Anda di halaman 1dari 15

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di MIN 1 Gayo Lues tahun ajaran 2022/2023

merupakan salah satu wadah dan basis pendidikan dan keterampilan yang terletak

di Jl. Rikit Gaib-Blangkejeren No. 01 Blangkejeren Gayo Lues. Memiliki letak

yang strategis sehingga dapat diakses dari manapun. Dengan luas tanah 1.500 M 2,

serta luas bangunan 982 M 2 bangunan permanen. MIN 1 Gayo Lues sudah

Berakreditasi B (Baik) sehingga menjadi salah satu wadah penting perkembangan

pendidikan di Gayo Lues.

Kondisi sosial Masyarakat sangat baik, masyarakat sangat memperhatikan

kondisi MIN 1 Gayo Lues. Ini dapat dilihat dari keiukut sertaan masyarkat pada

setiap kegiatan yang dilaksanakan, serta menjadikan MIN 1 Gayo Lues sebagai

salah satu wadah pendidikan bagi anak-anak mereka. Orang tua tentunya memiliki

harapan yang tinggi terhdap sekolah tersebut. Mereka mengharapkan lulusan dari

MIN 1 Gayo Lues memiliki karakter yang sesuai dengan tuntunan dalam islam,

baik dari segi sikap, ilmu pengetahuan, agama, dan interaksi dengan

lingkunganya. Hal ini di wujudkan dengan visi misi MIN 1 Gayo Lues, adapun

Visi “Unggul dalam prestasi, Berakhlak, Terampil, dan Peduli Lingkungan” Misi

yang dilakukan untuk meraih visi tersebut adalah sebagai berikut:

1) Mewujudkan Peserta didik berprestasi;

2) Mewujudkan peserta didik berakhlak Mulia;

69
70

3) Mewujudkan Peserta didik yang terampil;

4) Mewujudkan Peserta didik yang peduli lingkungan;

Adapun tujuan dari MIN 1 Gayo Lues yang berlandaskan pada Visi dan Misi

adalah sebagai:

1) Diterima Di Sekolah Favorit;

2) Berprestasi dalam segala bidang;

3) Dapat menjadi contoh dalam bidang yang ditekuninya;

4) Membiasakan kesadaran dan melakukan hidup bersih dalam kehidupan

sehari-hari;

untuk mecapai visi misi tersebut tentunya harus didukung dengan fasilitas

penunjang pada proses pembelajaran yang dilaksanakan di MIN 1 Gayo Lues

seperti gedung kelas, UKS, Ruang kepala sekolah, Ruang guru, aula (Gedung

serba Guna), perpustakaan, Musolla serta lapangan yang cukup luas yang

digunakan sebagai salah satu sarana belajar tentang lingkungan. Serta tenaga

kependidikan sebanyak 31 guru yang terdiri dari tenaga PNS, honorer serta

kepegawaian.

Penelitian ini melibatkan dua kelompok penelitian yaitu kelompok eksperimen

dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen dilakukan di kelas Va dan

kelompok kontrol dilakukan di kelas Vb. Siswa kelas eksperimen diberi perlakuan

dengan mengunakan model pembelajaran Learning Start With a Question,

sedangkan siswa kelas diberi perlakuan dengan mengunakan model pembelajaran

simulasi.
71

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Data Hasil Penelitian

Pengujian tes kemampuan analitik thinking siswa dalam penelitian ini

dilakukan di kelas Va sebagai kelas eksperimen yang berjumlah 22 siswa dan

siswa kelas Vb sebagai kelas kontrol dengan jumlah 22 siswa. Tes yang diberikan

berbentuk pilihan ganda. Pada kelas eksperimen peneliti memberikan perlakuan

dengan menggunakan model pembelajaran Learning Starts With A Questions

(LSQ) sedangkan untuk kelas kontrol tanpa menggunakan model pembelajaran

Learning Starts With A Questions (LSQ). Dari data yang diperoleh pada penelitian

dan setelah ditabulasi maka diperoleh deskripsi data masing-masing kelas di atas

yaitu:

