Anda di halaman 1dari 29

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitia

1. Sejarah Berdirinya MIN 41 Bireuen

MIN 41 Bireuen berdiri pada tahun 1997 dan berstatus negeri, dengan NSM

111111110010 dan NPSnya 60703341, yang beralamat di jalan Blang Kuta Desa

Rheuem Barat kecamatan Simpang Mamplam kabupaten Bireuen. Email

madrasahnya minrheumbarat@gmail.com. Keadaan Siswa (Tahun ajaran 2020-

2021) kelas I sebanyak 21 Siswa, kelas II sebanyak 19 Siswa, kelas III sebanyak

23 Siswa, kelas IV sebanyak 20 Siswa, kelas V 13 Siswa, kelas VI 19 Siswa anak

dan total keseluruhannya sebanyak 115 Siswa. Sedangkan tenaga pengajar untuk

guru PNS sebanyak 9 orang, guru tetap 1 orang, guru honor sebanyak 5 orang dan

penjaga sekolah 1 orang.

MIN 41 Bireuen terdiri dari 5 bagunan, yaitu bagunan I terdiri dari ruang

kepala sekolah, 1 ruang TU dan 1 ruang guru. Bangunan II tediri dari 3 ruang

kelas yaitu kelas I, kelas II dan kelas III. Bangunan III terdiri dari 3 ruang

2. Visi Misi MIN 41 Bireun

Min 41 Bireun memiliki visi misi sendiri dalam melaksanakan proses

belajar mengajar,adapun visi dan misi tersebut adalah

a. Mewujudkan sebagai pusat belajar melalui generasi yang beriman dan

bertakwa kepada Allah Swt. Budaya dan berwawasan yang akhlah serta

berakhlak mulia

42
43

b. Dapat meningkatkan prestasi Belajar

c. Kerja sama warga sekolah dengan masyarakat

d. Meningkatkan mutu pendidikan sehingga menciptakan siswa berakhlak

mulia,beriman dan bertakwa

e. Disiplin dan bekerja.

Tujuan MIN 41 Bireun adalah, dapat meningkatkan prestasi belajar, serta

ikut kerja sama antara warga sekolah dengan masyarakat, meningkatkan mutu

pendidikan sehingga menciptakan siswa berakhlak mulia, beriman dan bertakwa,

dan disiplin dalam bekerja.

3. Keadaan Guru dan Siswa Min 41 Bireuen

a. Guru /Tenaga kependidikan

Tabel 4.1 Status guru MIN 41 Bireun

No. Status Guru Jumlah

1 Guru Tetap /PNS 10

2 Guru Honorer 5

3 Tata Usaha 1

4 Petugas Sekolah 1
44

b. Siswa

Tabel 4.2 Jumlah siswa MIN 41 Bireun

NO Jumlah Ruang Jumlah Siswa Laki-laki

kelas Perempuan

1 1 21 10 11

2 2 19 11 8

3 3 23 12 11

4 4 20 12 8

5 5 13 4 9

6 6 19 10 9

JUMLAH 59 56 115

4. Sarana Dan Prasarana MIN 41 Bireuen

Tabel 4.3 : Sarana dan Prasarana MIN 41 Bireuen

Nama Ruang Kebutuhan Tersedia Baik Rusak Rusak

Sedang Berat

Ruang Kelas 6 6 3 - 3

Ruang Guru 1 1 1 - -

Ruang Kepala Sekolah 1 - - - -

Ruang Perpustakaan 1 - - - -
45

WC / Kamar mandi 6 6 1 2 3

Mushalla 1 - - - -

4.2 Kesalahan Yang Dilakukan Siswa kelas IV MIN 41 Bireuen Dalam

Penulisan Kata Baku Pada Karangan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan peneliti di Min 41 Bireuen dari

beberapa informan, maka diperoleh hasil penelitian terkait kesalahan yang

dilakukan siswa kelas IV MIN 41 Bireuen dalam penulisan kata baku pada

karangan adalah sebagai berikut:

1. Baku Dari Segi Lafal

Berdasarkan wawancara dengan NL, selaku guru mata pelajaran Bahasa

Indonesia kelas 1V di Min 41 Bireuen, ada kesalahan pada penulisan kata baku

dari segi lafal, dalam wawancara NL mengatakan:

“Dalam hal ini, terdapat kesulitan yang dialami siswa sehingga masih
mengalami kesalahan dalam penulisan kata baku karena terdapat masih banyak
siswa yang belum bisa membaca. Siswa-siswa juga malas untuk lebih fokus
belajar, sehingga saya ajarkan membaca dan memberikan tugas-tugas tertentu
untuk siswa agar memberikan ingatan dan daya ingat yang tinggi bagi siswa dan
remedial membaca. Selanjutnya metode yang saya terapkan adalah metode
diskusi. Penerapan metode ini memberikan kemudahan bagi siswa untuk meminta
dan menjelaskan kendala-kendala yang dirasakan saat belajar membaca.” (NL, 3
Oktober 2021).

Selain masih di awal semester, NL juga mengemukakan bahwa

ketidakpahaman siswa terhadap kata baku juga dipengaruhi oleh beberapa faktor

lainnya, yaitu malas dan siswa yang belum bisa membaca. Malas menjadi salah
46

satu bentuk kesulitan dalam mengajarkan dan memberikan pemahaman kepada

siswa tentang penulisan kata baku dalam suatu karangan, hal ini karena siswa

yang tidak mau belajar dan tidak mau mendengarkan dan mencermati penjelasan

dari guru. Adapun selain malas, ada juga beberapa siswa yang masih belum bisa

membaca. Hal ini sangat memberikan dampak kepada siswa, dimana siswa sangat

sulit untuk memehami kata baku sedangkan dia sendiri belum bisa membaca.

