PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Permasalahan
kekuasaan yang secara sah terhadap semua golongan kekuasaan lainnya dan yang
dapat menetapkan tujuan dari kehidupan bersama itu. Dapat dikatakan bahwa
tujuan terakhir setiap negara ialah menciptakan kebahagiaan bagi rakyatnya. Akan
1. Melaksanakan penertiban (law and order), untuk mencapai tujuan bersama dan
menyatakan:
Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
1
Miriam Budiarjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. 2008, hlm 47
dan 55.
1
2
Indonesia”.2
state), dimana negara berperan sentral dalam berbagai upaya untuk mencapai
kesejahteraan bagi warganya merupakan visi negara yang harus dipedomani oleh
negara dalam rangka menuju masyarakat adil dan Makmur seperti tertuang dalam
untuk kemakmuran rakyat, Pasal 27 Ayat 1 dan Pasal 28D tentang hak
2
UUD ’45, Pustaja Baru Press, Yigyakarta, 2014, hlm 7.
3
warganegara atas pekerjaan, Pasal 28H tentang hak hidup sejahtera, Pasal 33 Ayat
3 tentang kekayaan alam untuk kemakmuran rakyat, Pasal 34 Ayat 1 tentang fakir
miskin dipelihara oleh negara dan Pasal 34 Ayat 3 tentang penyediaan fasilitas
yang berlaku, dalam hal ini hukum menjadi pagar pembatas bagi peran dan
otoritas negara. Tujuannya untuk membuat negara tertib dan teratur guna
maupun rakyat secara keseluruhan harus taat dan patuh pada hukum, dimana
3
Lihat pasal-pasal pada UUD 1945
4
Lihat penjelasan dan Pasal 1 ayat 3 UUD 1945
5
Tundjung Herming Sitabuana, Berhukum di Indonesia, Konstitusi Press, Jakarta, 2017, hlm VII
4
pidana dan perdata, ini terlihat masih rendahnya skor indeks negara hukum yang
skor 0.53 atau naik 0.51 dari skor 4 tahun sejak 2015 yaitu 0.52. Indonesia berada
ditingkat 59 dari 128 negara yang disurvei, indeks menggunakan skala 0-1, makin
besar nilai indeks makin baik kondisinya. Ada 8 aspek yang diukur, yaitu
berada diposisi yang rendah dalam indeks negara hukum, hal tersebut seharusnya
menjadi peringatan dan perhatian bagi semua pihak untuk lebih focus dan lebih
serius melakukan upaya untuk meningkarkan skor indeks negara hukum Indonesia
agar bisa lebih sejajar dengan negara-negara yang sudah lebih maju. Penegakan
hukum yang berkeadilan dan tidak tebang pilih menjadi salah satu kunci
penegak hukum harus bersih dari korupsi, kolusi dan nepotisme jangan sampai
6
Stagnan 5 Tahun, Pemerintah dinilai belum serius, Kompas, 17 Maret 2020, hlm 2.
5
untuk mencapai kesejahteraan umum bagi seluruh rakyat Indonesia. Upaya negara
sudah meluas memasuki seluruh aspek kehidupan negara dan masyarakat, baik
Pelaku korupsi mulai dari pegawai rendahan sampai pejabat tinggi, yang
moral para penyelenggara negara dan pengusaha atau kerjasama antar keduanya
untuk memperoleh keuntungan pribadi, memperkaya diri sendiri dan orang lain
yang berkaitan dengan korupsi keuangan negara maupun korupsi suap menyuap
dan pungutan liar seperti pemberian suap kepada penyelenggara negara dalam
proses perizinan, suap untuk mendapatkan proyek dalam pengadaan barang dan
jasa, suap dalam jual beli jabatan dan lain-lain. Ada yang melakukan korupsi
karena pendapatan atau gaji yang rendah untuk memenuhi berbagai kebutuhan
pokok, tapi adapula yang melakukan korupsi walaupun pendapatan atau gajinya
pemberantasan tindak pidana pada umumnya serta tindak pidana korupsi pada
ditingkatkan dan diintensifkan dengan tetap menjunjung tinggi hak asasi manusia
memberantas secara lebih efektif setiap bentuk tindak pidana korupsi yang sangat
7
Penjelasan umum Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi Alenia 1-3.
7
Index (CPI) Indonesia tahun 2016 peringkat menjadi 90 dari 176 negara. Skor IPK
Indonesia tahun 2016 naik satu poin menjadi 37 dibanding tahun sebelumnya
yang memperoleh skor 36. Skor Indonesia naik satu poin, dan turun dua peringkat
8
https://www.beritasatu.com/nasional/411045/peringkat-indeks-persepsi-korupsi-indonesia-2016-
turun diakses tanggal 23 Februari 2021
8
Gambar 1.1
Sumber: indoenesiabaik,id
2017 menjadi 38 pada 2018. Indeks Persepsi Korupsi sendiri merupakan indeks
gabungan yang mengukur persepsi korupsi secara global di sektor publik yang
dilakukan oleh pejabat negara dan politisi. Saat ini, dengan skor 38, Indonesia
menduduki peringkat 89 dari 180 negara yang disurvei. Oleh karena itu, peringkat
9
96.9
Skor IPK Indonesia saat ini berada di angka 37. Turunnya angka IPK tersebut
juga membuat posisi Indonesia melorot menjadi peringkat 102 dari 180 negara
yang dinilai IPK-nya. Sebelumnya, Indonesia berada di posisi 85. "Jika tahun
2019 lalu kita berada pada skor 40 dan ranking 85, ini 2020 kita berada di skor 37
dan ranking 102. Jika dibandingkan dengan negara-negara Asia Tenggara, IPK
(60), Malaysia (51), dan Timor Leste (40). Penurunan terbesar yang dipicu oleh
relasi korupsi yang masih lazim dilakukan oleh pebisnis kepada pemberi layanan
Tabel 1.1
Ranking 88 90 96 89 85 102
selama 6 tahun dari tahun 2015 sampai 2020 indeks persepsi Indonesia stagnan di
9
http://indonesiabaik.id/infografis/tahun-2018-indeks-persepsi-korupsi-indonesia-meningkat,
diakses tanggal 23 Februari 2021
10
https://nasional.kompas.com/read/2021/01/28/14120521/indeks-persepsi-korupsi-indonesia-
pada-2020-turun-jadi-37-peringkat-102-di diakses tanggal 23 Februari 2020
10
skor sekitar 37, hal tersebut merupaka raport merah bagi pemberantasan korupsi
di Indonesia yang tentunya menjadi alarm yang bisa menjadi motivasi bagi negara
baik di eksekutif, legislative dan yudikatif untuk lebih serius meningkatkan upaya
negara yang disurvei dengan skor indeks 50 (indeks dihitung dari 1 hingga 100),
tahun 2018 posisi ke 92 de ngan skor indeks 51, tahun 2017 skor indeks 45, tahun
2016 skor indeks 55 dan tahun 2014 dengan skor indeks 51. Indeks kerentanan
suap dihasilkan dari kombinasi skor dari 4 variabel yaitu interaksi antar unsur
tahun 2014 sampai 2019, hal tersebut menunjukkan praktek suap masih terus
Tahun 1999 jo. UU Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
pidana korupsi dan UU Nomor 19 Tahun 2019 tentang perubahan kedua atas UU
Tindak Pidana korupsi yang disahkan pada 16 Agustus 1999 merupakan reaksi
terhadap maraknya korupsi yang dilakukan pada masa orde baru yang dianggap
secara formal menunjukan adanya tekad pemerintah bersama DPR untuk lebih
menegaskan bahwa tindak pidana korupsi sangat merugikan keuangan negara atau
dan UUD 1945. Bahwa akibat tindak pidana korupsi yang terjadi selama ini selain
Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 tentang
tersebut adalah bahwa dalam rangka mewujudkan masyarakat yang adil, makmur
dan sejahtera berdasarkan pancasila dan UUD 1945, pemberantasan tindak pidana
korupsi yang terjadi sampai sekarang belum dapat dilaksanakan secara optimal.
Oleh karena itu pemberantasan tindak pidana korupsi perlu ditingkatkan secara
nasional.13
12
Indonesia, Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999, tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi, Citra Umbara: Bandung, hal 18.
13
Indonesia, Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002, tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi, Pustaka Mahardia: Yogyakarta, hal 106.
13
menimbulkan kerugian negara yang sangat besar yang pada gilirannya dapat
diintensifkan dengan tetap menjunjung tinggi hak asasi manusia dan kepentingan
masyarakat.14
2002 pada alinea pertama bahwa tinak pidana korupsi di Indonesia sudah meluas
dari jumlah kasus yang terjadi dan jumlah kerugian keuangan negara maupun dari
segi kualitas tindak pidana yang dilakukan semakin sistematis serta lingkupnya
nasional tapi juga pada kehidupan berbangsa dan bernegara pada umumnya, maka
tindak pidana korupsi telah menjadi suatu kejahatan luar biasa sehingga upaya
pemberantasannya dituntut dengan cara yang luar biasa pula. Untuk itu diperlukan
metode penegakkan hukum secara luar biasa melalui pembentukan suatu badan
khusus yang mempunyai kewenangan luas, independen serta bebas dari kekuasaan
14
Indonesia, Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi, L.N Tahun 1999 Nomor 140, T.L.N Nomor 3874, Penjelasan Umum
14
ketujuh bahwa KPK dapat Menyusun jaringan kerja (networking) yang kuat dan
berfungsi sebagai pemicu dan pemberdayaan institusi yang telah ada dalam
dapat berdaya guna dan berhasil guna dalam upaya pemberantasan tindak pidana
asasi manusia.16
15
Indonesia, Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi, L.N Tahun 2002 Nomor 137, T.L.N Nomor 4250, Penjelasan Umum
16
Indonesia, Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang Perubahan Kedua atas Undang-
Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, LN Tahun
2019 Nomor 197, TLN Nomor 6409.
15
terhadap tindak pidana korupsi dapat diatasi dengan adanya ketentuan Pasal 11
lain yang ada kaitannya dengan tindak pidana korupsi yang dilakukan
miliar rupiah).
Ayat 1:
lain yang ada kaitannya dengan Tindak Pidana Korupsi yang dilakukan
milyar rupiah)
Ayat 2:
Ayat 3:
Pengertian umum tentang tindak pidana korupsi ialah suatu tindak pidana
17
Pasal 11 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 dan Pasal 11 Undang-Undang Nomor 19
Tahun 2019 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
18
Baharuddin Lopa, Masalah Korupsi dan Pemecahannya, PT Kipas Putih Aksara, Jakarta, 1997,
Hal 4 dan 6.
17
tidaknya ada tiga kebijakan hukum yang menjadi arah pemberantasan tindak
negara, disamping itu juga korupsi suap, untuk tujuan kemakmuran dan
kesejahteraan rakyat
nilainya besar yaitu kerugian negara dengan nilai minimal satu milyar rupiah,
agar tidak terjadi tumpeng tindih kewenangan dengan instansi kepolisian dan
kejaksaan
ditingkatkan sinergitasnya.
suatu kejahatan yang luar biasa (extraordinary crime). Suatu sistem penegakan
korupsi. Pemberantasan tindak pidana korupsi juga harus dinaungi oleh suatu
institusi dan payung hukum yang kuat serta mempunyai kewenangan yang besar.
penegak hukum lain harus bersinergi bersama untuk menangani korupsi yang
pemberantasan tindak pidana korupsi di negara ini. Keberhasilan komisi ini selain
didukung oleh sumber keuangan yang memadai yang berasal dari APBN, juga
karena adanya kewenangan lebih yang diberikan kepada lembaga negara ini,
antara lain kewenangan menyadap untuk memperoleh informasi dari pihak terkait
Tahun 2019
korupsi suap dengan operasi tangkap tangan (OTT) yang telah menyedot
tidak serta merta dapat menjadi alat bukti hukum, namun informasi pada rekaman
19
hasil penyadapan terbukti sangat efektif untuk dapat memperoleh alat bukti
bahwa alat bukti yang sah dalam bentuk petunjuk sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 188 Ayat 2 KUHAP juga dapat diperoleh alat bukti lain berupa informasi
yang diucapkan, dikirim, diterima atau disimpan secara elektronik dengan alat
optik atau yang serupa dengan itu termasuk setiap rekaman data atau informasi.
Penyadapan atau intersepsi sebagai alat bantu KPK melakukan OTT dalam
bagi KPK, dalam kaitan dengan operasi tangkap tangan (OTT) yang belakangan
ini sering dilakukan KPK yang berujung pada penetapan seorang pejabat sebagai
tersangka.
Tahun 2019 mestinya KPK dapat mengembalikan keuangan negara yang jauh
pidana korupsi bukan hanya sekedar menghukum para pejabat publik untuk
memberikan efek jera melainkan yang paling utama adalah penegakan hukum
negara itu.
19
Misra Dewita, Aspek Hukum dan Hak Asasi Manusia dalam Tindakan Penyadapan yang
Dilakukan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi, Jakarta: FH UI, 2011, Hal 6-7.
20
Kita harus akui bahwa KPK banyak mendapat apresiasi dari masyarakat
karena operasi tangkap tangan (OTT) yang dilakukan terhadap para pejabat yang
khususnya kewenangan KPK dalam ketentuan Pasal 11, yang antara lain
banyak sekali yang hanya bernilai ratusan juta rupiah bahkan ada yang dibawah
nilainya besar.
tidak akan berhenti menggelar operasi tangkap tangan para pelaku korupsi selama
adanya indikasi dan bukti terjadinya transaksi suap,. Nilai dari korupsi tidak akan
laporannya valid itu harus ditangkap namun jangan sampai semua kepala daerah
itu ditangkap.20
Fakta tersebut dan pernyataan wakil ketua KPK dimaksud tidak sesuai
berwenang menangani perkara korupsi dengan nilai kerugian negara minimal satu
20
KPK Tak Akan Hentikan OTT, Kompas 18 September 2017, hlm 2.
21
milyar rupiah, dengan tujuan membatasi kewenangan KPK agar tidak terjadi
ada tiga besar perkara tindak pidana korupsi yang ditangani yaitu perkara korupsi
penyuapan sebanyak 475, perkara pengadaan barang dan jasa sebanyak 77 dan
Selanjutnya data KPK taun 2004 hingga Juni 2020, pengadaan barang dan
jasa serta suap ada di peringkat atas jumlah kasus terbanyak. Dari 175 perkara
yang ditangani perkara dalam kurun waktu itu, ada 224 kasus pengadaan barang
Dengan demikian perkara korupsi yang ditangani oleh KPK lebih banyak
berkaitan dengan perkara korupsi suap diabnding perkara korupsi yang merugikan
KPK, disamping itu juga tidak sesuai dengan ketentuan Pasal 11 Undang-Undang
KPK.
21
Bangun Sinergi, Ciptakan Inovasi Pencegahan Korupsi, Koran Kompas 9 Desember 2019, hlm
8.
22
Pandemi Tak Mengurangi Perilaku Korup Pejabat, Kompas 28 Februari 2021, hlm 1.
22
korupsi suap.
