KABUPATEN AGAM
PROPOSAL
OLEH
SESRA FITRI
NPM . 1910013411051
Dosen Pengampu :
Dra. Zulfa Amrina, M.Pd.
2021/2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
tinggi martabat bangsa dan negara di mata dunia. Pendidikan tidak terlepas dari
kurikulum yang telah dirancang, disusun serta ditetapkan oleh pemerintah yang
guna menyempurnakan pola pikir serta menghasilkan lulusan sekolah yang lebih
cerdas, aktif, kreatif, inovatif, serta memiliki kepercayaan diri yang tinggi sebagai
semua tingkatan kelas pada Sekolah Dasar menggunakan pendekatan tematik yang
kurikulum 2013 ini lebih menekankan pembelajaran dengan student center dimana
Peserta didik dituntut lebih aktif dan guru yang pasif berbanding terbalik
diberlakukan pada setiap tingkatan kelasnya, yang meliputi kelas I, II, III, IV, V,
dan VI. Pendekatan pembelajaran yang digunakan pada kurikulum 2013 adalah
memadukan konsep dari beberapa mata pelajaran. Hal ini dijelaskan dalam
Kemendikbud (2014) bahwa anak usia sekolah dasar berada pada tahap operasional
Pemilihan materi yang disajikan harus berkaitan dengan kehidupan sehari-hari dan
ambil bermain dan menyenangkan 7) Guru jarang menggunakan rpp saat mengajar
8) RPP yang digunakan masih belum sesuai dengan kaidah penulisan RPP yang
benar.
Peserta didik dalam memahami konsep dalam belajar, dimana hasil belajar ini
dapat dilihat dari kemampuan Peserta didik dalam memahami materi yang
didik , memberi kesempatan anak untuk menjadi pelaku utama dalam proses
2022 di kelas IV SDN 23 Guguak Randah Kabupaten Agam. Akan tetapi kenyataan
yang penulis temukan di lapangan tidak sesuai dengan yang di harapkan dalam
yang terjadi tidak hanya dari Peserta didik tetapi juga dari guru. Penulis
mengamati Peserta didik di dalam kelas cenderung pasif saat belajar, hal ini
dikarenakan guru kurang melibatkan Peserta didik dalam proses pembelajaran
dan guru masih menerapkan metode konvensional. Dimana prinsip Peserta didik
belajar aktif masih belum terlihat. Proses pembelajaran yang demikian membuat
kegiatan belajar mengajar hanya berpusat pada materi yang disampaikan oleh guru
tanpa ada umpan balik dari Peserta didik , sehingga Peserta didik kurang
Pembelajaran (RPP), karena terlihat persis dengan yang ada di buku guru, RPP
yang digunakan masih belum sesuai dengan kaidah penelitian RPP yang benar.
RPP harusnya sesuatu yang harus di siapkan oleh guru dengan langkah-langkah
yang harusnya juga dikembangkan oleh guru dimana RPP merupakan salah satu
peserta didik. Nilai peserta didik pada ujian tengah semeser 1 sebagai berikut :
Tabel 1.1 Penilaian Tengah Semester (PTS) I Kelas IV
Nama
Nilai Ketuntasan
pesert PK MT SBd KB
No. B.I IPA IPS Jml RR
a N K P M Tidak
didik Tuntas
tuntas
8 76
1
AZ 70 6 65 75 60 90 446 74
6 76
2
HMG 57 8 60 68 53 65 371 62
7 76
3
IY 65 1 69 70 71 88 434 72
7 76
4 71 60 55 60 75 400 67
KIH 9
8 76
5
MF 56 2 60 75 76 79 428 71
9 76
6
MA 77 8 97 90 76 90 528 88
7 76
7
MFM 80 8 88 86 80 90 502 83
5 76
8
MR 69 9 68 80 71 77 424 71
8 76
9
NS 75 9 80 79 76 88 487 81
8 76
10
NAD 60 4 82 85 91 88 490 82
8 76
11
NFS 79 9 60 71 59 82 440 73
7 76
12
RR 65 0 55 80 80 68 418 70
8 76
13
SR 76 5 88 79 85 70 483 81
7 76
14
ZR 70 5 49 50 50 67 361 60
7 76
15
WA 60 5 60 70 60 76 401 67
Persentase Ketuntasan 33,33% 66,67%
Sumber: Data Sekunder SDN 23 Guguak Randah Kab Agam T.A 2021/2022
Data yang diperoleh menunjukkan perolehan nilai peserta didik masih
di bawah kriteria belajar minimal (KBM). Dimana jumlah peserta didik yang
mencapai KBM. Sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata peserta didik
masih banyak yang belum mencapai KBM yang diharapkan. Jika masalah tersebut
dan tindak lanjut, salah satunya dengan pembaharuan model pembelajaran, maka
dari itu peneliti tertarik menggunakan model Cooperative Learning tipe Talking
adalah metode pembelajaran menggunakan tongkat sebagai alat bantu guru untuk
suasana yang menyenangkan. Tongkat lalu di gilirkan bagi peserta didik yang
mendapatkan tongkat tersebut akan di beri pertanyaan dan wajib di jawab, lalu
secara estafet tongkat tersebut berpindah ke tangan Peserta didik lain bergiliran,
pertanyaan.
Jadi, Model pembelajaran Cooperative tipe Talking Stick ini adalah metode
penlitian yang menyenangkan bagi peserta didik dan membuat peserta didik bisa
belajar sambil bermain dan menuntut Peserta didik untuk dapat aktif, percaya
diri mengemukakan pendapat, juga pada metode ini peserta didik diberi kebebasan
B. Identifikasi Masalah
Kabupaten Agam?
D. Tujuan Penlitian
Stick di kelas IV SDN 23 Guguak Randah Kab Agam. Secara khusus penlitian ini
D. Manfaat Penlitian
Secara teoritis, penlitian ini dapat dijadikan bahan referensi tambahan bagi
Talking Stick dan hasil belajar Peserta didik. Selain itu hasil penlitian ini
2. Bagi guru, juga dapat sebagai bahan masukan dalam rangka penyempurnaan
3. Bagi Sekolah, penlitian ini diharapkan dapat menjadi kontribusi yang positif
Kabupaten Agam.
BAB II
A. Kajian Teori
1. Hasil Belajar
pengalaman belajarnya, dan hasil belajar juga merupakan tolak ukur yang
laku kearah yang lebih baik pada diri seseorang, maka seseorang dapat
tingkat hasil belajar yang dicapai oleh Peserta didik setelah melakukan
ditetapkan.
Dari pendapat ahli di atas dapat di simpulkan bahwa hasil belajar adalah
Juga hasil belajar adalah tolak ukur yang di gunakan untuk menentukan tingkat
juga dapat terlihat dari sikap dan keterampilan peserta didik dalam
1) Aspek Sikap
(2014) bahwa peserta didik yang memiliki sikap positif memiliki peluang
yang lebih baik dari pada peserta didik yang memiliki sikap negatif.
Sedangkan Muhajir dalam Wiyoko (2014:49) berpendapat bahwa
sikap merupakan kecendrungan afeksi suka atau tidak suka pada suatu
adalah reaksi seseorang saat menghadapi suatu objek. Aspek sikap dalam
2) Aspek Pengetahuan
dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yaitu
kemampuan bertindak.
unjuk kerja atau praktik, adalah suatu penilaian yang meminta Peserta
(Rusman, 2015:287-291).
jenis jenis hasil belajar Peserta didik meliputi tiga aspek, yaitu aspek
keterampilan.
2. Hakikat Pembelajaran Tematik Terpadu
menyeluruh.
menyenangkan.
c. Tujuan Pembelajaran Tematik Terpadu
bermakna.
meningkatkan kerja sama antar guru dengan guru, guru dengan peserta didik,
Peserta didik dengan peserta didik, Peserta didik atau guru dengan
nyata dan sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik, dan dalam
dalam standar isi lalu dijabarkan dalam bentuk silabus (Majid, 2014).
lebih terarah dan kegiatan belajar nantinya berjalan secara efektif dan efisien
(Kunandar (2011).
yang direncanakan.
Dapat disimpulkan bahwa fungsi rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP)
berlangsung. Agar rencana yang dibuat guru efektif dan berhasil, dalam
sama.
kecil agar peserta didik mampu saling bekerja sama untuk mencapai tujuan
satunya yaitu tipe Talking Stick. Carol Locust (2006) dalam Huda (2014:224)
yang digunakan oleh penduduk asli Amerika untuk mengajak semua orang
berbicara atau mengemukakan pendapat dalam suatu forum antar suku. Kini
telah mempelajari materi, hal ini di lakukan berulang sampai semua Peserta
Stick ini adalah metode guru dengan bantuan tongkat untuk memberikan
pendapat.
Menurut Putu Andika pranata, dkk, (Volume 2, No 4) (2013) Model
tongkat, siapa yang memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan dari guru
(3) guru menyuruh peserta didik untuk mentup buku (4)Guru mengambil
Penutup.
Talking Stick yang dikemukakan oleh Agus Suprijono ( 2017: 128). Adapun
(1) Menguji kesiapan Peserta didik (2) Melatih membaca dan memahami
dengan cepat (3) Agar lebih giat belajar. Senada dengan Taufina dan
Stick ini adalah: 1). Menguji kesiapan Peserta didik ; 2). Melatih membaca
dan memahami dengan cepat; 3). Agar lebih giat belajar ( belajar dahulu).
melatih memahami materi dengan cepat, agar lebih giat belajar dahulu,
maupun individu, juga mendorong Peserta didik lebih aktif lagi dalam
mengemukakan pendapat.
Cooperative Learning tipe Talking Stick ini bertujuan untuk membantu Peserta
Learning tipe Talking Stick ini dirancang sesuai dengan pendapat Suprijono
(2017 : 128).
bahwa materi yang akan di pelajari sudah dipahami dengan baik oleh Peserta
d. Guru membentuk posisi Peserta didik dengan lingkaran besar , guru juga
B. Kerangka Teori
kooperatif model Talking Stick ini mengarahkan Peserta didik untuk aktif dalam
proses pembelajaran serta mendapatkan hasil belajar yang maksimal. Agar
belajar, 8) Penilaian.
1. Tahap Perencanaan
2. Tahap Pelaksanaan
Talking Stick
3. Penilaian
dan aspek Peserta didik ; c) Hasil belajar terdiri dari sikap, pengetahuan dan
keterampilan.
Pelaksanaan
Perencanaan Penilaian
Langkah pembelajaran kooperatif
1. Merencanakan tipe Talking Stick menurut Agus 1. Proses Belajar
Jadwal Penlitian Suprijono ( 2017: 128) adalah - RPP
2. Mengkaji sebagai berikut : - Aktifitas guru
Kurikulum 1. Guru menjelaskan materi pokok dan peserta
Tematik 2013 yang akan dipelajari. didik .
3. Merancang RPP 2. Peserta didik diberi kesempatan 2. Hasil belajar
4. Menentukan untuk membaca dan mempelajari - Sikap (Non
Materi materi. Tes)
Pembelajaran 3. Guru meminta Peserta didik - Pengetahuan
5. Memilih Media untuk menutup bukunya.
6. Membuat LKDK 4. Guru mengambil tongkat yang
7. Membuat soal telah dipersiapakan sebelumnya.
evaluasi beserta 5. Tongkat tersebut diberikan ke
salah satu Peserta didik da
bergulir ke Peserta didik
lainnya sambil diiringi music.
6. Peserta didik yang menerima
tongkat tersebut diwajibkan
menjawab pertanyaan dari guru
demikian seterusnya.
7. Guru memberikan kesempatan
kepada Peserta didik melakukan
refleksi terhadap materi yang
telah dipelajari
Penelitian Mengenai Peningkatan Hasil Belajar Perserta Didik Pembelajaran Tematik Terpadu
menggunakan Model Coolerative Learning Tipe Talking Stick ini bukanlah yang pertama
karena penelitian terdahulu dengan pokok persoalan tersebut telah banyak dilakukan oleh para
sarjana. Berdasarkan penelusuran atas hasil-hasil penelitian terdahulu, posisi penelitian ini
boleh jadi bersifat meneruskan, menyempurnakan, atau membahas yang belum terbahas.
2. Vivi Novita Mayesi Putri. K (2020) melakukan penelitian yang berjudul “Pembelajaran
TematikTerpadudenganModelCooperativeLearningTipe TalkingStick diSekolahDasar”. Hasil
penelitian menunjukkan perencanaan, pelaksanaan dan hasil belajar mengalami peningkatan.
Penilaian RPP siklus I yaitu 74,97% dan pada siklus II meningkat menjadi 97,22%. Penilaian
pelaksanaan dari aktivitas guru siklus I yaitu 78% dan meningkat pada siklus II 97%. Untuk
aktivitas siswa siklus I 75% meningkat pada siklus II 95 %. Penilaian hasil belajar siswa siklus
I 75 dan meningkat pada siklus II 87. Kesimpulannya, Cooperative Learning Tipe Talking
Stick dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran pembelajaran tematik
terpadu di kelas IV SDN 01 Benteng Pasar Atas.
3. Raudatul Fitri, dkk, (2020) melakukan penelitian yang berjudul “PEMBELAJARAN PKn
DENGAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TALKING STICK” Berdasarkan
hasil penelitian data pengamatan aktivitas guru dan siswa. Pada siklus II pengamatan aktifitas
guru diperoleh skor 34 dari skor maksimal 36 dengan persentase 94,5% dan kualifikasi sangat
baik. Pada aktivitas siswa diperolehan skor 32 dari skor maksimal 36 dengan persentase 88,9%
dengan kualifikasi sangat baik.
(B) dan meningkat pada siklus II dengan nilai 94,4% (SB). Hasil pengamatan pada aktivitas
guru siklus I memperoleh nilai dengan rata-rata 83,35% (B) dan meningkat pada siklus II
dengan nilai 91,7% (SB). Pada aktivitas peserta didik siklus I memperoleh nilai dengan
rata-rata 83,35% dan meningkat pada siklus II dengan nilai 91,7% (SB).
Ahmadi, Iif Khoiru, dkk. 2014. Pengembangan dan Model Pembelajaran Tematik
integratif. Jakarta: Prestasi Pusataka.
Arikunto, Suharsimi, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Daryanto. dkk. 2014. Siap Menyongsong Kurikulum 2013. Yogyakarta: Gava Media..
Fajri, Nurul.2016.pengaruh Model Pembelajaran Kooperatife Learning Talking Stick
Terhadap Prestasi Belajar.Jurnal Ilmiah Maha Peserta didik Pendidikan
Sejarah(Volume 1 No 1).
Hamalik, Oemar. 2011. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Huda, Miftahul. 2013. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Belajar .
