Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI)
Oleh :
ۡٱلرح َٰم ِن ه
ۡۡٱلر ِح ِيم ِ ِبسۡ ِم ه
ۡٱَّلل ه
karena atas izin dan kuasa-Nya, karya tulis yang berjudul “Internalisasi Nilai-Nilai
dapat diselesaikan dengan baik. Semoga atas izin-Nya pula karya tulis ini dapat
saw, patut menghaturkan sholawat dan salam kepadanya, para keluarga dan
sahabatnya, semoga rahmat yang telah Allah limpahkan kepadanya akan sampai
Dalam penulisan skripsi ini, tidak sedikit tantangan dan hambatan yang
dialami, tetapi berkat pertolongan Allah swt dan motivasi serta dukungan dari
berbagai pihak akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan meskipun secara jujur
masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritikan
yang sifatnya membangun dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini dan
tidak lupa pula menyampaikan penghargaan ucapan terima kasih terutama kepada
Dr. Adri Lundeto, M.Pd.I selaku pembimbing I dan Dr. Mustafa, M.Pd.I selaku
dan pengarahan terbaik, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
baik.
Tak lupa pula ucapan terima kasih dan penghargaan penulis sampaikan
1. Delmus Puneri Salim, S.Ag, M.A., M.Res., Ph.D, selaku Rektor Institut
iv
2. Dr. Ardianto, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Mutmainah, M.Pd
5. Wakil dekan III Bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama Dr. Feiby Ismail,
M.Pd
7. Penguji 1 Dr. Moh. S. Rahman, M.Pd.I dan penguji 2 bapak Faisal Ade
M.Pd yang selalu memberikan saran serta masukan sehingga skripsi ini
Agama Islam Negeri (IAIN) Manado, yang telah banyak membantu penulis
11. Kedua orang tua tercinta Mama Satria Husain dan Papa Iskandar Bayahu,
v
12. Kepala MDTA Alkhairaat desa Tontalete, guru-guru serta orang tua peserta
penelitian ini.
13. Sahabat Rizka Djafar S.Pd yang telah berhasil menyelesaikan S1, Indarti
Purwanto yang saat ini juga masih dalam proses semoga bisa segera
menyelesaikan S1 bersama-sama
14. Sahabat seperjuangan PAI B 2017 Khususnya Rifaldi Potabuga, Deva Supit,
Makalalag, Yuni Luawo dan Devithania Enga, yang selama ini selalu
memberikan bantuan baik moral maupun material yang juga masih sama-
Landere, Nurul Lareken, Rahmatia Balu dan Mukhlis Karim yang selalu
16. Sahabat Veronica Suleman S.E, Rifai Mustapa, S.Tr.T yang selalu
membantu penulis baik dalam bentuk moral dan material dan juga selalu
17. Semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan satu persatu yang juga
Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan
semoga pula segala partisipasinya akan memperoleh imbalan yang berlipat ganda
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...................................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1-15
A. Internalisasi .............................................................................. 17
vii
G. Penguji Keabsahan Data .......................................................... 41
C. Pembahasan ............................................................................. 64
A. Kesimpulan .............................................................................. 74
B. Saran ........................................................................................ 75
viii
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Dokumentasi penelitian
x
ABSTRAK
xi
xii
BAB I
PENDAHULUAN
tidak hanya membawa dampak positif tetapi juga dampak negatif. Dampak negatif
yang dimunculkan membawa efek buruk kepada masyarakat terutama pada peserta
didik. Kebanyakan peserta didik terkena dampak negatifnya dari pada dampak
positifnya karena mereka masih sulit membedakan. Pendidikan agama seharusnya
didik dari pengaruh negatif lingkungan sekitar. Cara membentengi pengaruh negatif
karimah. Dalam menghadapi masalah tersebut, peserta didik harus memiliki bekal
pendidikan agama yang kuat. Peserta didik dengan kondisi psikologis yang belum
matang dan mudah terpengaruh lingkungan perlu dipersiapkan dengan baik yang
hanya dihafal sehingga hanya berhenti pada wilayah kognitif, tidak sampai
Mendidik anak sebagai generasi masa depan yang memiliki dasar nilai-nilai
keagamaan adalah mutlak jika diinginkan sebuah perubahan menuju perbaikan moral
anak dimasa yang akan datang demi kejayaan bangsa dan kemaslahatan agama,
1
Asmaun Sahlan, Mewujudkan Budaya Religius Di Sekolah: Upaya Mengembangkan
Teori Dari Teori Ke Aksi, (Malang: UIN Maliki Press, 2017), h. 76.
1
karena mereka akan merasakan fenomena kehidupan yang lebih kompleks dan jauh
berbeda dengan kondisi karakter yang dirasakan sekarang. Ajaran Islam menaruh
nilai akhlak tentang kejujuran. Allah swt berfirman dalam Q.S. An-Nisa‟/4: 9.
َي ُ ْ ذ َ َ ْ ُ َ ً َٰ َ ُٗ ذ َ ي ْ ُ َ َ َ َيَ ي َ ذ
ََ َعل يي ِه يم َفل َي ذخلوا َٱ
َّلل َضعفا َخافواِ ِيو َل يو َح َركوا َن يِو َخل ِف ِه يم َذ ّرِيث
َ ش َٱَّل
َ وۡلخ
ً َسد ٗ َ ْ ُ ُ ي
َ٩َيدا ِ َ َوۡلَلولواَك يوٗل
Terjemahnya
Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya
meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka
khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka
bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang
benar.2
Dalam tafsir Al-Misbah karangan M. Quraish Shihab dijelaskan penafsiran
Q.S. An-Nisa‟/5: 9 Dan hendaklah orang-orang yang memberi aneka nasihat
kepada pemilik harta, agar membagikan hartanya kepada orang lain sehingga
anak-anaknya terbengkalai, hendaklah mereka membayangkan seandainya
mereka akan meninggalkan di belakang mereka, yakni setelah kematian
mereka anak-anak yang lemah, karena masih kecil atau tidak memiliki harta,
yang mereka khawatir terhadap kesejahteraan atau penganiayaan atas mereka,
yakni anak-anak yang lemah itu.3 Apakah jika keadaan serupa mereka alami,
mereka akan menerima nasihat-nasihat seperti yang mereka berikan itu? Tentu
saja tidak! Karena itu hendaklah mereka takut kepada Allah, atau keadaan
anak-anak mereka di masa depan. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa
kepada Allah dengan mengindahkan sekuat kemampuan seluruh perintah-Nya
dan menjauhi larangan-Nya dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan
yang benar lagi tepat.
Akhlak yang merupakan salah satu bagian dari pada nilai-nilai pendidikan
Islam tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan umat manusia, terutama dalam
kehidupan anak atau peserta didik. Akhlak yang baik adalah mutiara hidup yang
membedakan makhluk manusia dan makhluk hewani. Manusia tanpa akhlak yang
2
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Surabaya: Halim, 2014), h.
78.
3
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Jilid 2, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 354.
2
baik akan hilang derajat kemanusiaannya sebagai makhluk Allah yang paling mulia
dan sempurna. Pada garis besarnya, ajaran akhlak sangat erat kaitannya dengan sikap
serta perbuatan manusia terhadap khalik dan makhluk, sehingga akhlak lebih dikenal
sebagai bentuk aplikasi dari ajaran akidah dan syariah. Sehingga untuk mengukur
kekokohan dari keimanan seseorang salah satu indikatornya dapat diketahui dari
diketahui melalui hukum syariah (wajib, haram, sunnah, makruh dan mubah).
َ ٌ َ َ َ ذ ََ َ َ ذ ََ َْ ْ َ ُ َ َ َ ذ
Sebagaimana dalam hadis Nabi Muhammad saw, bersabda:
ََْعو ْ َ ُْ َُ ُ ََ َ ذ
َحف ٍط َحدثيا َأ ِِب َحدثيا َاْلعهش َكال َحدث ِِن َصلِيق حدثيا َعهر َبو
ُ َ ْ ُ َ َْ َ َ ْ َُ َُّ ْ َ ْ َ َ ُذ ُ ُ ً َ َ َ ْ ذ ُ ْ َ
ََر ُسول وقَكالَكياَجلوساَنعَعت ِدَاّللَِة ِوَعه ٍروَُي ِدثياَإِذَكالَلمَيكو ٍ مْس
َُ َ ذُ َ َ َُ ُ ذ ً ّ ََُ ََ ً َ َذ َ ذ ذُ َ َْ َ َ ذ
َارك ْم خي
ِ َ حضا َِإَوىً ََكن َيلول َإِنِ حضا َوٗل َنخفِ اّللِ َظَّل َاّلل َعليًِ َوس َلم َفا
ً َْ َ ْ ُ ُ َ َ
4
)سيكمَأخَلكاَ(رواهَابلخاري ِ أحا
Artinya:
Telah menceritakan kepada kami 'Umar bin Hafsh telah menceritakan kepada
kami Ayahku telah menceritakan kepada kami al-A'masy dia berkata; telah
menceritakan kepadaku Syaqiq dari Masruq dia berkata; "Kami pernah duduk-
duduk sambil berbincang-bincang bersama „Abdullah bin 'Amru, tiba-tiba dia
berkata; "Rasulullah saw. tidak pernah berbuat keji dan tidak pula menyuruh
berbuat keji, bahwa beliau bersabda: "Sesungguhnya sebaik-baik kalian
adalah yang paling mulia akhlaknya”. (HR. al- Bukhari)
sebuah misi kerasulan. Akhlak yang dimaksud di sini bukan hanya akhlak yang baik
4
Abi„Abdillah Muhammad Ibn Ismail Ibn Ibrahim Ibn Mugirah, Bardizbah al- Bukhari al-
Ja‟fi, S{ah}ih} al-Bukhari, Juz IV (Beirut: Dar-al-Kutub al-„Ilmiyyah, 1992), h. 5578.
3
Mutu pendidikan agama yang ada saat ini belum memenuhi harapan
masyarakat pada umumnya. Ada beberapa indikasi atau gejala yang terjadi
kesadaran beribadah yang masih kurang serta kurangnya sopan santun dan rasa
hormat terhadap orang tua, guru dan teman sebaya. Belum lagi mengenai
ketercapaian peserta didik dalam mengikuti pelajaran agama di kelas yang masih jauh
dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Hal ini menjadi masalah dalam
pengembangan pendidikan agama di sekolah.
kelemahan. Muchtar Buchori menilai bahwa pendidikan agama saat ini masih gagal.
ajaran agama dan mengabaikan pembinaan aspek afektif dan kognitif, yakni
pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim
yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketaqwaannya kepada Allah swt.6
agama Islam diberikan pada satu mata pelajaran saja, yaitu mata pelajaran pendidikan
agama Islam atau yang biasa disebut PAI dalam alokasi waktu yang singkat yaitu 3
5
Abdul Majid, Belajar Dan Pembelajaran Agama Islam, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2014), h. 10.
6
Abdul Majid, Belajar Dan Pembelajaran Agama Islam, h. 16.
4
jam pelajaran saja dalam 1 minggu atau setara dengan 120 menit saja sehingga
pemahaman dan pendalaman peserta didik terhadap materi Pendidikan agama Islam
atau yang disebut PAI kurang maksimal. Oleh karena itu banyak peserta didik yang
Melihat fakta yang terjadi, kita harus mengakui bahwa upaya pendidikan
Nasional telah cukup banyak berperan, tetapi pelaksanaannya masih belum maksimal
dan hanya mampu menyentuh segelintir putra terbaik bangsa. Keterpurukan
pendidikan disebabkan oleh sistem pendidikan yang masih bersifat parsial sehingga
Madrasah Aliyah mereka mendapatkan materi pendidikan agama Islam lebih banyak.
Sesuai dengan Kepetusan Menteri Agama Nomor 184 tahun 2019 tentang pedoman
implementasi kurikulum pada madrasah, dalam kepetusan ini yang dimaksud dengan
madrasah adalah satuan pendidikan formal dalam binaan Menteri Agama yang
menyelenggarakan pendidikan umum dan kejujuran dengan kekhasan agama Islam
Madrasah Aliyah dan Madrasah Aliyah Kejuruan. Dalam struktur kurikulumnya mata
pelajaran agama yang termasuk di dalamnya yaitu Aqidah Akhlak, Fiqih, Al-Qur‟an
Hadits dan Sejarah Kebudayaan Islam.7 Dari jumlah jam pelajaran saja sudah sangat
jelas perbedaan antara sekolah umum dan sekolah yang berbasis Islam (madrasah).
7
Keputusan Menteri Agama Nomor 184 Tahun 2019 Tentang Pedoman Implementasi
Kurikulum Pada Madrasah, Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama
Republik Indonesia 2019, h. 7.
