LOMBOK TENGAH
Oleh
Baiq Darmiani
NIM 180110022
MATARAM
2022
i
ANALISIS DAMPAK KREATIVITAS GURU TERHADAP SOSIAL
Skripsi
Oleh
Baiq Darmiani
NIM 180110022
MATARAM
2022
ii
iii
iv
v
vi
vii
MOTTO
viii
PERSEMBAHAN
ix
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah, Tuhan semesta alam dan shalawat
serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Baginda Besar Nabi Muhammad
Penulis menyadari bahwa proses menyelesaikan skripsi ini tidak akan sukses
tanpa bantuan dan keterlibatan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
1. Bapak Muammar Qadafi, M.Pd selaku pembimbing I dan Ibu Farida Rohayani,
M.Pd selaku pembimbing II, yang selalu memberikan bimbingan dan arahan
terselesaikan.
2. Ibu Nani Husnaini, M.Pd selaku Ketua Prodi Pendidikan Islam Anak Usia Dini,
3. Dr. Jumarim, M.H.I selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN
Mataram.
5. Semua Dosen dan Staf UIN Mataram yang telah banyak memberikan wawasan
dan pendalaman keilmuan serta layanan prima selama studi dan penyelesaian
skripsi.
x
6. Kepada orang tua dan keluarga besar peneliti yang selalu memberikan
dukungan dan memanjatkan do’a, serta kasih sayang tiada terhingga dan
7. Sahabat-sahabat kelas A Sasamboen yang selalu kompak dalam segala hal serta
dalam memberikan dukungan, do’a dan bantuan kepada peneliti selama proses
pengalaman, pelajaran, semangat, dan dukungan serta do’a dalam setiap apa
Semoga amal kebaikan dari berbagai pihak tersebut mendapatkan pahala yang
berlipat ganda dari Allah SWT, dan semoga karya ilmiah yang berupa skripsi ini
Wassalamu’alaikum, Wr. Wb
Penulis,
Baiq Darmiani
xi
DAFTAR ISI
KATA PENGATAR.......................................................................................... x
ABSTRAK ......................................................................................................... xx
B. Rumusan Masalah.................................................................................. 5
xii
1. Kreativitas Guru ............................................................................. 12
H. Sistematika Pembahasan........................................................................ 46
xiii
C. Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini di TK Dharma
B. Saran........................................................................................................ 163
xiv
DAFTAR TABEL
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Contoh rencana kegiatan mingguan yang dibuat guru TK Dharma
Gambar 2.2 Program kerja tahunan TK Dharma Wanita Desa Ketara, 54.
Gambar 2.3 Rencana pembelajaran harian setiap minggu yang dibuat guru
Gambar 2.4 Media dan APE yang tersedia di sekolah TK Dharma Wanita Desa
Ketara, 57.
Gambar 2.5 Lembar kerja anak yang sering digunakan sebagai media dalam
pembelajaran, 58.
Gambar 2.6 Buku lembar kerja anak, buku cerita, dan media gambar yang
Gambar 2.7 Media symbol dan media bahan bekas (kardus dan tutup botol)
Gambar 2.8 Hasil karya anak pada pelajaran tema kendaraan dan hasil karya
lainnya, 62.
Gambar 2.9 Kegiatan guru mengajar tema rekreasi pada hari yang berbeda
62.
xvi
Gambar 2.13 Kegiatan belajar ketika guru menggunakan metode pemberian
tugas, 66.
Gambar 2.15 Fasilitas sekolah (Media, APE, dll.) yang sering disiapkan guru
Gambar 2.16 Guru mengajak siswa bernyanyi dan bertepuk tangan ketika
belajar, 73.
Gambar 2.17 Pemberian motivasi kepada anak yang kurang semangat dalam
Gambar 2.18 Kegiatan mingguan (belajar apel upacara dan senam bersama), 73.
Gambar 2.22 Foto ketika para guru bersih-bersih dan berdiskusi tentag
pembelajaran, 80.
Gambar 2.23 Foto siswa menyesuaikan diri dengan suasana di kelas, 83.
Gambar 2.24 Foto siswa masih takut ketika peneliti menghampiri dan mengajak
bicara, 86.
Gambar 2.25 Foto siswa yang sudah berani menghampiri dan menyapa saat mau
bersalaman, 86.
Gambar 2.26 Kegiatan siswa saat antri untuk mencuci tangan, 90.
Gambar 2.27 Kegiatan siswa makan ketika waktu makan tiba, 90.
xvii
Gambar 2.28 Kegiatan siswa ketika berbaris dan antri untuk bersalaman
Gambar 2.29 Kegiatan saat siswa membuka sepatu sebelum masuk kelas, 91.
Gambar 2.33 Kegiatan siswa ketika bermain bersama dan siswa yang tidak mau
karyanya, 101.
Gambar 2.36 Suasana ketika para siswa melihat dan mengetahui ada temannya
Gambar 2.37 Ekspresi ketika para siswa belajar mengenal dan mempraktekkan
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
xix
ANALISIS DAMPAK KREATIVITAS GURU TERHADAP
PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK USIA DINI DI TK
DHARMA WANITA DESA KETARA KEC. PUJUT KAB. LOMBOK
TENGAH
Oleh:
Baiq Darmiani
NIM 180110022
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak Kreativitas guru
terhadap perkembangan sosial emosional anak usia dini di TK Dharma Wanita Desa
Ketara Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah, dengan menggunakan jenis
pendekatan penelitian kualitatif deskriptif. Hasil penelitian ini disimpulkan bahwa
1) Sebagian besar guru di TK Dharma Wanita Desa Ketara memiliki tingkat
Kreativitas yang sudah cukup baik, namun masih perlu dimaksimalkan lagi sebab
para guru kurang memiliki kesadaran akan pentingnya dalam meningkatkan
kemampuan dan keterampilan diri untuk mengoptimlkan proses pembelajaran serta
untuk memenuhi kebutuhan dalam menstimulus perkembangan sosial emosional
anak. 2) Perkembangan sosial emosional anak yang berusia 5-6 tahun secara
kesuluruhan sudah cukup maksimal, meskipun masih ada beberapa yang
membutuhkan stimulus. Tingkat pencapaian perkembangan sosial emosional anak
usia 5-6 tahun, yaitu (a) mampu menyesuaikan diri dengan situasi yang ada di
sekolah terdapat 1 anak belum berkembang, 4 anak mulai berkembang, 14 anak
berkembang sesuai harapan, dan 5 anak berkembang sangat baik. (b)
memperlihatkan sikap kehati-hatian pada orang yang baru dikenal terdapat 5 anak
belum berkembang, 5 anak mulai berkembang, 6 anak berkembang sesuai harapan,
dan 8 anak berkembang sangat baik. (c) mampu menaati perintah dan aturan kelas
atau kegiatan terdapat 9 anak mulai berkembang, 11 anak berkembang sesuai
harapan, 4 anak berkembang sangat baik. (d) mampu bertanggung jawab atas
perilaku yang dilakukan dirinya maupun pada orang lain terdapat 2 anak belum
berkembang, 10 anak mulai berkembang, 9 anak berkembang sesuai harapan, dan
3 anak berkembang sangat baik. (e) senang bermain dengan teman sebaya terdapat
1 anak yang belum berkembang, 4 anak mulai berkembang, 4 anak berkembang
sesuai harapan, dan 10 anak berkembang sangat baik. (f) mampu menghargai hak
atau pendapat dan karya orang lain terdapat 2 anak yang belum berkembang, 10
anak mulai berkembang, 8 anak berkembang sesuai harapan, dan 4 anak
berkembang sangat baik. (g) mengekspresikan emosi sesuai dengan kondisi yang
ada di sekitar terdapat 1 anak belum berkembang, 6 anak mulai berkembang, 13
anak berkembang sesuai harapan, dan 4 anak berkembang sangat baik. 3) Ada
beberapa dampak kreativitas guru terhadap perkembangan sosial emosional anak
usia dini di TK Dharma Wanita Desa Ketara, yaitu perkembangan sosial emosional
anak terstimulus dengan baik, permasalahan perkembangan sosial emosional anak
bisa diatasi dengan baik dan tepat, semakin rendahnya kemunculan permasalahan
perkembangan sosial emosional pada anak, dan kehidupan sosial anak akan
semakin menjadi lebih baik.
Kata Kunci: Kreativitas Guru, Perkembangan Sosial Emosional, Anak Usia Dini
xx
BAB I
PENDAHULUAN
yang berkompeten di bidangnya. Sebab guru memiliki peran yang amat penting
sekolah.
jenjang pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, hingga menengah.1 Oleh
karena itu demi menjalankan segala kewajibannya itu guru harus memiliki
pembelajaran. Hal itu bisa dilakukan dengan memanfaatkan bahan dan alat yang
telah ada serta dari sumber daya alam yang tersedia di sekitar lingkungan
1
Ninik Yuliani, Niken Titi Pratitis, “Minat pada Profesi Guru, Semangat Kerja dan
Kreativitas Guru Taman Kanak-kanak”, Jurnal Psikologi Tabularasa, vol. 8, no. 1, April 2013, hlm.
633, https://doi.org/10.26905/psikologi.v8i1.219.
1
sekolah sebagai sumber belajar yang kreatif, estetik, menarik, dan sesuai dengan
penyempurnaan fungsi psikis yang terjadi secara terus menerus dan dimulai
sejak masa konsepsi hingga akhir kehidupan. Adapun dalam Permendikbud No.
137 Tahun 2014, terdapat enam aspek perkembangan anak, yaitu nilai agama
tersebut tentunya dibutuhkan peran dari orang tua dan guru selaku tenaga
pada masyarakat.3
Oleh karena itu, jalan yang bisa ditempuh oleh guru di sekolah sebagai
pembinaan perilaku dan sikap melalui pembiasaan yang baik, serta guru harus
2
Nurul Zakiyyah, Kuswanto, “Urgensi Kreativitas Guru PAUD dalam Memfasilitasi
Perkembangan Anak”, Pendidikan Tambusai, vol. 5, no. 1, 2021, hlm. 1714,
https://doi.org/10.31004/jptam.v4i2.
3Yana Khusnul Ifadah, “Upaya Guru Dalam Meningkatkan Perkembangan Sosial
Emosional Anak Usia Dini di TK Dharma Wanita Desa Totokan Kecamatan Milarak Kabupaten
Ponorogo”, (Skripsi Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia Dini Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan Institut Aagama Islam Negeri Ponorogo, Ponorogo, 2019), hlm. 28 dan 32.
2
pembelajaran sosial emosional. Selain itu, guru juga harus memberikan fasilitas
yang menunjang serta menggunakan metode yang kreatif dan tepat sesuai
dengan kebutuhan anak. Namun pada realitanya masih banyak guru yang
terkait dengan kreativitas guru. Hal tersebut dapat dilihat dari kemampuan guru
pembelajaran, dan media pembelajaran atau alat peraga itu bisa dikatakan masih
hanya digunakan ketika waktu istirahat dan di hari Rabu dan Kamis untuk
dengan memanfaatkan papan tulis, di mana anak-anak harus menulis angka atau
kata-kata yang ditulis oleh guru di papan tulis dan kemudian dikasih bintang
pada buku tulisnya jika sudah selesai menulis. Selain itu, metode bernyanyi
sangat sering dilakukan hanya pada waktu kegiatan pembuka dan penutup,
sedangkan pada kegiatan inti sangat jarang. Sedangkan dari segi siswa, peneliti
menemukan ada beberapa siswa yang perilaku sosialnya masih minim, seperti
ada anak yang sangat pendiam dan tidak banyak bergaul, kemudian beberapa
anak yang masih ditemani di kelas oleh ibunya sampai pulang sekolah, dan ada
3
beberapa anak lagi yang suka sibuk sendiri dan jarang mau mendengarkan
memahami bagaimana dan seperti apa strategi dan metode pembelajaran yang
perkembangan anak sudah terstimulus secara optimal, apakah bakat dan minat
anak sudah difasilitasi dengan baik dan terpenuhi. Hal ini sejalan dengan hasil
penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh Elda Saputri bahwa kreativitas
guru dalam mengajar dan membimbing anak sangatlah memiliki pengaruh yang
besar terhadap hasil belajar dan aspek perkembangan anak, serta salah satunya
Oleh sebab itu, peneliti menjadi sangat tertarik untuk melakukan penelitian
dilakukan untuk mencari tahu lebih detail dan lebih mendalam terkait
permaslahan yang peneliti temukan. Hal itu akan menjadi bahan renungan dan
4
Observasi, TK Dharma Wanita Desa Ketara, hari Jum’at tanggal 10 April 2021.
5
Elda Saputri, “Kreativitas Guru Dalam Mengembangkan Sikap Sosial Anak Usia Dini
Melalui Permainan Balok”, (Skripsi, Jurusan PIAUD, FTK, UIN Sultan Syarif Kasim Riau, Pekan
Baru, 2020), hlm. 8.
4
B. Rumusan Masalah
Desa Ketara?
1. Tujuan Penelitian
2. Manfaat Penelitian
a. Secara Teoritis
pengetahuan.
5
penelitian secara lebih mendalam tentang hal-hal yang berkaitan
b. Secara Praktis
Dalam penelitian ini, peneliti hanya memfokuskan pada apa saja yang
sosial emosional anak usia dini (usia 5-6 tahun) di TK Dharma Wanita Desa
2. Setting Penelitian
peneliti, baik dilihat dari segi tenaga, dana maupun dari segi efesiensi
waktu.
6
E. Telaah Pustaka
Telaah pustaka merupakan suatu bagian yang berisi tentang kajian terhadap
pernah dilakukan atau belum dan guna mengetahui perbedaan persamaan dari
penelitian terdahulu dengan yang sekarang. Oleh karena itu, pada bagian ini
beberapa penelitian terdahulu yang peneliti ambil sebagai telaah pustaka dalam
1. Rahmah dan Dona Novianti menulis sebuah artikel ilmiah yang berjudul
koefisien korelasi (R) sebesar 761, dengan demikian variable percaya diri
variable yang diteliti. Oleh karena nilai t hitung > t tabel (8.546>2.0007)
6
Mutawali, dkk., Pedoman Penulisan Skripsi UIN Mataram Tahun 2020, (Mataram: UIN
Mataram, 2020), hlm. 24. Penyusun/penulis pedoman ini apakah Mutawali? Sama seperti buku,
ada penulis, editor, lay out, desain sampul, dll. Tentu yang ditulis hanya nama penulis dan jika
dibutuhkan nama editor. Kalo pedoman, yang ditulis penyusunnya saja, kalau pengarah,
penanggung jawab, dll itu bukan bagian dari penyusun/penulis.
7
sekarang dengan penelitian terdahulu adalah sama-sama berkaitan dengan
2. Yana Khusnul Ifadah menulis skripsi yang berjudul “Upaya Guru Dalam
kegiatan keterampilan meliputi toilet training dan self training. (b) Kegiatan
sosial bermain asosiatif (interaksi atau komunikasi antar anak saat bermain)
dan bermain komperatif (anak terlibat kegiatan saat bermain). Adapun letak
sama berkaitan dengan guru dan perkembangan sosial emosional anak usia
7
Rahmah, Dona Novianti, “Hubungan Percaya Diri Dengan Kreativitas Guru di TK Se-
Kelurahan Tangkerang Kecamatan Marpoyan Damai Pekan Baru Riau”, Jurnal Ilmiah VISI PGTK
PAUD dan DIKMAS, vol. 12, no. 2, Desember 2017, https://doi.org/10.21009/jiv.1202.6.
8
problematika kreativitas guru paud, selain itu perbedaannya juga terletak
pendidik anak usia dini memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap
pendidik di sekolah. Hal ini bisa dilihat dari data yang diperoleh variable X
(Kreativitas pendidik AUD) terdapat nilai tertinggi 95 dan nilai terendah 82,
anak) sekor tertinggi 98 dan skor terendah 81, dengan mean skor responden
87,83 dan rata-rata hitung skor pertanyaan 4,39. Adapun letak persamaan
8
Yana Khusnul Ifadah, Upaya Guru Dalam…, hlm. 84-85.
9
menggunakan pendekatan kualitatif. Selain itu, penelitian terdahulu
Kecamatan Pujut.9
4. Reni Astuti menulis sebuah artikel ilmiah yang berjudul “Kreativitas Guru
guru mengadakan media dari yang tidak ada menjadi ada, baik itu dengan
9
Arin Hodijatus Solihah, “Pengaruh Kreativitas Pendidik Anak Usia Dini Terhadap
Kemandirian Anak di Taman Kanak-kanak Se-Kecamatan Rancabungur Kabupaten Bogor”,
(Skripsi Program Studi Pendidikan Luar Sekolah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Ibn Khaldun Bogor, 2016), hlm. 24.
10
pendekatan penelitian kualitatif. Sedangkan perbedaan antara penelitian
ada di SPS Puspa Giri II Dahanrejo Gresik sudah baik seperti membuat
namun ada beberapa guru kelas yang belum sesuai dengan karakteristik
guru yang masih kurang kreatif. Adapun letak persamaan dari penelitian
10
Reni Astuti, “Kreativitas Guru Dalam Pengadaan Media Pembelajaran di Taman Kanak-
kanak Barunawati Pontianak”, (Skripsi, Program Studi PG-PAUD, FKIP Universitas
Muhammadiyah Pontianak, Pontianak, 2013), hlm. 5-10.
11
terdahulu dengan penelitian yang sekarang adalah sama-sama meneliti
terkait kreativitas guru PAUD dan jenis penelitian yang digunakan adalah
F. Kerangka Teori
1. Kreativitas Guru
intelegensi, bakat dan kecakapan hasil belajar. Selain itu, bisa juga
didukung oleh faktor-faktor afektif dan psikomotor yang bila hal ini
11
Putri Nur Afiah, “Manajemen Pembelajaran dalam Meningkatkan Kreativitas Guru di
Satuan PAUD Sejenis (SPS) Puspa Giri II Dahanrejo Gresik”, (Skripsi, Program Studi Pendidikan
Islam Anak Usia Dini, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Ampel, Surabaya, 2021), hlm.
