Anda di halaman 1dari 15

Jaminan Sosial (Perlindungan Tenaga Kerja, Keselamatan dan Kesehatan

Tenaga Kerja) dan Perlindungan Upah

Disusun Oleh:
Kelompok 8
1. Merlin Jeny Lengga (2001030016)
2. Ona Merati Banoet (20010300
3. Yunriana Tneh (2001030058)
4. Piere C.Y. Neno (2007020015)

LINTAS PRODI (MBKM)


UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2023

KATA PENGANTAR
1
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas berkat dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Jaminan Sosial
(Perlindungan Tenaga Kerja, Keselamatan dan Kesehatan Tenaga Kerja) dan
Perlindungan Upah” dengan baik.
Makalah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Hukum Perburuhan di Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan, Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan, Universitas Nusa Cendana. Penyusunan makalah ini tidak terlepas
dari adanya dukungan dan bantuan dari berbagai pihak.Oleh karena itu, kami kelompok 8
mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu. Kami
menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan karena
pengetahuan kami yang terbatas. Oleh karena itu, saran dan kritik yang dapat
membangun dari semua pihak sangat diperlukan demi kesempurnaan dan perbaikannya
sehingga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi bidang pendidikan.
Akhir kata kami mengharapkan semoga tulisan ini berguna dan bermanfaat bagi kita
semua.

Kupang, Mei 2023

Kelompok 8

DAFTAR ISI

2
KATA PENGANTAR...............................................................................................2

DAFTAR ISI..............................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................4

A. Latar Belakang...............................................................................................4
B. Rumusan Masalah..........................................................................................5
C. Tujuan Makalah.............................................................................................5
D. Manfaat Makalah...........................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................6

A. Hakikat Dan Landasan Hukum Jaminan Sosial Tenaga Kerja......................6


B. Ruang Lingkup Jaminan Sosial Tenaga Kerja dan Perlindungan Upah........8
BAB III PENUTUP....................................................................................................13

A. Kesimpulan ...................................................................................................13
B. Saran ..............................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................15

BAB I

3
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap tenaga kerja di berikan kesempatan untuk memperoleh kesempatan
pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan dan keahliannya serta diberikan
upah/penghasilan yang layak sehingga dapat menjamin kesejahteraan dirinya beserta
keluarga yang menjadi tanggungannya. Dengan demikan perlindungan kerja dapat
dilakukan baik dengan jalan memberikan tuntunan, santunan maupun dengan jalan
meningkatkan pengakuan hak– hak asasi manusia, perlindungan fisik dan sosial ekonomi
melalui norma yang berlaku dalam suatu perusahan (Sutedi, 2009 ).
Pada pasal 27 ayat yang ke 2 Undang-undang Dasar 1945 memberikan jaminan
kepada setiap warga Negara Indonesia dalam hal memperoleh pekerjaan yang layak,
kemudian hal ini juga dikuatkan dengan amandemen Undang-undang Dasar pada Bab
XA tentang hak asasi manusia yaitu pada pasal 28A sampai pasal 28j Khusus pada pasal
28 D disebutkan bahwa “setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan
perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja”, selanjutnya pada pasal 28 I ayat
yang ke empat disebutkan bahwa setiap pekerja berhak mendapatkan perlindungan
(protection), pemajuan (furtherance), penegakan (enforcement), dan pemenuhan hak
(fulmilment), dalam hal ini kewajiban pemerintahlah dalam menegakkan hak asasi
manusia termasuk hak-hak tenaga kerja.
Masalah ketenaga kerjaan ini menjadi perhatian pemerintah karena berkaitan hajat
hidup manusia seutuhnya dimana. Negara wajib mensejahterakan warganya berdasarkan
Undang-undang Dasar 1945. Oleh karena itu pemerintah berupaya untuk memberikan
jaminan dan pelayanan kepada pekerja-pekerja di Indonesia. Diantara upaya pemerintah
dalam menjamin tenaga kerja atau buruh dengan membuat Undang-undang khusus
tentang ketenaga kerjaan yang akan memberikan jaminan kepada setiap tenaga kerja
Indonesia sesuai dengan piagam Hak Asasi Manusia yang disetujui dunia.
Permasalahan tenaga kerja memang sangat kompleks dan perlu untuk segera
dituntaskan, pekerja juga membutuhkan jaminan atas pekerjaannya, karena dibanyak
Negara biasanya pekerja menjadi manusia-manusia yang terpinggirkan baik dari sisi
ekonomi maupun sisi sosial kemasyarakatan. Sehingga pekerja harus memiliki jaminan
yang akan memberikan hak-hak mereka sesuai dengan peraturan yang ada. Secara luas
jaminan sosial dapat ini meliputi berbagai usaha yang dapat dilakukan oleh masyarakat
ataupun pemerintah.

