Anda di halaman 1dari 14

TUGAS MAKALAH DOSEN PENGAMPU

Teori Hukum Dr. Syaifuddin, SH., MH


Dr. Mirza Buana, SH., MH

HAK DAN KEWAJIBAN GURU HONORER DITINJAU DARI


PERSPEKTIF PERUNDANG-UNDANGAN DAN PERATURAN
PEMERINTAH

Oleh

MASRIADI
NIM: 200211040087

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI


FAKULTAS PASCA SARAJANA
HUKUM EKONOMI SYARIAH
BANJARMASIN
2020
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

DAFTAR ISI ................................................................................................................... i

BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................................. 1

A. Latar Belakang ..................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 1

C. Tujuan Penulisan ................................................................................................. 1

D. Manfaat Penulisan ............................................................................................... 2

BAB 2 PEMBAHASAN .................................................................................................. 3

A. Perundang-undangan dan Peraturan tentang Ketenagakerjaan di Indonesia ...... 3

B. Guru Honorer dan Guru PNS................................................................................ 6

C. Perundang-undangan dan perauran mengenai hak dan kewajiban guru ............. 8

BAB III PENUTUP ......................................................................................................... 11

A. Simpulan .............................................................................................................. 11

B. Saran .................................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 12

i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pendahuluan
Indonesia merupakan negera yang menganut falsafah Pancasila dan
menerapakan Undang-undang Dasar sebagai asas dalam bertindak, baik atas nama
pribadi maupun lembaga. Para legislator pun sudah banyak membuat dan merevisi
peraturan-peraturan / undang-undang agar masyarakat Indonesia bisa menjadi
lebih sejahtera dan maju.
Salah satu perundang-undangan yang dibuat dan diatur oleh negera
Indonesia adalah tentang hak terhahap pekerjaan dan penghasilan yang layak
untuk semua rakyat Indonesia. Namun, pada praktiknya masih banyak terdapat
kesenjangan sosial di masyarakat bahkan di sesama pekerja di sektor
pemerintahan. Kesenjangan itu ialah terhadap hak dan kewajiban antar pekerja,
yang mana kewajibannya sama tetapi haknya berbeda, seperti guru honorer
dengan guru pns.
Pemerintah pun terus mencari jalan terbaik untuk mengatasi permasalahan
tersebut, salah satunya dengan adanya regulasi tentang PPPK (Pegawai
Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) agar kesenjangan antara PNS dengan tenaga
honorer bisa berkurang dan lebih baik, walaupun itu tidak sepenuhnya menjadi
solusi untuk permasalahan tersebut. Oleh karena itu, makalah ini akan
menganalisis Perundang-undangan terhadap hak dan kewajiban guru honorer dan
guru pns.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Perundang-undangan dan peraturan di Indonesia mengatur hak
dan kewajiban tenaga kerja secara umum?
2. Bagaimana Perundang-undangan tentang hak dan kewajiban guru honorer
dan PNS?
C. Tujuan Penulisan
Makalah ini bertujuan untuk memahami serta menganalisis antara hak dan
kewajiban guru honorer dengan pns dalam sudut pandang perundang-
undangan dan peraturan pemerintah.

1
D. Manfaat Penulisan
Pada akhirnya, mahasiswa mampu menganalisis perundang-undangan dan
peraturan terkait hak dan kewajiban guru honorer dan guru pns.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Perundang-undangan dan Peraturan tentang Ketenagakerjaan di


