Anda di halaman 1dari 38

KATA PENGANTAR

1
DAFTAR ISI

2
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Tantangan BPJS Ketenagakerjaan 2015 Berdasarkan Undang-Undang No. 24


Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, BPJS Ketenagakerjaan
dibentuk guna menyelenggarakan program perlindungan dan kesejahteraan bagi seluruh
tenaga kerja melalui sistem jaminan sosial. Program Jaminan Sosial merupakan
program perlindungan yang bersifat dasar bagi tenaga kerja, bertujuan untuk menjamin
adanya keamanan dan kepastian terhadap risiko-risiko sosial ekonomi, dan merupakan
sarana penjamin arus penerimaan penghasilan bagi tenaga kerja dan keluarganya akibat
dari terjadinya risiko-risiko sosial dengan pembiayaan yang terjangkau oleh pengusaha
dan tenaga kerja. Mandat undang-undang untuk dapat mencakup seluruh tenaga kerja
merupakan sebuah tantangan yang harus dapat dicapai oleh BPJS Ketenagakerjaan.
Berdasarkan laporan tahunan BPJS Ketenagakerjaan sampai dengan 31 Desember 2014,
total tenaga kerja aktif yang terlindungi program jaminan sosial ketenagakerjaan adalah
sebesar 16,79 Juta pekerja. Jumlah tersebut merepresentasikan cakupan tenaga kerja
aktif sebesar 14,18% dari jumlah penduduk yang bekerja secara nasional sebesar 118,4
Juta (Data Bappenas). Sebagai rincian, kelompok tenaga kerja penerima upah sudah
tercakup sebesar 34,04% dan kelompok tenaga kerja bukan penerima upah sudah
tercakup 0,97%. Tahun 2015 memiliki tantangan tersendiri bagi BPJS Ketenagakerjaan
untuk dapat meningkatkan cakupan kepesertaan lebih luas dibandingkan tahun 2014
lalu.

Tahun 2015 juga merupakan tahun yang bersejarah bagi BPJS Ketenagakerjaan,
dimana pada tahun 2015 BPJS Ketenagakerjaan beroperasi penuh dan menjalankan 4
program. Sebelum Juli 2015, BPJS Ketenagakerjaan dipercayakan untuk
menyelenggarakan 3 program meliputi Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan
Kematian (JKM), dan Jaminan Hari Tua (JHT). Pada 1 Juli 2015, Program Jaminan
Pensiun mulai diselenggarakan oleh BPJS Ketenagakerjan bagi tenaga kerja. Peluncuran
full operation BPJS Ketenagakerjaan juga dilakukan oleh Presiden Republik Indonesia
Joko Widodo. Tantangan yang perlu dihadapi selanjutnya adalah memperkenalkan

3
program pensiun bagi tenaga kerja, memperluas cakupan program pensiun tersebut,
serta memberikan pelayanan terbaik bagi penerima manfaat program pensiun.

Dengan adanya program jaminan sosial dari BPJS yang dibentuk pemerintah ini
diharapkan kesejahteraan tenaga kerja di indonesia semakin membaik dan dengan
begitu mampu meningkatkan kesejahteraan pegawai.

4
BAB II

ISI

1. Sejarah BPJS Ketenagakerjaan

Penyelenggaraan program jaminan sosial merupakan salah satu tangung jawab


dan kewajiban Negara - untuk memberikan perlindungan sosial ekonomi kepada
masyarakat. Sesuai dengan kondisi kemampuan keuangan Negara. Indonesia seperti
halnya negara berkembang lainnya, mengembangkan program jaminan sosial
berdasarkan funded social security, yaitu jaminan sosial yang didanai oleh peserta dan
masih terbatas pada masyarakat pekerja di sektor formal.

Sejarah terbentuknya PT Jamsostek (Persero) mengalami proses yang panjang,


dimulai dari UU No.33/1947 jo UU No.2/1951 tentang kecelakaan kerja, Peraturan
Menteri Perburuhan (PMP) No.48/1952 jo PMP No.8/1956 tentang pengaturan bantuan
untuk usaha penyelenggaraan kesehatan buruh, PMP No.15/1957 tentang pembentukan
Yayasan Sosial Buruh, PMP No.5/1964 tentang pembentukan Yayasan Dana Jaminan
Sosial (YDJS), diberlakukannya UU No.14/1969 tentang Pokok-pokok Tenaga Kerja.
Secara kronologis proses lahirnya asuransi sosial tenaga kerja semakin transparan.

Setelah mengalami kemajuan dan perkembangan, baik menyangkut landasan


hukum, bentuk perlindungan maupun cara penyelenggaraan, pada tahun 1977 diperoleh
suatu tonggak sejarah penting dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah (PP) No.33
tahun 1977 tentang pelaksanaan program asuransi sosial tenaga kerja (ASTEK), yang
mewajibkan setiap pemberi kerja/pengusaha swasta dan BUMN untuk mengikuti
program ASTEK. Terbit pula PP No.34/1977 tentang pembentukan wadah
penyelenggara ASTEK yaitu Perum Astek.

