Anda di halaman 1dari 36

A.

LATAR BELAKANG MASALAH

Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah negara hukum.

Negara hukum merupakan sebuah negara yang penyelenggaraan kekuasaan

pemerintahannya didasarkan atas hukum. Sebagai Negara yang berdasarkan

atas hukum (rechtstaat), Indonesia menuangkan cita-cita ataupun tujuan negara

melalui hukum sebagai sarananya, dengan kata lain hukum adalah sarana yang

digunakan dalam mencapai tujuan negara yang sudah di cita-citakan. Hal ini

juga jelas tertuang dalam pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 yang

menyatakan bahwa “Negara Indonesia adalah negara hukum”.

Hukum selalu berkembang mengikuti arah politik pembangunan

nasional. Saat ini salah satu arah politik pembangunan nasional itu terkait

hukum ketenagakerjaan karena masalah ketenagakerjaan ini harus selalu

mendapat perhatian mengikuti perkembangan zaman.

Menurut Mochtar kusumaatmadja,

‘fungsi hukum itu adalah sebagai sarana pembaharuan masyarakat’.


Dalam rangka pembangunan, yang dimaksud dengan sarana
pembaharuan itu adalah sebagai penyalur arah kegiatan manusia ke arah
yang diharapkan oleh pembangunan. Sebagaimana halnya dengan hukum
yang lain, hukum ketenagakerjaan mempunyai fungsi sebagai sarana
pembaharuan masyarakat yang mnyalurkan arah kegiatan manusia ke
arah yang sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh pembangunan
ketenagakerjaan.1

Pembangunan nasional, khususnya bidang ketenagakerjaan diarahkan

untuk sebesar-besarnya bagi kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat

pekerja dan pelaku usaha. Oleh karena itu hukum ketenagakerjaan harus dapat

menjamin kepastian hukum, nilai keadilan, asas kemanfaatan, ketertiban,


1
Soedarjadi, Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia, Pustaka Yustisia, Yogyakarta,
2008, halaman 16.

1
perlindungan dan penegakan hukum. Seiring dengan politik pembangunan

bidang ketenagakerjaan, para pelaku dunia usaha berbenah diri pasca pandemic

covid-19 yang berdampak krisis ekonomi nasional, serta terpaan gelombang

krisis ekonomi global yang melanda dunia, di mana hampir seluruh dunia

terkena dampak pandemic covid-19. Selain itu isu resesi 2023 sebagai dampak

dari perang antara Rusia dan Ukraina pada bulan februari 2022 yang

mengakibatkan instabilitas disektor ekonomi juga berdampak terhadap

ekonomi global termasuk Indonesia juga terkena imbasnya.

Tenaga kerja (Sumber Daya Manusia) merupakan satu aspek yang

sangat berpengaruh terhadap semua perkembangan perekonomian di dunia.

Tenaga kerja tidak terlepas dari pembangunan, tenaga kerja tidak terlepas dari

kehidupan, dan tonggak utama perekonomian suatu bangsa, di samping sumber

daya alam dan teknologi. Bahkan Di negara-negara berkembang pada

umumnya memiliki tingkat pengangguran yang jauh lebih tinggi dari angka

resmi yang dikeluarkan oleh pemerintah. Hal ini terjadi karena ukuran sektor

informal masih cukup besar sebagai salah satu lapangan nafkah bagi tenaga

kerja tidak terdidik. Sektor informal tersebut dianggap sebagai katup pengaman

bagi pengangguran.

Di Indonesia, masalah ketenagakerjaan mulai menjadi perhatian sejak

masuknya penjajahan. Dimulai dengan Belanda, Portugis, Inggris, dan

kemudian Jepang yang pernah menjajah Indonesia. Semuanya menerapkan

sistemnya masing-masing. Meskipun demikian, perlindungan terhadap tenaga

kerja baru mulai mendapat perhatian setelah Belanda menerapkan politik etis

2
(politik balas budi). Semenjak saat itu, maka mulai lahirnya peraturan-

peraturan (hukum) tentang ketenagakerjaan, yang mana peraturan yang dibuat

mulai memeperhatikan sisi-sisi kemanusiaan. Seiring perjalanan bangsa sampai

memasuki era kemerdekaan, peraturan demi peraturan dibuat untuk

melindungi, dan menjamin kesejahteraan, keselamatan, dan keberlangsungan

hidup (secara kemanusiaan) para pekerja.

Pembangunan hukum ketenagakerjaan sebagai salah satu upaya dalam

mewujudkan pembangunan nasional diarahkan untuk mengatur, membina dan

mengawasi segala kegiatan yang berhubungan dengan ketenagakerjaan

sehingga dapat terpelihara adanya ketertiban untuk mencapai keadilan.

Pengaturan, pembinaan, dan pengawasan yang dilakukan berdasarkan

perundang-undangan yang berlaku harus memadai dan sesuai dengan laju

perkembangan pembangunan yang semakin pesat sehingga dapat

mengantisipasi tuntutan perencanaan tenaga kerja, pembinaan hubungan

industrial dan peningkatan perlindungan tenaga kerja.

Upaya perluasan kesempatan kerja mencakup lintas sektoral, maka

harus disusun kebijakan nasional di semua sektor yang dapat menyerap tenaga

kerja secara optimal. Agar kebijakan nasional tersebut dapat dilaksanakan

dengan baik, maka pemerintah dan masyarakat bersama-sama mengawasinya

secara terkoordinasi.

Fungsi hukum sebagai sarana pembaharuan dalam masyarakat yaitu

untuk mengarahkan masyarakat ke arah yang lebih baik agar terciptanya

ketertiban dalam masyarakat. Hukum dapat menjadi sarana pembaharuan bagi

3
masyarakat apabila hukum itu diterima oleh masyarakat dan hukum yang

diterima masyarakat tentulah hukum yang lahir atas kebutuhan masyarakat.

Hukum memainkan peranan yang penting dalam suatu masyarakat, dan bahkan

mempunyai multifungsi untuk kebaikan masyarakat, demi mencapai keadilan,

kepastian hukum, ketertiban, kemanfaatan, dan lain-lain tujuan hukum.

Negaralah yang memiliki kekuasaan membentuk suatu aturan yang

dituangkan didalam suatu bentuk peraturan perundang-undangan. Hukum pada

umumnya merupakan cerminan dari kebijakan pemerintah yang tertuang dalam

peraturan perundang-undangan. Dalam pelaksanaannya, hukum selain

berfungsi sebagai subjek juga merupakan objek pembangunan, yang berfungsi

menciptakan ketertiban dan kebenaran dalam masyarakat yang merupakan

fungsi pengawasan sosial.

Menurut Sudikno Mertokusumo :

Hukum memiliki peran penting dalam kemajuan bangsa dan


diharapkan dapat berjalan seiring dengan kemajuan demokrasi, namun
terkadang hukum berada jauh dibelakang perkembangan zaman dan
kemajuan bangsa. Demokrasi seharusnya dapat berbanding lurus dengan
kedaulatan hukum dalam perjalanannya membangun bangsa baik secara
sosial, ekonomi, politik dan hukum.2

Dengan berpijak pada Undang-Undang Dasar yang merupakan aturan

tertinggi sesuai hirarkhi peraturan perundang-undangan negara Republik

Indonesia maka jelaslah bahwa hukum diadakan untuk menertibkan dan

memberi kedamaian bagi negara dan secara khusus bagi segenap rakyat

Indonesia. Hukum selalu menjadi tumpuan harapan rakyat Indonesia untuk

mewujudkan keadilan. Keadilan yang menjadi salah satu dari tujuan hukum

2
Sudiko Mertokusumo, Mengenal Hukum, Liberty, 2005, Yogyakarta, halaman 2.

4
seharusnya dapat di praktekan dalam upaya membangun masyarakat, bukan

mengadili masyarakat dalam pembangunan dengan dalih bahwa kita adalah

negara hukum.

