RAGANGAN PENELITIAN
Oleh :
E1A020147
TEKNOLOGI
FAKULTAS HUKUM
PURWOKERTO
2023
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Perkembangan kegiatan ekonomi di sektor industri yang diperkuat
dengan inovasi dan kemajuan teknologi menjadi faktor utama dalam
meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Pada tahun 2021,
berdasarkan data Badan Pusat Statistik kinerja sektor industri pengolahan
tercatat tumbuh dan pulih 3,4 persen (%) yang berperan sebagai faktor yang
mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia 3,7 persen (%).1 Secara
nasional kegiatan industri menciptakan produktivitas masyarakat dan
meningkatkan lapangan kerja, dalam perkembangannya kegiatan industri
membutuhkan regulasi yang dapat menaungi segala permasalahan yang ada.
Dalam kegiatan industri ketersediaan sumber daya manusia sebagai
tenaga kerja dan kualitas tenaga kerja menjadi faktor penting, apabila
kualitas tenaga kerja baik maka tingkat produksi akan meningkat.
Sebaliknya, jika kualitas tenaga kerja buruk maka tingkat produksi akan
menurun. Semakin tingginya tingkat produksi di suatu negara maka tingkat
pertumbuhan ekonomi negara akan meningkat. Guna mendukung
pertumbuhan ekonomi, maka diperlukan tenaga kerja yang memiliki
kualitas unggul, oleh karena itu diperlukan upaya untuk meningkatkan
kualitas tenaga kerja guna mendorong pertumbuhan ekonomi. Dalam upaya
meningkatkan kualitas tenaga kerja maka dibutuhkan kerja sama dari pihak
pengusaha dan pemerintah.
Dalam rangka meningkatkan kualitas tenaga kerja, pengusaha dan
pemerintah memiliki peran penting untuk memberikan fasilitas dan
perlindungan bagi tenaga kerja. Hal yang dapat dilakukan oleh pengusaha
dalam rangka meningkatkan kualitas tenaga kerja adalah memberikan upah
yang layak dan pelatihan kepada tenaga kerja. Selanjutnya, peran
pemerintah dalam meningkatkan kualitas tenaga kerja adalah dengan
melakukan perencanaan tenaga kerja serta menyusun regulasi guna
melindungi dan memenuhi hak-hak tenaga kerja sebagaimana yang
1
Berita Pembangunan, “Bappenas : Indonesia Andalkan Industri Untuk Capai Pertumbuhan
Ekonomi”, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional, 10 Juni 2022, https://www.bappenas.go.id/id/berita/bappenas-indonesia-andalkan-
industri-untuk-capai-pertumbuhan-ekonomi-bmPfm diakses pada 26 Agustus 2022 pukul 20.35
diamanatkan dalam pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Kesatuan
Republik Indonesia tahun 1945.
Berdasarkan hasil survei industri mikro dan kecil tahunan yang
dilakukan oleh Badan Pusat Statistik pada tahun 2021, tercatat bahwa ada
sekitar 7.304.554 orang tenaga kerja yang bekerja di sektor industri mikro
dan 1.804.743 orang tenaga kerja yang bekerja di sektor industri kecil. Dari
data tersebut menunjukkan bahwa kini banyak sekali masyarakat Indonesia
yang bekerja di sektor industri. Oleh karena itu pembangunan
ketenagakerjaan menjadi hal penting yang harus diperhatikan oleh
pemerintah Indonesia guna meningkatkan pembangunan nasional dan
pertumbuhan ekonomi negara. Pemerintah Indonesia perlu membuat
kebijakan sedemikian rupa guna melindungi dan memenuhi hak dasar para
tenaga kerja sehingga meciptakan kondisi yang kondusif dalam
perkembangan dunia industri.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh pemerintah dalam
memberikan perlindungan terhadap tenaga kerja adalah dilaksanakannya
jaminan sosial atau asuransi sosial bagi tenaga kerja. Jaminan sosial yang
diberikan kepada tenaga kerja adalah bantuan bagi tenaga kerja dan
keluarganya yang terkena dampak karena hiangnya pekerjaan atau
penghasilan yang disebabkan oleh kecelakaan kerja, penyakit yang muncul
akibat pekerjaan, usia lanjut dan lain sebagainya. Selain untuk memberikan
perlindungan dan memenuhi kebutuhan dasar tenaga kerja dan keluarganya,
pelaksanaan jaminan sosial juga penting dilaksanakan karena dapat
meningkatkan motivasi dan produktivitas. Adanya jaminan sosial membuat
para tenaga kerja merasa aman dan terlindungi sehingga mereka dapat lebih
berkonsentrasi dalam melakukan pekerjaannya. 2
Sistem jaminan sosial nasional merupakan salah satu program
pemerintah dalam memberikan perlindungan sosial bagi seluruh penduduk
untuk memenuhi kebutuhan dasar serta mewujudkan kesejahteraan sosial.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem
2
Dian Ayu Nurul Mutoharoh dan Danang Ari Wibowo, Return To Work Sebagai Bentuk Jaminan
Kecelakaan Kerja Di Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan, Vol. 1 No.
