Anda di halaman 1dari 76

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK DALAM PEMBELAJARAN

TEMATIK TERPADU MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE LEARNING

TIPE TALKING STICK DI KELAS IV SDN 23 GUGUAK RANDAH

KABUPATEN AGAM

PROPOSAL

OLEH
SESRA FITRI
NPM . 1910013411051

Dosen Pengampu :
Dra. Zulfa Amrina, M.Pd.

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

UNIVERSITAS BUNG HATTA

2021/2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan hal yang penting dalam membangun peradaban

bangsa. Pendidikan adalah satu-satunya aset untuk membangun sumber daya

manusia yang berkualitas. Lewat pendidikan bermutu, akan dapat menjunjung

tinggi martabat bangsa dan negara di mata dunia. Pendidikan tidak terlepas dari

kurikulum yang telah dirancang, disusun serta ditetapkan oleh pemerintah yang

berpengaruh terhadap kualitas pendidikan sebuah negara.

Di Indonesia demi menunjang pendidikan yang bermutu dan berkualitas di

rumuskanlah kurikulum 2013. Kurikulum 2013 dirumuskan dan dikembangkan

guna menyempurnakan pola pikir serta menghasilkan lulusan sekolah yang lebih

cerdas, aktif, kreatif, inovatif, serta memiliki kepercayaan diri yang tinggi sebagai

individu yang akan terus berkembang.

Kurikulum 2013 merupakan penyempurna dari kurikulum sebelumnya,

semua tingkatan kelas pada Sekolah Dasar menggunakan pendekatan tematik yang

mana proses pembelajaran dikelas dilakukan melalui kegiatan saintifik. Pada

kurikulum 2013 ini lebih menekankan pembelajaran dengan student center dimana

Peserta didik dituntut lebih aktif dan guru yang pasif berbanding terbalik

dengan kurikulum sebelumnya.


Pada tingkat sekolah dasar, pelaksanaan kurikulum 2013 saat ini sudah

diberlakukan pada setiap tingkatan kelasnya, yang meliputi kelas I, II, III, IV, V,

dan VI. Pendekatan pembelajaran yang digunakan pada kurikulum 2013 adalah

Pembelajaran tematik terpadu. Pembelajaran tematik terpadu merupakan

pendekatan pembelajaran yang menggunakan tema sebagai fokus utamanya guna

memberikan pengalaman yang bermakna bagi setiap Peserta didik .

Pembelajaran tematik terpadu disajikan dalam bentuk tema dengan

memadukan konsep dari beberapa mata pelajaran. Hal ini dijelaskan dalam

Kemendikbud (2014) bahwa anak usia sekolah dasar berada pada tahap operasional

kongkret. Dengan demikian konsep pembelajaran akan tertanam dengan baik.

Pemilihan materi yang disajikan harus berkaitan dengan kehidupan sehari-hari dan

disesuaikan dengan lingkungan sehingga Peserta didik akan lebih mudah

mengerti dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan. Keuntungan pendekatan

tematik terpadu dalam pembelajaran yaitu dapat memberikan pembelajaran yang

bermakna bagi Peserta didik dan menciptakan suasana belajar yang

menyenangkan. Majid (2014:87) menyebutkan bahwa pembelajaran tematik

terpadu adalah pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu.

Majid (2014:89) juga menyebutkan karakteristik pembelajaran tematik terpadu

antara lain yaitu : 1) Berpusat pada Peserta didik , 2) Memberikan pengalaman

langsung, 3) Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas, 4) Menyajikan konsep

dari berbaga mata pelajaran, 5) Bersifat fleksibel, 6) Menggunakan prinsip belajar

ambil bermain dan menyenangkan 7) Guru jarang menggunakan rpp saat mengajar
8) RPP yang digunakan masih belum sesuai dengan kaidah penulisan RPP yang

benar.

Hasil belajar merupakan tolak ukur untuk menentukan tingkat keberhasilan

Peserta didik dalam memahami konsep dalam belajar, dimana hasil belajar ini

dapat dilihat dari kemampuan Peserta didik dalam memahami materi yang

disampaikan guru dalam pembelajaran, yang terwujud melalui perubahan sikap,

sosial, dan emosional Peserta didik . Sebagaimana yang dikemukakan oleh

Indrawati (2015:41) hasil belajar adalah pengetahuan, tingkah laku, keterampilan

atau kemampuan yang diperoleh Peserta didik setelah menerima pengalaman

belajar dan mampu menerapkannya dalam kehidupan.

Pembelajaran tematik terpadu juga bertujuan untuk memberikan

pemahaman secara lebih mendalam, bermakna dan berkesan kepada Peserta

didik , memberi kesempatan anak untuk menjadi pelaku utama dalam proses

pembelajaran, aktivitas belajar yang menyenangkan serta media yang bervariasi.

Sehingga pelajaran yang diberikan terhadap Peserta didik dapat memberikan

hasil belajar yang baik dan sesuai dengan yang diharapkan.

Berdasarkan hasil observasi yang penulis lakukan pada tanggal 05 April

2022 di kelas IV SDN 23 Guguak Randah Kabupaten Agam. Akan tetapi kenyataan

yang penulis temukan di lapangan tidak sesuai dengan yang di harapkan dalam

pembelajaran tematik terpadu, dimana masih terjadi berbagai kendala, kendala

yang terjadi tidak hanya dari Peserta didik tetapi juga dari guru. Penulis

mengamati Peserta didik di dalam kelas cenderung pasif saat belajar, hal ini
dikarenakan guru kurang melibatkan Peserta didik dalam proses pembelajaran

dan guru masih menerapkan metode konvensional. Dimana prinsip Peserta didik

belajar aktif masih belum terlihat. Proses pembelajaran yang demikian membuat

kegiatan belajar mengajar hanya berpusat pada materi yang disampaikan oleh guru

tanpa ada umpan balik dari Peserta didik , sehingga Peserta didik kurang

terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Lalu pada Rencana Pelaksanaan

Pembalajaran (RPP), penelitti menemukan guru terlihat tidak menggunakan rpp

saat mengajar, lalu guru tidak mengambangkan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP), karena terlihat persis dengan yang ada di buku guru, RPP

yang digunakan masih belum sesuai dengan kaidah penelitian RPP yang benar.

RPP harusnya sesuatu yang harus di siapkan oleh guru dengan langkah-langkah

yang harusnya juga dikembangkan oleh guru dimana RPP merupakan salah satu

pengorganisasian mencapai sutu kompetensi dasar atau lebih (Majid,2014). Dari

permasalahan yang muncul di atas membawa pengaruh terhadap hasil belajar

peserta didik. Nilai peserta didik pada ujian tengah semeser 1 sebagai berikut :
Tabel 1.1 Penilaian Tengah Semester (PTS) I Kelas IV

Tahun Ajaran 2021/2022 SDN 23 Guguak Randah Kab Agam

Nama
Nilai Ketuntasan
pesert PK MT SBd KB
No. B.I IPA IPS Jml RR
a N K P M Tidak
didik Tuntas
tuntas
8 76
1 
AZ 70 6 65 75 60 90 446 74
6 76
2 
HMG 57 8 60 68 53 65 371 62
7 76
3 
IY 65 1 69 70 71 88 434 72
7 76
4 71 60 55 60 75 400 67 
KIH 9
8 76
5 
MF 56 2 60 75 76 79 428 71
9 76
6 
MA 77 8 97 90 76 90 528 88
7 76
7 
MFM 80 8 88 86 80 90 502 83
5 76
8 
MR 69 9 68 80 71 77 424 71
8 76
9 
NS 75 9 80 79 76 88 487 81
8 76
10 
NAD 60 4 82 85 91 88 490 82
8 76
11 
NFS 79 9 60 71 59 82 440 73
7 76
12 
RR 65 0 55 80 80 68 418 70
8 76
13 
SR 76 5 88 79 85 70 483 81
7 76
14 
ZR 70 5 49 50 50 67 361 60
7 76
15 
WA 60 5 60 70 60 76 401 67
Persentase Ketuntasan 33,33% 66,67%
Sumber: Data Sekunder SDN 23 Guguak Randah Kab Agam T.A 2021/2022
Data yang diperoleh menunjukkan perolehan nilai peserta didik masih

di bawah kriteria belajar minimal (KBM). Dimana jumlah peserta didik yang

mencapai KBM 76 sebanyak 5 Peserta didik dengan persentase ketuntasan

33,33% dari jumlah keseluruhan 15 Peserta didik , sedangkan 10 peserta didik

dengan persentase ketuntasan 66,67% dari jumlah keseluruhan belum dapat

mencapai KBM. Sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata peserta didik

masih banyak yang belum mencapai KBM yang diharapkan. Jika masalah tersebut

tidak diatasi maka akan berdampak buruk bagi Peserta didik .

Untuk mengatasi permasalahan di atas tentunya perlu adanya perbaikan

dan tindak lanjut, salah satunya dengan pembaharuan model pembelajaran, maka

dari itu peneliti tertarik menggunakan model Cooperative Learning tipe Talking

Stick pada Pembelajaran Tematik Terpadu.

Menurut Huda (2014) Model Cooperative Learning tipe Talking Stick

adalah metode pembelajaran menggunakan tongkat sebagai alat bantu guru untuk

mengajukan sebuah pertanyaan kepada peserta didik sehingga menimbulkan

suasana yang menyenangkan. Tongkat lalu di gilirkan bagi peserta didik yang

mendapatkan tongkat tersebut akan di beri pertanyaan dan wajib di jawab, lalu

secara estafet tongkat tersebut berpindah ke tangan Peserta didik lain bergiliran,

demikian seterusnya sampai seluruh Peserta didik mendapatkan tongkat dan

pertanyaan.

Jadi, Model pembelajaran Cooperative tipe Talking Stick ini adalah metode

penlitian yang menyenangkan bagi peserta didik dan membuat peserta didik bisa
belajar sambil bermain dan menuntut Peserta didik untuk dapat aktif, percaya

diri mengemukakan pendapat, juga pada metode ini peserta didik diberi kebebasan

bergerak dan bertindak menghindari unsur-unsur perintah dan keharus paksaan

sepanjang tidak merugikan bagi Peserta didik dengan maksud untuk

menumbuhkan dan mengembangkan rasa percaya diri.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis ingin melakukan

perbaikan terhadap proses pembelajaran melalui penlitian tindakan kelas dengan

judul “ Peningkatan Hasil Belajar Peserta didik Dalam Pembelajaran

Tematik Terpadu Menggunakan Model Cooperative Learning Tipe Talking

Stick di Kelas IV SDN 23 Guguak Randah Kabupaten Agam”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka

permasalahan yang dapat diidentifikasi adalah masalah sebagai berikut:

1. Guru membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tematik

terpadu untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik

2. Pembelajaran masih berfokus pada guru

3. Peserta didik merasa kesulitan dengan materi yang sedikit di buku

pembelajaran tematik terpadu

4. Siswa dapat meningkatkan hasil belajar pada pembelajaran tematik

terpadu dengan menggunakan model Cooperative Learning tipe Talking

Stick di kelas IV SDN 23 Guguak Randah Kabupaten Agam?


C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, secara umum rumusan

masalahnya adalah “Bagaimana peningkatan hasil belajar peserta didik pada

pembelajaran tematik terpadu menggunakan model Cooperative Learning tipe

Talking Stick di kelas IV SDN 23 Guguak Randah Kabupaten Agam?”

Secara khusus, rumusan masalah dalam penlitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimanakah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tematik terpadu

untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik dengan menggunakan model

Cooperative Learning tipe Talking Stick di kelas IV SDN 23 Guguak Randah

Kabupaten Agam?

2. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran tematik terpadu untuk meningkatkan

hasil belajar peserta didik dengan menggunakan model Cooperative Learning

tipe Talking Stick di kelas IV SDN 23 Guguak Randah Kabupaten Agam?

3. Bagaimanakah peningkatan hasil belajar peserta didik pada pembelajaran

tematik terpadu dengan menggunakan model Cooperative Learning tipe

Talking Stick di kelas IV SDN 23 Guguak Randah Kabupaten Agam?

D. Tujuan Penlitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, secara umum tujuan penlitian ini

mendeskripsikan Peningkatan Hasil Belajar Peserta didi Pada Pembelajaran


Tematik Terpadu dengan Menggunakan Model Cooperative Learning tipe Talking

Stick di kelas IV SDN 23 Guguak Randah Kab Agam. Secara khusus penlitian ini

bertujuan untuk mendeskripsikan :

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tematik terpadu untuk meningkatkan

hasil belajar peserta didik dengan menggunakan model Cooperative Learning

tipe Talking Stick di Kelas IV SDN 23 Guguak Randah Kabupaten Agam.

2. Pelaksanaan pembelajaran tematik terpadu untuk meningkatkan hasil belajar

peserta didik dengan menggunakan model Cooperative Learning tipe Talking

Stick di Kelas IV SDN 23 Guguak Randah Kabupaten Agam.

3. Peningkatan hasil belajar peserta didik pada pembelajaran tematik terpadu

dengan menggunakan model Cooperative Learning tipe Talking Stick di Kelas

IV SDN 23 Guguak Randah Kabupaten Agam.

D. Manfaat Penlitian

Secara teoritis, penlitian ini dapat dijadikan bahan referensi tambahan bagi

penliti yang akan mengadakan kajian tentang penggunaan model pembelajaran

Talking Stick dan hasil belajar Peserta didik. Selain itu hasil penlitian ini

diharapkan dapat menjadi bantuan untuk meningkatkan pembelajaran tematik

terpadu bagi peserta didik sekolah dasar.

Secara praktis, hasil penlitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi

berbagai pihak antara lain:

1. Bagi penulis, untuk menambah wawasan dan pengetahuan peneliti mengenai

pembelajaran tematik terpadu serta penerapan tematik terpadu dengan


menggunakan model Cooperative Learning tipe Talking Stick, serta merupakan

salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana (S1).

2. Bagi guru, juga dapat sebagai bahan masukan dalam rangka penyempurnaan

proses pembelajaran yang akan dilakukan dan dapat memperkaya model-model

pembelajaran dalam tematik terpadu di Sekolah Dasar (SD).

3. Bagi Sekolah, penlitian ini diharapkan dapat menjadi kontribusi yang positif

untuk meningkatkan kualitas serta mutu pendidikan di SDN 23 Guguak Randah

Kabupaten Agam.
BAB II

KAJIAN DAN KERANGKA TEORI

A. Kajian Teori

1. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Menurut Sudjana (2014:45) hasil belajar adalah

kemampuan-kemampuan yang dimiliki Peserta didik setelah menerima

pengalaman belajarnya, dan hasil belajar juga merupakan tolak ukur yang

digunakan untuk menentukan tingkat keberhasilan Peserta didik dalam

memahami konsep dalam belajar. Apabila telah terjadi perubahan tingkah

laku kearah yang lebih baik pada diri seseorang, maka seseorang dapat

dikatakan telah berhasil dalam belajar.

Hamalik (2011:159) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah

keseluruhan kegiatan pengukuran (pengumpulan data dan informasi),

pengolahan, penafsiran dan pertimbangan untuk membuat keputusan tentang

tingkat hasil belajar yang dicapai oleh Peserta didik setelah melakukan

kegiatan belajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan.

Kegiatan pembelajaran dikatakan berhasil apabila mencapai KBM yang

ditetapkan.
Dari pendapat ahli di atas dapat di simpulkan bahwa hasil belajar adalah

kemampuan atau pencapaian Peserta didik setelah menerima pembelajaran.

Juga hasil belajar adalah tolak ukur yang di gunakan untuk menentukan tingkat

keberhasilan Peserta didik mencapai tujuan pembelajaran. Hasil belajar ini

juga dapat terlihat dari sikap dan keterampilan peserta didik dalam

mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata sehari-hari seperti memecahkan

masalah yang muncul.

b. Jenis – Jenis Hasil Belajar

Pada hakikatnya jenis belajar dalam kurikulum 2013 sama dengan

kurikulum sebelumnya, yakni berupa sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

Namun, kurikulum 2013 mengedepankan penilaian autentik, sehingga hasil

belajarnya juga autentik bukan hanya berdasarkan hasil akhir saja.

Widoyoko (2014:23) mengemukakan bahwa hasil belajar yang dinilai

dalam kurikulum 2013 mencakup aspek sikap, pengetahuan, dan

keterampilan. Berikut ini penjelasannya :

1) Aspek Sikap

Sikap peserta didik dalam setiap pembelajaran memiliki pengaruh

yang besar terhadap keberhasilan peserta didik dalam memperoleh hasil

belajar yang baik. Sama seperti pendapat Stinggins dalam Widoyoko

(2014) bahwa peserta didik yang memiliki sikap positif memiliki peluang

yang lebih baik dari pada peserta didik yang memiliki sikap negatif.
Sedangkan Muhajir dalam Wiyoko (2014:49) berpendapat bahwa

sikap merupakan kecendrungan afeksi suka atau tidak suka pada suatu

objek. Sejalan dengan Johnson dan Johnson dalam Wiyoko (2014:49)

mengemukakan bahwa sikap adalah reaksi positif ataupun negatif

terhadap objek manusia ataupun ide.

Dari pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa sikap

adalah reaksi seseorang saat menghadapi suatu objek. Aspek sikap dalam

kurikulum 2013 terdapat pada Kompetensi Inti (KI) 1 dan 2. KI 1 untuk

sikap spiritual dan KI 2 untuk sikap sosial.

2) Aspek Pengetahuan

Anderson dan Krathwohl dalam widoyoko (2014:24) berpendapat

bahwa pengetahuan memiliki dua dimensi yaitu dimensi pengetahuan dan

dimensi proses kognitif. Menurut Bloom, ranah pengetahuan berkenaan

dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yaitu

mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan

menciptakan. Aspek pertama masih termasuk pengetahuan tingkat rendah,

dan aspek kedua sampai keenam menggunakan pengetahuan tingkat tinggi.

Dalam penlitian ini, penliti memakai aspek C1,C2, C3 dan C4 yaitu

mengingat, memahami, menerapkan, dan menganalisis. Aspek

pengetahuan pada kurikulum 2013 terdapat dalam KI 3.


3) Aspek Keterampilan

Aspek keterampilan berkaitan dengan tindakan atau kemampuan

melakukan sesuatu. Menurut Bloom dalam Sudjana (2009:22) aspek

keterampilan berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan

kemampuan bertindak.

Menurut Kunandar (2014:255) hasil belajar keterampilan tampak

dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu.

Aspek keterampilan dalam kurikulum 2013 terdapat pada KI 4.

Aspek keterampilan dapat dilihat dengan cara sebagai berikut: (1)

unjuk kerja atau praktik, adalah suatu penilaian yang meminta Peserta

didik untuk melakukan suatu tugas pada situasi yang sesungguhnya

yang mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan, (2)

proyek, merupakan penilaian terhadap tugas yang mengandung investigasi

dan harus diselesaikan dalam waktu tertentu, (3) portofolio, merupakan

penilaian sekumpulan karya Peserta didik yang tersusun secara

sistematis dan terorganisasi yang dilakukan selama kurun waktu tertentu

(Rusman, 2015:287-291).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

jenis jenis hasil belajar Peserta didik meliputi tiga aspek, yaitu aspek

penilaian sikap, aspek penilaian pengetahuan, dan aspek penilaian

keterampilan.
2. Hakikat Pembelajaran Tematik Terpadu

a. Pengertian Tematik Terpadu

Pembelajaran tematik terpadu merupakan suatu pendekatan dengan

menghubungkan dan mengaitkan materi dalam berbagai bidang studi ke

dalam suatu tema. Majid (2014:86) berpendapat bahwa, pembelajaran

tematik terpadu adalah pembelajaran yang menggunakan tema sebagai

pemersatu materi dalam beberapa mata pelajaran. Sejalan dengan pendapat

Rusman (2016:139), menjelaskan bahwa pembelajaran tematik terpadu

merupakan pembelajaran yang disajikan dalam bentuk tema-tema

berdasarkan beberapa mata pelajaran yang dipadukan. Tema merupakan

wadah untuk mengenalkan konsep materi pada Peserta didik secara

menyeluruh.

Ahmadi, dkk. (2014), juga menyatakan tematik terpadu adalah

pembelajaran terpadu menggunakan sebuah tema untuk mengaitkan

beberapa mata pelajaran supaya memberikan pembelajaran yang bermakna.

Daryanto (2014:81) mengemukakan bahwa pembelajaran tematik

terpadu merupakan pendekatan yang mengintegrasikan berbagai kompetensi

dari berbagai mata pelajaran kedalam suatu tema.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran tematik terpadu merupakan pendekatan pembelajaran yang

menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga

dapat memberikan pengalaman bermakna kepada peserta didik .


b. Karakteristik Pembelajaran Tematik Terpadu

Pembelajaran tematik terpadu juga memiliki beberapa karakteristik.

Menurut Majid (2014: 89-90) pembelajaran tematik terpadu memiliki

karakteristik- karakteristik sebagai berikut:


1). Berpusat pada Peserta didik , 2). Memberikan pengalaman langsung,
3). Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas, 4). Menyajikan konsep
dari berbagai mata pelajaran, 5). Bersifat fleksibel, 6). Menggunakan
prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan.

Menurut, Ahmadi (2014:91) pembelajaran tematik integratif memiliki

karakteristik sebagai berikut:


(1) Berpusat pada Peserta didik , (2) memberikan pengalaman langsung,
(3) pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas, (4) menyajikan konsep
dari berbagai bidang studi dalam suatu proses dalam pembelajaran, (5)
bersifat luwes (fleksibel) dan (6) hasil pembelajaran dapat berkembang
sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.

Sedangkan Depdikbud, 1996 (dalam Trianto,2014: 61) pembelajaran

terpadu sebagai prosesmempunyai beberapa karakteristik yaitu: 1). Holistik,

2). Bermakna, 3). Otentik, 4). Aktif.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan

karakteristik pebelajaran tematik terpadu yaitu 1). Pembelajaran berpusat

pada peserta didik , 2).Pemisahan materi pembelajaran tidak begitu jelas,

3).Bersifat fleksibel, 4).Menyajikan konsep dari berbagai bidang studi dalam

satu proses pebelajaran, 5).Berprinsip belajar sambil bermain dan

menyenangkan.
c. Tujuan Pembelajaran Tematik Terpadu

Tujuan pembelajaran tematik terpadu menurut Kemendikbud

(2013:193) sebagai berikut :


1) Mudah memusatkan perhatian pada satu tema atau topik tertentu,
2)Mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi
mata pelajaran dalam tema yang sama, 3) Memiliki pemahaman terhadap
materi pembelajaran lebih mendalam dan berkesan, 4) Mengembangkan
kompetensi berbahasa lebih baik dengan mengaitkan berbagai mata
pelajaran lain dengan pengalaman pribadi Peserta didik, 5) Lebih
bergairah belajar karena mereka dapat berkomuikasi dalam situasi nyata,
seperti bercerita, bertanya, menulis sekaligus mempelajari pelajaran yang
lain, 6) Lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi
disajkan dalam konteks tema yang jelas, 7) Guru dapat menhemat waktu
karena mata pelajaran yang disajikan secara terpadu dapat dipersiapkan
sekaligus dan diberikan dalam 2 atau 3 pertemuan bahkan lebih dan atau
pengayaan, dan 8) Budi pekerti dan moral Peserta didik dapat
ditumbuh kembangkan dengan mengangkat sejumlah nilai budi pekerti
sesuai dengan konsisi dan situasi.

Kemudian, Menurut Majid (2014:92) bahwa ada beberapa kelebihan

pembelajaran tematik terpadu, sebagai berikut :


1) Pengalaman dan kegiatan belajar peserta didik akan selalu relevan
dengan tingkat perkembangan anak; 2) kegiatan yang dipilih dapat
disesuaikan dengan minat dan kebutuhan peserta didik ; 3) seluruh
kegiatan belajar lebih bermakna bagi peserta didik sehingga hasil belajar
akan dapat bertahan lama; 4) pembelajaran terpadu menumbuh
kembangkan keterampilan berpikir dan social peserta didi; 5)
pembelajaran terpadu menyajikan kegiatan yang bersifat pragmatis.
Dengan permasalahan yang sering ditemui dalam kehidupan/lingkungan
riil peserta didik ; 6) pembelajaran terpadu dirancang bersama dapat
meningkatkan kerja sama antarguru bidang kajian terkait, guru dengan
peserta didik, peserta didik dengan peserta didik, peserta didik/guru
dengan narasumber sehingga belajar lebih menyenangkan, belajar dalam
situasi nyata, dalam konteks yang lebih bermakna.
Dari pendapat di atas dapat di simpulkan tujuan pembelajaran tematik

terpadu : 1) mudah memusatkan perhatian pada tema atau topik tertentu, 2)

kegiatan dipilih sesuai kebutuhan peserta didik, 3) kagiatan belajar lebih

bermakna.

d. Kelebihan Pembelajaran Tematik Terpadu

Dalam pelaksanaannya pembelajaran tematik terpadu memiliki

berbagai keunggulan. Majid (2014:92) menyatakan bahwa ada beberapa

kelebihan pembelajaran tematik terpadu, sebagai berikut:

1)Pengalaman dan kegiatan belajar peserta didik akan selalu relevan


dengan tingkat perkembangan anak; 2) kegiatan yang dipilih dapat
disesuaikan dengan minat dan kebutuhan peserta didik; 3) seluruh
kegiatan belajar lebih bermakna bagi peserta didik sehingga hasil
belajar akan dapat bertahan lama; 4) pembelajaran terpadu
menumbuhkembangkan keterampilan berpikir dan social peserta didik ;
5) pembelajaran terpadu menyajikan kegiatan yang bersifat pragmatis.
Dengan permasalahan yang sering ditemui dalam kehidupan/lingkungan
riil peserta didik ; 6) pembelajaran terpadu dirancang bersama dapat
meningkatkan kerja sama antarguru bidang kajian terkait, guru dengan
peserta didik , peserta didik dengan peserta didik, peserta didik/guru
dengan narasumber sehingga belajar lebih menyenangkan, belajar dalam
situasi nyata, dalam konteks yang lebihbermakna.

