapa sub yaitu:
A. Manajemen Strategik Dalam Meningkatkan Kompetensi Santri Di
Pondok Pesantren Ar-Ridwan Kecamatan Sape Kabupaten Bima
1. Penerapan Formulasi Strategik Pondok Pesantren Ar-Ridwan
Tahap formulasi yaitu tahap menumbuhkan visi dan misi
dalam suatu organisasi. Formulasi strategi pondok pesantren Ar-
Ridwan merupakan salah satu bagian dari beberapa proses
manajemen strategi yang mengkoseptualisasikan satu misi beserta
visi dan analisis lingkungan sehingga dapat menunjang pencapaian
dari pesantren Ar-Ridwan dalam rangka meningkatkan kualitas
pondok pesantren Ar-Ridwan Kecamatan Sape Kabupaten Bima.95
Pondok pesantren Ar-Ridwan memiliki satu visi yaitu, ingin
mewujudkan sumber daya manusia yang memiliki iman dan ilmu
berkualitas unggul dan berbudi luhur. Maksud dari visi ini adalah
pondok pesantren Ar-Ridwan tidak hanya memiliki kemampuan
dalam satu aspek tetapi diharapkan mempunyai kelebihan aspek
yang lain yaitu, memiliki ilmu pengetahuan yang tinggi serta
unggul. Dengan adanya visi tersebut pihak pondok pesantren
mengharapkan semua santrinya memiliki kemampuan yang
seimbang di bidang ilmu pengetahuan tetapi juga santri harus
memiliki akhlak dan iman yang baik.Dan di wujudkannya dengan
sistem kurikulum yang disesuaikan dengan adanya aturan yang
menekankan pada iman dan akhlak para santri.Setelah itu,
terwujudlah kedalam tiga misi.Misi pertama, melaksanakan konsep
kurikulum terpadu yang berimbang antara ilmu agama dan ilmu
umum. Kedua, membentuk kepribadian santri yang bermatabat dan
bermanfaat bagi dirinya, orangtua, masyarakat, bangsa dan Negara,
serta Ketiga, mengembangkan potensi dasar santri sehingga
memiliki IPTEK dan IMTAK yang mulia. Visi dan misi yang
terdapat pada pondok pesantren Ar-Ridwan ini, sudah diterapkan
oleh pihak pondok pesantren dengan sebaik mungkin, baik di saat
berkegiatan belajar maupun mengajar.
95
Wawancara, Pimpinan Pondok Pesantren Al-Ridwan, 5 Oktober, 2021.
82
Hal ini selaras dengan teori dari Fred R David dalam buku
manajemen strategis, pengarang Stefanus Rahoyo dan Ichsan
Setiyo Budi, bahwa formulasi strategik mencakup pada
pengembangan visi dan misi mengidentifikasikan kesempatan dan
ancaman eksternal perusahaan, menentukan kekuatan dan
kelemahan internal.96
96
Landasan Teori Dan Kerangka Pemikiran,2015,Hlm,14.
83
dengan kemampuan yang dimiliki santrinya atau sesuai dengan visi
misi dan kurikulumnya.
97
Dokumentasi, Pondok Pesantren Ar-Ridwan, 2013,Hlm 11.
84
pilihan santri yang di wajibkan untuk mengikuti salah satu
ekstrakulikuler yang di tawarkan dan di wajibkan untuk di ikuti.
Ekstrakulikuler tersebut di antaranya: Seni, Imtaq, Iptek, yang
di adakan di hari sabtu ada Kitab Kuning, Tahfidz Qur’an, Tilawah,
Dakwah, Pidato, Tahsin, Khutbah, Adzan, Marawis, Teater, dan
Qasidah. Sedangkan di bagian ekstrakulikler pada bidang olahraga
yaitu: Volly, Basket, Badminton, Tenis meja.98 Dan kini pondok
pesantren Ar-Ridwan memiliki program tambahan terbaru yaitu
(Tahsinul Qur’an), kegiatan ini merupakan langkah utama lembaga
dalam pencerahan Al-Qur’an, kegiatan ini di selenggarakan setiap
minggu pagi, kegiatan ini membahas tentang bagaimana cara
membaca Al-Qur’an dengan baik yang sesuai dengan hukum bacaan.