2, Jurnal Hukum Lex Generalis, 2020, hlm. 3
Jaminan Sosial Nasional, tujuan dilaksanakannya jaminan sosial adalah
memberikan jaminan agar terpenuhinya kebutuhan dasar hidup yang layak
bagi setiap peserta dan/atau anggota keluarganya. Di Indonesia sendiri
program jaminan sosial dilaksanakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial (BPJS). Untuk program jaminan kesehatan nasional dilaksanakan
oleh BPJS Kesehatan, sedangkan jaminan sosial untuk tenaga kerja
dilaksanakan oleh BPJS Ketenagakerjaan.
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial dibentuk untuk mewujudkan
pelaksanaan pemberian jaminan terpenuhinya kebutuhan dasar hidup yang
3
layak bagi setiap Peserta dan/atau anggota keluarganya. Badan
penyelenggara Jaminan Sosial merupakan suatu badan hukum yang
dijalankan berdasarkan prinsip kegotongroyongan, nirlaba, keterbukaan,
kehati-hatian, akuntabilitas, portabilitas, kepesertaan bersifat wajib, dana
amanat, dan hasil pengelolaan dana jaminan sosial digunakan seluruhnya
untuk pengembangan program dan untuk kepentingan negara4 Berdasarkan
pasal 6 ayat 2 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial, program yang dilaksanakan oleh BPJS
Ketenagakerjaan meliputi Jaminan Kecelakaan kerja (JKK), Jaminan Hari
Tua (JHT), Jaminan Pensiun (JP), dan Jaminan Kematian (JK).
Dalam dunia industri, terutama dalam industri yang melibatkan alat-
alat berat dan bahan yang berbahaya pasti memiliki resiko kecelakaan kerja
yang besar. Kecelakaan ataupun penyakit yang timbul akibat suatu
pekerjaan dalam dunia industri merupakan resiko yang harus dihadapi oleh
tenaga kerja. Maka dari itu penting bagi pengusaha untuk memperhatikan
keselatan dan kesehatan tenaga kerja, salah satu tindakan yang dapat
dilakukan guna menanggulangi kerugian yang bisa terjadi akibat kecelakaan
kerja adalah dengan memberikan jaminan sosial kepada para tenaga kerja
yaitu Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK). Karena pada umumnya kecelakaan
kerja dapat mengakibatkan kematian dan cacat, maka dari itu untuk
3
Pasal 3 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
4
Konsideran menimbang huruf b Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial
mengurangi kerugian apabila terjadi kecelakaan kerja pengusaha wajib
mengikutsertakan seluruh karyawan dalam program jaminan sosial BPJS
Ketenagakerjaan, terutama program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK).
Keikutsertaan dalam program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) nantinya
tidak hanya memberikan perlindungan bagi pekerja dan keluarganya, tapi
juga memberikan keuntungan bagi pengusaha karena apabila terjadi suatu
kecelakaan kerja maka pengusaha tidak seratus persen menanggung seluruh
kerugian yang terjadi.
