MIN 41 Bireuen berdiri pada tahun 1997 dan berstatus negeri, dengan NSM
111111110010 dan NPSnya 60703341, yang beralamat di jalan Blang Kuta Desa
2021) kelas I sebanyak 21 Siswa, kelas II sebanyak 19 Siswa, kelas III sebanyak
dan total keseluruhannya sebanyak 115 Siswa. Sedangkan tenaga pengajar untuk
guru PNS sebanyak 9 orang, guru tetap 1 orang, guru honor sebanyak 5 orang dan
MIN 41 Bireuen terdiri dari 5 bagunan, yaitu bagunan I terdiri dari ruang
kepala sekolah, 1 ruang TU dan 1 ruang guru. Bangunan II tediri dari 3 ruang
kelas yaitu kelas I, kelas II dan kelas III. Bangunan III terdiri dari 3 ruang
bertakwa kepada Allah Swt. Budaya dan berwawasan yang akhlah serta
berakhlak mulia
42
43
ikut kerja sama antara warga sekolah dengan masyarakat, meningkatkan mutu
2 Guru Honorer 5
3 Tata Usaha 1
4 Petugas Sekolah 1
44
b. Siswa
kelas Perempuan
1 1 21 10 11
2 2 19 11 8
3 3 23 12 11
4 4 20 12 8
5 5 13 4 9
6 6 19 10 9
JUMLAH 59 56 115
Sedang Berat
Ruang Kelas 6 6 3 - 3
Ruang Guru 1 1 1 - -
Ruang Perpustakaan 1 - - - -
45
WC / Kamar mandi 6 6 1 2 3
Mushalla 1 - - - -
dilakukan siswa kelas IV MIN 41 Bireuen dalam penulisan kata baku pada
Indonesia kelas 1V di Min 41 Bireuen, ada kesalahan pada penulisan kata baku
“Dalam hal ini, terdapat kesulitan yang dialami siswa sehingga masih
mengalami kesalahan dalam penulisan kata baku karena terdapat masih banyak
siswa yang belum bisa membaca. Siswa-siswa juga malas untuk lebih fokus
belajar, sehingga saya ajarkan membaca dan memberikan tugas-tugas tertentu
untuk siswa agar memberikan ingatan dan daya ingat yang tinggi bagi siswa dan
remedial membaca. Selanjutnya metode yang saya terapkan adalah metode
diskusi. Penerapan metode ini memberikan kemudahan bagi siswa untuk meminta
dan menjelaskan kendala-kendala yang dirasakan saat belajar membaca.” (NL, 3
Oktober 2021).
ketidakpahaman siswa terhadap kata baku juga dipengaruhi oleh beberapa faktor
lainnya, yaitu malas dan siswa yang belum bisa membaca. Malas menjadi salah
46
siswa tentang penulisan kata baku dalam suatu karangan, hal ini karena siswa
yang tidak mau belajar dan tidak mau mendengarkan dan mencermati penjelasan
dari guru. Adapun selain malas, ada juga beberapa siswa yang masih belum bisa
membaca. Hal ini sangat memberikan dampak kepada siswa, dimana siswa sangat
sulit untuk memehami kata baku sedangkan dia sendiri belum bisa membaca.
belajar yang terbuka dan mudah yaitu dengan menerapkan metode diskusi, dimana
susah untuk memahami makna kata baku yang dijelaskan oleh NL. Selain itu, NL
juga selalu mengajarkan ejaan kepada siswa yang belum bisa membaca, dan
membaca sehingga siswa terlatih lebih semangat dalam beajar mengeja dan bisa
membaca.
memiliki kendala dalam belajar menulis kata baku yaitu dimana ia tidak terlalu
pandai dalam membaca. Oleh karena itu, dia merasa sulit dalam menulis karangan
kata sulit saat membaca, ia harus mengeja terlebih dahulu baru ia mampu untuk
belajar membaca, ia juga rajin mengikuti remedial membaca dengan guru di kelas
masih sangat awam dan belum mengikuti kaidah penulisan menggunakan kata
memahami tentang kata baku dan mulai menerapkan saat menulis karangan.