Kegiatan tidak hanya di ikuti oleh para santri saja, akan tetapi kegiatan
ini juga dapat di ikuti oleh masyarakat sekitar, karena berdirinya
pondok pesantren Ar-Ridwan bukan hanya memberikan pendidikan
bagi para santri atau siswa saja, namun juga bagi masyarakat umum.
Para santri pondok pesantren Ar-Ridwan pada saat selesai
belajar dalam ruangan kelas, mereka selalu mengisi waktu istrahatnya
dengan melakukan berbagai macam kegiatan maupun program, guna
untuk melatih diri mereka, seperti melakukan penghafalan Al-Qur’an.
Dan di samping itu juga para santri akan di bimbing langsung oleh
guru mereka guna untuk mengetes sejauh mana program atau hafalan
yang mereka tempuh. Dan sangat antusias sekali para santri untuk
melaksanakan program, dan dalam pelaksanaan ini para guru
memanfaatkan ilmu manajemen strategi untuk melancarkan atau
membantu kegiatan agar kualitas para santri terus meningkat dengn
baik.99
Jadi dapat disimpulkan bahwa, Pondok pesantren Ar-Ridwan
sudah menerapkan implementasi strategi sudah baik dan lancar untuk
mewujudkan suatu program yang dimana yang sesuai dengan
kemampuan atau skill para santri.Pondok pesantren Ar-Ridwan
menerapkan strategik ini untuk melancarkan program-program yang
sudah direncanakan oleh pihak pondok pesantren, dalam memenuhi
98
Dokumentasi, Pondok Peantren Ar-Ridwan, 2013, Hlm 13.
99
Observasi, Pondok Peantren Ar-Ridwan, Tanggal, 14, Otober, 2021.
85
kebutuhan para santri guna untuk mengasah kemampuan dan
pengetahuan para santrinya melalui program-program atau kegiatan
yang berdasarkan dengan keahlian dan kebutuhan yang dimiliki oleh
para santri. Pondok pesantren Ar-Ridwan melalui penerapan ini
mampu menciptakan atau menjalankan program atau kegiatan yang
mampu meningkatkan kompetensi santri yakni dengan cara melalui
bidang keagamaan. Selain itu juga, pondok pesantren Ar-Ridwan
melaksanakan kegiatan yang sudah dirancang atau yang sudah
dijadwalkan agar dapat mengarah pada program-program yang sudah
diprosedurkan yaitu melalui bidang IMTEK dan IPTEK, yang
bersampingankan dengan program keagamaan seperti belajar
Tahsinul Quran, Tilawah. Implementasi ini guna untuk melancarkan
semua program yang terdapat pada lembaga terutama pada pondok
pesantren Ar-Ridwan ini sangat dibutuhkan dan sudah diterapkan, dan
berjalan dengan lancar dan terarah.
3. Menerapkan Evaluasi Strategik Pada Pondok Pesantren Ar-
Ridwan
Evaluasi yaitu, memberikan informasi yang terkait dengan
kegiatan-kegiatan yang sudah dijalankan.100
Hal ini selaras dengan teori dari Solihin, yang menjelaskan
bahwa, evaluasi strategik merupakanpengendalian atau memberikan
informasi kepada manajemen, mengenai sejauh mana kinerja atau
program yang sudah dilakukan atau yang sudah dilaksanakan.101
Pada saat melakukan rapat maupun evaluasi, pengurus pondok
pesantren Ar-Ridwan melakukan beberapa tahap rapat, yaitu yang
pertama,adanya forum pertemuan 15.30. ini merupakan evaluasi
kegiatan rutinan yang di adakan oleh pihak kurikulum sendiri, rapat
ini biasanya berisikan kegiatan apa saja yang akan di lakukan untuk
hari ini, lalu pengecekan ustad dan ustadzah yang mengajar di pondok
pesantren Ar-Ridwan. Kemudian yang kedua,evaluasi
bulanan.Evaluasi ini di laksanakan setiap minggu pertama dan
mencakup seluruh pimpinan di pondok pesantren Ar-Ridwan, untuk
membahas kegiatan dan program serta perkembangan seluruh lapisan
100
Wawancara, Wakil Pimpinan Pondok Pesantren Ar-Ridwan, 12, September,
2021.
101
Solihin I, Manajemen Strategik,Erlangga,Jakarta,2012.
