Anda di halaman 1dari 14

A.

Latar Belakang Masalah

Umumnya manusia dilahirkan dengan karunia pertimbangan,


suatu rasa pengetahuan untuk mempertimbngkan apa yang baik
dan apa yang buruk. Yang buruk ialah segala apa yang tercela
dan yang mengancam persatuan dan keamanan hidup bersama,
yang baik segala apa yang tidak menggangukeamanan.
Berdasarkan pada rasa pengetahuan ini yang dipelajari dari hidup
bersama sebagai anggota golongan, maka timbul hokum adat
sebagai pendapat golongan bersama untuk menghukum segala
apa yang tercela dan mengancam, adat mana dalam masyarakat
yang maju kita lihat penggantiannya secara tertulis dalam buku
hokum maupun intruksi-intruksi tertulis lainnya.

Demikian kita ketahui bahwa dengan majunya masyarakat


bertambah pula jumlah peraturan hokum, dan kadang-kadang
tindakan yang dahulunya tidak dihukum, kini terlihat sebagai
suatu pelanggaran. Karena kewajiban masayarakat yang meluas
penambahan pertuaran tidak dapat dicegah, karena harapan
bahwa dengan bertambahnya peraturan itu, kehidupan dan
keamanan bertambah baik.

Disamping penlanggaran-pelanggarn itu kita melihat


kejahatan-kejahatan yang sesungguhnya, yaitu kejahatan-
kejahatan sesungguhnya, yaitu kejahatan terhadap hak asasi
manusia: hak hidup, hak membela diri, hak terhadap kehata
badan, pendidikan agama, dan lain-lain. 1

Seiring dengan perkembangan zaman seperti sekarang ini,


semakin banyak saja fenomena fenomena yang kita hadapi dalam
kehidupan sehari hari dalam masyarakat. Diantara fenomena
tersebut seperti fenomena di bidang ekonomi, bidang sosial
budaya, bidang politik, dan bidang hukum. Diantara fenomena
tersebut yang menjadi sorotan utama adalah fenomena dibidang
hukum.
Di dalam kehidupan bermasyarakat, manusia sebagai
anggota masyarakat yang masing-masing mempunyai perbedaan
antara yang satu dengan yang lain seperti sifat maupun
kepribadiannya sehingga mengakibatkan setiap tindakan dan
perilaku seseorang akan mengakibatkan yang berbeda pula.
Undang-undang Dasar 1945 menegaskan bahwa Negara
Indonesia adalah Negara hukum. Hukum dirumuskan untuk
mengatur dan melindungi kepentingan-kepentingan masyarakat
agar tidak terjadi benturan serta untuk menjunjung tinggi hak
asasi manusia.

Hukum merupakan suatu alat yang berfungsi untuk


mengatur masyarakat, namun fungsinya tidak hanya untuk
mengatur masyarakat saja melainkan mengaturnya dengan patut
dan bermanfaat. Ada berbagai macam hukum yang ada di

1 Hassan Shadily, Sosiologi Untuk Masyarakat Indonesia, PT. RINEKA CIPTA, JAKARTA,
1993. Hlm. 364
Indonesia, salah satunya adalah hukum pidana. Hukum pidana
bertujuan untuk mencegah atau memperhambat perbuatan-
perbuatan masyarakat yang tidak sesuai dengan hukum yang
berlaku.

Pengaturan hukum yang demikian dapat diketahui


perbuatanperbuatan yang melawan hukum dan dapat diketahui
pula alasannya seseorang untuk melakukan perbuatann yang
melawan hukum, sehingga dapat menimbulkan reaksi sosial
kepada masyarakat. Dalam kehidupan bermasyarakat dan
bernegara yang diharapkan tentunya tercipta adanya kedamaian,
rasa aman, tertib tanpa adanya gangguan dari pihak manapun.
Apabila dalam proses berinteraksi terjadi kejahatan atau
pelanggaran maka hukum menjadi sarana dalam proses
penyelesaian masalah itu.

Hukum bersifat mengatur atau membatasi setiap tindakan


yang dilakukan oleh setiap masyarakat (individu). Yang pada garis
besarnya hukum merupakan peraturan-peraturan yang harus
ditaati oleh setiap masyarakat agar keseimbangan hidup diantara
manusia akan tetap terjaga demi terciptanya kedamaian dalam
hidup bermasyarakat yang pada kenyataannya kalau diperhatikan
tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, dimana setiap anggota
masyarakat mempunyai kepentingan yang tidak sama, seringkali
tidak menghiraukan aturan hukum yang telah atau sudah
ditetapkan. Ini terjadi karena kurang menyadari akan pentingnya
serta akibat hukum yang ditimbulkan baik pada dirinya maupun
pada orang lain yang menjadi korban, bahkan mungkin akan
mengakibatkan korban jiwa pada orang lain.