B. Rumusan Masalah

4
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dalam makalah ini
dirumuskan sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan hakikat dan landasan hukum jaminan sosial tenaga
kerja?
2. Apa saja ruang lingkup jaminan sosial tenaga kerja (Jamsostek) dan perlindungan
upah?
C. Tujuan Makalah
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka yang menjadi tujuan dalam makalah ini
adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui hakikat dan landasan hukum jaminan sosial tenaga kerja
2. Untuk mengetahui apa saja ruang lingkup jaminan sosial tenaga kerja (Jamsostek)
dan perlindungan upah?
D. Manfaat Makalah
Berdasarkan tujuan dari makalah diatas, penyusun berharap makalah ini dapat
memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Bagi Penyusun
Diharapkan dapat menjadi bahan masukan untuk penyusunan karya tulis
berikutnya terkait jaminan sosial dan perlindungan upah bagi tenaga kerja
2. Bagi Pembaca.
Pembaca dapat memahami dan memiliki wawasan baru tentang jaminan sosial
dan perlindungan upah bagi tenaga kerja.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakikat Dan Landasan Hukum Jaminan Sosial Tenaga Kerja


1. Hakikat Jaminan Sosial Tenaga Kerja
Menurut Pasal 1 (ayat 1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004, jaminan
sosial adalah salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh
rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak.
Pada hakikatnya program jaminan sosial tenaga kerja dimaksudkan untuk
memberikan kepastian berlangsungnya arus penerimaan penghasilan keluarga
sebagai pengganti sebagian atau seluruhnya penghasilan yang hilang. Di samping
itu, program jaminan sosial tenaga kerja mempunyai beberapa tujuan, yaitu;
a. Memberikan perlindungan dasar untuk memenuhi kebutuhan hidup
minimal bagi tenaga kerja beserta keluarganya;
b. Merupakan penghargaan kepada tenaga kerja yang telah
menyumbangkan tenaga dan pikirannya kepada perusahaan tempatnya
bekerja.
Penyelenggara program jaminan sosial merupakan salah satu tanggung
jawab dan kewajiban negara untuk memberikan perlindungan sosial ekonomi
kepada masyarakat Indonesia, mengembangkan program jaminan sosial
berdasarkan funded social security, yaitu jaminan sosial yang didanai oleh peserta
dan masih terbatas pada masyarakat pekerja di sektor formal. Lahirnya Undang-
Undang No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek).
Melalui PP No. 36 Tahun 1995 ditetapkannya PT Jamsostek sebagai badan
penyelenggara Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Program Jamsostek memberikan
perlindungan dasar untuk memenuhi kebutuhan minimal bagi tenaga kerja dan
keluarganya, dengan memberikan kepastian berlangsungnya arus penerimaan
penghasilan keluarga sebagai pengganti sebagian atau seluruhnya penghasilan
yang hilang, akibat risiko sosial.
Selanjutnya pada akhir tahun 2004, Pemerintah juga menerbitkan Undang-
Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, yang
berhubungan dengan Amandemen UUD 1945 dengan perubahan pada Pasal 34
ayat (2), di mana Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) telah mengesahkan
Amandemen tersebut, yang kini berbunyi: "Negara mengembangkan sistem
jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah
dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan". Manfaat perlindungan
tersebut dapat memberikan rasa aman kepada pekerja sehingga dapat lebih
berkonsentrasi dalam meningkatkan motivasi maupun produktivitas kerja.