Masyarakat suatu negara tidak dapat menghindari perubahan disegala

bidang, baik teknologi, sosial maupun budaya. Hal ini membawa dampak pada

perubahan perilaku masyarakat yang mungkin harus melakukan penyesuaian

terhadap perubahan yang terjadi. Biasanya setiap perubahan membawa

konsekuensi-konsekuensi yang harus disikapi pula dengan cara yang arif

sehingga tidak menimbulkan permasalahan yang justru menghambat kemajuan

dan perubahan dalam masyarakat, karena kemajuan dan perubahan memang

sudah seharusnya terjadi agar manusia menjadi lebih berkualitas dan lebih

baik.

Namun demikian, perubahan masyarakat disegala bidang dengan

segala konsekuensinya itu perlu ada pengaturan melalui sebuah norma yang

disepakati sebagai suatu kaedah yang disebut sebagai norma hukum yang

diharapkan dapat mengawal perubahan masyarakat tersebut. Seorang individu

yang membuat pandangan sendiri dan yang berpartisipasi dalam pemerintahan

akan berkembang sebagai individu yang cerdas dan peka terhadap nilai-nilai.

Dalam konteks bermasyarakat perubahan merupakan suatu hal yang

lazim terjadi, kehidupan dahulu dengan sekarang jelas akan berbeda bahkan

antara hari ini dengan hari esok dapat terjadi bentuk perubahan, perubahan

yang terjadi adalah sesuatu yang lumrah yang tidak dapat terhindarkan dalam

kehidupan bermasyarakat. Perubahan dapat terjadi karena datangnya dari

5
masyarakat yang mengharuskan pemerintah membentuk aturan untuk hal

tersebut ataupun perubahan yang datang karena adanya aturan baru yang

dibentuk oleh pemerintah yang mengharuskan masyarakat untuk berubah

sesuai aturan yang berlaku.

Dalam menjalani dan mengarahkan proses perubahan social untuk

memunculkan tatanan kemasyarakatan yang ideal, maka Pemerintah

mengemban peranan dan tanggungjawab yang besar guna mewujudkan tujuan

negara, dalam situasi konkret di Indonesia berarti melaksanakan pembangunan

bangsa. “Pada dasarnya pembangunan bangsa berarti juga mengarahkan

perubahan sosial yang berintikan usaha untuk memodernkan kehidupan bangsa

Indonesia.” 3

Hukum selain menjadi sekumpulan aturan yang harus ditaati juga

diharapkan dapat menjadi sarana pembaharuan dalam masyarakat, hal ini dapat

dipahami karena dengan hukum yang ada masyarakat diarahkan dan

diharapkan akan berperilaku sejalan dengan hukum yang telah dibentuk.

Pembentukan aturan hukum untuk memperbarharui atau mengatur masyarakat

sehingga konsep hukum sebagai sarana pembaharuan dalam masyarakat dapat

tercapai sesuai dengan yang dikehendaki oleh hukum itu sendiri.

Indonesia sebagai negara hukum, maka setiap aktivitas masyarakat

Indonesia diatur berdasarkan hukum sehingga tidak boleh bertentangan dengan

aturan hukum yang ada yang telah dibuat oleh penguasa negara. Apabila

menginginkan perubahan terhadap pembaharuan masyarakat maka harus

3
Sudiko Mertokusumo, Op. cit., halaman 77.

6
dilakukan melalui hukum dan dimuat dalam aturan hukum yang berlaku di

wilayah kenegaraan Indonesia.

Perubahan-perubahan yang datang baik dari masyarakat maupun

pemerintah (negara) haruslah dilindungi dengan payung hukum yang kuat agar

kepastian hukum dan kesebandingan hukum dapat berjalan dengan baik,

sehingga warga negara merasa adanya keadilan, karena dalam merumuskan

norma, pasal 6 ayat (1) huruf g Undang-Undang Nomor 12 tahun 2011

menjelaskan bahwa “materi muatan perundang-undangan harus mencerminkan

asas : ... keadilan”. Maka jelaslah bahwa hukum itu diadakan untuk

memberikan keadilan bagi masyarakat atau warga negara.

Sumber hukum ketenagakerjaan antara lain:

a) Peraturan perundang-undangan,

b) Kebiasaan,

c) Putusan Pengadilan Hubungan Industrial,

d) Traktat (Perjanjian) yang terdiri atas perjanjian kerja, perjanjian kerja

bersama, dan perjanjian perusahaan.

Hukum ketenagakerjaan tidak semata mementingkan pelaku usaha

saja, melainkan memperhatikan dan memberikan perlindungan kepada pekerja

yang secara sosial mempunyai kedudukan dan posisi tawar sangat lemah jika

dibandingkan dengan posisi pengusaha yang cukup mapan dan memiliki nilai

tawar tinggi sebagai pelaku usaha. Hukum memberi manfaat terhadap prinsip

perbedaan sosial serta tingkat ekonomi bagi pekerja yang kurang beruntung,

antara lain seperti tingkat kesejahteraan, standar pengupahan serta syarat kerja,

7
sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan dan selaras dengan

makna keadilan menurut ketentuan Pasal 27 ayat 2 Undang-Undang Dasar

Tahun 1945 (UUD 1945), yang menyatakan bahwa “tiap-tiap warga negara

berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”.

Demikian pula ketentuan Pasal 28 D ayat (2) UUD 1945, yang

menyatakan bahwa “setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan

dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja”. Hukum normatif

pada tingkat implementasi memberikan kontribusi dalam bentuk pengawasan

melalui aparat penegak hukum dan melaksanakan penindakan terhadap

pelanggaran hukum tersebut. Hukum sebagai dasar dalam memberikan

kedudukan kepada seseorang pada derajat yang sama antar yang satu terhadap

lainnya. Hal ini berlaku pula bagi pekerja yang bekerja pada pengusaha, baik

lingkungan swasta (murni), badan usaha milik negara maupun karyawan

negara dan sektor lainnya. Hal ini tersurat dalam ketentuan Pasal 28I Undang-

Undang Dasar 1945, menyatakan bahwa “setiap orang berhak bebas dari

perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apapun dan berhak

mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang besifat diskriminatif itu”.

Bahkan Pasal 28I ini memberikan perlindungan bagi mereka, meluputi pula

pekerja atas perlakuan diskriminatif.

Di dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang menyebutkan

bahwa tujuan dibentuknya Negara Kesatuan Republik adalah melindungi

segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah indonesia, memajukan

kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, ikut serta

8
melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi

dan keadilan social, yang mana hal tesebut sejalan dengan Pancasila yang

merupakan Staat fundamental norm.

Hukum ketenagakerjaan dapat bersifat privat maupun publik. Bersifat

privat dalam arti bahwa hukum ketenagakerjaan mengatur hubungan antara

orang dengan orang atau badan hukum, yang dimaksudkan di sini ialah antara

pekerja dengan pengusaha atau si pemberi pekerjaan. Namun, hukum

ketenagakerjaan juga bersifat publik, maksudnya yaitu negara ikut campur

tangan dalam hubungan kerja dengan membuat peraturan perundang-undangan

yang bersifat memaksa bertujuan untuk melindungi tenaga kerja dengan

membatasi kebebasan berkontrak.

Rentannya hubungan kerja akibat buruknya kondisi kerja, upah

rendah, pemutusan hubungan kerja (PHK) semena-mena dan perlindungan

hukum yang tidak memadai, merupakan awal timbulnya rasa ketidakadilan.