KPK dalam memberantas korupsi bukan hanya terhadap korupsi yang berkaitan
dengan kerugian keuangan negara tapi juga menangani perkara korupsi suap dan
gratifikasi melalui operasi tangkap tangan yang selama ini banyak dilakukan yang
nilainya dibawah satu milyar rupiah dan juga lebih banyak menangani perkara
korupsi suap dibandingkan dengan korupsi keuangan negara, untuk periode tahun
2014 sampai 2019, hal ini tidak sejalan dengan kebijakan hukum yang menjadi
KPK yaitu menyangkut kerugian negara dan nilai kerugian paling sedikit 1 miliar
perkara korupsi, hanya berkaitan dengan kerugian negara atau kerugian keuangan
23
negara seperti diatur dalam Pasal 2 dan 3 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
paling sedikit 1 milyar rupiah. Pasal ini tidak mengatur dan mencakup
kewenangan KPK dalam menangani perkara korupsi suap seperti diatur dalam
Tindak pidana korupsi murni kerugian negara adalah suatu perbuatan yang
dilakukan oleh orang, pegawai negeri sipil dan penyelenggara negara yang secara
orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau
karena uang atau benda yang diterima oleh penyelenggara negara bukan berasal
dari uang negara melainkan dari uang atau aset orang yang melakukan
penyuapan.23
korupsi yang berkaitan dengan korupsi suap dan gratifikasi yaitu terjadi tumpang
tindih pengaturannya dalam pasal 5 dan 6 dengan ketentuan pasal 12 dan pasal
12B, serta belum diatur kriteria perbuatan mana yang termasuk korupsi suap dan
gratifikasi.
pidana korupsi karena adanya kesenjangan antara kewenangan KPK yang diatur
23
Ermansyah Djaja, Memberantas Korupsi Bersama KPK, Sinar Grafika, Jakarta, 2010, Hal 63
dan 67.
24
kenyataan.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
Ada dua manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini yaitu kegunaan
1. Kegunaan Akademisi
a. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan yang
kita ini dapat dilakukan secara benar, tepat sasaran sesuai dengan
praktek hukum.
2. Kegunaan praktis
E. Originalitas Penelitian
kekuasaan keempat.24
24
Indah, Harlina, “Kedudukan dan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi dalam
Penegakan Hukum”, disertasi Fakultas Hukum Program Pascasarjana Universitas Indonesia,
Jakarta, 2008.
27
pidana penerima hasil korupsi, (3) Bagaimanakah jenis sanksi yang sesuai
hasil korupsi memiliki dasar untuk dilarang baik secara filosofis, teoritis
maupun secara yuridis. Adapun formulasi bentuk norma dan perbuatan yang
lain adalah; Setiap orang (manusia alamiah dan atau korporasi), baik
dikirimkan kepadanya yang diketahui atau patut diduga sebagai hasil Tindak
Pidana Korupsi, dengan cara; (1) memberi bantuan setelah suatu tindak
pidana korupsi dilakukan dengan tujuan untuk menerima manfaat dan atau
menikmati hasil korupsi. (2) menerima atau setuju untuk menerima hasil
tindak pidana korupsi, untuk dirinya sendiri, orang lain atau keluarganya
secara sukarela atau untuk mendapatkan upah atau dengan membeli untuk
tujuan untuk menerima manfaat dan atau menikmati hasil korupsi tersebut.
dengan tujuan untuk menerima manfaat dan atau menikmati hasil korupsi
duga bahwa diperoleh dari tindak pidana korupsi, atau menarik keuntungan
dari hasil sesuatu benda, yang diketahui atau sepatutnya harus diduga bahwa
perbuatan lainnya atas harta kekayaan yang diketahuinya atau patut diduga
25
Herlambang, Formulasi Rumusan Tindak Pidana Penerima Hasil Korupsi dalam Perspektif
Kebijakan Pemberantasan Korupsi di Indonesia. Doctor thesis, Universitas Brawijaya, Malang,
2011.
29
penanganan kasus yang berasal dari OTT dan kasus lama yang sulit
F. Kerangka Berpikir
dipahami.
26
Ino Susanti, Penegakan Hukum yang Berkeadilan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi dalam
Memberantas Korupsi, Program Doktor Hukum, Universitas Borobudur, Jakarta, 2020
30
Gambar 1.2
UUD 1945
Pembukaan Batang Tubuh
G. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
Dalam bab ini membahas mengenai teori hukum yang dipergunakan dalam
penelitian disertasi ini dan juga landasan kepustakaan yang terkait dari
Dalam bab ini akan membahas jawaban dari rumusan masalah dalam
korupsi suap.
Bab ini berisi kesimpulan dari jawaban permasalahan yang diuraikan dalam
BAB II
KERANGKA TEORITIK
A. Landasan Teori
ada, yang dimulai oleh Socrates melalui ajaran tentang mentaati undang-
hukum, selanjutnya oleh Aristoteles (384-322 SM) bahwa negara yang baik
Gagasan negara hukum muncul di Barat pada abad XVII dan pada abad
Konsep Stahl tentang negara hukum ditandai oleh 4 unsur pokok yaitu:
undang
27
Tundjung Herning Sitabuana, Berhukum di Indonesia, Jakarta, Konstitusi Press, 2017, p33-34
34
mempunyai the rule of law yaitu (1) supremacy of law; (2) equality before
Konsep negara hukum dalam kajian teoritis dapat dibedakan dalam dua
oleh hukum yang tertulis (undang-undang). Kedua, negara hukum dalam arti
prinsip hukum yang benar dan adil sehingga hak-hak asasi warganya benar-
benar terlindungi.30
abad XX), negara hukum tidak dapat dipertahankan lagi tanpa campur
28
H. Juhaya S. Praja, Teori Hukum dan Aplikasinya, Bandung, CV Pustaka Setia, 2014, p135
29
H. Salim HS and Erlies Septiana Nurbani, Penerapan Teori Hukum, Jakarta, PT RajaGrafindo
Persada, 2016, p4
30
Bernhard Limbong, Pengadaan Tanah untuk Pembangunan, Jakarta: Margaretha Pustaka, 2013,
Hal 49.
35
yuridis Rechstaat atau Rule of Law secara klasik. Konsep negara hukum
formil berubah menjadi konsep negara hukum materiil atau negara hukum
negara hukum yang kini dianut oleh negara-negara di dunia setelah perang
dunia kedua adalah negara kesejahteraan (welfare state), hal ini sejalan
dengan UUD 1945 dimana dalam alinea keempat antara lain menegaskan
kesejahteraan rakyat.
2. Teori Perundang-Undangan
merupakan sumber dari segala sumber hukum dan UUD 1945 merupakan
peraturan perundang-undangan.
berlapis-lapis dalam suatu hierarki tata susunan, dimana suatu norma yang
31
Tundjung Herning Sitabuana, Berhukum di Indonesia, Jakarta: Konstitusi Press, 2017, Hal 43
dan 44.
36
lebih rendah berlaku, bersumber dan berdasar pada norma yang lebih tinggi.
Selanjutnya norma yang lebih tinggi berlaku, bersumber dan berdasar pada
norma yang lebih tinggi lagi. Demikian seterusnya sampai pada suatu norma
yang tidak dapat ditelusuri lebih lanjut dan bersifat hipotesis dan fiktif, yaitu
d. Peraturan Pemerintah
e. Peraturan Presiden
32
Darji Darmodiharjo, Shidata, Pokok-Pokok Filsafat Hukum, Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama, 2004, Hal 115-116.
37
abadi dan keadilan sosial. Dalam Pasal 23 ayat (1) menyatakan Anggaran
rakyat.
Pidana Korupsi.
suatu seni untuk menemukan cara-cara mewujudkan “the true good of the
sosiologis, entri tersebut dimasukan masalah antara lain asal usul sosial
33
Satjipto Rahardjo, Sosiologi Hukum, Jakarta: Genta Publishing, 2010, Hal 137.
38
undangan yang telah tercantum secara singkat dalam butir konsiderans, serta
peraturan perundang-undangan.35
hukum dimana hukum merespon secara fleksibel masalah dan tuntutan akan
sebuah tertib hukum yang responsif, yang lebih terbuka terhadap pengaruh
sosial dan memiliki pengaruh terhadap tindakan resmi para aparat hukum.36
34
Pipin Syarifin dan Dedah Jubaedah, Bandung: Ilmu Perundang-Undangan, CV Pustaka Setia,
2017, Hal 171 dan 172.
35
Ibid Hal 197
36
Philippe Nonet, Philip Selznik, Hukum responsive, Jakarta: Nusa Media, 2015, hal 82 dan 83.
39
otonom yang menutup diri terhadap dunia diluarnya, dimana tata hukum itu
kesejahteraan rakyat.
B. Tinjauan Pustaka
37
Romli Atmasasmita dan Kodrat Wibowo, Analisis Ekonomi Mikro Tentang Hukum Pidana
Indonesia, Jakarta, Kencana, 2017, Hal 201.
40
1. Kewenangan
a. Pengertian Kewenangan
38
https://kbbi.web.id
39
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2019, Hal 60
41
Kalau kita kaji istilah hukum kita secara cermat ada sedikit
publik maupun dalam konsep hukum privat. Dalam hukum kita istilah
hukum publik.40
dilandasi oleh tradisi itu afalah wajar dan patut di hormati. Wewenang
dan kekuatan mistis atau religious seorang pemimpin, Hitler dan Mao
40
Philipus M. Hadjon, Tatiek Sri Djatmiati, G.H. Addink. J.B.J.M. Ten Berge, Hukum Administrasi
Dan Tindak Pidana Korupsi, Yogyakarta, Gadjah Mada University Press, 2011, Hal 10
42
tingkah lakunya.41
hukum, hak untuk memerintah atau bertindak, hak atau kekuasaan pejabat
kewajiban publik42
b. Konsep Kewenangan
wewenang selalu menjadi bagian penting dan bagian awal dari hukum
wewenang merupakan suatu konsep inti dalam hukum tata negara dan
tertentu).43
undangan yang berlaku, oleh karena itu pemerintah tidak boleh berbuat
dan/atau Tindakan.
43
Philipus M. Hadjon, Tatiek Sri Djatmiati, G.H. Addink, J.B.J.M. Ten Berge, Ibid, Hal 10-11
44
Hakekat Hukum Administrasi Adalah Hukum Yang Berkaitan dengan Wewenang Pemerintah
dan Kontrol Terhadap Penggunaan Wewenang yang Tujuanya Untuk Melindungi Individu Atau
Masyarakat. Abdul Latif, ibid, Hal 2
44
Dalam ketentuan Pasal 1 Ayat 5 dan 6 disebutkan wewenang adalah hak yang
hukum publik.45
wewenang.
c. Sumber Kewenangan
45
Indonseia.Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2014 Tentang Administrasi
Pemerintahan. LN Tahun 2014 Nomor 292, LN Nomor 5601
45
undangan diperoleh melalui tiga cara yakni, Atribusi, Delegasi, dan Mandat,
pemerintah. Pembuat undang-undang itu ada yang bersifat asli adapula yang
bersifat delegasian
Kedua delegasi, berasal dari bahasa latin delegare yang artinya melimpahkan
dapat dimandatkan kepada badan atau pegawai bawahan, apabila pejabat yang
46
H. Nandang Alamsah dan Tim Penulis, Teori dan Praktek Kewenangang Pemerintahan, Unpad
Press, Bandung
46
kepada organ tertentu. Yang dapat membentuk wewenang adalah organ yang
antara lain dalam pasal 4 ayat 1 UUD 1945 yang menegaskan Presiden
jawab usaha…dst.
47
lain dan wewenang tersebut menjadi tanggung jawab pihak lain tersebut. Yang
membuat keputusan atas nama pejabat yang memberi mandat. Keputusan itu
tanggung jawab jabatan tetap pada pemberi mandat. Atas dasar itu penerima
mandat tidak dapat menjadi tergugat dan sengketa Tata Usaha Negara. 47
kewenangan sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 11, Pasal 12, Pasal 13,
d. Pembatasan Kewenangan.
formal. Atas dasar legalitas formal lahirlah asas praduga tak bersalah. Tidak
bertumpu atas kewenangan yang sah. Kewenangan itu diperoleh melalui tiga
Asas umum prosedur bertumpu atas tiga landasan utama hukum administrasi,
pemerintahan.
Asas Intrumenal meliputi asas efesiensi, daya guna dan asas efektifitas/hasil
guna.
secara substansial dibatasi pada luas tanah dan bangunan dan tidak
fungsi serta tugas pemerintahan perlu dibatasi. Hal ini penting agar dalam
48
Philipus M. Hadjon, Tatiek Sri Djatmiati, G.H. Addink, J.B.J.M Ten Berge, ovcid, Hal 17-19
49
atau daerah berlakunya wewenang, dan cakupan bidang atau materi wewenang
50
49
H. Nandang Alamsah D. dan Tim Penulis, ovcid, Hal 48-49
50
Indonesia. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 Tentang Administrasi Pemerintahan, LN
Tahun 2014 Nomor 292, TLN Nomor 5601
50
yang ada kaitannya dengan tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh
Miliar Rupiah)
oleh berbagai institusi seperti kejaksaan dan kepolisian dan badan-badan lain
yang berkaitan dengan tindak pidana korupsi, oleh karena itu pengaturan
Hal yang sama juga diatur dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019
2 KORUPSI
Kita semua mengetahui bahwa korupsi sudah terjadi di setiap negara baik
51
Indonesia, Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002, LN Tahun 2002 Nomor 137, TLN Nomor
4250, Pasal 11 dan Penjelasan Umum
51
berjalan terus.
rakyat52.
Korupsi dalam dunia modern dewasa ini sudah dapat terjadi dengan
bermotif ganda, yaitu kecuali korupsi itu bertujuan memperkaya diri, juga
melakukan korupsi dengan tujuan agar uang yang dikorup itu akan
dan sebagainya) untuk keuntungan pribadi atau orang lain. mengorupsi adalah
54
Kata korupsi berasal dari Bahasa latin yaitu corruption atau corruptus.
Corruptio berasal dari kata corrumpere suatu bahasa latin yang lebih tua.
52
Baharuddin Lopa, Masalah Korupsi dan Pemecahannya, PT Kipas Putih Aksara, Jakarta, 1997,
Hal 1-4
53
Baharuddin Lopa, Ovcid Hal 6
54
https://kbbi.web.id/korupsi
53
Corruptus yaitu mengubah dari kondisi yang adil, benar, dan jujur menjadi
Corruptio berasal dari kata kerja corrumpere yang berarti busuk, rusak,
dari kesucian.
publik, baik politikus maupun pegawai negeri yang secara tidak wajar dan
tidak legal memperkaya diri atau memperkaya mereka yang dekat dengan
social yang ditimbulkan oleh korupsi yang makin meluas tak dapat
umum.
55
Anas Salahudin, Pendidikan Anti Korupsi, CV Pustaka Setia, Bandung, 2018, Hal 32
54
kebijakan seperti tarif dan kredit, sistim irigasi dan kebijakan perumahan,
keduanya.
umumnya
khusus.
yang lain.
pengesahan hukum.
melakukan korupsi.
56
Robert Klitgaard, Membasmi Korupsi (Controlling Corruptio), Yayasan Obor Indonesia, Jakarta,
1998, Hal XVIII, XIX,99,117
56
Hal tersebut terakhir itu penting untuk membedakan korupsi dari jenis
tingkah laku jahat lainnnya. Tatkala seorang pejabat disuap untuk mengeluarkan
izin usaha, perbuatan mengeluarkan izin yang sesuai dengan peraturan dan tata
uang suap yang didapat melalui pemenuhan fungsi ini. Dia bertindak dalam
Dari segi tipologi korupsi dapat dibagi dalam tujuh jenis berlainan masing-masing
adalah:
kepada adanya kesepakatan timbal balik antara pihak pemberi dan pihak
ini biasanya melibatkan dunia usaha dan pemerintah atau masyarakat dan
pemerintah.
yaitu jenis korupsi dimana pihak pemberi dipaksa untuk menyuap guna
penunjukkan yang tidak sah terhadap teman atau sanak saudara untuk
57
berlaku.
Penyuapan defensive seperti tatkala para petani Rusia pada abad ke-18 dan
yang tidak melibatkan orang lain dan pelakunya hanya seorang saja.
membeli tanah di kawasan tersebut, karena niscaya akan naik pada waktu
korupsi yang sudah ada intrik dan kasak kusuk para pembesar didalam
misalnya pejabat untuk mengusir para pemilik yang jujur dari tempat
pemungutan suara, dibiarkan terjadinya huru-hara oleh para wali kota atau
pejabat yang jujur dan cakap agar tidak menduduki posisi strategis dan
pengaruh mereka.
yang menguntungkan.
