PENDAHULUAN
1
menyediakan fasilitas kesejahteraan tersebut sesuai ukuran kemampuan perusahaan yang
disebutkan pada Pasal 100 Ayat (1) dan (2).
Sebagai lembaga negara yang bergerak dalam bidang asuransi sosial, BPJS
Ketenagakerjaan yang mengacu penuh pada undang-undang jaminan sosial tenaga kerja
ini berpegah teguh pada kepentingan-kepentingan tenaga kerja di Indonesia.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Setelah mengalami perkembangan dalam hal landasan hukum, bentuk perlindungan
maupun cara penyelenggaraan maka pada tahun 1977 diperoleh suatu tonggak sejarah
penting dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah (PP) No.33/1977 tentang
pelaksanaan program asuransi sosial tenaga kerja (ASTEK) yang mewajibkan setiap
pemberi kerja/pengusaha swasta dan BUMN untuk mengikuti program ASTEK.
Peraturan tersebut diikuti dengan terbitnya Peraturan Pemerintah (PP) No.34/1977
tentang pembentukan wadah penyelenggara ASTEK yaitu Perum Astek.
Pada tahun 1992 diperkuat dengan adanya UU No.3/1992 yang mengatur tentang
Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK). Melalui Peraturan Pemerintah (PP)
No.36/1995 ditetapkanlah PT Jamsostek sebagai badan penyelenggara Jaminan Sosial
Tenaga Kerja. Program Jamsostek memberikan perlindungan dasar untuk memenuhi
kebutuhan minimal bagi tenaga kerja dan keluarganya, dengan memberikan kepastian
berlangsungnya arus penerimaan penghasilan keluarga sebagai pengganti sebagian atau
seluruhnya penghasilan yang hilang, akibat risiko sosial.
Pada akhir tahun 2004, pemerintah menerbitkan UU No.40/2004 tentang Sistem
Jaminan Sosial Nasional yang berhubungan dengan Amandemen UUD 1945 tentang
perubahan pasal 34 ayat 2, yang kini berbunyi: "Negara mengembangkan sistem jaminan
sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu
sesuai dengan martabat kemanusiaan". Manfaat perlindungan tersebut dapat memberikan
rasa aman kepada pekerja sehingga dapat lebih berkonsentrasi dalam meningkatkan
motivasi maupun produktivitas kerja.
PT Jamsostek (Persero) mengedepankan kepentingan dan hak normatif tenaga kerja
di Indonesia dengan memberikan perlindungan melalui 4 program yang dimilikinya, yaitu
Program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Kematian (JKM), Jaminan Hari Tua
(JHT) dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) bagi seluruh tenaga kerja dan
keluarganya hingga berlakunya UU No.24/2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial.
Berlakunya UU No.24/2011 ini mengubah PT Jamsostek (Persero) menjadi Badan
Hukum Publik sejak tanggal 1 Januari 2014 dan juga bertransformsi menjadi BPJS
(Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) Ketenagakerjaan yang tetap dipercaya untuk
menyelenggarakan program jaminan sosial tenaga kerja, yang meliputi JKK, JKM, JHT
dengan penambahan Jaminan Pensiun mulai 1 Juli 2015.
4
Sebagai lembaga negara yang bergerak dalam bidang asuransi sosial, BPJS
Ketenagakerjaan yang dahulu bernama PT Jamsostek (Persero) mengacu penuh pada
undang-undang yang membahas mengenai jaminan sosial tenaga kerja.
5
T (Teamwork) Memiliki kemampuan dalam membangun kerjasama dengan orang
lain atau dengan kelompok untuk mencapai tujuan perusahaan
O (Open Mind) Memiliki kemampuan untuk membuka pikiran dan menerima
gagasan-gagasan baru yang lebih baik
P (Passion) Bersemangat dan antusias dalam melaksanakan pekerjaan
A (Action) Segera melaksanakan rencana/pekerjaan/tugas yang telah disepakati
dan ditetapkan bersama
S (Sense) Rasa memiliki, kepedulian, ikut bertanggung jawab dan memiliki
inisiatif yang tinggi untuk memecahkan masalah perusahaan
6
memberikan informasi mengenai penyelenggaraan program jaminan sosial kepada
peserta dan masyarakat.
Dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai badan yang menyelenggarakan
program-program ketenagakerjaan, maka dibentuklah beberapa program yang dapat
menunjang fungsi BPJS Ketenagakerjaan, yaitu :
2.5.1 Program Jaminan Hari Tua (JHT)
Program JHT merupakan program perlindungan yang bersifat dasar bagi tenaga
kerja bertujuan untuk menjamin adanya keamanan dan kepastian terhadap risiko-risiko
sosial ekonomi. Kepesertaan dari program JHT bersifat wajib sesuai dengan penahapan
kepesertaan. Apabila terdapat pengusaha yang memiliki lebih dari satu perusahaan dan
apabila peserta bekerja di lebih dari satu perusahaan, maka masing-masingnya wajib
didaftarkan sesuai penahapan kepesertaan.
Kepesertaan program ini meliputi pekerja penerima upah dan bukan penerima upah,
yaitu :
1. Penerima upah selain penyelenggara negara;
a. Semua pekerja baik yang bekerja pada perusahaan dan perseorangan
b. Orang asing yang bekerja di Indonesia lebih dari 6 bulan
2. Bukan penerima upah;
a. Pemberi kerja
b. Pekerja di luar hubungan kerja/mandiri
c. Pekerja bukan penerima upah selain poin 2
Berikut adalah proses dari pendaftaran kepesertaan program Jaminan Hari Tua :
Tabel 1. Proses Pendaftaran Program Jaminan Hari Tua
Keterangan Penerima Upah Bukan Penerima Upah
Didaftarkan melalui perusahaan. Jika perusahaan
Dapat mendaftarkan dirinya kepada BPJS
Tata Cara lalai, pekerja dapat mendaftarkan dirinya sendiri
Ketenagakerjaan sesuai penahapan baik
Pendaftaran dengan melampirkan perjanjian kerja atau bukti
sendiri-sendiri maupun melalui wadah
lain sebagai pekerja, KTP, dan KK
Nomor peserta diterbitkan 1 hari setelah Nomor peserta diterbitkan 1 hari setelah
dokumen pendaftaran diterima lengkap dan dokumen pendaftaran diterima lengkap
iuran pertama dibayar lunas dan iuran pertama dibayar lunas
Bukti Kartu diterbitkan paling lama 7 hari setelah Kartu diterbitkan paling lama 7 hari
Peserta dokumen pendaftaran diterima lengkap dan setelah dokumen pendaftaran diterima
iuran pertama dibayar lunas lengkap dan iuran pertama dibayar lunas
Kepesertaan terhitung sejak nomor Kepesertaan terhitung sejak nomor
kepesertaan diterbitkan. kepesertaan diterbitkan.
7
Keterangan Penerima Upah Bukan Penerima Upah
Wajib meneruskan kepesertaan dengan
Pindah
menginformasikan kepesertaan JHT yang lama -
Perusahaan
ke perusahaan yang baru
Wajib disampaikan oleh perusahaan kepada Wajib disampaikan oleh peserta atau wadah
Perubahan
BPJS Ketenagakerjaan paling lama 7 hari sejak kepada BPJS Ketenagakerjaan paling lama 7
Data
terjadinya perubahan hari sejak terjadinya perubahan
Berikut adalah rincian dari iuran dan tata cara pembayaran iuran untuk program
Jaminan Hari Tua (JHT) :
Tabel 2. Iuran dan Tata Cara Pembayaran Iuran Program Jaminan Hari Tua
Keterangan Penerima Upah Bukan Penerima Upah
Didasarkan pada nominal tertentu yang
5.7% dari upah : ditetapkan dalam daftar sesuai lampiran I
Besar Iuran 2% pekerja PP
3.7% pemberi kerja Daftar iuran dipilih oleh peserta sesuai
penghasilan peserta masing-masing
Upah Dijadikan Upah sebulan yaitu terdiri atas upah pokok
Dasar dan tunjangan tetap
Cara Dibayarkan oleh perusahaan Dibayarkan sendiri atau melalui wadah
Pembayaran Paling lama tanggal 15 bulan berikutnya Paling lama tanggal 15 bulan berikutnya
2% untuk tiap bulan keterlambatan dari
Denda
iuran yang dibayarkan
Manfaat Program Jaminan Hari Tua adalah berupa uang tunai yang besarnya
merupakan akumulasi iuran ditambah hasil pengembangannya, yang dibayarkan secara
sekaligus apabila peserta mencapai usia 56 tahun, meninggal dunia, dan cacat total tetap.
