Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

Perkembangan pembangunan nasional yang didukung oleh berkembangnya


perusahaan-perusahaan dalam negeri tidak lepas dari besarnya peranan tenaga kerja yang
menjadi tulang punggung kegiatan operasional perusahaan. Mengacu pada UU
No.13/2003 Pasal 1, tenaga kerja merupakan setiap orang yang mampu melakukan
pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan
sendiri maupun masyarakat, maka tanpa adanya tenaga kerja dalam kegiatan perusahaan,
perusahaan tidak mampu berjalan dan menghasilkan suatu produk/jasa, serta tidak
mampu berpartisipasi dalam pembangunan nasional.
Terkait dengan undang-undang mengenai tenaga kerja, dalam pelaksanaannya
terjadi ketidaksetaraan dan ketidakseimbangan yang dapat menyebabkan konflik
industrial. Ketidaksetaraan tersebut adalah mengenai hak dan kewajiban antara
pengusaha dan tenaga kerja. Dalam hal pekerjaan, pengusaha memiliki kekuasaan dan
modal yang digunakan untuk bertahan hidup, sedangkan tenaga kerja berada dalam
kondisi yang lemah. Tanpa bekerja, tenaga kerja tidak mampu bertahan hidup apalagi
ketika perekonomian nasional sedang melemah. Tidak ada pilihan bagi tenaga kerja
kecuali mengikuti kehendak dari pengusaha (Hermawan, 2008:138).
Permasalahan yang terjadi terkait dengan ketenagakerjaan adalah mengenai
jaminan sosial ketenagakerjaan yang menjadi hak dan kewajiban tenaga kerja. Jaminan
sosial tenaga kerja itu sendiri menurut UU No.3/1992 Pasal 1 Ayat (1) merupakan suatu
perlindungan bagi pekerja/buruh dalam bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti
sebagian dari penghasilan yang hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat
peristiwa atau keadaan yang dialami oleh pekerja/bukur berupa kecelakaan kerja, sakit,
hamil, bersalin, hari tua, dan meninggal dunia. Permasalahan ini masih menjadi fokus
utama pemerintah untuk menyelesaikannya melalui berbagai regulasi yang dikeluarkan
sehingga masing-masing pihak dapat memperoleh hak dan kewajiban sesuai dengan
kepentingannya.
Salah satu undang-undang yang membahas jaminan sosial ketenagakerjaan adalah
UU No.13/2003 Pasal 99 Ayat (1) mengenai hak ketenagakerjaan untuk memperoleh
jaminan sosial tenaga kerja selain memperoleh uang/gaji. Sedangkan pengusaha wajib

1
menyediakan fasilitas kesejahteraan tersebut sesuai ukuran kemampuan perusahaan yang
disebutkan pada Pasal 100 Ayat (1) dan (2).
Sebagai lembaga negara yang bergerak dalam bidang asuransi sosial, BPJS
Ketenagakerjaan yang mengacu penuh pada undang-undang jaminan sosial tenaga kerja
ini berpegah teguh pada kepentingan-kepentingan tenaga kerja di Indonesia.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Singkat BPJS Ketenagakerjaan


BPJS merupakan badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program
jaminan sosial sebagai salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh
rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak. BPJS (Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial) Ketenagakerjaan adalah program publik yang
memberikan perlindungan bagi tenaga kerja untuk mengatasi risiko sosial ekonomi
tertentu dan penyelenggaraannya menggunakan mekanisme jaminan sosial nasional.
Terbentuknya BPJS Ketenagakerjaan ini merupakan salah satu bentuk nyata dari
tanggung jawab dan kewajiban negara untuk memberikan perlindungan sosial ekonomi
kepada masyarakat sesuai dengan kondisi kemampuan keuangan negara. Indonesia
seperti halnya negara berkembang lainnya, mengembangkan program jaminan sosial
berdasarkan funded social security, yaitu jaminan sosial yang didanai oleh peserta dan
masih terbatas pada masyarakat pekerja di sektor formal.
Menyadari besar dan mulianya tanggung jawab tersebut, BPJS Ketenagakerjaan
berusaha untuk terus meningkatkan kompetensi di seluruh lini pelayanan seiring dengan
pengembangan di berbagai program dan manfaat yang langsung dapat dinikmati oleh
pekerja dan keluarganya. Dengan adanya sistem penyelenggaraan yang semakin
berkembang, program BPJS Ketenagakerjaan tidak hanya memberikan manfaat kepada
pekerja dan pengusaha, tetapi juga memberikan kontribusi penting bagi peningkatan
pertumbuhan ekonomi bangsa dan kesejahteraan masyarakat Indonesia.
Perlu diketahui bahwa BPJS Ketenagakerjaan merupakan bentuk transformasi dari
PT Jamsostek (Persero) yang mana perusahaan tersebut terbentuk melalui proses yang
panjang dimulai dari UU No.33/1947 dan UU No.2/1951 tentang kecelakaan kerja,
Peraturan Menteri Perburuhan (PMP) No.48/1952 dan PMP No.8/1956 tentang
pengaturan bantuan untuk usaha penyelenggaraan kesehatan buruh, PMP No.15/1957
tentang pembentukan yayasan sosial buruh, PMP No.5/1964 tentang pembentukan
yayasan dana jaminan sosial (YDJS), diberlakukannya UU No.14/1969 tentang pokok-
pokok tenaga kerja.