Tonggak penting berikutnya adalah lahirnya UU No.3 tahun 1992 tentang


Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK). Dan melalui PP No.36/1995
ditetapkannya PT Jamsostek sebagai badan penyelenggara Jaminan Sosial Tenaga
Kerja. Program Jamsostek memberikan perlindungan dasar untuk memenuhi kebutuhan
minimal bagi tenaga kerja dan keluarganya, dengan memberikan kepastian

5
berlangsungnya arus penerimaan penghasilan keluarga sebagai pengganti sebagian atau
seluruhnya penghasilan yang hilang, akibat risiko sosial.

Selanjutnya pada akhir tahun 2004, Pemerintah juga menerbitkan UU Nomor 40


Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. Undang-undang itu berhubungan
dengan Amandemen UUD 1945 tentang perubahan pasal 34 ayat 2, yang kini berbunyi:
"Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan
memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat
kemanusiaan". Manfaat perlindungan tersebut dapat memberikan rasa aman kepada
pekerja sehingga dapat lebih berkonsentrasi dalam meningkatkan motivasi maupun
produktivitas kerja.

Kiprah Perusahaan PT Jamsostek (Persero) yang mengedepankan kepentingan


dan hak normatif Tenaga Kerja di Indonesia dengan memberikan perlindungan 4
(empat) program, yang mencakup Program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan
Kematian (JKM), Jaminan Hari Tua (JHT) dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK)
bagi seluruh tenaga kerja dan keluarganya terus berlanjutnya hingga berlakunya UU No
24 Tahun 2011.

Tahun 2011, ditetapkanlah UU No 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara


Jaminan Sosial. Sesuai dengan amanat undang-undang, tanggal 1 Januri 2014 PT
Jamsostek akan berubah menjadi Badan Hukum Publik. PT Jamsostek (Persero) yang
bertransformsi menjadi BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) Ketenagakerjaan
tetap dipercaya untuk menyelenggarakan program jaminan sosial tenaga kerja, yang
meliputi JKK, JKM, JHT dengan penambahan Jaminan Pensiun mulai 1 Juli 2015.

Menyadari besar dan mulianya tanggung jawab tersebut, BPJS Ketenagakerjaan


pun terus meningkatkan kompetensi di seluruh lini pelayanan sambil mengembangkan
berbagai program dan manfaat yang langsung dapat dinikmati oleh pekerja dan
keluarganya.

Kini dengan sistem penyelenggaraan yang semakin maju, program BPJS


Ketenagakerjaan tidak hanya memberikan manfaat kepada pekerja dan pengusaha saja,
tetapi juga memberikan kontribusi penting bagi peningkatan pertumbuhan ekonomi
bangsa dan kesejahteraan masyarakat Indonesia ok.

6
2. VISI dan MISI
Visi

“Menjadi Badan penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) berkelas dunia, terpercaya,


bersahabat dan unggul dalam Operasional dan Pelayanan.”

Misi

Sebagai badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja yang memenuhi perlindungan
dasar bagi tenaga kerja serta menjadi mitra terpercaya bagi:

a. Tenaga Kerja : Memberikan perlindungan yang layak bagi tenaga kerja dan
keluarga
b. Pengusaha : Menjadi mitra terpercaya untuk memberikan perlindungan kepada
tenaga kerja dan meningkatkan produktifitas
c. Negara : Berperan serta dalam pembangunan

Filosofi Badan Penyelenggara Jamian Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan

BPJS Ketenagakerjaan dilandasi filosofi kemandirian dan harga diri untuk


mengatasi risiko sosial ekonomi. Kemandirian berarti tidak tergantung orang lain dalam
membiayai perawatan pada waktu sakit, kehidupan dihari tua maupun keluarganya bila
meninggal dunia. Harga diri berarti jaminan tersebut diperoleh sebagai hak dan bukan
dari belas kasihan orang lain. Agar pembiayaan dan manfaatnya optimal, pelaksanaan
program BPJS Ketenagakerjaan dilakukan secara gotong royong, dimana yang muda
membantu yang tua, yang sehat membantu yang sakit dan yang berpenghasilan tinggi
membantu yang berpenghasilan rendah.

Motto Perusahaan

Menjadi Jembatan Menuju Kesejahteraan Pekerja

3. Tata nilai Organisasi dan Etos kerja


Nilai-Nilai Perusahaan (IPTIK)

7
Iman: Taqwa, berfikir positif, tanggung jawab, pelayanan tulus ikhlas.
Profesional: Berprestasi, bermental unggul, proaktif dan bersikap positif
terhadap perubahan dan pembaharuan
Teladan: Berpandangan jauh kedepan, penghargaan dan pembimbingan (reward
& encouragement), pemberdayaan
Integritas: Berani, komitmen, keterbukaan
Kerjasama: Kebersamaan, menghargai pendapat, menghargai orang lain.

Etika Kerja Perusahaan (TOPAS)

Teamwork: Memiliki kemampuan dalam membangun kerjasama dengan orang


lain atau dengan kelompok untuk mencapai tujuan perusahaan.
Open Mind: Memiliki kemampuan untuk membuka pikiran dan menerima
gagasangagasan baru yang lebih baik.
Passion: Bersemangat dan antusias dalam melaksanakan pekerjaan.
Action: Segera melaksanakan rencana/pekerjaan/tugas yang telah disepakati dan
ditetapkan bersama
Sense: Rasa memiliki, kepedulian, ikut bertanggung jawab dan memiliki inisiatif
yang tinggi untuk memecahkan masalah perusahaan.

