Anda di halaman 1dari 153

PENGARUH KOMUNIKASI PENGASUH TERHADAP

MINAT MENGHAFAL AL-QUR’AN SANTRI DI


PONDOK PESANTREN NURUL ULUM YAYASAN
NURUL HUDA PEUREULAK

SKRIPSI

DISUSUN
OLEH

YUSNITA
NIM. 163109803

JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM (KPI)


FAKULTAS USHUDLUDDIN, ADAB DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
LHOKSEUMAWE
2020
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Sihabudin, Komunikasi Antar Budaya, Jakarta:Bumi Aksara, 2013.

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Persfektif Islam, Bandung: Remaja


Rosdakarya, 2006.

Abdurrahman An Nahlawi, Prinsip-prinsip dan Metode Pendidikan Islam, Terj.


Hery Noor Ali, Bandung: Diponegoro, 2001.

Amirul Hadi dan Haryono, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Pustaka


Setia, 2005.

Dwi Priyatno, Mandiri Belajar SPSS (Untuk Analisis Data dan Uji Statistik),
Yogyakarta: Mediakom, 2008.

Departemen Pendidikan, kamus Bahasa Indonesia: Edisi Ketiga.

Deddy Mulyana, Komunikasi Efektif Suatu Pendekatan Lintas Budaya,


Bandung:Remaja Rosdakarya, 2005.

Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS, Semarang: Badan


Penerbit Universita Diponegoro, 2005.

Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (akarta: Raja Grafindo Persada,


2007.

Harbani Pasalong, Metode Penelitian Administrasi Publik. Cet.1, Bandung:


Alvabeta, 2012.

Husein Umar. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, Edisi 11.
Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011.

Imam Ghazali,Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Semarang;


Badan Penrbit Universitas Diponogoro, 2005.

Ismail SM, Paradigma Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001.

Kasmir, Kewirausahaan, Jakarta: Raja Grafindo, 2007.

Meaity Takdir Qadratillah dkk, Kamus Besar Bahasa Indonesia Untuk Pelajar,
Jakarta: Badan Pengembangan dan pembinaan Bahasa, 2011.

Muhammad Mufid, Komunikasi dan Regulasi Penyiaran, Jakarta:Kencana, 2010.

Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya


Offset, 2004.
Rosmawaty, Mengenal Ilmu Komunikasi, Jakarta:Widya Padjadjaran, 2010.

R. Wayne Pace Don F.Faules, Komunikasi Organisasi Strategi meningkatkan


Kinerja Perusahaan, Bandung:Remaja Rosdakarya, 2006.

Stephen W. Ilteljohn dan Karen A. Foss, Teori Komunikasi:Theories Of Human


Communication, Jakarta:Salemba Humanika, 2009.

The Liang Gie, Cara Belajar yang Efisien, Yogyakarta: Liberty, 2012.

Widjaja. Komunikasi:Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, Jakarta: Bumi


Aksara, 2002.

Singgih Santoso, Statistik dengan SPSS, (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2005.

Singgih Santoso, Buku Latihan SPSS Statistik Paramedik, Jakarta: Elex Media
Komputindo, 2007.

Saifuddin Azwar, Reliabilitas dan Validitas, Yogyakarta :Pustaka Belajar, 1992.


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan atas ke hadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya dan juga telah memberi peneliti sehat

badan dan fikiran sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan segala

jalan kemudahan yang dianugerahkan oleh Allah SWT, dan tidak lupa pula

shalawat beserta salam penulis sanjung sajikan kepada penghulu alam Nabi Besar

Muhammad SAW beserta keluarga, dan kepada al-sahabat beliau sekalian yang

telah membawa cahaya kebenaran dimuka bumi ini.

Skripsiiniberjudul “Pengaruh Komunikasi Pengasuh Terhadap Minat

Menghafal Al-Qur’an Santri di Pondok Pesantren Nurul Ulum Yayasan

Nurul Huda Peureulak”. Telah dapat diselesaikan sebagai salah satu beban studi

untuk memperoleh gelar( SI ) pada Jurusan Dakwah Fakultas Ushudluddin, Adab

Dan Dakwah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Lhokseumawe 2020. Dalam

penyusunan penelitian skripsi ini peneliti mendapatkan banyak saran, masukan

dan bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini peneliti

ingin menyampaikan penghargaan dan ucapan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Hafifuddin, M.Ag, selaku Rektor pada Institut Agama Islam

Negeri (IAIN) Lhokseumawe.

2. Bapak Dr. Kamaruzzaman, MA selaku Dekan Fakultas Ushuluddin Adab dan

Dakwah pada Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Lhokseumawe.

iii
3. Ibu Dr. Marhamah, M.kom.I, selaku Kepala Jurusan Komunikasi dan

Penyiaran Islampada Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Lhokseumawe,

serta selaku pembimbing I skripsi yang telah bersedia meluangkan waktu

untuk memeberi bimbingan dan arahan.

4. Bapak Muhammad Ikhsan, MA selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi dan

Penyiaran Islam Pada Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Lhokseumawe.

5. Bapak Zamri, M. Kom. I, selaku pembimbing II yang telah mendidik dan

membimbing peneliti dengan memberikan masukan-masukan yang berharga

kepada peneliti.

6. Seluruh Bapak dan Ibu dosen Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam yang

telah membimbing peneliti dlam menempuh studi selama ini.

7. Terima kasih peneliti yang tiada habis-habisnya peneliti ucapkan yaitu

kepada Orang tua peneliti, Ayahanda dan Ibunda Tercinta, semoga setiap

tetes keringat dan do’a-do’amu yang telah engkau berikan kepada anakmu

menjadi berkah. Dan Saudara-saudaraku tercinta, terimakasih atas dukungan

moril dan materialnya.

8. Teman-teman seperjuangan dan seangkatan 2016 yang peneliti sayangi dan

banggakan yang telah senantiasa mendukung dalam penyelesaian skrpsi ini,

Maaf jika peneliti tidak sempat menulis namanya satu persatu.

Akhirnya penulis mendo’akan semoga semua amal kebaikan yang telah di

berikan mendapatkan pahala dan balasan kebaikan yang berlimpah dari Allah

iv
SWT, di berkahi umur yang panjang serta rezeki yang tiada henti-hentinya. Amin

Ya Rabbal ’alamin.........

Lhokseumawe, 12 Januari 2021

Penulis

v
DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN SIDANG MUNAQASYAH ................... i


LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ...................................... ii
KATA PENGANTAR........................................................................... iii
DAFTAR ISI ............................................................................. vi
DAFTAR TABEL ............................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR............................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... x
ABSTRAK ............................................................................. xi
BAB I : PENDAHULUAN ................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................... 6
C. Tujuan Penelitian............................................................. 6
D. Manfaat Penelitian........................................................... 6
E. Sistematika Penulisan...................................................... 7
BAB II : LANDASAN TEORITIS...................................................... 9
A. Konsep Komunikasi........................................................... 9
1. Pengertian Komunikasi................................................ 9
2. Bentuk Komunikasi ..................................................... 11
3. Karakteristik Komunikasi ............................................ 12
4. Metode Komunikasi..................................................... 14
5. Unsur-unsur Komunikasi............................................. 15
B. Pengasuh/Guru................................................................... 21
1. Pengertian Pengasuh atau Guru ................................... 21
2. Karaktersitik Guru ...................................................... 24
3. Syarat-Syarat Menjadi Guru ........................................ 28
4. Sikap dan Sifat-sifat Guru ........................................... 30
5. Tanggung Jawab Seseorang Guru ............................... 31
C. Komunikasi Pengasuh ...................................................... 33
D. Hakikat Minat ................................................................... 35
1. Pengertian Minat ......................................................... 35
2. Sebab-sebab Timbulnya Minat ................................... 38
3. Cara Membangkitkan Minat Belajar ........................... 41
4. Fungsi Minat dalam Belajar......................................... 44
5. Aspek-aspek Minat Belajar.......................................... 46
6. Indikator Minat Belajar................................................ 48
7. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar Siswa...... 50
E. Kajian Terdahulu ............................................................... 54
F. Kerangka Berpikir ............................................................. 56
G. Hipotesis ............................................................................ 56

vi
BAB III: METODOLOGI PENELITIAN.......................................... 57
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian.................................. 57
B. Pendekatan dan Jenis Penelitian ........................................ 57
C. Sumber Data ...................................................................... 57
D. Populasi dan Sampel Penelitian......................................... 58
E. Pengukuran Variabel dan Definisi Operasional ................ 60
F. Teknik Pengumpulan Data ................................................ 61
G. Instrumen Pengumpulan Data............................................ 61
H. Uji Coba Instrumen............................................................ 63
I. Teknik Analisis Data ......................................................... 68
BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................... 71
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................... 71
B. Deskripsi Responden Penelitian ....................................... 79
C. Hasil Uji Asumsi Klasik................................................... 83
1. Uji Normalitas Data.................................................... 83
2. Uji Linieritas............................................................... 85
D. Pengujian Hipotesis .......................................................... 86
1. Hasil Uji t dan Analisi Regresi Sederhana ................. 87
2. Hasil Uji Koefisien Determinan (R2) ......................... 89
3. Kategori Data Penelitian............................................. 89
E. Analisis Pembahasan ........................................................ 93
BAB V : PENUTUP ............................................................................. 96
A. Kesimpulan....................................................................... 96
B. Saran ................................................................................. 97
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

vii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Skala Likert pada Pertanyaa Kuesioner ...................................... 63


3.2 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ................................................... 65
3.3 Uji Validitas Variabel Minat Menghafal Al-Qur’an................... 68
3.3 Uji Validitas Variabel Minat Komunikasi Pengasuh.................. 69
3.4 Uji Reliabilitas ........................................................................... 70
4.1 Data Guru Pondok Pesantren Nurul Ulum Yayasan Nurul Huda
Peureulak .................................................................................... 78
4.2 Data Siswa Pondok Pesantren Nurul Ulum Yayasan Nurul
Huda Peureulak .......................................................................... 79
4.3 Data Fisik dan Bangunan Pondok Pesantren Nurul Ulum
Yayasan Nurul Huda Peureulak ................................................ 80
4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia................................ 81
4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Hafalan.............. 83
4.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Jneis Kelamin ................ 84
4.7 Uji Normalitas Data .................................................................... 87
4.8 Uji Linieritas ............................................................................... 88
4.9 Uji t ............................................................................................. 89
4.10 Regresi Sederhana....................................................................... 90
4.11 Koefisien Determinan (R2) ......................................................... 91
4.12 Nilai Empirik dan Hipotetik Minat Menghafal Siswa ................ 92
4.13 Norma Kategorisasi .................................................................... 92
4.14 Kategorisasi Data Minat Menghafal ........................................... 93
4.15 Nilai Empirik dan Hipotetik Komunikasi Pengasuh................... 93
4.16 Norma Kategorisasi .................................................................... 94
4.17 Kategorisasi Data Minat Menghafal ........................................... 94

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Bagan Kerangka Konseptual....................................................... 56

4.1 Persentase Jumlah Responden berdasarkan Usia Responden ..... 82

4.2 Persentase Jumlah Responden berdasarkan Jumlah Hafalan ...... 84

4.3 Persentase Jumlah Responden berdasarkan Jenis Kelamin ........ 85

4.4 Hasil Normalitas Data Menggunakan Normal P-PPlot............... 86

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran :

1. Surat Keputusan Dosen Pembimbing Skripsi


2. Angket Penelitian
3. Surat Izin Penelitian
4. Surat Keterangan Telah Melakukan penelitian
5. Hasil Uji Data
6. Dokumentasi Hasil Penelitian
7. Daftar Riwayat Hidup

x
ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Pengaruh Komunikasi Pengasuh Terhadap Minat


Menghafal Al-Qur’an Santri di Pondok Pesantren Nurul Ulum Yayasan Nurul
Huda Peureulak”. Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini
yaitu: 1) Bagaimana komunikasi pengasuh di Pondok Pesantren Nurul Ulum
Yayasan Nurul Huda Peureulak? 2) Bagaimana minat menghafal al-qur’an santri
di Pondok Pesantren Nurul Ulum Yayasan Nurul Huda Peureulak? 3)
Bagaimanakah pengaruh komunikasi pengasuh terhadap minat menghafal al-
qur’an santri di Pondok Pesantren Nurul Ulum Yayasan Nurul Huda Peureulak?
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini menggunakan
pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian lapangan (field reseach) di mana
jumlah populasi 62 santri. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa: 1)
Komunikasi pengasuh di Pondok Pesantren Nurul Ulum Yayasan Nurul Huda
Peureulak terdapat subjek yang memiliki tingkat komunikasi pengasuh rendah
tidak ada, sebanyak 11% atau 7 subjek memiliki tingkat komunikasi pengasuh
sedang dan sebanyak 89% atau 55 subjek memiliki tingkat komunikasi pengasuh
tinggi. 2) Minat menghafal al-qur’an santri di Pondok Pesantren Nurul Ulum
Yayasan Nurul Huda Peureulak terdapat subjek yang memiliki tingkat minat
menghafal rendah yaitu 1 atau 2%, sebanyak 42% atau 26subjek memiliki tingkat
minat menghafal sedang dan sebanyak 56% atau 35 subjek memiliki tingkat minat
menghafal tinggi. 3) Pengaruh komunikasi pengasuh terhadap minat menghafal
al-qur’an santri di Pondok Pesantren Nurul Ulum Yayasan Nurul Huda Peureulak
itu ada terbukti dari nilai signifikan thitung komunikasi pengasuh (X) sebesar 2.071
maka thitung > ttabel = 2.071 > 2,000. Dengan demikian berpengaruh positif dan
signifikan karena 0,043 < 0,05 terhadap minat menghafal Al-Qur’an santri, maka
Ha terbukti/diterima.

Kata kunci : Minat Menghafal Santri, Komunikasi Pengasuh

xi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Komunikasi baik secara ilmu maupun dalam perspektif yang bersifat

pragmatis, memiliki cakupan ruang lingkup yang luas dan dapat diaplikasikan

diberbagai aspek kehidupan. Seiring dengan perkembangan zaman yang dikuti

pula dengan pranata kehidupan, sehingga cakupan ilmu komunikasi saat ini tidak

hanya sebagai komunikasi itu sendiri akan tetapi sudah menyangkut seluruh

kegiatan interaksi manusia yang didalamnya terdapat proses komunikasi atau yang

disebut dengan komunikasi, antara lain adalah komunikasi guru disekolah. Pada

kegiatan pembelajaran disekolah dalam proses interaksi guru dan siswa

komunikasi yang gunakan oleh guru sangat berperan penting untuk mencapai

proses komunikasi yang efektif baik itu dalam interaksi yang biasa maupun

formal. Oleh karena itu dalam setiap proses interaksi komunikasi yang digunakan

harus selalu diperhatikan.1

Dalam pembentukan minat belajar siswa tidaklah semudah membolak

balikan telapak tangan, butuh usaha yang ekstra dan pendekatan yang intensif

kepada para siswa. Melalui pola komunikasi yang baik minat belajar siswa akan

lebih mudah dibentuk. Proses belajar mengajar tidak perlu dibuat kaku, siswa

tidak harus selalu dikekang, tetapi dengan menjadikan siswa sebagai “anak”, di

1
Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), h.
4.
2

dalam ruangan tidak kaku, suasana kelas cukup dibuat menyenangkan maka siswa

akan fokus mendengarkan apa yang akan disampaikan.

Betapa pentingnya kemampuan dalam berkomunikasi ini. Apa lagi, bagi

anak didik dalam proses belajar mengajar, tentu akan sulit meraih keberhasilan

bila tidak biasa berkomunikasi dengan baik. Oleh karena itu, hendaknya seorang

guru mempunyai keterampilan dalam membangun kemampuan anak didiknya

untuk berkomunikasi. Mengenai hal ini, seorang guru harus memperbaiki

kemampuannya dalam berkomunikasi dahulu, bagaimana mungkin seorang guru

dapat membangun kemampuan berkomunikasi anak didiknya jika ia sendiri belum

mempunyai keterampilan dalam berkomunikasi.

Sekolah merupakan salah satu institusi pendidikan yang mempunyai peran

untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Para penerus pemimpin bangsa ini mulai

dilahirkan disini. Melahirkan para calon-calon penerus pemimpin bangsa

bukanlah sebuah pekerjaan yang mudah, diperlukan suatu perjuangan dan

kapasitas seorang pendidik yang mumpuni. Kemampuan dalam menyampaikan

ilmu kepada peserta didik sangat diperlukan agar tercapainya keefektifan belajar.

Guru dalam hal ini dituntut harus mempunyai kemampuan komunikasi yang baik.

Kurangnya komunikasi akan menghambat perkembangan kepribadian. Apa

jadinya jika seorang pendidik tidak memiliki komunikasi yang baik dengan para

peserta didiknya. Hal ini pastilah berdampak pada kepribadian siswa. Apakah

siswa yang dididik akan mempunyai kepribadian yang baik atau tidak tergantung

dengan kemampuan komunikasi guru yang dilakukan kepada peserta didik.


3

Guru dan siswa merupakan dua komponen yang dapat dianalogikan seperti

teori simbiosis mutualisme yaitu peran yang saling menguntungkan satu dengan

yang lain. Jika salah satu komponen saja yang aktif tentunya tidak akan

menghasilkan dampak yang maksimal. Sebagai timbal balik kemampuan

komunikasi yang baik dari guru, siswa sebagai peserta didik hendaknya juga

memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik kepada guru. Interaksi

komunikatif seperti inilah yang akan mendatangkan kenyamanan siswa dalam

belajar dan guru dalam mengajar sehingga mendatangkan dampak positif salah

satunya menambah kemauan siswa untuk aktif dalam mengikuti kegiatan belajar

mengajar di sekolah. Guru yang efektif bukan hanya mengetahui pokok

permasalahan siswa, tetapi juga dapat mengkomunikasikan pengetahuan yang

dimilikinya kepada siswa. keberhasilan proses belajar mengajar sangat ditentukan

oleh faktor guru. Tugas guru adalah menyampaikan materi pelajaran kepada siswa

melalui interaksi komunikasi dalam proses belajar mengajar yang dilakukannya.

Keberhasilan guru dalam menyampaikan materi sangat tergantung pada

kelancaran interaksi komunikasi antara guru dengan siswanya. Ketidaklancaran

komunikasi membawa akibat terhadap pesan yang disampaikan guru.2

Sekolah maupun pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan yang

didalamnya mencakup kegiatan pembelajaran, proses pembentukan karakter

siswa/santri, pengajaran ilmu pengetahuan serta bimbingan kepada siswa/santri

sehingga mampu tumbuh dengan karakter yang baik, wawasan yang luas dan otak

yang cerdas. Salah satu unsur yang menentukan dalam pelaksaan komunikasi di

2
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Prenademedia Group, 2006), h. 98
4

pondok pesantren adalah guru yang memiliki peranan memberikan pelajaran,

bimbingan serta mengajarkan ilmu pengetahuan serta menumbuhkan minat dari

santri untuk belajar.

Minat belajar yang tinggi sangatlah utama, tanpa adanya minat maka

seseorang akan sulit untuk menggerakkan segala panca indera yang dimilikinya

dalam melakukan segala sesuatu hal yang ada didekatnya. Begitu juga dengan

minat belajar santri dalam menghafal Al-Qur’an sangatah utama, untuk itu

dibutuhkan cara berkomunikasi yang efektif dari pengasuh dalam memaksimalkan

minat yang ada di dalam santri sehingga timbulnya keinginan yang tinggi agar

dapat menghafal Al-Qur’an dengan sebaik mungkin dari segi kuantitas maupun

kualitas.

Sebagai bagian dari lembaga pendidikan maka hal tersebut berlaku pada

semua pondok pesantren tanpa terkecuali pada pondok pesantren yang ada di

Kabupaten Aceh Timur salah satunya adalah Pondok Pesantren Nurul Ulum

Yayasan Nurul Huda Peureulak. Pondok pesantren ini memiliki program

pembelajaran hafidh Al-Qur’an dari usia anak-anak hingga remaja. Proses

pembelajaran yang dilakukan sebagaimana biasanya, jika dipagi hari mereka

belajar umum hingga menjelasng waktu zuhur, setelah makan dna istirahat, maka

dijam 2.30 WIB santri mulai masuk kelas untuk belajar pengajian hingga jam

16.00 WIB, siap shalat ashar para santri di wajibkan untuk masuk kelas Hafidh

yang diperuntukan pada waktu selesaianya shalat ashar dan selesainya shalat
5

subuh, karena diwaktu tersebut para santri akan lebih mudah untuk menghafal

karena dimalam hari mereka akan belajar kitab kembali.3

Mengingat jadwal belajar yang padat maka minat dari siswa untuk belajar

sangatlah diutamakan, terlebih lagi untuk menumbuhkan minat santri dalam

menghafal Al-Qur’an maka membutuhkan komunikasi yang efektif dari pengasuh

supaya santri lebih semangat dalam menghafal secara benar, untuk itu komunikasi

pengasuh sangtlah berpengaruh terhadap minat menghafal santri untuk lebih baik

dan lebih cepat bisa.

Semua harapan tersebut belum bisa terwujud dengan baik, karena pada

dasarnya minat menghafal santri yang ada di Pondok Pesantren Nurul Ulum

Yayasan Nurul Huda Peureulak hanya sekedar menjalankan program pesantren

tanpa adanya keinginan yang kuat serta yang kukuh untuk dapat menghafal Al-

Quran dengan maksimal, sehingga mengakibatkan santri berani bolos belajar,

santri cepat lupa dan juga adanya santri yang tidur disaat proses belajar mengajar

itu terjadi, oleh sebab itu komunikasi yang baik sangatlah diharapkan dalam

pembentukan minat menghafal yang tinggi dari para santri yang ada di Pondok

Pesantren Nurul Ulum Yayasan Nurul Huda Peureulak.4

Berdasarkan latar belakng masalah di atas, maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian lebih lanjut dengan judul; “Pengaruh Komunikasi

Pengasuh Terhadap Minat Menghafal Al-Qur’an Santri di Pondok

Pesantren Nurul Ulum Yayasan Nurul Huda Peureulak”.

3
Hasil observasi awal di Pondok Pesnatrean Nurul Ulum Yayasan Nurul Huda peureulak.
Pada tanggal 20 November 2019.
4
Hasil Wawancara dengan Ustadah Rahmayani, Pengasuh Hafal Al-Qur’an di Pondok
Pesantren Nurul Ulum Yayasan Nurul Huda Peureulak, pada tanggal 02 Januari 2020.
6

B. Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi pertanyaan penelitian dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana komunikasi pengasuh di Pondok Pesantren Nurul Ulum

Yayasan Nurul Huda Peureulak?

2. Bagaimana minat menghafal al-qur’an santri di Pondok Pesantren Nurul

Ulum Yayasan Nurul Huda Peureulak?

3. Bagaimanakah pengaruh komunikasi pengasuh terhadap minat menghafal

al-qur’an santri di Pondok Pesantren Nurul Ulum Yayasan Nurul Huda

Peureulak?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitiannya adalah:

1. Untuk mengetahui komunikasi pengasuh di Pondok Pesantren Nurul Ulum

Yayasan Nurul Huda Peureulak.

2. Untuk mengetahui minat menghafal al-qur’an santri di Pondok Pesantren

Nurul Ulum Yayasan Nurul Huda Peureulak.

3. Untuk mengetahui pengaruh komunikasi pengasuh terhadap minat

menghafal al-qur’an santri di Pondok Pesantren Nurul Ulum Yayasan

Nurul Huda Peureulak.

D. Manfaat Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan pasti memberikan manfaat yang baik bagi

objek, penelitian, dan seluruh komponen yang terlibat dalam penelitian. Manfaat

dari penelitian ini antara lain:


7

1. Manfaat Teoritis:

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih pemikiran

dalam ilmu komunikasi seorang pengasuh, terlebih lagi seorang pengasuh dalam

bidang agama yang membangkitkan minat menghafal maupun belajar siswa untuk

lebih memahami tentang pendidikan agama lebih sempurna.

2. Manfaat Praktis:

1) Bagi peneliti, penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan

wawasan mengenai komunikasi dan komunikasi antar pribadi.

2) Bagi pembaca, penelitian ini dapat memberikan informs secara

tertulis meupun sebagai referensi mengenai komunikasi pengasuh

berpengaruh terhadap minat santri untuk menghafal al-Qur’an.

E. Sistematika Penulisan

Tujuan digunakan sistematika skripsi ini adalah untuk memudahkan

peneliti dalam penyusan laporan yang sistematis, sehingga diperoleh deskripsi

yang jelas dan mendetai mengenai hasil dari skripsi, adapun sistemtikanya adalah

sebagai berikut:

Bagian pendahuluan, berisi: halam judul, halam pengesahan, kata

pengantar, daftar isi, daftar gambar dan daftar lampiran.

Bab I Pendahuluan, meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, kajian terdahulu dan sistematika

skripsi.

Bab II kerangka teori yang tediri atas uraian tentang konsep-konsep, serta

teori-teori yang berisi referensi dalam skripsi dan kerangka befikir.


8

Bab III Metode Penelitian, yang meliputi dasar penelitian, uraian lokasi

tentang lokasi penelitian, Populasi dan Sampel, teknik pengumpulan data dan

metode analisis data.

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, berisi tentang hasil pengolahan

data.

Bab V penutup, yang terdiri dari simpulan dan saran.Pada akhir skripsi

berisi daftar pustaka serta lampiran-lampiran.


BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Konsep Komunikasi

1. Pengertian Komunikasi

Secara etimologis atau menurut asal katanya, istilah komunikasi berasal

dari bahasa latin communication, dan kata ini bersumber pada ka communis yaitu

sama makna mengenai suatu hal. Secara terminologis komunikasi berarti proses

penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. 1 Ratusan

pengertian komunikasi baik itu eksplinsit (nyata dan Implisit (tersembunyi) untuk

mengambarkan definisi komunikasi.2

Sebuah asumsi dasar bahwa komunikasi berhubungan dengan perilaku

manusia dan kepuasan terpenuhinya kebutuhan berinteraksi dengan manusia-

manusia lainnya. Hampir setiap orang membutuhkan hubungan social dengan

orang-orang yang lainnnya dan kebutuhan ini terpenuhi melalui pertukaran pesan

yang berfungsi sebagai jembatan untuk mempersatukan manusia-manusia yang

tanpa berkomunikasi akan terisolasi.3

Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide,

gagasan) dari satu pihak kepihak lain.4 Menurut kamus bahasa Indonesia,

komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang

1
Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya Offset,
2004), h. 3-4.
2
Muhammad Mufid, Komunikasi dan Regulasi Penyiaran, (Jakarta:Kencana, 2010), h. 1
3
Ahmad Sihabudin, Komunikasi Antar Budaya, (Jakarta:Bumi Aksara, 2013), h. 14.
4
Stephen W. Ilteljohn dan Karen A. Foss, Teori Komunikasi:Theories Of Human
Communication, (Jakarta:Salemba Humanika, 2009), h. 153

9
10

atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami.5 Komunikasi adalah

proses berbagi makna melalui perilaku verbal dan nonverbal.6

Sebuah definisi yang dibuat oleh kelompok sarjana komunikasi yang

mengkhususkan diri pada studi komunikasi antar manusia bahwa komunikasi

adalah suatu transaksi, proses simbolik yang menghendaki orang-orang mengatur

lingkungannya dengan (1) membangun hubungannya dengan manusia, (2) melalui

pertukaran informasi, (3) untuk menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain, (4)

berusaha mengubah sikap dan tingkah laku itu.7

Menurut Effendy dalam Rosmawaty, komunikasi adalah proses pernyataan

antar manusia, dimana yang dinyatakan itu adalah pikiran, perasaan seseorang

kepada orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai alat penyaluran.8

Sunggguh banyak sekali definisi komunikasi itu sendiri Dance dan Larson telah

mengumpulkan 126 Definisi komunikasi yang berlainan namun tidak praktis

ataupun memungkinkan untuk membahas semua definisi tersebut.9

Garis besar dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa komunikasi

adalah penyampaian informasi dan pengertian dari seseorang kepada orang lain.

Komunikasi akan dapat berhasil baik apabila sekiranya timbul saling pengertian,

yaitu jika kedua belah pihak pengirim dan penerima informasi dapat memahami.