3
Setelah mengalami perkembangan dalam hal landasan hukum, bentuk perlindungan
maupun cara penyelenggaraan maka pada tahun 1977 diperoleh suatu tonggak sejarah
penting dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah (PP) No.33/1977 tentang
pelaksanaan program asuransi sosial tenaga kerja (ASTEK) yang mewajibkan setiap
pemberi kerja/pengusaha swasta dan BUMN untuk mengikuti program ASTEK.
Peraturan tersebut diikuti dengan terbitnya Peraturan Pemerintah (PP) No.34/1977
tentang pembentukan wadah penyelenggara ASTEK yaitu Perum Astek.
Pada tahun 1992 diperkuat dengan adanya UU No.3/1992 yang mengatur tentang
Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK). Melalui Peraturan Pemerintah (PP)
No.36/1995 ditetapkanlah PT Jamsostek sebagai badan penyelenggara Jaminan Sosial
Tenaga Kerja. Program Jamsostek memberikan perlindungan dasar untuk memenuhi
kebutuhan minimal bagi tenaga kerja dan keluarganya, dengan memberikan kepastian
berlangsungnya arus penerimaan penghasilan keluarga sebagai pengganti sebagian atau
seluruhnya penghasilan yang hilang, akibat risiko sosial.
Pada akhir tahun 2004, pemerintah menerbitkan UU No.40/2004 tentang Sistem
Jaminan Sosial Nasional yang berhubungan dengan Amandemen UUD 1945 tentang
perubahan pasal 34 ayat 2, yang kini berbunyi: "Negara mengembangkan sistem jaminan
sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu
sesuai dengan martabat kemanusiaan". Manfaat perlindungan tersebut dapat memberikan
rasa aman kepada pekerja sehingga dapat lebih berkonsentrasi dalam meningkatkan
motivasi maupun produktivitas kerja.
PT Jamsostek (Persero) mengedepankan kepentingan dan hak normatif tenaga kerja
di Indonesia dengan memberikan perlindungan melalui 4 program yang dimilikinya, yaitu
Program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Kematian (JKM), Jaminan Hari Tua
(JHT) dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) bagi seluruh tenaga kerja dan
keluarganya hingga berlakunya UU No.24/2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial.
Berlakunya UU No.24/2011 ini mengubah PT Jamsostek (Persero) menjadi Badan
Hukum Publik sejak tanggal 1 Januari 2014 dan juga bertransformsi menjadi BPJS
(Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) Ketenagakerjaan yang tetap dipercaya untuk
menyelenggarakan program jaminan sosial tenaga kerja, yang meliputi JKK, JKM, JHT
dengan penambahan Jaminan Pensiun mulai 1 Juli 2015.

4
Sebagai lembaga negara yang bergerak dalam bidang asuransi sosial, BPJS
Ketenagakerjaan yang dahulu bernama PT Jamsostek (Persero) mengacu penuh pada
undang-undang yang membahas mengenai jaminan sosial tenaga kerja.

2.2 Visi, Misi, dan Nilai BPJS Ketenagakerjaan


Dalam hal pencapaian suatu tujuan diperlukan suatu perencanaan dan eksekusi
berupa tindakan nyata untuk dapat mewujudkannya. Oleh karena itu, BPJS
Ketenagakerjaan merumuskan suatu visi, misi, dan nilai yang dijadikan pedoman dalam
melaksanakan tugasnya, yaitu :
Visi  Menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kebanggan Bangsa, yang
Amanah Bertatakelola Baik serta Unggul dalam Operasional dan Pelayanan.
Misi  Melalui Program Jaminan Sosial Ketenagakerjaan, BPJS Ketenagakerjaan
berkomitmen untuk :
1. Melindungi dan Menyejahterakan seluruh pekerja dan keluarganya.
2. Meningkatkan produktivitas dan daya saing pekerja.
3. Mendukung pembangunan dan kemandirian perekonomian nasional.
Nilai  Ekselen, Teladan, Harmoni, Integritas, Kepedulian, dan Antusias.

2.3 Budaya dan Etos Kerja BPJS Ketenagakerjaan


BPJS Ketenagakerjaan telah merumuskan 5 Tata Nilai Budaya yang disebut dengan
IPTIK, antara lain :
I (Iman)  Taqwa; Berfikir positif; Tanggung jawab pelayanan tulus ikhlas
P (Profesional)  Berprestasi; Bermental unggul; Proaktif dan bersikap positi terhadap
perubahan dan pembaharuan
T (Teladan)  Berpandangan jauh kedepan; Penghargaan dan pembimbingan
(reward and encouragement); Pemberdayaan
I (Integritas)  Berani; Komitmen; Keterbukaan
K (Kerjasama)  Kebersamaan; Menghargai pendapat; Menghargai orang lain
Selain itu, terdapat etos kerja yang harus diterapkan dalam keseharian aktivitas
insan BPJS Ketenagakerjaan. Etos kerja yang digariskan terangkum dalam 5 poin yang
terdiri dari :

5
T (Teamwork)  Memiliki kemampuan dalam membangun kerjasama dengan orang
lain atau dengan kelompok untuk mencapai tujuan perusahaan
O (Open Mind)  Memiliki kemampuan untuk membuka pikiran dan menerima
gagasan-gagasan baru yang lebih baik
P (Passion)  Bersemangat dan antusias dalam melaksanakan pekerjaan
A (Action)  Segera melaksanakan rencana/pekerjaan/tugas yang telah disepakati
dan ditetapkan bersama
S (Sense)  Rasa memiliki, kepedulian, ikut bertanggung jawab dan memiliki
inisiatif yang tinggi untuk memecahkan masalah perusahaan

