Anda di halaman 1dari 15

HAK DAN KEWAJIBAN SUMBER DAYA MANUSIA

MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Sumber Daya Manusia
Sektor Publik
Dosen Pengampu: Dr. Salamatul Afiyah M.Si

Disusun Oleh :

Muhamad Ilham Septiana 1228010121

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2023
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, yang atas
kehadirat Allah SWT kami panjatkan puji dan syukur yang telah melimpah rahmat, rizki, serta
hidayah-Nya kepada kami, sehingga makalah dengan berjudul “Hak dan Kewajiban Sumber
Daya Manusia” dapat kami selesaikan dengan baik dan tepat waktu.
Penulis membuat makalah ini dengan bertujuan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Manajemen Sumber Daya Manusia Sektor Publik Oleh Dosen Pengampu Ibu Dr. Salamatul
Afiyah M.Si. Dengan ini, penulis juga bertujuan untuk menambah pengetahuan pembaca.
Penulis menyampaikan terimakasih kepada Dosen Pengampu Mata Kuliah Manajemen
Sumber Daya Manusia Sektor Publik, atas waktu yang telah diluangkan serta memberikan
pembelajaran. Dengan tugas ini, penulis dapat menambah wawasan dan juga dapat
bekerjasama dengan baik dalam menyelesaikan makalah ini.
Demikian makalah ini penulis buat, kami sebagai penulis apabila terdapat kesalahan
ataupun terdapat ketidaksesuaian materi yang kami tuangkan dalam makalah ini, kami mohon
maaf. Kami selaku penulis makalah ini sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangundari pembaca demi kesempurnaan dalam membuat makalah pada kesempatan
berikutnya.

Bandung, 19 Desember 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan ........................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 3


A. Hak dan Kewajiban SDM .......................................................................... 3
B. Hak dan Kewajiban ASN ........................................................................... 4
C. Hak dan Kewajiban Pekerja/Buruh ............................................................ 6
D. Kebijakan Pengaturan Hak dan Kewajiban ASN....................................... 7
E. Kebijakan Pengaturan Hak dan Kewajiban Pekerja/Buruh ....................... 8

BAB III PENUTUP ......................................................................................... 11


A. Kesimpulan ................................................................................................ 11

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hak dan kewajiban ASN serta pekerja/buruh di Indonesia, mengacu pada


pandangan pakar dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sebagai bagian
integral dari struktur pemerintahan, pemahaman yang mendalam terhadap hak dan
kewajiban ASN penting untuk menjalankan tugas negara dengan profesional dan
berintegritas.
Pengertian hak ASN menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang
Aparatur Sipil Negara (UU ASN) mencakup gaji, cuti, jaminan pensiun, perlindungan,
pengembangan kompetensi, penghargaan, penghormatan, dan kesejahteraan. Pendapat
Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, S.H., M.A., melibatkan hak pekerjaan dan penghasilan
layak, pengembangan diri, perlindungan dari pemutusan hubungan kerja, perlindungan
dari diskriminasi, kebebasan berserikat, kebebasan berpendapat, dan perlindungan
hukum.
Hak dan kewajiban pekerja/buruh, seperti yang diatur dalam Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (UU Ketenagakerjaan), mencakup
pekerjaan dan upah layak, waktu kerja yang wajar, waktu istirahat, jaminan sosial,
perlindungan kesehatan, keselamatan dan kesehatan kerja, perlakuan adil, kebebasan
berserikat, kebebasan berpendapat, dan perlindungan dari pemutusan hubungan kerja.
Kebijakan pengaturan hak dan kewajiban ASN di Indonesia, termasuk
pembentukan Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN) dan sistem merit, bertujuan untuk
menjamin kepastian hukum, keadilan, dan kesetaraan. Begitu juga dengan kebijakan
pengaturan hak dan kewajiban pekerja/buruh yang diatur dalam UU Ketenagakerjaan
dan peraturan perundang-undangan lainnya.
Melalui pemahaman terhadap konsep ini, diharapkan ASN dan pekerja/buruh
dapat berkontribusi secara optimal sesuai dengan peran masing-masing dalam
membangun negara. Dengan membahas hak dan kewajiban tersebut, makalah ini
menggambarkan upaya konkret pemerintah dalam menciptakan lingkungan kerja yang
adil dan transparan bagi seluruh warga negara.