Ini tidak berarti bahwa kedua belah pihak harus menyetujui sesuatu gagasan

5
Departemen Pendidikan, kamus Bahasa Indonesia: Edisi Ketiga, h. 585
6
Deddy Mulyana, Komunikasi Efektif Suatu Pendekatan Lintas Budaya, (Bandung:Remaja
Rosdakarya, 2005), h. 3.
7
Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), h.
19-20.
8
Rosmawaty, Mengenal Ilmu Komunikasi, (Jakarta:Widya Padjadjaran, 2010), h. 14.
9
R. Wayne Pace Don F.Faules, Komunikasi Organisasi Strategi meningkatkan Kinerja
Perusahaan, (Bandung:Remaja Rosdakarya, 2006), h. 26.
11

tersebut, yang penting adalah kedua belah pihak sama-sama memahami gagasan

tersebut. Hal seperti inilah baru dapat dikatakan bahwa komunikasi telah berhasil

baik (komunikatif). Menurut John R. Schemerhorn cs menyatakan bahwa

komunikasi itu dapat diartikan sebagai proes antar pribadi dalam mengirim dan

menerima simbol-simbol yang berarti bagi kepentingan mereka.10

2. Bentuk Komunikasi

Menurut Joseph A. Davito yang dikutip oleh Abdullah Masmuh

mengungkapkan bahwa bentuk komunikasi terdapat 5 jenis yaitu:11

a. Pola lingkaran

Dalam pola ini semua anggota organisasi dapat berkomunikasi

dengan anggota yang lainnya, mereka mempunyai kekuatan untuk

memepngaruhi kelompoknya, namun tidak memiliki pimpinan yang

jelas.

b. Pola roda

Pola roda berbeda dengan pola lingkaran. Pola roda di sini memiliki

pimpinan yang jelas, sehingga kekuatan pimpinan berada pada posisi

sentral dan berpengaruh dalam proses penyamapain pesannya yang

aman semua informasi yang berjalan harus terlebih dahulu

disampaikan kepada pimpinan.

c. Pola Y

10
Widjaja. Komunikasi:Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, (Jakarta: Bumi Aksara,
2002), h. 8
11
Abdullah Masmuh, Komunikasi Organisasi dalam perspektf Teori dan Praktek, (Malang:
UPT Muhammadiyah Malang, 2008), h. 58
12

Pola Y juga memiliki pimpinan yang jelas dalam proses aliran

informasi. Semua anggota yang terlibat di dalamnya dapat

mengirimkan dan menerima pesan dengan yang lainnya

d. Pola Rantai

Pola rantai memiliki lima tingkatan yang disebut dengan komunikasi

ke atas dan komunikasi ke bawah yang aliran informasinya terjadi

dari atas dank e bawah begitu juga

e. Pola semua saluran/bintang

Merupakan gabungan dan pengembnagan dari pola lingkaran yang

aman terjadi interkasi timbale balik antara anggota komunikasi tanpa

mengenal siapa yang menjadi pimpinan sentral.

3. Karakteristik Komunikasi

Komunikasi dapat terjadi dalam berbagai konteks. Bisa dilakukan secara

langsung antara satu orang atau lebih dengan yang lainnya, bisa juga dilakukan

melalui media, baik media massa maupun media nirmassa. Untuk melihat betapa

kompleksnya komunikasi, Sendjaja menjelaskan beberapa karakteristik

komunikasi, yaitu :12

a. Komunikasi adalah suatu proses.

b. Komunikasi adalah upaya yang disengaja serta mempunyai tujuan.

c. Komunikasi menuntut adanya partisipasi dan kerjasama dari para

pelaku yang terlibat.

d. Komunikasi bersifat simbolis.

12
Sasa Djuarsa Sendjaja, pengatar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2004),
h. 23.
13

e. Komunikasi bersifat transaksional.

f. Komunikasi menembus ruang dan waktu.“

Dalam komunikasi terdapat enam karakteristik, pertama adalah

komunikasi sebagai suatu proses, artinya bahwa komunikasi merupakan

serangkaian tindakan atau peristiwa yang terjadi secara berurutan serta berkaitan

satu sama lainnya dalam kurun waktu tertentu. Kedua, komunikasi adalah upaya

yang disengaja serta mempunyai tujuan, artinya komunikasi merupakan kegiatan

yang dilakukan secara sadar, disengaja serta sesuai dengan tujuan atau keinginan-

keinginan dari pelakunya. 13

Ketiga, komunikasi menurut adanya partisipasi dan kerja sama dari para

pelaku yang terlibat, maksudnya kegiatan komunikasi akan berlangsung dengan

baik apabila pihak-pihak yang berkomunikasi (dua orang atau lebih) sama-sama

ikut terlibat dan sama-sama mempunyai perhatian yang sama terhadap topik pesan

yang dikomunikasikan. Keempat, komunikasi bersifat simbolis. Artinya

komunikasi pada dasarnya merupakan tindakan yang dilakukan dengan

menggunakan lambing-lambang, misalnya bahasa.

Kelima, komunikasi ber Kelima, komunikasi bersifat transaksional.

Komunikasi pada dasarnya menuntut dua tindakan: memberi dan menerima. Dua

tindakan tersebut tentunya perlu dilakukan secara seimbang atau proposional oleh

masing-masing pelaku yang terlibat dalam komunikasi. Terakhir, komunikasi

menembus faktor ruang dan waktu. Artinya, bahwa pelaku komunikasi tidak harus

13
Fajar M. Ilmu komunikasi Teori dan Praktik, (Yogyakarta: Graham Ilmu, 2009), h. 33
14

hadir pada ruang dan waktu yang sama. Dengan adanya berbagai produk

teknologi komunikasi seperti telepon, faksimili, teleks dan lain-lain.14

4. Metode Komunikasi

Pengertian metode menurut bahasa metode berasal dari bahasa yunani

methodos yang merukombinasi dari kata meta (melalui) dan hodos (jalan), dalam

bahasa Inggris metode berarti method yang berarti cara.15 Dalam kamus ilmiah

popular metode juga dapat diartikan sebagai cara yang sistematis dan teratur untuk

melaksanakan sesuatu atau cara kerja.16

Sedangkan pengertian metode secara istilah adalah jalan yang kita lalui

untuk mencapai tujuan. Banyak usaha tidak dapat berhasil atau pasti tidak

membuahkan hasil optimal, kalau tidak dipakai cara yang tepat. 17 Metode juga

dapat diartikan sebagai suatu cara atau teknis yang dilakukan dalam proses

penelitian.18 Metode juga berarti cara mengkaji kebenaran dalam ilmu

pengetahuan atau sikap maupun pengetahuan manusia.19 Sedangkan menurut

Munir metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu

tujuan.20

14
Ibid.., h. 34.
15
John M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta:Gramedia, 2000),
h. 379.
16
Paus A. Partanto, M. Dahlan Barri, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya, Arloka, 1994), h.
461.
17
K. Bertens, Metode Belajar Untuk Mahasiswa, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
2005), h. 2
18
Mardalis, Metode penelitian Suatu Pendekatan Proposal, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995),
h. 24.
19
Hasan Langgulung, Kreativitas dan Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka al-Husna, 1991),
h. 151.
20
M. Munir, Metode Dakwah, (Jakarta:Kecana, 2006), h. 6
15

Pengertian metode komunikasi menurut Komaruddin Sastradipoera adalah

“pendekatan dan teknik komunikasi agar pesan komunikasi yang disampaikan

dapat diterima dengan efektif.21 Selanjutnya Totok Tasmara Bahwa metode

Komunikasi ialah cara-cara yang dilakukan oleh seorang komunikator untuk

mencapai suatu tujuan tertentu.22

Berdasarkan pengertian metode komunikasi di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa metode komunikasi adalah suatu cara, atau pendekatan atau

teknik penyampaian komunikasi dengan tujuan apa yang diinginkan bisa tercapai

dengan baik.

5. Unsur-Unsur Komunikasi

Untuk dapat terjadinya proses komunikasi, minimal terdiri dari tiga unsur

utama. Yakni pengirim pesan, pesan dan target penerima pesan. Namun

komunikasi bukan semata terdiri atas tiga unsur tersebut. Ketiga unsur tersebut

merupakan unsur dasar, tetapi proses komunikasi dapat mengandung lebih dari

tiga unsur tersebut.

a. Pengirim pesan atau komunikator

Pengirim pesan adalah manusia yang memulai proses komunikasi,

disebut “komunikator”. Tujuan komunikator mengirimkan pesan

disebut “motif komunikasi”, ada yang menyebut pengiriman pesan atau

komunikator dengan istilah “pengirim” atau “sumber”. Atau ada pula

yang menyebut sebagai encoder. Istilah “encoder” identik dengan

21
Komaruddin Sastradipoera, 2003, Manajemen Marketing:Suatu Pendekatan Ramuan
Marketing, (Bandung:Kappa Sigma, 2003), h. 190.
22
Totok Tasmara, Komunikasi Dakwah, (Jakarta:Gaya Media Pratama, 2000), h. 49.
16

istilah yang diartikan sebagai alat penyandi. “Encoding” adalah proses

penyandian, sedangkan yang disandikan adalah pesan. 23

Komunikator dapat terdiri dari satu orang, banyak orang atau

lebih dari satu orang. Apabila orang yang terlibat dalam komunikasi

tersebut saling kenal sehingga disebut kjelompok kecil. Namun apabila

mereka tidak mengenal satu sama lain dapat disebut sebagai public atau

kelompok besar. Sementara, kumpulan banyak orang yang tidak hanya

mengenal satu sama lain, namun juga memiliki tujuan serta visi misi

yang sama dapat dikatakan sebagai organisasi.

Jadi, selain komunikator dapat berupa satu orang, dapat juga

komunikator lebih dari satu orang bahkan banyak orang. Hal tersebut

yang akhirnya menyebabkan jenis tatanan komunikasi mulai dari

komunikasi intrapersonal, komunikasi interpersonal, komunikasi massa,

komunikasi publik hingga komunikasi organisasi.

b. Penerima pesan atau komunikan

Penerima pesan atau komunikan adalah manusia berakal budi

kepada siapa pesan komunikator ditujukan. Ada pula yang

menyebutkan bahwa penerima pesan sebagai “decoder”. Dalam

komunikasi, utamanya dalam tataran antarpribadi peran komunikator

dan komunikan bersifat dinamis. Dapat saling berganti. Sebagaimana

komunikator, komunikan juga dapat terdiri dari satu orang, banyak

orang (kelompok kecil, kelompok besar termasuk dalam wujud

23
Fajar M. Ilmu komunikasi Teori dan Praktik…, h. 58.
17

organisasi) dan massa. Dilihat dari jumlah komunikator dan

komunikannya, proses komunikasi dapat terjadi dalam Sembilan

kemungkinan. Antara lain:24

1) Antara satu orang dan satu orang, misalnya penulis dengan kekasih

penulis.

2) Antara satu orang dan banyak orang, misalnya penulis dengan

mahasiswa penulis.

3) Antara satu orang dan massa, misalnya penulis sebagai penulis

opini di koran, penulis sebagai komunikator massa yang

menyampaikan pesan.

4) Antara banyak orang dan satu orang, misalnya sekelompok warga

desa yang melakukan demonstrasi terhadap lurahnya atau

menyampaikan tuntutan kepada kepala desanya.

5) Antara banyak orang dan banyak orang, misalnya sekelompok

mahasiswa dengan kelompok lain.

6) Antara banyak orang dan massa, misalnya sekelompok polisi

mencanangkan pesan anti-terorisme, menyampaikan melalui TV

sebagai media massa elektronik.

7) Antara massa dan satu orang, misalnya khalayak pembaca media

massa mempertanyakan pernyataan seseorang tokoh di media

massa.

24
Ibid…, h. 59-60.
18

8) Antara massa dan banyak orang, misalnya khalayak pembaca

media massa mempertanyakan sikap sekelompok polisi yang anti-

terorisme.

9) Antara massa dan massa, misalnya sebagian khalayak massa

pembaca Tempo yang setuju atas suatu pemberitaan, semrntara

sebagian khalayak lainnya tidak setuju atas pemutaran berita di

majalah itu.25

c. Pesan

Pesan didefinisikan sebagai segala sesuatu yang disampaikan

komunikator kepada komunikan untuk mewujudkan motif

komunikasinya. Pesan sebenarnya adalah sesuatu hal yang sifatnya

abstrak. Akan tetapi, ketika ia disampaikan dari komunikator kepada

komunikan menjadi konkret karena disampaikan dalam bentuk symbol

atau lambang berupa bahasa, suara, gambar, mimik, gerak-gerik dan

lain sebagainya.

Oleh karena itu lambang komunikasi disebut juga bentuk pesan,

yakni wujud konkret dari pesan yang berfungsi mewujudkan pesan

yang abstrak menjadi konkret. Suara, mimik, gerak-gerik lazim

digolongkan dalam pesan nonverbal. Sedangkan bahasa lisan dan

bahasa tulisan dikelompokkan ke dalam pesan verbal.

25
Ibid…, h. 61.
19

d. Saluran komunikasi dan media komunikasi

Agar apa yang disampaikan komunikator sampai pada

komunikan, dibutuhkan saluran dan media komunikasi. Saluran

komunikasi lebih identik dengan proses berjalannya pesan, seadangkan

media komunikasi lebih identik dengan alat (benda) untuk

menyampaikan. Komunikasi dapat terjadi tanpa media.

Komunikasi juga berjalan dengan bantuan sarana berupa media,

yang disebut media komunikasi. media komunikasi berfungsi sebagai

alat perantara yang sengaja dipilih komunikator untuk mengantarkan

pesannya agar sampai ke komunikan, Dalam komunikasi tatap muka

sebenarnya bukan berarti tidak ada perantara. jika diselidiki secara ilmu

fisika, pesan yang tersampaikan antara komunikator dan komunikan

terdapat zat perantaranya yaitu gelombang cahaya atau gelombang

suara. munculnya media komunikasi berarti juga pilihan untuk

membuat teknologi yang memudahkan zat perantara dapat

dimungkinkan secara teknis pada saat jarak antara komunikan dan

komunikator tidak berdekatan. jadi media adalah suatu hal yang dipilih,

sedangkan perantara bukanlah suatu hal yang dipilih karena sudah ada

dengan sendirinya saat terjadi komunikasi

e. Efek Komunikasi
20

Efek komunikasi adalah situasi yang diakibatkan oleh pesan

komunikator dalam diri komunikannya. Efek komunikasi ini berupa

efek psikologis yang terdiri dari tiga hal: 26

1) Pengaruh kognitif. Bahwa dengan komunikasi, seseorang menjadi

tahu tentang sesuatu. berarti komunikasi berfungsi untuk

memberikan informasi

2) Pengaruh afektif. Bahwa dengan pesan yang disampaikan terjadi

perubahan perasaan dan sikap. misalnya, karena suatu pidato yang

bersifat persuasif, tercipta sikap untuk melakukan sesuatu atau sikap

setuju atau tidak setuju terhadap sesuatu.

3) Pengaruh konatif yaitu pengaruh yang berupa tingkah laku dan

tindakan. karena menerima pesan dari komunikator atau penyampai

pesan, komunikasi bisa bertindak untuk melakukan sesuatu.

Misalnya, karena baru mendengar khotbah di masjid yang

mengobarkan kebencian terhadap agama lain, umat islam di masjid

tersebut beramai-ramai menuju gereja dan membakarnya.

disadari atau tidak, tujuan komunikasi memang untuk menyampaikan

pesan agar terjadi perubahan perasaan dan tingkah laku pada komunikan

Kenyataannya untuk menetapkan satu definisi tunggal terbukti

sulit dan tidak mungkin terutama jika melihat pada berbagai ide yang

dibawa dalam istilah itu. Ilmu komunikasi merupakan ilmu pengetahuan

sosial yang bersifat multidisipliner sehingga definisi komunikasi pun

26
Sasa Djuarsa Sendjaja, pengatar Ilmu Komunikasi…, h. 26.
21

menjadi banyak dan beragam. Masing-masing mempunyai penekanan

arti, cakupan, konteks yang berbeda satu sama lain, tetapi pada dasarnya

berbagai definisi komunikasi yang ada sesungguhnya saling melengkapi

dan menyempurnakan sejalan dengan perkembangan ilmu komunikasi itu

sendiri.

B. Pengasuh/Guru

1. Pengertian Pengasuh/Guru

Guru dalam konteks pendidikan Islam sering disebut dengan istilah

“murabby, mu’allim, dan mu’adib’. Adapun makna dan perbedaan dari istilah-

istilah tersebut yaitu :

a. Murobby (Pendidik/Pemerhati/Pengawas)

Lafad murobby berasal dari masdar lafad tarbiyah. Menurut

Abdurrahman Al-Bani sebagaimana dikutip Ahmad Tafsir lafad tarbiyah

terdiri dari empat unsur, yaitu: menjaga dan memelihara fitrah anak

menjelang dewasa, mengembangkan seluruh potensi, mengarahkan seluruh

fitrah dan potensi menuju kesempurnaan dan melaksanakan secara

bertahap.27 Pendapat ini sejalan dengan penafsiran pada lafad Nurobbyka

yang terdapat dalam Al-Qur'an surat Al-Syu'ara ayat 18:

          

Artinya: Fir'aun menjawab: "Bukankah Kami telah mengasuhmu di antara


(keluarga) Kami, waktu kamu masih kanak-kanak dan kamu

27
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Persfektif Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2006), h. 29.
22

tinggal bersama Kami beberapa tahun dari umurmu. (Q.S. al-


Syu’ara:18).
Ayat lain yang mempunyai maksud sama adalah:

           



Artinya: Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh


kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka
keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu
kecil. (Q.S. al-Isra’:24).
Jadi tugas dari murobby adalah mendidik, mengasuh dari kecil

sampai dewasa, menyampaikan sesuatu sedikit demi sedikit sehingga

sempurna.28 Pendidikan yang dilakukan murobby mencakup aspek kognitif

berupa pengetahuan keagamaan, akhlak, berbuat baik pada orang tua, aspek

afektif yang mengajarkan cara menghormati orang tua dan psikomotorik,

tindakan untuk berbakti dan mendoakan kedua orang tua.

b. Muallim (Pengajar)

Lafal mu'allim merupakan isim fa'il dari masdar ta'alim. Menurut

Al-'Athos sebagaimana dikutip Hasan Langgulung berpendapat ta'alim

hanya berarti pengajaran, jadi lebih sempit dari pada pendidikan. Dalam

terjadinya proses pengajaran menempatkan peserta didik pasif adanya. Lafal

ta’alim ini dalam al-Qur'an disebut banyak sekali, tetapi ayat yang dijadikan

rujukan (dasar) proses pengajaran (pendidikan) diantaranya:

28
Abdurrahman An Nahlawi, Prinsip-prinsip dan Metode Pendidikan Islam, Terj. Hery
Noor Ali, (Bandung: Diponegoro, 2001), h. 32
23

   


Artinya: Lalu dijadikan-Nya rumput-rumput itu kering kehitam-hitaman.
(Q.S. al-Alaq:5).
Lafad 'allama pada ayat di atas cenderung pada aspek pemberian

informasi kepada obyek didik sebagai mahluk yang berakal.29 Tugas dari

mu'allim adalah mengajar dan memberikan pendidikan yang tidak

bertentangan dengan tatanan moral kemanusiaan. Pengajaran sendiri berarti

pendidikan dengan cara memberikan pengetahuan dan kecakapan. Karena

pengetahuan yang dimiliki semata-mata akibat pemberitahuan, maka dalam

istilah mu'allim sebagai pentransfer ilmu, sementara peserta didik dalam

keadaan pasif.

c. Muaddib (Penanam Nilai)

Lafad muaddib merupakan isim fa'il dari masdar ta’dib. Menurut

Al-Athos ta’dib erat kaitannya dengan kondisi ilmu dalam Islam, termasuk

dalam isi pendidikan, jadi lafad ta’dib sudah meliputi kata t'alim dan

tarbiyah. Meskipun lafad ini sangat tinggi nilainya, namun tidak disebutkan

dalam Al-Qur'an.

Berdasarkan uaraian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

Guru dalam konteks pendidikan Islam sering disebut dengan istilah

“murabby, mu’allim, dan mu’adib.

29
Ismail SM, Paradigma Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), h. 60
24

2. Karakteristik Guru

Ada beberapa karakteristik guru yang profesional antara lain:30

a. Fisik

Setiap pendidik sangat memerlukan fisik yang lebih sehat, seperti:

(1) Sehat jasmani dan rohani, dan (2) Tidak mempunyai cacat tubuh yang

bisa menimbulkan ejekan atau cemoohan atau rasa kasihan dari anak didik.

b. Mental atau keperibadian

Setiap pendidik harusnya memliki mental dan kepribadian yang baik,

karena apa yang dimiliki oleh seorang guru akan mencerminkan kepada

siswanya, seperti: (1) Berkepribadian atau berjiwa pancasila, (2) Mampu

menghayati GBHN, (3) Mencintai bangsa dan sesama manusia dan rasa

kasih sayang kepada anak didik, (4) Berbudi pekerti yang luhur, (5)

Berjiwa kreatif, dapat memanfaatkan rasa pendidikan yang ada secara

maksimal, (6) Mampu menyuburkan sikap demokrasi dan penuh tanggung

rasa, (7) Mampu mengembangkan kreativitas dan tanggung jawab yang

besar akan tugasnya, (8) Mampu mengembangkan kecerdasan yang tinggi,

(9) Bersifat terbuka, peka, dan inovatif, (10) Menunjukkan rasa cinta kepada

profesinya, (11) Ketaatannya akan disiplin, dan (12) Memiliki sense of

humor.

c. Keilmiahan atau pengetahuan

Keilmiahan atau pengetahuan yang dimiliki oleh seorang guru

sangatlah penting dalam mengajari para peserta didik, karena tanpa

30
Wina Sanjaya, Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi,
(Bandung: Kencana Prenada Media Group, 2005), h. 145-146
25

pengetahuan yang lebih maka tidak bisa memberikan ilmu yang lebih

kepada para peserta didik, seperti yang harus dimiliki oleh seorang guru

yaitu: (1) Memahami ilmu yang dapat melandasi pembentukan pribadi, (2)

Memahami ilmu pendidikan dan keguruan dan mampu menerapkannya

dalam tugasnya sebagai pendidik, (3) Memahami, menguasai, serta

mencintai ilmu pengetahuan yang akan diajarkan, (4) Memiliki pengetahuan

yang cukup tentang bidang-bidang yang lain, (5) Senang membaca buku-

buku ilmiah, (6) Mampu memecahkan persoalan secara sistematis, terutama

yang berhubungan dengan bidang studi, (7) Memahami prinsip-prinsip

kegiatan belajar mengajar.

d. Keterampilan

Keterampilan merupakan nilai lebih yang harus dimiliki oleh

seorang guru, karena dengan keterampilan yang dimiliki akan memberikan

proses belajar mengajar menjadi menyenangkan, bentuk-bentuk

keterampilan yang harus dimiliki guru yaitu: (1) Mampu berperan sebagai

organisator proses belajar mengajar, (2) Mampu menyusun bahan belajar

atas dasar pendekatan struktural, interdisipliner, fungsional, behavior, dan

teknologi, (3) Mampu menyusun garis besar program pengajaran (GBPP),

(4) Mampu memecahkan dan melaksanakan teknik-teknik mengajar yang

baik dalam mencapai tujuan pendidikan, (5) Mampu merencanakan dan

melaksanakan evaluasi pendidikan, (6) Memahami dan mampu

melaksanakan kegiatan dan pendidikan luar sekolah.


26

Jadi seorang guru harus mempunyai pendidikan yang sesuai dengan

kompetensi sebagai seorang guru dan mempunyai pengalaman serta bakat

sebagai modal untuk menjadi seorang guru yang kompeten.

Guru merupakan ujung tombak maju mundurnya dunia pendidikan,

secara langsung menggeluti dunia pendidikan secara praktis dilapangan.

Terutama berkaitan dengan pembelajaran sekaligus berinteraksi dengan

kemajuan pembelajaran para siswa dalam menyampaikan materi pelajaran,

untuk mencapai tujuan pembelajaran, maka guru harus memiliki berbagai

karakteristik guru professional, diantaranya :

1) Memiliki Kompetensi Pendidikan

Kompetensi yaitu kemampuan yang terampil secara kognitif, afektif :

a. Pengetahuan, yaitu kesadaran dalam bidang kognitif

b. Pemahaman, yaitu kedalaman kognitif, dan afektif yang dimiliki

olehindividu

c. Kemampuan (skill) adalah yang dimiliki oleh individu untuk

melakukan tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya.

Misalnya kemampuan guru dalam memilih dan membuat alat peraga

sederhana untuk memberi kemudahan belajar kepada peserta didik

d. Nilai (Value) adalah suatu standar perilaku yang telah diyakini

secara psikologis telah menyatu dalam diri seseorang

e. Sikap (Attitude) yaitu perasaan senang tidak senang, suka tidak suka

atau suatu reaksi terhadap suatu rangsangan yang datang dari luar
27

f. Minat, adalah kecendrungan seseorang untuk melakukan sesuatu

perbuatan

2) Pemahaman terhadap peserta didik

Guru memiliki pemahaman akan psikologi perkembangan anak,

sehingga mengetahui dengan benar pendekatan yang tepat yang dilakukan

pada anak didiknya. Guru dapat membimbing anak melewati masa-masa

sulit dalam usia yang dialami anak. Selain itu, Guru memiliki pengetahuan

dan pemahaman terhadap latar belakang pribadi anak, sehingga dapat

mengidentifikasi problem-problem yang dihadapi anak serta menentukan

solusi dan pendekatan yang tepat.

3) pengembangan kurikulum/silabus

Guru memiliki kemampuan mengembangkan kurikulum pendidikan

nasional yang disesuaikan dengan kondisi spesifik lingkungan sekolah

4) Perancangan pembelajaran

Guru memiliki perancangan sistem pembelajaran

yang memanfaatkan sumber daya yang ada. Semua aktivitas pembelajaran

dari awal sampai akhir telah dapat direncanakan secara strategis, termasuk

antisipasi masalah yang kemungkinan dapat timbul dari skenario yang

direncanakan.

5) Dalam menyelenggarakan pembelajaran, guru menggunakan teknologi

sebagai media.
28

Menyediakan bahan belajar dan mengadministrasikan dengan

menggunakan teknologi informasi. Membiasakan anak berinteraksi dengan

menggunakan teknologi.

6) Evaluasi hasil belajar

Guru memiliki kemampuan untuk mengevaluasi pembelajaran yang

dilakukan meliputi perencanaan, respon anak, hasil belajar anak, metode dan

pendekatan. Untuk dapat mengevaluasi, guru harus dapat merencanakan

penilaian yang tepat, melakukan pengukuran dengan benar, dan membuat

kesimpulan dan solusi secara akurat.

7) Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi

yang dimilikinya.31

3. Syarat-syarat Menjadi Guru

Salah satu hal yang amat menarik pada ajaran Islam ialah

penghargaan Islam yang sangat tinggi terhadap guru. Begitu pentingnya

penghargaan itu sehingga menempatkan kedudukan guru setingkat di bawah

kedudukan Nabi dan Rasul. Karena guru selalu terkait dengan ilmu

pengetahuan, sedangkan Islam amat menghargai pengetahuan, penghargaan

Islam terhadap ilmu tergambar dalam Hadits-Hadits yang artinya antara

lain:

a. Tinta ulama lebih berharga dari pada darah syuhada

31
Yunus Abu Bakar, Profesi Keguruan, (Bandung: Rosdakarya, 2009), h. 36.
29

b. Orang berpengetahuan melebihi orang yang sedang beribadah, yang

berpuasa dan menghabiskan waktu malamnya untuk mengerjakan

shalat, bahkan melebihi kebaikan orang berperang dijalan Allah.

c. Apabila meninggal seorang alim, maka terjadilah kekosongan dalam

Islam yang tidak dapat di isi kecuali oleh seorang alim yang lain. 32

Syarat seorang guru berkaitan dengan diri pribadinya dan dengan

profesinya. Menurut Az-Zarnuji dalam kitab Ta'limul Muta'allim

memberikan kriteria syarat orang yang akan dipilih menjadi guru hendaknya

sebagai berikut : Adapun dalam memilih guru, hendaknya mengambil yang

lebih 'alim, waro' dan lebih tua usianya.