MeIalui undang-undang ketenagakerjaan seharusnya para pekerja akan

terlindungi secara hukum, mulai dari jaminan negara memberikan pekerjaan

yang layak, melindunginya di tempat kerja (kesehatan dan keselamatan kerja

dan upah layak) sampai dengan pemberian jaminan sosial setelah pensiun.

Serta yang harus diperhatikan juga yaitu mengenai perjanjian kerja, karena

perjanjian kerja inilah yang menimbulkan hubungan hukum antara pengusaha

dan tenaga kerja. Perjanjian kerja yang dibuat haruslah memberikan rasa

keadilan bagi masing-masing pihak. Hubungan kerja terjadi karena adanya

perjanjian kerja antara pengusaha dan pekerja/buruh. Perjanjian dibuat secara

9
tertulis atau lisan. Namun pada perjanjian kerja dipersyaratkan secara tertulis

dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang undangan yang berlaku.

Perjanjian merupakan undang-undang bagi para pihak yang mengikatkan diri

didalamnya. Perjanjian disini termasuk juga perjanjian kerja.

Perjanjian kerja dibuat atas dasar:

a) kesepakatan kedua belah pihak;

b) kemampuan atau kecakapan melakukan perbuatan hukum;

c) adanya pekerjaan yang diperjanjikan; dan

d) pekerjaan yang diperjanjikan tidak bertentangan dengan ketertiban umum,

kesusilaan, dan peraturan perundang undangan yang berlaku.

Perjanjian kerja yang dibuat oleh para pihak yang bertentangan

dengan ketentuan dapat dibatalkan atau batal demi hukum. “Perjanjian kerja

merupakan perjanjian yang memaksa (dwang contract), karena para pihak

tidak dapat menentukan sendiri keinginannya dalam perjanjian.” 4 Walaupun

segogyanya asas kebebasan berkontrak itu berlaku pada perjanjian, akan tetapi

dikarenakan kedudukan para pihak didalam perjanjian kerja itu pada posisi

yang tidak sejajar terutama pihak si pekerja sehingga tidak dapat bebas

membuat perjanjian kerja sesuai dengan keinginannya, namun perjanjian kerja

tetap wajib taat terhadap hukum ketenagakerjaan.

Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan

atas:

a) keselamatan dan kesehatan kerja;

4
Aloysius Uwiyono, dkk, Asas-Asas Hukum Perburuhan, Raja Grafindo Persada,
Depok, 2020, halaman 59.

10
b) moral dan kesusilaan; dan

c) perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai

agama.5

Munculnya Undang-Undang No 11 Tahun 2020 tentang cipta kerja

memiliki tujuan untuk mempermudah proses investasi dari investor di

Indonesia. Paradigma baru undang-undang cipta kerja yang berasaskan

kemudahan berinvestasi harus tetap sesuai dengan landasan negara Indonesia

baik secara filosofis, ideologis maupun yuridis. Perjanjian kerja memiliki peran

yang sangat penting dalam upaya mewujudkan keadilan dalam dunia kerja,

karena merupakan suatu dasar atau landasan hukum dalam melakukan

hubungan kerja. Yang mana dalam hukum perdata perjanjian merupakan

undang-undang para pihak yang mengikatkan diri didalamnya sebagaimana

dituangkan didalam KUHPerdata Pasal 1338 ayat (1) menentukan bahwa

“semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi

yang membuatnya”.

Perjanjian menurut Pasal 1313 Burgerlijk Wetboek (BW) adalah suatu

perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap

satu orang atau lebih. Peristiwa ini menimbulkan suatu hubungan antara dua

orang atau lebih tersebut yang dinamakan perikatan. Setiap perjanjian akan

menimbulkan suatu perikatan antara dua orang yang membuatnya.

Tidak adanya itikad baik dalam proses pra perjanjian kerja antara

pemberi kerja dengan pekerja dimungkinkan disebabkan oleh bentuk-bentuk


5
Dasril Radjab, Hukum Tata Negara Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta, 2005, halaman
77.

11
cacat kehendak. Adanya asas kebebasan berkontrak yang membebaskan para

pihak menentukan bentuk dan isi perjanjian acap kali membuat perjanjian

tersebut lebih menguntungkan pihak yang berada pada posisi tawar atas,

didalam perjanjian kerja yang memiliki posisi tawar tinggi adalah si pemberi

kerja. Sedangkan si pekerja sering dihadapkan pada posisi rendah yang tidak

memiliki nilai tawar karena butuh akan pekerjanan tersebut si pekerja langsung

menyetujui perjanjian yang dibuat oleh si pemberi kerja.

Asas kebebasan berkontrak dalam hukum perjanjian Indonesia

menurut Sutan Remi Sjahdeini meliputi ruang lingkup sebagai berikut:

1) Kebebasan untuk membuat atau tidak membuat perjanjian.

2) Kebebasan untuk memilih pihak dengan siapa ia ingin membuat

perjanjian.

3) Kebebasan untuk menentukan atau memilih kuasa dari perjanjian yang

akan dibuatnya.

4) Kebebasan untuk menentukan obyek dari suatu perjanjian.

5) Kebebasan untuk menentukan bentuk suatu perjanjian.

6) Kebebasan untuk menerima atau menyimpangi ketentuan-ketentuan

undang-undang yang bersifat opsional (aanvullend, optional).6

Asas proposionalitas dalam perjanjian diartikan sebagai asas yang

mendasari pertukaran hak dan kewajiban para pihak yang sesuai dengan

proporsi atau bagiannya demi terwujudnya rasa keadilan.

6
Agus Yudha Hernoko, Hukum Perjanjian Asas Proporsionalitas dalam Kontrak
Komersil, Kencana, Jakarta, 2021, halaman 101-102.

12
Dari uraian latar belakang tersebutlah penulis tertarik untuk

melakukan kajian lebih lanjut dengan mengangkat judul “Asas

Proporsionalitas Dalam Perjanjian Kerja”.

B. RUMUSAN PERMASALAHAN

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas dapat dirumuskan

permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaturan perjanjian kerja menurut hukum ketenagakerjaan di

Indonesia ditinjau dari prinsip kepastiah hukum?

2. Apa arti pentingnya asas proporsionalitas dalam perjanjian kerja?

3. Bagaimana konsep perjanjian kerja berbasis asas proporsionalitas?

C. PEMBAHASAN

1. Pengaturan perjanjian kerja menurut hukum ketenagakerjaan di

Indonesia ditinjau dari prinsip kepastian hukum.

Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan bahwa

“Negara Indonesia adalah negara hukum”, maka dapat kita pahami

bahwa landasan utama dari negara Indonesia adalah hukum, sehingga

hukum merupakan tonggak utama dalam pembangunan negara kedepan.

13
Sebagai negara hukum tentulah segala sesuatu yang merupakan cita-cita

yang ingin dicapai negara dalam pembangunan politik nasional harus

tertuang di dalam peraturan perundang-undangan. Hal ini merupakan

bentuk dari kepastian hukum untuk memberikan kesejahteraan sosial

kepada seluruh rakyat Indonesia, serta memberikan perlindungan hukum.

Menurut Sudikno Mertokusumo, “kepastian hukum adalah

jaminan bahwa hukum dijalankan, bahwa yang berhak menurut hukum

dapat memperoleh haknya dan bahwa putusan dapat dilaksanakan”. 7

Kepastian hukum erat kaitannya dengan keadilan, namun hukum tidak

identik dengan keadilan.

Hukum bersifat umum yang mengikat setiap orang dengan

posisi sejajar atau memiliki kedudukan yang sama atau bersifat

menyamaratakan. Sedangkan keadilan bersifat subyektif, individualistis,

dan tidak menyamaratakan. Perlindungan hukum sebagai suatu gambaran

dari fungsi hukum, yaitu konsep dimana hukum dapat memberikan suatu

keadilan, ketertiban, kepastian, kemanfaatan dan kedamaian.

