1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Tahun 2015 juga merupakan tahun yang bersejarah bagi BPJS Ketenagakerjaan,
dimana pada tahun 2015 BPJS Ketenagakerjaan beroperasi penuh dan menjalankan 4
program. Sebelum Juli 2015, BPJS Ketenagakerjaan dipercayakan untuk
menyelenggarakan 3 program meliputi Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan
Kematian (JKM), dan Jaminan Hari Tua (JHT). Pada 1 Juli 2015, Program Jaminan
Pensiun mulai diselenggarakan oleh BPJS Ketenagakerjan bagi tenaga kerja. Peluncuran
full operation BPJS Ketenagakerjaan juga dilakukan oleh Presiden Republik Indonesia
Joko Widodo. Tantangan yang perlu dihadapi selanjutnya adalah memperkenalkan
3
program pensiun bagi tenaga kerja, memperluas cakupan program pensiun tersebut,
serta memberikan pelayanan terbaik bagi penerima manfaat program pensiun.
Dengan adanya program jaminan sosial dari BPJS yang dibentuk pemerintah ini
diharapkan kesejahteraan tenaga kerja di indonesia semakin membaik dan dengan
begitu mampu meningkatkan kesejahteraan pegawai.
4
BAB II
ISI
5
berlangsungnya arus penerimaan penghasilan keluarga sebagai pengganti sebagian atau
seluruhnya penghasilan yang hilang, akibat risiko sosial.
6
2. VISI dan MISI
Visi
Misi
Sebagai badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja yang memenuhi perlindungan
dasar bagi tenaga kerja serta menjadi mitra terpercaya bagi:
a. Tenaga Kerja : Memberikan perlindungan yang layak bagi tenaga kerja dan
keluarga
b. Pengusaha : Menjadi mitra terpercaya untuk memberikan perlindungan kepada
tenaga kerja dan meningkatkan produktifitas
c. Negara : Berperan serta dalam pembangunan
Motto Perusahaan
7
Iman: Taqwa, berfikir positif, tanggung jawab, pelayanan tulus ikhlas.
Profesional: Berprestasi, bermental unggul, proaktif dan bersikap positif
terhadap perubahan dan pembaharuan
Teladan: Berpandangan jauh kedepan, penghargaan dan pembimbingan (reward
& encouragement), pemberdayaan
Integritas: Berani, komitmen, keterbukaan
Kerjasama: Kebersamaan, menghargai pendapat, menghargai orang lain.
Tugas:
8
Fungsi:
Dasar hukum:
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
5. Wilayah operasional
6. Struktur Organisasi
9
Susunan organisasi BPJS Ketenagakerjaan Kantor Pusat adalah sebagai berikut:
10
4. Direktorat Perencanaan Strategis dan Teknologi Informasi
Divisi Perencanaan Strategis (REN)
Divisi Pengembangan Teknologi Informasi (PTI)
Divisi Operasional Teknologi Informasi (OTI)
Divisi Manajemen Risiko (MRI)
11
7. Struktur dan tata kelola
12
Melakukan penelaahan terhadap data dan informasi mengenai penyelenggaraan
BPJS; dan
Memberikan saran dan rekomendasi kepada Presiden mengenai kinerja Direksi.
13
100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah) dengan persetujuan Dewan
Pengawas;
Melakukan pemindahtanganan aset tetap BPJS lebih dari Rp
100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah) sampai dengan Rp
500.000.000.000,00 (lima ratus miliar rupiah) dengan persetujuan Presiden; dan
Melakukan pemindahtanganan aset tetap BPJS lebih dari Rp
500.000.000.000,00 (lima ratus miliar rupiah) dengan persetujuan Dewan
Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.
14
15
8. Program
16
masing-masing
Manfaat JHT adalah berupa uang tunai yang besarnya merupakan nilai
akumulasi iuran ditambah hasil pengembangannya, yang dibayarkan secara
sekaligus apabila :
1. peserta mencapai usia 56 tahun
2. meninggal dunia
3. cacat total tetap
Yang dimaksud usia pensiun termasuk peserta yang berhenti bekerja karena
mengundurkan diri, terkena PHK dan sedang tidak aktif bekerja dimanapun; atau
peserta yang meninggalkan wilayah Indonesia untuk selamanya.