Maksud dari lebih 'alim adalah mengetahui lebih banyak tentang

ilmu pengetahuan atau materi pelajaran yang akan diberikan kepada peserta

didik. Sedangkan waro' adalah sikap menjaga diri dari maksiat, berbuat

fasik, dan perangai-perangai yang kurang baik dan selalu mendekatkan diri

kepada Allah.33

Syarat-syarat guru menurut Ngalim Purwanto untuk menjadi guru

atau pendidik sebagai berikut : berijazah atau latar belakang pendidikan

guru, sehat jasmani dan rohani, taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan

berkelakuan baik, bertanggung jawab, dan berjiwa nasional.34

Sedangkan syarat yang berkaitan dengan profesinya guru sebagai

pendidik dan tenaga kependidikan seharusnya memenuhi standar nasional

32
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Persfektif Islam, …, h. 76.
33
Az-Zarnuji, T’alimul Muta’allim, (Semarang: Pustaka Alawiyah, tt), h. 13
34
Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2003), h. 139
30

yang telah ditentukan, yaitu memiliki kualifikasi akademik (minimum DIV

atau S1) dan kompetensi (pedagogik, kepribadian, professional dan sosial).35

Bagi seorang yang tidak memiliki ijasah atau sertifikat keahlian

khusus yang diakui dan diperlukan dapat diangkat kembali menjadi

pendidik setelah melewati uji kelayakan dan kesetaraan. Kemampuan

pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang

meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan

pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta didik untuk

mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki. Kompetensi kepribadian

adalah kemampuan kepribadian yang mantap, dewasa, aktif, berwibawa,

menjadi tauladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Kompetensi

professional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara

luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik

memenuhi Standar Kompetensi (SK) yang ditetapkan dalam Standar

Nasional Pendidikan (SNP). Sedangkan kompetensi sosial yaitu

kemampuan guru untuk berinteraksi dan berkomunikasi secara efektif dan

efisien dengan peserta didik, guru lain, orang tua dan masyarakat.

4. Sikap dan Sifat-Sifat Guru

Sedangkan sikap dan sifat yang harus dimiliki oleh guru atau

pendidik, adalah: (a) Adil (tidak membedakan dan pilih asih), (b) Percaya

dan suka (senang) kepada murid-muridnya, (c) Sabar dan rela berkorban, (d)

Memiliki wibawa terhadap anak didiknya, (e) Penggembira (humoris:

35
Departemen Agama RI, Profit Madrasah Masa Depan, (Jakarta: Bina Mitra
Pemberdayaan Madrasah, 2005), h. 68.
31

supaya tetap memikat anak atau peserta didik etika mengajar), (f) Bersikap

baik terhadap guru-guru lainnya, (g) Bersikap baik terhadap masyarakat, (h)

Benar-benar menguasai mata pelajarannya, (i) Suka kepada mata pelajaran

yang diberikannya, dan (j) Berpengetahuan luas. 36

Demikianlah syarat dan sifat yang perlu dipenuhi oleh setip guru,

karena guru dituntut untuk memiliki kecakapan dan kewenangan dalam

menentukan arah pendidikan yang lebih baik dan maju, karena di antara

tujuan pendidikan Islam yaitu membentuk akhlak yang mulia pada diri

pribadi anak didik jika pribadi guru berakhlak mulia pula.

5. Tanggung Jawab Seorang Guru

Kewajiban guru adalah mencerdaskan kehidupan anak didik. Pribadi

susila yang cakap adalah yang diharapkan ada pada diri setiap anak didik.

Menjadi tanggung jawab guru untuk memberikan sejumlah norma itu

kepada anak didik agar tahu bagaimana perbuatan yang susila dan asusila.

Mana perbuatan yang bermoral dan amoral. Semua norma itu tidak mesti

harus guru berikan ketika di kelas, di luar kelaspun sebaiknya guru

contohkan melalui sikap, tingkah laku dan perbuatan.37

Sebagai pendidik, guru menerima tanggung jawab dalam mendidik

anak pada tiga pihak yaitu orang tua, masyarakat dan negara. Tanggung

jawab dari orang tua diterima guru atas dasar kepercayaan bahwa guru

mampu memberikan pendidikan dan pengajaran sesuai dengan

perkembangan peserta didik dan diharapkan pula dari pihak guru memancar
36
Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, … h. 143-148.
37
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2000), h. 35-36.
32

sikap-sikap dan sifat-sifat yang normatif baik sebagai kelanjutan dari sikap

dan sifat orang tua pada umumnya, antara lain: kasih sayang kepada peserta

didik dan tanggung jawab kepada tugas mendidik.38

Dalam UU RI nomor 20 pasal 40 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional, dimana pendidik dan tenaga kependidikan

berkewajiban: (a) menciptakan suasana pendidikan yang bermakna,

menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dan dialogis, (b) mempunyai

komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan, (c)

memberikan teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi dan

kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya. 39

Guru adalah figur seorang pemimpin, arsitektur yang dapat

membentuk jiwa dan watak peserta didik. Dengan demikian, guru memiliki

kekuasaan untuk membentuk dan membangun kepribadian peserta didik

menjadi orang yang berguna bagi agama, nusa dan bangsa. Dengan kata lain

guru bertugas mempersiapkan manusia susila yang cakap dan dapat

diharapkan membangun dirinya, bangsa dan negaranya.40 Guru memiliki

banyak tugas, baik yang terkait oleh dinas maupun diluar dinas, dalam

bentuk pengabdian. Secara umum tugas guru meliputi empat hal yaitu: tugas

profesi, tugas keagamaan, tugas kemanusiaan dan tugas kemasyarakatan.41

38
Kunaryo Hadikusumo, dkk, Pengantar Pendidikan, (Semarang: IKIP Semarang Press,
2003), h. 41
39
UU RI Nomor 20 Pasal 40 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
40
Abdul Latief, Perencanaan Sistem: Pengajaran Pendidikan Agama Islam, (Bandung:
Pustaka Bani Quraisy, 2006), h. 89
41
Hadirja Paraba, Wawasan Tugas Tenaga Guru dan Pembina Pendidikan Agama Islam,
(Jakarta: Friska Agung Insani, 2000), h. 14
33

Tugas guru sebagai profesi adalah mendidik, mengajar, melatih dan

menilai atau mengevaluasi proses dan hasil belajar-mengajar. Mendidik

berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar berarti

meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan

pada siswa.42

B. Komunikasi Pengasuh

Komunikasi pengasuh adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan,

ide, gagasan) dari satu pihak kepihak lain dan dalam hal ini pihak tersebut

meliputi pengasuh dan yang diasuh.43 Pengasuh akan selalu berpartisipasi penuh

kepada santri untuk membantu mereka melakukan proses belajar dan santri bisa

melanjutkan studi dengan sukses. Pengasuh yang membantu ketika seorang santri

kesulitan melakukan belajar dan dorongan untuk belajar adalah suatukegiatan

pengasuh di dalam pondok agar santri menjadi semangat dalam kegiatan belajar.

Penelitian ini menggunakan indikator komunikasi yang mengadopsi dari

indikator komunikasi menurut Mangkunegara yaitu:44

1. Kemudahan dalam memperoleh informasi

Kinerja yang baik dari seseorang dapat tercipta apabila terdapat kemudahan

dalam memperoleh informasi dalam suatu proses komunikasi maka terwujud

kelancaran dalam pemindahan idea tau gagasan.

42
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), h.
7
43
Stephen W. Ilteljohn dan Karen A. Foss, Teori Komunikasi:Theories Of Human
Communication, (Jakarta:Salemba Humanika, 2009), h. 153
44
Anwar Prabu Mangkunegara. Evaluasi Kinerja SDM.Cetakan Pertama. (Bandung : PT.
Refika Aditama, 2015), h. 45.
34

2. Intensitas komunikasi

Apabila banyaknya terjadi percakapan yang baik, maka proses komunikasi

menjadi semakin lancar. Intensitas komunikasi sangat diperlukan guna

kelancaran dalam proses komunikasi dalam suatu organisasi.

3. Efektivitas komunikasi

Efektivitas komunikasi mengandung pengertian bahwa komunikasi yang

bersifat arus langsung, artinya proses komunikasi yang dilakukan secara

langsung dengan adanya frekuensi tatap muka untuk memudahkan orang lain

mengetahui apa yang disampaikan komunikator.

4. Tingkat pemahaman pesan

Seseorang dapat memahami apa yang ingin disampaikan oleh seorang

komunikator kepada penerima juga tergantung pada tingkat pemahaman

seseorang. Adanya komunikasi yang baik dan lancar dapat lebih memudahkan

seseorang atau penerima mengerti dan memahami pesan yang akan

disampaikan.

5. Perubahan sikap

Setelah seseorang memahami pesan yang disampaikan oleh seorang

komunikator kepada penerima pesan, maka akan terjadi perubahan sikap yang

dilakukan sesuai dengan apa yang dikomunikasikan.

C. Hakikat Minat

1. Pengertian Minat

Minat adalah kecenderungan yang gigih untuk memperhatikan,

mengakhiri, menikmati beberapa inti kegiatan tersebut. Di dalam kamus Besar


35

Bahasa Indoensia minat diartikan sebagai kecenderungan hati yang tinggi

terhadap sesuatu, gairah dan keinginan.45 Pentngnya minat untuk mencapai sukses

dalam hidup seseorang dan dalam segala hal. Minat merupakan dasar beagi tugas

hidup jika ingin mencapai tujuan-tujuan yang diharapkan, minat dalam pekerjaan,

minat dalam studi, atau dalam kegiatan hiburan adalah perlu untuk sukses sejati

dalam hasilnya.46

Minat atau bakat sudah ada dan dapat timbul dari dalam diri seseorang.

Artinya ketertarikan pada suatu bidang sudah tertanam dalam dirinya. Minat juga

dapat tumbuh setelah dipelajari dari beberbagai cara. Namun seseorang yang

mmeiliki minat dari dalam atau bakat dari keturunan akan lebih mudah dan lebih

cepat beradaptasi dalam mengembangkan usahanya.47

Oleh karena itu minat dapat dikatakan sebuah aspek psikis yang dimiliki

oleh seseorang yang menimbulkan rasa suka atau tertarik terhadap sesuatu yang

dapat mempengaruhi tindakan orang tersebut. Minat mempunyai hubungan erat

dengan dorongan dalam diri individu yang kemudian menimbulkan keinginan

untuk berpartisipasi terhadap apa yang diminatinya.

Menurut peneliti, minat merupakan suatu ketertarikan/keinginan kepada

sutau bidang hal tertentu yang menimbulkan perhatian yang lebih pada suatu hal

tersebut dan merasa senang menekuni didalamnya. Faktor-faktor penyebab

timbulnya minat adalah:

45
Meaity Takdir Qadratillah dkk, Kamus Besar Bahasa Indonesia Untuk Pelajar, (Jakarta:
Badan Pengembangan dan pembinaan Bahasa, 2011), h. 322
46
The Liang Gie, Cara Belajar yang Efisien, (Yogyakarta: Liberty, 2012), h. 129
47
Kasmir, Kewirausahaan, (Jakarta: Raja Grafindo, 2007), h. 38.
36

a. Partisipasi

Keikutsertaan siswa dalam suatu pelajaran atau keaktifan akan

mneyebabkan timbulnya minat pada siswa. Minat belajar akan timbul kalau ada

hubungan (dalam arti sanggup menghargai, memahami, menikmati sutau

pengetahuan atau lainnya). Jadi apabila siswa sanggup memahami, menghargai,

menikmati suatu pengetahuan khususnya pelajaran, maka siswa akan memiliki

minat terhadap ilmu pengetahuan atau mata pelajaran tersebut. 48

b. Kebiasaan

Merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara terus menerus. Minat

dapat timbul karena adanya kebiasaan, karena kebiasaan ada hubungannya dengan

aktivitas yang berulang-ulang seperti pepatah jawa mengatakan “ witing tresno

jalaran soko kulino”. Pepatah ini dapat digunakan dalam proses pembelajaran,

maksudnya apabila setiap hari bertemu dan beratatap muka dengan guru serta

aktif mengikuti pelajaran, maka cepat atau lambat dalam diri siswa akan timbul

minatnya terhadap mata pelajaran.

c. Pengalaman

Merupakan salah satu penyebab timbulnya minat, hal ini karena adanya

pengalaman, baik pengalaman yang menyenangkan maupun yang menyedihkan,

hal ini akan membawa kesan tersendiri bagi siswanya.

The Liang Gie juga mengatakan bahwa cara menimbulkan minat yaitu:

1) Dengan jalan menyelidiki hal-hal yang menarik pada tiap-tiap mata

pelajaran.

48
W.S. Winkel, Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, (Jakarta: Gramedia, 2001), h.
30.
37

2) Tanyakan kepada siswa-siswa lama yang belajar tentang pelajaran

tersebut tentang hal-hal yang membuat mereka tertarik kepada

pelajaran tersebut.

3) Pelajarilah pula pentingnya dan gunanya tiap-tiap mata pelajaran itu

dengan jalan membaca ensiklopedia atau buku-buku petunjuk lainnya.

Karena pada umumnya seorang pelajaran tidak mempunyai minat

untuk mempelajari sesuatu pengetahuan karena tidak mengetahui

faedah-faedahnya. 49

Abdurrahman Shaleh mengklasifikasikan minat menjadi dua bagian yaitu

kadang-kadang muncul dengan sendirinya dan kadang-kadang diusahakan. 50

Menurut Sukirin tentang usaha-usaha membangkitkan minat belajar siswa

adalah sebagai berikut:

1) Memiliki bahasa yang lancar

2) Dapat memiliki metode yang lancar

3) Dapat membuat selingan

4) Dapat memilih alat-alat peraga yang cocok.51

2. Sebab-sebab Timbulnya Minat

Minat pada dasarnya timbul didahului oleh suatu pengalaman disamping

adanya rangsangan-rangsangan dari suatu objek (pelajaran) yang ada kaitannya

dengan kebutuhan dirinya. Sehubungan dengan proses meningkatkan minat

49
The Liang Gie, Cara Belajar yang Efisien, (Yogyakarta: Gadjah mada University Press,
2000), h. 13.
50
Abdurrahman Saleh, Pendidikan Agama Islam di SD, (Jakarta: Bulan Bintang, 2004), h.
15.
51
Sukirin, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: FIP IKIP, 2003), h. 72.
38

belajar ini, seperti apa yang dikatakan oleh Leater D. Croph bahwa guru di

hadapkan terutama dengan penemuan yang diperoleh sesudahnya pada suatu

tingkat belajar, sehingga akan dapat merencanakan pelajarannya untuk

menentukan tingkat perbedaan perhatian-perhatian yang timbul dari pengalaman-

pengalaman.52

Adapun sebab-sebab yang menimbulkan minat belajar adalah sebagai

berikut:

1) Menguasai Bahan atau Materi Sebagai seorang guru atau

pembimbing harus menguasai materi yang akan diberikan atau

disampaikan kepada siswa, karena ketelitian dan kejelian seseorang

dalam menerima pelajaran dapat pula akan menjatuhkan wibawa

seorang guru, apabila tidak menguasai bahan yang diajarkan.

Menurut M. Athiyah Al Abrosyi menerangkan: “Seorang guru

harus sanggup menguasai mata pelajaran yang diberikan serta

memperdalam pengetahuannya tentang itu sehingga janganlah

pelajaran itu bersifat dangkal tidak melepaskan dahaga dan tidak

mengenyangkan lapar.”53

2) Penggunaan Metode Penggunaan metode pengajaran yang baik

membuat para siswa dapat menangkap dengan baik. Siswa akan

merangsang minat untuk dapat belajar dengan sungguh-sungguh,

penggunaan metode merupakan faktor penting dalam membuka

52
Leater Decroph D. & Aliance Croph. D., Psikologi Pendidikan, Terjemah Z. Kasijan
(Surabaya: Bina Ilmu, 1984), h. 352
53
Moh. Athiyah Al Abrosyi, Dasar-Dasar Pokok-Pokok Pendidikan Agama Islam (Jakarta:
Bulan Bintang, 2010), h. 139
39

cakrawala pengetahuan dan pandangan yang luas, sebagai sarana

pengaplikasian ilmu secara sistematis. Penggunaan metode

pengajaran yang tidak sesuai dengan apa yang diberikan, akan

memalingkan dari materi yang akan diajarkan serta menimbulkan

kebosanan dalam diri mereka. Zakiyah Darajat mengemukakan

bahwa: “Metode mengajar sebagai proses belajar mengajar yang

tepat harus dapat membuat proses belajar mengajar sebagai

pengalaman hidup yang menyenangkan dan berarti bagi anak

didik.”54

3) Penampilan (Performance) dalam Mengajar Penampilan yang

diberikan dalam mengajar seharusnya menarik, menyenangkan dan

lugas, sehingga memberikan wahana pesona bagi siswa untuk dapat

menerima pelajaran dan meningkatkan kemampuannya Penampilan

guru yang baik dapat membantu menumbuhkan dan

membangkitkan minat belajar siswa, dapat membantu memusatkan

perhatian siswa, dapat mengurangi kelelahan belajar.

4) Kegairahan dan kesediaan untuk belajar Seorang guru yang

pengalamannya luas tidak akan memaksa muridnya untuk

mempelajari sesuatu diluar kemampuannya dan tidak akan

memompa otaknya dengan kemampuan yang tidak sesuai dengan

kematangannya atau tidak sejalan dengan pengalaman yang lalu

54
Zakiah Darajat, Kepribadian Guru, (Jakarta: Bulan Bintang, 2012), h. 48
40

serta tidak akan menggunakan metode yang tidak sesuai dengan

mereka dan tidak membangkitkan keadaan jiwa mereka.

5) Mengevaluasi suatu pelajaran Mengadakan evaluasi terhadap

satuan pelajaran adalah suatu pekerjaan yang penting bagi seorang

guru untuk mengetahui sejauh mana hasil proses belajar mengajar.

Bagi siswa kegiatan evaluasi tersebut dimaksudkan untuk

mengetahui kemampuannya dalam mengikuti pelajaran yang

diajarkan oleh guru. Dalam mengevaluasi ini guru mempersoalkan

sampai manakah tujuan yang dicapai

3. Cara Membangkitkan Minat

Membangkitkan minat belajar siswa, merupakan hal yang berkaitan

dengan peranan seorang guru sebagai kunci dalam proses belajar mengajar.

Walaupun kemampuan seorang guru dalam bidang studinya ataupun pengalaman

yang dimiliki mempunyai nilai lebih dari siswanya, merupakan hal yang tidak

patut diandalkan oleh seorang guru. Karena kemampuan yang lebih tersebut

belum tentu dapat diterima oleh seorang siswa, akan menjadi sumber timbulnya

rasa simpatik siswa kepada pengetahuan yang telah diberikan. Disamping itu

kegiatan mengajar adalah suatu aktifitas yang sangat kompleks pula.

Untuk merealisir metode atau cara peningkatan minat belajar, maka harus

mengetahui prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam proses mengajar.

Menurut Roestiyah, prinsip-prinsip umum yang diberikan adalah:

1) Sebagai Fasilitator (menyediakan situasi dan kondisi yang

dibutuhkan oleh individu yang belajar)


41

2) Sebagai Pembimbing (memberikan bimbingan kepada siswa dalam

interaksi belajar)

3) Sebagai Motivator (memberikan dorongan semangat)

4) Sebagai Organisator (mengorganisir kegiatan siswa maupun guru)

5) Sebagai Manusia Sumber (memberikan informasi).55

Dengan prinsip-prinsip diatas, maka seorang guru akan mengetahui adanya

kesulitan-kesulitan yang telah dialami seorang siswa, dan bagaimana

pemecahannya.

Dari pernyataan diatas, maka dapat dirumuskan beberapa upaya atau cara

membangkitkan minat belajar yang antara lain:

1) Penggunaan metode pembelajaran yang bervariasi

Seorang guru harus menggunakan banyak variasi metode pada waktu

mengajar. Variasi metode mengakibatkan penyajian materi pelajaran lebih

menarik perhatian siswa, mudah diterima siswa, mudah dipahami dan suasana di

kelas menjadi hidup. Metode penyajian yang selalu sama dan monoton akan

membosankan siswa dalam belajar.56

2) Guru harus mampu menciptakan suasana yang demokratis di sekolah

Lingkungan yang saling menghormati dapat mengerti kebutuhan anak,

bertenggang rasa, memberikan kesempatan pada anak untuk belajar sendiri,

berdiskusi untuk mencari jalan keluar bila menghadapi masalah, akan

mengembangkan kemampuan berfikir pada diri anak, cara memecahkan masalah,

hasrat ingin tahu dan menambah pengetahuan atas inisiatif sendiri.


55
Roestiyah Nk, Masalah Pengajaran Suatu Sistem, (Jakarta: Bina Aksara, 2009), h. 45
56
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Bina Aksara,
2012), h. 67
42

3) Pergunakan tes dan nilai secara bijaksana

Pada kenyataannya tes dan nilai digunakan sebagai dasar berbagai hadiah

sosial (seperti pekerjaan penerimaan lingkungan dan sebagainya). Menyebabkan

tes dan nilai dapat menjadi kekuatan untuk memotovasi siswa. Siswa yang belajar

pasti ada keuntungan yang diasosiasikan dengan nilai yang tinggi. Dengan

memberikan tes mempunyai efek untuk memotivasi belajar. Tetapi tes dan nilai

harus dipakai secara bijaksana, yaitu untuk memberi informasi-informasi pada

siswa lainnya, penyalahgunaan tes dan nilai akan mengakibatkan menurunnya

keinginan siswa untuk berusaha dengan baik.57

4) Menumbuhkan bakat, sikap dan nilai

Belajar mengandung pengetahuan, pengalaman dan ketrampilan yang

meliputi seluruh pembinaan individu terhadap dirinya, naluri, sikap dan

pembinaan nilai-nilai sekolah jika ingin menghasilkan untuk masyarakat sebagai

warga negara yang baik dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya, dan

berusaha meningkatkan taraf hidupnya, haruslah membekalinya dengan bakat

yang terpuji, sikap-sikap yang baik dan nilai-nilai yang diterima oleh

masyarakat.58

Selain itu, pelajaran berjalan lancar bila ada minat. Anak-anak malas, tidak

belajar, gagal karena tidak adanya minat. Minat antara lain dapat dibangkitkan

dengan cara-cara berikut:

1) Bangkitkan suatu kebutuhan (kebutuhan untuk menghargai keindahan,

untuk dapat penghargaan, dan sebagainya).

57
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor…, h. 179
58
Zakiyah Darajat, Kepribadian Guru, (Jakarta: Bulan Bintang, 2009), l. 32
43

2) Hubungkan dengan pengalaman yang lampau.

3) Beri kesempatan untuk mendapat hasil baik, “Nothing succeeds like

succes”. Tak ada yang lebih memberi hasil yang baik daripada hasil

yang baik. Untuk itu bahan pelajaran disesuaikan dengan kesanggupan

individu.

4) Gunakan berbagai bentuk metode mengajar seperti diskusi, kerja

kelompok, membaca, demonstrasi, dan sebagainya.59

Dengan demikian cara-cara yang harus dilakukan dalam meningkatkan

minat siswa terhadap proses belajar sebagai landasan pengembangan pemikiran

siswa yang dinamis dan produktif adalah dengan memperhatikan beberapa hal,

baik dari segi interaksi antar guru dan siswa, segi pelajaran, dan sebagainya.

4. Fungsi Minat dalam Belajar

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas

pemerolehan pembelajaran siswa, diantaranya minat. Minat dapat mempengaruhi

kualitas pencapaian belajar siswa dalam bidang studi tertentu.60

Siswa yang mampu mengembangkan minatnya dan mampu mengerakkan

segala daya upayanya untuk menguasai mata pelajaran tertentu. Minat merupakan

faktor pendorong bagi anak didik dalam melaksanakan usaha untuk mencapai

keberhasilan dalam belajar dengan demikian jelas terlihat bahwa minat sangat

penting dalam pendidikan, karena merupakan sumber usaha anak didik.61

59
Muhibin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu, 2014), Cet. Ke-2,
136
60
S. Nasution, Didaktik ASas-Asas Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara,2009), h. 82
61
Wayan Nurkancana dan Sumartana, Evaluasi Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional,
2007), Cet. Ke-4, 230
44

Secara lebih terinci arti dan peranan penting minat dalam kaitannya

dengan pelaksanaan belajar atau studi ialah:

a. Minat melahirkan perhatian yang serta merta Perhatian seseorang

terhadap sesuatu hal dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu

perhatian yang serta merta, dan perhatian yang dipaksakan, perhatian

yang serta merta secara spontan, bersifat wajar, mudah bertahan, yang

tumbuh tanpa pemaksaan dan kemauan dalam diri seseorang,

sedangkan perhatian yang dipaksakan harus menggunakan daya untuk

berkembang dan kelangsungannya.

b. Minat memudahkan terciptanya konsentrasi Minat memudahkan

terciptanya konsentrasi dalam pikiran seseorang. Perhatian serta merta

yang diperoleh secara wajar dan tanpa pemaksaan tenaga kemampuan

seseorang memudahkan berkembangnya konsentrasi, yaitu

memusatkan pemikiran terhadap sesuatu pelajaran. Jadi, tanpa minat

konsentrasi terhadap pelajaran sulit untuk diperhatikan.

c. Minat mencegah gangguan perhatian di luar Minat studi mencegah

terjadinya gangguan perhatian dari sumber luar misalnya, orang

berbicara. Seseorang mudah terganggu perhatiannya atau sering

mengalami pengalihan perhatian dari pelajaran kepada suatu hal yang

lain, kalau minat studinya kecil. Dalam hubungan ini Donald Leired

menjelaskan bahwa gangguan-gangguan perhatian seringkali

disebabkan oleh sikap bathin karena sumber-sumber gangguan itu


45

sendiri. Kalau seseorang berminat kacil bahaya akan diganggu

perhatiannya.62

d. Minat memperkuat melekatnya bahan pelajaran dalam ingatan

Bertalian erat dengan konsentrasi terhadap pelajaran ialah daya

mengingat bahan pelajaran. Pengingatan itu hanya mungkin terlaksana

kalau seseorang berminat terhadap pelajarannya.

e. Minat memperkecil kebosanan belajar dalam diri sendiri. Kejemuan

melakukan sesuatu atau terhadap sesuatu hal juga lebih banyak berasal

dari dalam diri seseorang daripada bersumber pada hal-hal di luar

dirinya. Oleh karena itu, penghapusan kebosanan dalam belajar dari

seseorang juga hanya bisa terlaksana dengan jalan pertama-tama

menumbuhkan minat belajar dan kemudian meningkatkan minat itu

sebesar-besarnya

5. Aspek-aspek Minat Belajar

Menurut Hurlock Mengemukakan bahwa minat memiliki tiga aspek yaitu:

b. Aspek Kognitif

Aspek kognitif didasari pada konsep perkembangan di masa anak-anak

mengenai hal-hal yang menghubungkannya dengan minat. Minat pada aspek

kognitif berpusat seputar pertanyaan, apakah hal yang diminati akan

menguntungkan? Apakah akan mendatangkan kepuasan? Ketika sesorang

melakukan suatu aktivitas, tentu mengharapkan sesuatu yang akan didapat dari

proses suatu aktivitas tersebut. Sehingga seseorang yang memiliki minat terhadap

62
Ibid
46

suatu aktivitas akan dapat mengerti dan mendapatkan banyak manfaat dari suatu

aktivitas yang dilakukannya. Jumlah waktu yang dikeluarkan pun berbanding

lurus dengan kepuasan yang diperoleh dari suatu aktivitas yang dilakukan

sehingga suatu aktivitas tersebut akan terus dilakukan.63

c. Aspek Afektif

Aspek afektif atau emosi yang mendalam merupakan konsep yang

menampakkan aspek kognitif dari minat yang ditampilkan dalam sikap terhadap

aktivitas yang diminatinya.64 Seperti aspek kognitif, aspek afektif dikembangkan

dari pengalaman pribadi, sikap orang tua, guru, dan kelompok yang mendukung

aktivitas yang diminatinya. Seseorang akan memiliki minat yang tinggi terhadap

suatu hal karena kepuasan dan manfaat yang telah didapatkannya, serta mendapat

penguatan respon dari orang tua, guru, kelompok, dan lingkungannya, maka

seseorang tersebut akan fokus pada aktivitas yang diminatinya. Dan akan

memiliki waktu-waktu khusus atau memiliki frekuensi yang tinggi untuk

melakukan suatu aktivitas yang diminatinya tersebut

d. Aspek Psikomotor

Aspek psikomotor lebih mengorientasikan pada proses tingkah laku atau

pelaksanaan, sebagai tindak lanjut dari nilai yang didapat melalui aspek kognitif

dan diinternalisasikan melalui aspek afektif sehingga mengorganisasi dan

diaplikasikan dalam bentuk nyata melalui aspek psikomotor. Seseorang yang

memiliki minat tinggi terhadap suatu hal akan berusaha mewujudkannya sebagai

pengungkapan ekspresi atau tindakan nyata dari keinginannya.