Peserta yang termasuk ke dalam usia pensiun adalah peserta yang berhenti bekerja karena
mengundurkan diri, terkena PHK dan sedang tidak aktif bekerja dimanapun, atau peserta
yang meninggalkan wilayah Indonesia untuk selamanya.
Manfaat JHT sebelum mencapai usia 56 tahun dapat diambil sebagian jika
mencapai kepesertaan 10 tahun dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Diambil max. 10% dari total saldo sebagai persiapan usia pensiun
2. Diambil max. 30% dari total saldo untuk uang perumahan
Pengambilan sebagian tersebut hanya dapat dilakukan sekali selama menjadi peserta,
1. Jika setelah mencapai usia 56 tahun peserta masih bekerja dan memilih untuk menunda
pembayaran JHT maka JHT dibayarkan saat yang bersangkutan berhenti bekerja.
8
2. BPJS Ketenagakerjaan wajib memberikan informasi kepada peserta mengenai
besarnya saldo JHT beserta hasil pengembangannya 1 kali dalam setahun.
3. Apabila peserta meninggal dunia, urutan ahli waris yang berhak atas manfaat JHT
adalah janda/duda; anak; orang tua, cucu; saudara kandung; mertua; pihak yang
ditunjuk dalam wasiat; dan apabila tidak ada ahli waris dan wasiat maka JHT
dikembalikan ke Balai Harta Peninggalan.
Hasil pengembangan JHT paling sedikit sebesar rata-rata bunga deposito counter
rate bank pemerintah. Jika terjadi JHT kurang bayar akibat pelaporan upah yang tidak
sesuai, menjadi tanggung jawab perusahaan.
Kecelakaan kerja yang terjadi sejak 1 Juli 2015 harus memperhatikan masa
kadaluarsa klaim selama 2 tahun dihitung dari tanggal kejadian kecelakaan untuk
memperoleh manfaat. Perusahaan harus secara rutin melaporkan kejadian kecelakaan
kepada pihak BPJS Ketenagakerjaan baik secara lisan (manual) ataupun elektronik
selambatnya 2 x 24 jam setelah kejadian kecelakaan dan perusahaan segera
menindaklanjuti laporan yang telah dibuat tersebut dengan mengirimkan formulir
9
kecelakaan kerja tahap I yang telah dilengkapi dengan dokumen pendukung. Manfaat
yang diberikan antara lain adalah sebagai berikut :
Tabel 4. Manfaat Program Jaminan Kecelakaan Kerja
No Manfaat Keterangan
Pelayanan Kesehatan (perawatan dan pengobatan), yaitu
:
Pelayanan kesehatan diberikan tanpa
a. Pemeriksaan dasar dan penunjang;
batasan plafon sepanjang sesuai kebutuhan
b. Perawatan tingkat pertama dan lanjutan;
medis (medical need).
c. Rawat inap dengan kelas ruang perawatan yang setara
Pelayanan kesehatan diberikan melalui
dengan kelas 1 rumah sakit pemerintah;
fasilitas kesehatan yang telah bekerjasama
d. Perawatan intensif (HCU, ICCU, ICU);
dengan BPJS Ketenagakerjaan (trauma
e. Penunjang diagnostic;
1 center BPJS-TK).
f. Pengobatan obat generik (diutamakan) dan/atau obat
bermerk (paten); Penggantian biaya (reimbursement) atas
g. Pelayanan khusus; perawatan dan pengobatan, hanya berlaku
h. Alat kesehatan dan impant; untuk daerah remote area atau di daerah
i. Jasa dokter/medis; yang tidak ada trauma center BPJS-TK.
j. Operasi; Penggantian biaya diberikan sesuai
k. Transfusi darah (pelayanan darah); dan ketentuan yang berlaku.
l. Rehabilitasi medik.