6.
12
dikaitkan dengan kreativitas guru, maka guru yang bersangkutan akan
benar-benar baru dan orisinil atau dapat pula merupakan modifikasi dari
berarti daya cipta, sedangkan dalam bahasa Arab berasal dari kata Al-
12
Ibid., hlm. 63.
13
Hajariah Nasution, “Kreativitas Guru Dalam Meningkatkan Daya Ingat Anak (Studi Pada
Taman Kanak-kanak/PAUD Nurhadijah Pangirkiran Kecamatan Halongonan Kabupaten Padang
Lawas Utara)”, (Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Institut Agama Islam Negeri Padangsidimpuan, 2015), hlm. 11.
14
Sitoresmi Arineng Tiyas, “Kreativitas Guru Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
Pada Pembelajaran Tematik Kelas 1 di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Kauman Utara Jombang”,
(Skripsi, Jurusan Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Maulana
Malik Ibrahim Malang, 2015), hlm. 129.
13
dan merupakan ciri aspek dunia kehidupan di sekitar kita. Sebagai orang
dapat mudah dipahami dan disenangi oleh peserta didik.16 Serta guru
kegiatan yang bisa membuat para siswa nyaman serta senang berada di
kelas. Selain itu, guru yang kreatif tidak hanya bisa membawa RPP
15
Fitranty Adirestuty, “Pengaruh Self-Efficacy Guru dan Kreativitas Guru Terhadap
Motivasi Belajar Siswa dan Implikasinya Terhadap Prestasi Belajar Pada Mata Pelajaran Ekonomi”,
Jurnal Wahana Pendidikan, vol. 4, no. 1, Januari 2017, hlm. 57, no. doi 10.25157wa.v4i1.386.
16
Mulyana A.Z, Rahasia Menjadi Guru Hebat, (Jakarta: PT Gramedia Wiriasana
Indonesia, 2010), hlm. 133.
14
menarik sesuai dengan kebutuhan serta perkembangan atau gaya belajar
siswanya.
belajar bagi seluruh peserta didik. Oleh karena itu, guru dituntut untuk
didiknya.
didik.
solusi pemecahannya.
15
9) Menjadi sosok orang yang selalu memberikan bantuan ketika
diperlukan.17
sesuatu yang baru, unik, menarik, dan menantang, sehingga anak akan
guru PAUD, sangatlah dituntut menjadi guru yang kreatif untuk menarik
menyenangkan.
Oleh karena itu, nilai keunggulan guru yang harus dimiliki adalah
masalah dari berbagai arah, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi,
wawasan luas.
masalah yang dirasakan. (c) iluminasi yaitu saat timbulnya ide atau
17
Siti Nurhanifah, “Kreativitas Guru Dalam Pengembangan Media Pembelajaran Di TK D
TKIT Raudhatul Jannah Bogor”, (Skripsi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2018), hlm. 18.
18
Ibid., hlm. 19.
16
gagasan untuk memecahkan masalah. (d) verifikasi yaitu tahap
2014) di antaranya:
tinggi.
data atau informasi yang utuh, hal ini terlihat pada aktifnya indera
17
sehingga siswa seakan-akan menemui situasi yang seperti aslinya.
dalam belajar.
ide atau gagasan dan perilaku yang kreatif, baik dalam merencanakan
pembelajaran tematik.
yang menarik.
19
Yanti Oktavia, “Usaha Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Kreativitas Guru Dalam
Pembelajaran Di Sekolah Dasar”, Jurnal Administrasi Pendidikan, Vol. 2, No. 1, Juni 2014, hlm.
810, https://doi.org/10.47668/edukasisaintek.v8i1.152.
18
3) Memiliki keterampilan dalam mengembangkan bahan ajar yang
bervariasi.
pembelajaran.
macam bentuknya, termasuk pada guru PAUD, baik yang berasal dari
dan eksternal.
1. Problem Internal
Kepala Sekolah dan Iklim Organisasi, Jurnal Manajemen Pendidikan, Vol. 7, No. 2, Juli 2019,
hlm. 792, https://doi.org/10.33751/jmp.v7i2.1328.
19
antaranya:
a) Menguasai bahan/materi
dijadikan teladan atau tokoh panutan bagi siswa. Oleh karena itu,
c) Keterampilan mengajar
20
Ada beberapa komponen dalam keterampilan mengajar yang
keperluan pengajaran.
2. Problem Eksternal
Problem eksternal yaitu problem yang berasal dari luar guru itu
21
memadai sumber daya alam yang bisa dimanfaatkan sebagai sumber
profesionalisme guru.21
Emosional AUD
lebih besar dari sekedar pengajar, melainkan juga sebagai pengasuh, dan
harus ada pula guru yang kreatif. Guru kreatif diartikan sebagai guru
dan moral, kognitif, motorik, bahasa, sosial emosional, dan seni) secara
optimal.
21
Deswita, “Problematika Guru PAUD, Studi Kasus di Taman Kanak-kanak Rizani Putra
Mendalo Indah Kabupaten Muaro Jambi”, (Skripsi, FTK UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi,
Jambi, 2019), hlm. 8.
22
mengikuti segala proses pembelajaran sampai selesai. Sehingga dengan
baik dan tepat untuk anak, terutama pada aspek perkembangan sosial
22
Siti Nurhanifah, Kreativitas Guru Dalam Pengembangan…, hlm. 26.
23 Nurul Zakiyyah, Kuswanto, Urgensi Kreativitas Guru PAUD…, hlm. 1714.
23
(development) merupakan meningaktnya kemampuan (skill) dalam
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang
beraturan dan dapat ditebak sebagai hasil dari proses pematangan yang
lain atau masyarakat. Sosial juga bisa diartikan sebagai perilaku suka
Sedangkan Emosi secara bahasa berasal dari bahasa latin yang berarti
Arti yang sepadan sering digunakan oleh para psikolog yaitu perasaan
tindakan (action).26
orang lain. Jadi perkembangan sosial emosional pada anak usia dini
24
Nilawati Tadjuddin, Meneropong Perkembangan Anak Usia Dini Perspektif Al-Qur’an,
(Depok: Herya Media, 2014), hlm. 4.
25
Novan Ardy Wiyani, Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini, (Bumiayu: Gava Media
Yogyakarta), hlm. 123.
26
Dwi Istati Rahayu, Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini, (Nusa Tenggara
Barat: Arga Puji Mataram Lombok, 2019), hlm. 2.
24
tertentu yang melingkupi anak usia dini saat berhubungan dengan orang
lain.27
emosional anak usia 5-6 tahun secara umum adalah sebagai berikut.
1) Kesadaran Diri
situasi
kegiatan
3) Perilaku Prososial
di lingkungan sekitar.28
27
Novan Ardy Wiyani, Psikologi Perkembangan…, hlm. 123.
28 Elda Saputri, Kreativitas Guru Dalam Mengembangkan…, hlm. 21.
25
Ada beberapa permasalahan yang sering dan mudah sekali
1. Penakut
dan menjadi takut.29 Setiap anak tentu mempunyai rasa takut, akan
tetapi ada rasa takut yang wajar dan ada rasa takut yang berlebihan
jika anak memiliki rasa takut yang berlebihan, maka hal tersebut
menurun.
29
Hasan Alwi, dkk, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), hlm.
1126.
26
f) Anak sering dijadikan bahan olok-olokan, tidak diperhatikan,
lainnya.
2. Pencemas
tentang masalah atau perasaan sakit yang akan di alami pada sesuatu
terhadap hal-hal yang akan datang atau yang terjadi di masa depan.
30
Novan Ardy Wiyani, Psikologi Perkembangan…, hlm. 147-148.
31
Rini Hildayani, dkk, Penanganan Anak Berkelainan: Anak dengan Kebutuhan Khusus,
(Jakarta: Universitas Terbuka, 2012), hlm. 4.2.
27
merasa tidak aman, yaitu Lingkungan sekitar yang tidak
anak, perfeksionis orang tua, sikap orang tua yang permisif dan
Secara umum anak usia dini akan merasa cemas saat mereka
jahat atau menaruh niat jahat saja. Mereka masih belum mengerti
melakukan.
32
Novan Ardy Wiyani, Psikologi Perkembangan…, hlm. 151.
28
3. Rendah diri
kehidupan yang hina dan sengsara. Anak usia dini yang memiliki
melakukan kesalahan.
melemahkan minatnya.
29
melakukan sesuatu.
tuanya.
4. Pemalu
Pemalu berasal dari kata malu yang berarti merasa sangat tidak
malu.34
Setidaknya ada lima hal yang menjadi penyebab anak usia dini
a. Anak usia dini sering mendapat hinaan dan celaan dari orang
b. Sikap pilih kasih orang tua atau pendidik PAUD kepada anak
33
Ibid, hlm. 152-153.
34
Hasan Alwi, Kamus…, hlm. 706.
30
malah diabaikan.
lain.
e. Faktor ekonomi orang tua seperti kemiskinan, karena hal itu bisa
5. Ketidakpatuhan
tidak menurut pada orang lain (orang tua atau pendidik PAUD).
yaitu usia 2-3 tahun. Pada usia tersebut anak sudah memiliki
untuk melakukan apa yang disuruh oleh orang lain (orang tua atau
35
Novan Ardy Wiyani, Psikologi Perkembangan…, hlm. 155.
36
Rini Hildayani, dkk, Penanganan…, hlm. 5.3.
31
a. The Passive Resistant Type (Tipe Penentang Pasif)
Menunjukkan Keburukan)
anak.
yang menuntut anak usia dini untuk berlaku sempurna (perfect) dan
pendidik.
e. Anak usia dini akan merasa sulit untuk patuh jika mereka sedang
semosional.37
37
Ibid., hlm. 5.3-5.5.
32
menginginkan anaknya mengalami berbagai problematika pada
terkasih, seperti orang tua, pendidik dan orang lain yang ada di
pada anak
33
mengendalikan dirinya.38
dewasa.39
38
Novan Ardy Wiyani, Psikologi…, hlm. 160-162.
39
Makmun Mubayyin, Kecerdasan dan Kesehatan Emosional Anak, (Jakarta: Pustaka Al-
Kautsar, 2007), hlm. 116.
34
menyapa jika bertemu dengan guru dan teman-teman, merapikan
sebainya.
atau pendidik terhadap perilaku anak, baik itu perilaku yang positif
mengaktualisasikan kegemarannya
masing. Oleh karrena itu orang tua atau pendidik tidak perlu
hal itu adalah kegemaran yang positif dan dilakukan secara wajar.
itu dapat mengurangi beban yang ada di pikiran mereka yang pada
35
usia dini, yaitu: a) Memuji segala keberhasilan yang telah dilakukan
pendapatnya.
apa yang dilihatnya tanpa memikirkan salah dan benar. Hal itu
dikarenakan anak usia dini akan lebih percaya pada apa yang dilihat
bermain sosial
36
tersebut, anak-anak dapat berinteraksi dengan anak yang lainnya,
aturan yang berlaku. Itulah sebabnya orang tua atau pendidik perlu
sosial.40
G. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
informasi yang valid terkait masalah yang diteliti. Pendekatan kualitatif ini
secara real atau apa adanya berdasarkan kondisi dan situasi atau keadaan
2. Kehadiran Peneliti
40
Novan Ardy Wiyani, Psikologi Perkembangan…, hlm. 165-172.
41
Sugiyono, Motode Penelitian Bisnis, (Bandung: Alfabeta, 200, 9), hal. 13.
37
Untuk mendapatkan informasi data yang lebih valid, peneliti datang
Oleh karena itu saat penelitian, peneliti datang ke lokasi penelitian dan
seperti kepala sekolah dan guru-guru yang ada di sana. Selain itu, peneliti
juga melakukan interaksi dengan siswa dan beberapa wali murid yang
3. Lokasi Penelitian
Kec. Pujut Kab. Lombok Tengah, karena jarak lokasi tersebut dengan rumah
42
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2017), hlm. 332.
38
penelitian. Selain itu, peneliti tertarik melakukan penelitian di lokasi
seperti yang telah dijelaskan pada latar belakang masalah di atas dengan
tujuan untuk mencaritahu lebih dalam terkait masalah dan solusi yang bisa
ditawarkan kelak.
4. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian merupakan subjek dari mana suatu data
Adapun sumber data dalam penelitian ini dibagi menjadi sumber data
memperoleh data secara langsung dari guru dan pihak yang ada di
penelitian ini adalah guru kelas (Ibu Baiq Hamidah, S.Pd, Baiq Zohril
43
Ibid, hlm. 193.
44
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), hlm. 114.
39
Aini, S.Pd, Desi Sholatiah Ariska, S.Pd), kepala sekolah TK Dharma
Wanita Ketara (Ibu Baiq Ratmiah, S.Pd) dan beberapa orang tua murid
data ini adalah dapat lebih menguatkan hasil penelitian dengan refrensi
yang telah ada sebelumnya, dan juga dapat pula dijadikan sebagai
pelatihan yang pernah diikuti, dan catatan lainnya dari hasil penelitian
a. Observasi
45
Ibid, hlm. 114.
40
Jenis observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
anak di sana, serta bagaimana hubungan guru dengan guru dan antara
lebih detail terkait dengan apa yang peneliti teliti, yakni dampak
instrument utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri dan juga
b. Wawancara
secara sistematis dengan tujuan agar peneliti lebih leluasa dan bebas
41
dalam mengajukan pertanyaan kepada informan, sehingga informasi
mengumpulkan data.
c. Dokumentasi
rekaman audio, video, dan catatan hasil wawancara dan observasi yang
42
catatan lapangan, dan dokumentasi serta dengan cara membuat suatu
kesimpulan, sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.
penelitian ini, peneliti menggunakan teknik analisis data model Miles dan
waktu yang cukup lama atau hingga data yang diperoleh sudah cukup.
semakin banyak pula data yang diperoleh. Oleh karena itu, untuk
46
Nurul Zuriah, Metode Penelitian Sosial...., hlm. 217.
43
menghindari data-data yang tidak diperlukan maka peneliti memilih
bisa berubah jika tidak ditemukan bukti yang mendukung pada saat
dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan
adalah pengecekan keabsahan data atau validitas data. Validitas data bisa
diartikan sebagai tingkat ketepatan antara data yang terjadi pada obyek
47
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan.…, hlm. 345.
44
penelitian dengan data yang dapat dilaporkan atau disampaikan oleh
a. Ketekunan Pengamatan
tinggi.
b. Triangulasi
triangulasi teknik. Maksud dari triangulasi teknik ini adalah salah satu
sumber dengan teknik yang berbeda, misalnya data yang diperoleh dari
48
Nurul Zuriah, Metode Penelitian Sosial…, hlm. 363.
45
hasil wawancara dengan guru atau kepala sekolah yang kemudian dicek
data yang berbeda, maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut dan
lebih dalam dengan sumber data yang bersangkutan, seperti guru kelas,
kepala sekolah, dan beberapa wali murid untuk memastikan mana data
c. Kecakupan Referensi
fokus penelitian dan referensi yang dibutuhkan peneliti juga harus sesuai
peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah buku, karya tulis ilmiah,
H. Sistematika Pembahasan
Pada bagian sistematika pembahasan ini berisi tentang gambaran dari isi
1. Bab I Pendahuluan, pada bagian ini termuat tentang latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan dan manfaat, suang lingkup dan setting penelitian,
pembahasan.
46
2. Bab II Paparan data dan temuan, di bagian ini berisi tentang ungkapan
seluruh data dan hasil temuan penelitian. Dalam hal ini peneliti harus sebisa
mungkin untuk lebih menahan diri dan menjaga jarak untuk tidak
untuk judul paparan data dan temuan dibuat juduk bab tersendiri yang
merefleksikan isi bab dan tidak harus menurunkan kembali kata “paparan
3. Bab III Pembahasan, adapun pada bagian ini memuat tentang ungkapan
yang telah dijabarkan di bagian pendahuluan. Jadi dalam hal ini, bukan
berarti peneliti menulis ulang keseluruhan data atau temuan yang telah
4. Bab IV Penutup, bagian ini berisi tentang kesimpulan dan saran. Adapun
digunakan dalam penulisan skripsi yang bisa berupa buku, jurnal, majalah,
47
BAB II
NPSN : 69770099
Daerah : Pedesaan
Status : SWASTA
Akreditasi :B
Email : tkdharmawanitaketara@gmail.com
48
Adapun visi, misi dan tujuan dari TK Dahrma Wanita Ketara dapat
a. Visi
b. Misi
sekolah.
efektif.
c. Tujuan
DAN TAQWA.
49
2. Baiq Zohril PNS Klp. A1 S1 II/a
Aini, S.Pd
3. Baiq GTY Klp. A2 S1 -
Hamidah,
S.P
4. Desi GTY Klp. B1 S1 -
Solatiah
AR., S.Pd
5. Baiq GTY Klp. B2 S1 -
Mutmainah,
S.Pd
lengkapnya bisa dilihat pada tabel 2.3 dan 2.4 di bawah ini.
50
4. Toilet/WC 1 1 0 Tidak perlu direhap
Dharma Wanita Ketara bisa dilihat pada paparan tabel di bawah ini.