63
Juhaya S Praja & Us man Efendi, Pengantar Psikologi, (Bandung: Angkasa, 2010), h. 89
64
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, (Bandung:Rosda Karya,
2008), h. 135
47

Berdasarkan uraian tersebut, maka minat terhadap mata pelajaran bahasa

Indonesia yang dimiliki seseorang bukan bawaan sejak lahir, tetapi dipelajari

melalui proses penilaian kognitif, penilaian afektif dan psikomotorik seseorang

yang dinyatakan dalam sikap. Dengan kata lain, jika proses penilaian kognitif,

afektif dan psikomotorik seseorang terhadap objek minat adalah positif maka akan

menghasilkan sikap yang positif dan dapat menimbulkan minat.

6. Indikator Minat Belajar

Menurut Slameto siswa yang berminat dalam belajar mempunyai ciri-ciri

sebagai berikut:

a. Mempunyai kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan

mengenang sesuatu yang dipelajari secara terus menerus.

b. Ada rasa suka dan senang pada sesuatu yang diminati.

c. Memperoleh suatu kebanggaan dan kepuasan pada sesuatu yang

diminati. Ada rasa keterikatan pada sesuatu aktivitas-aktivitas yang

diminati.

d. Lebih menyukai suatu hal yang menjadi minatnya daripada yang

lainnya.

e. Dimanifestasikan melalui partisipasi pada aktivitas dan kegiatan.65

Menurut Dinar Barokah, beberapa indikator siswa yang memiliki minat

belajar yang tinggi hal ini dapat dikenali melalui proses belajar dikelas maupun

dirumah yaitu:

a. Perasaan Senang

65
Slameto. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya…, h. 58
48

Seorang siswa yang memiliki perasaan senang atau suka terhadap

pelajaran bahasa Indonesia, maka ia harus terus mempelajari ilmu yang

berhubungan dengan bahasa Indonesia. Sama sekali tidak ada perasaan

terpaksa untuk mempelajari bidang tersebut.

b. Ketertarikan Siswa

Berhubungan dengan daya gerak yang mendorong siswa untuk cenderung

merasa tertarik pada orang, benda, kegiatan, atau bisa berupa pengalaman

efektif yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri

c. Perhatian dalam Belajar

Adanya perhatian juga menjadi salah satu indikator minat. Perhatian

merupakan konsentrasi atau aktifitas jiwa kita terhadap pengamatan,

pengertian, dan sebagainya dengan mengesampingkan hal yang lain.

Seseorang yang memiliki minat pada objek tertentu maka dengan

sendirinya dia akan memperhatikan objek tersebut.

d. Bahan Pelajaran dan Sikap Guru yang Menarik

Tidak semua siswa menyukai suatu bidang studi pelajaran karena faktor

minatnya sendiri. Ada yang mengembangkan minatnya terhadap bidang

pelajaran tersebut karena pengaruh dari gurunya,teman sekelas, bahan

pelajaran yang menarik.Walaupun demikian lama-kelamaan jika siswa

mampu mengembangkan minatnya yang kuat terhadap mata pelajaran

niscaya ia bisa memperoleh prestasi yang berhasil sekalipun ia tergolong

siswa yang berkemampuan rata-rata. Sebagaimana dikemukakan oleh

Brown yang dikutip oleh Ali Imran sebagai berikut: “Tertarik kepada guru,
49

artinya tidak membenci atau bersikap acuh tak acuh, tertarik kepada mata

pelajaran yang diajarkan, mempunyai antusias yang tinggi serta

mengendalikan perhatiannya terutama kepada guru, ingin selalu bergabung

dalam kelompok kelas, ingin identitas dirinya diketahui oleh orang lain,

tindakan kebiasaan dan moralnya selalu dalam control diri, selalu

mengingat pelajaran dan mempelajarinya kembali, dan selalu terkontrol

oleh lingkungannya.”

e. Keterlibatan Siswa Ketertarikan seseorang akan sesuatu objek yang

mengakibatkan orang tersebut senang dan tertarik untuk melakukan atau

mengerjakan kegiatan dari objek tersebut.

f. Manfaat dan Fungsi Mata Pelajaran Selain adanya perasaan senang,

perhatian dalam belajar dan juga bahan pelajaran serta sikap guru yang

menarik. Adanya manfaat dan fungsi pelajaran (dalam hal ini pelajaran

bahasa Indonesia) juga merupakan salah satu indikator minat. Karena

setiap pelajaran mempunyai manfaat dan fungsinya.66

7. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar Siswa

Di bawah ini dijelaskan beberapa faktor yang dianggap dominan

mempengaruhi minat seseorang, dari faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik

a. Faktor intrinsik

Faktor intinsik meliputi: perasaan tertarik, perhatian, perasaan senang,

harapan, kebutuhan dan motivasi.

1) Perasaan Tertarik

66
Ibid.
50

Perasaan tertarik merupakan sikap yang positif terhadap belajar atau

kegiatan lain yang berupa perasaan puas, lega, suka dan gembira terhadap suatu

kegiatan tetapi individu tersebut dalam melakukan aktivitas atau sesuatu hal yang

menarik bagi dirinya. Tertarik merupakan awal dari individu tersebut menaruh

minat, sehingga siswa yang menaruh minat dalam mengikuti pembelajaran

membuat hiasan pada busana (embroidery) maka akan tertarik terlebih dahulu

terhadap semua kegiatan dalam pembelajaran membuat hiasan pada busana

(embroidery).

2) Perhatian

Sutau minat dapat diekspresikan melalui pernyataan yang menunjukan

bahwa seorang siswa lebih menunjukan atau menyukai satu hal dari pada hal yang

lain. Dapat juga dimanifestasikan melalui partisipasinya dalam suatu aktifitas.

Siswa yang mempunyai minat pada objek tertentu cenderung untuk memberi

perhatian yang lebih besar terhadap objek tersebut. Menurut Abu Ahmadi antara

minat dan perhatian selalu berhubungan dalam praktek. Apa yang menarik minat

dapat menyebabkan adanya perhatian dan apa yang menyebabkan adanya

perhatian terhadap sesuatu disertai dengan minat. Perhatian yaitu keaktifan jiwa

yang di arahkan kepada sesuatu objek tertentu didalam gejala perhatian yaitu

keaktifan jiwa yang diaarahkan kepada sesuatu obyek tertentu di dalam gejala

perhatian ketiga fungsi jiwa tersebut juga ada, tetapi unsur pikiranlah yang terkuat

pengaruhnya.67

67
Abu Akhmadi & Widodo Suproyono. Psikologi Belajar. (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), h.
151.
51

3) Perasaan Senang

Perasaan senang adalah suatu fungsi jiwa untuk dapat mempertimbangkan

dan mengukur sesuatu menurut rasa senang dan tidak senang, atau pernyataan

jiwa yang subyektif dalam merasakan senang dan tidak senang.

4) Harapan

Harapan adalah sesuatu yang ingin di capai dari suatu kecenderungan,

merupakan keinginan dan ketertarikan untuk mengikuti sesuatu yang menarik

perhatiannya. Jadi siswa yang menaruh minat pada pembelajaran membuat hiasan

pada busana, selain memiliki ketertarikan, perhatian dan rasa senang, siswa

tersebut juga memiliki harapan yang ingin di capai dalam pembelajaran membuat

hiasan pada busana. Harapan yang ingin dicapai siswa dalam mata pelajaran

membuat hiasan pada busana akan sangat membantu siswa untuk lebih giat dalam

menekuni atau mempelajari tentang membuat hiasan pada busana (embroidery).

5) Motivasi

Motivasi adalah keinginan atau dorongan untuk belajar. Motivasi adalah

keadaan jiwa individu yang mendorong untuk melakukan sesuatu perbuatan guna

mencapai suatu tujuan.68

b. Faktor Ekstrinsik

Faktor ekstrinsik adalah faktor yang berasal dari luar dirinya atau pengaruh

dari orang lain atau lingkungannya. Faktor dari penelitian ini adalah pengalaman.

68
Sardiman A.M. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2001), h. 38
52

Pengalaman pada hakikatnya merupakan pemahaman terhadap apa yang dialami

seseorang sehingga apa yang di alami tersebut miliknya.69

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengalaman adalah

merasai atau menjalani suatu peristiwa atau kegiatan dimana kegiatan itu dapat

menambah pengetahuan terhadap suatu hal dan hal itu menjadi sendi bagi suatu

pengetahuan, disertai pemahaman terhadap apa yang di alaminya sehingga apa

yang di alami tersebut merupakan miliknya. Dalam penelitian ini adalah

pengalaman siswa terhadap kegiatan yang berasal dari semua lingkungan yang di

alaminya baik dari lingkungan keluarga, sosial, masyarakat dan budaya serta

lingkungan sekolah.

Pengalaman dalam penelitian ini dilihat dengan sikap dan tingkah laku

responden antara lain:

1) Pengalaman pribadi yang didapat dari lingkungan keluarga, sosial,

masyarakat dan budaya serta lingkungan sekolah.

2) Cerita pengalaman-pengalaman dari orang lain.

Siswa yang berminat dalam mengikuti pembelajaran membuat hiasan pada

busana baik praktek maupun teori, maka ia akan berusaha untuk mengulangi

keterlibatannya tersebut. Keinginan untuk meneruskan dan mengurangi

keterlibatannya dalam suatu kegiatan atau pengalaman itulah yang dinamakan

minat. Jadi pengalaman turut membentuk minat pada diri indvidu. Pengalaman ini

dapat diperoleh melalui pendidikan dan lingkungan.

69
Ibid…, h. 39.
53

Berdasarkan beberapa uraian di atas, ternyata ada banyak sekali faktor

yang mempengaruhi minat yaitu faktor yang berasal dari dalam (intrinsik) dan

faktor yang berasal dari luar diri individu (ekstrinsik). Dengan mengetahui faktor

tersebut diharapkan, guru dapat memacu minat siswa dalam mata pelajaran PAI

agar bermanfaat dikehidupannya kelak.

D. Kajian Terdahulu

Sejauh pencaharian peneliti melalui data base, melalui digital, dan secara

manual serta dilanjutkan penelusuran keperpustakaan, dan internet peneliti

menemukan satu kajian terdahulu yang bisapenulis kaji, antara lain:

Penelitian Ahmad Sandi, dkk (2014) dengan judul “ Komunikasi Guru

dalam Membentuk Karakter Siswa di SMK Negeri 1 Kendari”. Penelitian ini

menggunakan teori interpersonal. Teknik analisis data yang digunakan adalah

deskriptif kualitatif, dimana penulis mengumpulkan data yang ada, menyusun

secara sistematis, kemudian mendeskripsikan hasil penelitian berdasarkan

gambaran atau data yang didapatkan ketika penelitian.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa SMKN 1 Kendari memiliki

komunikasi guru yang baik sehingga menghasilkan siswa yang berkarakter,

dengan prestasi yang di torehkan dari berbagai bidang olah raga atau seni,

walaupu memang diakui oleh guru dari SMKN 1 Kendari dalam bidang akademik

masih kurang tetapi bisa di buktikan dalam ajang pencarian bakat dalam bidang

model atau band SMKN 1 Kendari bisa lebih unggul. Hal itu semua didukung dari

komunikasi guru yang dibangun di dalam sebuah sekolah tersebut. Sehingga


54

komunikasi banyak arah yang digunakan selama ini sudah efektif dalam

membangun dan memperbaiki karakter siswa.

Berdasarkan penelitian terdahulu di atas, maka terdapat persamaan dan

perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian Ahmad Sandi yaitu pada tujuan

penelitian, jika penelitian Ahmad Sandi bertujuan untuk pembentukan karakter

siswa di sebuah sekolah, sedangkan peneliti bertujuan untuk meningkatkan minat

menghafal santri yang ada di sebuah pondok pesantren, kemudian perbedaannya

juga terlihat dari metode penelitian yang digunakan, kalau penelitian Ahmad

Sandi menggunakan metode kualitatif sedangkan peneliti menggunakan metode

kuantitatif, namun dibalik perbedaan terdapat persamaan yaitu mengkaji tentang

komunikasi seorang guru atau pengasuh yang menuntun siswa untuk menjadi

lebih baik.

Jurnal dari Rachel Sondakh dkk (2016) dengan judul “ Komunikasi Guru

dalam Proses Belajar Anak Down Sindrom di Yayasan Pendidikan anak Cacat

Malalayang”. Mendapatkan hasil penelitian bahwa: Pola komuniaksi yang

digunakan guru dapat mempengaruhi hasil belajar siswa down sindrom dan

perubahan perilaku dari anak down sindrom. Bentuk komunikasi yang digunakan

guru dalam proses belajar pada anak down sindrom di Yayasan pendidikan anak

cacat Malalayang adalah komunikasi antar pribadi. Karena dalam kegiatan belajar

metode pengajaran yang digunakan guru adalah individual, pengajaran secara

tatap muka. Sehingga dengan komunikasi antarpribadi ini pengajar dapat

mengetahui kemampuan pesarta didiknya dan memberikan meteri belajar yang

sesuai dengan kebutuhannya seperti membaca dan menulis.


55

Komunikasi yang digunakan dalam proses belajar pada anak down

sindrom adalah lebih ke penggunaan komunikasi primer, dimna sebagian besar

guru menggunakan bahasa dalam berkomunikasi dengan siswa dalam proses

belajar dan tetap menggunakan isyarat atau simbol-simbol. Dan penggunaan

komunikasi sekunder, media atau alat digunakan sebagai sarana komunikasi guru

dengan siswa seperti alat yang sering disebut alat peraga yang berupa buku,

gambar-gambar yang disertai dengan kata-kata dan huruf mainan yang berwarna

dan lain-lain. Komunikasi yang digunakan guru adalah komunikasi gabuangan

antara komunikasi primer dan komunikasi dua arah. Dalam kegiatan proses

belajar ada yang menjadi hambatan dalam komunikasi antara pengajar dan murid

down sindrom yaitu diantaranya adalah keadaan pengajar yang sakit atau sedang

ada masalah dan suasana hati atau mood siswa yang kurang baik. Meskipun

memiliki keterbatasan, memerlukan waktu yang lama dan diperlukan

pengulangan, anak down sindrom tetap memiliki hak seperti anak lainnya untuk

mendapatkan pendidikan. Karena mereka juga memerlukan bekal untuk dapat

hidup mandiri dan bersosialisasi dengan masyarakat yang diperlukan adalah

kesabaran guru dalam mendidik dan melatih mereka.

Berdasarkan penelitian terdahulu di atas, maka terdapat persamaan dan

perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian Rachel Sondakh yaitu pada

tujuan penelitian, jika penelitian Rachel Sondakh bertujuan untuk mengetahui

pola komunikasi guru yang dilakukan selama ini untuk anak down sindrom,

sedangkan peneliti bertujuan untuk meningkatkan minat menghafal santri yang

ada di sebuah pondok pesantren, kemudian perbedaannya juga terlihat dari metode
56

penelitian yang digunakan, kalau penelitian Rachel Sondakh menggunakan

metode kualitatif sedangkan peneliti menggunakan metode kuantitatif, namun

dibalik perbedaan terdapat persamaan yaitu mengkaji tentang komunikasi seorang

guru atau pengasuh yang menuntun siswa untuk menjadi lebih baik, dan dalam hal

ini siswa yang dijadikan subjek penelitian memiliki perbedaan, karena siswa yang

ada pada Rachel Sondakh yaitu siswa yang down sindrom.

E. Kerangka Berpikir

Berdasarkan landasan teoritis dan rumusan masalah, maka yang menjadi

kerangkan berpikir dalam penelitian ini yaitu:

Minat Menghafal Al-


Komunikasi Pengasuh Qur’an Santri

Keterangan:

: Uji t (uji Parsial)

F. Hipotesis Penelitian

Adapun yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini yaitu ‘ada Pengaruh

Komunikasi Pengasuh Terhadap Minat Menghafal Al-Qur’an Santri di Pondok

Pesantren Nurul Ulum Yayasan Nurul Huda Peureulak”.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang dilakukan berada di Pesantren Terpadu Nurul Ulum

yang beralamat di Cot Keh Peureulak Kabupaten Aceh Timur. Untuk sekarang ini

Pesantren Terpadu Nurul Ulum dipimpin oleh Drs. Badlisyah. AH. Di dalam

pesantren tersebut terdapat beberapa tingkatan sekolah antara lain yaitu MTsS dan

MAS.

B. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan

statistik sebagai alat untuk menganalisisnya. Adapun jenis yang digunakan adalah

penelitian lapangan (field research), yaitu penelitian yang dilakukan dilapangan

yang menjadi objek penelitian.1

C. Sumber Data

Adapun sumber data dalam penelitian ini menggunakan sumber data

primer yaitu sumber data yang menggunakan data langsung yang diperoleh dari

hasil pembagian angket kepada seluruh santri pada Pondok Pesantren Nurul Ulum

Yayasan Nurul Huda Peureulak yang dijadikan sampel dalam penelitian ini.

Sedangkan sumber data sekunder peneliti menggunakan data dokumentasi yang

sudah ada dalam laporan bulanan Pondok Pesantren Nurul Ulum Yayasan Nurul

1
Harbani Pasalong, Metode Penelitian Administrasi Publik. Cet.1, (Bandung: Alvabeta,
2012), h.165

57
58

Huda Peureulak berupa sejarah, visi dan misi, jumlah peserta didik maupun

jumpah pendidik dan sarana prasarana.

D. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah semua nilai, baik hasil perhitungan maupun pengukuran,

baik kuantitatif maupun kualitatif dari karakteristik tertentu mengenai sekelompok

objek yang lengkap dan jelas.2 Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian

ini adalah seluruh seluruh santri yang menfhafal al-Qur’an. Apabila subyek

penelitian kurang dari 100 orang, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya

merupakan penelitian populasi dan apabila subyeknya lebih besar dapat diambil

diantara 10%-15% atau 20%-25% atau lebih dapat dilihat kepada kemampuan

peneliti dari segi waktu, tenaga, biaya, sempit luasnya pengamatan dan besar

kecilnya resiko yang ditanggung peneliti. Adapun objek penelitian ialah seluruh

santri yang menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren Nurul Ulum Yayasan

Nurul Huda Peureulak.

Berdasarkan jumah populasi dalam penelitian ini adalah 160 santri.

Adapun yang menjadi teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini

menggunakan dengan teknik simple random sampling, yaitu dikatakan simple

(sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara

acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Cara demikian

dilakukan bila anggota popuylasi dianggap homogen.

Pengambilan sampel dilakukan dengan pertimbangan bahwa populasi

yang ada sangat besar jumlahnya, sehingga tidak memungkinkan untuk meneliti

2
Amirul Hadi dan Haryono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia,
2005), h.83
59

seluruh populasi yang ada, sehingga dibentuk sebuah perwakilan populasi.

Menurut Umar pengambilan sampel menggunakan rumus Slovin, yaitu:3

N
𝑛=
1 + N (e)2

Keterangan :

n = Jumlah Sampel

N = Jumlah Keseluruhan populasi

I = Jumlah Konstatanta

e2 = Margin of Error, tingkat kesalahan maksimun yang dapat ditolerir adalah


(10%).

Dari rumus diatas, maka besar sampel yang didapat adalah:

N
𝑛=
1 + N (e)2
160
𝑛 = 1+160(10 %)2

160
𝑛 = 1+160(0,01)

160
𝑛= 2,6

n = 61,54

𝑛 ≈ 62 Responden

3
Husein Umar. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, Edisi 11. (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2011), h. 78.
60

E. Pengukuran Variabel dan Definisi Operasional

1. Pengukuran Variabel

Pengukuran variabel dalam penelitian ini peneliti menggunakan skala

likert yang mempunyai empat tingkat preferensi yang masing-masing memiliki

skor 1-4 dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 3.1. Skala Likert pada Pertanyaan Kuesioner

Pilihan Jawaban Skor Keterangan


Sangat Tidak Setuju 1 Tidak baik
Tidak Setuju 2 Kurang baik
Setuju 3 Baik
SangatSetuju 4 Sangat baik

2. Definisi Operasional

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari, sehingga diperoleh informasi tentang hal

tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Variabel-variabel yang akan diteliti

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Variabel bebas (independent variabel)

Variabel independen yang sering di lambangkan (X) adalah

variabel yang mempengaruhi variabel dependent baik secara positif

maupun negatif. Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini

adalah komunikasi pengasuh. Komunikasi pengasuh yaitu komunikasi

seorang guru yang memiliki tanggung jawab untuk mengasuh para santri

dan komunikasi ini merupakan proses dimana seseorang (komunikator)

mengirimkan stimuli (biasanya dengan simbul-simbul verbal) untuk

mengubah perilaku orang lain (komunikan)


61

2. Variabel terikat (dependent variabel)

Variabel dependen ini akan menjadi perhatian utama peneliti. Variabel

dependent yang digunakan dalam model penelitian akan membantu mengenali

hakekat masalah yang akan diteliti. Variabel terikat yang digunakan dalam

penelitian ini adalah minat menghafal al-qur’an santri (Y) yaitu yaitu

keinginan dari diri santri untuk menghafal Al-Quran sehingan kualitas dan

kuantitas hafalanya menjadi lebih baik.

F. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang valid, maka dalam pengumpulannya,

digunakan kuesioner/angket. Kuesioner/angket adalah pernyataan tertulis yang

digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan

tentang pribadi atau hal-hal yang ia ketahui.4 Pengumpulan data melalui kuesioner

dilakukan dengan cara memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada responden

dengan panduan kuesioner maupun memberikan daftar pertanyaan untuk diisi oleh

responden, dan data yang diperoleh dapat diolah dan memberikan informasi

tertentu kepada peneliti. Pertanyaan yang sifatnya tertutup menggunakan skala

Likert.

G. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen penelitian adalah semua alat yang digunakan untuk

mengumpulkan, memeriksa, menyelidiki suatu masalah, atau mengumpulkan,

4
Ibid…, h. 152
62

mengolah, menganalisa dan menyajikan data-data secara sistematis serta objektif

dengan tujuan memecahkan suatu persoalan atau menguji suatu hipotesis.

Tabel 3.2
Kisi-Kisi Instrumen Penelitian

Variabel Deskriptor Item Jumlah


No Indikator
Penelitian Soal Soal
1 Komunikasi 1. Kemudahan a. Ustaz mudah 1,2
Pengasuh memperoleh dijumpai siswa
(X) informasi saat diperlukan
b. Ustaz senantiasa 3,4
memberikan 4
informasikan
yang diperlukan
santri
dimanapun
2. Insensitas a. Pembelajaran 5,6
komunikasi hafalan
dilakukan sesuai
dengan jadwal
yang ada
b. Durasi 7,8
4
pembelajaran
disesuaikan
menurut jadwal
di dalam kelas
maupun diluar
kelas
3. Efektivitas a. Ustazh secara 9,10
komunikasi langsung
mengajari santri
b. santri dilakukan 11,12 4
uji coba
langsung di
depan ustaz
4. Tingkat a. Santri mudah 3,14
pemahaman memahami
pesan pembelajaran
dari ustaz 4
b. Santri lebih 5,16
cepat mengerti
pembelajaran
5. Perubahan a. Santri lebih 17,18
5
sikap. mudah
63

menghafal Al-
Quran
b. Santri lebih 19,20,
semangat 21
menghafal
Alquran
2 Minat 1. Tekun a. Ketepatan waktu 1,2
Menghafal Menyetor dalam menghafal
Al-Qur’an Hafalan b. Semangat 3,4
Santri (Y) 6
menyetor hafalan
c. Konsisten dalam 5,6
menghafal
2. Ulet a. Kegigihan dalam 7,8
Mengulang mengulang
Hafalan hafalan
b. Berusaha 9,10
6
menyelesaikan
hafalan
c. Usaha untuk 11,12
lebih giat
3. Menunjukkan a. Persepsi tentang 13,14,
ketertarikan menghafal 15
menghafal b. Kesadaran diri 16,17 8
c. Kepercayaan diri 18,19,
20

H. Uji Coba Instrumen

Pada penelitian ini peneliti memberikan daftar pertanyaan tertutup dan

terbuka kepada responden. Pertanyaan tertutup dalam kuesioner tersebut

menyajikan sebuah pertanyaan yang harus ditanggapi oleh responden secara

terstruktur dibarengi dengan pertanyaan mengenai tanggapan yang telah diberikan

dengan bentuk pertanyaan terbuka yang diungkapkan dengan tulisan.


64

1. Uji Validitas

Validasi adalah ketetapan atau kecermatan suatu instrument dalam

mengukur apa yang ingin diukur.5 Data dikatakan valid, jika pertanyaan pada

angket mampu mengungkapkan sesuatu yang diukur oleh angket tersebut. Butir-

butir pertanyaan yang ada dalam angket diuji terhadap factor terkait.Uji validitas

dimaksud untuk mengetahui seberapa cermat suatu test atau pengujian melakukan

fungsi ukurannya. Suatu instrument pengkur dikatakan valid apabila instrument

tersebut mengukur apa yang seharusnya diukur atau dapat memberikan hasil sesui

dengan yang diharapkan peneliti. Untuk menguji kevalidan suatu data maka

dilakukan uji validitas terhadap butir-butir angket.

Suatu kuesioner dinyatakan valid ketika pertanyaan pada kuesioner

mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut.

Tingkat validitas dapat diukur dengan membandingkan nilai r hitung (correlation

item total correlation) dengan r tabeldengan ketentuan degree of freedom (df) = n-

2, dimana n adalah jumlah sampel dengan α = 5 %, Kriteria untuk penilaian uji

validitas sebagai berikut : rhitung> r tabel ,maka pernyataan tersebut valid. rhitung< r

tabel , maka pernyataan tersebut tidak valid.

Uji validitas merupakan suatu data dapat dipercaya kebenarannya sesuai

dengan kenyatan. Valid berarti instrument tersebut dapat digunakan untuk

mengukur apa yang seharusnya di ukur. Untuk menguji validitas dan relibilitas

intrumen, peneliti menganalisis dengan hasil olahan SPSS versi 21, tingkat

5
Dwi Priyatno, Mandiri Belajar SPSS (Untuk Analisis Data dan Uji Statistik),
(Yogyakarta: Mediakom, 2008), h.16.
65

validitas dilakukan dengan syarat di atas rhitung> rtabel. Dalam penelitian ini nilai

rtabel untuk pengujian 20 responden yaitu 0,444.

Tabel 3.3
Uji Validitas Variabel Minaf Menghafal Al-Qur’an
Variabel Kode Item Koefisien Nilai rtabel Keterangan
Pertanyaan Korelasi

1. Minat Menghafal P1 0,539 0,444 Valid


Al-Qur’an (Y) P2 0,640 0,444 Valid
P3 0,222 0,444 Tidak Valid
P4 0,841 0,444 Valid
P5 0,401 0,444 Tidak Valid
P6 0,275 0,444 Tidak Valid
P7 0,823 0,444 Valid
P8 0,661 0,444 Valid
P9 0,422 0,444 Tidak Valid
P10 0,086 0,444 Tidak Valid
P11 0,400 0,444 Tidak Valid
P12 0,632 0,444 Valid
P13 0,841 0,444 Valid
P14 0,568 0,444 Valid
P15 0,757 0,444 Valid
P16 0,698 0,444 Valid
P17 0,452 0,444 Valid
P18 0,465 0,444 Valid
P19 0,600 0,444 Valid
P20 0,546 0,444 Valid

Sumber: Data Primer di olah, 2021

Tabel di atas memperlihatkan untuk variabel minat menghafal Al-Qur’an

seluruh item pertanyaan berjumlah 20, dengan jumlah soal yang tidak valid

terdapat enam soal yaitu soal ke 3, 5,6,9,10 dan 11. Sedangkan untuk soal yang

lainnya bernilai valid yaitu rhitung> rtabel.