4. Tugas dan fungsi

Tugas:

Melakukan dan/atau menerima pendaftaran Peserta;


Memungut dan mengumpulkan Iuran dari Peserta dan Pemberi Kerja;
Menerima Bantuan Iuran dari Pemerintah;
Mengelola Dana Jaminan Sosial untuk kepentingan Peserta;
Mengumpulkan dan mengelola data Peserta program Jaminan Sosial;
Membayarkan Manfaat dan/atau membiayai pelayanan kesehatan sesuai
dengan ketentuan program Jaminan Sosial; dan
Memberikan informasi mengenai penyelenggaraan program Jaminan
Sosial kepada Peserta dan masyarakat.

8
Fungsi:

BPJS Ketenagakerjaan sebagaimana berfungsi menyelenggarakan program


jaminan kecelakaan kerja, program jaminan kematian, program jaminan
pensiun, dan jaminan hari tua.

Dasar hukum:
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

5. Wilayah operasional

6. Struktur Organisasi

Bagan Struktur Organisasi BPJS Ketenagakerjaan sesuai Keputusan Direksi


Nomor:KEP/151/052014 tanggal 21 Mei 2014 tentang Struktur Organisasi dan Tata
Kerja BPJS Ketenagakerjaan adalah sebagai berikut:

9
Susunan organisasi BPJS Ketenagakerjaan Kantor Pusat adalah sebagai berikut:

1. Unit kerja dibawah Direktur Utama


 Divisi Sekretaris Badan (SBD)
 Divisi Komunikasi (KSI)
 Satuan Pengawas Internal (SPI)
 Divisi Kepatuhan dan Hukum (KHK)
 Unit Change Management Office (CMO)
 Staf Senior Manajemen

2. Direktorat Kepesertaan dan Hubungan Antar Lembaga


 Divisi Perluasan Kepesertaan (LST)
 Divisi Pengelolaan Kepesertaan (KLT)
 Divisi Hubungan Antar Lembaga dan Kemitraan (HMT)

3. Direktorat Pelayanan dan Pengaduan


 Divisi Pengembangan Jaminan (PJM)
 Divisi Pelayanan dan Pengaduan (LDU)

10
4. Direktorat Perencanaan Strategis dan Teknologi Informasi
 Divisi Perencanaan Strategis (REN)
 Divisi Pengembangan Teknologi Informasi (PTI)
 Divisi Operasional Teknologi Informasi (OTI)
 Divisi Manajemen Risiko (MRI)

11
7. Struktur dan tata kelola

Struktur dan Kebijakan Tata Kelola (G4-34)

Menurut Undang-undang No 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara


Jaminan Sosial, ada dua organ penting dalam struktur tata kelola kelembagaan BPJS
yaitu Dewan Pengawas dan Direksi serta diawasi oleh Dewan Jaminan Sosial Nasional
(DJSN).

Dewan Pengawas (Dewas) bertugas melakukan pengawasan terhadap


pelaksanaan tugas Dewan Direksi BPJS Ketenagakerjaan. Dewan Pengawas berjumlah
7 orang yang mewakili berbagai unsur, yaitu 2 orang dari unsur pemerintah, 2 orang
unsur pekerja, 2 orang unsur pemberi kerja, dan 1 orang unsur tokoh masyarakat.
Dewan Pengawas diangkat dan diberhentikan oleh presiden, untuk masa jabatan selama
lima tahun, dan dapati dipilih lagi untuk satu periode berikutnya. Dari 7 orang anggota
Dewan Pengawas, presiden menetapkan satu orang sebagai ketua Dewan Pengawas.
Adapun tugas Dewan pengawas adalah: (G4-34)

Melakukan pengawasan atas kebijakan pengelolaan BPJS dan kinerja Direksi;


Melakukan pengawasan atas pelaksanaan pengelolaan dan pengembangan Dana
Jaminan Sosial oleh Direksi;
Memberikan saran, nasihat, dan pertimbangan kepada Direksi mengenai
kebijakan dan pelaksanaan pengelolaan BPJS; dan
Menyampaikan laporan pengawasan penyelenggaraan Jaminan Sosial sebagai
bagian dari laporan BPJS kepada Presiden dengan tembusan kepada DJSN.

Untuk melaksanakan tugas tersebut, Dewan Pengawas berwenang untuk :

Menetapkan rencana kerja anggaran tahunan BPJS;


Mendapatkan dan/atau meminta laporan dari Direksi;
Mengakses data dan informasi mengenai penyelenggaraan BPJS;

12
Melakukan penelaahan terhadap data dan informasi mengenai penyelenggaraan
BPJS; dan
Memberikan saran dan rekomendasi kepada Presiden mengenai kinerja Direksi.

Sedangkan Direksi bertugas menyelenggarakan pelaksanaan kegiatan


operasional BPJS. Jajaran direksi minimal berjumlah 5 orang, diangkat dan
diberhentikan oleh Presiden untuk masa jabatan 5 tahun, dan selanjutnya bisa dipilih
lagi untuk satu periode berikutnya. Dari 5 orang anggota direksi, Presiden menetapkan
satu orang sebagai Direktur Utama.

