Anda di halaman 1dari 18

PELAKSANAAN HAK JAMINAN KECELAKAAN KERJA BAGI

PEKERJA PENERIMA UPAH YANG MENGALAMI KECELAKAAN

KERJA DI KABUPATEN DEMAK

(Studi Pada BPJS Ketenagakerjaan Semarang Majapahit)

RAGANGAN PENELITIAN

Diajukan Untuk Pra Syarat Skripsi Pada Fakultas Hukum


Universitas Jenderal Soedirman

Oleh :

Cristiani Intan Ruberta

E1A020147

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN

TEKNOLOGI

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS HUKUM

PURWOKERTO

2023
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Perkembangan kegiatan ekonomi di sektor industri yang diperkuat
dengan inovasi dan kemajuan teknologi menjadi faktor utama dalam
meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Pada tahun 2021,
berdasarkan data Badan Pusat Statistik kinerja sektor industri pengolahan
tercatat tumbuh dan pulih 3,4 persen (%) yang berperan sebagai faktor yang
mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia 3,7 persen (%).1 Secara
nasional kegiatan industri menciptakan produktivitas masyarakat dan
meningkatkan lapangan kerja, dalam perkembangannya kegiatan industri
membutuhkan regulasi yang dapat menaungi segala permasalahan yang ada.
Dalam kegiatan industri ketersediaan sumber daya manusia sebagai
tenaga kerja dan kualitas tenaga kerja menjadi faktor penting, apabila
kualitas tenaga kerja baik maka tingkat produksi akan meningkat.
Sebaliknya, jika kualitas tenaga kerja buruk maka tingkat produksi akan
menurun. Semakin tingginya tingkat produksi di suatu negara maka tingkat
pertumbuhan ekonomi negara akan meningkat. Guna mendukung
pertumbuhan ekonomi, maka diperlukan tenaga kerja yang memiliki
kualitas unggul, oleh karena itu diperlukan upaya untuk meningkatkan
kualitas tenaga kerja guna mendorong pertumbuhan ekonomi. Dalam upaya
meningkatkan kualitas tenaga kerja maka dibutuhkan kerja sama dari pihak
pengusaha dan pemerintah.
Dalam rangka meningkatkan kualitas tenaga kerja, pengusaha dan
pemerintah memiliki peran penting untuk memberikan fasilitas dan
perlindungan bagi tenaga kerja. Hal yang dapat dilakukan oleh pengusaha
dalam rangka meningkatkan kualitas tenaga kerja adalah memberikan upah
yang layak dan pelatihan kepada tenaga kerja. Selanjutnya, peran
pemerintah dalam meningkatkan kualitas tenaga kerja adalah dengan
melakukan perencanaan tenaga kerja serta menyusun regulasi guna
melindungi dan memenuhi hak-hak tenaga kerja sebagaimana yang

1
Berita Pembangunan, “Bappenas : Indonesia Andalkan Industri Untuk Capai Pertumbuhan
Ekonomi”, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional, 10 Juni 2022, https://www.bappenas.go.id/id/berita/bappenas-indonesia-andalkan-
industri-untuk-capai-pertumbuhan-ekonomi-bmPfm diakses pada 26 Agustus 2022 pukul 20.35
diamanatkan dalam pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Kesatuan
Republik Indonesia tahun 1945.
Berdasarkan hasil survei industri mikro dan kecil tahunan yang
dilakukan oleh Badan Pusat Statistik pada tahun 2021, tercatat bahwa ada
sekitar 7.304.554 orang tenaga kerja yang bekerja di sektor industri mikro
dan 1.804.743 orang tenaga kerja yang bekerja di sektor industri kecil. Dari
data tersebut menunjukkan bahwa kini banyak sekali masyarakat Indonesia
yang bekerja di sektor industri. Oleh karena itu pembangunan
ketenagakerjaan menjadi hal penting yang harus diperhatikan oleh
pemerintah Indonesia guna meningkatkan pembangunan nasional dan
pertumbuhan ekonomi negara. Pemerintah Indonesia perlu membuat
kebijakan sedemikian rupa guna melindungi dan memenuhi hak dasar para
tenaga kerja sehingga meciptakan kondisi yang kondusif dalam
perkembangan dunia industri.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh pemerintah dalam
memberikan perlindungan terhadap tenaga kerja adalah dilaksanakannya
jaminan sosial atau asuransi sosial bagi tenaga kerja. Jaminan sosial yang
diberikan kepada tenaga kerja adalah bantuan bagi tenaga kerja dan
keluarganya yang terkena dampak karena hiangnya pekerjaan atau
penghasilan yang disebabkan oleh kecelakaan kerja, penyakit yang muncul
akibat pekerjaan, usia lanjut dan lain sebagainya. Selain untuk memberikan
perlindungan dan memenuhi kebutuhan dasar tenaga kerja dan keluarganya,
pelaksanaan jaminan sosial juga penting dilaksanakan karena dapat
meningkatkan motivasi dan produktivitas. Adanya jaminan sosial membuat
para tenaga kerja merasa aman dan terlindungi sehingga mereka dapat lebih
berkonsentrasi dalam melakukan pekerjaannya. 2
Sistem jaminan sosial nasional merupakan salah satu program
pemerintah dalam memberikan perlindungan sosial bagi seluruh penduduk
untuk memenuhi kebutuhan dasar serta mewujudkan kesejahteraan sosial.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem

2
Dian Ayu Nurul Mutoharoh dan Danang Ari Wibowo, Return To Work Sebagai Bentuk Jaminan
Kecelakaan Kerja Di Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan, Vol. 1 No.
2, Jurnal Hukum Lex Generalis, 2020, hlm. 3
Jaminan Sosial Nasional, tujuan dilaksanakannya jaminan sosial adalah
memberikan jaminan agar terpenuhinya kebutuhan dasar hidup yang layak
bagi setiap peserta dan/atau anggota keluarganya. Di Indonesia sendiri
program jaminan sosial dilaksanakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial (BPJS). Untuk program jaminan kesehatan nasional dilaksanakan
oleh BPJS Kesehatan, sedangkan jaminan sosial untuk tenaga kerja
dilaksanakan oleh BPJS Ketenagakerjaan.
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial dibentuk untuk mewujudkan
pelaksanaan pemberian jaminan terpenuhinya kebutuhan dasar hidup yang
3
layak bagi setiap Peserta dan/atau anggota keluarganya. Badan
penyelenggara Jaminan Sosial merupakan suatu badan hukum yang
dijalankan berdasarkan prinsip kegotongroyongan, nirlaba, keterbukaan,
kehati-hatian, akuntabilitas, portabilitas, kepesertaan bersifat wajib, dana
amanat, dan hasil pengelolaan dana jaminan sosial digunakan seluruhnya
untuk pengembangan program dan untuk kepentingan negara4 Berdasarkan
pasal 6 ayat 2 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial, program yang dilaksanakan oleh BPJS
Ketenagakerjaan meliputi Jaminan Kecelakaan kerja (JKK), Jaminan Hari
Tua (JHT), Jaminan Pensiun (JP), dan Jaminan Kematian (JK).
Dalam dunia industri, terutama dalam industri yang melibatkan alat-
alat berat dan bahan yang berbahaya pasti memiliki resiko kecelakaan kerja
yang besar. Kecelakaan ataupun penyakit yang timbul akibat suatu
pekerjaan dalam dunia industri merupakan resiko yang harus dihadapi oleh
tenaga kerja. Maka dari itu penting bagi pengusaha untuk memperhatikan
keselatan dan kesehatan tenaga kerja, salah satu tindakan yang dapat
dilakukan guna menanggulangi kerugian yang bisa terjadi akibat kecelakaan
kerja adalah dengan memberikan jaminan sosial kepada para tenaga kerja
yaitu Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK). Karena pada umumnya kecelakaan
kerja dapat mengakibatkan kematian dan cacat, maka dari itu untuk

