Anda di halaman 1dari 9

ANALISA UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2009

TENTANG KESEJAHTERAAN SOSIAL

Kesejahteraan sosial mempunyai keterkaitan yang erat dengan Hukum Ekonomi dalam pencapaian
tujuannya. Tujuannya yaitu dapat mewujudkan kehidupan yang layak dan bermartabat bagi masyarakat,serta
memenuhi hak atas kebutuhan dasar masyarakat untuk menciptakan kesejahteraan sosial. Sedangkandalam
hukum ekonomi kegiatan yang dilakukan yaitu bertujuan untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari.Tingkat
kesejahteraan masyarakat mempunyai hubungan terhadap kondisi sosial ekonomi.

Sebagaimana dalam upaya mencapai tujuan bangsa sila kelima Pancasila menyatakan bahwa
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, dan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan negara untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Untuk
menciptakan kehidupan yang layak dan dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari masyarakat, Pemerintah
mengeluarkan UU No. 11 tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial.

Kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar
dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi
sosialnya.3Kegiatan pemenuhan kebutuhan sehari-hari merupakan lingkup dari kegiatan ekonomi, yaitu cara
mempertahankan hidupnya sehari-hari serta berbagai hal yang mempunyai keterkaitan dengan kesejahteraan
secara materiil. Pemenuhan taraf kesejahteraan sosial perlu terus diupayakan mengingat sebagian besar
rakyat Indonesia masih belum mencapai taraf kesejahteraan sosial yang diinginkan. Keberhasilan
pembangunan terletak pada kemampuan penanganan terhadap para penyandang masalah kesejahteraan
sosial. Kemajuan pembangunan ekonomi tidak akan ada artinya jika kelompok rentan penyandang masalah
sosial tersebut, tidak dapat terlayani dengan baik. Untuk itu pembangunan bidang kesejahteraan sosial terus
dikembangkan bersama dengan pembangunan ekonomi.

Kedua bidang antara kesejahteraan sosial dengan pembangunan ekonomi harus berjalan secara
bersamaan tanpa ada yang harus diutamakan. Hal ini mengingat pembangunan ekonomi sangat
mempengaruhi tingkat kemakmuran suatu negara, namun pembangunan ekonomi yang sepenuhnya
diserahkan pada mekanisme pasar, tetap tidak akan mampu menjamin kesejahteraan sosial pada setiap
masyarakat. Bahkan pengalaman negara maju dan berkembang seringkali memperlihatkan jika prioritas
hanya difokuskan pada kemajuan ekonomi memang dapat memperlihatkan angka pertumbuan ekonomi.
Namun sering pula gagal menciptakan pemerataan dan menimbulkan menimbulkan kesenjangan sosial.
Akhirnya dapat menimbulkan masalah kemiskinan yang baru. Oleh karenanya penanganan masalah
kemiskinan harus didekati dari berbagai sisi baik pembangunan ekonomi maupun kesejahteraan sosial.

Berbagai aktivitas ekonomi baik nasional maupun internasional diatur dalam hukum ekonomi. UU
No. 11 tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial adalah salah satu undang-undang yang berkaitan dengan
hukum ekonomi, sehingga segala ketentuan didalamnya mencangkup pendekatan dalam hukum
ekonomi.Hukum ekonomi mempunyai 3 sisi pendekatan, yaitu:

Interdisipliner

Dalam UU tentang Kesejahteraan Sosial tidak hanya terdapat sifat hukum tertentu namun
terdapat beberapa bidang hukum lainnya:

