Fungsi Pancasila bagi kesejahteraan rakyat merupakan penjabaran dari nilai – nilai keadilan sosial.
Pancasila dijadikan sebagai dasar dalam melakukan hal-hal positif yang membangun kesejahteraan di
tengah masyarakat. Untuk mewujudkan kesejahteraan sosial diperlukan adanya pembangunan yang
mencakup pembangunan sumber daya manusia, dan juga pembangunan pendukung lainnya melalui
perencanaan yang berkesinambungan. Pembangunan harus memiliki paradigma atau kerangka pikir,
atau kerangka bertindak, yang berdasarkan pancasila. Hal ini sebagai konsekwensi atas pengakuan dan
penerimaan bangsa Indonesia atas Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi nasional.
Pancasila dan alinea kedua Undang- Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia 1945
mengamanatkan negara mempunyai tanggung jawab untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan
memajukan kesejahteraan umum dalam rangka mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia, hal demikian sejalan dengan komitment profesi pekerja sosial yakni, peningkatan kualitas
hidup, keadilan sosial, dan harkat dan martabat manusia. Untuk mewujudkan kehidupan yang layak dan
bermartabat, serta untuk memenuhi hak atas kebutuhan dasar warga negara didalamnya untuk
pemenuhan hak – hak anak, yakni : hak hidup, hak sipil, hak berpartisipasi, dan hak tumbuh dan
berkembang, demi tercapainya kesejahteraan sosial, negara melalui pekerja sosial menyelenggarakan
pelayanan dan pengembangan kesejahteraan sosial secara terencana, terarah dan berkelanjutan.
Negara harus menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam merumuskan peraturan dan kebijakan dalam
menyelenggarakan negara kesejahteraan karena Pancasila merupakan sumber hukum dan ideologi
bangsa yang telah disepakati oleh para founding fathers. Salah satu cara untuk meningkatkan
kesejahteraan dan kemakmuran rakyat yang sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia yaitu dengan
melibatkan peran dari seluruh elemen masyarakat dalam kegiatan-kegiatan pemerintahan dengan
mewirausahakan pemerintahan (reinventing government) dengan kata lain memangkas birokrasi, sebab
yang selalu menjadi isu menarik pada saat ini adalah dimana istilah “birokrasi” memiliki stigma buruk di
mata masyarakat serta sering kali dikaitkan dengan inefisiensi, inefektivitas maupun keburukan
pemerintahan dalam pelayanan.
Implementasi
Implementasi Sila ke-5 Pancasila juga telah diwujudkan dalam upaya penyelenggaraan usaha
Kesejahteraan Sosial yakni rehabilitasi sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial, dan perlindungan
sosial. Upaya tersebut telah dilaksanakan secara terus menerus dan berkelanjutan oleh Pemerintah
Pusat, Provinsi Lampung dan Kabupaten Pringsewu tentunya untuk pelaksanaan kewajiban negara
dalam menjamin terpenuhinya hak atas kebutuhan dasar warga negara yang miskin dan tidak
mampu.Namun, kondisi saat ini, ditambah adanya pandemi covid 19, permasalahan kesejahteraan sosial
menunjukkan bahwa masih terdapat warga negara yang belum terpenuhi hak atas kebutuhan dasarnya
secara layak karena belum memperoleh pelayanan sosial dari negara.
Akibatnya, masih ada warga negara yang mengalami hambatan pelaksanaan fungsi sosial sehingga tidak
dapat menjalani kehidupan secara layak dan bermartabat.
Studi Kasus
SJSN seperti yang tertuang dalam Pasal 4 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem
Jaminan Sosial Nasional diselenggarakan berdasarkan pada prinsip-prinsip2:
1. Prinsip kegotong-royongan, prinsip ini diwujudkan dalam mekanisme gotong-royong dari peserta yang
mampu kepada peserta yang kurang mampu dalam bentuk kepesertaan wajib bagi seluruh rakyat,
peserta yang beresiko rendah membantu yang beresiko tinggi dan peserta yang sehat membantu yang
sakit. Melalui prinsip kegotongroyongan ini jaminan sosial dapat menumbuhkan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.
2. Prinsip nirlaba, bahwa pengelolaan dana amanat tidak dimaksudkan untuk mencari keuntungan bagi
badan penyelenggara jaminan sosial adalah untuk memenuhi sebesar-besarnya kepentingan peserta.
3. Prinsip keterbukaan, kehati-hatian, akuntabilitas, efisiensi dan efektifitas, prinsip-prinsip manajemen
ini diterapkan dan mendasari seluruh kegiatan pegelolaan dana yang berasal dari iuran peserta dan dari
hasil pengembangannya.
4. Prinsip kehati-hatian, pengelolaan dana secara cermat, teliti, aman dan tertib.
5. Prinsip akuntabilitas, pelaksanaan program dan pengelolaan keuangan yang akurat dan dapat
dipertanggungjawabkan.
6. Prinsip Portabilitas, bahwa jaminan sosial yang dimaksud untuk memberikan jaminan yang
berkelanjutan meskipun peserta berpindah pekerjaan atau tempat tinggal, tetapi masih dalam wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bertambah majunya pertumbuhan ekonomi lebih lancarnya
transportasi nusantara dan meluasnya usaha-usaha pemerintah maupun sektor swasta di seluruh
nusantara menyebabkan penduduk akan lebih sering berpindah-pindah.
7. Prinsip kepesertaan yang bersifat wajib dimaksudkan agar seluruh rakyat Indonesia menjadi peserta
walaupun dalam penerapannya tetap menyesuaikan dan mempertimbangkan kemampuan ekonomi
rakyat dan pemerintah serta kelayakan penyelenggaraan program. Peserta dimulai dari pekerja pada
sektor formal dan pekerja pada sektor informal yang dapat menjadi peserta acara sukarela.
8. Prinsip dana amanat, bahwa dana yang terkumpul dari iuran peserta merupakan titipan kepada
badan-badan penyelenggara untuk dikelola sebaik-baiknya dalam rangka mengoptimalkan dana
tersebut untuk kesejahteraan peserta.
9. Prinsip hasil pengelolaan dana jaminan sosial nasional bahwa hasil berupa deviden dari para
pemegang saham dikembalikan untuk kepentingan peserta jaminan sosial.
Dengan demikian tampak jelas bahwa dengan hadirnya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang
Sistem Jaminan Sosial Nasional dimaksudkan untuk memberikan jaminan dasar yang layak bagi seluruh
masyarakat karena itu menjadi kewajiban konstitusional pemerintah terhadap rakyatnya yang harus
dikelola langsung oleh pemerintah agar terciptanya suatu pemerataan dan keadilan di seluruh Negara
Kesatuan Republik Indonesia.