1. Kelas Eksperimen

Tabel 4.1. Nilai Siswa Kelas Eksperimen

Nilai
No Responden
Pretest Posttest
1 II 50 80
2 FM 60 75
3 DAA 40 65
4 KAS 45 90
5 SH 40 80
6 AA 25 70
7 AF 60 90
8 RFS 60 85
9 RSN 35 65
10 JR 30 80
11 MA 35 85
12 IZ 45 80
13 KNA 55 95
14 SO 55 95
15 PA 45 85
16 SA 50 80
17 NA 30 55
72

18 HE 35 90
19 MA 45 70
20 MAA 50 80
21 NJ 50 90
22 APH 25 50
Jumlah 965 1735
Rata-rata 43,86 78,86

Berdasarkan data pada tabel 4.1 menunjukkan bahwa rata-rata nilai pretes

kelas eksperimen adalah 43,86, sedangkan untuk posttes diperoleh hasil 78,86.

Hasil rata-rata data tersebut terlihat bahwa nilai pretes masih sangat rendah

dengan nilai KKM yang ditentukan yaitu 70 namun untuk nilai posttes sudah

cukup memenuhi nilai KKM. Kemampuan analitik thinking siswa untuk pretes

dapat dilihat melalui grafik sebagai berikut:

NILAI KELAS EKSPERIMEN

78.86
80
70
60
43.86 Pretest
50 Posttest
40
30
20
10
0
Kelas Eksperimen
Diagram 4.1. Nilai Pretest

Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa pembelajaran pada kelas

eksperimen dengan menggunakan Model Pembelajaran Learning Starts With A


73

Questions (LSQ) adanya ketuntasan KKM kemampuan analitik thinking siswa

untuk kelas eksperimen dengan nilai rata-rata 78.86.

2. Kelas Kontrol

Tabel 4.2. Nilai Siswa Kelas Kontrol

Nilai
No Responden
Pretest Posttest
1 RZ 45 55
2 AH 40 60
3 MN 30 50
4 NF 35 55
5 NKW 65 70
6 NS 50 60
7 UAA 30 50
8 AR 30 40
9 ARI 40 55
10 RO 20 35
11 ARA 50 55
12 VM 35 50
13 RQ 15 25
14 VM 55 90
15 RQ 30 55
16 MSD 30 50
17 RAF 35 45
18 MI 30 60
19 MAA 45 60
20 RA 50 70
21 MF 35 60
22 MAB 30 60
Jumlah 825 1210
Rata-rata 37.50 55

Berdasarkan data pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa rata-rata nilai pretes

kelas kontrol adalah 37,50, sedangkan untuk posttes diperoleh hasil 55. Hasil rata-

rata data tersebut terlihat bahwa nilai pretes dan posttes masih sangat rendah

dengan nilai KKM yang ditentukan yaitu 70 namun untuk nilai posttes sudah
74

cukup memenuhi nilai KKM. Kemampuan analitik thinking siswa untuk pretes

dapat dilihat melalui grafik sebagai berikut:

NILAI KELAS KONTROL

55
60

50
37.5
Pretest
40
Posttest
30

20

10

0
Kelas Kontrol
Diagram 4.2. Nilai Pretest

Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa pembelajaran pada kelas

kontrol dengan bentuk konvensional belum adanya ketuntasan.

4.2.2 Analisis Data

Data pretest dan posttest yang digunakan untuk analisis data kelas

eksperimen maupun kelas kontrol sehingga terjawab rumusan masalah yang ada

pada bab I antara lain sebagai berikut:

1. Statistik Deskriptif

Analisis statistic deskriptif dapat digunakan untuk menggambarkan dan

mendeskripsikan data penelitian, meliputi jumlah data (N), nilai maximum,

minimum, mean (rata-rata) dan std. Deviation (Simpangan Baku). Hasil statistic

deskriptif ditunjukan pada tabel 4.3 di bawah ini:


75

Tabel 4.3. Data Statistik Deskriptif


Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Pretest_eksperimen 22 25 60 43.86 11.012
Posttes_Eksperimen 22 50 95 78.86 12.143
Pretest_kontrol 22 15 65 37.50 11.726
Posttest_Kontrol 22 25 90 55.00 13.002
Valid N (listwise) 22

Berdasarkan tabel 4.3 di atas, terlihat bahwa untuk pretes eksperimen

didapatkan ssiwa 22 dengan nilai minimum 25 dan nilai maksimum 60, sedangkan

untuk nilai rata-rata diperoleh 43.86 dan nilai std deviation diperoleh 11.012.

kemudian untuk nilai posttest kelas eksperimen diperoleh siswa 22 dengan nilai

minimum 50 dan nilai maksimum 95, serta untuk rata-rata diperoleh 78.86 dan std

deviation 12.143.