Mengingat akan beberapa kendala di atas, NL mengupayakan metode

belajar yang terbuka dan mudah yaitu dengan menerapkan metode diskusi, dimana

siswa memliki kebebasan untuk menjelaskan kesulitan yang dialaminya sehingga

susah untuk memahami makna kata baku yang dijelaskan oleh NL. Selain itu, NL

juga selalu mengajarkan ejaan kepada siswa yang belum bisa membaca, dan

mengajarkan siswa yang belum bisa membaca dengan memberikan remedial

membaca sehingga siswa terlatih lebih semangat dalam beajar mengeja dan bisa

membaca.

Hasil wawancara dengan RN siswi kelas IV adalah sebagai berikut:

“Kami sudah diajarkan tentang penulisan kata baku dalam meulis


karangan, tetapi kami sulit untuk membuatnya, karena kami belum bisa membaca
dengan cepat. Kalau membaca kata-kata sulit kami masih mengeja. Kami suka
menulis karangan dan cerita, tapi kami menulis tidak pakek kata baku. Kami
menulis karangan sesuai dengan cerita kami.” (Hasil Wawancara RN, 3 Oktober
2021)
Berdasarkan hasil wawancara dengan RN, dapat diketahui bahwa ia

memiliki kendala dalam belajar menulis kata baku yaitu dimana ia tidak terlalu

pandai dalam membaca. Oleh karena itu, dia merasa sulit dalam menulis karangan

dengan menggunaan kata baku. RN menjelaskan bahwa jika ia mendapati kata-


47

kata sulit saat membaca, ia harus mengeja terlebih dahulu baru ia mampu untuk

membacakan kata tersebut. Meskipun demikian RN tetap sangat semangat untuk

belajar membaca, ia juga rajin mengikuti remedial membaca dengan guru di kelas

untuk memperlancar bacaannya.

“Setelah diajarkan tentang kata baku, kami mulai menulis karangan


dengan menggunakan kata baku tidak lagi menggunakan kata-kata yang kami
pakai sebelumnya saat menulis karangan. Kami kalau tidak bisa membaca,
diajarkan mengeja sama bu guru.”(Hasil Wawancara RN, 3 Oktober 2021).

RN mengatakan sangat suka menulis karangan, tetapi penulisan kata-kata

masih sangat awam dan belum mengikuti kaidah penulisan menggunakan kata

baku dalam karangannya. Namun, setelah belajar dnegan gigih, RN mulai

memahami tentang kata baku dan mulai menerapkan saat menulis karangan.

Meskipun belum cukup mahir, namun ia sudah mulai mengerti dan memahami

tentang kata baku. RN mengalami kesulitan dalam menuliskan kata baku karena

belum lancer membaca dan masih harus mengeja untuk kata-kata yang sulit yang

menurutnya susah untuk dibaca.

Hasil wawancara dengan SM siswi kelas IV adalah sebagai berikut:

“Kami sudah diajarkan tentang kata baku oleh ibu guru, kami diajarkan
menggunakan kata baku saat menulis karangan, kami juga diajarkan menulis kata
baku saat menulis cerita. Mennulis kata baku itu mudah menurut saya, karena saya
suka menulis cerita waktu saya libur sekolah. Saya suka membaca, makanya saya
bisa membaca. Siswa lain ada yang tidak bia membaca makanya tidak mengerti
cara menulis kata baku. Ada yang tidur waktu guru tulis di papan, ada yang ribut
lari-lari di kelas. Saya suka ke papan tulis unuk menulis saat disuruh sama guru.
Saya sekaramg juga sudah bisa menulis karangan dengan menggnakan kata baku.”
(Hasil Wawancara SM, 3 Oktober 2021).
48

Berdasarkan hasil wawancara dengan SM, dapat diketahui bahwa

pembelajaran tentang penulisan kata baku sudah diajarkan kepada siswa. SM

merupakan anak yang rajin menulis dan tekun belajar, sehingga ia mudah dalam

memahami dan menerapkan materi tentang penulisan kata baku dalam menulis

karangan.SM juga anak yang suka menulis, hal ini diungkapkannya saat dilakukan

wawancara dimana ia mengaku suka menulis cerita sehari-harinya. Ia bisa

membaca, sehingga mudah untuk memahami setiap penjelasan tentang kata baku

yang diajarkan oleh guru. Akan tetapi, ia mengaku jengkel kepada siswa lain

karena sering membuat keributan di kelas, sehingga ia tidak bisa lebih konsen

dalam belajar.

Hasil wawancara dengan M siswa kelas IV adalah sebagai berikut:

“Saya tidak terlalu bisa tentang penulisan kata baku, karena saya tidak
suka menulis cerita. Saya suka bermain di kelas. Tapi sesekali saya mau belajar
dan menulis karangan, kalau saya lagi suka menulis. Saya malu menulis karena
teman-teman bilang tulisan saya jelek, saya juga tidak paham tentang kata baku.
Sudah diajarkan sama guru, tapi saya belum mengerti. Saya belum terlalu bisa
membaca, jadi kalau membaca harus saya eja dulu baru bisa saya baca per kata.”
(Hasil Wawancara M, 3 Oktober 2021).
Berdasarkan hasil wawancara dengan M, dapat dijelaskn bahwa M adalah

anak yang malas dan tidak suka belajar. Ia juga mengatakan bahwa dirinya lebih

suka bermain daripada belajar. Ia malas menulis karena merasa tulisannya jelek.

Ia juga belum bisa membaca, oleh karena itu Ia harus mengeja terlebih dahulu

baru bisa membaca. Tapi meskipun demikian, ia bisa saja suka menulis pada

waktu-waktu tertentu.
49

Dilihat dari hasil wawancara dengan M, dapat disimpulkan bahwa M

mengalami masalah dalam menulis kata baku dalam menulis karangan. Hal in

karena M belum bisa membaca dengan lancer, sehingga sulit untuk

mempraktikkan penulisan kata baku dalam karangan. Akan tetapi, meskipun

demikian M juga memiliki minat menulis namun pada waktu-waktu tertentu.