Adapun pendapat yang dikutip dari beberapa ahli mengenai

perlindungan hukum sebagai berikut :

1. Menurut Satjito Rahardjo perlindungan hukum adalah adanya

upaya melindungi kepentingan seseorang dengan cara

mengalokasikan suatu Hak Asasi Manusia kekuasaan kepadanya

untuk bertindak dalam rangka kepentingannya tersebut.

7
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengntar, Liberty, Yogyakarta, 2007,
halaman 160.

14
2. Menurut Setiono perlindungan hukum adalah tindakan atau upaya

untuk melindungi masyarakat dari perbuatan sewenang-wenang

oleh penguasa yang tidak sesuai dengan aturan hukum, untuk

mewujudkan ketertiban dan ketentraman sehingga memungkinkan

manusia untuk menikmat martabatnya sebagai manusia.

3. Menurut Muchsin perlindungan hukum adalah kegiatan untuk

melindungi individu dengan menyerasikan hubungan nilai-nilai

atau kaidah - kaidah yang menjelma dalam sikap dan tindakan

dalam menciptakan adanya ketertiban dalam pergaulan hidup

antara sesama manusia.

4. Menurut Philipus M. Hadjon Selalu berkaitan dengan kekuasaan.

Ada dua kekuasaan pemerintah dan kekuasaan ekonomi. Dalam

hubungan dengan kekuasaan pemerintah, permasalahan

perlindungan hukum bagi rakyat (yang diperintah), terhadap

pemerintah (yang memerintah).

Hukum ketenagakerjaan di Indonesia saat ini diatur di dalam

Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, yang

mengatur tentang segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada

waktu sebelum, selama, dan sesudah kerja. Undang-Undang No 13

Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan telah mengatur mengenai hak dan

kewajiban para pihak didalam perjanjian kerja.

Adapun hak dan kewajiban para pihak tersebut sebagai berikut

yaitu:

15
a. Hak-hak pengusaha atau perusahaan

1. Perusahaan berhak atas hasil dari pekerjaan karyawan.

2. Perusahaan berhak untuk memerintah/mengatur karyawan atau

tenaga kerja dengan tujuan mencapai target.

3. Perusahaan berhak melakukan pemutusan hubungan kerja

terhadap pekerja/buruh/karyawan jika melanggar ketentuan yang

telah disepakati sebelumnya.

b. Kewajiban-kewajiban pengusaha atau perusahaan

1. Memberi upah

2. Memberi kesempatan yang sama

3. Memberikan pelatihan kerja

4. Penetapan waktu kerja yang manusiawi

5. Memberikan fasilitas keselamatan kerja

6. Mendengarkan aspirasi

c. Hak-hak pekerja

1. Menjadi anggota serikat tenaga kerja

2. Jaminan social dan keselamatan kerja

3. Menerima upah yang layak

4. Membuat perjanjian kerja atau perjanjian kerja Bersama

5. Hak atas perlindungan PHK yang tidak adil

6. Hak pekerja perempuan seperi cuti hamil, melahirkan dan PMS

7. Hak pembatasan waktu kerja, istirahat, cuti dan libur

16
d. Kewajiban-kewajiban pekerja

1. wajib taat terhadap pimpinan

2. wajib loyal terhadap perusahaan atau pengusaha

3. wajib menjaga data perusahaan atau rahasia usaha.

Hukum ketenagakerjaan sudah berupaya untuk memberikan

perlindungan bagi pekerja mengingat posisi yang tidak seimbang antara

pekerja dengan pengusaha atau perusahaan, akan tetapi hal itu cenderung

berbanding terbalik dengan perjanjian kerja yang biasanya pihak

pengusaha atau perusahaan yang lebih dominan. Perjanjian kerja

merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam hukum

ketenagakerjaan karena merupakan unsur yang esensial. Perjanjian kerja

menimbulkan suatu hubungan hukum antara pengusaha dengan si

pekerja.

Di bidang Hukum Ketenagakerjaan terdapat dua macam sumber


hukum yaitu: kaedah hukum otonom dan kaedah hukum
heteronom. Kaedah hukum otonom berupa ketentuan-ketentuan
hukum yang ditetapkan oleh para pihak yang terikat dalam suatu
hubungan kerja yaitu antara tenaga kerja dengan Pengusaha.
Misalnya Perjanjian Kerja, dan Peraturan Perusahaan. Kaedah
hukum heteronom merupakan ketentuan-ketentuan hukum yang
ditetapkan oleh Pihak Ketiga di luar para pihak yang terikat dalam
suatu Hubungan Kerja. Misalnya semua Peraturan Perundang-
undangan di bidang ketenagakerjaan.8

Di negara-negara yang menganut tradisi hukum Common Law,

sumber hukum ketenagakerjaan yang utama pada umumnya adalah

8
Agus Suprayogi, Perbedaan Hukum Perburuhan Di Negara Dengan Sistem Hukum
Civil Law Dan Common Law Studi Kasus Singapura Dan Indonesia, Lex Jurnalica Volume 13
Nomor 3, Desember 2016, Hal. 269.

17
kaedah otonom seperti Perjanjian Kerja. Di negara-negara yang

menganut tradisi hukum Civil Law Tradition, pada umumnya kaedah

heteronom yaitu Peraturan Perundang-undangan yang ditetapkan oleh

Pemerintah merupakan sumber hukum ketenagakerjaan yang paling

dominan.

Hukum ketenagakerjaan idealnya sebagai penyeimbang antara

kepentingan tenaga kerja dengan pengusaha, yang mana hal ini

didasarkan atas keadaan pekerja secara sosial ekonomi dibawah

(subordinasi) pengusaha atau perusahaan. Dengan demikian bisa

dimengerti apabila hubungan kerja tidak hanya masuk kedalam ranah

hukum privat akan tetapi telah menjadi hukum publik yang bertujuan

memberikan perlindungan terhadap tenaga kerja.

Indonesia merupakan negara yang menganut sistem hukum civil

law, namun bisa dikatakan saat ini sistem hukum di Indonesia sudah

mengalami pergeseran karena di pengaruhi oleh berbagai sistem hukum,

salah satunya sistem hukum common law. Terutama dalam dunia bisnis

pengaruh sistem hukum common law jelas terasa seperti munculnya

perusahaan startup, bahkan kontrak atau perjanjiannya juga elektronik.

Dalam pembuatan perjanjian kerja para pihak harusnya memiliki

kedudukan yang sama dalam hukum, sehingga berhak untuk

menyampaikan kehendak dan dituangkan didalam perjanjian kerja sesuai

dengan proporsinya masing-masing untuk mewujudkan keadilan

sebagaimana yang kita ketahui perjanjian merupakan salah satu bentuk

18
hak asasi ekonomi (property right) selama tidak bertentangan dengan

undang-undang.

Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan pancasila haruslah

memberikan perlindungan hukum terhadap warga masyarakatnya karena

perlindungan hukum tersebut akan melahirkan pengakuan dan

perlindungan hak asasi manusia dalam wujudnya sebagai makhluk

individu dan makhluk sosial dalam wadah negara kesatuan yang

menjunjung tinggi semangat kekeluargaan demi mencapai kesejahteraan

bersama.

Walaupun mengenai perjanjian sudah diatur didalam hukum

ketenagakerjaan di Indonesia, namun tidak diatur secara terperinci. Hal

inilah yang sering menyebabkan isi perjanjian kerja terkadang pada

posisi yang tidak seimbang, sehingga ada pidak yang dominan disana.