Adapun tugas dari direksi adalah:

Melaksanakan pengelolaan BPJS yang meliputi perencanaan, pelaksanaan,


pengawasan, dan evaluasi;
Mewakili BPJS di dalam dan di luar pengadilan; dan
Menjamin tersedianya fasilitas dan akses bagi Dewan Pengawas untuk
melaksanakan fungsinya.

Untuk melaksanakan tugas-tugas tersebut, jajaran direksi memiliki wewenang untuk:

Melaksanakan wewenang BPJS;


Menetapkan struktur organisasi beserta tugas pokok dan fungsi, tata kerja
organisasi, dan sistem kepegawaian;
Menyelenggarakan manajemen kepegawaian BPJS termasuk mengangkat,
memindahkan, dan memberhentikan pegawai BPJS serta menetapkan
penghasilan pegawai BPJS;
Mengusulkan kepada Presiden penghasilan bagi Dewan Pengawas dan Direksi;
Menetapkan ketentuan dan tata cara pengadaan barang dan jasa dalam rangka
penyelenggaraan tugas BPJS dengan memperhatikan prinsip transparansi,
akuntabilitas, efisiensi, dan efektivitas;
Melakukan pemindahtanganan aset tetap BPJS paling banyak Rp

13
100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah) dengan persetujuan Dewan
Pengawas;
Melakukan pemindahtanganan aset tetap BPJS lebih dari Rp
100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah) sampai dengan Rp
500.000.000.000,00 (lima ratus miliar rupiah) dengan persetujuan Presiden; dan
Melakukan pemindahtanganan aset tetap BPJS lebih dari Rp
500.000.000.000,00 (lima ratus miliar rupiah) dengan persetujuan Dewan
Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.

Sedangkan Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN) adalah lembaga ekternal


yang dibentuk oleh dan bertanggung jawab kepada Presiden. DJSN berfungsi
merumuskan kebijakan umum dan sinkronisasi tentang penyelenggaraan jaminan sosial
nasional.

Untuk melaksanakan fungsi tersebut, DJSN memiliki dua tugas utama;

Melakukan kajian dan penelitian yang berkaitan dengan penyelenggaraan


jaminan sosial
Mengusulkan kebijakan investasi Dana Jaminan Sosial Nasional
Mengusulkan anggaran jaminan sosial bagi penerima bantuan iuran, dan
tersedianya anggaran operasional kepada pemerin

Untuk melaksanakan fungsi dan tugasnya, DJSN diberikan kewenangan


melakukan monitoring dan evaluasi penyelenggaraan program jaminan sosial. Dengan
demikian, DJSN juga merupakan salah satu pengawas eksternal terhadap
penyelenggaraan program jaminan sosial nasional termasuk di bidang ketenagakerjaan.

14
15
8. Program

Program Jaminan Hari Tua (JHT)

 Kepesertaan bersifat wajib sesuai penahapan kepesertaan


 Kepesertaan :
1. Penerima upah selain penyelenggara negara:
1. Semua pekerja baik yang bekerja pada perusahaan dan
perseorangan
2. Orang asing yang bekerja di Indonesia lebih dari 6 bulan
2. Bukan penerima upah
1. Pemberi kerja
2. Pekerja di luar hubungan kerja/mandiri
3. Pekerja bukan penerima upah selain poin 2

 Pekerja bukan penerima upah selain pekerja di luar hubungan kerja/mandiri

 Jika pengusaha mempunyai lebih dari satu perusahaan, masing-masing wajib


terdaftar.
 Jika peserta bekerja di lebih dari satu perusahaan, masing-masing wajib
didaftarkan sesuai penahapan kepesertaan.
 Pendaftaran

Iuran dan tata cara pembayaran

Keterangan Penerima Upah Bukan Penerima Upah


Besar Iuran 5,7% dari upah:  Didasarkan pada nominal
tertentu yang ditetapkan dalam
 2% pekerja
daftar sesuai lampiran I PP
 3,7% pemberi kerja
 Daftar iuran dipilih oleh peserta
sesuai penghasilan peserta

16
masing-masing

Upah yang Upah sebulan, yaitu terdiri atas -


dijadikan upah pokok & tunjangan tetap
dasar
Cara  Dibayarkan oleh  Dibayarkan sendiri atau melalui
pembayaran perusahaan wadah
 Paling lama tanggal 15  Paling lama tanggal 15 bulan
bulan berikutnya berikutnya

Denda 2% untuk tiap bulan -


keterlambatan dari iuran yang
dibayarkan

 Manfaat JHT adalah berupa uang tunai yang besarnya merupakan nilai
akumulasi iuran ditambah hasil pengembangannya, yang dibayarkan secara
sekaligus apabila :
1. peserta mencapai usia 56 tahun
2. meninggal dunia
3. cacat total tetap

Yang dimaksud usia pensiun termasuk peserta yang berhenti bekerja karena
mengundurkan diri, terkena PHK dan sedang tidak aktif bekerja dimanapun; atau
peserta yang meninggalkan wilayah Indonesia untuk selamanya.

Hasil pengembangan JHT paling sedikit sebesar rata-rata bunga deposito counter rate
bank pemerintah.