Hukum dagang tertuang dalam BAB III Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial bagian ketiga
mengenai Jaminan Sosial, jaminan sosial diberikan dalam bentuk asuransi kesejahteraan sosial dan
bantuan langsung berkelanjutan, serta tunjangan berkelanjutan. Dengan adanya bantuan dari
Pemerintah berupa asuransi atau tunjangan lain yang terdapat dalam Pasal 9 dan Pasal 10 tersebut
dalam pelaksanaannya belum sepenuhnya berjalan. Pemerintah telah mengupayakan kesejahteraan
masyarakat melelui program Bantuan Langsung Tunai (BLT), dengan dilatarbelakangi upaya
mempertahankan tingkat konsumsi rumah tangga sebagai akibat adanya kebijakan kenaikan harga
BBM. Kendala yang dialami dalam program BLT ini yaitu terhadap masyarakat sendiri, banyak yang
tidak semestinya mendapat kartu BLT. Hal ini dapat menjadikan tingkat kesejahteraan masyarakat
tidak dapat merata, yang kaya semakin kaya yang miskin semakin miskin. Dengan ditemukannya
hambatan yang demikian tingkat perekonomian Indonesia belum dapat sepenuhnya tercapai
kemakmuran secara merata.
Hukum Pidana tertuang dalam BAB III Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial bagian kelima
tentang Perlindungan Sosial pasal 14 sampai dengan pasal 17 UU No. 11 tahun 2009, Perlindungan
sosial dimaksudkan untuk mencegah dan menangani risiko dari guncangan dan kerentanan sosial
seseorang agar kelangsungan hidupnya dapat dipenuhi sesuai dengan kebutuhan dasar minimal.
Perlindungan sosial dilaksanakan dengan bantuan sosial, advokasi sosial, dan bantuan hukum.
Penerapannya dalam masyarakat undang-undang kesejahteraan sosial ini bentuk perlindungan
sosialnya kurang diaplikasikan. Bantuan sosial, advokasi sosial, dan bantuan hukum jarang diberikan
kepada masyarakat dalam taraf ekonomi rendah. Dengan adanya prinsip ekonomi perlindungan sosial
berjalan sejajar dengan itu. Hal ini tidak merubah nasib kelompok rentan penyandang masalah sosial
tersebut.
Hukum tata negara adalah hukum yang mengatur tentang negara, yaitu antara lain dasar
pendirian, struktur kelembagaan, pembentukan lembaga-lembaga negara, hubungan hukum (hak dan
kewajiban) antar lembaga negara, wilayah dan warga negara. Pemerintah dan pemerintah daerah
melakukan koordinasi dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian penyelenggaraan
kesejahteraan sosial.

Hukum Administrasi negara adalah hukum yang mengatur kegiatan administrasi negara. Yaitu hukum
yang mengatur tata pelaksanaan pemerintah dalam menjalankan tugasnya . Hukum administarasi
negara memiliki kemiripan dengan Hukum Tata Negara. Kesamaanya terletak dalam hal kebijakan
pemerintah , sedangkan dalam hal perbedaan Hukum Tata Negara lebih mengacu kepada fungsi
konstitusi/hukum dasar yang digunakan oleh suatu negara dalam hal pengaturan kebijakan
pemerintah,untuk Hukum Administrasi Negara dimana negara dalam "keadaan yang bergerak". Dalam
Undang-undang tentang Kesejahteraan Sosial ini mencangkup Wewenang dan Tanggung Jawab
bagian ketiga tentang Pemerintah Daerah pasal 27 sampai dengan pasal 30. dan dalam Bab VIII
tentang Pendaftaran dan Perizinan Lembaga Kesejahteraan Sosial mencangkup hal-hal mengenai
pendaftaran dan perizinan, lembaga yang menyelenggarakan kesejahteraan sosial wajib mendaftar
kepada kementerian atau instansi dibidang sosial. Kajian dari Hukum Administrasi Negara yaitu
mengenai pendaftaran dan perizinan mencangkup administratif yaitu pencatatan dan pendataan atas
lembaga yang didirikan kepada Pejabat yang berwenang/setempat. Lembaga yang didirikan yang
berkaitan dengan undang-undang ini yaitu Lembaga Kesejahteraan Sosial Indonesia (LKSI). LKSI
berdiri didasari atas rasa keprihatinan yang begitu mendalam akibat dari situasi dan kondisi bangsa
yang terus terpuruk, mulai dari angka kemiskinan yang begitu tinggi dan berbagai permasalahan yang
diakibatkan faktor ekonomi.

Multidisipliner
Ekonomi dituangkan dalam Bab III Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial bagian keempat
tentang Pemberdayaan Sosial pasal 12, serta BAB IV Penanggulangan Kemiskinan pasal 19. Para
pihak penyandang masalah kesejahteraan sosial diarahkan dalam penyelenggaraan peningkatan
perekonomian Nasional agar mampu bersaing dalam memperoleh kesejahteraan secara mandiri. Salah
satu contohnya yaitu dibukanya akses lapangan kerja secara luas.
Sosial, berkaitan dengan Rehabilitasi Sosial bagian kedua BAB III Penyelenggaraan
Kesejahteraan Sosial, rehabilitasi sosial dimaksudkan untuk memulihkan dan mengembangkan
kemampuan seseorang yang mengalami disfungsi sosial agar dapat melaksanakan fungsi sosialnya
secara wajar.