Menurut Ahmadi, dkk. (2014:95) pembelajaran tematik terpadu

memiliki kelebihan, yakni sebagai berikut :


1) Menyenangkan karena berangkat dari minat dan kebutuhan Peserta
didik , 2) memberikan pengalaman dan kegiatan belajar-mengajar yang
relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak didik, 3) hasil
belajar dapat bertahan lama karena lebih berkesan dan bermakna, 4)
mengembangkan keterampilan berpikir anak didik sesuai dengan
persoalan yang dihadapi, 5) menumbuhkan keterampilan sosial melalui
kerja sama, 6) mememiliki sikap toleransi, komunikasi, dan tanggap
terhadap gagasan orang lain, 7) menyajikan kegiatan yang bersifat nyata
sesuai dengan persoalan yang dihadapi dalam lingkungan anak didik.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran tematik terpadu memiliki berbagai keunggulan yaitu mampu

meningkatkan kerja sama antar guru dengan guru, guru dengan peserta didik,

Peserta didik dengan peserta didik, Peserta didik atau guru dengan

narasumber sehingga belajar lebih menyenangkan, belajar dalam situasi

nyata dan sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik, dan dalam

konteks yang lebih bermakna.

3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

a. Pengertian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Perencanaan merupakan bagian yang sangat penting sebelum

melakakukan sesuatu, begitu juga dengan mengajar. Sebelum mengajar,

seorang guru harus membuat sebuah perencanaan, yaitu Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Karena pada dasarnya RPP akan

menentukan kualitas pembelajaran secara keseluruhan.

Menurut Mulyasa (2014:213) rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

merupakan perencanaan jangka pendek untuk memperkirakan dan

memproyeksikan tentang apa yang akan dilakukan guru dalam pembelajaran

dan pembentukan kompetensi peserta didik. Trianto (2011) juga berpendapat

rencana pelaksanaan pembelajaran bisa menjadi panduan langkah-langkah

yang akan digunakan guru dalam kegiatan pembelajaran .


RPP juagg dapat di artikan sebagai rencana yang menangggambarkan

suatu prosedur pembelajaran dimana nantinya agar mampu mencapai KD

dalam standar isi lalu dijabarkan dalam bentuk silabus (Majid, 2014).

Jadi dapat dikatakan bahwa rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

merupakan persiapan yang harus dibuat oleh seoranng guru sebelum

melakukan kegiatan belajar mengajar, yang mana RPP dijadikan sebagai

pedoman melakukan kegiatan pembelajaran untuk mencapai satu atau lebih

kompetensi dasar dalam standar isi.

b. Fungsi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Sebagai suatu perangkat dalam proses pembelajaran, RPP memiliki

fungsi tersendiri. Fungsi rencana pembelajaran ialah dijadikan oleh guru

sebagai pedoman untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar supaya

lebih terarah dan kegiatan belajar nantinya berjalan secara efektif dan efisien

(Kunandar (2011).

Lebih lanjut Mulyasa (2014:156) menyatakan sedikitnya terdapat dua

fungsi RPP, antara lain 1) fungsi perencanaan, rencana pelaksanaan

pembelajaran hendaknya dapat mendorong guru lebih siap melakukan

kegiatan pembelajaran dengan perencanaan yang matang; 2) fungsi

pelaksanaan, untuk mengefektifkan proses pembelajaran sesuai dengan apa

yang direncanakan.
Dapat disimpulkan bahwa fungsi rencana pelaksanaan pembelajaran

adalah sebagai acauan bagi guru untuk melaksanakan proses pembelajaran

supaya dapat berjalan secara efektif.

c. Langkah-langkah Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP)

Guru diberikan wewenang penuh dalam penyusunan RPP untuk

mengembangkan tindakan yang akan dilaksanakan pada proses pembelajaran

berlangsung. Agar rencana yang dibuat guru efektif dan berhasil, dalam

penyusunan RPP seorang guru harus memahami langkah-langkah yang

diperhatikan dalam penyusunnya.

Adapun menurut Kemendikbud (2014:144-146) langkah-langkah

penyusunan RPP adalah dengan menuliskan 1) identitas pembelajaran, 2)

kompetensi dasar, 3) perumusan indikator, 4) tujuan pembelajaran, 5) materi

pembelajaran, 6) sumber belajar 7) media pembelajaran 8) model/metode

pembelajaran, 9) skenario pembelajaran, 10) implementasi PPK berbasis

kelas, 11) rancangan penilaian autentik.

Peneliti akan menggunakan langkah-langkah penyusunan RPP yang

dikemukan oleh Kemendikbud di atas dalam melaksanakan penlitian.


4. Hakikat Model Cooperative Learning tipe Talking Stick

a. Pengertian Model Cooperative Learning

Pembelajaran Cooperative Learning merupakan pembelajaran yang

membagi peserta didik ke dalam beberapa kelompok kecil dimana peserta

didik dilatih untuk saling berbagi pengetahuan, pengalaman serta tanggung

jawab dengan anggota kelompoknya.

Rofiq,dkk Vol 1 No1 (2017) Cooperative Learning adalah kegiatan

belajar mengajar dalam kelompok kecil, peserta didik belajar dan

bekerjasama untuk sampai pada pengalaman belajar yang optimal baik

pengalaman individu maupun kelompok.

Menurut Suprijono (2017) Cooperative Learning adalah sebuah

strategi dimana Peserta didik di dorong untuk peserta didik bekerja

sama.

Sedangkan menurut Sanjaya (2006:239) Cooperative learning

merupakan kegiatan belajar peserta didik yang dilakukan degan cara

berkelompok. Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan

belajar yang dilakukan oleh peserta didik dalam kelompok-kelompok tertentu

untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.

Dari beberapa pendapat di atas dapat di simpulkan bahwa model

cooperaive learning adalah model pembelajaran berkelompok dengan jumlah

kecil agar peserta didik mampu saling bekerja sama untuk mencapai tujuan

pembelajaran yang bermakna baik individu maupun kelompok.


b. Pengertian Model Cooperative Learning tipe Talking Stick

Model Cooperative Learning ini mempunyai berbagai tipe , salah

satunya yaitu tipe Talking Stick. Carol Locust (2006) dalam Huda (2014:224)

Menyebutkan bahwa awal mulanya Talking Stick adalah sebuah metode

yang digunakan oleh penduduk asli Amerika untuk mengajak semua orang

berbicara atau mengemukakan pendapat dalam suatu forum antar suku. Kini

metode ini sudah digunakan sebagai metode pembelajaran di dalam kelas.

Sebagaimana namanya Talking Stick merupakan metode pembelajaran

kelompok dengan bantuan tongkat. Kelompok yang memegang tongkat

terlebih dahulu wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah sebelumnya

telah mempelajari materi, hal ini di lakukan berulang sampai semua Peserta

didik atau kelompok mendpat giliran dalam menjawab pertanyaan.

Huda (2014) menambahkan model Cooperative Learning tipe Talking

Stick ini adalah metode guru dengan bantuan tongkat untuk memberikan

pertanyaan kepada peserta didik sehingga menimbulkan kegiatan

pembelajaran yang menyenangkan.

Sedangkan Menurut pendapat Suprijono (2017:107) Pembelajaran

kooperatif tipe Talking Stick merupakan pembelajaran yang menarik bagi

peserta didik dan mendorong peserta didik untuk berani mengemukakan

pendapat.
Menurut Putu Andika pranata, dkk, (Volume 2, No 4) (2013) Model

pembelajaran Talking Stick adalah suatu model pembelajaran kelompok

dengan bantuan tongkat, kelompok yang memegang tongkat terlebih dahulu

wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah peserta didik mempelajari

materi pokoknya, selanjutnya kegiatan tersebut diulang terus-menerus

sampai semua kelompok mendapat giliran untuk menjawab pertanyaan dari

guru. Berdasarkan pendapat tersebut, pembelajaran Kooperatif tipe Talking

Stick mempunyai ciri penggunaan tongkat. Tongkat tersebut dugunakan

sebagai alat menciptakan suasana pembelajaran sambil bermain.

Menurut Taufina dan Muhammadi ( 2012: 158 - 159) Talking Stick

merupakan model pembelajaran dengan bantuan tongkat, siapa yang

memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah peserta

didik mempelajari materi pokok. Senada dengan Fajri, dkk (Volume 1, No 1)

(2016) Talking stick ialah model pembelajaran dilakukan dengan bantuan

tongkat, siapa yang memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan dari guru

setelah peserta didik mempelajari materi pokoknya

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat di simpulkan model

pembelajaran Cooperative Learning tipe Talking Stick merupakan suatu

model pembelajaran yang menggunakan bantuan tongkat sebagai bahan

utamanya, serta menekankan keterlibatan peserta didik pada proses

pembelajaran untuk berani mengemukakan pendapatnya sehingga Peserta

didik mudah mengingat pelajaran yang di berikan.


c. Langkah- langkah Model Cooperative Learning tipe Talking Stick

Langkah-langkah pembelajaran model cooperative learning tipe

Talking Stick menurut Taufina dan Muhammadi (2012) adalah sebagai

berikut : (1)Guru menyiapkan tongkat,(2)Guru menyampaikan materi pokok

(3) guru menyuruh peserta didik untuk mentup buku (4)Guru mengambil

tongkat, memberikan kepada peserta didik, lalu memberi pertanyaan dan di

jawab oleh peserta didik,(5) Guru memberikan kesimpulan,(6)Refleksi, (7)

Penutup.

Menurut Fajri dkk (Volume 1, No 1) (2016), langkah- langkah

Talking Stick adalah:


(1) guru menyiapkan sebuah tongkat; (2) guru menyampaikan materi
pokok yang akandipelajari, kemudian memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk membaca dan mempelajari materi pada
pegangan/paketnya; (3) setelah selesai membaca buku dan
mempelajarinya, guru mempersilahkan peserta didik untuk menutup
bukunya; (4) guru mengambil tongkat dan memberikan kepada Peserta
didik , setelah itu guru memberikan pertanyaan dan peserta didik
yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian
seterusnya sampai sebagian besar peserta didik mendapat bagian untuk
menjawab setiap pertanyaan dari guru; (5) guru memberikan
kesimpulan; (6) evaluasi; dan (7) penutup.

Sedangkan langkah pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick

menurut Suprijono ( 2017: 128) adalah sebagai berikut :


(1) Guru menjelaskan materi pokok yang akan dipelajari, (2) Peserta
didik diberi kesempatan untuk membaca dan mempelajari materi, (3)
Guru meminta peserta didik untuk menutup bukunya (4 ) Guru
mengambil tongkat yang telah dipersiapakan sebelumnya (5) Tongkat
tersebut diberikan ke salah satu peserta didik dan bergulir ke peserta
didik lainnya sambil diiringi music (6) Peserta didik yang
menerima tongkat tersebut diwajibkan menjawab pertanyaan dari guru
demikian seterusnya. (7) Guru memberikan kesempatan kepada
Peserta didik melakukan refleksi terhadap materi yang telah
dipelajari. (8) Guru memberikan ulasan atas jawaban yang diberikan
Peserta didik (9) Guru dan Peserta didik bersama sama
merumuskan kesimpulan.

Berdasarkan pendapat para ahli yang telah dipaparkan di atas, maka

penliti kan melaksanakan penlitian dengan pembelajaran tematik terpadu

dengan menggunakan langkah-langkah pembelajaran kooperatif model

Talking Stick yang dikemukakan oleh Agus Suprijono ( 2017: 128). Adapun

alasan penliti memilih langkah-langkah tersebut karena langkah-langkah

yang dikemukakan lebih mudah dipahami sehingga memudahkan penliti

dalam melaksanakan penlitian.

d. Kelebihan Model Cooperative Learning tipe Talking Stick

Menurut Suprijono (2017:108) model pembelajaran Talking Stick

memiliki kelebihan dan kekurangan, adapaun kelebihannya sebagai berikut

(1) Menguji kesiapan Peserta didik (2) Melatih membaca dan memahami

dengan cepat (3) Agar lebih giat belajar. Senada dengan Taufina dan

Muhammadi ( 2012: 159) menyatakan kelebihan model pembelajaran Talking

Stick ini adalah: 1). Menguji kesiapan Peserta didik ; 2). Melatih membaca

dan memahami dengan cepat; 3). Agar lebih giat belajar ( belajar dahulu).

Sedangkan Menurut Lisdayanti (Volume 2,No 1) (2014), yaitu

menguji kesiapan Peserta didik ,melatih membaca pada Peserta didik ,

melatih memahami materi dengan cepat, agar lebih giat belajar dahulu,

mengajarkan Peserta didik dalam mengeluarkan pendapat sendiri, agar


Peserta didik berpikir sendiri apa jawaban dari pertanyaan tersebut, dan

mengasah pengetahuan dan pengalaman Peserta didik.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan kelebihan model

cooperative learning tipe Talking Stick yaitu metode pembelajaran yang di

rancang agar Peserta didik berpartisipasi aktif baik dalam kelompok

maupun individu, juga mendorong Peserta didik lebih aktif lagi dalam

mengemukakan pendapat.

5. Penerapan Model Talking Stick dalam Pembelajaran Tematik Terpadu

Pelaksanaan pembelajaran tematik terpadu dengan menggunakan model

Cooperative Learning tipe Talking Stick ini bertujuan untuk membantu Peserta

didik dalam belajar dengan cara berdiskusi dengan teman lalu

mengemukakan pendapat sendiri. Untuk mencapai tujuan tersebut maka peneliti

akan melakasanakan penlitian dengan menggunakan model Cooperative

Learning tipe Talking Stick ini dirancang sesuai dengan pendapat Suprijono

(2017 : 128).

Adapun langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut :

a. Guru menjelaskan materi pokok yang akan dipelajari. Guru memastikan

bahwa materi yang akan di pelajari sudah dipahami dengan baik oleh Peserta

didik sebelum diajukan pertanyaan.

b. Peserta didik diberi kesempatan untuk membaca dan mempelajari materi.

Peserta didik dapat mengulang membaca atau menghafal serta memahami

lagi materi yang sudah dipelajari bersama.


c. Guru meminta Peserta didik menutup bukunya. Guru harus memastikan

bahwa Peserta didik tidak memiliki contekan saat permainan dilakukan.

d. Guru membentuk posisi Peserta didik dengan lingkaran besar , guru juga

harus memastikan kelas tetap terkendali dan tidak kacau.

e. Guru menggambil tongkat yang telah di persiapkan sebelumnya

f. Tongkat tersebut di berikan ke salah satu Peserta didik dan bergulir ke

Peserta didik lainnya sambil diiringi musik.

g. Peserta didik yang menerima tongkat tersebut di wajibkan menjawab

pertanyaan dari guru

h. Guru memberikan kesempatan kepada Peserta didik melakukan refleksi

terhadap materi yang telah di pelajari

i. Guru memberikan ulasan atas jawaban yang diberikan Peserta didik

Penlitian akan dilakukan pada tema 8 yaitu (Daerah Tempat Tinggalku),

dengan subtema 1 (Lingkungan Tempat Tinggalku) pada pembelajaran 3.

Kompetensi-kompetensi dasar yang tergabung dalam materi ini antara lain

adalah muatan PPKn, Bahasa Indonesia dan IPS.

B. Kerangka Teori

Pembelajaran kooperatif model Talking Stick merupakan salah satu

pembelajaran yang memfokuskan Peserta didik untuk belajar secara mandiri

maupun bekerjasama, dengan belajar Peserta didik dapat menyelesaikan suatu

permasalahan sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai, pembelajaran

kooperatif model Talking Stick ini mengarahkan Peserta didik untuk aktif dalam
proses pembelajaran serta mendapatkan hasil belajar yang maksimal. Agar

penggunaan model Talking Stick dalam pembelajaran Tematik Terpadu berjalan

dengan baik, maka seorang guru hendaklah memperhatikan tahap perencanaan,

pelaksanaan dan penilaian (evaluasi) pembelajaran.

Pada kegiatan perencanaan pembelajaran yang harus di lakukan adalah

menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mengenai materi

pembelajaran, RPP merupakan rancangan yang harus disiapkan guru sebelum

melaksanakan pembelajaran. Adapun yang dilakukan dalam menyusun RPP yaitu :

menuliskan 1) Kompetensi Inti, 2) kompetensi dasar dan Indikator 3) Tujuan

pembelajaran, 4) Materi pembelajaran, 5) Pendekatan, metode dan model

pembelajaran, 6) Langkah-langkah pembelajaran, 7) Alat, Media dan Sumber

belajar, 8) Penilaian.

Penggunaan model Cooperative Learning tipe Talking Stick berjalan

dengan baik, apabila guru memperhatikan tahap-tahap berikut :

1. Tahap Perencanaan

Pada tahap perencanaan ini guru melakukan: a) Penyusunan RPP; b)

Media pembelajaran; c) Lembar Kerja Diskusi Kelompok; d) Lembar observasi

2. Tahap Pelaksanaan

Pembelajaran tematik terpadu dengan Model Cooperative Learning tipe

Talking Stick
3. Penilaian

Pada tahap ini dilakukan penilaian, yaitu: a) Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP); b) Pelaksanaan pembelajaran yang terdiri dari aspek guru

dan aspek Peserta didik ; c) Hasil belajar terdiri dari sikap, pengetahuan dan

keterampilan.

Penerapan pembelajaran kooperatif model Talking Stick dapat

meningkatkan hasil belajar Peserta didik pada pembelajaran tematik terpadu

di kelas IV SDN 23 Guguak Randah Kab Agam tahun pelajaran 2021/2022.

Untuk lebih jelasnya digambarkan seperti bagan 2.1 di bawah ini :


Bagan 2.1 Kerangka Teori

Hasil Belajar pada Pembelajaran Tematik Terpadu di Kelas IV


Bagan 2.1 Kerangka Teori
SDN 23 Guguak Randah Kab Agam Masih Rendah

Pelaksanaan
Perencanaan Penilaian
Langkah pembelajaran kooperatif
1. Merencanakan tipe Talking Stick menurut Agus 1. Proses Belajar
Jadwal Penlitian Suprijono ( 2017: 128) adalah - RPP
2. Mengkaji sebagai berikut : - Aktifitas guru
Kurikulum 1. Guru menjelaskan materi pokok dan peserta
Tematik 2013 yang akan dipelajari. didik .
3. Merancang RPP 2. Peserta didik diberi kesempatan 2. Hasil belajar
4. Menentukan untuk membaca dan mempelajari - Sikap (Non
Materi materi. Tes)
Pembelajaran 3. Guru meminta Peserta didik - Pengetahuan
5. Memilih Media untuk menutup bukunya.
6. Membuat LKDK 4. Guru mengambil tongkat yang
7. Membuat soal telah dipersiapakan sebelumnya.
evaluasi beserta 5. Tongkat tersebut diberikan ke
salah satu Peserta didik da
bergulir ke Peserta didik
lainnya sambil diiringi music.
6. Peserta didik yang menerima
tongkat tersebut diwajibkan
menjawab pertanyaan dari guru
demikian seterusnya.
7. Guru memberikan kesempatan
kepada Peserta didik melakukan
refleksi terhadap materi yang
telah dipelajari

Hasil belajar Peserta didik pada pembelajaran


tematik terpadu dengan menggunakan model Talking
Stick di kelas IV SDN 23 Guguak Randah Kab
Agam Meningkat
C. Penelitian yang Relevan

Penelitian Mengenai Peningkatan Hasil Belajar Perserta Didik Pembelajaran Tematik Terpadu
menggunakan Model Coolerative Learning Tipe Talking Stick ini bukanlah yang pertama
karena penelitian terdahulu dengan pokok persoalan tersebut telah banyak dilakukan oleh para
sarjana. Berdasarkan penelusuran atas hasil-hasil penelitian terdahulu, posisi penelitian ini
boleh jadi bersifat meneruskan, menyempurnakan, atau membahas yang belum terbahas.

Berikut beberapa hasil penelitian yang berhubungan dengan pengembangan


Peningkatan Hasil Belajar Perserta Didik Pembelajaran Tematik Terpadu menggunakan
Model Coolerative Learning Tipe Talking Stick :

1. Muhammad Rendi Saputra, Hamimah (2020) melakukan penelitian yang berjudul


“ Peningkatan Hasil Belajar Tematik Terpadu dengan Model Cooperative Learning Tipe
Talking Stick Kelas IV Sekolah Dasar” Hasil pembelajaran peserta didik dengan
menggunakan model Cooperative Learning tipe Talking Stick di SDN 64/VII Sukasari II
meningkat pada siklus II. diperoleh nilai rata- rata hasil pembelajaran tematik terpadu siklus I
adalah 81,24 dengan kualifikasi Baik (B) sedangkan pada siklus II adalah 90,62 dengan
kualifikasi Sangat Baik (SB), yang artinya telah melebihi batas ketuntasan, dengan hasil
maksimal. Data rekapitulasi penilaian pembelajaran tematik terpadu model Cooperative
Learning Tipe Talking Stick telah terlaksana sesuai dengan yang diharapkan, baik dari
penilaian sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Rekapitulasi hasil penilaian pada siklus I juga
sudah mengalami peningkatan pada siklus II dimana peserta didik sudah banyak memperoleh
nilai di atas ketuntasan yang ditetapkan.

2. Vivi Novita Mayesi Putri. K (2020) melakukan penelitian yang berjudul “Pembelajaran
TematikTerpadudenganModelCooperativeLearningTipe TalkingStick diSekolahDasar”. Hasil
penelitian menunjukkan perencanaan, pelaksanaan dan hasil belajar mengalami peningkatan.
Penilaian RPP siklus I yaitu 74,97% dan pada siklus II meningkat menjadi 97,22%. Penilaian
pelaksanaan dari aktivitas guru siklus I yaitu 78% dan meningkat pada siklus II 97%. Untuk
aktivitas siswa siklus I 75% meningkat pada siklus II 95 %. Penilaian hasil belajar siswa siklus
I 75 dan meningkat pada siklus II 87. Kesimpulannya, Cooperative Learning Tipe Talking
Stick dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran pembelajaran tematik
terpadu di kelas IV SDN 01 Benteng Pasar Atas.

3. Raudatul Fitri, dkk, (2020) melakukan penelitian yang berjudul “PEMBELAJARAN PKn
DENGAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TALKING STICK” Berdasarkan
hasil penelitian data pengamatan aktivitas guru dan siswa. Pada siklus II pengamatan aktifitas
guru diperoleh skor 34 dari skor maksimal 36 dengan persentase 94,5% dan kualifikasi sangat
baik. Pada aktivitas siswa diperolehan skor 32 dari skor maksimal 36 dengan persentase 88,9%
dengan kualifikasi sangat baik.

4. Nelpi Syahputr, (2020) melakukan penelitian yang berjudul “Peningkatan Proses


Pembelajaran Tematik Terpadu Menggunakan Model Talking Stick di Kelas V SD”
berasarkan hasil penelitian diambil pengamatan RPP penelitian di siklus I memperoleh nilai
dengan rata-rata 83,35%

(B) dan meningkat pada siklus II dengan nilai 94,4% (SB). Hasil pengamatan pada aktivitas
guru siklus I memperoleh nilai dengan rata-rata 83,35% (B) dan meningkat pada siklus II
dengan nilai 91,7% (SB). Pada aktivitas peserta didik siklus I memperoleh nilai dengan
rata-rata 83,35% dan meningkat pada siklus II dengan nilai 91,7% (SB).

5. Cyntia Septianingrum, Hamimah (2020) melakukan penelitian yang berjudul “Peningkatan


Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Tematik Terpadu Menggunakan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick di Kelas V SD Negeri 11 Gadut” Hasil penelitian
berdasarkan aktivitas guru pada siklus I rata-ratanya menunjukkan bahwa pelaksanaan
pembelajaran dengan persentase nilai yang diperoleh adalah 78.8 % (C) dengan kriteria cukup.
Dan lebih meningkat lagi pada siklus II dengan persentase nilai 85% (B) dengan kriteria baik.
(3) Pelaksanaan pembelajaran tematik terpadu menggunakan model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Talking Stick dilihat dari aktivitas siswa. Hasil pengamatan berdasarkan aktivitas siswa
pada siklus I rata- ratanya menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran dengan persentase
nilai yang diperoleh adalah 77.5% (C) dengan kriteria cukup. Dan lebih meningkat lagi pada
siklus II dengan persentase nilai 85% (B) dengan kriteria baik.

Berdasarkan penjabaran dari kelima penemuan tersebut, terdapat kesesuaian dengan


penelitian yang dilakukan. Sehingga peneliti mengharapkan bahwa penelitian yang saat ini
dilakukan oleh penelliti dapat berguna dan dapat melengkapi atau menyempurnakan yang
sudah ada, sehingga dapat bermanfaat bagi pendidik maupun peserta didik didalam proses
pembelajaran dapat meningkatkan keaktifan dan keikutsertaan peserta didik didalam proses
pembelajaran, membangun interkasi yang sama-sama positif sehingga mencapai tujuan
pembelajaran yang diinginkan baik oleh pendidik maupun peserta didik.
DAFTAR RUJUKAN

Ahmadi, Iif Khoiru, dkk. 2014. Pengembangan dan Model Pembelajaran Tematik
integratif. Jakarta: Prestasi Pusataka.
Arikunto, Suharsimi, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Daryanto. dkk. 2014. Siap Menyongsong Kurikulum 2013. Yogyakarta: Gava Media..
Fajri, Nurul.2016.pengaruh Model Pembelajaran Kooperatife Learning Talking Stick
Terhadap Prestasi Belajar.Jurnal Ilmiah Maha Peserta didik Pendidikan
Sejarah(Volume 1 No 1).
Hamalik, Oemar. 2011. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Huda, Miftahul. 2013. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Belajar .
Indrawati, Tin. 2015. Peningkatan Hasil Belajar Peserta didik dalam Pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan dengan Menggunakan Pendekatan
Konstruktivisme di Kelas V Sekolah Dasar. Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan,
15(1), 40-47.
Kemendikbud. 2013. Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta
Kemendikbud.
____________. 2014. Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta:
Kemendikbud.
______. 2016. Permendikbud No 23 Tahun 2016 Tentang Standar
Penilaian . Jakarta : Kemendikbud.
Kunandar. 2012. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan
Profesi Guru. Jakarta: PT Raja grafindo Persada.
Kusumah, Wijaya, dan Dedi Dwitagama. 2012. Mengenal Penelitian Tindakan
Kelas. Jakarta: Indeks.
LAMPIRAN ARTIKEL
SSN: 2614-6754 (print) Halaman 2199-2205
ISSN: 2614-3097(online) Volume 4 Nomor 3 Tahun 2020

Peningkatan Hasil Belajar Tematik Terpadu dengan Model Cooperative


Learning Tipe Talking Stick Kelas IV Sekolah Dasar
Muhammad Rendi Saputra1), Hamimah2)
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Negeri Padang
Email: 1)rendisaputra250998@gmail.com, 2)hamimah@fip.unp.ac.id

Abstrak

Penelitian ini di latar belakangi oleh kenyataan dilapangan yang menunjukan rendahnya
keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran tematik terpadu. Penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan peningkatan hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran tematik
terpadu melalui model Cooperative Learning tipe Talking Stick padakelas IV Sekolah Dasar.
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas dengan menggunakan pendekatan
kualitatif dan kuantitatif. Subjek penelitian adalah peserta didik kelas IV dengan jumlah 8
peserta didik SDN 64/VII Sukasari II. Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa a)
RPP menunjukkan hasil peningkatan pada pengamatan RPP siklus I adalah 79,16%, pada
siklus II menjadi 91,66%. b) nilai rata-rata aspek guru siklus I diperoleh 83,32%, pada siklus
II 94,44%. c) nilai rata-rata aspek peserta didik pada siklus I 79,16%, pada siklus II 94,44%.
hasil belajar peserta didik pada siklus I memperoleh nilai rata-rata 81,24% dan meningkat
pada siklus II dengan nilai rata-rata 90,62%.