Baik Rusak
1. Kursi 7 7 0
2. Meja 3 3 0
3. Lemari 5 5 0
4. Karpet 15 13 2
5. Perosotan 1 1 0
6. Ayunan 1 1 0
7. Rak sepatu 3 3 0
8. Loker Tas 0 0 0
9. Papan tulis 3 3 0
peneliti melihat dan menilai kreativitas guru sesuai dengan indikator kreativitas
guru. Namun, secara umum guru-guru di sana memiliki kreativitas yang cukup
pada guru yang kurang memenuhi indikator kreativitas guru. Adapun hasil
pembelajaran tematik
51
Tingkat kreativitas dan keberhasilan seorang guru terutama guru
pembelajaran di TK, yaitu pembelajaran tematik. Maka dari itu, pada hasil
RPPM, dan RPPH yang pernah disusun oleh guru-guru disana. Selain itu,
Hal itu sesuai dengan hasil wawancara yang pernah dilakukan bersama
“Saya dan guru yang lain tentu selalu memilih dan membuat
perencanaan strategi pembelajaran terlebih dahulu sebelum masuk
sekolah, agar ketika sudah mulai masuk sekolah kita jadi lebih
mudah dan tidak pusing memikirkan materi yang akan dijarkan.
Proses pembelajaran di TK harus sesuai dengan di RKH yang
bertema-tema. Oleh karena itu, kami harus membuat perencanaan
mengenai strategi dan lain sebagainya, seperti RPPH, dan lain-lain
sesuai dengan kurikulum yang digunakan.”50
Senada dengan Ibu Hamidah, Ibu Desi Sholatiah Ariska selaku wali
52
kurikulum 2013, karena pembelajaran PAUD sudah ada tema-tema
yang harus digunakan, mulai dari tema diri sendiri sampai dengan
seterusnya.”51
Begitu pula yang disampaikan oleh Ibu Ratmiah, selaku kepala sekolah
Prosem, dan RPPH. Perencanaan yang dirancang oleh guru sesuai dengan
51
Wawancara, Desi Sholatiah Ariska (Wali Kelas B), TK Dharma Wanita Desa Ketara,
Jum’at Tanggal 28 Januari 2022.
52
Wawancara, Baiq Ratmiah (Kepala Sekolah), TK Dharma Wanita Desa Ketara, Rabu
Tanggal 19 Januari 2022.
53
temukan selama penelitian di TK Dharma Wanita Desa Ketara, di antaranya
sebagai berikut.
Gambar 2.1
Contoh Rencana Kegiatan Mingguan yang Dibuat Guru TK Dharma
Wanita Desa Ketara
Gambar 2.2
Program Kerja Tahunan TK Dharma Wanita Desa Ketara
Gambar 2.3
Rencanana Pembelajaran Harian Setiap Minggu yang Dibuat Guru
Sebagai Rencana Strategi Pembelajaran Tematik (K-13)
TK/PAUD.
54
Guru atau pendidik anak usia dini yang kreatif tentunya memiliki
bosan ketika mengikuti pembelajaran dan materi guru juga menjadi lebih
menggunakan papan tulis untuk menulis kata-kata atau angka atau huruf
hijaiyah yang kemudian diikuti oleh anak untuk menulis dibukunya masing-
masing. selain itu, media yang digunakan guru selama mengajar adalah
merupakan hasil karya dari guru-guru di sana dan pernah digunakan juga
53
Observasi, TK Dharma Wanita Desa Ketara, Tanggal 8 – 10 Januari 2022.
55
Dalam hal ini, hasil observasi tersebut diperkuat dengan hasil
wawancara yang dilakukan oleh peneliti bersama Ibu Ratmiah selaku kepala
mengatakan:
54
Wawancara, Baiq Ratmiah (Kepala Sekolah), TK Dharma Wanita Desa Ketara, Rabu
Tanggal 19 Januari 2022.
55
Wawancara, Baiq Hamidah (Wali Kelas A2), TK Dharma Wanita Desa Ketara, Rabu
Tanggal 12 Januari 2022.
56
Wawancara, Desi Sholatiah Ariska (Wali Kelas B), TK Dharma Wanita Desa Ketara,
Jum’at Tanggal 28 Januari 2022.
56
Adapun pernyataan dari Ibu Zohril dari hasil wawancara, yakni:
yang dapat memperkuat dan sebagai bukti kebenaran dari hasil observasi
Gambar 2.4
Media dan APE yang Tersedia di Sekolah TK Dharma Wanita Desa
Ketara
57
Wawancara, Baiq Zohril Aini (Wali Kelas A1), TK Dharma Wanita Desa Ketara, Jum’at
Tanggal 28 Januari 2022.
57
Gambar 2.5
Lembar Kerja Anak yang Sering Digunakan Sebagai Media dalam
Pembelajaran
Gambar 2.6
Buku Lembar Kerja Anak, Buku Cerita, dan Media Gambar yang
Sering Digunakan Guru
Gambar 2.7
Media Simbol dan Media Bahan Bekas (Kardus dan Tutup Botol)
yang Pernah Digunakan Guru dalam Pembelajaran
Pada beberapa gambar di atas, baik mulai dari gambar 2.4, 2.5, 2.6,
sekolah dan ada pula yang dibuat langsung oleh guru seperti media gambar
58
untuk mewarnai yang ada di gambar. Selain itu juga, terdapat pula beberapa
media yang berasal dari bahan bekas yang pernah digunakan dalam kegiatan
belajar mengajar.
bervariasi
belajar siswa dan tidak membosankan. Oleh karena itu, guru harus memiliki
bervariasi setiap proses pembelajaran. Guru yang kreatif tentu akan selalu
dengan bahan ajar yang berbeda-beda yang tentunya sesuai dengan tema-
tema, misalnya seperti di suatu hari guru mengajar dengan tema rekreasi dan
bahan ajar setiap harinya bervariasi, namun kegiatan inti yang dilakukan
59
hanya menggambar, menyusun kata-kata, menulis kata-kata, menulis
Hal itu senada dengan yang dikatakan oleh Ibu Hamidah bahwa:
mengungkapkan bahwa:
58
Observasi, TK Dharma Wanita Desa Ketara, Tanggal 12 – 15 Januari 2022.
59
Wawancara, Baiq Ratmiah (Kepala Sekolah), TK Dharma Wanita Desa Ketara, Rabu
Tanggal 19 Januari 2022.
60
Wawancara, Baiq Hamidah (Wali Kelas A2), TK Dharma Wanita Desa Keatara, Rabu
Tanggal 12 Januari 2022.
60
“Bahan ajar yang digunakan tentu selalu bervariasi, misalnya
melalui praktikum langsung atau mengajak anak terjun langsung
dalam kegiatan belajar contohnya disini ada bunga yang kemudian
anak-anak diajak untuk mengamati langsung tentang bagaimana
proses pertumbuhan dari tumbuhan atau dari bunga tersebut. Intinya
bersifat saintifik, seperti mengamati, bertanya, dan
berdiskusi/mengkomunikasikannya, selain itu di sana kami ajarkan
anak sikap agama dan moral dengan memberikan arahan tentang
yang menciptakan bunga tersebut siapa dan kemudian anak-anak
bisa membedakan mana ciptaan Allah dan mana ciptaan manusia.
Dan itu semua sudah sesuai dengan kebutuhan anak terutama untuk
anak kelas B. Adapun kesulitannya adalah ketika mengajak anak
untuk konsentrasi.”61
bahwa:
bahwa setiap guru selalu menggunakan bahan ajar yang bervariasi dalam
hal itu juga sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013 yang mengaharuskan
61
Wawancara, Desi Sholatiah Ariska (Wali Kelas B), TK Dharma Wanita Desa Ketara,
Jum’at Tanggal 28 Januari 2022.
62
Wawancara, Baiq Zohril Aini (Wali Kelas A1), TK Dharma Wanita Desa Ketara, Jum’at
Tanggal 28 Januari 2022.
61
PAUD. Dalam menerapkan bahan ajar yang bervariasi, guru-guru merasa
Gambar 2.8
Hasil Karya Anak Pada Pelajaran Tema Kendaraan dan Hasil Karya
Lainnya
Gambar 2.9
Kegiatan Guru Mengajar Dengan Tema Rekreasi Pada Hari yang
Berbeda (Menulis Nama Tempat Rekreasi dan Menggambar
Pemandangan)
Gambar 2.10
Anak Belajar Mengenal Emosi
Gambar 2.11
62
Anak Belajar Mewarnai Gambar Huruf Hijaiyah
Dari beberapa gambar di atas mulai dari gambar 2.8, 2.9, 2.10, dan 2.11
merupakan dokumentasi yang terdiri dari hasil karya anak hingga kegiatan
dalam proses belajar mengajar di kelas, terlihat bahwa para guru mengajar
sesuai kebutuhan
kebutuhan. Hal itu pula yang menjadi patokan peneliti dalam melakukan
Hal itu senada dengan ungkapan Ibu Ratmiah (Kepala Sekolah) yang
mengatakan bahwa:
63
Observasi, TK Dharma Wanita Desa Ketara, Tanggal 18 – 21 Januari 2022.
63
“Semua guru alhamdulillah sudah bisa menggunakan metode
yang bervariasi, karena saya melihat setiap harinya berbeda-beda
metode yang digunakan. Bahkan metode yang digunakan bisa
dikatakan hampir semua metode pembelajaran pernah digunakan,
tapi yang paling sering digunakan oleh guru-guru, seperti metode
bercerita, bernyanyi, pembiasaan, dan penugasan itu paling sering.
Metode-metode yang digunakan sepertinya sudah sesuai dengan
kebutuhan siswa. Namun yang menjadi kendala dalam penggunaan
metode kemungkinan lebih ke gurunya, di mana masih ada guru
yang kurang maksimal dalam penggunaan metode yang lain,
sedangkan pada siswa menurut saya tidak ada, karena tingkat
antusias anak-anak itu tergantung pada bagaimana metode guru
dalam mengajar.”64
bahwa:
64
Wawancara, Baiq Ratmiah (Kepala Sekolah), TK Dharma Wanita Desa Ketara, Rabu
Tanggal 19 Januari 2022.
65
Wawancara, Baiq Hamidah (Wali Kelas A2), TK Dharma Wanita Desa Ketara, Rabu
Tanggal 12 Januari 2022.
64
mengatasinya adalah dengan memberikan penjelasan kepada anak
dan kemudian meminta anak untuk memilih permainan mana yang
ingin dilakukan dan kemudian jika sudah selesai bisa berbagi atau
bergantian dengan temannya yang lain, tetapi terkadang juga cara
tersebut kurang berhasil.”66
Begitu pula dengan Ibu Zohril yang memiliki pengalaman sama dengan
guru-guru yang lain, di mana metode yang sering digunakan adalah metode
66
Wawancara, Desi Sholatiah Ariska (Wali Kelas B), TK Dharma Wanita Desa Ketara,
Jum’at Tanggal 28 Januari 2022.
67
Wawancara, Baiq Zohril Aini (Wali Kelas A1), TK Dharma Wanita Desa Ketara, Jum’at
Tanggal 28 Januari 2022.
65
Gambar 2.12
Guru Mengajar Menggunakan Metode Bercerita (Tanpa Buku dan
Menggunakan Buku Cerita)
Gambar 2.13
Kegiatan Belajar Ketika Guru Menggunakan Metode Pemberian
Tugas
Gambar 2.14
Kegiatan Guru Mengajar dengan Metode Bernyanyi
yang diberikan gurunya, karena setiap harinya yang menjadi kegiatan inti
bernyanyi, karena setiap harinya guru selalu memberikan lagu dan nyanyian
pembelajaran
66
Dalam penggunaan metode pembelajaran tentunya tidak akan pernah
terlepas dari fasilitas atau sarana yang digunakan guru sebagai pendukung
di sekolah bisa dikatakan cukup memadai, namun tidak semua guru bisa
media seperti boneka atau mainan lainnya yang sudah disediakan sekolah. 68
Hal itu senada dengan yang diungkapkan oleh Ibu Ratmiah ketika
67
Ibu Ratmiah melanjutkan lagi dan mengatakan:
bahwa:
70
Ibid.
71
Wawancara, Baiq Hamidah (Wali Kelas A2), TK Dharma Wanita Desa Ketara, Rabu
Tanggal 12 Januari 2022.
72
Wawancara, Desi Sholatiah Ariska (Wali Kelas B), TK Dharma Wanita Desa Ketara,
Jum’at Tanggal 28 Januari 2022.
68
Sedangkan ibu Zohril memberikan ungkapan ketika melakukan
yang lainnya. Fasilitas yang selalu dipersiapkan atau yang digunakan guru
kurang luas. Selain itu, guru harus meningkatkan kreativitasnya agar bisa
lebih mengerti dan bisa memanfaatkan fasilitas yang ada di sekolah dengan
maksimal.
Gambar 2.15
Fasilitas Sekolah (Media dan APE, dll) yang Sering Disiapkan Guru
Ketika Mengajar
73
Wawancara, Baiq Zohril Aini (Wali Kelas A1), TK Dharma Wanita Desa Ketara, Jum’at
Tanggal 28 Januari 2022.
69
Pada gambar 2.15 di atas merupakan beberapa fasilitas yang ada di
sekolah dan yang sering dimanfaatkan oleh guru sebagai penunjang dan
memudahkan guru dalam mengajar. Dan seperti yang terlihat pada foto-foto
pendukung dalam kegiatan belajar, seperti media, APE, buku, dan lain
sebagainya.
ketika belajar, kemudian ada pula guru yang ketika memberikan tugas
mewarnai maka anak-anak yang lebih dulu selesai dibolehkan request atau
meminta lagi kepada guru apa yang mau digambarkan untuk diwarnai
kembali, dan lain sebagainya. Adapun yang sering dilakukan oleh guru-guru
di sana adalah selalu memberikan bintang pada lembar kerja siswa, sehingga
74
Observasi, TK Dharma Wanita Desa Ketara, Tanggal 24 – 29 Januari 2022.
70
Adapun hasil wawancara dengan Ibu Ratmiah terkait dengan
pernyataan bahwa:
75
Wawancara, Baiq Ratmiah (Kepala Sekolah), TK Dharma Wanita Desa Ketara, Rabu
Tanggal 19 Januari 2022.
76
Wawancara, Baiq Hamidah (Wali Kelas A2), TK Dharma Wanita Desa Ketara, Rabu
Tanggal 12 Januari 2022.
71
barang-barang bekas dan membuat mainan baru yang bisa
membangkitkan kreativitas anak. Namun, yang menjadi kendala
adalah anak-anak suka rebutan dan kadang itu yang membuat anak
yang lain tidak semangat belajar, karena guru tidak selamanya bisa
mengontrol semua anak, apalagi kan anak-anak memiliki karakter
yang berbeda, jadi kita sebagai guru harus mendampingi dan
memberikan arahan kepada anak bagaimana caranya berbagi
mainan dan tidak rebutan.”77
yang mengatakan:
atau semangat belajar siswa, para guru memiliki cara yang berbeda-beda,
namun ada juga cara yang sama. Adapun beberapa upaya yang pernah
77
Wawancara, Desi Sholatiah Ariska (Wali Kelas B), TK Dharma Wanita Desa Ketara,
Jum’at Tanggal 28 Januari 2022.
78
Wawancara, Baiq Zohril Aini (Wali Kelas A1), TK Dharma Wanita Desa Ketara, Jum’at
Tanggal 28 Januari 2022.
72
Berikut ini beberapa hasil dokumentasi yang mendukung hasil
Gambar 2.16
Guru Mengajak Siswa Untuk Bernyanyi dan Bertepuk Untuk
Menarik Perhatian Siswa Ketika Belajar
Gambar 2.17
Pemberian Motivasi Kepada Anak yang Kurang Mood Ketika Belajar
dan Pemberian Bintang Pada Hasil Karya Anak Agar Tetap
Semangat Belajar
Gambar 2.18
Kegiatan Mingguan (Belajar Apel Upacara dan Kegiatan Senam
Bersama Para Karyawan Kantor Desa)
Pada gambar di atas mulai dari gambar 2.16, 2.17, dan 2.18 merupakan
sekolah agar anak-anak tidak bosan belajar dan agar selalu ingin sekolah,
73
yaitu seperti yang terlihat di foto dengan kegiatan senam, belajar apel
upacara, selalu memerikan nyanyian dan tepuk-tepuk. Selain itu juga, guru
dalam belajar.
kemampuan anak
diberikan tugas oleh guru, namun anak-anak tidak pernah mengeluh dan
tetap senang dan sangat antusias untuk menyelesaikan tugas yang diberikan
banyak lagi.79
79
Observasi, TK Dharma Wanita Desa Ketara, Tanggal 27 – 29 Januari 2022.
74
kepada anak sesuai keinginannya untuk belajar apa dan melakukan
apa. Begitu pun dulu kami juga pernah menerapkan sentra-sentra,
seperti sentra bahan alam, balok, dan lain-lain, jadi guru bertanya
kepada anak, siapa yang mau ke sentra A atau sentra B, intinya ada
kebebasan anak-anak untuk memilih dan harus rolling caranya,
sehingga anak-anak terlihat senang sekali. Tapi kalau untuk
sekarang apa adanya dan belum dibentuk kembali sistem sentra
dikarenakan baru tatap muka kembali setelah pandemi.” 80
pasti ada kalanya siswa merasa berat dan kesulitan atau malas dalam
mengerjakan tugas. Selain itu, pasti ada saja hambatan yang dihadapi guru
menyatakan bahwa:
80
Wawancara, Baiq Ratmiah (Kepala Sekolah), TK Dharma Wanita Desa Ketara, Rabu
Tanggal 19 Januari 2022.
81
Ibid.
75
hambatan kalau dari saya alhamdulillah kemungkinan tidak ada,
sebab anak-anak senang diberikan tugas.”82
pernyataan bahwa:
82
Wawancara, Baiq Hamidah (Wali Kelas A2), TK Dharma Wanita Desa Ketara, Rabu
Tanggal 12 Januari 2022.
83
Wawancara, Desi Sholatiah Ariska (Wali Kelas B), TK Dharma Wanita Desa Ketara,
Jum’at Tanggal 28 Januari 2022.