5
Dalam hal ini perlu ada suatu usaha yang nyata untuk menjaga atau
membentuk perilaku suatu generasi agar lebih baik. Hal ini sesuai dengan tujuan
bahwa “Pendidikan adalah usaha sadar belajar dan proses pembelajaran agar anak
nilai-nilai keagamaan dan keterampilan yang menjadikan anak menjadi manusia yang
utuh.
agama, hal tersebut dirasa belum cukup memadai untuk bekal keagamaan peserta
didik. Ilmu agama yang diperoleh dari sekolah dirasa masih jauh dari harapan, oleh
karena itu para orang tua berusaha melakukan berbagai cara untuk menambah
pendidikan agama bagi anak-anaknya. Salah satunya dengan cara memasukan anak-
anak mereka pada lembaga pendidikan keagamaan yang ada dimasyarakat seperti
TPQ (taman pengajian Al-Qur‟an) dan Madrasah Diniyah.
memberikan pengetahuan ilmu agama juga dapat memberikan aktivitas yang positif
telah memperlihatkan peran penting dalam membantu pendidikan agama bagi peserta
didik dari sekolah umum dan pembentukan moral serta budi pekerti luhur bagi
6
Secara teoretis seharusnya Madrasah Diniyah dapat membentuk kepribadian
atau menanamkan nilai-nilai keagamaan pada peserta didik. Hal ini sesuai dengan
menjadikan peserta didik beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
atau ditransformasikan pada awal kehidupan diusia dini agar nilai-nilai ini betul-betul
agama bagi peserta didik dalam usaha menanamkan nilai-nilai keagamaan pada
pendidikan formal yang ada dengan menanamkan nilai-nilai agama sebagai pondasi
dalam membentuk karakter yang Islami. Alkhairaat adalah organisasi Islam terbesar
di Indonesia Timur yang berbasis di Palu, Sulawesi Tengah. Organisasi ini didirikan
oleh ulama Arab Indonesia yang lahir di Hadhramaut bernama Habib Sayyid Idrus
bin Salim al-Jufri.8 Jadi Madrasah Diniyah Takmiliyah Awaliyah Alkhairat desa
yang hanya menempuh pendidikan di sekolah umum agar dapat menerima pendidikan
8
https://id.wikipedia.org/wiki/Alkhairaat
7
agama Islam yang cukup. Masyarakat dalam hal ini orang tua menganggap Madrasah
Tontalete karena di sana peserta didik bukan hanya sekedar belajar mengaji tetapi
juga belajar agama yang menyangkut Akhlak, Fiqih, Tarikh dan semua yang
menyangkut tentang agama. Maka dari itu, dalam pembelajaran di madrasah tersebut,
1. Rumusan Masalah
Dari uraian pokok masalah di atas, penulis dapat mengemukakan sub masalah
8
a. Bagaimana proses internalisasi nilai-nilai keagamaan pada peserta didik di
2. Batasan Masalah
Adapun batasan masalah pada penelitian skripsi ini adalah meliputi proses
dengan sholat lima waktu dan doa sehari-hari serta pengenalan huruf hijaiyah
(mengaji) begitu juga faktor penghambat dan pendukung pada peserta didik di
Untuk menghindari pemahaman yang keliru dari judul ini maka penulis akan
1. Internalisasi
terhadap suatu ajaran, doktrin atau nilai, sehingga merupakan keyakinan dan
9
keseharian akan kebenaran doktrin atau nilai yang diwujudkan dalam sikap dan
perilaku.9
Internalisasi menurut Kama Abdul Hakam dan Encep Syarif Nurdin diartikan
sebagai proses menghadirkan sesuatu nilai yang asalnya dari dunia eksternal menjadi
milik internal baik individu maupun kelompok. 10 Dengan demikian, internalisai nilai
artinya proses menanamkan nilai normatif yang menentukan tingkah laku sesuai
tujuan suatu sistem pendidikan. Internalisasi pada hakikatnya adalah sebuah proses
menanamkan nilai pada seseorang yang akan membuat pola pikirnya dalam melihat
realitas pengalaman.
Secara etimologi internalisasi berasal dari kata interen atau internal yang
berarti bagian dalam atau menunjukan suatu proses. Dalam kaidah Bahasa Indonesia
sebagainya.11
2. Nilai-Nilai Keagamaan
perasaan, keterkaitan maupun perilaku.12 Namun akan berbeda jika nilai itu dikaitkan
9
https://kbbi.web.id/internalisasi
10
Kama Abdul Hakam dan Encep Syarif Nurdin, Metode Internalisasi Nilai-Nilai
(Untuk Modifikasi Perilaku Berkarakter), (Bandung: Maulana Media Grafika, 2016), h. 5-6.
11
Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan Dan
Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka ,1989), h. 336.
12
Abu Ahmadi & Noor Salimi, Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam, Cet.Ke-5,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 202.
10
dengan agama, karena nilai sangat erat kaitannya dengan perilaku dan sifat-sifat
Dalam kamus besar bahasa Indonesia nilai adalah sifat-sifat atau hal-hal yang
penting atau berguna bagi kemanusiaan. Seperti yang disampaikan Noor Syalimi
bahwa nilai adalah suatu penetapan atau suatu kualitas objek yang menyangkut suatu
jenis atau apresiasi atau minat. Selain itu, menurut Scope mendefinisikan tentang
mengandung tata aturan yang dinyatakan benar oleh masyarakat karena mengandung
sifat kemanusiaan yang pada gilirannya merupakan perasaan umum, identitas umum
yang oleh karenanya menjadi syariat umum dan akan tercermin dalam tingkah laku
manusia.
Arti kata agama dalam KBBI adalah ajaran, sistem yang mengatur tata
keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta tata
lingkungannya.14
Agama dalam bahasa Arab Al-din, religi dan Al-din berarti undang-undang
atau hukum. Kemudian dalam bahasa Arab, kata ini mengandung arti menguasai,
menundukan, patuh, utang, balasan, kebiasaan. Secara etimologi, kata agama bukan
berasal dari bahasa Arab melainkan diambi dari istilah bahasa sansekerta agama
terdiri dari kata A= tidak dan gama= kacau. Dengan demikian, agama adalah sejenis
13
Abd. Azis, Filsafat Pendidikan Islam, (Surabaya: El Kaf, 2006), h. 102.
14
https://kbbi.web.id/agama
11
peraturan yang menghindarkan manusia dari kekacauan, serta mengantarkan manusia
Ada pula yang menyatakan agama terangkai dari dua kata, yaitu A= tidak,
gam= pergi, sedangkan kata akhiran A= merupakan sifat yang menguatkan yang
kekal. Jadi istilah agama berarti tidak pergi atau tidak berjalan, tetap di tempat atau
diwarisi turun temurun alias kekal. Sehingga pada umumnya kata agama mengandung
yang mendorong jiwa seseorang yang mempunyai akal untuk kehendak dan
Secara etimologi, nilai keagamaan berasal dari dua kata yakni: nilai dan
suatu tipe kepercayaan yang berada pada suatu lingkup sistem kepercayaan dimana
seseorang bertindak atau menghindari suatu tindakan, atau mengenai sesuatu yang
dianggap pantas atau tidak pantas. Sedangkan keagamaan merupakan suatu sikap atau
kesadaran yang muncul yang didasarkan atas keyakinan atau kepercayaan seseorang
Dari uraian tersebut dapat diambil pengertian nilai agama Islam adalah
sejumlah tata aturan yang menjadi pedoman manusia agar dalam setiap tingkah
15
H. Baharuddin, Muliono, Psikologi Agama, (Malang: Departemen Agama UIN
Malang, 2008), h. 9.
16
Abudin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2003), h. 14.
17
Asmaun Sahlan, Mewujudkan Nilai Relegius Disekolah, (Malang: UIN Maliki
Press, 2010), h. 1.
12
lakunya sesuai dengan ajaran agama Islam sehinggah dalam kehidupannya dapat
mencapai keselamatan dan kebahagiaan lahir dan batin dunia dan akhirat.
3. Peserta Didik
Dalam UU NO.20 Tahun 2003 Peserta didik adalah anggota masyarakat yang
Sebagai individu yang tengah tumbuh dan berkembang, peserta didik memerlukan
ilmu-ilmu keagamaan tanpa ada muatan pelajaran umum. Mata pelajaran yang
diberikan adalah lebih spesifik mempelajari ilmu-ilmu Al-Qur‟an, Hadits, Fiqih, SKI,
Bahasa Arab dan ilmu-ilmu lainnya seperti nahwu, shorof, akidah akhlak.
pemerintah. Proses pengajaran tidak terikat sama sekali dengan aturan sentralistik
dari pemerintah.
18
Undang-Undang No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1
Ayat 4.
19
Donni Juni Priansa, Kinerja dan Profesionalisme Guru, h. 265-266.
13
Madrasah Diniyah Takmiliyah Awaliyah merupakan salah satu lembaga
peserta didik SD/MI sederajat maupun anak usia pendidikan setingkat. Jenjang dasar
Kecamatan Kema Kabupaten Minahasa Utara adalah sekolah berbasis Islam di bawah
dan pelengkap dari sekolah pendidikan formal yang pendidikan agama yang
diberikan disekolah formal hanya sekitar 2 jam yang dirasa belum cukup khususnya
nilai normatif yang menentukan tingkah laku sesuai tujuan suatu sistem pendidikan
dengan sejumlah tata aturan yang menjadi pedoman manusia dalam setiap tingkah
laku agar sesuai dengan ajaran Agama Islam yang dilakukan pada peserta didik yang
20
Pedoman Penyelenggaraan Madrasah Diniyah, Kementrian Agama RI Direkorat Jendral
Pendidikan Islam Direktorat Pendidikan Diniyah Dan Pesantren, 2014.
14
Islam sebagai pelengkap bagi peserta didik SD/MI sederajat maupun anak usia
pendidikan setingkat.
1. Tujuan Penelitian
2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat baik secara teoretis dan praktis.
1) Bagi peneliti
15
pengalaman dalam pengembangan Pendidikan Agama Islam dan
2) Bagi pendidik
16
BAB II
LANDASAN TEORETIS
A. Internalisasi
yang mendalam dan menghayati nilai-nilai keagamaan yang dipadukan dengan nilai-
nilai pendidikan secara utuh yang objeknya menyatuh dalam kepribadian peserta
didik sehingga menjadi satu karakter. Pada dasarnya internalisasi telah ada sejak
manusia lahir. Internalisasi muncul melalui komunikasi yang terjadi dalam bentuk
nilai-nilai yang harus melekat pada diri mereka sendiri. Berikut ini definisi
yang sasarannya sampai pada pemikiran nilai yang menyatuh dalam kepribadian
peserta didik.21 Menurut Mulyana, internalisasi adalah menyatuhnya nilai dalam diri
seseorang, atau dalam bahasa psikologi merupakan penyesuaian nilai, sikap,
seseorang yaitu mulai saat ia dilahirkan sampai akhir hayat. Proses internalisasi dapat
dirinya dan dalam masyarakatnya yang sudah tercipta dalam bentuk serangkaian
norma dan praktik. Hal ini sama halnya dengan pendapat Marmawi Rais yang
21
Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006), h.
93.
22
Hamdani Ihsan dan Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2007),
h. 155.
17
menyatakan bahwa proses internalisasi lebih cepat terwujud melalui keterlibatan
dihormati dan dijadikan panutan, sehingga dia dapat menerima serangkaian norma
akan lebih mudah terwujud melalui adanya karakter-karakter panutan, seseorang akan
lebih mudah untuk meniru sesuatu melalui peran keteladanan sehingga seseorang itu
dapat dengan cepat menerima serangkaian norma yang ditampilkan tersebut.
nilai yang ingin diinternalisasikan sampai dengan tahap pemilikan nilai menyatu
dalam kepribadian peserta didik atau sampai pada taraf karakterisasi. Proses
Tahap transformasi nilai adalah proses yang dilakukan oleh pelatih, mentor
atau guru dalam menginformasikan nilai baik atau kurang baik. Tahap ini hanya
terjadi proses komunikasi verbal dengan peserta didik. Transformasi nilai sifatnya
hanya berupa pemindahan pengetahuan dari guru kepada peserta didik artinya tahap
dua arah secara timbal balik, sehingga terjadi interaksi. Tahapan ini guru tidak hanya
menyajikan informasi tentang nilai yang baik dan buruk, tetapi juga mempengaruhi
23
Kama Abdul Hakam dan Encep Syarif Nurdin, Metode Internalisasi Nilai-Nilai (Untuk
Modifikasi Perilaku Berkarakter), h. 14.
18
nilai peserta didik untuk terlibat dalam melaksanakan dan memberikan contoh dan
peserta didik diminta memberikan respon yang sama, yakni menerima dan
3. Tahap Trans-internalisasi
proses yang bukan hanya komunikasi verbal tetapi juga disertai komunikasi
Secara umum internalisasi akan berjalan dan berlangsung dalam aktivitas lembaga
pendidikan, baik pada kegiatan belajar mengajar (KBM) maupun kegiatan lain yang
telah diagendakan.