Kata Kunci: Hasil Belajar, Talking Stick, Tematik Terpadu

Abstract

This research is based on the reality in the field which shows the low involvement of
students in integrated thematic learning. This study aims to describe the improvement of
student learning outcomes in integrated thematic learning through the Talking Stick
Cooperative Learning type in grade IV Elementary School. This type of research is a
Classroom Action Research using qualitative and quantitative approaches. The research
subjects were 8 grade students of SDN 64 / VII Sukasari II. From the research results, it is
concluded that a) RPP shows the results of the increase in the observation of RPP cycle I is
79.16%, in cycle II it becomes 91.66%. b) the average value of the teacher's aspects in cycle
I was 83.32%, in cycle II was 94.44%. c) the average value of aspects of students in cycle I
79.16%, in cycle II 94.44%. The learning outcomes of students in the first cycle obtained an
average value of 81.24% and increased in the second cycle with an average value of
90.62%.

Keywords : Learning Outcomes, Talking Sticks, Integrated Thematic

PENDAHULUAN
Pembelajaran tematik terpadu merupakan perpaduan beberapa mata pelajaran
menggunakan sebuah tema dalam suatu kegiatan pembelajaran serta mampu memberikan
suatu pengalaman yang bermakna kepada murid. Hal ini sejalan dengan pendapat
Poerwandarmita (dalam Majid, 2014:80) menyatakan bahwa “pembelajaran tematik adalah
pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran
sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna pada peserta didik”. Setiap
pembelajaran memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Begitu halnya dengan
pembelajaran tematik terpadu. Menurut Depdikbud (dalam Trianto, 2015:61) menyatakan
“karakteristik pembelajaran terpadu yaitu holistik, bermakna, otentik, dan aktif”.
Pembelajaran tematik terpadu memiliki beberapa tahap pelaksanaan, sedangkan menurut
Majid (2014: 96-97) “Dalam pelaksanaan pembelajaran tematik terpadu perlu dilakukan

Jurnal Pendidikan Tambusai 2199


SSN: 2614-6754 (print) Halaman 2199-2205
ISSN: 2614-3097(online) Volume 4 Nomor 3 Tahun 2020

beberapa hal yang meliputi tahap perencanaan yang mencangkup kegiatan pemetaan
kompetensi dasar, pengembangan jaringan tema, pengembangan silabus dan penyusunan
rencana pelaksanaan pembelajaran”.
Sebelum melaksanakan proses pembelajaran seorang guru perlu menyusun rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) karena tahap pertama dalam pembelajaran menurut
standar proses adalah penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Menurut
Mulyasa (2010:155) “RPP merupakan suatu perkiraan atau proyeksi guru mengenai seluruh
kegiatan yang akan dilakukan baik oleh guru maupun peserta didik, terutama dalam
kaitannya dengan pembentukan kompetensi dan pencapaian tujuan pembelajaran”. Selain
untuk mencapai tujuan dari proses pembelajaran, guru harus merancang RPP sesuai
dengan komponen RPP.
Guru dituntut untuk secara profesional merancang pembelajaran yang tepat, guru
juga dituntut agar dapat membuat peserta didik aktif dalam pembelajaran untuk terciptanya
hasil pembelajaran yang lebih bermakna, menentukan prosedur pembelajaran dan
pembentukan kompetensi secara efektif, serta menetapkan kriteria keberhasilan.
Berdasarkan pengamatan peneliti saat observasi terdapat beberapa pemahasalahan
yang dialami yaitu permasalahan pada segi Renacana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
yang penulis temui yang ditemui diantaranya pada tujuan pembelajaran kurang sesuai
dengan indikator yang dibuat dimana dalam RPP terdapat 5 indikator namun pada tujuan
hanya terdapat 3 tujuan saja, dalam RPP tidak memuat alokasi waktu, tidak dilampirkan
materi pembelajaran dan penilaian pembelajaran.
Permasalahan pada segi pelaksanaan yaitu (1) Guru masih belum menggunakan
model pembelajaran, guru hanya bersumber sebatas dari buku guru saja. (2) Guru tidak
menggunakan media pembelajaran. (3) Dalam pembelajaran masih terlihat keterpisahan
antar mata pelajaran. (4) Kurangnya interaksi antara peserta didik dengan guru, Guru
kurang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya sehingga terlihat peserta
didik hanya mendapat informasi dari guru saja sehingga peserta didik menjadi tidak aktif
dalam proses pembelajaran. (5) Ditemukan peserta didik yang tidak dapat menjawab
pertanyaan yang diajukan guru, (6) Dalam pelaksanaan proses pembelajaran guru tidak
berpedoman pada RPP.
Permasalahan tersebut berdampak pada peserta didik, diantaranya adalah: (1)
Peserta didik di dalam kelas terlihat kurang termotivasi dalam mengikuti pelajaran (2)
Aktivitas peserta didik kurang terlaksana, terlihat peserta didik ada yang ribut sehingga
peserta didik kurang memperhatikan guru dalam proses pembelajaran (3) Peserta didik
kurang memahami apa yang diajarkan guru (4) Kurangnya interaksi antara peserta didik
dengan guru sehingga mengakibatkan kurang aktifnya peserta didik mengeluarkan
pendapat (5) kurang siapnya peserta didik dalam menerima pelajaran dan memahami materi
hal ini tampak saat peserta didik tidak bisa menjawab pertanyaan dari guru (6)
Pembelajaran terlihat kurang menyenangkan.
Hal tersebut akan berdampak pada peserta didik diantaranya, peserta didik di dalam
kelas terlihat kurang tertarik untuk belajar, aktifitas peserta didik kurang terlaksana karena
peserta didik mulai bosan terhadap pembelajaran, peserta didik kurang memahami apa
yang di ajarkan oleh guru, peserta didik tidak mampu menentukan masalah dan
merumuskan permasalahan sehingga hasil belajar peserta didik kurang bagus karena
proses pembelajaran tidak terlaksana menurut bagaimana semestinya.
Pembelajaran yang seperti ini tentu berdampak pula terhadap hasil belajar peserta
didik, dimana hasil belajar peserta didik belum memuaskan, hal ini terlihat dari hasil belajar
peserta didik pada nilai ulangan harian tema 1 (Indahnya Kebersamaan) masih banyak hasil
belajar peserta didik yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 75.
Sementara peserta didik yang berhasil mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) ketika
melaksanakan ulangan harian tema 1 (Indahnya Kebersamaan) hanya 56,25% dari jumlah
peserta didik dan 43,75% belum tuntas belajar.
Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan, guru sebaiknya menggunakan
model pembelajaran yang tepat untuk memecahkan masalah pembelajaran tersebut,

Jurnal Pendidikan Tambusai 2200


SSN: 2614-6754 (print) Halaman 2199-2205
ISSN: 2614-3097(online) Volume 4 Nomor 3 Tahun 2020

alternatif tindakan yang dapat diambil adalah pemilihan model. Model pembelajaran yang
dapat diterapkan yaitu model pembelajaran Cooperative Learning tipe Talking Stick.
Penerapan model pembelajaran Cooperative Learning tipe Talking Stick diharapkan dapat
menarik perhatian peserta didik dalam kegiatan belajar di kelas sehingga dapat
meningkatkan hasil belajar peserta didik. Menurut Shoimin (2014: 89) “ Model pembelajaran
Talking Stick termasuk salah satu model pembelajaran koopertif. Pembelajaran ini dilakukan
dengan bantuan tongkat, siapa yang memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan dari
guru setelah peserta didik mempelajari materi pokoknya”.
Keunggulan model Talking Stick adalah mampu menguji kemampuan peserta didik,
melatih keterampilan mereka dalam membaca dan memahami materi pelajaran dengan
cepat, dan mengajak mereka untuk siap dalam situasi apa pun (Istarani, 2014).
Pembelajaran dengan model Talking Stick membuat peserta didik lebih aktif, menguji
kesiapan peserta didik, membantu peserta didik memahami materi dan menciptakan
kegiatan pembelajaran yang menyenangkan. Dalam pembelajaran, peserta didik akan
terdorong untuk memperhatikan penjelasan guru karena peserta didik harus siap
memberikan jawaban apabila mendapatkan pertanyaan dari guru tentang materi yang
diajarkan. Secara umum rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah
peningkatan hasil belajar peserta didikdalam pembelajaran pada tematiktema 2 subtema 1
di kelas IV melalui model cooperative learning tipe talking stick di SDN 64/VII Sukasari II.
Selanjutnya adapun penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan peningkatan hasil belajar
peserta didik dalam pembelajaran pada tematik tema 2 subtema 1 di kelas IV.
Sehingga karenanya melalui penelitian ini dapat memberi manfaat yang dapat
dijadikan acuan pada pengajaran, secara umum dan khususnya berkaitan dengan
peningkatan pembelajaran tematik terpadu dengan model Cooperative Learning tipe Talking
Stick, untuk menyumbangkan pemikiran dan menambah wawasan serta ilmu pengetahuan,
sebagai bahan masukan, menambah wawasan dan pengetahuan dalam penggunaan model
Cooperative Learning tipe Talking Stick dalam pembelajaran, penggunaan model
Cooperative Learning tipe Talking Stick akan memberikan masukan baru mengenai cara
belajar dan memberikan konstribusi dalam perbaikan pembelajaran.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Menurut Arikunto (2012:3)
menyatakan bahwa penelitian tindakan kelas berasal dari 3 kata yang jika digabungkan
memiliki inti yang dapat disimpulkan yaitu penelitian tindakan kelas yaitu suatu pencermatan
terhadap kegiatan belajar yang berupa tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi
dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan
arahan dari guru yang dilakukan oleh peserta didik.
Pendekatan yang peneliti gunakan dalam penelitian ini menggunkana pendekatan
kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan kualitatif diuraikan dengan mendeskripsikan penelitian
dengan kata-kata terhadap apa yang dialami oleh subjek penelitian sedangkan pendekatan
kuantitatif dengan menggunakan angka-angka dalam mendeskripsikan subjek penelitian.
Penelitian telah dilaksanakan di SDN 64/VII Sukasari II. Peneliti melaksanakan
penelitian di SD ini dengan beberapa pertimbangan yaitu: (a) Pihak sekolah bersedia dan
menyambut baik diadakan penelitian di SDN 64/VII Sukasari II, (b) SDN 64/VII Sukasari II
mudah dijangkau (c) Penggunaan model Cooperative Learning tipe Talking Stick belum
digunakan dalam pembelajaran di SDN 64/VII Sukasari II khususnya di kelas IV B.
Penelitian ini telah di laksanakan pada semster I (Juli-Desember) tahun ajaran
2020/2021 di SDN 64/VII Sukasari II. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus. Pada siklus
I terdiri dari dua kali pertemuan, pertemuan pertama dilaksankan pada hari Selasa tanggal
25 Agustus 2020 pukul 07.30-10.00 WIB pada tema 2 Selalu Berhemat Energi subtema 1
Sumber Energi pembelajaran 1. Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 1
September 2020 pukul 07.30-10.00 WIB pada tema 2 Selalu Berhemat Energi subtema 2
Manfaat Energi pembelajaran 1. Sedangkan pada siklus II terdiri dari satu kali pertemuan

Jurnal Pendidikan Tambusai 2201


SSN: 2614-6754 (print) Halaman 2199-2205
ISSN: 2614-3097(online) Volume 4 Nomor 3 Tahun 2020

yaitu dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 8 September 2020 pukul 07.30-10.00 WIB
pada tema 2 Selalu Berhemat Energi subtema 3 Energi Alternatif pembelajaran 1.
Subjek dalam penelitian ini adalah guru dan peserta didik kelas IV B SDN 64/VII
Sukasari II yang terdaftar pada semester I tahun ajaran 2020/2021. Jumlah peserta didik 8
orang, yang terdiri dari 4 orang peserta didik laki-laki dan 4 orang peserta didik Perempuan.
Adapun yang terlibat dalam penelitian ini adalah: peneliti sebagai praktisi dan observer yang
terdiri dari dua orang, yaitu teman sejawat dan guru kelas IV dan peserta didik SDN 64/VII
Sukasari II.
Perencanaan dimulai dengan merumuskan rancana pelaksanaan pembelajaran
(RPP) berdasarkan model Cooperative Learning tipe Talking Sticki. Pelaksanaan kegiatan
dilakukan oleh peneliti sebagai praktisi dan guru kelas sebagai observer, pelaksanaan akan
melakukan semua langkah pembelajaran sesuai dengan RPP yang dibuat pada langkah
perencanaan. Pengamatan dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan, hal ini
dilakukan oleh guru kelas IV sebagai observer pada waktu peneliti melaksanakan proses
pembelajaran menggunakan model Cooperative Learning tipe Talking Stick. Refleksi
bertuuan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang sudah dilakukan berdasarkan
data yang sudah terkumpul, hasil akan diadakan setiap kali tindakan berakhir.
Data penelitian ini berupa hasil pengamatan dari setiap tindakan untuk meningkatkan
pembelajaran tematik terpadu dengan menggunakan model Cooperative Learning Tipe
Talking Stick pada tema 2 Selalu Berhemat Energi di kelas IV . Data tersebut yaitu sebagai
berikut

Tabel 1. Data, Instrumen, dan Teknik Pengumpulan Data

No Data Instrumen Teknik Pengumpulan


1 Sekunder
RPP Lembar Penilaian RPP Analisis Dokumen
2 Primer
Observasi Lembar Observasi Observasi lapangan
Tes Soal Objektif Latihan
Non Tes Lembar Observasi Observasi Lapangan
Sumber: Data Penelitian Primer, 2020

Berdasarkan tujuan dalam penelitian ini yaitu mendeskripsikan peningkatan hasil


belajar peserta didik dalam pembelajaran tematik terpadu melalui model Cooperative
Learning tipe Talking Stick padakelas IV Sekolah Dasar. Maka data yang dikumpulkan untuk
menjawab hal tersebut dimaknai sebagai berikut :

Tabel 2. Teknik Analis Data

No Tujuan Instrumen Teknik Analis Data


1 Perencanaan Lembar Penilaian Analisis Data Miles dan Huberman (dalam
RPP Sugiyono, 2015)
Dan pedoman penskoran Kemendikbud (2014)
2 Pelaksanaan Lembar Observasi Analisis Data Miles dan Huberman (dalam
Sugiyono, 2015 )
Dan pedoman penskoran Kemendikbud (2014)
3 Hasil Belajar Soal Objektif pedoman penskoran Kemendikbud (2014)
Sumber: Data Penelitian Primer, 2020

Analisis data model Miles and Huberman (dalam Sugiyono, 2015 ) terdiri atas,
Reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Rumus persentase Seperti yang dikemukakan Kemendikbud (2014) menggunakan
rumus sebagai berikut:

Jurnal Pendidikan Tambusai 2202


SSN: 2614-6754 (print) Halaman 2199-2205
ISSN: 2614-3097(online) Volume 4 Nomor 3 Tahun 2020

Jumlah skor yang diperoleh


Nilai = x 100
Jumlah skor maksimal

Kemudian diberikan kriteria klasifikasi nialai sebagai berikut

Tabel 3. Kriteria Kualifikasi Penskoran

Tingkat Penugasan Nilai Huruf Predikat


90 < SB ≤ 100 A Sangat Baik
80 < B ≤ 90 B Baik
70 < C ≤ 80 C Cukup
≤ 70 D Perlu Bimbingan
Sumber: Kemendikbud (2014)

HASIL DAN PEMBAHASAN


Perencanaan tindakan pembelajaran di tuangkan dalam bentuk rancangan
pembelajaran atau RPP, penyusunan RPP berdasarkan pada kurikulum 2013. Sebelum
RPP disusun, peneliti terlebih dahulu memilih tema, subtema dan pembelajaran yang akan
dikembangkan dengan model cooperative learning tipe Talking Stick di kelas IV semester I.
Tema yang digunakan dalam siklus I pertemuan 1 adalah pada Tema 2 “Selalu Berhemat
Energi” subtema 1 “Sumber Energi” pembelajaran 1 dan siklus I pertemuan 2 adalah pada
tema 2 “Selalu Berhemat Energi” subtema 2 “Manfaat Energi” pembelajaran 1 , mata
pelajaran yang terkait dalam pembelajaran 1 adalah Bahasa Indonesia, IPA dan IPS.
Perencanaan disusun untuk satu kali pembelajaran dialokasikan dalam waktu 5x35 menit.
Selanjutnya penelitian menentukan KI, KD, dan membuat indikator yang akan dicapai siswa
pada siklus I. KI dan KD yang terkait dengan tema 2 , Penyusunan perencanaan tindakan
tematik terpadu dengan dengan model cooperative learning tipe Talking Stick pada siklus II
tidak jauh berbeda dengan siklus I. Rancangan pembelajaran ini disusun dengan
pertimbangan antara penelitian siklus II ini adalah tema 2 “Selalu Berhemat Energi” subtema
3 “Energi Alternatif” pembelajaran 1.
Pelaksanaan pembelajaran tematik terpadu dengan model cooperative learning tipe
Talking Stick pada peserta didik kelas IV dilaksanakan sesuai dengan kegiatan proses
belajar mengajar (PBM) di SDN 64/VII Sukasari II. Pelaksanaan sebanyak 2 siklus, dimana
siklus I terdiri dari 2x pertemuan dan siklus II sebanyak 1x pertemuan. Waktu pelaksanaan
yaitu: siklus I pertemuan I hari Selasa tanggal 25 Agustus 2020 pukul 07:30-10.00 WIB, RPP
kedua dilaksanakan 1 Sepetmber 2020 hari Selasa pukul 07:30-10.00 WIB. Dan siklus II
dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 8 September 2020 pukul 07:30-10.00 WIB.
Pelaksanaan sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah disusun
dengan model cooperative learning tipe Talking Stick. Langkah model cooperative learning
tipe Talking Stick sesuai dengan langkah Huda (2014:225) yaitu: (1) Guru menyiapkan
sebuah tongkat yang panjangnya ±20cm. (2) Guru menyampaikan materi pokok yang akan
dipelajari kemudian memberi kesempatan kepada kelompok untuk membaca dan
mempelajari materi pembelajaran (3) Peserta didik berdiskusi membahas masalah yang
terdapat dalam wacana (4) Peserta didik menutup isi bacaan (5) Guru mengambil tongkat
dan memberikannya kepada salah satu peserta didik (6) Guru memberikan kesimpulan (7)
Evaluasi.
Bedasarkan hasil penelitian yang dikemukakan diatas berikut ini akan dipaparakan
pembahasan tentang penggunaan model cooperative learning tipe Talking Stick untuk
meningkatkan hasil belajar peserta didik pada pembelajaran tematik terpadu kelas IV B SDN
64/VII Sukasari II. Didapat hasil pembelajaran tematik terpadu untuk meningkatkan aktivitas
belajar peserta didik dengan model cooperative learning tipe Talking Stickdi kelas IV B SDN
64/VII Sukasari II dituangkan dalam bentuk RPP, RPP dibuat sesuai dengan langkah
pembelajaran model cooperative learning tipe Talking Stick.

Jurnal Pendidikan Tambusai 2203


SSN: 2614-6754 (print) Halaman 2199-2205
ISSN: 2614-3097(online) Volume 4 Nomor 3 Tahun 2020

Perencanaan pembelajaran dibuat secara kolaboratif oleh peneliti dan guru kelas kelas
IV B SDN 64/VII Sukasari II. Adapun hasil penskoran Pengamatan RPP adalah sebagi
berikut :
pada siklus I memperoleh nilai persentase 79,16% dan siklus II adalah 91,66%
dengan kualifikasi SB (Sangat Baik). Dapat disimpulkan bahwa hasil pengamatan
perencanaan mengalami peningkatan sebesar 12,5%. Pembelajaran tematik terpadu
dengan model cooperative learning tipe Talking Stick untuk meningkatkan aktivitas belajar
kelas IV B SDN 64/VII Sukasari II dilaksanakan 3 kegiatan, yaitu kegiatan pendahuluan,
kegiatan inti, kegiatan penutup. Kegiatan ini dilaksankan sesuai dengan langkah-langkah
model cooperative learning tipe Talking Stick yaitu: : (1) Guru menyiapkan sebuah tongkat
yang panjangnya ±20cm. (2) Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari
kemudian memberi kesempatan kepada kelompok untuk membaca dan mempelajari materi
pembelajaran (3) Peserta didik berdiskusi membahas masalah yang terdapat dalam wacana
(4) Peserta didik menutup isi bacaan (5) Guru mengambil tongkat dan memberikannya
kepada salah satu peserta didik (6) Guru memberikan kesimpulan (7) Evaluasi.
Hasil Pengamatan pada siklus I aspek guru adalah sebesar 83,32% dikualifikasikan B
(Baik), aspek Peserta didik sebesar 79,16% dengan kualifikasi C (Cukup). Pada siklus II
penilaiam aspek guru adalah sebesar 94,44% dikualifikasikan SB (Sangat baik) dan aspek
Peserta Didik sebesar 94,44% dikualifikasikan SB (Sangat Baik). Dapat disimpulkan
pelaksanan aspek guru mengalami peningkatan sebesar 11,11% dan aspek peseta didik
mengalami peningkatan sebesar 15,28%.
Hasil Pembelajaran dengan model Cooperative Learning tipe Talking Stick di SDN
64/VII Sukasari II meningkat pada seperti tergambar pada tabel dan diagram berikut

Tabel 4. Hasil Pembelajaran dengan model Cooperative Learning tipe Talking Stick di SDN
64/VII Sukasari II

No Tujuan Siklus Siklus


I II
1 Hasil Pembelajaran dengan model cooperative learning tipe 81,24 90,62
Talking Stick di SDN 64/VII Sukasari II
Sumber: Data Penelitian Primer, 2020

Berdasarkan hasil yang diperoleh pada siklus II, maka pelaksanaan siklus II telah
terlaksana dengan baik dan peneliti telah berhasil dengan model Cooperative Learning Tipe
Talking Stick pada proses pembelajaran tematik terpadu di kelas IV B SDN 64/VII Sukasari
II Unutuk lebh jelasnya seperti yang tergambar pada diagram berikut

95
90
85
90.62
80
81.24
75
Siklus I Siklus II
Gambar 1. Peningkatan Hasil Pembelajaran dengan model Cooperative Learning Tipe Talking
Stick SDN 64/VII Sukasari II.

SIMPULAN
Berdasarkan pemaparan sebelumnya diatas dapat disimpulkan bahwa Perencanaan
pembelajaran menunjukkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh observer skor yang
diperolah pada pengamatan RPP dengan jumlah skor maksimal adalah 36. demikian

Jurnal Pendidikan Tambusai 2204


SSN: 2614-6754 (print) Halaman 2199-2205
ISSN: 2614-3097(online) Volume 4 Nomor 3 Tahun 2020

persentase perolehan skor pada penilaian RPP siklus I adalah 79,16% sedangkan pada
siklus II adalah 91,66% dengan kriteria Sangat Baik (SB). Perencanaan pembelajaran
tematik terpadu dengan model Cooperative Learning tipe Talking Stick di kelas IV B SDN
64/VII Sukasari II telah terlaksana dengan kriteria sangat baik pada siklus II.
Pelaksanaan pembelajaran pada siklus sesuai dengan apa yang telah direncanakan.
Hasil observasi aktivitas aspek guru dan aspek peserta didik pada menunjukkan
peningkatan proses pembelajaran yang peneliti lakukan yaitu bahwa pada aspek aktivitas
guru pada siklus I di perolehan persentase skor 83,32% dengan kualifikasi Baik (B)
sedangkan pada siklus II presentase skor 94,44% dengan kualifikasi Sangat Baik (SB) dan
pada aspek aktivitas peserta didik pada siklus I diperoleh presentase skor 79,16% dengan
kualifikasi cukup (C) sedangkan pada siklus II di peroleh presentase 94,44% dengan
kualifikasi Sangat Baik (SB).
Hasil pembelajaran peserta didik dengan menggunakan model Cooperative Learning
tipe Talking Stick di SDN 64/VII Sukasari II meningkat pada siklus II. diperoleh nilai rata- rata
hasil pembelajaran tematik terpadu siklus I adalah 81,24 dengan kualifikasi Baik (B)
sedangkan pada siklus II adalah 90,62 dengan kualifikasi Sangat Baik (SB), yang artinya
telah melebihi batas ketuntasan, dengan hasil maksimal. Data rekapitulasi penilaian
pembelajaran tematik terpadu model Cooperative Learning Tipe Talking Stick telah
terlaksana sesuai dengan yang diharapkan, baik dari penilaian sikap, pengetahuan, dan
keterampilan. Rekapitulasi hasil penilaian pada siklus I juga sudah mengalami peningkatan
pada siklus II dimana peserta didik sudah banyak memperoleh nilai di atas ketuntasan yang
ditetapkan.