84
Wawancara, Baiq Zohril Aini (Wali Kelas A1), TK Dharma Wanita Desa Ketara, Jum’at
Tanggal 28 Januari 2022.
76
Dari hasil wawancara di atas, dapat diberikan kesimpulan bahwa guru-
anak pada setiap kegiatan inti dalam proses pembelajaran. Beberapa contoh
bentuk tugas yang sering diberikan oleh guru kepada anakk-anak, yaitu
menyusun kata-kata, dan masih banyak lagi. Tugas yang diberikan oleh
meskipun terkadang ada pula anak yang tidak menyelesaikan tugas secara
maksimal.
Gambar 2.19
Contoh Hasil Kerja Siswa Sehari-hari
Gambar 2.20
Kegiatan Siswa Mengerjakan Tugas Individu
77
Gambar 2.21
Kegiatan Siswa Mengerjakan Tugas Kelompok
ketika mengerjakan tugas individu yang sebagian besar siswa sudah mampu
menyelesaikan tugas sendiri dan ada pula siswa yang masih dibimbing
Salah satu tugas dari guru adalah mengevaluasi atau menilai hasil
belajar siswa dan sampai mana tingkat pencapaian dari penerapan metode
Hal yang berkaitan dengan evaluasi lebih detailnya bisa dilihat dari
hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan kepala sekolah dan guru-
78
metode dan hasilnya, jadi guru-guru bisa memilih dan melihat
metode yang lebih efektif itu yang akan sering digunakan.
Sedangkan biasanya evaluasi berbentuk tertulis dan diskusi. Saya
juga melihat bahwa mereka tidak memiliki kesulitan dalam
melakukan evaluasi terutama pada anak-anak, karena guru yang
membersamai anak-anak dari mulai masuk hingga pulang sekolah,
jadi guru sudah cukup mengetahui bagaimana perilaku dan sampai
mana kemampuan anak.”85
bahwa:
85
Wawancara, Baiq Ratmiah (Kepala Sekolah), TK Dharma Wanita Desa Ketara, Rabu
Tanggal 19 Januari 2022.
86
Wawancara, Baiq Hamidah (Wali Kelas A2), TK Dharma Wanita Desa Ketara, Rabu
Tanggal 12 Januari 2022.
87
Wawancara, Desi Sholatiah Ariska (Wali Kelas B), TK Dharma Wanita Desa Ketara,
Jum’at Tanggal 28 Januari 2022.
79
bahwa peneliti melihat cara guru-guru melakukan evaluasi terhadap proses
pada umumnya yang bisa dinilai dari keseharian siswa yang kemudian
Berikut dokumentasi yang pernah diambil oleh peneliti ketika para guru
pembelajaran.
Gambar 2.22
Foto Ketika Para Guru Bersih-Bersih dan Berdiskusi Terkait dengan
Pembelajaran
Gambar 2.22 merupakan salah satu foto ketika para guru sedang
berbincang atau berdiskusi terkait dengan proses pembelajaran hari itu pada
88
Observasi, TK Dharma Wanita Desa Ketara, Tanggal 3-5 Februari 2022.
80
C. Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini di TK Dharma Wanita
Dalam penelitian ini, peneliti lebih fokus kepada anak yang berusia 5-6
tahun atau tepatnya yang sedang berada di kelas B. Oleh Karena itu, untuk
Wanita terutama anak kelas B (usia 5-6 tahun) peneliti mengacu pada beberapa
indikator yang akan dipaparkan di bawah ini sesuai hasil temuan penelitian.
1. Kesadaran diri
anak di sana terutama anak yang sudah berusia 5-6 tahun (kelas B)
informasi bahwa:
89
Observasi, TK Dharma Wanita Desa Ketara, Tanggal 10 – 11 Januari 2022.
81
tentang segala hal yang di sini, mengajak mereka untuk
beradaptasi dan itu tidak membutuhkan waktu lama.”90
wawancara bahwa:
90
Wawancara, Baiq Ratmiah (Kepala Sekolah), TK Dharma Wanita Desa Ketara, Rabu
Tanggal 19 Januari 2022.
91
Wawancara, Baiq Hamidah (Wali Kelas A2), TK Dharma Wanita Desa Ketara, Rabu
Tanggal 12 Januari 2022.
92
Wawancara, Desi Sholatiah Ariska (Wali Kelas B), TK Dharma Wanita Desa Ketara,
Jum’at Tanggal 28 Januari 2022.
93
Wawancara, Baiq Zohril Aini (Wali Kelas A1), TK Dharma Wanita Desa Ketara, Jum’at
Tanggal 28 Januari 2022.
82
dan pembiasaan yang baik serta menyenangkan dan mudah di ikuti atau
Gambar 2.23
Foto Siswa Menyesuaikan diri dengan suasana di kelas
baru dikenal merupakan hal yang wajar dilakukan oleh anak usia dini.
Namun terkadang bagi anak yang memiliki sosial yang tinggi tentu akan
selalu ramah dan bersosialisasi pada sipapun baik yang sudah lama
5-6 tahun (kelas B), di mana peneliti menemukan bahwa pada saat
83
pada peneliti. Tetapi ada pula anak yang memang sudah berani diajak
mengajak untuk mengobrol, tetapi ada pula anak yang masih malu dan
wawancara bahwa:
94
Observasi, TK Dharma Wanita Desa Ketara, Tanggal 14 – 15 Januari 2022.
95
Wawancara, Baiq Ratmiah (Kepala Sekolah), TK Dharma Wanita Desa Ketara, Rabu
Tanggal 19 Januari 2022.
96
Wawancara, Desi Sholatiah Ariska (Wali Kelas B), TK Dharma Wanita Desa Ketara,
Jum’at Tanggal 28 Januari 2022.
84
Namun hal itu berbeda dengan yang disampaikan oleh Ibu Hamidah
menemukan orang baru yang datang di sekolah ialah tidak berani untuk
97
Wawancara, Baiq Hamidah (Wali Kelas A2), TK Dharma Wanita Desa Ketara, Rabu
Tanggal 12 Januari 2022.
98
Wawancara, Baiq Zohril Aini (Wali Kelas A1), TK Dharma Wanita Desa Ketara, Jum’at
Tanggal 28 Januari 2022.
85
Hasil observasi dan hasilwawancara di atas diperkuat dengan
penelitian, di antaranya:
Gambar 2.24
Foto Siswa Masih Takut Saat Peneliti Mencoba Untuk Mengajak
Berbicara
Gambar 2.25
Foto Siswa Yang Memiliki Keberanian Menyapa dan
Menghampiri Peneliti Ketika Mau Bersalaman
Pada gambar 2.24 dan 2.25 di atas dapat dilihat bahwa sebagian
besar anak yang berusia 5-6 tahun atau berada di kelas B sudah memiliki
menyapa saja. Kemudian terlihat pula masih ada beberapa siswa yang
86
dan hal itu juga yang bisa dilihat dan dinilai bahwa perkembangan sosial
setelah belajar serta sebelum dan sesudah makan. Selain itu, anak-anak
juga tidak dibolehkan makan ketika waktu belajar dan itu dilaksanakan
oleh sebagaian besar anak. Walaupun begitu, tentu pada waktu tertentu
kadang lupa, seperti tidak mau antri ketika cuci tangan dan lain-lain.99
87
Dalam memberikan atau menerapkan suatu aturan tentu tidak
selamanya semua anak bisa selalu menaati dan ada kalanya anak lupa
atau dengan sebab lainnya. Hal itu sesuai dengan tambahan dari Ibu
memaparkan bahwa:
“Dari keseluruhan siswa pasti ada satu atau dua anak yang
belum terlalu bisa menaati aturan. Tapi anak-anak di kelas B
saya lihat sudah bisa semua dalam menaati aturan, seperti
harus ngantri ketika cuci tangan sebelum makan, berbaris
ketika bersalaman untuk pulang, dan lain-lain. Biasnaya anak
yang tidak menaati aturan itu karena mereka lupa, misalnya
lupa membuang sampah pada tempatnya, dan itu tidak satu
anak tapi pasti berbeda-beda, namun kita sebagai guru selalu
mengingatkan.”102
88
mengobrol hingga lupa menyelesaikan tugasnya, namun yang
anak tersebut ceritakan tentang pengalaman di rumahnya.
Adapun cara saya menangani hal tersebut adalah dengan
menasehatinya secara langsung, misalnya ‘nulis dulu nak nanti
cerita lagi ya’.”103
sudah berusia 5-6 tahun. Beberapa contoh perilaku anak menaati aturan
yang sering terlihat adalah anak-anak selalu mengantri ketika waktu cuci
bersalaman ketika waktu pulang sekolah, dan masih banyak lagi. Jika
ada anak yang menunjukkan perilaku tidak menaati aturan, para guru
103
Wawancara, Desi Sholatiah Ariska (Wali Kelas B), TK Dharma Wanita Desa Ketara,
Jum’at Tanggal 28 Januari 2022.
104
Wawancara, Baiq Zohril Aini (Wali Kelas A1), TK Dharma Wanita Desa Ketara, Jum’at
Tanggal 28 Januari 2022.
89
Gambar 2.26
Kegiatan Siswa Saat Antri Untuk Mencuci Tangan
Gambar 2.27
Kegiatan Siswa Makan Pada Jam Makan Tiba
Gambar 2.28
Kegiatan Siswa Ketika Berbaris dan Antri Sebelum Keluar Kelas
dan Bersalaman
90
Gambar 2.29
Kegiatan Saat Siswa Membuka Sepatu Sebelum Masuk Kelas
Pada gambar 2.26, 2.27, 2.28, dan 2.29 di atas merupakan beberapa
anak sudah mampu menaati segala aturan yang ditetapkan oleh gurunya
bagus atau meningkat secara maksimal itu bisa dilihat dari salah satunya
dirinya pernah lakukan. Begitu pun sebaliknya jika seorang anak yang
sudah berusia 5-6 tahun, namun dirinya tidak memiliki rasa tanggung
dengan kemampuan anak dalam bertanggung jawab anak usia 5-6 tahun
91
mewarnai, dan lain-lain) anak-anak memasukkannya pada kantong hasil
seperti yang sering terjadi adalah tidak merapikan mainan yang telah
bahwa:
92
sendiri, jika anak sudah selesai makan mereka membereskan
tempat makanannya sendiri dengan memasukkanya ke dalam
tas masing-masing, kemudian membuang sampah pada
tempatnya, dan masih banyak lagi. Namun tidak selamanya
anak-anak bisa bertanggung jawab, dan cara guru untuk
mengatasi hal itu adalah dengan menasehati mereka,
memberikan bimbingan bagaimana bertanggung jawab,
memberikan contoh atau teladan, memberikan arahan dan
pembiasaan yang baik setiap hari.”107
mengatakan:
107
Wawancara, Baiq Hamidah (Wali Kelas A2), TK Dharma Wanita Desa Ketara, Rabu
Tanggal 12 Januari 2022.
108
Wawancara, Desi Sholatiah Ariska (Wali Kelas B), TK Dharma Wanita Desa Ketara,
Jum’at Tanggal 28 Januari 2022.
109
Wawancara, Baiq Zohril Aini (Wali Kelas A1), TK Dharma Wanita Desa Ketara, Jum’at
Tanggal 28 Januari 2022.
93
makannya ke dalam tas masing-masing, membuang sampahnya sendiri
pada tempat sampah, dan lain sebagainya. Pada suatu waktu ada pula
Gambar 2.30
Kegiatan Siswa Menyimpan Hasil Tugasnya
Gambar 2.31
Potret Ketika Anak Membuang Sampah Setelah Makan
Gambar 2.32
Kegiatan Siswa Merapikan atau Membereskan Perlengkapan
Belajar dan Kotak Makanannya Setelah Makan
94
Pada gambar 2.30 merupakan foto ketika anak-anak menyimpan
gambar 2.31 kegiatan para siswa yang membuang sampah pada tempat
3. Perilaku prososial
Desa Ketara.
95
bermain dengan teman sebayanya selama melakukan penelitian bahwa
saling membantu, dan makan bersama. Namun, terkadang ada saja anak
bahwa:
110
Observasi, TK Dharma Wanita Desa Ketara, Tanggal 7 Januari – 5 Februari 2022.
111
Wawancara, Baiq Ratmiah (Kepala Sekolah), TK Dharma Wanita Desa Ketara, Rabu
Tanggal 19 Januari 2022.
96
temannya, serta memberikan pengetahuan jika melakukan hal
begini maka akibatnya nanti begini.”112
bahwa:
menyatakan bahwa:
Begitu pula dengan Ibu Diana dan Ibu Indah yang merupakan wali
kadang ada anak-anak yang bertengkar akan tetapi kembali akur lagi. 115
112
Wawancara, Baiq Hamidah (Wali Kelas A2), TK Dharma Wanita Desa Ketara, Rabu
Tanggal 12 Januari 2022.
113
Wawancara, Desi Sholatiah Ariska (Wali Kelas B), TK Dharma Wanita Desa Ketara,
Jum’at Tanggal 28 Januari 2022.
114
Wawancara, Baiq Zohril Aini (Wali Kelas A1), TK Dharma Wanita Desa Ketara, Jum’at
Tanggal 28 Januari 2022.
115
Wawancara, Diana dan Ibu Indah (Wali Murid), TK Dharma Wanita Desa Ketara, Sabtu
Tanggal 22 Januari 2022.
97
terkadang di suatu waktu ada anak-anak yang saling berbeda pendapat,
kejadian seperti itu terjadi tidak lama dan pada akhirnya anak-anak akur
sebagai berikut.
Gambar 2.33
Kegiatan Siswa Ketika Bermain Bersama dan Siswa yang Tidak
Mau Bermain Bersama Temannya
Dharma Wanita Desa Ketara sudah mampu dan sangat senang bermain
anak yang masih kurang bergaul dan tidak mau bermain bersama dengan
lain. Jika ada anak yang masih kurang mampu dalam menghargai
98
pendapat orang lain, maka bisa dikatakan perkembangan sosial
menghargai hak atau pendapat dan karya orang lain yang dilakukan oleh
peneliti pada anak usia dini, khususnya anak usia 5-6 tahun (kelas B) di
menghargai hak atau pendapat dan karya orang lain. Contoh kecil yang
sering peneliti lihat pada saat melakukan penelitian, seperti ketika guru
anak-anak mendengarkan, jika ada hasil karya atau misalnya ada hasil
lain. Selain itu, jika ada yang rebutan mainan, maka ketika guru
Hal itu sesuai pula dengan hasil wawancara yang dilakukan peneliti
99
Sejalan dengan apa yang pernah diungkapkan oleh Ibu Hamidah
yang mengatakan:
wawancaranya bahwa:
Namun, Ibu Diana yang merupakan salah satu wali murid kelas B
bahwa:
118
Wawancara, Baiq Hamidah (Wali Kelas A2), TK Dharma Wanita Desa Ketara, Rabu
Tanggal 12 Januari 2022.
119
Wawancara, Desi Sholatiah Ariska (Wali Kelas B), TK Dharma Wanita Desa Ketara,
Jum’at Tanggal 28 Januari 2022.
120
Wawancara, Baiq Zohril Aini (Wali Kelas A1), TK Dharma Wanita Desa Ketara, Jum’at
Tanggal 28 Januari 2022.
121
Wawancara, Diana (Wali Murid), TK Dharma Wanita Desa Ketara, Sabtu Tanggal 22
Januari 2022.
100
Dari hasil wawancara di atas, peneliti mendapatkan kesimpulan
bahwa sebagian besar anak yang sudah berada di kelas B tepatnya anak
Adapun salah satu contoh perilaku anak menghargai orang lain yang
Selain itu, anak-anak juga suka memuji hasil karya masing-masing dan
Gambar 2.34
Kegiatan Siswa Saat Membantu Temannya Menyimpan Hasil
Karyanya
Gambar 2.35
101
Kegiatan Beberapa Siswa Ketika Fokus Mendengarkan Guru
Bercerita atau Saat Belajar
2.35 terlihat sekali anak-anak yang di kelas B (usia 5-6 tahun) sudah
lingkungan sekitar
kondisi yang ada di sekitar merupakan salah satu acuan dalam melihat
sampai mana tingkat perkembangan sosial emosional anak. Hal itu pula
pada anak usia dini, terutama pada anak usia 5-6 tahun (kelas B) di TK
kecil yang peneliti lihat, seperti ketika melakukan senam atau olahraga
102
gembira pula. Selain itu, ketika ada anak yang bertengkar hingga
menangis dan itu kadang membuat suasana menjadi tegang, apalagi jika
Ibu Desi dan Ibu Zohril juga memberikan pernyataan yang senada
mengekspresikan emosinya.
122
Observasi, TK Dharma Wanita Desa Ketara, Tanggal 25 – 26 Januari 2022.
123
Wawancara, Baiq Ratmiah (Kepala Sekolah), TK Dharma Wanita Desa Ketara, Rabu
Tanggal 19 Januari 2022.
124
Wawancara, Baiq Hamidah (Wali Kelas A2), TK Dharma Wanita Desa Ketara, Rabu
Tanggal 12 Januari 2022.
103
Hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa anak-anak yang
berusia 5-6 tahun di TK Dharma Wanita Desa Ketara secara garis besar sudah
dengan situasi yang ada, misalnya ketika situasi di kelas sedang bergembira
namun ada anak yang terlihat murung dan sedih, maka yang dilakukan guru
kemudian memberikan hiburan agar anak tersebut bisa bergembira dan tidak
murung.
Berikut ini beberapa dokumentasi yang sesuai dengan hasil observasi dan
wawancara di atas.