A sama dengan penyuapan yang diatur dalam Pasal 419 KUHP yang
penyuapan yang diatur dalam Pasal 418 yang telah diadopsi dalam
corruption).
57
S.H. Alatas, Korupsi, Sifat, Sebab, dan Fungsi, LP3ES, Jakarta, 1987, hlm VIII, IX, X, XI, XII
60
58
Agus Riwanto, Desain Sistem Pemerintahan Antikorupsi, Setara Press, Jawa Timur, 2018, hlm
21-22
59
Komisi Hukum Nasional Republik Indonesia, Arah Pembangunan Hukum Nasional, Program
Penerbitan Buku Diseminasi KHN, Jakarta, 2012, hlm 108
61
Untuk itu pimpinan proyek mencari dasar hukum mana yang bisa
implikasi ekonomi dan politik yang berkaitan dengan beberapa teori-teori berikut :
Pada prinsipnya teori Merton ini ditujukan untuk menjawab cara kebudayaan yang
Menurut pandangan teori ini masyarakat mempunyai pengaruh yang lebih besar
60
Ermansjah Djaja, Memberantas Korupsi Bersama KPK, Sinar Grafika, Jakarta, 2013, hlm 20-21
63
3) Teori Gome
Teori ini dihadirkan oleh Jack Bologne. Ilustrasi Gone Theory berkaitan
yang tidak puas akan keadaan dirinya. Opportunities peluang untuk melakukan
kesempatan untuk melakukan kecurangan. Needs sikap mental yang tidak pernah
merasa cukup dan kebutuhan yang tidak pernah terpuaskan. Exposure hukuman
yang dijatuhkan kepada pelaku korupsi tidak memberikan efek jera pelaku harta
orang lain.
1). Politik
Politik merupakan salah satu penyebab terjadinya korupsi. Hal ini dilihat Ketika
ketiak meraih dan mempertahan kekuasaan, perilaku korup seperti penyuapan dan,
politik uang (money politik). Politik uang pada pemilihan anggota legislative atau
2) Hukum
Penyebab keadaan ini sangat beragam tapi yang dominan adalah, Pertama, tawar
praktik politik uang dalam pembuatan hukum berupa suap menyuap, terutama
timbul peraturan yang elastis dan multi tafsir serta tumpeng tindih dengan aturan
Tidak baiknya substansi hukum dengan mudah dapat ditemukan dalam aturan-
aturan yang diskriminatif, tidak adil ,dan tidak jelas dan tegas, sehingga multi
tafsir, kontradiksi dan overlapping denga peraturan lain, baik yang sederajat
3) Ekonomi
Faktor ini sebagai salah satu penyebab terjadinya korupsi dapat dijelaskan dari
pendapatan atau gaji yang tidak mencukupi kebutuhan. Pendapat ini tidak mutlak
benar karena dalam teori kebutuhan Maslow, korupsi seharusnya hanya dilakukan
orang untuk memenuhi kebutuhan yang dilakukan oleh masyarakat yang kurang
mampu, namun saat ini korupsi dilakukan orang kaya dan berpendidikan tinggi.
4) Organisasi
Organisasi yang menjadi korban korupsi atau tempat korupsi memberi andil
Penyebab terjadinya korupsi dari sudut pandang organisasi ini meliputi : kurang
adanya teladan dari pimpinan, tidak adanya kultur organisasi yang benar, system
65
1) Faktor politik atau yang berkaitan dengan kekuasaan. Hal ini sesuai dengan
2) Faktor Yuridis atau yang berkaitan dengan hukum seperti lemahnya sanksi
dimana hakim dapat keliru. Aspek kedua adalah sanksi yang lemah
Bagi karyawan dan pegawai rendahan pada umumnya korupsi yang mereka
61
Anas Salahudin, Pendidikan Anti Korupsi, Pustaka Setia, Bandung, 2018, hlm 66-71
66
Pejabat atau Sebagian anggota masyarakat ketiga mereka diberi peluang akan
pelayanan public yang terlalu birokratis, manajemen yang amburadul dan pejabat
padahal terbukti dalam sejarah tuntutan pidana atau pemidanaan tidak akan
dalam 25 tahun ada 72.000 pencuri digantung di daerah yang penduduknya tiga
sampai empat juta orang saja, tetapi kejahatan terus saja merajalela. Menurut
demikian, kejahatan seperti korupsi pun tidak akan terberantas atau berkurang
kecuali kalua kita dapat menemukan sebabnya, kemudian sebab itu dihapuskan
62
Marwan Mas, Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Ghalia Indonesia, Bogor, 2014, hal 11-12
67
2). Latar belakang kebudayaan atau kultur Indonesia yang merupakan sumber atau
3) Manajemen yang kurang baik dan control yang kurang efektif dan efisien.
sejak massa pemerintahan Presiden Soeakrno dan sampai saat ini, baik berupa
pidana korupsi, ternyata korupsi bahkan semakin bertambah meluas dan sitematis
63
Andi Hamzah, Pemberantasan Korupsi, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005, Hal 10, 11, 13-
21
68
undang hukum pidana) yang diperlakukan sejak tanggal 1 Januari 1918 pada masa
korupsi yaitu pada bab XXVIII, tentang kejahatan jabatan yaitu pada Pasal 415
(pejabat yang menggelapkan uang atau surat berharga yang disimpan karena
jabatannya) Pasal 416 (pejabat yang membuat pemalsuan data untuk pemeriksaan
administrasi) Pasal 418, 419, 420 (pejabat/hakim yang menerima hadiah atau
janji), Pasal 423, 425 dan 435 (pejabat yang menguntungkan diri sendiri atau
orang lain secara melawan hukum) serta BAB VIII tentang kejahatan terhadap
penguasa umum yaitu Pasal 209 dan 210 KUHP (pihak yang memberi atau
yang merugikan keuangan dan perekonomian negara yang oleh khalayak ramai
dinamakan korupsi, perlu segera menetapkan suatu tata cara kerja untuk dapat
Benda dan Tanggal 1 Juli 1957 Nomor Prt/PM-011/1957 tentang Penyitaan dan
69
mempunyai manfaat baik terhadap kesejahteraan rakyat dan negara dan oleh
Bahwa peraturan penguasa perang pusat tersebut diatas bersifat darurat dan
Undang Nomor 74 Tahun 1957. Peraturan tersebut diatas diperlakukan pula pada
wilayah hukum Angkatan Laut dengan Surat keputusan Kepala Staf Angkatan
Laut Nomor Z/1/1/7, tanggal 17 April 1958. Dalam ketentuan tersebut yang
sendiri, atau orang lain, atau satu badan yang secara langsung atau tidak langsung,
merugikan keuangan atau perekonomian negara atau daerah, atau merugikan suatu
diri sendiri, atau orang lain, atau suatu badan, dilakukan dengan
c. Kejahatan dalam Pasal 41 sampai 50 peraturan ini dan Pasal 209, 210, 418, 419
sedikit perubahan yaitu pada sub C ditambah dengan Pasal 415, 416, 417,
atau pelanggaran” sebelum frase memperkaya diri sendiri atau orang lain,
diganti dengan kata “melawan hukum”, kemudian ada tambahan Pasal 387
dan Pasal 388 KUHP yang tercantum dalam Pasal 1 Ayat 1 Huruf c.
71
tindak pidana korupsi ialah suatu tindak pidana penyuapan dan perbuatan
Rupanya anggapan bahwa yang kurang sempurna sehingga terjadi banyak korupsi
untuk delik yang tercantum dalam Pasal 2 dalam keadaan “tertentu” yang
kemudian dijelaskan apa yang dimaksud dengan keadaan tertentu itu, seperti
bencana alam nasional, keadaan bahaya, krisis moneter, dan ekonomi. Selain itu
64
Andi Hamzah, Pemberantasan Korupsi Melalui Hukum Pidana Nasional dan Internasional,
RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2005. Hal 39-43.
65
Baharuddin Lopa, Op. Cit, Hal 4 dan 6.
72
Korupsi
ketentuan umum pada Pasal 1 tidak dijelaskan pengertian korupsi melainkan yang
dijelaskan, yaitu :
tentang Kepegawaian;
66
Andi Hamzah, Op. Cit. Hal 74-75
73
c. orang yang menerima gaji atau upah dari keuangan negara atau
daerah;
d. orang yang menerima gaji atau upah dari suatu korporasi yang
e. orang yang menerima gaji atau upah dari korporasi lain yang
Pasal 2 ayat 1 bahwa setiap orang yang secara melawan hukum melakukan
perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang
pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun
dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling sedikit Rp.
200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00
Pasal 2 ayat 2 bahwa dalam hal tindak pidana korupsi sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) dilakukan dalam keadaan tertentu, pidana mati dapat dijatuhkan.
Pasal 3 bahwa setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau
sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan
74
seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 20
(dua puluh) tahun dan atau denda paling sedikit Rp. 50.000.000,00 (lima puluh
Pasal 2 ayat 1 bahwa yang dimaksud dengan "secara melawan hukum" dalam
Pasal ini mencakup perbuatan melawan hukum dalam arti formil maupun dalam
arti materiil, yakni meskipun perbuatan tersebut tidak diatur dalam peraturan
tidak sesuai dengan rasa keadilan atau norma-norma kehidupan sosial dalam
masyarakat, maka perbuatan tersebut dapat dipidana. Dalam ketentuan ini, kata
menunjukkan bahwa tindak pidana korupsi merupakan delik formal, yaitu adanya
Pasal 2 ayat 2 bahwa yang dimaksud dengan "keadaan tertentu" dalam ketentuan
ini dimaksudkan sebagai pemberatan bagi pelaku tindak pidana korupsi apabila
tindak pidana tersebut dilakukan pada waktu negara dalam keadaan bahaya sesuai
dengan undang-undang yang berlaku, pada waktu terjadi bencana alam nasional,
75
sebagai pengulangan tindak pidana korupsi, atau pada waktu negara dalam
Pasal 3 bahwa kata dapat dalam ketentuan ini diartikan sama dengan Pasal 4
bahwa dalam hal pelaku tindak pidana korupsi sebagaimana dimaksud dalam
negara atau perekonomian negara hanya merupakan salah satu faktor yang
meringankan.67
tahun 2001, sepanjang frasa yang berbunyi “yang dimaksud dengan secara
melawan hukum dalam pasal ini mencakup perbuatan melawan hukum dalam arti
formil maupun dalam arti materil, yakni meskipun perbuatan tersebut tidak diatur
tercela karena tidak sesuai dengan rasa keadilan atau norma-norma kehidupan
67
Indonesia, Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001
tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 L.N Tahun 1999 Nomor 140,
T.L.N Nomor 3874 dan L.N Tahun 2001 Nomor 134, T.L.N 4150.
76
25/PUU|XIV/2016
Menyatakan kata “dapat” dalam Pasal 2 ayat (1) dan Pasal 3 Undang-Undang
Pasal 5 ayat 1 bahwa dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu)
tahun dan paling lama 5 (lima) tahun dan atau pidana denda paling sedikit Rp
50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp250.000.000,00 (dua
68
Guse Prayudi, Tindak Pidana Korupsi Dipandang Dalam Berbagai Aspek, Pustaka Pena :
Jakarta, 2010 hal 44 – 45.
69
https://www.mkri.id/public/content/persidangan/putusan/25_PUU-XIV_2016 diakses pada 17
April 2023
77
Pasal 5 ayat 2 bahwa bagi pegawai negeri atau penyelenggara negara yang
menerima pemberian atau janji sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a atau
huruf b, dipidana dengan pidana yang sama sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1).
Pasal 6 ayat 1 bahwa dipidana dengan pidana paling singkat 3 (tiga) tahun dan
750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah) setiap orang yang :
diadili; atau
Pasal 6 ayat 2 bahwa bagi hakim yang menerima pemberian pemberian atau janji
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a atau advokat yang menerima
pemberian atau janji sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b, dipidana
Pasal 12 bahwa pidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara
paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana
denda paling sedikit Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak
janji, padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah atau janji
kewajibannya;
kewajibannya;
c. Hakim yang menerima hadiah atau janji, padahal diketahui atau patut
menerima hadiah atau janji, padahal diketahui atau patut diduga bahwa
Pasal 11 bahwa dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan
paling lama 5 (lima) tahun dana tau pidana denda paling sedikit Rp 50.000.000,00
(lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp250.000.000,00 (dua ratus lima
hadiah atau janji padahal diketahui atau patut diduga, bahwa hadiah atau
dengan jabatannya, atau yang menurut pikiran orang yang memberikan hadiah
Pasal 13 bahwa setiap orang yang memberi hadiah atau janji kepada pegawai
negeri dengan mengingat kekuasaan atau wewenang yang melekat pada jabatan
atau kedudukannya, atau oleh pemberi hadiah atau janji dianggap melekat pada
jabatan atau kedudukan tersebut, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3
(tiga) tahun dan atau denda paling banyak Rp. 150.000.000,00 (seratus lima puluh
juta rupiah).
umum.
Pasal 12 B ayat 2 bahwa pidana bagi pegawai negeri atau penyelenggara negara
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah pidana penjara seumur hidup atau
pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh)
tahun, dan pidana denda paling sedikit Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah)
Tahun 2001 gratifikasi diartikan sebagai pemberian dalam arti luas yakni
pengobatan cuma cuma dan fasilitas lainnya. Gratifikasi tersebut baik yang
diterima didalam negeri maupun diluar negeri dan yang dilakukan dengan
apabila ada hubungan kerja atau kedinasan antara pemberi dan dengan
pejabat yang menerima, dan atau semata mata karena keterikatan dengan
70
Indonesia, Undang Undang Nomor 31 Tahun 1999 yang diubah dengan Undang Undang
Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, L.N Tahun 1999 Nomor
140, T.L.N Nomor 3874 dan L.N tahun 2001 Nomor 134, T.L.N Nomor 4150,
71
Guse Prayudi, Op. Cit hal. 104 - 105
82
disusun oleh W.Y.S adalah uang hadiah kepada pegawai diluar gaji yang
telah ditentukan.
cenderamata atas jasa yang telah diberikan oleh seseorang, baik dalam
bentuk barang atau uang. Dalam realitasnya pemberian tanda terima kasih
sudah jadi kebiasaan dan dianggap oleh masyarakat sebagai sesuatu yang
dimiliki.72
lainnya, tidak diuraikan dalm penelitian ini, yaitu yang berkaitan dengan
penggelapan dalam jabatan yang diatur dalam Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10a,
b, dan c, dan korupsi yang terkait dengan perbuatan pemerasan yang diatur
72
Marwan Mas, Op. Cit, hal 76
83
curang yang diatur dalam Pasal 7 Ayat 1a, b, c, dan d, Pasal 7 Ayat 2,
Pasal 12h.
84
BAB III.
METODOLOGI PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
maka yang dikaji dalam penelitian ini adalah Undang-Undang Dasar 1945,
doctrinal, pada penelitian ini hukum dikonsepsikan sebagai apa yang tertulis
berperilaku, namun hukum juga dapat dikonsepsikan sebagai apa yang ada
73
Jonaedi Efendi dan Johnny Ibrahim, Metode Penelitian Hukum, Kencana, Jakarta, 2020, hlm 295
74
Jonaedi Efendi dan Johnny Ibrahim, ibid, hlm 124
85
kenyataan.
2. Pendekatan Penelitian
pendekatan yaitu:
undangan karena yang akan diteliti berbagai aturan hukum yang menjadi
fokus dan tema sentral penelitian. Pertanyaan yang muncul kemudian adalah
pada adanya kekosongan hukum positif atau adanya pengaturan norma yang
kabur dalam hukum positif.75 Penelitian hukum normative ini, akan meneliti
suap.