Adapun dalam hal pendekatan, internalisasi nilai-nilai pendidikan agama
24
Kama Abdul Hakam dan Encep Syarif Nurdin, Metode Internalisasi Nilai-Nilai (Untuk
Modifikasi Perilaku Berkarakter), h. 14.
25
Kama Abdul Hakam dan Encep Syarif Nurdin, Metode Internalisasi Nilai-Nilai (Untuk
Modifikasi Perilaku Berkarakter), h. 14.
19
2. Pendekatan pembiasaan, yakni memberikan kesempatan peserta didik untuk
terpuji, maupun yang tidak langsung melalui suguhan ilustrassi berupa kisah-
kisah keteladanan.26
Internalisasi nilai agama Islam adalah suatu proses pemasukan nilai agama
Islam secara penuh ke dalam hati, sehingga ruh dan jiwa bergerak berdasarkan ajaran
agama Islam. Internalisasi nilai Agama islam terjadi melalui pemahaman ajaran
agama Islam secara utuh dan diteruskan dengan kesadaran akan pentingnya ajaran
Oleh karena itu seberapa banyak dan seberapa jauh nilai-nilai agama bisa
26
Muhaimin, dkk, Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama
Islam Disekolah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002), h. 174.
20
mempengaruhi dan membentuk sikap serta perilaku seseorang sangat bergantung dari
religiusnya akan muncul dan terbentuk. Jika sikap religius terbentuk, maka nilai-nilai
agama menjadi pesat nilai dalam menyikapi segala sesuatu dalam kehidupan. 27
B. Nilai-Nilai Keagamaan
berkualitas untuk dijadikan pegangan atau pedoman dalam bersikap atau bertindak.28
Istilah nilai dalam Pendidikan Agama Islam dalam hal ini penanaman nilai-
nilai keagamaan dapat dipahami sebagai sesuatu yang disetujui dalam Islam. Dalam
menimbang kembali atau prihatin tentang suatu hal. Religiusitas lebih melihat aspek
yang didalam lubuk hati, moving in the deep hart, riak getaran hati nurani pribadi,
sikap personal yang sedikit banyak merupakan misteri bagi orang lain.29
Secara hakiki nilai agama merupakan nilai yang memiliki dasar kebenaran
yang paling kuat dibandingkan dengan nilai-nilai lainnya. Nilai ini bersumber dari
kebenaran tertinggi yang datang dari Tuhan. Karena itu nilai tertinggi yang harus
27
Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam, (Upaya Pembentukan Pemikiran dan
Kepribadian Muslim), (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), h. 10.
28
Kama Abdul Hakam dan Encep Syarif Nurdin, Metode Internalisasi Nilai-Nilai (Untuk
Modifikasi Perilaku Berkarakter), h. 1.
29
Latief Supaati, Sastra: Eksistensialisme-Mistisisme Religius, (Lamongan: Pustaka Ilalang,
2008), h. 175.
21
dicapai adalah adanya kelarasan semua unsur kehidupan. Antara kehendak manusia
dan Tuhan, antara ucapan dan tindakan, atau antara itikad dan perbuatan.30
ibadah dan akhlak yang dilakukan secara sadar, terencana dan bertanggung jawab
ini menyangkut nilai ketuhanan, kepercayaan, ibadah, ajaran, pandangan dan sikap
hidup serta amal yang terbagi dalam baik dan buruk. Adapun yang dimaksud penulis
di sini adalah bahwa nilai-nilai keagamaan yang perlu ditanamkan pada anak adalah
nilai keimanan, ibadah dan akhlak. Dalam melaksanakan pendidikan agama Islam
melalui penanaman nila-nilai keagamaan pada anak yang menjadi dasar pokok adalah
agama secara totalitas yang diselenggarakan di dalam suatu lingkungan tertentu untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang searah dengan tujuan pendidikan nasioanl, yang
30
Achmad Gozali, Triyo Suprianto dan Zulfi Mubaraq, Strategi Internalisasi Nilai-Nilai
Keislaman Santri Berbasis Entrepreneurship,(Batu: Literasi Nusantara, 2020), h. 30.
31
Muzakir, Peranan Nilai-Nilai Dasar Keagamaan Terhadap Pembinaan Karakter Peserta
Didik Di SMKN2 Kota Pare-Pare, Jurnal Studi Pendidikan Vol X1V No 2, Al-Ishlah Juli-Desember
2016, h. 182.
22
Adapun faktor-faktor tersebut, para ahli pendidikan membagi menjadi lima faktor,
yaitu tujuan, pendidik, anak didik, metode dan faktor alam sekitar.32
Materi merupakan segala sesuatu yang diberikan pendidik kepada peserta didik dalam
rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan sesuai dengan tingkat perkembangan
peserta didiknya. Adapun materi yang perlu diberikan dalam penanaman nilai
bersumberkan dari Al-Qur‟an dan merupakan segi teoretis yang dituntut pertama-
tama dan terdahulu dari segala sesuatu untuk dipercaya dengan suatu keimanan yang
tidak boleh dicampuri oleh keragu-raguan dan dipengaruhi oleh persangkaan. Dalam
dan rasul Allah, hari akhir, serta qada‟dan qadar. Tidaklah cukup kalau kita hanya
menyatakan percaya kepada Allah, tetapi tidak percaya dengan keagungan dan
32
Muhammad Zein, Metodologi Pengajaran Agama, (Yagyakarta: Ak Grup Dan Indra Buana,
1990), h. 32.
33
Muhammad Nur Syams, Filsafat Pendidikan Dan Dasar Filsafat Pendidikan Pancasila, h.
134.
34
Abuddin Nata, Studi Islam Komprehensif, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 128.
23
dilaksanakan, karena agama bukanlah semata-mata kepercayaan. Agama adalah iman
dan amal saleh.35 Iman juga berarti kepercyaan yang berkenaan dengan agama, yakin
Keimanan merupakan hal yang paling pokok dan mendasar dalam Islam,
karena menyangkut seluruh aspek kehidupan manusia lahir dan batin. Iman
merupakan keyakinan dalam hati, diucapkan dengan lisan dan dilakukan dengan
perbuatan. Hanya dengan iman yang kuat seorang dapat melakukan ibadah dengan
baik dan dapat menghiasi diri dengan akhlakul karimah.
2. Ibadah
Setiap keyakinan akan dianggap lengkap jika hal itu direalisasikan dalam
perbuatan yang nyata dan itulah yang dianggap sebagai iman sejati. Ibadah adalah
salah satu sendi agama Islam yang harus ditegakkan, karena sesungguhnya Allah
Kata ibadah berasal dari kata ‘Abada yang berarti patuh, tunduk,
menghambahkan diri dan amal yang diridhoi Allah. Ibadah selanjutnya sudah masuk
kedalam kosa kata bahasa Indonesia yang diartikan kebaktian kepada Tuhan,
perbuatan dan sebagainya untuk menyatakan bakti kepada tuhan, seperti sholat,
berdoa dan berbuat baik. Ahli ibadah, artinya orang-orang yang memenuhi kewajiban
Islam.37
35
Mawardi Lubis, Evaluasi Pendidikan Nilai Perkembangan Moral Keagamaan Mahasiswa
PTAIN, (Bengkulu: Pustaka Belajar 2011), h. 24-25.
36
Abuddin Nata, Studi Islam Komprehensif, h. 128.
37
Abuddin Nata, Studi Islam Komprehenif, h. 138.
24
Dapat dipahami bahwa ibadah adalah bukti bahwa manusia meyakini
Adapun pokok-pokok ibadah yang dimaksud dalam rukun islam yaitu mengucapkan
dua kalimat syahadat, melaksanakan sholat, berzakat, puasa dan naik haji bagi yang
mampu. Hal itu yang menjadi ibadah utama bagi umat islam.
kehidupan yang sesuai dengan ketentuan Allah swt yang dilakukan dengan ikhlas
untuk mendapatkan ridho Allah swt. Ibadah dalam pengertian inilah yang dimaksud
dilakukan untuk mendapatkan ridho Allah swt dan tidak dilarang untuk dilakukan
oleh manusia.
untuk menyembah-Ku bukan karena Aku membutuhkan mereka. Ali Ibnu Abu
Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a yakni agar mereka mengakui
38
Abu Ahmadi dan Noor Salimi, Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam, Cet.Ke-5, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2008), h. 240.
39
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Surabaya: Halim, 2014), h. 523
40
http://www.ibnukatsironline.com/2015/10/tafsir-surat-adz-dzariyat-ayat-52-6.html?m=1
25
Berdasarkan tafsir ayat di atas dapat dipahami bahwa Allah swt menciptkan
manusia untuk mengabdi kepada-Nya bukan karena Allah swt membutuhkan manusia
akan tetapi agar supaya manusia mengakui dirinya sebagai hamba Allah swt baik
Secara harfiah ibadah berarti bakti manusia kepada Allah swt, karena
didorong dan dibangkitkan oleh akidah tauhid. Ibadah sebagai upaya mendekatkan
diri kepada Allah swt dengan mentaati segala perintah-Nya, menjahui segala
larangan-Nya dan mengamalkan segala yang diizinkan-Nya.41
yaitu mengabdi kepada Allah swt dengan cara melaksana segala yang diperintahkan
seperti perintah sholat, meninggalkan yang dilarang seperti mengambil barang orang
lain dan mengerjakan segala perbuatan baik yang dibolehkan oleh-Nya seperti
b. Ibadah ghoiru mahdhoh yaitu ibadah yang tata cara pelaksanaannya tidak
ditetapkan dengan jelas. Dengan kaidah tidak adanya dalil yang melarang,
41
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, h. 82.
42
Abu Ahmadi dan Noor Salimi, Dasar-Dasar Pendidikan Islam, h. 241.
26
Sedangkan Ibadah ditinjau dari bentuk dan sifatnya ada lima macam, yaitu: 43
a. Ibadah dalam bentuk perkataan atau lisan, seperti berdzikir, berdo‟a, dan
membaca Al-Qur‟an
puasa, I‟tikaf.
Adapun ibadah yang perlu dikenalkan kepada anak semenjak kecil yaitu
3. Akhlak
Akhlak dalam Islam memiliki hubungan yang sangat erat dengan akidah dan
syariah, bahkan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Meskipun
demikian ketiganya dapat dibedakan satu sama lain. Akhlak sebagai suatu sistem nilai
etika menggambarkan arah dan tujuan yang hendak dicapai oleh agama. Oleh karena
itu, ketiga kerangka dasar Islam tersebut harus terintegrasi dan bersinergi dalam diri
seorang muslim. Muslim yang baik adalah orang yang memiliki akidah yang lurus
dan kuat yang mendorongnya untuk melaksanakan syariah yang hanya ditujukan
43
Ahmad Thib Raya, Menyelami Seluk Beluk Ibadah Dalam Islam, (Jakarta: Prenada Media,
2003), h. 138.
44
Marzuki, Pendidikan Karakter Islam, Cet.ke-1, (Jakarta: Amzah, 2019), h. 14-15.
27
Nabi Muhammad sebagai rasul terakhir, beliau diutus oleh Allah ke dunia
salah satu sendi dalam Islam yang tidak boleh diabaikan. Islam mengajarkan kepada
manusia bagaimana akhlak pada Allah, sesama manusia dan sesama makhluk
ciptaannya. Hal ini akan terpelihara dengan baik bila masing-masing telah mengisi
dirinya dengan akhlakul karimah, karena hanya dengan akhlakul karimah inilah akan
tumbuh manusia-manusia mulia yang sehat jasmani rohani dan siap menjadi kader
Akhlak merupakan salah satu hasil yang keluar dari akidah dan syariah,
bagaikan buah yang keluar dari cabang pohon yang rindang. Perumpamaan ini
menunjukkan arti bahwa kualitas amal saleh yang dilakukan oleh seseorang
merupakan cermin kualitas iman dan Islam seseorang. Perilaku tersebut baru dapat
pelaksanaannya didasari dengan pengetahuan syariah Islam. Kualitas iman dan Islam
dapat diukur dari kualitas sikap dan perilaku dalam kehidupan sehari-hari.45
Pembinaan akhlak sebenarnya menjadi tanggung jawab setiap umat muslim
yang dimulai dari tanggung jawab terhadap dirinya lalu keluarganya. Ketika disadari
bahwa tidak semua umat muslim mampu mengemban tanggung jawab tersebut,
kemampuan untuk itu. Para guru dan para da‟i memiliki tanggung jawab untuk
pembinaan karakter umat Islam melalui pendidikan Islam, baik institusi formal
45
Mawardi Lubis, Evaluasi Pendidikan Nilai Perkembangan Moral Keagamaan Mahasiswa
PTAIN, h. 128.