Hasil pretes kontrol didapatkan ssiwa 22 dengan nilai minimum 15 dan

nilai maksimum 65, sedangkan untuk nilai rata-rata diperoleh 37.50 dan nilai std

deviation diperoleh 11.726. kemudian untuk nilai posttest kelas kontrol diperoleh

siswa 22 dengan nilai minimum 25 dan nilai maksimum 90, serta untuk rata-rata

diperoleh 55 dan std deviation 13.002. hal ini menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan hasil belajar siswa pada kelas eksperimen dan kelas control.

2. Uji Prasyarat Analisis Data

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam regresi linier

sederhana variabel terikat dan variabel bebas untuk tes awal keduanya mempunyai

distribusi data normal atau tidak. Model regresi linier sederhana yang baik adalah
76

yang memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Pengujian

normalitas dilakukan dengan menggunakan SPSS Versi 21 melalui teknik Shapiro

wilk.

Pedoman menentukan data normal adalah sebagai berikut:

1) Nilai signifikan pada Shapiro-Wilk< 0,05, maka distribusi data adalah

tidak normal.

2) Nilai signifikan pada Shapiro-Wilk > 0,05, maka distribusi data adalah

normal.

Adapun hasil uji normalitas kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat

dilihat pada tabel 4.4.

Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas untuk Nilai Pretest dan Posttes
Tests of Normality
Kelas Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Eksperimen .132 22 .200* .945 22 .247
Hasil_pretes
Kontrol .175 22 .077 .948 22 .292
Eksperimen .219 22 .007 .919 22 .074
Hasil_Posttest
Kontrol .214 22 .010 .927 22 .106
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
Sumber: Data Primer diolah, 2022

Berdasarkan tabel 4.4 di atas, hasil Pretest uji normalitas Shapiro-wilk

untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol di atas dengan menggunakan SPSS

versi 21 for windows menunjukkan nilai yaitu kelas eksperimen memiliki nilai

signifikan adalah 0,247 > 0,05, begitu juga untuk kelas kontrol memiliki nilai

signifikan sebesar 0,292 > 0,05, maka dapat disimpukan bahwa nilai signifikan

pada Shapiro-Wilk > 0,05, maka distribusi data adalah normal.

Hasil Posttest uji normalitas Shapiro-wilk untuk kelas eksperimen dan

kelas kontrol di atas dengan menggunakan SPSS versi 21 for windows


77

menunjukkan nilai data yaitu kelas eksperimen memiliki nilai signifikan adalah

0,074 > 0,05, begitu juga untuk kelas kontrol memiliki nilai signifikan sebesar

0,106 > 0,05,maka dapat disimpukan bahwa nilai signifikan pada Shapiro-Wilk >

0,05, maka distribusi data adalah normal

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya

penyimpangan uji prasyarat homogenitas, yaitu adanya ketidaksamaan varian dari

residual untuk semua pengamatan pada model regresi linier sederhana, dan untuk

mengukur homogenitas di olah lewat SPSS Versi 21. Uji ini memiliki ketentuan

bahwa variansi dari setiap kategori dikatakan sama jika nilai probabilitas

signifikansi >0,05.