Indrawati, Tin. 2015. Peningkatan Hasil Belajar Peserta didik dalam Pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan dengan Menggunakan Pendekatan
Konstruktivisme di Kelas V Sekolah Dasar. Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan,
15(1), 40-47.
Kemendikbud. 2013. Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta
Kemendikbud.
____________. 2014. Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta:
Kemendikbud.
______. 2016. Permendikbud No 23 Tahun 2016 Tentang Standar
Penilaian . Jakarta : Kemendikbud.
Kunandar. 2012. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan
Profesi Guru. Jakarta: PT Raja grafindo Persada.
Kusumah, Wijaya, dan Dedi Dwitagama. 2012. Mengenal Penelitian Tindakan
Kelas. Jakarta: Indeks.
LAMPIRAN ARTIKEL
SSN: 2614-6754 (print) Halaman 2199-2205
ISSN: 2614-3097(online) Volume 4 Nomor 3 Tahun 2020
Abstrak
Penelitian ini di latar belakangi oleh kenyataan dilapangan yang menunjukan rendahnya
keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran tematik terpadu. Penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan peningkatan hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran tematik
terpadu melalui model Cooperative Learning tipe Talking Stick padakelas IV Sekolah Dasar.
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas dengan menggunakan pendekatan
kualitatif dan kuantitatif. Subjek penelitian adalah peserta didik kelas IV dengan jumlah 8
peserta didik SDN 64/VII Sukasari II. Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa a)
RPP menunjukkan hasil peningkatan pada pengamatan RPP siklus I adalah 79,16%, pada
siklus II menjadi 91,66%. b) nilai rata-rata aspek guru siklus I diperoleh 83,32%, pada siklus
II 94,44%. c) nilai rata-rata aspek peserta didik pada siklus I 79,16%, pada siklus II 94,44%.
hasil belajar peserta didik pada siklus I memperoleh nilai rata-rata 81,24% dan meningkat
pada siklus II dengan nilai rata-rata 90,62%.
Abstract
This research is based on the reality in the field which shows the low involvement of
students in integrated thematic learning. This study aims to describe the improvement of
student learning outcomes in integrated thematic learning through the Talking Stick
Cooperative Learning type in grade IV Elementary School. This type of research is a
Classroom Action Research using qualitative and quantitative approaches. The research
subjects were 8 grade students of SDN 64 / VII Sukasari II. From the research results, it is
concluded that a) RPP shows the results of the increase in the observation of RPP cycle I is
79.16%, in cycle II it becomes 91.66%. b) the average value of the teacher's aspects in cycle
I was 83.32%, in cycle II was 94.44%. c) the average value of aspects of students in cycle I
79.16%, in cycle II 94.44%. The learning outcomes of students in the first cycle obtained an
average value of 81.24% and increased in the second cycle with an average value of
90.62%.
PENDAHULUAN
Pembelajaran tematik terpadu merupakan perpaduan beberapa mata pelajaran
menggunakan sebuah tema dalam suatu kegiatan pembelajaran serta mampu memberikan
suatu pengalaman yang bermakna kepada murid. Hal ini sejalan dengan pendapat
Poerwandarmita (dalam Majid, 2014:80) menyatakan bahwa “pembelajaran tematik adalah
pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran
sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna pada peserta didik”. Setiap
pembelajaran memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Begitu halnya dengan
pembelajaran tematik terpadu. Menurut Depdikbud (dalam Trianto, 2015:61) menyatakan
“karakteristik pembelajaran terpadu yaitu holistik, bermakna, otentik, dan aktif”.
Pembelajaran tematik terpadu memiliki beberapa tahap pelaksanaan, sedangkan menurut
Majid (2014: 96-97) “Dalam pelaksanaan pembelajaran tematik terpadu perlu dilakukan
beberapa hal yang meliputi tahap perencanaan yang mencangkup kegiatan pemetaan
kompetensi dasar, pengembangan jaringan tema, pengembangan silabus dan penyusunan
rencana pelaksanaan pembelajaran”.
Sebelum melaksanakan proses pembelajaran seorang guru perlu menyusun rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) karena tahap pertama dalam pembelajaran menurut
standar proses adalah penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Menurut
Mulyasa (2010:155) “RPP merupakan suatu perkiraan atau proyeksi guru mengenai seluruh
kegiatan yang akan dilakukan baik oleh guru maupun peserta didik, terutama dalam
kaitannya dengan pembentukan kompetensi dan pencapaian tujuan pembelajaran”. Selain
untuk mencapai tujuan dari proses pembelajaran, guru harus merancang RPP sesuai
dengan komponen RPP.
Guru dituntut untuk secara profesional merancang pembelajaran yang tepat, guru
juga dituntut agar dapat membuat peserta didik aktif dalam pembelajaran untuk terciptanya
hasil pembelajaran yang lebih bermakna, menentukan prosedur pembelajaran dan
pembentukan kompetensi secara efektif, serta menetapkan kriteria keberhasilan.
Berdasarkan pengamatan peneliti saat observasi terdapat beberapa pemahasalahan
yang dialami yaitu permasalahan pada segi Renacana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
yang penulis temui yang ditemui diantaranya pada tujuan pembelajaran kurang sesuai
dengan indikator yang dibuat dimana dalam RPP terdapat 5 indikator namun pada tujuan
hanya terdapat 3 tujuan saja, dalam RPP tidak memuat alokasi waktu, tidak dilampirkan
materi pembelajaran dan penilaian pembelajaran.
Permasalahan pada segi pelaksanaan yaitu (1) Guru masih belum menggunakan
model pembelajaran, guru hanya bersumber sebatas dari buku guru saja. (2) Guru tidak
menggunakan media pembelajaran. (3) Dalam pembelajaran masih terlihat keterpisahan
antar mata pelajaran. (4) Kurangnya interaksi antara peserta didik dengan guru, Guru
kurang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya sehingga terlihat peserta
didik hanya mendapat informasi dari guru saja sehingga peserta didik menjadi tidak aktif
dalam proses pembelajaran. (5) Ditemukan peserta didik yang tidak dapat menjawab
pertanyaan yang diajukan guru, (6) Dalam pelaksanaan proses pembelajaran guru tidak
berpedoman pada RPP.
Permasalahan tersebut berdampak pada peserta didik, diantaranya adalah: (1)
Peserta didik di dalam kelas terlihat kurang termotivasi dalam mengikuti pelajaran (2)
Aktivitas peserta didik kurang terlaksana, terlihat peserta didik ada yang ribut sehingga
peserta didik kurang memperhatikan guru dalam proses pembelajaran (3) Peserta didik
kurang memahami apa yang diajarkan guru (4) Kurangnya interaksi antara peserta didik
dengan guru sehingga mengakibatkan kurang aktifnya peserta didik mengeluarkan
pendapat (5) kurang siapnya peserta didik dalam menerima pelajaran dan memahami materi
hal ini tampak saat peserta didik tidak bisa menjawab pertanyaan dari guru (6)
Pembelajaran terlihat kurang menyenangkan.
Hal tersebut akan berdampak pada peserta didik diantaranya, peserta didik di dalam
kelas terlihat kurang tertarik untuk belajar, aktifitas peserta didik kurang terlaksana karena
peserta didik mulai bosan terhadap pembelajaran, peserta didik kurang memahami apa
yang di ajarkan oleh guru, peserta didik tidak mampu menentukan masalah dan
merumuskan permasalahan sehingga hasil belajar peserta didik kurang bagus karena
proses pembelajaran tidak terlaksana menurut bagaimana semestinya.
Pembelajaran yang seperti ini tentu berdampak pula terhadap hasil belajar peserta
didik, dimana hasil belajar peserta didik belum memuaskan, hal ini terlihat dari hasil belajar
peserta didik pada nilai ulangan harian tema 1 (Indahnya Kebersamaan) masih banyak hasil
belajar peserta didik yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 75.
Sementara peserta didik yang berhasil mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) ketika
melaksanakan ulangan harian tema 1 (Indahnya Kebersamaan) hanya 56,25% dari jumlah
peserta didik dan 43,75% belum tuntas belajar.
Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan, guru sebaiknya menggunakan
model pembelajaran yang tepat untuk memecahkan masalah pembelajaran tersebut,
alternatif tindakan yang dapat diambil adalah pemilihan model. Model pembelajaran yang
dapat diterapkan yaitu model pembelajaran Cooperative Learning tipe Talking Stick.
Penerapan model pembelajaran Cooperative Learning tipe Talking Stick diharapkan dapat
menarik perhatian peserta didik dalam kegiatan belajar di kelas sehingga dapat
meningkatkan hasil belajar peserta didik. Menurut Shoimin (2014: 89) “ Model pembelajaran
Talking Stick termasuk salah satu model pembelajaran koopertif. Pembelajaran ini dilakukan
dengan bantuan tongkat, siapa yang memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan dari
guru setelah peserta didik mempelajari materi pokoknya”.
Keunggulan model Talking Stick adalah mampu menguji kemampuan peserta didik,
melatih keterampilan mereka dalam membaca dan memahami materi pelajaran dengan
cepat, dan mengajak mereka untuk siap dalam situasi apa pun (Istarani, 2014).
Pembelajaran dengan model Talking Stick membuat peserta didik lebih aktif, menguji
kesiapan peserta didik, membantu peserta didik memahami materi dan menciptakan
kegiatan pembelajaran yang menyenangkan. Dalam pembelajaran, peserta didik akan
terdorong untuk memperhatikan penjelasan guru karena peserta didik harus siap
memberikan jawaban apabila mendapatkan pertanyaan dari guru tentang materi yang
diajarkan. Secara umum rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah
peningkatan hasil belajar peserta didikdalam pembelajaran pada tematiktema 2 subtema 1
di kelas IV melalui model cooperative learning tipe talking stick di SDN 64/VII Sukasari II.
Selanjutnya adapun penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan peningkatan hasil belajar
peserta didik dalam pembelajaran pada tematik tema 2 subtema 1 di kelas IV.
Sehingga karenanya melalui penelitian ini dapat memberi manfaat yang dapat
dijadikan acuan pada pengajaran, secara umum dan khususnya berkaitan dengan
peningkatan pembelajaran tematik terpadu dengan model Cooperative Learning tipe Talking
Stick, untuk menyumbangkan pemikiran dan menambah wawasan serta ilmu pengetahuan,
sebagai bahan masukan, menambah wawasan dan pengetahuan dalam penggunaan model
Cooperative Learning tipe Talking Stick dalam pembelajaran, penggunaan model
Cooperative Learning tipe Talking Stick akan memberikan masukan baru mengenai cara
belajar dan memberikan konstribusi dalam perbaikan pembelajaran.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Menurut Arikunto (2012:3)
menyatakan bahwa penelitian tindakan kelas berasal dari 3 kata yang jika digabungkan
memiliki inti yang dapat disimpulkan yaitu penelitian tindakan kelas yaitu suatu pencermatan
terhadap kegiatan belajar yang berupa tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi
dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan
arahan dari guru yang dilakukan oleh peserta didik.
Pendekatan yang peneliti gunakan dalam penelitian ini menggunkana pendekatan
kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan kualitatif diuraikan dengan mendeskripsikan penelitian
dengan kata-kata terhadap apa yang dialami oleh subjek penelitian sedangkan pendekatan
kuantitatif dengan menggunakan angka-angka dalam mendeskripsikan subjek penelitian.
Penelitian telah dilaksanakan di SDN 64/VII Sukasari II. Peneliti melaksanakan
penelitian di SD ini dengan beberapa pertimbangan yaitu: (a) Pihak sekolah bersedia dan
menyambut baik diadakan penelitian di SDN 64/VII Sukasari II, (b) SDN 64/VII Sukasari II
mudah dijangkau (c) Penggunaan model Cooperative Learning tipe Talking Stick belum
digunakan dalam pembelajaran di SDN 64/VII Sukasari II khususnya di kelas IV B.
Penelitian ini telah di laksanakan pada semster I (Juli-Desember) tahun ajaran
2020/2021 di SDN 64/VII Sukasari II. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus. Pada siklus
I terdiri dari dua kali pertemuan, pertemuan pertama dilaksankan pada hari Selasa tanggal
25 Agustus 2020 pukul 07.30-10.00 WIB pada tema 2 Selalu Berhemat Energi subtema 1
Sumber Energi pembelajaran 1. Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 1
September 2020 pukul 07.30-10.00 WIB pada tema 2 Selalu Berhemat Energi subtema 2
Manfaat Energi pembelajaran 1. Sedangkan pada siklus II terdiri dari satu kali pertemuan
yaitu dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 8 September 2020 pukul 07.30-10.00 WIB
pada tema 2 Selalu Berhemat Energi subtema 3 Energi Alternatif pembelajaran 1.
Subjek dalam penelitian ini adalah guru dan peserta didik kelas IV B SDN 64/VII
Sukasari II yang terdaftar pada semester I tahun ajaran 2020/2021. Jumlah peserta didik 8
orang, yang terdiri dari 4 orang peserta didik laki-laki dan 4 orang peserta didik Perempuan.
Adapun yang terlibat dalam penelitian ini adalah: peneliti sebagai praktisi dan observer yang
terdiri dari dua orang, yaitu teman sejawat dan guru kelas IV dan peserta didik SDN 64/VII
Sukasari II.
Perencanaan dimulai dengan merumuskan rancana pelaksanaan pembelajaran
(RPP) berdasarkan model Cooperative Learning tipe Talking Sticki. Pelaksanaan kegiatan
dilakukan oleh peneliti sebagai praktisi dan guru kelas sebagai observer, pelaksanaan akan
melakukan semua langkah pembelajaran sesuai dengan RPP yang dibuat pada langkah
perencanaan. Pengamatan dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan, hal ini
dilakukan oleh guru kelas IV sebagai observer pada waktu peneliti melaksanakan proses
pembelajaran menggunakan model Cooperative Learning tipe Talking Stick. Refleksi
bertuuan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang sudah dilakukan berdasarkan
data yang sudah terkumpul, hasil akan diadakan setiap kali tindakan berakhir.