75
Jonaedi Efendi dan Johnny Ibrahim, ibid, hlm 131-132
86
memecahkan isu yang dihadapi, peneliti perlu mencari ratio legis dan dasar
76
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Jakarta: Prenadamedia Group, 2016, Hal 133-134.
77
Jonaedi Efendi dan Johnny Ibrahim, ibid, hlm 138
87
KPK dan putusan pengadilan yang terkait dengan isu hukum dalam rumusan
masalah.
seperti:
Korupsi
78
Jonaedi Efendi dan Johnny Ibrahim, opcid, hlm 145
88
Negara
oleh Lembaga yang berwenang seperti KPK, jurnal atau karya ilmiah
informasi.
atau apa yang mesti diperbaiki atau diperbaharui baik mengenai norma
BAB IV
tertentu demi kesejahteraan bersama. Tujuan negara dapat pula diartikan sebagai
Cita-cita luhur para pendiri bangsa untuk terwujudnya Indonesia merdeka yang
Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat Sentosa
Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu pemerintahan negara Indonesia
yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
79
I. Gde PantjaAstawa dan Suprin Na’a, Memahami Ilmu Negara dan Teori Negara, PT Refika
Aditama, Bandung, 2015, Hal 4 dan 45
91
berdasar kepada Ketuhanan Ynag Maha Esa, Kemanusian Yang Adil dan
pikiran yang dijabarkan lebih lanjut dalam pasal-pasal dibatang tubuh Undang-
Undang Dasar 1945 yang berkaitan dengan kesejahteraan rakyat, antara lain
sebagai berikut :
Pasal 23 ayat (1) bahwa anggaran pendapatan dan belanja negara sebagai wujud
Undang dan dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab untuk sebesar-
Pasal 27 ayat (2) bahwa setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan
Pasal 28 H ayat (1) bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan
batin, bertempat tinggal dan mendapat lingkungan hidup yang baik dan sehat
berhak memperoleh pelayanan kesehatan, dan ayat (3) bahwa setiap orang
Pasal 33 ayat (3) bahwa bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung
kemakmuran rakyat.
92
Pasal 34 ayat (1) bahwa fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh
negara. Ayat (2) bahwa negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi
seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu
dengan cita-cita tersebut. Fakta empiris menunjukan bahwa bangsa kita masih
kita telah merdeka 73 tahun misalnya angka pendapatan per kapita (GPD per
kapita) baru mencapai $4.052 atau sekitar Rp. 56.728.500 per tahun, masih
jauh dibawah rata-rata dunia yang sudah mencapai $11.727 (IMF 2018).
dibawah negara yang baru merdeka seperi Bosnia Herzegovina: $5.806 dan
80 80
Tim Redaksi Pustaka Baru, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
Pusta Baru Press, Yogyakarta, 2014, Hal 88, 100, 104, dan 109
93
negara kita masih diselimuti oleh persoalan korupsi yang tidak kunjung reda.
Bahkan Indonesia saat ini juga menduduki peringkat terkorup diantara negara
sehat sebesar Rp 22.126 per hari atau Rp 663.791 per bulan. Harga tersebut
berdasar standar komposisi gizi Healthy Diet Basket (HDB), yang juga
Organization/FAO). Dengan biaya sebesar itu, ada 68 persen atau 183,7 juta
analisis Kompas tidak jauh berbeda dari analisis FAO tahun 2021 yang
menunjukkan bahwa ada 69,1 persen penduduk Indonesia yang tidak mampu
standar US$ 1,9 per orang per hari menjadi US$ 3.2 per orang per hari. Ukuran
yang dipakai Indonesia diberlakukan sejak 2011. Jika ukuran garis kemiskinan
dari populasi, bisa sampai 110 juta orang. Saat ini jumlah orang miskin di
81
Budi Setiyono, Model & Desain Negara Kesejahteraan, Nuansa Cendekia : Bandung, 2018 hal.
15-17.
82
https://www.kompas.id/baca/investigasi/2022/12/08 diakses 18 April 2023
83
Abdul Kohar, Rubrik Podium Berani Jujur Soal Kemiskinan, Media Indonesia, 13 Mei 2023,
Hal 2
94
dengan hasil analis Kompas, maka Sebagian besar warga Indonesia belum
termasuk sejahtera, sehingga menjadi tugas dan tanggung jawab negara untuk
intitusi penegak hukum mempunyai tanggung jawab yang sama sesuai dengan
konstitusi.Republik Indonesia.
Indonesia adalah negara hukum, demikian bunyi ketentuan dalam Pasal 1 Ayat
ialah :
84
Budi Setiyono, Ibid, Hal 32 dan 50
95
lainnya seperti KPK, dimana tindakan pemerintah dan institusi lainnya harus
hukum responsif dari Philippe Nonet dan Philip Selznick, dimana hukum
merespon secara fleksibel masalah dan tuntutan akan sebuah tertib hukum yang
responsif, yang lebih terbuka terhadap pengaruh sosial. Untuk mencapai tujuan
rakyat.
dan UUD 1945. Bahwa akibat tindak pidana korupsi yang terjadi selama ini selain
menimbulkan kerugian negara yang sangat besar yang pada gilirannya dapat
diintensifkan dengan tetap menjunjung tinggi hak asasi manusia dan kepentingan
masyarakat.85
bahwa tindak pidana korupsi yang selama ini terjadi secara meluas, tidak hanya
merugikan keuangan negara, tapi juga telah merupakan pelanggaran terhadap hak-
hak sosial dan ekonomi masyarakat secara luas, sehingga tindak pidana korupsi
85
Indonesia, Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi, L.N Tahun 1999 Nomor 140, T.L.N Nomor 3874, Penjelasan Umum
86
Indonesia, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001, L.N. Tahun 2001 Nomor 134, T.L.N Nomor
4150.
98
mengamanatkan paling lambat dua tahun sejak Undang-Undang ini mulai berlaku
artinya paling lambat 16 Agustus 2001 sudah dibentuk KPK melalui Undang-
30 Tahun 2002 pada tanggal 27 Desember 2002, sehingga pemerintah dan DPR
sehingga perlu dibentuk lembaga baru yaitu KPK dengan kewenangan luar biasa.
pemerintah yang menangani perkara tindak pidana korupsi belum berfungsi secara
efektif dan effisien dalam memberantas tindak pidana korupsi. Namun aneh
karena KPK dalam melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi juga masih
Tahun 1945, pemberantasan tindak pidana korupsi yang telah terjadi sampai
belum berfungsi secara efektif dan efisien dalam memberantas tindak pidana
2002 pada alinea pertama bahwa tinak pidana korupsi di Indonesia sudah meluas
dari jumlah kasus yang terjadi dan jumlah kerugian keuangan negara maupun dari
segi kualitas tindak pidana yang dilakukan semakin sistematis serta lingkupnya
nasional tapi juga pada kehidupan berbangsa dan bernegara pada umumnya, maka
tindak pidana korupsi telah menjadi suatu kejahatan luar biasa sehingga upaya
pemberantasannya dituntut dengan cara yang luar biasa pula. Untuk itu diperlukan
metode penegakkan hukum secara luar biasa melalui pembentukan suatu badan
khusus yang mempunyai kewenangan luas, independen serta bebas dari kekuasaan
manapun dalam upaya pemberantasan tindak pidana korupsi. Bahwa dalam alinea
100
ketujuh bahwa KPK dapat Menyusun jaringan kerja (networking) yang kuat dan
berfungsi sebagai pemicu dan pemberdayaan institusi yang telah ada dalam
Tahun 1945, perlu penyelenggara negara yang bersih dari kolusi, korupsi, dan
guna dan berhasil guna dalam upaya pemberantasan tindak pidana korupsi
manusia.
87
Indonesia, Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi, L.N Tahun 2002 Nomor 137, T.L.N Nomor 4250, Penjelasan Umum
101
ke-1 bahwa tindak pidana korupsi di Indonesia sudah meluas dalam masyarakat.
yang terjadi dan jumlah kerugian keuangan negara maupun dari segi kualitas
perekonomian nasional tapi juga pada kehidupan berbangsa dan bernegara pada
umumnya. Tindak pidana korupsi yang meluas dan sistimatis juga merupakan
pelanggaran terhadap hak-hak sosial dan hak-hak ekonomi masyarakat dan karena
itu semua tindak pidana korupsi tidak dapat lagi digolongkan sebagai kejahatan
biasa melainkan telah menjadi suatu kejahatan luar biasa. Begitupun dalam upaya
pemberantasannya tidak lagi dapat dilakukan secara biasa, tapi dituntut cara-cara
2001, maka kebijakan hukum (legal policy) atau orientasi kebijakan hukum
88
Indonesia, Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang Perubahan Kedua atas Undang-
Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, LN Tahun
2019 Nomor 197, TLN Nomor 6409.
102
penjelasan umum yang memuat uraian secara sistematis mengenai latar belakang
menemukan sedikitpun uraian tentang tindak pidana korupsi suap. Namun hal ini
tidak berarti penegak hukum seperti KPK, kejaksaan dan kepolisian tidak boleh
menangani perkara tindak pidana korupsi suap hal itu dapat saja dilakukan karena
tindak pidana korupsi suap juga diatur dalam beberapa pasal undang-undang
tersebut, tetapi yang mesti lebih diutamakan adalah perkara tindak pidana korupsi
yang berkaitan dengan kerugian keuangan negara, karena tindak pidana korupsi
pembangunan nasional.
Korupsi ada beberapa jenis tindak pidana korupsi yaitu korupsi yang berkaitan
maka secara umum semua institusi penegak hukum yaitu KPK, Kejaksaan, dan
103
negara.
KPK hanya untuk menangani tindak pidana korupsi yang menimbulkan kerugian
negara atau perekonomian negara, dari pada tindak pidana korupsi suap dan
Undang Nomor 30 Tahun 2002 yang berbunyi bahwa dalam melaksanakan tugas
korupsi yang :
yang ada kaitannya dengan tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh
milliar rupiah)
dan/atau
dan/atau kejaksaan.
89 89
Indonesia, Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002, L.N Tahun 2002 Nomor 137, T.L.N
Nomor 4250, Penjelasan Umum, juncto Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019, L.N. Tahun 2019
Nomor 197, T.L.N. Nomor 6409.
105
perkara tindak pidana korupsi yang menyangkut kerugian negara minimal satu
milliar rupiah, sedangkan perkara tindak pidana korupsi suap dan tindak pidana
digunakan dalam perkara suap menyuap biasanya berasal dari uang pihak swasta,
Undang KPK. Lain halnya apabila ketentuan dalam pasal tersebut berbunyi bahwa
KPK berwenang menangani perkara tindak pidana korupsi dengan nilai minimal
satu miliar rupiah maka maknanya berarti KPK berwenang menangani seluruh
tindak pidana korupsi yaitu korupsi keuangan negara, suap dan tindak pidana
korupsi lainnya.. Namun dalam praktek penegakkan hukum tindak pidana korupsi
pula dalam penjelasan pada Alinea ke-8 menegaskan bahwa dalam usaha
2001.90
korupsi keuangan negara, suap, dan tindak pidana korupsi lainnya, artinya KPK
seharusnya bisa menangani seluruh tindak pidana korupsi yang diatur dalam
tindak pidana korupsi suap, tidak sejalan dengan ketentuan Pasal 11 Undang-
Undang KPK dimana KPK hanya berwenang menangani perkara tindak pidana
korupsi yang menimbulkan kerugian negara minimal satu milliar rupiah. Kedepan
90
Indonesia, Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002, L.N Tahun 2002 Nomor 137, T.L.N Nomor
4250, Penjelasan Umum dan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019, LN Tahun2019 Nomor 197,
T.L.N Nomor 6409
107
tersebut, karena kalau KPK secara normatif tidak diberi kewenangan untuk
menangani perkara tindak pidana korupsi suap maka akan percuma kewenangan
KPK untuk melakukan penyadapan karena pada umumnya operasi tangkap tangan
tindak pidana korupsi suap selalu didahului dengan penyadapan kepada pihak-
Undang-Undang KPK, maka setidak-tidaknya ada tiga orientasi91 atau arah KPK
korupsi suap.
yang nilainya besar yaitu kerugian negara minimal satu milliar rupiah.
1945 yang terkait dengan keuangan negara diatur dalam Pasal 23 Ayat 1 yang
menyatakan bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sebagai wujud dari
91
Pengertian orieantasi menurut KBBI 1 peninjauan untuk menentukan sikap (arah, tempat, dan
sebagainya) yang tepat dan benar; 2 pandangan yang mendasari pikiran, perhatian atau
kecenderungan, kbbi.web.id, diakses 21 April 2023
108
kemakmuran rakyat.
Pasal 1 Ayat 1 bahwa yang dimaksud keuangan negara adalah semua hak dan
kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa
uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan
c. Penerimaan Negara
d. Pengeluaran Negara
e. Penerimaan Daerah
f. Pengeluaran Daerah
pihak lain berupa uang, surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak
dalam bentuk apapun, yang dipisahkan atau yang tidak dipisahkan, termasuk
didalamnya segala bagian kekayaan negara dan segala hak dan kewajiban yang
timbul karena :
Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, Yayasan, Badan Hukum,
tersebut memberikan pengertian keuangan negara dalam arti sempit, arti luas dan
92
Indonesia, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara, T.N. Tahun 2003
Nomor 47, T.L.N. Nomor 4286
110
keuangan negara yang bersumber pada APBN sebaga sub sistim keuangan
negara.
b. Keuangan negara dalam arti luas yang meliputi keuangan negara yang
berasal dari APBN, APBD, BUMN, BUMD, serta seluruh harta kekayaan
keuangan negara.
uang, surat berharga, dan barang yang nyata dan pasti jumlahnya sebagai akibat
adalah kurang dari harga beli atau kurang dari modal, sedangkan pengertian
merugikan adalah sengaja menjual lebih rendah daripada harga pokok, dan
93
Romli Atmasasmita, Hukum dan Penegakan Hukum, Kencana, Jakarta, 2021, Hal 9
111
bentuk apapun, yang dipisahkan atau yang tidak dipisahkan, termasuk didalamnya
segala bagian kekayaan negara dan segala hak dan kewajiban yang timbul karena :
Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, Yayasan, Badan Hukum,
kekurangan uang, surat berharga, dan barang, yang nyata dan pasti
kekayaan negara/daerah yang dikelola sendiri atau pihak lain berupa uang,
surat berharga, atau saham, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat
112
Korupsi94
Pemeriksa Keuangan.
UU No. 31/1992. Wilayah pengaturan kerugian negara yang termuat dalam Pasal
94
Romli Atmasasmita, Ibid, Hal 12 dan 13
113
hukum pidana.95
negara. Oleh karena itu kerugian negara meliputi kerugian keuangan negara dan
negara adalah berkurangnya uang atau barang milik negara yang nyata dan pasti
jumlahnya sebagai akibat perbuatan yang tidak bersesuai dengan hukum yang
pemberantasan tindak pidana korupsi keuangan negara yang akan diuraikan lebih
lanjut.
Peraturan penguasa militer mengenai korupsi yaitu tanggal 9 April 1957 Nomor
95
Hernold Ferry Makawimbang, Kerugian Keuangan Negara, Thafa Media, Yogyakarta,2014, Hal
19
96
Muhammad Djafar Saidi dan Eka Merdekawati Djafar, Hukum Keuangan Negara, PT Raja
grafindo Persada, Jakarta, 2017, Hal 122
114
yang oleh khalayak ramai dinamakan korupsi, perlu segera menetapkan suatu tata
korupsi,
Hal penting untuk diketahui dari peraturan diatas, adanya usaha untuk
pertama kali memakai istilah korupsi sebagai istilah hukum dan memberi batasan
perekonomian negara.97
negara atau daerah atau badan hukum lain yang mempergunakan modal dan atau
Daerah atau badan hukum lain yang mempergunakan modal dan atau
97
Andi Hamzah, Pemberantasan Korupsi, Melalui Hukum Pidana Nasional dan Internasional. PT
RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2002, Hal 41 dan 42
115
dan pemeriksaan yang dapat memberantas perbuatan itu disebut tindak pidana
korupsi.