Berdasarkan pasal 1 angka 6 Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 44 Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan Jaminan
Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian menyebutkan bahwa yang
dimaksud dengan kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi dalam
hubungan kerja, termasuk kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan dari
rumah menuju tempat kerja atau sebaliknya dan penyakit yang disebabkan
oleh lingkungan kerja. Dalam mengatasi hilangnya sebagian atau seluruh
penghasilan yang diakibatkan oleh kecelakaan berupa kematian atau cacat
pada fisik maupun mental, maka perlu adanya jaminan kecelakaan kerja.
Jaminan kecelakaan kerja merupakan jaminan sosial yang selalu terdapat
dalam tiap program jaminan sosial di berbagai negara. Hal ini dikarenakan
secara yuridis jaminan kecelakaan kerja merupakan hak dari tenaga kerja
yang tidak dapat diabaikan oleh pengusaha, selanjutnya pelaksanaan
program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) dianggap tidak mahal karena
kecelakaan kerja yang mengakibatkan kematian dan cacat jarang sekali
terjadi.5 Di Indonesia pun program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK)
bukanlah hal yang asing ditelinga, karena hampir setiap perusahaan yang
berdiri di Indonesia telah mengikutsertakan seluruh tenaga kerjanya dalam
program ini. Namun demikian masih banyak permasalahan yang terjadi
dalam pelaksanaannya diantaranya yaitu waktu pencairan jaminan yang
relatif lama, biaya pemulihan yang masih ditanggung oleh pekerja sendiri,
5
Zaeni Asyhadie, S.H., M.Hum. dan Rahmawati Kusuma, S.H., M.H, “Hukum Ketenagakerjaan
Dalam Teori & Praktik di Indonesia” , Edisi Pertama (Jakarta, Prenadamedia Group, 2019), Hlm.
170
lambatnya proses pengiriman berkas kecelakaan oleh pihak pengusaha dan
lambannya proses penyelidikan kejadian. 6
Berdasarkan fakta di lapangan yang menunjukkan bahwa masih
banyak kendala yang terjadi dalam pelaksanaan program Jaminan
Kecelakaan Kerja (JKK), maka penulis akan menguraikan terkait kendala
hukum yang terjadi dalam pelaksanaan program Jaminan Kecelakaan Kerja
seperti kendala dalam alur pelaksanaan pencairan dana dan apakah program
Jaminan Kecelakaan Kerja telah berjalan dengan baik sesuai dengan
ketentuan hukum yang ada. Oleh karena itu penulis berharap dapat
mewujdukan kesadaran bagi para pihak yaitu pihak pengusaha dan
pemerintah agar pelaksanaan program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK)
yang diadakan oleh BPJS Ketenagakerjaan ini dapat berjalan dengan lancar
dan seusai dengan tujuannya serta sesuai dengan peraturan hukum yang ada.
Maka penulis tertarik untuk menyusun penulisan hukum yang berjudul : “
PELAKSANAAN HAK JAMINAN KECELAKAAN KERJA BAGI
PEKERJA PENERIMA UPAH YANG MENGALAMI
KECELAKAAN KERJA DI KABUPATEN DEMAK (Studi di BPJS
Ketenagakerjaan Semarang Majapahit) ”
A. PERUMUSAN MASALAH
6
Diana Afrianita dan Fitri Eriyanti, “Kendala Program Jaminan Kecelakaan Kerja Pada Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan Di Kota Padang”, Vol. 3 No. 1, Jurnal
Manajemen dan Ilmu Administrasi Publik, 2021, Hlm. 70
Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan hak jaminan kecelakan
kerja bagi pekerja penerima upah yang mengalami kecelakaan kerja
di Kabupaten Demak;
2. Untuk mengetahui apa saja kendala yang dialami dalam pelaksanaan
hak jaminan kecelakaan kerja bagi pekerja penerima upah yang
mengalami kecelakaan kerja di Kabupaten Demak.
C. KEGUNAAN PENELITIAN
1. Kegunaan Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi perkembangan
ilmu pengetahuan serta dapat menambah wawasan dalam
mengkaji suatu masalah khususnya dalam bidang
Ketenagakerjaan yang berkaitan dengan program BPJS
Ketenagakerjaan, salah satunya Jaminan Kecelakaan Kerja;
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai
bahan dalam perkembangan ilmu hukum administrasi
negara, khususnya di bidang hukum ketenagakerjaan serta
dapat digunakan sebagai pembanding bagi peneliti
selanjutnya dalam konteks hukum administrasi negara
maupun penelitian sejenisnya.
