Anda di halaman 1dari 16

UJIAN TENGAH SEMESTER

MAKALAH
PENGAWASAN PEMERINTAH TERHADAP TENAGA KERJA

Oleh

MARGARETHA APOLONIA

022200027

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS NUSA NIPA
MAUMERE
2002/2023

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dihaturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
dan rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan makalah untuk Ujian tengah semester yang
berjudul “PENGAWASAN PEMERINTAH TERHADAP TENAGA KERJA” ini tepat
pada waktunya.Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi nilai Ujian
tengah semester serta menamba wawasan tentang pengawasan pemerintah terhadap
tenaga kerja bagi para pembaca juga bagi penulis.

Bagi saya sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman saya. Untuk
itu saya sebagai penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.

Maumere,12 Desember 2022

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................i

DAFTAR ISI................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang............................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah........................................................................................ 3

1.3 Tujuan Masalah............................................................................................ 4

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................ 5

2.1 Pengertian ketenagakerjaan........................................................................ 5

2.2 Pengawasan Pemerintah Terhadap Tenaga Kerja.................................... 7

2.3 Tujuan Pengawasan Pemerintah Terhadap Tenaga Kerja...................... 9

BAB III PENUTUP...................................................................................................... 12

3.1 Kesimpulan.................................................................................................. 12

3.2 Saran............................................................................................................ 12

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengertian Tenaga Kerja menurut Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 13


Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yaitu “Setiap orang yang mampu melakukan
pekerjaa guna menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan
sendiri maupun untuk masyarakat”. Menurut Payaman Simanjuntak (1985:2)
sebagaimana dikutip olehLalu Husni (2005:16) Tenaga Kerja (man power) adalah
penduduk yang sudah atau sedang bekerja, sedang mencari pekerjaan dan yang
melaksanakan kegiatan lain, seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga. Berdasarkan
hal tersebut dapat dikatakan bahwa pengertian tenaga kerja memiliki cakupan yang luas
karena baik mereka yang bekerja maupun yang tidak bekerja termasuk di dalamnya.
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 alinea
ke IV, berisi tujuan negara bahwa salah satu tugas Pemerintah Negara Indonesia adalah
untuk memajukan kesejahteraan umum. Dalam rangka mewujudkan kesejahteraan
umum, maka Pemerintah Indonesia melakukan pembangunan nasional di segala bidang
salah satunya yaitu pembangunan di bidang ketenagakerjaan.
Dalam penjelasan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan, pembangunan ketenagakerjaan merupakan bagian integral dari
pembangunan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945. Lebih lanjut dijelaskan bahwa pembangunan
ketenagakerjaan dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia
seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya untuk meningkatkan
harkat, martabat, dan harga diri tenaga kerja guna mewujudkan masyarakat sejahtera,
adil, makmur, dan merata baik secara materiil maupun spirituil.
Pembangunan ketenagakerjaan di Indonesia merupakan salah satu perwujudan
atas pemenuhan Hak Asasi Manusia. Dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999
tentang Hak Asasi Manusia Pasal 2, bahwa Negara Republik Indonesia mengakui dan
menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia dan kebebasan dasar manusia sebagai hak yang
secara kodrati melekat pada dan tidak terpisahkan dari manusia, yang harus dilindungi,
dihormati, dan ditegakkan demi peningkatan martabat kemanusiaan, kesejahteraan,
kebahagiaan, dan kecerdasan serta keadilan.

Dalam Pasal 11 angka 1 Konvensi Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi


Terhadap Perempuan, bahwa negara-negara peserta wajib membuat peraturan-peraturan
yang tepat untuk menghapus diskriminasi terhadap perempuan di lapangan pekerjaan
1
guna menjamin hak-hak yang sama atas dasar persamaan antara laki-laki dan
perempuan, khususnya:
1 Hak untuk bekerja sebagai hak asasi manusia;
2 Hak atas kesempatan kerja yang sama, termasuk penerapan kriteria seleksi
yang sama dalan penerimaan pegawai;
3 Hak untuk memilih dengan bebas profesi dan pekerjaan, hak untuk promosi,
jaminan pekerjaan dan semua tunjangan serta fasilitas kerja, hak untuk
rnemperoleh pelatihan kejuruan dan pelatihan ulang termasuk masa kerja
sebagai magang, pelatihan kejuruan lanjutan dan pelatihan ulang lanjutan;
4 Hak untuk menerima upah yang sama, termasuk tunjangan-tunjangan, baik
untuk perlakuan yang sama sehubungan dengan pekerjaan dengan nilai yang
sama, maupun persamaan perlakuan dalam penilaian kualitas pekerjaan;
5 Hak atas jaminan sosial, khususnya dalam hal pensiun, pengangguran, sakit,
cacad, lanjut usia, serta lain-lain ketidakmampuan untuk bekerja, hak atas masa
cuti yang dibayar; dan
6 Hak atas perlindungan kesehatan dan keselamatan keria, termasuk usaha
perlindungan terhadap fungsi melanjutkan keturunan.