Transnasional
Pendekatan mengenai unsur-unsur asing dan yang melintasi batas negara, berbunyi lembaga
kesejahteraan sosial asing dalam melakukan penyelenggaraan kesejahteraan sosial wajib memperoleh
izin dan melaporkan kegiatannya kepada Menteri, gubernur, dan bupati/walikota sesuai dengan
kewenangannya.

Hukum ekonomi mempunyai beberapa karakteristik, sehingga dapat dilihat ciri-ciri yang
bagaimanakah yang dapat dikategorikan sebagai hukum ekonomi. UU No. 11 Tahun 2009 Tentang
Kesejahteraan Sosial sudah memenuhi karakter dari hukum ekonomi dilihat dari beberapa karakternya
termasuk dalam hukum ekonomi. Berdasarkan penjabaran diatas mengenai sisi pendekatan hukum ekonomi
yang dituangkan dalam UU tentang Kesejahteraan Sosial ini sudah dapat dikatakan memenuhi kajian dari
hukum ekonomi. Segala bentuk bidang hukum sudah tercakup dalam undang-undang tersebut. UU No. 11
Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial mencangkup pula hukum privat dan hukum publik, Hukum privat
adalah hukum yg mengatur hubungan orang perorang, hukum privat kajiannya berupa Hukum Perdata dan
Hukum Dagang. Sedangkan hukum publik adalah hukum yg mengatur hubungan antara negara dengan
warga negaranya. Hukum publik secara garis besar dikaji oleh Hukum Pidana, Hukum Administrasi Negara,
Hukum Tata Negara, dan lain-lain. Hukum publik atau hubungan antara negaradengan warga negaranya
dalam Undang-undang Kesejahteraan Sosial diatur sebagai penyandang hak dan kewajiban sebagai Warga
Negara Indonesia yang wajib dilindungi oleh negara, yaitu salah satunya berhak mendapatkan kehidupan
yang sejahtera.

Ruang lingkup dari UU tentang Kesejahteraan Sosial lebih luas dari hukum perdata dan hukum
dagang. Pasal-pasal didalamnya mencangkup pula hukum-hukum lain selain hukum privat. Sehingga UU
tentang Kesejahteraan Sosial ini tidak dapat dikategorikan dalam satu hukum saja, maka termasuk dalam
hukum ekonomi sesuai dengan karakteristik hukum ekonomi tersebut.

UU No. 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial merupakan perpaduan dari berbagai bidang
hukum. Hukum pidana mengenai ketentuan perlindungan social yang dilaksanakan dengan bantuan sosial,
advokasi sosial, dan bantuan hukum. Mengenai hukum dagang pemberian jaminan sosial dalam bentuk
asuransi kesejahteraan sosial dan bantuan langsung serta tunjangan. Hukum administrasi negara mengenai
wewenang penyelenggaraan kesejahteraan sosial dan mengenai pendaftaran dan perijinan pendirian lembaga
sosial.. Hukum tata negara tentang hubungan hukum antar lembaga negara seperti pemerintah dan
pemerintah daerah koordinasi dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian penyelenggaraan
kesejahteraan sosial.

Pada dasarnya UU No. 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial mengatur lebih rinci
darihukum ekonomi. Dilihat dari persamaan kegiatan serta tujuan yang hendak dicapai, yaitu pemenuhan
kebutuhan dan cara mempertahankan hidup sehari-hari serta berbagai hal yang mempunyai keterkaitan
dengan kesejahteraan secara materiil. Maka dapat dikatakan UU No. 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan
Sosial mengatur secara rinci dari hukum ekonomi, adagium untuk itu adalah, ”Lex specialis derograt lex
generalis” jadi, UU No. 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial lebih diutamakan daripada hukum
ekonomi.

Sumber Hukum adalah tempat dimana hukum itu ditemukan. Sumber hukum meliputi Perundang-undangan,
perjanjian, traktat, jurisprudensi, kebiasaan, dan pendapat sarjana (doktrin). Dalam hal ini tingkat
kepentingan dan penggunaan sumber-sumber hukum tergantung pada sistem hukum yang dianut suatu
negara. Dari sumber hukum itu tadi ditemukanlah peraturan-peraturan disistimatisasikan menurut: sejarah
perkembangan hukum bidang yang bersangkutan di indonesia, falsafah indonesia yang melatarbelakangi
bidang hukum tersebut, kebijakan pemerintah di bidang tersebut, pelaksanaan dari kebijakan pemerintah di
bidang yang bersangkutan. Dalam kegiatan pemenuhan kesejahteraan sosial bersumber kepada perundang-
undangan yang kemudian dijadikan sebuah dasar hukum ekonomi Indonesia dalam sebuah heararki.