28
maupun nonformal, sementara orang tua memiliki tanggung jawab dalam institusi
pendidikan informal.46
agama Islam, tempat proses belajar-mengajar ajaran agama Islam secara formal yang
mempunyai kelas (dengan sarana antara lain meja, bangku, buku, papan tulis dll) dan
merupakan salah satu dari sebuah lembaga pendidikan kepada peserta didik dalam
bidang keagamaan.
masyarakat belajar, terlebih lagi bersumber dari aspirasi masyarakat yang sekaligus
mutunya oleh semua komponen bangsa, termasuk pemerintah dan pemerintah daerah,
46
Marzuki, Pendidikan Karakter Islam, h. 6.
47
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam 3, (Jakarta: Ikhtiar Baru Van Hoeve,
2002), h. 105.
29
salah satunya melalui peraturan wajib belajar Madrasah Diniyah yang ditetapkan
khusus, akan tetapi pendidikan yang dilaksanakan harus merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari sistem pendidikan nasional. Bahwa pendidikan pada madrasah harus
pendidikan dan pengajaran secara klasikal dalam pengetahuan agama Islam kepada
jalur luar sekolah yang diharapkan mampu secara terus menerus memberikan
pendidikan agama Islam kepada anak didik yang tidak terpenuhi pada jalur sekolah
yang diberikan melalui sistem klasikal serta menerapkan jenjang pendidikan yaitu
48
Jalaludin, Teknologi Pendidikan, (Jakarta : Pt Raja Grafindo Persada, 2001), h. 5.
49
Mahfud Djunaedi, Rekontruksi Pendidikan Islam di Indonesia, Cet.ke-2, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2006), h. 99.
50
Direktorat Pendidikan Keagamaan Dan Pondok Pesantren Dirjen Kelembagaan Agama,
Pedoman Penyelenggaraan Dan Pembinaan Madrasah Diniyah, (Jakarta: Depertemen Agama RI,
2003), h. 3.
30
Ulya.51 Tingkat pertama atau dasar (Awaliyah), proses pendidikannya ditempuh
selama 4 (empat) tahun dengan jumlah jam pelajaran 18 jam dalam seminggu.
Tingkat Menengah (Wustha), masa belajarnya adalah dua tahun dengan jumlah jam
pelajaran 18 jam dalam seminggu, sedangkan tingkat atas (Ulya), masa belajar dua
tahun dengan jumlah jam 18 jam pelajaran perminggu. Secara umum, dalam program
pengajaran Madrasah Diniyah terdapat beberapa bidang studi yang diajarkan seperti
Al-Qur‟an, Hadits, Akidah Akhlak, Fiqih, Sejarah Kebudayaan Islam, Bahasa Arab
dan Praktek Ibadah.52
Madrsah Dinyah dan Taman Pengajian Al-Qur‟an memiliki status yang sama
Islam pada masyarakat, akan tetapi cakupan kegiatan belajar Madrasah Diniyah lebih
luas dari pada TPA (Taman Pengajian Al-Qur‟an) atau juga sering disebut TPQ
(Taman Pengajian Qur‟an). Jika dalam pelaksanaannya TPA dan TPQ hanya
tingkah laku dalam kehidupan bermasyarakat, serta beberapa pelajaran lain seperti
51
Direktorat Pendidikan Keagaman Dan Pondok Pesantren Dirjen Kelembagaan Agama,
Pedoman Penyelanggran Dan Pembinaan Madrasah Diniyah, h. 7.
52
Fathor Rachman, Ach. Maimun, “Madrasah Diniyah Takmiliyah (MDT) Sebagai Pusat
Pengetahuan Agama Masyarakat Pedesaan (Studi tentang Peran MDT Di Desa Gapura Timur, Gapura
Sumenep),” Jurnal Pendidikan ‟Anil Islam Vol. 9, no. 1 (Juni 2016): 22-24
31
Tauhid, Hadist, dan Tafsir yang juga sangat bermanfaat bagi setiap pribadi yang
memahaminya.53
dengan memperhatikan situasi serta kearifan lokal dan memegang prinsip yang
dengan penelitian yang dilakukan, yang telah dilakukan oleh peneliti lain. Penelitian
relevan juga bermakna berbagai referensi yang berhubungan dengan penelitian yang
akan dibahas.
1. Skripsi yang disusun oleh Suhardi Suwardoyo dengan judul “Internalisasi
53
Zulfia Hanum Alfi Syahr, “Membentuk Madrasah Diniyah Sebagai Alternatif Lembaga
Pendidikan Elite Muslim Bagi Masyarakat,” Intizar 22 No. 2 (2016): 395.
32
implikasi dari upaya internalisasi nilai-nilai PAI dalam mengembangkan
sikap dan keteladanan guru. Kedua yakni pembiasaan ekstra kurikuler dan
kurikuler. Ekstra kurikuler melalui pendalamn agama, sholat duha dan dzuhur
berjamaah, sedekah, pembacaan rotibul haddad, yasin, dan asmaul husna.
Kegiatan PHBI, tausiah bersama DAQU (Darul Qur‟an) Dan KH. Baidlowi
Muslich, dan pondok romadon, sedangkan kurikuler melalui K 13. 2). Faktor
keluarga, SDM yang rendah, kondisi psikologis dan fasilitas yang kurang.
Solusinya yakni penguatan kerjasama guru dan wali murid serta nasehat guru.
Yang mana terwujud terhadap perubahan diri peserta didik yakni, mampu
54
http://etheses.uin-malang.ac.id/12339/
33
2. Skripsi yang disusun oleh Nisaul khoiroh, dengan judul “Internalisasi Nilai-
Setelah melihat visi dan misi SMA LKMD Sidomukti yang mengunggulkan
mulia.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di SMA LKMD Sidomukti dapat
sudah baik akan tetapi masi terdapat beberapa faktor penghambat lainnya
yaitu masi ada beberapa siswa yang belum mengikuti semua kegiatan
55
https://repository.metrouniv.ac.id/id/eprint/852/1/SKRIPSI%20NISAUL%20KHOIROH%2
0NPM.%2014114981.pdf
34
Perbedaan skripsi yang disusun oleh Suhardi Suwardoyo dengan judul
Kecerdasan Spiritual Peserta Didik (Studi Kasus Di MTs Sunan Kalijogo Malang)
dengan yang penulis teliti terletak pada pengembangan kecerdasan spiritual peserta
Timur Lampung Utara mempunyai perbedaan dengan skripsi yang diteliti oleh
penulis dan perbedaan tersebut terletak pada pembentukan akhlak dan nilai-nilai
35
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa
yang dialami oleh subjek penelitian.56 Dengan demikian maka pendekatan penelitian
Dengan demikian pendekatan ini digunakan dalam penelitian ini, dimaksudkan untuk
1. Tempat Penelitian
56
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT Remaja
Rosdakarya, 2006), h. 6.
57
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 26
36
2. Waktu Penelitian
peneliti diizinkan meneliti oleh pihak sekolah serta sampai pada tahap penyusunan.
C. Sumber Data
Sumber data yang digunakan oleh peneliti adalah pihak-pihak yang memilki
kompetensi dalam penelitian ini. Dalam hal ini peneliti mengambil dua sumber data,
Sumber data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data
kepada pengumpul data.58 Data primer atau data utama adalah data yang diambil
secara langsung melalui wawancara, observasi pada pihak-pihak yang terkait dengan
penelitian. Sumber data utama dalam penelitian ini adalah kepala Madrasah Diniyah
Takmiliyah Awaliyah (MDTA) Alkhairaat Tontalete, guru dan orang tua peserta
didik.
2. Data Sekunder
data sekunder diperoleh dari foto-foto yang dapat mendukung data primer dalam
penelitian ini. Adapun data sekunder yang digunakan adalah buku-buku yang
58
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2016), h. 225.
59
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D, h. 225.
37
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Wawancara
lain-lain.60
nilai-nilai keagamaan serta faktot penghambat dan faktor pendukung dalam proses
2. Observasi
Observasi partisipatif, peneliti mengamati apa yang dikerjakan orang,
mendengarkan apa yang mereka ucapkan dan berpartisipasi dalam aktivitas mereka. 61
Adapun observasi dalam penelitian ini peneliti melakukan untuk mendapatkan data
yang berkaitan dengan proses internalisasi nilai-nilai keagamaan pada peserta didik
60
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 186.
61
Sugiyono, Metodologi Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, h. 227.
38
3. Dokumentasi
data yang berasal dari sumber non manusia. 62 Metode dokumentasi ini digunakan
E. Instrumen Penelitian
instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena
alam maupun sosial yang diamati. Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang
digunakan peneliti untuk mengumpulkan data dalam arti lebih akurat, lengkap dan
sistematis, sehingga lebih mudah untuk diproses agar memudahkan pekerjaannya dan
pedoman dokumentasi.
secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara observasi dan
62
Sugiyono, Metodologi Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, h. 244.
63
Sugiyono, Metodologi Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, h. 137.
39
ke dalam ketegori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke
dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari dan membuat
kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri dan orang lain.64 Analisis data
kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data yang
setelah selesai di lapangan.65 Analisis data yang digunakan yaitu model Miles dan
Huberman:
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak. Untuk itu maka
perlu dicatat secara teliti dan rinci. Seperti telah dikemukakan, semakin lama peneliti
ke lapangan, maka jumlah data akan semakin banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu
permasalahan penelitian. Setelah data yang dibutuhkan ada, maka peneliti melakukan
reduksi data sesuai dengan tema dan topik yang sesuai gunanya untuk memudahkan
Dalam penelitian kualitatif penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian
singkat, bagan, hubungan antar kategori dan sejenisnya. Yang paling sering
64
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, h. 368.
65
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, h. 244-245.
66
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, h. 247.
40
digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang
bersifat naratif.67
Penyajian data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara menyajikan seluruh
informasi penting yang didapatkan dari informan baik melalui observasi, wawancara
dan dokumentasi.
analisis data. Baik yang berasal dari catatan lapangan saat wawancara, observasi,
Pada tahapan ini, penelitian menganalisis data yang terkumpul yang terdiri
dari hasil wawancara, observasi, dokumentasi, pekerjaan analisis data dalam hal ini
mengkategorisasikannya.
tertentu. Ada empat kriteria yang digunakan, yaitu derajat kepercayaan (credibility),
(confirmability).69
67
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, h. 249.
68
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, h. 252.
69
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 324.
41
Untuk menjamin keabsahan data, peneliti menggunakan teknik triangulasi.
Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari
berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Dengan demikian
1. Triangulasi sumber
antar narasumber terkait dan membandingkan data hasil dokumentasi antar dokumen.
Triangulasi sumber ini digunakan oleh peneliti untuk mengecek data yang diperoleh
2. Triangulasi Teknik
mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya data
yang diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi dan dokumentasi.72
3. Triangulasi Waktu
dengan wawancara, observasi, atau teknik lain dalam waktu yang berbeda. 73
70
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, h. 273.
71
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, h. 274.
72
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, h. 274.
73
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, h. 274.
42
BAB IV
dasar yang ada di desa Tontalete atas usulan dari Bapak Mansur Wumu salah satu
pegawai syari di masjid Al-Hijrah Desa Tontalete dan salah satu pemuda remaja
masjid yang berstatus mualaf yang ikut prihatin kepada pendidikan agama Islam
di desa Tontalete. Oleh karena itu, mereka mengadakan rapat bersama Imam
Masjid, BTM dan jama‟ah masjid Al-Hijrah desa Tontalete untu membuat sekolah
khsusus untuk anak SD yang awalnya disebut sekolah Arab. Sekolah Arab ini
berdiri pada tahun 1991. Setelah beberapa kemudian atas kesepakatan bersama
pendidik dari awal berdirinya masih menggunakan sistem gotong royong dari
43
harian kepada peserta didik yang menimbah ilmu di sana. Seribu atau dua ribu
yang dimasukan dalam kotak setiap sebelum masuk pembelajaran. Sehingga pada
Tahun 2004 dengan sumbangan dana dari jamaah akhirnya Madrasah Diniyah
Masjid.
Awaliyah adalah selama 4 tahun. Oleh karena itu dari BTM membentuk komite
madrasah yang baru yang berlokasi di desa Tontalete wilayah jaga V yang
lokasinya cukup jauh dari lokasi awal. Pada tahun 2014 Madrasah Diniyah
Awaliyah.
a. Visi
b. Misi
44
2) Melaksanakan pembelajaran, pelatihan dan bimbingan agama,
berakhlakul karimah.