Gambar 2.36
Suasana Ketika Para Siswa Melihat dan Mengetahui Temannya
Menangis
Gambar 2.37
Ekspresi Ketika Para Siswa Belajar Mengenal dan Mempraktekkan
Macam-macam Emosi
104
Pada gambar 2.36 memperlihatkan suasana ketika ada seoarang anak yang
menangis karena diganggu salah satu temannya, maka anak-anak yang lain
langsung diam dan fokus melihat temannya yang nangis dan suasana menjadi
panik, tegang, dan sepi yang awalnya suasana kelas ribut karena anak-anak
adalah gambar atau foto saat para siswa disuruh mempraktekkan macam-
macam emosi oleh gurunya dan terlihat anak-anak kelas B sudah bisa semua.
bawah ini.
105
7. Mampu mengekspresikan emosi 1 6 13 4 24
dengan kondisi yang ada di sekitar
tahun di TK Dharma Wanita Desa Ketara dapat dilihat bahwa pada indikator
pertama ada satu anak yang belum berkembang (BB), empat anak mulai
berkembang (MB), 14 anak berkembang sesuai harapan (BSH), dan lima anak
berkembang sangat baik (BSB). Kemudian pada indikator yang kedua terdapat
lima anak yang belum berkembang (BB), lima anak pula yang mulai
berkembang (MB), enam anak berkembang sesuai harapan (BSH), dan delapan
anak berkembang sangat baik (BSB). Pada indikator ketiga tidak terdapat anak
yang belum berkembang, sembilan anak mulai berkembang (MB), sebelas anak
berkembang sesuai harapan (BSH), dan empat anak berkembang sangat baik
(BSB). Adapun pada indikator keempat terdapat dua anak belum berkembang
(BB), sepuluh anak mulai berkembang (MB), sembilan anak berkembang sesuai
harapan (BSH), dan tiga anak berkembang sangat baik (BSB). Pada indikator
kelima terdapat satu anak belum berkembang (BB), empat anak mulai
sepuluh anak berkembang sangat baik (BSB). Lalu pada indikator keenam
terdapat dua anak belum berkembang (BB), sepuluh anak mulai berkembang
(MB), delapan anak berkembang sesuai harapan (BSH), dan empat anak
berkembang sangat baik (BSB). Kemudian pada indikator ketujuh terdapat satu
anak belum berkembang (BB), enam anak mulai berkembang (MB), tiga belas
106
anak berkembang sesuai harapan (BSH), dan empat anak berkembang sangat
baik (BSB).
emosional anak. Meskipun sudah banyak upaya yang dilakukan guru dalam
sosial emosional anak yang pernah ditemukan oleh guru pada siswanya di
sosial emosional anak yang peneliti temukan terutama di kelas B, seperti ada
beberapa anak yang sangat pendiam dan jarang berbaur ngobrol dengan teman-
temannya serta ada beberapa anak yang ditemani sekolah oleh ibunya hingga
terkadang peneliti melihat ada saja anak yang sangat takut dengan orang baru
termasuk dengan saya, jika saya panggil atau meminta untuk melakukan sesuatu
pasti anak itu tidak mau dan malah menghindar, tidak seperti anak-anak yang
lain hanya disaat baru awal pertama kali peneliti datang anak-anak merasa
125
Observasi, TK Dharma Wanita Desa Ketara, Tanggal 8 Januari – 4 Februari 2022.
107
Hasil observasi tersebut diperkuat dengan hasil wawancara, dimana Ibu
“Saya melihat ketika baru masuk sekolah banyak anak yang masih
ketergantungan pada orang tuanya, bahkan tidak mau ditinggal oleh ibunya
ketika dianter ke sekolah. Selain itu, biasanya ada anak yang hanya diam
saja di kelas, cemberut, menangis ditinggal oleh ibunya, takut dengan orang,
jika diminta untuk maju bernyanyi itu masih ada yang malu-malu, hingga
kami sedikit kesulitan bagaimana cara menghiburnya dan lain sebagainya.
Tetapi itu hanya di awal masuk sekolah dan dengan seiring berjalannya
waktu hingga sekarang Alhamdulillah sudah mulai berkurang
permasalahan-permasalahan tersebut, walaupun terkadang masih ada
meskipun hanya beberapa dan tidak terlalu sering”126
perkembangan sosial emosional anak, tentu ada upaya yang dilakukan oleh guru
yang berkaitan dengan sosial emosional anak terutama di kelas B (usia 5-6
108
melaksanakannya dan selalu menyelesaikan tugas dengan baik. Sedangkan
untuk selebihnya tidak ada yang terlalu bermasalah.”128
Ibu Desi tentunya memiliki pengalaman yang sama dan pernah menemukan
“Permasalahan yang saya lihat itu ada beberapa anak yang masih
kurang bergaul dengan teman-temannya dan lebih suka sendiri dari pada
bermain dengan teman-temannya di sekolah. Namun saya dan guru yang
lain tetap mengajarkan bagaimana berbuat dengan sesama teman, memberi
pertolongan atau membantu teman dan berbagi serta menasehati jika
salah.”130
Begitu pula dengan Ibu Zohril yang mengungkapkan bahwa dirinya tidak
anak yang sering terjadi di TK Dharma Wanita Desa Ketara, seperti terdapat
128
Wawancara, Baiq Hamidah (Wali Kelas A2), TK Dharma Wanita Desa Ketara, Rabu
Tanggal 12 Januari 2022.
129
Ibid.
130
Wawancara, Desi Sholatiah Ariska (Wali Kelas B), TK Dharma Wanita Desa Ketara,
Jum’at Tanggal 28 Januari 2022.
131
Wawancara, Baiq Zohril Aini (Wali Kelas A1), TK Dharma Wanita Desa Ketara, Jum’at
Tanggal 28 Januari 2022.
109
anak yang jarang bergaul temannya, anak yang pendiam, dan ada juga anak
yang bergantung pada orang tuanya. Adapun cara guru dalam mengatasi
memberikan arahan dan bimbingan kepada para orang tua murid melalui
parenting.
Guru adalah salah satu kunci dari keberhasilan suatu pembelajaran dalam
dunia pendidikan. Oleh karena itu, menjadi seorang pendidik/guru tidak bisa
dianggap enteng atau dipandang sebelah mata, termasuk menjadi guru PAUD.
Oleh sebab itu, dari hasil observasi yang dilakukan peneliti selama
guru itu sangatlah penting bagi keberhasilan pembelajaran di sekolah dan juga
diberikan oleh guru itu sangat berpengaruh bagi perilaku anak, seperti misalnya
guru memberikan pembiasaan untuk mengantri ketika mau mencuci tangan dan
itu benar-benar dilakukan oleh anak setiap hari tanpa harus disuruh lagi untuk
110
lainnya. Hal itulah yang menjadi bukti bahwa keterampilan atau kreativitas guru
Ketara berikut.
bahwa:
“Kreativitas itu sangat penting dan harus dimiliki oleh seorang guru,
karena kreativitas yang tinggi bisa dijadikan untuk modal dalam mengajar
sehari-hari. Cara untuk meningkatkan kreativitas guru-guru disini adalah
dengan sering mengikuti pelatihan dan seminar, kemudian yang didapatkan
itu bisa diaplikasikan ke anak-anak. Bahkan dulu juga sekolah sempat
mengirimkan salah satu guru di sini ke salah satu TK di Sidoarjo dan suatu
kegiatan di sana bisa diikuti di sini. Salah satu contohnya, seperti anak-anak
tidak dianjurkan membawa uang melainkan membawa bekal dari rumah dan
setelah itu makan bersama serta mengantri mencuci tangan serta masih
banyak lagi.”133
Meskipun segala upaya yang dilakukan oleh Ibu Ratmiah selaku kepala
sekolah dalam meningkatkan kreativitas guru, tetapi tidak selamanya upaya itu
bisa berhasil dengan sempurna dan tentu tidak mudah untuk menumbuhkan
kreaativitas guru, sehingga masih ada saja permasalahan pada guru. Hal itu
sesuai dengan ungkapan lanjutan dari Ibu Ratmiah yang mengatajan bahwa:
111
terkadang yang membuat pembelajaran menjadi terlambat dan hasilnya
menjadi kurang maksimal.”134
Begitu pula dengan Ibu Hamidah dan Ibu Zohril yang juga memiliki
pandangan yang sama bahwa kreativitas itu sangat penting untuk dimiliki oleh
guru yang terutama guru PAUD. Tingkat kreativitas yang dimiliki oleh guru
perilakunya sehari-hari.
memiliki peran yang sangat penting dan perlu dimiliki oleh setiap
guru/pendidik, terutama para guru PAUD. Kreativitas tinggi yang dimiliki oleh
guru tidak hanya sebagai modal dalam kegiatan belajar mengajar, tetapi juga
134
Ibid.
135
Wawancara, Desi Sholatiah Ariska (Wali Kelas B), TK Dharma Wanita Desa Ketara,
Jum’at Tanggal 28 Januari 2022.
112
berpengaruh terhadap perilaku guru dalam memberikan stimulus dan
perkembangan anak usia dini, termasuk yang tidak kalah penting adalah aspek
113
BAB III
PEMBAHASAN
Dalam dunia pendidikan, pendidik atau guru merupakan salah satu elemen
pendidikan. Namun, tidak semua guru mampu mewujudkan tujuan itu, karena
tentu sangat diperlukan guru yang profesional dalam menjalankan tugasnya dan
menjadikan pendidikan menjadi lebih maju. Pada saat ini, untuk menjadi
seorang guru yang profesional dan mampu memajukan pendidikan tidak hanya
Menurut Deni dan Halimah, terdapat suatu hubungan yang tidak bisa
kepintaran. Berbeda dengan guru yang cerdas dan sudah dipastikan dirinya juga
pintar. Guru yang cerdas biasanya selalu kreatif, baik kreatif dalam mengajar,
mendekatkan diri kepada murid. Oleh sebab itu, guru harus benar-benar kreatif
114
dengan tujuan agar yang disampaikan kepada siswanya tidak menjadi hal yang
sia-sia.136
Oleh karena itu, peneliti menemukan banyak fakta tentang kreativitas guru
pembelajaran tematik
oleh guru yang kreatif. Begitu pula yang peneliti temukan pada hasil
semua guru. Hal itu bisa dibuktikan oleh hasil observasi, wawancara, dan
sesuai dengan kurikulum PAUD 2013 atau sesuai tema-tema PAUD yang
pembelajaran dimulai.
136
D. Deni Koswara, Halimah, Bagaimana Menjadi Guru Kreatif?, (Bandung: PT
PRIBUMI MEKAR, 2008), hlm. 45-46.
115
Kegiatan perencanaan pada dasarnya merupakan suatu kegiatan
tersebut seorang guru harus benar-benar cermat dan seksama dalam memilih
dan menetukan strategi pembelajaran agar guru juga lebih mudah dan tepat
seperti metode, media, bahan ajar, dan evaluasi yang bisa dilakukan dalam
kurikulum 2013.137
K13 tersebut menuntut guru untuk kreatif, yang bermaksud guru mampu
yang kreatif tidak hanya harus pandai dalam pengambilan keputusan dan
strategi serta mendesain suatu gaya mengajar yang dapat melibatkan siswa
pembelajaran tematik
137
Lezi Heryanto, dkk., Kreativitas Guru…, hlm. 251.
138
Relisa, dkk., Kreativitas Guru Dalam…, hlm. 3.
116
Kegiatan memilih dan mengembangkan media pembelajaran tematik
merupakan hal yang harus dilakukan oleh guru, terutama guru PAUD. Oleh
karena itu, guru dituntut untuk memiliki kreativitas atau keterampilan dalam
dari bahan alam serta yang paling sering digunakan adalah LKA (Lembar
Kerja Anak). Namun pada hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti
menemukan fakta bahwa hanya beberapa guru saja yang memang benar-
digunakan guru selama peneliti berada di lokasi, seperti papan tulis dan
117
serta kurangnya kesadaran dari guru itu sendiri untuk lebih kreatif, oleh
karena itu media yang dihasilkannya cukup sederhana dan berukuran kecil
serta kurang menarik dari warna dan bentuknya. Misalnya ketika guru
membuat gambar buah, maka guru cukup membuatnya di atas kertas putih
minim.139 Oleh karena itu, sangat perlu seorang guru memiliki kesadaran
meningkatkan kreativitasnya.
dari suatu sistem yang tak terpisahkan dengan peserta didik atau siswa.
Rahmad Fauzi Lubis, “Kreativitas Guru Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD)
139
Dalam Menggunakan Media Pembelajaran”, Jurnal Al-Abyadh, vol. 3, no. 1, Juli 2020, hlm. 24.
118
yang bervariasi, sehingga bisa memotivasi untuk terus belajar, dan masih
dengan pembelajaran tematik. Hal itu senada dengan yang disebutkan oleh
menyediakan media yang tepat dan berdaya guna yang tinggi. Adapun
140 Reni Astuti, Kreativitas Guru Dalam Pengadaan Media…, hlm. 20.
141
Rahmad Fauzi Lubis, Kreativitas Guru Pendidikan…, hlm. 23.
119
a) Hendaknya media pembelajaran yang dipilih harus disesuaikan dengan
atau fungsinya.
sekaligus.
tujuan, persyaratan fisik, kuat dan tahan lama, sesuai dengan dunia anak,
anak.
120
g) Dalam memudahkan memilih media pembelajaran yang baik sekiranya
bervariasi
bahan ajar yang bervariasi agar proses pembelajaran bisa menarik perhatian
para siswa, sehingga anak-anak akan memiliki motivasi dan semangat tinggi
dalam belajar. Begitu pula sebaliknya, jika bahan ajar yang digunakan guru
pembelajaran itu sangat penting untuk dilakukan agar anak-anak tidak bosan
142
Siti Nurhanifah, Kreativitas Guru Dalam Pengembangan…, hlm. 38-39.
121
(seperti pasir, biji-bijian, tumbuh-tumbuhan, dll.), bahan bekas (kardus,
kertas origami, botol-botol plastik, dll.). Namun untuk saat ini setelah
yang seperti dulu, meskipun tetap bervariasi, namun tidak terlalu maksimal
dan lebih pariatif seperti dulu. Kendala yang dihadapi guru tersebut
menarik itu sekarang masih minim, sehingga sangat perlunya motivasi dan
mengembangkan bahan ajar itu senada dengan pendapat Deni Koswara dan
harus dimiliki oleh seorang guru adalah kreativitas. Guru harus kreatif
bahan ajar, metode ataupun alat yang digunakan sebagai bahan penunjang
Namun, hal tersebut bukanlah hal yang mudah untuk bisa dilakukan oleh
143
D. Deni Koswara, Halimah, Bagaimana Menjadi…, hlm. 44.
122
seorang guru, hanya guru-guru kreatif lah yang mampu. Oleh karena itu,
kebutuhan agar anak-anak tidak mudah bosan dan semakin tertarik dalam
mengikuti pembelajaran.
mengajar, salah satunya yang paling diminati oleh anak-anak adalah belajar
dengan metode atau model sentra-sentra. Hal itu dilakukan dengan sistem
rolling, di mana ada sentra balok dan sentra bahan alam itu yang paling
diminati oleh anak, namun metode atau model sentra sudah tidak digunakan
lagi disebabkan oleh keadaan ruangan sekolah yang masih minim. Selain
itu, metode yang pernah digunakan pula oleh guru-guru, yaitu metode
guru yang memiliki kendala atau kesulitan, seperti sulit dalam mengelola
123
kelas dikarenakan anak-anak terlalu banyak dan sedangkan ruangan kelas
tidak terlalu luas, sehingga itu yang membuat guru merasa kesulitan jika
sebenarnya telah menyatu dengan diri seorang guru. Oleh sebab itu, tentu
disampaikan.144
Hal senada yang diungkapkan oleh Lezi Heryanto dkk, dalam hasil
metode pembelajaran itu sangatlah diperlukan sebagai salah satu cara dalam
memberikan stimulus kepada peserta didik agar mampu lebih aktif belajar,
tidak bosan, dan memberikan semangat yang tinggi, sehingga pelajaran atau
materi yang disampaikan bisa tercapai pada anak-anak dengan baik dan
menggunakan metode yang berbeda-beda setiap kelas dan setiap guru juga
144
Rani Anggraini, Kreativitas Guru PAI Memilih Metode…, hlm. 39-40.
124
tentu memiliki metode-metode pembelajaran yang digunakan sesuai dengan
kebutuhan masing-masing.145
pembelajaran
akan bisa maksimal tanpa adanya fasilitas pendukung yang disiapkan oleh
dengan maksimal.
lainnya, kemudian ada buku seri bergambar yang digunakan jika guru-guru
macam APE dan media pembelajaran yang ada di sekolah, namun masih
kurang bisa dimanfaatkan oleh guru, hal itu dikarenakan guru-guru terlalu
145
Lezi Heryanto, dkk., Kreativitas Guru…, hlm. 252.
125
sering menggunakan metode penugasan berupa menulis dan menggambar.
ruang kelas atau ruang belajar yang masih terbatas hanya terdapat dua
ruangan yang tidak terlalu luas, sehingga tidak ideal dengan jumlah siswa
yang cukup banyak dan itulah yang menjadi kesulitan guru dalam
Menurut Rogers yang dikutip oleh Rani Anggraini bahwa salah satu
prinsip yang dapat dikembangkan oleh guru agar bisa dikatakan sebagai
guru yang kreatif adalah guru harus bertindak sebagai fasilitator belajar. Hal
itu dapat diartikan bahwa guru yang kreatif tentu akan selalu siap siaga
dimiliki oleh semua guru dan hanya guru-guru yang cerdas dan kreatif saja
siswa terhadap materi pelajaran. Oleh karena itu, produk dari kreativitas
guru tersebut diharapkan dapat memberikan situasi belajar yang nyata pada
146
Ibid., hlm. 33.