DAFTAR PUSTAKA
Huda, Miftahul. 2014. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Istarani. (2012). 58 Model Pembelajaran Inovatif.medan: media persada.
Kemendikbud. (2014). Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013
SD.Jakarta.Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Majid, Abdul. (2014). Pembelajaran Tematik Terpadu. Bandung: Remaja Rosdakarya
Mulyasa. (2010). Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksar
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Afabeta
Trianto. (2015). Model Pembelajaran Terpadu Konsep,Strategi Dan Implementasinya Dalam
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).Jakarta : Bumi Aksara.

Jurnal Pendidikan Tambusai 2205


Jurnal Basicedu Volume 4 Nomor 1 Tahun 2020 Halaman 183-193
JURNAL BASICEDU
Research & Learning in Elementary Education
https://jbasic.org/index.php/basicedu

PEMBELAJARAN PKn DENGAN MODEL COOPERATIVE LEARNING


TIPE TALKING STICK

Raudatul Fitri1, Neviyarni2, Ahmad Zikri3


1,3
Mahasiswa Pendidikan Dasar. FIP Universitas Negeri Padang
2
Dosen Pendidikan Dasar, FIP Universitas Negeri Padang
Email : sfiooc3435@gmail.com1 , neviyarni.suhaili911@gmail.com2 , zikria79@yahoo.com3
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan peningkatan hasil belajar siswa padapembelajaran PKn
dengan model Cooperative Learning tipe Talking Stick di kelas IV SDN 01 Bandar Buat. Pendekatan yang
digunakan adalah kualitatif dan kuantitatif. Subjek penelitian adalah guru dan siswa yang berjumlah 30 orang.
Hasil penelitian ini menunjukkan peningkatan pada hasil belajar siswa. Pada siklus 1 diperoleh rata-rata hasil
belajar siswa 81 dan pada siklus 2 adalah 89. Jadi, model Cooperative Learning tipe Talking Stick dapat
meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran PKn di kelas IV SDN 01 Bandar Buat Kota Padang.
Kata kunci: Hasil Belajar, PKn, Model Cooperative Learning Talking Stick

Abstract

The purpose of this study was to describe the improvement of student learning outcomes in Civics Education
with the Cooperative Learning model of Talking Stick type in class IV SDN 01 Bandar Buat. The approach
used is qualitative and quantitative. The research subjects were 30 teachers and students. The results of this
study showed an increase in student learning outcomes. In cycle 1, the average student learning outcomes
were 81 and in cycle 2 was 89. Thus, the Cooperative Learning model of Talking Stick type can improve
student learning outcomes in Civics learning in class IV SDN 01 Bandar Buat Padang.

Keyword: Learning Outcomes, Civics, Cooperative Learning Talking Stick Model

@Jurnal Basicedu Prodi PGSD FIP UPTT 2019

 Corresponding author :
Address : Air Tawar Padang ISSN 2580-3735 (Media Cetak)
Email : sfiooc3435@gmail.com ISSN 2580-1147 (Media Online)
Phone : 089531307164

Jurnal Basicedu Vol 4 No 1 Tahun 2020 p-ISSN 2580-3735 e-ISSN 2580-1147


184 Pembelajaran PKn dengan Model Cooperative Learning Tipe Talking Stick – Raudatul Fitri, Neviyarni
dan Ahmad Zikri

PENDAHULUAN kontekstual adalah pendekatan yang mengaitkan


Proses pembelajaran PKn yang dilakukan setiap materi atau topik pembelajaran dengan
guru tersebut, menimbulkan beberapa dampak kehidupan nyata. Untuk mengaitkannya bisa
kepada siswa, yaitu: 1) siswa kurang aktif dan dilakukan berbagai cara, selain mengaitkan materi
tidak konsentrasi dalam mengikuti proses dengan kondisi faktual, juga bisa disiasati dengan
pembelajaran, 2) siswa tidak bisa menemukan pemberian ilustrasi atau contoh, sumber belajar,
pengetahuannya sendiri karena selalu media, dan lain sebagainya yang terkait atau ada
mendapatkan penjelasan dari guru, 3) siswa kurang hubungannya dengan pengalaman hidup nyata,
berinteraksi dan berpartisipasi secara aktif dengan sehingga pembelajaran menjadi lebih menarik dan
sesama temannya untuk menyelesaikan masalah terasa manfaatnya. Nurhadi (dalam Hosnan,
dalam pembelajaran PKn, dimana siswa hanya 2014:268) mengemukakan bahwa “Pendekatan
mengandalkan teman untuk memecahkan masalah Contextual Teaching and Learningadalah konsep
yang telah diberikan guru. Pada saat kegiatan belajar yang membantu guru mengaitkan antara
tanya jawab siswa jarang bertanya tentang materi materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata
pembelajaran yang telah diberikan guru. siswa, dan mendorong siswa membuat hubungan
Sementara, apabila guru mengajukan pertanyaan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
seputar materi pembelajaran yang telah penerapannya dalam kehidupan sehari-hari”.
disampaikan, sebagian besar siswa tidak mampu Sejalan dengan itu, Johnson (dalam Tukiran,
menjawab pertanyaan yang diajukan guru. 2011:49) berpendapat bahwa “Contextual
Berdasarkan kenyataan dan permasalahan Teaching and Learning merupakan proses
yang telah ditemukan dalam pembelajaran PKn di pendidikan yang bertujuan menolong para siswa
atas, maka diperlukan suatu pendekatan melihat makna di dalam materi akademik dalam
pembelajaran yang sesuai dengan tujuan PKn konteks kehidupan keseharian mereka, yaitu
untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam dengan konteks keadaan pribadi, sosial, dan
pembelajaran PKn dan mengaitkan antara materi budaya mereka”.
yang dipelajari siswa dengan kehidupan nyata Pendekatan Contextual Teaching and
siswa. Learning mempunyai kelebihan, yakni
Untuk mengatasi permasalahan tersebut pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi siswa
diperlukan pendekatan pembelajaran yang dapat karena pembelajaran berlangsung secara alamiah
menjadikan pembelajaran tersebut efektif dan dan menambah kreatifitas siswa. Sebagaimana
bermakna. Pendekatan adalah suatu cara Hosnan (2014:279) mengemukakan kelebihan
pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman pendekatan Contextual Teaching and Learning
dalam melakukan suatu kegiatan. Wina (2011:127) yaitu: (1) Pembelajaran menjadi lebih bermakna
mengatakan bahwa “Pendekatan dapat diartikan dan riil. Artinya siswa dituntut untuk dapat
sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap menangkap hubungan antara pengalaman belajar
proses pembelajaran”. Pendekatan pembelajaran di sekolah dengan kehidupan nyata. (2)
yang dapat membuat pembelajaran menjadi Pembelajaran lebih produktif dan mampu
bermakna yaitu pendekatan Contextual Teaching menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa
and Learning. karena metode pembelajaran kontekstual
Pendekatan Contextual Teaching and menganut aliran konstruktivisme, di mana seorang
Learning atau yang biasa disebut dengan

Jurnal Basicedu Vol 4 No 1 Tahun 2020 p-ISSN 2580-3735 e-ISSN 2580-1147


185 Pembelajaran PKn dengan Model Cooperative Learning Tipe Talking Stick – Raudatul Fitri, Neviyarni
dan Ahmad Zikri

siswa dituntut untuk menemukan pengetahuannya


NP = x 100%
sendiri.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas Keterangan:
peneliti tertarik untuk membahas masalah dalam NP : Nilai presentase yang dicari atau
suatu penelitian tindakan kelas dengan judul diharapkan
“Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dalam R : Skor mentah yang diperoleh siswa
Pembelajaran PKn Dengan Pendekatan Contextual SM : Skor maksimum ideal dari tes yang
Teaching and Learning di Kelas IV SDN 09 bersangkutan
Bandar Buat Kota Padang”. 100 : Bilangan tetap

METODE HASIL DAN PEMBAHASAN


Jenis penelitian ini adalah Penelitian Sebelum pelaksanaan pembelajaran, terlebih
Tindakan Kelas dengan menggunakan pendekatan dahulu peneliti mempersiapkan rencana
kualitatif dan kuantitatif. Penelitian ini pembelajaran, LKS, lembar evaluasi, kunci
dilaksanakan di kelas IV SDN 09 Bandar Buat jawaban evaluasi, lembar pengamatan kognitif,
Kota Padang. Subjek dalam penelitian ini adalah lembar pengamatan afektif, lembar pengamatan
guru dan siswa kelas IV, dengan jumlah siswanya rencana pelaksanaan pembelajaran, serta lembar
28 orang. Data yang dikumpulkan dalam penelitian pengamatan aspek guru dan aspek siswa.
ini adalah rencana pelaksanaan pembelajaran Kegiatan awal dimulai dengan guru
pembelajaran (RPP), aspek guru dan aspek siswa mengucapkan salam, menyiapkan kondisi kelas,
dengan pendekatan Contextual Teaching and meminta siswa untuk berdoa, mengecek kehadiran
Learning. Sumber data penelitian ini adalah data siswa, melakukan apersepsi dan menyampaikan
tentang perancanaan, pelaksanaan pembelajaran tujuan pembelajaran.
dan hasil belajar siswa dengan pendekatan Kegiatan inti, Langkah pertama
Contextual Teaching and Learning. Teknik kontruktivisme, guru membuka skemata siswa (1)
pengumpulan data yang peneliti gunakan dalam Guru bertanya jawab dengan siswa tentang
penelitian ini adalah observasi dan tes dengan makanan dimasa lalu dan masa sekarang, (2) Guru
menggunakan instrumen penelitian yang terdiri bertanya jawab dengan siswa tentang pengertian
dari lembar observasi dan lembar tes. Data yang globalisasi.
dikumpulkan dianalisis dengan menggunakan Langkah kedua menemukan, guru meminta
analisis data kualitatif dan data kuantitatif. Analisis siswa keluar kelas untuk menemukan contoh
data kualitatif yang digunakan menurut Miles dan globalisasi pada makanan, pakaian dan gaya hidup
Huberman (dalam Sugiyono 2011:337) ”Analisis (1) Guru memberikan penjelasan kepada siswa
data dimulai dengan menelaah sejak mulai agar tidak meribut saat keluar kelas. (2) Guru
pengumpulan data sampai seluruh data terkumpul, meminta siswa mencatat hal-hal yang temukan, (3)
data tersebut direduksi berdasarkan masalah yang Siswa mencatat contoh globalisasi pada makanan,
diteliti, diikuti penyajian data dan terakhir pakaian dan gaya hidup yang ditemuinya, (4) Guru
penyimpulan atau verifikasi”. Sedangkan model meminta siswa kembali kedalam kelas dengan
analisis data kuantitatif menggunakan rumus tertib, (5) Siswa kembali kedalam kelas.
penilaian yang dikemukakan oleh Ngalim Langkah ketiga bertanya, guru meminta
(2012:102) dengan rumus sebagai berikut: siswa memberikan pertanyaan kepadanya

Jurnal Basicedu Vol 4 No 1 Tahun 2020 p-ISSN 2580-3735 e-ISSN 2580-1147


186 Pembelajaran PKn dengan Model Cooperative Learning Tipe Talking Stick – Raudatul Fitri, Neviyarni
dan Ahmad Zikri

temannya atas apa yang telah ditemukan, Siswa memberikan umpan balik tentang
kemudian guru memanggil beberapa siswa pertanyaan guru.
menampilkan hasil temuannya (1) Guru meminta Langkah ketujuh penilaian nyata, guru
siswa mengumpulkan hasil temuannya, (2) Siswa memberikan soal-soal evaluasi untuk mengetahui
menampilkan hasil temuannya, (3) siswa lain sampai dimata pemahaman siswa mengenai
mendengarkan temannya, (4) Siswa bertanya materi, (1) Guru memberikan soal pilihan ganda
tentang temuan temannya. dan essay kepada siswa, (2) Guru menjelskan
Langkah keempat masyarakat belajar, guru kepada siswa cara mengerjakan soal-soal tersebut,
membagi siswa kedalam 4 kelompok, masing- (3) Guru meminta siswa mengerjakan secara
masing kelompok terdiri dari 7-8 orang (1) Guru individu, (4) Siswa mengerjakan soal yang
membagi siswa secara heterogen, (2) Guru diberikan guru dengan cara bekerja secara
memberikan penjelasan tentang pentingnya kerja individu, (5) Siswa mengumpulkan lembaran
sama dalam kelompok. jawabannya kedepan kelas.
Langkah kelima pemodelan, guru 1) Pengamatan Aspek Rencana Pelaksanaan
memberikan contoh media gambar kepada siswa Pembelajaran (RPP)
(1) Guru memajang media gambar mengenai Berdasarkan pengamatan yang dilakukan
contoh pengaruh globalisasi dari seluruh dunia oleh observer, penilaian terhadap siklus I
pada makanan, pakaian dan gaya hidup, (2) Siswa pertemuan 1 pada RPP yang terdiri dari 28
bersama kelompok memperhatikan media gambar deskriptor, deskriptor sudah terlaksana 24.
yang dipajang oleh guru, (3) Guru meminta siswa Maka didapatkan persentase dari penilaian
bersama kelompok memprediksi media gambar RPP 85,71% berada pada kategori baik.
yang dipajang oleh guru, (4) Guru dan siswa 2) Pengamatan pelaksanaan pembelajaran
bertanya jawab mengenai media gambar yang a. Aktivitas guru dalam pelaksanaan
dipajang oleh guru, (5) Guru menjelaskan tentang pembelajaran PKn dengan pendekatan
contoh-contoh pengaruh globalisasi pada makanan, Contextual Teaching and Learning.
pakaian dan gaya hidup, (6) Guru membagikan Jumlah skor yang diperoleh adalah 26
LDK kepada masing-masing kelompok tentang dari jumlah skor maksimal yaitu 36
pengaruh globalisasi pada makanan, pakaian, dan dengan persentase 72,2%. Hasil
gaya hidup, (7) Siswa bersama kelompok pengamatan tersebut menunjukkan bahwa
membahas LDK yang dibagikan oleh guru, (8) tingkat keberhasilan guru dalam
Siswa dibawah pengawasan guru melakukan pembelajaran dengan pendekatan
diskusi, disini guru berperan sebagai fasilitator dan Contextual Teaching and Learning cukup.
membimbing siswa dalam melakukan diskusi Artinya, semua langkah-langkah dalam
kelompok, (9) Guru meminta masing-masing pembelajaran cukup terlaksana dengan
perwakilan kelompok menampilkan hasil diskusi baik.
kelompok, (10) Guru bersama siswa memeriksa
b. Aktivitas siswa dalam pelaksanaan
jawaban dari kelompok siswa.
pembelajaran dengan pendekatan
Langkah keenam refleksi, guru mencek
Contextual Teaching and Learning.
kembali pemahaman siswa tentang materi yang
Berdasarkan hasil pengamatan yang
telah dipelajari (1) Guru bertanya kepada siswa
dilakukan oleh pengamat terhadap
tentang materi yang belum dimengerti siswa, (2)

Jurnal Basicedu Vol 4 No 1 Tahun 2020 p-ISSN 2580-3735 e-ISSN 2580-1147


187 Pembelajaran PKn dengan Model Cooperative Learning Tipe Talking Stick – Raudatul Fitri, Neviyarni
dan Ahmad Zikri

aktivitas siswa dalam kegiatan and Learning dalam kategori sangat baik
pembelajaran siklus I pertemuan 1, jumlah namun masih ada beberapa deskriptor yang
skor yang diperoleh 20 dari skor maksimal belum muncul diantaranya yaitu: (1)
36. Dengan demikian, persentase skor rata- pemilihan materi ajar sesuai dengan
rata aktivitas siswa adalah 55,5%. Hal ini karakteristik siswa, (2) Pemilihan sumber dan
menunjukkan bahwa kriteria keberhasilan materi pembelajaran sesuai dengan
aktivitas siswa termasuk dalam kategori karakteristik siswa, (3) Selanjutnya kejelasan
kurang proses pembelajaran, (4) langkah- langkah
3) Pengamatan hasil belajar siswa pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu,
a. Aspek penilaian kognitif (5) Kemudian teknik pembelajaran yang tidak
Keberhasilan siswa dilihat dari hasil muncul yaitu teknik pembelajaran sesuai
evaluasi yang dilakukan pada akhir siklus I dengan karakteristik siswa.
pertemuan I tentang perkembangan
2) Refleksi Pelaksanaan Pembelajaran PKn
pengaruh globalisasi pada makanan,
Dengan Pendekatan Contextual Teaching
pakaian dan gaya hidup. Hasil belajar
and Learning Dari Aktivitas Guru dan
siswa kelas IV SDN 09 Bandar Buat Kota
Aktivitas Siswa
Padang yang diperoleh siswa dalam
a. Refleksi Aktifitas Guru
pembelajaran pada siklus I pertemuan I,
Pada saat menyiapkan kelas guru
mencapai nilai rata-rata kelas 69,57%. Hal
kurang menyiapkan kelas dengan baik
ini menujukkan bahwa kriteria
dan menyampaikan tujuan pembelajaran
keberhasilan aspek penilaian kognitif
dengan bahasa yang jelas. Guru tidak
termasuk ke dalam kategori cukup.
memberikan penegasan mengenai
b. Aspek Penilaian Afektif
jawaban yang diberikan siswa. Guru
Keberhasilan siswa dari aspek afektif
tidak mengawasi siswa saat keluar kelas.
dilihat selama proses pembelajaran
Guru tidak meminta siswa mendengarkan
berlangsung pada siklus I pertemuan 1.
hasil temuan dari temannya, kemudian
Nilai yang diperoleh siswa pada aspek
setelah siswa selesai memberikan
afektif berdasarkan paparan datadengan
tanggapan guru tidak meluruskan
skor rata-rata 5,35%. Dari data tersebut 18
tanggapan yang diberikan siswa. Guru
siswa tergolong tuntas dan 10 orang siswa
tidak meminta siswa mengulang jawaban
tergolong tidak tuntas dengan rata-rata
yang telah diberikan. Guru kurang
nilai 66,96%. Dengan demikian, hasil
menghargai hasil kerja siswa. Guru tidak
penilaian aspekafektif siswa kelas IV SDN
memberikan arahan kepada siswa tentang
09 Bandar Buat Kota Padang termasuk ke
apa yang akan dikerjakan. Tidak
dalam kategori cukup.
memberikan kesempatan kepada siswa
1) Refleksi Rencana Pelaksanaan untuk dapat mengungkapkan
Pembelajaran (RPP) pengetahuan yang diperoleh. Tidak
Dari hasil pengamatan yang dilakukan mengkondisikan siswa saat bertentangan
oleh observer pada siklus I pertemuan 1 dalam berpendapat. Guru tidak meminta
diketahui bahwa perencanaan pembelajaran siswa untuk berdo’a.
PKn dengan pendekatan Contextual Teaching

Jurnal Basicedu Vol 4 No 1 Tahun 2020 p-ISSN 2580-3735 e-ISSN 2580-1147


188 Pembelajaran PKn dengan Model Cooperative Learning Tipe Talking Stick – Raudatul Fitri, Neviyarni
dan Ahmad Zikri

b. Refleksi Aktifitas Siswa 10 orang lainnya mendapatkan nilai di


Siswa tidak berdoa dengan baik bawah ketuntasan minimum.
dan tidak mendengarkan guru dalam
Siklus II
menyampaikan tujuan pembelajaran
Sebelum pelaksanaan pembelajaran, terlebih
yang akan dipelajari. Siswa tidak
dahulu peneliti mempersiapkan rencana
mendengarkan penegasan yang diberikan
pembelajaran, LKS, lembar evaluasi, kunci
guru. Siswa tidak berkeliling sekolah
jawaban evaluasi, lembar pengamatan kognitif,
untuk menemukan contoh pengaruh
lembar pengamatan afektif, lembar pengamatan
globalisasi pada makanan, pakaian dan
rencana pelaksanaan pembelajaran, serta lembar
gaya hidup yang dipelajari. Siswa tidak
pengamatan aspek guru dan aspek siswa.
mendengarkan teman mempersentasikan
Kegiatan awal dimulai dengan guru
hasil temuan, kemudian siswa tidak
mengucapkan salam, menyiapkan kondisi kelas,
mendengarkan guru meluruskan
meminta siswa untuk berdoa, mengecek kehadiran
tanggapan yang diberikan guru. Siswa
siswa, melakukan apersepsi dan menyampaikan
tidak senang menerima teman kelompok
tujuan pembelajaran.
yang telah dibagi guru. Siswa tidak
Kegiatan inti dimulai dengan langkah
memperhatikan media yang dipajang
pertama kontruktivisme, guru membuka skemata
guru dan memprediksi media tersebut,
siswa (1) Guru bertanya jawab dengan siswa
kemudian perwakilan kelompok siswa
tentang komunikasi dimasa lalu dan masa
tidak mempresentasikan hasil diskusi.
sekarang, (2) Guru bertanya jawab dengan siswa
Siswa tidak mengulang jawaban yang
tentang pengertian komunikasi.
telah diberikan, kemudian siswa tidak
Langkah kedua menemukan, guru meminta
mendengarkan apa yang disampiakan
siswa keluar kelas untuk menemukan contoh
guru. Siswa tidak menunggu dengan
globalisasi pada komunikasi (1) Guru memberikan
tenang saat guru membagikan soal,
penjelasan kepada siswa agar tidak meribut saat
kemudian siswa tidak mendengarkan
keluar kelas. (2) Guru meminta siswa mencatat
guru memberikan arahan. Siswa tidak
hal-hal yang temukan, (3) Siswa mencatat contoh
mau menyimpulkan pembelajaran,
globalisasi pada komunikasi yang ditemuinya, (4)
kemudian siswa tidak berdo’a.
Guru meminta siswa kembali kedalam kelas
c. Refleksi terhadap Hasil belajar siswa
dengan tertib, (5) Siswa kembali kedalam kelas.
Pada aspek kognitif dari 28 siswa
Langkah ketiga bertanya, guru meminta
yang mendapatkan nilai hanya 15 siswa
siswa memberikan pertanyaan kepadanya
yang mendapat nilai diatas ketuntasan
temannya atas apa yang telah ditemukan,
minimum yang telah ditetapkan.
kemudian guru memanggil beberapa siswa
Sedangkan 13 orang lainnya
menampilkan hasil temuannya (1) Guru meminta
mendapatkan nilai di bawah ketuntasan
siswa mengumpulkan hasil temuannya, (2) Siswa
minimum yang telah ditetapkan sekolah
menampilkan hasil temuannya, (3) siswa lain
yaitu 75. Selanjutnya pada aspek afektif
mendengarkan temannya, (4) Siswa bertanya
dari 28 siswa yang mendapatkan nilai
tentang temuan temannya.
hanya 18 siswa yang mendapat nilai
Langkah keempat masyarakat belajar, guru
diatas ketuntasan minimum. Sedangkan
membagi siswa kedalam 4 kelompok, masing-

Jurnal Basicedu Vol 4 No 1 Tahun 2020 p-ISSN 2580-3735 e-ISSN 2580-1147


189 Pembelajaran PKn dengan Model Cooperative Learning Tipe Talking Stick – Raudatul Fitri, Neviyarni
dan Ahmad Zikri

masing kelompok terdiri dari 7-8 orang (1) Guru diberikan guru dengan cara bekerja secara
membagi siswa secara heterogen, (2) Guru individu, (5) Siswa mengumpulkan lembaran
memberikan penjelasan tentang pentingnya kerja jawabannya kedepan kelas.
sama dalam kelompok. Pengamatan
Langkah kelima pemodelan, guru 1) Pengamatan Rencana Pelaksanaan
memberikan contoh media gambar kepada siswa Pembelajaran (RPP)
(1) Guru memajang media gambar mengenai Penilaian terhadap RPP yang terdiri
contoh pengaruh globalisasi dari seluruh dunia dari 28 deskriptor sudah terlaksana yaitu 26.
pada komunikasi, (2) Siswa bersama kelompok Maka didapatkan persentase dari penilaian
memperhatikan media gambar yang dipajang oleh RPP pada pertemuan siklus II adalah 92,85
guru, (3) Guru meminta siswa bersama kelompok yang berada pada kategori sangat baik.
memprediksi media gambar yang dipajang oleh Komponen RPP dapat dikatakan sudah sesuai
guru, (4) Guru dan siswa bertanya jawab mengenai dengan yang diharapkan.
media gambar yang dipajang oleh guru, (5) Guru 2) Pengamatan Pelaksanaan Pembelajaran
menjelaskan tentang contoh-contoh pengaruh a. Aktivitas guru dalam pelaksanaan
globalisasi pada komunikasi, (6) Guru pembelajaran PKn dengan pendekatan
membagikan LDK kepada masing-masing Contextual Teaching and Learning.
kelompok tentang pengaruh globalisasi pada Jumlah skor yang diperoleh adalah
komunikasi, (7) Siswa bersama kelompok 34 dari jumlah skor maksimal yaitu 36
membahas LDK yang dibagikan oleh guru, (8) dengan persentase 94,5%. Hasil
Siswa dibawah pengawasan guru melakukan pengamatan tersebut menunjukkan
diskusi, disini guru berperan sebagai fasilitator dan bahwa tingkat keberhasilan guru dalam
membimbing siswa dalam melakukan diskusi pembelajaran dengan pendekatan
kelompok, (9) Guru meminta masing-masing Contextual Teaching and Learning
perwakilan kelompok menampilkan hasil diskusi sangat baik. Artinya, semua langkah-
kelompok, (10) Guru bersama siswa memeriksa langkah dalam pembelajaran sudah
jawaban dari kelompok siswa. terlaksana dengan sangat baik.
Langkah keenam refleksi, guru mencek b. Aktivitas siswa dalam pelaksanaan
kembali pemahaman siswa tentang materi yang pembelajaran PKn dengan pendekatan
telah dipelajari (1) Guru bertanya kepada siswa Contextual Teaching and Learning.
tentang materi yang belum dimengerti siswa, (2) Berdasarkan hasil pengamatan
Siswa memberikan umpan balik tentang yang dilakukan oleh pengamat terhadap
pertanyaan guru. aktivitas siswa dalam kegiatan
Langkah ketujuh penilaian nyata, guru pembelajaran siklus II, jumlah skor yang
memberikan soal-soal evaluasi untuk mengetahui diperoleh 32 dari skor maksimal 36.
sampai dimata pemahaman siswa mengenai Dengan demikian, persentase skor rata-
materi, (1) Guru memberikan soal pilihan ganda rata aktivitas siswa adalah 88,9%. Hasil
dan essay kepada siswa, (2) Guru menjelskan pengamatan tersebut menunjukkan
kepada siswa cara mengerjakan soal-soal tersebut, bahwa tingkat keberhasilan siswa dalam
(3) Guru meminta siswa mengerjakan secara pembelajaran dengan pendekatan
individu, (4) Siswa mengerjakan soal yang Contextual Teaching and Learning sudah

Jurnal Basicedu Vol 4 No 1 Tahun 2020 p-ISSN 2580-3735 e-ISSN 2580-1147


190 Pembelajaran PKn dengan Model Cooperative Learning Tipe Talking Stick – Raudatul Fitri, Neviyarni
dan Ahmad Zikri

sangat baik. Artinya, semua langkah- Refleksi Siklus II


langkah dalam pembelajaran sudah 1) Refleksi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
terlaksana dengan sangat baik. (RPP)
3) Penilaian hasil belajar Refleksi dari perencanaan siklus II
a. Aspek Penilaian Kognitif dilihat dari hasil paparan siklus II diketahui

Keberhasilan siswa dilihat dari hasil bahwa perencanaan pembelajaran sudah

evaluasi yang dilakukan pada akhir siklus terlaksana dengan sangat baik, walaupun

II. Hasil belajar siswa kelas IV SDN 09 masih ada dalam alokasi waktu yang tidak

Bandar Buat Kota Padang yang diperoleh sesuai, namun langkah pembelajaran telah

siswa dalam pembelajaran pada siklus II, dilaksanakan dengan sangat baik. Artinya

mencapai nilai rata-rata kelas 86,33%. RPP pada siklus II telah berhasil.