2.4 Filosofi Jaminan Sosial


BPJS Ketenagakerjaan dalam melaksanakan tugasnya dilandasi filosofi
kemandirian dan harga diri untuk mengatasi risiko sosial ekonomi. Kemandirian dalam
hal ini berarti tidak tergantung orang lain dalam membiayai perawatan pada waktu sakit,
kehidupan dihari tua maupun keluarganya bila meninggal dunia. Harga diri mengandung
arti bahwa jaminan tersebut diperoleh sebagai hak dan bukanlah hasil dari belas kasihan
orang lain.
Agar pembiayaan dan manfaatnya optimal, pelaksanaan program BPJS
Ketenagakerjaan dilakukan secara gotong royong, dimana yang muda membantu yang
tua, yang sehat membantu yang sakit dan yang berpenghasilan tinggi membantu yang
berpenghasilan rendah.

2.5 Program BPJS Ketenagakerjaan


BPJS Ketenagakerjaan memiliki tugas dan fungsi yang mengutamakan
kesejahteraan pekerja dalam bentuk jaminan sosial yang didasarkan pada UU No.
24/2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Tugas-tugas tersebut diantaranya
adalah melakukan dan/atau menerima pendaftaran peserta; memungut dan
mengumpulkan iuran dari peserta dan pemberi kerja; menerima bantuan iuran dari
pemerintah; mengelola dana jaminan sosial untuk kepentingan peserta; mengumpulkan
dan mengelola data peserta program jaminan sosial; membayarkan manfaat dan/atau
membiayai pelayanan kesehatan sesuai dengan ketentuan program jaminan sosial; dan

6
memberikan informasi mengenai penyelenggaraan program jaminan sosial kepada
peserta dan masyarakat.
Dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai badan yang menyelenggarakan
program-program ketenagakerjaan, maka dibentuklah beberapa program yang dapat
menunjang fungsi BPJS Ketenagakerjaan, yaitu :
2.5.1 Program Jaminan Hari Tua (JHT)
Program JHT merupakan program perlindungan yang bersifat dasar bagi tenaga
kerja bertujuan untuk menjamin adanya keamanan dan kepastian terhadap risiko-risiko
sosial ekonomi. Kepesertaan dari program JHT bersifat wajib sesuai dengan penahapan
kepesertaan. Apabila terdapat pengusaha yang memiliki lebih dari satu perusahaan dan
apabila peserta bekerja di lebih dari satu perusahaan, maka masing-masingnya wajib
didaftarkan sesuai penahapan kepesertaan.
Kepesertaan program ini meliputi pekerja penerima upah dan bukan penerima upah,
yaitu :
1. Penerima upah selain penyelenggara negara;
a. Semua pekerja baik yang bekerja pada perusahaan dan perseorangan
b. Orang asing yang bekerja di Indonesia lebih dari 6 bulan
2. Bukan penerima upah;
a. Pemberi kerja
b. Pekerja di luar hubungan kerja/mandiri
c. Pekerja bukan penerima upah selain poin 2
Berikut adalah proses dari pendaftaran kepesertaan program Jaminan Hari Tua :
Tabel 1. Proses Pendaftaran Program Jaminan Hari Tua
Keterangan Penerima Upah Bukan Penerima Upah
Didaftarkan melalui perusahaan. Jika perusahaan
Dapat mendaftarkan dirinya kepada BPJS
Tata Cara lalai, pekerja dapat mendaftarkan dirinya sendiri
Ketenagakerjaan sesuai penahapan baik
Pendaftaran dengan melampirkan perjanjian kerja atau bukti
sendiri-sendiri maupun melalui wadah
lain sebagai pekerja, KTP, dan KK
 Nomor peserta diterbitkan 1 hari setelah  Nomor peserta diterbitkan 1 hari setelah
dokumen pendaftaran diterima lengkap dan dokumen pendaftaran diterima lengkap
iuran pertama dibayar lunas dan iuran pertama dibayar lunas
Bukti  Kartu diterbitkan paling lama 7 hari setelah  Kartu diterbitkan paling lama 7 hari
Peserta dokumen pendaftaran diterima lengkap dan setelah dokumen pendaftaran diterima
iuran pertama dibayar lunas lengkap dan iuran pertama dibayar lunas
 Kepesertaan terhitung sejak nomor  Kepesertaan terhitung sejak nomor
kepesertaan diterbitkan. kepesertaan diterbitkan.