6
2. Landasan Hukum Jaminan Sosial Tenaga Kerja
Berdasarkan ketentuan Pasal 99 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003,
setiap pekerja berhak untuk memperoleh jaminan sosial tenaga kerja.
Pelaksanaannya diatur sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Peraturan yang dimaksud adalah Undang-Undang No. 3 Tahun 1992
tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek). Jaminan sosial tenaga kerja
yang diatur dalam Undang-Undang No. 3 Tahun 1992 merupakan hak setiap
tenaga kerja yang sekaligus merupakan kewajiban dari pengusaha.
Ketenagakerjaan sebagai bagian dari upaya pembangunan sumber daya manusia
merupakan salah satu bagian yang tidak terpisahkan dengan pembangunan
nasional sebagai pengalaman Pancasila dan pelaksanaan UUD 1945. Di samping
itu, ketenagakerjaan diarahkan pada peningkatan harkat, martabat, dan
kemampuan manusia, serta kepercayaan pada diri sendiri dalam rangka
mewujudkan masyarakat sejahtera, adil, dan makmur, baik materiil maupun
spiritual.
Adapun pada dasarnya Program Jaminan Tenaga Kerja ini menekankan
pada perlindungan bagi tenaga kerja yang relatif mempunyai kedudukan yang
lebih lemah. Oleh karena itu, pengusaha memikul tanggung jawab ufama dan
secara moral pengusaha mempunyai kewajiban untuk meningkatkan perlindungan
dan kesejahteraan tenaga kerja.
Berdasarkan hal di atas, program jaminan sosial tenaga kerja (Jamsostek)
mempunyai landasan hukum yaitu Undang-Undang No. 3 Tahun 1992 tentang
Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Adapun pertimbangan dari dikeluarkannya
Undang-Undang No. 3 Tahun 1992 tersebut antara lain dengan adanya
pembangunan nasional dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya
dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya, untuk mewujudkan suatu
masyarakat yang sejahtera, adil, makmur, dan merata, baik materiil maupun
spiritual guna memberikan bagi pekerja yang melaksanakan pekerjaannya, baik
dalam hubungan kerja maupun di luar hubungan kerja. Untuk mencapai maksud
tersebut perlu ditetapkar undang-undang yang mengatur pelaksanaan jaminan
sosial tenaga kerja.
Dasar-dasar hukum program jaminan sosial tenaga kerja berlandaskan
pada;
1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (1) dan Pasal 27 ayat (2) Undang-Undang
Dasar 1945.
2. Undang-Undang No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja
3. Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
4. Undang-Undang No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
5. Undang-Undang No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja

7
B. Ruang Lingkup Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) dan Perlindungan Upah
1. Perlindungan Tenaga Kerja
Menurut Abdul Hakim perlindungan tenaga kerja dimaksudkan
untuk menjamin berlangsungnya sistem hubungan kerja secara harmonis tanpa
disertai adanya tekanan dari pihak yang kuat kepada pihak yang lemah.
Perlindungan tenaga kerja sangat mendapat perhatian khusus dalam hukum
ketenagakerjaan. Beberapa pasal dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan diantaranya mengatur hal itu, yakni :
a. Setiap tenaga kerja memiliki kesempatan yang sama tanpa
diskriminasi untuk memperoleh pekerjaan (pasal 5)
b. Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh perlakukan yang sama
tanpa diskriminasi dari pengusaha (pasal 6)
c. Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh perlindungan atas
keselamatan dan kesehatan kerja, moral dan kesusilaan, dan
perlakukan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta
nilai-nilai agama (pasal 86 ayat 1)
d. Setiap pekerja/buruh dan keluarganya berhak untuk memperoleh
jaminan sosial tenaga kerja (pasal 99 ayat 1)
Perlindungan tenaga kerja dapat dibagi menjadi 3 jenis yaitu:
1. Perlindungan ekonomis, yakni perlindungan yang diberikan kepada
tenaga kerja adalah dalam bentuk penghasilan/upah yang cukup.
Hal ini termasuk bila tenaga kerja tidak mampu bekerja di luar
kehendaknya.
2. Perlindungan sosial, yakni perlindungan yang diberikan kepada
tenaga kerja dalam bentuk jaminan kesehatan kerja, dan kebebasan
dalam berserikat serta perlindungan hak untuk berorganisasi.
3. Perlindungan teknis, yakni perlindungan yang diberikan kepada
tenaga kerja dalam bentuk keselamatan kerja dan juga keamanan
saat bekerja.
Perlakuan khusus dalam perlindungan tenaga kerja berdasarkan objek
perlindungan yang diatur dalam UU No. 13 Tahun 2003 adalah kepada tenaga
kerja perempuan, anak, dan penyandang disabilitas.