B. Rumusan Masalah

1
2

Dalam konteks Hak dan Kewajiban Sumber Daya Manusia, beberapa


pertanyaan mendasar yang dihadapi meliputi:
1. Apa saja hambatan yang mungkin dihadapi dalam implementasi pengelolaan hak
dan kewajiban ASN?
2. Bagaimana perlindungan terhadap hak dan kewajiban pekerja/buruh diatur dalam
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (UU
Ketenagakerjaan)?
3. Bagaimana dampak kebijakan pengaturan hak dan kewajiban pekerja/buruh
terhadap hubungan industrial dan kesejahteraan pekerja/buruh?

C. Tujuan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas, ada beberapa tujuan masalah mendasar
yang bertujuan untuk diketahui meliputi:
1. Untuk menilai hambatan-hambatan yang mempengaruhi efektivitas pengelolaan
hak dan kewajiban ASN di lingkungan pemerintahan.
2. Untuk mengevaluasi perlindungan hak dan kewajiban pekerja/buruh yang diatur
dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (UU
Ketenagakerjaan).
3. Untuk menilai dampak kebijakan pengaturan hak dan kewajiban pekerja/buruh
terhadap hubungan industrial dan kesejahteraan pekerja/buruh di tingkat nasional.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hak dan Kewajiban SDM


1. Pemgertian Hak dan Kewajiban SDM
Hak dan kewajiban sumber daya manusia (SDM) mencakup aspek-aspek tertentu
dalam konteks pekerjaan. Hak SDM melibatkan hal-hal seperti hak atas upah yang adil,
lingkungan kerja yang aman, serta keadilan dalam penilaian kinerja. Sementara itu, kewajiban
SDM mencakup tanggung jawab terhadap tugas-tugas pekerjaan, patuh terhadap aturan
perusahaan, dan partisipasi dalam pengembangan diri.

Dalam konteks perundang-undangan, hak dan kewajiban SDM sering diatur oleh
norma ketenagakerjaan, yang bertujuan memberikan perlindungan kepada pekerja dan menjaga
keseimbangan hubungan kerja antara pekerja dan pemberi kerja. Hak dan kewajiban ini dapat
mencakup berbagai aspek, termasuk cuti, jam kerja, serta perlindungan terhadap diskriminasi.

Penting untuk dipahami bahwa hak dan kewajiban SDM bersifat saling terkait dan
menciptakan dasar bagi hubungan kerja yang sehat dan adil antara pekerja dan perusahaan.

Berdasarkan pakar dan peraturan perundang-undangan, hak dan kewajiban SDM dapat
didefinisikan sebagai berikut:

a. Menurut Simamora (2004), hak dan kewajiban SDM adalah hak dan kewajiban yang
dimiliki oleh setiap individu yang bekerja, baik di sektor formal maupun informal.
b. Menurut Hasibuan (2008), hak dan kewajiban SDM adalah hak dan kewajiban yang
melekat pada diri setiap individu yang bekerja, baik di sektor formal maupun informal.
c. Peraturan Perundang-undangan: Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan, Pasal 86 ayat (1) menyatakan bahwa setiap pekerja/buruh mempunyai
hak untuk:
1) Mendapatkan upah dan jaminan sosial
2) Mendapatkan waktu istirahat dan cuti
3) Mendapatkan perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja
4) Mendapatkan perlakuan yang adil dan tidak diskriminatif
5) Mendapatkan jaminan kesehatan

3
4

6) Mendapatkan jaminan kecelakaan kerja


7) Mendapatkan jaminan kematian
8) Mendapatkan perlindungan atas pemutusan hubungan kerja
d. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, Pasal 16 ayat (1)
menyatakan bahwa ASN mempunyai hak untuk:
1) Memperoleh penghasilan yang layak
2) Mendapatkan perlindungan
3) Mengajukan keberatan atas keputusan yang merugikan
4) Mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan diri
5) Mendapatkan jaminan pensiun
6) Mendapatkan tunjangan hari tua