7
Keterangan Penerima Upah Bukan Penerima Upah
Wajib meneruskan kepesertaan dengan
Pindah
menginformasikan kepesertaan JHT yang lama -
Perusahaan
ke perusahaan yang baru
Wajib disampaikan oleh perusahaan kepada Wajib disampaikan oleh peserta atau wadah
Perubahan
BPJS Ketenagakerjaan paling lama 7 hari sejak kepada BPJS Ketenagakerjaan paling lama 7
Data
terjadinya perubahan hari sejak terjadinya perubahan

Berikut adalah rincian dari iuran dan tata cara pembayaran iuran untuk program
Jaminan Hari Tua (JHT) :
Tabel 2. Iuran dan Tata Cara Pembayaran Iuran Program Jaminan Hari Tua
Keterangan Penerima Upah Bukan Penerima Upah
 Didasarkan pada nominal tertentu yang
5.7% dari upah : ditetapkan dalam daftar sesuai lampiran I
Besar Iuran  2% pekerja PP
 3.7% pemberi kerja  Daftar iuran dipilih oleh peserta sesuai
penghasilan peserta masing-masing
Upah Dijadikan Upah sebulan yaitu terdiri atas upah pokok
Dasar dan tunjangan tetap
Cara  Dibayarkan oleh perusahaan  Dibayarkan sendiri atau melalui wadah
Pembayaran  Paling lama tanggal 15 bulan berikutnya  Paling lama tanggal 15 bulan berikutnya
2% untuk tiap bulan keterlambatan dari
Denda
iuran yang dibayarkan

Manfaat Program Jaminan Hari Tua adalah berupa uang tunai yang besarnya
merupakan akumulasi iuran ditambah hasil pengembangannya, yang dibayarkan secara
sekaligus apabila peserta mencapai usia 56 tahun, meninggal dunia, dan cacat total tetap.
Peserta yang termasuk ke dalam usia pensiun adalah peserta yang berhenti bekerja karena
mengundurkan diri, terkena PHK dan sedang tidak aktif bekerja dimanapun, atau peserta
yang meninggalkan wilayah Indonesia untuk selamanya.
Manfaat JHT sebelum mencapai usia 56 tahun dapat diambil sebagian jika
mencapai kepesertaan 10 tahun dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Diambil max. 10% dari total saldo sebagai persiapan usia pensiun
2. Diambil max. 30% dari total saldo untuk uang perumahan
Pengambilan sebagian tersebut hanya dapat dilakukan sekali selama menjadi peserta,
1. Jika setelah mencapai usia 56 tahun peserta masih bekerja dan memilih untuk menunda
pembayaran JHT maka JHT dibayarkan saat yang bersangkutan berhenti bekerja.

8
2. BPJS Ketenagakerjaan wajib memberikan informasi kepada peserta mengenai
besarnya saldo JHT beserta hasil pengembangannya 1 kali dalam setahun.
3. Apabila peserta meninggal dunia, urutan ahli waris yang berhak atas manfaat JHT
adalah janda/duda; anak; orang tua, cucu; saudara kandung; mertua; pihak yang
ditunjuk dalam wasiat; dan apabila tidak ada ahli waris dan wasiat maka JHT
dikembalikan ke Balai Harta Peninggalan.
Hasil pengembangan JHT paling sedikit sebesar rata-rata bunga deposito counter
rate bank pemerintah. Jika terjadi JHT kurang bayar akibat pelaporan upah yang tidak
sesuai, menjadi tanggung jawab perusahaan.

2.5.2 Program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK)


Kecelakaan kerja termasuk kedalam penyakit yang diakibatkan kerja dan
merupakan risiko yang harus dihadapi oleh tenaga kerja dalam melakukan pekerjaannya.
Program JKK memberikan perlindungan atas risiko-risiko kecelakaan yang terjadi dalam
hubungannya dengan dunia kerja, termasuk kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan dari
rumah menuju tempat kerja atau sebaliknya dan penyakit yang disebabkan oleh
lingkungan kerja.
Iuran pada program JKK dibayarkan oleh pemberi kerja yang dibayarkan (bagi
peserta penerima upah) tergantung pada tingkat risiko lingkungan kerja, yang besarannya
dievaluasi paling lama 2 tahun sekali, dan mengacu pada tabel berikut :
Tabel 3. Perhitungan Iuran Program Jaminan Kecelakaan Kerja
No Tingkat Risiko Lingkungan Kerja Besaran Persentase
1 Tingkat Risiko Sangat Rendah 0.24% dari upah sebulan
2 Tingkat Risiko Rendah 0.54% dari upah sebulan
3 Tingkat Risiko Sedang 0.89% dari upah sebulan
4 Tingkat Risiko Tinggi 1.27% dari upah sebulan
5 Tingkat Risiko Sangat Tinggi 1.74% dari upah sebulan

Kecelakaan kerja yang terjadi sejak 1 Juli 2015 harus memperhatikan masa
kadaluarsa klaim selama 2 tahun dihitung dari tanggal kejadian kecelakaan untuk
memperoleh manfaat. Perusahaan harus secara rutin melaporkan kejadian kecelakaan
kepada pihak BPJS Ketenagakerjaan baik secara lisan (manual) ataupun elektronik
selambatnya 2 x 24 jam setelah kejadian kecelakaan dan perusahaan segera
menindaklanjuti laporan yang telah dibuat tersebut dengan mengirimkan formulir