66

Tabel 3.4
Uji Validitas Variabel Komunikasi Pengasuh
Variabel Kode Item Koefisien Nilai rtabel Keterangan
Pertanyaan Korelasi

2. Komunikasi P1 0,766 0,444 Valid


Pengasuh (Y) P2 0,823 0,444 Valid
P3 0,524 0,444 Valid
P4 0,412 0,444 Tidak Valid
P5 0,746 0,444 Valid
P6 0,565 0,444 Valid
P7 0,481 0,444 Valid
P8 0,779 0,444 Valid
P9 0,393 0,444 Tidak Valid
P10 0,414 0,444 Tidak Valid
P11 0,609 0,444 Valid
P12 0,551 0,444 Valid
P13 0,675 0,444 Valid
P14 0,684 0,444 Valid
P15 0,356 0,444 Tidak Valid
P16 0,709 0,444 Valid
P17 0,577 0,444 Valid
P18 0,686 0,444 Valid
P19 0,743 0,444 Valid
P20 0,564 0,444 Valid
P21 0,209 0,444 Tidak Valid

Sumber: Data Primer di olah, 2021

Tabel di atas memperlihatkan untuk variabel komunikasi pengasuh seluruh

item pertanyaan berjumlah 21, dengan jumlah soal yang tidak valid terdapat lima

soal yaitu soal ke 4,9,10, 15 dan 21. Sedangkan untuk soal yang lainnya bernilai

valid yaitu rhitung> rtabel.

2. Uji Reliabilitas

Uji Reabilitas adalah tingkat kemampuan suatu instrumen penelitian untuk

mengukur suatu variabel secara berulangkali dan mampu meghasilkan informasi

atau data yang sama atau sedikit sekali bervariasi. Dengan kata lain instrumen
67

tersebut mampu menunjukan keakuratan, kestabilan dan konsistensi dalam

menghasilkan data dari variabelyang diukur.6 Untuk melihat reliabilitas dari item

kuesioner digunakan Cronbach Alpha (α) dengan rumus sebagai berikut:7

𝑘. 𝑟
𝛼=[ ]
1 + (𝑟 − 1)𝑘

Keterangan:

𝛼 : Koefesien Cronbach Alpha


K : Jumlah item pertanyaan
r : mean korelasi antar item

Maka semakin tinggi tingkat reliabilitas suatu alat pengukur maka

semakin stabil pula alat pengukur tersebut. Dalam SPSS diberikan fasilitas untuk

mengukur reliabilitas dengan uji statistic Cronbach Alpha (α). Suatu konstruk atau

variabel dikatakan reliabilitas jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,60.8

Reliabilitas adalah sesuatu instrument cukup dapat dipercaya untuk

digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrument tersebut sudah baik.

Instrument dapat dikatakan baik bila memiliki koefisien relibilitas 0,6 atau lebih.

Tabel 3.4
Uji Relibilitas
Variabel Cronbach’s Alpha Status

1. Minat Menghafal Al-Qur’an (Y) 0,860 Reliabilitas

2. Pola Komunikasi (X) 0,903 Reliabilitas

Sumber: Data Primer di olah, 2021

6
Singgih Santoso, Buku Latihan SPSS Statistik Paramedik, (Jakarta: Elex Media
Komputindo, 2007), h.178.
7
Saifuddin Azwar, Reliabilitas dan Validitas, ( Yogyakarta :Pustaka Belajar, 1992),
h.50
8
Imam Ghazali,Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, (Semarang; Badan
Penrbit Universitas Diponogoro, 2005), h.42.
68

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa masing-masing variabel

memiliki nilai Crombach’s Alpha lebih besar dari 0,60 (𝛼>0,60), sehingga dapat

disimpulkan bahwa semua variabel adalah reliabilitas.

I. Teknik Analisis Data

1. Uji asumsi Klasik

a. Uji Normalitas Data

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam modal regresi,

variabelterikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau

tidak. Model regresi yang baik memiliki distribusi data normal atau mendekati

normal dapat dilakukan dengan menggunakan metode Kolmogrov Smirnov dalam

mengambil keputusan, apakah sebuah distribusi data mengikuti distribusi normal

adalah:9

a) Jika nilai signifikan atau nilai probabilitas lebih kecil dari 5 % atau 0,05

maka distribusi adalah tidak normal.

b) Jika nilai signifikan atau nilai probabilitas lebih besar 5 % atau 0,05

maka distribusia dalah normal.

b. Uji Linieritas

Uji linier merupakan suatu pengujian yang digunakan untuk mengetahui

apakah antara variabel bebas dan variabel terikat bersifat linier atau tidak.

Pengujian ini dapat digunakan sebagai syarat dalam analisis korelasi atau regresi

linier.

9
Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS, (Semarang: Badan Penerbit
Universita Diponegoro, 2005), h.54.
69

Uji linieritas dimaksudkan untuk menguji linier tidaknya data yang

dianalisis dengan ketentuan:

a. Jika Deviation from linearity sig < 0,05 , maka H0 ditolak berarti

persamaannya tidak linier.

b. Jika Deviation from linearity sig > 0,05, maka H0 diterima berarti

persamaannya linier.

2. Pengujian Hipotesis

a. Uji t (Uji Parsial)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui signifikan pengaruh variabel

independen secara individu terhadap variabel dependen. Uji t dikenal dengan uji

parsial, yaitu untuk menguji bagaimana pengaruh masing-masing variabel

bebasnya secara sendiri-sendiri terhadap variabel terikatnya. Uji ini dapat

dilakukan dengan membandingkan thitung dengan ttabel atau dengan melihat kolom

signifikan pada masing-masing thitung, proses uji t indentik dengan uji F.

Berdasarkan perhitungan tersebut maka selanjutnya membandingkan antara

nilai thitung dengan nilai ttabel pada tingkat keyakinan 95% (X= 0,05), dengan

kriteria keputusan sebagai berikut: Ho diterima atau Ha ditolak jika t hitung <t table

dengan hipotesis:

b. Koefisiensi Determinasi (R2)

Koefisiensi determinasi dapat dilihat pada nilai Adjusted R Square yang

menunjukkan seberapa besar variabel independen dapat menjelaskan variabel

dependen.Pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam

memenangkan variabel-variabel dependen.


70

Intinya uji koefisien Determinasi (R2) mengukur seberapa jauh kemampuan

model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi

adalah antara nol dan satu. Nilai koefesien Determinasi (R2) yang kecil berarti

kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel

dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel

independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk

memprediksi variabel-variabel dependen.

Nilai koefisien determinasi yaitu antara nol dan satu. Bila R = 0 berarti

diantara variabel bebas (independen variabel) dengan variabel terikat (dependen

variabel) tidak ada hubungannya, sedangkan bila R = 1 berarti antara variabel

bebas (independen variabel) dengan variabel terikat (dependen variabel)

mempunyai hubungan kuat.

c. Analisis Regresi Sederhama

Analisis regresi linear sederhana digunakan untuk mengetahui apakah

variabel bebas secara bersama berpengaruh terhadap variabel terikat.

Y = a+ β Xe

Dimana:

Y = Minat Menghafal Al-Quran Santri

X = Komunikasi Pengasuh

β1 = Koefisien regresi

e = Varians penganggu
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Sejarah Singkat Pondok Pesantren Nurul Ulum Yayasan Nurul Huda


Peureulak
Pesantren Terpadu Nurul Ulum adalah lembaga pendidikan pesantren

modern yang didirikan atas inisiatif beberapa tokoh masyarakat Kecamatan

Peureulak Aceh timur pada tahun 1988. Nama Pesantren Terpadu Nurul Ulum

ditetapkan kepada pesantren ini dengan tujuan agar Pesantren Terpadu Nurul

Ulum yang artinya cahaya ilmu- dapat memancarkan cahaya ilmu pengetahuan

kepada setiap siswa yang melakukan pemondokan didalamnya dan juga kepada

masyarakat di kabupaten Aceh Timur. Para pendiri memilih desa Blang Batee,

kecamatan Peureulak sebagai lokasi pembangunan Pesantren Terpadu Nurul

Ulum.

Desa Blang Batee adalah sebuah desa kecil yang berjarak dua kilometer

dari pusat kota Peureulak dengan pertanian sebagai sumber mata pencaharian

masyarakatnya. sekalipun desa Blang Batee jaraknya tidak terlalu jauh dari pusat

kota Peuereulak namun desa ini tergolong sebagai desa yang terbelakang dan

kurang tersentuh oleh pembangunan yang direncanakan oleh pemerintah. hal ini

dapat dilihat dengan tidak adanya fasilitas-fasilitas umum yang seharusnya dapat

dinikmati masyarakat seperti Puskesmas, listrik dan air bersih.

Imbas pelaksanaan DOM, menyebabkan Pesantren Terpadu Nurul Ulum

mulai memudar sinarnya karena para orang tua santri yang berasal dari berbagai

71
72

daerah di Aceh merasa bahwa keamanan putra-putri di Desa Blang Batee akan

terancam sehingga mereka memutuskan untuk memindahkan putra-putri mereka

ke sekolah-sekolah yang berdekatan dengan tempat tinggal mereka.

Berdasarkan kenyataan tersebut, pada tahun 1991, dewan yayasan Nurul

Hilal mengambil kebijakan memindahkan lokasi pesantren ke daerah yang relatif

lebih aman yaitu dusun Cot Keh Desa Beusa Meuranoe, kecamatan Peureulak.

Pada lokasi yang baru ini, aktivitas pendidikan pesantren dapat berjalan dengan

gairah dan semangat yang lebih besar walaupun dengan kondisi fisik bangunan

yang ada pasca kepindahannya sangat sederhana.

Layaknya lembaga pendidikan swasta lain, Pesantren Terpadu Nurul Ulum

juga kurang mendapatkan perhatian pemerintah. Oleh karena itu seluruh elemen

pesantren membulatkan tekad dan semangat terus berjuang mengembangkan

lembaga pendidikan ini. Usaha ini ternyata tidak sia-sia setelah tiga tahun

beroperasi di lokasi yang baru ini bunga-bunga kemajuan pesantren mulai

berkembang. Perkembangan ini terus berlanjut hingga mencapai puncaknya pada

tahun 1998/1999. ditandai dengan meningkatnya jumlah santri yang mendaftar di

Nurul Ulum. Ini juga sebagai indikasi meningkatnya kepercayaan Masyarakat

terhadap system pendidikan Pesantren Terpadu Nurul Ulum. Seiring dengan

perjalanan waktu, sampai saat ini peningkatan jumlah siswa semakin bertambah

baik dari kabupaten Aceh Timur mahupun dari kabupaten-kabupaten lain di Aceh.

Kiprah Pesantren Terpadu Nurul Ulum dalam kehidupan social

masyarakat. Perubahan sosial dewasa ini bersifat massal, cepat, terus menerus,

berfariasi dan tidak mudah diramalkan arahnya. perubahan-perubahan itu meliputi


73

berbagai kelompok masyarakat, secara kualitatif maupun kuantitatif dan bersifat

global, serta menjarah ke berbagai sudut kehidupan manusia.

Pesantren Terpadu Nurul Ulum pun tidak luput dari proses perubahan itu.

Dalam hal ini Pesantren Terpadu Nurul Ulum berusaha mengubah masa depan

pesantren yang bukan hanya mampu memproduksi tengku, ahli hadits, ahli

dakwah, ahli membaca kitab klasik dan lain sebagainya yang berhubungan

langsung dengan keagamaan. Namun lebih dari itu, diharapkan mampu

menghasilkan sumber daya manusia yang berpengetahuan luas, mengetahui segala

bidang pengetahuan dan mampu menyatukan peran ilmu-ilmu agama dengan

ilmu-ilmu umum yang menyangkut kehidupan bermasyarakat.

Pesantren Terpadu Nurul Ulum dalam fungsinya melayani masyarakat,

telah berupaya untuk memberikan bantuan kepada masyarakat terutama

kebutuhan dibidang pendidikan. Pesantren Terpadu Nurul Ulum sebagai lembaga

pendidikan yang bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan generasi mendatang

membuka kesempatan seluas-luasnya kepada masyarakat dari seluruh strata

kehidupan untuk menikmati pendidikan dengan sistem modern yang memadukan

ajaran-ajaran Islam dengan ilmu pengetahuan modern.

Disamping itu pada saat ini Pesantren Terpadu Nurul Ulum memberikan

perhatian khusus kepada masyarakat yang berada dalam kecemasan dan ketakutan

dampak dari konflik berdarah yang berkepanjangan yang terjadi di bumi Aceh.

Pesantren Terpadu Nurul Ulum dengan segenap upaya berusaha untuk dapat

menyelamatkan generasi-generasi muda yang nota bene merupakan penerus dan


74

penyambung cita-cita generasi kini dengan memberikan pendidikan yang layak

dan terjangkau

Perhatian khusus yang diberikan pesantren ini bermula ketika segenap

elemen pesantren melihat bahwa banyak sekali anak-anak menjadi yatim atau,

putus sekolah akibat ketidak mampuan orang tuanya untuk memberikan biaya

sekolah ekses dari konflik yang menyebabkan aktifitas produksi masyarakat

menjadi menurun. Dalam menyingkapi kondisi tersebut Pesantren Terpadu Nurul

Ulum berupaya mencari solusi untuk meringankan Biaya pendidikan bagi anak-

anak kurang mampu dengan program pemandirian Pesantren. Melalui proyek-

proyek produktif, seperti pabrik es minimum dan es batang.

2. Visi dan Misi Pondok Pesantren Nurul Ulum Yayasan Nurul Huda

Peureulak

a. Visi

Menjadikan lembaga pendidikan yang mendidik dan melahirkan para

kader islam dengan kesiapn untuk mengambangkan tugas dakwah

dalam rangka menegakkan dan menjunjung tinggi kitab Allah dan

Sunnah Rasul.

b. Misi

1) Mengantarkan para santri berwawasan Islam yang kaffah,

sehingga dapat merealisasikan nilai-nilai Islam berdasarkan Al-

Qur’an dan Sunnah.


75

2) Mengembangkan studi-studi keislaman yang disinergikan

dengan perkembangan teknologi.1

3. Keadaan Murid dan Guru Pondok Pesantren Nurul Ulum Yayasan


Nurul Huda Peureulak
Lembaga pendidikan yang baik, adalah lembaga pendidikan yang selalu

berupaya untuk menghasilkan para peserta didik yang bermutu sekaligus memiliki

akhlakul karimah sebagaimana ajaran Rasulullah SAW. Agar tercapai apa yang

diharapkan maka diperlukan tenaga pendidik yang berkompeten di dalam

bidangnya, seperti hanya dengan pondok pesantren/Pondok Pesantren Nurul Ulum

Yayasan Nurul Huda Peureulak yang selalu berupaya untuk menghimpun tenaga

pendidik yang berkualitas tinggi, serta berwibawa seorang pendidik di dalam

memenuhi tugasnya. Maka adapun data guru pondok pesantren/Pondok Pesantren

Nurul Ulum Yayasan Nurul Huda Peureulak antara lain yaitu:

Tabel 4.1

Data Guru Pondok Pesantren Nurul Ulum Yayasan Nurul Huda Peureulak

Jenis Kelamin Latar Belakang Pendidikan


NO Tipe Guru
Lk Pr D2 D3 D4 S-1 S-2
1 PNS - - - - - - -
2 GTY 10 6 - 2 14 - -
3 GTT 7 31 - 3 15 - -
4 GKP - - - - - - -
5 GKL - - - - - - -
6 Guru Tahfizh 3 2 - - - 5 -
Jumlah 17 37 - 5 49 - -
Sumber data: dokumentasi pada Pondok Pesantren Nurul Ulum Yayasan Nurul
Huda Peureulak

1
Dokumentasi di Dayah Al-Azhar Pada Tanggal 5 Juli 2019
76

Berdasarkan tabel diatas, maka dapat dilihat jumlah guru PNS tidak ada,

kemudian jumlag Guru Tetap Yayasan (GTY) laki-laki 10 perempuan 6 yang

terbagi atas 2 berpendidikanD3 dan 14 berpendidikan S-1. Selanjutnya Guru

TIdak Tetap (GTT) untuk laki-laki berjumlah 7 orang perempuan 31 orang terdiri

atas 3 berpendidikan D3, dan 35 berpendidikan S-, maka jumlah seluruh guru 54

orang. Sedangkan Guru Kerja Pembantu (GKP) dan Guru Kerja Lepas (GKL)

belum dimilikinya. Kemudian untuk data siswa dapat dilihat pada tabel di bawah

ini, antara lain:

Tabel 4.2
Data Siswa Pondok Pesantren Nurul Ulum Yayasan Nurul Huda Peureulak
Siswa
Tahun Ajaran Ket
Pria Wanita Total
2018/2019 245 345 590
2019/2020 267 356 623
2020/2021 321 364 685
Sumber data: dokumentasi pada Pondok Pesantren Nurul Ulum Yayasan Nurul
Huda Peureulak
Berdasarkan tabel di atas, maka dapat dilihat bahwa siswa tahun ajaran

2018/2019 berjumlah 590 siswa yang terdiri dari pria 245 siswa dan wanita 345

siswa, kemudian untuk tahun 2019/2020 berjumlah 623 siswa yang terdiri dari

pria 267 siswa dan 356 wanita, kemudian untuk tahun 2020/2021 berjumlah 685

yang terdiri dari pria 321 siswa dan wanita 364 siswa.

4. Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren Nurul Ulum Yayasan Nurul

Huda Peureulak

Sarana prasarana yang baik merupakan faktor utama kemajuan suatu

lembaga pendidikan, jika sarana dan prasarana memadai maka akan memberikan
77

nilai lebih bagi lembaga tersebut dalam mendidik atau mengajari siswanya. Begitu

halnya dengan pondok pesantren/Pondok Pesantren Nurul Ulum Yayasan Nurul

Huda Peureulak yang selalu berupaya agar dapat menyediakan sarana dan

prasarana yang baik. Untuk lebih jelasnya penulis uraikan data sarana dan

prasarana di Pondok Pesantren Nurul Ulum Yayasan Nurul Huda Peureulak di

dalam tabel di bawah ini.

Tabel 4.3
Data Fisik dan Bangunan Pondok Pesantren Nurul Ulum Yayasan Nurul Huda
Peureulak
No Sarana/ Prasarana Jumlah
1 Ruang Kepala Sekolah 2
2 Ruang Kelas 23
3 Ruang Kantor 2
4 Ruang Pustaka 1
5 Ruang Dewan Guru 2
6 Ruang UKS 1
7 Lab Komputer 1
8 MCK 15
9 Mesjid 1
10 Asrama 7
11 Lab. Bahasa 1
12 Lab IPA 1
13 Ruang tata Usaha 1
Sumber data: dokumentasi pada Pondok Pesantren Nurul Ulum Yayasan Nurul
Huda Peureulak
Berdasarkan tabel di atas, maka dapat dilihat bahwa ruang kelas yang

terdapat yaitu 23 ruang, kemudian ruang kantor, pustaka, dewan guru, UKS, Lab

IPA, Lab Bahasa dan musalla, itu terdapat 1 dan 2 ruang saja, sedangkan MCK

terdapat 15.

5. Kurikulum Tahfizh Qur’an pada Pondok Pesantren Nurul Ulum


Yayasan Nurul Huda Peureulak
Perencanaan kurikulum program Tahfidzul Qur’an terdapat beberapa basis

diantaranya:
78

a. Perencanaan kurikulum berbasis pada waktu yang merupakan target yang

harus ditempuh oleh setiap santri meliputi program Tahfidzul Qur’an:

1) Program reguler dengan target: 10 Juz di tahun pertama, 20 Juz

Ditahun kedua, 30 Juz di tahun ketiga, program karantina tahfizh target

30 juz mutqien.

2) Program Tahkassus yaitu mampu menghafal tuntas 30 juz selama 1

tahun dengan target 15 juz pada semester ke 1.

b. Perencanaan kurikulum berbasis kualitas meliputi Tahfid Qur’an Berbasis

Quality:

1) Halaqoh Al-Qur’an terdiri dari target minimal 1 bulan 1 juz dan

menghafal minimal 1 halaman dan maksimal 5 halaman/hari.

2) Halaqoh Al-Qur’an 1 yaitu target minimal 2 halaman

3) Halaqoh Al-Qur’an 2 yaitu target minimal 4 halaman.

6. Struktur Organisasi Pondok Pesantren Nurul Ulum Yayasan Nurul


Huda Peureulak
Dalam penyusunan struktur organisasi diadakan suatu pembagian tugas

yang disesuaikan dengan kemampuan masing-masing anggota agar tugas yang

dibebankan dilaksanakan dengan baik. Adapun Struktur organisasi di Pondok

Pesantren Nurul Ulum Yayasan Nurul Huda Peureulak untuk lebih jelasnya

peneliti lampirkan pada bagian lampiran. 2

2
Dokumentasi di Dayah Al-Azhar Pada Tanggal 5 Juli 2019
79

B. Deskripsi Responden Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan jumlah 62

responden. Dalam proses penyebaran angket, sebagian besar angket yang

disodorkan kepada responden tidak diisi secara langsung oleh responden

melainkan peneliti membacakan pernyataan dan penulis sendiri yang mengisi

angket sesuai dengan jawaban responden. Adapun pernyataan yang peneliti

bacakan sesuai dengan yang ada dalam angket.

1. Usia Responden

Adapun data dan persentase mengenai usia responden yang diambil

sebagai sampel dalam penelitian ini mempunyai usia rata-rata 11 tahun sampai 18

tahun ke atas. Berdasarkan data yang ada pada tabel 4.1 adalah sebagai berikut:

Tabel 4.4
Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Umur Jumlah Persentase


13 Tahun 13 21%
14 Tahun 15 24%
15 Tahun 8 13%
16 Tahun 6 10%
17 Tahun 9 15%
 18 tahun 11 18%
Total 62 100%
Sumber: Data Primer di olah, 2020

Berdasarkan keterangan pada table 4.5 di atas dapat diketahui tentang usia

responden yang digunakan. Dari tabel di atas menunjukkan bahwa mayoritas

responden berusia 14 tahun yang berjumlah 15 orang atau 24%. Usia 13 tahun

berjumlah 13 orang atau 21%, sedangkan usia 15 tahun terdapat 8 orang atau

13%, untuk umur 16 tahun terdapat 6 orang atau 10%, untuk umur 17 tahun

terdapat 9 orang atau 15% dan untuk usia 18 tahun terdapat 11 orang atau 18%.
80

Oleh karena itu peneliti melampirkan menggunakan diagram kembali akan jumlah

dari responden yang dijadikan sampel penelitian berdasarkan usia, antara lain

yaitu:

Gambar 4.1
Persentase Jumlah Responden Berdasarkan Usia Responden

Persentase
13 Tahun 15 Tahun 8 Tahun 6 Tahun 9 Tahun 11 Tahun

18% 21%

15%
23%

13%
10%

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat diketahui bahwa jumlah responden

yang dijadikan sampel dalam penelitian sebagian besar terdiri atas umur 15 tahun

sebesar 24%.

2. Jumlah Hafalan

Jumlah hafalan merupakan salah satu bukti tingkat hafalan yang sudah

dikuasai oleh santri dalam bentuk jumlah yang berbeda-beda. Adapun data dan

persentase mengenai jumlah hafalan Al-Qur’an para responden yang diambil

adalah sebagai berikut:


81

Tabel 4.5
Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Hafalan
Jumlah Hafalan Jumlah Persentase
< 1 Juz 6 10%
1 Juz – 5 Juz 21 34%
6 Juz – 10 Juz 10 16%
11 Juz – 20 Juz 13 21%
21 Juz – 30 Juz 9 15%
Juz Amma 3 5%
Total 62 100,00%
Sumber: Data Primer di olah, 2020

Berdasarkan keterangan pada tabel 4.6 di atas dapat diketahui tentang

jumlah hafalan responden yang digunakan. Dari tabel di atas menunjukkan bahwa

terdapat responden yang menghafal < 1 Juz berjumlah 6 siswa atau 10%,

kemudian untuk jumlah hafalan 1 Juz – 5 Juz berjumlah 21 santri atau 34%, dan

untuk jumlah hafalan 6 Juz – 10 Juz terdapat 10 santri atau 16%, kemudian 11 Juz

– 20 Juz terdapar=t 13 santri atau 21% dan terdapat 9 santri untuk jumlah hafalan

21 Juz – 20Juz atau 15%, dan hanya terdapat 3 orang atau 5% untuk jumlah

hafalan juz amma. Oleh karena itu peneliti melampirkan menggunakan diagram

kembali akan jumlah dari responden yang dijadikan sampel penelitian

berdasarkan pendidikan, antara lain yaitu:


82

Gambar 4.2
Persentase Jumlah Responden Berdasarkan Jumlah Hafalan

Pendidikan Responden
< 1 Juz 1 Juz – 5 Juz 6 Juz – 10 Juz
11 Juz – 20 Juz 21 Juz – 30 Juz Juz Amma
5% 10%
14%

21% 34%

16%

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat diketahui bahwa jumlah responden

yang dijadikan sampel dalam penelitian sebagian besar sudah mencapai 6 Juz – 10

Juz yaitu 21 0rang atau 34%.

3. Jenis Kelamin

Adapun jenis kelamin yang dimiliki responden antara lain yaitu:

Tabel 4.6
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah Persentase
Laki-laki 25 40%
Perempuan 37 60%
Total 62 100,00%
Sumber: Data Primer di olah, 2020

Berdasarkan keterangan pada tabel 4.7 di atas dapat diketahui tentang jenis

kelamin responden yang dijadikan subjek penelitian, yaitu laki-laki berjumlah 25

responden atau 40%, dan perempuan 37 responden atau 60%. Oleh karena itu

peneliti melampirkan menggunakan diagram kembali akan jumlah dari responden

yang dijadikan sampel penelitian berdasarkan jenis kelamin, antara lain yaitu:
83

Gambar 4.3
Persentase Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jumlah
Laki-laki Perempuan

40%

60%

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat diketahui bahwa jumlah responden

yang dijadikan sampel dalam penelitian sebagian besar terdiri atas perempuan

yaitu 60% atau 37 responden.

C. Hasil Uji Asumsi Klasik

1. Hasil Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam regresi variabel

terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi data normal atau tidak.

Model regresi yang baik adalah yang memiliki distribusi data normal atau

mendekati normal. Selanjutnya pengujian normalitas dilakukan dengan

menggunakan SPSS Versi 2.1 memlaui normal P-Plot Regression Standardized

Residual. Adapun hasil olahan tersebut adalah sebagai berikut:


84

Gambar 4.4
Hasil Normalitas Data Menggunakan Normal P-P Plot

Sumber: Data Primer di olah, 2021

Berdasarkan pada grafik di atas, reduksi data menunjukkan kurva normal

yang terlihat pada titik-titik menyebar disekitar garis normal (garis diagonal) dan

penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Maka model regresi layak dipakai

untuk prediksi komunikasi pengasuh yang mempengaruhi minat menghafal santri

berdasarkan masukan variabel independenya atau model regresi memenuhi asumsi

normalitas.

Pengujian normalitas dilakukan dengan menggunakan SPSS Versi 2.1

melalui normal One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test. Hasil normalitas ini

dilakukan dari nilai signifikan > 0,05 berarti menunjukkan model regresi telah
85

memenuhi asumsi normalitas. Uji normalitas tersebut dapat dilihat pada tabel 4.8

berikut:

Tabel 4.7
Uji Normalitas Data
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 62
Mean .0000000
a,b
Normal Parameters Std. 8.10153181
Deviation
Absolute .099
Most Extreme
Positive .064
Differences
Negative -.099
Kolmogorov-Smirnov Z .783
Asymp. Sig. (2-tailed) .573
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber: Data Primer di olah, 2021

Berdasarkan tabel 4.8 di atas, hasil uji normalitas kolmogorov-Smirnov

Test menunjukkan nilai asymp.sig(2-tailed) pada Standardized Residual sebesar

0,573 lebih besar dari tingkat kekeliruan 5% (0,05). Maka dapat disimpukan

bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas.

2. Uji Linieritas

Secara umum uji linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel

mempunyai hubungan yang linear secara signifikan atau tidak. Korelasi yang baik

seharusnya terdapat hubungan yang linear antara variabel predictoratau

independent (X) dengan variabel kriterium atau dependent (Y). Aturan yang

digunakan dalam pengambilan keputusan adalah:


86

a. Jika Deviation from linearity sig < 0,05 , maka H0 ditolak berarti

persamaannya tidak linier.

b. Jika Deviation from linearity sig > 0,05, maka H0 diterima berarti

persamaannya linier.