Hasil pengembangan JHT paling sedikit sebesar rata-rata bunga deposito counter rate
bank pemerintah.
Manfaat JHT sebelum mencapai usia 56 tahun dapat diambil sebagian jika
mencapai kepesertaan 10 tahun dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Diambil max 10 % dari total saldo sebagai persiapan usia pensiun
17
2. Diambil max 30% dari total saldo untuk uang perumahan
Pengambilan sebagian tersebut hanya dapat dilakukan sekali selama menjadi peserta
Jika setelah mencapai usia 56 tahun peserta masih bekerja dan memilih untuk
menunda pembayaran JHT maka JHT dibayarkan saat yang bersangkutan
berhenti bekerja.
BPJS Ketenagakerjaan wajib memberikan informasi kepada peserta mengenai
besarnya saldo JHT beserta hasil pengembangannya 1 (satu) kali dalam setahun.
Apabila peserta meninggal dunia, urutan ahli waris yang berhak atas manfaat
JHT sbb :
1. Janda/duda
2. Anak
3. Orang tua, cucu
4. Saudara Kandung
5. Mertua
6. Pihak yang ditunjuk dalam wasiat
7. Apabila tidak ada ahli waris dan wasiat maka JHT dikembalikan ke Balai
Harta Peninggalan
Jika terjadi JHT kurang bayar akibat pelaporan upah yang tidak sesuai, menjadi
tanggungjawab perusahaan
18
No. Tingkat Risiko Lingkungan Kerja Besaran Persentase
1. tingkat risiko sangat rendah 0,24 % dari upah sebulan
2. tingkat risiko rendah 0,54 % dari upah sebulan
3. tingkat risiko sedang 0,89 % dari upah sebulan
4. tingkat risiko tinggi 1,27 % dari upah sebulan
5. tingkat risiko sangat tinggi 1,74 % dari upah sebulan
Untuk kecelakaan kerja yang terjadi sejak 1 Juli 2015, harus diperhatikan adanya
masa kadaluarsa klaim untuk mendapatkan manfaat. Masa kadaluarsa klaim selama
selama 2 (dua) tahun dihitung dari tanggal kejadian kecelakaan. Perusahaan harus tertib
melaporkan baik secara lisan (manual) ataupun elektronik atas kejadian kecelakaan
kepada BPJS Ketenagakerjaan selambatnya 2 kali 24 jam setelah kejadian kecelakaan,
dan perusahaan segera menindaklanjuti laporan yang telah dibuat tersebut dengan
mengirimkan formulir kecelakaan kerja tahap I yang telah dilengkapi dengan dokumen
pendukung.
Memberikan manfaat uang tunai yang diberikan kepada ahli waris ketika peserta
meninggal dunia bukan akibat kecelakaan kerja.
Iuran JKM
1. bagi peserta penerima gaji atau upah sebesar 0,30% (nol koma tiga puluh
persen) dari gaji atau upah sebulan.
2. Iuran JKM bagi peserta bukan penerima upah sebesar Rp 6.800,00 (enam
ribu delapan ratus Rupiah) setiap bulan
Manfaat Jaminan Kematian dibayarkan kepada ahli waris peserta, apabila
peserta meninggal dunia dalam masa aktif (manfaat perlindungan 6 bulan tidak
berlaku lagi), terdiri atas:
o Santunan sekaligus Rp16.200.000,00 (enam belas juta dua ratus ribu
rupiah);
o Santunan berkala 24 x Rp200.000,00 = Rp4.800.000,00 (empat juta
delapan ratus ribu rupiah) yang dibayar sekaligus;
o Biaya pemakaman sebesar Rp3.000.000,00 (tiga juta rupiah); dan
19
o Beasiswa pendidikan anak diberikan kepada setiap peserta yang
meninggal dunia bukan akibat kecelakaan kerja dan telah memiliki masa
iur paling singkat 5 (lima) tahun yang diberikan sebanyak
Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah) untuk setiap peserta.
Besarnya iuran dan manfaat program JKM bagi peserta dilakukan evaluasi
secara berkala paling lama setiap 2 (dua) tahun
Manfaat pensiun adalah sejumlah uang yang dibayarkan setiap bulan kepada
peserta yang memasuki usia pensiun, mengalami cacat total tetap, atau kepada ahli
waris bagi peserta yang meninggal dunia.