9
kecelakaan kerja tahap I yang telah dilengkapi dengan dokumen pendukung. Manfaat
yang diberikan antara lain adalah sebagai berikut :
Tabel 4. Manfaat Program Jaminan Kecelakaan Kerja
No Manfaat Keterangan
Pelayanan Kesehatan (perawatan dan pengobatan), yaitu
:
 Pelayanan kesehatan diberikan tanpa
a. Pemeriksaan dasar dan penunjang;
batasan plafon sepanjang sesuai kebutuhan
b. Perawatan tingkat pertama dan lanjutan;
medis (medical need).
c. Rawat inap dengan kelas ruang perawatan yang setara
 Pelayanan kesehatan diberikan melalui
dengan kelas 1 rumah sakit pemerintah;
fasilitas kesehatan yang telah bekerjasama
d. Perawatan intensif (HCU, ICCU, ICU);
dengan BPJS Ketenagakerjaan (trauma
e. Penunjang diagnostic;
1 center BPJS-TK).
f. Pengobatan obat generik (diutamakan) dan/atau obat
bermerk (paten);  Penggantian biaya (reimbursement) atas
g. Pelayanan khusus; perawatan dan pengobatan, hanya berlaku
h. Alat kesehatan dan impant; untuk daerah remote area atau di daerah
i. Jasa dokter/medis; yang tidak ada trauma center BPJS-TK.
j. Operasi; Penggantian biaya diberikan sesuai
k. Transfusi darah (pelayanan darah); dan ketentuan yang berlaku.
l. Rehabilitasi medik.
Santunan berbentuk uang, antara lain :
a. Penggantian biaya pengangkutan peserta yang
mengalami kecelakaan kerja/penyakit akibat kerja, ke Perhitungan biaya transportasi untuk kasus
rumah sakit dan/atau kerumahnya, termasuk biaya kecelakaan kerja yang menggunakan lebih
pertolongan pertama pada kecelakaan : dari satu jenis transportasi berhak atas biaya
maksimal dari masing-masing angkutan yang
 Angkatan darat/sungai/danau diganti maksimal
digunakan dan diganti sesuai bukti/kuitansi
Rp1.000.000,00
dengan penjumlahan batasan maksimal dari
 Angkutan laut diganti maksimal Rp1.500.000,00
semua jenis transportasi yang digunakan.
 Angkutan udara diganti maksimal Rp2.500.000,00
Dibayarkan kepada pemberi kerja (pengganti
b. Sementara Tidak Mampu Bekerja (STMB) dengan upah yang diberikan kepada tenaga kerja)
perincian penggantian sebagai berikut : selama peserta tidak mampu bekerja hingga
 6 bulan pertama diberikan sebesar 100% dari upah dinyatakan sembuh/cacat sebagian
2
 6 bulan kedua diberikan sebesar 75% dari upah anatomis/cacat sebagian fungsi/cacat total
 6 bulan ketiga dan seterusnya diberikan sebesar tetap/meninggal dunia berdasarkan surat
50% dari upah keterangan dokter yang merawat dan/atau
dokter penasehat.
 Jenis dan besar persentasi kecacatan
c. Santunan Kecacatan dinyatakan oleh dokter perawat atau
penasehat yang ditunjuk Kementerian
 Cacat Sebagian Anatomis = % sesuai tabel x 80 x
Ketenagakerjaan RI, setelah peserta selesai
upah sebulan
menjalani perawatan dan pengobatan.
 Cacat Sebagian Fungsi = % berkurangnya fungsi x
 Tabel kecacatan diatur dalam Lampiran III
% sesuai tabel x upah sebulan
PP No. 44/2015 tentang Penyelenggaraan
 Cacat Total Tetap = 70% x 80 x upah sebulan
Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan
Jaminan Kematian.

10
d. Santunan Kematian dan Biaya Pemakaman
 Santunan Kematian = 60% x 80 x upah sebulan,
sekurang-kurangnya sebesar Jaminan Kematian
 Biaya Pemakaman = Rp3.000.000,00
 Santunan berkala selama 24 bulan yang dapat
dibayar sekaligus = 24 x Rp200.000,00 =
Rp4.800.000,00
Program Kembali Bekerja (Return to Work) berupa
pendampingan kepada peserta yang mengalami
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang
3
berpotensi mengalami kecacatan, mulai dari peserta
masuk perawatan di rumah sakit sampai peserta tersebut
dapat kembali bekerja.
Kegiatan Promotif dan Preventif untuk mendukung
terwujudnya keselamatan dan kesehatan kerja sehingga
4
dapat menurunkan angka kecelakaan kerja dan penyakit
akibat kerja.
Rehabilitasi berupa alat bantu (orthese) dan/atau alat
ganti (prothese) bagi peserta yang anggota badannya
hilang atau tidak berfungsi akibat kecelakaan kerja untuk
5 setiap kasus dengan patokan harga yang ditetapkan oleh
Pusat Rehabilitasi Rumah Sakit Umum Pemerintah
ditambah 40% dari harga tersebut serta biaya rehabilitasi
medik.
Beasiswa pendidikan anak bagi setiap peserta yang
meninggal dunia atau mengalami cacat total tetap akibat
6
kecelakaan kerja sebesar Rp12.000.000,00 untuk setiap
peserta.
Terdapat masa kadaluarsa klaim 2 tahun sejak
7
kecelakaan terjadi dan tidak dilaporkan oleh perusahaan.

2.5.3 Program Jaminan Kematian (JKM)


Program Jaminan Kematian (JKM) diperuntukkan bagi ahli waris dari peserta
program BPJS Ketenagakerjaan yang meninggal bukan disebabkan oleh kecelakaan
kerja. Manfaat yang diberikan berupa uang tunai yang diberikan kepada ahli waris ketika
peserta meninggal dunia bukan disebabkan oleh kecelakaan kerja dan peserta meninggal
dunia dalam masa aktif (manfaat perlindungan 6 bulan tidak berlaku lagi), terdiri atas :
1. Santunan sekaligus Rp16.200.000,00.
2. Santunan berkala 24 x Rp200.000,00 = Rp4.800.000,00 yang dibayar sekaligus.
3. Biaya pemakaman sebesar Rp3.000.000,00 dan;

11
4. Beasiswa pendidikan anak diberikan kepada setiap peserta yang meninggal dunia
bukan akibat kecelakaan kerja dan telah memiliki masa iuran paling singkat 5 (lima)
tahun yang diberikan sebanyak Rp12.000.000,00 untuk setiap peserta.