Maka tabel hasil penelitian yang ditemukan yaitu:

Tabel 4.8
Uji Linieritas

ANOVA Table
Sum of df Mean F Sig.
Squares Square
(Combined) 1904.921 22 86.587 1.416 .168

Minat Between Linearity 286.147 1 286.147 4.679 .037


Menghafal * Groups Deviation from 1618.774 21 77.084 1.261 .260
Komunikasi Linearity
Pengasuh Within Groups 2384.950 39 61.153
Total 4289.871 61
Sumber: Data Primer di olah, 2021

Berdasarkan output di atas diketahui bahwa nilai signifikan deviation from

linearity nilai variabel yaitu komunikasi pengasuh (X) sebesar 0,260 > 0,05 maka

dapat disimpulkan bahwa ada hubungan linear secara signifikan antara variabel X

dan Y. selanjutnya

D. Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan regresi linear

berganda, analisis ini dimaksud untuk mengetahu seberapa besar tingkatan

variable-variabel independen terhadap variable dependen. Untuk mengetahui hasil

uji regresi linear berganda adalah sebagai berikut:


87

1. Hasil Uji t dan Analisis Regresi Sederhana

Uji secara parsial dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas

berpengaruh positif terhadap variabel terikat yang dilihat dari hasil regresi linier
0,05
berganda. Nilai ttabel dilihat berdasarkan ketetapan rumus yaitu: ttabel= ;𝑛 −
2

𝑘 − 1. Dimana n jumlah responden dan k jumlah variabel X.

Dari pernyatan di atas dapat dilihat pada hasil penelitian berikut ini:

Tabel 4.9
Uji t
Coefficientsa
Model Unstandardized Standardized t Sig.
Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta
(Constant) 25.087 9.316 2.693 0.009
1 Komunikasi 0.355 0.171 0.258 2.071 0.043
Pengasuh
a. Dependent Variable: Minat Menghafal
Sumber: Data Primer di olah, 2021

Dilihat dari tabel di atas, data menunjukkan bahwa Pengaruh variabel

komunikasi pengasuh (X) terhadap minat menghafal Al-Qur’an santri (Y) dalam

penelitian ini diketahui nilai signifikan thitung komunikasi pengasuh (X) sebesar
0,05
3,729. Jika dibandingkan dengan nilai ttabel = ; 62 − 1 − 1= 0,025;60 = 2,0003
2

maka thitung > ttabel = 2.071 > 2,000. Dengan demikian berpengaruh positif dan

signifikan karena 0,043 < 0,05 terhadap minat menghafal Al-Qur’an santri, maka

Ha terbukti/diterima.
88

Kemudian dari untuk model regresi linear sederhana sebagai berikut:

Tabel 4.11
Regresi Sederhana
Model Unstandardized Coefficients
B Std. Error
(Constant) 25.087 9.316
1
Komunikasi Pengasuh 0.355 0.171
Sumber: Data Primer di olah, 2021

Berdasarkan tabel 4.12, maka regresi sederhana dari penelitian ini yaitu:

Y = 25.087+ 0,355 Xe

Koefisien-koefisien pada persamaan regresi linier sederhana di atas dapat

diartikan sebagai berikut:

a. Nilai konstanta model persamaan regresi adalah sebesar 25.087 artinya

jika variabel-variabel X bernilai nol, maka rata-rata minat menghafal

santri adalah sebesar 25.087.

b. Nilai koefisien regresi komunikasi pengasuh sebesar 0,355. Hal ini

menunjukkan bahwa setiap peningkatan sebesar 1% satuan, maka minat

menghafal santri akan naik sebesar 35.5%. Sebaliknya jika minat

menghafal santri mengalami penurunan sebesar 1% satuan maka

komunikasi pengasuh akan menurun sebesar 35.5%. Hal ini

menunjukkan bahwa antara komunikasi pengasuh dan minat menghafal

Al-Qur’an santri menunjukkan hubungan yang positif.


89

2. Hasil Uji Koefisien Determinan (R2)

Berdasarkan hasil uji koefisien korelasi menunjukkan seberapa besar

hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terikat. Dari hasil yang disajikan

SPSS Versi 2.1 dilihat pada output model summary, yaitu sebagai berikut:

Tabel 4.11
Koefisien Determinan (R2)
Model Summaryb
Mode R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
l
1 .258a .067 .051 8.169
a. Predictors: (Constant), Komunikasi Pengasuh
b. Dependent Variable: Minat Menghafal
Sumber: Data Primer di olah, 2021

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa besar koefisien determinan R

square atau kemampuan variabel independen dalam menjelaskan atau

memprediksi variabel dependen sebesar 0,067 atau 6,1%. Hal ini berarti varibel

independen terdapat hubungan yang minim dan terdapat 99,93 dipengaruhi oleh

variabel yang lainnya.

3. Kategori Data Penelitian

Kategorisasi data merupakan pengelompokkan data penelitian yang dibuat

berdasarkan asumsi bahwa skor subjek penelitian dalam populasinya terdistribusi

secara normal. Kategorisasi dilakukan secara berjenjang dengan tiga kategori

yaitu tinggi, sedang dan rendah.

a. Kategorisasi Skor Minat Menghafal Siswa

Setelah dilakukan uji reliabilitas diperoleh 14 aitem yang memenuhi

persyaratan untuk kemudian dianalisa menjadi data penelitian. Dari 14 aitem


90

tersebut yang rentangnya berkisar 1-4 dihasilkan kemungkinan total skor tertinggi

56 dan total skor terendah 14. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh total skor

tertinggi 56 dan total skor terendah 27. Hasil perhitungan rata-rata empirik dan

rata-rata minat menghafal santri dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.12 Nilai Empirik dan Hipotetik Minat Menghafal Siswa

Data Hipotetik Data Empirik


Variabel N Skor Skor
Mean SD Mean SD
Min Max Min Max
Minat
62 14 56 35 7 27 56 42 4.8
Menghafal

Keterangan:

Mean = (nilai Max + nilai Min) / 2

SD = (Nilai Max – nilai Min)/6

Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai mean hipotetik skala minat

menghafal sebesar 35 dengan standar deviasi sebesar 7 dan nilai mean empirik

sebesar 42 dengan standar deviasi sebesar 4.8. Hal tersebut menunjukkan bahwa

mean empirik lebih besar dari mean hipotetik (42 > 35), yang artinya rata-rata

subjek yang terlibat dalam penelitian memiliki tingkat minat menghafal yang

tinggi. Berdasarkan nilai mean hipotetik minat menghafal, maka dibuat kategori

menjadi tiga kategori yaitu tinggi, sedang dan rendah. Norma kategorisasi yang

digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 4.13 Norma Kategorisasi

Rentang nilai Kategori


x < (µ-SD) Rendah
(µ-SD) ≤ x < (µ+SD) Sedang
x ≥ (µ+SD) Tinggi
91

Gambaran kategorisasi skor minat menghafal dapat dilihat pada tabel berikut:
µ = 35 n = 62
SD =7

Tabel 4.14 Kategorisasi Data Minat Menghafal

Minat Menghafal Nilai X Subjek Presentase

Rendah 𝑋< 28 1 2%
Sedang 28 ≤ X < 42 26 42 %
Tinggi 42 < X 35 56 %

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa terdapat subjek yang

memiliki tingkat minat menghafal rendah yaitu 1 atau 2%, sebanyak 42% atau

26subjek memiliki tingkat minat menghafal sedang dan sebanyak 56% atau 35

subjek memiliki tingkat minat menghafal tinggi

b. Kategorisasi Skor Komunikasi Pengasuh

Setelah dilakukan uji reliabilitas diperoleh 16 aitem yang memenuhi

persyaratan untuk kemudian dianalisa menjadi data penelitian. Dari 16 aitem

tersebut yang rentangnya berkisar 1-4 dihasilkan kemungkinan total skor tertinggi

64 dan total skor terendah 16. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh total skor

tertinggi 64 dan total skor terendah 37. Hasil perhitungan rata-rata empirik dan

rata-rata komunikasi pengasuh dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.15 Nilai Empirik dan Hipotetik Komunikasi Pengasuh

Data Hipotetik Data Empirik


Variabel N Skor Skor
Mean SD Mean SD
Min Max Min Max
Komunikasi
62 16 64 40 8 37 64 51 5
Pengasuh
92

Keterangan:

Mean = (nilai Max + nilai Min) / 2

SD = (Nilai Max – nilai Min)/6

Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai mean hipotetik skala komunikasi

pengasuh sebesar 40 dengan standar deviasi sebesar 8 dan nilai mean empirik

sebesar 51 dengan standar deviasi sebesar 5. Hal tersebut menunjukkan bahwa

mean empirik lebih besar dari mean hipotetik (51 > 40), yang artinya rata-rata

subjek yang terlibat dalam penelitian memiliki tingkat komunikasi pengasuh yang

tinggi. Berdasarkan nilai mean hipotetik minat menghafal, maka dibuat kategori

menjadi tiga kategori yaitu tinggi, sedang dan rendah. Norma kategorisasi yang

digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 4.18 Norma Kategorisasi

Rentang nilai Kategori


x < (µ-SD) Rendah
(µ-SD) ≤ x < (µ+SD) Sedang
x ≥ (µ+SD) Tinggi

Gambaran kategorisasi skor minat menghafal dapat dilihat pada tabel berikut:
µ = 40
SD =8

Tabel 4.17 Kategorisasi Data Komunikasi Pengasuh

Komunikasi
Nilai X Subjek Presentase
Pengasuh
Rendah 𝑋< 32 0 0%
Sedang 32 ≤ X < 48 7 11 %
Tinggi 48 < X 55 89 %
93

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa terdapat subjek yang

memiliki tingkat komunikasi pengasuh rendah tidak ada, sebanyak 11% atau 7

subjek memiliki tingkat komunikasi pengasuh sedang dan sebanyak 89% atau 55

subjek memiliki tingkat komunikasi pengasuh tinggi

E. Analisis Pembahasan

Dari hasil perhitungan koefisien regresi disimpulkan bahwa perhitungan

uji statistik, terlihat thitung > ttabel = 2.071 > 2,000. Dengan demikian berpengaruh

positif dan signifikan karena 0,043 < 0,05 terhadap minat menghafal Al-Qur’an

santri, maka Ha terbukti/diterima.

Nilai konstanta model persamaan regresi adalah sebesar 25.087 artinya

jika variabel-variabel X bernilai nol, maka rata-rata minat menghafal santri adalah

sebesar 25.087. selanjutnya nilai koefisien regresi komunikasi pengasuh sebesar

0,355. Hal ini menunjukkan bahwa setiap peningkatan sebesar 1% satuan, maka

minat menghafal santri akan naik sebesar 35.5%. Sebaliknya jika minat menghafal

santri mengalami penurunan sebesar 1% satuan maka komunikasi pengasuh akan

menurun sebesar 35.5%. Hal ini menunjukkan bahwa antara komunikasi pengasuh

dan minat menghafal Al-Qur’an santri menunjukkan hubungan yang positif.

Adanya pengaruh komunikasi pengasuh dengan minat menghafal Al-

Qur’an santri itu tidak terlepas dari pengertian guru secara konteks pendidikan

Islam sering disebut dengan istilah “murabby, mu’allim, dan mu’adib’. Menurut

Abdurrahman Al-Bani sebagaimana dikutip Ahmad Tafsir lafad tarbiyah terdiri

dari empat unsur, yaitu: menjaga dan memelihara fitrah anak menjelang dewasa,

mengembangkan seluruh potensi, mengarahkan seluruh fitrah dan potensi menuju


94

kesempurnaan dan melaksanakan secara bertahap.3 Pendapat ini sejalan dengan

penafsiran pada lafad Nurobbyka yang terdapat dalam Al-Qur'an surat Al-Syu'ara

ayat 18:

◆ ◼⧫ ⬧ ⧫⬧


 ◆ ⬧◆ ◆
 ⧫✓ 
Artinya: Fir'aun menjawab: "Bukankah Kami telah mengasuhmu di antara
(keluarga) Kami, waktu kamu masih kanak-kanak dan kamu
tinggal bersama Kami beberapa tahun dari umurmu. (Q.S. al-
Syu’ara:18).
Ayat lain yang mempunyai maksud sama adalah:

◆ ☺⬧ ◆


☺▪  
☺❑ ▪ ➔◆
 ◆◆ ☺

Artinya: Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh
kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka
keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu
kecil. (Q.S. al-Isra’:24).
Jadi tugas dari murobby adalah mendidik, mengasuh dari kecil sampai

dewasa, menyampaikan sesuatu sedikit demi sedikit sehingga sempurna.4

Pendidikan yang dilakukan murobby mencakup aspek kognitif berupa

pengetahuan keagamaan, akhlak, berbuat baik pada orang tua, aspek afektif yang

mengajarkan cara menghormati orang tua dan psikomotorik, tindakan untuk

berbakti dan mendoakan kedua orang tua.

3
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Persfektif Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2006), h. 29.
4
Abdurrahman An Nahlawi, Prinsip-prinsip dan Metode Pendidikan Islam, Terj. Hery
Noor Ali, (Bandung: Diponegoro, 2001), h. 32
95

Lafal mu'allim merupakan isim fa'il dari masdar ta'alim. Menurut Al-

'Athos sebagaimana dikutip Hasan Langgulung berpendapat ta'alim hanya berarti

pengajaran, jadi lebih sempit dari pada pendidikan. Tugas dari mu'allim adalah

mengajar dan memberikan pendidikan yang tidak bertentangan dengan tatanan

moral kemanusiaan. Pengajaran sendiri berarti pendidikan dengan cara

memberikan pengetahuan dan kecakapan. Karena pengetahuan yang dimiliki

semata-mata akibat pemberitahuan, maka dalam istilah mu'allim sebagai

pentransfer ilmu, sementara peserta didik dalam keadaan pasif.

Lafad muaddib merupakan isim fa'il dari masdar ta’dib. Menurut Al-

Athos ta’dib erat kaitannya dengan kondisi ilmu dalam Islam, termasuk dalam isi

pendidikan, jadi lafad ta’dib sudah meliputi kata t'alim dan tarbiyah. Meskipun

lafad ini sangat tinggi nilainya, namun tidak disebutkan dalam Al-Qur'an.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, maka dapat peneliti simpulkan

bahwa:

1. Komunikasi pengasuh di Pondok Pesantren Nurul Ulum Yayasan Nurul Huda

Peureulak terdapat tingkat komunikasi pengasuh yang tinggi mencapai 89%

dibandingkan kategori sedang yang diperoleh hanya berkisar 11% serta tidak

terdapat komunikasi pengasuh yang rendah, maka dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa komunikasi pengasuh dalam membangkitkan minat

menghafal santri sangatlah tinggi, sehingga santri senang dalam menghafal.

2. Minat menghafal al-qur’an santri di Pondok Pesantren Nurul Ulum Yayasan

Nurul Huda Peureulak terdapat tingkat minta yang tinggi hanya pada 56%,

dan minat menghafal santri dalam kategori sedang diperoleh 42% dan untuk

kategori rendah hanya terdapat 2%, maka dengan demikian dapat diketahui

minat mengahafal santri lebih dominan berada pada kategori tinggi.

3. Pengaruh komunikasi pengasuh terhadap minat menghafal al-qur’an santri di

Pondok Pesantren Nurul Ulum Yayasan Nurul Huda Peureulak itu diperoleh

thitung sebesar 2.071 maka thitung > ttabel = 2.071 > 2,000. Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa komunikasi pengasuh berpengaruh positif dan

signifikan terhadap minat menghafal Al-Qur’an santri, maka Ha

terbukti/diterima.

96
97

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah di dapatkan dari hasil penelitian ini,

maka saran-saran yang dapat diberikan kepada pengasuh adalah sebagai berikut:

1. Diharapkan untuk selalu ditingkatkan minat menghafal santri dari

sebelumnya kurang berminat sehingga dapat menimbulkan minat

seluruh santri yang ada.

2. Diharapkan bagi pengasuh senantiasa membicarakan perkembangan

santri dengan orang tua sehingga terdapat dukungan disaat santri

tersebut belajar sehingga memberikan hasil yang lebih maksimal.

3. Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai landasan awal bagi

penelitian selanjutnya agar dapat menjadi hasil penelitian yang lebih

sempurna.
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Masmuh, Komunikasi Organisasi dalam perspektf Teori dan Praktek,


Malang: UPT Muhammadiyah Malang, 2008

Abu Akhmadi & Widodo Suproyono. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta,
2004.

Abdurrahman An Nahlawi, Prinsip-prinsip dan Metode Pendidikan Islam, Terj.


Hery Noor Ali, Bandung: Diponegoro, 2001.

Ahmad Sihabudin, Komunikasi Antar Budaya, Jakarta:Bumi Aksara, 2013.

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Persfektif Islam, Bandung: Remaja


Rosdakarya, 2006.

Amirul Hadi dan Haryono, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Pustaka


Setia, 2005.

Deddy Mulyana, Komunikasi Efektif Suatu Pendekatan Lintas Budaya,


Bandung:Remaja Rosdakarya, 2005.

Dwi Priyatno, Mandiri Belajar SPSS (Untuk Analisis Data dan Uji Statistik),
Yogyakarta: Mediakom, 2008.

Fajar M. Ilmu komunikasi Teori dan Praktik, Yogyakarta: Graham Ilmu, 2009.

Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS, Semarang: Badan


Penerbit Universita Diponegoro, 2005.

Hasan Langgulung, Kreativitas dan Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka al-Husna,


1991.

Harbani Pasalong, Metode Penelitian Administrasi Publik. Cet.1, Bandung:


Alvabeta, 2012.

Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: Raja Grafindo Persada,


2004.

Husein Umar. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, Edisi 11.
Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011.

Ismail SM, Paradigma Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001.

Imam Ghazali,Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Semarang;


Badan Penrbit Universitas Diponogoro, 2005.
John M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, Jakarta:Gramedia,
2000.

Juhaya S Praja & Us man Efendi, Pengantar Psikologi, Bandung: Angkasa, 2010.

Komaruddin Sastradipoera, 2003, Manajemen Marketing:Suatu Pendekatan


Ramuan Marketing, Bandung:Kappa Sigma, 2003.

K. Bertens, Metode Belajar Untuk Mahasiswa, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,


2005.

Mardalis, Metode penelitian Suatu Pendekatan Proposal, Jakarta: Bumi Aksara,


1995.

Muhammad Mufid, Komunikasi dan Regulasi Penyiaran, Jakarta:Kencana, 2010.

M. Munir, Metode Dakwah, Jakarta:Kecana, 2006.

Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya


Offset, 2004.

Paus A. Partanto, M. Dahlan Barri, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya, Arloka,


1994.

Rosmawaty, Mengenal Ilmu Komunikasi, Jakarta:Widya Padjadjaran, 2010.

R. Wayne Pace Don F.Faules, Komunikasi Organisasi Strategi meningkatkan


Kinerja Perusahaan, Bandung:Remaja Rosdakarya, 2006.

Sardiman A.M. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2001.

Saifuddin Azwar, Reliabilitas dan Validitas, Yogyakarta :Pustaka Belajar, 1992.

Sasa Djuarsa Sendjaja, pengatar Ilmu Komunikasi, Jakarta: Universitas Terbuka,


2004.

Singgih Santoso, Buku Latihan SPSS Statistik Paramedik, Jakarta: Elex Media
Komputindo, 2007.

Stephen W. Ilteljohn dan Karen A. Foss, Teori Komunikasi:Theories Of Human


Communication, Jakarta:Salemba Humanika, 2009.

Totok Tasmara, Komunikasi Dakwah, Jakarta:Gaya Media Pratama, 2000.

Wayan Nurkancana dan Sumartana, Evaluasi Pendidikan, Surabaya: Usaha


Nasional, 2007.
Widjaja. Komunikasi:Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, Jakarta: Bumi
Aksara, 2002.

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, Jakarta: Prenademedia Group, 2006.

Wina Sanjaya, Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis


Kompetensi, Bandung: Kencana Prenada Media Group, 2005.
Lampiran 1
Kuesioner Penelitian

Responden yang terhormat,

Dalam rangka menyelesaikn skripsi S-1 pada Jurusan Komunikasi

Penyiaran Islam Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah, saya memerlukan

informasi untuk mendukung penelitian yang saya lakukan dengan judul Pengaruh

Komunikasi Pengasuh Terhadap Minat Menghafal Al-Qur’an Santri di

Pondok Pesantren Nurul Ulum Yayasan Nurul Huda Peureulak.

Untuk itu saya mohon kesedian santri/santri untuk berpartisipasi dalam

penelitian ini dengan mengisi kuesioner yang terlampir. Kesedian santri/santri

mengisi kuesioner ini sangat menentukan keberhasilan penelitian yang saya

lakukan.

Perlu santri/santri ketahui sesuai dengan etika dalam penelitian, data yang

saya peroleh akan saya jaga kerahasiaannya dan digunakan semata-mata untuk

keperluan penelitian.

Saya mengucapkan terimakasih sebanyak-banyaknya atas kerjasama dan

bantuan dari Ibu-ibu yang telah bersedia meluangkan waktu untuk mengisi angket

kuesioner penelitian ini.

Peneliti,

Yusnita
1. IDENTITAS NASABAH

1. No. Responden : ...................................

2. Nama : ...................................

3. Kelas : ………………………..

4. Jumlah Hafalan :

<1 Juz 11 Juz – 20 Juz

1 Juz-5 Juz 21 Juz – 30 Juz

6 Juz – 10 Juz Juz Amma

3. Usia Sekarang

10 Tahun 13 Tahun

11 Tahun 14 Tahun

12 Tahun ≥ 15 tahun

II. Cara Pengisian Kuisioner


Santri/Santri cukup memberikan tanda (√) pada pilihan jawaban yang
tersedia (rentang dari angka 1-5) sesuai dengan pendapat. Setiap angka akan
mewakili tingkat kesesuaian dengan pendapat Bapak/Ibu :

Sangat Setuju 4
Setuju diberi skor 3
Tidak Setuju diberi skor 2
Sangat Tidak Setuju 1
A. Pernyataan Mengenai Indikator-Indikator Minat hafalan Al-Qur’an Santri
(Y)

Penilaian Jawaban
No Pernyataan
SS S TS STS
Saya menyetorkan hafalan sesuai jadwal yang
1
telah ditentukan
Setiap kelas mulai pembelajaran saya selalu
2
mempersiapkan setoran hafalan
Saya yakin bahwa saya mempunyai kemampuan
3
yang cukup untuk menghafal Al-Qur’an
Jika saya berusaha dnegan keras maka saya akan
4
lebih banyak menghafal Al-Qur’an
Menghafal Al-Qur’an adalah bagian dari hidup
5
saya
Hari-hari saya lalui di pesantren selalu menghafa
6
Al-Qur’an
Saya akan terus mencari kesempatan untuk
7
mengulang hafalan ketika banyak aktivitas
Setiap ada waktu luang saya tidak pernah lupa
8
untuk memperbanyak hafalan Al-Qur’an
9 Saya menghafal atas kesadaran diri sendiri
Saya senang jika setiap saat saya menghafal Al-
10
Qur’an
Saya berusaha terus menerus mengulangi ayat-
11
ayat yang sulit sampai terhafal
Saya akan menanyakan kepada ustaz jika ada ayat
12 yang sulit untuk dihafal agar lebih cepat bisa
terhafal
13 Saya menambah hafalan setiap harinya
Setiap hari saya menargetkan jumlah ayat yang
14
harus bisa terhafal
Saya yakin dapat mengulang hafalan meskipun
15
dalam keadaan sibuk
Menghafal Al-Quran memberikan kenyamanan
16
bagi saya di pesantren
Saya tetap mengulang hafalan walaupun ketika
17
sakit
Saya menyakini kalau saya akan dapat menghafal
18 Al-Quran seluruhnya ketika lulus dari pesantren
ini
Saya datang lebih awal ke kelas untuk pengesahan
19
setoran hafalan
Saya sangat senang jika ada kawan yang meminta
20
bantuan untuk mendengarkan hafalannya
B. Pernyantan Mengenai Indikator-Indikator Komunikasi Pengasuh (X)

Penilaian Jawaban
No Pernyataan
SS S TS STS
Saya bisa menjumpai ustaz jika hendak belajar
1 baik di dalam kelas maupun di luar kelas selama
ustaz tidak sibuk
Ustaz setiap hari akan menerima santri yang ingin
2
bertanya pelajaran ketika berada di luar kelas
Ustaz dengan senang hati akan mengajari saya
3
dimana pun saya perlukan
Ustaz selalu mengajarkan santri tanpa ada
4
perbedaan satu sama lainnya
Ustaz mengajari saya sesuai dengan jadwal yang
5
sudah ada
Setiap santri yang terlambat masuk kelas akan
6 ditambahkan waktu hafalan menurut
keterlambatannya
Para santri ketika sudah berada di kelas selalu
7 diajarkan sesuai dengan waktu yang sudah
ditetapkan
Ustaz tidak pernah membuang waktu mengajar
8
yang sudah disediakan setiap kelas
Saya diajarkan secara langsung bertatap muka
9
pada saat menghafal al-Quran
Setiap santri yang salah hafalan akan dibenarkan
10 secara langsung dan meminta santri untuk
mengulang kembali
Setiap santri akan melakukan penyetoran
11
langsung setiap hafalan di depan ustaz
Setiap setoran yang sudah diberikan ustaz akan
12
mencatatnya dalam pembukuan
Ustaz mengajari santri menghafal al-Qur’an
13
dengan bahasa yang mudah dan cepat dipahami
Setiap santri akan diberikan kesempatan bertanya
14
jika mengalami kesulitan dalam belajar
Ustaz yang mengajari saya cara menghafal Al-
15
Quran sangat cepat dan tepat
Penyampaian pembelajaran yang dilakukan ustaz
16
sangat cepat dimengerti
Setelah ustaz mengajarkan cara menghafal Al-
17 Quran dengan baik, sekarang saya lebih mudah
menghafalnya
Saya menjaga sikap saya agar tidak menjadi salah
18
satu faktor cepat lupa hafalan Al-Qur’an
Setelah saya sering diajarkan guru untuk manfaat
19 menghafal Al-Quran sekarang saya lebih senang
menghafalnya.
Saya sedih jika ustaz tidak dapat berhadir di
20
dalam kelas disaat pembelajaran tiba
Saya akan sangat menyesal jika tidak dapat
21
menyetor hafalan dengan benar setiap hari
DOKUMENTASI

Siswa sedang mengisi


kuesioner

Siswa sedang mengisi


kuesioner
Siswa sedang
mengisi kuesioner

Siswa sedang
mengisi kuesioner
Siswa sedang
mengisi kuesioner
Lampiran 1
Kuesioner Penelitian

Responden yang terhormat,

Dalam rangka menyelesaikn skripsi S-1 pada Jurusan Komunikasi

Penyiaran Islam Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah, saya memerlukan

informasi untuk mendukung penelitian yang saya lakukan dengan judul Pengaruh

Komunikasi Pengasuh Terhadap Minat Menghafal Al-Qur’an Santri di

Pondok Pesantren Nurul Ulum Yayasan Nurul Huda Peureulak.

Untuk itu saya mohon kesedian santri/santri untuk berpartisipasi dalam

penelitian ini dengan mengisi kuesioner yang terlampir. Kesedian santri/santri

mengisi kuesioner ini sangat menentukan keberhasilan penelitian yang saya

lakukan.

Perlu santri/santri ketahui sesuai dengan etika dalam penelitian, data yang

saya peroleh akan saya jaga kerahasiaannya dan digunakan semata-mata untuk

keperluan penelitian.

Saya mengucapkan terimakasih sebanyak-banyaknya atas kerjasama dan

bantuan dari Ibu-ibu yang telah bersedia meluangkan waktu untuk mengisi angket

kuesioner penelitian ini.