86
yang berkaitan dengan pondok pesantren.Dan selanjutnya yang
ketiga, evaluasi semesteran.Evaluasi ini di adakan setiap 6 bulan dan
menghadirkan seluruh pimpinan yang berada di ruang lingkup pondok
pesantren Ar-Ridwan guna membahas seluruh kegiatan yang sudah
berjalan.102Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan di
pondok pesantren Ar-Ridwan Kecamatan Sape Kabupaten
Bima.Bahwa evaluasi yang di lakukan oleh pondok pesantren Ar-
Ridwan sudah cukup lancar di setiap harinya, semua sudah terarah
dengan baik.Evaluasi ini di pimpin langsung oleh pimpinan pondok
pesantren Ar-Ridwan, dan diikuti oleh para jajarannya ini sudah
cukup lancar dan baik.Dari hasil evaluasi ini para pengurus pondok
pesantren Ar-Ridwan mampu membangun dan membuat program-
program untuk para santri di pondok pesantren Ar-Ridwan, dan
mampu memperbaiki kesalahan-kesalahan dari kegiatan maupun
program-program sebelumnya.103
Jadi dapat disimpulkan bahwa, pondok pesantren Ar-Ridwan
menerapkan beberapa manajemen strategik terutama evaluasi
strategik. Evaluasi strategik pada pondok pesantren Ar-Ridwan ini
dilakukan guna untuk mengevaluasi setiap atau seluruh kegiatan
ataupun program yang sudah terlaksanakan oleh para pengurus
maupun pihak pondok pesantren tersebut, pondok pesantren Ar-
Ridwan selalu rutin malaksanakan evaluasi pada saat selesai kegiatan
ataupun program, hal ini sangat penting dilakukan agar menjadi bahan
pembelajaran dan dapat mengetahui sudah sejauh mana kegiatan atau
program yang sudah dilaksanakan di setiap harinya. Apakah program
layak untuk dijalankan oleh pengelola atau perlu diubah, atau akan di
gantikan dengan program yang lain. Kemudian, pihak pondok
pesantren Ar-Ridwan melaksanakan evaluasi juga untuk mengetahui
tingkat pencapaian kompetensi dari para santrinya.Sehingga dapat
disimpulkan bahwa evaluasi strategik pondok pesantren Ar-Ridwan
yaitu untuk mengetahui beberapa elemen-elemen terpenting terutama
dapat mengetahui kekurangan serta kelebihan dari program dan
kegiatan yang sudah ada.
102
Observasi, Pondok Pesantren Ar-Ridwan,9, September, 2021.
103
Observasi, Pondok Pesantren Ar-Ridwan, 10, September, 2021.
87
B. Kendala dan Solusi Yang Diterapkan Pada Pondok Pesantren Ar-
Ridwan Dalam Meningkatkan Kompetensi Santri
1. Kendala
Kendala adalah suatu kondisi dimana gejala atau hambatan dan
kesulitan menjadi penghalang tercapainya suatu keinginan.Dalam
kamus besar bahasa Indonesia, kendala berarti halangan, rintangan,
faktor atau keadaan yang membatasi, menghalangi atau mencegah
pencapaian sasaran atau kekuatan yang memaksa pembatalan
pelaksanaan.104
Adapun kendala yang terdapat pada pondok pesantren Ar-
Ridwan dalam meningkatkan kompetensi santri sebagai berikut:
a. Motivasi
Pondok pesantren Ar-Ridwan memiliki faktor maupun
kendala, salah satunya yang bisa saja terjadi yaitu motivasi.
Motivasi yang kurang dari sivitas akademik untuk para santri,
sehingga ini menjadi kendala bagi para santri dalam
meningkatkan maupun mengembangkan kompetensi.
b. Biaya yang tidak sedikit
Kendala akan biaya yang terbilang tidak sedikit, pondok
pesantren Ar-Ridwan menjadi pondok pesantren yang berdaya
saing dikalangan pondok pesantren pada masa sekarang ini.
Salah satu kendala pada pondok pesantren Ar-Ridwan ini
tentunya masalah keuangan, dimana, biaya yang dibutuhkan
untuk pendaftaran dan biaya hidup selama menjadi santriwan
dan santriwati cukup banyak.Sehingga tidak semua kalangan
bisa memasuki pondok pesantren Ar-Ridwan, dan yang dapat
memasuki pondok tersebut hanya dari kalangan ekonomi
menengah dan ekonomi keatas. Sehingga banyak dari kalangan
kebawah kesulitan untuk masuk kedalam pondok karena
kendala akan biaya.