3
Pasal 3 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
4
Konsideran menimbang huruf b Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial
mengurangi kerugian apabila terjadi kecelakaan kerja pengusaha wajib
mengikutsertakan seluruh karyawan dalam program jaminan sosial BPJS
Ketenagakerjaan, terutama program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK).
Keikutsertaan dalam program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) nantinya
tidak hanya memberikan perlindungan bagi pekerja dan keluarganya, tapi
juga memberikan keuntungan bagi pengusaha karena apabila terjadi suatu
kecelakaan kerja maka pengusaha tidak seratus persen menanggung seluruh
kerugian yang terjadi.
Berdasarkan pasal 1 angka 6 Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 44 Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan Jaminan
Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian menyebutkan bahwa yang
dimaksud dengan kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi dalam
hubungan kerja, termasuk kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan dari
rumah menuju tempat kerja atau sebaliknya dan penyakit yang disebabkan
oleh lingkungan kerja. Dalam mengatasi hilangnya sebagian atau seluruh
penghasilan yang diakibatkan oleh kecelakaan berupa kematian atau cacat
pada fisik maupun mental, maka perlu adanya jaminan kecelakaan kerja.
Jaminan kecelakaan kerja merupakan jaminan sosial yang selalu terdapat
dalam tiap program jaminan sosial di berbagai negara. Hal ini dikarenakan
secara yuridis jaminan kecelakaan kerja merupakan hak dari tenaga kerja
yang tidak dapat diabaikan oleh pengusaha, selanjutnya pelaksanaan
program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) dianggap tidak mahal karena
kecelakaan kerja yang mengakibatkan kematian dan cacat jarang sekali
terjadi.5 Di Indonesia pun program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK)
bukanlah hal yang asing ditelinga, karena hampir setiap perusahaan yang
berdiri di Indonesia telah mengikutsertakan seluruh tenaga kerjanya dalam
program ini. Namun demikian masih banyak permasalahan yang terjadi
dalam pelaksanaannya diantaranya yaitu waktu pencairan jaminan yang
relatif lama, biaya pemulihan yang masih ditanggung oleh pekerja sendiri,

5
Zaeni Asyhadie, S.H., M.Hum. dan Rahmawati Kusuma, S.H., M.H, “Hukum Ketenagakerjaan
Dalam Teori & Praktik di Indonesia” , Edisi Pertama (Jakarta, Prenadamedia Group, 2019), Hlm.
170
lambatnya proses pengiriman berkas kecelakaan oleh pihak pengusaha dan
lambannya proses penyelidikan kejadian. 6
Berdasarkan fakta di lapangan yang menunjukkan bahwa masih
banyak kendala yang terjadi dalam pelaksanaan program Jaminan
Kecelakaan Kerja (JKK), maka penulis akan menguraikan terkait kendala
hukum yang terjadi dalam pelaksanaan program Jaminan Kecelakaan Kerja
seperti kendala dalam alur pelaksanaan pencairan dana dan apakah program
Jaminan Kecelakaan Kerja telah berjalan dengan baik sesuai dengan
ketentuan hukum yang ada. Oleh karena itu penulis berharap dapat
mewujdukan kesadaran bagi para pihak yaitu pihak pengusaha dan
pemerintah agar pelaksanaan program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK)
yang diadakan oleh BPJS Ketenagakerjaan ini dapat berjalan dengan lancar
dan seusai dengan tujuannya serta sesuai dengan peraturan hukum yang ada.
Maka penulis tertarik untuk menyusun penulisan hukum yang berjudul : “
PELAKSANAAN HAK JAMINAN KECELAKAAN KERJA BAGI
PEKERJA PENERIMA UPAH YANG MENGALAMI
KECELAKAAN KERJA DI KABUPATEN DEMAK (Studi di BPJS
Ketenagakerjaan Semarang Majapahit) ”

A. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan


sebelumnya, maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimanakah pelaksanaan hak jaminan kecelakaan kerja bagi
pekerja penerima upah yang mengalami kecelakaan kerja di
Kabupaten Demak?
2. Apa saja kendala dalam pelaksanaan hak jaminan kecelakaan kerja
bagi pekerja penerima upah yang mengalami kecelakaan kerja di
Kabupaten Demak?
B. TUJUAN PENELITIAN

6
Diana Afrianita dan Fitri Eriyanti, “Kendala Program Jaminan Kecelakaan Kerja Pada Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan Di Kota Padang”, Vol. 3 No. 1, Jurnal
Manajemen dan Ilmu Administrasi Publik, 2021, Hlm. 70
Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan hak jaminan kecelakan
kerja bagi pekerja penerima upah yang mengalami kecelakaan kerja
di Kabupaten Demak;
2. Untuk mengetahui apa saja kendala yang dialami dalam pelaksanaan
hak jaminan kecelakaan kerja bagi pekerja penerima upah yang
mengalami kecelakaan kerja di Kabupaten Demak.
C. KEGUNAAN PENELITIAN