Peserta Program Jaminan Pensiun adalah pekerja yang terdaftar dan telah
membayar iuran. Peserta merupakan pekerja yang bekerja pada pemberi kerja selain
penyelenggara negara, yaitu peserta penerima upah yang terdiri dari:
Selain itu, pemberi kerja juga dapat mengikuti Program Jaminan Pensiun sesuai
dengan penahapan kepesertaan.
Pekerja yang didaftarkan oleh pemberi kerja mempunyai usia paling banyak 1
(satu) bulan sebelum memasuki usia pensiun. Usia pensiun untuk pertama kali
ditetapkan 56 tahun dan mulai 1 Januari 2019, usia pensiun menjadi 57 tahun dan
selanjutnya bertambah 1 (satu) tahun untuk setiap 3 (tiga) tahun berikutnya sampai
mencapai Usia Pensiun 65 tahun.
20
Dalam hal pemberi kerja nyata-nyata lalai tidak mendaftarkan Pekerjanya,
Pekerja dapat langsung mendaftarkan dirinya kepada BPJS Ketenagakerjaan.Dalam hal
peserta pindah tempat kerja, Peserta wajib memberitahukan kepesertaannya kepada
Pemberi Kerja tempat kerja baru dengan menunjukkan kartu peserta BPJS
Ketenagakerjaan. Selanjutnya Pemberi Kerja tempat kerja baru meneruskan kepesertaan
pekerja.
Iuran program jaminan pensiun dihitung sebesar 3%, yang terdiri atas 2% iuran
pemberi kerja dan 1% iuran pekerja.
Upah setiap bulan yang dijadikan dasar perhitungan iuran terdiri atas upah
pokok dan tunjangan tetap. Untuk tahun 2015 batas paling tinggi upah yang
digunakan sebagai dasar perhitungan ditetapkan sebesar Rp 7 Juta (tujuh juta
rupiah). BPJS Ketenagakerjaan menyesuaikan besaran upah dengan
menggunakan faktor pengali sebesar 1 (satu) ditambah tingkat pertumbuhan
tahunan produk domestik bruto tahun sebelumnya. Selanjutnya BPJS
Ketenagakerjaan menetapkan serta mengumumkan penyesuaian batas upah
tertinggi paling lama 1 (satu) bulan setelah lembaga yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan dibidang statistik (BPS) mengumumkan data produk
domestik bruto.
Mekanisme pembayaran iuran mengikuti program paket.
Pemberi kerja wajib membayar iuran paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya.
Pemberi kerja yang tidak memenuhi ketentuan pembayaran iuran dikenakan
denda sebesar 2% setiap bulan keterlambatan.
Jasa Kontruksi
21
Kepesertaan dari Jasa Konstruksi diantaranya adalah Pemberi Kerja selain
penyelenggara negara pada skala usaha besar, menengah, kecil dan mikro yang bergerak
dibidang usaha jasa konstruksi yang mempekerjakan Pekerja harian lepas, borongan,
dan perjanjian kerja waktu tertentu, wajib mendaftarkan Pekerjanya dalam Program
Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) dan Jaminan Kematian (JKM)
Proyek-proyek APBD
Proyek-proyek atas Dana Internasional
Proyek-proyek APBN
Proyek-proyek swasta, dll
Pengertian
Pekerja Bukan Penerima Upah (BPU) adalah pekerja yang melakukan kegiatan
atau usaha ekonomi secara mandiri untuk memperoleh penghasilan dari kegiatan atau
usahanya tersebut yang meliputi : Pemberi Kerja; Pekerja di luar hubungan kerja atau
Pekerja mandiri dan Pekerja yang tidak termasuk pekerja di luar hubungan kerja yang
bukan menerima Upah, contoh Tukang Ojek, Supir Angkot, Pedagang Keliling, Dokter,
Pengacara/Advokat, Artis, dan lain-lain.