B. Hak dan Kewajiban ASN

1. Hak dan Kewajiban ASN


Aparatur Sipil Negara (ASN) adalah individu yang bekerja di berbagai
instansi pemerintah dan memiliki status sebagai pegawai negeri. Hak dan kewajiban
ASN diatur oleh Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara.
Hak-hak ASN melibatkan aspek-aspek seperti hak atas pengembangan karir,
jaminan kesejahteraan, dan perlindungan hukum. Di sisi lain, kewajiban ASN
mencakup tanggung jawab terhadap pelaksanaan tugas sesuai dengan aturan dan
peraturan yang berlaku, serta menjaga integritas dan loyalitas terhadap negara.
Undang-Undang tersebut memberikan landasan hukum untuk memberikan
arah, standar, dan ketentuan terkait manajemen ASN, termasuk pengaturan
mengenai disiplin, evaluasi kinerja, dan pembinaan profesi. Hal ini bertujuan untuk
menciptakan aparatur negara yang profesional, berintegritas, dan berkomitmen
pada tugas dan tanggung jawabnya dalam melayani masyarakat.

2. Hak ASN meliputi:

a. Mendapatkan penghasilan yang layak: Memastikan menerima kompensasi atau


gaji yang memadai sesuai dengan pekerjaan atau usaha yang dilakukan.
5

b. Mendapatkan perlindungan: Memiliki jaminan keamanan dan perlindungan


baik dari segi pekerjaan maupun aspek lainnya.
c. Mengajukan keberatan atas keputusan yang merugikan: Hak untuk
menyuarakan ketidaksetujuan atau keberatan terhadap keputusan yang
dianggap merugikan.
d. Mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan diri: Memiliki peluang untuk
meningkatkan keterampilan dan pengembangan diri dalam lingkungan kerja
atau kehidupan sehari-hari.
e. Mendapatkan jaminan pensiun: Memiliki jaminan atau dana pensiun untuk
memastikan keamanan keuangan di masa pensiun.
f. Mendapatkan tunjangan hari tua: Menerima manfaat atau tunjangan khusus
pada masa tua sebagai bentuk dukungan keuangan.

3. Kewajiban ASN meliputi:

a. Menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia: Melibatkan kewajiban


untuk memelihara kesatuan dan integritas wilayah Negara Indonesia.
b. Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa: Melibatkan tanggung jawab untuk
memelihara persatuan dan kesatuan antar berbagai elemen masyarakat
Indonesia.
c. Meningkatkan kualitas hidup masyarakat: Melibatkan usaha untuk
meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat secara umum.
d. Melaksanakan tugas dan fungsi sesuai dengan peraturan perundang-undangan:
Menuntut pelaksanaan tugas dan fungsi sesuai dengan norma hukum dan
peraturan yang berlaku.
e. Mematuhi kode etik dan pedoman perilaku ASN: Memerlukan ketaatan
terhadap kode etik dan pedoman perilaku yang berlaku bagi Aparatur Sipil
Negara (ASN).
f. Menjunjung tinggi nilai-nilai agama, moral, dan etika: Mengacu pada
pentingnya memelihara nilai-nilai agama, moral, dan etika dalam setiap
tindakan dan keputusan.
6

Secara keseluruhan, poin-poin tersebut mencerminkan prinsip-prinsip dasar yang


menjadi pedoman bagi individu atau lembaga dalam mewujudkan tujuan negara dan
kesejahteraan masyarakat.