8
2. Keselamatan dan Kesehatan Tenaga Kerja
Perlindungan keselamatan dan kesehatan terhadap tenaga kerja dimuat
bersamaan dalam Pasal 86 ayat (1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan, disebutkan bahwa setiap pekerja/buruh mempunyai
hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja,
moral, dan kesusilaan, serta perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat
manusia serta nilai-nilai agama. Adapun Kesehatan kerja didefinisikan sebagai
setiap usaha dan upaya maupun aturan yang bertujuan untuk melindungi pekerja
dari tindakan-tindakan maupun kondisi yang dapat mengganggu kesehatan fisik,
psikis dan (melanggar norma) kesusilaan dalam suatu hubungan kerja (Uwiyono,
2014). Keselamatan kerja didefinisikan sebagai segala aturan dan upaya yang
bertujuan untuk menyediakan perlindungan teknis bagi pekerja dari resiko kerja
terkait penggunaan alat/mesin, material (bahan berbahaya/beracun), jenis kerja,
lokasi, waktu, dan kondisi tempat kerja selama masa kerja berlangsung
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu hak dari pekerja atau
buruh (Pasal 86 ayat 1 huruf a UU No.13 Tahun 2003). Kesehatan Kerja
dimaksudkan sebagai perlindungan tenaga kerja dalam bentuk jaminan
kesehatan kerja, dan kebebasan berserikat serta perlindungan hak untuk
berorganisasi.
a. Prinsip Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Beberapa prinsip keselamatan kerja dan kesehatan kerja menurut
berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan Pasal 86 dan pasal 87 antara lain sebagai berikut:
a) Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh
perlindungan atas:
i) Keselamatan dan kesehatan kerja
ii) Moral dan kesusilaan; dan
iii) Perlakukan yang sesuai dengan harkat dan martabt
manusia serta nilai-nilai agama.
b) Untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna
mewujudkan produktivitas kerja yang optimal
diselenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja
c) Setiap perusahaan waiib menerapkan sistem manajemen
keselamatan kerja yang terintegritas dengan manajemen
perusahaan.

9
b. Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) bermaksud memberikan
jaminan keselamatan dan meningkatkan kualitas kesehatan para
tenaga kerja dengan melakukan pencegahan adanya kemungkinan
kecelakan dan sakit yang berasal dari pekerjaan dengan cara
pengendalian bahaya di lingkungan kerja, promosi kesehatan,
pengobatan, dan rehabilitasi. Keselamatan dan Kesehatan Kerja juga
bertujuan melindungi keselamatan pekerja/buruh guna mewujudkan
produktivitas kerja yang optimal, dengan cara pencegahan kecelakaan
dan penyakit akibat kerja, pengendalian bahaya di tempat kerja,
promosi kesehatan, pengobatan, dan rehabilitasi.
Oleh sebab itu terdapat peraturan perundang-undangan yang
membahas keselamatan dan kesehatan kerja terkait:
a) Melindungi pekerja dari resiko kecelakaan kerja
b) Meningkatkan derajat kesehatan para pekerja/buruh.
c) Agar pekerja/buruh dan orang orang disekitarnya terjamin
keselamatannya.
d) Menjaga agar sumber produksi dipelihara dan dipergunakan
secara aman dan berdaya guna
c. Ruang Lingkup Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Lingkup keselamatan dan kesehatan kerja terdapat di seluruh
wilayah kerja baik yang berada di darat, di dalam tanah, di permukaan
air, di dalam air, maupun udara selama masih dalam wilayah Negara
Republik Indonesia. Unsur tempat kerja ada tiga, yaitu :
a) Adanya usaha yang sifatnya komersil, ekonomis, ataupun
sosial.
b) Adanya sumber bahaya yang dapat membahayakan pekerja
c) Adanya tenaga kerja yang bekerja di wilayah tersebut yang
secara terus-menerus ataupun berkala.
Penanggung jawab keselamatan dan kesehatan kerja di tempat
kerja ialah pengusaha atau pimpinan atau pengurus tempat kerja.
pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja
dilakukan secara bersama oleh pimpinan atau pengurus perusahaan
dan seluruh pekerja/buruh.