Hasil wawancara dengan ZA siswa kelas IV adalah sebagai berikut:

“Saya bisa membaca dengan benar. Saya juga memahami tentang kata
baku yang diajarkan bu guru. Saya sering dimintakan bu guru untuk menulis di
papan. Saya selalu mendengarkan dengan baik apa yang diajarkan oleh bu guru.
Saya suka menulis cerita. Cerita saya bermain dengan teman-teman di rumah,
cerita ke rumah nenek, dan cerita waktu ke museum tsunami. Saya sudah bisa
membaca dari kelas 2. Saya suka mebaca cerita-cerita robot di rumah, cerita
kancil, dan cerita binatang. Saat membaca saya tidak perlu lagi mngeja karena
saya sudah bisa membaca.” (Hasil wawancara ZA, 3 Oktober 2021).

Berdasarkan hasil wawancara dengan ZA, maka informasi yang diperoleh

ZA adalah anak yang rajin dan pandai. Ia suka menulis dan belajar. Dia juga aktif

menulis di papan tulis. Suka menulis cerita sehari-harinya. Ia sudah bisa membaca

sejak kelas 2 dan tidak perlu lagi mengeja saat membaca cerita ataupun menulis

karangan. Hal ini bisa saja karena ZA rajin membaca sehingga menguasai banyak

kosa kata dan lancer dalam menulis. Hal ini terlihat dalam hasil wawancara

dimana ZA mengaku suka membaca cerita-cerita dongeng, robot dan fabek (cerita

yang mengisahkan tentang kehidupan binatang).

Dalam proses wawancara ZA mampu menjawab sejumlah pertanyaan, dan

mampu membaca dengan baik. Kepadaiannya dalam membaca memudahkannya

dalam menerapkan penulisan kata baku dalam karangannya. Ia mengaku suka


50

menulis ceritanya, dan ia juga suka membaca cerita teman-teman kelasnya. Z

sudah mengerti tentang penulisan kata baku, meskiun sesekali terlupa, akan tetapi

sudah banyak menggunakan kata baku dalam menulis karangan.

2. Baku Dari Segi Ejaan

“Selama mengajarkan siswa di kelas IV, saya sudah mengajarkan


penulisan kata baku kepada siswa. Akan tetapi, terdapat juga kesalahan penulisan
kata baku oleh siswa dalam menulis karangan, namun kesalahan tersebut bisa
sedikit bisa salah, tergantung siswanya juga. Adapun ejaan kata baku juga sudah
saja ajarkan kepada siswa, dan siswa memahami ejaan tulisan. Sebagian juga
membaca masih mengeja, sebagian sudah bisa membaca tanpa mengeja.
Pemahaman ejaan kata baku sejauh ini sudah diajarkan. (Hasil wawancara NL, 3
Oktober 2021).
Berdasarkan hasil wawancara dengan NL selaku guru mata pelajaran

Bahasa Indonesia kelas IV di MIN 4 bireuen, menjelaskan bahwa siswa sudah

diajarkan tentang penulisan kata baku, baik saat menulis karangan maupun saat

menulis lainnya. NL menyebutkan bahwa, meskipun sudah mengajarkan kata

baku kepada siswa, tapi masih banyak juga siswa yang kurang aham tentang

penggunaan dan penulisan kata baku. Menurut NL hal ini mungkin disebabkan

karena masa belajar semester ganjil yang masih awal sehingga masih tahap

pengenalan teorinya kepada siswa, belum banyak praktik yang dilakukan oleh

siswa.

NL juga mengatakan bahwa siswa ada yang sudah mengerti ada yang

belum mengerti kata baku dari segi ejaan, hal ini terlihat masih terdapat kesalahan

pada penulisan kata baku dari segi ejaan memmbuat karangan dalam penulisan

kata baku pada masih belum tepat dan letak penggunaannya belum benar, dan

kendalanya juga saat membuat karangan siswa masih ada yang ada beberapa
51

siswa siswi belum lancar membaca sehingga sedikit sulit dalam membuat tugas

karangan yang diberikan oleh guru.

SM Mengatakan:

“Kami sudah diajarkan tentang kata baku oleh ibu guru, kami diajarkan
menggunakan kata baku saat menulis karangan, kami juga diajarkan menulis kata
baku saat menulis cerita. Menulis kata baku itu mudah menurut saya, karena saya
suka menulis cerita waktu saya libur sekolah. Saya suka membaca, makanya saya
bisa membaca. Siswa lain ada yang tidak bia membaca makanya tidak mengerti
cara menulis kata baku. Ada yang tidur waktu guru tulis di papan, ada yang ribut
lari-lari di kelas. Saya suka ke papan tulis untuk menulis saat disuruh sama guru.
Saya sekaramg juga sudah bisa menulis karangan dengan menggnakan kata baku.
(Hasil wawancara SM, 4 Oktober 2021).

Berdasarkan hasil wawancara dengan SM, dapat diketahui bahwa

pembelajaran tentang penulisan kata baku sudah diajarkan kepada siswa. SM

merupakan anak yang rajin menulis dan tekun belajar, sehingga ia mudah dalam

memahami dan menerapkan materi tentang penulisan kata baku dalam menulis

karangan.SM juga anak yang suka menulis, hal ini diungkapkannya saat dilakukan

wawancara dimana ia mengaku suka menulis cerita sehari-harinya. ia bisa

membaca, sehingga mudah untuk memahami setiap penjelasan tentang kata baku

yang diajarkan oleh guru. akan tetapi, ia mengaku jengkel kepada siswa lain

karena sering membuat keributan di kelas, sehingga ia tidak bisa lebih fokus

dalam belajar.