Berdasarkan hasil pengamatan tersebut, 2) Refleksi aktivitas guru dan siswa

masih ada siswa yang mendapatkan nilai Pelaksanaan pembelajaran dengan

di bawah KKM yang telah ditentukan pendekatan Contextual Teaching and

yaitu 2 orang siswa dan 26 orang siswa Learning telah berhasil dilaksanakan sesuai

yang mendapat nilai diatas kriteria dengan waktu yang direncanakan.

ketuntasan minimum (KKM) dari 28 orang Pelaksanaan pembelajaran jika dilihat dari

siswa. Dengan demikian, hasil penilaian aspek guru dan aspek siswa sudah terlaksana

aspek kognitif siswa kelas IV SDN 09 dengan kategori sangat baik.

Bandar Buat Kota Padang termasuk ke 3) Refleksi Hasil Belajar Siswa


dalam kategori sangat baik. Maka dapat Dari hasil penilaian pelaksanaan
diambil kesimpulan penelitian tindakan pembelajaran dengan pendekatan Contextual
kelas dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning yang telah
Teaching and Learning sudah berhasil. dilaksanakan, dapat dilihat bahwa hasil
b. Aspek Penilaian Afektif belajar siswa meningkat. Untuk aspek

Berdasarkan lembar pengamatan kognitif meningkat menjadi 86,33% dan

aspek afektif siklus II, penilaian aspek aspek afektif 97,67%. Dengan demikian,

afektif siswa diperoleh gambaran bahwa dapat disimpulkan pembelajaran pada siklus

28 orang siswa berada pada kriteria II ini telah berjalan sesuai dengan yang

ketuntasan minimum (KKM) dengan direncanakan. Hasil tes siklus II menunjukkan

kualifikasi sangat baik dengan nilai rata- bahwa tingkat ketuntasan untuk kelas telah

rata yang diperoleh 97,67%. Dengan sesuai dengan apa yang diharapkan. Maka

demikian, hasil penilaian aspek afektif penelitian ini sudah dapat dikatakan berhasil.

siswa kelas IV SDN 09 Bandar Buat


Berdasarkan hasil observasi dan diskusi
KotaPadangdalam pembelajaran PKn
peneliti dengan guru kelas IV, penyebab belum
dengan pendekatan Contextual Teaching
terlaksananya pendekatan Contextual Teaching
and Learning termasuk ke dalam kategori
and Learning siklus I ini adalah siswa kurang
sangat baik. Maka dapat diambil
mendengarkan apa yang disampaikan guru karena
kesimpulan penelitian tindakan kelas
saat proses pembelajaran siswa banyak yang
dengan pendekatan Contextual Teaching
meribut, kemudian saat temannya menampilkan
and Learning sudah berhasil.

Jurnal Basicedu Vol 4 No 1 Tahun 2020 p-ISSN 2580-3735 e-ISSN 2580-1147


191 Pembelajaran PKn dengan Model Cooperative Learning Tipe Talking Stick – Raudatul Fitri, Neviyarni
dan Ahmad Zikri

temuan kedepan kelas siswa kurang mendengarkan buku tulisnya sebagai bahan siswa untuk belajar di
apa yang disampaikan teman, sehingga saat siswa rumah.
diminta menanggapi penampilan teman banyak Berdasarkan hasil pelaksanaan pembelajaran
siswa yang diam. Selain itu hal ini juga disebabkan yang telah dilakukan maka perlu dilakukan
kurangya pengelolaan kelas yang dilakukan oleh perbaikan, untuk itu peneliti melakukan siklus II
peneliti, sehingga peneliti kesulitan mengontrol agar pelaksanaan pembelajaran PKn dengan
siswa. pendekatan Contextual Teaching and Learning
Berdasarkan hasil pengamatan yang yang diharapkan ini dapat terlaksana dengan
diperoleh pada siklus I maka direncanakan untuk sangat baik.
melakukan siklus II dengan tujuan agar siswa lebih
aktif dan tertarik untuk belajar. Guru seharusnya Siklus II
dapat mengaktifkan semua siswa tanpa kecuali Berdasarkan analisis data yang dilakukan
agar potensi yang ada pada siswa dapat tergali dan observer pada lembaran pengamatan RPP
berkembang. Guru harus dapat memberikan diketahui bahwa perolehan skor pada siklus II
motivasi kepada siswa dalam pembelajaran. adalah 26 dengan skor maksimal 28 dengan
Sehingga rencana pelaksanaan pembelajaran persentase 92,85% dengan kriteria sangat baik.
(RPP) yang telah dibuat sesuai dengan Dimana pengorganisasian materi ajar tidak sesuai
pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan dengan materi ajar, kemudian pemilihan
Berdasarkan diskusi peneliti dengan sumber/materi pesmbelajaran tidak sesuai dengan
observer, pelaksanaan pembelajaran pada siklus I karakteristik siswa. Berdasarkan pemaparan data
masih memiliki kekurangan-kekurangan yang yang disajikan di atas, dapat disimpulkan bahwa
perlu diperbaiki yaitu: perencanaan pembelajaran PKn dengan
Pelaksanaan pembelajaran belum sesuai pendekatan Contextual Teaching and Learning di
dengan yang telah direncanakan. Selama SDN 09 Bandar Buat Kota Padang telah terlaksana
pelaksanaan pembelajaran PKn dengan dengan kriteria sangat baik pada siklus II.
menggunakan pendekatan Contextual Teaching Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II
and Learning ditemukan hal-hal sebagai berikut: sesuai dengan apa yang telah direncanakan.
(1) pada saat membentuk kelompok, walapun Berdasarkan diskusi peneliti dengan observer,
peneliti telah berdisikusi dengan guru kelas dalam selama pelaksanaan pembelajaran ditemukan
membagi kelompok secara heterogen siswa masih beberapa hal sebagai berikut: (1) penyajian materi
banyak yang meribut dan memilih-milih teman, (2) dengan pendekatan Contextual Teaching and
pada saat berdiskusi dalam kelompok siswa masih Learning sudah sesuai dengan perencanaan awal,
meribut, tidak mau bekerjasama dengan teman di (2) pada saat membentuk kelompok, siswa tidak
kelompoknya, (3) siswa kurang berani dalam lagi memilih-milih teman, (3) siswa sudah tidak
mengemukakan pendapatnya baik dalam ribut saat melakukan diskusi kelompok, karena
memberikan pertanyaan dalam proses guru membimbing siswa agar serius berdiskusi, (4)
pembelajaran, (4) siswa kurang termotivasi karena siswa sudah berani mengemukakan pendapatnya,
guru kurang memotivasi dan memberikan dan mengelola ide-ide dan pemikirannya sehingga
penguatan kepada siswa, (5) dalam kegiatan tidak mengandalkan temannya yang pandai lagi,
penutup guru hendaknya memberi catatan (5) siswa sudah termotivasi dalam belajar sehingga
kesimpulan dan diminta siswa mencatat di dalam siswa semangat dalam belajar, (6) siswa telah

Jurnal Basicedu Vol 4 No 1 Tahun 2020 p-ISSN 2580-3735 e-ISSN 2580-1147


192 Pembelajaran PKn dengan Model Cooperative Learning Tipe Talking Stick – Raudatul Fitri, Neviyarni
dan Ahmad Zikri

mencatat materi yang diberi guru kedalam buku Hatta University Press.
catatan untuk dipelajari selanjutnya dirumah. Aris Shoimin. 2014. 68 Model Pembelajaran
Berdasarkan analisis data pengamatan Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media.
aktivitas guru dan siswa. Pada siklus II
pengamatan aktifitas guru diperoleh skor 34 dari Beni Ahmad Saebani. 2008. Metode Penelitian.
Bandung: Pustaka Setia.
skor maksimal 36 dengan persentase 94,5% dan
Basrowi & Suwandi. 2008. Memahami penelitian
kualifikasi sangat baik. Pada aktivitas siswa kualitatif. Jakarta : Rineka cipta
diperolehan skor 32 dari skor maksimal 36 dengan
Departemen Pendidikan Nasional. 2006. KTSP.
persentase 88,9% dengan kualifikasi sangat baik. Jakarta: Depdiknas.

Hamzah B Uno, dkk. 2011. Menjadi Peneliti PTK


SIMPULAN
yang Profesional. Jakarta: Bumi Aksara.
Dari paparan data, hasil penelitian, dan
Igak Wardhani dan Kuswaya Wihardit. 2011.
pembahasan, simpulan yang dapat diambil dari Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:
penelitian ini adalah sebagai berikut: Perencanaan Universitas Terbuka.
pembelajaran dituangkan dalam bentuk RPP. RPP Imas Kurnaisih & Berlin Sani. 2015. Ragam
dibuat sesuai dengan langkah-langkah Contextual Pengembangan Model Pembelajaran. Jakarta:
Kata Pena.
Teaching and Learning yaitu: kontruktivisme,
Istarani. 2012. 58 Model Pembelajaran Inovatif.
menemukan, bertanya, masyarakat belajar, Medan: Media Persada.
pemodelan, refleksi dan penilaian nyata.
Kaelan & Ahmad. 2007. Pendidikan
Berdasarkan kesimpulan yang telah Kewarganegaraan. Yogyakarta : Paradigma.
diperoleh dalam penelitian ini diajukan beberapa
Kimberly Fujioka. 1998. “The Talking Stick: An
saran untuk dipertimbangkan, yaitu diharapkan American Indian Tradition in the ESL
Classroom.” The Internet TESL Journal (Vol.
guru hendaknya dapat membuat rencana
IV, No. 9) Hlm 2.
pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan
Kunandar. 2008. Langkah mudah penelitian
ketentuan-ketentuan dalam kurikulum dengan tindakan kelas sebagai pengembangan profesi
pendekatan Cotextual Teaching and Learning guru. Jakarta : Rajawali Pers.

dalam pembelajaran PKn, agar pembelajaran Nana sudjana. 2009. Penilaian hasil proses belajar
mengajar. Bandung: PT. Remaja rosdakarya.
berlangsung efektif dan efisien, dan dapat
melaksanakan pembelajaran PKn dengan Ngalim purwanto. 2004. Prinsip-prinsip dan teknik
evaluasi pembelajaran. Bandung : PT.
pendekatan Contextual Teaching and Learning. Remaja Rosdakarya.
Guru juga sebaiknya melaksanakan pembelajaran
Rusman. 2012. Model-model pembelajaran.
sesuai dengan RPP yang telah disusun sehingga Jakarta: Rajawali pers.
pembelajaran diharapkan tercapai dengan baik. Slavin, Robert E. 2005. Cooperative Learning.
Bandung: Nusa Media.
DAFTAR PUSTAKA
Trianto. 2013. Model-Model Pembelajaran
Agus Suprijono. 2012. Cooperative Learning. Inovatif Berorientasi Kontruktivis. Jakarta:
Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Prestasi Pustaka.
Pustaka Belajar.
Tukiran taniredja. 2014. Model-model
Ahmad Susanto. 2013. Teori belajar dan pembelajaran inovatif dan efektif. Bandung:
pembelajaran disekolah dasar. Jakarta : alfabeta.
Kencana.
Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama. 2011.
Akmal. 2014. Pendidikan kewarganegaraan dalam Mengenal Penelitian Tindakan Kelas.
perspektif ketahanan nasional. Padang : Bung Jakarta: PT Indeks.

Jurnal Basicedu Vol 4 No 1 Tahun 2020 p-ISSN 2580-3735 e-ISSN 2580-1147


193 Pembelajaran PKn dengan Model Cooperative Learning Tipe Talking Stick – Raudatul Fitri, Neviyarni
dan Ahmad Zikri

Zainal Aqib. 2013. Model-Model Pembelajaran


Kontekstual (Inovatif). Bandung: Penerbit
Yrama Widya.

Jurnal Basicedu Vol 4 No 1 Tahun 2020 p-ISSN 2580-3735 e-ISSN 2580-1147


SSN: 2614-6754 (print) Halaman 3177-3180
ISSN: 2614-3097(online) Volume 4 Nomor 3 Tahun 2020

Pembelajaran Tematik Terpadu dengan Model Cooperative Learning Tipe


Talking Stick di Sekolah Dasar

Vivi Novita Mayesi Putri. K1), Arwin2)


Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Negeri Padang
1)
vivikertowongso@gmail.com, 2)arwinrasyid62@gmail.com

Abstrak

Penelitian dilatarbelakangi oleh hasil belajar siswa dalam pembelajaran tematik terpadu di
kelas IV SDN 01 Benteng Pasar Atas Kota Bukittinggi masih rendah. Tujuan penelitian
adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran tematik terpadu dengan
Model Cooperative Learning Tipe Talking Stick di Kelas IV SDN 01 Benteng Pasar Atas Kota
Bukittinggi. Hasil penelitian menunjukkan perencanaan, pelaksanaan dan hasil belajar
mengalami peningkatan. Penilaian RPP siklus I yaitu 74,97% dan pada siklus II meningkat
menjadi 97,22%. Penilaian pelaksanaan dari aktivitas guru siklus I yaitu 78% dan meningkat
pada siklus II 97%. Untuk aktivitas siswa siklus I 75% meningkat pada siklus II 95 %.
Penilaian hasil belajar siswa siklus I 75 dan meningkat pada siklus II 87. Kesimpulannya,
Cooperative Learning Tipe Talking Stick dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran pembelajaran tematik terpadu di kelas IV SDN 01 Benteng Pasar Atas.

Kata Kunci3: Tipe Pembelajaran Cooperatif Talking Stick, Tematik Terintegrasi

Abstract

The research is motivated by student learning outcomes in integrated thematic learning in


class IV SDN 01 Benteng Pasar Atas Kota Bukittinggi is still low. The aim of the study was to
improve student learning outcomes in integrated thematic learning with the Cooperative
Learning Model Talking Stick in Class IV SDN 01 Benteng Pasar Atas Kota Bukittinggi. The
results of the study show that planning, implementation and learning outcomes have
increased. The RPP assessment of the first cycle was 74,97% and in the second cycle it
increased to 97,22%. The evaluation of the implementation of teacher activities in the first
cycle was 78% and increased in the cycle of 97%. For the activities of students in the first
cycle 75% increased in the cycle of 95%. %. Assessment of student learning outcomes in the
first cycle was 75 and increased in the second cycle 87. In conclusion, Cooperative Learning
Type Talking Stick can improve student learning outcomes in integrated thematic learning
learning in class IV SDN 01 Benteng Pasar Atas Kota Bukittinggi.

Keyword: Cooperatif Learning type Talking Stick, Integrated Thematic

PENDAHULUAN
Pembelajaran tematik terpadu merupakan pembelajaran yang mengaitkan beberapa
mata pelajaran dalam satu tema. Hal ini sesuai dengan ungkapan Kemendikbud (2013:7)
bahwa “pembelajaran dengan memadukan beberapa mata pelajaran melalui penggunaan
tema, dimana peserta didik tidak mempelajari materi mata pelajaran secara terpisah, semua
mata pelajaran yang ada di sekolah dasar sudah melebur menjadi satu kegiatan
pembelajaran yang diikat dengan tema”. Pembelajaran tematik terpadu di SD mempunyai
tujuan untuk memudahkan siswa dalam memahami materi pembelajaran, serta
mengembangkan berbagai kemampuan siswa dalam tema tertentu. Hal ini senada dengan
pendapat Kemendikbud (2013:193) yang pembelajaran tematik terpadu bertujuan untuk:
a) mudah memusatkan perhatian pada satu tema atau topik tertentu, b) mempelajari
pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi mata pelajaran dalam tema
yang sama, c) lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi yang

Jurnal Pendidikan Tambusai 3177


SSN: 2614-6754 (print) Halaman 3177-3180
ISSN: 2614-3097(online) Volume 4 Nomor 3 Tahun 2020

disajikan dalam konteks tema yang jelas, d) budi pekerti dan moral siswa dapat
ditumbuhkembangkan dengan mengangkat sejumlah nilai budi pekerti sesuai dengan
situasi dan kondisi.
Sebaiknya dalam pembelajaran pembelajaran tematik terpadu seorang guru harus
lebih menekankan pada unsur pendidikan dan pembekalan pada siswa. Penekanan
pembelajaran tidak hanya sebatas konsep yang bersifat hafalan belaka, melainkan terletak
pada upaya guru agar siswa mampu menjadikan ilmu yang telah dipelajarinya menjadi bekal
dalam memahami. Oleh karena itu seorang guru sangat dituntut untuk memiliki kemampuan
dan keterampilan dalam melaksanakan pembelajaran dengan baik. Agar dalam pelaksanaan
pembelajaran siswa lebih giat dan termotivasi, sehingga hasil belajar yang diharapkan pun
juga akan terlaksana menjadi lebih baik. Tetapi pada kenyataannya dampak pembelajaran
tematik terpadu masih belum begitu dirasakan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini terlihat
dari sikap siswa yang masih kurang mampu berfikir secara logis dan kritis dalam
menanggapi masalah, kurang mampu dalam memiliki kesadaran dengan lingkungan sekitar
dan masih kurang nya bekerjasama dengan teman.
Berdasarkan pengalaman peneliti selama mengajar di kelas IV SDN 01 Benteng
Pasar Atas Kota Bukittinggi dalam pembelajaran tematik terpadu terdapat beberapa
permasalahan diantaranya: 1) Guru masih terfokus pada tujuan pembelajaran yang terdapat
paga buku guru 2) Guru belum memakai model pembelajaran yang membuat siswa aktif
sehingga kompetensi dasar tidak tercapai dengan maksimal. 3) Pada saat pelaksanaan
pembelajaran, masih terpusat kepada guru. 4) Masih belum terlihatnya proses pembelajaran
tematik terpadu, langkah kegiatan pembelajaran hanya menggunakan yang tertulis di buku
guru. 5). Siswa kurang dalam berkreatifitas karana pada dasarnya siswa hanya menerima
apa yang disampaikan oleh guru.
Pemilihan model pembelajaran yang tepat akan membantu tercapainya tujuan
pembelajaran, selain itu penggunaan model pembelajaran dapat mempermudah proses
pembelajaran dan mengurangi kejenuhan yang dialami siswa. Salah satu alternatif model
pembelajaran yang dapat digunakan guru dalam pembelajaran Tematik Terpadu adalah
model pembelajaran Cooperative Learning tipe Talking Stick. Model Talking Stick
merupakan suatu model pembelajaran yang menggunakan bantuan tongkat sebagai bahan
utamanya, serta menekankan keterlibatan siswa pada proses pembelajaran untuk berani
mengemukakan pendapatnya sehingga siswa mudah mengingat pelajaran yang diberikan.
Cooperative Learning tipe Talking Stick memiliki banyak keunggulan. Keunggulan
Talking Stick menurut Suprijono, (2017:165) menyatakan “Model-model pembelajaran
Talking Stick memiiliki kelebihan, dimana kelebihannya adalah: 1). Menguji kesiapan siswa;
2). Melatih membaca dan memahami dengan cepat; 3). Agar lebih giat belajar.” Lisdayanti
menambahkan “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatife Talking Stick di Kelas
V”(Volume 2,No 1) yaitu menguji kesiapan siswa,melatih membaca pada siswa, melatih
memahami materi dengan cepat, agar lebih giat belajar dahulu, mengajarkan siswa dalam
mengeluarkan pendapat sendiri, agar siswa berpikir sendiri apa jawaban dari pertanyaan
tersebut, dan mengasah pengetahuan dan pengalaman siswa
Berdasarkan uraian pada latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka
masalah umum penelitian ini adalah bagaimanakah peningkatan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran tematik terpadu dengan Model Cooperative Learning Tipe Talking Stick di
Kelas IV SDN 01 Benteng Pasar Atas Kota Bukittinggi? Rumusan masalah secara khusus
yaitu, bagaimana perencanan, pelaksanaan, dan peningkatan hasil belajar siswa pada
pembelajaran tematik terpadu dengan Model Cooperative Learning Tipe Talking Stick di
Kelas IV SDN 01 Birugo Kota Bukitiinggi?
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk memperbaiki proses
pembelajaran dengan melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul “Peningkatan Hasil
Tematik Terpadu Siswa Menggunakan Model Cooperative Learning Tipe Talking Stick Di
Kelas IV SDN 01 Benteng Pasar Atas Kota Bukittinggi”
Tujuan dari penelitian adalah untuk mendeskripsikan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran tematik terpadu dengan Model Cooperative Learning Tipe Talking Stickdi

Jurnal Pendidikan Tambusai 3178


SSN: 2614-6754 (print) Halaman 3177-3180
ISSN: 2614-3097(online) Volume 4 Nomor 3 Tahun 2020

Kelas IV SDN 01 Benteng Pasar Atas Kota Bukittinggi . Penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat bagi siswa yaitu dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada
pembelajaran tematik terpadu di Sekolah Dasar (SD). Bagi guru yaitu sebagai bahan
masukan bagi guru-guru SD dalam rangka penyempurnaan proses pembelajaran yang akan
dilakukan dan dapat memperkaya model-model pembelajaran dalam pembelajaran tematik
terpadu di Sekolah Dasar (SD). Bagi pembaca, hendaknya dapat memberikan kontribusi
bagi peningkatan hasil belajar pembelajaran tematik terpadu dengan menggunakan Model
Cooperative Learning Tipe Talking Stick di SD.

METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) menggunakan pendekatan
kualitatif dan kuantitatif. Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan model siklus yang
dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart (dalam Suharsimi, 2006:16). Model siklus ini
mempunyai empat komponen yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi.
Penelitian dilaksanakan di IV SDN 01 Benteng Pasar Atas Kota Bukittinggi. Subjek
penelitian adalah guru dan siswa kelas IV SDN 01 Benteng Pasar Atas Kota Bukittinggi,
dengan jumlah siswa 29 orang. Sumber data penelitian adalah guru dan siswa kelas IV SDN
01 Benteng Pasar Atas Kota Bukittinggi. Data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan
teknik observasi dan tes. Instrumen penelitian ini berupa lembar observasi RPP, lembar
observasi (aspek guru dan peserta didik), LKDK, dan soal tes. Penelitian dilaksanakan
semester II tahun ajaran 2019/2020. Penelitian dilakukan dalam dua siklus. Siklus I
pertemuan 1 dilaksanakan hari Senin, 9 Maret 2020 dan pertemuan 2 pada hari Kamis, 12
Maret 2020 dan Siklus II dilaksanakan pada hari Selasa,17 Maret 2020
Data yang diperoleh dalam penelitian dianalisis dengan menggunakan analisis data
kualitatif dan kuantitatif. Bogdan dan Taylor (dalam V.Wiratna, 2014:19) menyatakan bahwa
“Pendekatan kualitatif adalah salah satu prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang-orang yang diamati.” Sedangkan
menurut Sugiono (2011:20), “Pendekatan kuantitatif dilakukan dengan mengumpulkan data
yang berupa angka. Data yang berupa angka tersebut kemudian diolah dan dianalisis untuk
mendapatkan suatu informasi ilmiah dibalik angka-angka tersebut.”