Ketentuan ini mempertegas bahwa Pemerintah wajib membuat peraturan dalam hal ini
peraturan ketenagakerjaan yang melindungi hak-hak pekerja wanita.
Tenaga kerja mempunyai peranan yang sangat penting dalam pelaksanaan pembangunan
nasional karena tenaga kerja merupakan pelaku dan tujuan dari pembangunan. Untuk
menunjang tercapainya pembangunan khususnya pembangunan di bidang
ketenagakerjaan maka kualitas dan perlindungan tenaga kerja perlu ditingkatkan.

Dalam bagian menimbang Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang


Ketenagakerjaan, bahwa perlindungan terhadap tenaga kerja dimaksudkan untuk
menjamin hak-hak dasar Pekerja/Buruh dan menjamin kesamaan kesempatan, serta
perlakuan tanpa diskriminasi atas dasar apapun untuk mewujudkan kesejahteraan
Pekerja/Buruh dan keluarganya dengan tetap memperhatikan perkembangan kemajuan
dunia usaha. Berdasarkan hal tersebut maka pengusaha wajib melaksanakan semua
ketentuan yang berkaitan dengan perlindungan tenaga kerja sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

Pengertian Pekerja/Buruh menurut Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 13


Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yaitu : “Setiap orang yang bekerja dengan
menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain.” Hal ini mempertegas bahwa
Pekerja/Buruh adalah mereka yang sedang bekerja atau memiliki hubungan kerja.

2
Menurut Halim (1990:11) sebagaimana dikutip oleh Abdul Khakim (2009:3) pengertian
buruh adalah :
1 bekerja pada atau untuk majikan/perusahaan;
2 imbalan kerjanya dibayar oleh majikan/perusahaan; dan
3 secara resmi terang-terangan dan kontinu mengadakan hubungan kerja
dengan majikan/perusahaan, baik untuk waktu tertentu maupun untuk
jangka waktu tidak tertentu lamanya.
Seiring dengan meningkatnya kebutuhan ekonomi, maka tenaga kerja termasuk tenaga
kerja wanita dituntut untuk bekerja agar dapat memenuhi kebutuhan hidup. Tenaga
kerja wanita cukup berperan penting bagi aktifitas perekonomian khususnya di sektor
jasa yang banyak membutuhkan tenaga kerja wanita seperti di tempat-tempat hiburan
malam. Hal ini memperlihatkan bahwa wanita ikut berperan dalam pembangunan
nasional.

Dalam Pasal 27 angka 2 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun


1945, bahwa tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak
bagi kemanusiaan. Berdasarkan pasal tersebut dapat terlihat bahwa pemerintah
memberikan hak yang sama kepada seluruh warga negara Indonesia baik pria maupun
wanita untuk mendapatkan pekerjaan dan perlindungan agar dapat meningkatkan
kesejahteraannya. Selanjutnya dipertegas dalam Pasal 5 Undang-Undang Nomor 13
Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan bahwa “Setiap tenaga kerja memiliki kesempatan
yang sama tanpa diskriminasi untuk memperoleh pekerjaan”. Ketentuan ini memberikan
kesempatan bagi para wanita untuk bekerja di berbagai sektor pekerjaan tanpa
membedakan jenis kelamin.Dalam Pasal 6 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan, bahwa “Setiap Pekerja/Buruh berhak memperoleh perlakuan
yang sama tanpa diskriminasi dari pengusaha”. Hal ini sangat memperjelas bahwa
pengusaha tidak boleh membedakan antara pekerja pria dan wanita. Berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang melarang adanya diskriminasi antara
pekerja pria dan pekerja wanita maka pemerintah wajib memberikan perlindungan bagi
pemenuhan hak-hak pekerja khususnya pekerja wanita. Hal ini bukan berarti wanita
mendapatkan perlakuan yang istimewa tetapi mengingat kodrat wanita yang
mengharuskan wanita mendapatkan perlindungan yang khusus terkait dengan
kesehatan, kesusilaan, dan keselamatan kerja.