2.5.4 Program Jaminan Pensiun


Jaminan Pensiun merupakan jaminan sosial yang bertujuan untuk mempertahankan
derajat setelah peserta memasuki usia pensiun, mengalami cacat total tetap, atau
meninggal dunia. Terdapat beberapa manfaat yang diberikan dari program ini diantaranya
adalah sebagai berikut :
1. Manfaat Pensiun Hari Tua (MPHT)
2. Manfaat Pensiun Cacat (MPC)
3. Manfaat Pensiun Janda/Duda (MPJD
4. Manfaat Pensiun Anak (MPA)
5. Manfaat Pensiun Orang Tua (MPOT)
6. Manfaat Lumpsum
7. Manfaat Pensiun diberikan berupa manfaat pasti yang ditetapkan sebagai berikut :
8. Formula Manfaat Pensiun adalah 1% dikali masa iuran dibagi 12 bulan dikali rata-
rata upah tahunan tertimbang selama masa iuran dibagi 12.
9. Pembayaran Manfaat Pensiun dibayarkan untuk pertama kali setelah dokumen
pendukung secara lengkap dan pembayaran Manfaat Pensiun bulan berikutnya setiap
tanggal 1 bulan berjalan dan apabila tanggal 1 jatuh pada hari libur, pembayaran
dilaksanakan pada hari kerja berikutnya.
10. Dalam hal peserta telah memasuki usia pensiun tetapi yang bersangkutan
diperkerjakan, peserta dapat memilih untuk menerima Manfaat pensiun pada saat
mencapai usia pensiun atau pada saat berhenti bekerja dengan ketentuan paling lama
3 tahun setelah usia pensiun.
11. Penerima manfaat pensiun adalah peserta atau ahli waris peserta yang berhak
menerima manfaat pensiun.
Peserta Program Jaminan Pensiun adalah peserta yang terdaftar dan telah
membayarkan iuran, serta merupakan pekerja yang bekerja pada pemberi kerja selain
penyelenggara negara, yaitu peserta penerima upah yang terdiri dari pekerja pada

12
perusahaan dan pekerja pada orang perseorangan. Selain itu, pemberi kerja juga dapat
mengikuti program ini sesuai dengan penahapan kepesertaan.
Pekerja yang didaftarkan oleh pemberi kerja memiliki usia paling banyak 1 bulan
sebelum memasuki usia pensiun. Usia pensiun untuk pertama kali ditetapkan 56 tahun
dan mulai 1 Januari 2019, usia pensiun menjadi 57 tahun dan selanjutnya bertambah 1
tahun untuk setiap 3 tahun berikutnya sampai mencapai usia pensiun 65 tahun.
Dalam hal apabila pemberi kerja lalai tidak mendaftarkan pekerjanya, pekerja dapat
langsung mendaftarkan dirinya kepada BPJS Ketenagakerjaan. Dalam hal peserta pindah
tempat kerja, peserta wajib memberitahukan kepesertaannya kepada pemberi kerja tempat
kerja yang baru dengan menunjukkan kartu peserta BPJS Ketenagakerjaan. Selanjutnya
pemberi kerja tempat kerja baru meneruskan kepesertaan pekerja.
Dalam hal kebijakan iuran pada Program Jaminan Pensiun, kebijakan iurannya
didasarkan pada :
a. Iuran Program Jaminan Pensiun dihitung sebesar 3%, yang terdiri atas 2% iuran

pemberi kerja dan 1% iuran pekerja.


b. Upah setiap bulan yang dijadikan dasar perhitungan iuran terdiri atas upah pokok dan

tunjangan tetap. Untuk tahun 2015 batas paling tinggi upah yang digunakan sebagai
dasar perhitungan ditetapkan sebesar Rp7.000.000,00. BPJS Ketenagakerjaan
menyesuaikan besaran upah dengan menggunakan faktor pengali sebesar 1 (satu)
ditambah tingkat pertumbuhan tahunan produk domestik bruto tahun sebelumnya.
Selanjutnya BPJS Ketenagakerjaan menetapkan serta mengumumkan penyesuaian
batas upah tertinggi paling lama 1 bulan setelah lembaga yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan dibidang statistik (BPS) mengumumkan data PDB.
c. Mekanisme pembayaran iuran mengikuti program paket.

d. Pemberi kerja wajib membayar iuran paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya.

e. Pemberi kerja yang tidak memenuhi ketentuan pembayaran iuran dikenakan denda

sebesar 2% setiap bulan keterlambatan.