Data penelitian ini berupa hasil pengamatan dari setiap tindakan untuk meningkatkan
pembelajaran tematik terpadu dengan menggunakan model Cooperative Learning Tipe
Talking Stick pada tema 2 Selalu Berhemat Energi di kelas IV . Data tersebut yaitu sebagai
berikut
Analisis data model Miles and Huberman (dalam Sugiyono, 2015 ) terdiri atas,
Reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Rumus persentase Seperti yang dikemukakan Kemendikbud (2014) menggunakan
rumus sebagai berikut:
Perencanaan pembelajaran dibuat secara kolaboratif oleh peneliti dan guru kelas kelas
IV B SDN 64/VII Sukasari II. Adapun hasil penskoran Pengamatan RPP adalah sebagi
berikut :
pada siklus I memperoleh nilai persentase 79,16% dan siklus II adalah 91,66%
dengan kualifikasi SB (Sangat Baik). Dapat disimpulkan bahwa hasil pengamatan
perencanaan mengalami peningkatan sebesar 12,5%. Pembelajaran tematik terpadu
dengan model cooperative learning tipe Talking Stick untuk meningkatkan aktivitas belajar
kelas IV B SDN 64/VII Sukasari II dilaksanakan 3 kegiatan, yaitu kegiatan pendahuluan,
kegiatan inti, kegiatan penutup. Kegiatan ini dilaksankan sesuai dengan langkah-langkah
model cooperative learning tipe Talking Stick yaitu: : (1) Guru menyiapkan sebuah tongkat
yang panjangnya ±20cm. (2) Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari
kemudian memberi kesempatan kepada kelompok untuk membaca dan mempelajari materi
pembelajaran (3) Peserta didik berdiskusi membahas masalah yang terdapat dalam wacana
(4) Peserta didik menutup isi bacaan (5) Guru mengambil tongkat dan memberikannya
kepada salah satu peserta didik (6) Guru memberikan kesimpulan (7) Evaluasi.
Hasil Pengamatan pada siklus I aspek guru adalah sebesar 83,32% dikualifikasikan B
(Baik), aspek Peserta didik sebesar 79,16% dengan kualifikasi C (Cukup). Pada siklus II
penilaiam aspek guru adalah sebesar 94,44% dikualifikasikan SB (Sangat baik) dan aspek
Peserta Didik sebesar 94,44% dikualifikasikan SB (Sangat Baik). Dapat disimpulkan
pelaksanan aspek guru mengalami peningkatan sebesar 11,11% dan aspek peseta didik
mengalami peningkatan sebesar 15,28%.
Hasil Pembelajaran dengan model Cooperative Learning tipe Talking Stick di SDN
64/VII Sukasari II meningkat pada seperti tergambar pada tabel dan diagram berikut
Tabel 4. Hasil Pembelajaran dengan model Cooperative Learning tipe Talking Stick di SDN
64/VII Sukasari II
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada siklus II, maka pelaksanaan siklus II telah
terlaksana dengan baik dan peneliti telah berhasil dengan model Cooperative Learning Tipe
Talking Stick pada proses pembelajaran tematik terpadu di kelas IV B SDN 64/VII Sukasari
II Unutuk lebh jelasnya seperti yang tergambar pada diagram berikut
95
90
85
90.62
80
81.24
75
Siklus I Siklus II
Gambar 1. Peningkatan Hasil Pembelajaran dengan model Cooperative Learning Tipe Talking
Stick SDN 64/VII Sukasari II.
SIMPULAN
Berdasarkan pemaparan sebelumnya diatas dapat disimpulkan bahwa Perencanaan
pembelajaran menunjukkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh observer skor yang
diperolah pada pengamatan RPP dengan jumlah skor maksimal adalah 36. demikian
persentase perolehan skor pada penilaian RPP siklus I adalah 79,16% sedangkan pada
siklus II adalah 91,66% dengan kriteria Sangat Baik (SB). Perencanaan pembelajaran
tematik terpadu dengan model Cooperative Learning tipe Talking Stick di kelas IV B SDN
64/VII Sukasari II telah terlaksana dengan kriteria sangat baik pada siklus II.
Pelaksanaan pembelajaran pada siklus sesuai dengan apa yang telah direncanakan.
Hasil observasi aktivitas aspek guru dan aspek peserta didik pada menunjukkan
peningkatan proses pembelajaran yang peneliti lakukan yaitu bahwa pada aspek aktivitas
guru pada siklus I di perolehan persentase skor 83,32% dengan kualifikasi Baik (B)
sedangkan pada siklus II presentase skor 94,44% dengan kualifikasi Sangat Baik (SB) dan
pada aspek aktivitas peserta didik pada siklus I diperoleh presentase skor 79,16% dengan
kualifikasi cukup (C) sedangkan pada siklus II di peroleh presentase 94,44% dengan
kualifikasi Sangat Baik (SB).
Hasil pembelajaran peserta didik dengan menggunakan model Cooperative Learning
tipe Talking Stick di SDN 64/VII Sukasari II meningkat pada siklus II. diperoleh nilai rata- rata
hasil pembelajaran tematik terpadu siklus I adalah 81,24 dengan kualifikasi Baik (B)
sedangkan pada siklus II adalah 90,62 dengan kualifikasi Sangat Baik (SB), yang artinya
telah melebihi batas ketuntasan, dengan hasil maksimal. Data rekapitulasi penilaian
pembelajaran tematik terpadu model Cooperative Learning Tipe Talking Stick telah
terlaksana sesuai dengan yang diharapkan, baik dari penilaian sikap, pengetahuan, dan
keterampilan. Rekapitulasi hasil penilaian pada siklus I juga sudah mengalami peningkatan
pada siklus II dimana peserta didik sudah banyak memperoleh nilai di atas ketuntasan yang
ditetapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Huda, Miftahul. 2014. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Istarani. (2012). 58 Model Pembelajaran Inovatif.medan: media persada.
Kemendikbud. (2014). Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013
SD.Jakarta.Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Majid, Abdul. (2014). Pembelajaran Tematik Terpadu. Bandung: Remaja Rosdakarya
Mulyasa. (2010). Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksar
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Afabeta
Trianto. (2015). Model Pembelajaran Terpadu Konsep,Strategi Dan Implementasinya Dalam
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).Jakarta : Bumi Aksara.
Abstract
The purpose of this study was to describe the improvement of student learning outcomes in Civics Education
with the Cooperative Learning model of Talking Stick type in class IV SDN 01 Bandar Buat. The approach
used is qualitative and quantitative. The research subjects were 30 teachers and students. The results of this
study showed an increase in student learning outcomes. In cycle 1, the average student learning outcomes
were 81 and in cycle 2 was 89. Thus, the Cooperative Learning model of Talking Stick type can improve
student learning outcomes in Civics learning in class IV SDN 01 Bandar Buat Padang.
Corresponding author :
Address : Air Tawar Padang ISSN 2580-3735 (Media Cetak)
Email : sfiooc3435@gmail.com ISSN 2580-1147 (Media Online)
Phone : 089531307164
temannya atas apa yang telah ditemukan, Siswa memberikan umpan balik tentang
kemudian guru memanggil beberapa siswa pertanyaan guru.
menampilkan hasil temuannya (1) Guru meminta Langkah ketujuh penilaian nyata, guru
siswa mengumpulkan hasil temuannya, (2) Siswa memberikan soal-soal evaluasi untuk mengetahui
menampilkan hasil temuannya, (3) siswa lain sampai dimata pemahaman siswa mengenai
mendengarkan temannya, (4) Siswa bertanya materi, (1) Guru memberikan soal pilihan ganda
tentang temuan temannya. dan essay kepada siswa, (2) Guru menjelskan
Langkah keempat masyarakat belajar, guru kepada siswa cara mengerjakan soal-soal tersebut,
membagi siswa kedalam 4 kelompok, masing- (3) Guru meminta siswa mengerjakan secara
masing kelompok terdiri dari 7-8 orang (1) Guru individu, (4) Siswa mengerjakan soal yang
membagi siswa secara heterogen, (2) Guru diberikan guru dengan cara bekerja secara
memberikan penjelasan tentang pentingnya kerja individu, (5) Siswa mengumpulkan lembaran
sama dalam kelompok. jawabannya kedepan kelas.
Langkah kelima pemodelan, guru 1) Pengamatan Aspek Rencana Pelaksanaan
memberikan contoh media gambar kepada siswa Pembelajaran (RPP)
(1) Guru memajang media gambar mengenai Berdasarkan pengamatan yang dilakukan
contoh pengaruh globalisasi dari seluruh dunia oleh observer, penilaian terhadap siklus I
pada makanan, pakaian dan gaya hidup, (2) Siswa pertemuan 1 pada RPP yang terdiri dari 28
bersama kelompok memperhatikan media gambar deskriptor, deskriptor sudah terlaksana 24.
yang dipajang oleh guru, (3) Guru meminta siswa Maka didapatkan persentase dari penilaian
bersama kelompok memprediksi media gambar RPP 85,71% berada pada kategori baik.
yang dipajang oleh guru, (4) Guru dan siswa 2) Pengamatan pelaksanaan pembelajaran
bertanya jawab mengenai media gambar yang a. Aktivitas guru dalam pelaksanaan
dipajang oleh guru, (5) Guru menjelaskan tentang pembelajaran PKn dengan pendekatan
contoh-contoh pengaruh globalisasi pada makanan, Contextual Teaching and Learning.
pakaian dan gaya hidup, (6) Guru membagikan Jumlah skor yang diperoleh adalah 26
LDK kepada masing-masing kelompok tentang dari jumlah skor maksimal yaitu 36
pengaruh globalisasi pada makanan, pakaian, dan dengan persentase 72,2%. Hasil
gaya hidup, (7) Siswa bersama kelompok pengamatan tersebut menunjukkan bahwa
membahas LDK yang dibagikan oleh guru, (8) tingkat keberhasilan guru dalam
Siswa dibawah pengawasan guru melakukan pembelajaran dengan pendekatan
diskusi, disini guru berperan sebagai fasilitator dan Contextual Teaching and Learning cukup.
membimbing siswa dalam melakukan diskusi Artinya, semua langkah-langkah dalam
kelompok, (9) Guru meminta masing-masing pembelajaran cukup terlaksana dengan
perwakilan kelompok menampilkan hasil diskusi baik.
kelompok, (10) Guru bersama siswa memeriksa
b. Aktivitas siswa dalam pelaksanaan
jawaban dari kelompok siswa.
pembelajaran dengan pendekatan
Langkah keenam refleksi, guru mencek
Contextual Teaching and Learning.
kembali pemahaman siswa tentang materi yang
Berdasarkan hasil pengamatan yang
telah dipelajari (1) Guru bertanya kepada siswa
dilakukan oleh pengamat terhadap
tentang materi yang belum dimengerti siswa, (2)
aktivitas siswa dalam kegiatan and Learning dalam kategori sangat baik
pembelajaran siklus I pertemuan 1, jumlah namun masih ada beberapa deskriptor yang
skor yang diperoleh 20 dari skor maksimal belum muncul diantaranya yaitu: (1)
36. Dengan demikian, persentase skor rata- pemilihan materi ajar sesuai dengan
rata aktivitas siswa adalah 55,5%. Hal ini karakteristik siswa, (2) Pemilihan sumber dan
menunjukkan bahwa kriteria keberhasilan materi pembelajaran sesuai dengan
aktivitas siswa termasuk dalam kategori karakteristik siswa, (3) Selanjutnya kejelasan
kurang proses pembelajaran, (4) langkah- langkah
3) Pengamatan hasil belajar siswa pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu,
a. Aspek penilaian kognitif (5) Kemudian teknik pembelajaran yang tidak
Keberhasilan siswa dilihat dari hasil muncul yaitu teknik pembelajaran sesuai
evaluasi yang dilakukan pada akhir siklus I dengan karakteristik siswa.
pertemuan I tentang perkembangan
2) Refleksi Pelaksanaan Pembelajaran PKn
pengaruh globalisasi pada makanan,
Dengan Pendekatan Contextual Teaching
pakaian dan gaya hidup. Hasil belajar
and Learning Dari Aktivitas Guru dan
siswa kelas IV SDN 09 Bandar Buat Kota
Aktivitas Siswa
Padang yang diperoleh siswa dalam
a. Refleksi Aktifitas Guru
pembelajaran pada siklus I pertemuan I,
Pada saat menyiapkan kelas guru
mencapai nilai rata-rata kelas 69,57%. Hal
kurang menyiapkan kelas dengan baik
ini menujukkan bahwa kriteria
dan menyampaikan tujuan pembelajaran
keberhasilan aspek penilaian kognitif
dengan bahasa yang jelas. Guru tidak
termasuk ke dalam kategori cukup.
memberikan penegasan mengenai
b. Aspek Penilaian Afektif
jawaban yang diberikan siswa. Guru
Keberhasilan siswa dari aspek afektif
tidak mengawasi siswa saat keluar kelas.
dilihat selama proses pembelajaran
Guru tidak meminta siswa mendengarkan
berlangsung pada siklus I pertemuan 1.
hasil temuan dari temannya, kemudian
Nilai yang diperoleh siswa pada aspek
setelah siswa selesai memberikan
afektif berdasarkan paparan datadengan
tanggapan guru tidak meluruskan
skor rata-rata 5,35%. Dari data tersebut 18
tanggapan yang diberikan siswa. Guru
siswa tergolong tuntas dan 10 orang siswa
tidak meminta siswa mengulang jawaban
tergolong tidak tuntas dengan rata-rata
yang telah diberikan. Guru kurang
nilai 66,96%. Dengan demikian, hasil
menghargai hasil kerja siswa. Guru tidak
penilaian aspekafektif siswa kelas IV SDN
memberikan arahan kepada siswa tentang
09 Bandar Buat Kota Padang termasuk ke
apa yang akan dikerjakan. Tidak
dalam kategori cukup.
memberikan kesempatan kepada siswa
1) Refleksi Rencana Pelaksanaan untuk dapat mengungkapkan
Pembelajaran (RPP) pengetahuan yang diperoleh. Tidak
Dari hasil pengamatan yang dilakukan mengkondisikan siswa saat bertentangan
oleh observer pada siklus I pertemuan 1 dalam berpendapat. Guru tidak meminta
diketahui bahwa perencanaan pembelajaran siswa untuk berdo’a.
PKn dengan pendekatan Contextual Teaching
masing kelompok terdiri dari 7-8 orang (1) Guru diberikan guru dengan cara bekerja secara
membagi siswa secara heterogen, (2) Guru individu, (5) Siswa mengumpulkan lembaran
memberikan penjelasan tentang pentingnya kerja jawabannya kedepan kelas.
sama dalam kelompok. Pengamatan
Langkah kelima pemodelan, guru 1) Pengamatan Rencana Pelaksanaan
memberikan contoh media gambar kepada siswa Pembelajaran (RPP)
(1) Guru memajang media gambar mengenai Penilaian terhadap RPP yang terdiri
contoh pengaruh globalisasi dari seluruh dunia dari 28 deskriptor sudah terlaksana yaitu 26.
pada komunikasi, (2) Siswa bersama kelompok Maka didapatkan persentase dari penilaian
memperhatikan media gambar yang dipajang oleh RPP pada pertemuan siklus II adalah 92,85
guru, (3) Guru meminta siswa bersama kelompok yang berada pada kategori sangat baik.
memprediksi media gambar yang dipajang oleh Komponen RPP dapat dikatakan sudah sesuai
guru, (4) Guru dan siswa bertanya jawab mengenai dengan yang diharapkan.
media gambar yang dipajang oleh guru, (5) Guru 2) Pengamatan Pelaksanaan Pembelajaran
menjelaskan tentang contoh-contoh pengaruh a. Aktivitas guru dalam pelaksanaan
globalisasi pada komunikasi, (6) Guru pembelajaran PKn dengan pendekatan
membagikan LDK kepada masing-masing Contextual Teaching and Learning.
kelompok tentang pengaruh globalisasi pada Jumlah skor yang diperoleh adalah
komunikasi, (7) Siswa bersama kelompok 34 dari jumlah skor maksimal yaitu 36
membahas LDK yang dibagikan oleh guru, (8) dengan persentase 94,5%. Hasil
Siswa dibawah pengawasan guru melakukan pengamatan tersebut menunjukkan
diskusi, disini guru berperan sebagai fasilitator dan bahwa tingkat keberhasilan guru dalam
membimbing siswa dalam melakukan diskusi pembelajaran dengan pendekatan
kelompok, (9) Guru meminta masing-masing Contextual Teaching and Learning
perwakilan kelompok menampilkan hasil diskusi sangat baik. Artinya, semua langkah-
kelompok, (10) Guru bersama siswa memeriksa langkah dalam pembelajaran sudah
jawaban dari kelompok siswa. terlaksana dengan sangat baik.
Langkah keenam refleksi, guru mencek b. Aktivitas siswa dalam pelaksanaan
kembali pemahaman siswa tentang materi yang pembelajaran PKn dengan pendekatan
telah dipelajari (1) Guru bertanya kepada siswa Contextual Teaching and Learning.
tentang materi yang belum dimengerti siswa, (2) Berdasarkan hasil pengamatan
Siswa memberikan umpan balik tentang yang dilakukan oleh pengamat terhadap
pertanyaan guru. aktivitas siswa dalam kegiatan
Langkah ketujuh penilaian nyata, guru pembelajaran siklus II, jumlah skor yang
memberikan soal-soal evaluasi untuk mengetahui diperoleh 32 dari skor maksimal 36.
sampai dimata pemahaman siswa mengenai Dengan demikian, persentase skor rata-
materi, (1) Guru memberikan soal pilihan ganda rata aktivitas siswa adalah 88,9%. Hasil
dan essay kepada siswa, (2) Guru menjelskan pengamatan tersebut menunjukkan
kepada siswa cara mengerjakan soal-soal tersebut, bahwa tingkat keberhasilan siswa dalam
(3) Guru meminta siswa mengerjakan secara pembelajaran dengan pendekatan
individu, (4) Siswa mengerjakan soal yang Contextual Teaching and Learning sudah
evaluasi yang dilakukan pada akhir siklus terlaksana dengan sangat baik, walaupun
II. Hasil belajar siswa kelas IV SDN 09 masih ada dalam alokasi waktu yang tidak
Bandar Buat Kota Padang yang diperoleh sesuai, namun langkah pembelajaran telah
siswa dalam pembelajaran pada siklus II, dilaksanakan dengan sangat baik. Artinya
mencapai nilai rata-rata kelas 86,33%. RPP pada siklus II telah berhasil.
yaitu 2 orang siswa dan 26 orang siswa Learning telah berhasil dilaksanakan sesuai
ketuntasan minimum (KKM) dari 28 orang Pelaksanaan pembelajaran jika dilihat dari
siswa. Dengan demikian, hasil penilaian aspek guru dan aspek siswa sudah terlaksana
aspek afektif siklus II, penilaian aspek aspek afektif 97,67%. Dengan demikian,
afektif siswa diperoleh gambaran bahwa dapat disimpulkan pembelajaran pada siklus
28 orang siswa berada pada kriteria II ini telah berjalan sesuai dengan yang
kualifikasi sangat baik dengan nilai rata- bahwa tingkat ketuntasan untuk kelas telah
rata yang diperoleh 97,67%. Dengan sesuai dengan apa yang diharapkan. Maka
demikian, hasil penilaian aspek afektif penelitian ini sudah dapat dikatakan berhasil.
temuan kedepan kelas siswa kurang mendengarkan buku tulisnya sebagai bahan siswa untuk belajar di
apa yang disampaikan teman, sehingga saat siswa rumah.
diminta menanggapi penampilan teman banyak Berdasarkan hasil pelaksanaan pembelajaran
siswa yang diam. Selain itu hal ini juga disebabkan yang telah dilakukan maka perlu dilakukan
kurangya pengelolaan kelas yang dilakukan oleh perbaikan, untuk itu peneliti melakukan siklus II
peneliti, sehingga peneliti kesulitan mengontrol agar pelaksanaan pembelajaran PKn dengan
siswa. pendekatan Contextual Teaching and Learning
Berdasarkan hasil pengamatan yang yang diharapkan ini dapat terlaksana dengan
diperoleh pada siklus I maka direncanakan untuk sangat baik.
melakukan siklus II dengan tujuan agar siswa lebih
aktif dan tertarik untuk belajar. Guru seharusnya Siklus II
dapat mengaktifkan semua siswa tanpa kecuali Berdasarkan analisis data yang dilakukan
agar potensi yang ada pada siswa dapat tergali dan observer pada lembaran pengamatan RPP
berkembang. Guru harus dapat memberikan diketahui bahwa perolehan skor pada siklus II
motivasi kepada siswa dalam pembelajaran. adalah 26 dengan skor maksimal 28 dengan
Sehingga rencana pelaksanaan pembelajaran persentase 92,85% dengan kriteria sangat baik.
(RPP) yang telah dibuat sesuai dengan Dimana pengorganisasian materi ajar tidak sesuai
pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan dengan materi ajar, kemudian pemilihan
Berdasarkan diskusi peneliti dengan sumber/materi pesmbelajaran tidak sesuai dengan
observer, pelaksanaan pembelajaran pada siklus I karakteristik siswa. Berdasarkan pemaparan data
masih memiliki kekurangan-kekurangan yang yang disajikan di atas, dapat disimpulkan bahwa
perlu diperbaiki yaitu: perencanaan pembelajaran PKn dengan
Pelaksanaan pembelajaran belum sesuai pendekatan Contextual Teaching and Learning di
dengan yang telah direncanakan. Selama SDN 09 Bandar Buat Kota Padang telah terlaksana
pelaksanaan pembelajaran PKn dengan dengan kriteria sangat baik pada siklus II.
menggunakan pendekatan Contextual Teaching Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II
and Learning ditemukan hal-hal sebagai berikut: sesuai dengan apa yang telah direncanakan.
(1) pada saat membentuk kelompok, walapun Berdasarkan diskusi peneliti dengan observer,
peneliti telah berdisikusi dengan guru kelas dalam selama pelaksanaan pembelajaran ditemukan
membagi kelompok secara heterogen siswa masih beberapa hal sebagai berikut: (1) penyajian materi
banyak yang meribut dan memilih-milih teman, (2) dengan pendekatan Contextual Teaching and
pada saat berdiskusi dalam kelompok siswa masih Learning sudah sesuai dengan perencanaan awal,
meribut, tidak mau bekerjasama dengan teman di (2) pada saat membentuk kelompok, siswa tidak
kelompoknya, (3) siswa kurang berani dalam lagi memilih-milih teman, (3) siswa sudah tidak
mengemukakan pendapatnya baik dalam ribut saat melakukan diskusi kelompok, karena
memberikan pertanyaan dalam proses guru membimbing siswa agar serius berdiskusi, (4)
pembelajaran, (4) siswa kurang termotivasi karena siswa sudah berani mengemukakan pendapatnya,
guru kurang memotivasi dan memberikan dan mengelola ide-ide dan pemikirannya sehingga
penguatan kepada siswa, (5) dalam kegiatan tidak mengandalkan temannya yang pandai lagi,
penutup guru hendaknya memberi catatan (5) siswa sudah termotivasi dalam belajar sehingga
kesimpulan dan diminta siswa mencatat di dalam siswa semangat dalam belajar, (6) siswa telah
mencatat materi yang diberi guru kedalam buku Hatta University Press.
catatan untuk dipelajari selanjutnya dirumah. Aris Shoimin. 2014. 68 Model Pembelajaran
Berdasarkan analisis data pengamatan Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media.
aktivitas guru dan siswa. Pada siklus II
pengamatan aktifitas guru diperoleh skor 34 dari Beni Ahmad Saebani. 2008. Metode Penelitian.
Bandung: Pustaka Setia.
skor maksimal 36 dengan persentase 94,5% dan
Basrowi & Suwandi. 2008. Memahami penelitian
kualifikasi sangat baik. Pada aktivitas siswa kualitatif. Jakarta : Rineka cipta
diperolehan skor 32 dari skor maksimal 36 dengan
Departemen Pendidikan Nasional. 2006. KTSP.
persentase 88,9% dengan kualifikasi sangat baik. Jakarta: Depdiknas.
dalam pembelajaran PKn, agar pembelajaran Nana sudjana. 2009. Penilaian hasil proses belajar
mengajar. Bandung: PT. Remaja rosdakarya.
berlangsung efektif dan efisien, dan dapat
melaksanakan pembelajaran PKn dengan Ngalim purwanto. 2004. Prinsip-prinsip dan teknik
evaluasi pembelajaran. Bandung : PT.
pendekatan Contextual Teaching and Learning. Remaja Rosdakarya.
Guru juga sebaiknya melaksanakan pembelajaran
Rusman. 2012. Model-model pembelajaran.
sesuai dengan RPP yang telah disusun sehingga Jakarta: Rajawali pers.
pembelajaran diharapkan tercapai dengan baik. Slavin, Robert E. 2005. Cooperative Learning.
Bandung: Nusa Media.
DAFTAR PUSTAKA
Trianto. 2013. Model-Model Pembelajaran
Agus Suprijono. 2012. Cooperative Learning. Inovatif Berorientasi Kontruktivis. Jakarta:
Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Prestasi Pustaka.
Pustaka Belajar.
Tukiran taniredja. 2014. Model-model
Ahmad Susanto. 2013. Teori belajar dan pembelajaran inovatif dan efektif. Bandung:
pembelajaran disekolah dasar. Jakarta : alfabeta.
Kencana.
Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama. 2011.
Akmal. 2014. Pendidikan kewarganegaraan dalam Mengenal Penelitian Tindakan Kelas.
perspektif ketahanan nasional. Padang : Bung Jakarta: PT Indeks.
Abstrak
Penelitian dilatarbelakangi oleh hasil belajar siswa dalam pembelajaran tematik terpadu di
kelas IV SDN 01 Benteng Pasar Atas Kota Bukittinggi masih rendah. Tujuan penelitian
adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran tematik terpadu dengan
Model Cooperative Learning Tipe Talking Stick di Kelas IV SDN 01 Benteng Pasar Atas Kota
Bukittinggi. Hasil penelitian menunjukkan perencanaan, pelaksanaan dan hasil belajar
mengalami peningkatan. Penilaian RPP siklus I yaitu 74,97% dan pada siklus II meningkat
menjadi 97,22%. Penilaian pelaksanaan dari aktivitas guru siklus I yaitu 78% dan meningkat
pada siklus II 97%. Untuk aktivitas siswa siklus I 75% meningkat pada siklus II 95 %.
Penilaian hasil belajar siswa siklus I 75 dan meningkat pada siklus II 87. Kesimpulannya,
Cooperative Learning Tipe Talking Stick dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran pembelajaran tematik terpadu di kelas IV SDN 01 Benteng Pasar Atas.
Abstract
PENDAHULUAN
Pembelajaran tematik terpadu merupakan pembelajaran yang mengaitkan beberapa
mata pelajaran dalam satu tema. Hal ini sesuai dengan ungkapan Kemendikbud (2013:7)
bahwa “pembelajaran dengan memadukan beberapa mata pelajaran melalui penggunaan
tema, dimana peserta didik tidak mempelajari materi mata pelajaran secara terpisah, semua
mata pelajaran yang ada di sekolah dasar sudah melebur menjadi satu kegiatan
pembelajaran yang diikat dengan tema”. Pembelajaran tematik terpadu di SD mempunyai
tujuan untuk memudahkan siswa dalam memahami materi pembelajaran, serta
mengembangkan berbagai kemampuan siswa dalam tema tertentu. Hal ini senada dengan
pendapat Kemendikbud (2013:193) yang pembelajaran tematik terpadu bertujuan untuk:
a) mudah memusatkan perhatian pada satu tema atau topik tertentu, b) mempelajari
pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi mata pelajaran dalam tema
yang sama, c) lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi yang
disajikan dalam konteks tema yang jelas, d) budi pekerti dan moral siswa dapat
ditumbuhkembangkan dengan mengangkat sejumlah nilai budi pekerti sesuai dengan
situasi dan kondisi.
Sebaiknya dalam pembelajaran pembelajaran tematik terpadu seorang guru harus
lebih menekankan pada unsur pendidikan dan pembekalan pada siswa. Penekanan
pembelajaran tidak hanya sebatas konsep yang bersifat hafalan belaka, melainkan terletak
pada upaya guru agar siswa mampu menjadikan ilmu yang telah dipelajarinya menjadi bekal
dalam memahami. Oleh karena itu seorang guru sangat dituntut untuk memiliki kemampuan
dan keterampilan dalam melaksanakan pembelajaran dengan baik. Agar dalam pelaksanaan
pembelajaran siswa lebih giat dan termotivasi, sehingga hasil belajar yang diharapkan pun
juga akan terlaksana menjadi lebih baik. Tetapi pada kenyataannya dampak pembelajaran
tematik terpadu masih belum begitu dirasakan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini terlihat
dari sikap siswa yang masih kurang mampu berfikir secara logis dan kritis dalam
menanggapi masalah, kurang mampu dalam memiliki kesadaran dengan lingkungan sekitar
dan masih kurang nya bekerjasama dengan teman.
Berdasarkan pengalaman peneliti selama mengajar di kelas IV SDN 01 Benteng
Pasar Atas Kota Bukittinggi dalam pembelajaran tematik terpadu terdapat beberapa
permasalahan diantaranya: 1) Guru masih terfokus pada tujuan pembelajaran yang terdapat
paga buku guru 2) Guru belum memakai model pembelajaran yang membuat siswa aktif
sehingga kompetensi dasar tidak tercapai dengan maksimal. 3) Pada saat pelaksanaan
pembelajaran, masih terpusat kepada guru. 4) Masih belum terlihatnya proses pembelajaran
tematik terpadu, langkah kegiatan pembelajaran hanya menggunakan yang tertulis di buku
guru. 5). Siswa kurang dalam berkreatifitas karana pada dasarnya siswa hanya menerima
apa yang disampaikan oleh guru.