Kepesertaan
22
9. Dasar peraturan
Undang-Undang
Peraturan Pemerintah
Peraturan Pemerintah Nomor 83 Tahun 2013 Tentang Modal awal Untuk Badan
jaminan Sosial Ketenagakerjaan
Peraturan Pemerintah Nomor 85 Tahun 2013 Tentang Tata Cara Hubungan Antar
Lembaga Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Peraturan Pemerintah Nomor 86 Tahun 2013 Tentang Tata Cara Pengenaan Sanksi
Administratif Kepada Pemberi Kerja Selain Penyelenggara Negara Dan Setiap Orang,
Selain Pemberi Kerja,Pekerja, Dan Penerima Bantuan Iuran Dalam Penyelenggaan
Jaminan Sosial
Peraturan Pemerintah Nomor 88 Tahun 2013 Tentang Tata Cara Pengenaan Sanksi
Administratif Bagi Anggota Dewan Pengawas Dan Anggota Direksi Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial
Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2013 Tentang Pengelolaan Aset Jaminan Sosial
Ketenagakerjaan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 68 Tahun 2009 Tentang Tarif Pajak
Penghasilan Pasal 21 Atas Penghasilan Berupa Uang Pesangon, Uang Manfaat Pensiun,
Tunjangan Hari Tua, Dan Jaminan Hari Tua Yang Dibayarkan Sekaligus
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2015 Tentang
Penyelenggaraan Program Jaminan Hari Tua
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2015 Tentang
Penyelenggaraan Program Jaminan Pensiun
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2015 Tentang
Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian
23
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2015 Tentang Perubahan
Atas Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2013 Tentang Pengelolaan Aset Jaminan
Sosial Ketenagakerjaan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2015 Tentang Perubahan
Atas Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan Program
Jaminan Hari Tua
Peraturan Presiden
Peraturan Presiden Nomor 108 Tahun 2013 Tentang Bentuk Dan Isi Laporan
Pengelolaan Program Jaminan Sosial
Peraturan Presiden Nomor 109 Tahun 2013 Tentang Penahapan Kepesertaan Program
Jaminan Sosial
Peraturan Presiden Nomor 110 Tahun 2013 Tentang Gaji Atau Upah Dan Manfaat
Tambahan Lainnya Serta Insentif Bagi Anggota Dewan Pengawas Dan Anggota Direksi
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Keputusan Presiden
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 22 tahun 1993 tentang Penyakit yang
Timbul Karena Hubungan Kerja
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 161 Tahun 2013 Tentang Pengangkatan
Dewan Komisaris Dan Direksi PT Jamsostek (Persero) Menjadi Dewan Pengawas Dan
Direksi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan berikut profil Direksi
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan
Peraturan Menteri
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia No 19 Tahun
2012 Tentang Syarat-Syarat Penyerahan Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan Kepada
Perusahaan Lain
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 16/Pmk.03/2010 Tentang Tata Cara Pemotongan
Pajak Penghasilan Pasal 21 Atas Penghasilan Berupa Uang Pesangon, Uang Manfaat
24
Pensiun, Tunjangan Hari Tua, Dan Jaminan Hari Tua Yang Dibayarkan Sekaligus
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2015 Tentang
Tata Cara dan Persyaratan Pembayaran Manfaat Jaminan Hari Tua
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2015 Tentang
Tata Cara Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Kematian,
dan Jminan Hari Tua Bagi Peserta Penerima Upah
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2015 Tentang
Tata Cara Pengangkatan dan Pemberhentian Dokter Penasehat
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2015 Tentang
Tata Cara Pendaftaran Kepesertaan, Pembayaran dan Penghentian Manfaat Jaminan
Pensiun
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 44 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan
Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian bagi Pekerja Harian Lepas,
Borongan, dan Perjanjian Waktu Tertentu Pada Sektor Usaha Jasa Konstruksi
Peraturan Menteri Dalam Negeri No.77 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan
Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2015 Tentang Pedoman
Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2016 terkait
penyelenggaraan JKK-JK bagi Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah, Pimpinan dan
Anggota DPRD serta PNSD berpedoman pada Peraturan Pemerintah No.70 tahun 2015
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 01 Tahun 2016 tentang Tata Cara
Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Kematian, dan Jaminan
Hari Tua Bagi Peserta Bukan Penerima Upah
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 10 Tahun 2016 tentang Tata Cara
Pemberian Program Kembali Kerja serta Kegiatan Promotif dan Kegiatan Preventif
Kecelakaan kerja dan Penyakit Akibat Kerja
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 11 Tahun 2016 tentang Pelayanan
Kesehatan dan Besaran Tarif dalam Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan
Kerja
25
Pengawasan dan Pemeriksaan Atas Kapetuhan Dalam Penyelenggaraan Program
Jaminan Sosial Ketenagakerjaan
Peraturan BPJS Ketenagakerjaan Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Manfaat Layanan
Tambahan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan
Peraturan BPJS Ketenagakerjaan Nomor 3 Tahun 2015 Tentang Bentuk Kartu Peserta,
Sertifikat Kepesertaan, dan Formulir Program Jaminan Kecelakaan Kerja, Program
Jaminan Kematian, Program Jamianan Hari tua dan Program Jaminan Pensiun
Peraturan BPJS Ketenagakerjaan Nomor 4 Tahun 2015 Tentang Mekanisme Penetapan
dan Distribusi Hasil Pengembangan Dana Jamianan Hari Tua
Peraturan BPJS Ketenagakerjaan Nomor 5 Tahun 2015 Tentang Tata Cara Pemberian
Nomor, Sertifikat, Perubahan Data Kepesertaan dan Pembayaran Iuran Program
Jaminan Pensiun
Peraturan BPJS Ketenagakerjaan Nomor 6 Tahun 2015 Tentang Unit Pengendali Mutu
Pelayanan dan Penanganan Pengaduan Peserta
Peraturan BPJS Ketenagakerjaan Nomor 7 Tahun 2015 Tentang Petunjuk Pelaksanaan
Pembayaran Manfaat Jaminan Hari Tua
26
10. GOOD GOVERNANCE
Kita sering mendengar banyak perusahaan yang terpuruk karena tata
pemerintahan sebuah perusahaan tersebut tidak baik sehingga banyak fraud yang
terjadi atau tidak ada investor yang mau membeli saham perusahaan tersebut.
artinya, perusahaan tersebut tidak menerapkan Corporate Governance yang
baik.
Tata laksana pemerintahan yang baik (good governance) adalah
seperangkat proses yang diberlakukan dalam organisasi baik swasta maupun
negeri untuk menentukan keputusan. Tata laksana pemerintahan yang baik ini
walaupun tidak dapat menjamin sepenuhnya segala sesuatu akan menjadi
sempurna - namun, apabila dipatuhi jelas dapat mengurangi penyalah-gunaan
kekuasaan dan korupsi. Banyak badan-badan donor internasional, seperti IMF
dan Bank Dunia, mensyaratkan diberlakukannya unsur-unsur tata laksana
pemerintahan yang baik sebagai dasar bantuan dan pinjaman yang akan mereka
berikan.
Tata laksana pemerintahan yang baik ini dapat dipahami dengan memberlakukan
delapan karakteristik dasarnya yaitu:
1. Partisipasi aktif
2. Tegaknya hukum
3. Transparansi
4. Responsif
5. Berorientasi akan musyawarah untuk mendapatkan mufakat
6. Keadilan dan perlakuan yang sama untuk semua orang.
7. Efektif dan ekonomis
8. Dapat dipertanggungjawabkan
27
Pandangan dan pendapat kaum yang paling lemah didengarkan dalam
pengambilan keputusan.
28
29
30
31
32
33
34
Dengan melaksanakan semua aktivitas yang telah dicanangkan dalam Road Map
tersebut, maka BPJS Ketenagakerjaan memiliki potensi dan peluang untuk tumbuh dan
tampil sebagai lembaga hukum publik terkemuka, terpandang, dan mampu dijadikan
sebagai Branchmark bagi penerapan praktik – praktik terbaik dalam Good Governance
untuk meraih keunggulan daya saing berkelanjutan dan mampu tampil sebagai Good
Citizen sejalan dengan vivi dan visi lembaga serta sesuai dengan ekspektasi seluruh
pemamngku kepentingan.
35
BAB III
KESIMPULAN
36
DAFTAR PUSTAKA
1. https://fairuzabadizef.com/2012/12/23/pentingnya-good-corporate-
governance-dalam-sebuah-perusahaan
2. http://www.bpjsketenagakerjaan.go.id/
3. Annual Report Tahun 2014
37