2.5.5 Jasa Kontruksi


Jasa Konstruksi merupakan layanan jasa konsultasi perencanaan pekerjaan
konstrukri, layanan jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi dan layanan konsultasi
pengawasan pekerjaan konstruksi. Adapun proyek-proyek yang termasuk kedalam

13
program Jasa Kontruksi, meliputi proyek APBD, proyek atas Dana Internasional, proyek
APBN, dan proyek swasta, serta proyek-proyek lainnya.
Dalam Jasa Konstruksi yang termasuk kedalam kepesertaan diantaranya adalah
pemberi kerja selain penyelenggara negara pada skala usaha besar, menengah, kecil dan
mikro yang bergerak dibidang usaha jasa konstruksi yang mempekerjakan pekerja harian
lepas, borongan, dan perjanjian kerja waktu tertentu, wajib mendaftarkan pekerjanya
dalam Program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) dan Jaminan Kematian (JKM).
Tata cara yang perlu diperhatikan untuk menjadi peserta dalam Jasa Kontruksi yaitu
antara lain :
a. Pemborong bangunan (kontraktor) mengisi formulir pendaftaran kepesertaan jasa
kontruksi, dapat diambil di kantor BPJS Ketenagakerjaan setempat sekurang-
kurangnya 1 minggu sebelum pekerjaan dimulai.
b. Formulir dilampiri Surat Perintah Kerja (SPK) atau Surat Perjanjian Borongan (SPP).
Iuran Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian ditanggung sepenuhnya
oleh kontraktor dan besarannya ditetapkan sebagai berikut (dengan ketentuan Nilai
Kontrak Kerja Kontruksi yang dipergunakan sebagai dasar perhitungan iuran tidak
termasuk Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 10%) :
Tabel 5. Perhitungan Iuran Jasa Konstruksi
Nilai Proyek Program Iuran per Program Keterangan
JKK 0.21% x Nilai Proyek (a)
0>Nilai Proyek≥100Juta
JKM 0.03% x Nilai Proyek (b)
JKK (a) + 0.17% x Nilai Proyek (c)
100Juta>Nilai Proyek≥500Juta
JKM (b) + 0.02% x Nilai Proyek (d)
JKK (c) + 0.13% x Nilai Proyek (e)
500Juta>Nilai Proyek≥1M
JKM (d) + 0.02% x Nilai Proyek (f)
JKK (e) + 0.11% x Nilai Proyek (g)
1M>Nilai Proyek≥5M
JKM (f) + 0.01% x Nilai Proyek (h)
JKK (g) + 0.09% x Nilai Proyek
>5M
JKM (h) + 0.01% x Nilai Proyek

2.5.6 Bukan Penerima Upah (BPU)


Pekerja Bukan Penerima Upah (BPU) adalah pekerja yang melakukan kegiatan atau
usaha ekonomi secara mandiri untuk memperoleh penghasilan dari kegiatan atau
usahanya tersebut yang meliputi : pemberi kerja, pekerja di luar hubungan kerja atau
pekerja mandiri dan pekerja yang tidak termasuk pekerja di luar hubungan kerja yang

14
bukan menerina upah, sebagai contoh : tukang ojek, supir angkot, pedagang keliling,
dokter, pengacara/advokat, artis, dan lainnya.
Kepesertaan dari Pekerja BPU ini didasarkan pada 2 hal berikut :
 Dapat mengikuti program BPJS Ketenagakerjaan secara bertahap dengan memilih

program sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan peserta.


 Dapat mendaftar sendiri langsung ke Kantor Cabang BPJS Ketenagakerjaan atau

mendaftar melalui wadah/kelompok/Mitra/Payment Point (Aggregator/Perbankan)


yang telah melakukan Ikatan Kerja Sama (IKS) dengan BPJS Ketenagakerjaan
Beberapa jenis program dan manfaat yang diperoleh peserta BPU diantaranya :
 Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), terdiri dari biaya pengangkutan tenaga kerja yang

mengalami kecelakaan kerja, biaya perawatan medis, biaya rehabilitasi, penggantian


upah Sementara Tidak Mampu Bekerja (STMB), santunan cacat tetap sebagian,
santunan cacat total tetap, santunan kematian (sesuai label), biaya pemakaman,
santunan berkala bagi yang meninggal dunia dan cacat total tetap
 Jaminan Kematian (JK), terdiri dari biaya pemakaman dan santunan berkala

 Jaminan Hari Tua (JHT), terdiri dari keseluruhan iuran yang telah disetor, beserta hasil

pengembangannya
Tabel 6. Iuran Program Pekerja Bukan Penerima Upah
Program BPJS
Nilai Iuran
Ketenagakerjaan
1%
Jaminan Kecelakaan Kerja
(berdasarkan nominal tertentu sesuai kemampuan penghasilan)
Jamianan Kematian Rp6.800,00
2%
Jaminan Hari Tua
(berdasarkan nominal tertentu sesuai kemampuan penghasilan)
Keterangan :
 Nominal berdasarkan tabel dasar upah
 Iuran ditanggung sepenuhnya oleh peserta
Tata Cara Pendaftaran Menjadi Peserta
 Peserta wajib memiliki NIK (Nomor Induk Kependudukan)

 Melakukan pengisian formulir F1 BPU untuk pendaftaran wadah/kelompok/mitra

baru.
 Peserta dapat menghubungi kantor cabang BPJS Ketenagakerjaan terdekat, wadah,

dan mitra/payment point(aggregator/perbankan) yang bekerjasama dengan BPJS


Ketenagakerjaan.

15
Pembayaran iuran dapat dilakukan oleh peserta sendiri atau melalui
wadah/mitra/payment point/aggregator/perbankan selama bulanan/3bulan/6bulan/1tahun
sekaligus.