3. Identitas Madrasah
Tabel 4.1
a. Nama Sekolah : Madrasah Diniyah Awaliyah Alkhairaat
b. Alamat : Jaga V, desa Tontalete kecamatan Kema
kabupaten Minahasa Utara provinsi
Sulawesi Utara
c. Didirikan Pada : 11 November 1991
d. Status Sekolah : Terdaftar
e. Penyelenggara Lembaga : Majelis Pendidikan Alkhairaat
f. Waktu Pelaksanaan : Siang-sore (14.00 s/d 17.00)
g. Banyaknya pertemuan : 6 kali dalam seminggu (Senin-sabtu)
h. Bangunan Sekolah : Milik Jama‟ah Islam desa Tontalete
i. Identitas Kepala Madrasah
Nama dan Gelar : Suriyani Endang Gobel, S.Pd
Pendidikan Terakhir : S1 Pendidikan Agama Islam
45
4. Sarana dan Prasarana Madrasah
Tabel 4.2
a. Unit Sekolah :1
b. Ruang kelas :4
c. Ruang guru :-
d. WC :-
e. Tempat Wudhu :1
f. Ruang Ibadah :1
Tabel 4.3
Kelas 1 : 19 orang
Laki-laki : 10 orang
Perempuan : 9 orang
Kelas 2 : 17 orang
Laki-laki : 9 orang
Perempuan : 8 orang
Kelas 3 : 18 orang
Laki-laki : 7 orang
Perempuan : 11 orang
Kelas 4 : 7 orang
Laki-laki : 5 orang
Perempuan : 2 orang
Jumlah Keseluruhan : 61 orang
Laki-laki : 31 orang
Perempuan : 30 orang
46
B. Hasil Temuan Penelitian
Kepala Madrasah, guru-guru dan orang tua maka didapat hasil wawancara sebagai
berikut:
naungan Majelis Pendidikan Alkhairaat yang masih bertahan sampai saat ini. Hal
sekolah dasar.
47
Tontalete Kecamatan Kema Kabupaten Minahasa Utara. Sesuai dengan yang
diuraikan pada batasan masalah, yaitu yang diteliti fokus pada internalisasi nilai
ibadah sholat lima waktu, membaca doa sehari-hari dan pengenalan huruf hijaiyah
(mengaji).
Minahasa Utara yang berkaitan dengan batasan masalah pertama yaitu upaya yang
dilakukan dalam internalisasi nilai ibadah sholat lima waktu pada peserta didik:
Dalam pembelajaran, ada mata pelajaran Fiqih yang membahas tentang
tata cara ibadah, salah satunya sholat lima waktu. Peserta didik di sini kita
ajarkan mulai dari niat berwudhu, rukun-rukunnya, tata cara
pelaksanaannya, sampai pada doa. Begitu juga dengan ibadah sholat.
Khusus peserta didik laki-laki diajarkan dari adzan dan iqomah, kemudian
niat sholat, sampai pada bacaan-bacaan sholat dan gerakannya serta
sampai pada doa setelah sholat. Hal itu dilakukan bertahap, tentunya sesuai
dengan tingkatan kelas. Bukan hanya dengan penjelasan tetapi juga
praktek. Hal itu mungkin tidak banyak dilakukan di sekolah umum karena
keterbatasan waktunya. Oleh karena itu disini kami berupaya agar dapat
memenuhi hal yang mendasar yang harus dibiasakan pada peserta didik
sejak diusia anak-anak. Di MDTA ini sudah disediakan ruangan kosong
ada karpet panjang juga untuk peserta didik melaksanakan sholat. Karena
masuk kelas jam 2 siang, sampai jam 5 sore berarti kami sholat berjamaah
Ashar disini. Masing-masing harus membawa mukena bagi perempuan.
Karena di madrasah hanya ada beberapa saja. Selanjutnya tiap sebulan
sekali diadakan praktek sholat guna untuk mengevaluasi bacaan dan cara
sholat peserta didik apakah semua sudah benar atau hanya ikut-ikutan
saja.74
Dari hasil wawancara dengan kepala Madrasah dijelaskan bahwa hal yang
paling mendasar diajarkan melalui pelajaran Fiqih karena menurutnya hal itu tidak
banyak dijelaskan di sekolah umum pada anak usia mereka. Selanjutnya peneliti
Kabupaten Minahasa Utara yang berkaitan dengan internalisasi nilai ibadah sholat
74
Suriyani E. Gobel, Kepala MDTA Alkhairaat Desa Tontalete, Wawancara,
Ruang kelas 3, Kamis 14 Oktober, Pukul 14.30 Wita.
48
Untuk sholat, kami menugaskan peserta didik untuk membuat buku sholat.
Tetapi, saat ini sudah dibuat dalam bentuk kartu yang dicetak. Buku sholat
ini dibuat untuk mengecek peserta didik apakah mengerjakan sholat atau
tidak. Yang di dalamnya harus ditanda-tangani oleh orang tua dan juga
imam atau pegawai syari lainnya. Hal ini dianggap mampu untu
membiasakan peserta didik melaksanakan sholat. Memang awalnya seperti
terpaksa, kalau kartu sholatnya banyak yang diberi tanda silang, peserta
didik akan diberikan hukum juga nilai praktek Fiqihnya rendah.
Sedangkan kalau buku sholatnya penuh dicentang yang paling banyak
akan diberikan hadiah dan juga nilai prakteknya tinggi. Maka dari itu
peserta didik berlomba-lomba untuk melaksanakan sholat meskipun tidak
lima waktu mereka kerjakan. Seperti anak kelas 1, mereka masih banyak
juga yang tidak sholat Subuh, masih kami maklumi karena usia mereka
juga masih 5-6 tahun. Tetapi tetap kami berikan hukuman yang sesuai.75
Selanjutnya pertanyaan yang sama ditanyakan kembali kepada guru kelas
75
Suriyani E. Gobel, Kepala MDTA Alkhairaat Desa Tontalete, Wawancara,
Ruang kelas 3, Kamis 14 Oktober, Pukul 14.30 Wita.
49
mereka berlomba-lomba untuk sholat dan mengisi kartu sholat mereka.
Hal itu diharapkan bisa menjadi salah satu cara yang berdampak untuk
membiasakan anak-anak diumur seperti mereka agar terbiasa disiplin
untuk melaksanakan sholat lima waktu walaupun awal-awalnya masih
terasa berat.76
Pernyataan dari guru kelas 1 benar adanya sesuai dengan observasi yang
Tontalete Kecamatan Kema Kabupaten Minahasa utara. Saat masuk waktu sholat
pertanyaan wawancara yang sama. Adapun hasil wawancara dengan guru kelas 2
Madrasah Diniyah Takmiliyah Awaliyah Alkhairaat Desa Tontaelete Kecamatan
76
Sukma Pratiwi, Guru Kelas 1 MDTA Alkhairaat Desa Tontalete, Wawancara,
Ruang Kelas 1, Jumat 15 Oktober 2021, Pukul 16.00 Wita.
50
kan mereka sholat di sekolah. Jadi jarang terlihat di masjid. Dan program
ini di anggap berpengaruh dalam upaya untuk membiasakan anak sholat
lima waktu. Kemudian juga tiap minggunya ada penilaian dari kartu sholat
itu. Kartu itu dikumpul dan diperiksa untuk diberikan nilai oleh kami guru-
guru dan yang kartunya penuh atau ada bolongnya hanya 2 atau 3 saja
akan diberikan hadiah. Jadi peserta didik termotivasi umtuk lebih rajin
melaksanakan sholat karena melihat teman mereka yang dapat hadiah.
Itulah yang kami lakukan untuk membiasakan peserta didik melaksankan
sholat lima waktu.77
Penjelasan dari guru kelas 2 di atas sesuai dengan apa yang dijelaskan oleh
kepala Madrasah dan guru kelas 1. Bahwa mereka telah melakukan banyak hal
untuk menginternalissikan nilai-nilai ibadah sholat lima waktu pada peserta didik.
Mulai pada materi pada mata pelajaran Fiqih, menjelaskan pentingnya
melaksanakan sholat lima waktu, guru juga memberikan contoh untuk
melaksanakan sholat dan juga melalu program kartu sholat agar dapat mengontrol
kedisiplinan dan kejujuran peserta didik dalam melaksanakan sholat meskipun
tidak secara langsung. Hal itu dinilai dapat berpengaruh dalam internalisasi nilai
didik untuk mengetahui perlukah bagi mereka untuk memasukan anak mereka di
Madrasah dan sejauh mana progres dari upaya yang telah dilakukan oleh guru
dalam internalisasi nilai ibadah sholat lima waktu pada peserta didik.
Berikut ini hasil wawancara dengan orang tua dari Airin peserta didik
77
Sahara Palalu, Guru Kelas 2 MDTA Alkhairaat Desa Tontaelete, Wawancra,
Ruang Kelas 2, Jumat 15 Oktober 2021, Pukul 16.30 Wita
78
Yunita Ladimo, Orang Tua peserta, Wawancara, Rumah Narasumber, Selasa
19 Oktober 2021, Pukul 10.00 Wita
51
supaya ketemu dengan teman-teman. Saya sebagai orang tua bersyukur
karena di madrasah ada proram seperti itu, jadi orang tua tinggal
mengontrol. Kalau yang awalnya dia hanya sholat di rumah harus dengan
berbagai macam cara karena anak ini banyak alasan walaupun sudah
diajarkan. Tetapi karena sudah ada kewajiban khusus dari ustadzahnya jadi
dia tidak berani melawan. Karena dia malu kalo nanti diperiksa kartu
sholatnya ada yang kosong.
Dari pendapat ibu Yunita kita bisa memahami bahwa dengan anaknya di
sekolahkan di madrasah ia menjadi lebih rajin untuk pergi sholat di masjid dari
pada yang biasanya sholat di rumah saja susah. Selanjutnya peneliti melakukan
wawancara dengan pertanyaan yang sama dengan orang tua dari Nazwa pesrta
didik kelas 1.
Berikut hasil wawancara dengan orang tua dari Nazwa peserta didik kelas
1:
Iya, perlu. Karena tidak semua orang tua mampu mengajarkan anaknya
pelajaran agama yang banyak. Contohnya seperti saya yang tidak terlalu
paham, maka anak saya di sekolahkan di sana. Menurut saya sudah baik,
karena anak saya saat belum sekolah di sana disuruh sholat itu susah,
tetapi mulai dia sekolah di madrasah kadang tanpa disuruh pun dia tetap
pergi sholat dengan alasan kalau tidak sholat akan diberikan hukuman.
Terkadang juga dia meminta kepada saya untuk dibangunkan sholat subuh
supaya kartu sholatnya terisi penuh karena kalau penuh akan diberikan
hadiah oleh ustadzah. Mungkin itu cara yang dilakukan gurunya agar
anak-anak semangat untuk melaksanakan sholat. Dan menurut saya itu
sangat bermanfaat.79
Selanjutnya hasil wawancara dengan orang tua dari Rara peserta didik
kelas 2:
Iya sangat perlu. Karena di sekolah SD menurut saya tidak cukup jam
pelajaran agamanya, orang tua juga kalau kerja tidak ada waktu lebih
banyak untuk mengajarkan anak-anak di rumah. Usaha yang dilakukan
guru-guru sangat baik. Kalau proses belajarnya saya kurang tahu, mungkin
menghafal doa-doa dan gerakan sholatnya praktek begitu. Lalu mereka
menggunakan kartu. Namanya juga kan anak-anak, mereka suka kalau
ramai-ramai. Dengan adanya kartu itu mereka jadi ramai-ramai pergi
sholat karena tidak mau kartunya tidak dapat tanda tangan dan tidak dapat
hadiah di madrasah. Menurut saya itu cara yang bagus untuk diterapkan
pada anak-anak. Karena anak-anak kan suka ikut ramai istilahnya. 80
79
Sumarni Abudi, Orang Tua Peserta Didik, Wawancara, Rumah Narasumber,
Selasa 19 Oktober 2021 , Pukul 10.30 Wita.
80
Djaenin Tampilang, Orang Tua Peserta Didik, Wawancara, Rumah
Narasumber, Selasa 19 Oktober 2021, Pukul 11.00 Wita.
52
Dari beberapa hasil wawancara dengan orang tua peserta didik Madrasah
internalisasi nilai ibadah sholat lima waktu pada peserta didik bukan hanya
dengan pembelajaran dari materi yang diajarkan guru di madrasah tetap juga
kartu sholat mereka terisi penuh sehingga mereka mendapatkan hadiah dan nilai
untuk membiasakan peserta didik membaca doa sehari-hari. Berikut ini adalah
didik diajarkan doa sesuai materi yang ada, lalu dicek hafalannya tiap apel
81
Suriyani E. Gobel, Kepala MDTA Alkhairaat Desa Tontalete, Wawancara,
Ruang kelas 3, Kamis 14 Oktober, Pukul 14.30 Wita.
53
sebelum masuk kelas dan saat akan pulang. Selain itu guru juga bekerja sama
dengan orang tua agar mengontrol anaknya saat berada di rumah agar terbiasa
82
Sukma Pratiwi, Guru Kelas 1 MDTA Alkhairaat desa Tontaelete, Wawancara,
Ruang Kelas 1, Jumat 15 Oktober 2021, Pukul 16.00 Wita.