Pemilihan model pembelajaran yang tepat akan membantu tercapainya tujuan
pembelajaran, selain itu penggunaan model pembelajaran dapat mempermudah proses
pembelajaran dan mengurangi kejenuhan yang dialami siswa. Salah satu alternatif model
pembelajaran yang dapat digunakan guru dalam pembelajaran Tematik Terpadu adalah
model pembelajaran Cooperative Learning tipe Talking Stick. Model Talking Stick
merupakan suatu model pembelajaran yang menggunakan bantuan tongkat sebagai bahan
utamanya, serta menekankan keterlibatan siswa pada proses pembelajaran untuk berani
mengemukakan pendapatnya sehingga siswa mudah mengingat pelajaran yang diberikan.
Cooperative Learning tipe Talking Stick memiliki banyak keunggulan. Keunggulan
Talking Stick menurut Suprijono, (2017:165) menyatakan “Model-model pembelajaran
Talking Stick memiiliki kelebihan, dimana kelebihannya adalah: 1). Menguji kesiapan siswa;
2). Melatih membaca dan memahami dengan cepat; 3). Agar lebih giat belajar.” Lisdayanti
menambahkan “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatife Talking Stick di Kelas
V”(Volume 2,No 1) yaitu menguji kesiapan siswa,melatih membaca pada siswa, melatih
memahami materi dengan cepat, agar lebih giat belajar dahulu, mengajarkan siswa dalam
mengeluarkan pendapat sendiri, agar siswa berpikir sendiri apa jawaban dari pertanyaan
tersebut, dan mengasah pengetahuan dan pengalaman siswa
Berdasarkan uraian pada latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka
masalah umum penelitian ini adalah bagaimanakah peningkatan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran tematik terpadu dengan Model Cooperative Learning Tipe Talking Stick di
Kelas IV SDN 01 Benteng Pasar Atas Kota Bukittinggi? Rumusan masalah secara khusus
yaitu, bagaimana perencanan, pelaksanaan, dan peningkatan hasil belajar siswa pada
pembelajaran tematik terpadu dengan Model Cooperative Learning Tipe Talking Stick di
Kelas IV SDN 01 Birugo Kota Bukitiinggi?
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk memperbaiki proses
pembelajaran dengan melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul “Peningkatan Hasil
Tematik Terpadu Siswa Menggunakan Model Cooperative Learning Tipe Talking Stick Di
Kelas IV SDN 01 Benteng Pasar Atas Kota Bukittinggi”
Tujuan dari penelitian adalah untuk mendeskripsikan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran tematik terpadu dengan Model Cooperative Learning Tipe Talking Stickdi
Kelas IV SDN 01 Benteng Pasar Atas Kota Bukittinggi . Penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat bagi siswa yaitu dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada
pembelajaran tematik terpadu di Sekolah Dasar (SD). Bagi guru yaitu sebagai bahan
masukan bagi guru-guru SD dalam rangka penyempurnaan proses pembelajaran yang akan
dilakukan dan dapat memperkaya model-model pembelajaran dalam pembelajaran tematik
terpadu di Sekolah Dasar (SD). Bagi pembaca, hendaknya dapat memberikan kontribusi
bagi peningkatan hasil belajar pembelajaran tematik terpadu dengan menggunakan Model
Cooperative Learning Tipe Talking Stick di SD.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) menggunakan pendekatan
kualitatif dan kuantitatif. Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan model siklus yang
dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart (dalam Suharsimi, 2006:16). Model siklus ini
mempunyai empat komponen yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi.
Penelitian dilaksanakan di IV SDN 01 Benteng Pasar Atas Kota Bukittinggi. Subjek
penelitian adalah guru dan siswa kelas IV SDN 01 Benteng Pasar Atas Kota Bukittinggi,
dengan jumlah siswa 29 orang. Sumber data penelitian adalah guru dan siswa kelas IV SDN
01 Benteng Pasar Atas Kota Bukittinggi. Data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan
teknik observasi dan tes. Instrumen penelitian ini berupa lembar observasi RPP, lembar
observasi (aspek guru dan peserta didik), LKDK, dan soal tes. Penelitian dilaksanakan
semester II tahun ajaran 2019/2020. Penelitian dilakukan dalam dua siklus. Siklus I
pertemuan 1 dilaksanakan hari Senin, 9 Maret 2020 dan pertemuan 2 pada hari Kamis, 12
Maret 2020 dan Siklus II dilaksanakan pada hari Selasa,17 Maret 2020
Data yang diperoleh dalam penelitian dianalisis dengan menggunakan analisis data
kualitatif dan kuantitatif. Bogdan dan Taylor (dalam V.Wiratna, 2014:19) menyatakan bahwa
“Pendekatan kualitatif adalah salah satu prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang-orang yang diamati.” Sedangkan
menurut Sugiono (2011:20), “Pendekatan kuantitatif dilakukan dengan mengumpulkan data
yang berupa angka. Data yang berupa angka tersebut kemudian diolah dan dianalisis untuk
mendapatkan suatu informasi ilmiah dibalik angka-angka tersebut.”
kelompok, 2) Guru telah menanyakan kesan dan pesan selama pembelajaran kepada
siswa, 3) Guru telah meminta siswa untuk menyempurnakan hasil kerja kelompok sehingga
siswa tidak menyemurnakan hasil kerja kelompoknya.
Berdasarkan penjelasan data analisis penelitian siklus II, hasil belajar siswa dalam
pembelajaran tematik terpadu dengan menggunakan Model Cooperative Learning Tipe
Talking Stick sudah mencapai nilai yang diharapkan. Hal ini dapat terlihat dengan hasil
belajar siswa sudah meningkat. Rata-rata hasil belajar siswa pada Siklus I Pertemuan 1
pada aspek pengetahuan 71,5 dengan kualifikasi baik dan aspek keterampilan 78,7 dengan
kualifikasi baik. Hasil belajar siswa pada Siklus I Pertemuan 2 adalah aspek pengetahuan
79,2 dengan kualifikasi baik dan aspek keterampilan 79,3 dengan kualifikasi baik.Dan
meningkat pada Siklus II aspek pengetahuan 87 dengan kualifikasi baik dan aspek
keterampilan 92,4 dengan kualifikasi amat baik. Dengan demikian, dari hasil yang diperoleh
pada siklus II, maka pelaksanaan siklus II telah terlaksana dengan sangat baik dan peneliti
telah berhasil meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran tematik terpadu dengan
Model Cooperative Learning Tipe Talking Stick di kelas IV SDN 01 Benteng Pasar Atas Kota
Bukittinggi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik di bawah ini.
100
50 pengetahuan
keterampilan
0
pertemuan 1 pertemuan 2 pertemuan 3
SIMPULAN
Berdasarkan data hasil pengamatan, hasil penelitian, dan pembahasan dalam Bab IV
simpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Perencanaan pembelajaran tematik terpadu dengan Model Cooperative Learning tipe
Talking Stick di kelas IV SDN 01 Benteng Pasar Atas Kota Bukittinggi disusun dalam
bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Berdasarkan pengamatan terhadap RPP,
maka didapatkan hasil pada siklus I diperoleh nilai rata-rata 74,95% (kualifikasi cukup).
Dan pada siklus II meningkat menjadi 97,22% (kualifikasi amat baik).
2. Pelaksanaan pembelajaran tematik terpadu dengan Model Cooperative Learning tipe
Talking Stick di kelas IV SDN 01 Benteng Pasar Atas Kota Bukittinggi dilihat dari 2
aspek pengamatan yaitu aspek guru dan aspek siswa. Hasil peningkatan pelaksanaan
pembelajaran dari aspek guru dan pada aspek siswa pada siklus I yaitu 78% dan 75%
dan pelaksanaan pembelajaran dari aspek guru dan aspek siswa meningkat pada siklus
II menjadi 97% dan 95%
3. Hasil belajar siswa dari siklus I di peroleh persentase rata-rata 75,35 dengan kualifikasi
baik dan hasil belajar siswa pada siklus II meningkat dengan rata-rata 87 dengan
kualifikasi baik.
.
DAFTAR PUSTAKA
Sardijo, dkk. 2014. Pendidikan IPS di SD. Jakarta: UniversitasmTerbuka.
Kunandar. 2014. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Nurasma. 2008. Model Pembelajaran Kooperatif. Jakarta: Depdiknas
Majid, Abdul. 2014. Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: Interes Media
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta
V.Wiratna. 2014. Metodologi Penelitian Lengkap, Praktis, dan Mudah Dipahami. Yogyakarta
: Pustaka Baru
Abstrak
Penelitian ini memiliki tujuan menggambarkan peningkatan hasil belajar tema 3 menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick di kelas V SD Negeri 11 Gadut. Penelitian ini
merupakan penalitian tindakan kelas (PTK) yang menggunakan pendekatan kualitatif dan
pendekatan kuantitatif. Dilaksanakan dua siklus, yaitu siklus I terdiri dari 2 pertemuan dan siklus
II 1 kali pertemuan. Subjek dalam penelitian ini adalah gutru kelas V sebagai observer, peneliti
sebagai praktisi, dan siswa SD Negeri 11 Gadut yang berjumlah 23 orang. Hasil penelitian
menunjukkan peningkatan yaitu: a) hasil pengamatan RPP pada sisklus I 75%, meningkat pada
siklus II menjadi 89,43%. b) b) hasil aktivitas guru pada siklus I 78,75%, meningkat pada siklus
II menjadi 87,5%. c) hasil aktivitas siswa pada siklus I 77,5%, meningkat pada siklus II menjadi
85%. d) penilaian hasil belajar siswa, pada siklus I rata-ratanya yaitu 65,85 lalu meningkat pada
siklus II menjadi 92,5. Berdasarkan hasil tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa model
kooperatif tipe Talkng Stick dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada tema 3.
Abstact
This research has the aim of describing the improvement of the results of learning theme 3
using talking stick type cooperative learning model in class V SD Negeri 11 Gadut. This
research is a class action (PTK) study that uses a qualitative approach and quantitative
approach. Implemented two cycles, namely cycle I consists of 2 meetings and cycle II 1
meeting. The subjects in this study were class V students as observer, researcher as
practitioner, and 11 Gadut State Elementary School students who numbered 23 people. The
results showed an increase in: a) rpp observations in cyclus I 75%, increased in cycle II to
89.43%. b) b) teacher activity results in cycle I 78.75%, increasing in cycle II to 87.5%. c)
student activity results in cycle I 77.5%, increasing in cycle II to 85%. d) assessment of student
learning outcomes, in cycle I the average is 65.85 and then increased in cycle II to 92.5. Based
on these results, it can be concluded that talkng stick type cooperative model can improve
students' learning outcomes on theme 3.
PENDAHULUAN
Pembelajaran tematik terpadu menurut Rusyita (dalam Jurnal Mitra Pendidikan Vol 2 No
7, 2018; 605) “Berguna untuk memberikan kemudahan bagi siswa untuk memahami konsep
materi serta menumbuhkan semangat belajar dan rasa ingin tahu yang tinggi, karena materi
yang diajarkan yakni materi yang bersifat nyata dan bermakna bagi siswa.” Dalam
pelaksanaannya, pembelajaran tematik terpadu terdiri dari tema yang memuat beberapa mata
pelajaran yang saling terkait satu sama lain. Tujuan dari adanya tema ini untuk menguasai
konsep-konsep dan menemukan hubungan atau keterkaitan dari beberapa mata pelajaran
yang terdapat dalam tema tersebut.
Pembelajaran tematik terpadu dapat dikombinasikan dengan model pembelajaran
kooperatif (cooperative learning). Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif, guru
dapat mendorong sikap mandiri siswa untuk menemukan dan menggali konsep materi yang
dipelajari. Menurut Slavin (dalam Isjoni, 2011:15) bahwa “Pembelajaran kooperatif adalah
suatu model dimana siswa dibagi menjadi beberapa kelompok kecil yang anggotanya terdiri
dari 4-6 orang, yang belajar dan bekerja secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa
lebih bersemangat dalam belajar”. Menjadikan siswa sebagai pusat dalam proses
pembelajaran merupakan tujuan utama dari pembelajaran kooperatif.
Dengan demikian, pembelajaran tematik terpadu dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif ditujukan bagi siswa, agar siswa dapat berperan sebagai pusat dalam
pembelajaran, sehingga siswa mampu berperan aktif dalam pembelajaran dan kreatif dalam
mengemukakan konsep yang didapat dalam pembelajaran tersebut. Selain itu, guru juga harus
kreatif dalam menciptakan media pembelajaran dan mampu menerapkan model pembelajaran
kooperatif yang dapat membuat suasana pembelajaran menjadi menyenangkan.
Untuk mewujudkan hal di atas, dalam proses pembelajaran guru harus mampu
menciptakan susana yang kondusif dengan memberikan kebebasan beraktifitas dan bertindak
kepada siswa. Proses pembelajaran tematik terpadu harus dapat melibatkan siswa secara
totalitas sehingga pembelajaran menjadi menyenangkan dan bermakna. Dan guru sebagai
fasilitator harus memiliki kemampuan dalam menciptakan pembelajaran yang aktif, kreatif, dan
menyenangkan. Selain itu, guru harus mampu mencapai tiga aspek pembelajaran yaitu
kognitif, afektif, dan psikomotor, sehingga potensi siswa dapat berkembang dengan semestinya
dan hasil belajar siswa dapat ditingkatkan.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru di kelas V SD Negeri 11
Gadut yang dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 20 Agustus 2020 dan tanggal 27 Agustus
2020, peneliti melihat beberapa permasalahan dalam pelaksanaan pembelajaran tematik
terpadu, diantaranya pada aspek Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), aspek guru, dan
aspek siswa.
Pada aspek RPP, permasalahan yang peneliti temukan yaitu (1) RPP yang telah
dirancang oleh guru kurang singkron antara KD dengan indikator; (2) Model pembelajaran yang
terdapat dalam RPP belum diterapkan dengan sepenuhnya pada saat proses pembelajaran;
(3) Lampiran materi pada RPP hanya bersumber dari buku guru dan buku siswa saja, sehingga
materi yang disampaikan guru kepada siswa sangat dangkal.
Permasalahn dari aspek guru diantaranya, yaitu (1) Proses pembelajaran masih
berpusat pada guru dan siswa hanya menerima dan mendengarkan apa yang disampaikan
oleh guru; (2) Guru kurang menggunakan media pembelajaran, sehingga pembelajaran
menjadi kurang menarik bagi siswa; (3) Guru masih kurang memberi kesempatan berdiskusi
kepada siswa terkait dengan materi yang diajarkan, sehingga siswa menjadi pasif dalam
proses pembelajaran; (4) Guru belum merealisasikan sepenuhnya penilaian yang seharusnya
dilakukan.