Berdasarkan hasil observasi terlihat bahwa guru sudah menjelaskan

tentang penulisan kata baku dan penggunaannya, namun saat guru menjelaskan di

papan tulis masih ada siswa atau siswa yang tidur, sehingga ilmu dan penejelasan

yang diajarkan oleh guru tidak maksimal di diperoleh oleh siswa, maka dari itu
52

masih terdapat beberapa siswa yang salah dan tidak memehami kata baku saat

guru menyuruh membuat karangan siswa.

3. Baku Dari Segi Gramatika

Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu NL, sebagai guru Kelas 1V pada

kesalahan kata baku dari segi Grametika Mengatakan bahwa :

Ada beberapa siswa yang sudah memahami kata baku dari segi grametika,

dan ada juga yang belum memahami, hal ini disebabkan karena siswa tersebut

belum bisa menulis ,dan kesalahnnya mungkin sering terjadi ada beberapa siswa

yang masih bisa belum membaca terlalu lancar. (Hasil wawancara, NL 4 Oktober

2021)

Berdasarkan hasil wawancara dengan MA,mengatakan bahwa: “

“Saya tidak terlalu bisa tentang penulisan kata baku, karena saya tidak
suka menulis cerita. saya suka bermain di kelas. tapi sesekali saya mau belajar dan
menulis karangan, kalau saya lagi suka menulis. saya malu menulis karena teman-
teman bilang tulisan saya jelek, saya juga tidak paham tentang kata baku. Sudah
diajarkan sama guru, tapi saya belum mengerti. saya belum terlalu bisa membaca,
jadi kalau membaca harus saya eja dulu baru bisa say abaca per kata.” (Hasil
wawancara,MA. 4 Oktober 2021).

Berdasarkan hasil wawancara dengan MA, dapat dijelaskn bahwa MA,

adalah anak yang malas dan tidak suka belajar. Ia juga mengatakan bahwa dirinya

lebih suka bermain daripada belajar. ia malas menulis karena merasa tulisannya

masih belum rapi. Ia juga belum bisa membaca, oleh karena itu ia harus mengeja

terlebih dahulu baru bisa membaca. Tapi meskipun demikian, ia bisa saja suka

menulis pada waktu-waktu tertentu. dilihat dari hasil wawancara dengan MA,

dapat disimpulkan bahwa MA, mengalami masalah dalam menulis kata baku
53

dalam menulis karangan. hal in karena MA belum bisa membaca dengan lancer,

sehingga sulit untuk mempraktikkan penulisan kata baku dalam karangan. Akan

tetapi, meskipun demikian MA juga memiliki minat menulis namun pada waktu-

waktu tertentu.

4. Baku Dari Segi Nasional

Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu NL, sebagai guru kelas 1V

mengatakan bahwa ada yang sudah memahami nasional penulisan kata baku, dan

ada juga yang belum paham, menulis kata baku sudah bisa namun masih ada juga

yang belum bagi siswa yang belum lancar membaca, dan kesalahan ejaan, lafal,

penulisan kata baku sering muncul pada karangan siswa adalah pada penulisan

kata baku yang kurang tepat ,tidak sesuai dengan kaidah EYD. (Hasil wawancara

NL, 5 Oktober 2021)

Hasil wawancara dengan ZASiswa kelas IV adalah sebagai berikut

“Saya bisa membaca dengan benar. Saya juga memahami tentang kata
baku yang diajarkan bu guru. Saya sering dimintakan bu guru untuk menulis di
papan. Saya selalu mendengarkan dengan baik apa yang diajarkan oleh bu guru.
Saya suka menulis cerita. Cerita saya bermain dengan teman-teman di rumah,
cerita ke rumah nenek, dan cerita waktu ke museum tsunami. Saya sudah bisa
membaca dari kelas 2. Saya suka mebaca cerita-cerita robot di rumah, cerita
kancil, dan cerita binatang. Saat membaca saya tidak perlu lagi mngeja karena
saya sudah bisa membaca. ( Hasil wawancara ZA, 5 Oktober 2021).

Berdasarkan hasil wawancara dengan ZA, maka informasi yang diperoleh

ZA adalah anak yang rajin dan pandai. Ia suka menulis dan belajar. Dia juga aktif

menulis di papan tulis. Suka menulis cerita sehari-harinya. Ia sudah bisa membaca

sejak kelas 2 dan tidak perlu lagi mengeja saat membaca cerita ataupun menulis

karangan. Hal ini bisa saja karena ZA rajin membaca sehingga menguasai banyak
54

kosa kata dan lancer dalam menulis. Hal ini terlihat dalam hasil wawancara

dimana ZA mengaku suka membaca cerita-cerita dongeng, robot dan fabek (cerita

yang mengisahkan tentang kehidupan binatang). Dalam proses wawancara ZA

mampu menjawab sejumlah pertanyaan, dan mampu membaca dengan baik.

Kepadaiannya dalam membaca memudahkannya dalam menerapkan penulisan

kata baku dalam karangannya. Ia mengaku suka menulis ceritanya, dan ia juga

suka membaca cerita teman-teman kelasnya. ZA sudah mengerti tentang penulisan

kata baku, meskipun sesekali terlupa, akan tetapi sudah banyak menggunakan kata

baku dalam menulis karangan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru dan siswa di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa, siswa maupun siswi di Kelas IV min 4 Bireuen sejauh ini

masih mengalami kesulitan dan kendala dalam penulisan kata baku saat menukis

karangan. Akan tetapi uniknya, meskpiun dengan situasi dan keadaan kelas yang

ribut, ada juga beberapa anak yang tetap fokus dalam belajar. Ini menjadi sebuah

tonggak yang dapat membantu guru dalam menjelaskn dan mengajarkan kepada

siswa mengenail penulisan kata baku dalm sebuah karangan, agar karangan lebih

bagus dan tersusun rapi.