54
Facebook atau WhatsApp, hari ini peserta didik sudah menghafal doa
keluar rumah. Dimohon kerja sama orang tua agar bisa bekerja sama untuk
mengingatkan anaknya membaca doa saat akan keluar rumah. Itulah yang
kami lakukan.83
Dari hasil wawancara dengan guru kelas 1 dan guru kelas 2 Madrasah
sesuatu dan menugaskan peserta didik untuk menghafal doa-doa yang sudah
dipelajari. Selain itu guru juga selalu memberikan informasi kepada orang tua
tentang doa-doa yang sudah dihafal peserta didik di madrasah.
mewawancarai orang tua peserta didik terkait sejauh mana peserta didik terbiasa
membaca doa sehari-hari. Hasil wawancara yang pertama yaitu dengan orang tua
kelas 1:
Ya Alhamdulillah dia sudah terbiasa. Saya termasuk tipe orang tua yang
bisa dikatakan keras dalam mendidik anak ya. Jadi, kalau ada info dari
grup orang tua, hari ini belajar doa tidur misalnya, jadi sampe rumah
langsung saya tanya. Saya tes lagi. Saat mau tidur juga saya suruh baca.
83
Sahara Palalu, Guru Kelas 2 MDTA Alkhairaat desa Tontaelete, Wawancara,
Ruang Kelas 2, Jumat 15 Oktober 2021, Pukul 16.30 Wita
84
Sumarni Abudi, Orang Tua Peserta Didik, Wawancara, Rumah Narasumber,
Selasa 19 Oktober 2021 , Pukul 10.30 Wita
55
Supaya apa yang sudah diajarkan oleh gurunya di madrasah bukan hanya
menghasilkan lelah untuk gurunya, tapi bisa anak-anak kita terbiasa.85
Selanjutnya hasil wawancara dengan orang tua dari Rara peserta didik
kelas 2:
Kalau baca doa makan, doa tidur sudah terbiasa. Karena papanya selalu
ingatkan saat mau makan begitu juga tidur dan bangun tidur. Kalau doa-
doa yang lain mungkin kadang tidak baca yah namanya juga anak-anak
kan. Biar berkali-kali orang tua bilang, paling hanya iya-iya saja. Tapi
kami sebagai orang tua tetap ingatkan karena kan guru juga selalu kasih
info digrup. Cara yang ampuh sama anak saya itu harus ditakut-takuti,
diancam. Supaya dia lakukan apa yang disuruh.86
Dari beberapa hasil wawancara dengan orang tua peserta didik di atas,
dalam pengenalan huruf hijaiyah (mengaji). Berikut ini adalah hasil wawancara
hijaiyah (mengaji):
Pengenalan huruf hijaiyah, di MDTA Alkhairaat banyak pelajaran yang
berhubungan dengan itu sesuai dengan tingkatan kelas. Untuk kelas 1, 1
bulan pertama itu dikhususkan untuk menulis dan menghafal 28 huruf
hijaiyah. Untuk melemaskan tangan mereka dan melatih penyebutan
makhorijul huruf yang baik dan benar. Kemudian mulai ada pengenalan
menyambung huruf pada mata pelajaran Tausil dan memisahkan huruf
pada mata pelajaran Tafriq. Pelajaran itu dari kelas 1 setelah mereka sudah
tahu betul huruf hijaiyah, karena mereka akan menulis tulisan yang
bersambung seperti doa-doa, maka pelajaran Tausil dan Tafriq sudah
diberikan dari kelas . Kemudian di kelas 2 juga ada pelajaran Imlah atau
dikte kalau dalam bahasa Indonesia. Guru membacakan 1 atau 2 kata
dalam bahasa Arab, kemudian peserta didik menulis. Peserta didik yang
tidak bisa membaca dan menulis huruf hijaiyah di kelas 1 tidak akan naik
kelas.
85
Yunita Ladimo, Orang Tua Peserta Didik, Wawancara, Rumah Narasumber,
Selasa 19 Oktober 2021, Pukul 10.00 Wita
86
Djaenin Tampilang, Orang Tua Peserta Didik, Wawancara, Rumah
Narasumber, Selasa 19 Oktober 2021, Pukul 11.00 Wita
56
Di MDTA Alkhairaat, selain pembelajaran yang ada di madrasah, peserta
didik masih melanjutkan mengaji di rumah guru-guru pada selesai sholat
Maghrib. Peserta didik yang sudah mengenal huruf hijaiyah, mengukuti
program membaca Al-Qur‟an dengan metode dirosa. Metode dirosa ini
menggunakan jilid sesuai kemampuan masing-masing. Peserta didik yang
mengikuti pengajian metode dirosa lebih cepat bisa membaca Al-Qur‟an
dari pada yang menggunakan buku Iqro‟. Kenapa saya katakan demikian,
karena kami sudah pernah, ada peserta didik yang mau menggunakan
Iqro‟, jadi dibagi 2 kelompok yang Iqro‟ dan dirosa, setelah 2, 3 bulan
diamati perbandingannya ternyata metode dirosa lebih mudah untuk
peserta didik lancar membaca Al-Qur‟an sehingga sampai saat ini
digunakan metode dirosa.87
Selanjutnya hasil wawacara dengan guru kelas 1 mengenai pengenalan
87
Suriyani E. Gobel, Kepala MDTA Alkhairaat Desa Tontalete, Wawancara,
Ruang kelas 3, Kamis 14 Oktober, Pukul 14.30 Wita.
88
Sukma Pratiwi, Guru Kelas 1 MDTA Alkhairaat desa Tontalete, Wawancara,
Ruang Kelas 1, Jumat 15 Oktober 2021, Pukul 16.00 Wita.
57
Pelajaran huruf hijaiyah di MDTA Alkhairaat ini, tergantung tingkatan
kelas. Kalau di kelas 1 hanya belajar mengenal huruf dan penyebutannya,
kemudian menyambung dan memisahkan huruf hanya tiga atau empat
huruf saja, di kelas 2 dan kelas 3 tentunya lebih panjang. Begitu juga
dengan imlah. Jumlah hurufnya lebih panjang bahkan yang di imlah
terkadang sudah ayat-ayat Al-Qur‟an. Kemudian juga ada pelajaran tajwid,
hukum bacaan dalam Al-Qur‟an, ada juga belajar menulis bahasa Arab
walaupun masih dasar-dasar dhomir saja.
Untuk program pengenalan huruf hijaiyah yang digunakan adalah metode
dirosa. Menggunakan metode dirosa agar supaya peserta didik bisa lebih
cepat lancar membaca Al-Qur‟an. Karena sudah banyak peserta didik kami
yang cepat bisa membaca Al-Qur‟an saat menggunakan metode dirosa
dibandingkan Iqro‟.89
Hasil wawancara dari kepala Madrasah dan guru-guru Madrasah Diniyah
Takmiliyah Awaliyah (MDTA) Alkhairaat desa Tontalete kecamatan Kema
kabupaten Minahasa Utara di atas, menjelaskan bahwa upaya yang dilakukan oleh
madrasah dalam mengenalkan huruf hijaiyah (mengaji) pada peserta didik adalah
dengan pelajaran yang ada di madrasah yaitu pengenalan huruf untuk kelas 1,
Imlah atau dikte sesuai dengan tingkatan kelas. Selain itu pihak madrasah juga
mengadakan pengajian dengan metode dirosa karena hal itu dianggap lebih cepat
dalam memperlancar peserta didik dalam mengenal huruf hijaiyah (mengaji) dan
membaca Al-Qur‟an.
Selanjutnya, wawancara dengan orang tua peserta didik sejauh mana
peserta didik mengenal huruf hijaiyah dan bisa membaca Al-Qur‟an. Pertama
hasil wawancara dengan orang tua dari Nazwa peserta didik kelas 1:
Alhamdulillah, anak saya sudah mengenal huruf, juga sudah bisa membaca
huruf Arab yang disambung, tetapi belum sampai di Al-Qur‟an. Katanya
ada juga temannya yang kelas 1 tapi sudah di Al-Qur‟an. Ya mungkin
karena anak saya agak sulit dalam menghafal, jadi belum di Al-Quran.
Waktu dia belum sekolah di madrasah dia belajar di iqro sama saya di
rumah. Tapi masih di Iqro 2. Lalu setelah sudah masuk di madrasah sudah
tidak mengaji di rumah karena saya pikir sudah belajar di madrasah dan
89
Sahara Palalu, Guru Kelas 2 MDTA Alkhairaat desa Tontalete, Wawancra,
Ruang Kelas 2, Jumat 15 Oktober 2021, Pukul 16.30 Wita
58
sekarang kalau saya tes dia baca iqro dia sudah bisa baca yang hurufnya
tersambung di Iqro 4.90
Selanjutnya, wawancara dengan orang tua peserta didik sejauh mana
peserta didik mengenal huruf hijaiyah dan bisa membaca Al-Qur‟an. Kedua hasil
mengenal huruf hijaiyah dan bisa membaca Al-Qur‟an. Ketiga hasil wawancara
dengan orang tua dari Rara peserta didik kelas 2:
Rara sekarang sudah naik Al-Qur‟an. Memang anak ini agak lama kalau
dibandingkan teman-temannya yang kelas 2, dia baru dijuz 1. Karena anak
ini yang dia takuti kalau di rumah hanya papanya. Sedangkan papanya
kerja. Tapi lumayan cepat dia naik Al-Qur‟an karena pakai buku dirosa.
Waktu masih di Iqro‟ dia 2 bulan naik turun Iqro 4 dan 5 tidak selesai-
selesai sampai Iqro‟ 6. Nanti sudah pakai dirosa baru cepat naik di Al-
Qur‟an.92
Berdasarkan hasil wawancara dari beberapa orang tua di atas, dapat
beberapa yang sudah bisa membaca Al-Qur‟an. Proses pengenalan huruf lebih
90
Sumarni Abudi, Orang Tua Peserta Didik, Wawancara, Rumah Narasumber,
Selasa 19 Oktober 2021 , Pukul 10.30 Wita
91
Yunita Ladimo, Orang Tua Peserta Didik Wawancara, Rumah Narasumber,
Selasa 19 Oktober 2021, Pukul 10.00 Wita
92
Djaenin Tampilang, Orang Tua Peserta Didik, Wawancara, Rumah
Narasumber, Selasa 19 Oktober 2021, Pukul 11.00 Wita
59
2. Faktor penghambat dalam proses internalisasi nilai-nilai keagamaan
Utara
tentunya ada faktor yang dapat menghambat hal tersebut. Untuk itu dilakukan
93
Suriyani E. Gobel, Kepala MDTA Alkhairaat Desa Tontalete, wawancara,
ruang kelas 3, kamis 14 Oktober, Pukul 14.30 Wita.
94
Sukma Pratiwi, Guru Kelas 1 MDTA Alkhairaat desa Tontalete, Wawancara,
Ruang Kelas 1, Jumat 15 Oktober 2021, Pukul 16.00 Wita.
60
Faktor penghambat bisa muncul dari peserta didik itu sendiri, lingkungan
pertemanan yang kurang baik, orang tua yang tidak mendukung program-
program yang sudah kami buat.95
Dari beberapa hasil wawancara di atas terdapat kesamaan pendapat yang
keagamaan khususnya dalam hal ibadah adalah orang tua. Jika orang tua kurang
dalam mengontrol anaknya maka upaya yang sudah dilakukan guru di madrasah
akan sia-sia. Selain itu dalam memahami materi atau menghafal kemampuan
setiap peserta didik itu berbeda-beda, jadi guru harus berusaha untuk memahami
karakter dan kemampuan masing-masing peserta didik.
Selanjutnya pertanyaan yang sama juga ditanyakan pada orang tua peserta
yang pertama yaitu dengan orang tua Nazwa peserta didik kelas 1:
Kalau yang saya lihat pada anak saya faktor yang bisa menghambat itu
teman-temannya. Kalau dia sering berkumpul dengan teman yang tidak
sekolah madrasah, nanti dia jadi malas untuk sekolah hal itu yang
menghambat. Kalau dia tidak sekolah berarti kan tidak belajar, tidak
menghafal lagi apa yang dia sudah belajar sebelumnya. Jadi itu
berpengaruh.96
Selanjutnya hasil wawancara yang kedua yaitu dengan orang tua dari Airin
peserta didik kelas 1:
Kalau orang tua hanya sekedar menyekolahkan anaknya, memberi uang
jajan tanpa mengontrol apa yang dia dapat di madrasah itu sama saja. Itu
menjadi penghambat. Orang tua harus mengontrol bukan hanya belajarnya,
tapi juga lingkungannya. Kalau dia berteman dengan anak yang kurang
dalam hal agama pasti akan berpengaruh juga. 97
Selanjutnya hasil wawancara yang ketiga yaitu dengan orang tua dari Rara
95
Sahara Palalu, Guru Kelas 2 MDTA Alkhairaat desa Tontalete, Wawancra,
Ruang Kelas 2, Jumat 15 Oktober 2021, Pukul 16.30 Wita
96
Sumarni Abudi, Orang Tua Peserta Didik, Wawancara, Rumah Narasumber,
Selasa 19 Oktober 2021 , Pukul 10.30 Wita
97
Yunita Ladimo, Orang Tua Peserta Didik, Wawancara, Rumah Narasumber,
Selasa 19 Oktober 2021, Pukul 10.00 Wita
61
Kadang yang buat anak ini tidak mau sekolah, tidak mau sholat, tidak mau
mengaji karena teman-teman. Kalau teman-temannya tidak mengaji, tidak
sholat dia juga ikut, dengan alasan mama cuma hari ini saja. Apalagi kalau
tidak ada papanya, kesempatan itu buat dia.98
Dari pendapat orang tua di atas, faktor yang menghambat proses
(mengaji) adalah bisa muncul dari peserta didik itu sendiri seperti kemampuan
dia berteman, jika dia berteman dengan peserta didik yang malas bisa jadi peserta
didik itu bisa ikut-ikutan malas karena kebiasaan anak-anak itu suka ikut-ikutan,
kemudian orang tua yang tidak memperhatikan anaknya.