 Manfaat JHT sebelum mencapai usia 56 tahun dapat diambil sebagian jika
mencapai kepesertaan 10 tahun dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Diambil max 10 % dari total saldo sebagai persiapan usia pensiun

17
2. Diambil max 30% dari total saldo untuk uang perumahan

Pengambilan sebagian tersebut hanya dapat dilakukan sekali selama menjadi peserta

Jika setelah mencapai usia 56 tahun peserta masih bekerja dan memilih untuk
menunda pembayaran JHT maka JHT dibayarkan saat yang bersangkutan
berhenti bekerja.
BPJS Ketenagakerjaan wajib memberikan informasi kepada peserta mengenai
besarnya saldo JHT beserta hasil pengembangannya 1 (satu) kali dalam setahun.
Apabila peserta meninggal dunia, urutan ahli waris yang berhak atas manfaat
JHT sbb :
1. Janda/duda
2. Anak
3. Orang tua, cucu
4. Saudara Kandung
5. Mertua
6. Pihak yang ditunjuk dalam wasiat
7. Apabila tidak ada ahli waris dan wasiat maka JHT dikembalikan ke Balai
Harta Peninggalan

Jika terjadi JHT kurang bayar akibat pelaporan upah yang tidak sesuai, menjadi
tanggungjawab perusahaan

Program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK)

Memberikan perlindungan atas risiko-risiko kecelakaan yang terjadi dalam


hubungan kerja, termasuk kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan dari rumah
menuju tempat kerja atau sebaliknya dan penyakit yang disebabkan oleh
lingkungan kerja.
Iuran dibayarkan oleh pemberi kerja yang dibayarkan (bagi peserta penerima
upah), tergantung pada tingkat risiko lingkungan kerja, yang besarannya
dievaluasi paling lama 2 (tahun) sekali, dan mengacu pada table sebagai berikut:

18
No. Tingkat Risiko Lingkungan Kerja Besaran Persentase
1. tingkat risiko sangat rendah 0,24 % dari upah sebulan
2. tingkat risiko rendah 0,54 % dari upah sebulan
3. tingkat risiko sedang 0,89 % dari upah sebulan
4. tingkat risiko tinggi 1,27 % dari upah sebulan
5. tingkat risiko sangat tinggi 1,74 % dari upah sebulan

Untuk kecelakaan kerja yang terjadi sejak 1 Juli 2015, harus diperhatikan adanya
masa kadaluarsa klaim untuk mendapatkan manfaat. Masa kadaluarsa klaim selama
selama 2 (dua) tahun dihitung dari tanggal kejadian kecelakaan. Perusahaan harus tertib
melaporkan baik secara lisan (manual) ataupun elektronik atas kejadian kecelakaan
kepada BPJS Ketenagakerjaan selambatnya 2 kali 24 jam setelah kejadian kecelakaan,
dan perusahaan segera menindaklanjuti laporan yang telah dibuat tersebut dengan
mengirimkan formulir kecelakaan kerja tahap I yang telah dilengkapi dengan dokumen
pendukung.

Program Jaminan Kematian (JKM)

 Memberikan manfaat uang tunai yang diberikan kepada ahli waris ketika peserta
meninggal dunia bukan akibat kecelakaan kerja.
 Iuran JKM
1. bagi peserta penerima gaji atau upah sebesar 0,30% (nol koma tiga puluh
persen) dari gaji atau upah sebulan.
2. Iuran JKM bagi peserta bukan penerima upah sebesar Rp 6.800,00 (enam
ribu delapan ratus Rupiah) setiap bulan
 Manfaat Jaminan Kematian dibayarkan kepada ahli waris peserta, apabila
peserta meninggal dunia dalam masa aktif (manfaat perlindungan 6 bulan tidak
berlaku lagi), terdiri atas:
o Santunan sekaligus Rp16.200.000,00 (enam belas juta dua ratus ribu
rupiah);
o Santunan berkala 24 x Rp200.000,00 = Rp4.800.000,00 (empat juta
delapan ratus ribu rupiah) yang dibayar sekaligus;
o Biaya pemakaman sebesar Rp3.000.000,00 (tiga juta rupiah); dan

19
o Beasiswa pendidikan anak diberikan kepada setiap peserta yang
meninggal dunia bukan akibat kecelakaan kerja dan telah memiliki masa
iur paling singkat 5 (lima) tahun yang diberikan sebanyak
Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah) untuk setiap peserta.
Besarnya iuran dan manfaat program JKM bagi peserta dilakukan evaluasi
secara berkala paling lama setiap 2 (dua) tahun

Program Jaminan Pensiun

Jaminan pensiun adalah jaminan sosial yang bertujuan untuk mempertahankan


derajat kehidupan yang layak bagi peserta dan/atau ahli warisnya dengan memberikan
penghasilan setelah peserta memasuki usia pensiun, mengalami cacat total tetap, atau
meninggal dunia.

Manfaat pensiun adalah sejumlah uang yang dibayarkan setiap bulan kepada
peserta yang memasuki usia pensiun, mengalami cacat total tetap, atau kepada ahli
waris bagi peserta yang meninggal dunia.

Kepesertaan Program Jaminan Pensiun

Peserta Program Jaminan Pensiun adalah pekerja yang terdaftar dan telah
membayar iuran. Peserta merupakan pekerja yang bekerja pada pemberi kerja selain
penyelenggara negara, yaitu peserta penerima upah yang terdiri dari:

1. Pekerja pada perusahaan


2. Pekerja pada orang perseorangan

Selain itu, pemberi kerja juga dapat mengikuti Program Jaminan Pensiun sesuai
dengan penahapan kepesertaan.