Perjanjian kerja merupakan bagian yang sangat penting dalam hukum

ketenagakerjaan sehingga harus mendapatkan perhatian demi

mewujudkan kepastian hukum. Perjanjian merupakan undang-undang

bagi para pihak yang mengikatkan diri didalamnya, yang mana dalam hal

perjanjian kerja para pihak yang dimaksud yaitu pihak pengusaha atau

perusahaan, dan pihak pekerja atau tenaga kerja.

Demi terwujudnya keadilan didalam perjanjian kerja hendaklah

dibuat lebih lanjut pengaturan mengenai perjanjian kerja yang

mengedepankan keadilan yang sesuai dengan proporsinya masing-

19
masing dengan menyeimbangkan posisi pekerja sebagai pihak dalam

perjanjian kerja tersebut.

2. Arti penting asas proporsionalitas dalam perjanjian kerja.

Globalisasi saat ini menjadikan dunia/lingkungan internasional

seakan-akan berubah menjadi lingkungan kecil yang tanpa batas.

Interaksi/hubungan antar manusia dan negara semakin mudah dilakukan

guna menunjang kesepakatan-kesepakatan dan tujuan-tujuan yang

hendak dicapai. Kondisi seperti inilah yang selalu meminta kita untuk

selalu berbenah memperbaiki diri mengikuti arah perkembangan zaman

dan melakukan perlindungan preventif terhadap kemajuan zaman,

termasuk dalam bidang ketenagakerjaan.

Didalam ketenagakerjaan hal yang harus mendapatkan perhatian

yaitu terkait tenaga kerja yang merupakan sumber daya manusia (SDM)

sebagai motor penggerak dalam dunia bisnis. Salah satu bentuk

perlindungan yang dapat dilakukan terhadap tenaga kerja yaitu

pengaturan mengenai perjanjian kerja yang memberikan rasa keadilan

bagi tenaga kerja.

Perjanjian Kerja menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun

2003 tentang Ketenagakerjaan adalah perjanjian antara pekerja/buruh

dengan pengusaha atau pemberi kerja yang memuat syarat syarat kerja,

hak, dan kewajiban para pihak. Pada dasarnya untuk menyatakan suatu

perjanjian kerja dianggap sah atau tidak maka wajib untuk

20
memperhatikan ketentuan dalam pasal 1320 Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata (KUH Perdata) yang menyatakan bahwa :

1. Adanya kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya;

2. Memiliki kecakapan untuk membuat suatu perikatan;

3. Merupakan suatu pokok persoalan tertentu;

4. suatu sebab yang tidak terlarang.

Perjanjian kerja (arbeidsoverenkoms), menurut Pasal 1601 a

BW adalah perjanjian dengan mana pihak kesatu, si buruh mengikatkan

dirinya untuk di bawah perintah pihak yang lain si majikan, untuk suatu

waktu tertentu, melakukan pekerjaan dengan menerima upah.

Sehubungan dengan itu, Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan, Pasal 1 angka 14 memberikan pengertian perjanjian

kerja adalah perjanjian antara pekerja/buruh dengan pengusaha atau

pemberi kerja yang memuat syarat-syarat kerja, hak, dan kewajiban para

pihak.

Menurut Subekti, pengertian perjanjian kerja yaitu perjanjian


antara seorang buruh dengan seorang majikan, perjanjian mana
ditandai oleh ciri-ciri, adanya suatu upah atau gaji tertentu yang
diperjanjikan dan adanya suatu hubungan diperatas
(dierstverhanding), yaitu suatu hubungan berdasarkan mana pihak
yang satu (majikan) berhak memberikan perintah-perintah yang
harus ditaati oleh pihak yang lain.9

Asas proporsionalitas dalam perjanjian kerja merupakan suatu

upaya untuk memberikan keadilan bagi para pihak dalam perjanjian kerja

baik si pengusaha maupun pihak pekerja sesuai dengan porsinya masing-

9
R Subekti, Aneka Perjanjian, Alumni, Bandung, 1977, halaman 63.

21
masing. Keadilan yang ditekankan disini bukan pada posisi sama rata

tetapi sesuai dengan porsinya.

Menurut Agus Yudho Hernoko, ukuran proporsionalitas


pertukaran hak dan kewajiban didasarkan pada nilai-nilai
kesetaraan (equitability), kebebasan, distribusi proporsional,
tentunya juga tidak dapat dilepaskan dari asas atau prinsip
kecermatan (zorgvuldigheid), kelayakan (redelijkheid;
reasonableness) dan kepatutan (billijkheid; equity). 10

Menurut Aristoteles dalam negara segala sesuatunya harus

diarahkan pada cita-cita yang mulia yaitu kebaikan dan kebaikan itu arus

lewat keadilan dan kebenaran. Aristoteles menekankan pada

perimbangan dan proporsi yang dapat dilihat dari apa yang dilakukannya

bahwa kesamaan hak itu haruslah sama diantara orang-orang yang sama.

Maksudnya pada satu sisi memang benar bila dikatakan bahwa keadilan

juga berarti kesamaan hak, namun pada sisi lain harus dipahami bahwa

keadilan berarti juga ketidaksamaan hak.

Sesuai dengan ketiga macam hak manusia yakni hak-hak asasi

manusia, hak-hak masyarakat atau negara, dan hak-hak warga negara,

keadilan menurut Aristoteles dibedakan menjadi tiga, yakni keadilan

komutatif, keadilan legal, dan keadilan distributif. Keadilan komutatif

mewajibkan kita untuk menghormati hak-hak sesama sebagai individu,

keadilan legal mewajibkan kita sebagai warganya untuk menghormati

hak-hak masyarakat dan negara, dan keadilan distributif mewajibkan

masyarakat atau negara untuk menghormati hak-hak kita sebagai

warganya.
10
Agus Yudha Hernoko, Op. cit., halaman 82.

22
Menurut Rawls, bagaimanapun juga, cara yang adil untuk
mempersatukan berbagai kepentingan yang berbeda adalah melalui
keseimbangan kepentingan-kepentingan tersebut, tanpa
memberikan perhatian istimewa terhadap kepentingan itu sendiri.
Tegasnya prinsip-prinsip keadilan adalah prinsip-prinsip dimana
orang yang rasional akan memilih jika ia belum tahu kedudukannya
dalam masyarakat (apakah ia kaya atau miskin, berstatus tinggi
atau berstatus rendah, cerdas atau bodoh). 11

Prinsip keadilan inilah yang akan kita pilih, jika belum

mengetahui status sosial kita. Karena orang-orang akan selalu bertindak

menurut kepentingannya sendiri, maka kita tidak dapat membiarkan

seseorang dengan kepentingan- kepentingannya memutuskan persoalan

atau kasusnya sendiri. Satu-satunya cara yang dapat kita putuskan

mengenai keadilan itu, adalah membayangkan keadaan dimana kita tidak

atau belum mempunyai kepentingan-kepentingan. Dalam keadaan ini

tidak ada pilihan lain, kecuali memutuskan dengan jujur.

Rawls mengemukakan suatu ide dalam bukunya A Theory of

Justice bahwa teori keadilan merupakan suatu metode untuk mempelajari

dan menghasilkan keadilan. Ada prosedur-prosedur berfikir untuk

menghasilkan keadilan. Teori Rawls didasarkan atas dua prinsip yaitu Ia

melihat tentang Equal Right dan juga Economic Equality. Dalam Equal

Right dikatakannya harus diatur dalam tataran leksikal, yaitu different

principles bekerja jika prinsip pertama bekerja atau dengan kata lain

prinsip perbedaan akan bekerja jika basic right tidak ada yang dicabut

(tidak ada pelanggaran HAM) dan meningkatkan ekspektasi mereka yang


11
Achmad Ali, Menguak Teori Hukum (legal Theory) dan Teori Peradilan (Judicial
Prudence) termasuk Interpretasi Undang-undang (Legisprudende), Kencana Prenada Media
Group, Jakarta, 2009, halaman 279.