C. Hak dan Kewajiban Pekerjaan/Buruh

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan mengatur


berbagai aspek terkait pekerja/buruh, termasuk hak-hak seperti upah yang layak, jam
kerja yang wajar, dan perlindungan terhadap diskriminasi. Selain itu, undang-undang
ini juga menetapkan kewajiban bagi pekerja/buruh, seperti disiplin kerja dan
keselamatan di tempat kerja. Perlindungan hak pekerja ini bertujuan untuk menciptakan
lingkungan kerja yang adil dan berkeadilan.
Selain hak-hak dasar, Undang-Undang Ketenagakerjaan juga mencakup
ketentuan terkait kontrak kerja, pemutusan hubungan kerja, dan hak untuk berserikat.
Pekerja/buruh memiliki hak untuk membentuk serikat pekerja atau bergabung dalam
serikat pekerja yang sudah ada, sesuai dengan prinsip kebebasan berserikat. Hal ini
bertujuan untuk memberikan wadah bagi pekerja/buruh untuk menyuarakan aspirasi
dan meningkatkan kondisi kerja mereka. Oleh karena itu, pemahaman yang baik
terhadap Undang-Undang Ketenagakerjaan sangat penting bagi pekerja/buruh guna
melindungi hak-hak mereka.

1. Hak pekerja/buruh meliputi:

a. Mendapatkan upah dan jaminan sosial: Hak untuk menerima bayaran yang
setimpal dan manfaat sosial yang melibatkan perlindungan keuangan.
b. Mendapatkan waktu istirahat dan cuti: Hak untuk istirahat reguler dan cuti yang
memastikan keseimbangan antara kehidupan kerja dan kehidupan pribadi.
c. Mendapatkan perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja: Hak untuk
bekerja dalam lingkungan yang aman dan mendapatkan perlindungan terhadap
risiko kecelakaan atau bahaya kesehatan.
d. Mendapatkan perlakuan yang adil dan tidak diskriminatif: Hak untuk
diperlakukan dengan adil tanpa adanya diskriminasi berdasarkan jenis kelamin,
ras, agama, atau faktor lainnya.
7

e. Mendapatkan jaminan kesehatan: Hak untuk mendapatkan layanan kesehatan


dan perlindungan finansial terkait kesehatan.
f. Mendapatkan jaminan kecelakaan kerja: Hak untuk menerima kompensasi atau
jaminan jika mengalami kecelakaan atau cedera selama bekerja.
g. Mendapatkan jaminan kematian: Hak untuk memberikan manfaat kepada
keluarga atau ahli waris dalam kasus kematian saat bekerja.
h. Mendapatkan perlindungan atas pemutusan hubungan kerja: Hak untuk
dilindungi dari pemutusan hubungan kerja yang tidak adil atau tanpa alasan
yang sah.

Semua poin tersebut menyoroti hak-hak dasar pekerja dalam aspek-aspek tertentu dari
lingkungan kerja mereka.

2. Kewajiban pekerja/buruh meliputi:

a. Ikut serta dalam upaya peningkatan produktivitas: Menyiratkan keterlibatan


aktif dalam usaha meningkatkan efisiensi dan hasil kerja, serta berkontribusi
positif untuk mencapai tujuan produktivitas.
b. Melaksanakan instruksi atasan dengan itikad baik: Mengharuskan pelaksanaan
tugas dan instruksi dari atasan dengan niat baik, disertai kesediaan untuk
mematuhi arahan atasan dalam rangka mencapai tujuan organisasi atau tim.
Kedua poin tersebut mencerminkan sikap proaktif dan ketaatan terhadap tugas
yang diberikan, baik dalam rangka meningkatkan produktivitas maupun menjalankan
perintah atasan dengan sikap yang baik.

D. Kebijakan Pengaturan Hak dan Kewajiban ASN

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN)


mengatur berbagai aspek terkait hak dan kewajiban ASN. Undang-undang ini
mencakup ketentuan mengenai rekrutmen, pengangkatan, penempatan, disiplin, hak,
kewajiban, larangan, penghargaan, dan sanksi bagi ASN. Selain itu, undang-undang ini
juga menegaskan prinsip-prinsip pemerintahan yang baik, seperti transparansi,
akuntabilitas, profesionalitas, dan nondiskriminasi dalam menjalankan tugasnya.
8

Dengan demikian, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 merupakan landasan


hukum utama yang mengatur peran dan fungsi ASN di Indonesia. Hal ini mencakup
beragam aspek, mulai dari proses perekrutan hingga sanksi atas pelanggaran kode etik.
Undang-undang ini bertujuan untuk meningkatkan kinerja dan pelayanan publik yang
lebih baik melalui regulasi yang jelas dan komprehensif terkait dengan ASN.

1. Kebijakan pengaturan hak dan kewajiban ASN bertujuan untuk:

a. Meningkatkan profesionalisme ASN: Kebijakan pengaturan hak dan kewajiban


ASN bertujuan untuk membentuk dan meningkatkan profesionalisme Aparatur
Sipil Negara (ASN). Ini mencakup peningkatan kompetensi, etika, dan kedisiplinan
dalam pelaksanaan tugasnya.
b. Melindungi hak ASN : Adanya kebijakan ini dimaksudkan untuk melindungi hak-
hak dasar ASN, seperti hak untuk mendapatkan upah yang layak, hak untuk bekerja
dalam lingkungan yang aman dan sehat, serta hak untuk mendapatkan perlakuan
yang adil dan tidak diskriminatif.
c. Menjamin kepastian hukum bagi ASN: Kebijakan ini menyediakan kerangka
hukum yang jelas dan pasti bagi ASN. Dengan demikian, ASN dapat menjalankan
tugasnya dengan keyakinan bahwa hak dan kewajibannya diatur secara tegas,
menghindari ketidakpastian hukum yang dapat mempengaruhi kinerja mereka.
d. Menciptakan lingkungan kerja yang kondusif bagi ASN: Fokus kebijakan ini adalah
menciptakan lingkungan kerja yang mendukung produktivitas dan kesejahteraan
ASN. Ini mencakup aspek-aspek seperti dukungan untuk pengembangan karir,
pengakuan atas kinerja yang baik, dan penciptaan kondisi kerja yang memotivasi.

Pada intinya, kebijakan tersebut bertujuan untuk menciptakan ASN yang


profesional, dihormati, dan dapat bekerja dengan optimal dalam lingkungan kerja yang
teratur dan mendukung.

E. Kebijakan Pengaturan Hak dan Kewajiban Pekerja/Buruh


9

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan di Indonesia


merupakan kerangka hukum yang mengatur hubungan industrial antara pekerja/buruh
dan pengusaha. Beberapa poin kunci yang diatur oleh undang-undang ini melibatkan
hak dan kewajiban pekerja/buruh, serta kewajiban pengusaha. Berikut adalah
penjelasan lebih detail:

1. Hak dan Kewajiban Pekerja/Buruh:

a. Upah yang Layak: Undang-undang menetapkan hak pekerja/buruh untuk


menerima upah yang layak dan setara dengan pekerjaan yang dilakukan.
b. Jam Kerja dan Istirahat: Mengatur jam kerja yang wajar dan memberikan hak
istirahat yang diperlukan untuk pekerja/buruh.
c. Keselamatan dan Kesehatan: Menjamin kondisi kerja yang aman dan sehat bagi
pekerja/buruh
d. Perlindungan dari Diskriminasi: Melarang diskriminasi dalam hal jenis
kelamin, agama, suku, dan faktor lainnya.

2. Kewajiban Pengusaha:
a. Memberikan Upah Sesuai Ketentuan: Pengusaha diwajibkan membayar upah
sesuai dengan peraturan yang berlaku dan tidak boleh membayar upah di bawah
standar minimum.
b. Menyediakan Lingkungan Kerja yang Aman: Pengusaha bertanggung jawab
untuk menciptakan dan mempertahankan lingkungan kerja yang aman dan
sehat.
c. Menghormati Hak Asasi Pekerja: Memberikan perlindungan terhadap hak asasi
pekerja/buruh, termasuk hak untuk berserikat dan berkumpul.

3. Serikat Pekerja dan Perundingan Kerja:

a. Kebebasan Berserikat: Kebebasan berserikat adalah hak bagi pekerja atau buruh
untuk membentuk serikat pekerja atau bergabung dalam serikat pekerja yang
sudah ada. Hal ini menciptakan wadah bagi mereka untuk bersatu,
berkolaborasi, dan menyuarakan kepentingan bersama. Kebebasan ini bertujuan
untuk memberikan perlindungan terhadap hak-hak pekerja, meningkatkan
10

kekuatan tawar dalam perundingan, dan menciptakan lingkungan kerja yang


adil.

b. Perundingan Kerja: Proses perundingan kerja melibatkan interaksi antara


serikat pekerja dan pengusaha untuk menetapkan kondisi kerja, upah, dan
fasilitas lainnya. Tujuannya adalah mencapai kesepakatan yang adil dan saling
menguntungkan bagi kedua belah pihak. Perundingan ini bisa mencakup
berbagai aspek seperti jam kerja, cuti, dan kondisi kerja lainnya. Dengan
melibatkan kedua belah pihak, perundingan kerja bertujuan menciptakan
hubungan kerja yang harmonis dan mengurangi potensi konflik di tempat kerja.

Dua aspek tersebut, kebebasan berserikat dan perundingan kerja, merupakan


elemen kunci dalam menciptakan lingkungan kerja yang seimbang dan menghormati
hak-hak pekerja serta mempromosikan kesejahteraan bersama.

4. Pemutusan Hubungan Kerja: Prosedur yang Adil: Menetapkan prosedur yang adil
untuk pemutusan hubungan kerja, melibatkan kriteria-kriteria tertentu dan hak
pekerja/buruh yang perlu dihormati.

5. Penyelesaian Sengketa: Penyelesaian Sengketa Secara Adil: Menetapkan mekanisme


penyelesaian sengketa antara pekerja/buruh dan pengusaha secara adil dan transparan,
termasuk melalui mediasi atau arbitrase.

Dengan demikian, Undang-Undang Ketenagakerjaan bertujuan untuk


menciptakan keseimbangan antara hak dan kewajiban pekerja/buruh serta pengusaha,
serta memberikan dasar hukum yang jelas bagi hubungan industrial di Indonesia.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hambatan dalam Implementasi Pengelolaan Hak dan Kewajiban ASN Evaluasi
hambatan-hambatan dalam efektivitas pengelolaan hak dan kewajiban ASN di lingkungan
pemerintahan menjadi krusial. Upaya perbaikan harus difokuskan untuk meningkatkan
profesionalisme dan memastikan perlindungan hak-hak dasar ASN.
Perlindungan Hak dan Kewajiban Pekerja/Buruh dalam UU Ketenagakerjaan
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan memberikan landasan
yang kuat untuk melindungi hak dan kewajiban pekerja/buruh. Poin-poin regulasi tersebut,
seperti upah yang layak dan perlindungan terhadap diskriminasi, harus diperkuat dan
diterapkan secara konsisten.
Dampak Kebijakan Pengaturan Hak dan Kewajiban Pekerja/Buruh Kebijakan ini
memiliki dampak yang signifikan terhadap hubungan industrial dan kesejahteraan
pekerja/buruh di tingkat nasional. Pentingnya menciptakan lingkungan kerja yang kondusif
dan memberikan perlindungan hak-hak pekerja/buruh untuk mendukung produktivitas dan
kesejahteraan secara keseluruhan.

Dengan memahami hambatan, mengukur efektivitas perlindungan hak, dan


mengevaluasi dampak kebijakan, pemerintah dan pihak terkait dapat merancang solusi
yang lebih baik untuk meningkatkan manajemen hak dan kewajiban, baik untuk ASN
maupun pekerja/buruh secara umum. Keseluruhan, tujuan masalah dapat dicapai dengan
perbaikan berkelanjutan dalam regulasi, implementasi, dan pemahaman terhadap hak dan
kewajiban di konteks sumber daya manusia.

11
DAFTAR PUSTAKA
Simamora, Henry. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi 4. Yogyakarta: STIE
YKPN.
Hasibuan, Malayu S.P. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Revisi. Jakarta: PT.
Bumi Aksara.
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara.
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil.
Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2015 tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari
Pekerjaan Dalam Negeri dan dari Luar Negeri.
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16
Tahun 2022 tentang Sistem Merit dalam Manajemen Aparatur Sipil Negara.
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 1 Tahun 2021 tentang Perlindungan
Pekerja/Buruh yang Mempunyai Anak Usia Bawah 12 (Dua Belas) Tahun.

12

Anda mungkin juga menyukai