Penulis berharap dengan dilakukannya penelitian ini dapat


memberikan dampak baik di waktu yang akan datang. Kegunaan dari
penelitian ini diantaranya :

1. Kegunaan Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi perkembangan
ilmu pengetahuan serta dapat menambah wawasan dalam
mengkaji suatu masalah khususnya dalam bidang
Ketenagakerjaan yang berkaitan dengan program BPJS
Ketenagakerjaan, salah satunya Jaminan Kecelakaan Kerja;
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai
bahan dalam perkembangan ilmu hukum administrasi
negara, khususnya di bidang hukum ketenagakerjaan serta
dapat digunakan sebagai pembanding bagi peneliti
selanjutnya dalam konteks hukum administrasi negara
maupun penelitian sejenisnya.
2. Kegunaan Praktis
a. Bagi Penulis, selain berguna sebagai prasyarat tugas akhir
untuk meraih gelar Sarjana di Fakultas Hukum Universitas
Jenderal Soedirman. Penelitian ini diharapkan dapat
meningkatkan kemampuan penulis di bidang penelitian dan
menambah wawasan penulis dalam bidang hukum, terutama
dalam bidang hukum ketenagakerjaan yang terkait dengan isi
penelitian;
b. Bagi instansi atau pemerintah, penelitian ini diharapkan
dapat dijadikan acuan bagi pemberi kerja terkait kewajiban
perusahaan dalam mengikutsertakan pekerjanya dalam
program BPJS Ketenagakerjaan. Penelitian ini juga
diharapkan dapat digunakan oleh pemerintah sebagai
referensi untuk memperbaiki dan melengkapi kekurangan
yang ada serta menyempurnakan peraturan-peraturan yang
ada dalam sistem jaminan sosial untuk memberikan
perlindungan hukum bagi tenaga kerja.
D. KERANGKA TEORI

1. Hukum Ketenagakerjaan

Sebelum dikenalnya istilah ketenagakerjaan di Indonesia,


hubungan antara pemberi kerja dan penerima upah disebut dengan
hubungan perbudakan atau . Pada zaman perbudakan di Indonesia,
budak adalah orang-orang yang dipekerjakan di bawah pimpinan
orang lain dan tidak memiliki hak apapun termasuk hak atas
hidupnya sendiri. Para budak hanya berkewajiban untuk melakukan
semua pekerjaan dan menuruti perintah dari para majikan.7 Dalam
perkembangannya hubungan antara pekerja dan pemberi kerja
selanjutnya disebut dengan hubungan perburuhan, setelah
diberlakukannya Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan, istilah perbudakan dan perburuhan tidak lagi
digunakan di Indonesia. Kini hubungan antara pekerja dan pemberi
upah disebut dengan hubungan kerja. Begitupun dengan istilah
hukumnya, hukum yang mengatur mengenai pekerja dan pemberi
kerja tidak lagi disebut sebagai Hukum Perburuhan melainkan
disebut dengan Hukum Ketenagakerjaan.
Berdasarkan pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 13
Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan menyebutkan bahwa

7
Koesparmono Irsan dan Armansyah, “Hukum Tenaga Kerja : Suatu Pengantar”, Edisi Pertama
(Jakarta, Penerbit Erlangga, 2016), Hlm. 7
Ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan tenaga
kerja pada waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja.
Berdasarkan definisi yang diberikan oleh Undang-Undang Nomor
13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, maka dapat kita artikan
bahwa Hukum Ketenagakerjaan adalah aturan-aturan yang
mengatur mengenai tenaga kerja dan pemberi kerja pada saat
sebelum, selama, dan sesudah masa kerja. Jadi, hukum
ketenagakerjaan mengatur seluruh hal-hal yang berhubungan
dengan tenaga kerja dan pemberi kerja guna menjamin perlindungan
hak dari tenaga kerja serta menjamin bahwa pemberi kerja akan
memenuhi kewajibannya. Contoh pengaturan yang diatur dalam
hukum ketenagakerjaan pada waktu sebelum tenaga kerja bekerja
adalah pelatihan kerja, sedangkan selama masa kerja mengatur
mengenai yang didapatkan oleh pekerja seperti gaji dan cuti,
selanjutnya hal yang diatur pada waktu sesudah masa kerja
contohnya adalah tunjangan hari tua dan tunjangan pensiun.
Imam Soepomo memberikan definisi Hukum Perburuhan
atau Hukum Ketenagakerjaan sebagai himpuna peraturan, baik
tertulis maupun tidak tertulis yang berkenaan dengan suatu kejadian
dimana seseorang bekerja pada orang lain, dengan menerima upah.
8
Dari pengertian yang telah dijabarkan tersebut masih belum
menggambarkan dan mencakup mengenai pihak-pihak dan
permasalahan yang ada dalam ketenagakerjaan secara menyeluruh
karena luasnya ruang lingkup yang ada dalam ketenagakerjaan itu
sendiri.
Pasal 2 ayat 2 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003,
memberikan definisi mengenai tenaga kerja yaitu setiap orang laki-
laki atau wanita yang sedang dalam dan/atau akan melakukan
pekerjaan, baik di dalam maupun di luar hubungan kerja guna
menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan

8
Prof. Dr. Aloysius Uwiyono, S.H., M.H. Dkk, “Asas-Asas Hukum Perburuhan” Edisi kedua
(Depok, RajaGrafindo Persada, 2014), Hlm. 3
masyarakat. Secara umum, tenaga kerja adalah setiap orang yang
mampu bekerja, kecuali anak-anak di bawah umur 14 tahun, orang
yang masih bersekolah dalam jangka waktu yang penuh, dan orang
yang karena sesuatu hal yang tidak mampu bekerja. 9
2. Jaminan Sosial

Dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1974 Tentang


Ketentuan-ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial, Pasal 2 ayat 4
memberikan definisi mengenai Jaminan Sosial sebagai berikut : “
Jaminan sosial sebagai perwujudan sekuritas sosial adalah seluruh
sistem perlindungan dan pemeliharaan kesejahteraan sosial bagi
warga negara yang diselenggarakan oleh pemerintah dan/atau
masyarakat guna memelihara taraf kesejahteraan sosial.”
Selanjutnya berdasarkan pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 24
Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
memberikan definisi Jaminan sosial sebagai salah satu bentuk
perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat
memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak. Dari definisi yang
diberikan oleh kedua undang-undang tersebut dapat kita ketahui
bahwa pemerintah memiliki kewajiban untuk memberikan
perlindungan sosial dan menjamin kesejahteraan seluruh
masyarakat, salah satu bentuk tanggung jawab dan perlindungan
yang diberinkan oleh pemerintah adalah diadakannya Jaminan sosial
bagi seluruh warga. Di Indonesia sendiri jaminan sosial diberikan
melalui sebuah badan yaitu Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
atau biasa dikenal dengan BPJS.
Berdasarkan pasal 3 Undang-Undang Nomor 24 Tahun
2011, BPJS memiliki tujuan mewujudkan terselanggaranya
pemberian jaminan guna terpenuhinya kebutuhan dasar hidup yang
layak bagi setiap Peserta dan/atau anggota keluarganya. BPJS

9
Zaeni Asyhadie, S.H., M.Hum. dan Rahmawati Kusuma, S.H., M.H, “Hukum Ketenagakerjaan
Dalam Teori & Praktik di Indonesia” , Edisi Pertama (Jakarta, Prenadamedia Group, 2019), Hlm.
147
sendiri dibagi menjadi dua yaitu BPJS Kesehatan dan BPJS
Ketenagakerjaan. BPJS Kesehatan sendiri menyelenggarakan
program jamnina kesehatan bagi seluruh masyarakat, baik itu yang
bekerja ataupun yang tidak bekerja dan kepesertaannya bersifat
wajib. Sedangkan BPJS Ketenagakerjaan menyelenggarakan
program yang khusus ditujukan bagi seluruh tenaga kerja yang ada
di Indonesia termasuk tenaga kerja asing. Program yang
diselenggarakan oleh BPJS Ketenagakerjaan diantaranya Jaminan
Kecelakaan Kerja, Jaminan Hari Tua, Jaminan Pensiun, dan Jaminan
Kematian.
Jaminan Kecelakaan Kerja yang selanjutnya disingkat
dengan JKK dalam Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2015
Tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan
Jaminan Kematian adalah jaminan manfaat yang berupa uang tunai
dan/atau pelayanan kesehatan yang diberikan pada saat peserta
mengalami kecelakaan kerja atau penyakit yang disebabkan oleh
lingkungan kerja. Selanjutnya dalam peraturan pemerintah ini juga
mengatur mengenai definisi dari Kecelakaan Kerja yaitu kecelakaan
yang terjaid dalam hubungan kerja, termasuk kecelakaan yang
terjadi dalam perjalanan dari rumah menuju tempat kerja atau
sebaliknya dan penyakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja.
3. Teori Bekerjanya Hukum

Menurut teori bekerjanya hukum dari Lawrenve M.