Permasalahan lain yang terlihat dalam proses pembelajaran dari aspek siswa, yaitu (1)
Partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran masih tergolong rendah; (2) Siswa sulit untuk
berkonsentrasi dan fokus dalam kegiatan pembelajaran; (3) Siswa cepat merasa bosan,
sehingga siswa meribut dan kelas sulit untuk dikondisikan.
Permasalahan yang terlihat di atas berdampak pada proses pembelajaran antara lain:
(1) Siswa kurang memahami materi pelajaran karena penyajian materi pelajaran kurang
menarik dan siswa sulit untuk fokus dan berkonsentrasi; (2) Motivasi dan minat siswa dalam
belajar masih rendah sehingga pembelajaran menjadi kurang bersemangat; (3) Kurangnya
interaksi antara siswa dengan siswa lain; (4) Siswa cenderung pasif dalam pembelajaran sebab
siswa kurang diberi peluang untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan di atas, salah satu model
pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru dalam pembelajaran tematik terpadu ialah
Model Pembelajaran Kooperetif Tipe Talking Stick. Dari sekian banyak model pada
pembelajaran kooperatif, model pembelajaran ini dirasa cocok diterapkan di kelas V karena
model pembelajaran ini dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam kegiatan
pembelajaran.“Model pembelajaran Talking Stick adalah suatu model yang mengajak semua
orang berbicara atau mengemukakan pendapat dengan tongkat yang dijadikan sebagai jatah
atau giliran untuk berpendapat atau menjawab pertanyaan” (Kurniasih & Berlin Sani, 2015).
Menurut Hamimah (2012:14), “Penerapan model pembelajaran talking stick bagi siswa dapat
meningkatkan aktifitas positif dan mengurangi aktifitas negative.”
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, peneliti tertarik
melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar Siswa dalam
Pembelajaran Tematik Terpadu Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking
Stick di Kelas V SD Negeri 11 Gadut.”
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian tindakan kelas (PTK) dengan menggunakan
analisis data kualitatif dan kuantitatif.Menurut Sugiyono (2012:15) “pendekatan kualitatif
digunakan karena pelaksanaan penelitian ini terjadi secara alamiah, apa adanya, dimana
peneliti berperan sebagai instrument kunci atau terlibat langsung di lapangan.” Pendekatan
kuliatatif digunakan karena prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-
kata tertulis atau lisan serta perilaku yang diamati dari orang atau sumber informasi.
Sementara itu Pendekatan kuantitatif biasanya dipergunakan dalam penelitian statistik
yang menyajikan data numerik/angka-angka dalam bentuk tabel, grafik dan sebagainya dengan
analisis statistik deskriptif (analisis data kuantitatif). Emzir (2011:28) mengemukakan bahwa
“Pendekatan kuantitatif merupakan suatu pendekatan penelitian yang menggunakan
pengukuran dan observasi serta menyajikan data dengan analisis statistik.” Hal tersebut sesuai
dengan analisis penilaian yang akan dilakukan, misalnya dalam mencari rata-rata siswa, rata-
rata kelas, persentase keberhasilan belajar dan lain sebagainya.
Penelitian tindakan kelas menggunakan model siklus yang dikembangkan oleh
Kemmis dan Mc Taggart (dalamArikunto, 2010:137) “Model siklus ini mempunyai empat
komponen yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.”
Waktu penelitian ini dilaksanakan pada Semester I Juli-Desember tahun ajaran
2020/2021 di SD Negeri 11 Gadut yang terdiri 2 dari siklus. Siklus I pertemuan I dilaksanakan
pada hari Selasa tanggal 13 Oktober 2020. Siklus I pertemuan 2 di laksanakan pada hari Kamis
tanggal 15 Oktober 2020. Siklus II dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 20 Oktober 2020.
Subjek dalam penelitian ini adalah guru dan siswa kelas V SD Negeri 11 Gadut yang
terdaftar pada tahun ajaran 2020/2021 dengan jumlah 23 orang yang terdiri dari 16 orang siswa
laki-laki dan 7 orang siswa perempuan. Adapun yang terlibat dalam penelitian ini adalah peneliti
sebagai praktisi pada kelas V SD Negeri 11 Gadut. Pengamat yaitu guru kelas yang
bersangkutan.
Prosedur penelitian ini terdiri dari 4 tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan, dan refleksi. Kegiatan ini dimulai dengan merumuskan rancangan tindakan
berupa rencana pelaksanaan pembelajaran yang disesuaikandengan model kooperatif tipe
Talking Stick.
Tahap ini dimulai dengan pelaksanaan pembelajaran yang direncanakan dilakukan
dalam dua siklus dimana siklus 1 dirancang dua kali pertemuan, serta siklus 2 dirancang satu
kali pertemuan sesuai dengan rancangan pembelajaran yang telah disusun.Peneliti sebagai
praktisi melakukan pembelajaran tema 8 dengan model pembelajaran kooperatif tipe Talking
Stick sesuai dengan rancangan pembelajaran yang telah dibuat dengan langkah-langkah
menurut Huda (2017:225) diantaranya sebagai berikut: (1)Guru menyiapkan tongkat yang
panjangnya +20 cm, (2) Lalu, guru menyampaikan materi, dan memberi kesempatan kepada
siswa untuk membaca dan memahami materi (3) Seluruh siswa berdiskusi membahas masalah
yang terdapat dalam wacana, (4) Setelah siswa selesai membaca materi pelajaran dan
mempelajari isinya, guru mempersilahkan siswa menutup isi bacaan, (5) Guru mengambil
tongkat dan memberikan kepada salah satu siswa, setelah itu guru member pertanyaan dan
siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya sampai
sebagian besar siswa mendapat bagian menjawab pertanyaan, (6) Guru memberikan
kesimpulan, (7) Guru melakukan evaluasi, (8) Guru menutup pembelajaran.
Pengamatan dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan yang dilaksanakan
dengan intensif, objektif dan sistematis. Pengamatan akan dilaksanakan oleh guru kelas V
sebagai observer pada saat peneliti melaksanakan tindakan pembelajaran tematik.
Pengamatan dilakukan secara terus menerus mulai dari siklus pertama sampai siklus kedua.
Pengamatan yang dilakukan pada satu siklus mempengaruhi penyusunan pada tindakan pada
siklus selanjutnya. Hasil dari pengamatan ini kemudian didiskusikan untuk mengadakan refleksi
untuk perencanaan siklus selanjutnya.
Refleksi ini dilakukan setelah tindakan dan pengamatan selesai dilaksanakan. Refleksi
adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa-apa
yang sudah kita lakukan di masa yang lalu. Melalui refleksi dapat mengingat dan merenung
kembali suatu tindakan persis yang dicatat dalam observasi. Refleksi diadakan setiap selesai
melakukan suatu tindakan terakhir. Dalam tahapan ini peneliti dan observer mengadakan
diskusi terhadap tindakan yang telah dilakukan
Data dalam penelitian ini berupa data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif diperoleh
dari rencana pelaksanaan pembelajaran dan proses belajar mengajar yang dilakukan guru. Dan
data kuantitatif diperoleh dari hasil belajar peserta didik dari sejauh mana peserta didik dapat
memahami permasalahn sosial di lingkungannya.Data dalam penelitian ini berkaitan dengan
perencanaan, pelaksanaan, dan hasil belajar.
Sumber data penelitian adalah rencana pelaksanaan pembelajaran serta hasil belajar
tematik terpadu dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick pada
siswa kelas V SD Negeri 11 Gadut, yang meliputi perencanaan pembelajaran, pelaksanaan
pembelajaran yang terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir, kegiatan evaluasi
pembelajaran, serta perilaku guru dan siswa sewaktu kegiatan belajar mengajar berlangsung.
Data diperoleh dari subjek data terteliti yakni guru dan siswa kelas V SD Negeri 11 Gadut.
TeknikPengumpulan Data
Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan teknik analisis, observasi,
tes dan non-tes. Analisis berbentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).Observasi
dilakukan untuk mengamati latar kelas tempat berlangsungnya pembelajaran dengan
berpedoman pada lembar-lembar pengamatan peneliti mengamati apa yang terjadi selama
proses pembelajaran dan unsur-unsur yang menjadi butir sasaran pengamatan bila tejadi dalam
proses pembelajaran ditandai dengan memberikan ceklis di kolom yang ada pada lembar
pengamatan. Tes dan non tes. Tes digunakan untuk memperkuat data observasi yang terjadi di
dalam kelas terutama pada butir penguasaan materi pembelajaran dari unsur siswa.
Sedangkan non tes digunakan untuk melihat sikap dan keterampilan peserta didik selama
pembelajaran mulalui lembar penilaian sikap dalam bentuk jurnal dan keterampilan dalam
bentuk rubrik.
Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan lembar penilaian RPP,
lembar observasi aktivitas guru dan siswa dan lembar soal serta jurnal dan rubrik penilain. Data
yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan model analisis kualitatif,
yaitu analisis data dengan refleksi sejak pengumpulan data sampai seluruh data terkumpul. Di
samping menggunakan teknik analisis data secara kualitatif, dalam penelitian ini juga akan
menggunakan teknik analisis data secara kuantitatif. Alasan menggunakan teknik analisis
kuantitatif adalah karena berhubungan dengan hasil belajar siswa yang berupa angka-angka
dan analisisnya menggunakan statistik.
Menurut Kunandar (2008: 127-128), Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas, ada
dua jenis data yang dapat dikumpulkan oleh peneliti yaitu: (1) Data kuantitatif (nilai hasil
belajar), (2) data kualitatif, yaitu: data yang berupa informasi berbentuk kalimat yang memberi
gambaran tingkat pemahaman terhadap suatu mata pelajaran (kognitif), sikap (afektif), aktifitas
siswa mengikuti pembelajaran, perhatian, antusias dalam belajar, kepercayaan diri, motivasi
belajar, dan sejenisnya.
terhadap tindakan guru dalam pembelajaran siklus I diperoleh rata-rata 78.8% dengan
kualifikasi cukup (C). Sedangkan hasil observasi pada tindakan siswa siklus I diperoleh rata-
rata 77.5% dengan kualifikasi cukup (C). Peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran
tematik terpadu menggunakan model kooperatif tipe Talking Stick pada siklus I diperoleh dari
penilaian yang telah dilaksanakan. Hasil belajar siswa pada pembelajaran tematik terpadu
menggunakan model kooperatif tipe Talking Stick dapat dilihat dari penilaian sikap,
pengetahuan, dan keterampilan. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti menggunakan jurnal
penilaian sikap pada siklus I terdapat 6 orang siswa yang sikapnya paling menonjol selama
proses pembelajaran. Pada siklus I diperoleh hasil belajar dengan rata-rata 75.09.
Refleksi padasiklus I mencakup refleksi terhadap rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP), pelaksanaan kegiatan pembelajaran tematik terpadu, dan hasil belajar peserta didikpada
pembelajaran tematik terpadu.Kegiatan refleksi dilakukan dengan berkoordinasi dengan guru
kelas V yang bertindak sebagai observer. Dalam penelitian yang dilaksanakan pada siklus I,
tujuan pembelajaran masih belum terlaksana dengan baik. Oleh karena itu upaya peningkatan
hasil belajar siswa dengan menggunakan model kooperatif tipe Talking Stick dilanjutkan
padasiklus II dengan memperhatikan kekurangan yang ada pada siklus I dan berusaha
memperbaiki kekurangan siklus I pada siklus II.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan terhadap RPP pada siklus II diperoleh rata-
rata 93.18% dengan kualifikasi sangat baik (A). Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan
terhadap tindakan guru dalam pembelajaran siklus II diperoleh rata-rata 85% dengan kualifikasi
baik (B). Sedangkan hasil observasi pada tindakan siswa siklus II diperoleh rata-rata 85%
dengan kualifikasi baik (B). Peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran tematik terpadu
menggunakan kooperatif tipe Talking Stick pada siklus II diperoleh dari penilaian yang telah
dilaksanakan. Hasil belajar siswa pada pembelajaran tematik terpadu menggunakan model
kooperatif tipe Talking Stick dapat dilihat dari penilaian sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti menggunakan jurnal penilaian sikap pada siklus II
terdapat 6 orang siswa yang sikapnya paling menonjol selama proses pembelajaran. Pada
siklus II diperoleh hasil belajar dengan rata-rata 82.49.
Berdasarkan kolaborasi peneliti dengan guru kelas, hasil belajar siswa pada siklus II ini
menunjukkan bahwa secara keseluruhan pembelajaran sudah meningkat. Dengan demikian,
dapat disimpulkan bahwa penelitian dalam pembelajaran siklus II telah terlaksana dengan baik
dan telah berhasil. Oleh karena itu, penelitian ini tidak peneliti lanjutkan ke siklus berikutnya.
Pembahasan
Pembahasan hasil siklus I meliputi: a) perencanaan; b) pelaksanaan; c) hasil belajar
menggunakan model kooperatif tipe Talking Stick. Pembahasan hasil penelitian peneliti sajikan
sebagai berikut:
Hasil penelitian pada aspek perencanaan dengan model kooperatif tipe Talking Stick
dalam pembelajaran tematik terpadu siklus I sudah berada pada kriteria baik tetapi masih ada
deskriptor yang belum muncul. Berdasarkan hasil penilaian RPP pada siklus I pertemuan I
diperoleh nilai dengan persentase 79.54% (B), dimana termasuk kedalam criteria baik dan
siklus I pertemuan 2 yakni 86.63% (B) dengan kualifikasi baik. Maka untuk siklus I nilai rata-rata
kemampuan merancang pembelajaran dalam taraf keberhasilan dengan persentase yaitu
83.08% (B) dengan demikian dapat dikategorikan baik.
Pelaksanaan pembelajaran dengan mengikuti langkah-langkah dalam model kooperatif
tipe Talking Stick pada siklus I sudah berlangsung dengan baik, namun masih terdapat
beberapa hal yang belum maksimal. Dari hasil pengamatan pelaksanaan penelitian
keberhasilan aktivitas guru pada siklus I pertemuan 1 dapat dilihat hasil penilaian kegiatan guru
adalah 72.5% (C) dengan kriteria kurang dan keberhasilan aktivitas guru pada siklus I
pertemuan 2 yaitu 85% (B) dengan kriteria baik. Maka pada siklus I didapat rata-rata
persentase keberhasilan aktivitas guru adalah 78.75% (B) dengan kriteria baik. Sedangkan
hasil penilaian kegiatan siswa pada siklus I pertemuan 1 adalah 72.5% (C) dengan kriteria
cukup. Lalu pada siklus I pertemuan 2 diperoleh 82.5% (B) dengan kriteria baik. Maka pada
siklus I didapat rata-rata persentase keberhasilan aktivitas siswa adalah 77.5% (B) dengan
kriteria baik.