Meskipun belum cukup mahir, namun ia sudah mulai mengerti dan memahami
tentang kata baku. RN mengalami kesulitan dalam menuliskan kata baku karena
belum lancer membaca dan masih harus mengeja untuk kata-kata yang sulit yang
“Kami sudah diajarkan tentang kata baku oleh ibu guru, kami diajarkan
menggunakan kata baku saat menulis karangan, kami juga diajarkan menulis kata
baku saat menulis cerita. Mennulis kata baku itu mudah menurut saya, karena saya
suka menulis cerita waktu saya libur sekolah. Saya suka membaca, makanya saya
bisa membaca. Siswa lain ada yang tidak bia membaca makanya tidak mengerti
cara menulis kata baku. Ada yang tidur waktu guru tulis di papan, ada yang ribut
lari-lari di kelas. Saya suka ke papan tulis unuk menulis saat disuruh sama guru.
Saya sekaramg juga sudah bisa menulis karangan dengan menggnakan kata baku.”
(Hasil Wawancara SM, 3 Oktober 2021).
48
merupakan anak yang rajin menulis dan tekun belajar, sehingga ia mudah dalam
memahami dan menerapkan materi tentang penulisan kata baku dalam menulis
karangan.SM juga anak yang suka menulis, hal ini diungkapkannya saat dilakukan
membaca, sehingga mudah untuk memahami setiap penjelasan tentang kata baku
yang diajarkan oleh guru. Akan tetapi, ia mengaku jengkel kepada siswa lain
karena sering membuat keributan di kelas, sehingga ia tidak bisa lebih konsen
dalam belajar.
“Saya tidak terlalu bisa tentang penulisan kata baku, karena saya tidak
suka menulis cerita. Saya suka bermain di kelas. Tapi sesekali saya mau belajar
dan menulis karangan, kalau saya lagi suka menulis. Saya malu menulis karena
teman-teman bilang tulisan saya jelek, saya juga tidak paham tentang kata baku.
Sudah diajarkan sama guru, tapi saya belum mengerti. Saya belum terlalu bisa
membaca, jadi kalau membaca harus saya eja dulu baru bisa saya baca per kata.”
(Hasil Wawancara M, 3 Oktober 2021).
Berdasarkan hasil wawancara dengan M, dapat dijelaskn bahwa M adalah
anak yang malas dan tidak suka belajar. Ia juga mengatakan bahwa dirinya lebih
suka bermain daripada belajar. Ia malas menulis karena merasa tulisannya jelek.
Ia juga belum bisa membaca, oleh karena itu Ia harus mengeja terlebih dahulu
baru bisa membaca. Tapi meskipun demikian, ia bisa saja suka menulis pada
waktu-waktu tertentu.
49
mengalami masalah dalam menulis kata baku dalam menulis karangan. Hal in
“Saya bisa membaca dengan benar. Saya juga memahami tentang kata
baku yang diajarkan bu guru. Saya sering dimintakan bu guru untuk menulis di
papan. Saya selalu mendengarkan dengan baik apa yang diajarkan oleh bu guru.
Saya suka menulis cerita. Cerita saya bermain dengan teman-teman di rumah,
cerita ke rumah nenek, dan cerita waktu ke museum tsunami. Saya sudah bisa
membaca dari kelas 2. Saya suka mebaca cerita-cerita robot di rumah, cerita
kancil, dan cerita binatang. Saat membaca saya tidak perlu lagi mngeja karena
saya sudah bisa membaca.” (Hasil wawancara ZA, 3 Oktober 2021).
ZA adalah anak yang rajin dan pandai. Ia suka menulis dan belajar. Dia juga aktif
menulis di papan tulis. Suka menulis cerita sehari-harinya. Ia sudah bisa membaca
sejak kelas 2 dan tidak perlu lagi mengeja saat membaca cerita ataupun menulis
karangan. Hal ini bisa saja karena ZA rajin membaca sehingga menguasai banyak
kosa kata dan lancer dalam menulis. Hal ini terlihat dalam hasil wawancara
dimana ZA mengaku suka membaca cerita-cerita dongeng, robot dan fabek (cerita
sudah mengerti tentang penulisan kata baku, meskiun sesekali terlupa, akan tetapi
diajarkan tentang penulisan kata baku, baik saat menulis karangan maupun saat
baku kepada siswa, tapi masih banyak juga siswa yang kurang aham tentang
penggunaan dan penulisan kata baku. Menurut NL hal ini mungkin disebabkan
karena masa belajar semester ganjil yang masih awal sehingga masih tahap
pengenalan teorinya kepada siswa, belum banyak praktik yang dilakukan oleh
siswa.