Pemaparan hasil karangan siswa pada hasil penelitian bertujuan untuk

memberikan informasi dan data lebih akurat terhadap penggunaan kata baku

dalam penulisan karangan pada siswa-siswa kelas IV. Hal ini dapat memberikan

data tambahan terhadap hasil wawancara dengan beberapa informan di atas,

karena mengingat beberapa siswa yang belum bisa memahami beberapa dan

menjawab pertanyaan yang diajukan oleh peneliti.


55

Berikut ini adalah beberapa gambar karangan siswa mengenai kesalahan

yang ditemukan dalam penulisan kata baku yang peneliti deskripsikan dalam

pembahasan sebagai berikut :

Gambar 1

Berdasarkan hasil karangan 1 di atas, dapat dilihat bahwa karangan yang

ditulis oleh Rafka sudah bagus karena tulisannya sudah bisa dibaca. Penulisan

kata baku dalam karangan ini juga dapat terlihat karena tulisannya jelas dan ada

jarak pemisah antar kata, sehingga memudahkan untuk membaca dan memahami

isi karangan. Akan tetapi, beberapa tanda baca dan kata yang digunakan masih

diperlukan perhatian dari guru pengajar.

Berikut adalah beberapa kata tidak baku dalam karangan 1 yaitu kata pegi,

mamak, dan adek.


56

Gambar 2

Hasil karangan 2 adalah hasil karangan yang ditulis oleh Rania Namira.

Berdasarkan gambar hasil karangan di atas, dapat dilihat bahwa R (inisial) sudah

mampuu dan bagus dalam menulis karangan. Tulisannya sudah rap idan mudah

di bawa. Pemisahan antar kata juga sudah tepat. Kan tetapi masih terdapat

beberapa kesalahan yaitu dalam penulisan kata baku, meskipun kesalahan tersebut

tidak banyak terlihat. Dari hasil karangan tersebut menunjukkan R adalah anak

yang mudah menerima pembelajaran penulisan kata baku dalam menulis

karangan, hal inni terlihat jelas dari tulisan yang mudah dan enak di lihat, mudah

dibaca, dan bisa dipahami maksudnya. Penggunaan kata baku sudah memenuhi

dan standar.
57

Gambar 3

Karangan ke 3 adalah karangan yang ditulis N (inisial). Dalam tulisan

karangannya di atas dapat kita lihat bahwa N masih belum bisa secara baik

menulis huruf abjad. Jika dilihat lenih seksama, karangan N sangat susah untuk

dibaca karena bentuk huruf yang ditulis sangat tidak rapi. Dari gambar di atas

terlihat juga penulian kata baku masih sangat memerlukan bantuan guru dalam

mengarahkannya. N menyebutkan saat mengumpulkan karangannya bahwa dia

belum rerlalu lancar membaca sehingga dia tulisannya jelek dan tidak bisa dibaca.
58

Gambar 4

Karangan 4 adalah hasil karangan A (Inisial). Dari gambar karangan di atas

terlihat bahwa A adalah anak yang belum pandai menulis. Hal ini terlihat jelas dari

bentuk penulisan perkata dan bentuk huruf abjad yang digunakan dalam menulis.

Tulisannya masih banyak salah, dan penggunaan tanda baca yang tidak teratur. Penulisan

kata baku dalam karangan belum sempurna. Dari gambar hasil karangan di atas

menunjukkan bahwa A belum menguasai penulisan kata baku dalam sebuah karangan,

sehingga diperlukan lagi belajar yang lebih giat, supaya mampu dan bisa menulis

denganbaik dan benar dengan menggunakan kata baku sebagaimana diharapkan.


59

Gambar 5

Karanga 5 adalah tulisan karangan milik SM (inisial). Dari gambar di atas,

dapat dilihat bahwa SM memiliki kemampuan menulis yang baik, hal ini

ditunjukkan melalui tulisannya yang rapi dan mudah dibaca. Dari tulisannya ini

terlihat bahwa SM sudah menguasai menulis sehingga hanya perlu memperbaiki

beberapa hak, seperti kata baku dan penggunaan tanda baca.

Gambar 6

Berdasarkan gambar karangan di atas, dilihat bahwa M (inisial) masih

memiliki kendala dalam menulis, hal ini dapat dilihat dari bentuk dari tulisannya.
60

Terlihat masih belum rapi dan tidak teratur dalam menulis. Beberapa kekurangan

terdapat pada penulisan kata baku, tanda pisah antar kata, tanda baca dan huruf

tulisan yang kurang rapi. Hal ini tentunya diperlukan adanya pengawasan dan

bimbingan guru dalam membantu siswa menulis dengan baik dan rapi.

Gambar 7

Karangan 7 adalah hasil karangan yang ditulis oleh R (inisial). Dari hasil

karangan di atas, terlihat bahwa karangan R sudah bagus, akan tetapi ceritanya

masih sangat singkat. Tulisannya tidak terlalu rumit dan berserakan sehingga

mudah untuk di baca. Adapun kekurangan dari tulisannya adalah R kurang

memperhatikan tanda baca, kata baku, kurang fokus dan kesalahan huruf dalam

penulisan. Hal ini perlu adanya perhatian dan pembelajaraan lebih dari guru untuk

membantu siswa dalam menulis lebih baik lagi.


61

Gambar 8

Berdasarkan gambar di atas, dapat dilihat bahwa karangan yang ditulis

oleh Re (inisial) masih belum rapi dan terlihat sangat sulit untuk dibaca. Penulisan

huruf abjad masih sangat diperlukan bimbingan lebih khusus dari guru agar

memberikan kemampuan bagi siswa untuk menulis dengan baik dan benar.

Kekurangan dalam karangan ini terdapat pada penulisan kata baku, tanda pisah

antara kata, tanda baca, dan tidak rapi.