Adapun hasil yang diperoleh dari uji homogenitas kelas eksperimen dan

kelas kontroladalah sebagai berikut:

Tabel 4.4. Hasil Uji Homogenitas untuk Nilai Posttest

Test of Homogeneity of Variance


Levene df1 df2 Sig.
Statistic
Based on Mean .061 1 42 .806
Based on Median .007 1 42 .933
Hasil
Based on Median and with adjusted df .007 1 41.014 .933
Based on trimmed mean .016 1 42 .901
Sumber: Data Primer diolah, 2022

Berdasarkan tabel 4.4 output SPSS Versi 21 di atas untuk uji homogenitas

Posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol di atas diketahui bahwa nilai

signifikan sebesar 0,806 > 0,05, dimana nilai signifikan lebih besar dari 0,05,
78

maka dapat dinyatakan bahwa varian data posttest kelas eksperimen dan kelas

kontrol adalah sama atau homogen.

3. Uji Hipotesis

Adapun bentuk hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

H0 : μ1 < μ2 , Tidak terdapat pengaruh Model Pembelajaran Learning

Starts With A Questions Terhadap Kemampuan Analitik

Thinking Siswa Pada Mata Pelajaran IPA materi

Komponen Ekosistem Kelas V MIN 1 Gayo Lues.

H1 = μ1 > μ2 , Terdapat pengaruh Model Pembelajaran Learning

Starts With A Questions Terhadap Kemampuan

Analitik Thinking Siswa Pada Mata Pelajaran IPA

materi Komponen Ekosistem Kelas V MIN 1 Gayo

Lues.

Uji perbedaan rata-rata yang dilakukan yaitu dengan uji-t menggunakan

bantuan Software SPSS 21 for windows. Adapun kriteria pengujian didapat dari

daftar distribusi t dengan dk = (n1 +n 2−2 ¿ dan peluang (1 – α ¿. Taraf signifikan

yang digunakan dalam penguji ini adalah α = 0,05. Dengan demikian karena

digunakan uji pihak kanan, maka kriteria pengambilan keputusan adalah:

Jika thitung ≥ ttabel, maka H0 ditolak, H1diterima.

Jika thitung <ttabel, maka H0 diterima, H1ditolak


79

Adapun Uji hipotesis dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut ini:

Tabel 4.5. Uji hipotesis Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol


Independent Samples Test
Levene's Test for t-test for Equality of Means
Equality of
Variances
F Sig. t df Sig. (2- Mean Std. Error 95% Confidence
tailed) Difference Difference Interval of the
Difference
Lower Upper
Equal variances .061 .806 6.292 42 .000 23.864 3.793 16.209 31.518
assumed
Hasil
Equal variances not 6.292 41.805 .000 23.864 3.793 16.208 31.519
assumed
Sumber: Data Primer diolah, 2022

Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat bahwa hasil perhitungan perbedaan

rata-rata data posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan menggunakan

uji-t dengan taraf signifikansi two tailed didapatkan nilai P-value (Sig.2-tailed) =

0,000. Kondisi demikian menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1 di terima atau

terdapat perbedaan kemampuan akhir antara kelas eksperimen dan kelas kontrol

diterima. Hal ini didasarkan pada nilai P-value (Sig.(2-tailed)) yang didapat yang

nilainya kurang dari α = 0,05.

Selanjutnya untuk nilai ttabel berlaku dk = (n1 +n 2−2 ¿ , maka dk = 22 + 22

– 2 = 42, maka berdasarkan tabel t dengan taraf eror 5% diperoleh nilai ttabel =

2.018, dengan demikian terdapat pengaruh Model Pembelajaran Learning Starts

With A Questions Terhadap Kemampuan Analitik Thinking Siswa Pada Mata

Pelajaran IPA materi Komponen Ekosistem Kelas V MIN 1 Gayo Lues karena

thitung > ttabel = 6.292 > 2.018 , maka H0 diterima, H1ditolak.

4.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian data yang diperoleh dan dianalisis serta

dilakukan pengujian hipotesis, ternyata kemampuan berpikir analitis siswa yang


80

diajarkan menggunakan model pembelajaran Learning Starts With A Questions

lebih baik dibandingkan dengan siswa yang diajarkan secara konvensional pada

materi IPA di MIN 1 Gayo Lues. Hal ini sesuai dengan hasil pengujian data yang

menunjukkan bahwa nilai rata-rata untuk kelas eksperimen X1 = 78,86, dan untuk

rata-rata kelas control X2 = 55,00. Dari kedua nilai rata-rata tersebut terlihat

adanya perbedaan yang cukup berarti dan untuk mengetahui bahwa rata-rata

terdapat perbedaan secara signifikan atau tidak maka dilakukan uji hipotesis.

Sebelum dilakukannya uji hipotesis, maka sebelumnya data akan

dilakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Berdasarkan

hasil pretes pada analisis data kuantitatif dari kedua kelas berdistribusi normal

karena hasil yang di dapatkan untuk kelas eksperimen memiliki nilai signifikan

adalah 0,247 > 0,05, begitu juga untuk kelas kontrol memiliki nilai signifikan

sebesar 0,292 > 0,05, maka dapat disimpukan bahwa nilai berdistribusi normal.

Berdasarkan kajian di atas, maka dilakukan tindak lanjut dengan

memberikan perlakukan kepada kelas eksperimen dengan menggunakan model

pembelajaran Learning Starts With A Questions (LSQ) berbantu dan untuk kelas

kontrol hanya menggunakan tanpa media pembelajaran Learning Starts With A

Questions (LSQ). Diakhir tindakan peneliti membagikan tes akhir (posttest),

sehingga berdasarkan analisis data kuantitatif dari nilai posttest di dapatkan kedua

kelas berdistribusi normal karena hasil yang di dapatkan untuk kelas eksperimen

memiliki nilai signifikan adalah 0,074 > 0,05, begitu juga untuk kelas kontrol

memiliki nilai signifikan sebesar 0,106 > 0,05, maka dapat disimpukan bahwa

data berdistribusi normal. Selanjutnya untuk pengujian homogenitas pada hasil


81

posttest diperoleh nilai signifikan sebesar 0,806 > 0,05, maka dapat dinyatakan

bahwa varian data posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sama atau

homogen.

Pengujian hipotesis untuk mengetahui pengaruh terhadap penerapan model

pembelajaran Learning Starts With A Questions (LSQ) dari kedua kelas, maka

peneliti menggunakan uji-t dengan taraf signifikan two tailed, sehingga

didapatkan nilai P-value (Sig.2-tailed) = 0,000 kurang dari α = 0,05, Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh model pembelajaran Learning

Starts With A Questions (LSQ) terhadap kemampuan analitik thinking IPA siswa

kelas V MIN 1 Gayo Lues karena thitung > ttabel = 6.292 > 2.018, maka H0 ditolak

dan H1 diterima.

Adanya perbedaan kemampuan bepikir analitis antara kelompok

eksperimen dan kontrol dikarenakan penggunaan model pembelajaran Learning

Starts With A Questions (LSQ). Menurut Agus Suprijono, berpendapat bahwa,

Model pembelajaran Learning Starts With A Question (LSQ), dalam proses

pembelajarannya siswa diminta untuk mempelajari materi pelajaran yaitu dengan

membaca terlebih dahulu.1

Menurut Silberman pembelajaran yang diawali dari pengajuan pertanyaan

merupakan proses mempelajari hal baru akan lebih efektif jika peserta didik dalam

kondisi aktif, bukan reseptif. Dengan menciptakan kondisi pembelajaran seperti

1
N. I. N Iskandar, EYAY Amran, and E Erviyenni, “Penerapan Metode Pembelajaran
Aktif Learning Starts With a Question (Lsq) Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada
Pokok Bahasan Struktur Atom Di Kelas X Sma Negeri 11 Pekanbaru” (2015): 1–8,
https://www.neliti.com/publications/183134/penerapan-metode-pembelajaran-aktif-learning-starts-
with-a-question-lsq-untuk-me.
82

ini adalah dengan menstimulir siswa untuk menyelidiki atau mempelajari sendiri

materi pelajaran- pelajaran, tanpa penjelasan terlebih dahulu dari guru.2

Melalui penerapan model pembelajaran Learning Starts With A Questions

(LSQ), maka berpikir analitis siswa dikerahkan untuk bisa digunakan dalam

proses pembelajaran khususnya pelajaran IPA pada materi ekosistem. Pada

dasarnya berpikir analitis memiliki ciri menundukkan satu situasi, masalah subjek

atau keputusan pada pemeriksaan yang ketat dan langkah demi langkah yang

logis, menguji pemasalahan hingga kepada akar permasalahan, menimbang dan

memutuskan atas dasar logika dan menjejaki bias yang mungkin muncul.

Penggunaan pemikiran analitis adalah dalam mengambil keputusan, memecahkan

masalah, menganalisis serta menilai situasi.3 Kemampuan analisis ini mencakup

tiga proses yaitu siswa dapat membedakan unsur informasi yang relevan,

mengidentifikasi hubungan antara unsur yang relevan, dan menentukan sudut

pandang tentang tujuan dalam mempelajari suatu informasi.4

Hasil penelitian di atas tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan

Refirman, dkk yang menyatakan bahwa tidak ada efek dariLearning Start with a

Question (LSQ) tentang berpikir analitis siswa dalam tema pelajaran sistem saraf.5

Begitu halnya dengan penelitian yang dilakukan Sabrina yang menyatakan bahwa

2
Eka Fitri Puspa Sari, “Pengaruh Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika
Mahasiswa Melalui Metode Pembelajaran Learning Starts With A Question,” Mosharafa: Jurnal
Pendidikan Matematika 6, No. 1 (August 24, 2018): 25–34,
Https://Journal.Institutpendidikan.Ac.Id/Index.Php/Mosharafa/Article/View/Mv6n1_3.
3
Marini M. R., “Analisis Kemampuan Berpikir Analitis Siswa Dengan Gaya Belajar Tipe
Investigatif Dalam Pemecahan Masalah Matematika Fakultas,” Artikel Ilmiah (2014): 1–10,
https://docplayer.info.
4
Handayani And Dewanti, “Peningkatan Kemampuan Analisis Melalui Strategi PQ4R
(Preview, Question, Read, Recite, Reflect, Review) Pada Pembelajaran IPA Sekolah Dasar.”
5
Refirman, dkk, Pengaruh Learning Start With a Question (LSQ) terhadap Berpikir
Analisis Siswa pada Materi Sistem saraf. Jurnal Pendidikan Biologi, Vol. 9, No. 1. (2016):34-39.
83

pengujian hipotesis menggunakan Uji Mann-Whitney menunjukkan hasil terima

Ho pada α 0,05. Hal ini berarti tidak terdapat Pengaruh Learning Start with a

Question (LSQ) terhadap berpikir analisis siswa pada materi sistem saraf.6

Adapun temuan positif yang peneliti temukan dalam penerapan model

pembelajaran Learning Starts With A Questions (LSQ) untuk meningkatkan

kemampuan berpikir analitis siswa yaitu tumbuhnya kerjasama siswa dalam

proses pembelajaran yang lebih efisien. Dalam hal ini siswa yang kurang mampu

dalam pembelajaran maka kawan yang mampu tanpa diminta akan dengan

sendirinya ikut membantu, tidak hanya itu antara siswa saling berkompetensi

dalam menyelesaikan soal yang ada, jadi tidak banyak siswa yang hanya duduk

diam saja. Namun anak-anak harus tetap dimotivasi agar terarah sesuai dengan

tujuan pembelajaran.

Selain hal yang positif maka yang negatif juga peneliti temukan dari siswa

perempuan yang paling pintar dikelas, maka kegiatan pembelajaran lebih

didominasi olehnya, dan ketika peneliti meminta siswa yang lain untuk maju,

maka siswa tersebut marah dan membanting bukunya, namun hal tersebut bisa

diatasi dari bantuan guru kelas yang memberikan pemahaman bahwa

pembelajaran itu tidak harus di tonjolkan bahwa sudah mampu menguasainya

dengan maju kedepan kelas, namun dengan membantu teman lain yang kurang

mampu juga akan terlihat kalau ilmu yang diperoleh memberikan manfaat kepada

orang lain.

6
Sabrina Hasanah. Pengaruh Learning Start with a Question (LSQ) terhadap berpikir
analisis siswa pada materi sistem saraf. Skripsi. (Jakarta: Program Studi Pendidikan Biologi,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Jakarta. 2016).

Anda mungkin juga menyukai