Santunan berbentuk uang, antara lain :
a. Penggantian biaya pengangkutan peserta yang
mengalami kecelakaan kerja/penyakit akibat kerja, ke Perhitungan biaya transportasi untuk kasus
rumah sakit dan/atau kerumahnya, termasuk biaya kecelakaan kerja yang menggunakan lebih
pertolongan pertama pada kecelakaan : dari satu jenis transportasi berhak atas biaya
maksimal dari masing-masing angkutan yang
Angkatan darat/sungai/danau diganti maksimal
digunakan dan diganti sesuai bukti/kuitansi
Rp1.000.000,00
dengan penjumlahan batasan maksimal dari
Angkutan laut diganti maksimal Rp1.500.000,00
semua jenis transportasi yang digunakan.
Angkutan udara diganti maksimal Rp2.500.000,00
Dibayarkan kepada pemberi kerja (pengganti
b. Sementara Tidak Mampu Bekerja (STMB) dengan upah yang diberikan kepada tenaga kerja)
perincian penggantian sebagai berikut : selama peserta tidak mampu bekerja hingga
6 bulan pertama diberikan sebesar 100% dari upah dinyatakan sembuh/cacat sebagian
2
6 bulan kedua diberikan sebesar 75% dari upah anatomis/cacat sebagian fungsi/cacat total
6 bulan ketiga dan seterusnya diberikan sebesar tetap/meninggal dunia berdasarkan surat
50% dari upah keterangan dokter yang merawat dan/atau
dokter penasehat.
Jenis dan besar persentasi kecacatan
c. Santunan Kecacatan dinyatakan oleh dokter perawat atau
penasehat yang ditunjuk Kementerian
Cacat Sebagian Anatomis = % sesuai tabel x 80 x
Ketenagakerjaan RI, setelah peserta selesai
upah sebulan
menjalani perawatan dan pengobatan.
Cacat Sebagian Fungsi = % berkurangnya fungsi x
Tabel kecacatan diatur dalam Lampiran III
% sesuai tabel x upah sebulan
PP No. 44/2015 tentang Penyelenggaraan
Cacat Total Tetap = 70% x 80 x upah sebulan
Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan
Jaminan Kematian.
10
d. Santunan Kematian dan Biaya Pemakaman
Santunan Kematian = 60% x 80 x upah sebulan,
sekurang-kurangnya sebesar Jaminan Kematian
Biaya Pemakaman = Rp3.000.000,00
Santunan berkala selama 24 bulan yang dapat
dibayar sekaligus = 24 x Rp200.000,00 =
Rp4.800.000,00
Program Kembali Bekerja (Return to Work) berupa
pendampingan kepada peserta yang mengalami
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang
3
berpotensi mengalami kecacatan, mulai dari peserta
masuk perawatan di rumah sakit sampai peserta tersebut
dapat kembali bekerja.
Kegiatan Promotif dan Preventif untuk mendukung
terwujudnya keselamatan dan kesehatan kerja sehingga
4
dapat menurunkan angka kecelakaan kerja dan penyakit
akibat kerja.
Rehabilitasi berupa alat bantu (orthese) dan/atau alat
ganti (prothese) bagi peserta yang anggota badannya
hilang atau tidak berfungsi akibat kecelakaan kerja untuk
5 setiap kasus dengan patokan harga yang ditetapkan oleh
Pusat Rehabilitasi Rumah Sakit Umum Pemerintah
ditambah 40% dari harga tersebut serta biaya rehabilitasi
medik.
Beasiswa pendidikan anak bagi setiap peserta yang
meninggal dunia atau mengalami cacat total tetap akibat
6
kecelakaan kerja sebesar Rp12.000.000,00 untuk setiap
peserta.
Terdapat masa kadaluarsa klaim 2 tahun sejak
7
kecelakaan terjadi dan tidak dilaporkan oleh perusahaan.
11
4. Beasiswa pendidikan anak diberikan kepada setiap peserta yang meninggal dunia
bukan akibat kecelakaan kerja dan telah memiliki masa iuran paling singkat 5 (lima)
tahun yang diberikan sebanyak Rp12.000.000,00 untuk setiap peserta.