HASIL DAN PEMBAHASAN


Perencanaan merupakan bagian dari proses pembelajaran. Berhasil tidaknya suatu
pembelajaran tergantung kepada perencanaan yang disusun guru. Menurut Farida (2005:71)
“program pembelajaran merupakan kegiatan kelas yang dirancang guru dalam
menggambarkan tahap demi tahap kegiatan yang dilakukan oleh guru bersama siswa
sehubungan dengan topik yang dipelajarinya”. Penyusunan perencanaan tindakan
pembelajaran tematik terpadu pada siklus I dan siklus II disusun berdasarkan langkah-
langkah model Cooperative Learning tipe Talking Stick pada semester 2 dan berpedoman
pada Kurikulum 2013 dan diwujudkan dalam bentuk RPP.
Hasil penelitian siklus I diperoleh pembelajaran dengan Model Cooperative Learning
Tipe Talking Stick belum terlaksana sesuai dengan yang diharapkan, karena perencanaan
belum sesuai dengan pelaksanaan, karena ditemukan beberapa kekurangan, diantaranya
yaitu 1) Guru belum meminta kepada masing-masing kelompok untuk menentukan ketua
kelompok sehingga siswa tidak menunjuk keta kelompok, 2) Guru belum menanyakan kesan
dan pesan selama pembelajaran kepada siswa, 3) Guru belum meminta siswa untuk
menyempurnakan hasil kerja kelompok sehingga siswa tidak menyemurnakan hasil kerja
kelompoknya.
Pelaksanaan pembelajaran dengan Model Cooperative Learning Tipe Talking Stick
pada siklus II sudah terlaksana sesuai dengan yang diharapkan karena pelaksanaan sudah
sesuai dengan perencanaan. Berdasarkan diskusi peneliti dengan observer, selama
pelaksanaan pembelajaran tematik terpadu dengan menggunakan model pembelajaran
Talking Stick ditemukan beberapa diantaranya yaitu: 1) Guru telah meminta kepada masing-
masing kelompok untuk menentukan ketua kelompok sehingga siswa tidak menunjuk keta

Jurnal Pendidikan Tambusai 3179


SSN: 2614-6754 (print) Halaman 3177-3180
ISSN: 2614-3097(online) Volume 4 Nomor 3 Tahun 2020

kelompok, 2) Guru telah menanyakan kesan dan pesan selama pembelajaran kepada
siswa, 3) Guru telah meminta siswa untuk menyempurnakan hasil kerja kelompok sehingga
siswa tidak menyemurnakan hasil kerja kelompoknya.
Berdasarkan penjelasan data analisis penelitian siklus II, hasil belajar siswa dalam
pembelajaran tematik terpadu dengan menggunakan Model Cooperative Learning Tipe
Talking Stick sudah mencapai nilai yang diharapkan. Hal ini dapat terlihat dengan hasil
belajar siswa sudah meningkat. Rata-rata hasil belajar siswa pada Siklus I Pertemuan 1
pada aspek pengetahuan 71,5 dengan kualifikasi baik dan aspek keterampilan 78,7 dengan
kualifikasi baik. Hasil belajar siswa pada Siklus I Pertemuan 2 adalah aspek pengetahuan
79,2 dengan kualifikasi baik dan aspek keterampilan 79,3 dengan kualifikasi baik.Dan
meningkat pada Siklus II aspek pengetahuan 87 dengan kualifikasi baik dan aspek
keterampilan 92,4 dengan kualifikasi amat baik. Dengan demikian, dari hasil yang diperoleh
pada siklus II, maka pelaksanaan siklus II telah terlaksana dengan sangat baik dan peneliti
telah berhasil meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran tematik terpadu dengan
Model Cooperative Learning Tipe Talking Stick di kelas IV SDN 01 Benteng Pasar Atas Kota
Bukittinggi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik di bawah ini.

100

50 pengetahuan
keterampilan
0
pertemuan 1 pertemuan 2 pertemuan 3

SIMPULAN
Berdasarkan data hasil pengamatan, hasil penelitian, dan pembahasan dalam Bab IV
simpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Perencanaan pembelajaran tematik terpadu dengan Model Cooperative Learning tipe
Talking Stick di kelas IV SDN 01 Benteng Pasar Atas Kota Bukittinggi disusun dalam
bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Berdasarkan pengamatan terhadap RPP,
maka didapatkan hasil pada siklus I diperoleh nilai rata-rata 74,95% (kualifikasi cukup).
Dan pada siklus II meningkat menjadi 97,22% (kualifikasi amat baik).
2. Pelaksanaan pembelajaran tematik terpadu dengan Model Cooperative Learning tipe
Talking Stick di kelas IV SDN 01 Benteng Pasar Atas Kota Bukittinggi dilihat dari 2
aspek pengamatan yaitu aspek guru dan aspek siswa. Hasil peningkatan pelaksanaan
pembelajaran dari aspek guru dan pada aspek siswa pada siklus I yaitu 78% dan 75%
dan pelaksanaan pembelajaran dari aspek guru dan aspek siswa meningkat pada siklus
II menjadi 97% dan 95%
3. Hasil belajar siswa dari siklus I di peroleh persentase rata-rata 75,35 dengan kualifikasi
baik dan hasil belajar siswa pada siklus II meningkat dengan rata-rata 87 dengan
kualifikasi baik.
.
DAFTAR PUSTAKA
Sardijo, dkk. 2014. Pendidikan IPS di SD. Jakarta: UniversitasmTerbuka.
Kunandar. 2014. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Nurasma. 2008. Model Pembelajaran Kooperatif. Jakarta: Depdiknas
Majid, Abdul. 2014. Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: Interes Media
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta
V.Wiratna. 2014. Metodologi Penelitian Lengkap, Praktis, dan Mudah Dipahami. Yogyakarta
: Pustaka Baru

Jurnal Pendidikan Tambusai 3180


SSN: 2614-6754 (print) Halaman 3214-3222
ISSN: 2614-3097(online) Volume 4 Nomor 3 Tahun 2020

Peningkatan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Tematik


Terpadu Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking
Stick di Kelas V SD Negeri 11 Gadut
Cyntia Septianingrum1). Hamimah2)
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Negeri Padang
E-mail: cyntiaseptian21@gamil.com!). hamimah@fip.unp.ac.id2)

Abstrak

Penelitian ini memiliki tujuan menggambarkan peningkatan hasil belajar tema 3 menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick di kelas V SD Negeri 11 Gadut. Penelitian ini
merupakan penalitian tindakan kelas (PTK) yang menggunakan pendekatan kualitatif dan
pendekatan kuantitatif. Dilaksanakan dua siklus, yaitu siklus I terdiri dari 2 pertemuan dan siklus
II 1 kali pertemuan. Subjek dalam penelitian ini adalah gutru kelas V sebagai observer, peneliti
sebagai praktisi, dan siswa SD Negeri 11 Gadut yang berjumlah 23 orang. Hasil penelitian
menunjukkan peningkatan yaitu: a) hasil pengamatan RPP pada sisklus I 75%, meningkat pada
siklus II menjadi 89,43%. b) b) hasil aktivitas guru pada siklus I 78,75%, meningkat pada siklus
II menjadi 87,5%. c) hasil aktivitas siswa pada siklus I 77,5%, meningkat pada siklus II menjadi
85%. d) penilaian hasil belajar siswa, pada siklus I rata-ratanya yaitu 65,85 lalu meningkat pada
siklus II menjadi 92,5. Berdasarkan hasil tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa model
kooperatif tipe Talkng Stick dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada tema 3.

Kata kunci: Hasil Belajar, Model Kooperatif Ttipe Talking Stick

Abstact

This research has the aim of describing the improvement of the results of learning theme 3
using talking stick type cooperative learning model in class V SD Negeri 11 Gadut. This
research is a class action (PTK) study that uses a qualitative approach and quantitative
approach. Implemented two cycles, namely cycle I consists of 2 meetings and cycle II 1
meeting. The subjects in this study were class V students as observer, researcher as
practitioner, and 11 Gadut State Elementary School students who numbered 23 people. The
results showed an increase in: a) rpp observations in cyclus I 75%, increased in cycle II to
89.43%. b) b) teacher activity results in cycle I 78.75%, increasing in cycle II to 87.5%. c)
student activity results in cycle I 77.5%, increasing in cycle II to 85%. d) assessment of student
learning outcomes, in cycle I the average is 65.85 and then increased in cycle II to 92.5. Based
on these results, it can be concluded that talkng stick type cooperative model can improve
students' learning outcomes on theme 3.

Keywords: Learning Outcomes, Talking Stick Type Cooperative Model

PENDAHULUAN
Pembelajaran tematik terpadu menurut Rusyita (dalam Jurnal Mitra Pendidikan Vol 2 No
7, 2018; 605) “Berguna untuk memberikan kemudahan bagi siswa untuk memahami konsep
materi serta menumbuhkan semangat belajar dan rasa ingin tahu yang tinggi, karena materi
yang diajarkan yakni materi yang bersifat nyata dan bermakna bagi siswa.” Dalam
pelaksanaannya, pembelajaran tematik terpadu terdiri dari tema yang memuat beberapa mata
pelajaran yang saling terkait satu sama lain. Tujuan dari adanya tema ini untuk menguasai

Jurnal Pendidikan Tambusai 3214


SSN: 2614-6754 (print) Halaman 3214-3222
ISSN: 2614-3097(online) Volume 4 Nomor 3 Tahun 2020

konsep-konsep dan menemukan hubungan atau keterkaitan dari beberapa mata pelajaran
yang terdapat dalam tema tersebut.
Pembelajaran tematik terpadu dapat dikombinasikan dengan model pembelajaran
kooperatif (cooperative learning). Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif, guru
dapat mendorong sikap mandiri siswa untuk menemukan dan menggali konsep materi yang
dipelajari. Menurut Slavin (dalam Isjoni, 2011:15) bahwa “Pembelajaran kooperatif adalah
suatu model dimana siswa dibagi menjadi beberapa kelompok kecil yang anggotanya terdiri
dari 4-6 orang, yang belajar dan bekerja secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa
lebih bersemangat dalam belajar”. Menjadikan siswa sebagai pusat dalam proses
pembelajaran merupakan tujuan utama dari pembelajaran kooperatif.
Dengan demikian, pembelajaran tematik terpadu dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif ditujukan bagi siswa, agar siswa dapat berperan sebagai pusat dalam
pembelajaran, sehingga siswa mampu berperan aktif dalam pembelajaran dan kreatif dalam
mengemukakan konsep yang didapat dalam pembelajaran tersebut. Selain itu, guru juga harus
kreatif dalam menciptakan media pembelajaran dan mampu menerapkan model pembelajaran
kooperatif yang dapat membuat suasana pembelajaran menjadi menyenangkan.
Untuk mewujudkan hal di atas, dalam proses pembelajaran guru harus mampu
menciptakan susana yang kondusif dengan memberikan kebebasan beraktifitas dan bertindak
kepada siswa. Proses pembelajaran tematik terpadu harus dapat melibatkan siswa secara
totalitas sehingga pembelajaran menjadi menyenangkan dan bermakna. Dan guru sebagai
fasilitator harus memiliki kemampuan dalam menciptakan pembelajaran yang aktif, kreatif, dan
menyenangkan. Selain itu, guru harus mampu mencapai tiga aspek pembelajaran yaitu
kognitif, afektif, dan psikomotor, sehingga potensi siswa dapat berkembang dengan semestinya
dan hasil belajar siswa dapat ditingkatkan.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru di kelas V SD Negeri 11
Gadut yang dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 20 Agustus 2020 dan tanggal 27 Agustus
2020, peneliti melihat beberapa permasalahan dalam pelaksanaan pembelajaran tematik
terpadu, diantaranya pada aspek Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), aspek guru, dan
aspek siswa.
Pada aspek RPP, permasalahan yang peneliti temukan yaitu (1) RPP yang telah
dirancang oleh guru kurang singkron antara KD dengan indikator; (2) Model pembelajaran yang
terdapat dalam RPP belum diterapkan dengan sepenuhnya pada saat proses pembelajaran;
(3) Lampiran materi pada RPP hanya bersumber dari buku guru dan buku siswa saja, sehingga
materi yang disampaikan guru kepada siswa sangat dangkal.
Permasalahn dari aspek guru diantaranya, yaitu (1) Proses pembelajaran masih
berpusat pada guru dan siswa hanya menerima dan mendengarkan apa yang disampaikan
oleh guru; (2) Guru kurang menggunakan media pembelajaran, sehingga pembelajaran
menjadi kurang menarik bagi siswa; (3) Guru masih kurang memberi kesempatan berdiskusi
kepada siswa terkait dengan materi yang diajarkan, sehingga siswa menjadi pasif dalam
proses pembelajaran; (4) Guru belum merealisasikan sepenuhnya penilaian yang seharusnya
dilakukan.
Permasalahan lain yang terlihat dalam proses pembelajaran dari aspek siswa, yaitu (1)
Partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran masih tergolong rendah; (2) Siswa sulit untuk
berkonsentrasi dan fokus dalam kegiatan pembelajaran; (3) Siswa cepat merasa bosan,
sehingga siswa meribut dan kelas sulit untuk dikondisikan.
Permasalahan yang terlihat di atas berdampak pada proses pembelajaran antara lain:
(1) Siswa kurang memahami materi pelajaran karena penyajian materi pelajaran kurang
menarik dan siswa sulit untuk fokus dan berkonsentrasi; (2) Motivasi dan minat siswa dalam
belajar masih rendah sehingga pembelajaran menjadi kurang bersemangat; (3) Kurangnya

Jurnal Pendidikan Tambusai 3215


SSN: 2614-6754 (print) Halaman 3214-3222
ISSN: 2614-3097(online) Volume 4 Nomor 3 Tahun 2020

interaksi antara siswa dengan siswa lain; (4) Siswa cenderung pasif dalam pembelajaran sebab
siswa kurang diberi peluang untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan di atas, salah satu model
pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru dalam pembelajaran tematik terpadu ialah
Model Pembelajaran Kooperetif Tipe Talking Stick. Dari sekian banyak model pada
pembelajaran kooperatif, model pembelajaran ini dirasa cocok diterapkan di kelas V karena
model pembelajaran ini dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam kegiatan
pembelajaran.“Model pembelajaran Talking Stick adalah suatu model yang mengajak semua
orang berbicara atau mengemukakan pendapat dengan tongkat yang dijadikan sebagai jatah
atau giliran untuk berpendapat atau menjawab pertanyaan” (Kurniasih & Berlin Sani, 2015).
Menurut Hamimah (2012:14), “Penerapan model pembelajaran talking stick bagi siswa dapat
meningkatkan aktifitas positif dan mengurangi aktifitas negative.”
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, peneliti tertarik
melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar Siswa dalam
Pembelajaran Tematik Terpadu Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking
Stick di Kelas V SD Negeri 11 Gadut.”

METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian tindakan kelas (PTK) dengan menggunakan
analisis data kualitatif dan kuantitatif.Menurut Sugiyono (2012:15) “pendekatan kualitatif
digunakan karena pelaksanaan penelitian ini terjadi secara alamiah, apa adanya, dimana
peneliti berperan sebagai instrument kunci atau terlibat langsung di lapangan.” Pendekatan
kuliatatif digunakan karena prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-
kata tertulis atau lisan serta perilaku yang diamati dari orang atau sumber informasi.
Sementara itu Pendekatan kuantitatif biasanya dipergunakan dalam penelitian statistik
yang menyajikan data numerik/angka-angka dalam bentuk tabel, grafik dan sebagainya dengan
analisis statistik deskriptif (analisis data kuantitatif). Emzir (2011:28) mengemukakan bahwa
“Pendekatan kuantitatif merupakan suatu pendekatan penelitian yang menggunakan
pengukuran dan observasi serta menyajikan data dengan analisis statistik.” Hal tersebut sesuai
dengan analisis penilaian yang akan dilakukan, misalnya dalam mencari rata-rata siswa, rata-
rata kelas, persentase keberhasilan belajar dan lain sebagainya.
Penelitian tindakan kelas menggunakan model siklus yang dikembangkan oleh
Kemmis dan Mc Taggart (dalamArikunto, 2010:137) “Model siklus ini mempunyai empat
komponen yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.”
Waktu penelitian ini dilaksanakan pada Semester I Juli-Desember tahun ajaran
2020/2021 di SD Negeri 11 Gadut yang terdiri 2 dari siklus. Siklus I pertemuan I dilaksanakan
pada hari Selasa tanggal 13 Oktober 2020. Siklus I pertemuan 2 di laksanakan pada hari Kamis
tanggal 15 Oktober 2020. Siklus II dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 20 Oktober 2020.
Subjek dalam penelitian ini adalah guru dan siswa kelas V SD Negeri 11 Gadut yang
terdaftar pada tahun ajaran 2020/2021 dengan jumlah 23 orang yang terdiri dari 16 orang siswa
laki-laki dan 7 orang siswa perempuan. Adapun yang terlibat dalam penelitian ini adalah peneliti
sebagai praktisi pada kelas V SD Negeri 11 Gadut. Pengamat yaitu guru kelas yang
bersangkutan.
Prosedur penelitian ini terdiri dari 4 tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan, dan refleksi. Kegiatan ini dimulai dengan merumuskan rancangan tindakan
berupa rencana pelaksanaan pembelajaran yang disesuaikandengan model kooperatif tipe
Talking Stick.
Tahap ini dimulai dengan pelaksanaan pembelajaran yang direncanakan dilakukan
dalam dua siklus dimana siklus 1 dirancang dua kali pertemuan, serta siklus 2 dirancang satu
kali pertemuan sesuai dengan rancangan pembelajaran yang telah disusun.Peneliti sebagai

Jurnal Pendidikan Tambusai 3216


SSN: 2614-6754 (print) Halaman 3214-3222
ISSN: 2614-3097(online) Volume 4 Nomor 3 Tahun 2020

praktisi melakukan pembelajaran tema 8 dengan model pembelajaran kooperatif tipe Talking
Stick sesuai dengan rancangan pembelajaran yang telah dibuat dengan langkah-langkah
menurut Huda (2017:225) diantaranya sebagai berikut: (1)Guru menyiapkan tongkat yang
panjangnya +20 cm, (2) Lalu, guru menyampaikan materi, dan memberi kesempatan kepada
siswa untuk membaca dan memahami materi (3) Seluruh siswa berdiskusi membahas masalah
yang terdapat dalam wacana, (4) Setelah siswa selesai membaca materi pelajaran dan
mempelajari isinya, guru mempersilahkan siswa menutup isi bacaan, (5) Guru mengambil
tongkat dan memberikan kepada salah satu siswa, setelah itu guru member pertanyaan dan
siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya sampai
sebagian besar siswa mendapat bagian menjawab pertanyaan, (6) Guru memberikan
kesimpulan, (7) Guru melakukan evaluasi, (8) Guru menutup pembelajaran.
Pengamatan dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan yang dilaksanakan
dengan intensif, objektif dan sistematis. Pengamatan akan dilaksanakan oleh guru kelas V
sebagai observer pada saat peneliti melaksanakan tindakan pembelajaran tematik.
Pengamatan dilakukan secara terus menerus mulai dari siklus pertama sampai siklus kedua.
Pengamatan yang dilakukan pada satu siklus mempengaruhi penyusunan pada tindakan pada
siklus selanjutnya. Hasil dari pengamatan ini kemudian didiskusikan untuk mengadakan refleksi
untuk perencanaan siklus selanjutnya.
Refleksi ini dilakukan setelah tindakan dan pengamatan selesai dilaksanakan. Refleksi
adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa-apa
yang sudah kita lakukan di masa yang lalu. Melalui refleksi dapat mengingat dan merenung
kembali suatu tindakan persis yang dicatat dalam observasi. Refleksi diadakan setiap selesai
melakukan suatu tindakan terakhir. Dalam tahapan ini peneliti dan observer mengadakan
diskusi terhadap tindakan yang telah dilakukan
Data dalam penelitian ini berupa data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif diperoleh
dari rencana pelaksanaan pembelajaran dan proses belajar mengajar yang dilakukan guru. Dan
data kuantitatif diperoleh dari hasil belajar peserta didik dari sejauh mana peserta didik dapat
memahami permasalahn sosial di lingkungannya.Data dalam penelitian ini berkaitan dengan
perencanaan, pelaksanaan, dan hasil belajar.
Sumber data penelitian adalah rencana pelaksanaan pembelajaran serta hasil belajar
tematik terpadu dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick pada
siswa kelas V SD Negeri 11 Gadut, yang meliputi perencanaan pembelajaran, pelaksanaan
pembelajaran yang terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir, kegiatan evaluasi
pembelajaran, serta perilaku guru dan siswa sewaktu kegiatan belajar mengajar berlangsung.
Data diperoleh dari subjek data terteliti yakni guru dan siswa kelas V SD Negeri 11 Gadut.
TeknikPengumpulan Data
Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan teknik analisis, observasi,
tes dan non-tes. Analisis berbentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).Observasi
dilakukan untuk mengamati latar kelas tempat berlangsungnya pembelajaran dengan
berpedoman pada lembar-lembar pengamatan peneliti mengamati apa yang terjadi selama
proses pembelajaran dan unsur-unsur yang menjadi butir sasaran pengamatan bila tejadi dalam
proses pembelajaran ditandai dengan memberikan ceklis di kolom yang ada pada lembar
pengamatan. Tes dan non tes. Tes digunakan untuk memperkuat data observasi yang terjadi di
dalam kelas terutama pada butir penguasaan materi pembelajaran dari unsur siswa.
Sedangkan non tes digunakan untuk melihat sikap dan keterampilan peserta didik selama
pembelajaran mulalui lembar penilaian sikap dalam bentuk jurnal dan keterampilan dalam
bentuk rubrik.
Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan lembar penilaian RPP,
lembar observasi aktivitas guru dan siswa dan lembar soal serta jurnal dan rubrik penilain. Data
yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan model analisis kualitatif,

Jurnal Pendidikan Tambusai 3217


SSN: 2614-6754 (print) Halaman 3214-3222
ISSN: 2614-3097(online) Volume 4 Nomor 3 Tahun 2020

yaitu analisis data dengan refleksi sejak pengumpulan data sampai seluruh data terkumpul. Di
samping menggunakan teknik analisis data secara kualitatif, dalam penelitian ini juga akan
menggunakan teknik analisis data secara kuantitatif. Alasan menggunakan teknik analisis
kuantitatif adalah karena berhubungan dengan hasil belajar siswa yang berupa angka-angka
dan analisisnya menggunakan statistik.
Menurut Kunandar (2008: 127-128), Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas, ada
dua jenis data yang dapat dikumpulkan oleh peneliti yaitu: (1) Data kuantitatif (nilai hasil
belajar), (2) data kualitatif, yaitu: data yang berupa informasi berbentuk kalimat yang memberi
gambaran tingkat pemahaman terhadap suatu mata pelajaran (kognitif), sikap (afektif), aktifitas
siswa mengikuti pembelajaran, perhatian, antusias dalam belajar, kepercayaan diri, motivasi
belajar, dan sejenisnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN


HasilPenelitianSiklus I
Perencanaan pembelajaran tematik terpadu dengan menggunakan model kooperatif tipe
Talking Stick disusun dan diwujudkan dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP). Rencana pelaksanaan pembelajaran ini disusun oleh peneliti berkolaborasi dengan
observer, yaitu guru kelas V SD Negeri11 Gadut. Perencanaan ini disusun berdasarkan
program semester I sesuai dengan waktu penelitian berlangsung. Perencanaan disusun untuk
pertemuan pertama yaitu 6 x 35 menit. Rencana pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan
terdiri dari Kompetensi Inti (KI), Kompetensi Dasar (KD), Indikator, tujuan pembelajaran, materi
pembelajaran, pendekatan, metode dan model pembelajaran, media, alat dan sumber belajar,
kegiatan pembelajaran, dan penilaian.
Pembelajaran tematik terpadu dengan model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick
dilaksanakan sesuai dengan perencanaan yang telah di tetapkan sebelumnya. Siklus I
pertemuan I tema 3 (Makanan Sehat) subtema 1 (Bagaimana Tubuh Mengolah Makanan?)
pembelajaran 3, dilaksanakan hari Selasa tanggal 13 Oktober 2020 pukul 07.30-12.00 WIB
yang berlangsung selama 6 x 35 menit dengan dihadiri oleh semua siswa kelas V sebanyak 23
orang siswa. Dalam pelaksanaan penelitian, peneliti dibantu oleh guru kelas V SD Negeri 11
Gadut yang bertindak sebagai observer dan teman sejawat yang membantu dalam
pengambilan dokumentasi selama pelaksanaan pembelajaran berlangsung. Sebelum
pembelajaran berlangsung.
Sedangkan Penelitian siklus I pertemuan II dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 15
Oktober 2020 Pukul 07.30-12.00 WIB pada pembelajaran tematik terpadu Tema 3 Subtema 2
Pembelajaran 3 menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick.
Berdasarkan susunan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun
sebelumnya, pelaksanaan pembelajaran pada siklus I mengikuti langkah-langkah pembelajaran
yang terdiri dari tiga tahap yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.
Pelaksanaan pembelajaran menggunakan langkah-langkah model kooperatif tipe Talking Stick
menurut Huda (2017:225) diantaranya sebagai berikut: (1) Guru menyiapkan tongkat yang
panjangnya +20 cm, (2) Lalu, guru menyampaikan materi, dan memberi kesempatan kepada
siswa untuk membaca dan memahami materi (3) Seluruh siswa berdiskusi membahas masalah
yang terdapat dalam wacana, (4) Setelah siswa selesai membaca materi pelajaran dan
mempelajari isinya, guru mempersilahkan siswa menutup isi bacaan, (5) Guru mengambil
tongkat dan memberikan kepada salah satu siswa, setelah itu guru member pertanyaan dan
siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya sampai
sebagian besar siswa mendapat bagian menjawab pertanyaan, (6) Guru memberikan
kesimpulan, (7) Guru melakukan evaluasi, (8) Guru menutup pembelajarn.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan terhadap RPP pada siklus I diperoleh rata-
rata 83.08% dengan kualifikasi baik (B). Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan

Jurnal Pendidikan Tambusai 3218


SSN: 2614-6754 (print) Halaman 3214-3222
ISSN: 2614-3097(online) Volume 4 Nomor 3 Tahun 2020

terhadap tindakan guru dalam pembelajaran siklus I diperoleh rata-rata 78.8% dengan
kualifikasi cukup (C). Sedangkan hasil observasi pada tindakan siswa siklus I diperoleh rata-
rata 77.5% dengan kualifikasi cukup (C). Peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran
tematik terpadu menggunakan model kooperatif tipe Talking Stick pada siklus I diperoleh dari
penilaian yang telah dilaksanakan. Hasil belajar siswa pada pembelajaran tematik terpadu
menggunakan model kooperatif tipe Talking Stick dapat dilihat dari penilaian sikap,
pengetahuan, dan keterampilan. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti menggunakan jurnal
penilaian sikap pada siklus I terdapat 6 orang siswa yang sikapnya paling menonjol selama
proses pembelajaran. Pada siklus I diperoleh hasil belajar dengan rata-rata 75.09.
Refleksi padasiklus I mencakup refleksi terhadap rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP), pelaksanaan kegiatan pembelajaran tematik terpadu, dan hasil belajar peserta didikpada
pembelajaran tematik terpadu.Kegiatan refleksi dilakukan dengan berkoordinasi dengan guru
kelas V yang bertindak sebagai observer. Dalam penelitian yang dilaksanakan pada siklus I,
tujuan pembelajaran masih belum terlaksana dengan baik. Oleh karena itu upaya peningkatan
hasil belajar siswa dengan menggunakan model kooperatif tipe Talking Stick dilanjutkan
padasiklus II dengan memperhatikan kekurangan yang ada pada siklus I dan berusaha
memperbaiki kekurangan siklus I pada siklus II.