2. Kegunaan Praktis
a. Bagi Penulis, selain berguna sebagai prasyarat tugas akhir
untuk meraih gelar Sarjana di Fakultas Hukum Universitas
Jenderal Soedirman. Penelitian ini diharapkan dapat
meningkatkan kemampuan penulis di bidang penelitian dan
menambah wawasan penulis dalam bidang hukum, terutama
dalam bidang hukum ketenagakerjaan yang terkait dengan isi
penelitian;
b. Bagi instansi atau pemerintah, penelitian ini diharapkan
dapat dijadikan acuan bagi pemberi kerja terkait kewajiban
perusahaan dalam mengikutsertakan pekerjanya dalam
program BPJS Ketenagakerjaan. Penelitian ini juga
diharapkan dapat digunakan oleh pemerintah sebagai
referensi untuk memperbaiki dan melengkapi kekurangan
yang ada serta menyempurnakan peraturan-peraturan yang
ada dalam sistem jaminan sosial untuk memberikan
perlindungan hukum bagi tenaga kerja.
D. KERANGKA TEORI
1. Hukum Ketenagakerjaan
7
Koesparmono Irsan dan Armansyah, “Hukum Tenaga Kerja : Suatu Pengantar”, Edisi Pertama
(Jakarta, Penerbit Erlangga, 2016), Hlm. 7
Ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan tenaga
kerja pada waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja.
Berdasarkan definisi yang diberikan oleh Undang-Undang Nomor
13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, maka dapat kita artikan
bahwa Hukum Ketenagakerjaan adalah aturan-aturan yang
mengatur mengenai tenaga kerja dan pemberi kerja pada saat
sebelum, selama, dan sesudah masa kerja. Jadi, hukum
ketenagakerjaan mengatur seluruh hal-hal yang berhubungan
dengan tenaga kerja dan pemberi kerja guna menjamin perlindungan
hak dari tenaga kerja serta menjamin bahwa pemberi kerja akan
memenuhi kewajibannya. Contoh pengaturan yang diatur dalam
hukum ketenagakerjaan pada waktu sebelum tenaga kerja bekerja
adalah pelatihan kerja, sedangkan selama masa kerja mengatur
mengenai yang didapatkan oleh pekerja seperti gaji dan cuti,
selanjutnya hal yang diatur pada waktu sesudah masa kerja
contohnya adalah tunjangan hari tua dan tunjangan pensiun.
Imam Soepomo memberikan definisi Hukum Perburuhan
atau Hukum Ketenagakerjaan sebagai himpuna peraturan, baik
tertulis maupun tidak tertulis yang berkenaan dengan suatu kejadian
dimana seseorang bekerja pada orang lain, dengan menerima upah.
8
Dari pengertian yang telah dijabarkan tersebut masih belum
menggambarkan dan mencakup mengenai pihak-pihak dan
permasalahan yang ada dalam ketenagakerjaan secara menyeluruh
karena luasnya ruang lingkup yang ada dalam ketenagakerjaan itu
sendiri.
Pasal 2 ayat 2 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003,
memberikan definisi mengenai tenaga kerja yaitu setiap orang laki-
laki atau wanita yang sedang dalam dan/atau akan melakukan
pekerjaan, baik di dalam maupun di luar hubungan kerja guna
menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan
8
Prof. Dr. Aloysius Uwiyono, S.H., M.H. Dkk, “Asas-Asas Hukum Perburuhan” Edisi kedua
(Depok, RajaGrafindo Persada, 2014), Hlm. 3
masyarakat. Secara umum, tenaga kerja adalah setiap orang yang
mampu bekerja, kecuali anak-anak di bawah umur 14 tahun, orang
yang masih bersekolah dalam jangka waktu yang penuh, dan orang
yang karena sesuatu hal yang tidak mampu bekerja. 9
2. Jaminan Sosial
9
Zaeni Asyhadie, S.H., M.Hum. dan Rahmawati Kusuma, S.H., M.H, “Hukum Ketenagakerjaan
Dalam Teori & Praktik di Indonesia” , Edisi Pertama (Jakarta, Prenadamedia Group, 2019), Hlm.