12
perusahaan dan pekerja pada orang perseorangan. Selain itu, pemberi kerja juga dapat
mengikuti program ini sesuai dengan penahapan kepesertaan.
Pekerja yang didaftarkan oleh pemberi kerja memiliki usia paling banyak 1 bulan
sebelum memasuki usia pensiun. Usia pensiun untuk pertama kali ditetapkan 56 tahun
dan mulai 1 Januari 2019, usia pensiun menjadi 57 tahun dan selanjutnya bertambah 1
tahun untuk setiap 3 tahun berikutnya sampai mencapai usia pensiun 65 tahun.
Dalam hal apabila pemberi kerja lalai tidak mendaftarkan pekerjanya, pekerja dapat
langsung mendaftarkan dirinya kepada BPJS Ketenagakerjaan. Dalam hal peserta pindah
tempat kerja, peserta wajib memberitahukan kepesertaannya kepada pemberi kerja tempat
kerja yang baru dengan menunjukkan kartu peserta BPJS Ketenagakerjaan. Selanjutnya
pemberi kerja tempat kerja baru meneruskan kepesertaan pekerja.
Dalam hal kebijakan iuran pada Program Jaminan Pensiun, kebijakan iurannya
didasarkan pada :
a. Iuran Program Jaminan Pensiun dihitung sebesar 3%, yang terdiri atas 2% iuran
tunjangan tetap. Untuk tahun 2015 batas paling tinggi upah yang digunakan sebagai
dasar perhitungan ditetapkan sebesar Rp7.000.000,00. BPJS Ketenagakerjaan
menyesuaikan besaran upah dengan menggunakan faktor pengali sebesar 1 (satu)
ditambah tingkat pertumbuhan tahunan produk domestik bruto tahun sebelumnya.
Selanjutnya BPJS Ketenagakerjaan menetapkan serta mengumumkan penyesuaian
batas upah tertinggi paling lama 1 bulan setelah lembaga yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan dibidang statistik (BPS) mengumumkan data PDB.
c. Mekanisme pembayaran iuran mengikuti program paket.
d. Pemberi kerja wajib membayar iuran paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya.
e. Pemberi kerja yang tidak memenuhi ketentuan pembayaran iuran dikenakan denda
13
program Jasa Kontruksi, meliputi proyek APBD, proyek atas Dana Internasional, proyek
APBN, dan proyek swasta, serta proyek-proyek lainnya.
Dalam Jasa Konstruksi yang termasuk kedalam kepesertaan diantaranya adalah
pemberi kerja selain penyelenggara negara pada skala usaha besar, menengah, kecil dan
mikro yang bergerak dibidang usaha jasa konstruksi yang mempekerjakan pekerja harian
lepas, borongan, dan perjanjian kerja waktu tertentu, wajib mendaftarkan pekerjanya
dalam Program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) dan Jaminan Kematian (JKM).
Tata cara yang perlu diperhatikan untuk menjadi peserta dalam Jasa Kontruksi yaitu
antara lain :
a. Pemborong bangunan (kontraktor) mengisi formulir pendaftaran kepesertaan jasa
kontruksi, dapat diambil di kantor BPJS Ketenagakerjaan setempat sekurang-
kurangnya 1 minggu sebelum pekerjaan dimulai.
b. Formulir dilampiri Surat Perintah Kerja (SPK) atau Surat Perjanjian Borongan (SPP).
Iuran Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian ditanggung sepenuhnya
oleh kontraktor dan besarannya ditetapkan sebagai berikut (dengan ketentuan Nilai
Kontrak Kerja Kontruksi yang dipergunakan sebagai dasar perhitungan iuran tidak
termasuk Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 10%) :
Tabel 5. Perhitungan Iuran Jasa Konstruksi
Nilai Proyek Program Iuran per Program Keterangan
JKK 0.21% x Nilai Proyek (a)
0>Nilai Proyek≥100Juta
JKM 0.03% x Nilai Proyek (b)
JKK (a) + 0.17% x Nilai Proyek (c)
100Juta>Nilai Proyek≥500Juta
JKM (b) + 0.02% x Nilai Proyek (d)
JKK (c) + 0.13% x Nilai Proyek (e)
500Juta>Nilai Proyek≥1M
JKM (d) + 0.02% x Nilai Proyek (f)
JKK (e) + 0.11% x Nilai Proyek (g)
1M>Nilai Proyek≥5M
JKM (f) + 0.01% x Nilai Proyek (h)
JKK (g) + 0.09% x Nilai Proyek
>5M
JKM (h) + 0.01% x Nilai Proyek
14
bukan menerina upah, sebagai contoh : tukang ojek, supir angkot, pedagang keliling,
dokter, pengacara/advokat, artis, dan lainnya.