Peneliti,

Yusnita
1. IDENTITAS NASABAH

1. No. Responden : ...................................

2. Nama : ...................................

3. Kelas : ………………………..

4. Jumlah Hafalan :

<1 Juz 11 Juz – 20 Juz

1 Juz-5 Juz 21 Juz – 30 Juz

6 Juz – 10 Juz Juz Amma

3. Usia Sekarang

10 Tahun 13 Tahun

11 Tahun 14 Tahun

12 Tahun ≥ 15 tahun

II. Cara Pengisian Kuisioner


Santri/Santri cukup memberikan tanda (√) pada pilihan jawaban yang
tersedia (rentang dari angka 1-5) sesuai dengan pendapat. Setiap angka akan
mewakili tingkat kesesuaian dengan pendapat Bapak/Ibu :

Sangat Setuju 4
Setuju diberi skor 3
Tidak Setuju diberi skor 2
Sangat Tidak Setuju 1
A. Pernyataan Mengenai Indikator-Indikator Minat hafalan Al-Qur’an Santri
(Y)

Penilaian Jawaban
No Pernyataan
SS S TS STS
Saya menyetorkan hafalan sesuai jadwal yang
1
telah ditentukan
Setiap kelas mulai pembelajaran saya selalu
2
mempersiapkan setoran hafalan
Jika saya berusaha dnegan keras maka saya akan
3
lebih banyak menghafal Al-Qur’an
Saya akan terus mencari kesempatan untuk
4
mengulang hafalan ketika banyak aktivitas
Setiap ada waktu luang saya tidak pernah lupa
5
untuk memperbanyak hafalan Al-Qur’an
Saya akan menanyakan kepada ustaz jika ada ayat
6 yang sulit untuk dihafal agar lebih cepat bisa
terhafal
7 Saya menambah hafalan setiap harinya
Setiap hari saya menargetkan jumlah ayat yang
8
harus bisa terhafal
Saya yakin dapat mengulang hafalan meskipun
9
dalam keadaan sibuk
Menghafal Al-Quran memberikan kenyamanan
10
bagi saya di pesantren
Saya tetap mengulang hafalan walaupun ketika
11
sakit
Saya menyakini kalau saya akan dapat menghafal
12 Al-Quran seluruhnya ketika lulus dari pesantren
ini
Saya datang lebih awal ke kelas untuk pengesahan
13
setoran hafalan
Saya sangat senang jika ada kawan yang meminta
14
bantuan untuk mendengarkan hafalannya

B. Pernyantan Mengenai Indikator-Indikator Komunikasi Pengasuh (X)

Penilaian Jawaban
No Pernyataan
SS S TS STS
Saya bisa menjumpai ustaz jika hendak belajar
1 baik di dalam kelas maupun di luar kelas selama
ustaz tidak sibuk
Ustaz setiap hari akan menerima santri yang ingin
2
bertanya pelajaran ketika berada di luar kelas
3 Ustaz dengan senang hati akan mengajari saya
dimana pun saya perlukan
Ustaz mengajari saya sesuai dengan jadwal yang
4
sudah ada
Setiap santri yang terlambat masuk kelas akan
5 ditambahkan waktu hafalan menurut
keterlambatannya
Para santri ketika sudah berada di kelas selalu
6 diajarkan sesuai dengan waktu yang sudah
ditetapkan
Ustaz tidak pernah membuang waktu mengajar
7
yang sudah disediakan setiap kelas
Setiap santri akan melakukan penyetoran
8
langsung setiap hafalan di depan ustaz
Setiap setoran yang sudah diberikan ustaz akan
9
mencatatnya dalam pembukuan
Ustaz mengajari santri menghafal al-Qur’an
10
dengan bahasa yang mudah dan cepat dipahami
Setiap santri akan diberikan kesempatan bertanya
11
jika mengalami kesulitan dalam belajar
Penyampaian pembelajaran yang dilakukan ustaz
12
sangat cepat dimengerti
Setelah ustaz mengajarkan cara menghafal Al-
13 Quran dengan baik, sekarang saya lebih mudah
menghafalnya
Saya menjaga sikap saya agar tidak menjadi salah
14
satu faktor cepat lupa hafalan Al-Qur’an
Setelah saya sering diajarkan guru untuk manfaat
15 menghafal Al-Quran sekarang saya lebih senang
menghafalnya.
Saya sedih jika ustaz tidak dapat berhadir di
16
dalam kelas disaat pembelajaran tiba
NILAI ANGKET HASIL PENELITIAN
lampiran 3
Nilai Variabel X Nilai Variabel Y
responden Komunikasi Pengasuh JM Minat Menghafal
JM
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
1 3 4 4 4 2 1 1 1 1 1 2 2 3 2 4 2 37 1 1 1 1 1 3 4 4 4 2 1 2 2 2 29
2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 62 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 56
3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 1 3 1 1 53 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 1 3 3 50
4 4 4 3 4 4 4 4 2 4 4 2 2 2 2 3 2 50 4 4 2 4 4 4 4 3 4 4 3 2 2 2 46
5 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 3 59 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 1 50
6 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 3 2 2 2 53 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 55
7 4 2 4 4 4 3 3 3 4 4 4 3 3 3 4 3 55 3 3 3 4 4 3 4 4 4 1 1 1 2 4 41
8 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 1 3 4 59 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 2 4 3 2 49
9 4 4 4 2 4 1 1 1 1 1 4 2 4 3 3 3 42 1 1 1 1 4 4 4 2 4 1 1 1 1 1 27
10 4 4 4 2 2 1 1 1 1 1 3 4 4 4 4 4 44 1 1 1 1 4 4 4 2 4 2 2 1 1 1 29
11 4 3 3 4 4 4 4 4 4 2 3 4 2 4 3 4 56 4 4 4 4 4 4 2 4 4 1 1 2 1 1 40
12 4 2 4 4 4 1 1 1 1 1 4 4 4 4 4 4 47 1 1 1 1 3 4 4 4 4 1 1 1 2 4 32
13 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 2 4 60 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 56
14 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 63 4 4 4 4 3 3 4 4 4 1 1 1 1 2 40
15 4 4 3 4 4 3 1 2 4 1 4 4 4 4 4 4 54 3 1 2 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 49
16 4 4 4 4 4 4 5 4 4 2 4 4 4 1 4 4 60 4 5 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 55
17 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 3 1 1 4 53 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 1 51
18 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 3 2 4 3 4 57 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 56
19 4 3 4 4 4 4 2 4 4 4 2 2 2 1 3 2 49 4 2 4 4 4 4 3 4 4 1 1 3 4 1 43
20 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 3 1 3 3 55 4 4 4 4 4 3 3 4 4 1 1 1 1 1 39
21 4 4 4 2 4 1 1 1 1 1 1 3 4 4 4 2 41 4 2 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 53
22 4 4 4 2 4 2 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 58 4 4 4 4 2 4 4 4 4 1 1 1 2 2 41
23 4 4 2 4 4 1 1 4 4 4 4 4 4 4 3 4 55 1 1 1 2 2 3 4 4 4 1 3 2 1 2 31
24 3 4 4 4 4 1 1 4 2 4 4 4 4 3 4 4 54 2 2 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 51
25 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 63 1 1 1 1 4 2 4 4 4 1 2 2 1 1 29
26 3 3 4 4 4 1 1 4 4 4 4 4 3 4 4 4 55 2 2 1 1 4 4 4 4 4 1 3 4 1 1 36
27 4 3 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 4 4 4 1 57 1 1 2 1 4 3 4 3 4 1 3 2 2 3 34
28 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 61 1 1 1 2 4 4 4 4 4 4 3 1 3 3 39
29 4 4 4 2 4 4 4 1 1 1 4 4 4 2 4 1 48 4 4 4 4 4 4 1 3 4 4 4 4 4 3 51
30 4 4 4 4 4 4 4 1 1 1 4 4 4 2 4 2 51 1 2 4 4 2 2 2 2 4 4 4 4 3 4 42
31 4 4 3 4 4 1 1 4 4 4 4 4 2 4 4 1 52 4 4 4 4 4 3 4 3 2 1 1 1 1 1 37
32 4 3 3 4 4 1 1 1 1 1 3 4 4 4 4 1 43 4 4 4 4 4 1 3 2 4 4 4 4 4 4 50
33 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 63 4 3 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 52
34 2 4 4 4 4 1 1 4 4 4 3 3 4 4 4 1 51 4 4 4 4 4 4 3 1 4 4 4 4 4 4 52
35 2 3 4 4 4 1 3 1 2 4 4 3 4 4 4 4 51 1 1 1 1 4 2 4 3 4 4 4 4 4 4 41
36 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 3 4 4 4 64 1 1 1 1 3 4 4 4 4 3 3 3 2 1 35
37 4 2 4 4 4 1 2 4 4 4 4 4 4 2 4 4 55 4 4 4 2 3 4 2 4 4 1 2 2 1 1 38
38 4 4 4 4 4 1 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 60 1 1 1 1 4 4 4 4 4 1 2 2 1 1 31
39 4 3 4 3 4 1 3 2 4 4 4 4 3 4 4 1 52 1 4 4 4 4 3 4 4 4 1 1 1 1 1 37
40 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 4 4 1 58 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 1 3 4 1 46
41 4 4 4 3 4 4 4 2 4 4 4 3 4 4 4 4 60 1 2 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 48
42 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 1 59 1 4 4 2 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 48
43 4 4 4 4 2 1 1 1 1 2 2 3 4 4 4 1 42 1 4 4 4 1 4 3 1 4 1 1 1 3 4 36
44 4 4 4 4 4 4 4 2 4 3 4 4 4 4 4 4 61 4 4 4 1 4 3 2 4 4 1 3 2 1 2 39
45 4 4 3 4 4 4 4 1 1 1 4 2 4 4 4 1 49 4 4 4 4 2 2 2 1 4 4 4 4 4 4 47
46 4 3 4 4 4 4 4 2 1 1 4 4 4 4 4 1 52 4 4 4 4 2 3 3 1 4 1 1 1 1 1 34
47 3 4 4 4 4 4 4 1 2 1 4 3 4 3 4 1 50 1 1 1 1 1 3 4 4 4 2 4 4 4 4 38
48 4 4 4 4 4 3 3 1 1 2 4 4 4 4 4 4 54 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 56
49 4 4 4 4 4 1 2 4 4 4 4 4 4 3 4 4 58 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 55
50 4 4 2 4 4 1 2 1 1 1 4 4 4 4 4 4 48 4 4 2 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 52
51 4 4 2 4 4 1 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 56 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 54
52 4 4 4 4 4 1 1 3 2 1 4 4 4 4 4 4 52 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 2 4 52
53 4 4 4 4 4 4 4 2 1 1 4 4 4 4 4 3 55 1 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 50
54 4 4 3 4 4 4 4 2 1 1 4 4 4 4 4 4 55 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 52
55 4 4 4 4 4 1 1 1 1 1 4 4 4 4 4 4 49 1 1 1 1 4 4 4 2 4 4 3 3 4 4 40
56 4 4 4 4 4 1 3 3 4 1 4 4 4 4 4 4 56 1 1 1 1 4 4 4 2 4 4 3 4 4 4 41
57 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 64 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 54
58 4 4 4 4 4 1 1 4 4 4 4 4 4 4 4 2 56 4 1 1 1 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 45
59 4 4 4 4 4 1 1 1 3 4 4 4 4 4 4 3 53 1 1 1 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 46
60 4 4 4 4 4 1 3 2 1 2 4 4 4 4 4 3 52 1 3 2 1 2 4 4 4 4 4 2 4 4 4 43
61 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 63 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 56
62 4 4 4 4 4 1 1 1 1 1 4 4 4 4 4 3 48 1 1 1 1 1 4 4 4 4 4 3 4 3 4 39
NILAI ANGKET UJI COBA
lampiran 3
Nilai Variabel X Nilai Variabel Y
responden Komunikasi Pengasuh JM Minat Menghafal
JM
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 2 2 3 2 3 4 3 2 4 2 2 2 3 2 4 2 4 3 2 2 2 55 2 3 2 2 2 4 2 2 1 3 1 2 2 2 2 2 3 2 2 2 43
2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 82 4 4 3 4 4 3 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 76
3 1 1 1 4 4 4 1 1 4 4 4 4 1 3 1 1 4 1 3 3 3 53 1 1 3 3 3 3 4 3 2 4 4 1 3 3 3 3 1 4 4 3 56
4 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 44 2 2 2 2 2 4 2 2 4 4 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 47
5 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 4 3 4 4 69 3 3 3 4 1 4 4 1 4 4 3 3 4 1 4 1 3 3 4 4 61
6 2 2 3 3 3 3 4 2 4 3 4 1 3 2 2 2 3 3 3 4 4 60 2 3 3 4 4 3 4 4 4 4 1 2 4 4 4 4 3 3 4 4 68
7 3 1 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 4 3 3 4 3 1 3 63 3 3 3 1 3 3 1 4 4 4 4 3 1 3 1 3 3 3 1 4 55
8 4 4 3 4 3 4 3 4 3 4 4 4 3 1 3 4 4 4 4 4 4 75 4 3 4 4 1 4 4 4 4 2 4 4 4 1 4 5 3 4 4 4 71
9 3 3 3 2 3 2 3 3 4 3 4 2 4 3 3 3 2 4 2 4 3 63 3 3 2 4 3 3 4 4 2 3 3 3 4 3 4 3 3 2 4 4 64
10 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 1 79 4 1 4 3 1 4 3 1 4 4 3 4 3 1 3 1 4 4 3 4 59
11 4 4 2 4 4 4 2 4 2 4 3 4 2 4 3 4 4 2 4 3 2 69 4 2 4 3 2 4 3 2 4 3 3 4 3 2 3 2 2 4 3 2 59
12 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 82 4 4 4 1 1 1 1 1 1 4 4 1 1 1 4 1 4 4 4 4 50
13 4 4 1 4 4 4 1 4 4 2 4 3 4 4 2 4 4 4 4 4 4 73 4 4 1 4 4 1 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 72
14 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 82 4 4 4 3 3 4 4 4 1 1 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 70
15 4 4 4 3 4 3 4 2 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 77 4 4 3 4 1 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 74
16 1 4 4 2 4 4 1 4 4 1 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 1 67 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 79
17 4 2 4 4 3 4 2 2 4 4 1 4 3 1 1 4 1 4 1 4 4 61 4 1 4 1 1 4 1 1 1 1 1 4 1 1 1 1 4 4 4 4 44
18 4 2 3 4 3 4 3 4 3 1 4 3 2 4 3 4 2 3 4 2 4 66 4 3 4 4 4 1 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 74
19 2 2 2 2 2 2 2 2 4 2 2 2 2 1 3 2 2 2 2 2 4 46 2 2 2 2 4 3 2 4 4 3 4 2 2 4 2 4 2 2 2 4 56
20 1 1 3 2 1 3 3 1 1 3 2 3 3 1 3 3 2 3 2 2 3 46 1 1 2 2 3 4 2 3 2 3 3 1 2 3 2 3 1 2 2 3 45
REGRESSION
/MISSING LISTWISE
/STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA
/CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10)
/NOORIGIN
/DEPENDENT Y
/METHOD=ENTER X
/SAVE RESID.

Regression
[DataSet0]

Variables Entered/Removed a

Variables Variables
Model Entered Removed Method
1 Komunikasi
b . Enter
Pengasuh

a. Dependent Variable: Minat Menghafal


b. All requested variables entered.

Model Summaryb

Adjusted R Std. Error of


Model R R Square Square the Estimate
a
1 .258 .067 .051 8.169

a. Predictors: (Constant), Komunikasi Pengasuh


b. Dependent Variable: Minat Menghafal

a
ANOVA

Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
b
1 Regression 286.147 1 286.147 4.288 .043
Residual 4003.724 60 66.729
Total 4289.871 61

a. Dependent Variable: Minat Menghafal


b. Predictors: (Constant), Komunikasi Pengasuh

Page 1
Coefficients a

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 25.087 9.316 2.693 .009
Komunikasi Pengasuh .355 .171 .258 2.071 .043

a. Dependent Variable: Minat Menghafal

Residuals Statistics a

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N


Predicted Value 38.21 47.78 44.26 2.166 62
Residual -18.427 13.375 .000 8.102 62
Std. Predicted Value -2.794 1.627 .000 1.000 62
Std. Residual -2.256 1.637 .000 .992 62

a. Dependent Variable: Minat Menghafal

NPAR TESTS
/K-S(NORMAL)=RES_1
/MISSING ANALYSIS.

NPar Tests
[DataSet0]

Regression
[DataSet0]

Charts

Page 2
Histogram
Dependent Variable: Minat Menghafal

Mean = 1.49E-16
12 Std. Dev. = 0.992
N = 62

10

8
Frequency

0
-3 -2 -1 0 1 2

Regression Standardized Residual

Page 3
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: Minat Menghafal
1.0

0.8
Expected Cum Prob

0.6

0.4

0.2

0.0
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0

Observed Cum Prob

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardize
d Residual
N 62
Normal Parameters a,b Mean .0000000
Std. Deviation 8.10153181
Most Extreme Differences Absolute .099
Positive .064
Negative -.099
Kolmogorov-Smirnov Z .783
Asymp. Sig. (2-tailed) .573

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.

SAVE OUTFILE='C:\Users\DELL INPIRON\Documents\YUSNITA OK KE 3.sav'


/COMPRESSED.
Page 4
MEANS TABLES=Y BY X
/CELLS MEAN COUNT STDDEV
/STATISTICS LINEARITY.

Means
[DataSet0]

Case Processing Summary

Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N
Minat Menghafal * Komunikasi Pengasuh 62 100.0% 0 0.0% 62 100.0%

Case Processing Summary

Cases
Minat Menghafal
Total
Percent
Minat Menghafal * Komunikasi Pengasuh 100.0%

Report

Minat Menghafal

Komunikasi Pengasuh Mean N Std. Deviation


37 29.00 1 .
41 53.00 1 .
42 31.50 2 6.364
43 50.00 1 .
44 29.00 1 .
47 32.00 1 .
48 47.33 3 7.234
49 43.33 3 3.512
50 42.00 2 5.657
51 45.00 3 6.083
52 40.60 5 7.162
53 50.50 4 3.697
54 52.00 3 3.606
55 41.00 7 7.528
56 45.00 4 6.377
57 45.00 2 15.556
58 47.33 3 7.095
59 49.00 3 1.000
60 47.50 4 11.561
39.00 2 .000
Page 1
Report

Minat Menghafal

Komunikasi Pengasuh Mean N Std. Deviation


61 39.00 2 .000
62 56.00 1 .
63 44.25 4 12.230
64 44.50 2 13.435
Total 44.26 62 8.386

ANOVA Table

Sum of
Squares
Minat Menghafal * Komunikasi Pengasuh Between Groups (Combined) 1904.921 22
Linearity 286.147 1
Deviation from Linearity 1618.774 21
Within Groups 2384.950 39
Total 4289.871 61

ANOVA Table

df
Minat Menghafal * Komunikasi Pengasuh Between Groups (Combined) 22 86.587
Linearity 1 286.147
Deviation from Linearity 21 77.084
Within Groups 39 61.153
Total 61

ANOVA Table

Mean Square
Minat Menghafal * Komunikasi Pengasuh Between Groups (Combined) 86.587 1.416
Linearity 286.147 4.679
Deviation from Linearity 77.084 1.261
Within Groups 61.153
Total

Page 2
ANOVA Table

F
Minat Menghafal * Komunikasi Pengasuh Between Groups (Combined) 1.416 .168
Linearity 4.679 .037
Deviation from Linearity 1.261 .260
Within Groups
Total

ANOVA Table

Sig.
Minat Menghafal * Komunikasi Pengasuh Between Groups (Combined) .168
Linearity .037
Deviation from Linearity .260
Within Groups
Total

Measures of Association

R R Squared Eta Eta Squared


Minat Menghafal * Komunikasi Pengasuh .258 .067 .666 .444

Page 3
CORRELATIONS
/VARIABLES=Item_1 Item_2 Item_3 Item_4 Item_5 Item_6 Item_7 Item_8 Item_9 I
tem_10 Item_11 Item_12 Item_13 Item_14 Item_15 Item_16 Item_17 Item_18 Item_1
9 Item_20 Item_21 Total
/PRINT=TWOTAIL NOSIG
/MISSING=PAIRWISE.

Correlations
[DataSet0]

Correlations

Item_1 Item_2 Item_3 Item_4 Item_5 Item_6


** **
Item_1 Pearson Correlation 1 .609 .324 .566 .434 .356 .426
Sig. (2-tailed) .004 .164 .009 .056 .124 .061
N 20 20 20 20 20 20 20
** **
Item_2 Pearson Correlation .609 1 .366 .226 .623 .372 .228
Sig. (2-tailed) .004 .113 .337 .003 .106 .334
N 20 20 20 20 20 20 20
**
Item_3 Pearson Correlation .324 .366 1 -.124 .174 .214 .665
Sig. (2-tailed) .164 .113 .604 .464 .366 .001
N 20 20 20 20 20 20 20
** *
Item_4 Pearson Correlation .566 .226 -.124 1 .383 .527 -.023
Sig. (2-tailed) .009 .337 .604 .095 .017 .924
N 20 20 20 20 20 20 20
** *
Item_5 Pearson Correlation .434 .623 .174 .383 1 .509 .075
Sig. (2-tailed) .056 .003 .464 .095 .022 .754
N 20 20 20 20 20 20 20
* *
Item_6 Pearson Correlation .356 .372 .214 .527 .509 1 -.013
Sig. (2-tailed) .124 .106 .366 .017 .022 .956
N 20 20 20 20 20 20 20
**
Item_7 Pearson Correlation .426 .228 .665 -.023 .075 -.013 1
Sig. (2-tailed) .061 .334 .001 .924 .754 .956
N 20 20 20 20 20 20 20
** ** * *
Item_8 Pearson Correlation .655 .764 .295 .337 .531 .470 .172
Sig. (2-tailed) .002 .000 .206 .147 .016 .037 .468
N 20 20 20 20 20 20 20
*
Item_9 Pearson Correlation .203 .225 .243 .034 .476 .195 .112
Sig. (2-tailed) .392 .339 .301 .887 .034 .410 .638
N 20 20 20 20 20 20 20
.395 .217 .211 .410 .275 .270 .389

Page 1
Correlations

Item_7 Item_8 Item_9 Item_10 Item_11 Item_12


**
Item_1 Pearson Correlation .426 .655 .203 .395 .228 .386 .386
Sig. (2-tailed) .061 .002 .392 .085 .334 .093 .093
N 20 20 20 20 20 20 20
** * **
Item_2 Pearson Correlation .228 .764 .225 .217 .408 .451 .642
Sig. (2-tailed) .334 .000 .339 .358 .074 .046 .002
N 20 20 20 20 20 20 20
** **
Item_3 Pearson Correlation .665 .295 .243 .211 .055 .290 .637
Sig. (2-tailed) .001 .206 .301 .372 .819 .215 .003
N 20 20 20 20 20 20 20
Item_4 Pearson Correlation -.023 .337 .034 .410 .180 .422 -.158
Sig. (2-tailed) .924 .147 .887 .072 .449 .064 .506
N 20 20 20 20 20 20 20
* * ** *
Item_5 Pearson Correlation .075 .531 .476 .275 .602 .480 .420
Sig. (2-tailed) .754 .016 .034 .241 .005 .032 .065
N 20 20 20 20 20 20 20
* **
Item_6 Pearson Correlation -.013 .470 .195 .270 .200 .643 .123
Sig. (2-tailed) .956 .037 .410 .249 .398 .002 .607
N 20 20 20 20 20 20 20
*
Item_7 Pearson Correlation 1 .172 .112 .389 .222 -.075 .459
Sig. (2-tailed) .468 .638 .090 .347 .754 .042
N 20 20 20 20 20 20 20
* *
Item_8 Pearson Correlation .172 1 .189 .047 .502 .367 .469
Sig. (2-tailed) .468 .426 .845 .024 .112 .037
N 20 20 20 20 20 20 20
Item_9 Pearson Correlation .112 .189 1 .058 .330 .032 .349
Sig. (2-tailed) .638 .426 .809 .156 .894 .131
N 20 20 20 20 20 20 20
.389 .047 .058 1 .052 .440 .110

Page 2
Correlations

Item_13 Item_14 Item_15 Item_16 Item_17 Item_18


** ** *
Item_1 Pearson Correlation .386 .611 .143 .709 .137 .530 .418
Sig. (2-tailed) .093 .004 .548 .000 .566 .016 .066
N 20 20 20 20 20 20 20
** ** * * **
Item_2 Pearson Correlation .642 .436 .384 .683 .561 .527 .658
Sig. (2-tailed) .002 .055 .094 .001 .010 .017 .002
N 20 20 20 20 20 20 20
** * * **
Item_3 Pearson Correlation .637 .043 .515 .511 .000 .695 .112
Sig. (2-tailed) .003 .856 .020 .021 1.000 .001 .639
N 20 20 20 20 20 20 20
Item_4 Pearson Correlation -.158 .421 -.392 .278 .216 -.003 .416
Sig. (2-tailed) .506 .065 .088 .235 .360 .989 .068
N 20 20 20 20 20 20 20
** ** **
Item_5 Pearson Correlation .420 .620 .099 .332 .625 .335 .600
Sig. (2-tailed) .065 .004 .679 .153 .003 .148 .005
N 20 20 20 20 20 20 20
* ** **
Item_6 Pearson Correlation .123 .291 -.033 .452 .607 .212 .580
Sig. (2-tailed) .607 .213 .890 .046 .005 .370 .007
N 20 20 20 20 20 20 20
* * *
Item_7 Pearson Correlation .459 .358 .485 .199 .081 .448 .175
Sig. (2-tailed) .042 .121 .030 .400 .735 .047 .460
N 20 20 20 20 20 20 20
* * ** * * **
Item_8 Pearson Correlation .469 .488 .408 .715 .492 .531 .797
Sig. (2-tailed) .037 .029 .074 .000 .028 .016 .000
N 20 20 20 20 20 20 20
Item_9 Pearson Correlation .349 .213 .031 .000 .270 .349 .122
Sig. (2-tailed) .131 .367 .896 1.000 .250 .131 .607
N 20 20 20 20 20 20 20
.110 .246 -.163 .108 .260 .110 .106

Page 3
Correlations

Item_19 Item_20 Item_21 Total


**
Item_1 Pearson Correlation .418 .319 .383 .766
Sig. (2-tailed) .066 .171 .095 .000
N 20 20 20 20
** ** **
Item_2 Pearson Correlation .658 .651 -.017 .823
Sig. (2-tailed) .002 .002 .944 .000
N 20 20 20 20
*
Item_3 Pearson Correlation .112 .274 .000 .524
Sig. (2-tailed) .639 .243 1.000 .018
N 20 20 20 20
Item_4 Pearson Correlation .416 .155 .194 .412
Sig. (2-tailed) .068 .513 .413 .071
N 20 20 20 20
** ** **
Item_5 Pearson Correlation .600 .568 .032 .746
Sig. (2-tailed) .005 .009 .893 .000
N 20 20 20 20
** **
Item_6 Pearson Correlation .580 .256 -.053 .565
Sig. (2-tailed) .007 .276 .826 .009
N 20 20 20 20
*
Item_7 Pearson Correlation .175 .081 .274 .481
Sig. (2-tailed) .460 .735 .243 .032
N 20 20 20 20
** **
Item_8 Pearson Correlation .797 .298 -.036 .779
Sig. (2-tailed) .000 .202 .879 .000
N 20 20 20 20
Item_9 Pearson Correlation .122 .330 .168 .393
Sig. (2-tailed) .607 .156 .478 .086
N 20 20 20 20
.106 .312 .194 .414