147
sendiri dibagi menjadi dua yaitu BPJS Kesehatan dan BPJS
Ketenagakerjaan. BPJS Kesehatan sendiri menyelenggarakan
program jamnina kesehatan bagi seluruh masyarakat, baik itu yang
bekerja ataupun yang tidak bekerja dan kepesertaannya bersifat
wajib. Sedangkan BPJS Ketenagakerjaan menyelenggarakan
program yang khusus ditujukan bagi seluruh tenaga kerja yang ada
di Indonesia termasuk tenaga kerja asing. Program yang
diselenggarakan oleh BPJS Ketenagakerjaan diantaranya Jaminan
Kecelakaan Kerja, Jaminan Hari Tua, Jaminan Pensiun, dan Jaminan
Kematian.
Jaminan Kecelakaan Kerja yang selanjutnya disingkat
dengan JKK dalam Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2015
Tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan
Jaminan Kematian adalah jaminan manfaat yang berupa uang tunai
dan/atau pelayanan kesehatan yang diberikan pada saat peserta
mengalami kecelakaan kerja atau penyakit yang disebabkan oleh
lingkungan kerja. Selanjutnya dalam peraturan pemerintah ini juga
mengatur mengenai definisi dari Kecelakaan Kerja yaitu kecelakaan
yang terjaid dalam hubungan kerja, termasuk kecelakaan yang
terjadi dalam perjalanan dari rumah menuju tempat kerja atau
sebaliknya dan penyakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja.
3. Teori Bekerjanya Hukum
1. Metode Penelitian
10
Ani Purwati, “Metode Penelitian Hukum Teori Dan Praktek”, CV Jakad Media Publishing,
Surabaya, 2020, hlm. 4
Semarang Majapahit telah sesuai dengan peraturan-peraturan
hukum yang ada. Metode penelitian kualitatif sendiri merupakan
metode penelitian yang datanya berupa pernyataan atau penjalasan
deskriptif dari informan atau orang yang memberikan informasi.
Kesimpulan atau jawaban pada penelitian kualitatif hanya diketahui
oleh orang-orang tertentu karena jabatan atau kedudukannya.
3. Spesifikasi Penelitian
4. Lokasi Penelitian
5. Informan Penelitian
F. DAFTAR PUSTAKA
Buku
Asyhadie, Zaeni dan Rahmawati Kusuma. 2019. Hukum Ketenagakerjaan
Dalam Teroi dan Praktik di Indonesia. Prenadamedia Group. Jakarta
Irsan, Koesparmono dan Armansyah. 2016. Hukum Tenaga Kerja : Suatu
Pengantar. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Uwiyono, Aloysius, dkk. 2014. Asas-Asas Hukum Perburuhan Edisi
Kedua. RajaGrafindo Persada. Depok.
Purwati, Ani. 2020. Metode Penelitian Hukum Teori dan Praktik. CV
Jakad Media Publishing. Surabaya.
Jurnal Penelitian
Afrianita, Diana dan Fitri Eriyanti. “Kendala Program Jaminan Kecelakaan
Kerja Pada Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan
Di Kota Padang”. Vol. 3 No. 1. Jurnal Manajemen dan Ilmu
Administrasi Publik. 2021
Mutoharoh, Dian Ayu Nurul dan Danang Ari Wibowo. Return To Work
Sebagai Bentuk Jaminan Kecelakaan Kerja Di Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan. Vol. 1 No.
2. Jurnal Hukum Lex Generalis. 2020.
Website
Berita Pembangunan, “Bappenas : Indonesia Andalkan Industri Untuk
Capai Pertumbuhan Ekonomi”, Kementerian Perencanaan
Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional, 10 Juni 2022,
https://www.bappenas.go.id/id/berita/bappenas-indonesia-
andalkan-industri-untuk-capai-pertumbuhan-ekonomi-bmPfm
diakses pada 26 Agustus 2022 pukul 20.35
Peraturan Perundang-Undangan
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial.
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial.
Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan
Program Jaminan Kecelakaan Kerja Dan Jaminan Kematian.
Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2019 Tentang Perubahan atas
Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2015 tentang
Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan
Kematian.