Pekerja yang didaftarkan oleh pemberi kerja mempunyai usia paling banyak 1
(satu) bulan sebelum memasuki usia pensiun. Usia pensiun untuk pertama kali
ditetapkan 56 tahun dan mulai 1 Januari 2019, usia pensiun menjadi 57 tahun dan
selanjutnya bertambah 1 (satu) tahun untuk setiap 3 (tiga) tahun berikutnya sampai
mencapai Usia Pensiun 65 tahun.

20
Dalam hal pemberi kerja nyata-nyata lalai tidak mendaftarkan Pekerjanya,
Pekerja dapat langsung mendaftarkan dirinya kepada BPJS Ketenagakerjaan.Dalam hal
peserta pindah tempat kerja, Peserta wajib memberitahukan kepesertaannya kepada
Pemberi Kerja tempat kerja baru dengan menunjukkan kartu peserta BPJS
Ketenagakerjaan. Selanjutnya Pemberi Kerja tempat kerja baru meneruskan kepesertaan
pekerja.

Iuran Program Jaminan Pensiun

Iuran program jaminan pensiun dihitung sebesar 3%, yang terdiri atas 2% iuran
pemberi kerja dan 1% iuran pekerja.
Upah setiap bulan yang dijadikan dasar perhitungan iuran terdiri atas upah
pokok dan tunjangan tetap. Untuk tahun 2015 batas paling tinggi upah yang
digunakan sebagai dasar perhitungan ditetapkan sebesar Rp 7 Juta (tujuh juta
rupiah). BPJS Ketenagakerjaan menyesuaikan besaran upah dengan
menggunakan faktor pengali sebesar 1 (satu) ditambah tingkat pertumbuhan
tahunan produk domestik bruto tahun sebelumnya. Selanjutnya BPJS
Ketenagakerjaan menetapkan serta mengumumkan penyesuaian batas upah
tertinggi paling lama 1 (satu) bulan setelah lembaga yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan dibidang statistik (BPS) mengumumkan data produk
domestik bruto.
Mekanisme pembayaran iuran mengikuti program paket.
Pemberi kerja wajib membayar iuran paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya.
Pemberi kerja yang tidak memenuhi ketentuan pembayaran iuran dikenakan
denda sebesar 2% setiap bulan keterlambatan.

Jasa Kontruksi

Jasa Konstruksi adalah layanan jasa konsultasi perencanaan pekerjaan


konstruksi, layanan jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi dan layanan konsultasi
pengawasan pekerjaan konstruksi

Kepesertaan Jasa Konstruksi

21
Kepesertaan dari Jasa Konstruksi diantaranya adalah Pemberi Kerja selain
penyelenggara negara pada skala usaha besar, menengah, kecil dan mikro yang bergerak
dibidang usaha jasa konstruksi yang mempekerjakan Pekerja harian lepas, borongan,
dan perjanjian kerja waktu tertentu, wajib mendaftarkan Pekerjanya dalam Program
Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) dan Jaminan Kematian (JKM)

Adapun proyek - proyek tersebut meliputi :

Proyek-proyek APBD
Proyek-proyek atas Dana Internasional
Proyek-proyek APBN
Proyek-proyek swasta, dll

Bukan Penerima Upah (BPU)

Pengertian

Pekerja Bukan Penerima Upah (BPU) adalah pekerja yang melakukan kegiatan
atau usaha ekonomi secara mandiri untuk memperoleh penghasilan dari kegiatan atau
usahanya tersebut yang meliputi : Pemberi Kerja; Pekerja di luar hubungan kerja atau
Pekerja mandiri dan Pekerja yang tidak termasuk pekerja di luar hubungan kerja yang
bukan menerima Upah, contoh Tukang Ojek, Supir Angkot, Pedagang Keliling, Dokter,
Pengacara/Advokat, Artis, dan lain-lain.

Kepesertaan

Dapat mengikuti program BPJS Ketenagakerjaan secara bertahap dengan


memilih program sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan peserta.
Dapat mendaftar sendiri langsung ke Kantor Cabang BPJS Ketenagakerjaan atau
mendaftar melalui wadah/kelompok/Mitra/Payment Point
(Aggregator/Perbankan) yang telah melakukan Ikatan Kerja Sama (IKS) dengan
BPJS Ketenagakerjaan