Dasar hukum dibentuknya Undang-undang Kesejahteraan Sosial ini mengingat Pasal 18A, Pasal
20,Pasal 21, Pasal 23 ayat (1), Pasal 27 ayat (2), Pasal 28C ayat (1), Pasal 28H ayat (1), ayat (2), dan ayat
(3), dan Pasal 34 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pasal 28 mengatur
mengenai Hak Asasi Manusia berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, demi
meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia. Berhak atas jaminan sosial yang
memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat. Negara berkewajiban
memelihara warga negaranya yang miskin dan terlantar, hal tersebut tertuang dalam Pasal 34 UUD 1945
yang dijadikan Dasar Hukum dirumuskannya Undang-undang Kesejahteraan Sosial.

Subyek hukum ekonomi dibagi menjadi 4 komponen: yaitu yang pertama adalah Pemerintah; Pelaku
usaha; masyarakat/konsumen; NGO (Non Goverment Organization)/ LSM (Lembaga Swadaya
Masyarakat). Penjabarannya sebagai berikut:
Pemerintah memegang peranan penting dalam perekonomian suatu negara yaitu terletak sebagai
regulator dan fasilitator. Tingkat perekonomian baik meningkat maupun menurun berdasarkan atas
Pemerintah sebagai pemeran yang utama. Pemerintah atas nama Negara berfungsi sebagai pengayom
dengan memberikan jaminan hukum dan perundang-undangan namun terkadang ekonomi cenderung
memunculkan monopoli dan oligopoli karena peran negara yang diminimalkan. Bahwa peran pemerintah
dalam ekonomi pasar berpengaruh terhadap proses pemulihan ekonomi nasional. Perannya dalam
mendorong laju pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja diharapkan menjadi langkah awal bagi
upaya pemerintah menggerakkan sektor produksi pada berbagai lapangan usaha sehingga tercipta masyarkat
yang mandiri dan berpotensi. Dukungan diwujudkan melalui kebijakan maupun pengadaan fasilitas dan
peminjamandana.

Komponen subjek hukum ekonomi yang kedua yaitu pelaku usaha. prtumbuhan ekonomi suatu Negara
dipengaruhi pula oleh pelaku usaha, yaitu dapat berupa perorangan dan badan usaha. Pelaku usaha disini
mempunyai manfaat untuk membina dan menumbuhkan pelaku-pelaku usaha ekonomi produktif bagi
masyarakat penyandang ekonomi lemah. Dengan adanya pelaku usaha yang peduli terhadap sesama
diharapkan tingkat kemiskinan Negara menurun hingga menciptakan pertumbuhan ekonomi yang stabil.
Penyelenggaraan kesejahteraan sosial melalui perorangan dan badan usaha diharapkan dapat menciptakan
lapangan kerja yang ditujukan bagi masyarakat ekonomi lemah.

Subyek hukum ekonomi yang ketiga adalah Masyarakat. Manusia pada dasarnya adalah makhluk
sosial yang lebih suka hidup secara bersama. Hal ini disebabkan dengan kapasitas individu yang ada,
manusia tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan pokok untuk mempertahankan kehidupan mereka dalam
masyarakat. Oleh karena itu, mereka sangat membutuhkan suasana kehidupan yang saling menolong dan
bekerjasama.

Asas-asas yang terdapat dalam UU No. 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial tersebut
adalah:

Asas Iman dan Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

Asas ini dalam Hukum Ekonomi dipandang sebagai asas yang paling mendasar dari dibentuknya
sebuah Undang-undang yang mengatur kegiatan ekonomi di Indonesia. Indonesia adalah negara yang
berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa sesuai Pancasila sila pertama. Undang-undang
Kesejahteraan Sosial didasari pula oleh Asas Iman dan Takwa lepada Tuhan YME karena adanya rasa
peduli terhadap sesama manusia sebagai ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Manusia hádala ciptaan yang
paling tinggi dari ciptaan Tuhan yang lainnya, karena diberi akal pikiran, budi nurani, dan perasaan.
Oleh karena itu, dalam suatu kesejahteraan sosial dapat merata jika ada kepedulian diantara sesama.