Kejahatan merupakan suatu fenomena kompleks yang dapat


dipahami dari berbagai sisi yang berbeda. Itu sebabnya dalam
keseharian kita dapat menangkap berbagai komentar tentang
suatu peristiwa kejahatan yang berbeda satu dengan yang lain.
Selain merupakan suatu hal yang sama sekali tidak
menyenangkan bagi pihak yang tertimpa musibah kejahatan
tersebut, di satu sisi kejahatan juga sulit dihilangkan dari muka
bumi ini.

Kejahatan merupakan hasil reaksi sosial, sungguh pun


demikian perlu diketahui pula kejahatan. Penjahat dan reaksi
sosial merupakan kesatuan yang mempunyai hubungan yang
sangat erat. Perbuatan pidana bertentangan dengan norma
hukum, salah satu perbuatan pidana yang sering terjadi di
masyarakat adalah tindak pidana pencurian aliran listrik

Pentingnya tenaga listrik sebagai kebutuhan masyarakat


untuk kelangsungan hidupnya. Pelaksanaan usaha penyediaan
tenaga listrik diarahkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
Indonesia secara merata guna mencapai tujuan keadilan bagi
seluruh rakyat untuk dapat menikmati hasil-hasil pembangunan
dengan memanfaatkan sumber energi yang dimiliki oleh bangsa
Indonesia.

Mengingat arti pentingnya tenaga listrik bagi negara dalam


mewujudkan kesejahteraan masyarakat dalam segala bidang dan
sejalan dengan ketentuan dalam Pasal 33 ayat (2) Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Undang-
undang ini menyatakan bahwa usaha penyediaan tenaga listrik
dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar
kemakmuran rakyat yang penyelenggaraannya dilakukan oleh
pemerintah dan pemerintah daerah. Pemerintah dan pemerintah
daerah sesuai dengan kewenangannya menetapkan kebijakan-
kebijakan, pengaturan, pengawasan, dan pelaksanaan usaha
penyediaan tenaga listrik.

Dalam rangka peningkatan penyediaan tenaga listrik kepada


masyarakat diperlukan pula upaya penegakan hukum di bidang
ketenagalistrikan. Pemerintah dan pemerintah daerah mempunyai
kewenangan untuk melakukan pembinaan dan pengawasan
pelaksanaan usaha-usaha ketenagalistrikan, termasuk
pelaksanaan pengawasan di bidang keteknikan. Selain
bermanfaat, tenaga listrik juga dapat membahayakan, oleh
karena itu untuk lebih menjamin keselamatan umum,
keselamatan kerja, keamanan instalasi, serta kelestarian fungsi
lingkungan dalam penyediaan tenaga listrik dan pemanfaatan
tenaga listrik.
Pembangunan di sekitar kelistrikan bertujuan untuk
memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan
bangsa guna mewujudkan tujuan pembangunan nasional, yaitu
menciptakan masyarakat adil dan makmur yang merata materiil
dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945. Tenaga listrik sebagai salah satu hasil pemanfaatan
kekayaan alam, mempunyai peranan penting bagi negara dalam
mewujudkan pencapaian tujuan pembangunan nasional.

Mengingat arti penting tenaga listrik bagi negara dalam


mewujudkan kesejahteraan masyarakat dalam segala bidang dan
sejalan dengan ketentuan dalam Pasal 33 ayat (2) Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Undang-
Undang ini menyatakan bahwa usaha penyediaan tenaga listrik
dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar
kemakmuran rakyat yang penyelenggaraannya dilakukan oleh
Pemerintah dan pemerintah daerah. Pemerintah dan pemerintah
daerah sesuai dengan kewenangannya menetapkan kebijakan,
pengaturan, pengawasan, dan melaksanakan usaha penyediaan
tenaga listrik

Pemerintah dan pemerintah daerah menyelenggarakan


usaha penyediaan tenaga listrik yang pelaksanaannya dilakukan
oleh badan usaha milik negara dan badan usaha milik daerah.
Untuk lebih meningkatkan kemampuan negara dalam penyediaan
tenaga listrik, Undang-Undang ini memberi kesempatan kepada
badan usaha swasta, koperasi, dan swadaya masyarakat untuk
berpartisipasi dalam usaha penyediaan tenaga listrik. Sesuai
dengan prinsip otonomi daerah, Pemerintah atau pemerintah
daerah sesuai dengan kewenangannya menetapkan izin usaha
penyediaan tenaga listrik.