Hemat peneliti, berdasarkan hasil wawancara dan karangan siswa,

penelitian menunjukkan bahwa siswa kelas IV MIN 4 Bireuen masih banyak yang

menulis karangan tidak menggunakan kata baku. Hal ini terlihat dari hasil

karangan di atas, beberapa siswa menggunakan kata “gue” yang pada dasarnya

kata gure tidak termasuk kedalam kata baku. Akan tetapi ada siswa yang

menggunakan kata trend tersebut dalam tulisannya. Ini menunjukan bahwa siswa

tersebut masih belum mampu menggunakan kata baku dalam mennulis sebuah

karangan. Selain itu, dari hasil karangan juga terlihat bahwa siswa masih

menggunakan kata tidak baku pada karangannya. Hal ini jela terlihat pada hasil
62

tulisan siswa dimana siswa menulis “pegi”, pada dasarnya kata “pegi” merupakan

tidak tidak baku. Adapun kata baku dari “pegi” adalah pergi. Kata tidak baku lain

dalam karangan siswa sama “sama” dignakan siswa saat menyampaikan tulisan

dengan maksud bersama, namun kata yang di gunakan “sama” seharusnya kata

baku yang digunakan adalah “bersama”.

Berdasarkan hasil wawancara dan hasil karangan siswa menunjukkan

kesalahan penggunaan kata baku pada karangan siswa. Hal ini terlihat dalam

ambar hasil karangan di atas, dimana masih banyak yang belum mengerti dan

salah dalam menggunakan kata baku. Hasil wawancara dengan beberapa informan

menyebutkan beberapa kendala yang meyebabkan siswa mengalami kesalahan

dalam penggunaan kata baku yaitu siswa belum pandai membaca sehingga sulit

untuk menulis karena bekum terlalu mengenal huruf, siswa malas dan tidak mau

belajar dengan serius di kelas, siswa tertidur saat jam belajar sehingga materi yang

diberikan guru terlewatkan, siswa ribut sehingga beberapa tidak dapat belajar

dengan baik. Selain faktor tersebut, juga terdapat faktor lain yaitu waktu belajar

masih cukup awal sehingga siswa belum belajar dengan maksimal, keadaan di

masa pandemic yang membuat sekolah tatap muka ini tidak efektif dan

mengesankan tidak belajar secara penuh dan aktif seperti sebelum masa pandemi.

Penggunaan kata dalam sebuah karangan sangat diperlukan, hal ini supaya tulisan

sesuai dengan IYD dan ejaan bahasa Indonesia.


63

4.3 Penyebab kesalahan penulisan kata baku dalam karangan siswa kelas

IV MIN 41 Bireuen

Berdasarkan dari hasil wawancara dengan NL mengenai penyebab

kesalahan penulisan kata baku dalam karangan siswa yang dialami oleh siswa

yang dilaksanakan pada hari Rabu 3 oktober 2021 dengan menggunakan 1 orang

narasumber yaitu NL (nama inisial) sebagai guru mata pelajaran Bahasa

Indonseiadi kelas 1V. Berikut hasil wawancara:

“Selama mengajarkan siswa di kelas IV, saya sudah mengajarkan


penulisan kata baku kepada siswa. Akan tetapi, terdapat juga kesalahan penulisan
kata baku oleh siswa dalam menulis karangan, namun kesalahan tersebut bisa
sedikit bisa salah, tergantung siswanya juga. Adapun ejaan kata baku juga sudah
saja ajarkan kepada siswa, dan siswa memahami ejaan tulisan. Sebagian juga
membaca masih mengeja, sebagian sudah bisa membaca tanpa mengeja.
Pemahaman ejaan kata baku sejauh ini sudah diajarkan. (Hasil wawancara NL, 3
Oktober 2021).

1. Faktor Internal (Fisiologis dan Psikologis).

Berdasarkan hasil wawancara dengan NL, sebagai guru mata pelajaran

Bahasa Indonesia kelas 1V pada penyebab terjadinya atau kendala bagian internal

mengatakan bahwa :

“Kendala yang sering terjadi pada kesalahan penulisan kata baku dalam
membuat karangan siswa yaitu mengalami kesulitan ketika mengarang dalam
menggunakan kata baku, ada sebagian siswa tidak tepat menggunakan penulisan
kata baku ,dan ada sebagian siswa sudah paham dalam menulis penulisan kata
baku ,tapi tidak tau dimana terletak perbedaannya.” (Hasil wawancara NL, 2
Oktober 2021)

Berdasarkan hasil wawancara dengan NL, terlihat bahwa mengarang

karangan siswa dalam penulisan kata baku adalah satu kendala yang seri ng

dialami oleh siswa ,pada contohnya yaitu disaat siswa membuat karangan hanya
64

beberapa siswa saja yang memahami penulisan kata baku . (Hasil wawancara NL,

3 Oktober 2021).

RN Mengatakan bahwa ia merasa senang dalam membuat tugas mengarang

,apa lagi mengarang tentang yang menceritakan dalam gambaran kehidupan

sehari-hari. (Hasil wawancara RN, 3 Oktober 2021).

RF Juga senang dalam membuat tugas mengarang karena dia suka berbagi

cerita tentang kehidupannya sehari-hari. (Hasil wawancara RF, 3 Oktober 2021)

SY juga senag karena guru suruh tugas mengarang dalam berbagai

pengalaman masing-masing. (Hasil wawancara SY, 3 Oktober 2021).