23
kurang beruntung. Dalam prinsip Rawls ini ditekankan harus ada

pemenuhan hak dasar sehingga prinsip ketidaksetaraan dapat dijalankan

dengan kata lain ketidaksetaraan secara ekonomi akan valid jika tidak

merampas hak dasar manusia.

Bagi Rawls, rasionalitas ada 2 bentuk yaitu Instrumental

Rationality dimana akal budi yang menjadi instrument untuk memenuhi

kepentingan-kepentingan pribadi dan kedua yaitu Reasonable, yaitu

bukan fungsi dari akal budi praktis dari orang per orang. Selain itu,

Rawls percaya bahwa ada kemampuan orang untuk revising. Kedua, daya

untuk memahami, menerapkan dan bertindak pada kesepakatan yang

telah dicapai yang mencerminkan keikhlasan untuk mencapai

kepentingan atau keuntungan bersama. Dalam suatu masyarakat tentunya

tidak akan pernah lepas dari banyak ukuran keadilan yang diturunkan

dari doktrin komprehensif yang berbeda-beda baik dari institusi agama,

politik, pendidikan dan lain sebagainya.

Reasonable disagreement sifatnya permanen dalam masyarakat


demokratis, sehingga Rawls menawarkan ada 2 (dua) cara penyelesaian,
yaitu :
1. Koersif dimana yang dominant diberlakukan (terdapat doktrin
tunggal)
2. Secara prosedural kelompok-kelompok yang ada masuk dalam
original position lalu memilih konsep tentang keadilan dengan kata
lain disini ada hal membatasi sekaligus memfasilitasi doktrin-
doktrin keadilan yang berbeda itu bias beririsan sehingga dapat
tercapai konsep publik tentang keadilan. (procedural of justice
yang mengusung fairness). 12

12
Ibid

24
John Rawls menyimpulkan bahwa ada dua asas keadilan akan

disetujui secara bulat oleh anggota-anggota masyarakat, yakni :

1. Setiap orang hendaknya memiliki suatu hak yang sama atas sistem

menyeluruh yang terluas mengenai kebebasan-kebebasan dasar.

Prinsip ini menyangkut distribusi dari kebebasan-kebebasan dasar

yang perlu disebarkan secara sama untuk setiap orang. Kebebasan-

kebebasan dasar itu meliputi : hak pilih dan memegang jabatan

negara, kebebasan berbicara dan berkumpul, kebebasan hati nurani,

kebebasan berfikir, kebebasan diri pribadi, hak memiliki harta

benda pribadi, dan kebebasan dari penahanan dan penangkapan

yang sewenang-wenang.

2. Perbedaan sosial dan ekonomi hendaknya diatur sedemikian rupa

sehingga :

(a) memberikan manfaat yang terbesar bagi mereka yang

berkedudukan paling tak menguntungkan,

(b) bertalian dengan jabatan dan kedudukan yang terbuka bagi

semua orang berdasarkan persamaan kesempatan yang layak.

Dengan mengedepankan asas proporsionalitas dalam

perjanjian kerja diharapkan dapat memenuhi rasa keadilan bagi para

pihak, sehingga tidak ada lagi istilah kepentingan salah satu pihak

terabaikan baik pihak pengusaha atau perusahaan maupun pihak

pekerja karena perjanjian kerja merupakan unsur esensial dalam

ketenagakerjaan. Oleh karena itu sangat penting penerapan asas

25
proporsionalitas dalam perjanjian kerja, demi menghormati hak asasi

manusia (HAM) para pihak dalam property right justice, yang mana

perjanjian merupakan bagiannya.

3. Konsep perjanjian kerja berbasis asas proporsionalitas

Menurut Agus Yudho Hernoko,


Asas proporsionalitas bermakna sebagai “asas yang melandasi atau
mendasari pertukaran hak dan kewajiban para pihak sesuai proporsi
atau bagiannya dalam seluruh proses kontraktual”. Asas
proporsionalitas mengandaikan pembagian hak dan kewajiban
diwujudkan dalam seluruh proses hubungan kontraktual, baik pada
fase prakontraktual, pembentukan kontrak maupun pelaksanaan
kontrak (pre-contractual, contractual, post contractual). Asas
proporsional sangat berorientasi pada konteks hubungan dan
kepentingan para pihak (menjaga kelangsungan hubungan agar
berlangsung kondusif dan fair). Asas proporsional tidak dilihat dari
konteks keseimbangan-matematis (equilibrium), tetapi pada proses
dan mekanisme perturan hak dan kewajiban yang berlangsung secara
fair.13

Pasal 52 ayat 1 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan juga menegaskan bahwa perjanjian kerja dibuat atas

dasar:

1. kesepakatan kedua belah pihak

2. kemampuan atau kecakapan melakukan perbuatan hukum

3. adanya pekerjaan yang diperjanjikan

4. pekerjaan yang diperjanjikan tidak bertentangan dengan ketertiban

umum, kesusilaan, dan peraturan perundang undangan yang berlaku.

Menurut Subekti ada empat (4) unsur esensialia pada perjanjian

kerja yaitu:
13
Agus Yudha Hernoko, Op. cit., halaman 78.

26
1. Melakukan pekerjaan tertentu

2. Dibawah perintah atau pimpinan orang lain

3. Adanya upah

4. Untuk waktu tertentu

Perjanjian kerja dibagi menjadi dua (2) yaitu:

1. Perjanjian kerja waktu tertentu

Perjanjian kerja waktu tertentu dibuat bagi hubungan kerja yang

dibatasi oleh jangka waktu berlakunya perjanjian atau selesainya

pekerjaan tersebut.

2. Perjanjian kerja waktu tidak tertentu

perjanjian kerja waktu tidak tertentu dibuat untuk hubungan kerja

yang tidak dibatasi oleh jangka waktu berlakunya perjanjian atau

selesainya pekerjaan tertentu.

Perjanjian kerja waktu tertentu dibagi menjadi tiga (3) yaitu:


1. Perjanjian kerja waktu tertentu, ada waktu berlakunya
ditentukan dari perjanjian.
2. Perjanjian waktu tertentu, waktu berlakunya ditentukan oleh
undang-undang.
3. Perjanjian kerja waktu tertentu, waktu berlakunya ditentukan
menurut kebiasaan.14

Perjanjian kerja waktu tidak tertentu hanya dapat diadakan


untuk pekerjaan tertentu menurut sifat, jenis atau kegiatannya akan
selesai jangka waktu tertentu, yaitu:
1. Yang selesai sekali atau sementera sifatnya;
2. Yang diperkirakan untuk waktu yang tidak terlalu lama akan
selesai;
3. Yang bukan merupakan kegiatan pokok suatu perusahaan atau
hanya penunjang;
14
Marlinah, Tesis: Konstruksi Hukum Perjanjian Kerja Mitra (PKM) Pada Outsourcing
Sebagai Pelanggaran Dalam Perjanjian Kerja (Surabaya: Unair, 2011), halaman 18.

27
4. Yang berhubungan dengan produk baru, kegiatan baru,
tambahan yang masih dalam percobaan atau penjajagan.15

Hubungan kerja adalah hubungan perdata yang didasarkan pada

kesepakatan antara tenaga kerja dengan pemberi pekerjaan atau

pengusaha. Oleh karena itu, hal tersebut merupakan bukti bahwa

seseorang bekerja pada orang lain atau pada sebuah

perusahaan/Lembaga. Dengan diadakannya perjanjian kerja maka

terjalinlah hubungan kerja antara si pemberi kerja dan si penerima kerja

tersebut, selanjutnya berlaku ketentuan dalam hukum ketenagakerjaan.