Dalam rangka peningkatan penyediaan tenaga listrik kepada


masyarakat diperlukan pula upaya penegakan hukum di bidang
ketenagalistrikan. Pemerintah dan pemerintah daerah mempunyai
kewenangan untuk melakukan pembinaan dan pengawasan
pelaksanaan usaha ketenagalistrikan, termasuk pelaksanaan
pengawasan di bidang keteknikan.

Di tengah perubahan dan kemajuan serta berbagai


kemudahan teknologi dengan listrik sebagai alat baik di kota
maupun di desa-desa atau di berbagai pelosok, listrik telah
menjadi salah satu kebutuhan penting bagi masyarakat sejalan
dengan meningkatnya pembangunan di segala bidang. Untuk
memenuhi kebutuhan listrik yang semakin pesat itulah, maka
pemerintah bertekad terus meningkatkan program pembangunan
sarana dan prasarana tenaga listrik untuk menjangkau wilayah
yang luas termasuk program listrik masuk desa, sehingga hampir
tidak ada sejengkal pun wilayah baik di kota maupun di desa yang
gelap gulita, karena listrik telah termasuk kebutuhan pokok
semua masyarakat membutuhkan listrik, tidak terkecuali baik
masyarakat yang berekonomi lemah sampai atas semua akan
membutuhkan aliran listrik.

Dengan terjadinya perubahan yang semakin cepat di dalam


era globalisasi ternyata menuntut bahwa semua lini kegiatan jasa
maupun barang harus bermuara pada kepuasan pelanggan, hal
ini terjadi karena pelayanan yang dibutuhkan oleh masyarakat
atau pelanggan harus dipenuhi. Kebutuhan pelanggan tidak
hanya meliputi aspek produk jasa, tetapi juga aspek pelayanan,
disini sebenarnya teknologi listrik dapat dijadikan sarana
sekaligus sebagai pendorong kuat untuk mengubah nasib mereka
atau nasib masyarakat.

Namun di balik kegemerlapan itu semua masih dihadapkan


pada persoalan pelik karena terlalu banyak pelanggaran-
pelanggaran yang dilakukan pemakai jasa listrik atau pelanggan
listrik maupun dalam kalimat populernya adalah pencurian aliran
listrik, sehingga peneliti tertarik untuk meneliti masalah
pencurian listrik yang pada akhir-akhir ini sering dilakukan oleh
masyarakat, baik di kota maupun di pedesaan, baik perorangan
maupun kelompok bahkan perusahaan-perusahaan baik
perusahaan kecil maupun besar.

Selain bermanfaat, tenaga listrik juga dapat membahayakan.


Oleh karena itu, untuk lebih menjamin keselamatan umum,
keselamatan kerja, keamanan instalasi, dan kelestarian fungsi
lingkungan dalam penyediaan tenaga listrik dan pemanfaatan
tenaga listrik, instalasi tenaga listrik harus menggunakan
peralatan dan perlengkapan listrik yang memenuhi standar
peralatan di bidang ketenagalistrikan.

Penyediaan tenaga listrik dan pemanfaatan tenaga listrik


dapat saja dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu untuk
memperoleh keuntungan dengan mengobankan hak-hak
masyarakat untuk menggunakan tenaga listrik. Jenis-jenis
perbuatan yang dapat digolongkan sebagai tindak pidana
ketenagalistrikam perlu dicegah dan diberantas melalui
penegakan hukum yang efektif.

Tindak pidana pencurian diatur dalam Kitab Undang-Undang


Hukum Pidana (Selanjutnya disingkat dengan KUHPidana) buku II
bab XXII Pasal 362 sampai dengan Pasal 367. Dalam Pasal 362
memberi pengertian tentang pencurian yang dalam pengertian
tersebut memiliki salah satu unsur untuk dikatakan sebagai
tinndak pidana pencurian, yaitu mengambil sesuatu barang.
Pengertian barang yang dijelaskan oleh R. Soesilo dalam bukunya
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), bahwa yang
termasuk dalam arti barang adalah segala sesuatu yang berwujud
termasuk pula binatang, uang, baju, kalung, daya listrik, dan gas.

Kejahatan pencurian merupakan salah satu tindak pidana


yang paling sering terjadi, khususnya pada tindak pidana
pencurian aliran listrik. Banyaknya pemberitaan mengenai tindak
pidana pencurian diberbagai media massa baik itu media
elektronik maupun media cetak. Tindak pidana pencurian listrik
biasanya dilakukan oleh beberapa oknum, dari kalangan pemakai
rumah tangga maupun dari kalangan pengusaha. Latar belakang
pelaku melakukan tindak pidana pencurian aliran listrik, tidak
terpaut dengan keadaan ekonomi atau tingkat pendapatan yang
rendah sehingga melakukan pencurian aliran listrik karena tidak
mendapatkan aliran listrik di dalam rumahnya, namun ada pula
pelaku yang berasal dari kalangan tingkat pendapatannya tinggi
yang melakukan pencurian listrik karena tidak menginginkan
membayar lebih dari yang seharusnya, padahal pemakaian listrik
melebihi batas tenaga listrik yang telah ditentukan atau telah
disepakati.