22
9. Dasar peraturan
Undang-Undang

UU RI NO. 40 TAHUN 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional


UU RI NO. 24 TAHUN 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

Peraturan Pemerintah

Peraturan Pemerintah Nomor 83 Tahun 2013 Tentang Modal awal Untuk Badan
jaminan Sosial Ketenagakerjaan
Peraturan Pemerintah Nomor 85 Tahun 2013 Tentang Tata Cara Hubungan Antar
Lembaga Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Peraturan Pemerintah Nomor 86 Tahun 2013 Tentang Tata Cara Pengenaan Sanksi
Administratif Kepada Pemberi Kerja Selain Penyelenggara Negara Dan Setiap Orang,
Selain Pemberi Kerja,Pekerja, Dan Penerima Bantuan Iuran Dalam Penyelenggaan
Jaminan Sosial
Peraturan Pemerintah Nomor 88 Tahun 2013 Tentang Tata Cara Pengenaan Sanksi
Administratif Bagi Anggota Dewan Pengawas Dan Anggota Direksi Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial
Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2013 Tentang Pengelolaan Aset Jaminan Sosial
Ketenagakerjaan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 68 Tahun 2009 Tentang Tarif Pajak
Penghasilan Pasal 21 Atas Penghasilan Berupa Uang Pesangon, Uang Manfaat Pensiun,
Tunjangan Hari Tua, Dan Jaminan Hari Tua Yang Dibayarkan Sekaligus
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2015 Tentang
Penyelenggaraan Program Jaminan Hari Tua
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2015 Tentang
Penyelenggaraan Program Jaminan Pensiun
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2015 Tentang
Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian

23
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2015 Tentang Perubahan
Atas Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2013 Tentang Pengelolaan Aset Jaminan
Sosial Ketenagakerjaan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2015 Tentang Perubahan
Atas Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan Program
Jaminan Hari Tua

Peraturan Presiden
Peraturan Presiden Nomor 108 Tahun 2013 Tentang Bentuk Dan Isi Laporan
Pengelolaan Program Jaminan Sosial
Peraturan Presiden Nomor 109 Tahun 2013 Tentang Penahapan Kepesertaan Program
Jaminan Sosial
Peraturan Presiden Nomor 110 Tahun 2013 Tentang Gaji Atau Upah Dan Manfaat
Tambahan Lainnya Serta Insentif Bagi Anggota Dewan Pengawas Dan Anggota Direksi
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

Keputusan Presiden
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 22 tahun 1993 tentang Penyakit yang
Timbul Karena Hubungan Kerja
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 161 Tahun 2013 Tentang Pengangkatan
Dewan Komisaris Dan Direksi PT Jamsostek (Persero) Menjadi Dewan Pengawas Dan
Direksi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan berikut profil Direksi
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan

Peraturan Menteri
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia No 19 Tahun
2012 Tentang Syarat-Syarat Penyerahan Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan Kepada
Perusahaan Lain
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 16/Pmk.03/2010 Tentang Tata Cara Pemotongan
Pajak Penghasilan Pasal 21 Atas Penghasilan Berupa Uang Pesangon, Uang Manfaat

24
Pensiun, Tunjangan Hari Tua, Dan Jaminan Hari Tua Yang Dibayarkan Sekaligus
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2015 Tentang
Tata Cara dan Persyaratan Pembayaran Manfaat Jaminan Hari Tua
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2015 Tentang
Tata Cara Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Kematian,
dan Jminan Hari Tua Bagi Peserta Penerima Upah
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2015 Tentang
Tata Cara Pengangkatan dan Pemberhentian Dokter Penasehat
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2015 Tentang
Tata Cara Pendaftaran Kepesertaan, Pembayaran dan Penghentian Manfaat Jaminan
Pensiun
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 44 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan
Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian bagi Pekerja Harian Lepas,
Borongan, dan Perjanjian Waktu Tertentu Pada Sektor Usaha Jasa Konstruksi
Peraturan Menteri Dalam Negeri No.77 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan
Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2015 Tentang Pedoman
Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2016 terkait
penyelenggaraan JKK-JK bagi Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah, Pimpinan dan
Anggota DPRD serta PNSD berpedoman pada Peraturan Pemerintah No.70 tahun 2015
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 01 Tahun 2016 tentang Tata Cara
Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Kematian, dan Jaminan
Hari Tua Bagi Peserta Bukan Penerima Upah
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 10 Tahun 2016 tentang Tata Cara
Pemberian Program Kembali Kerja serta Kegiatan Promotif dan Kegiatan Preventif
Kecelakaan kerja dan Penyakit Akibat Kerja
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 11 Tahun 2016 tentang Pelayanan
Kesehatan dan Besaran Tarif dalam Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan
Kerja

Peraturan BPJS Ketenagakerjaan


Peraturan BPJS Ketenagakerjaan Nomor 01 Tahun 2014 Tentang Tata Cara

25
Pengawasan dan Pemeriksaan Atas Kapetuhan Dalam Penyelenggaraan Program
Jaminan Sosial Ketenagakerjaan
Peraturan BPJS Ketenagakerjaan Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Manfaat Layanan
Tambahan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan
Peraturan BPJS Ketenagakerjaan Nomor 3 Tahun 2015 Tentang Bentuk Kartu Peserta,
Sertifikat Kepesertaan, dan Formulir Program Jaminan Kecelakaan Kerja, Program
Jaminan Kematian, Program Jamianan Hari tua dan Program Jaminan Pensiun
Peraturan BPJS Ketenagakerjaan Nomor 4 Tahun 2015 Tentang Mekanisme Penetapan
dan Distribusi Hasil Pengembangan Dana Jamianan Hari Tua
Peraturan BPJS Ketenagakerjaan Nomor 5 Tahun 2015 Tentang Tata Cara Pemberian
Nomor, Sertifikat, Perubahan Data Kepesertaan dan Pembayaran Iuran Program
Jaminan Pensiun
Peraturan BPJS Ketenagakerjaan Nomor 6 Tahun 2015 Tentang Unit Pengendali Mutu
Pelayanan dan Penanganan Pengaduan Peserta
Peraturan BPJS Ketenagakerjaan Nomor 7 Tahun 2015 Tentang Petunjuk Pelaksanaan
Pembayaran Manfaat Jaminan Hari Tua