2.6 Prinsip Good governance BPJS Ketenagakerjaan


Tata kelola perusahaan dibutuhkan agar BPJS Ketenagakerjaan mampu meraih
keunggulan daya saing berkelanjutan sesuai dengan visi dan misi lembaga BPJS
Ketenagakerjaan. Dalam mencapai tata kelola yang sesuai dengan visi misi, disusunlah
sebuah rancangan road map good governance yang didasarkan pada hasil tingkat
kematangan (maturity level) dan analisis kesenjangan (gap analysis), sehingga
terbentuklah tahapan Road map Good governance BPJS Ketenagakerjaan untuk tahun
2015-2018 sebagai berikut :
a. Transformed (2015), bertujuan untuk memastikan transisi tata kelola dari Jamsostek
menjadi BPJS-TK sesuai target yang diharapkan dan berjalan secara efektif.
b. Trusted (2016), bertujuan untuk memastikan lembaga memperoleh kepercayaan
publik atas infrastruktur tata kelola pada aspek Transparansi, Akuntabilitas, dan
Independensi.
c. Sustained (2017), bertujuan untuk memastikan bahwa prinsip-prinsip good
governance telah membudaya dalam aktivitas dan proses bisnis.
d. Citizenship (2018), bertujuan untuk memperoleh keyakinan bahwa BPJS-TK sangat
credible dan benchmark citizenship bagi kelembagaan publik di Indonesia.
Dengan melaksanakan aktivitas yang telah direncanakan dalam road map tersebut,
maka BPJS Ketenagakerjaan memiliki potensi dan peluang untuk tumbuh sebagai
lembaga publik terkemuka, terpandang, dan mampu dijadikan sebagai benchmark bagi
penerapan praktik-praktik good governance terbaik untuk meraih keunggulan daya saing
berkelanjutan dan mampu tampil sebagai good citizen sejalan dengan visi dan misi
lembaga serta sesuai dengan ekspektasi seluruh pemangku kepentingan. Hal tersebut
terbukti dengan adanya pencapaian Internal Governance Award 2015 yang diperoleh
BPJS Ketenagakerjaan, dengan penerapan good governance pada unit kerja dilandaskan
pada prinsip-prinsip : Transparency, Accountability, Responsibility, Independency,

16
Fairness, Predictability, Participation, dan Dynamism. Selain itu, untuk mencapai tujuan
tersebut, maka terdapat perubahan mindset yaitu :
(1) Shifting from FORMAL to CULTURAL;
(2) Shifting from EXCLUSIVE to INCLUSIVE;
(3) Shifting from LOCAL to ASEAN BENCHMARK, dan;
(4) Start to be the BENCHMARK the Implementation of GG in Public Organization.

17
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dengan terbentuknya BPJS Ketenagakerjaan sebagai lembaga yang menyediakan
jasa penjaminan sosial untuk tenaga kerja di Indonesia dapat dimanfaatkan bagi para
pekerja di Indonesia untuk meningkatkan kesejahteraan hidup pekerja dan keluarganya.
Selain itu juga, bagi perusahaan atau pengusaha diharapkan dapat mengikutsertakan para
pekerja dalam program-program yang diadakan oleh BPJS Ketenagakerjaan demi
tercapainya keseimbangan hak dan kewajiban antara pengusaha dan tenaga kerja.

3.2 Saran
Dalam pelaksanaan program-program terkait kesejahteraan tenaga kerja di
Indonesia, terdapat beberapa hal yang perlu dicermati bagi pengusaha/perusahaan dan
juga BPJS Ketenagakerjaan sebagai pihak penyelenggara jasa penjamianan sosial tenaga
kerja, diantaranya :
1. BPJS Ketenagakerjaan sebagai pihak penyelenggara sebaiknya memberikan
sosialisasi kepada para pengusaha/perusahaan dan tenaga kerja di Indonesia untuk
meningkatkan kesadaran akan pentingnya melindungi diri tenaga kerja dan
keluarganya demi peningkatan kesejahteraan hidup.
2. Perusahaan/pengusaha sebagai pihak pemberi kerja sebaiknya lebih memikirkan
kesejahteraan hidup para pekerja yang berada pada perusahaannya, sebagai proksi
nyata dari pelaksanaan undang-undang yang mengatur mengenai ketenagakerjaan.

18
DAFTAR PUSTAKA

BPJS Ketenagakerjaan. www.bpjsketenagakerjaan.go.id

Karo, Rizky Karo. (2015). Peranan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Ketenagakerjaan Terhadap Kesejahteraan Tenaga Kerja Pada Industri Minyak
dan Gas Bumi Indonesia. Kompasiana. Diambil dari : www.kompasiana.com

PMP No. 48 Tahun 1952

PMP No. 8 Tahun 1956

PMP No. 15 Tahun 1957

PMP No. 5 Tahun 1964

PP No. 33 Tahun 1977

PP No. 34 Tahun 1977

PP No. 36 Tahun 1995

Rencana Strategi 2014-2018 Perubahan II Badan Penyelenggara Jaminan Sosial


Ketenagakerjaan

Road Map Good Governance BPJS Ketenagakerjaan

UU No. 33 Tahun 1947

UU No. 2 Tahun 1951

UU No. 8 Tahun 1956

UU No. 14 Tahun 1969

UU No. 3 Tahun 1992

UU No. 13 Tahun 2003

UU No. 40 Tahun 2004

UU No. 24 Tahun 2011

19

Anda mungkin juga menyukai