126
proses pembelajaran. Selama ini anak lebih banyak dituntut untuk memiliki
Padahal itu merupakan suatu yang sangat sulit sekali bisa dijangkau oleh
sekolah. Salah satu penerapan produk dari kreativitas guru, misalnya berupa
melalui visualisasi, sehingga hal itu bisa mampu menurunkan rasa bosan
antusias belajar siswa, meskipun masih ada beberapa yang masih kurang
Hal itu bisa dibuktikan dengan detemukannya anak-anak yang masih sibuk
sendiri ketika salah satu guru yang mengajar. Setiap guru memiliki cara-
cara yang berbeda dalam upaya menumbuhkan semangat dan antusias siswa
menarik dengan hal-hal yang kreatif seperti membuat kreativitas dari barang
bekas. Selain itu ada pula guru yang megajak anak-anak untuk bernyanyi
147
Relisa, dkk., Kreativitas Guru Dalam Implementasi Kurikulum 2013, (Jakarta: Pusat
Penelitian Kebijakan Pendidikan dan Kebudayaan, Badan Penelitian dan Pengembangan,
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2019), hlm. 14.
127
Dalam menumbuhkan motivasi dan semangat belajar siswa, tentu tidak
mudah bagi guru. Begitu pula yang dirasakan oleh guru-guru di TK Dharma
keinginan yang berbeda dan terkadang mood anak bisa turun dan naik.
Namun, yang biasa dilakukan guru ketika ada anak-anak yang moodnya
dari kepala sekolah adalah dengan mengadakan parenting kepada para orang
tua siswa, di mana guru-guru menyampaikan dan meminta agar para orang
Seorang guru tidak hanya bertugas untuk mengajar tentang suatu materi
pelajaran, namun juga memiliki peran sebagai seorang motivator yang harus
dan semangat belajar kepada siswa secara terus menerus. Ada empat
kategori yang perlu diketahui oleh seorang guru yang berkaitan dengan
148
D. Deni Koswara, Hamilah, Bagaimana Menjadi Guru…, hlm. 74.
128
7. Memberikan tugas individu dan kelompok kepada siswa sesuai dengan
kemampuan siswa
materi pelajaran, guru biasanya memberikan tugas kepada siswa baik itu
kepada anak-anak tentu harus sesuai dengan tingkat uisa dan perkembangan
serta kemampuan anak. Ada berbagai macam fakta yang menemukan bahwa
ada saja guru yang asal-asalan dalam memberikan tugas kepada anak,
memaksa dan menuntut agar anak itu bisa selesaikan tugas yang
dengan baik itu dijuluki sebagai anak bodoh. Padahal setiap anak memiliki
anak-anak setiap hari. Tugas yang diberikan guru berbentuk tugas langsung
inti. Contoh tugas yang pernah guru berikan pada anak-anak, seperti
129
pemberian tugas yang dilakukan oleh guru, tidak semua anak yang
menyelesaikan tugas hanya setengah dan ada pula anak yang sudah
menyelesaikan secara tuntas tetapi kurang rapi. Salah satu tugas yang sangat
disukai oleh anak-anak, terutama yang kelas B adalah tugas mewarnai dan
dengan baik. Sedangkan tugas yang masih sulit untuk diselesaikan oleh
kegiatan pemberian tugas oleh guru untuk peserta didiknya. Hal itu sejalan
dengan pendapat John B. Biggs dan Ross Telfer dalam buku yang ditulis
oleh Deni Koswara dan Halimah yang menyebutkan bahwa salah satu aspek
dari pembelajaran kreatif yang harus dipahami dan dilakukan oleh seorang
guru yang baik dalam proses pembelajaran, yaitu memberikan tugas berupa
tes atau ujian yang mampu mendorong adanya umpan balik dan semangat
atau gairah pada siswa agar ingin mempelajari materi pelajaran lebih
mendalam.149
130
Untuk mengetahui apakah metode pembelajaran yang telah
maksimal dan sudah sesuai dengan rencana, maka guru harus melakukan
kegiatan evaluasi atau penilaian. Hal itu dilakukan agar guru bisa
dan juga untuk bisa dijadikan bahan perbaikan untuk kedepannya. Kegiatan
evaluasi bisa dilakukan dengan berbagai macam cara, dimana pun, dan
kapan pun.
Begitu pula pada hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh peneliti
evaluasi yang biasa dilakukan adalah berdiskusi ringan dengan sesame guru
yang dilakukan disaat ada waktu luang, sedangkan bentuk evaluasi lainya
dengan mengadakan rapat yang dilakukan minimal satu kali sebulan atau
satu kali dalam dua bulan. Adapun evaluasi hasil belajar siswa dilakukan
pula oleh guru dengan melihat dan mengamati perilaku anak setiap hari dan
juga dari hasil karya dan hasil dari tugas-tugas yang diberikan oleh guru,
Menurut Piaget yang dikutip oleh Rani Anggraini bahwa salah satu
131
skripsinya bahwa guru yang kreatif merupakan guru yang selalu aktif dalam
mencari berbagai hal atau ide maupun gagasan yang baru, serta saling
juga menyebutkan bahwa kreativitas yang dimiliki oleh guru itu merupakan
suatu cara atau upaya untuk menjadikan sesuatu yang sudah ada menjadi
sesuatu hal yang lebih menarik dan juga dapat menumbuhkan metode
bahwa kreativitas guru di TK Dharma Wanita Desa Ketara bisa dikatakan sudah
cukup baik, namun masih perlu dikembangkan dan ditingkatkan lagi, sebab dari
hasil penelitian di atas membuktikan bahwa ada beberapa guru yang memang
masih kurang kreativitasnya. Hal itu pula yang sangat perlu diperhatikan oleh
diri sebagai seorang pendidik. Selain itu, yang perlu diketahui dalam
kreativitas yang berbeda, hal itu tentu disebabkan oleh banyak faktor. Adapun
beberapa faktor tersebut, yaitu pengetahuan yang luas, pengalaman yang luas
dan memadai, keinginan dan kemauan yang keras untuk mencapai suatu tujuan,
150
Rani Anggraini, “Kreativitas Guru PAI Memilih Metode Pembelajaran Dalam
Meningkatkan Minat Belajar Agama Islam Siswa SMPN 30 Muaro Jambi di Kabupaten Muaro
Jambi Provinsi Jambi”, (Skripsi, Prodi PAI FTK UIN Sulthan Thaha Saifuddin, Jambi, 2020), hlm.
57.
132
energetic atau semangat dan etos kerja yang tinggi, konsentrasi atau
kemampuan dalam memusatkan pikiran pada suatu titik, lingkungan yang selalu
menggugah dan merangsang untuk berdaya cipta. 151 Oleh karena itu, peneliti
dapat menyimpulkan bahwa semua faktor yang ada sebagian besar berasal dari
dalam diri pribadi guru, maka perlunya seorang guru untuk selalu melihat
kemampuan dirinya agar bisa dijadikan sebagai bahan evaluasi diri untuk
bahwa faktor pendukung guru menjadi pendidik yang kreatif adalah dengan
Selain itu, seorang guru yang kreatif juga perlu memiliki sifat yang tulus, ikhlas,
cinta kasih sayang, selektif, inovatif, sabar, persuasive, visioner dan missioner,
151
D. Deni Koswara, Halimah, Bagaimana Menjadi Guru…, hlm. 48.
152
Faridah Karyati, “Pengaruh Kreativitas Guru Terhadap Pemanfaatan Media
Pembelajaran Tematik”, (Skripsi, Jurusan PGSD FKIP Universitas Achmad Yani Banjarmasin,
Banjarmasin, 2016), hlm. 140.
133
Dalam meningkatkan kreativitas guru tentu memerlukan berbagai macam
upaya. Berkaitan dengan hal ini Deni Koswara dan Halimah menuliskan
a) Jadilah penjelajah pikiran, di mana yang menjadi salah satu ciri orang
yang baru. Sebab kreativitas berarti kita secara aktif mencari dan
b) Kembangkan pertanyaan, hal ini maksudnya adalah seorang guru jika ingin
kreatif haruslah menjadi pribadi yang rasa ingin tahunya tinggi. Selalu
gagasan yang bagus dan tepat tentu dengan cara mengumpulkan gagasan
yang banyak. Sebab orang yang kreatif tidak akan pernah diam pada satu
individu yang kreatif serigkali melanggar atura atau pola-pola lama yang
sesuatu yang berbeda, maka orang tersebut perlu melakukan hal yang
134
e) Gunakan imajinasi, sebab imajinasi tidak memiliki batasan dan apapun yang
ditangkap oleh pikiran dan keyakinan hati nantinya akan dapat terwujud
yang banyak.
dapat mencapai kesadaran lebih tinggi dan memasuki alam kreativitas yang
tidaklah cukup dengan skill dan akademik, bahkan orang yang cerdas
bersosialisasi sebab anak juga merupakan makhluk sosial yang artinya bahwa
membutuhkan orang lain. Oleh karena itu, orang tua maupun pendidik harus
agar bisa megetahui apa saja yang perlu dilakukan selanjutnya untuk
153
D. Deni Koswara, Halimah, Bagaimana Menjadi Guru…, hlm. 58-61.
135
Menurut Dadan Suryana, ada beberapa hal penting yang perlu dilakukan
contoh yang baik bagi para siswa. Kedua, mengajarkan pengenalan emosi
melatih anak untuk mengendalikan diri. Kelima, melatih cara mengelola emosi.
marah dan sedih serta cemas bukan hal yang tabu. Kedua belas, menyelimuti
Dari beberapa upaya guru yang dikemukakan oleh Dadan di atas dalam
mengembangkan sosial emosional anak usia dini. Ada beberapa upaya yang
dilakukan pula oleh guru di TK Dharma Wanita Desa Ketara dalam hasil
oleh anak serta berusaha menyelimuti anak dengan lingkungan yang positif.
Selain itu, ada beberapa upaya tersendiri yang dilakukan oleh guru di sana
154
Dadan Suryana, Pendidikan Anak Usia Dini, Stimulasi dan Aspek Perkembangan Anak,
(Jakarta: PRENADAMEDIA GROUP, 2019), hlm. 183.
136
untuk membuang sampah pada tempatnya, membiasakan berbagi,
membiasakan anak untuk tidak membawa uang melainkan bekal dari rumah,
serta membiasakan anak untuk tidak makan sebelum waktu makan tiba, dan
bagaimana berperilaku yang baik kepada anak-anak. hal itu memang sangat
perlu untuk dilakukan oleh para guru dalam menstimulus perkembangan sosial
anak, Dadan Suryana kembali menyebutkan beberapa hal paling mendasar yang
anak, termasuk perkembangan Iptek saat ini banyak memberikan tekanan pada
Kedua, hal itu merupakan salah satu proses dalam penanaman kesadaran bahwa
anak usia dini merupakan praktisi dan investasi masa depan yang perlu
sosialnya. Ketiga, rentang usia pentig pada anak sangat terbatas, sehingga harus
diberikan fasilitas seoptimal mungkin agar tidak ada satu fase pun yang
terlewatkan. Keempat, adanya fakta bahwa anak tidak bisa hidup dan
sebagai bekal kehidupan. Kelima, telah tumbuh suatu kesadaran pada setiap
137
anak tentang tuntutan untuk dibelaki dan memiliki kecerdasan sosial emosional
sejak dini.155
Desa Ketara.
1. Kesadaran diri
Dari hasil penelitian yang telah dijabarkan pada bab dua terkait
dilihat dari hasil temuan data yang peneliti temukan dari hasil
wali murid yang sering berada di sekolah), dan dari hasil observasi serta
rincikan hasil kuisioner dari 24 anak yang berusia 5-6 tahun (kelas B),
155
Ibid., hlm. 182.
138
Berkaitan dengan kemampuan anak dalam menyesuaikan diri,
usia dini anak harus diajarkan untuk lebih memahami dirinya sendiri
dan normatif. Selain itu, hal tersebut juga bertujuan agar anak lebih
positif secara istiqomah agar apa yang diajarkan oleh guru akan mudah
diterima oleh anak, sehingga hal itu pula dapat diterapkan oleh anak
156
Ibid., hlm. 196.
139
b) Memperlihatkan kehati-hatian pada orang yang baru dikenal
bisa dikatakan sudah berada di usia yang cukup matang, sehingga sudah
terhadap orang baru merupakan sikap yang sudah wajar dimiliki oleh
anak usia dini, namun tidak jarang pula ditemukan anak-anak yang tidak
anak belum berani menyapa peneliti ketika baru pertama peneliti datang
140
narasumber/informan dan hasil observasi peneliti yang sudah dijabarkan
pada bab dua, serta ada berupa dokumentasi yang terdapat di lampiran.
terhadap orang yang baru dikenal mendapatkan hasil yang lebih rinci,
dan ada 8 anak yang sudah berkembang sangat baik (BSB). Sedangkan
Anak yang sudah berusia 5-6 tahun bisa dikategorikan sebagai usia
yang sudah cukup matang, sehingga sudah sepatutnya anak yang sudah
mencapai usia tersebut mampu menaati aturan atau norma yang ada di
dan dibimbing sejak dini tentang berperilaku sesuai aturan yang ada di
lingukang sekitarnya.
141
segala perintah dan aturan yang sudah ada di kelas atau sekolah. Contoh
perilaku anak-anak menaati perintah atau aturan, yaitu seperti jika guru
tidak mau mengantri ketika mencuci tangan. Akan tetapi hal itu biasanya
ingin mencari perhatian saja dan ketika ditegur langsung berhenti untuk
tidak ada anak yang belum berkembang (BB), ada 9 anak yang mulai
142
Anak usia dini yang perkembangan sosial emosionalnya terstimulus
yang tinggi terhadap apa yang pernah diperbuat. Rasa tanggung jawab
yang tinggi tentu akan sejalan dengan sikap anak yang menaati aturan,
karena biasanya anak sudah mengerti sebab akibat dan sudah mengerti
apa yang seharusnya dilakukan jika dirinya merasa keliru atau bersalah
jawab atas perilaku yang pernah dilakukan untuk dirinya maupun orang
menangis maka anak tersebut meminta maaf, namun jika anak tidak mau
143
jawab, yaitu hanya ada 2 anak yang belum terlalu berkembang (BB), 10
Dalam kaitannya dengan sikap tanggung jawab pada anak usia dini,
kewajiban yang positif untuk anak-anak bisa saling peduli satu sama
lain. Kemudian tanggung jawab pada anak dapat dilihat dari bagaimana
dan juga orang lain, 3) Mencoba dan selalu berusaha melakukan sesuatu
maaf jika melakukan suatu kesalahan, 8) Ikut serta dalam merawat dan
157
Khikmah Novitasari, “Pembelajaran Berbasis Proyek Untuk Menanamkan Karakter
Tanggung Jawab Pada Anak Kelompok B di TK Nasima Kota Semarang”, (Skripsi, Prodi
Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas PGRI
Yogyakarta, Yogyakarta, 2018), hlm. 4.
144
sebagian besar anak-anak di TK Dharma Wanita Desa Ketara sudah
ada. Namun masih ada pula beberapa anak yang masih kurang dalam
3. Perilaku prososial
tidak semua anak yang senang atau suka bermain bersama dengan
Desa Ketara menemukan bahwa sebagian besar anak yang berusia 5-6
tahun sudah mampu berhubungan baik satu sama lain. Bukti bahwa
ada anak yang mengganggu temannya ketika belajar dan ketika makan
bersama. Hal itu sesuai dengan hasil kuisioner, yaitu terdapat 1 orang
anak yang belum berkembang (BB) dimana anak tersebut sering terlihat
145
terdapat 4 anak yang mulai berkembang (MB), kemudian 9 anak sudah
sangat baik (BSB). Data dari hasil kuisioner yang lebih rinci terdapat di
lampiran.
namun tentu pasti ada suatu waktu anak pernah bertengkar atau cekcok
dengan teman sebayanya dan hal itu merupakan suatu yang normal.
anak. Hal itu sesuai dengan pendapat Steinberg, Hughes, dan Piaget
sosial pada anak, yaitu memelih teman yang sejenis, cenderung lebih
tersinggung atau terganggu oleh sikap maupun perilaku anak yang lain,
158
Nilawati Tadjuddin, Meneropong Perkembangan Anak…, hlm. 192.
146
direbut. Akan tetapi anak-anak tetap memiliki sikap kerja sama,
terutama untuk anak yang sudah menginjak usia 6 atau 7 tahun sikap
kerja sama tersebut sudah berkembang dengan lebih baik lagi, sehingga
pada anak usia ini anak mau bekerja kelompok dengan teman-
temannya.159
adanya cekcok atau perselisihan. Tetapi hal itu adalah hal yang normal,
orang lain. Anak yang memiliki sosial yang baik dan bagus, yaitu anak
yang sudah memiliki sikap menghargai orang lain terutama pada orang
yang dewasa. Namun nyatanya tidak semua anak yang sudah mampu
159
Dadan Suryana, Pendidikan Anak Usia…, hlm. 188.
147
menunjukkan sikap menghargai, apalagi mengingat bahwa salah satu
pendapat dan karya orang lain sudah dimiliki oleh sebagian besar anak
yang berusia 5-6 tahun, misalnya ketika guru bercerita dan memberikan
anak yang lain merespon dengan baik dan tidak membantah atau
maka jarang ada anak yang saling menjelekkan hasil temannya, tetapi
pendapat dan karya orang lain, yaitu dari 24 jumlah anak terdapat 2 anak
148
sebagai melihat lagi atau melihat dengan perhatian. Oleh karena itu,
merupakan kunci dalam membuka pintu ke dalam pikiran dan hati orang
anak juga sudah melakukan suatu kebaikan untuk dirinya. 160 Maka
yang ada di sekitarnya tanpa melihat siapa dan apa yang dimiliki oleh
Dwi Retnowati, “Peningkatan Sikap Saling Menghargai Pada Anak Usia 5-6 Tahun di
160
PAUD Aisyiyah Melawi”, (Skripsi, Prodi PG PAUD FKIP UNTAN, Pontianak, 2013), hlm. 3.