3. Perlindungan Upah
10
Pemberian upah adalah salah satu aspek penting di dalam perlindungan
tenaga kerja atau buruh. Hal ini secara tegas dijelaskan pada Pasal 88 ayat 1 UU
No. 13 Tahun 2003 yang menyatakan bahwa setiap pekerja atau buruh berhak
memperoleh penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan. Penghidupan yang layak ialah kehidupan yang dapat terpenuhinya
kebutuhan utama hidup pekerja atau buruh dan keluarganya secara wajar.
Kebutuhan ini meliputi makanan dan minuman, sandang, perumahan, pendidikan,
kesehatan, rekreasi, dan jaminan hari tua. Oleh sebab itu motivasi utama seorang
tenaga atau buruh dalam bekerja adalah menerima upah atas pekerjaannya yang
merupakan hak bagi pekerja atau buruh.
a. Prinsip Pengupahan
1. Hak menerima upah timbul pada saat adanya hubungan kerja dan
berakhir pada saat hubungan kerja putus. Pengusaha tidak boleh
mengadakan diskriminasi upah bagi pekerja atau buruh laki-laki dan
wanita untuk jenis pekerjaan yang sama.
2. Upah tidak dibayar apabila pekerja atau buruh tidak melakukan
pekerjaan (no work no pay).
3. Komponen upah terdiri atas upah pokok dan tunjangan tetap, dengan
formulasi upah pokok minimal 75% dari jumlah upah pokok dan
tunjangan tetap.
4. Tuntutan pembayaran upah pekerja atau buruh dan segala
pembayaran yang timbul dari hubungan kerja menjadi daluwarsa
setalah melampaui jangka waktu 2 (dua) tahun sejak timbulnya hak.
b. Bentuk Upah
Adapun yang dimaksud dengan upah adalah:
1. Hak pekerja atau buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk
uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada
pekerja atau buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu
perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-undangan,
termasuk tunjangan bagi pekerja atau buruh dan keluarganya atas
suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan (Pasal
1 angka 30 UU No. 13 Tahun 2003).
2. Suatu penerimaan sebagai imbalan dari pengusaha kepada buruh
untuk sesuatu pekerjaan atau jasa yang telah dilakukan atau akan
dilakukan, dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang yang
ditetapkan menurut suatu persetujuan atau peraturan perundang-
undangan, dan dibayarkan atas dasar suatu perjanjian kerja antara
pengusaha dengan buruh, termasuk tunjangan, baik untuk buruh
sendiri maupun keluarganya

11
Upah yang dijabarkan di atas adalah jelas yang dimaksud berbentuk
uang. Selain itu tidak hanya dalam bentuk uang melainkan secara normatif
upah masih dapat diberikan dalam bentuk selain uang. Upah dalam bentuk
lain dilakukan atas dasar perjanjian atau peraturan perundang-undangan
dengan batasan nilainya tidak boleh melebihi 25% dari nilai upah yang
seharusnya diterima.
c. Komponen Upah
Berdasarkan pasal 157 ayat 1 UU No. 13 Tahun 2003, komponen upah yang
digunakan sebagai dasar perhitungan uang pesangon, uang penghargaan
masa kerja, dan uang pengganti hak yang seharusnya diterima yang
tertunda, terdiri atas:
1. upah pokok, merupakan imbalan dasar yang dibayarkan kepada
buruh menurut tingkat atau jenis pekerjaan yang bersarnya
ditetapkan berdasarkan perjanjian kerja;
2. segala macam bentuk tunjangan yang bersifat tetap yang diberikan
kepada pekerja/buruh dan keluarganya, termasuk harga pembelian
dari upah yang diberikan kepada pekerja/buruh secara cuma-cuma,
yang apabila upah harus dibayar pekerja/buruh dengan subsidi, maka
sebagai upah dianggap selisih antara harga pembelian dengan harga
yang harus dibayar oleh pekerja/buruh