Undang Nomor 24 Prp 1960, peraturan penguasa perang pusat 16 April 1958 No.
Prt/Peperpu/013/1958.99
98
Prapto Soepardi, Tindak Pidana Korupsi, Usaha Nasional, Surabaya, 1990, Hal 120-130
99
Baharuddin Lopa, Masalah Korupsi dan Pemecahannya, PT Kipas Putih Aksana, Jakarta, 1997,
Hal 3 dan 6
116
dibanding tindak pidana korupsi suap dan tindak pidana korupsi lainnya. Sesuai
sarana untuk mewujudkan masyarakat adil, makmur, dan sejahtera. Hal tersebut
kesejahteraan rakyat.
meyatakan bahwa keuangan negara merupakan salah satu unsur pokok dalam
penting guna mewujudkan tujuan negara untuk mencapai masyarakat yang adil,
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Huruf b. bahwa untuk
117
bebas, mandiri, dan profesional untuk menciptakan pemerintahan yang bersih dan
Orientasi atau arah kebijakan pemberantasan tindak pidana korupsi oleh KPK
negara yang nilainya besar, namun faktanya selama ini KPK dalam menggunakan
pidana korupsi lebih banyak menangani perkara tindak pidana korupsi suap
kewenangan KPK.
2. Kekacauan kiblat.
3. Kesamaran arah.
100
Indonseia, Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 Tentang Badan Pemeriksa Keuangan, L.N.
Tahun 2006 Nomor 85, T.L.N Nomor 4654
101
https://kbbi.lektur.id/, Diakses 24 April 2023
118
penyidikan, dan penuntutan tindak pidana korupsi, karena KPK lebih banyak
kesenjangan antara arah kebijakan hukum dan kewenangan KPK yang diatur
Perjalanan KPK selama 17 tahun terutama sejak KPK Jilid III telah
menyimpang dari tujuan awal pembentukan KPK yaitu harus memelihara dan
Berbagai fakta dan data menunjukan bahwa selama ini KPK lebih banyak
menangani perkara korupsi suap melalui OTT dari pada perkara korupsi yang
Menurut Komisi Pemberantasan Korupsi ada tiga besar perkara tindak pidana
korupsi periode 2015-2019 yang ditangani oleh KPK yaitu perkara penyuapan
sebanyak 475, perkara pengadaan barang/jasa 77, dan perkara tindak pidana
102
Romli Atmasasmita, Ovcit, Hal 235
103
Koran Kompas, Senin 9 Desember 2019, Hal 8
119
pengadaan barang dan jasa dan pelepasan aset yang ditangani KPK merupakan
perkara tindak pidana korupsi yang lain. Data KPK menunjukkan bahwa ada
sejumlah 106 perkara korupsi terkait pengadaan barang dan jasa dari Tahun 2004
hingga Tahun2012.104
tindak pidana korupsi oleh KPK yang ditangani sejak Tahun2004 sampai 2020,
ternyata KPK lebih banyak menangani perkara tindak pidana korupsi suap,
Pengadaan 2 12 8 14 18 16 16 10 8 9
Barang/Jasa/KN
Perizinan 5 1 3 1 3
Gratifikasi/Penyuapan 7 2 4 13 12 19 25 34 50
Pungutan/Pemerasan 7 2 3 0 1
Penyalahgunaan 5 3 10 8 5 4 3
Anggaran
TPPU 2 7
Merintangi Proses 2
KPK
JUMLAH 2 19 27 24 47 37 40 39 49 70
104
Mahrus Ali dan Deni Setya Bagus Yuherawan, Delik-Delik Korupsi, Sinar Grafika, Jakarta, 2021,
Hal 45 dan 46
120
JENIS PERKARA 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 JUMLAH
Pengadaan 15 14 14 15 17 18 30 236
Barang/Jasa/KN
Perizinan 5 1 1 2 1 23
Pungutan/Pemerasan 6 1 1 4 1 26
Penyalahgunaan 4 2 1 1 2 2 50
Anggaran
TPPU 5 1 3 8 6 5 3 38
Merintangi Proses 3 2 3 10
KPK
tindak pidana korupsi sejak 2004 hingga 2021. Tercatat, jenis perkara tindak
pidana korupsi yang terbanyak adalah penyuapan yakni sebanyak 775 kasus.
Kasus penyuapan yang berhasil ditindak KPK terbanyak pada 2018 yakni
sebanyak 168 kasus. Diikuti tahun 2019 dan 2017 yang masing-masing sebanyak
105
https://www.kpk.go.id diakses Tanggal Januari 2021
121
Pengadaan barang atau jasa merupakan tindak pidana korupsi yang tebanyak
penyalahgunaan anggaran telah ditangani KPK sejak 2004 hingga tahun lalu.
pemerintah kabupaten/kota sebanyak 455 kasus sejak 2004 hingga 2021. Diikuti
Ada 1.351 Kasus Tindak Pidana Korupsi yang Ditangani KPK Sepanjang 2004
hingga 2022
antirasuah tersebut telah menangani 1.351 kasus tindak pidana korupsi sepanjang
tersebut cenderung fluktuatif. KPK paling banyak menindak pidana korupsi pada
2018, yakni mencapai 200 kasus, sedangkan terendah pada 2004 hanya 2 kasus.
106
https://databoks.katadata.co.id/ Diakses 23 April 2023
122
ditangani KPK adalah penyuapan atau gratifikasi dengan 904 kasus sepanjang
2004 hingga 2022. Tercatat, kasus penyuapan yang berhasil ditindak KPK
terbanyak pada 2018 mencapai 168 kasus, diikuti tahun 2019 dan 2017 dengan
Selanjutnya, pengadaan barang atau jasa merupakan tindak pidana korupsi yang
Berikut rincian tindak pidana korupsi di Indonesia yang berhasil ditangani KPK
TPPU: 50 kasus
Pungutan/pemerasan: 27 kasus
Perizinan: 25 kasus
Berikut merupakan hasil riset yang diperoleh oleh Lembaga KPK mengenai
Data KPK yang disajikan pada gambar di atas memperlihatkan jumlah tindak
pidana korupsi dengan perkara pengadaan barang atau jasa yang berada di
Indonesia selama 5 tahun terakhir. Terlihat bahwa tahun 2018 merupakan jumlah
tindak pidana korupsi dengan perkara pengadaan barang atau jasa dengan jumlah
107
https://databoks.katadata.co.id/ diakses Tanggal 23 April 2023
124
terbanyak selama 5 tahun terakhir sejumlah 17 tindak korupsi dan jumlah yang
terendah berada pada tahun 2015 dan 2016 dengan jumlah sebanyak 14 tindak
pidana korupsi.
Data KPK yang disajikan pada gambar di atas memperlihatkan jumlah tindak
2018 yang berjumlah 168 tindak korupsi dan terendah berada di tahun 2014
Data KPK yang disajikan pada gambar di atas memperlihatkan jumlah tindak
selama 5 tahun terakhir di Indonesia, dengan jumlah tertinggi di tahun 2014 yang
berjumlah 5 tindak pidana korupsi dan terendah berada di tahun 2015, 2016 dan
Data KPK yang disajikan pada gambar di atas memperlihatkan jumlah tindak
tertinggi di tahun 2014 yang berjumlah 4 tindak pidana korupsi dan terendah
Data KPK yang disajikan pada gambar di atas memperlihatkan jumlah tindak
tahun terakhir. Terlihat bahwa tahun 2018 merupakan jumlah tindak pidana
sejumlah 17 tindak pidana korupsi dan jumlah yang terendah berada pada tahun
Data KPK yang disajikan pada gambar di atas memperlihatkan jumlah tindak
pidana korupsi dengan perkara Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) yang
108
http://www.psikogenesis.com/, diakses 23 April 2023
hukum tindak pidana korupsi telah kehilangan orientasi atau keliru arah,
korupsi, karena KPK tidak lagi berorientasi pada pemberantasan korupsi yang
129
pidana korupsi suap. Ada dua pendapat ahli yang saling bertolak
efisiensi usaha diukur oleh level suap yang bisa ditawarkan oleh para peserta
Hasil riset analisis pasar tersebut menunjukan bahwa selama era 1980 an, para
bidder yang sangat efisien mampu menawarkan suap lebih tinggi yang mendorong
sangat efisien dan umumnya menilai waktu sebagai “ The Greatest Value” dalam
Suap dapat pula menutup ketekoran gaji pegawai negeri. Ini manfaat lain
dari praktek korupsi suap yang terlembaga di Indonesia selama ini. Lagi pula
tahun 1970 an sejumlah pakar hukum ekonomi lainya seperti Becker, Gary. S,
Pertama para pelaku bisnis yang mampu membayar suap paling tinng tidak
dengan sendirinya secara ekonomi sangat efisien. Kecuali para pelakunya dapat
dianggap investasi, maka pelaku bisnis yang menyuap menilai bahwa suap
109
Servas Pandur, Kasus Indonseia : Institutionalizing Corruption, Majalah Media Hukum, Vol 2
No.11-22 Septembet 2002, Hal 69-70
132
Litelatur lain mengenai akibat korupsi ada dua pendapat. Ada yang
positif. Ketika korupsi itu berfumgsi sebagai uang pelicin bagaikan tangki minyak
pelumas pada mesin. Pendapat pertama ini banyak dianut oleh peneliti barat.
Pendapat yang kedua mengatakan bahwa korupsi itu tidak pernah membawa
turunya disiplin sosial, uang suap itu tidak hanya dapat memperlancar prosedur
suap110
Litelatur lain tentang korupsi, terdapat pendapat pro kontra yaitu pandangan
pertama diwakili oleh Left, Huntington, Friedrich, dan Nye yang mengatakan
bahwa korupsi melumasi (greases) roda bisnis dan perdagangan dan memfasilitasi
pertumbuhan ekonomi dan investasi agar berjalan lancar. Studi ini dilakukan
tahun 1964 sampai tahun 1972. Sedangkan pendapat yang berbeda oleh
korupsi suap, ada yang berpendapat positif dan ada yang berpendapat negatif,
110
Andi Hamzah, Ob.cid, Hal 21-22
111
Malik Ruslan, Politik Antikorupsi Di Indonesia, LP3ES, Depok, 2017, Hal 61
133
ada pendapat pro kontra. Penulis sendiri berpendapat bahwa korupsi suap
atau gedung pemerintah yang dibiayai dari keuangan negara senilai 100 milliar,
jalan atau gedung pemerintah tersebut, sehingga jalan atau gedung pemerintah
Pidana Korupsi yaitu Pasal 5 Ayat 1 yang diadopsi dari Pasal 209 KUHP, Pasal 5
Ayat 2 yang diadopsi dari Pasal 419 KUHP, Pasal 6 Ayat 1 yang diadopsi dari
Pasal 210 KUHP, Pasal 6 Ayat 2 yang diadopsi dari Pasal 420 KUHP, Pasal 12
Huruf a, b, c, d dan Pasal 12B Tentang Suap Gratifikasi, korupsi suap ini
berdampak buruk karena uang suap yang diterima oleh pejabat dimaksudkan agar
pejabat yang menerima suap tersebut melakukan sesuatu yang berlawanan dengan
yang tidak berdampak buruk bagi masyarakat dan pembangunan adalah korupsi
134
suap yang diatur dalam Pasal 11 yang diadopsi dari Pasal 418 KUHP dan Pasal 13
yang merupakan Pasal baru (tidak ada dalam KUHP) Undang-Undang Pidana
Korupsi suap yang diatur dalam Pasal 11 tidak berdampak buruk karena
pegawai yang menerima hadiah atau janji yang berhubungan dengan kekuasaan
yang diatur dalam Pasal 418 KUHP hanya penerima suap saja yang dihukum
menurut KUHP tidak dihukum. Bandingkan dengan korupsi suap yang diatur
dalam Pasal 419 KUHP dengan ancaman pidana penjara maksimal 5 tahun.
seperti ini oleh karena penerbitan IMB tersebut tidak melanggar perundang-
pejabat yang berwenang, tetapi pegawai negeri yang menerima hadiah uang itu
dianggap bersalah oleh karena dia sudah mendapatkan gaji dari negara untuk
1971 dan beberapa ketentuan pidana sejak Tahun 1955 perihal tindak pidana
sangat signifikan. Kerugian negara sejak era reformasi saja (2007-2012) mencapai
2016 menemukan data bahwa selama Tahun 2009-2014 KPK tidak dapat
dengan kepolisian sebesar RP 3.135.124.292. 282 atau tiga triliun lebih dan
Didalam laporan BPK Tahun 2017-2018, atas permintaan pansus KPK DPR RI
2011-2016 tentang asset recovery tindak pidana korupsi oleh KPK sebagai berikut
:
136
Pengembalian
kerugian
keuangan n.a. n.a. n.a. 0,59 n.a. n.a.
negara (IDR
triliun)
memperoleh data pengembalian kerugian negara dari para pelaku tindak pidana
pengembalian kerugian keuangan negara. Dari deret waktu (time series) dalam
data itu, hanya Tahun 2014 yang mencantumkan data mengenai pengembalian
137
kerugian keuangan negara yang besarnya hanya 11, 13 % dari jumlah kerugian
banyaknya sama dengan harta benda yang diperoleh dari tindak pidana korupsi.
negara oleh KPK terabaikan, padahal pemberantasan tindak pidana korupsi bukan
keuangan negara bahkan ternyata anggaran KPK jauh lebih besar disbanding
memberatans korupsi yaitu lebih berorientasi pada tindak pidana korupsi suap
112
M. Adi Toegarisman, Pemberantasan Korupsi Dalam Proyek Strategis Nasional, PT Kompas
Media Nusantara, Jakarta, 2018, Hal 7-8
138
tindak pidana korupsi, dimana KPK terlalu banyak menangani perkara suap yang
Mahfud juga menyoroti isu lain soal penegak hukum Ia khawatir bila
Karena kalua hukum tak tegak, suatu negara tak mampu menegakkan hukum,
berarti disorientasi terhadap nilai Pancasila dan konstitusi. Kalau disorientasi dia
113
semakin banyak OTT kepercayaan warga kepada KPK semakin tinggi La Ode menuturkan
akibat keterbatasan penyidik, banyak laporan masyarakat yang belum ditindak lanjuti, La Ode
Muhammad Syarif Siap diomeli, Harian Kompas, 5 Agustus 2016
114
https://www.cnnindonesia.com/, Diakses 28 April 2023
139
Tangkap Tangan.
pemberantasan tindak pidana pada umumnya serta tindak pidana korupsi pada
khususnya.
menimbulkan kerugian negara yang sangat besar yang pada gilirannya dapat
diintensifkan dengan tetap menjunjung tinggi hak asasi manusia dan kepentingan
masyarakat.
dua tahun sejak Undang-Undang Ini berlaku dibentuk Komisi Tindak Pidana
bahwa Tindak pidana korupsi yang meluas dan sistematis juga merupakan
karena itu semua maka tindak pidana korupsi tidak lagi dapat digolongkan sebagai
kejahatan biasa melainkan telah menjadi suatu kejahatan luar biasa. Begitu pun
dalam upaya pemberantasannya tidak lagi dapat dilakukan secara biasa, tetapi
secara konvensional selama ini terbukti mengalami berbagai hambatan. Untuk itu
suatu badan khusus yang mempunyai kewenangan luas, independen serta bebas
dari kekuasaan manapun dalam upaya pemberantasan tindak pidana korupsi, yang
berkesinambungan.