Friedman, hukum berada dalam suatu sistem yang kompleks,
sebenarnya hukum adalah sebuah sistem. Sistem hukum ini adalah
suatu struktur yang terdiri dari beberapa unsur tersendiri. Friedman
menyebutkan ada tiga unsur dari sistem hukum, yaitu :
a. Struktur, yang merupakan salah satu dasar dari sebuah sistem
hukum. Struktur dalam hal ini adalah sebuah instansi atau
badan yang dijalankan agar peraturan-peraturan atau hukum
yang ada tetap berjalan;
b. Substansi, merupakan susunan dari peraturan-peraturan yang
ada yang mengatur bagaimana institusi harus terus
berperilaku;
c. Budaya Hukum atau kultur hukum, merupakan gambaran
dari fenomena dan perilaku masyarakat terhadap sistem
hukum yang ada.
E. METODE PENELITIAN

Penelitian Hukum adalah suatu proses analisa yang memerlukan


metode, sistematika dan pemikiran tertentu sehingga suatu gejala hukum
dapat dipelajari. 10 Oleh karena itu diperlukan metode penelitian yang sesuai
dalam melakukan penelitian hukum, agar hasil penelitian sesuai dengan
tujuan penelitian.

1. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode


penelitian hukum empiris. Metode penelitian hukum empiris ini
digunakan untuk meneliti hukum yang dibuat dan diterapkan oleh
manusia yang hidup di dalam masyarakat. Dalam penelitian ini
penulis ingin meneliti bagaimana hukum yang telah dibuat oleh
pemerintah diterapkan di masyarakat, jadi penulis hendak meneliti
fakta-fakta yang ada di lingkungan masyarakat, badan hukum, atau
badan pemerintah.
2. Metode Pendekatan

Penulis dalam melakukan penelitian menggunakan metode


penelitian kualitatif, dimana dalam penelitian ini penulis memiliki
tujuan untuk memperoleh informasi mengenai pelaksanaan hak
Jaminan Kecelakaan Kerja bagi pekerja penerima upah serta
mengetahui apakah pelaksanaan Jaminan Kecelakaan Kerja di
Kabupaten Demak yang dilaksanakan oleh BPJS Ketenagakerjaan

10
Ani Purwati, “Metode Penelitian Hukum Teori Dan Praktek”, CV Jakad Media Publishing,
Surabaya, 2020, hlm. 4
Semarang Majapahit telah sesuai dengan peraturan-peraturan
hukum yang ada. Metode penelitian kualitatif sendiri merupakan
metode penelitian yang datanya berupa pernyataan atau penjalasan
deskriptif dari informan atau orang yang memberikan informasi.
Kesimpulan atau jawaban pada penelitian kualitatif hanya diketahui
oleh orang-orang tertentu karena jabatan atau kedudukannya.

3. Spesifikasi Penelitian

Spesifikasi penelitian pada penilitian ini adalah spesifikasi


penelitian deskriptif. Spesifikasi penelitian deskriptif merupakan
suatu penelitian yang dimaksudkan untuk memberikan data yang
sedetail mungkin terkait dengan manusia, keadaan, atau gejala-
gejala lainnya serta hanya menjelaskan keadaan objek masalahnya.
Dalam penelitian ini penulis spesifikasi penelitian untuk
menemukan fakta dan data yang ada di lapangan untuk mengkaji
secara sistematis pelaksanaan program Jaminan Kecelakaan Kerja
bagi pekerja penerima upah.

4. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di BPJS Ketenagakerjaan Semarang


Majapahit Jl. Brigjen Sudiarto No.4, Plamongan Sari, Kec.
Pedurungan, Kota Semarang, Jawa Tengah, Kode Pos 50192.

5. Informan Penelitian

Informan penelitian adalah orang yang dapat memberikan


informasi terkait jawaban dari permasalahan yang diteliti. Pada
penelitian ini, adalah karyawan BPJS Ketenagakerjaan Semarang
Majapahit khususnya di bidang pelayanan klaim dan administrasi
serta Kepala Cabang BPJS Ketenagakerjaan Semarang Majapahit.