1.2 Rumusan Masalah

a. Apa pengertian dari Ketenagakerjaan

b. Bagaimana pengawasan pemerintah terhadap Tenaga kerja ?


3
c. Apa tujuan pengawasan pemerintah terhadap Tenaga kerja ?

1.3 Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui pengertian dari Ketenagakerjaan

2. Untuk mengetahui pengawasan pemerintah terhadap Tenaga kerja.

3. Untuk mengetahui tujuan dari pengawasan pemerintah terhadap Tenaga kerja.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ketenagakerjaan


Menurut Alam (2014) tenaga kerja adalah penduduk dengan usia antara 17 tahun
sampai 60 tahun yang bekerja untuk menghasilkan uang sendiri. Dan menurut Hamzah
(2014), tenaga kerja adalah tenaga yang bekerja didalam maupun luar
hubungan kerja dengan alat produksi utama dalam proses produksi baik fisik maupun
pikiran.
Secara umum tenaga kerja adalah individu yang sedang mencari atau sudah melakukan
pekerjaan yang menghasilkan barang atau jasa yang sudah memenuhi persyaratan
ataupun batasan usia yang telah ditetapkan oleh undang-undang yang bertujuan untuk
memperoleh hasil atau upah untuk kebutuhan hidup sehari-hari.
Terdapat 3 (tiga) kualifikasi tenaga kerja antara lain :
1. Berdasarkan Penduduknya.
Secara umum penduduk dalam suatu negara dibedahkan menjadi 2 (dua)
kelompok yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja.
a. Tenaga Kerja
Tenaga kerja adalah seluruh jumlah penduduk yang dianggap dapat
bekerja dan sanggup bekerja jika tidak ada permintaan kerja.
Menurut Undang-Undang Tenaga Kerja, mereka yang
dikelompokkan sebagai tenaga kerja yaitu mereka yang berusia
antara 15 tahun sampai dengan 64 tahun.
b. Bukan Tenaga Kerja
Bukan tenaga kerja adalah mereka yang dianggap tidak mampu dan
tidak mau bekerja, meskipun ada permintaan bekerja. Menurut UU
No. 13 Tahun 2003, mereka adalah penduduk diluar usia, yaitu
mereka yang berusia di bawah 15 (lima belas) tahun dan berusia di
atas 64 (enam puluh empat) tahun. Para kelompok ini adalah para
pensiunan, para lansia (lanjut usia) dan anak-anak.

2. Berdasarkan Batas Kerja


Penggolongan batas kerja dibagi menjadi dua (2) macam yaitu :

a. Angkatan Kerja
Angkatan kerja adalah penduduk usia produktif yang berusia 15 (lima
belas)
5
tahun sampai dengan 64 (enam puluh empat) tahun yang sudah
mempunyai pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja, maupun yang
sedang aktif mencari pekerjaan.

b. Bukan Angkatan Kerja


Bukan angkatan kerja adalah mereka yang berusia 10 (sepuluh) tahun
ke atas yang kegiatannya hanya bersekolah, mengurus rumah tangga
dan sebagainya. Mereka yang tergolong dalam kelompok tersebut
ialah anak sekolah dan mahasiswa/mahasiswi, para ibu rumah tangga
dan orang cacat.

c. Berdasarkan Kualitasnya
Penggolongan kualitas tenagakerja dibagi menjadi 3 (tiga) macam
antara lain

1. Tenaga kerja terdidik


Tenaga kerja terdidik adalah tenaga kerja yang memiliki suatu
keahlian atau kemahiran dalam bidang tertentu dengan cara
sekolah atau pendidikan formal dan nonformal. Misalnya
pengacara, dokter, guru dan lain-lain.

2. Tenaga kerja terlatih


Tenaga kerja terlatih adalah tenaga kerja yang memiliki keahlian
dalam bidang tertentudengan melalui pengalaman kerja. Tenaga
kerja terampil ini dibutuhkan latihan secara berulang-ulang
sehingga mampu menguasai pekerjaan tersebut seperti apoteker,
ahli bedah, mekanik dan lain-lain.