Hasil belajar siswa pada aspek pengetahuan dan keterampilan padasiklus I pertemuan I
diperolehnilai rata-rata siswa yaitu 74.52 dengan. Sedangkan padasiklus I pertemuan 2
diperoleh rata-rata hasil belajar siswa yaitu 79.12 dengan.Rekapitulasi nilai rata-rata hasil
belajar siswa pada Siklus I adalah 76.82. Dari rata-rata hasil belajar diatas terlihat bahwa hasil
belajar siswa mengalami peningkatan, namun ada komponen dalam hasil belajar yang belum
mencapai ketuntasan. Untuk memperbaiki kekurangan tersebut maka dilanjutkan pada siklus II.
Pembahasan hasil siklus II meliputi: a) perencanaan; b) pelaksanaan; c) hasil belajar
menggunakan model kooperatif tipe Talking Stick.Pembahasan hasil penelitian peneliti sajikan
sebagai berikut:
Hasil penelitian pelaksanaan model kooperatif tipe Talking Stick pada pembelajaran
tematik terpadu siklus II sudah berada pada kriteria baik tetapi masih ada deskriptor yang belum
muncul tetapi pada siklus ini sudah ada peningkatan terhadap deskriptor yang belum muncul di
siklus I. Berdasarkan hasil pengamatan penilaian RPP pada siklus II sudah meningkat dari
siklus sebelumnya diperoleh persentase nilai rata-rata 93.18% (A). Dapat disimpulkan bahwa
perencanaan pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe Talking Stick di kelasV SD
Negeri11 Gadut telah terlaksana dengan sangat baik pada siklus II.
Pelaksanaan pembelajaran dengan mengikuti langkah-langkah dalam model kooperatif
tipe Talking Stick pada siklus II sudah terlaksana dengan maksimal. Hasil pengamatan
pelaksanaan pembelajaran dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik terpadu dengan
menggunakan model kooperatif tipe Talking Stick sudah terlaksana dengan maksimal. Dari
pengamatan penelitian siklus II dapat dilihat hasil penilaian kegiatan guru adalah 87.5% (B)
dengan kriteria baik. Sedangkan hasil penilaian kegiatan siswa pada siklus II adalah 85% (B)
dengan kriteria baik.
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti menggunakan jurnal penilaian sikap pada siklus
II masih tampak perilaku negatif, yaitu sikap spiritual poin ketaatan dalam beribadah dan sikap
sosial pada poin peduli. Namun secara keseluruhan penilaian sikap siswa mengalami siklus ini
sudah mengalami peningkatan dari sebelumnya. Hasil belajar siswa pada aspek pengetahuan
dan keterampilan pada siklus II diperoleh nilai rata-rata siswa yaitu ……….. Dengan persentase
ketuntasan
100
Siklus I Pertemuan 1
50
Siklus I Pertemuan 2
0
RPP Aspek Aspek Hasil Siklus II
Guru Siswa Belajar
Grafik 4.1 Peningkatan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Model kooperatif tipe Talking Stick.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan peneliti dapat disimpulkan sebagai
berikut: (1) Perencanaan pelaksanaan pembelajaran tematik terpadu menggunakan model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick. RPP dirancang dalam 2 siklus. Siklus I terdiri dari 2
kali pertemuan dan siklus II terdiri dari I pertemuan. Hasil penilaian RPP siklus I rata-ratanya
adalah 75% (C) dengan kriteria cukup dan meningkat pada siklus II yaitu 82,14% (B) dengan
kriteriabaik. (2)Pelaksanaan pembelajaran tematik terpadu menggunakan model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Talking Stick dilihat dari aktivitas guru. Hasil pengamatan berdasarkan aktivitas
guru pada siklus I rata-ratanya menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran dengan
persentase nilai yang diperoleh adalah 78.8 % (C) dengan kriteria cukup. Dan lebih meningkat
lagi pada siklus II dengan persentase nilai 85% (B) dengan kriteria baik. (3) Pelaksanaan
pembelajaran tematik terpadu menggunakan model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick
dilihat dari aktivitas siswa. Hasil pengamatan berdasarkan aktivitas siswa pada siklus I rata-
ratanya menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran dengan persentase nilai yang
diperoleh adalah 77.5% (C) dengan kriteria cukup. Dan lebih meningkat lagi pada siklus II
dengan persentase nilai 85% (B) dengan kriteria baik. (4) Penilaian terhadap siswa dalam
peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran tematik terpadu menggunakan model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick pada siklus I diperoleh nilai rata-rata yaitu 65,6 dan
semakin meningkat pada siklus II yaitu 92,5. Pembelajaran tematik terpadu menggunakan
model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick juga menghasilkan motivasi belajar siswa
juga meningkat, menumbuhkan rasa tanggung jawab kepada siswa, serta siswa lebih berani
untuk menyampaikan pendapat baik didepan guru maupun didepan temannya serta siswa
mampu menerapkan sikap toleransi terhadap pendapat temannya. Dengan demikian model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick dapat meningkatkan hasil belajar tematik terpadu.
DAFTAR PUSTAKA
Aqib, Zainal. 2013. Model-Model, Media, danStrategiPembelajaranKontekstual (Inovatif).
Bandung: YramaWidya.
Arikunto, Suharsimi. 2010. ProsedurPenelitian: SuatuPendekatanPraktik. Jakarta: RinekaCipta.
Arikunto, Suharsimi. 2014. Penelitian Tindakan Kelas.Jakarta: Bumi Aksara.
Emzir.2008. Metodologi Penelitian pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif.Jakarta: Rajawali Pers.
Huda, Miftahul. 2017. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran: Isu-Isu Metodis dan
Paradigmatis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Isjoni. 2011. Cooperative Learning: Mengembangkan Kemampuan Belajar Berkelompok.
Bandung: Alfabeta.
Kemendikbud. 2013. Pedoman Kegiatan Pendampingan Implementasi Kurikulum 2013.
Kemendikbud: Jakarta
Kunandar. 2008. Guru Profesional. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Kunandar. 2010. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagaiPengembangan Profesi
Guru. Jakarta: Rajawali Pers.
Kurniasih, Imas & Berlin Sani. 2015. Ragam Pengembangan Model Pembelajaran: Untuk
Peningkatan Profesionalitas Guru. Jakarta: Kata Pena.
Lisnani. 2019. “Pengaruh Model Pembelajaran Example Non Example
UntukMeningkatkanHasilBelajarTematikBagiSiswaKelas IV SD”. JurnalBasicedu Vol. 3
No. 1.
Majid, Abdul. 2014. Pembelajaran Tematik Terpadu. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 24 Tahun 2016 tentang Kompetensi Inti
dan Kompetensi Dasar Pelajaran Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.
Purwanto. 2016. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rusman. 2015. Pembelajaran Tematik Terpadu: Teori, Praktik, dan Penilaian. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Rusyita, Nyoto H., &Gamaliel, S. A. 2018.“Peningkatan Proses danHasilBelajarTema 8
Subtema 1 Muatan IPS Melalui Model PBL PadaSiswaKelas 4 SDN
LedokSalatigaSemester II TA.2017/2018”.JurnalMitraPendidikan Vol. 2 No. 7.
Shoimin, Aris. 2018. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media.
Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar.Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Suprijono, Agus. 2013. Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Suryosubroto, B. 2009.Proses Belajar Mengajar di Sekolah: Wawasan Baru, Beberapa Metode
Pendukung, dan Beberapa Komponen Layanan Khusus. Jakrta: PT. Rineka Cipta.
Trianto.2011. Mengembangkan Model Pembelajaran Tematik.Jakarta: PT. Prestasi
Pustakaraya.
Widyoko, S. Eko Putro. 2016. Penilaian Hasil Pembelajaran di Sekolah. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Abstrak
Kata kunci: Proses Pembelajaran; Model Kooperatif Tipe Talking Stick; Pembelajaran
Tematik Terpadu
Abstract
This study aims to describe the improvement of the integrated thematic learning process
using the Talking Stick Type Cooperative model in grade V SD. This research is a classroom
action research with qualitative and quantitative approaches. This research was conducted in
2 cycles. Each cycle has a stage of planning, implementing, observing, and reflecting. The
research subjects were teachers and 28 students. The results of research on the RPP in
cycle I obtained an average value of 83.35% (B) and increased in cycle II with a value of
94.4% (SB). The results of observations on teacher activity in cycle I obtained an average
value of 83.35% (B) and increased in cycle II with a value of 91.7% (SB). In the activity of
students in cycle I obtained an average value of 83.35% and increased in cycle II with a
value of 91.7% (SB). Thus, it can be concluded that the Talking Stick cooperative model can
improve the integrated thematic learning process in elementary schools.
Keywords: Learning Process; Talking Stick Type Cooperative Model; Integrated Thematic
Learning
PENDAHULUAN
Proses pembelajaran merupakan suatu kegiatan dalam pendidikan yang memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk memperbaiki dan mengarahkan kemampuan yang
dimiliki baik dalam hal sikap, pengetahuan dan keterampilan. Dalam proses pembelajaran
juga terdapat kegiatan belajar yang dilakukan oleh peserta didik dan kegiatan mengajar yang
dilakukan guru berlangsung secara bersama-sama sehingga terjadi komunikasi aktif antara
peserta didik dan guru. Proses pembelajaran merupakan proses interaksi akademis antara
guru dan siswa ditempat dan pada waktu yang sama diatur sedemikian rupa oleh sekolah
dengan aspek-aspek pokok yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
(Poerwati & Amri ,2013).
Idealnya pembelajaran tematik terpadu merupakan pembelajaran yang menekankan
pada proses, sehingga siswa lebih aktif, kritis, dan juga terlibat dalam proses pembelajaran.
Pembelajaran tematik terpadu lebih melibatkan siswa dalam proses pembelajaran melalui
pengalaman langsung, sehingga siswa dapat lebih mudah memahami konsep-konsep materi
dan menghubungkan dengan kehidupan sehari-hari (Yolanda and Reinita 2019). Sebelum
melaksanakan proses pembelajaran tentunya seorang guru perlu menyusun rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) karena tahap pertama dalam pembelajaran menurut
standar proses pembelajaran adalah menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
Poerwati dan Amri (2013) berpendapat bahwa setiap guru pada satuan pendidikan
berkewajiban untuk menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran
berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan menantang, dan memotivasi peserta
didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreatifitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta
psikologis peserta didik.” (Reinita 2017) menyatakan bahwa “RPP is the design of lesson
learning per unit that will be applied to teachers in learning in the classroom”.
Pembelajaran tematik terpadu harus dapat melibatkan peserta didik secara aktif
dalam proses pembelajarannya, namun pada kenyataannya yang ditemukan dilapangan
tidak seperti itu adanya, dimana dalam proses pembelajaran guru cenderung menjelaskan
materi secara langsung sehingga peserta didik kurang aktif dan kurang terlibat langsung
dalam proses pembelajaran. Selain itu, terdapat permasalahan yang ditemukan dari segi
RPP dan pelaksaanaannya.
Berdasarkan permasalahan yang ditemukan pada saat observasi, maka guru harus
menggunakan model pembelajaran yang tepat untuk solusi dari masalah yang terjadi dalam
proses pembelajaran tersebut, solusi yang dapat diambil adalah pemilihan model
pembelajaran. Jarolimek (dalam Farida 2015)menyatakan bahwa “Ketepatan guru dalam
memilih model pembelajaran akan berpengaruh terhadap keberhasilan siswa”. Model
pembelajaran yang dapat diterapkan yaitu model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick.
(Hamimah, 2012) menyatakan bahwa “talking stick dipakai sebagai tanda seseorang
mempunyai hak suara (berbicara) yang diberikan secara bergiliran atau bergantian”.
Berdasarkan latar belakang yang penulis kemukakan di atas, maka rumusan masalah
dalam PTK ini adalah “Bagaimanakah Peningkatan Proses Pembelajaran Tematik Terpadu
Menggunakan Model Cooperative Learning Tipe Talking Stick di Kelas V SD.
Adapun secara khusus rumusan masalah dari penelitian ini adalah: (1)
Bagaimanakah rencana pelaksanaan pembelajaran tematik terpadu menggunakan
modelCooperative Learning TipeTalking Stickuntuk meningkatkan proses pembelajaran di
Kelas V SDN 15 Ulu Gadut? (2) Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran tematik terpadu
menggunakan modelCooperative Learning Tipe Talking Stickuntuk meningkatkan proses
pembelajaran di kelas V SDN 15 Ulu Gadut?
Berdasarkan uraian di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan
peningkatan proses pembelajaran tematik terpadu menggunakan model Cooperative
Learning Tipe Talking Stick di kelas V SDN 15 Ulu Gadut.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas
(classroom action research). Penelitian tindakan kelas (PTK) berguna untuk penyempurnaan
atau peningkatan proses pembelajaran. Menurut Kemmis Taggart (dalam Reinita 2013)
“Penelitian tindakan merupakan suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan
melakukan tindakan-tindakan tertentu dengan dengan tujuan untuk memperbaiki atau
meningkatkan proses pembelajaran dan kinerja sebagai guru”.
Penelitian dilaksanakan di SDN 15 Ulu Gadut kota Padang. Subjek PTK ini adalah
peserta didik kelas V dengan jumlah yang terdaftar pada tahun pelajaran 2019/2020 adalah
28 orang yang terdiri dari 16 orang laki-laki dan 17 orang perempuan, guru kelas sebagai
observer, dan peneliti sebagai guru praktisi.
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Kualitatif
merupakan pendekatan yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau
lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati. Sedangkan pendekatan kuantitatif
lebih berupa mengukur hasil akhir dari suatu penulisan proses kerja, kemudian disajikan
dalam bentuk angka-angka.
Terlebih dahulu melakukan studi pendahuluan berupa observasi terhadap proses
pembelajaran tematik terpadu kurikulum 2013 di SDN 15 Ulu Gadut. Hal ini bertujuan untuk
mengetahui masalah yang muncul terutama pada proses pembelajaran di kelas V SD.