Hasil Penelitian Siklus II


Perencanaan pembelajaran tematik terpadu dengan menggunakan model kooperatif tipe
Talking Stick disusun dan diwujudkan dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP). Rencana pelaksanaan pembelajaran ini disusun oleh peneliti berkolaborasi dengan
observer, yaitu guru kelas V SD Negeri 11 Gadut.Perencanaan ini disusun berdasarkan
program semester I sesuai dengan waktu penelitian berlangsung. Perencanaan disusun untuk
pertemuan pertama yaitu 6 x 35 menit.Rencana pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan
terdiri dari Kompetensi Inti (KI), Kompetensi Dasar (KD), Indikator, tujuan pembelajaran, materi
pembelajaran, pendekatan, metode dan model pembelajaran, media, alat dan sumber belajar,
kegiatan pembelajaran, dan penilaian.
Pembelajaran tematik terpadu dengan model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick
dilaksanakan sesuai dengan perencanaan yang telah di tetapkan sebelumnya. Siklus II tema 3
(Makanan Sehat) subtema 2 (Pentingnya Makanan Sehat bagi Tubuh) pembelajaran 3,
dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 20 Oktober 2020 pukul 07.30-12.00 WIB yang
berlangsung selama 6 x 35 menit dengan dihadiri oleh semua siswa kelas V sebanyak 23 orang
siswa. Dalam pelaksanaan penelitian, peneliti dibantu oleh guru kelas V SD Negeri 11 Gadut
yang bertindak sebagai observer dan teman sejawat yang membantu dalam pengambilan
dokumentasi selama pelaksanaan pembelajaran berlangsung. Sebelum pembelajaran
berlangsung.
Berdasarkan susunan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun
sebelumnya, pelaksanaan pembelajaran pada siklus II mengikuti langkah-langkah
pembelajaran yang terdiri dari tiga tahap yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan
kegiatan penutup. Pelaksanaan pembelajaran menggunakan langkah-langkahmodel kooperatif
tipe Talking Stick menurut Huda (2017:225) diantaranya sebagai berikut: (1) Guru menyiapkan
tongkat yang panjangnya +20 cm, (2) Lalu, guru menyampaikan materi, dan memberi
kesempatan kepada siswa untuk membaca dan memahami materi (3) Seluruh siswa berdiskusi
membahas masalah yang terdapat dalam wacana, (4) Setelah siswa selesai membaca materi
pelajaran dan mempelajari isinya, guru mempersilahkan siswa menutup isi bacaan, (5) Guru
mengambil tongkat dan memberikan kepada salah satu siswa, setelah itu guru member
pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian
seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian menjawab pertanyaan, (6) Guru
memberikan kesimpulan, (7) Guru melakukan evaluasi, (8) Guru menutup pembelajarn.

Jurnal Pendidikan Tambusai 3219


SSN: 2614-6754 (print) Halaman 3214-3222
ISSN: 2614-3097(online) Volume 4 Nomor 3 Tahun 2020

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan terhadap RPP pada siklus II diperoleh rata-
rata 93.18% dengan kualifikasi sangat baik (A). Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan
terhadap tindakan guru dalam pembelajaran siklus II diperoleh rata-rata 85% dengan kualifikasi
baik (B). Sedangkan hasil observasi pada tindakan siswa siklus II diperoleh rata-rata 85%
dengan kualifikasi baik (B). Peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran tematik terpadu
menggunakan kooperatif tipe Talking Stick pada siklus II diperoleh dari penilaian yang telah
dilaksanakan. Hasil belajar siswa pada pembelajaran tematik terpadu menggunakan model
kooperatif tipe Talking Stick dapat dilihat dari penilaian sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti menggunakan jurnal penilaian sikap pada siklus II
terdapat 6 orang siswa yang sikapnya paling menonjol selama proses pembelajaran. Pada
siklus II diperoleh hasil belajar dengan rata-rata 82.49.
Berdasarkan kolaborasi peneliti dengan guru kelas, hasil belajar siswa pada siklus II ini
menunjukkan bahwa secara keseluruhan pembelajaran sudah meningkat. Dengan demikian,
dapat disimpulkan bahwa penelitian dalam pembelajaran siklus II telah terlaksana dengan baik
dan telah berhasil. Oleh karena itu, penelitian ini tidak peneliti lanjutkan ke siklus berikutnya.

Pembahasan
Pembahasan hasil siklus I meliputi: a) perencanaan; b) pelaksanaan; c) hasil belajar
menggunakan model kooperatif tipe Talking Stick. Pembahasan hasil penelitian peneliti sajikan
sebagai berikut:
Hasil penelitian pada aspek perencanaan dengan model kooperatif tipe Talking Stick
dalam pembelajaran tematik terpadu siklus I sudah berada pada kriteria baik tetapi masih ada
deskriptor yang belum muncul. Berdasarkan hasil penilaian RPP pada siklus I pertemuan I
diperoleh nilai dengan persentase 79.54% (B), dimana termasuk kedalam criteria baik dan
siklus I pertemuan 2 yakni 86.63% (B) dengan kualifikasi baik. Maka untuk siklus I nilai rata-rata
kemampuan merancang pembelajaran dalam taraf keberhasilan dengan persentase yaitu
83.08% (B) dengan demikian dapat dikategorikan baik.
Pelaksanaan pembelajaran dengan mengikuti langkah-langkah dalam model kooperatif
tipe Talking Stick pada siklus I sudah berlangsung dengan baik, namun masih terdapat
beberapa hal yang belum maksimal. Dari hasil pengamatan pelaksanaan penelitian
keberhasilan aktivitas guru pada siklus I pertemuan 1 dapat dilihat hasil penilaian kegiatan guru
adalah 72.5% (C) dengan kriteria kurang dan keberhasilan aktivitas guru pada siklus I
pertemuan 2 yaitu 85% (B) dengan kriteria baik. Maka pada siklus I didapat rata-rata
persentase keberhasilan aktivitas guru adalah 78.75% (B) dengan kriteria baik. Sedangkan
hasil penilaian kegiatan siswa pada siklus I pertemuan 1 adalah 72.5% (C) dengan kriteria
cukup. Lalu pada siklus I pertemuan 2 diperoleh 82.5% (B) dengan kriteria baik. Maka pada
siklus I didapat rata-rata persentase keberhasilan aktivitas siswa adalah 77.5% (B) dengan
kriteria baik.
Hasil belajar siswa pada aspek pengetahuan dan keterampilan padasiklus I pertemuan I
diperolehnilai rata-rata siswa yaitu 74.52 dengan. Sedangkan padasiklus I pertemuan 2
diperoleh rata-rata hasil belajar siswa yaitu 79.12 dengan.Rekapitulasi nilai rata-rata hasil
belajar siswa pada Siklus I adalah 76.82. Dari rata-rata hasil belajar diatas terlihat bahwa hasil
belajar siswa mengalami peningkatan, namun ada komponen dalam hasil belajar yang belum
mencapai ketuntasan. Untuk memperbaiki kekurangan tersebut maka dilanjutkan pada siklus II.
Pembahasan hasil siklus II meliputi: a) perencanaan; b) pelaksanaan; c) hasil belajar
menggunakan model kooperatif tipe Talking Stick.Pembahasan hasil penelitian peneliti sajikan
sebagai berikut:
Hasil penelitian pelaksanaan model kooperatif tipe Talking Stick pada pembelajaran
tematik terpadu siklus II sudah berada pada kriteria baik tetapi masih ada deskriptor yang belum
muncul tetapi pada siklus ini sudah ada peningkatan terhadap deskriptor yang belum muncul di

Jurnal Pendidikan Tambusai 3220


SSN: 2614-6754 (print) Halaman 3214-3222
ISSN: 2614-3097(online) Volume 4 Nomor 3 Tahun 2020

siklus I. Berdasarkan hasil pengamatan penilaian RPP pada siklus II sudah meningkat dari
siklus sebelumnya diperoleh persentase nilai rata-rata 93.18% (A). Dapat disimpulkan bahwa
perencanaan pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe Talking Stick di kelasV SD
Negeri11 Gadut telah terlaksana dengan sangat baik pada siklus II.
Pelaksanaan pembelajaran dengan mengikuti langkah-langkah dalam model kooperatif
tipe Talking Stick pada siklus II sudah terlaksana dengan maksimal. Hasil pengamatan
pelaksanaan pembelajaran dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik terpadu dengan
menggunakan model kooperatif tipe Talking Stick sudah terlaksana dengan maksimal. Dari
pengamatan penelitian siklus II dapat dilihat hasil penilaian kegiatan guru adalah 87.5% (B)
dengan kriteria baik. Sedangkan hasil penilaian kegiatan siswa pada siklus II adalah 85% (B)
dengan kriteria baik.
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti menggunakan jurnal penilaian sikap pada siklus
II masih tampak perilaku negatif, yaitu sikap spiritual poin ketaatan dalam beribadah dan sikap
sosial pada poin peduli. Namun secara keseluruhan penilaian sikap siswa mengalami siklus ini
sudah mengalami peningkatan dari sebelumnya. Hasil belajar siswa pada aspek pengetahuan
dan keterampilan pada siklus II diperoleh nilai rata-rata siswa yaitu ……….. Dengan persentase
ketuntasan

100
Siklus I Pertemuan 1
50
Siklus I Pertemuan 2
0
RPP Aspek Aspek Hasil Siklus II
Guru Siswa Belajar

Grafik 4.1 Peningkatan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Model kooperatif tipe Talking Stick.

SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan peneliti dapat disimpulkan sebagai
berikut: (1) Perencanaan pelaksanaan pembelajaran tematik terpadu menggunakan model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick. RPP dirancang dalam 2 siklus. Siklus I terdiri dari 2
kali pertemuan dan siklus II terdiri dari I pertemuan. Hasil penilaian RPP siklus I rata-ratanya
adalah 75% (C) dengan kriteria cukup dan meningkat pada siklus II yaitu 82,14% (B) dengan
kriteriabaik. (2)Pelaksanaan pembelajaran tematik terpadu menggunakan model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Talking Stick dilihat dari aktivitas guru. Hasil pengamatan berdasarkan aktivitas
guru pada siklus I rata-ratanya menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran dengan
persentase nilai yang diperoleh adalah 78.8 % (C) dengan kriteria cukup. Dan lebih meningkat
lagi pada siklus II dengan persentase nilai 85% (B) dengan kriteria baik. (3) Pelaksanaan
pembelajaran tematik terpadu menggunakan model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick
dilihat dari aktivitas siswa. Hasil pengamatan berdasarkan aktivitas siswa pada siklus I rata-
ratanya menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran dengan persentase nilai yang
diperoleh adalah 77.5% (C) dengan kriteria cukup. Dan lebih meningkat lagi pada siklus II
dengan persentase nilai 85% (B) dengan kriteria baik. (4) Penilaian terhadap siswa dalam
peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran tematik terpadu menggunakan model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick pada siklus I diperoleh nilai rata-rata yaitu 65,6 dan
semakin meningkat pada siklus II yaitu 92,5. Pembelajaran tematik terpadu menggunakan

Jurnal Pendidikan Tambusai 3221


SSN: 2614-6754 (print) Halaman 3214-3222
ISSN: 2614-3097(online) Volume 4 Nomor 3 Tahun 2020

model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick juga menghasilkan motivasi belajar siswa
juga meningkat, menumbuhkan rasa tanggung jawab kepada siswa, serta siswa lebih berani
untuk menyampaikan pendapat baik didepan guru maupun didepan temannya serta siswa
mampu menerapkan sikap toleransi terhadap pendapat temannya. Dengan demikian model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick dapat meningkatkan hasil belajar tematik terpadu.

DAFTAR PUSTAKA
Aqib, Zainal. 2013. Model-Model, Media, danStrategiPembelajaranKontekstual (Inovatif).
Bandung: YramaWidya.
Arikunto, Suharsimi. 2010. ProsedurPenelitian: SuatuPendekatanPraktik. Jakarta: RinekaCipta.
Arikunto, Suharsimi. 2014. Penelitian Tindakan Kelas.Jakarta: Bumi Aksara.
Emzir.2008. Metodologi Penelitian pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif.Jakarta: Rajawali Pers.
Huda, Miftahul. 2017. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran: Isu-Isu Metodis dan
Paradigmatis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Isjoni. 2011. Cooperative Learning: Mengembangkan Kemampuan Belajar Berkelompok.
Bandung: Alfabeta.
Kemendikbud. 2013. Pedoman Kegiatan Pendampingan Implementasi Kurikulum 2013.
Kemendikbud: Jakarta
Kunandar. 2008. Guru Profesional. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Kunandar. 2010. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagaiPengembangan Profesi
Guru. Jakarta: Rajawali Pers.
Kurniasih, Imas & Berlin Sani. 2015. Ragam Pengembangan Model Pembelajaran: Untuk
Peningkatan Profesionalitas Guru. Jakarta: Kata Pena.
Lisnani. 2019. “Pengaruh Model Pembelajaran Example Non Example
UntukMeningkatkanHasilBelajarTematikBagiSiswaKelas IV SD”. JurnalBasicedu Vol. 3
No. 1.
Majid, Abdul. 2014. Pembelajaran Tematik Terpadu. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 24 Tahun 2016 tentang Kompetensi Inti
dan Kompetensi Dasar Pelajaran Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.
Purwanto. 2016. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rusman. 2015. Pembelajaran Tematik Terpadu: Teori, Praktik, dan Penilaian. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Rusyita, Nyoto H., &Gamaliel, S. A. 2018.“Peningkatan Proses danHasilBelajarTema 8
Subtema 1 Muatan IPS Melalui Model PBL PadaSiswaKelas 4 SDN
LedokSalatigaSemester II TA.2017/2018”.JurnalMitraPendidikan Vol. 2 No. 7.
Shoimin, Aris. 2018. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media.
Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar.Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Suprijono, Agus. 2013. Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Suryosubroto, B. 2009.Proses Belajar Mengajar di Sekolah: Wawasan Baru, Beberapa Metode
Pendukung, dan Beberapa Komponen Layanan Khusus. Jakrta: PT. Rineka Cipta.
Trianto.2011. Mengembangkan Model Pembelajaran Tematik.Jakarta: PT. Prestasi
Pustakaraya.
Widyoko, S. Eko Putro. 2016. Penilaian Hasil Pembelajaran di Sekolah. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.

Jurnal Pendidikan Tambusai 3222


SSN: 2614-6754 (print) Halaman 3489-3497
ISSN: 2614-3097(online) Volume 4 Nomor 3 Tahun 2020

Peningkatan Proses Pembelajaran Tematik Terpadu Menggunakan


Model Talking Stick di Kelas V SD
Nelpi Syahputri¹), Farida S²)
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Negeri Padang.
E-mail: nelpisyahputri97@gmail.com 1), faridas@gmail.com2)

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peningkatan proses pembelajaran tematik


terpadu menggunakan model Kooperatif Tipe Talking Stick di kelas V SD. Penelitian ini
merupakan penelitian tindakan kelas dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif.
Penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus. Setiap siklus terdapat tahap perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Subjek penelitian adalah guru dan 28 orang
peserta didik. Hasil penelitian pada RPP di siklus I memperoleh nilai dengan rata-rata
83,35% (B) dan meningkat pada siklus II dengan nilai 94,4% (SB). Hasil pengamatan pada
aktivitas guru siklus I memperoleh nilai dengan rata-rata 83,35% (B) dan meningkat pada
siklus II dengan nilai 91,7% (SB). Pada aktivitas peserta didik siklus I memperoleh nilai
dengan rata-rata 83,35% dan meningkat pada siklus II dengan nilai 91,7% (SB). Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa model kooperatif tipe Talking Stick dapat meningkatkan
proses pembelajaran tematik terpadu di Sekolah Dasar.

Kata kunci: Proses Pembelajaran; Model Kooperatif Tipe Talking Stick; Pembelajaran
Tematik Terpadu

Abstract

This study aims to describe the improvement of the integrated thematic learning process
using the Talking Stick Type Cooperative model in grade V SD. This research is a classroom
action research with qualitative and quantitative approaches. This research was conducted in
2 cycles. Each cycle has a stage of planning, implementing, observing, and reflecting. The
research subjects were teachers and 28 students. The results of research on the RPP in
cycle I obtained an average value of 83.35% (B) and increased in cycle II with a value of
94.4% (SB). The results of observations on teacher activity in cycle I obtained an average
value of 83.35% (B) and increased in cycle II with a value of 91.7% (SB). In the activity of
students in cycle I obtained an average value of 83.35% and increased in cycle II with a
value of 91.7% (SB). Thus, it can be concluded that the Talking Stick cooperative model can
improve the integrated thematic learning process in elementary schools.

Keywords: Learning Process; Talking Stick Type Cooperative Model; Integrated Thematic
Learning

PENDAHULUAN
Proses pembelajaran merupakan suatu kegiatan dalam pendidikan yang memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk memperbaiki dan mengarahkan kemampuan yang
dimiliki baik dalam hal sikap, pengetahuan dan keterampilan. Dalam proses pembelajaran
juga terdapat kegiatan belajar yang dilakukan oleh peserta didik dan kegiatan mengajar yang
dilakukan guru berlangsung secara bersama-sama sehingga terjadi komunikasi aktif antara
peserta didik dan guru. Proses pembelajaran merupakan proses interaksi akademis antara
guru dan siswa ditempat dan pada waktu yang sama diatur sedemikian rupa oleh sekolah
dengan aspek-aspek pokok yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
(Poerwati & Amri ,2013).
Idealnya pembelajaran tematik terpadu merupakan pembelajaran yang menekankan

Jurnal Pendidikan Tambusai 3489


SSN: 2614-6754 (print) Halaman 3489-3497
ISSN: 2614-3097(online) Volume 4 Nomor 3 Tahun 2020

pada proses, sehingga siswa lebih aktif, kritis, dan juga terlibat dalam proses pembelajaran.
Pembelajaran tematik terpadu lebih melibatkan siswa dalam proses pembelajaran melalui
pengalaman langsung, sehingga siswa dapat lebih mudah memahami konsep-konsep materi
dan menghubungkan dengan kehidupan sehari-hari (Yolanda and Reinita 2019). Sebelum
melaksanakan proses pembelajaran tentunya seorang guru perlu menyusun rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) karena tahap pertama dalam pembelajaran menurut
standar proses pembelajaran adalah menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
Poerwati dan Amri (2013) berpendapat bahwa setiap guru pada satuan pendidikan
berkewajiban untuk menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran
berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan menantang, dan memotivasi peserta
didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreatifitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta
psikologis peserta didik.” (Reinita 2017) menyatakan bahwa “RPP is the design of lesson
learning per unit that will be applied to teachers in learning in the classroom”.
Pembelajaran tematik terpadu harus dapat melibatkan peserta didik secara aktif
dalam proses pembelajarannya, namun pada kenyataannya yang ditemukan dilapangan
tidak seperti itu adanya, dimana dalam proses pembelajaran guru cenderung menjelaskan
materi secara langsung sehingga peserta didik kurang aktif dan kurang terlibat langsung
dalam proses pembelajaran. Selain itu, terdapat permasalahan yang ditemukan dari segi
RPP dan pelaksaanaannya.
Berdasarkan permasalahan yang ditemukan pada saat observasi, maka guru harus
menggunakan model pembelajaran yang tepat untuk solusi dari masalah yang terjadi dalam
proses pembelajaran tersebut, solusi yang dapat diambil adalah pemilihan model
pembelajaran. Jarolimek (dalam Farida 2015)menyatakan bahwa “Ketepatan guru dalam
memilih model pembelajaran akan berpengaruh terhadap keberhasilan siswa”. Model
pembelajaran yang dapat diterapkan yaitu model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick.
(Hamimah, 2012) menyatakan bahwa “talking stick dipakai sebagai tanda seseorang
mempunyai hak suara (berbicara) yang diberikan secara bergiliran atau bergantian”.
Berdasarkan latar belakang yang penulis kemukakan di atas, maka rumusan masalah
dalam PTK ini adalah “Bagaimanakah Peningkatan Proses Pembelajaran Tematik Terpadu
Menggunakan Model Cooperative Learning Tipe Talking Stick di Kelas V SD.
Adapun secara khusus rumusan masalah dari penelitian ini adalah: (1)
Bagaimanakah rencana pelaksanaan pembelajaran tematik terpadu menggunakan
modelCooperative Learning TipeTalking Stickuntuk meningkatkan proses pembelajaran di
Kelas V SDN 15 Ulu Gadut? (2) Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran tematik terpadu
menggunakan modelCooperative Learning Tipe Talking Stickuntuk meningkatkan proses
pembelajaran di kelas V SDN 15 Ulu Gadut?
Berdasarkan uraian di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan
peningkatan proses pembelajaran tematik terpadu menggunakan model Cooperative
Learning Tipe Talking Stick di kelas V SDN 15 Ulu Gadut.

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas
(classroom action research). Penelitian tindakan kelas (PTK) berguna untuk penyempurnaan
atau peningkatan proses pembelajaran. Menurut Kemmis Taggart (dalam Reinita 2013)
“Penelitian tindakan merupakan suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan
melakukan tindakan-tindakan tertentu dengan dengan tujuan untuk memperbaiki atau
meningkatkan proses pembelajaran dan kinerja sebagai guru”.
Penelitian dilaksanakan di SDN 15 Ulu Gadut kota Padang. Subjek PTK ini adalah
peserta didik kelas V dengan jumlah yang terdaftar pada tahun pelajaran 2019/2020 adalah
28 orang yang terdiri dari 16 orang laki-laki dan 17 orang perempuan, guru kelas sebagai
observer, dan peneliti sebagai guru praktisi.
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Kualitatif
merupakan pendekatan yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau

Jurnal Pendidikan Tambusai 3490


SSN: 2614-6754 (print) Halaman 3489-3497
ISSN: 2614-3097(online) Volume 4 Nomor 3 Tahun 2020

lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati. Sedangkan pendekatan kuantitatif
lebih berupa mengukur hasil akhir dari suatu penulisan proses kerja, kemudian disajikan
dalam bentuk angka-angka.
Terlebih dahulu melakukan studi pendahuluan berupa observasi terhadap proses
pembelajaran tematik terpadu kurikulum 2013 di SDN 15 Ulu Gadut. Hal ini bertujuan untuk
mengetahui masalah yang muncul terutama pada proses pembelajaran di kelas V SD.
Dengan melakukan studi pendahuluan maka ditemukanlah masalah yang terjadi pada
proses pembelajaran, selanjutnaya diadakan diskusi bersama guru kelas V dan Kepala
Sekolah untuk dilaksanakan penelitian tindakan kelas pada peserta didik kelas V dengan
model Talking Stick guna meningkatkan proses pembelajaran.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan untuk
meningkatkan proses pembelajaran di kelas V SDN 15 Ulu Gadut dalam pembelajaran
tematik kurikulum 2013. Prosedur penelitian tindakan kelas ini akan dilakukan secara
bertahap sampai penelitian ini berhasil. Prosedur tindakan kelas dimulai dari (1) penyusunan
rencanaan, (2) tindakan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi.
Data penelitian ini berupa hasil pengamatan dari setiap tindakan dalam pembelajaran
tematik terpadu menggunakan model Talking Stick di kelas V SDN 15 Ulu Gadut. Data
tersebut berkaitan dengan perencanan, pelaksanaan, dan hasil.
Sumber data dalam penelitian ini yaitu RPP dan proses pembelajaran berdasarkan
model pembelajaran Talking Stick. Data diperoleh dari guru dan peserta didik kelas V SDN
15 Ulu Gadut.
Untuk memperoleh hasil dan kesimpulan penelitian, maka diperlukan alat
pengumpulan data. Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data terkait dengan
penelitian yang dilakukan diperoleh dari observasi, tes dan non tes.
Instrument penelitian merupakan alat ukur, teknik, dan proses pengumpulan data
menggunakan lembar observasi, lembar tes dan nontes.
Analisis data merupakan proses penyusunan data agar dapat diinterpretasikan. Data
yang diperoleh dalam penelitian dianalisis dengan menggunakan analisis data kualitatif dan
analisis data kuantitatif.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Perencanaan pembelajaran disusun dalam bentuk rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) yaitu tema 8 (Lingkungan Sahabat Kita) subtema 1 (Manusia dan
Lingkungan) pembelajaran 4. Siklus I pertemuan I dilaksanakan pada hari selasa, tanggal
25 Februari 2020 pukul 07.45 12.00 WIB.
Langkah 1, guru menyiapkan tongkat ± 20 cm dan menjelaskan kegunaan tongkat.
Langkah 2, guru menyampaikan materi pokok yang dipelajari, kemudian memberikan
kesempatan para kelompok untuk membaca dan mempelajari materi pelajaran, yaitu guru
membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok. Langkah 3, Peserta didik berdiskusi
membahas masalah yang terdapat dalam wacana. Langkah 4,setelah peserta didik selesai
membaca materi pelajaran dan mempelajari isinya, guru mempersilakan peserta didik untuk
menutup isi bacaan, yaitu peserta didik di minta untuk membaca materi pembelajaran yang
telah dipelajari. Langkah 5,guru mengambil tongkat dan memberikannya kepada salah satu
peserta didik, setelah itu guru memberi pertanyaan dan peserta didik yang memegang
tongkat tersebut harus menjawabnya. Demikian seterusnya sampai sebagian besar peserta
didik mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru, yaitu guru memberi
tongkat dan memutarkan lagu nasional yaitu lagu “Garuda Pancasila, Bendera Merah Putih,
Indonesia Pusaka, Maju Tak Gentar, Halo-halo Bandung, Satu Nusa Satu Bangsa, Aku Anak
Indonesia, Tanah Airku. Peserta didik menggilir tongkat dan guru menghentikan musik yang
diputar dan peserta didik yang memegang tongkat diberi pertanyaan. Langkah 6, guru
memberikan kesimpulan. Langkah 7, guru melakukan evaluasi, yaitu guru meminta peserta
didik mengerjakan evaluasi. Selanjutnya kegiatan penutup.
Hasil pengamatan RPP siklus I presentasenya adalah 77,8% dengan kualifikasi
cukup (C). Hasil pengamatan terhadap aktivitas guru adalah 77,8% dengan kualifikasi cukup

Jurnal Pendidikan Tambusai 3491


SSN: 2614-6754 (print) Halaman 3489-3497
ISSN: 2614-3097(online) Volume 4 Nomor 3 Tahun 2020