3. Tenaga Kerja Tidak Terdidik Dan Tidak Terlatih


Tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih adalah tenaga kerja
kasar yang hanya mengandalkan tenaga saja seperti kuli, buruh
angkut, pembantu rumah tangga, dan sebagainya. Biasanya
tenaga kerja ini banyak digunakan dan dimanfaatkan oleh para
pengusaha karena upah mereka sangat membutuhkan pekerjaan
sehingga mereka mau bekerja walaupun dengan upah yang
murah dan tidak sesuai dengan standar upah yang telah
ditetapkan oleh pemerintah.

6
2.2 Pengawasan pemerintah terhadap Tenaga kerja
Pengawasan terhadap perlindungan tenaga kerja merupakan suatu tugas yang harus
dilaksanakan dengan baik oleh pemerintah Pengawas Ketenagakerjaan, karena tenaga
kerja mempunyai peranan dan kedudukan yang sangat penting sebagai salah satu wujud
untuk perkembangan ekonomi. Hak-hak tenaga kerja diatur dalam peraturan
ketenagakerjaan Indonesia, di dalamnya termasuk perlindungan tenaga kerja hal yang
harus diperjuangkan agar harkat dan kemanusiaan tenaga kerja ikut terangkat.
Perlindungan tenaga kerja dimaksudkan untuk menjamin hak-hak dasar pekerja atau
buruh dengan tetap memperhatikan perkembangan kemajuan usaha perekonomian
nasional dan internasional, sebagaiamana disebutkan dalam Pasal 28 D Undang-Undang
Dasar Tahun 1945 bahwasanya setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapatkan
imbalan serta perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja.
Ketenagakerjaan terdapat beberapa istilah yang beragam macamnya, seperti buruh atau
pekerja, pengusaha atau perusahaan, majikan, karyawan, dan sebagainya. Buruh sejak
dahulu sudah populer dan kini masih sering dipakai sebagai sebutan untuk kelompok
tenaga kerja yang sedang memperjuangkan program organisasinya, istilah pekerja dalam
praktiknya sering dipakai untuk menunjukkan status hubungan kerja, pekerja tetap dan
sebagainya, lalu adapun istilah dari karyawan atau pegawai lebih sering dipakai untuk
data administrasi, pendapat lain yang menyatakan bahwa istilah buruh sejak dulu
diidentikan dengan pekerjaan kasar dikarenakan menempuh pendidikan rendah dan
sering mendapatkan penghasilan yang rendah pula.
Pemerintah telah menetapkan perlindungan terhadap tenaga kerja, ketentuan ini
dituangkan dalam Pasal 28 D ayat (2) UUD 1945 dan diatur lebih lanjut di dalam
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Hal ini
bertujuan untuk menjamin kesamaan perlakuan dan kesempatan bekerja tanpa
diskriminasi untuk mewujudkan kesejahteraan pekerja atau buruh. Pasal 28 D ayat
(2) UUD 1945 yang berbunyi: “setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat
imbalan dan