Dengan melakukan studi pendahuluan maka ditemukanlah masalah yang terjadi pada
proses pembelajaran, selanjutnaya diadakan diskusi bersama guru kelas V dan Kepala
Sekolah untuk dilaksanakan penelitian tindakan kelas pada peserta didik kelas V dengan
model Talking Stick guna meningkatkan proses pembelajaran.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan untuk
meningkatkan proses pembelajaran di kelas V SDN 15 Ulu Gadut dalam pembelajaran
tematik kurikulum 2013. Prosedur penelitian tindakan kelas ini akan dilakukan secara
bertahap sampai penelitian ini berhasil. Prosedur tindakan kelas dimulai dari (1) penyusunan
rencanaan, (2) tindakan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi.
Data penelitian ini berupa hasil pengamatan dari setiap tindakan dalam pembelajaran
tematik terpadu menggunakan model Talking Stick di kelas V SDN 15 Ulu Gadut. Data
tersebut berkaitan dengan perencanan, pelaksanaan, dan hasil.
Sumber data dalam penelitian ini yaitu RPP dan proses pembelajaran berdasarkan
model pembelajaran Talking Stick. Data diperoleh dari guru dan peserta didik kelas V SDN
15 Ulu Gadut.
Untuk memperoleh hasil dan kesimpulan penelitian, maka diperlukan alat
pengumpulan data. Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data terkait dengan
penelitian yang dilakukan diperoleh dari observasi, tes dan non tes.
Instrument penelitian merupakan alat ukur, teknik, dan proses pengumpulan data
menggunakan lembar observasi, lembar tes dan nontes.
Analisis data merupakan proses penyusunan data agar dapat diinterpretasikan. Data
yang diperoleh dalam penelitian dianalisis dengan menggunakan analisis data kualitatif dan
analisis data kuantitatif.
( C ), sedangkan hasil pengamatan yang dilakukan terhadap aktivitas peserta didik dalam
kegiatan pembelajaran memperoleh 77,8% dengan kualifikasi cukup (C). Berdasarkan
kolaborasi peneliti dengan guru kelas proses pembelajaran pada siklus I pertemuan I ini
menunjukkan bahwa secara keseluruhan pembelajaran belum mencapai hasil maksimal.
Oleh karena itu, dilakakukan perbaikan dalam perencanaan dan pelaksanaan dalam
pembelajaran untuk mencapai proses dan hasil belajar yang maksimal. Semua kekurangan
yang terdapat pada siklus I pertemuan I diperbaiki pada siklus I pertemuan II.
Perencanaan tindakan siklus I Pertemuan II dilakukan dilakukan sebagai upaya untuk
mengatasi permasalahan dalam proses pembelajaran yang terjadi pada siklus I pertemuan I.
Proses pembelajaran pada siklus I pertemuan II ini dilaksanakan pada hari Selasa,3
Maret 2020 pukul 07:45-12:00 WIB. Berdasarkan RPP yang disusun, pembelajaran tematik
terpadu menggunakan model talking stick. Mulai dari langkah 1, guru menyiapkan tongkat
yang panjangnya ± 20 cm dan menjelaskan kegunaan tongkat, dan menjelaskan keguanaa
tongkat. Langkah 2 Guru menyampaikan materi pokok yang dipelajari, kemudian
memberikan kesempatan para kelompok untuk membaca dan mempelajari materi pelajaran,
tentang jenis usaha yang dikelola sendiri dan keunikan desa di Bali. Langkah 3 Peserta didik
berdiskusi membahas masalah yang terdapat dalam wacana, yaitu guru menampilkan video
tentang Desa Unik di Bali. Langkah 4 Setelah peserta didik selesai membaca materi
pelajaran dan mempelajari isinya, guru mempersilakan peserta didik untuk menutup isi
bacaan, yaitu guru meminta peserta didik membaca pembelajaran yang telah dipelajari.
Langkah 5 Guru mengambil tongkat dan memberikannya kepada salah satu pesera didik,
setelah itu guru memberi pertanyaan dan peserta didik yang memegang tongkat tersebut
harus menjawabnya. Demikian seterusnya sampai sebagian besar peserta didik mendapat
bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru, yaitu guru memberi tongkat dan
memutarkan musik lagu nasional yaitu Maju Tak Gentar, Halo-halo Bandung, dan Sabang
Sampai Merauke. Guru meminta peserta didik untuk menggilirkan tongkat saat musik
dimainkan. Peserta didik menggilirkan tongkat dan beberapa saat kemudian guru
menghentikan musik yang diputar dan peserta didik yang memegang tongkat diberi
pertanyaan oleh guru. Langkah 7 guru melakukan evaluasi, yaitu guru meminta peserta didik
mengerjakan Kegiatan Akhir, Langkah 8 Penutup, yaitu mengumpulkan tugas peserta didik,
kemudian sebelum pulang guru melakukan refleksi. dan bertanya bagaimana pembelajaran
hari ini anak-anak ibuk? Dengan serentak peserta didik menjawab “menyenangkan buk”.
Selanjutnya ketua kelas diminta untuk memimpin do’a lalu memberi salam kepada guru, dan
peserta didik boleh pulang.
Pengamatan siklus I pertemuan II hasil penilaian terhadap RPP siklus I pertemuan II
diperoleh presentase 88,9% dengan kriteria baik (B). Penilaian terhadap aktivitas guru
adalah 88,9% dengan kriteria baik (B). Penilaian terhadap aktivitas peserta didik adalah
88,9% dengan kriteria baik (B).
Dari pengamatan yang dilakukan observer (guru kelas) pada siklus I pertemuan II
diketahui bahwa perencanaan pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe
talking stick belum terlaksana dengan maksimal, karena masih terdapat kekurangan-
kekurangan pada proses pembelajaran. Hal ini akan diperbaiki pada siklus selanjutnya.
Perencanaan tindakan pada siklus II dilakukan sebagai upaya untuk mengatasi
permasalahan dalam proses pembelajaran yang ditemukan pada siklus I pertemuan 2.
Pertemuan pada siklus II ini dilaksanakan pada hari selasa 10 maret 2020 dimulai pada
pukul 07.45- 12.00. Pelaksanaan pembelajaran diawali peneliti dengan mengucapkan salam
kepada peserta didik, kemudian menanyakan kabar anak-anak dan dilanjutkan dengan
mengkondisikan kelas. Kemudian peserta didik duduk dengan rapi dan siap untuk berdo’a
seperti biasanya setelah berdoa guru mengecek kehadiran sebelum pembelajaran dimulai
dan semua peserta didik hadir.Kemudian melakukan appersepsi.Selanjutnya guru
menyampaikan tema yang akan dipelajari kepada peserta didik.
Kemudian dilanjutkan dengan kegiatan inti, kegiatan inti dilakukan dengan langkah-
langkah model kooperatif tipe talking stick. Mulai dari Langkah 1 Guru menyiapkan tongkat
Pada perumusan indikator belum sesuai dengan kata kerja operasional. Sehinngga
hal ini membuat indikator yang disusun masih ada yang belum menggunakan kata kerja
operasional yang mencakup pengetahuan, sikap dan keterampilan. Terlihat pada indikator
“Mengemukakan peristiwa-peristiwa atau tidakan pada teks nonfiksi”. Indikator tersebut
dirumuskan tidak menggunakan kata kerja operasional karena kata mengemukakan tidak
terdapat pada kata kerja operasional. Sebagaimana menurut Taufina (2011:57) bahwa
“Indikator dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan
diukur, yang mencakup pengetahuan, sikap dan keterampilan”.
Penetapan tujuan Pembelajaran yang dirancang kurang jelas, terlihat pada LKPD
mengenai jenis usaha masyarakat Indonesia, pada LKPD tidak dituliskan berapa banyak
jenis usaha masyarakat Indonesia yang akan dibuat peserta didik sehingga RPP yang dibuat
nampak rancu dan tidak bisa menjadi acuan keberhasilan suatu pembelajaran, sehingga
banyak peserta didik masih ragu-ragu menjawab pertanyaan mengenai jenis usaha
masyarakat Indonesia. Seharusnya tujuan yang dibuat harus lebih jelas. Sebagaimana
dijelaskan oleh Arief (2011:104) tujuan pembelajaran merupakan “Sesuatu yang sangat
penting dalam kehidupan kita. Tujuan dapat memberi arah tindakan yang dilakukan, tujuan
ini juga dapat dijadikan acuan ketika kita mengukur apakah tindakan kita betul atau salah,
tindakan kita berhasil atau tidak”.
Pengembangan materi belum rinci dan jelas, sehingga materi pembelajaran kurang
jelas dan menarik bagi peserta didik terlihat dalam pengembangan materi peneliti hanya
berpedoman pada buku guru, buku peserta didik dan internet saja, seharusnya materi
pembelajaran harus relevan, rinci sehingga materi menjadi jelas dengan karakteristik peserta
didik. Sebagaimana Abdul (2014:122) bahwa “pemilihan materi ajar haruslah relevan dengan
kebutuhan peserta didik”.
Metode pembelajaran yang digunakan kurang menarik bagi peserta didik, terlihat
pada proses pembelajaran metode ceramah yang terlalu banyak digunakan mengakibatkan
terdapatnya peserta didik yang ribut, dan tidak mendengarkan pembelajaran yang
disampaikan. Untuk melaksanakan proses pembelajaran diperlukan metode yang tepat.
Hamimah (2012) menyatakan bahwa “Pemilihan metode pembelajaran disesuaikan dengan
situasi dan kondisi peserta didik serta karakteristik dari setiap indikator dan kompetensi yang
hendak dicapai pada setiap mata pelajaran.”
Skenario pembelajaran, dalam RPP belum terlihat kesesuaian keruntutan materi dan
kesesuaian alokasi waktu, kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Karena
peneliti dalam penyampaian materi terdapat penyampaian matei yang tidak runtun seperti
adanya kebalikan dalam menyampaikan urutan materi dimana seharusnya awalnya guru
menyampaikan materi faktor-faktor yang mempengaruhi ketersediaan air tanah selanjutnya
menyampaiakn materi kegiatan yang dapat kita lakukan untuk menjamin ketersediaan air
tanah dan penelit terlalu banyak banyak menghabiskan waktu pada saat mengkondisikan
kelas sehingga pembelajaran tidak terlaksana dengan efisien. Sebagaimana yang
dikemukakan oleh Taufina (2011:58) bahwa “Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan
keperluan untuk pencapaian KD dan beban belajar”.
Rancangan penilaian autentik, kesesuaian antara bentuk, teknik dan instrumen
penilaian sikap dan keterampilan masih belum muncul. Terlihat pada penilaian sikap jurnal
harian yang digunakan tidak begitu jelas cara penialainnya dan pada penilaian sikap
instrumen yang digunakan yairtu rubrik penilain lebih mengarah pada penilain pengetahuan.
sehingga rancangan penilaian autentik menjadi belum jelas. Sebagaimana yang
dikemukakan Endah (2013:152) “prosedur dan instrumen penilaian proses dan hasil belajar
disesuaikan dengan indikator pencapaian kompetensi dan mengacu kepada standar
penilaian”.
Kekurangan-kekurangan tersebut harus diperbaiki pada siklus berikutnya. Rencana
pelaksanaan pembelajaran yang masih belum maksimal akan berdampak pada peserta didik.
Sebagaimana yang dikemukakan Hosnan (2014:96) bahwa “Agar proses pembelajaran pada
peserta didik dapat berlangsung dengan baik, amat tergantung pada perencanaan dan
persiapan mengajar yang dilakukan oleh guru yang harus baik pula, cermat dan sistematis”.
Talking Stick terlihat sudah meningkat dari siklus sebelumnya. Berdasarkan data hasil
pengamatan aspek guru pada siklus II diperoleh persentase penilaian 91,7% dengan
kualifikasi (SB). Kemudian data hasil pengamatan dari aspek peserta didik diperoleh
persentase penilaian 91,7% dengan kualifikasi (SB). Selain itu, pada siklus II ini proses
pembelajaran tematik terpadu menggunakan model Cooperative Learning tipe Talking Stick
dapat membuat peserta didik lebih memahami materi sehingga peserta didik lebih aktif
dalam menjawab pertanyaan dan proses pembelajaran lebih menyenangkan dan
pembelajaran menjadi lebih tuntas. Menurut Istarani (2012:90) mengemukakan adapun
kelebihan model talking stick yaitu sebagai berikut:(1) Peserta didik lebih dapat memehami
materi karena diawali dari penjelasan seorang guru. (2) Peserta didik lebih dapat menguasai
materi ajar karena ia diberi kesempatan untuk mempelajari kembali melalui buku paket yang
tersedia. (3) Daya ingat peserta didik lebih baik sebab ia akan ditanyai kembali tentang
materi yang diterangkan dan dipelajarinya. (4) Peserta didik tidah jenuh karena ada tongkat
sebagai pengikat daya tarik peserta didik mengikuti pelajaran tersebut. (5) pelajaran akan
tuntas sebab pada bagian akhir akan diberikan kesimpulan oleh guru.
Dengan demikian pelaksanaan penelitian berhenti sampai siklus II, keputusan ini
berdasarkan kesepakatan peneliti dan guru kelas VD SDN 15 Ulu Gadut sebagai observer.
Setelah mengamati hasil yang diperoleh, peneliti menyimpulkan bahwa meningkatkan
proses pembelajaran tematik terpadu menggunakan model kooperatif tipe talking stick
berhasil dengan sangat baik. Peningkatan proses pembelajaran tematik terpadu
menggunakan model kooperatif tipe talking stick bisa dilihat pada grafik 4.1 berikut ini:
100
80
60 Siklus I Pertemuan I
Siklus I Pertemuan II
40
Siklus II
20
0
RPP Aspek Guru Aspek Siswa
SIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Hasil pengamatan RPP penelitian di siklus I memperoleh nilai dengan rata-rata 83,35%
(B) dan meningkat pada siklus II dengan nilai 94,4% (SB).
2. Hasil pengamatan pada aktivitas guru siklus I memperoleh nilai dengan rata-rata
83,35% (B) dan meningkat pada siklus II dengan nilai 91,7% (SB). Pada aktivitas
peserta didik siklus I memperoleh nilai dengan rata-rata 83,35% dan meningkat pada
siklus II dengan nilai 91,7% (SB).
Berdasarkan analisis penelitian pada siklus II, penggunaan model kooperatif tipe
talking stick sudah terlaksana dengan baik dan sesuai dengan yang diharapkan, baik dari
penilaian di dalam maupun di luar proses pembelajaran. Berdasarkan hasil yang diperoleh
pada siklus II, maka pelaksanaan siklus II telah berhasil menggunakan model pembelajaran
Cooperative Learning tipe Talking Stick pada pembelajaran tematik terpadu di kelas V SDN
15 Ulu Gadut. Dengan demikian, maka penelitian berakhir dan peneliti bisa menulis laporan
penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Arief, dkk. 2011. Media Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
Ermelinda, Benge. 2017. Hubungan Antara Minat dan Motivasi Belajar dengan Hasil Belajar