Perjanjian kerja berbasis asas proporsionalitas merupakan

perjanjian kerja antara pihak pengusaha dan pihak pekerja yang mana

didalamnya memuat hak-hak dan kewajiban-kewajiban masing-masing

pihak, dimana para pihak memiliki kesempatan yang sama untuk

menuangkan kehendaknya didalam perjanjian kerja akan tetapi tetap

sesuai dengan porsi dan kedudukannya masing-masing. Masing-masing

pihak saling menghormati hak dan kewajiban pihak lainnya. Dengan

demikian asas kebebasan berkontrak yang terbatas dapat diwujudkan

dalam perjanjian kerja demi terwujudnya perjanjian kerja yang

berkeadilan.

D. KESIMPULAN

15
Koko Kasidin, Perjanjian Kerja Perjanjian Perburuhan dan Peraturan Perusahaan,
Mandar Maju, Bandung, 1999, halaman 28-29.

28
Dari penjabaran diatas dapat ditarik kesimpulan terkait pokok

permasalahan yaitu sebagai berikut:

1. Hukum ketenagakerjaan di Indonesia saat ini diatur di dalam Undang-

Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Hukum

ketenagakerjaan mengatur tentang segala hal yang berhubungan dengan

tenaga kerja pada waktu sebelum, selama, dan sesudah kerja. Namun

didalam undang-undang ketenagakerjaan belum belum membahas lebih

rinci mengenai hak-hak pengusaha atau perusahaan hanya lebih

cenderung mengatur hak-hak pekerja, sehingga pengaturannya perlu

diperhatikan demi terwujudnya kepastian hukum, padahal perjanjian

kerja merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam hukum

ketenagakerjaan karena merupakan unsur yang esensial. Hal-hal yang

tidak diatur didalam undang-undang itu biasanya dituangkan didalam

perjanjian kerja. Perjanjian kerja lah yang menimbulkan suatu hubungan

hukum antara pengusaha dengan si pekerja.

2. Asas proporsionalitas dalam perjanjian kerja diharapkan dapat memenuhi

rasa keadilan bagi para pihak, sehingga tidak ada lagi istilah kepentingan

hak pekerja terabaikan karena posisi tawar yang rendah. Oleh karena itu

sangat penting penerapan asas proporsionalitas dalam perjanjian kerja,

demi menghormati hak asasi manusia (HAM) dalam ekonomi atau

dikenal dengan istilah property right, yang mana perjanjian merupakan

bagiannya.

29
3. Konsep perjanjian kerja berbasis asas proporsionalitas merupakan suatu

konsep perjanjian kerja antara pihak pengusaha dan pihak pekerja yang

mana didalamnya memuat pertukaran hak-hak dan kewajiban-kewajiban

masing-masing pihak, dimana para pihak memiliki kesempatan yang

sama untuk menuangkan kehendaknya didalam perjanjian kerja akan

tetapi tetap sesuai dengan porsi dan kedudukannya masing-masing.

Masing-masing pihak saling menghormati hak dan kewajiban pihak

lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Latif, Hasbi Ali, Politik Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2016.

Achmad Ali, Menguak Teori Hukum (legal Theory) dan Teori Peradilan (Judicial
Prudence) termasuk Interpretasi Undang-undang (Legisprudende),
Kencana Prenada Media Group , Jakarta, 2009.

Agus Yudha Hernoko, Hukum Perjanjian Asas Proporsionalitas dalam Kontrak


Komersial, Kencana Prenadamedia Group, Jakarta, 2021.

Aloysius Uwiyono, Siti Hajati Hoesin, Widodo Suryandono, Melania Kiswandari,


Asas-Asas Hukum Perburuhan, PT Raja Grafindo Persada, Depok, 2020.

B Arief Sidharta, Meuwissen Tentang Pengembangan Hukum, Ilmu Hukum, Teori


Hukum, dan Filsafat Hukum, Refika Aditama, Bandung, 2018.

, Refleksi Tentang Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1999.

, Refleksi Tentang struktur Ilmu Hukum, Mandar Maju, Bandung, 2009.

30
Bahder Johan Nasution, Matode Penelitian Ilmu Hukum, Mandar Maju, Bandung,
2020.

Bakhrul Amal, Hukum & Masyarakat Sejarah, Politik, dan Perkembangannya,


Thafa Media, Yogyakarta, 2018.

Bernad L. Tanya, Yoan N. Simanjuntak, Markus Y. Hage, Teori Hukum Strategi


Tertib Manusia Lintas Ruang dan Generasi, Genta Publishing,
Yogyakarta, 2019.

Budiono Kusumohamidjojo, Teori Hukum Dilema antara Hukum dan Kekuasaan,


Yrama Widya, Bandung, 2019.

Deddy Ismatullah, Enung Nurjanah, Politik Hukum Kajian Hukum Tata Negara,
PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2018.

E. Fernando Manullang, Menggapai Hukum Berkeadilan, Kompas, Jakarta, 2007.

Emerituis John Gilissen, Emeritus Frits Gorle, Sejarah Hukum Suatu Pengantar,
Refika Aditama, Bandung, 2011.

Gunawi Kartasapoetra, dkk, Hukum Perburuhan Pancasila Bidang


Pelaksanaan Hubungan Kerja, Armico, Bandung, 1983.

Herlien Budiono, Asas Keseimbangan Bagi Hukum Perjanjian Indonesia:Hukum


Perjanjian Berlandaskan Asas-Asas Wigati Indoensia, Pt. Citra Aditya
Bakti, Bandung, 2006.

I Dewa Gede Atmaja, I Nyoman Putu Budiartha, Teori-Teori Hukum, Setara


Press, Malang, 2018.

Iman Soepomo, Pengantar Hukum Perburuhan, Djambatan, Jakarta, 2003.

Irwansyah, Penelitian Hukum Pilihan Metode & Praktik Penulisan Artikel, Mirra
Buana Media, Yogyakarta, 2021.

Jazim Hamidi, Hermeneutika Hukum, UB Press, Malang, 2017

Jeremy G.Thorn, Terampil Bernegosiasi, Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta,


1995.

Jimly Asshiddiqie, Konstitusi & Konstitualisme Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta,


2011.

31
Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Pustaka Sinar
Harapan, Jakarta, 2009.

King Faisal Sulaiman, Politik Hukum Indonesia, Thafa Media, Yogyakarta, 2017.

Koko Kasidin, Perjanjian Kerja Perjanjian Perburuhan dan Peraturan


Perusahaan, Mandar Maju, Bandung, 1999.

Lalu Husni, Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Melalui Pengadilan


& Di Luar Pengadilan, Rajawali Pers, Jakarta, 2004.

Lanny Ramli, Hukum Ketenagakerjaan, Airlangga University Press, Surabaya,


2008.

Lawrence M. Friedman, Sistem Hukum Perspektif Ilmu Sosial, Nusa media,


Bandung, 2009.

Libertus Jehani, Hak-Hak Pekerja Bila di PHK, Visimedia, Jakarta, 2006.

Lili Rasjidi, Filsafat Hukum, Remadja Karya, Bandung, 1998.

Michael Bogdan, Pengantar Perbandingan Sistem Hukum, Nusamedia, Bandung,


2010.
Moh. Mahfud MD, Politik Hukum di Indonesia, PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2017.

Munir Fuady, Teori-Teori Besar (Grand Theory) Dalam Hukum, Kencana,


Jakarta, 2020.

Paul Scholten (Alih Bahasa B. Arief Sidharta), Struktur Ilmu Hukum, Alumni,
Bandung, 2013.