7
perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja”. Serta Pasal 38 ayat (1), (2), (3), (4)
Undang- undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia yang berbunyi:
(1)Setiap warga negara, sesuai dengan bakat, kecakapan, dan kemampuan,
berhak atas pekerjaan yang layak.
(2) Setiap orang berhak dengan bebas memilih pekerjaan yang disukainya dan berhak
pula atas syarat-syarat ketenagakerjaan yang adil.
(3) Setiap orang, baik pria maupun wanita yang melakukan pekerjaan yang sama,
sebanding, setara atau serupa, berhak atas upah serta syarat-syarat perjanjian kerja
yang sama.
(4) Setiap orang, baik pria maupun wanita, dalam melakukan pekerjaan yang sepadan
dengan martabat kemanusiaannya berhak atas upah yang adil sesuai dengan
prestasinya dan dapat menjamin kelangsungan kehidupan keluarganya.
Jaminan kesempatan kerja dan mendapat imbalan yang layak dan adil dalam hubungan kerja
merupakan hubungan kausalitas yang tidak dapat dipisakan satu sama lain. Apabila jaminan
hidup telah terpenuhi melalui kesempatan kerja, maka peningkatan kualitas manusia akan dapat
tercapai kesejateraannya. Oleh karena itu, masalah ketenagakerjaan merupakan masalah penting
dalam kebijakan pengawasan tenaga kerja sifatnya harus menyeluruh kesemua sektor hubungan
kerja.3
Pemerintah menetapkan upah minimum bagi setiap kabupaten/kota yang besaran upahnya
berbeda-beda yang bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan bagi pekerja. Dalam penentapan
upah minimum, pemerintah mengacu pada survei yang berdasarkan kebutuhan hidup yang layak
secara fisik untuk kebutuahan hidup dalam satu bulan. Dengan penetapan upah minimum bagi
setiap kabupaten atau kota dimaksudkan untuk melindungi pekerja agar kesejahteraan hidupnya
seimbang. Namun dalam kenyataanya, pemenuhan upah tidak selamanya sesuai dengan apa yang
diharapkan pekerja maupun pengusaha itu sendiri.
Upah minimum kota (UMK) yang ditetapkan oleh pemerintah menjadi sangat penting
bagi pekerja, agar perusahaan yang memperkerjakannya tidak bersikap sewenang-wenang
terutama dalam hal pemberian atau pembagian upah, dikarenakan bagi para pekerja atau
buruh upah merupakan satu-satunya sumber pendapatan yang paling utama untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya, maka dari itu pemerintah harus ikut adil dalam pemenuhan upah.
Permasalahan ketenagakerjaan tidak lepas dari adanya masalah pengupahan, perselisishan

8
hubungan industrial, perlindungan, kesejahteraan, pengawasan dan pembinaan
ketenagakerjaan.
Untuk melaksanakan kebijakan pengupahan, diperlukan adanya pemantauan atau
pengawasan dan pembinaan oleh Dinas Tenaga kerja Kota Tasikmalaya bertujuan untuk
memberikan perlindungan hukum bagi para pekerja atau buruh dalam pemenuhan pemberian
upah (UMK), yang sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku yang terdapat dalam Undang-
undang No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan Peraturan Pemerintah No 78 Tahun
2015 tentang Pengupahan.
Pengawasan ketenagakerjaan adalah fungsi publik dari administrasi ketenagakerjaan yang
memastikan penerapan perundang-undangan ketenagakerjaan di tempat kerja. Peran utamanya
adalah untuk meyakinkan mitra sosial atas kebutuhan untuk mematuhi undang-undang di tempat
kerja dan kepentingan bersama mereka terkait dengan hal ini, melalui langkah- langkah pencegahan
dan edukasi, dan jika diperlukan penegakan hukum.

Sejak pengangkatan pengawas ketenagakerjaan pertama di Inggris pada tahun 1833, pengawasan
ketenagakerjaan telah dibentuk di hampir semua negara di dunia. Sekitar 175 tahun, pengawas
ketenagakerjaan telah melakukan pekerjaannya untuk memperbaiki kondisi kerja. Pencapaian di
seluruh dunia dan catatan keberhasilan mereka sangat membanggakan.

2.3 Tujuan dari pengawasan pemerintah terhadap tenaga kerja

Pengawasan memiliki peran yang sangat penting karena merupakan suatu kontrol yang
disertai dengan tindakan yang dilakukan oleh pemerintah. Fungsi pengawasan yang dilakukan
oleh pemerintah sangat diperlukan untuk menghindari terjadinya penyimpangan ataupun
penyelewengan yang dilakukan oleh aparatur pemerintah. Maka dengan adanya pengawasan
yang ketat dari pemerintah, kebijakan yang sudah ditetapkan dapat mencapai sasaran yang telah
direncanakan sehingga kebijakan yang telah ditetapkan tersebut dapat bermanfaat dan
berguna untuk kepentingan umum. Dan melalui pengawasan ini pemerintah dapat
mengetahui dan mendeteksi sejauhmana pelaksanaan suatu kebijakan telah dilaksanakan dan
sampai sejauhmana penyimpangan yang terjadi dalam pelaksanaan kegiatan yang dikerjakan di
lapangan.

9
Berdasarkan uraian diatas maka tujuan dilakukannya pengawasan dalam penyelenggaraan
pemerintahan, meliputi:
a. Agar terciptanya aparatur pemerintahan yang lebih bersih dan berwibawa yang
didukung oleh suatu sistem manajemen pemerintah yang berdaya guna dan
berhasil guna serta ditunjang oleh partisipasi masyarakat yang konstruktif dan
terkendali dalam wujud pengawasan masyarakat (control sosial) yang objektif,
sehat dan bertanggung jawab;
b. Agar terselenggaranya tertib administrasi di lingkungan aparatur pemerintah,
tumbuhnya disiplin kerja yang sehat, agar adanya kelugasan dalam
melaksanakan tugas, fungsi dan kegiatan, tumbuhnya budaya malu dalam diri
masing-masing aparat, rasa bersalah, rasa berdosa yang lebih mendalam untuk
berbuat hal-hal yang tercela terhadap masyarakat dan ajaran agama.
Berkaitan dengan itu, maka dalam konteks membangun manajemen
pemerintahan publik yang bercirikan good governance (tata kelola
pemerintahan yang baik), pengawasan merupakan aspek penting untuk menjaga
fungsi pemerintahan berjalan sebagaimana mestinya. Dalam konteks ini,
pengawasan menjadi sama pentingnya dengan penerapan good governance itu
sendiri. Dengan demikian maka akuntabilitas publik pengawasan yang
dilakukan oleh pemerintah merupakan salah satu cara pemerintah untuk
membangun dalam menjaga kepercayaan masyarakat terhadap kinerja
pemerintahan agar terciptanya sebuah sistem pengawasan internal maupun
pengawasan eksternal yang efektif.

Misi utama dari setiap sistem pengawasan ketenagakerjaan adalah untuk memastikan kepatuhan
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang berarti serangkaian standar nasional
yang dirancang untuk melindungi seluruh pekerja dan bila mungkin, keluarga pekerja. Sistem
moderen mencakup juga pekerja mandiri dan lingkungan kerja dari bahaya-bahaya yang terkait
dengan pekerjaan.

Tujuan utama pengawasan ketenagakerjaan adalah termasuk kebutuhan untuk memastikan


bahwa:

10
• peraturan perundang-undangan yang berlaku dipatuhi di tempat kerja dengan tujuan
mencapai pekerjaan dan kondisi kerja yang layak;

• pengusaha dan pekerja mendapatkan informasi dan panduan mengenai bagaimana mematuhi
persyaratan-persyaratan hukum;

• perusahaan mengadopsi tindakan- tindakan untuk memastikan praktik dan lingkungan di


tempat kerja tidak menempatkan pekerja mereka dalam risiko-risiko yang terkait dengan
keamanan dan kesehatan.

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pengawasan ketenagakerjaan dalam hal pembagian urusan pengawasan agar lebih efektif

dan efisien oleh pemerintah dilaksanakan oleh unit kerja tersendiri pada instansi yang

lingkup tugas dan tanggung jawabnya pada bidang ketenagakerjaan yaitu oleh kementerian

tenaga kerja untuk pemerintah pusat kemudian dinas ketenagakerjaan provinsi dan bidang

ketenagakerjaan tingkat Kabupaten/Kota. Unit kerja pengawasan ketenagakerjaan pada

pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota yang diwajibkan menyampaikan

laporan pelaksanaan pengawasan ketenagakerjaan kepada pemerintah pusat yaitu kepada

menteri ketenagakerjaan. Dalam Pasal 182 Ayat (1) UU No. 13 Tahun 2003 menyebutkan

bahwa selain penyidik polisi, juga kepada pegawai pengawas ketenagakerjaan yang diberi

kewenangan khusus sebagai penyidik pegawai negeri sipil sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Pengawasan disertai dengan penegakan hukum di bidang ketenagakerjaan akan menjamin

pelaksanaan hak-hak normatif pekerja, yang mempunyai dampak positif terhadap

perkembangan dunia usaha. Selain itu pengawas perburuan dapat mendidik pengusaha dan

para pekerja untuk selalu taat menjaankan ketentuan perundangg-undangan yang berlaku

agar tercipta suasana kerja yang harmonis.

12
3.2 Saran
Pemerintah lebih serius menangani pelaksanaan pengawasan ketenagakerjaan dengan
meningkatkan pembinaan pengawasan ketenagakerjaan sebagaimana yang telah ditetapkan
dalam peraturan Manteri Tenaga kerja dan transmigrasi Republik Indonesia tentang
pembinaan dan koordinasi pelaksanaan pengawasan ketenagakerjaan untuk menjunjung
pelaksanaan pengawasan.

13

Anda mungkin juga menyukai