Kepesertaan dari Pekerja BPU ini didasarkan pada 2 hal berikut :
Dapat mengikuti program BPJS Ketenagakerjaan secara bertahap dengan memilih
Jaminan Hari Tua (JHT), terdiri dari keseluruhan iuran yang telah disetor, beserta hasil
pengembangannya
Tabel 6. Iuran Program Pekerja Bukan Penerima Upah
Program BPJS
Nilai Iuran
Ketenagakerjaan
1%
Jaminan Kecelakaan Kerja
(berdasarkan nominal tertentu sesuai kemampuan penghasilan)
Jamianan Kematian Rp6.800,00
2%
Jaminan Hari Tua
(berdasarkan nominal tertentu sesuai kemampuan penghasilan)
Keterangan :
Nominal berdasarkan tabel dasar upah
Iuran ditanggung sepenuhnya oleh peserta
Tata Cara Pendaftaran Menjadi Peserta
Peserta wajib memiliki NIK (Nomor Induk Kependudukan)
baru.
Peserta dapat menghubungi kantor cabang BPJS Ketenagakerjaan terdekat, wadah,
15
Pembayaran iuran dapat dilakukan oleh peserta sendiri atau melalui
wadah/mitra/payment point/aggregator/perbankan selama bulanan/3bulan/6bulan/1tahun
sekaligus.
16
Fairness, Predictability, Participation, dan Dynamism. Selain itu, untuk mencapai tujuan
tersebut, maka terdapat perubahan mindset yaitu :
(1) Shifting from FORMAL to CULTURAL;
(2) Shifting from EXCLUSIVE to INCLUSIVE;
(3) Shifting from LOCAL to ASEAN BENCHMARK, dan;
(4) Start to be the BENCHMARK the Implementation of GG in Public Organization.
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dengan terbentuknya BPJS Ketenagakerjaan sebagai lembaga yang menyediakan
jasa penjaminan sosial untuk tenaga kerja di Indonesia dapat dimanfaatkan bagi para
pekerja di Indonesia untuk meningkatkan kesejahteraan hidup pekerja dan keluarganya.
Selain itu juga, bagi perusahaan atau pengusaha diharapkan dapat mengikutsertakan para
pekerja dalam program-program yang diadakan oleh BPJS Ketenagakerjaan demi
tercapainya keseimbangan hak dan kewajiban antara pengusaha dan tenaga kerja.
3.2 Saran
Dalam pelaksanaan program-program terkait kesejahteraan tenaga kerja di
Indonesia, terdapat beberapa hal yang perlu dicermati bagi pengusaha/perusahaan dan
juga BPJS Ketenagakerjaan sebagai pihak penyelenggara jasa penjamianan sosial tenaga
kerja, diantaranya :
1. BPJS Ketenagakerjaan sebagai pihak penyelenggara sebaiknya memberikan
sosialisasi kepada para pengusaha/perusahaan dan tenaga kerja di Indonesia untuk
meningkatkan kesadaran akan pentingnya melindungi diri tenaga kerja dan
keluarganya demi peningkatan kesejahteraan hidup.
2. Perusahaan/pengusaha sebagai pihak pemberi kerja sebaiknya lebih memikirkan
kesejahteraan hidup para pekerja yang berada pada perusahaannya, sebagai proksi
nyata dari pelaksanaan undang-undang yang mengatur mengenai ketenagakerjaan.
18
DAFTAR PUSTAKA
Karo, Rizky Karo. (2015). Peranan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Ketenagakerjaan Terhadap Kesejahteraan Tenaga Kerja Pada Industri Minyak
dan Gas Bumi Indonesia. Kompasiana. Diambil dari : www.kompasiana.com
19