NL juga mengatakan bahwa siswa ada yang sudah mengerti ada yang
belum mengerti kata baku dari segi ejaan, hal ini terlihat masih terdapat kesalahan
pada penulisan kata baku dari segi ejaan memmbuat karangan dalam penulisan
kata baku pada masih belum tepat dan letak penggunaannya belum benar, dan
kendalanya juga saat membuat karangan siswa masih ada yang ada beberapa
51
siswa siswi belum lancar membaca sehingga sedikit sulit dalam membuat tugas
SM Mengatakan:
“Kami sudah diajarkan tentang kata baku oleh ibu guru, kami diajarkan
menggunakan kata baku saat menulis karangan, kami juga diajarkan menulis kata
baku saat menulis cerita. Menulis kata baku itu mudah menurut saya, karena saya
suka menulis cerita waktu saya libur sekolah. Saya suka membaca, makanya saya
bisa membaca. Siswa lain ada yang tidak bia membaca makanya tidak mengerti
cara menulis kata baku. Ada yang tidur waktu guru tulis di papan, ada yang ribut
lari-lari di kelas. Saya suka ke papan tulis untuk menulis saat disuruh sama guru.
Saya sekaramg juga sudah bisa menulis karangan dengan menggnakan kata baku.
(Hasil wawancara SM, 4 Oktober 2021).
merupakan anak yang rajin menulis dan tekun belajar, sehingga ia mudah dalam
memahami dan menerapkan materi tentang penulisan kata baku dalam menulis
karangan.SM juga anak yang suka menulis, hal ini diungkapkannya saat dilakukan
membaca, sehingga mudah untuk memahami setiap penjelasan tentang kata baku
yang diajarkan oleh guru. akan tetapi, ia mengaku jengkel kepada siswa lain
karena sering membuat keributan di kelas, sehingga ia tidak bisa lebih fokus
dalam belajar.
tentang penulisan kata baku dan penggunaannya, namun saat guru menjelaskan di
papan tulis masih ada siswa atau siswa yang tidur, sehingga ilmu dan penejelasan
yang diajarkan oleh guru tidak maksimal di diperoleh oleh siswa, maka dari itu
52
masih terdapat beberapa siswa yang salah dan tidak memehami kata baku saat
Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu NL, sebagai guru Kelas 1V pada
Ada beberapa siswa yang sudah memahami kata baku dari segi grametika,
dan ada juga yang belum memahami, hal ini disebabkan karena siswa tersebut
belum bisa menulis ,dan kesalahnnya mungkin sering terjadi ada beberapa siswa
yang masih bisa belum membaca terlalu lancar. (Hasil wawancara, NL 4 Oktober
2021)
“Saya tidak terlalu bisa tentang penulisan kata baku, karena saya tidak
suka menulis cerita. saya suka bermain di kelas. tapi sesekali saya mau belajar dan
menulis karangan, kalau saya lagi suka menulis. saya malu menulis karena teman-
teman bilang tulisan saya jelek, saya juga tidak paham tentang kata baku. Sudah
diajarkan sama guru, tapi saya belum mengerti. saya belum terlalu bisa membaca,
jadi kalau membaca harus saya eja dulu baru bisa say abaca per kata.” (Hasil
wawancara,MA. 4 Oktober 2021).
adalah anak yang malas dan tidak suka belajar. Ia juga mengatakan bahwa dirinya
lebih suka bermain daripada belajar. ia malas menulis karena merasa tulisannya
masih belum rapi. Ia juga belum bisa membaca, oleh karena itu ia harus mengeja
terlebih dahulu baru bisa membaca. Tapi meskipun demikian, ia bisa saja suka
menulis pada waktu-waktu tertentu. dilihat dari hasil wawancara dengan MA,
dapat disimpulkan bahwa MA, mengalami masalah dalam menulis kata baku
53
dalam menulis karangan. hal in karena MA belum bisa membaca dengan lancer,
sehingga sulit untuk mempraktikkan penulisan kata baku dalam karangan. Akan
tetapi, meskipun demikian MA juga memiliki minat menulis namun pada waktu-
waktu tertentu.