26
10. GOOD GOVERNANCE
Kita sering mendengar banyak perusahaan yang terpuruk karena tata
pemerintahan sebuah perusahaan tersebut tidak baik sehingga banyak fraud yang
terjadi atau tidak ada investor yang mau membeli saham perusahaan tersebut.
artinya, perusahaan tersebut tidak menerapkan Corporate Governance yang
baik.
Tata laksana pemerintahan yang baik (good governance) adalah
seperangkat proses yang diberlakukan dalam organisasi baik swasta maupun
negeri untuk menentukan keputusan. Tata laksana pemerintahan yang baik ini
walaupun tidak dapat menjamin sepenuhnya segala sesuatu akan menjadi
sempurna - namun, apabila dipatuhi jelas dapat mengurangi penyalah-gunaan
kekuasaan dan korupsi. Banyak badan-badan donor internasional, seperti IMF
dan Bank Dunia, mensyaratkan diberlakukannya unsur-unsur tata laksana
pemerintahan yang baik sebagai dasar bantuan dan pinjaman yang akan mereka
berikan.

Karakteristik dasar tata laksana pemerintahan yang baik

Tata laksana pemerintahan yang baik ini dapat dipahami dengan memberlakukan
delapan karakteristik dasarnya yaitu:

1. Partisipasi aktif
2. Tegaknya hukum
3. Transparansi
4. Responsif
5. Berorientasi akan musyawarah untuk mendapatkan mufakat
6. Keadilan dan perlakuan yang sama untuk semua orang.
7. Efektif dan ekonomis
8. Dapat dipertanggungjawabkan

Berlakunya karakteristik-karakteristik diatas biasanya menjadi jaminan untuk:

Meminimimalkan terjadinya korupsi


Pandangan minoritas terwakili dan dipertimbangkan

27
Pandangan dan pendapat kaum yang paling lemah didengarkan dalam
pengambilan keputusan.

BPJS Ketenagakerjaan merupakan lembaga hukum publik yang mempunyai


tanggung jawab untuk memberikan kesejahteraan bagi tenaga kerja di Indonesia, oleh
karena itu BPJS Ketenagakerjaan juga harus menerapkan Tata pemerintahan yang baik
Untuk menambah dan memaksimalkan nilai Organisasi guna memenangkan kompetisi
Global, Untuk menghindari fraud dan KKN dan Untuk mendorong terciptanya pasar
yang efisien, transparan dan konsisten.

28
29
30
31
32
33
34
Dengan melaksanakan semua aktivitas yang telah dicanangkan dalam Road Map
tersebut, maka BPJS Ketenagakerjaan memiliki potensi dan peluang untuk tumbuh dan
tampil sebagai lembaga hukum publik terkemuka, terpandang, dan mampu dijadikan
sebagai Branchmark bagi penerapan praktik – praktik terbaik dalam Good Governance
untuk meraih keunggulan daya saing berkelanjutan dan mampu tampil sebagai Good
Citizen sejalan dengan vivi dan visi lembaga serta sesuai dengan ekspektasi seluruh
pemamngku kepentingan.

35
BAB III

KESIMPULAN

Penyelenggaraan program jaminan sosial merupakan salah satu tangung jawab


dan kewajiban Negara - untuk memberikan perlindungan sosial ekonomi kepada
masyarakat. Sesuai dengan kondisi kemampuan keuangan Negara. Indonesia seperti
halnya negara berkembang lainnya, mengembangkan program jaminan sosial
berdasarkan funded social security, yaitu jaminan sosial yang didanai oleh peserta dan
masih terbatas pada masyarakat pekerja di sektor formal.

Menyadari besar dan mulianya tanggung jawab tersebut, BPJS Ketenagakerjaan


pun terus meningkatkan kompetensi di seluruh lini pelayanan sambil mengembangkan
berbagai program dan manfaat yang langsung dapat dinikmati oleh pekerja dan
keluarganya.

Kini dengan sistem penyelenggaraan yang semakin maju, program BPJS


Ketenagakerjaan tidak hanya memberikan manfaat kepada pekerja dan pengusaha saja,
tetapi juga memberikan kontribusi penting bagi peningkatan pertumbuhan ekonomi
bangsa dan kesejahteraan masyarakat Indonesia ok.

Seiring berjalanannya waktu BPJS ketenagakerjaan akan terus meningkatkan


kinerja,memperbaiki pelayanan serta layanan yang diberikan, memberikan kontribusi
yang lebih terhadap lingkungan dan meningkatkan nilai Good Governance agar seupaya
vivi dan misi serta tujuan yang sudah di tetapkan diawal akan semakin cepat tercapai.

36
DAFTAR PUSTAKA

1. https://fairuzabadizef.com/2012/12/23/pentingnya-good-corporate-
governance-dalam-sebuah-perusahaan
2. http://www.bpjsketenagakerjaan.go.id/
3. Annual Report Tahun 2014

37

Anda mungkin juga menyukai