115
Indonesia, Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi dan penjelasan Umumu, LN Tahun 2002 Nomor 137. TLN Nomor 4250
141
KPK sebagai Lembaga yang mempunyai kewenangan yang luar biasa, dapat
dilihat dari tugas dan kewenangan KPK yang sangat luas, antara lain diatur dalam
berikut :
publik.
142
kejaksaan.
korupsi yang :
penyelenggara negara;
Pidana Korupsi
Pidana Korupsi;
berwenang:
144
pemerintahan;
Pidana Korupsi.
Pasal 12B : (1) Penyadapan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1),
Pengawas
permintaan diajukan.
selesai dilaksanakan
a. Penyadapan
Akhir-akhir ini istilah penyadapan atau intersepsi menjadi hal yang biasa
dalam KUHP sama sekali tidak didapat pengertian yuridis dari “penyadapan”
itu sendiri. Setali tiga uang dengan Hukum Acara Pidana Indonesia (KUHAP),
yang diundangkan tahun 1981 juga sama sekali tidak mengenal Lembaga
tindak pidana.
melarang dengan tegas setiap orang untuk melakukan kegiatan penyadapan atas
ITE) juga dinyatakan larangan bagi setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak
Elektronik tertentu mulik Orang Lain (Pasal 31 ayat 1). Ketentuan ini merujuk
pada Pasal 31 ayat (3) yang menyatakan, ”Kecuali intersepsi yang dilakukan
pidana korupsi, sesuai ketentuan Pasal 12 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor
116
Guse Prayudi, Op. Cit, hal. 159-160.
150
penyadapan yang dapat dilakukan oleh KPK, namun dalam Pasal 12 Undang-
yang biasa dilakukan oleh aparat penegak hukum maupun aparat intelijen baik
lain penyadapan juga dapat digunakan oleh oknum penegak hukum untuk
dilakukan oleh penyelidik KPK atas perintah Antasari Azhar (Ketua KPK pada
waktu itu) terhadap Nasruddin Zulkarnaen dan Rani Juliani oleh karena kedua
orang tersebut sering meneror pimpinan KPK, selama kurang lebih 3 bulan (6
Januari – 12 Maret 2009) atas perintah Antasari Azhar, tanpa ada alasan yang sah.
penyadapan dapat relatif lebih mudah dilakukan ketika aturan hukum yang
manusia.117
117
Reda Manthovani, Op. Cit, hal. 203-204
151
Untuk kondisi sekarang ini hasil penyadapan bisa digunakan untuk menjadi
barang bukti yang diajukan KPK ke persidangan. Hasil penyadapan tersebut baru
mempunyai nilai atau manfaat jika memenuhi 2 syarat, pertama, informasi yang
diperoleh dari hasil penyadapan harus alami (natural evidence), kedua, substansi
dari informasi tersebut relevan dengan kasus yang sedang atau akan ditangani
oleh penyidik KPK. Dalam audit investigatif, auditor dengan intuisi atau
nalurinya, diberikan kebebasan menetapkan siapa saja yang harus disadap dan
kapan penyadapan dilakukan. Hal inilah yang mungkin bagi pihak-pihak tertentu
Tahun 2001, bahwa alat bukti yang sah dalam bentuk petunjuk sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 188 ayat (2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang
Hukum Acara Pidana, khusus untuk tindak pidana korupsi juga dapat diperoleh
dari :
a. alat bukti lain yang berupa informasi yang diucapkan, dikirim, diterima,
atau disimpan secara elektronik dengan air optik atau yang serupa dengan
itu;
data yang disimpan dalam Micro Film, Compact Disk Read Only Memory
118
Misra Dewita, Op. Cit, hal. 7-8
152
b. dokumen, yakni setiap rekaman data atau informasi yang dapat dijabat,
dibaca, dan atau didengar yang dapat dikeluarkan dengan atau tanpa
bantuan suatu sarana, baik yang tertuang di atas kertas, benda fisik apapun
selain kertas, maupun yang terekam secara elektronik, yang berupa tulisan,
suara, gambar, peta, rancangan, foto, huruf, tanda, angka, atau perforasi
tindak pidana korupsi pada dasarnya dilakukan sesuai dengan hukum acara pidana
Nomor 46 Tahun 2009). Kekhususan hukum acara tersebut antara lain mengatur
alat bukti yang diajukan didalam persidangan, termasuk alat bukti yang diperoleh
perundang-undangan.
semua alat bukti yang diajukan didalam persidangan, termasuk alat bukti yang
diperoleh dari hasil penyadapan, harus diperoleh secara sah berdasarkan ketentuan
diajukan dimuka persidangan baik yang diajukan oleh penuntut umum maupun
oleh terdakwa.120
119
Indonesia, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, L.N Tahun
2001 Nomor 134, T.L.N Nomor 4150.
120
Indonesia, Undang-Undang Nomor 46 Tahun 2009 tentang Pengadilan Tindak Pidana
Korupsi, L.N Tahun 2009 Nomor 155, T.L.N Nomor 5074
153
tidak diatur mengenai keharusan penyadapan perlu izin atau perintah dari pihak
yang ditunjuknya.
tabuh dan bukan hal yang bertentangan dengan hukum bahkan praktek selama ini
bahkan izin pengadilan mempunyai nilai lebih dari nilai positif yakni adanya
lembaga penilai dan penyeimbang antara kewenangan penyidik dan hak asasi
121
Guse Prayudi, Op. Cit, hal 171-172
154
suap dengan operasi tangkap tangan (OTT) yang telah menyedot perhatian
merta dapat menjadi alat bukti hukum, namun informasi pada rekaman hasil
penyadapan terbukti sangat efektif untuk dapat memperoleh alat bukti menurut
bahwa alat bukti yang sah dalam bentuk petunjuk sebagaimana dimaksud dalam
122
RUU Penyadapan Disusun, Kompas : Jumat 28 September 2018
123
Misra Dewita, Aspek Hukum dan Hak Asasi Manusia dalam Tindakan Penyadapan yang
Dilakukan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi, Jakarta: FH UI, 2011, Hal 6-7.
155
Pasal 188 Ayat 2 KUHAP juga dapat diperoleh alat bukti lain berupa informasi
yang diucapkan, dikirim, diterima atau disimpan secara elektronik dengan alat
optik atau yang serupa dengan itu termasuk setiap rekaman data atau informasi.
dalam mengungkap kasus korupsi seperti kasus suap terhadap hakim PTUN
Medan yang menjerat pengacara OC Kaligis dan kasus penerimaan uang suap
oleh anggota DPR Dewi Yassin Limpo dari fraksi Hanura untuk proyek
merupakan success story komisi pemberantasan korupsi dari berbagai kasus yang
Penyadapan atau intersepsi sebagai alat bantu KPK melakukan OTT dalam
bagi KPK. Berkaitan dengan hal tersebut bahwa dalam kaitan dengan operasi
tangkap tangan (OTT) yang belakangan ini sering dilakukan KPK yang berujung
penyadapan masih pada tahap menentukan ada tidaknya tindak pidana. Ketiga,
telah dilakukan sebelumnya, artinya perkara tersebut sudah dapat diproses secara
pidana karena memiliki minimal dua alat bukti. Keempat, definisi tertangkap
tangan dalam Pasal 1 Angka 19 KUHAP, mungkin pejabat yang ikut ditangkap
dalam OTT tidak terdapat satu keadaan dalam Pasal tersebut karena dapat saja
barang bukti yang jadi objek suap belum ada atau tidak ada ditangan pejabat
tersebut, artinya tindak pidana penyuapan belum selesai atau masih dalam
percobaan.125
Delik tertangkap tangan berasal dari zaman Romawi yang disebut dengan
istilah delictum flagrans. Delik tertangkap tangan ini kemudian diadopsi hukum
pidana Perancis dengan istilah flagrant delit dan punya akibat hukum yang
berbeda dengan delik lain. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
sebagai kedapatan waktu melakukan kejahatan atau perbuatan yang tak boleh
dilakukan. Pengertian yang demikian tidak jauh berbeda dengan pengertian dalam
125
Eddy Os Hiariej, Memaknai Tertangkap Tangan, Kompas 29 September 2017.
126
Eddy Os Hiariej, Op. Cit, Kompas 29 September 2017
157
melakukan tindak pidana, atau dengan segera sesudah beberapa saat tindak
pidana itu dilakukan, atau sesaat kemudian diserukan oleh khalayak ramai
tindak pidana itu yang menunjukkan bahwa ia adalah pelakunya atau turut
tersebut tertangkap tangan. Hal ini mengingat satu dari empat keadaan tidak
terdapat pada diri seorang pejabat publik saat KPK membawanya untuk
diinvestigasi lebih lanjut, ada beberapa hal yang perlu dijelaskan. Pertama,
bukti permulaan yang telah diperoleh akan menjadi bukti permulaan yang
127
Indonesia, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana, L.N Tahun
1981 Nomor 76, T.L.N Nomor 5145
158
cukup. Artinya perkara tersebut sudah dapat diproses secara pidana karena
polemik apakah sah atau tidak sah. Wacana ini muncul diawali dari intensnya
OTT ini kemudian menjadi perdebatan antara dua orang guru besar hukum
pidana, Prof. Romli Atmasasmita dan Prof. Eddy Os Hiariej melalui kolom
bahwa tidak adanya istilah Operasi Tangkap Tangan dalam KUHAP, yang
tidak. Operasi itu sendiri artinya menurut KBBI adalah pelaksanaan rencana
yang telah dikembangkan. Dari pengertian ini jelas bahwa Operasi Tangkap
pelaksanaan sebuah norma, namun sebuah nama dari jenis operasi yang
dilakukan KPK.129
bahwa fokus diskusi saya dan Prof. Eddy justru dalam tataran operasionalisasi
2001 dan UU RI Nomor 30 Tahun 2002 tentang KPK. Salah satu diantaranya
dalam lex specialis. Ketika kasus MWK (alm) berusaha menyuap Khariansyah,
auditor BPK RI dalam pengadaan barang KPU tahun 2009, maka Khariansyah
penjebakan (entrapment).
maka diatur penjebakan dengan sejumlah uang senilai Rp 6 miliar (milik Pak
tangan”.
tindak pidana, atau dengan segera sesudah beberapa saat tindak pidana itu
Setelah peristiwa tersebut, masih banyak lagi kasus OTT KPK yang telah
Pusat. Kebiasaan praktik OTT KPK terus berlanjut sampai pada kasus Wali
Kota Batu di Malang yang menurut keterangan KPK telah ditangkap dalam
Begitu pula kasus Bupati Kutai Kartanegara yang baru-baru ini ditangkap
dan menurut keterangan KPK juga ditangkap dalam OTT, sedangkan yang
(TKP).
penyelidikan KPK, dipastikan bahwa dasar formal OTT adalah Surat Perintah
Penyelidikan (Sprint-Lidik) bukan Sprint Dik atau yang saya dengar hanya
KPK dapat menemukan bukti permulaan yang cukup namun tidak mutatis
Eddy diharian ini kemarin menanggapi artikel saya telah menjelaskan bahwa
dilakukan KPK adalah mengonkretkan bukti yang telah diperoleh dari hasil
penyadapan. Langkah KPK ini tentu bertujuan ”membuat terang atau lebih
terang mengenai siapa yang terlibat, locus, dan tempus delicti,” melalui cara
menyimpang dari tugas dan wewenang KPK yang utama, yaitu koordinasi
supervisi (Pasal 6 huruf a dan b UUKPK). Karena itu, fungsi Lid, Dik, dan
wewenang tersebut wajib diatur dan didasarkan pada ketentuan UU dan tidak
KPK adalah lembaga penegak hukum, bukan badan intelijen negara di mana
harus jelas ditujukan terhadap siapa, alasan nya, berapa lama dan bagaimana
130
https://nasional.sindonews.com/read/1364062/13/cetak-sejarah-ott-kpk-paling-banyak-tahun-
ini-1545202941, diakses Tanggal 6 Februari 2019
163
Namun faktanya banyak OTT yang dilakukan oleh KPK terhadap tindak
pidana korupsi suap banyak yang nilainya dibawah nilai satu miliar rupiah.
berdiri pada 2002. Kepala daerah, penegak hukum, anggota Dewan, pejabat
pajak, hingga kepala lapas satu per satu dicokok. Seperti menunggu giliran.
memiliki tenaga yang cukup, KPK akan melakukan OTT setiap hari. OTT
ditangani KPK menunjukkan korupsi masih terjadi dan jadi gejala di banyak
131
Indonesia, Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002, L.N Tahun 2002 Nomor 137, T.L.N
Nomor 4250, Pasal 11 dan Penjelasan
164
institusi," kata Juru Bicara KPK Febri Diansyah di Gedung Merah Putih KPK,
Bupati Pakpak Bharat Remigo Yolando Berutu tertangkap tangan oleh KPK
menerima suap sekitar Rp 550 juta dari para kontraktor yang mengerjakan
proyek pada Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Pakpak Bharat.
Dalam operasi itu, KPK mengamankan 4 anggota DPRD Kalimantan Tengah dan
Empat anggota DPRD itu adalah Ketua Komisi B DPRD Provinsi Kalteng Borak
dua anggota komisi B DPRD Provinsi Arisavanah dan Edy Rosada. Sementara
tiga pihak swasta adalah Edy Sapurta Suradja selaku Direktur PT BAP atau Wakil
Agung Adipradhana selaku CEO PT Binasawit Abadi Pratama (BAP), dan Teguh
Dudy Syamsury Zaldy selaku Manager Legal PT BAP. Uang suap sejumlah Rp
240 juta diduga diberikan agar anggota DPRD tak lagi mempermasalahkan
sejumlah izin yang belum dikantongi PT BAP dalam menjalankan usaha sawit di
Bupati Cirebon Sunjaya Purwadisastra tertangkap tangan oleh KPK pada Rabu
diduga menerima uang sekitar Rp 100 juta dari Sekretaris Dinas PUPR Kabupaten
Cirebon Gatot Rachmanto. Diduga pemberian itu merupakan fee atas penetapan
Gatot sebagai Sekretaris Dinas PUPR Kabupaten Cirebon. Sunjaya juga diduga
menerima pemberian lain sebesar Rp 125 juta melalui ajudan dan sekretarisnya
KPK melakukan OTT terhadap Wali Kota Setiyono pada Kamis (4/10/2018).
pengusaha Muhammad Baqir. Dugaan suap itu terkait proyek belanja modal
gedung dan bangunan pengembangan pusat layanan usaha terpadu pada Dinas
Koperasi dan Usaha Mikro Pemkot Pasuruan. Pada 7 September 2018, setelah
Dalam kasus ini, Kepala Kantor Pajak KPP Pratama Ambon La Masikamba
diduga menerima suap dari pengusaha Anthony Liando. Pemberian uang diduga
terkait kewajiban pajak wajib pajak orang pribadi Tahun 2016 di KPP Pratama
Bupati Lampung Selatan Zainudin Hasan diamankan oleh KPK dalam OTT pada
Jumat (27/7/2018). Zainudin dan seorang pejabat Dinas PUPR diduga menerima
hadiah atau janji sebesar Rp 600 juta dari pemilik CV 9 Naga, Gilang Ramadhan,
Rp 576 juta dalam kegiatan ini diduga merupakan bagian dari pemenuhan dari
Sahputra.
KPK menangkap Bupati Purbalingga Tasdi dalam OTT pada Senin (4/6/2018). Ia
Tenggara, Rabu (23/5/2018). Dalam OTT itu, KPK mengamankan Bupati Agus
Feisal Hidayat. Dalam kasus ini, ia diduga menerima gratifikasi sebesar Rp 409
Buton Selatan.