Berdasarkan Hasil wawancara Hasil wawancara terlihat bahwa siswa kelas

1V merasa senang ketika pelajaran bahasa Indonesia dalam tugas mengarang

,karena guru menyuruh siswa membuat karangan siswa dalam bentuk pengalaman

masing-masing agar siswa antusias serta semangat dalam menyelesaikan tugas

karangan tersebut dalam bentuk penulisan kata baku

Berdasarkan hasil observasi terlihat bahwa, siswa senang ketika pelajaran

berlangsung, dikarenakan guru memberikan tugas karangan dalam bentuk

pengalaman masing-masing jadi siswa semangat dalam mengerjakannya.

Kemudian NL, menambahkan bahwa

“Adapula kendala yang bisa terjadi pada siswa dalam pembelajaran


berlanngsung yaitu siswa yang kesulitan dalam membuat tugas karenakan
dikarenakan siswa tersebut belum bisa membaca dan ada beberapa yang belum
lancar membaca ,karena membaca sangat diperlukan dalam membuat tugas
karangan. (Hasil wawancara NL, 3 Oktober 2021).

Berdasarkan hasil wawancara dengan NL mengatakan membaca sangat

penting dalam membuat tugas karangan ,jika tidak bisa membaca sulit
65

menyelesaikan tugas karangan apalagi menggunakan penulisan kata baku ,karna

menuntut siswa untk membuat karangan dalam bentuk penulisan kata baku yang

tepat dan sesuai kaidah bahasa Indonesia. (Hasil wawancara NL, 3Oktober 2021).

Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa dan NL, bahwa penyebab

kendala bagian internal adalah dari sisi psikologis kondisi kesehatan mental yang

kurang bagus, rasa malas dari diri siswa, ketidak pedulian diri siswa terhadap

pentingnya belajar penulisan kata baku, jahil, tidak ada minat belajar, serta

penguasaan terhadap ilmu yang dimiliki.

2. Faktor Eksternal

Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu NL terlihat bahwa minat belajar

pada siswa kurang baik, serta motivasi yang rendah, kondisi kesehatan mental

yang kurang, kondisi kesehatan sangat terpengaruhi dalam menyelesaikan tugas

karangan tersebut, metode tipe belajar yang berbeda, kondisi kesehatan juga

sangat berpengaruh pada siswa misalnya jika siswa tidak sarapan pagi sampai

kesekolah dan mengikuti pelajaran siswa akan merasa lapar dan lesu, sehinnga

tidak fokus dalam memngikuti pelajaran, banyak siswa yang tidak sarapan pagi

dikarenekan takut terlambat kesekolah, padahal sarapan pagi sangat terpengaruhi

dalam belajar.

SY mengatakan bahwa ia kurang sehat dalam pelaksanaan tugas karangan

siswa ini akan kesulitan menyelesaikannya dan menurutnya materi penulisan kata

baku ini sangat penting agar kita lebih dtail lagi untuk memahaminya, lalu RN

mengatakan bahwa pelajaran ini sangat bagus, bisa membuat kita lebih giat lagi
66

membaca RF juga mengatakan pelajaran ini sangat bagus kita pandai mengarang

dalam menggunakan penulisan kata baku.

Berdasarkan hasil wawancara siswa terlihat bahwa siswa menyukai

pelajaran ini tetapi jika kesehatannya terganggu pada pelaksanaan pembelajaran

ini akan terdampak kesulitan dalam mengikuti pelajaran ini ,siswa merasa senang

dengan pelajan ini bisa membagikan pengalaman masing –masing dalam bentuk

karangan siswa

Berdasarkan hasil observasi terdampak bahwa jika ada seorang siswa yang

kurang sehat dan terlihat murung dan tidak bersemangat ,saat guru menjelaskan

tentang pelajaran bahasa Indonesia yang materinya penulisan kata baku serta guru

menyuruh siswa membuat karangan dalam bentuk penulisan kata baku dalam

karangan siswa.

Berdasarkan hasil wawancara guru dan siswa serta observasi yang

dilakukan oleh peneliti menerangkan bahwa penyebab kesulitan yang dialami oleh

siswa terdampak dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal, yang dimana

faktor inernal yaitu meliputi dari diri siswa sendiri seperti kondsi siswa yang

sedang sakit,kurang sehat dan adanya cacar dibagian tubuh siswa minat belajar

yang kurang,serta motivasi yang rendah dan kodisikesehatan mental yang kurang

sedangkan faktor eksternal yaitu faktor yang terjadi diluar diri siswa misalnya

media belajar yang kurang lengkap,fasilitas sekolah yang kurang lengkap

contohnya kekurangan buku biasannya pada umumnya banyak kekurangan buku

disekolah ,kurikulum yang sangat sulit dijabarkan oleh guru dan dikuasai oleh

siswa,waktu pelaksanaan proses belajar yang kurang disiplin,terdapat beberapa


67

faktor yaitu faktor sekolah,faktor keluarga ,faktor lingkungan, serta faktor bermain

bersama teman-temanya yang ada dilingkungan masing-masing mmaupun

dilingkungn sekolah atau dilingkungan luar sekolah.

4.4 Upaya yang dilakukan guru dalam memperbaiki kaidah-kaidah

penulisan kata baku

Mengingat akan beberapa kendala di atas, NL mengupayakan metode

belajar yang terbuka dan mudah yaitu dengan menerapkan metode diskusi, dimana

Siswa memliki kebebasan untuk menjelaskan kesulitan yang dialaminya sehingga

susah untuk memahami makna kata baku yang dijelaskan oleh NL. Selain itu, NL

juga selalu mengajarkan ejaan kepada Siswa yang belum bisa membaca, dan

mengajarkan Siswa yang belum bisa membaca dengan memberikan remedial

membaca sehingga Siswa terlatih lebih semangat dalam beajar mengeja dan bisa

membaca.