BAB III

12
PENUTUP

A. Kesimpulan
Menurut Pasal 1 (ayat 1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004, jaminan sosial
adalah salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat
memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak.
Jaminan sosial tenaga kerja yang diatur dalam Undang-Undang No. 3 Tahun 1992
merupakan hak setiap tenaga kerja yang sekaligus merupakan kewajiban dari pengusaha.
Ketenagakerjaan sebagai bagian dari upaya pembangunan sumber daya manusia
merupakan salah satu bagian yang tidak terpisahkan dengan pembangunan nasional
sebagai pengalaman Pancasila dan pelaksanaan UUD 1945. Di samping itu,
ketenagakerjaan diarahkan pada peningkatan harkat, martabat, dan kemampuan manusia,
serta kepercayaan pada diri sendiri dalam rangka mewujudkan masyarakat sejahtera, adil,
dan makmur, baik materiil maupun spiritual. Dasar-dasar hukum program jaminan sosial
tenaga kerja berlandaskan pada;
1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (1) dan Pasal 27 ayat (2) Undang-Undang Dasar
1945.
2. Undang-Undang No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja
3. Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
4. Undang-Undang No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
5. Undang-Undang No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja
Perlindungan tenaga kerja dapat dibagi menjadi 3 jenis yaitu:
1. Perlindungan ekonomis, yakni perlindungan yang diberikan kepada tenaga kerja
adalah dalam bentuk penghasilan/upah yang cukup. Hal ini termasuk bila tenaga
kerja tidak mampu bekerja di luar kehendaknya.
2. Perlindungan sosial, yakni perlindungan yang diberikan kepada tenaga kerja dalam
bentuk jaminan kesehatan kerja, dan kebebasan dalam berserikat serta perlindungan
hak untuk berorganisasi.
3. Perlindungan teknis, yakni perlindungan yang diberikan kepada tenaga kerja dalam
bentuk keselamatan kerja dan juga keamanan saat bekerja.
Adapun Kesehatan kerja didefinisikan sebagai setiap usaha dan upaya maupun aturan
yang bertujuan untuk melindungi pekerja dari tindakan-tindakan maupun kondisi yang
dapat mengganggu kesehatan fisik, psikis dan (melanggar norma) kesusilaan dalam suatu
hubungan kerja (Uwiyono, 2014). Keselamatan kerja didefinisikan sebagai segala aturan
dan upaya yang bertujuan untuk menyediakan perlindungan teknis bagi pekerja dari
resiko kerja terkait penggunaan alat/mesin, material (bahan berbahaya/beracun), jenis
kerja, lokasi, waktu, dan kondisi tempat kerja selama masa kerja berlangsung.

13
Pemberian upah adalah salah satu aspek penting di dalam perlindungan tenaga kerja
atau buruh. Hal ini secara tegas dijelaskan pada Pasal 88 ayat 1 UU No. 13 Tahun 2003
yang menyatakan bahwa setiap pekerja atau buruh berhak memperoleh penghasilan yang
memenuhi penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Penghidupan yang layak ialah
kehidupan yang dapat terpenuhinya kebutuhan utama hidup pekerja atau buruh dan
keluarganya secara wajar. Kebutuhan ini meliputi makanan dan minuman, sandang,
perumahan, pendidikan, kesehatan, rekreasi, dan jaminan hari tua.

B. Saran
Penulis menyarankan agar supaya setelah membaca makalah ini para pembaca
dapat mengaplikasikan pengetahuan yang didapat dalam kehidupan sehari-hari
terkhususnya dalam memberikan maupun mendapatkan jaminan sosial dan perlindungan
upah tenaga kerja. Penulis juga menyarankan untuk para pembaca dapat membaca pada
sumber-sumber lain dan relevan untuk menambah wawasan dari para pembaca.

14
DAFTAR PUSTAKA

Sulaiman. A & Andi Walli (2019). Hukum Ketenagakerjaan/Perburuhan. Jakarta:


Yayasan Pendidikan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Harahap. M. Arifuddin (2020). Pengantar Hukum Ketenagakerjaan. Malang: Literasi
Nusantara
Nurcahyo, N. (2021). Perlindungan hukum tenaga kerja berdasarkan peraturan
perundang-undangan di Indonesia. Jurnal Cakrawala Hukum, 12(1), 69-78.
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004

15

Anda mungkin juga menyukai