Page 4
Correlations

Item_1 Item_2 Item_3 Item_4 Item_5 Item_6


Item_10 Pearson Correlation .395 .217 .211 .410 .275 .270 .389
Sig. (2-tailed) .085 .358 .372 .072 .241 .249 .090
N 20 20 20 20 20 20 20
**
Item_11 Pearson Correlation .228 .408 .055 .180 .602 .200 .222
Sig. (2-tailed) .334 .074 .819 .449 .005 .398 .347
N 20 20 20 20 20 20 20
* * **
Item_12 Pearson Correlation .386 .451 .290 .422 .480 .643 -.075
Sig. (2-tailed) .093 .046 .215 .064 .032 .002 .754
N 20 20 20 20 20 20 20
** ** *
Item_13 Pearson Correlation .386 .642 .637 -.158 .420 .123 .459
Sig. (2-tailed) .093 .002 .003 .506 .065 .607 .042
N 20 20 20 20 20 20 20
** **
Item_14 Pearson Correlation .611 .436 .043 .421 .620 .291 .358
Sig. (2-tailed) .004 .055 .856 .065 .004 .213 .121
N 20 20 20 20 20 20 20
* *
Item_15 Pearson Correlation .143 .384 .515 -.392 .099 -.033 .485
Sig. (2-tailed) .548 .094 .020 .088 .679 .890 .030
N 20 20 20 20 20 20 20
** ** * *
Item_16 Pearson Correlation .709 .683 .511 .278 .332 .452 .199
Sig. (2-tailed) .000 .001 .021 .235 .153 .046 .400
N 20 20 20 20 20 20 20
* ** **
Item_17 Pearson Correlation .137 .561 .000 .216 .625 .607 .081
Sig. (2-tailed) .566 .010 1.000 .360 .003 .005 .735
N 20 20 20 20 20 20 20
* * ** *
Item_18 Pearson Correlation .530 .527 .695 -.003 .335 .212 .448
Sig. (2-tailed) .016 .017 .001 .989 .148 .370 .047
N 20 20 20 20 20 20 20
** ** **
Item_19 Pearson Correlation .418 .658 .112 .416 .600 .580 .175
Sig. (2-tailed) .066 .002 .639 .068 .005 .007 .460
N 20 20 20 20 20 20 20
** **
Item_20 Pearson Correlation .319 .651 .274 .155 .568 .256 .081
Sig. (2-tailed) .171 .002 .243 .513 .009 .276 .735
N 20 20 20 20 20 20 20
Item_21 Pearson Correlation .383 -.017 .000 .194 .032 -.053 .274
Sig. (2-tailed) .095 .944 1.000 .413 .893 .826 .243
N 20 20 20 20 20 20 20
** ** * ** ** *
Total Pearson Correlation .766 .823 .524 .412 .746 .565 .481
Sig. (2-tailed) .000 .000 .018 .071 .000 .009 .032
N 20 20 20 20 20 20 20

Page 5
Correlations

Item_7 Item_8 Item_9 Item_10 Item_11 Item_12


Item_10 Pearson Correlation .389 .047 .058 1 .052 .440 .110
Sig. (2-tailed) .090 .845 .809 .828 .052 .645
N 20 20 20 20 20 20 20
*
Item_11 Pearson Correlation .222 .502 .330 .052 1 .168 .340
Sig. (2-tailed) .347 .024 .156 .828 .478 .143
N 20 20 20 20 20 20 20
Item_12 Pearson Correlation -.075 .367 .032 .440 .168 1 .154
Sig. (2-tailed) .754 .112 .894 .052 .478 .517
N 20 20 20 20 20 20 20
* *
Item_13 Pearson Correlation .459 .469 .349 .110 .340 .154 1
Sig. (2-tailed) .042 .037 .131 .645 .143 .517
N 20 20 20 20 20 20 20
* *
Item_14 Pearson Correlation .358 .488 .213 .246 .543 .259 .259
Sig. (2-tailed) .121 .029 .367 .296 .013 .270 .270
N 20 20 20 20 20 20 20
* *
Item_15 Pearson Correlation .485 .408 .031 -.163 .206 .110 .469
Sig. (2-tailed) .030 .074 .896 .492 .384 .643 .037
N 20 20 20 20 20 20 20
** * *
Item_16 Pearson Correlation .199 .715 .000 .108 .202 .557 .557
Sig. (2-tailed) .400 .000 1.000 .651 .394 .011 .011
N 20 20 20 20 20 20 20
* *
Item_17 Pearson Correlation .081 .492 .270 .260 .536 .374 .260
Sig. (2-tailed) .735 .028 .250 .269 .015 .104 .269
N 20 20 20 20 20 20 20
* * **
Item_18 Pearson Correlation .448 .531 .349 .110 .317 .239 .903
Sig. (2-tailed) .047 .016 .131 .645 .174 .311 .000
N 20 20 20 20 20 20 20
** ** *
Item_19 Pearson Correlation .175 .797 .122 .106 .732 .449 .274
Sig. (2-tailed) .460 .000 .607 .656 .000 .047 .243
N 20 20 20 20 20 20 20
*
Item_20 Pearson Correlation .081 .298 .330 .312 .375 .260 .545
Sig. (2-tailed) .735 .202 .156 .181 .104 .269 .013
N 20 20 20 20 20 20 20
Item_21 Pearson Correlation .274 -.036 .168 .194 .232 -.085 .075
Sig. (2-tailed) .243 .879 .478 .412 .325 .720 .754
N 20 20 20 20 20 20 20
* ** ** * **
Total Pearson Correlation .481 .779 .393 .414 .609 .551 .675
Sig. (2-tailed) .032 .000 .086 .070 .004 .012 .001
N 20 20 20 20 20 20 20

Page 6
Correlations

Item_13 Item_14 Item_15 Item_16 Item_17 Item_18


Item_10 Pearson Correlation .110 .246 -.163 .108 .260 .110 .106
Sig. (2-tailed) .645 .296 .492 .651 .269 .645 .656
N 20 20 20 20 20 20 20
* * **
Item_11 Pearson Correlation .340 .543 .206 .202 .536 .317 .732
Sig. (2-tailed) .143 .013 .384 .394 .015 .174 .000
N 20 20 20 20 20 20 20
* *
Item_12 Pearson Correlation .154 .259 .110 .557 .374 .239 .449
Sig. (2-tailed) .517 .270 .643 .011 .104 .311 .047
N 20 20 20 20 20 20 20
* * **
Item_13 Pearson Correlation 1 .259 .469 .557 .260 .903 .274
Sig. (2-tailed) .270 .037 .011 .269 .000 .243
N 20 20 20 20 20 20 20
**
Item_14 Pearson Correlation .259 1 .234 .309 .415 .169 .587
Sig. (2-tailed) .270 .321 .184 .069 .476 .007
N 20 20 20 20 20 20 20
*
Item_15 Pearson Correlation .469 .234 1 .281 .330 .397 .340
Sig. (2-tailed) .037 .321 .230 .155 .083 .143
N 20 20 20 20 20 20 20
* ** *
Item_16 Pearson Correlation .557 .309 .281 1 .134 .688 .492
Sig. (2-tailed) .011 .184 .230 .572 .001 .028
N 20 20 20 20 20 20 20
**
Item_17 Pearson Correlation .260 .415 .330 .134 1 .111 .754
Sig. (2-tailed) .269 .069 .155 .572 .640 .000
N 20 20 20 20 20 20 20
** **
Item_18 Pearson Correlation .903 .169 .397 .688 .111 1 .251
Sig. (2-tailed) .000 .476 .083 .001 .640 .287
N 20 20 20 20 20 20 20
** * **
Item_19 Pearson Correlation .274 .587 .340 .492 .754 .251 1
Sig. (2-tailed) .243 .007 .143 .028 .000 .287
N 20 20 20 20 20 20 20
* *
Item_20 Pearson Correlation .545 .117 -.234 .414 .245 .454 .259
Sig. (2-tailed) .013 .623 .321 .069 .297 .044 .271
N 20 20 20 20 20 20 20
Item_21 Pearson Correlation .075 .119 -.327 .063 -.232 .192 -.021
Sig. (2-tailed) .754 .616 .159 .792 .325 .417 .931
N 20 20 20 20 20 20 20
** ** ** ** ** **
Total Pearson Correlation .675 .648 .356 .709 .577 .686 .743
Sig. (2-tailed) .001 .002 .124 .000 .008 .001 .000
N 20 20 20 20 20 20 20

Page 7
Correlations

Item_19 Item_20 Item_21 Total


Item_10 Pearson Correlation .106 .312 .194 .414
Sig. (2-tailed) .656 .181 .412 .070
N 20 20 20 20
** **
Item_11 Pearson Correlation .732 .375 .232 .609
Sig. (2-tailed) .000 .104 .325 .004
N 20 20 20 20
* *
Item_12 Pearson Correlation .449 .260 -.085 .551
Sig. (2-tailed) .047 .269 .720 .012
N 20 20 20 20
* **
Item_13 Pearson Correlation .274 .545 .075 .675
Sig. (2-tailed) .243 .013 .754 .001
N 20 20 20 20
** **
Item_14 Pearson Correlation .587 .117 .119 .648
Sig. (2-tailed) .007 .623 .616 .002
N 20 20 20 20
Item_15 Pearson Correlation .340 -.234 -.327 .356
Sig. (2-tailed) .143 .321 .159 .124
N 20 20 20 20
* **
Item_16 Pearson Correlation .492 .414 .063 .709
Sig. (2-tailed) .028 .069 .792 .000
N 20 20 20 20
** **
Item_17 Pearson Correlation .754 .245 -.232 .577
Sig. (2-tailed) .000 .297 .325 .008
N 20 20 20 20
* **
Item_18 Pearson Correlation .251 .454 .192 .686
Sig. (2-tailed) .287 .044 .417 .001
N 20 20 20 20
**
Item_19 Pearson Correlation 1 .259 -.021 .743
Sig. (2-tailed) .271 .931 .000
N 20 20 20 20
**
Item_20 Pearson Correlation .259 1 .272 .564
Sig. (2-tailed) .271 .245 .010
N 20 20 20 20
Item_21 Pearson Correlation -.021 .272 1 .209
Sig. (2-tailed) .931 .245 .378
N 20 20 20 20
** **
Total Pearson Correlation .743 .564 .209 1
Sig. (2-tailed) .000 .010 .378
N 20 20 20 20

Page 8
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

RELIABILITY
/VARIABLES=Item_1 Item_2 Item_3 Item_4 Item_5 Item_6 Item_7 Item_8 Item_9 I
tem_10 Item_11 Item_12 Item_13 Item_14 Item_15 Item_16 Item_17 Item_18 Item_1
9 Item_20 Item_21
/SCALE('ALL VARIABLES') ALL
/MODEL=ALPHA.

Reliability
[DataSet0]

Scale: ALL VARIABLES


Case Processing Summary

N %
Cases Valid 20 100.0
a
Excluded 0 .0
Total 20 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items
.903 21

Page 9
CORRELATIONS
/VARIABLES=Item_1 Item_2 Item_3 Item_4 Item_5 Item_6 Item_7 Item_8 Item_9 I
tem_10 Item_11 Item_12 Item_13 Item_14 Item_15 Item_16 Item_17 Item_18 Item_1
9 Item_20 Total
/PRINT=TWOTAIL NOSIG
/MISSING=PAIRWISE.

Correlations
[DataSet0]

Correlations

Item_1 Item_2 Item_3 Item_4 Item_5 Item_6


* *
Item_1 Pearson Correlation 1 .508 .555 .259 -.221 -.210 .197
Sig. (2-tailed) .022 .011 .270 .349 .373 .406
N 20 20 20 20 20 20 20
*
Item_2 Pearson Correlation .508 1 .012 .401 .219 -.401 .366
Sig. (2-tailed) .022 .958 .080 .353 .080 .113
N 20 20 20 20 20 20 20
*
Item_3 Pearson Correlation .555 .012 1 .002 -.341 .095 .044
Sig. (2-tailed) .011 .958 .992 .141 .690 .852
N 20 20 20 20 20 20 20
**
Item_4 Pearson Correlation .259 .401 .002 1 .281 -.078 .966
Sig. (2-tailed) .270 .080 .992 .230 .743 .000
N 20 20 20 20 20 20 20
*
Item_5 Pearson Correlation -.221 .219 -.341 .281 1 -.452 .303
Sig. (2-tailed) .349 .353 .141 .230 .045 .195
N 20 20 20 20 20 20 20
*
Item_6 Pearson Correlation -.210 -.401 .095 -.078 -.452 1 -.050
Sig. (2-tailed) .373 .080 .690 .743 .045 .834
N 20 20 20 20 20 20 20
**
Item_7 Pearson Correlation .197 .366 .044 .966 .303 -.050 1
Sig. (2-tailed) .406 .113 .852 .000 .195 .834
N 20 20 20 20 20 20 20
* * ** *
Item_8 Pearson Correlation .000 .450 -.222 .475 .713 -.238 .492
Sig. (2-tailed) 1.000 .047 .347 .034 .000 .312 .027
N 20 20 20 20 20 20 20
Item_9 Pearson Correlation .112 .036 -.043 .425 .131 -.038 .306
Sig. (2-tailed) .639 .879 .857 .062 .581 .872 .189
N 20 20 20 20 20 20 20
-.237 .110 -.303 .154 .232 -.361 .080

Page 1
Correlations

Item_7 Item_8 Item_9 Item_10 Item_11 Item_12


**
Item_1 Pearson Correlation .197 .000 .112 -.237 .202 .826 .259
Sig. (2-tailed) .406 1.000 .639 .313 .394 .000 .270
N 20 20 20 20 20 20 20
*
Item_2 Pearson Correlation .366 .450 .036 .110 .248 .322 .401
Sig. (2-tailed) .113 .047 .879 .646 .291 .166 .080
N 20 20 20 20 20 20 20
Item_3 Pearson Correlation .044 -.222 -.043 -.303 .299 .381 .002
Sig. (2-tailed) .852 .347 .857 .195 .200 .097 .992
N 20 20 20 20 20 20 20
** * * **
Item_4 Pearson Correlation .966 .475 .425 .154 .133 .471 1.000
Sig. (2-tailed) .000 .034 .062 .516 .577 .036 .000
N 20 20 20 20 20 20 20
**
Item_5 Pearson Correlation .303 .713 .131 .232 .092 -.036 .281
Sig. (2-tailed) .195 .000 .581 .326 .700 .879 .230
N 20 20 20 20 20 20 20
Item_6 Pearson Correlation -.050 -.238 -.038 -.361 -.165 .085 -.078
Sig. (2-tailed) .834 .312 .872 .118 .488 .721 .743
N 20 20 20 20 20 20 20
* **
Item_7 Pearson Correlation 1 .492 .306 .080 .197 .416 .966
Sig. (2-tailed) .027 .189 .737 .406 .068 .000
N 20 20 20 20 20 20 20
* *
Item_8 Pearson Correlation .492 1 .258 -.043 .346 .215 .475
Sig. (2-tailed) .027 .272 .856 .135 .363 .034
N 20 20 20 20 20 20 20
Item_9 Pearson Correlation .306 .258 1 .420 .186 .312 .425
Sig. (2-tailed) .189 .272 .066 .432 .180 .062
N 20 20 20 20 20 20 20
.080 -.043 .420 1 .112 -.326 .154

Page 2
Correlations

Item_13 Item_14 Item_15 Item_16 Item_17 Item_18


** ** *
Item_1 Pearson Correlation .259 -.087 .392 .044 .815 .676 .486
Sig. (2-tailed) .270 .716 .087 .855 .000 .001 .030
N 20 20 20 20 20 20 20
** **
Item_2 Pearson Correlation .401 .404 .593 .433 .625 .191 .369
Sig. (2-tailed) .080 .077 .006 .056 .003 .421 .109
N 20 20 20 20 20 20 20
**
Item_3 Pearson Correlation .002 -.301 .151 -.129 .332 .690 .375
Sig. (2-tailed) .992 .198 .525 .588 .153 .001 .103
N 20 20 20 20 20 20 20
** ** * **
Item_4 Pearson Correlation 1.000 .395 .819 .538 .186 .228 .621
Sig. (2-tailed) .000 .085 .000 .014 .432 .333 .004
N 20 20 20 20 20 20 20
** **
Item_5 Pearson Correlation .281 .843 .115 .620 -.152 -.064 -.037
Sig. (2-tailed) .230 .000 .628 .004 .524 .788 .878
N 20 20 20 20 20 20 20
Item_6 Pearson Correlation -.078 -.319 -.391 -.187 -.210 -.300 -.272
Sig. (2-tailed) .743 .171 .088 .429 .375 .199 .245
N 20 20 20 20 20 20 20
** ** * **
Item_7 Pearson Correlation .966 .433 .780 .556 .131 .291 .655
Sig. (2-tailed) .000 .057 .000 .011 .583 .213 .002
N 20 20 20 20 20 20 20
* ** **
Item_8 Pearson Correlation .475 .837 .274 .952 .000 -.048 .085
Sig. (2-tailed) .034 .000 .243 .000 1.000 .839 .722
N 20 20 20 20 20 20 20
Item_9 Pearson Correlation .425 .162 .227 .286 -.081 .000 -.123
Sig. (2-tailed) .062 .495 .335 .222 .734 1.000 .605
N 20 20 20 20 20 20 20
.154 .098 .280 -.117 -.123 -.094 -.152

Page 3
Correlations

Item_19 Item_20 Total


* * *
Item_1 Pearson Correlation .486 .461 .539
Sig. (2-tailed) .030 .041 .014
N 20 20 20
**
Item_2 Pearson Correlation .369 .375 .640
Sig. (2-tailed) .109 .104 .002
N 20 20 20
Item_3 Pearson Correlation .375 .251 .222
Sig. (2-tailed) .103 .285 .348
N 20 20 20
** **
Item_4 Pearson Correlation .621 .280 .841
Sig. (2-tailed) .004 .231 .000
N 20 20 20
Item_5 Pearson Correlation -.037 .136 .401
Sig. (2-tailed) .878 .568 .080
N 20 20 20
Item_6 Pearson Correlation -.272 -.357 -.275
Sig. (2-tailed) .245 .122 .241
N 20 20 20
** **
Item_7 Pearson Correlation .655 .258 .823
Sig. (2-tailed) .002 .272 .000
N 20 20 20
**
Item_8 Pearson Correlation .085 .333 .661
Sig. (2-tailed) .722 .151 .002
N 20 20 20
Item_9 Pearson Correlation -.123 .108 .422
Sig. (2-tailed) .605 .652 .064
N 20 20 20
-.152 -.072 .086

Page 4
Correlations

Item_1 Item_2 Item_3 Item_4 Item_5 Item_6


Item_10 Pearson Correlation -.237 .110 -.303 .154 .232 -.361 .080
Sig. (2-tailed) .313 .646 .195 .516 .326 .118 .737
N 20 20 20 20 20 20 20
Item_11 Pearson Correlation .202 .248 .299 .133 .092 -.165 .197
Sig. (2-tailed) .394 .291 .200 .577 .700 .488 .406
N 20 20 20 20 20 20 20
** *
Item_12 Pearson Correlation .826 .322 .381 .471 -.036 .085 .416
Sig. (2-tailed) .000 .166 .097 .036 .879 .721 .068
N 20 20 20 20 20 20 20
** **
Item_13 Pearson Correlation .259 .401 .002 1.000 .281 -.078 .966
Sig. (2-tailed) .270 .080 .992 .000 .230 .743 .000
N 20 20 20 20 20 20 20
**
Item_14 Pearson Correlation -.087 .404 -.301 .395 .843 -.319 .433
Sig. (2-tailed) .716 .077 .198 .085 .000 .171 .057
N 20 20 20 20 20 20 20
** ** **
Item_15 Pearson Correlation .392 .593 .151 .819 .115 -.391 .780
Sig. (2-tailed) .087 .006 .525 .000 .628 .088 .000
N 20 20 20 20 20 20 20
* ** *
Item_16 Pearson Correlation .044 .433 -.129 .538 .620 -.187 .556
Sig. (2-tailed) .855 .056 .588 .014 .004 .429 .011
N 20 20 20 20 20 20 20
** **
Item_17 Pearson Correlation .815 .625 .332 .186 -.152 -.210 .131
Sig. (2-tailed) .000 .003 .153 .432 .524 .375 .583
N 20 20 20 20 20 20 20
** **
Item_18 Pearson Correlation .676 .191 .690 .228 -.064 -.300 .291
Sig. (2-tailed) .001 .421 .001 .333 .788 .199 .213
N 20 20 20 20 20 20 20
* ** **
Item_19 Pearson Correlation .486 .369 .375 .621 -.037 -.272 .655
Sig. (2-tailed) .030 .109 .103 .004 .878 .245 .002
N 20 20 20 20 20 20 20
*
Item_20 Pearson Correlation .461 .375 .251 .280 .136 -.357 .258
Sig. (2-tailed) .041 .104 .285 .231 .568 .122 .272
N 20 20 20 20 20 20 20
* ** ** **
Total Pearson Correlation .539 .640 .222 .841 .401 -.275 .823
Sig. (2-tailed) .014 .002 .348 .000 .080 .241 .000
N 20 20 20 20 20 20 20

Page 5
Correlations

Item_7 Item_8 Item_9 Item_10 Item_11 Item_12


Item_10 Pearson Correlation .080 -.043 .420 1 .112 -.326 .154
Sig. (2-tailed) .737 .856 .066 .637 .161 .516
N 20 20 20 20 20 20 20
Item_11 Pearson Correlation .197 .346 .186 .112 1 .083 .133
Sig. (2-tailed) .406 .135 .432 .637 .729 .577
N 20 20 20 20 20 20 20
*
Item_12 Pearson Correlation .416 .215 .312 -.326 .083 1 .471
Sig. (2-tailed) .068 .363 .180 .161 .729 .036
N 20 20 20 20 20 20 20
** * *
Item_13 Pearson Correlation .966 .475 .425 .154 .133 .471 1
Sig. (2-tailed) .000 .034 .062 .516 .577 .036
N 20 20 20 20 20 20 20
**
Item_14 Pearson Correlation .433 .837 .162 .098 .222 .108 .395
Sig. (2-tailed) .057 .000 .495 .681 .347 .651 .085
N 20 20 20 20 20 20 20
** **
Item_15 Pearson Correlation .780 .274 .227 .280 .257 .252 .819
Sig. (2-tailed) .000 .243 .335 .233 .274 .284 .000
N 20 20 20 20 20 20 20
* ** *
Item_16 Pearson Correlation .556 .952 .286 -.117 .346 .247 .538
Sig. (2-tailed) .011 .000 .222 .622 .135 .294 .014
N 20 20 20 20 20 20 20
**
Item_17 Pearson Correlation .131 .000 -.081 -.123 -.056 .631 .186
Sig. (2-tailed) .583 1.000 .734 .606 .816 .003 .432
N 20 20 20 20 20 20 20
*
Item_18 Pearson Correlation .291 -.048 .000 -.094 .229 .520 .228
Sig. (2-tailed) .213 .839 1.000 .692 .331 .019 .333
N 20 20 20 20 20 20 20
** **
Item_19 Pearson Correlation .655 .085 -.123 -.152 .046 .364 .621
Sig. (2-tailed) .002 .722 .605 .524 .846 .114 .004
N 20 20 20 20 20 20 20
Item_20 Pearson Correlation .258 .333 .108 -.072 .269 .358 .280
Sig. (2-tailed) .272 .151 .652 .762 .251 .121 .231
N 20 20 20 20 20 20 20
** ** ** **
Total Pearson Correlation .823 .661 .422 .086 .400 .632 .841
Sig. (2-tailed) .000 .002 .064 .718 .080 .003 .000
N 20 20 20 20 20 20 20

Page 6
Correlations

Item_13 Item_14 Item_15 Item_16 Item_17 Item_18


Item_10 Pearson Correlation .154 .098 .280 -.117 -.123 -.094 -.152
Sig. (2-tailed) .516 .681 .233 .622 .606 .692 .524
N 20 20 20 20 20 20 20
Item_11 Pearson Correlation .133 .222 .257 .346 -.056 .229 .046
Sig. (2-tailed) .577 .347 .274 .135 .816 .331 .846
N 20 20 20 20 20 20 20
* ** *
Item_12 Pearson Correlation .471 .108 .252 .247 .631 .520 .364
Sig. (2-tailed) .036 .651 .284 .294 .003 .019 .114
N 20 20 20 20 20 20 20
** * **
Item_13 Pearson Correlation 1 .395 .819 .538 .186 .228 .621
Sig. (2-tailed) .085 .000 .014 .432 .333 .004
N 20 20 20 20 20 20 20
**
Item_14 Pearson Correlation .395 1 .216 .750 .011 -.073 .074
Sig. (2-tailed) .085 .360 .000 .965 .760 .755
N 20 20 20 20 20 20 20
** **
Item_15 Pearson Correlation .819 .216 1 .350 .339 .364 .761
Sig. (2-tailed) .000 .360 .130 .143 .115 .000
N 20 20 20 20 20 20 20
* **
Item_16 Pearson Correlation .538 .750 .350 1 .002 .062 .182
Sig. (2-tailed) .014 .000 .130 .993 .795 .444
N 20 20 20 20 20 20 20
* *
Item_17 Pearson Correlation .186 .011 .339 .002 1 .469 .461
Sig. (2-tailed) .432 .965 .143 .993 .037 .041
N 20 20 20 20 20 20 20
* **
Item_18 Pearson Correlation .228 -.073 .364 .062 .469 1 .610
Sig. (2-tailed) .333 .760 .115 .795 .037 .004
N 20 20 20 20 20 20 20
** ** * **
Item_19 Pearson Correlation .621 .074 .761 .182 .461 .610 1
Sig. (2-tailed) .004 .755 .000 .444 .041 .004
N 20 20 20 20 20 20 20
** *
Item_20 Pearson Correlation .280 .223 .378 .306 .587 .355 .480
Sig. (2-tailed) .231 .344 .100 .189 .006 .124 .032
N 20 20 20 20 20 20 20
** ** ** ** * * **
Total Pearson Correlation .841 .568 .757 .698 .452 .465 .600
Sig. (2-tailed) .000 .009 .000 .001 .046 .039 .005
N 20 20 20 20 20 20 20

Page 7
Correlations

Item_19 Item_20 Total


Item_10 Pearson Correlation -.152 -.072 .086
Sig. (2-tailed) .524 .762 .718
N 20 20 20
Item_11 Pearson Correlation .046 .269 .400
Sig. (2-tailed) .846 .251 .080
N 20 20 20
**
Item_12 Pearson Correlation .364 .358 .632
Sig. (2-tailed) .114 .121 .003
N 20 20 20
** **
Item_13 Pearson Correlation .621 .280 .841
Sig. (2-tailed) .004 .231 .000
N 20 20 20
**
Item_14 Pearson Correlation .074 .223 .568
Sig. (2-tailed) .755 .344 .009
N 20 20 20
** **
Item_15 Pearson Correlation .761 .378 .757
Sig. (2-tailed) .000 .100 .000
N 20 20 20
**
Item_16 Pearson Correlation .182 .306 .698
Sig. (2-tailed) .444 .189 .001
N 20 20 20
* ** *
Item_17 Pearson Correlation .461 .587 .452
Sig. (2-tailed) .041 .006 .046
N 20 20 20
** *
Item_18 Pearson Correlation .610 .355 .465
Sig. (2-tailed) .004 .124 .039
N 20 20 20
* **
Item_19 Pearson Correlation 1 .480 .600
Sig. (2-tailed) .032 .005
N 20 20 20
* *
Item_20 Pearson Correlation .480 1 .546
Sig. (2-tailed) .032 .013
N 20 20 20
** *
Total Pearson Correlation .600 .546 1
Sig. (2-tailed) .005 .013
N 20 20 20

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).


**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Page 8
RELIABILITY
/VARIABLES=Item_1 Item_2 Item_3 Item_4 Item_5 Item_6 Item_7 Item_8 Item_9 I
tem_10 Item_11 Item_12 Item_13 Item_14 Item_15 Item_16 Item_17 Item_18 Item_1
9 Item_20
/SCALE('ALL VARIABLES') ALL
/MODEL=ALPHA.

Reliability
[DataSet0]

Scale: ALL VARIABLES


Case Processing Summary

N %
Cases Valid 20 100.0
a
Excluded 0 .0
Total 20 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items
.860 20

Page 9
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : YUSNITA

Tempat Tanggal Lahir: Ulee Blang, 05 September 1998

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Kebangsaan/ Suku ; Indonesia/Aceh

Status : Belum Kawin

Pekerjaan : Mahasiswa

Alamat ; Desa Blang Batee, Kec. Peureulak, Kab. Aceh Timur

Nama Orang Tua:

a. Ayah ; Sulaiman Ilyas


Pekerjaan : Dagang
Alamat : Desa Blang Batee, Kec. Peureulak, Kab. Aceh Timur

b. Ibu : Maryani
Pekerjaan : IRT (Ibu Rumah Tangga)
Alamat : Desa Blang Batee, Kec. Peureulak, Kab. Aceh Timur

Riwayat Pendidikan:

a. SD : SD Negeri Blang Batee dari Tahun 2004-2010


b. SLTP : SMP Nurul Ulum dari Tahun 2010-2013
c. SMA : SMA Nurul Ulum dari Tahun 2013-2016
d. S-1 : IAIN Lhokseumawe dari Tahun 2016 s.d sekarang

Lhokseumawe, 10 Januari 2021


Penulis,

Yusnita
NIM: 163109803

Anda mungkin juga menyukai