KPK menggelar OTT di Bengkulu Selatan pada Selasa (15/5/2018) malam. Dari
operasi tersebut, KPK menangkap empat orang. Salah satunya adalah Bupati
Bengkulu Selatan Dirwan Mahmud. Dirwan, istrinya Hendrati dan Kepala Seksi
suap dari seorang kontraktor bernama Juhari. Ketiganya diduga menerima suap
sebesar Rp 98 juta. Uang tersebut diduga sebagai fee atas proyek di Pemkab
Stasiun Solo Balapan, Jawa Tengah, pada Sabtu (3/2/2018), saat hendak menuju
Jombang.
Nyono terjerat dalam kasus suap terkait Dinas Kesehatan Kabupaten jombang
Nyono diduga menerima suap dari Plt Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten
Pada waktu itu, total suap yang diberikan kepada Nyono diperkirakan berjumlah
Rp 275 juta.132
Hakim Wahyu Widya Nurfitri terjaring OTT KPK dengan dugaan menerima suap
Rp 30 juta. Ini merupakan jumlah bukti terkecil untuk kelas hakim. Bagaimana
Depok itulah Wahyu Widya berkarier selama 23 tahun. Dengan rentang waktu
Namun apa lacur, karier 25 tahun Wahyu Widya hancur setelah ia menerima uang
"Namun uang itu dinilai kurang dan akhirnya disepakati nilainya menjadi Rp 30
juta, kekurangan Rp 22,5 juta akan diberikan kemudian," ujar Wakil Ketua KPK
Basaria Panjaitan.133
Kepala Daerah yang Terjaring OTT KPK Selama 2017, antara lain sebagai
berikut :
132
https://nasional.kompas.com/read/2018/12/18/12352721/kaleidoskop-2018-daftar-29-ott-kpk-
sepanjang-2018?page=all diakses pada Tanggal 6 Februari 2019
133
https://news.detik.com/berita/d-3915659/terjaring-ott-rp-30-juta-ini-rekam-jejak-hakim-senior-
wahyu-widya?_ga=2.200046121.683364874.1552378387-363510360.1552378387, diakses
Tanggal 6 Februari 2019
169
1. Bupati Pamekasan
Bupati Pamekasan Achmad Syafii tertangkap tangan oleh KPK pada 2 Agustus
2017. Ia diduga terlibat kasus dugaan suap dalam pengurusan perkara pada
Namun dalam kasus ini, ia diduga turut memberi suap sebesar Rp 200 juta kepada
Kepala Kejaksaan Negeri Pamekasan, Rudy Indra Prasetya. Uang itu diduga
sebagai upaya agar kejaksaan tidak mengusut laporan dugaan korupsi dana desa di
Pamekasan.
Wali Kota Tegal Siti Masitha tertangkap tangan oleh KPK pada 29 Agustus 2017.
Siti ditangkap karena diduga menerima suap sebesar Rp 300 juta terkait
Ada dugaan Masitha sudah menerima uang sebesar Rp 1,6 miliar terkait
pengelolaan dana jasa kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah Kardinah sejak
Januari hingga Agustus 2017. Selain suap terkait pengelolaan dana kesehatan di
RSUD Kardina, Masitha juga diduga menerima uang terkait proyek-proyek yang
3. Bupati Batubara
Zulkarnain. Dia ditangkap karena diduga menerima suap terkait sejumlah proyek
Diduga, suap yang diterima oleh OK Arya mencapai Rp 4,4 miliar. Suap itu
4. Bupati Nganjuk
pada Desember 2016 lalu. Dia diduga menerima gratifikasi serta melakukan
kejaksaan.
171
sepanjang tahun 2016 dianggap sebagai bidang yang paling menonjol. Sejak
Januari hingga saat ini, KPK telah melakukan operasi tangkap tangan sebanyak 15
kali.
Juru Bicara KPK Febri Diansyah mengatakan, pada tahun ini KPK telah
menetapkan lebih dari 50 tersangka. Wakil Ketua KPK Laode Muhammad Syarif
Dari rata-rata 60-70 kasus per tahun, KPK meningkatkan target menjadi 100 kasus
per tahun. Untuk tahun 2017, KPK menargetkan sekitar 200 kasus per tahun.
Meski kuantitas operasi tangkap tangan terbilang cukup tinggi, menurut Syarif,
134
https://www.viva.co.id/berita/nasional/965440-daftar-ott-kpk-dari-tahun-ke-tahun-2017-paling-
sibuk, diakses pada Tanggal 10 Februari 2019
172
"Soal OTT tidak ditargetkan dari awal. Tapi bersyukur tim KPK bisa melakukan
OTT terbanyak selama sejarah KPK," kata Syarif kepada Kompas.com, Selasa
(13/12/2016).
Kepala Sub Direktorat Kasasi Perdata, Direktorat Pranata dan Tata Laksana
petugas KPK setelah menerima suap sebesar Rp 400 juta dari pihak yang
2. Bupati Subang
sebesar Rp 528 juta kepada Jaksa Penuntut Umum yang menangani kasus korupsi
anggaran BPJS Kabupaten Subang tahun 2014. KPK menduga uang tersebut
KPK menetapkan lima orang tersangka setelah menggelar operasi tangkap tangan
Dua di antara lima tersangka, yakni Janner Purba dan Toton adalah hakim pada
Janner dan Toton ditangkap karena diduga menerima suap sebesar Rp 650 juta
suap kepada Janner dan Toton adalah dua orang terdakwa dalam persidangan
Selain itu, Rohadi menerima uang Rp 250 juta dari kakak Saipul Jamil, Samsul
5. I. Putu Sudiartana
Anggota Komisi III DPR I Putu Sudiartana ditangkap setelah menerima suap
sebesar Rp 500 juta dari Kepala Dinas Prasarana Jalan, Tata Ruang dan
Suap terkait pengurusan dana alokasi khusus (DAK) Provinsi Sumatera Barat.
174
1. Bupati Banyuasin
KPK menetapkan Bupati Banyuasin, Yan Anton Ferdian sebagai tersangka dalam
kasus suap terkait proyek di Dinas Pendidikan dan dinas lainnya di Kabupaten
Banyuasin.
Yan Anton diduga menerima suap terkait proses perencanaan, penganggaran dan
Banyuasin.
Irman ditangkap setelah menerima suap dari pengusaha Xaveriandy dan Memi
Suap tersebut terkait pengaturan kuota gula impor dari Perum Bulog untuk
DPRD Kebumen, Yudhi Tri Hartanto dan Kepala Bidang Pemasaran pada Dinas
Yudhi dan Sigit diduga menerima suap terkait proyek di Dinas Pendidikan dan
Dinas Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Kebumen dengan total nilai proyek Rp
4,8 miliar untuk pengadaan buku, alat peraga dan peralatan teknologi informasi
Pada saat operasi tangkap tangan, KPK mengamankan uang Rp 70 juta dari
KPK menetapkan Wali Kota Cimahi Atty Suharti dan suaminya M Itoc Tochija
sebagai tersangka.
Selain keduanya, KPK juga menetapkan dua orang pengusaha, yakni Triswara
Dhanu Brata dan Hendriza Soleh Gunadi sebagai tersangka pemberi suap.
juta kepada Atty dan Itoc terkait proyek pembangunan tahap dua Pasar Atas Baru
Cimahi.
Kedua pengusaha ingin menjadi kontraktor proyek pembangunan pasar yang nilai
OTT KPK lainnya yang nilainya dibawah 1 miliar rupiah, sebagai berikut :
1. Pada tanggal 9 April 2013 KPK melakukan OTT terhadap Pargono Riyadi
pegawai kanwil Ditjen Pajak Jakarta Pusat dengan nilai uang sebesar Rp
75.000.000 yang diterima dari pengusaha swasta Asep Hendra yang berkaitan
seorang pengusaha bernama Lusita Ani Raak dan Kepala Kejaksaan Negeri Praya,
Lombok bernama Sabri, dalam OTT tesebut KPK mengamankan uang sebesar Rp
135
https://nasional.kompas.com/read/2016/12/14/11192801/kaleidoskop.2016.operasi.tangkap.ta
ngan.terbanyak.sepanjang.sejarah.kpk?page=4, diakses Tanggal 10 Februari 2019
136
https://nasional.sindonews.com/read/736315/13/ini-kronologi-ott-kpk-soal-pajak-1365518078
diakses pada tanggal 5 November 2018.
176
213 juta, terkait dengan kasus pengurusan perkara tindak pidana pemalsuan
jaksel terjaring OTT oleh KPK menerima uang sejumlah Rp 425juta dari Ahmad
dan dari Yusuf Nafik pengusaha swasta yang berkaitan dengan perkara perdata
yang ditangani oleh pengadilan negeri jaksel, Tramizi didakwa oleh KPK
(OTT) terhadap Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Irman Gusman dalam
kasus suap impor gula, pada Sabtu dini hari, 17 September 2016. Xaveriandy
pukul 22:15. Hadir pula adik lelaki Sutanto, Willy Susanto, dan anak pasangan
Sutanto-Memei. Pertemuan berakhir pukul 00:30, Sabtu dini hari, di mana mereka
diciduk di dalam mobil saat akan meninggalkan kediaman Irman Gusman, KPK
5. KPK menahan 22 anggota DPRD Kota Malang, tersangka kasus dugaan suap
dan gratifikasi dari Wali Kota Malang nonaktif Moch Anton. Sebelumnya, KPK
137
http://berkas.dpr.go.id/puslit/files/info_singkat/Info%20Singkat-V-24-II-P3DI-Desember-2013-
4.pdf diakses pada tanggal 5 November 2018.
138
https://nasional.kompas.com/read/2018/01/11/13154801/panitera-pengganti-pn-jaksel-didakwa-
terima-suap-rp-425-juta diakses pada tanggal 5 November 2018.
139
https://www.rappler.com/indonesia/146502-kpk-ott-anggota-dpd diakses pada tanggal 5
November 2018.
177
gratifikasi. Mereka diduga menerima duit Rp 12,5 Juta sampai 50 juta dari Wali
Kota Malang nonaktif Moch Anton, yang juga telah menjadi tersangka.140
Dalam kunjungan kerja ke Banda Aceh selasa 2 Agustus lalu wakil ketua
malam. Jam 3 malam ada yang menanyakan, Pak ada OTT (Operasi Tangkap
Tangan). Banyak yang senang kalua ada OTT, sebab kepercayaan masyarakat
Semakin banyak OTT kepecayaan warga kepada KPK semakin tinggi kata Laode.
tingkat kepercayaan yang tinggi terhadap KPK, mencapai 71%, karena sudah tiga
pidana korupsi suap melalui OTT, banyak perkara yang nilainya kecil, dibawah
Satu Miliar Rupiah, bahkan ada yang dibawah Rp Seratus Juta Rupiah, padahal
KPK diamanatkan untuk menangani perkara tindak pidana korupsi yang nilainya
besar, yaitu minimal satu miliar rupiah, sehingga terjadi disorientasi kewenangan
KPK dalam penegakan hukum tindak pidana korupsi suap yaitu tidak sesuai
140
https://www.cnnindonesia.com/, Diakses 30 April 2023
141
“Laode Muhammad Syarif Siap Diomeli” Harian Kompas Jumat 5 Agustus 2019.
178
a. melibatkan aparat penegak hukum, penyelenggara negara, dan orang lain yang
ada kaitannya dengan tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh aparat penegak
Rupiah).
Orientasi atau arah pemberantasan tindak pidana korupsi suap oleh KPK,
yang sangat luas, disayangkan kalau KPK banyak menangani perkara yang nilainya
kecil.
Pernyataan pimpinan KPK di Malang Jawa Timur pada tanggal 17 September 2017
yang menyatakan KPK tidak akan berhenti menggelar OTT pelaku korupsi dimana
nilai dari korupsi tidak akan dilihat, tapi dampak dari korupsi yang merugikan
masyarakat. Selama laporanya valid, itu harus ditangkap, namun jangan sampai
kepala daerah itu ditangkap dan berkantor di KPK, ujar Wakil Ketua KPK Laode
142
Salah satu faktor penyuap kegagalan pemberantasan korupsi selama ini adalah lemahnya
orientasi, strategi dan focus pelaksanaanya. Diperlukan sebuah titik orientasi dan strategi yang
jelas untuk memudahkan focus pelaksanaanya. Lihat Eggi Sudjana, Republik Tanpa KPK Koruptor
Harus Mati, JP Books, Surabaya, 2008, Hal 47
143
Kompas, tanggal 18 September 2017
179
hukum tindak pidana korupsi dimana semua perkara korupsi akan ditangani
walaupun nilainya kecil, seharusnya KPK dengan kewenangan yang luar biasa
lebih fokus menangani perkara korupsi yang nilainya besar (minimal Satu Miliar
Rupiah), sedangkan untuk perkara korupsi yang nilainya kecil diserahkan kepada
Undang-Undang KPK.
memiliki makna yuridis normatif, juga memiliki makna filosofis dalam konteks
Pembahasan pada penelitian ini fokus pada ketentuan Pasal 11 Huruf b dan c
Milar Rupiah)
pada ketentuan Pasal 11 Huruf b dan Huruf c, bisa juga bersifat alternatif antara
ketentuan Huruf b atau c. Maka makna yurudis normatif ketentuan Pasal 11 Huruf
180
korupsi dibatasi hanya pada perkara tindak pidana korupsi tertentu saja yaitu:
Atau
yaitu : pertama, dalam konteks Undang-Undang Dasar 1945, dimana hukum dan
masyarakat adil, makmur, dan sejahtera sesuai dengan visi negara hukum
kerugian negara yang nilainya besar (minimal Satu Miliar Rupiah) dan
181
kepentingan pembangunan.
penegakan hukum tindak pidana korupsi. Pemberian wewenang yang sangat besar
dengan kewenangan aparat lainnya dalam penanganan tindak pidana korupsi yaitu
pemberantasan pidana korupsi. Hal tersebut juga disadari oleh pembuat Undang-
Undang Nomor 30 Tahun 2002 dimana dalam penjelasan umum alinea kelima
pidana korupsi sudah dilaksanakan oleh berbagai institusi seperti kejaksaan dan
Korupsi dalam undang-undang ini dilakukan secara berhati-hati agar tidak terjadi
dan kejaksaan dengan KPK dalam melakukan penegakan hukum terhadap tindak
korupsi yang :
182
a. Melibatkan aparat penegak hukum, penyelenggara negara, dan orang lain yang
ada kaitannya dengan tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh aparat penegak
rupiah).
kewenangan KPK dalam penegakan hukum tindak pidana korupsi yaitu hanya
kewenangan KPK dalam pemberantasan tindak pidana korupsi, maka KPK juga
September 2017 yang menyatakan KPK tidak akan berhenti menggelar OTT
pelaku korupsi dimana nilai dari korupsi tidak akan dilihat, tapi dampak dari
183
Banyaknya perkara suap melalui OTT yang nilainya kecil yang ditangani
KPK yang kemudian dibenarkan oleh pimpinan KPK, menunjukan KPK telah
11 Huruf c tersebut sudah sangat jelas membatasi kewenangan KPK hanya pada
perkara korupsi yang menimbulkan kerugian negara minimal Satu Miliar Rupiah.
dapat dijadikan dasar bagi KPK, yang selama ini banyak menangani perkara suap
yang nilainya kecil dibawah Satu Miliar Rupiah, bahkan ada yang dibawah
meresahkan masyarakat. Pasal tersebut merupakan pasal karet yang tidak jelas
sehingga bisa ditafsirkan secara benar bisa juga ditafsirkan secara keliru.
diberitakan baik dalam media elektronik maupun media cetak sebelum perkara itu
ditangani oleh KPK. Hal senada juga dikemukakan dalam putusan praperadilan
144
Kompas, tanggal 18 September 2017
184
16 Februari 2015, yang akan diuraikan pada pembahasan terakhir sub bag ini.
Huruf b tersebut agar tidak disalah tafsirkan oleh KPK dengan argumentasi bahwa
perkara suap yang nilainya kecil itu adalah perkara korupsi yang menarik
perkara suap pasti ramai diberitakan baik di media cetak maupun elektronik.