1. Pengayaan

Adapun upaya yang dilakukan oleh guru ada beberapa upaya memperbaiki

kaidah kaidah penulisan kata baku seperti yang telah diwawancara oleh peneliti:

Berdasarkan wawancara tentang solusi yang diberikan guru kepada

siswa,wawancara dengan ibu NL ,Selaku guru kelas 1V Mengatakan Bahwa :

NL Menerangkan bahwa ia membiarkan siswa berdiskusi dengan teman

sebangku dan teman lainnya,dan ibu NL juga menggunakan metode

ceramah,dengan metode ceramah ,ibu NL dapat menjelaskan bahwa apa saja

yang siswa tidak memahami NL akan memberikan petanyaan-pertanyaan agar

siswa tidak menoton terhadap tugas menulis karangan ini. (NL,7 oktober 2021).
68

Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu NL, telihat bahwa metode

ceramah adalah cara guru untuk menjelaskan atau menyalurkan penjelasan tentang

penulisan kata baku ,dengan metode ceramah siswa juga bisa penjelasan yang

dijelaskan oleh guru.

ZA, Mengatakan bahwa ia sering berdiskusi dengan teman sebangku dalam

dalam menyelesaikan tugas karangan ini dalam bentuk penulisan kata baku Lalu

M Juga mengatakan bahwa ia sering berdiskusi dengan teman sebangkunya ,dan

R Juga mengatakan bahwa selain dengan teman saya juga berdiskusi dengan guru.

Berdasarkan hasil obsevasi bahwa berdiskusi dengan teman sebangku atau

dengan guru penting, dan sangat membantu dalam menyelesaikan tugas karangan

dalam penulisan kata baku,dengan diskusi tersebut siswa dapat mengemukakan

apa yang ia ketahui dan dapat bertanya tentang apa yang tidak Ketahui.

2. Motivasi

Berdasarkan wawancara tentang usaha yang diberikan oleh pada tahap

motivasi kepada siswa,wawancara dengan ibu NL, selaku guru kelas 1V

mengatakan bahwa penting sekali memberikan pemahaman mencari tau apa saja

yang menjadi kesulitan siswa dan memberikan solusinya kepada siswa, serta

memberikan semangat berupa kata motivasi sehingga siswa giat dalam membuat

tugas atau menyelesaikan karangan siswa

ZA, mengatakan ia bahwa ia setelah mendengar motivasi dari guru ,dia

sudah mulai sudah bisa mebuat karangan. Adapun M Juga mengatakan seperti

ZA, dia sudah memamahami membuat karangan dalam penulisan kata baku.
69

Berdasarkan hasil wawancara siswa terlihat bahwa pada usaha guru bagian

motivasi guru mengajak siswa membuat tugas karangan apa saja yang mereka

sukai dalam mengggunakan penulisan kata baku,siswa pun antusias Dlam

mengerjakannya dengan penuh semangat. (Hasil wawancara NL, 11 Oktober

2021).

3. Remedial

Berdasarkan wawancara tentang usaha /upaya guru yang diberikan guru

kepada siswa wawancara dengan ibu NL, sebagai guru Bahasa Indonseia kelas 1V

Mengatakan bahwa tidak semua siswa nilainnya mencukupi kkm,oleh karena itu

guru harus memberikan remedial kepada siswa agar bisa meengikuti ulang agar

nilai KKM nya tercukupi.

ZA, mengatakan bahwa ibu guru mengadakan remedial tetapi ibu guru juga

menganjurkan kami untuk lebih giat lagi untuk belajar sehingga ada perubahan,

kemudian M menggatakan bahwa guru memberikan remedial saat nilai KKM nya

tidak mencukupi. Selanjutnya R juga mengatakan hal yang sama yaitu guru

memberikan remedial karena nilai KKM tidak tercukupi.

Berdasarkan hasil observasi dengan melakukan remedial siswa dapat

mencapai nilai lebih tinggi dari sebelumnnya dan guru tidak lupa juga untuk

membimbing siswa diakhiri pembelajaranagar membuat siswa lebih antusias dan

semangat dalam mengikuti pembelajaran. (Hasil wawancara ZA,11 oktober 2021).


70

Kesimpulan:

Berdasarkan analisis kesalahan penggunaan kata baku pada karangan siswa

yang telah peneliti lakukan, siswa kesulitan dalam menyelesaikan tugas karangan

dalam bentuk penulisan kata baku yaitu siswa kesulitan dalam membedakan kata

baik dari baku segi lafal, baku segi ejaan, baku segi gramatika, serta baku dari segi

nasional, serta siswa kesulitan dalam menyelesaikan tugas karangan dengan

penulisan kata baku yang sesuai dengan IYD. Berdasarkan hasil penelitian,

peneliti menemukan temuan yang negatif yaitu ada beberapa siswa yang tidak bisa

membaca dan ada juga siswa membaca belum lancar dan ada juga siswa menulis

ada huruf huruf yang tertinggal sehingga saat siswa membuat tugas peneliti harus

mendampingi siswa dalam berlangsungnya mengerjakan tugas tersebut agar siwa

mengejarkan tugas seperti siswa lainnya. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti

juga menemukan beberapa hal-hal positif yaitu ada beberapa siswa memahami

apa yang dimaksud dengan penulisan kata baku, hingga mudah dalam membuat

karangannya dan ada juga siswa bisa membedakannya beberapa kata baku , hal

tersebut terjadi karena siswa tersebut mudah membaca, namun dalam memahami

kalimat ada kendalanya yang msih kurang. Kesulitan ini dapat peneliti atasi

dengan memberikan beberapa tugas karangan yang mereka sukai seperti

menceritakan pengalaman masing-masing baik pengalaman di sekolah, di rumah

atau di tempat mereka bermain. Dalam bentuk penulisan kata baku yang telah

diajarkan hingga siswa dengan mudah mengingatnya kalau terbiasa membuat

tugas karangan jangan hanya membuat satu karangan saja tapi harus lebih agar

siswa lebih memahami tentang penlisan kata baku dalam bentuk karangan siswa.

Anda mungkin juga menyukai