mengatakan bahwa ada yang sudah memahami nasional penulisan kata baku, dan
ada juga yang belum paham, menulis kata baku sudah bisa namun masih ada juga
yang belum bagi siswa yang belum lancar membaca, dan kesalahan ejaan, lafal,
penulisan kata baku sering muncul pada karangan siswa adalah pada penulisan
kata baku yang kurang tepat ,tidak sesuai dengan kaidah EYD. (Hasil wawancara
“Saya bisa membaca dengan benar. Saya juga memahami tentang kata
baku yang diajarkan bu guru. Saya sering dimintakan bu guru untuk menulis di
papan. Saya selalu mendengarkan dengan baik apa yang diajarkan oleh bu guru.
Saya suka menulis cerita. Cerita saya bermain dengan teman-teman di rumah,
cerita ke rumah nenek, dan cerita waktu ke museum tsunami. Saya sudah bisa
membaca dari kelas 2. Saya suka mebaca cerita-cerita robot di rumah, cerita
kancil, dan cerita binatang. Saat membaca saya tidak perlu lagi mngeja karena
saya sudah bisa membaca. ( Hasil wawancara ZA, 5 Oktober 2021).
ZA adalah anak yang rajin dan pandai. Ia suka menulis dan belajar. Dia juga aktif
menulis di papan tulis. Suka menulis cerita sehari-harinya. Ia sudah bisa membaca
sejak kelas 2 dan tidak perlu lagi mengeja saat membaca cerita ataupun menulis
karangan. Hal ini bisa saja karena ZA rajin membaca sehingga menguasai banyak
54
kosa kata dan lancer dalam menulis. Hal ini terlihat dalam hasil wawancara
dimana ZA mengaku suka membaca cerita-cerita dongeng, robot dan fabek (cerita
kata baku dalam karangannya. Ia mengaku suka menulis ceritanya, dan ia juga
kata baku, meskipun sesekali terlupa, akan tetapi sudah banyak menggunakan kata
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru dan siswa di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa, siswa maupun siswi di Kelas IV min 4 Bireuen sejauh ini
masih mengalami kesulitan dan kendala dalam penulisan kata baku saat menukis
karangan. Akan tetapi uniknya, meskpiun dengan situasi dan keadaan kelas yang
ribut, ada juga beberapa anak yang tetap fokus dalam belajar. Ini menjadi sebuah
tonggak yang dapat membantu guru dalam menjelaskn dan mengajarkan kepada
siswa mengenail penulisan kata baku dalm sebuah karangan, agar karangan lebih
memberikan informasi dan data lebih akurat terhadap penggunaan kata baku
dalam penulisan karangan pada siswa-siswa kelas IV. Hal ini dapat memberikan
karena mengingat beberapa siswa yang belum bisa memahami beberapa dan
yang ditemukan dalam penulisan kata baku yang peneliti deskripsikan dalam
Gambar 1
ditulis oleh Rafka sudah bagus karena tulisannya sudah bisa dibaca. Penulisan
kata baku dalam karangan ini juga dapat terlihat karena tulisannya jelas dan ada
jarak pemisah antar kata, sehingga memudahkan untuk membaca dan memahami
isi karangan. Akan tetapi, beberapa tanda baca dan kata yang digunakan masih
Berikut adalah beberapa kata tidak baku dalam karangan 1 yaitu kata pegi,
Gambar 2
Hasil karangan 2 adalah hasil karangan yang ditulis oleh Rania Namira.
Berdasarkan gambar hasil karangan di atas, dapat dilihat bahwa R (inisial) sudah
mampuu dan bagus dalam menulis karangan. Tulisannya sudah rap idan mudah
di bawa. Pemisahan antar kata juga sudah tepat. Kan tetapi masih terdapat
beberapa kesalahan yaitu dalam penulisan kata baku, meskipun kesalahan tersebut
tidak banyak terlihat. Dari hasil karangan tersebut menunjukkan R adalah anak
karangan, hal inni terlihat jelas dari tulisan yang mudah dan enak di lihat, mudah
dibaca, dan bisa dipahami maksudnya. Penggunaan kata baku sudah memenuhi
dan standar.