Dalam islam mencuri diartikan sebagai mengambil harta


orang lain dengan jalan diam-diam, diambil dari tempat
penyimpanannya. Mencuri adalah sebagian dari dosa besar.
Orang yang mencuri wajib dihukum, yaitu dipotong tangannya.
Apabila seseorang mencuri untuk yang pertama kalinya, maka
dipotong tangannya yang kanan (dari pergelangan tapak tangan),
bila mencuri kedua kali, dipotong kaki kirinya (dari ruas tumit),
mencuri yang ketiga kali dipotong tangannya yang kiri, dan yang
keempat dipotong kakinya yang kanan. Kalau masih juga mencuri
dipenjarakan sampai ia tobat. Sebagaimana firman Allah SWT :




Artinya : laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah
tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan
sebagai siksaan dari Allah. dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
( Al-Maidah 38)

Berawal dari pemikiran bahwa manusia merupakan


serigala bagi manusia lain (Homo homini lupus), selalu
mementingkan diri sendiri dan tidak mementingkan orang lain
sehingga bukan hal yang mustahil bagi manusia untuk
melakukan kesalahan, baik itu disengaja maupun tidak
disengaja, sehingga perbuatan itu merugikan orang lain dan tidak
jarang pula melanggar hukum, kesalahan itu dapat berupa suatu
tindak pidana (delik).

Berdasarkan uraian di atas tersebut maka penulis tertarik


untuk meneliti dan mengkaji sebagai bentuk proposal dengan
judul Tinjauan Terhadap Pencurian Listrik Dalam Hukum Islam
serta Hukum Pidana :

B. Rumusan Masalah

Setelah membatasi permasalah pada hal-hal tersebut diatas,


maka permasalahanya dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Apa yang menyebabkan masihnya Pencurian Tegangan
Listrik ?
2. Bagaimanakah upaya penanggulangan pencurian aliran listrik yang dilakukan
oleh aparat penegak hukum dan pihak PLN ?
3. Bagaimana padangan Hukum Pidana Positif dan Hukum
Pidana Islam terhadap Pencurian Tegangan Listrik ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian


1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui pandangan terhadap tindak pidana


pencurian tegangan listrik
b. Untuk mengetahui penyebab maraknya tindak pidana
pencurian tegangan listrik
c. Untuk mengetahui sanksi hokum terhadap tindak pidana
pencurian listrik dalam Kajian Hukum Pidana Positif serta
Hukum Pidana Islam.

2. Manfaat Penelitian
a. Secara akademis
Sebagai suatu saran untuk menambah ilmu
pengetahuan tentang tindak ketenaga listrikan khususnya
terhadap maraknya pencurian listrik, menurut hokum pidana
positif, terutama hokum pidana Islam.
b. Secara Praktis
Manfaat secara praktis untuk penulis, pembaca, serta
masyarakat adalah untuk membangun kesadaran kehidupan
disekililing, bahwasanya masih banyak generasi penerus
bangsa ini yang kita kasih dan sayang agar terus dapat
merasakan kemanfaat tenaga listrik untuk kehidupan yang
terus berkembang.

D. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan penulis dalam skripisi
ini adalah metede penelitian hokum normative yaitu
penelitian yang memuat deskriftif tentang masalah yang
diteliti berdasarkan bahan-bhan tertulis. Penelitian normative
yang penulis maksud adalah penelahaan terhadap hukum
tertulis maupun tidak tertulis.

2.Teknik Pengumpulan Data


Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan
teknik pengumpulan data jenis kualitatif yakni berupa
ungkapan, norma, atau aturaan dari fenomena yang akan
diteliti, oleh karena itu penuis berupaya mengupas dan
mencermati suatu secara ilmiah dan kualitatif.

3.Teknik Analisa Data


Adapun cara yang digunakan penulis dalam mengalisa
datanya, adalah teknik content analisa yaitu pengelohan
data dengan mengalisa materi sesuai dengan pembahasan.
Dalam hal ini masalah pokoknya adalah penyalhgunaan
narkotika yang dilakukan oleh anaka dibawah umur.
Dalam penulian dengan skripsi ini penulis berpedoman
dengan buku tentang cara penulisan skripsi yang diterbitkan
oleh IAIN Raden Intan Lampung.

Anda mungkin juga menyukai