tangkap tangan (OTT) setiap hari jika jumlah personelnya cukup. Agus menyebut
personelnya, maka seharusnya KPK lebih fokus saja menangani perkara korupsi
Disamping itu KPK dalam pemberantasan tindak pidana korupsi juga lebih
berorientasi pada hukum otonom dan hukum refresif, dimana hukum otonom
dimaksud menutup diri terhadap hal-hal di luar hukum seperti masalah ekonomi,
korupsi dengan pidana penjara. Seharusnya KPK lebih responsif dalam penegakan
145
https://news.detik.com/, Diakses 1 Mei 2023
185
parlemen terhadap dugaan judicial dictatorship oleh KPK. KPK sebagai Lembaga
power). Dugaan rekayasa bukti dan saksi kasus korupsi, operasi tangkap tangan
(OTT) tanpa disertai bukti fisik pengelolaan asset recovery yang tidak transparan,
dengan jumlah kurang dari satu miliar rupiah, adalah dugaan-dugaan abuse of
power, yang telah dipublikasi oleh Pansus Hak Angket DPR dan telah menjadi
konsumsi publik.146
Kita perlu menyimak kembali apa yang pernah dikatakan oleh Kabareskrim
Polri Komjen Pol. Ari Dono Sukmanto agar KPK menangani kasus korupsi yang
nilainya besar, agar KPK bisa menyita aset milik para koruptor yang lebih besar
146
M. Adi Toegarisman, Pemberantasan Korupsi dalam Proyek Strategis Nasional, PT Kompas
Media Nusantara : Jakarta, 2018. Hal. 6 dan 7
186
yang bisa bermanfaat untuk negara, jangan yang ditangkap yang receh-receh saja
menyatakan bahwa kabar mengejutkan datang dari kepolisian. Melalui salah satu
kejahatan korupsi yang dikategorikan kecil. Pengertian ini adalah apabila nilai
kerugian negara yang timbul lebih sedikit dari biaya yang dikeluarkan oleh aparat
perkara koeupsi dianggap lebih mahal dari kasus yang ditanganinya. Dalam
situasi semacam itu, negara dianggap tidak mendapatkan apapun secara ekonomi
fungsi penegakan hukum atau fungsi untuk menegakkan aturan diukur dengan
pendekatan untung rugi secara ekonomi? Sejak kapan pula aparat kepolisian
perbuatan korupsi yang nilai kerugian negaranya lebih sedikit dari ongkos
kecil?148
147
https://www.merdeka.com/peristiwa/kabareskrim-ke-kpk-yang-ditangkap-jangan-receh-
receh.html
148
Adnan Topan Husodo (ICW), Keliru Pikir Pemberantasan Korupsi, Kompas, Selasa tanggal 27
Maret 2018.
187
agar KPK jangan menangani perkara yang nilainya kecil supaya negara jangan
tambah rugi, karena untuk perkara tindak pidana korupsi memang tidak dapat
rakyat dan jangan sampai penanganan tindak pidana korupsi justru menimbulkan
kerugian keuangan negara karena biaya perkara jauh lebih besar dibanding dengan
pengembalian keuangan negara. Bahwa pendapat dari ICW tersebut hanya dapat
hukum seharusnya lebih berorientasi pada visi negara hukum kesejahteraan dan
hukum respinsif, sedangkan ICW lebih berorientasi pada hukum otonom dan
refresif, dimana hukum dan penegakan hukum menutup diri dari aspek spsial dan
(dua ratus lima puluh juta rupiah). Jika tindak pidana korupsi di wilayah Jakarta
negara jauh lebih kecil dari biaya perkara yang dialokasikan dalam APBN, dan
ditambah dengan biaya negara yang harus dikeluarkan selama pelaku menjalani
prasarana pendidikan dan kesehatan rakyat, tentu sangat bermanfaat dalam rangka
oleh seberapa efisien upaya pencegahan di sisi hulu (upstream) bukan ditentukan
telah gagal memenuhi cita kepastian, keadilan dan kemanfaatan hukum bagi
149
Romli Atmasasmita dan Kodrat Wibowo, Op. Cit, hal. 91-92
189
orientasi hukum represif yang mengutamakan penjeraan (efek jera) kepada hukum
responsif.150
adalah esensi teori analisis ekonomi atas hukum yang ditujukan untuk
menciptakan efisiensi dalam setiap keputusan hukum. Masalah efisiensi ini bukan
tindak pidana korupsi dari mulai penyelidikan hingga penuntutan yang rata-rata.
Akan tetapi, yang lebih penting adalah dalam penanganan tindak pidana korupsi,
nilai waktu dari uang, serta kehilangan kesempatan (opportunity lost) untuk
Perlu diketahui bahwa penggunaan analis ekonomi atas hukum hanya cocok
diterapkan terhadap tindak pidana yang berkaitan dengan ekonomi. Secara umum
dapat dikatakan bahwa prinsip utama yang digunakan untuk memahami analisis
ekonomi terhadap hukum pidana adalah prinsip rasionalitas dan prinsip efisiensi.
pidana, berkaitan dengan analisis ongkos dan keuntungan (cost and benefit
tujuan dan sarana yang digunakan untuk mencapai tujuan. Bila sarana yang ingin
dicapai membutuhkan lebih banyak biaya dibanding dengan tujuan yang ingin
150
Romli Atmasamita dan Kodrat Wibowo, Ibid, hal. 15-16
151
M. Adi Toegarisman, Op. Cit, hal. 154
190
dicapai, maka hal itu dikatakan tidak efisien. Sebaliknya jika penggunaan sarana
membutuhkan lebih sedikit biaya dibanding dengan tujuan yang ingin dicapai,
yang tidak sedikit. Di Kepolisian biaya penyelidikan dan penyidikan per perkara
400.000.000,00. Praktik semacam ini tidak perlu dipertahan lagi hanya karena
Dari tataran empires terkait tindak pidana ringan dan tindak pidana korupsi.
dan jumlah perkara tipiring pertahun sebanyak 250.000 perkara, maka terdapat
152
Mahrus Ali, Hukum Pidana Korupsi Di Indonesia, UII Press, Yogyakarta, 2011, Hal 187, 190, 191
153
Mahrus Ali dan Deni Setya Bagus Yuherawan, Delik-Delik Korupsi, Sinar Grafika, Jakarta, 2021,
Hal 61
191
Dua Triliun lebih) pertahun. Tindak pidana korupsi pertahun sebanyak 100.000
dan biaya perkara Tipikor sebesar Rp 250.000.000, maka total biaya negara
(Tujuh Puluh Tujuh Triliun lebih). Adapun khususnya untuk Tipikor, dalam kurun
728.000.000.000 (Tujuh Ratus Dua Puluh Delapan Miliar) dan oleh kejaksaan
oleh kedua lembaga penegak hukum tersebut selama lima tahun hanya mencapai
0,24% saja.154
berasal dari korupsi dan besaran dana APBN untuk KPK terlihat tidak sebanding
periode 2009-2014 (lima tahun). Selama periode tersebut total nilai kerugian
negara yang diselamatkan KPK secara nominal adalah sebesar Rp 728,445 Miliar
dan besaran alokasi APBN yang terealisasi oleh KPK justru lebih besar yaitu RP
3, 02 Triliun.155
lebih kecil yaitu 728 Miliar Rupiah lebih. Hal tersebut menunjukan penanganan
perkara korupsi yang ditangani oleh KPK belum efektif dan efisien, termasuk
apabila dibandingkan antara besaran alokasi APBN yang terealisasi oleh KPK
sebesar Tiga Triliun Rupiah, lebih sedangkan kerugian negara yang diselamatkan
oleh KPK lebih kecil yaitu hanya sebesar 728 Miliar Rupiah lebih. Padahal
Dalam Uraian sub bag ini pembahasan akan dibagi menjadi dua bagian,
pertama akan diuraikan mengenai hukum pidana korupsi suap dan kedua
mengenai penegakkan hukum tindak pidana korupsi oleh KPK melalui operasi
tangkap tangan.
Pertama, tindak pidana korupsi suap dalam hukum positif Indonesia, dirumuskan
dalam Pasal 5, 6, 11, 12, 13, dan 12B Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
- Pasal 5 Ayat 1 : Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun
dan paling lama 5 (lima) tahun dan atau pidana denda paling sedikit Rp
50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp 250.000.000,00 (dua
negara dengan maksud supaya pegawai negeri atau penyelenggara negara tersebut
194
berbuat atau tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya, yang bertentangan dengan
kewajibannya; atau
b. memberi sesuatu kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara karena atau
- Pasal 5 Ayat 2 : Bagi pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima
pemberian atau janji sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a atau huruf b,
dipidana dengan pidana yang sama sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).
- Pasal 6 (1) : Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan
paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp
750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah) setiap orang yang:
- Pasal 6 Ayat 2 : Bagi hakim yang menerima pemberian atau janji sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) huruf a atau advokat yang menerima pemberian atau
janji sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b, dipidana dengan pidana yang
- Pasal 11 : Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan
paling lama 5 (lima) tahun dan atau pidana denda paling sedikit Rp 50.000.000,00
(lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima
puluh juta rupiah) pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima
hadiah atau janji padahal diketahui atau patut diduga, bahwa hadiah atau janji
jabatannya, atau yang menurut pikiran orang yang memberikan hadiah atau janji
- Pasal 13 : Setiap orang yang memberi hadiah atau janji kepada pegawai negeri
dengan mengingat kekuasaan atau wewenang yang melekat pada jabatan atau
kedudukannya, atau oleh pemberi hadiah atau janji dianggap, melekat pada
jabatan atau kedudukan tersebut dipidana dengan pidana penjara paling lama 3
(tiga) tahun dan atau denda paling banyak Rp 150.000.000,00 (seratus lima puluh
juta rupiah).
- Pasal 12 : Dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara
paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana
denda paling sedikit Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak
a. Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah atau janji,
padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan
diketahui atau patut diduga bahwa hadiah tersebut diberikan sebagai akibat atau
c. Hakim yang menerima hadiah atau janji, padahal diketahui atau patut diduga
bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan untuk mempengaruhi putusan perkara
janji, padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut untuk
gratifikasi.
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah pidana penjara seumur hidup atau
197
pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh)
tahun, dan pidana denda paling sedikit Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah)
Tindak pidana korupsi suap yang diatur dalam Pasal 5 Ayat 1 mengenai
korupsi suap kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara (pemberi suap)
diadopsi dari Pasal 209 KUHP (unsur-unsurnya sama). Pasal 5 Ayat 2 mengenai
pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima suap, diadopsi dari
Tindak pidana korupsi suap yang diatur dalam Pasal 6 Ayat 1 mengenai
Pemberi suap kepada hakim atau advokat, diadopsi dari Pasal 210 KUHP (unsur-
unsurnya sama), Pasal 6 Ayat 2 mengenai hakim atau advokat yang menerima
suap diadopsi dari Pasal 420 KUHP. Pasal 11 mengenai pegawai negeri atau
penyelenggara negara yang menerima suap diadopsi dari Pasal 418 KUHP (unsur-
unsurnya sama). Pasal 13 mengenai pemberi suap kepada pegawai negeri atau
Korupsi (tidak diatur dalam KUHP). Pasal 12 Huruf a dan b mengenai pegawai
ketentuan Pasal 5 Ayat 2). Pasal 12 Huruf c dan d mengenai hakim atau advokat
yang menerima suap (pengulangan dari Pasal 6 Ayat 2). Pasal 12B merupakan
156
https://jdihn.go.id/, Diakses 29 April 2023
198
Dari uraian tersebut diatas, ternyata pengaturan tindak pidana korupsi suap
karena :
tahun, kemudian diatur lagi dalam Pasal 12 huruf a dan b dengan ancaman
pidana seumur hidup atau paling singkat 4 tahun dan paling lama 20 tahun.
yang menerima suap, diancam pidana paling singkat 3 tahun dan paling
pasal mana yang harus diterapkan dalam penegakan hukum tindak pidana
pasal mana yang mau diterapakan, apakah yang ancaman pidananya ringan
ancaman pidananya lebih tinggi dari pihak pemberi suap yang biasanya
sepertiga. 157
kepada hakim atau advokat) dan ketentuan Pasal 6 Ayat 2 mengenai hakim atau
advokat yang menerima suap, ancaman pidananya sama yaitu minimal 3 tahun
dan maksimal 15 tahun. Seharusnya ancaman pidana bagi hakim lebih tinggi
dibanding pihak pemberi suap. Demikian pula ancaman pidana Pasal 12 Huruf a,
sama dengan tindak pidana korupsi keuangan negara yang diatur dalam Pasal 2
dan 3, seharusnya ancaman pidana tindak pidana korupsi suap lebih rendah karena
korupsi suap tidak menimbulkan kerugian negara. Hal yang sama terjadi pada
ketentuan pada Pasal 2 dan 3 dimana anacaman pidana ketentuan Pasal 3 lebih
seharusnya ancaman pidananya lebih tinggi karena pelaku tindak pidana korupsi
dilakukan oleh pegawai negeri yang memiliki jabatan atau kewenangan, dikaitkan
157
Moeljatno, Kitab Undang Undang Hukum Pidana, Bumi Aksara, Jakarta, 2001, Hal 24
200
Penyusunan tindak pidana suap dalam KUHP jauh lebih bagus susunanya
bila dibanding dengan pengaturan tindak pidana korupsi suap dalam Undang-
- Pasal 209 KUHP mengenai pemberi suap kepada pejabat berpasangan dengan
- Pasal 210 KUHP mengenai pemberi suap kepada hakim atau penasehat atau
-Pasal 418 KUHP mengenai pejabat yang menerima suap yang tidak ada
pasanganya dalam KUHP, artinya pemberi suap ini tidak diancam pidana.
pidananya sesuai dengan prinsip proposionalitas dan logis, seperti ketentuan Pasal
209 KUHP tentang pemberi suap, ancaman pidananya maksimal 2 tahun 8 bulan,
sedangkan ancaman pidana ketentuan Pasal 419 KUHP mengenai pejabat yang
Demikian pula ancaman pidana Pasal 210 KUHP mengenai pemberi suap kepada
ketentuan Pasal 420 KUHP mengenai hakim atau adviseur yang menerima suap
dengan ancaman pidana paling lama 9 tahun. Ketentuan Pasal 418 KUHP
201
mengenai pejabat yang menerima suap dengan ancaman pidana maksimal 6 bulan,
Efendi, Joanedi dan Johnny Ibrahim. (2016). Metode Penelitian Hukum. Jakarta:
Kencana.
Latif, Abdul dan Hasbi Ali. (2016). Politik Hukum. Jakarta: Sinar Grafika
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Ali, Achmad. (2009). Menguak Teori Hukum dan Teori Peradilan. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Dewita, Misra (2011). Aspek Hukum dan Hak Asasi Manusia dalam Tindakan
Penyadapan yang Dilakukan Oleh Komisi Pemberantasan Korupsi. Jakarta:
Proposal FH UI.
Zudan Arif Fakrulloh. Bahan Kuliah Politik Hukum dan Kebijakan Publik,
2019/2020.
B. Perundang-undangan
Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang Undang No.
31 Tahun 1999.
D. Artikel/Surat Kabar
E. Website
http://indonesiabaik.id/infografis/tahun-2018-indeks-persepsi-korupsi-indonesia-meningkat,
diakses tanggal 23 Februari 2021
https://nasional.kompas.com/read/2021/01/28/14120521/indeks-persepsi-korupsi-indonesia-
pada-2020-turun-jadi-37-peringkat-102-di diakses tanggal 23 Februari 2020
207