149
makhluk ciptaan Tuhan, karena manusia hakikatnya tidak bisa hidup
Wanita Desa Ketara bahwa sebagian besar anak yang berusia 5-6 tahun
optimal.
sekitar
sudah berusia 5-6 tahun ke atas, anak-anak tidak hanya sudah bisa
161
Mar’atul Mahbubah, “Peran Orang Tua Siswa RA Bintang Sembilan Dalam
Mengembangkan Perilaku Sosial Anak Usia Dini di Banaran Geger Madiun”, (Skripsi, Jurusan
Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Ponorogo, Ponorogo,
2020), hlm. 28-29.
150
Adapun hasil dari penelitian yang dilakukan di TK Dharma Wanita,
bahwa pada esok hari ada libur, maka anak-anak bergembira, dan jika
guru memberikan informasi terkait dengan ada seorang anak yang tidak
masuk karena sakit dan respon anak-anak yang lain terlihat sedih dengan
yang tidak memberikan respon yang sama dengan anak-anak yang lain,
seorang anak malah mengekspresikan emosi yang datar atau biasa saja
tanpa emosi. Hal itu bisa dilihat juga dari hasil kuisioner yang
beberapa bentuk emosi yang memang sering terjadi pada awal masa
151
emosi-emosi tersebut dan juga dapat berubah-ubah setiap waktu. Oleh
karena itu, emosi anak perlu dijaga agar bisa tetap setabil, terutama pada
saat berada di lingkungan sekolah. Maka dari itu, seorang guru perlu
1) Apabila anak merasa senang atau puas dengan hasil yang telah
162
Dadan Suryana, Pendidikan Anak Usia…, hlm. 181.
152
akan berkembang sesuai dengan tahap perkembangannya. Hal itu
emosinya sesuai situasi dan mulai mengenal emosi orang lain yang ada
di sekitarnya.163
dilihat bahwa sebagian besar anak-anak yang berusia 5-6 tahun di TK Dharma
Wanita sudah bisa dikatakan terstimulus dengan baik, meskipun masih ada
beberapa yang memang perlu untuk dioptimalkan lagi. Hal itu sesuai dengan
seperti ada anak yang masih ditemani sekolah oleh ibunya, ada pula anak yang
sangat pendiam di kelas. Selain itu, di kelas juga terkadang terdapat anak yang
menggangu temannya.
Permasalahan di atas merupakan hal yang wajar bagi anak usia dini. Hal itu
sesuai dengan pendapat Soemarti yang dikutip dalam Musyarofah, bahwa salah
satu yang menjadi ciri sosial anak prasekolah ialah perselisihan kerap terjadi
pada anak-anak akan tetapi itu hanya berlangsung tidak lama dan kemudian
anak-anak akan akur kembali, kemudian anak yang lebih kecil sering
163
Sumiyati, “Mengembangkan Kemampuan Sosial Emosional Anak Usia Dini Melalui
Pendidikan Dalam Keluarga”, Jurnal Pendidikan Guru Raudhatul Athfal (As-Sibyan), vol. 1, no. 1,
2016, hlm. 86.
153
bersebelahan main dengan orang yang lebih besar, dan anak-anak juga telah
permasalahan yang sudah wajar dan lumrah terjadi pada anak usia dini, namun
jika terus menerus dianggap sepele dan tidak ditindak lanjuti lebih awal maka
itu akan berakibat fatal bagi perkembangan sosial emosional anak kedepannya.
Untuk mengetahui solusi atau upaya yang perlu dilakukan oleh dalam
atau pendidik juga sangat diperlukan untuk mengetahui berbagai macam faktor
seperti di antaranya:
1) Keluarga
etika berinteraksi dengan orang lain lebih banyak ditentukan oleh keluarga,
2) Kematangan
164
Musyarofah, “Pengembangan Aspek Sosial Anak Usia Dini di Taman Kanak-Kanak
ABA IV Mangli Jember Tahun 2016”, (Skripsi, Jurusan IPS FKIP IAIN Jember, Jember 2016), hlm.
108.
154
Agar anak mampu bersosialisasi dengan baik, sangat diperlukan
sosial, memberi dan menerima nasehat dari orang lain, maka dari itu
4) Pendidikan
yang normatif, anak akan memberikan warna bagi kehidupan sosial anak di
hal tersebut tidak bisa dipisahkan. Anak yang memiliki kemampuan intelek
yang tinggi akan berkemampuan berbahasa dengan sangat baik. oleh karena
155
itu, jika perkembangan ketiganya seimbang maka akan sangat menentuka
Kreativitas guru tentu memiliki pengaruh yang besar bagi peserta didik,
lingkungan sekolah. Oleh karena itu, guru harus memiliki sikap kreatif dalam
Hal itu sejalan dengan hasil penelitian yang sebelumnya pernah dilakukan
oleh Nurul Zakiyyah dan Kuswanto yang menyatakan bahwa kreativitas itu
merupakan suatu hal yang sangat perlu untuk dimiliki dan ditingkatkan oleh
minat dan bakat anak usia dini. Guru yang kreatif mampu melahirkan dan
anak lebih tertarik dalam mengikuti pembelajaran. Selain itu, guru PAUD tentu
memiliki peran yang sangat penting dalam menyiapkan segala hal yang
165
Dadan Suryana, Pendidikan Anak Usia Dini…, hlm. 191-192.
156
emosinya terstimulus dengn baik dan optimal akan berdampak sangat baik
kreativitasnya guna melahirkan para generasi yang sehat, cerdas, dan bermoral
baik.166
usia dini (5-6 tahun) yang terlihat di TK Dharma Wanita Desa Ketara adalah
sebagai berikut.
baru tentang gaya, bahan, strategi, dan metode dalam proses belajar
mengajar saja, namun juga tentu akan memikirkan ide atau gagasan dan juga
cara-cara baru serta kreatif untuk bagaimana memberikan segala hal kepada
dengan lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, guru yang kreatif akan
166
Nurul Zakiyyah, Kuswanto, Urgensi Kreativitas Guru PAUD…, hlm. 1716-1717.
157
selalu memberikan dan melakukan hal terbaik dengan sungguh-sungguh
sosial emosionalnya dan pasti ada saja anak yang memiliki permasalahan
atau problematika. Namun, segala permasalahan yang terjadi tentu akan bisa
diatasi oleh guru yang memiliki kreativitas tinggi, sebab guru yang kreatif
tidak akan pernah bisa kehabisan cara dan ide atau gagasan dalam mengatasi
segala masalah yang dirinya temukan, termasuk masalah yang terjadi pada
anak didiknya. Guru kreatif akan selalu memikirkan segala upaya dan solusi
yang tepat dan baik yang bisa dilakukan untuk mengatasi permasalahan-
Guru yang kreatif tidak melihat suatu masalah hanya dari luar saja,
tahu lebih dalam tentang sebab akibat dari masalah yang terjadi. Begitupun
158
emosional anak didiknya, di mana guru akan mencari secara lebih
usia dini.
kehidupan sehari-harinya. Hal itu tentu bisa terjadi, sebab adanya didikan
dan pembiasaan yang baik selalu diberikan oleh orangtua dan pendidik atau
guru di sekolah, sehingga anak akan terbiasa berperilaku yang baik sesuai
usia dini yang dapat ditimbulkan oleh kurangnya kreativitas guru adalah tentu
dan sudah pasti perkembangan sosial emosional anak tidak akan terurus di
kebalikan dari dampak positif yang ada di atas. Bahkan dngan kurangnya
Kreativitas yang dimiliki oleh guru di sekolah akan berdampak buruk bagi
159
buruk yang mungkin terjadi pada perkembangan sosial emosional anak di
pembelajaran, anak-anak akan menjadi merasa takut dan bosan serta tidak mau
mendengarkan guru jika guru kurang kreatif dalam mengelola kelas dan guru
sedikit keras dalam mengajar. Bahkan pada sekarang ini sudah banyak
ditemukan di luar sana kasus siswa yang melawan pada guru, dan tentu hal itu
terjadi karena adanya sebab tertentu dan bisa jadi itu dikarenakan guru mendidik
siswanya dengan keras yang hanya mengandalkan kata-kata dan tindakan tanpa
sangat perlu anak diberikan didikan dan pembiasaan yang baik sejak dini.
160
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
sosial emosional anak usia dini (5-6 tahun) adalah sebagai berikut:
diri harus ditingkatkan lagi sebab yang masih menjadi kendala dalam
di TK tersebut tidak bisa mencapai secara sempurna dan tentu setiap guru
didiknya. Adapun upaya yang sering dilakukan oleh guru dalam mengatasi
Desa Ketara bisa dikatakan sudah cukup baik dan terstimulus dengan baik.
Hal itu bisa dilihat dari sebagian besar anak sudah memenuhi penilaian
161
sesuai indikator, yaitu indikator pertama, mampu menyesuaikan diri dengan
situasi yang ada di sekolah terdapat satu anak belum berkembang, empat
anak mulai berkembang, empat belas anak berkembang sesuai harapan, dan
kehati-hatian pada orang yang baru dikenal terdapat lima anak belum
mampu menaati perintah dan aturan kelas atau kegiatan terdapat sembilan
anak berkembang sangat baik, dan tidak ada anak yang belum berkembang.
dirinya maupun pada orang lain terdapat dua anak belum berkembang,
harapan, dan tiga anak berkembang sangat baik. Indikator kelima, senang
bermain dengan teman sebaya terdapat satu anak yang belum berkembang,
menghargai hak atau pendapat dan karya orang lain terdapat dua anak yang
berkembang sesuai harapan, dan empat anak berkembang sangat baik. Dan
162
berkembang, tiga belas anak berkembang sesuai harapan, dan empat anak
sosial emosional pada anak, dan kehidupan sosial anak akan semakin
B. Saran
sosial emosional anak usia dini oleh para pendidik dan orang tua, sehingga
Kepala sekolah memiliki peran yang sangat penting dalam sebuah lembaga,
oleh karena itu sebagai seorang pemimpin dalam suatu lembaga harus bisa
lebih untuk memberikan kesadaran diri kepada guru untuk terus mau belajar
seksama terkait dengan kinerja guru dan keluh kesah guru selama mengajar.
163
2. Saran untuk para guru
emosional anak.
Para orang tua juga hendaknya memberikan motivasi atau dorongan serta
kebutuhan anak lahir batin, memberikan pembiasaan dan teladan yang baik
kepada anak.
penelitian yang lebih luas dan mendalam terkait dengan dampak kreativitas
164
DAFTAR PUSTAKA
Arin Hodijatus Solihah, “Pengaruh Kreativitas Pendidik Anak Usia Dini Terhadap
Kemandirian Anak di Taman Kanak-kanak Se-Kecamatan Rancabungur
Kabupaten Bogor”, Skripsi Program Studi Pendidikan Luar Sekolah
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Ibn Khaldun Bogor,
2016.
Dadan Suryana, Pendidikan Anak Usia Dini, Stimulasi dan Aspek Perkembangan
Anak, Jakarta: PRENADAMEDIA GROUP, 2019.
Dwi Istati Rahayu, Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini, Nusa
Tenggara Barat: Arga Puji Mataram Lombok, 2019.
Dwi Retnowati, “Peningkatan Sikap Saling Menghargai Pada Anak Usia 5-6 Tahun
di PAUD Aisyiyah Melawi”, Skripsi, Prodi PG PAUD FKIP UNTAN,
Pontianak, 2013.
Elda Saputri, “Kreativitas Guru Dalam Mengembangkan Sikap Sosial Anak Usia
Dini Melalui Permainan Balok”, Skripsi, Jurusan PIAUD, FTK, UIN Sultan
Syarif Kasim Riau, Pekan Baru, 2020.
Hasan Alwi, dkk, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2002.
165
Khikmah Novitasari, “Pembelajaran Berbasis Proyek Untuk Menanamkan Karakter
Tanggung Jawab Pada Anak Kelompok B di TK Nasima Kota Semarang”,
Skripsi, Prodi Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas PGRI Yogyakarta, Yogyakarta, 2018.
Mutawali, dkk., Pedoman Penulisan Skripsi UIN Mataram Tahun 2020, Mataram:
UIN Mataram, 2020.
Ninik Yuliani, Niken Titi Pratitis, “Minat pada Profesi Guru, Semangat Kerja dan
Kreativitas Guru Taman Kanak-kanak”, Jurnal Psikologi Tabularasa, vol.
8, no. 1, April 2013, https://doi.org/10.26905/psikologi.v8i1.219.
Novan Ardy Wiyani, Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini, Bumiayu: Gava
Media Yogyakarta, 2017.
Rahmad Fauzi Lubis, “Kreativitas Guru Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD)
Dalam Menggunakan Media Pembelajaran”, Jurnal Al-Abyadh, vol. 3, no.
1, Juli 2020.
166
Rahmah, Dona Novianti, “Hubungan Percaya Diri Dengan Kreativitas Guru di TK
Se-Kelurahan Tangkerang Kecamatan Marpoyan Damai Pekan Baru Riau”,
Jurnal Ilmiah VISI PGTK PAUD dan DIKMAS, vol. 12, no. 2, Desember
2017, https://doi.org/10.21009/jiv.1202.6.
Relisa, dkk., Kreativitas Guru Dalam Implementasi Kurikulum 2013, Jakarta: Pusat
Penelitian Kebijakan Pendidikan dan Kebudayaan, Badan Penelitian dan
Pengembangan, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2019.
167
Yana Khusnul Ifadah, “Upaya Guru Dalam Meningkatkan Perkembangan Sosial
Emosional Anak Usia Dini di TK Dharma Wanita Desa Totokan Kecamatan
Milarak Kabupaten Ponorogo”, Skripsi Jurusan Pendidikan Islam Anak
Usia Dini Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Aagama Islam
Negeri Ponorogo, Ponorogo, 2019.
168
LAMPIRAN
Lampiran 1
Hasil Observasi
169
6. Guru memberikan tugas kepada siswa, baik ✓
individu atau kelompok
7. Siswa sudah mampu menyelesaikan tugas ✓
yang diberikan oleh guru
8. Guru melakukan evaluasi terhadap ✓
penggunaan metode pembelajaran
9. Guru berperilaku baik dan memerikan ✓
contoh teladan bagi siswa
Catatan:
Meskipun dari semua aspek guru-guru sudah mampu, namun masih belum
maksimal dan perlu untuk ditingkatkan lagi.
a. Kesadaran Diri
situasi
170
19. Lalu Zilbran Al Riziq L ✓
20. Lalu Muh. Arsyad Hidayat L ✓
21. M. Sukron Ma’mun L ✓
22. Muh. Al Arkhan L ✓
23. Muh. Hazril L ✓
24. Raffasya Al Fatihah Pratama L ✓
Keterangan: BB = Belum Berkembang
MB = Mulai Berkembang
BSH = Berkembang Sesuai Harapan
BSB = Berkembang Sangat Baik
171
b. Rasa Tanggung Jawab Diri Sendiri dan Orang Lain
172
4. Baiq Ayna Zahra P ✓
5. Baiq Chayra Fayyola Nadifa P ✓
6. Baiq Nabila Ilvahmia P ✓
7. Baiq Naifa Zahwa P ✓
8. Baiq Ramizah Alya P ✓
9. Baiq Riski Fany Emilia P ✓
10. Baiq Zahwa Nadira P ✓
11. Lalu Azka Al Fatih L ✓
12. Lalu Fabian Azami Rahardi L ✓
13. Lalu Gibran Humaidi Hilmi L ✓
14. Lalu Moh. Zakky Rohman L ✓
15. Lalu Oktavian Dwi Anugrah L ✓
16. Lalu Sarma Aldikka Pratama L ✓
17. Lalu Zibran Arziki L ✓
18. Lalu Zidan Akbar L ✓
19. Lalu Zilbran Al Riziq L ✓
20. Lalu Muh. Arsyad Hidayat L ✓
21. M. Sukron Ma’mun L ✓
22. Muh. Al Arkhan L ✓
23. Muh. Hazril L ✓
24. Raffasya Al Fatihah Pratama L ✓
Keterangan: BB = Belum Berkembang
MB = Mulai Berkembang
BSH = Berkembang Sesuai Harapan
BSB = Berkembang Sangat Baik
c. Perilaku Prososial
173
14. Lalu Moh. Zakky Rohman L ✓
15. Lalu Oktavian Dwi Anugrah L ✓
16. Lalu Sarma Aldikka Pratama L ✓
17. Lalu Zibran Arziki L ✓
18. Lalu Zidan Akbar L ✓
19. Lalu Zilbran Al Riziq L ✓
20. Lalu Muh. Arsyad Hidayat L ✓
21. M. Sukron Ma’mun L ✓
22. Muh. Al Arkhan L ✓
23. Muh. Hazril L ✓
24. Raffasya Al Fatihah Pratama L ✓
Keterangan: BB = Belum Berkembang
MB = Mulai Berkembang
BSH = Berkembang Sesuai Harapan
BSB = Berkembang Sangat Baik
174
MB = Mulai Berkembang
BSH = Berkembang Sesuai Harapan
BSB = Berkembang Sangat Baik
175
Lampiran 2
Jawaban:
Jawaban:
➢ Ibu Ratmiah: Semua guru disini sudah bisa memilih dan menggunakan
mereka yang susun dan buat sendiri. Kemudian apa yang mau diajarkan
itu mereka punya target sesuai kurikulum yang ada dengan berpegang
➢ Ibu Hamidah: Iya kita harus memilih dan membuat perencanaan dan itu
➢ Ibu Desi Sholatiah: Iya kita perlu memilih dan menggunakan strategi
176
atau RPP, RKM, Prosem, dan RPPH selalu kita buat untuk sehari-hari
sesuai dengan kurikulum 2013, karena kan kita pakai tema-tema, mulai
➢ Ibu Zohril: Iya sama seperti guru lain, pasti memilih strategi
pembelajaran.
pembelajaran tematik?