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana Prenadamedia Group,


Jakarta, 2005.

, Pengantar Ilmu Hukum, Kencana Prenamedia Group, Jakarta, 2018.

Philipus M. Hadjon, Pengkajian Ilmu Hukum Dogmatik (Normatif), Fakultas


Hukum Universitas Airlangga, Surabaya, 1994.

, Tatiek sri Djatmiati, Argumentasi Hukum, Gadjah Mada University


Press, Yogyakarta, 2009.

P. N. H. Simanjuntak, Hukum Perdata Indonesia, Kencana Prenadamedia Group,


Jakarta, 2016.

32
Peter de Cruz, Perbandingan Sistem Hukum Common Law, Civil Law dan
Socialist Law, Nusa Media, Bandung, 2010.

Program studi Doktor Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Jambi, Buku
Pedoman: Penulisan Disertasi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset dan Teknologi, Jambi, 2021.

R. Subekti , Aneka Perjanjian, Alumni, Bandung, 1977.

Rusdianto Sesung, Hukum Otonomi Daerah Negara Kesatuan, Daerah Istimewa,


dan Daerah Otonomi Khusus, Reflika Aditama, Bandung, 2013.

R.Wirjono Prodjodikoro, Azas-Azas hukum Perjanjian, Mandar maju, Bandung,


2011.

Salim HS, Erlies Septiana Nurbani, Perbandingan Hukum Perdata Comparative


Civil Law, Rajawali Pers, Depok, 2015.

Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2014.

Shidarta, Karakteristik Penalaran Hukum Dalam Konteks Ke-


Indonesiaan,Penerbit CV Utomo, Jakarta, 2006.
Soetandyo Wignjosoebroto, Desentralisasi Dalam Tata Pemerintahan Kolonial
Hindia-Belanda Kebijakan dan Upaya Sepanjang Babak Akhir
Kekuasaan Kolonial di Indonesia, banyumedia, Malang, 2008.

Soedikno Mertokusumo, Bab-Bab Tentang Penemuan Hukum, PT Citra Aditya


Bakti, Bandung, 1993.

, Mengenal Hukum, Liberty, Yogyakarta, 2005.

, Penemuan Hukum Sebuah Pengantar, Liberty, Yogyakarta, 2006.

Suharnoko, Hukum Perjanjian Teori dan Analisis Kasus, Kencana, Jakarta, 2021.

The Liang Gie, Pengantar Filsafat Ilmu, Liberty, Yogyakarta, 2012.

Tim Dosen Filsafat Ilmu Fakultas Filsafat UGM, Filsafat Ilmu Sebagai Dasar
Pengembangan Ilmu Pengetahuan, Liberty, Yogyakarta, 2016.

Umar Said Sugiarto, Pengantar Hukum Indonesia, sinar Grafika, Jakarta, 2015.

Werner Menski, Perbandingan Hukum Dalam Konteks Global Sistem Eropa,


Asia dan Afrika, Nusa media, Bandung, 2014.

33
Willy Farianto, Pola Hubungan Hukum Pemberi Kerja dan Pekerja Hubungan
Kerja Kemitraan & Keagenan, Sinar Grafika, Jakarta, 2019.

Zainal Arifin Mochtar, Lembaga Negara Independen Dinamika Perkembangan


dan Urgensi Penataan Kembali Pasca-Amandemen Konstitusi, Rajawali
Pers, Depok, 2019.

Peraturan Perundang-undangan

Undang-Undang Dasar 1945

Burgerlijk Wetboek ( Kitab Undang-undang Hukum Perdata)

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja

Peraturan perundang-undangan terkait

Jurnal, Makalah, Tesis, dan Disertasi

Abdul Safri Tuakia, Penerapan Asas Proporsionalitas Dan Asas Keseimbangan


Dalam Kontrak Bagi Hasil (Production Sharing Kontrak) Di Indonesia,
Tesis Program Magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana Fakultas
Hukum Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, 2013.

Agus Suprayogi, Perbedaan Hukum Perburuhan Di Negara Dengan Sistem


Hukum Civil Law Dan Common Law Studi Kasus Singapura Dan
Indonesia, Lex Jurnalica, Volume 13 Nomor 3, Desember 2016 .

Agus Yudha Hernoko, Asas Proporsionalitas Sebagai Landasan Pertukaran


Hak Dan Kewajiban Para Pihak Dalam Kontrak Komersial, Jurnal
Hukum Dan Peradilan, Volume 5, Nomor 3, 2016.

Akhmad Nur Zaroni, Globalisasi Ekonomi Dan Implikasinya Bagi Negara-


Negara Berkembang : Telaah Pendekatan Ekonomi Islam, Jurnal
Ekonomi dan Bisnis Islam AL-TIJARY, Vol. 01, No. 01, Desember 2015.

Annisa A J, Dinnie A D, Yayang F F, Pengaruh Globalisasi Terhadap Eksistensi


Identitas Nasional Bangsa Indonesia Saat ini, Edumaspul: Jurnal
Pendidikan, Volume 6, Nomor 1, 2022.

34
Arliman S, Laurensius, Perkembangan Dan Dinamika Hukum Ketenagakerjaan
Di Indonesia, Jurnal Selat, Volume 5, Nomor 1, Oktober 2017.

Bahder Johan Nasution, Fungsi Kebebasan Berserikat Bagi Pekerja Dalam


Hubungan Industrial Pancasila, Jurnal Inovatif, Volume VIII, Nomor I,
Januari 2015.

Dedi Pahroji, Holyness N Singadimedja, Perbandingan Sistem Hukum


Ketenagakerjaan Negara Filipina dan Negara Indonesia Dalam
Perlindungan Hukum dan Penegakan Hak Asasi Manusia, Jurnal Solusi,
Volume 11, Nomor 24, Edisi September- November 2012.

Denindah Olivia, Hakikat Kebebasan Berekspresi Dalam Perspektif Hukum Hak


Asasi Manusia, Rio Law Jurnal, Volume 1, Nomor 2 , 2020.

Efan Setiadi, Pengaruh Globalisasi Dalam Hubungan Internasional, Jurnal Isip


Usni, volume 1, 2020.

Faiq Tabroni, Asas Proporsionalitas Sebagai Moderasi Pandangan Hukum


Diametral, Jurnal Yudisial, Volume 11, Nomor 3, 2018.
I Nyoman Putu Budiartha, Perlindungan Hukum Pekerja Outsourching Ditinjau
Dari Prinsip Keadilan, Kepastian Hukum dan Hak Asasi Manusia,
Disertasi Program Ilmu Hukum Universitas Brawijaya, Malang, 2012.

Marlinah, Konstruksi Hukum Perjanjian Kerja Mitra (PKM) Pada Outsourcing


Sebagai Pelanggaran Dalam Perjanjian Kerja, Tesis Magister Ilmu
Hukum Universitas Airlangga, Surabaya, 2011.

Nuraini Apriliana, Kajian Terhadap Asas Proporsionalitas dan Keseimbangan


dalam Perjanjian Waralaba, Jurnal Privat Law, Edisi 3 November 2013-
Maret 2014.

Wandi, Pengawasan Ketenagakerjaan Sebagai Bentuk Perlindungan Hukum Bagi


Pekerja Sektor Informal Dalam Perspektif Hukum Ketenagakerjaan di
Indonesia, Disertasi Program Doktor Ilmu Hukum Universitas Jambi,
Jambi, 2021.

Internet

https://gajimu.com/pekerjaan-yanglayak/jaminan-kerja-1/perjanjian-kerja.Di akses
19 Maret 2022

http://suduthukum.com/2015/09/perlindungan-hukum.html. Diakses 19 Maret


2022.

35
36

Anda mungkin juga menyukai