Utara
nilai keagamaan, tentunya ada juga faktor yang dapat mendukung proses
98
Djaenin Tampilang, Orang Tua Peserta Didik Wawancara, Rumah Narasumber,
Selasa 19 Oktober 2021, Pukul 11.00 Wita
62
faktor orang tua, orang tua jangan hanya sekedar menyuruh anaknya
datang di madrasah dan bayar iuran. Tetapi juga perhatikan, kontrol anak-
anak saat pulang dari madrasah, tanya tadi belajar apa nak, ada hafal doa
apa tadi, coba mama mau dengar. Agar supaya anak-anak juga merasa
senang karena diberikan perhatian dan mereka akan semakin semangat
untuk belajar. Sehingga upaya internalisasi nilai-nilai yang dilakukan guru
di madrasah tidak hanya berhenti sampai di madrasah tetapi juga
berkelanjutan sampai di luar madrasah.99
Selanjutnya hasil wawancara dengan guru kelas 1 mengenai faktor
99
Suriyani E. Gobel, Kepala MDTA Alkhairaat Desa Tontalete, Wawancara,
Ruang kelas 3, Kamis 14 Oktober, Pukul 14.30 Wita.
100
Sukma Pratiwi, Guru Kelas 1 MDTA Alkhairaat desa Tontalete, Wawancara,
Ruang Kelas 1, Jumat 15 Oktober 2021, Pukul 16.00 Wita.
101
Sahara Palalu, Guru Kelas 2 MDTA Alkhairaat desa Tontalete, Wawancra,
Ruang Kelas 2, Jumat 15 Oktober 2021, Pukul 16.30 Wita
63
anak pergi madrasah atau tidak. Terus sampai di rumah, ditanya apa yang
ustadzah ajar tadi. Ade bisa hafal atau tidak. Ya mungkin seperti itu.102
Selanjutnya hasil wawancara yang kedua yaitu dengan orang tua dari Airin
tua yang dapat mendukung proses internalisasi nilai-nilai keagamaan yaitu dengan
cara mengawasi anaknya dengan siapa dia berteman dan selalu menasehati
anaknya untuk melakukan hal-hal yang sudah diajarkan oleh guru di madrasah.
C. Pembahasan
Pada sub bab sebelumnya telah dipaparkan hasil wawancara dengan kepala
Madrasah, guru-guru dan orang tua peserta didik Madrasah Diniyah Takmiliyah
Awaliyah Alkhairaaat Desa Tontalete Kecamatan Kema Kabupaten Minahasa
102
Sumarni Abudi, Orang Tua Peserta Didik, Wawancara, Rumah Narasumber,
Selasa 19 Oktober 2021, Pukul 10.30 Wita
103
Yunita Ladimo, Orang Tua Peserta Didik, Wawancara, Rumah Narasumber,
Selasa 19 Oktober 2021, Pukul 10.00 Wita
104
Djaenin Tampilang, Orang Tua Peserta Didik, Wawancara, Rumah
Narasumber, Selasa 19 Oktober 2021, Pukul 11.00 Wita
64
pada peserta didik serta apa saja faktor penghambat dan faktor pendukung dalam
dibatasi pada nilai ibadah sholat lima, membaca doa sehari-hari dan pengenalan
huruf hijaiyah (mengaji) ada beberapa upaya yang dilakukan oleh pihak
madrasah.
Internalisasi nilai ibadah yang pertama yaitu sholat lima waktu. Sholat
lima waktu merupakan salah satu bagian dari rukun islam yang berarti wajib
dilaksanakan setiap muslim. Dalam pelaksanaannya pun ada hal-hal yang yang
harus dilakukan. Untuk menginternalisasi nilai ibadah sholat 5 waktu pada peserta
dan sunnahnya serta hal yang tidak boleh dilakukan saat berwudhu
diajarkan tatacara sholat lima waktu, mulai dari adzan untuk laki-laki,
kemudian niat sholat ilma waktu, gerakan sholat, rukun sholat, syarat
65
d. Setelah menerima penjelasan, guru mengadakan praktek sholat. Untuk
lingkungan madrasah
f. Kartu sholat yang dibuat harus disertai bukti berupa tanda-tangan dari
sholat, mukena bagi perempuan. Agar supaya saat masuk waktu sholat
nilai oleh guru sebagai nilai tambahan untuk diakumulasi pada nilai
i. Peserta didik yang kartu sholatnya banyak yang tidak diisi atau tidak
oleh guru sebagai penghargaan dan agar peserta didik lebih semangat
dan gerakan sholat yang sudah diajarkan sebelumnya. Jika ada peserta
didik yang ditemukan masih belum hafal atau pada bulan sebelumnya
sudah hafal tetapi saat dites lagi mereka lupa maka diajarkan lagi agar
66
supaya saat sholat peserta didik tidak hanya melaksanakan gerakannya
saja.
dalam satu ayat saja melainkan berkali-kali agar manusia selalu ingat kepada
Allah swt untuk melaksanakan sholat. Sholat merupakan wujud ketaatan manusia
kepada Allah. Dengan melakukan ruku; dan sujud dalam sholat manusia
menunjukan bentuk kerendahan dimata Allah swt. Tidak ada perbedaan antara
menjadikan peserta didik sadar akan sholat lima waktu tetapi juga berdampak
pada hal yang lain. Contonya seperti sadar akan kebersihan, karena sebelum
melaksanakan sholat peserta didik harus berwudhu terlebih dulu. Mereka saling
mengingatkan satu dengan yang lain saat akan melaksanakan sholat harus dalam
keadaan bersih. Demikian saat masuk pada jam istirahat mereka saling
beberapa orang dari mereka saling melaporkan kepada guru jika ada teman yang
Hal lain juga yang bisa dilihat dampaknya dari upaya yang dilakukan guru
di madrasah adalah sabar dan disiplin. Dalam hal ini disiplin waktu. Saat KBM
berlangsung dan tiba waktu sholat ashar peserta didik segera menghentikan
kegiatan lalu menuju tempat wudhu. Mereka mengantri dengan tertib dan sabar
67
Dengan demikian dapat dilihat upaya yang dilakukan guru tidak hanya
sekedar membiasakan sholat lima waktu tetapi juga mereka dilatih untuk selalu
Dalam upaya membiasakan peserta didik membaca doa sehari-hari upaya yang
ikut menulis.
c. Setelah selesai menulis, guru membacakan doanya dan diikuti juga oleh
peserta didik
d. Setelah selesai menulis dan membaca guru menjelaskan arti dan doa
yang sudah ditulis dan pentingnya membaca doa setiap akan melakukan
sesuatu
f. Peserta didik yang tidak bisa hafal, tidak dibolehkan keluar untuk
istirahat
beristirahat
sebelumnya.
68
i. Begitu juga saat akan pulang, guru akan menyebutkan salah satu doa,
kemudian peserta didik yang bisa menjawab dia yang terlebih dahulu
pulang.
yang sudah dihafal pada hari itu agar orang tua dapat mengontrol
َ َ َ َ َ َ ُّ ُ ُ ي ُ ٓ َ ي َ ي َ ُ ي ذ ذ َ َ ي َ ي ُ َ َ ي
Allah swt berfirman dalam Q.S. Ghafir/40: 60.
bahwa berdoa bukan hanya sekedar anjuran tetapi merupakan kewajiban bagi
setiap muslim.
Doa merupakan bentuk rasa syukur bagi setiap orang atas karunia yang
Allah swt berikan. Doa merupakan sumber kekuatan bagi setiap orang saat berada
dalam masa sulit. Dengan berdoa akan banyak hikmah yang kita dapat karena
dalam melakukan sesuatu kita tidak tau apa yang akan terjadi. Oleh karena itu
dalam setip hal yang akan kita lakukan hendaknya diawali dengan berdoa.
hijaiyah (mengaji). Upaya yang dilakukan dalam pengenalan huruf hijaiyah pada
69
b. Peserta didik dibiasakan menulis huruf hijaiyah tiap hari agar bisa
c. Setelah tahap awal berhasil, peserta didik telah mampu menulis dan
guru menjelaskan huruf apa saja yang bisa disambung saat berada di
awal, di tengah maupun diakhir. Begitu juga huruf yang tidak bisa
f. Peserta didik yang tidak bisa menghafal huruf hijaiyah dan tidak bisa
menulis, maka tidak akan naik kelas. Karena saat naik ke kelas 2, akan
semakin banyak yang mereka pelajari dan yang menjadi dasarnya dalah
70
membaca Al-Qur‟an. Metode dirosa merupakan salah satu pembelajaran baca Al-
satu syari‟at dalam islam. Oleh karena itu pentingnya belajar huruf hijaiyah sejak
Utara
a. Faktor Internal
Faktor dari dalam diri peserta didik sendiri bisa menjadi penghambat
b. Faktor Eksternal
Ada beberapa faktor dari luar diri peserta didik yang dapat
105
Mirna Guswenti, Skripsi Implementasi metode dirosa dalam pembelajaran
membaca Al-Quran bagi santri di wahdah islamiyah bengkulu, IAIN Bengkulu, 2019, h.
6.
71
1) Orang tua, Kurangnya perhatian dan nasehat orang tua dalam
peserta didik sulit memahami apa yang guru sampaikan. Hal itu
anak yang tidak mau sholat, maka hal itu juga akan berpengaruh
sekitarnya
Dapat dipahami bahwa faktor penghambat dalam proses internalisasi nilai-
nilai keagamaan pada peserta didik itu bisa muncul dari peserta didik itu sendiri,
orang tua guru dan juga lingkungan. Semuanya memiliki keterkaitan satu dengan
yang lain.
Utara
faktor pendukung. Dari hasil wawancara yang telah dijelaskan sebelumnya, maka
a. Faktor Internal
72
memahami kegiatan yang dilakukan maka nilai-nilai yang dipelajari
b. Faktor Eksternal
1) Guru, kompetensi guru dalam hal ini sangat dibutuhkan karena dalam
motode pembelajaran yang tepat, tetapi guru juga menjadi teladan bagi
pembelajaran.
2) Orang tua, memberikan contoh-contoh yang bisa diikuti, menasehati
itu, kerja sama guru dan orang tua juga dapat mendukung proses
internalisasi. Menjalin komunikasi yang baik antara orang tua dan guru
Ketiga faktor di atas harus saling mendukung satu sama lain, peserta didik
akan mudah memahami apa yang guru ajarkan jika guru menyampaikan materi
dengan baik dan menyenangkan. Peserta didik juga akan cenderung mengikuti
hal-hal yang dilakukan guru dan orang tua di rumah, dengan demikian keteladan
73
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjelasan pada hasil penelitian di atas tentang Internalisasi nilai-
disimpulkan bahwa:
sesuatu, kemudian dihafal dan selalu diulangi saat sebelum masuk kelas
dan sebelum pulang serta guru bekerja sama dengan orang tua peserta
didik untuk memberikan informasi terkait doa yang dihafal agar dapat
dan juga ilmu tajwid. Selain itu juga digunakan metode Dirosa untuk
Qur‟an.
74
kurangnya perhatian orang tua kepada anaknya serta lingkungan sekitar
peserta didik yaitu pemilihan metode pembelajaran yang tepat oleh guru
disesuai dengan karakter peserta didik, perhatian orang tua dalam aktivitas
anak sehari-hari dan kerja sama antara orang tua dan guru agar proses
B. Saran-Saran
peserta didik dapat diarahkan untuk selalu melatih diri dan bersemangat
3. Saran untuk peserta didk diharapakan agar selalu melaksanankan tugas dan
madrasah.
4. Saran untuk orang tua diharapkan dapat selalu bekerja sama dengan guru
dan lingkungan sekitar untuk dapat mengontrol anaknya agar apa yang
75
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu dan Noor Salimi. Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam, Cet.Ke-5.
Jakarta: Bumi Aksara, 2008.