6. Metode Pengumpulan Bahan Hukum


Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut :
a. Data Primer
Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui
proses interview atau wawancara. Metode pengumpulan data
melalui interview atau wawancara merupakan suatu
percakapan yang diarahkan pada suatu masalah tertentu yang
berupa tanya jawab secara lisan, dimana dua orang atau lebih
berhadap-hadapan secara fisik dengan instrumen penelitian
yang berupa outline interview atau pedoman wawancara
yang berisi pokok-pokok pertanyaan yang akan disampaikan
kepada informan. Data primer ini diperoleh melalui
wawancara dengan informan yaitu karyawan BPJS
Ketenagakerjaan Semarang Majapahit khususnya di bidang
pelayanan klaim dan administrasi serta Kepala Cabang BPJS
Ketenagakerjaan Semarang Majapahit.
b. Data Sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh melalui
hasil penelaahan dari kepustakaan dan berbagai literatur
yaitu dari peraturan perundang-undangan yang berkaitan
dengan hukum ketenagakerjaan dan jaminan sosial, buku-
buku tentang hukum ketenagakerjaan, jurnal dan berbagai
literatur lainnya mengenai hukum ketenagakerjaan
menggunakan metode kepustakaan.
7. Metode Pengolahan Bahan Hukum

Metode pengolahan data yang digunakan dalam penelitian


ini adalah reduksi, kategorisasi dan display. Metode pengolahan data
reduksi adalah proses pemilihin data, yakni analisis yang
menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang data yang
tidak diperlukan serta mengorganisasi data. Selanjutnya dilakukan
kategorisasi untuk mengelompkkan data dan display untuk
menyajikan data yang dilakukan dalam bentuk uraian singkat,
bagan, hubungan antar kategori, dan sejenisnya.

8. Metode Penyajian Bahan Hukum

Metode penyajian data yang digunakan dalam penelitian ini


adalah penyajian dengan teks naratif. Penyajian data dengan teks
naratif digunakan untuk menguraikan jawaban-jawaban informan
terkait permasalahan secara rinci, logis, dan sistematis.

9. Metode Analisis Bahan Hukum

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini


adalah Content Analysis yaitu analisis dengan menilai tiap data agar
dapat menjelaskan makna simbolik yang terdapat dalam tiap data
tersebut.

F. DAFTAR PUSTAKA

Buku
Asyhadie, Zaeni dan Rahmawati Kusuma. 2019. Hukum Ketenagakerjaan
Dalam Teroi dan Praktik di Indonesia. Prenadamedia Group. Jakarta
Irsan, Koesparmono dan Armansyah. 2016. Hukum Tenaga Kerja : Suatu
Pengantar. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Uwiyono, Aloysius, dkk. 2014. Asas-Asas Hukum Perburuhan Edisi
Kedua. RajaGrafindo Persada. Depok.
Purwati, Ani. 2020. Metode Penelitian Hukum Teori dan Praktik. CV
Jakad Media Publishing. Surabaya.

Jurnal Penelitian
Afrianita, Diana dan Fitri Eriyanti. “Kendala Program Jaminan Kecelakaan
Kerja Pada Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan
Di Kota Padang”. Vol. 3 No. 1. Jurnal Manajemen dan Ilmu
Administrasi Publik. 2021
Mutoharoh, Dian Ayu Nurul dan Danang Ari Wibowo. Return To Work
Sebagai Bentuk Jaminan Kecelakaan Kerja Di Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan. Vol. 1 No.
2. Jurnal Hukum Lex Generalis. 2020.

Website
Berita Pembangunan, “Bappenas : Indonesia Andalkan Industri Untuk
Capai Pertumbuhan Ekonomi”, Kementerian Perencanaan
Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional, 10 Juni 2022,
https://www.bappenas.go.id/id/berita/bappenas-indonesia-
andalkan-industri-untuk-capai-pertumbuhan-ekonomi-bmPfm
diakses pada 26 Agustus 2022 pukul 20.35

Peraturan Perundang-Undangan
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial.
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial.
Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan
Program Jaminan Kecelakaan Kerja Dan Jaminan Kematian.
Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2019 Tentang Perubahan atas
Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2015 tentang
Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan
Kematian.

Anda mungkin juga menyukai