( C ), sedangkan hasil pengamatan yang dilakukan terhadap aktivitas peserta didik dalam
kegiatan pembelajaran memperoleh 77,8% dengan kualifikasi cukup (C). Berdasarkan
kolaborasi peneliti dengan guru kelas proses pembelajaran pada siklus I pertemuan I ini
menunjukkan bahwa secara keseluruhan pembelajaran belum mencapai hasil maksimal.
Oleh karena itu, dilakakukan perbaikan dalam perencanaan dan pelaksanaan dalam
pembelajaran untuk mencapai proses dan hasil belajar yang maksimal. Semua kekurangan
yang terdapat pada siklus I pertemuan I diperbaiki pada siklus I pertemuan II.
Perencanaan tindakan siklus I Pertemuan II dilakukan dilakukan sebagai upaya untuk
mengatasi permasalahan dalam proses pembelajaran yang terjadi pada siklus I pertemuan I.
Proses pembelajaran pada siklus I pertemuan II ini dilaksanakan pada hari Selasa,3
Maret 2020 pukul 07:45-12:00 WIB. Berdasarkan RPP yang disusun, pembelajaran tematik
terpadu menggunakan model talking stick. Mulai dari langkah 1, guru menyiapkan tongkat
yang panjangnya ± 20 cm dan menjelaskan kegunaan tongkat, dan menjelaskan keguanaa
tongkat. Langkah 2 Guru menyampaikan materi pokok yang dipelajari, kemudian
memberikan kesempatan para kelompok untuk membaca dan mempelajari materi pelajaran,
tentang jenis usaha yang dikelola sendiri dan keunikan desa di Bali. Langkah 3 Peserta didik
berdiskusi membahas masalah yang terdapat dalam wacana, yaitu guru menampilkan video
tentang Desa Unik di Bali. Langkah 4 Setelah peserta didik selesai membaca materi
pelajaran dan mempelajari isinya, guru mempersilakan peserta didik untuk menutup isi
bacaan, yaitu guru meminta peserta didik membaca pembelajaran yang telah dipelajari.
Langkah 5 Guru mengambil tongkat dan memberikannya kepada salah satu pesera didik,
setelah itu guru memberi pertanyaan dan peserta didik yang memegang tongkat tersebut
harus menjawabnya. Demikian seterusnya sampai sebagian besar peserta didik mendapat
bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru, yaitu guru memberi tongkat dan
memutarkan musik lagu nasional yaitu Maju Tak Gentar, Halo-halo Bandung, dan Sabang
Sampai Merauke. Guru meminta peserta didik untuk menggilirkan tongkat saat musik
dimainkan. Peserta didik menggilirkan tongkat dan beberapa saat kemudian guru
menghentikan musik yang diputar dan peserta didik yang memegang tongkat diberi
pertanyaan oleh guru. Langkah 7 guru melakukan evaluasi, yaitu guru meminta peserta didik
mengerjakan Kegiatan Akhir, Langkah 8 Penutup, yaitu mengumpulkan tugas peserta didik,
kemudian sebelum pulang guru melakukan refleksi. dan bertanya bagaimana pembelajaran
hari ini anak-anak ibuk? Dengan serentak peserta didik menjawab “menyenangkan buk”.
Selanjutnya ketua kelas diminta untuk memimpin do’a lalu memberi salam kepada guru, dan
peserta didik boleh pulang.
Pengamatan siklus I pertemuan II hasil penilaian terhadap RPP siklus I pertemuan II
diperoleh presentase 88,9% dengan kriteria baik (B). Penilaian terhadap aktivitas guru
adalah 88,9% dengan kriteria baik (B). Penilaian terhadap aktivitas peserta didik adalah
88,9% dengan kriteria baik (B).
Dari pengamatan yang dilakukan observer (guru kelas) pada siklus I pertemuan II
diketahui bahwa perencanaan pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe
talking stick belum terlaksana dengan maksimal, karena masih terdapat kekurangan-
kekurangan pada proses pembelajaran. Hal ini akan diperbaiki pada siklus selanjutnya.
Perencanaan tindakan pada siklus II dilakukan sebagai upaya untuk mengatasi
permasalahan dalam proses pembelajaran yang ditemukan pada siklus I pertemuan 2.
Pertemuan pada siklus II ini dilaksanakan pada hari selasa 10 maret 2020 dimulai pada
pukul 07.45- 12.00. Pelaksanaan pembelajaran diawali peneliti dengan mengucapkan salam
kepada peserta didik, kemudian menanyakan kabar anak-anak dan dilanjutkan dengan
mengkondisikan kelas. Kemudian peserta didik duduk dengan rapi dan siap untuk berdo’a
seperti biasanya setelah berdoa guru mengecek kehadiran sebelum pembelajaran dimulai
dan semua peserta didik hadir.Kemudian melakukan appersepsi.Selanjutnya guru
menyampaikan tema yang akan dipelajari kepada peserta didik.
Kemudian dilanjutkan dengan kegiatan inti, kegiatan inti dilakukan dengan langkah-
langkah model kooperatif tipe talking stick. Mulai dari Langkah 1 Guru menyiapkan tongkat

Jurnal Pendidikan Tambusai 3492


SSN: 2614-6754 (print) Halaman 3489-3497
ISSN: 2614-3097(online) Volume 4 Nomor 3 Tahun 2020

yang panjangnya ± 20 cm dan menjelaskan kegunaan tongkat,Langkah 2 Guru


menyampaikan materi pokok yang dipelajari, kemudian memberikan kesempatan para
kelompok untuk membaca dan mempelajari materi pelajaran, yaitu sebelum peserta didik
diberi materi pembelajaran guru membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok. Guru
menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari tentang “Pengaruh Kegiatan Ekonomi Bagi
Kesejahteraan Masyarakat dan keuntungan yang diperoleh dari kegiatan ekonomi”.
Selanjutnya guru memberikan materi yang akan dipelajari dan meminta peserta didik
membaca teks yang berjudul “Pengaruh Kegiatan Ekonomi Bagi Kesejahteraan Masyarakat”.
Setelah membaca teks bacaan guru dan peserta didik melakukan tanya jawab mengenai isi
teks tersebut.Langkah 3 Peserta didik berdiskusi membahas masalah yang terdapat dalam
wacana,yaitu guru menampilkan gambar kegiatan ekonomi masyarakat dan melakukan
Tanya jawab mengenai gambar tersebut. Langkah 4 Setelah peserta didik selesai membaca
materi pelajaran dan mempelajari isinya, guru mempersilakan peserta didik untuk menutup
isi bacaan, yaitu peserta didik di minta untuk membaca materi pembelajaran yang telah
dipelajari. Setelah peserta didik membaca materi pembelajarannya peserta didik diminta
untuk menutup buku bacaannya. Setelah itu, guru menyiapkan soal Talkig Stick yang telah
dibuat.
Langkah 5 Guru mengambil tongkat dan memberikannya kepada salah satu peserta
didik, setelah itu guru memberi pertanyaan dan peserta didik yang memegang tongkat
tersebut harus menjawabnya. Demikian seterusnya sampai sebagian besar peserta didik
mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru, yaitu guru memberi tongkat
dan memutarkan musik lagu nasional yaitu lagu “Garuda Pancasila, Bendera Merah Putih,
Indonesia Pusaka, Maju Tak Gentar, Halo-halo Bandung. Peserta didik menggilir tongkat
dan guru menghentikan musik yang diputar dan peserta didik yang memegang tongkat diberi
pertanyaan oleh guru, “Sebutkan 3 jenis kegiatan ekonomi masyarakat!’’ Peserta didik
menjawab “kegiatan ekonomi produksi, distribusi dan konsumsi” Begitu seterusnya sampai
pertanyaan yang disiapkan guru habis dan semua peserta didik yang mendapat pertanyaan
bisa menjawab pertanyaan yang diberikan. Langkah 6 guru memberikan kesimpulan.
Langkah 7 guru melakukan evaluasi, yaitu guru meminta peserta didik mengerjakan
evaluasi. Peserta didik mengerjakan evaluasi dengan teliti. Selanjutnya kegiatan penutup.
Langkah 8penutup,yaitu mengumpulkan tugas peserta didik, kemudian sebelum pulang guru
melakukan refleksi untuk mengetahui pemahaman peserta didik tentang materi yang telah
dipelajari. Guru mengingatkan peserta didik agar mengulang kembali materi yang dipelajari
di rumah. Selanjutnya guru meminta ketua kelas untuk memimpin do’a lalu memberi salam
kepada guru, guru mempersilahkan barisan tempat duduk peserta didik yang paling rapi
untuk pulang terlebih dahulu dan diikuti dengan barisan bangku berikutnya.
Hasil pengamatan siklus II terhadap RPP diperoleh jumlah skor 34 dari skor
maksimal 36 dengan presentase 94,4% (SB) Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan
oleh pengamat terhadap aktivitas yang dilakukan peneliti dalam proses pembelajaran siklus
II, jumlah skor yang diperoleh 33 dari jumlah skor maksimal 36. Dengan demikian,
presentase nilai aktivitas guru ini adalah 91,7% (SB). Hasil pengamatan yang dilakukan oleh
observer ( guru kelas) pada siklus II diketahui bahwa perencanaan pembelajaran kooperatif
tipe talking stick dalam prosespembelajaran terlaksana dengan sangat baik dan hasil belajar
peserta didik meningkat. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian pada siklus
II ini telah mencapai kriteria yang diharapkan. Dengan demikian penelitian berhenti pada
siklus II dan tidak dilanjutkan pada siklus berikutnya.
Berdasarkan hasil penelitian RPP pada tema 8 (Lingkungan Sahabat Kita), subtema
1 ( Manusia dan Lingkungan) , pembelajaran 4 dan subtema 2 (Perubahan Lingkungan)
pembelajaran 3, masih ada kekurangan. Kekurangan tersebut terlihat berdasarkan hasil
pengamatan RPP terhadap siklus I pertemuan I diperoleh presentase 77,8% dengan
kualifikasi cukup (C), Sedangkan penilaian RPP siklus 1 pertemuan II diperoleh presentase
88,9%, dengan kualifikasi baik (B). Adapun penjabaran kekurangan-kekurangan yang belum
muncul tersebut adalah:

Jurnal Pendidikan Tambusai 3493


SSN: 2614-6754 (print) Halaman 3489-3497
ISSN: 2614-3097(online) Volume 4 Nomor 3 Tahun 2020

Pada perumusan indikator belum sesuai dengan kata kerja operasional. Sehinngga
hal ini membuat indikator yang disusun masih ada yang belum menggunakan kata kerja
operasional yang mencakup pengetahuan, sikap dan keterampilan. Terlihat pada indikator
“Mengemukakan peristiwa-peristiwa atau tidakan pada teks nonfiksi”. Indikator tersebut
dirumuskan tidak menggunakan kata kerja operasional karena kata mengemukakan tidak
terdapat pada kata kerja operasional. Sebagaimana menurut Taufina (2011:57) bahwa
“Indikator dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan
diukur, yang mencakup pengetahuan, sikap dan keterampilan”.
Penetapan tujuan Pembelajaran yang dirancang kurang jelas, terlihat pada LKPD
mengenai jenis usaha masyarakat Indonesia, pada LKPD tidak dituliskan berapa banyak
jenis usaha masyarakat Indonesia yang akan dibuat peserta didik sehingga RPP yang dibuat
nampak rancu dan tidak bisa menjadi acuan keberhasilan suatu pembelajaran, sehingga
banyak peserta didik masih ragu-ragu menjawab pertanyaan mengenai jenis usaha
masyarakat Indonesia. Seharusnya tujuan yang dibuat harus lebih jelas. Sebagaimana
dijelaskan oleh Arief (2011:104) tujuan pembelajaran merupakan “Sesuatu yang sangat
penting dalam kehidupan kita. Tujuan dapat memberi arah tindakan yang dilakukan, tujuan
ini juga dapat dijadikan acuan ketika kita mengukur apakah tindakan kita betul atau salah,
tindakan kita berhasil atau tidak”.
Pengembangan materi belum rinci dan jelas, sehingga materi pembelajaran kurang
jelas dan menarik bagi peserta didik terlihat dalam pengembangan materi peneliti hanya
berpedoman pada buku guru, buku peserta didik dan internet saja, seharusnya materi
pembelajaran harus relevan, rinci sehingga materi menjadi jelas dengan karakteristik peserta
didik. Sebagaimana Abdul (2014:122) bahwa “pemilihan materi ajar haruslah relevan dengan
kebutuhan peserta didik”.
Metode pembelajaran yang digunakan kurang menarik bagi peserta didik, terlihat
pada proses pembelajaran metode ceramah yang terlalu banyak digunakan mengakibatkan
terdapatnya peserta didik yang ribut, dan tidak mendengarkan pembelajaran yang
disampaikan. Untuk melaksanakan proses pembelajaran diperlukan metode yang tepat.
Hamimah (2012) menyatakan bahwa “Pemilihan metode pembelajaran disesuaikan dengan
situasi dan kondisi peserta didik serta karakteristik dari setiap indikator dan kompetensi yang
hendak dicapai pada setiap mata pelajaran.”
Skenario pembelajaran, dalam RPP belum terlihat kesesuaian keruntutan materi dan
kesesuaian alokasi waktu, kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Karena
peneliti dalam penyampaian materi terdapat penyampaian matei yang tidak runtun seperti
adanya kebalikan dalam menyampaikan urutan materi dimana seharusnya awalnya guru
menyampaikan materi faktor-faktor yang mempengaruhi ketersediaan air tanah selanjutnya
menyampaiakn materi kegiatan yang dapat kita lakukan untuk menjamin ketersediaan air
tanah dan penelit terlalu banyak banyak menghabiskan waktu pada saat mengkondisikan
kelas sehingga pembelajaran tidak terlaksana dengan efisien. Sebagaimana yang
dikemukakan oleh Taufina (2011:58) bahwa “Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan
keperluan untuk pencapaian KD dan beban belajar”.
Rancangan penilaian autentik, kesesuaian antara bentuk, teknik dan instrumen
penilaian sikap dan keterampilan masih belum muncul. Terlihat pada penilaian sikap jurnal
harian yang digunakan tidak begitu jelas cara penialainnya dan pada penilaian sikap
instrumen yang digunakan yairtu rubrik penilain lebih mengarah pada penilain pengetahuan.
sehingga rancangan penilaian autentik menjadi belum jelas. Sebagaimana yang
dikemukakan Endah (2013:152) “prosedur dan instrumen penilaian proses dan hasil belajar
disesuaikan dengan indikator pencapaian kompetensi dan mengacu kepada standar
penilaian”.
Kekurangan-kekurangan tersebut harus diperbaiki pada siklus berikutnya. Rencana
pelaksanaan pembelajaran yang masih belum maksimal akan berdampak pada peserta didik.
Sebagaimana yang dikemukakan Hosnan (2014:96) bahwa “Agar proses pembelajaran pada
peserta didik dapat berlangsung dengan baik, amat tergantung pada perencanaan dan
persiapan mengajar yang dilakukan oleh guru yang harus baik pula, cermat dan sistematis”.

Jurnal Pendidikan Tambusai 3494


SSN: 2614-6754 (print) Halaman 3489-3497
ISSN: 2614-3097(online) Volume 4 Nomor 3 Tahun 2020

Pelaksanaan pembelajaran pada siklus I belum seluruhnya terlaksana sesuai dengan


apa yang telah direncanakan dalam RPP. Kekurangan pada siklus I ini terlihat pada hasil
pengamatan pelaksanaan yang diamati observer disaat peneliti melaksanakan penelitian.
Hasil pengamatan penilaian pelaksanaan siklus I pertemuan I aspek guru memperoleh
persentase 77,8% dengan kualifikasi cukup (C), dan pengamatan pelaksanaan siklus I
pertemuan II aspek guru memperoleh persentase 88,9% dengan kualifikasi baik (B). Hasil
pengamatan penilaian pelaksanaan siklus I pertemuan I Aspek peserta didik memperoleh
persentase 77,8% dengan kualifikasi cukup (C) dan untuk aspek peserta didik pada siklus I
pertemuan II memperoleh persentase 88,9% dengan kualifikasi baik (B).
Pada saat berdiskusi peserta didik belum bekerja sama dalam mengejakan tugas
yang diberikan. Kekurangan ini dikarenakan guru masih belum dapat mengarahkan peserta
didik untuk bekerja sama dalam kelompoknya, guru seharusnya lebih kreatif dalam
membimbing peserta disik untuk bekerja sama hal ini sesuai dengan yangdikemukakan
Hosnan (2014:438) “Gagasan, ide dan prilaku guru yang kreatif dibutuhkan dalam
menimbulkan perhatian dan minat belajar peserta didik.
Pada saat peserta didik bekerja sama dalam mengerjakan tugas kelompoknya guru
belum memberi motivasi kepada peserta didik. Sehingga mengakibatkan ada peserta didik
yang tidak ikut bekerja sama dalam kelompoknya. Sebagaimana yang dikemukakan oleh
Menurut Awe dan Benge (2017) “motivasi adalah satu faktor yang sangat penting dalam
proses pembelajaran agar peserta didik lebih giat lagi dalam belajar”.
Guru belum meminta peserta didik mencatat dan menyebutkan kembali kesimpulan
yang dicatat. Sehingga peserta didik ragu menyimpulkan kembali materi yang dipelajari
dalam pembelajaran. Menurut Kosasih (2014:89) bahwa “guru selalu memberikan harapan-
harapan positif terhadap kegiatan belajar yang baru saja dilaksanakan, meyakinkan akan
potensi dan kemampuan peserta didik terhadap keberhasilan pencapaian kompetensi belajar
dalam menumbuhkan rasa percaya diri”.
Peserta didik dalam mengerjakan soal masih saling mencontek dikarenakan guru
belum memberikan arahan dan memotivasi peserta didik dalam mengerjakan evaluasi
sehingga banyak peserta didik yang kurang disiplin dalam mengerjakan evaluasi. Menurut
Suprihatin (2015) “Motivasi diartikan sebagai kekuatan seseorang yang dapat menimbulkan
tingkat kemauan dalam melaksanakan suatu kegiatan, baik kekuatan yang berasal dari
individu itu sendiri maupun dari luar individu”. Melihat data hasil pengamatan pelaksanaan
siklus I ada kekurangan, kekurangan tersebut diharapkan dapat diperbaiki pada siklus II.
Berdasarkan hasil pengamatan rencana pelaksanaan pembelajaran tematik terpadu
menggunakan model Cooperative Learning tipe Talking Stick pada sikus II sudah meningkat
dari siklus sebelumnya, yaitu berada pada kriteria sangat baik.
Berdasarkan pengamatan terhadap RPP pada siklus II diperoleh persentase penilaian
94,4 % dengan kriteria (SB). Pada siklus II ini RPP telah dirancang dan dilaksanakan dengan
baik untuk meningkatkan pembelajaran yang maksimal sesuai dengan komponen-komponen
yang terdapat pada RPP secara lengkap sesuai dengan pendapat Abdul (2014:53) “Secara
teknis rencana pembelajaran mencakup komponen-komponen berikut (1) standar
kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator pencapaian hasil belajar, (2) tujuan
pembelajaran, (3) materi pembelajaran, (4) pendekatan dan metode pembelajaran, (5)
langkah-langkah kegiatan pembelajaran, (6) alat dan sumber belajar, (7) evaluasi
pembelajaran”. Pada siklus II ini peneliti telah membuat RPP sesuai dengan komponen-
komponen yang lengkap seperti penjelasan diatas. Berdasarkan pemaparan data di atas,
dapat disimpulkan bahwa perencanaan pembelajaran tematik terpadu menggunakan model
Cooperative Learning tipe Talking Stick di kelas V SDN 15 Ulu Gadut telah terlaksana
dengan sangat baik, sehingga proses pelaksanaan pembelajaran berjalan dengan lancar
dan dapat memaksimalkan pembelajaran tematik terpadu.
Berdasarkan perencanaan yang disusun, pelaksanaan proses pembelajaran
dilaksanakan sudah sesuai dengan apa yang telah direncanakan dan mengikuti langkah-
langkah model Cooperative Learning tipe Talking Stick. Pada siklus II menunjukkan bahwa
pelaksanaan pembelajaran tematik terpadu menggunakan model Cooperative Learning tipe

Jurnal Pendidikan Tambusai 3495


SSN: 2614-6754 (print) Halaman 3489-3497
ISSN: 2614-3097(online) Volume 4 Nomor 3 Tahun 2020

Talking Stick terlihat sudah meningkat dari siklus sebelumnya. Berdasarkan data hasil
pengamatan aspek guru pada siklus II diperoleh persentase penilaian 91,7% dengan
kualifikasi (SB). Kemudian data hasil pengamatan dari aspek peserta didik diperoleh
persentase penilaian 91,7% dengan kualifikasi (SB). Selain itu, pada siklus II ini proses
pembelajaran tematik terpadu menggunakan model Cooperative Learning tipe Talking Stick
dapat membuat peserta didik lebih memahami materi sehingga peserta didik lebih aktif
dalam menjawab pertanyaan dan proses pembelajaran lebih menyenangkan dan
pembelajaran menjadi lebih tuntas. Menurut Istarani (2012:90) mengemukakan adapun
kelebihan model talking stick yaitu sebagai berikut:(1) Peserta didik lebih dapat memehami
materi karena diawali dari penjelasan seorang guru. (2) Peserta didik lebih dapat menguasai
materi ajar karena ia diberi kesempatan untuk mempelajari kembali melalui buku paket yang
tersedia. (3) Daya ingat peserta didik lebih baik sebab ia akan ditanyai kembali tentang
materi yang diterangkan dan dipelajarinya. (4) Peserta didik tidah jenuh karena ada tongkat
sebagai pengikat daya tarik peserta didik mengikuti pelajaran tersebut. (5) pelajaran akan
tuntas sebab pada bagian akhir akan diberikan kesimpulan oleh guru.
Dengan demikian pelaksanaan penelitian berhenti sampai siklus II, keputusan ini
berdasarkan kesepakatan peneliti dan guru kelas VD SDN 15 Ulu Gadut sebagai observer.
Setelah mengamati hasil yang diperoleh, peneliti menyimpulkan bahwa meningkatkan
proses pembelajaran tematik terpadu menggunakan model kooperatif tipe talking stick
berhasil dengan sangat baik. Peningkatan proses pembelajaran tematik terpadu
menggunakan model kooperatif tipe talking stick bisa dilihat pada grafik 4.1 berikut ini:

Grafik 4.1 Peningkatan Proses Pembelajaran Tematik Terpadu Menggunakan


Model Kooperatif Tipe Talking Stick

100

80

60 Siklus I Pertemuan I
Siklus I Pertemuan II
40
Siklus II
20

0
RPP Aspek Guru Aspek Siswa

SIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Hasil pengamatan RPP penelitian di siklus I memperoleh nilai dengan rata-rata 83,35%
(B) dan meningkat pada siklus II dengan nilai 94,4% (SB).
2. Hasil pengamatan pada aktivitas guru siklus I memperoleh nilai dengan rata-rata
83,35% (B) dan meningkat pada siklus II dengan nilai 91,7% (SB). Pada aktivitas
peserta didik siklus I memperoleh nilai dengan rata-rata 83,35% dan meningkat pada
siklus II dengan nilai 91,7% (SB).
Berdasarkan analisis penelitian pada siklus II, penggunaan model kooperatif tipe
talking stick sudah terlaksana dengan baik dan sesuai dengan yang diharapkan, baik dari
penilaian di dalam maupun di luar proses pembelajaran. Berdasarkan hasil yang diperoleh
pada siklus II, maka pelaksanaan siklus II telah berhasil menggunakan model pembelajaran
Cooperative Learning tipe Talking Stick pada pembelajaran tematik terpadu di kelas V SDN
15 Ulu Gadut. Dengan demikian, maka penelitian berakhir dan peneliti bisa menulis laporan
penelitian.

DAFTAR PUSTAKA
Arief, dkk. 2011. Media Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
Ermelinda, Benge. 2017. Hubungan Antara Minat dan Motivasi Belajar dengan Hasil Belajar

Jurnal Pendidikan Tambusai 3496


SSN: 2614-6754 (print) Halaman 3489-3497
ISSN: 2614-3097(online) Volume 4 Nomor 3 Tahun 2020

IPA Pada Siswa SD. Journal Of Education Technologi. Vol.1 No.4


Endah Loeloek Poerwati. 2013. Panduan Memahami Kurikulum 2013.Jakarta: PT. Prestasi
pustakarya.
Farida, S. 2015. “Penerapan Model Problem Based Learning Dalam Inovasi Pembelajaran
IPS Di Sekolah Dasar.” Prosiding Seminar Nasional Jurusan PGSD FIP UNP Tahun
2015 1(1).
Hamimah. 2012. Pembelajaran IPS Dengan Metode Talking Stick Pada Kelas Tinggi Di
Sekolah Dasar. ed. sutarman karim. Padang: UNP.
Reinita. 2013. Model Listening Team. Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan XIII(1): 34–39.
Reinita. 2017. “The Improvement Application Value of Cultural Character Nation to Students
in Civil Learning with Value Clarification Technique Approach List Model in Class IV
B SDN 16 Tarok Dipo Bukittinggi.” Atlantis Pers 118: 570–77.
Yolanda, Nadya, and Reinita. 2019. “Pembelajaran Tematik Terpadu Dengan Menggunakan
Model Quantum Teaching.” Journal of Elemantary School (JOES) 2: 71–79.
Istarani. 2014. 58 model pembelajaran inovatif.Medan: Media Persada
Kosasih. 2014. Strategi Belajar dan Pembelajaran Implementasi Kurikulum 2013. Bandung:
Yrama Widya.
Majid, Abdul. 2014. Pembelajaran Tematik Terpadu. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Offset.
Poerwati, L, E. & Amri, S. 2013. Panduan Memahami Kurikulum 2013. Jakarta: Prestasi
Pustaka Karya.
Sumiati dan Asra. 2011. Metode Pembelajaran. Bandung: Wacana Prima
Suprihatin. 2015. Upaya Guru Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa. Journal
Pendidikan UM Metro. Vol.3.No.1
Taufina, dan Muhammadi. 2011. Mozaik Pembelajaran Inovatif. Padang: Sukabina Press.

Jurnal Pendidikan Tambusai 3497

Anda mungkin juga menyukai