Disusun Oleh:
Della Saputri
Npm: 2002010005
i
MAHAR DALAM PERKAWINAN MASYARAKAT ADAT
SEBATIN LAMPUNG DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM
(Studi Kasus Kec.Kotabumi Kab.Lampung Utara)
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Memenuhi Sebagian Syarat Guna Seminar
Proposal
Oleh
Della Saputri
NPM 2002010005
TA 1444 H/2024 M
2
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirahim
1. Ibu Dr. Siti Nurjanah, M.Ag.PIA selaku Rektor IAIN Metro Lampung.
2. Bapak Dr. Dri santoso, M.H. selaku Dekan Fakultas Syariah
3. Bapak Riyan Erwin Hidayat M.Sy sebagai Ketua Jurusan Syariah
4. Bapak Drs. A. Jamil, M.Sy sebagai Dosen Pembimbing yang telah
senantiasa memberikan bimbinganya dalam penyusunan proposal ini
hingga selesai.
5. Bapak dan Ibu Dosen IAIN Metro yang telah memberikan ilmu dan
pengalaman selama masa perkuliahan kepada peneliti.
6. Kedua Orang tua tercinta yang pertama kepada Ayah iwan serta Ibunda
wakilah yang senantiasa telah mendoakan, meridhoi, mendukung,
mendorong, dan melimpahkan kasih sayangnya kepada saya selama masa
perkuliahan.
Dengan ini peneliti selalu berharap proposal ini dapat bermanfaat bagi
seluruh pembaca. Kritik dan saran demi perbaikan proposal ini akan sangat
diharapkan diterima dengan baik dan tangan terbuka.
Della Saputri
NPM 2002010005
3
DAFTAR ISI
SAMPUL JUDUL
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN 1
4
BAB III METODE PENELITIAN 34
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
5
BAB I
PENDAHULUAN
Perkawinan adalah peristiwa yang dialami oleh semua dan menjadi sangat
penting dan signifikan dalam perjalanan hidup seseorang sebagai fitrah untuk
melanjutkan keturunan. Perkawinan sebagai Sunatullah adalah tindakan suci, yang
memiliki keutamaan ibadah karena merupakan pelaksanaan salah satu perintah
Allah SWT.
1
Ahmad, Azhar Basyir, Hukum Perkawinan Islam, (Jogyakarta: UlI. 2010). h. 1
2
M Yasin Soumena, „Pemberlakuan Aturan Perkawinan Adat Dalam Masyarakat Islam Leihetu-
Ambon‟, DIKTUM: Jurnal Syariah Dan Hukum, 10.1 (2012), h. 40–51.
3
Hadits ini tercantum dalam Shahih Bukhari pada kitab al-Nikah, Jilid tiga, juz tujuh halaman tiga
dan Shahih Muslim pada kitab al-Nikah, Juz 2, h. 118-119.
6
pandangan mata dan menjaga kehormatan diri. Bahkan di lain riwayat Rasulullah
saw. berkata bahwa perkawinan itu adalah peraturannya. Barangsiapa yang tidak
menyukai aturannya, maka ia tidak termasuk golangannya4
Islam selalu menerapkan hukum dan norma secara fleksibel pada adat
istiadat, hukum adat, dan budaya masyarakat, yang masih dipertahankan oleh
masyarakat di beberapa tempat. Adat istiadat, suku atau adat istiadat Indonesia
sangat beragam dan berbeda-beda serta memiliki kekhasan dan adat istiadatnya
masing-masing, baik menurut syariat Islam maupun tidak. Perkawinan harus
dilakukan menurut adat daerah dan jika bertentangan dengan adat biasanya
berakibat buruk karena penduduk asli selalu memegang teguh kepercayaan yang
ada.
Ayat di atas menjelaskan bahwa syarat mahar adalah pemberian wajib yang
diberikan seorang laki-laki kepada istrinya dan menjadi miliknya sebagai syarat
untuk halalnya hubungan mereka, dan juga sebagai bentuk cinta dan kesetiaan
kepadanya. Lebih lanjut, ayat tersebut menunjukkan bahwa Islam sangat
memperhatikan kedudukan perempuan dan menghormatinya dengan memberikan
hak-haknya, termasuk hak mahar.5
4
Al-Shan‟any, Subul as-Salâm, Juz 3, (Kairo: Dâr Ihyâ‟ al Turâts al-Araby, 1980), h. 109
5
al-Asbahi, Al-Imam Abdillah Malik ibn Anas ibn Malik ibn Abi Amir. Kitab al-Muwatta Malik.
Mesir: Tijariyah Kubra, t.th.
7
memenuhi dasar-dasar perkawinan. Salah satu proses melangsungkan perkawinan
adalah menyiapkan mahar seorang laki-laki untuk seorang perempuan agar laki-
laki dapat menghormati perempuan. 6
Mahar perkawinan tidak boleh menjadi beban bagi pihak laki-laki, apalagi
untuk menikahi perempuan yang hendak dinikahinya, karena permintaan mahar
terlalu tinggi. Mahar dalam hukum adat, atau mahar, yang di artikan sebagian harta
6
Kamal Mukhtar, Asas-Asas Hukum Islam Tentang Perkawinan,cet ke-3, Jakarta: Bulan Bintang,
hlm.5-8 3
7
Azhar Basir, 1985,Hukum perkawinan,Gama UPI,Yogyakarta,hlm.31
8
suami diberikan kepada istri selama perkawinan Hubungan perkawinan erat
kaitannya dengan mahar, dengan tujuan membina keluarga yang bahagia dan
langgeng.
9
benda yang diberikan seorang laki-laki kepada seorang perempuan yang disebut
uang jujur (jujokh). Yang di mana pihak perempuan meminta barang atau uang
sebelum akad.
Masyarakat adat Lampung masih berpedoman pada adat memberi uang atau
barang sebelum pernikahan. Bagi penduduk asli, pemberian uang atau barang
sebelum menikah dianggap sebagai mas kawin. Ini biasanya dilakukan melalui
upacara atau hanya dengan menyerahkan harta milik keluarga laki-laki, seperti uang,
perhiasan, lemari, dan barang-barang lain yang diinginkan oleh perempuan, kepada
keluarga perempuan. Pemindahan barang tersebut harus disaksikan oleh orang tua,
keluarga dan kerabat kedua belah pihak.
Itulah mengapa saya tertarik untuk meneliti judul ini, bagaimana Mahar
dalam adat sebatin lampung. Hukum Islam menganjurkan perempuan untuk bebas
menentukan berapa besar mahar yang mereka inginkan dan menganjurkan membuat
mahar lebih ringan dan mudah. Hal ini dikarenakan banyak pria yang tidak menikahi
wanita pilihannya karena berat mahar yang ditentukan, sehingga wanita tidak boleh
membebani calon pria yang menikahinya karena hal ini dapat mengakibatkan
putusnya perkawinan.
B. Rumus Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, yang menjadi pokok permasalahan
dalam penelitian ini sebagai berikut.
10
1. Bagaimanakah mahar perkawinan adat sebatin Lampung Kecamatan kotabumi,
kabupaten lampung utara ?
2. Bagaimanakah pandangan Hukum Islam terhadap mahar adat sebatin Lampung
Kecamatan kotabumi, kabupaten lampung utara ?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Menjelaskan dan mengkaji bagaimana mahar perkawinan dalam adat sebatin
Lampung perspektif hukum Islam Kecamatan kotabumi, kabupaten lampung utara
2. Mendeskripsikan dan mengidentifikasi bagaimana pandangan hukum Islam
mengatur mahar adat sebatin Lampung Kecamatan kotabumi, kabupaten lampung
utara.
D. Manfat Penelitian
1. Manfat teoretis/akademik
Secara teori, penelitian ini dapat memberikan kontribusi untuk pengembangan
ilmu pengetahuan dan dapat digunakan sebagai referensi untuk studi praktis
lebih lanjut Perkawinan adat Lampung Sebatin menurut hukum Keluarga
Muslim Indonesia
2. Manfaat Praktis
a. Hasil penelitian ini memberikan manfaat dan kontribusi ilmiah bagi
pengembangan kearifan lokal (budaya lokal) menurut masukan dan praktik
yang sistematis Dalam Analisis Pandangan Perkawinan Lampung Sebatin
Hukum Islam Indonesia tentang Perkawinan.
b. Untuk memperkaya khasanah keilmuan, khususnya budaya lokal berbagai
Sistem perkawinan di Indonesia berbeda-beda, khususnya Pernikahan adat
Lampung Sebatin.
c. Semoga ini menjadi pandangan baru pemangku kepentingan dalam
menentukan kebijakan tentang budaya dan adat pernikahan.
d. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Hukum Keluarga
Islam di Universitas Islam Negeri Metro Lampung
E. Penelitian Relevan
11
Berikut ini adalah beberapa penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai acuan maupun
referensi penelitian terkait mahar dalam perkawinan masyarakat adat sebatin lampung
dalam perspektif hukum islam ( Studi kasus Kecamatan,Kotabumi Kabupaten,Lampung
Utara ).
1. Jurnal , Restika Susanti, Dengan Judul pemberian mahar pada perkawinan adat
lampung pesisir dalam perspektif hukum islam.2023. Tujuan dari penelitian ini
12