2. Solusi
Adapun beberapa solusi yang dapat dilakukan oleh pondok
pesantren Ar-Ridwan Kecamatan Sape Dalam mengatasi
104
Soewarno Jurnal Ilmiah,”Kendala-kendala Yang Dihadapi Guru Dalam
Memanfaatkan Media Berbasis Komputer Di SD Negeri 10 Banda Aceh”, Fkip
Unsyiah, Vol, 1, Agustus (2016), Hlm, 23.
88
kendala/masalah dalam meningkatkan kompetensi santri yaitu
sebagai berikut:
a. Motivasi
Solusi yang dilakukan oleh pihak pondok pesantren terkait
dengan motivasi yaitu dengan cara berdiskusi dengan para guru
maupun staff dan pengurus pondok dalam hal membahas terkait
dengan kurangnya motivasi dikalangan santriwan maupun
santriwati.
b. Biaya yang tidak sedikit
Solusi yang tepat yaitu dengan mengadakan beasiswa bagi yang
kurang mampu dan mengevaluasi dalam hal
mempertimbangkan lagi mengenai biaya yang terbilang besar
bagi para santri yang ingin mendaftar atau yang ingin masuk
dalam pondok pesantren Ar-Ridwan tersebut.
Demikian beberapa solusi yang dapat dilakukan oleh
pondok pesantren dalam meningkatkan kompetensi santri pada
pondok pesantren Ar-Ridwan Kecamatan Sape Kabupaten
Bima.
Kendala dalam suatu kegiatan merupakan sumber
motivasi tersendiri bagi yang membangun kegiatan ataupun
program tersebut, dengan kendala dalam suatu kegiatan bukan
titik kelemahan atau kemunduran.Tapi dengan kendala tersebut
untuk membangun semangat dan terus berusaha semaksimal
mungkin untuk mempertahankan kegiatan tersebut sesuai
dengan tujuan sebelumnya membangun kegiatan.
Sesudah ada kendala pasti ada solusi dari dua kata
tersebut dalam sebuah kegiatan pasti ada, langkah yang tepat
adalah mempertahankan sebuah kegiatan tersebut dengan
mencari jalan yang tepat atau yang disebut dengan solusi, solusi
adalah jembatan dalam sebuah kegiatan agar kegiatan tersebut
mampu bertahan dan menjadi kegiatan tersebut berdiri kokoh
dan tidak mudah tumbang.
BAB IV
PENUTUP
89
A. Kesimpulan
1. Manajemen strategik yang diterapkan pada pondok
pesantren dalam meningkatkan kompetensi santri pada pondok
pesantren Ar-Ridwan Kecamatan Sape Kabupaten Bima yaitu
sebgai berikut:
a. Menerapkan Formulasi (vis dan misi) Strategik Pondok Pesantren
Ar-Ridwan
b. Menerapkan Implementasi (program) Strategik Pondok Pesantren
Ar-Ridwan
c. Menerapkan Evaluasi (mengevaluasi dan membahas mengenai
program maupun kegiatan yang sudah maupun yang belum di
jalankan) Strategik Pondok Pesantren Ar-Ridwan
2. kendala dan solusi pondok pesantren Ar-Ridwan dalam
meningkatkan kompetensi santri di Kecamatan Sape Kabupaten
Bima yaitu sebagai berikut:
a. kendala yang terdapat pada pondok pesantren Ar-Ridwan adalah.
Pertama, kurangnya motivasi. Kedua, dengan adanya biaya yang
terbilang tidak sedikit bagi para santriwan dan santriwati di
pondok pesantren Ar-Ridwan.
b. solusi pada pondok pesantren Ar-Ridwan adalah. Pertama,
berdiskusi dengan para guru maupun staff dan pengurus pondok
dalam hal membahas terkait dengan kurangnya motivasi
dikalangan santriwan maupun santriwati. Dan selanjutnya yang
Kedua, mengadakan beasiswa bagi yang kurang mampu dan
mengevaluasi dalam hal mempertimbangkan lagi mengenai biaya
yang terbilang besar bagi para santri yang ingin mendaftar atau
yang ingin masuk dalam pondok pesantren Ar-Ridwan tersebut.
90
DAFTAR PUSTAKA
62
Praya Tengah Kabupaten Lombok Tengah),” Skripsi Fakultas
Dakwah, Institut Agama Islam Negeri, Mataram, 2013.
63
LAMPIRAN
64
65