Asas Kepastian Hukum


Indonesia adalah negara hukum (rechsstaat), negara dengan ciri ini harus ada sebuah asas yaitu Asas
Kepastian Hukum. Untuk menjamin hak dan kewajiban warga negarannya perlu peraturan yang
mengatur untuk itu. Landasan undang-undang diutamakan untuk penyelenggaraan kebijakan negara,
yaitu undang-undang tentang kesejahteraan sosial ini. Penyandang masalah kesejahteraan sosial
diberihak untuk meningkatkan taraf hidup sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang telah
ditetapkan.

Asas keterbukaan
Asas keterbukaan adalah memberikan akses yang seluas-luasnya kepada masyarakat
untuk mendapatkan informasi yang terkait dengan penyelenggaraan kesejahteraan
sosial.14Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial harus dilaksanakan secara merata, dengan
informasi yang akurat. Agar tidak terjadi kendala dalam pencapaian pembangunan
ekonomi, penetapan sasaran harus sesuai dengan tujuan. Kesejahteraan Sosial ini
ditujukan bagi masyarakat yang dibawah taraf hidup, misalnya dalam contoh yang sudah
disebut diatas yaitu melelui program Bantuan Langsung Tunai (BLT). Pemberian
informasi bantuan di sosialisasikan bagi masyarakat guna menunjang perokonomiannya.
Dengan keterbukaan ini, baik dari masyarakat misal tentang tingkat kemiskinannya,
maupun dari pemerintah mengenai sosialisasi program peningkatan kesejahteraan
tersebut.

Asas Akuntabilitas
Asas akuntabilitas adalah dalam setiap penyelenggaraan kesejahteraan sosial harus dapat
dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.15Setiap
kegiatan ekonomi yang berhubungan dengan kepentingan masyarakat deserta hasilnya
harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat pula.

Asas Kemandirian
Berdasarkan asas kemandirian diharapkan masyarakat yang maíz dalam taraf hidup
rendah dapat memperlancar pelaksanaan dan pemenuhan kebutuhan ekonomi. Untuk
mencapai asas kemandirian dibutuhkan suatu kegiatan pemberdayaan masyarakat dengan
potensi dan kemampuan masyarakat yang berada dalam taraf hidup yang rendah untuk
berusaha menciptakan suatu lapangan usaha secara mandiri. Dalam undang-undang
kesejahteraan sosial mengatur mengenai Pemberdayaan Sosial yang dimaksudkan untuk
mampu memenuhi kebutuhannyasendiri.

Asas Pembangunan Keterlanjutan


Asas keberlanjutan adalah dalam menyelenggarakan kesejahteraan sosial dilaksanakan
secara berkesinambungan, sehingga tercapai kemandirian. Berkelanjutan disini
mempunyai arti bahwa jaminan sosial serta bantuan langsung yang diberikan oleh
Pemerintah untuk masyarakat miskin dilakukan secara berlanjut atau berkala hingga
masyarakat yang dalam ekonomi lemah tersebut mampu mandiri tanpa bantuan dari
Pemerintah lagi.

Asas Manfaat

Asas kemanfaatan adalah dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial harus memberi


manfaat bagi peningkatan kualitas hidup warga negara. Penyelenggaraan ini memberikan
manfaat bagi kelompok kurang mampu dan meningkatkan kesejahteraan sosial. Dengan
adanya jaminan sosial dan bantuan langsung Pemerintah ini diharapkan tingkat
kemiskinan di Indonesia dapat berkurang dan dapat meningkatkan perekonomian negara.

Asas Keadilan Dan Pemerataan


Asas keadilan adalah dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial harus menekankan
pada aspek pemerataan, tidak diskriminatif dan keseimbangan antara hak dan kewajiban.
Pemerataan dan keadilan disini ditujukan bagi penyandang masalah ekonomi yang
diklasifikasi oleh Pemerintah secara akurat dan adil sesuai tingkat kemiskinan. Namun
sering kali pada prakteknya, penerima kesejahteraan sosial ini tidak selalu adil dan
merata. Kurangnya pengawasan dan penggolongan masyarakat kurang mampu ini
dikendalai oleh masyarakat itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai