PENDAHULUAN
hukum.
1
2
laksanakan tujuan negara yang hendak dicapai harus berdasarkan pada hukum
masyarakatan.
ada manusia, tidak ada negara dan tidak ada hukum, dan tidak dapat
dibayangkan ada suatu negara tanpa adanya manusia yang menjadi rakyatnya.
Dengan demikian, rakyat adalah substratum personal dari suatu negara. Tanpa
warga negara atau rakyat, maka negara akan merupakan suatu fiksi besar.
Tidak bisa dibayangkan pula jika suatu negara atau masyarakat yang tidak
tertiban bagi masyarakat, dalam hal ini diserahkan kepada pemerintah. Dalam
1
Juniarso Ridwan dan Ahmad Sodik Sudrajat, Hukum Administrasi Negara dan
Kebijakan Pelayanan Publik, Cetakan Kesatu, Nuansa, Bandung, 2009, hlm. 48.
3
state).2
Dalam hal ini, J. Barent dalam bukunya Der Wetenschap der Politiek
Mac Iver dalam buku The Modern State, mengemukakan fungsi dan
tujuan negara sebagai pemeliharaan ketertiban, perlindungan (protection),
pemeliharaan (conservation), dan development. Selain itu juga dalam buku
Web Goverment juga diungkapkan fungsi kultural dan penyelenggaraan
kultural dan penyelenggaraan kesejahteraan umum.4
pada aspek politik, ekonomi, sosial, dan kultural, dan Charles E. Marriam
2
Ridwan HR, Fiqh Politik, Gagasan, Harapan, dan Kenyataan, UII Press, Yogyakarta,
2007, hlm. 63.
3
J. Barent, De Wetenschap Der Politiek, terjemahan L.M. Sitorus, Ilmu Politik dan
Pembangunan, Jakarta, 1965, hlm. 51.
4
Mukhtie Fajar, Tipe Negara Hukum, Bayu Media, Jakarta, 2004, hlm. 29.
5
Juniarso Ridwan dan Ahmad Sodik Sudrajat, loc.cit.
4
Secara ideal, tidak ada suatu negara yang dibentuk untuk me-
nimbulkan kesulitan dan kekacauan bagi rakyatnya. Secara teoritis, tujuan
yang baik dari negara itu semuanya dipusatkan pada penciptaan kesejahteraan
rakyatnya, dan kesejahteraan itulah yang menjadi hukum yang tertinggi bagi
negara dan penguasa negara, “Solus populi suprema lex”.7
manusia dalam masyarakat atau negara, dan merupakan alat untuk mencapai
maka jangkauan kerja pemerintah semakin luas, terlebih lagi tidak semua
nya, bagi negara yang dalam hal ini adalah administrasi negara, memiliki
6
Jimly Asshiddiqie, Penguatan Sistem Pemerintahan dan Peradilan, Cetakan Pertama,
Sinar Grafika, Jakarta, 2015, hlm. 111.
7
Iswara, Pengantar Ilmu Politik, Dhirwantara, Bandung, 1967, hlm. 158.
8
Mukhtie Fajar, op.cit., hlm. 26.
5
untuk terlibat dalam pasar tenaga kerja, sehingga negara harus menerapkan
warga dalam pasar tenaga kerja. Di sisi lain, luasnya basis hak sosial
peran aktif pemerintah di dalamnya. Segi tiga antara peran negara dalam
pertumbuhan ekonomi, jaminan hak sosial, kebijakan aktif tenaga kerja adalah
kebutuhan hidup rakyatnya. Hal ini menuntut negara untuk berperan lebih jauh
9
Muhammad Tahir Azhary, Negara Hukum, Bulan Bintang, Jakarta, 1992, hlm. 107.
6
± 17.000 pulau dan wilayah lautan yang luas pula, penduduk yang beragam
Dengan demikian, daerah juga harus ikut berperan serta untuk dalam
merata oleh seluruh rakyat Indonesia dari kota hingga ke pelosok daerah.
Indonesia dibagi atas daerah-daerah propinsi dan daerah propinsi itu dibagi
atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap propinsi, kabupaten, dan kota itu
pemerintahannya. Hal ini sesuai dengan amanat Pasal 18 ayat (2) Undang-
dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas
pembantuan”.
Salah satu tanda dan bukti bahwa pemerintah dengan sistem adminis-
trasinya itu mengabdi kepada rakyatnya ialah dapat dilihat sampai seberapa
jauh pelayanan yang diberikan kepada masyarakat itu baik. Demikian pula
salah satu wujud suatu tata administrasi kepemerintahan yang baik dan
amanah bisa diamati dari cara pemerintahan memberikan pelayanan kepada
publik terutama yang miskin. Pengertian baik dan amanah itu ialah sesuai
dengan keinginan rakyat pemangku kepentingan pelayanan bukan semata-
mata keinginan penguasa pemerintah.10
nya menjadi urusan rumah tangga daerah. Sebagai implementasi lalu diadakan
10
Miftah Thoha, Birokrasi Pemerintah dan Kekuasaan Di Indonesia, Cetakan Pertama,
Mata Pena Institute dan Thafa Media, Yogyakarta, 2012, hlm. 81.
11
Mardiasmo, Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah, Cetakan Keempat, Andi,
Yogyakarta, 2004, hlm. 46.
8
dengan adanya otonomi daerah maka daerah diberikan wewenang yang lebih
daerah.
satunya adalah pemerintah daerah dalam hal ini kepala daerah dan Dewan
masyarakat di daerah dapat dicarikan sebuah solusi yang baik, yang dituang-
kan dalam bentuk peraturan daerah. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah me-
hak seperti hak anggaran, hak meminta keterangan, dan hak mengadakan
daerah).
Prinsip kedaulatan rakyat ini bukan berarti bahwa seluruh rakyat secara
rakyat ini bukan berarti bahwa setiap perijinan yang dikeluarkan oleh instansi
pemerintah baru dikatakan sah jika seluruh rakyat ikut beramai-ramai mem-
buat keputusan.
melaksanakan kebijakan publik. Jika kebijakan itu dibuat tidak melibatkan dan
sekelompok rakyat, maka kebijakan yang diambil itu tidak bisa disebut demo-
kratis.
kesejahteraan bagi rakyat di daerah, maka masyarakat daerah yang selama ini
telah memberikan kontribusi besar tidak hanya bagi daerah juga bagi negara,
19
Miftah Thoha, op.cit., hlm. 140.
12
seperti para petani dalam hal ini khususnya para petani di Kabupaten
Banjarnegara yang telah ikut serta dalam memenuhi kebutuhan pangan rakyat
di seluruh Indonesia.
kebutuhan pangan yang merupakan hak dasar setiap orang guna mewujudkan
berkelanjutan.
pertanian adalah para petani, umumnya berusaha dengan skala kecil, yaitu
rata-rata luas usaha tani kurang dari 0,5 hektare, dan bahkan sebagian dari
petani tidak memiliki sendiri lahan usaha tani atau disebut petani penggarap,
bahkan juga buruh tani. Umumnya petani mempunyai posisi yang lemah
dalam memperoleh sarana produksi, pembiayaan usaha tani, dan akses pasar.
kerentanan terhadap bencana alam dan risiko usaha, globalisasi dan gejolak
ekonomi global, serta sistem pasar yang tidak berpihak kepada petani. Oleh
petani.
13
yang ada selama ini masih bersifat parsial dan belum mengatur upaya per-
lindungan petani adalah segala upaya untuk membantu petani dalam meng-
kepastian usaha, risiko harga, kegagalan panen, praktik ekonomi biaya tinggi,
usaha tani yang lebih baik melalui pendidikan dan pelatihan, penyuluhan dan
2013, meliputi :
a. Perencanaan;
b. Perlindungan petani;
c. Pemberdayaan petani;
d. Pembiayaan dan pendanaan;
e. Pengawasan; dan
f. Peran serta masyarakat.
Pemberdayaan Petani, yang dalam hal ini adalah para petani di Jawa Tengah,
(Bapemperda).
15
dibentuk dapat diterima masyarakat, memiliki daya laku efektif, dan tepat
dalam melaksanakannya.
Masyarakat, dalam hal ini adalah para petani dapat berperan serta
daerah.
bahwa :
itu, pemerintah juga harus mampu memahami keinginan rakyatnya dan ber-
elite dan sekelompok orang saja. Proses pembuatan peraturan daerah dan
20
Ibid., hlm. 144.
19
pemerintahan. Jika pintu dialog ini tertutup atau terbukanya sangat sempit,
maka rakyat akan berusaha melakukan berbagai upaya agar suara mereka
pemerintahan.
B. Perumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
Banjarnegara;
Kabupaten Banjarnegara;
kendala-kendala tersebut.
D. Manfaat Penelitian
Tesis ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik dari segi teoritis
1. Teoretis;
pemberdayaan petani.
2. Praktis.
1. Kerangkan Konseptual
a. Wewenang
21
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, Cetakan Kedua, UII Press, Yogyakarta,
2003, hlm. 72.
22
Huisman bahwa : 22
22
Ibid.
23
pemerintah daerah.
berikut : 24
c. Advokasi
25
Harian Netral, Berbagai Pengertian Advokasi, sebagaimana diakses dalam http://
hariannetral.com/2014/06/berbagai-pengertian-advokasi.html, pada tanggal 29 September 2017,
jam : 2.24 pm.
26
Ibid.
25
1) Advokasi diri, yaitu advokasi yang dilakukan pada skala lokal dan
d. Partisipasi
27
Anang Panca, Arti, Jenis dan Fungsi Advokasi, sebagaimana diakses dalam http://any.
web.id/arti-jenis-dan-fungsi-advokasi.info, jam : 2.32 pm.
28
Wahyu Ishardino Satries, Mengukur Tingkat Partisipasi Masyarakat Kota Bekasi
Dalam Penyusunan APBD Melalui Pelaksanaan Musrenbang 2010, Jurnal Kybernan, Vol. 2
No. 2, September 2011, hlm. 90.
26
1) Voice;
2) Akses; dan
3) Kontrol.
29
Ibid., hlm. 96 dan 97.
30
Ibid.
27
e. Peraturan Daerah
masing-masing daerah.
peraturan desa.
2. Kerangka Teoritik
sebagai berikut : 36
34
Ibid.
35
Ensiklopedia Indonesia (N-Z), Negara Hukum, Ikhtiar Baru van Hoeven, Jakarta,
2002, hlm. 983 dan 984.
36
D. Mutiaras, Tata Negara Umum, Pustaka Islam, Jakarta, 1999, hlm. 20.
30
Asas negara hukum atau asas the rule of law, berarti dalam
penyelenggaraan negara, tindakan-tindakan penguasaannya
harus didasarkan hukum, bukan didasarkan kekuasaan atau
kemauan penguasanya belaka dengan maksud untuk membatasi
kekuasaan penguasa dan bertujuan melindungi kepentingan
masyarakatnya, yaitu perlindungan terhadap hak-hak asasi
anggota-anggota masyarakatnya dari tindakan sewenang-
wenangnya.
37
R. Soepomo, Indonesia Negara Hukum, Seminar Ketatanegaraan UUD 1945, Jakarta,
1966, hlm. 150.
38
Joeniarto, Negara Hukum, YBP Gajah Mada, Yogyakarta, 1968, hlm. 53.
39
Juniarso Ridwan dan Ahmad Sodik Sudrajat, op.cit., hlm. 25.
31
melindungi jiwa, benda, dan hak asasi warganya secara pasif dan tidak
dan adil sehingga hak rakyat terjamin. Dengan begitu negara memiliki
tangannya.
1) Social citizenship;
2) Full democracy;
3) Modern industrial relation system; dan
diberikan kepada warga berdasar basis kewargaan dan bukan atas dasar
42
Ibid., hlm. 53.
43
Ibid., hlm. 53 dan 54.
33
b. Teori Kewenangan
44
S. Prajudi Atmosudirjo, Seri Pustaka Ilmu Administrasi VI, Hukum Administrasi
Negara, Cetakan Kesepuluh, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1994, hlm. 78.
45
Ibid.
46
Ibid.
47
Ridwan HR, op.cit., hlm. 70.
34
48
Ibid., hlm. 70 dan 71.
49
Ibid.
50
Ibid.
35
yang memuat norma hukum yang mengikat secara umum dan dibentuk
undangan.
51
Moh. Mahfud MD, Perdebatan Hukum Tata Negara Pasca Amandemen Konstitusi,
Edisi Pertama, Cetakan Kesatu, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2010, hlm. 58.
52
King Faisal Sulaiman, Teori Peraturan Perundang-Undangan dan Aspek
Pengujiannya, Cetakan Pertama, Thafa Media, Yogyakarta, 2017, hlm. 5.
53
Yuliandri, Asas-Asas Pembentukan Peraturan Perundang-undangan Yang Baik :
Gagasan Pembentukan Undang-Undang Berkelanjutan, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2009,
hlm. 25.
36
nesia.
54
Jimly Asshiddiqie, Perihal Undang-Undang di Indonesia, Sekretariat Jenderal
Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, Jakarta, 2006, hlm. 320.
55
Satjipto Rahardjo, Sisi-sisi Lain dari Hukum di Indonesia, Kompas, Jakarta, 2006,
hlm. 140.
56
Maria Farida Indrati Soeprapto, Ilmu Perundangundangan : Jenis, Fungsi, dan
Materi Muatan, Kanisius, Yogyakarta, 2010, hlm. 228.
37
istilah yang digunakan Mian Khurshid di atas, maka Jimly justru ber-
pendapat bahwa jika ditinjau dari “stufenbau theorie des recht” dari
dari prinsip good governance atau tata kelola pemerintahan yang baik.
59
Ibid.
60
Ibid.
39
masyarakat.61
10 Tahun 2004.
buka.
61
Yuliandri, dkk., Pengkajian Hukum Partisipasi Masyarakat Dalam Penentuan Arah
Kebijakan Prioritas Penyusunan Peraturan Perundang-Undangan, Laporan Akhir, Pusat
Penelitian dan Pengembangan Sistem Hukum Nasional Badan Pembinaan Hukum Nasional
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, Jakarta, 2014, hlm. 6.
40
kan masukan baik secara lisan dan/atau secara tertulis. Hal tersebut
suatu produk hukum yang akan dibuat yaitu secara lisan dan/atau
62
Ibid., hlm. 56.
41
2) Kunjungan kerja;
3) Sosialisasi; serta
yaitu : 64
F. Metode Penelitian
63
Mukhlis Taib, op.cit., hlm. 257.
64
Ibid.
65
Ronny Hanitiyo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum, Ghalia Indonesia, Bandung,
1982, hlm. 137.
42
Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini terdiri dari langkah-
langkah berikut :
1. Metode Pendekatan
sebagai usaha mendekati masalah yang diteliti dengan sifat hukum yang
2. Spesifikasi Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan
data sekunder.
a. Data Primer
Data primer ini adalah data yang diperoleh terutama dari hasil
melalui wawancara.
b. Data Sekunder
pustaka melalui studi kepustakaan, dan data ini juga diperoleh dari
69
Lexy. J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung,
2000, hlm. 135 dan 138.
70
Soeratno dan Lincolin Arsyad, Metodologi Penelitian Untuk Ekonomi Dan Bisnis,
UPP AMP YKPN, Yogyakarta, 2003, hlm. 173.
44
pasi masyarakat;
dan data sekunder yang diperoleh melalui studi lapangan dan studi
kepustakaan.
1) Studi Lapangan
Banjarnegara.
2) Studi Kepustakaan
penelitian.
Penulisan tesis ini terdiri dari 4 (empat) bab, di mana ada keterkaitan
antara bab yang satu dengan yang lainnya. Sistem penulisan tesis ini akan
tian.
71
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia Press,
Jakarta, 1986, hlm. 250.
46
Bab III adalah Hasil Penelitian dan Pembahasan, yang berisi tentang
advokasi aspirasi petani oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah untuk mem-
berkepentingan.