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam. Ensiklopedi Islam 3. Jakarta: Ikhtiar Baru Van
Hoeve, 2002.
Hakam, Kama Abdul dan Encep Syarif Nurdin. Metode Internalisasi Nilai-Nilai
(Untuk Modifikasi Perilaku Berkarakter). Bandung: Maulana Media
Grafika, 2016.
Ihsan, Hamdani dan Fuad Ihsan. Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka
Setia, 2007.
76
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi. Bandung : PT
Remaja Rosdakarya, 2006.
Nata, Abuddin. Metodologi Studi Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2003.
Raya, Ahmad Thib. Menyelami Seluk Beluk Ibadah Dalam Islam. Jakarta:
Prenada Media, 2003.
77
https://id.wikipedia.org/wiki/Alkhairaat
https://kbbi.web.id/internalisasi
https://kbbi.web.id/agama
http://etheses.uin-malang.ac.id/12339/
https://repository.metrouniv.ac.id/id/eprint/852/1/SKRIPSI%20NISAUL%20KH
OIROH%20NPM.%2014114981.pdf
78
79
80
81
82
83
84
85
86
PEDOMAN WAWANCARA KEPALA MADRASAH
dalam internalisasi nilai ibadah sholat lima waktu pada peserta didik ?
2. Apakah ada program khusus dalam upaya internalisasi nilai ibadah sholat
tersebut?
tersebut?
87
HASIL WAWANCARA DENGAN KEPALA MADRASAH
1. Dalam pembelajaran, ada mata pelajaran fiqih yang membahas tentang tata
cara ibadah, salah satunya sholat lima waktu. Siswa di sini kita ajarkan mulai
dari niat berwudhu, rukun2nya, tata cara pelaksanaannya, sampai pada doa.
Begitu juga dengan ibadah sholat. Khusus siswa laki-laki diajarkan dari adzan
dan iqomah, kemudian niat sholat, sampai pada bacaan-bacaan sholat dan
gerakannya serta sampai pada doa setelah sholat. Hal itu dilakukan bertahap,
tetapi juga praktek. Di MDA ini sudah disediakan ruangan kosong ada karpet
panjang juga untuk siswa melaksanakan sholat. Karena masuk kelas jam 2
siang, sampai jam 5 sore berarti kami sholat berjamaah ashar disini.
2. Untuk sholat, mulai saya diberikan tanggung jawab menjadi kepala sekolah
disini, kami menugaskan siswa untuk membuat buku sholat. Tetapi, saat ini
sudah dibuat dalam bentuk kartu yang dicetak. Buku sholat ini dibuat untuk
harus ditanda-tangani oleh orang tua dan juga imam atau pegawai syari
siswa akan diberikan hukum juga nilai praktek fiqihnya rendah. Sedangkan
kalo buku sholatnya full dicek list, yang paling banyak akan diberikan hadiah
dan juga nilai prakteknya rendah. Maka dari itu siswa berlomba-lomba untuk
kelas 1, mereka masih banyak juga yang tidak sholat subuh kan, masih kami
maklumi karena usia mereka juga msih 5-6 tahun. Tetapi tetap kami berikan
88
3. Dalam upaya pembiasaan doa sehari-hari di MDA Alkhairaat ada mata
pelajaran akhlak. Pada pelajaran tersebut siswa diberikan materi tentang doa-
doa sehari-hari. Seperti doa makan beserta artinya. Siswa diberikan tugas
untuk menulis doa-doa tersebut, kemudian guru menjelaskan arti dari doa
yang mereka tulis juga adab-adabnya misalnya untuk makan, kenapa harus
membaca doa makan, lalu bagaimana adab makan dan minum kurang lebih
yang sudah ditulis satu per satu di depan kelas. Siswa yang tidak bisa
4. Kalau program khusus mengkin belum ada, hanya saja setiap apel sebelum
masuk kelas, dan setelah akan pulang anak-anak dites lagi secara acak doa-
doa yang sudah pernah dihafal. Kemudian guru juga menginfokan kepada
orang tua melalui grup wa bahwa hari ini siswa menghafal doa makan. Agar
supaya ada kerja sama antara orang tua dan guru untuk membiasakan siswa
makhorijul huruf yang baik dan benar. Kemudian mulai ada pengenalan
menyambung huruf pada mata pelajaran Tausil dan memisahkan huruf pada
mata pelajaran Tafriq. Pelajaran itu dari kelas 1 setelah mereka sudah tau
betul huruf hijaiyah, karena mereka kan akan menulis tulisan yang
bersambung seperti doa-doa, maka pelajaran tausil dan tafriq sdh diberikan
dari kelas 1. Kemudian di kelas 2 juga ada pelajaran Imlah, atau dalam dikte
89
kalo dalam bahasa indonesia. Guru membacakan 1 atau 2 kata dalam bahsa
pengajian metode dirosa lebih cepat bisa membaca Al-Quran daripada yang
menggunakan buku Iqra. Kenapa saya katakan demikian, karena kami sudah
pernah, ada anak-anak yang mau menggunakan iqro, jadi dibagi 2 kelompook
7. Kalo faktor penghambat tiap anak mungkin berbeda-beda. Bisa saja ada yang
memiliki kemampuan berpikir lebih lambat dari yang lain itu salah satu faktor
sekitarnya juga dapat menjadi faktor penghambat. Orang tua juga terkadang
orang tua tidak mau bekerja sama dengan guru untuk mengontrol anaknya
saat di rumah maka itu juga kan menghambat internalisasi nilai-nilai pada
anak mereka.
8. menurut saya sebagai kepala madrasah, kita lihat dari faktor penghambat tadi,
bisa kita dapatkan faktor pendukungya. Pertama, jika anak mungkin lambat
dalam memahami, atau malas dalam pembelajara, guru harus berusaha lebih
kreatif dalam membawakan materinya selain itu guru juga harus memberikan
perhatian khusus kepada anak tersebut agar dapat bimbingan yang lebih extra.
90
Kemudain kedua, lingkungan sekitarnya, biasanya anak-anak itu mau datang
ke madrasah atau pergi sholat karna ada teman-temanya jadi untuk orang tua
faktor orang tua, orang tua jangan hanya sekedar menyuruh anaknya datang
di madrasah dan bayar iuran. Tetapi juga perhatikan, kontrol anak-anak saat
pulang dari madrasah, tanya tadi belajar apa nak, ada hafal doa apa tadi, coba
luar madrasah
91
PEDOMAN WAWANCARA GURU
1. Apa yang Ibu lakukan sebagai Guru Madrasah Diniyah Awaliyah Alkhairaat
2. Apakah ada program khusus dalam upaya internalisasi nilai ibadah sholat
3. Apa yang Ibu lakukan sebagai Guru Madrasah Diniyah Awaliyah Alkhairaat
5. Apa yang Ibu lakukan sebagai Guru Madrasah Diniyah Awaliyah Alkhairaat
tersebut?
tersebut?
92
HASIL WAWANCARA DENGAN GURU KELAS 1
1. Sebagai guru, khususnya saya sebagai guru kelas 1, kelas paling dasar dalam
pengenalan ibadah baik sholat maupun ibadah ibadah yang lain. untuk
menanamkan, membiasakan sholat pada anak di usia 5-6 tahun tentunya tidak
pengenalan, mulai dari wudhu karena mau sholat harus bisa wudhu dulu kan.
wajibkan, meskipun mereka masih ada yang ikut-ikut gerakan saja masih ada
beberapa doa yang panjang yamg belum mereka hafal. Setidaknya sudah ada
kadang juga bisa dibilang karena terpaksa. Untuk anak kelas 1 yang tidak
2. Saya kurang tau ini bisa disebut program khusus atau tidak, tetapi di MDA
sholat atau tidak. Jadi dalam kartu sholat itu harus ada tanda-tangan orang
tua, imam atau pegawai syari lainnya. Jadi siswa yang sholat harus meminta
ttd orang tua dan imam sebagai bukti. Kemudian kartu itu akan dikumpul tiap
minggunya untuk diperiksa dan diberikan nilai. Nah itu menjadi nilai
tambahan untuk pelajaran fiqih dalam hal praktek. Dengan adanya kartu
sholat, bisa dilihat di masjid itu anak-anak yang sholat lebih banyak dari
93
orang tua. Karena mereka berlomba-lomba untuk sholat dan mengisi kartu
sholat mereka. Hal itu diharapkan bisa menjadi salah satu cara yang
mengajarkan materi doa-doa harian, materi itu ada pada pelajaran akhlak.
Setiap siswa harus menulis doa sesuai yang akan dipelajarai hari itu.
Contohnya belajar doa makan, setelah ditulis guru menjelaskan arti doa
tersebut juga mengajarkan adab dalam makan. Kemudian siswa ditugaskan
untuk menghafal doa beserta artinya. Agar supaya saat berdoa mereka tau
kelas. Siswa yang tidak bisa menghafal tidak diberikan izin untuk istirahat.
Hal itu dilakukan agar mereka berusaha untuk menghafalnya. Tidak hanya
sampai disitu, setelah akan pulang mereka juga dites kembali hafalannya,
yang pulang duluan adalah siswa yang hafal. Kurang lebih seperti itu.
4. Program khusus untuk hal ini mungkin belum ada. Cuma siswa sebisa
tersebut. Yang paling sering diulang adalah doa yang dalam kegiatan sehari-
hari banayak dilakukan. Seperti doa sebelum dan sesudah makan, doa
sebelum dan bangun tidur, masuk dan keluar kamar mandi, keluar rumah,
masuk dan keluar masjid. Lalu diberitahukan juga pada orang tua melalui
grup Wa doa apa yang sudah dihafal hari ini Agar supaya orang tua bisa cek
anaknya saat dirumah. Kira-kira seperti itu upaya kami dalam membiasakan
94
5. Dalam pengenalan huruf hijaiyah, kepala madrasah mengadakan program
dianggap lebih mudah dan cepat untuk belajar huruf hijaiyah. Hal itu sudah
dibuktikan selama kurang lebih 1 tahun terakhir siswa madrasah yang masih
duduk di kelas 2, bahkan ada 1, 2 orang juga kelas 1 yang sudah bisa
membaca Alquran dengan baik dan benar dalam waktu kurang lebih 3 bulan.
kebiasaan membaca doa sehari bisa muncul dari anak itu sendiri atau juga
dari luar. Yang muncul dari diri sendiri misalnya malas. Nah faktor fari
luarnya bisa juga teman atau orang tua. Sudah anak itu malas, ditambah lagi
anak ini berteman dengan orang-orang yan tidak mau sekolah dan orang
tuanya juga tidak mau mengontrol dan menyuruh anaknya untuk sholat maka
ibadah tersebut.
agar, materi mudah diterima dengan baik oleh siswa. Selanjutnya di luar
perhatian kepada anak agar apa yang sudah diajarkan di madrasah dapat
95
HASIL OBSERVASI
hanya saja di MDA Alkhairaat waktunya lebih singkat dengan durasi 3 jam.
Apel masuk dilaksajakaj jam 14.00 peserta didik berdoa sebelum masuk kelas
dan menghafal doa-doa. Saat masuk waktu sholat Ashar KBM dihentikan
3. Upaya yang dilakukan dalam internalisasi nilai ibadah sholat lima waktu
peserta didik untuk diisi atau diceklis setiap peserta didik melaksanakan sholat
jika tidak maka diberi tanda silang. Kartu sholat tersebut juga ditanda-tangani
oleh orang tua masing-masing serta imam atau pegawai syari sebagai bukti
bahwa benar peserta didik melaksanakan sholat. Kemudian tiap bulan guru
mengadakan praktek sholat untuk mengevaluasi peserta didik. Dalam hal ini
sehari-hari
Setiap hari peserta didik harus menghafal doa-doa harian saat apel masuk kelas
dan saat akan pulang. Selain itu saat pelajaran akhlak peserta didik yang tidak
bisa menghafal doa yang susah ditulis, tidak diizinkan untuk istirahat bermain.
96
Guru juga memberikan informasi kepada orang tua untuk selalu mengulangi
mengenal huruf hijaiyah. Mulai dari tahap awal di kelas 1 mereka diajarkan
untuk menyebut dan menulis. Dari kelas 1 juga sudah diajarkan menulis huruf
yang bersambung walaupun belum panjang. Pada malam hari setelah selesai
sholat Magrib peserta didik dibagi sesuai rumah masing-masing yang dekat
denga guru untuk mengaji dirosa. Hal tersebut dilakukan agar memperlancar
peserta didik untuk membaca Al-Qur‟an
97
DOKUMENTASI
98
Wawancara Dengan Guru Kelas2 MDTA Alkhairaat
99
Wawancara Dengan Orang Tua Peserta Didik
100
Foto Bersama Kepala MDTA Alkhairaat dan Guru
101
102
103
104
BIODATA PENULIS
e-mail : istidizabayahu@gmail.com
Riwayat pendidikan
SD : SD Negeri Tontalete
Manado,
Penulis,
105