Jawaban:
➢ Ibu Ratmiah: Tidak ada saya rasa, pokoknya semua sudah bisa tanpa
merasa sulit, karena kan sering mereka ikut kegiatan seperti pelatihan
➢ Ibu Hamidah: Pasti ada saja kendala. Dan kalau dari anak-anak setiap
pembelajaran?
Jawaban:
pembelajaran.
177
➢ Ibu Desi Sholatiah: Alhamdulillah sudah bisa kita pakai media
pembelajaran.
5. Media apa saja yang pernah digunakan oleh guru selama mengajar?
Jawaban:
➢ Ibu Ratmiah: Biasanya mereka mencari bahan daur ulang dan bahan
sudah tidak terlalu. Media selalu dipakai, karena tanpa media kan anak-
➢ Ibu Hamidah: Media yang digunakan itu ya papan tulis, gambar, simbol
angka, permainan-permainan.
➢ Ibu Desi: Kalau media yang kita pakai itu LKA (Lembar Kerja Anak),
gambar, buku cerita, ketika berdo’a pakai buku do’a, menghafal ayat-
ayat pendek.
➢ Ibu Zuhril: Ya sama seperti yang lain sih, kita pakai apa yang ada di
sekolah, seperti papan tulis itu kita pakai untuk menulis angka atau huruf
dan terus diikuti sama anak-anak. intinya kita manfaatin yang ada di
sekolah sudah.
Jawaban:
178
➢ Ibu Ratmiah: kalau untuk kesulitannya mungkin hanya saja waktu
membuat peraga atau media itu tidak maksimal, karena guru-guru kan
kadang anak-anak saling berebutan ada yang saling lempar tidak mau
➢ Ibu Desi: Kesulitannya itu sih dalam pengelolaan kelas dan dalam
Jawaban:
terlalu monoton.
Jawaban:
179
yang sesuai tema-tema. Jika tema itu tentang binatang, maka media atau
➢ Ibu Hamidah: Seperti bahan alam, bahan dari pasir pantai, tumbuh-
tema-tema gitu jadi pasti harus bervariasi supaya anak juga tidak bosan
buah dan kegiatannya misalnya menulis huruf pada nama buah. Dan
sudah sesuai sama kebutuhan anak, karena kan saya pegang kelas A jadi
9. Apa saja kendala yang dihadapi guru dalam mengembangkan bahan ajar
yang bervariasi?
Jawaban:
➢ Ibu Ratmiah: Untuk kesulitan atau kendalanya sih ndak terlalu banyak,
hanya keinginan kita aja yang masih kurang, karena butuh Kreativitas
180
kreativitas tapi kan perlu dimaksimalkan lagi, karena rasa ingin
➢ Ibu Hamidah: Kendalanya sih tidak ada, karena untuk bahan ada di
lingkungan.
10. Apakah guru sudah bisa dan pernah memilih metode pembelajaran?
Jawaban:
metode pembelajaran.
pembelajaran.
11. Apa saja metode yang pernah dan sering digunakan guru?
Jawaban:
➢ Ibu Ratmiah: Metode yang pernah digunakan itu semua, tapi yang sering
181
➢ Ibu Desi: Banyak yang pernah kita gunakan, tapi yang paling sering kita
mewarnai, dan masih banyak lagi. selain itu ada hasil karya dan
portofolio, LKA, dan yang paling diminati adalah dulu kita buat sentra-
sentra yang caranya itu rolling, tapi kalau sekarang itu sistem atau model
belajar kelompok. Pada saat sentra-sentra itu yang paling diminati anak
➢ Ibu Zohril: Sama kayak guru-guru yang lain, yang sering digunakan ya
12. Apakah metode pembelajaran yang pernah guru gunakan sudah sesuai
Jawaban:
13. Kendala apa saja yang dihadapi guru selama penggunaan metode
pembelajaran?
Jawaban:
182
➢ Ibu Ratmiah: Kendalanya sih kayaknya lebih ke guru, karena kalau
➢ Ibu Desi: Kendalanya itu ketika kita menshetting anak, misalnya dulu
kan ada tiga sentra dan tiga kegiatan inti dan setiap kegiatan kita
tanyakan dulu sama anak-anak mau main apa di kegiatan inti dan
dimana kan anak-anak beda-beda keinginannya, ada yang mau ini itu
dan ada pula anak yang maunya itu-itu saja sampai tidak mau kasih
yang sudah kita bagi mana yang palling disukai dan dikasih kebebasan
metode pembelejaran?
Jawaban:
setelah pandemi jadi kurang, karena kalau dulu kita bawa media dari
rumah itu kita manfaatkan untuk anak, seperti bahan alam dan kadang
183
➢ Ibu Hamidah: Setiap hari kami persiapkan kalau mengajar.
➢ Ibu Desi: Selalu kita siapkan dengan pakai media atau APE sebagai
pendukung. Misalnya disini kan ada boneka atau gambar dan buku seri
dan itu anak-anak plaing suka ketika bercerita atau mendengarkan cerita
menggunakan boneka tangan dan bisa juga kita pakai jari tangan saja.
➢ Ibu Zohril: Selalu sih disiapkan ketika prose belajar mengajar, seperti
sudah pokoknya.
15. Apakah faslitias yang ada disekolah telah terpenuhi untuk mendukung guru
Jawaban:
➢ Ibu Hamidah: Fasilitas sekolah masih ada yang belum, tapi kalau
➢ Ibu Desi: Fasilitas sekolah masih kurang, seperti ruang belajar dan
➢ Ibu Zohril: Sudah cukup memadai mungkin untuk kegiatan belajar anak-
anak.
16. Apa kendala atau kesulitan guru dalam mempersiapkan fasilitas pendukung
Jawaban:
184
➢ Ibu Ratmiah: Mungkin teman-teman guru itu mereka kreatif sebenarnya
memberikan anak media atau APE tapi tidak maksimal karena terbatas
ruangan luas dan memadai maka in sya Allah pasti pembelajaran bisa
sempit.
➢ Ibu Desi: Kendalanya itu sudah ruang belajar yang tidak terlalu luas
sekolah.
Jawaban:
pada anak juga. Terus kalau ada anak yang lagi kurang mood, caranya
185
meminta orang tua untuk anak-anak dimotivasi dirumah agar moodnya
bagus dari rumah sampai sekolah dan motivasi untuk tetap mau sekolah.
karakter yang berbeda, jadi kita sebagai guru harus mendampingi dan
18. Apa kendala atau hambatan guru dalam menumbuhkan antusias belajar
siswa?
Jawaban:
memiliki strategi tapi terkendala pada ruangan yang tidak ideal dengan
➢ Ibu Hamidah: Kendalanya itu ada siswa yang tidak mood dari rumah,
ada anak yang masih ngantuk, dan lain-lain. Tapi cara mengatasinya ya
186
➢ Ibu Desi: Kendalannya itu adalah , karena anak itu kan peniru ulung,
jadi mereka itu saling pukul dan sedangkan guru tidak bisa selamanya
melihat dan mengontrol, jadi kita selalu menasehati. Dan tidak terlalu
➢ Ibu Zohril: Pasti ada kendalanya, contohnya kalau kita ngajak anak
menyanyi lagu yang baru misalnya, terus anak-anak lebih banyak diam
19. Apakah guru pernah memberikan tugas kepada siswa baik tugas individu
maupun kelompok?
Jawaban:
➢ Ibu Zohril: Setiap hari saya kasih tugas kepada anak-anak dan itu yang
buat mereka senang, karena kalau kita tidak kasih tugas kan kita tidak
20. Bagaimana bentuk tugas yang pernah guru beriikan kepada siswa?
Jawaban:
banyak lagi. Tugas pun itu tidak melulu sesuai keinginan guru, tapi
187
juga memberikan kebebasan memilih pada anak sesuai dengan
keinginannya untuk belajar apa dan mau ngapain. Apalagi dulu kita juga
intinya ada tiga sentra. Jadi kita guru tanyakan pada anak, misalnya
siapa yang mau ke sentra A, sentra B, atau sentra C gitu. Jadi disana ada
dibentuk lagi karena baru tatap muka kembali setelah pandemi. Dulu
dan lain-lain.
➢ Ibu Desi: Tugas yang kita kasih tidak dalam bentuk PR,tapi hanya
huruf atau angka, belajar menulis huruf hijaiyah, dan lain sebagainya.
21. Apakah siswa sudah mampu menyelesaikan tugas yang pernah diberikan
guru?
Jawaban:
➢ Ibu Ratmiah: Tidak semua siswa yang bisa menyelesaikan tugas yang
yang cepat dan ada yang tidak. Namun cara mengatasinya itu, kalau dulu
188
kita buatkan sudut. Jadi siapa anak yang belum maksimal, terus ada
catatan dari guru dan dirembukkan untuk mencari tahu apa penyebabnya
gitu.
mengerjakannya, tapi kalau kolase itu agak sulit karena butuh kesabaran
dan proses yang lama, sehingga tidak terlalu bisa sampai tuntas.
➢ Ibu Zohril: Pasti sih tidak semua anak yang mengerjakan dan ada juga
22. Apa saja kendala guru dalam memberikan tugas kepada siswa?
Jawaban:
➢ Ibu Ratmiah: Lagi-lagi yang menjadi kenadala menurut saya itu ada
pada guru, karean tugas yang diberikan itu-itu saja. Tapi ada lah
memberikan tugas dan ada juga salah satu guru yang kreativitasnya
➢ Ibu Hamidah: Kendala tidak ada soalnya anak-anak senag dikasih tugas.
➢ Ibu Desi: Untuk hambatan sih tidak ada ya apalagi di kelas B mereka
senang-senang saja.
➢ Ibu Zohril: Kalau hambatan sih lebih ke siswa kayaknya, karena kalau
ada anak-anak yang belum bisa itu pasti minta dibantu nulis sama kita
guru dan itu mereka rebutan, tapi kadang saya suruh ngantri walaupun
189
masih ada saja anak yang tetap mau duluan. Cara mengatasinya ya
pembelajaran?
Jawaban:
24. Bagaimana bentuk evaluasi yang pernah dilakukan guru berkaitan dengan
Jawaban:
misalnya kalau penggunaan metode ini begini hasilnya, jadi mereka bisa
memilih dan melihat mana yang lebih efektif. Bentuk evaluasinya ada
raport dan observasi itu dah penilaian untuk anak-anak. kalau sesame
guru ya kita diskusi dan langsung rubah mana kegiatan yang kurang
190
diminati biar anak bisa bereksplorasi. Dan evaluasi sesama guru itu
mengevaluasi sudah.
25. Apa saja hambatan guru dalam melakukan evaluasi penggunaan metode
pembelajaran?
Jawaban:
masuk hingga pulang, jadi udah tahu sampai mana gitu kan.
secara langsung jadi tahu kita mana anak yang nilainya bagus dan
lain-lain.
sekolah?
Jawaban:
191
tidak butuh waktu lama mereka bisa menyesuaikan diri dengan
lingkungan sekolah.
➢ Ibu Desi: Sudah sesuai dengan yang ada di sekolah, contohnya kita
dikenal?
Jawaban:
misalnya “ibu guru yang tadi itu siapa?” gitu-gitu, soalnya kan mungkin
dari penilaian mereka kan biasanya yang datang dan ditemui itu-itu saja,
dengan orang yang baru dikenal. Tapi kami selalu kasih arahan kalau
➢ Ibu Zohril: Masih malu-malu mereka kalau ketemu sama orang baru,
tapi lama kelamaan sih kalau udah beberapa kali ketemu sudah berani
192
3. Apakah anak-anak sudah mampu menaati aturan kelas?
Jawaban:
➢ Ibu Ratmiah: Sudah kayaknya 99% rata-rata kalau sudah diajak atau
➢ Ibu Hamidah: Ada satu dua yang belum bisa menaati aturan, tapi kalau
➢ Ibu Zohril: Sudah bisa anak-anak meanaati aturan terutama yang kelas
B seharusnya semua sudah bisa, tapi kalau di kelas A itu ada pula anak
yang kalau kita suruh untuk melakukan ini eh malah lain yang
dikerjakan.
4. Seperti apa perilaku anak yang tidak menaati aturan yang sering terlihat?
Jawaban:
menaati aturan tapi palingan Cuma satu dua orang, itupun karena
mungkin kurang dukungan dari orang tuanya, karena dia juga sering
kadang ada anak yang kerjaan orang tuanya buruh tani, sehingga tidak
bisa diantarkan sekolah, nah itu juga yang membuat anak jarang masuk.
193
➢ Ibu Hamidah: Tapi tidak setiap hari ada anak yang menaati, tentu ada
sampah pada tempatnya, dan itu tidak hanya satu anak saja, pasti
berbeda-beda.
Kalau di kelas B itu ada yang beberapa tapi rata-rata maunya cerita saja
sampai jam atau waktu belajar habis. Contohnya ada anak kembar,
dimana ada si A ini rajin sekali mengerjakan tugas, tapi yang si B itu
➢ Ibu Zohril: Contohnya tadi itu sudah, kalau kita suruh mengerjakan ini,
Jawaban:
➢ Ibu Ratmiah: Alhamdulillah saya lihat sudah bisa kalau misalnya mau
194
➢ Ibu Desi: Alhamdulillah sudah bisa. Misalnya merapikan mainan pada
➢ Ibu Zohril: Tidak semua anak yang sudah bisa, karena ada saja anak-
Jawaban:
➢ Ibu Ratmiah: Namun kadang ada juga yang tidak bertanggung jawab
anak-anak yang lain meminta mana yang perlu dibereskan, intinya kita
kalau ada yang tidak bertanggung jawab ya cara mengatasinya itu kita
kita kasih arahan dan kasih pembiasaan yang baik setiap hari.
195
Jawaban:
➢ Ibu Ratmiah: Baik Alhamdulillah rata-rata tidak ada yang kelahi benar-
benar gitu, tapi kadang-kadang ada yang cekcok kecil gitu, tapi setelah
itu kami datangi mereka dan tanyakan permasalahannya apa dari kedua
sisi, mereka memberikan arahan dan nasehat secara lembut yang pada
memaafkan.
Jawaban:
yang suka ganggu temannya, ada hanya beberapa satu atau dua orang,
196
➢ Ibu Desi: Pasti ada saja yang menggangu temannya. Namun cara
Jawaban:
Jawaban:
➢ Ibu Hamidah: Alhamdulillah sudah bisa saya lihat setiap hari sudah bisa
197
11. Bagaimana bentuk perilaku anak menghargai pendapat dan karya orang
lain?
Jawaban:
➢ Ibu Desi: Misalnya ketika ada teman yang bebicara, maka mereka
mendengarkan dulu.
menjelaskan apa yang akan kita pelajari sekarang, itu sudah termasuk
berbicara, tapi ada saja yang saya lihat anak-anak yang bermain dan
Jawaban:
198
➢ Ibu Ratmiah: Sudah mampu sekali, misalnya mereka sedang sedih, diam
dan itu kita dekati, tanya-tanya dan sering ada masalah atau sedang bad
emosinya.
13. Apa saja permasalahan yang sering terjadi pada anak-anak berkaitan dengan
sosial emosionalnya?
Jawaban:
➢ Ibu Ratmiah: Waktu baru masuk sekolah mereka banyak yang masih
ibunya ketika diantar. Terus biasanyaa ada yang cuma diam di kelas,
cemberut, tapi itu di awal-awal masuk, dan terus nangis ditinggal ibunya
➢ Ibu Hamidah: Ada beberapa anak yang masih pendiam di kelas, jarang
bergaul. Tapi ada pula anak yang pendiam sekali, namum pintar dan
➢ Ibu Zohril: Tidak ada permasalahan yang fatal yang saya temukan.
Jawaban:
199
➢ Ibu Ratmiah: Melalui pendekatan ke orang tuanya dan memberikan
hal-hal kecil, seperti membuka sepatu sendiri, menaruh sepatu di rak, itu
TK memang begitu dan tidak hanya orang tua datang untuk membantu.
karakter.
dekati dan kasih arahan dengan lembut dan baik, serta mengetahui
karakter-karakter anak.
lain.
Jawaban:
➢ Ibu Ratmiah: Menurut saya sih sangat penting ya, makanya kita sering
200
mereka aplikasikan kepada anak-anak, sehingga anak merasa senang
sekali. Harus dimiliki oleh guru Kreativitas tinggi untuk menjadi modal
seminar, dan kami juga pernah mengirim satu orang guru ke Sidoarjo
membawa uang, melainkan membawa bekal dari rumah, terus etelah itu
makan bersama dan mengantri untuk mencuci tangan, dan masih banyak
lagi.
➢ Ibu Desi: Kreativitas itu memang sangat penting untuk guru dan
emosional anak.
➢ Ibu Zohril: Pasti itu Kreativitas atau keterampilan guru itu sangat
penting.
2. Jika ada problematika pada kreatvitas guru apakah menurut ibu apa saja
Jawaban:
optimal.
201
➢ Ibu Desi: Sebenarnya Kreativitas guru juga sangatlah berdampak bagi
tidak hanya itu saja, karena menurut saya Kreativitas guru itu
berdampak juga untuk segala bidang dan aspek yang di dalam lembaga
menjadi tidak semangat dan tidak tertarik untuk belajar. Apalagi untuk
guru itu, karena misalnya kalau ada anak yang bertengkar dan kemudian
tersebut maka nanti dampaknya anak tidak akan bisa berhenti bertengkar
bertengkar dan terus suasana menjadi rusuh. Bahkan jika guru main
tangan atau main kasar dengan memukul anak itu kan cara yang salah
besar dan dampaknya anak bakalan makin takut dan keras dan juga
202
Lampiran 3
Hasil Dokumentasi
203
Kalender Pendidikan Visi Misi dan Aturan Profil Sekolah
204
Kegiatan Proses Pembelajaran
205
206
207
208
209
210
211
212
213
214