57
Gambar 3
karangannya di atas dapat kita lihat bahwa N masih belum bisa secara baik
menulis huruf abjad. Jika dilihat lenih seksama, karangan N sangat susah untuk
dibaca karena bentuk huruf yang ditulis sangat tidak rapi. Dari gambar di atas
terlihat juga penulian kata baku masih sangat memerlukan bantuan guru dalam
belum rerlalu lancar membaca sehingga dia tulisannya jelek dan tidak bisa dibaca.
58
Gambar 4
terlihat bahwa A adalah anak yang belum pandai menulis. Hal ini terlihat jelas dari
bentuk penulisan perkata dan bentuk huruf abjad yang digunakan dalam menulis.
Tulisannya masih banyak salah, dan penggunaan tanda baca yang tidak teratur. Penulisan
kata baku dalam karangan belum sempurna. Dari gambar hasil karangan di atas
menunjukkan bahwa A belum menguasai penulisan kata baku dalam sebuah karangan,
sehingga diperlukan lagi belajar yang lebih giat, supaya mampu dan bisa menulis
Gambar 5
dapat dilihat bahwa SM memiliki kemampuan menulis yang baik, hal ini
ditunjukkan melalui tulisannya yang rapi dan mudah dibaca. Dari tulisannya ini
Gambar 6
memiliki kendala dalam menulis, hal ini dapat dilihat dari bentuk dari tulisannya.
60
Terlihat masih belum rapi dan tidak teratur dalam menulis. Beberapa kekurangan
terdapat pada penulisan kata baku, tanda pisah antar kata, tanda baca dan huruf
tulisan yang kurang rapi. Hal ini tentunya diperlukan adanya pengawasan dan
bimbingan guru dalam membantu siswa menulis dengan baik dan rapi.
Gambar 7
Karangan 7 adalah hasil karangan yang ditulis oleh R (inisial). Dari hasil
karangan di atas, terlihat bahwa karangan R sudah bagus, akan tetapi ceritanya
masih sangat singkat. Tulisannya tidak terlalu rumit dan berserakan sehingga
memperhatikan tanda baca, kata baku, kurang fokus dan kesalahan huruf dalam
penulisan. Hal ini perlu adanya perhatian dan pembelajaraan lebih dari guru untuk
Gambar 8
oleh Re (inisial) masih belum rapi dan terlihat sangat sulit untuk dibaca. Penulisan
huruf abjad masih sangat diperlukan bimbingan lebih khusus dari guru agar
memberikan kemampuan bagi siswa untuk menulis dengan baik dan benar.
Kekurangan dalam karangan ini terdapat pada penulisan kata baku, tanda pisah
penelitian menunjukkan bahwa siswa kelas IV MIN 4 Bireuen masih banyak yang
menulis karangan tidak menggunakan kata baku. Hal ini terlihat dari hasil
karangan di atas, beberapa siswa menggunakan kata “gue” yang pada dasarnya
kata gure tidak termasuk kedalam kata baku. Akan tetapi ada siswa yang
menggunakan kata trend tersebut dalam tulisannya. Ini menunjukan bahwa siswa
tersebut masih belum mampu menggunakan kata baku dalam mennulis sebuah
karangan. Selain itu, dari hasil karangan juga terlihat bahwa siswa masih
menggunakan kata tidak baku pada karangannya. Hal ini jela terlihat pada hasil
62
tulisan siswa dimana siswa menulis “pegi”, pada dasarnya kata “pegi” merupakan
tidak tidak baku. Adapun kata baku dari “pegi” adalah pergi. Kata tidak baku lain
dalam karangan siswa sama “sama” dignakan siswa saat menyampaikan tulisan
dengan maksud bersama, namun kata yang di gunakan “sama” seharusnya kata
kesalahan penggunaan kata baku pada karangan siswa. Hal ini terlihat dalam
ambar hasil karangan di atas, dimana masih banyak yang belum mengerti dan
salah dalam menggunakan kata baku. Hasil wawancara dengan beberapa informan
dalam penggunaan kata baku yaitu siswa belum pandai membaca sehingga sulit
untuk menulis karena bekum terlalu mengenal huruf, siswa malas dan tidak mau
belajar dengan serius di kelas, siswa tertidur saat jam belajar sehingga materi yang
diberikan guru terlewatkan, siswa ribut sehingga beberapa tidak dapat belajar
dengan baik. Selain faktor tersebut, juga terdapat faktor lain yaitu waktu belajar
masih cukup awal sehingga siswa belum belajar dengan maksimal, keadaan di
masa pandemic yang membuat sekolah tatap muka ini tidak efektif dan
mengesankan tidak belajar secara penuh dan aktif seperti sebelum masa pandemi.
Penggunaan kata dalam sebuah karangan sangat diperlukan, hal ini supaya tulisan
4.3 Penyebab kesalahan penulisan kata baku dalam karangan siswa kelas
IV MIN 41 Bireuen
kesalahan penulisan kata baku dalam karangan siswa yang dialami oleh siswa
yang dilaksanakan pada hari Rabu 3 oktober 2021 dengan menggunakan 1 orang
Bahasa Indonesia kelas 1V pada penyebab terjadinya atau kendala bagian internal
mengatakan bahwa :
“Kendala yang sering terjadi pada kesalahan penulisan kata baku dalam
membuat karangan siswa yaitu mengalami kesulitan ketika mengarang dalam
menggunakan kata baku, ada sebagian siswa tidak tepat menggunakan penulisan
kata baku ,dan ada sebagian siswa sudah paham dalam menulis penulisan kata
baku ,tapi tidak tau dimana terletak perbedaannya.” (Hasil wawancara NL, 2
Oktober 2021)
karangan siswa dalam penulisan kata baku adalah satu kendala yang seri ng
dialami oleh siswa ,pada contohnya yaitu disaat siswa membuat karangan hanya
64
beberapa siswa saja yang memahami penulisan kata baku . (Hasil wawancara NL,
3 Oktober 2021).
RF Juga senang dalam membuat tugas mengarang karena dia suka berbagi
,karena guru menyuruh siswa membuat karangan siswa dalam bentuk pengalaman
penting dalam membuat tugas karangan ,jika tidak bisa membaca sulit
65
menuntut siswa untk membuat karangan dalam bentuk penulisan kata baku yang
tepat dan sesuai kaidah bahasa Indonesia. (Hasil wawancara NL, 3Oktober 2021).
kendala bagian internal adalah dari sisi psikologis kondisi kesehatan mental yang
kurang bagus, rasa malas dari diri siswa, ketidak pedulian diri siswa terhadap
pentingnya belajar penulisan kata baku, jahil, tidak ada minat belajar, serta
2. Faktor Eksternal
pada siswa kurang baik, serta motivasi yang rendah, kondisi kesehatan mental
karangan tersebut, metode tipe belajar yang berbeda, kondisi kesehatan juga
sangat berpengaruh pada siswa misalnya jika siswa tidak sarapan pagi sampai
kesekolah dan mengikuti pelajaran siswa akan merasa lapar dan lesu, sehinnga
tidak fokus dalam memngikuti pelajaran, banyak siswa yang tidak sarapan pagi
dalam belajar.
siswa ini akan kesulitan menyelesaikannya dan menurutnya materi penulisan kata
baku ini sangat penting agar kita lebih dtail lagi untuk memahaminya, lalu RN
mengatakan bahwa pelajaran ini sangat bagus, bisa membuat kita lebih giat lagi
66
membaca RF juga mengatakan pelajaran ini sangat bagus kita pandai mengarang
ini akan terdampak kesulitan dalam mengikuti pelajaran ini ,siswa merasa senang
dengan pelajan ini bisa membagikan pengalaman masing –masing dalam bentuk
karangan siswa
Berdasarkan hasil observasi terdampak bahwa jika ada seorang siswa yang
kurang sehat dan terlihat murung dan tidak bersemangat ,saat guru menjelaskan
tentang pelajaran bahasa Indonesia yang materinya penulisan kata baku serta guru
menyuruh siswa membuat karangan dalam bentuk penulisan kata baku dalam
karangan siswa.
dilakukan oleh peneliti menerangkan bahwa penyebab kesulitan yang dialami oleh
siswa terdampak dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal, yang dimana
faktor inernal yaitu meliputi dari diri siswa sendiri seperti kondsi siswa yang
sedang sakit,kurang sehat dan adanya cacar dibagian tubuh siswa minat belajar
yang kurang,serta motivasi yang rendah dan kodisikesehatan mental yang kurang
sedangkan faktor eksternal yaitu faktor yang terjadi diluar diri siswa misalnya
disekolah ,kurikulum yang sangat sulit dijabarkan oleh guru dan dikuasai oleh
faktor yaitu faktor sekolah,faktor keluarga ,faktor lingkungan, serta faktor bermain
belajar yang terbuka dan mudah yaitu dengan menerapkan metode diskusi, dimana
susah untuk memahami makna kata baku yang dijelaskan oleh NL. Selain itu, NL
juga selalu mengajarkan ejaan kepada Siswa yang belum bisa membaca, dan
membaca sehingga Siswa terlatih lebih semangat dalam beajar mengeja dan bisa
membaca.
1. Pengayaan
Adapun upaya yang dilakukan oleh guru ada beberapa upaya memperbaiki
kaidah kaidah penulisan kata baku seperti yang telah diwawancara oleh peneliti:
siswa tidak menoton terhadap tugas menulis karangan ini. (NL,7 oktober 2021).
68
ceramah adalah cara guru untuk menjelaskan atau menyalurkan penjelasan tentang
penulisan kata baku ,dengan metode ceramah siswa juga bisa penjelasan yang
dalam menyelesaikan tugas karangan ini dalam bentuk penulisan kata baku Lalu
R Juga mengatakan bahwa selain dengan teman saya juga berdiskusi dengan guru.
dengan guru penting, dan sangat membantu dalam menyelesaikan tugas karangan
apa yang ia ketahui dan dapat bertanya tentang apa yang tidak Ketahui.
2. Motivasi
mengatakan bahwa penting sekali memberikan pemahaman mencari tau apa saja
yang menjadi kesulitan siswa dan memberikan solusinya kepada siswa, serta
memberikan semangat berupa kata motivasi sehingga siswa giat dalam membuat
sudah mulai sudah bisa mebuat karangan. Adapun M Juga mengatakan seperti
ZA, dia sudah memamahami membuat karangan dalam penulisan kata baku.
69
Berdasarkan hasil wawancara siswa terlihat bahwa pada usaha guru bagian
motivasi guru mengajak siswa membuat tugas karangan apa saja yang mereka
2021).
3. Remedial
kepada siswa wawancara dengan ibu NL, sebagai guru Bahasa Indonseia kelas 1V
Mengatakan bahwa tidak semua siswa nilainnya mencukupi kkm,oleh karena itu
guru harus memberikan remedial kepada siswa agar bisa meengikuti ulang agar
ZA, mengatakan bahwa ibu guru mengadakan remedial tetapi ibu guru juga
menganjurkan kami untuk lebih giat lagi untuk belajar sehingga ada perubahan,
kemudian M menggatakan bahwa guru memberikan remedial saat nilai KKM nya
tidak mencukupi. Selanjutnya R juga mengatakan hal yang sama yaitu guru
mencapai nilai lebih tinggi dari sebelumnnya dan guru tidak lupa juga untuk
Kesimpulan:
yang telah peneliti lakukan, siswa kesulitan dalam menyelesaikan tugas karangan
dalam bentuk penulisan kata baku yaitu siswa kesulitan dalam membedakan kata
baik dari baku segi lafal, baku segi ejaan, baku segi gramatika, serta baku dari segi
penulisan kata baku yang sesuai dengan IYD. Berdasarkan hasil penelitian,
peneliti menemukan temuan yang negatif yaitu ada beberapa siswa yang tidak bisa
membaca dan ada juga siswa membaca belum lancar dan ada juga siswa menulis
ada huruf huruf yang tertinggal sehingga saat siswa membuat tugas peneliti harus
juga menemukan beberapa hal-hal positif yaitu ada beberapa siswa memahami
apa yang dimaksud dengan penulisan kata baku, hingga mudah dalam membuat
karangannya dan ada juga siswa bisa membedakannya beberapa kata baku , hal
tersebut terjadi karena siswa tersebut mudah membaca, namun dalam memahami
kalimat ada kendalanya yang msih kurang. Kesulitan ini dapat peneliti atasi
atau di tempat mereka bermain. Dalam bentuk penulisan kata baku yang telah
tugas karangan jangan hanya membuat satu karangan saja tapi harus lebih agar
siswa lebih memahami tentang penlisan kata baku dalam bentuk karangan siswa.