Indonesia
Ketenagakerjaan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan tenaga
kerja pada waktu sebelum, selama dan setelah selesai masa hubungan kerja,
baik pada pekerjaan yang menghasilkan barang maupun pekerjaan berupa
jasa. Dari aspek hokum, ketenagakerjaan merupakan bidang hukum privat
yang memiliki aspek publik, karena meskipun hubungan kerja dibuat
berdasarkan kebebasan para pihak, namun terdapat sejumlah ketentuan yang
wajib tunduk pada ketentuan pemerintah dalam artian hukum publik.
Berdasarkan Undang-Undang No.13 Tahun 2013 tentang ketenagakerjaan
dijelaskan bahwa Ketenagakerjaan adalah segala sesuatu yang berkaitan
dengan tenaga kerja baik pada waktu sebelum, selama dan sesudah masa kerja.
Peraturan tersebut dilandasi dengan tujuan sebagai berikut:
1) Memberdayakan dan mendayagunakan tenaga kerja secara optimal dan
manusiawi
2) Mewujudkan pemerataan kesempatan kerja dan penyediaan tenaga kerja
yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan nasional dan daerah
3) Memberikan pelindungan kepada tenaga kerja dalam mewujudkan
kesejahteraan
4) Meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja dan keluarganya.
Pasal 5 UU 13/2013 menegaskan bahwa setiap tenaga kerja memiliki
kesempatan yang sama untuk memperoleh pekerjaan tanpa adanya
diskriminasi. Lebih lanjut, tenaga kerja dapat diklasifikasikan menjadi tiga
kelompok yaitu:
a. Tenaga Kerja Terdidik
Tenaga kerja yang mempunyai keahlian pada bidang tertentu atau khusus
yang diperoleh dari bidang pendidikan. Sebagai contoh: dosen, dokter, guru,
pengacara, akuntan dan sebagainya.

3
b. Tenaga Kerja Terlatih
Tenaga kerja yang memiliki keahlian pada bidang tertentu atau khusus
yang diperoleh dari pengalaman dan latihan. Sebagai contoh: supir, tukang
jahit, montir dan sebagainya.
c. Tenaga Kerja Tidak Terdidik dan Tidak Terlatih
Tenaga kerja yang mengandalkan tenaga, tidak memerlukan pendidikan
maupun pelatihan terlebih dahulu. Sebagai contoh: kuli, pembantu rumah
tangga, buruh kasar dan sebagainya.
Klasifikasi diatas mendorong pengaturan terkait pelatihan kerja
sebagaimana diatur dalam Bab V UU 13/2013, agar kualifikasi tenaga kerja
Indonesia dapat semakin baik.
Dalam pelaksanaan ketenagakerjaan, pelaku usaha dan tenaga kerja
mengikatkan diri dalam suatu hubungan hukum melalui ikatan atau perjanjian
kerja yang sudah disepakati oleh kedua belah pihak, bersifat tertulis atau lisan
dan dilandasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan
yang berlaku. Hak dan kewajiban antara pengusaha dan tenaga kerja juga
menjadi perhatian demi menciptakan keamanan dan kenyamanan saat
melakukan aktivitas pekerjaan.
Apabila timbul perselisihan antara pengusaha dan tenaga kerja, maka
hukum yang mengatur adalah Undang Undang No.2 Tahun 2004 tentang
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial. Setiap bentuk perselisihan
memiliki cara atau prosedur yang berlaku dan harus diikuti oleh kedua belah
pihak baik itu melalui cara berunding, mediasi, konsiliasi, arbitrase maupun
diselesaikan di Pengadilan Hubungan Industrial.
Akan tetapi, pemerintah Indonesia sudah merevisi dan mengganti
perundang-undangan dan peraturan mengenai tenaga kerja tersebut dengan
Undang-undang Cipta Kerja pada tahun 2020 ini. Walaupun banyak menuai
pro dan kontra, sekarang undang-undang itu telah resmi diberlakukan di
Indonisa.
Berikut ini ringkasan undang-undang cipta kerja tahun 2020 yang
berhubungan dengan hak dan kewajiban pekerja:

4
1. Pasal 88 yang berbunyi:
(1) Setiap Setiap pekerja/buruh berhak atas penghidupan yang layak
bagi kemanusiaan.
(2) Pemerintah Pusat menetapkan kebijakan pengupahan sebagai salah
satu upaya mewujudkan hak pekerja/buruh atas penghidupan yang
layak bagi kemanusiaan.
(3) Kebijakan pengupahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
meliputi:
a. upah minimum;
b. struktur dan skala upah;
c. upah kerja lembur;
d. upah tidak masuk kerja dan/atau tidak melakukan pekerjaan
karena alasan tertentu;
e. bentuk dan cara pembayaran upah;
f. hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan upah; dan
g. upah sebagai dasar perhitungan atau pembayaran hak dan
kewajiban lainnya.
(4) Ketentuan iebih lanjut mengenai kebijakan pengupahan diatur
dalam Peraturan Pemerintah.
2. Pasal 88A, yaitu:
(1) Hak pekerja/buruh atas upah timbul pada saat terjadi hubungan
kerja antara pekerja/buruh dengan pengusaha dan berakhir pada
saat putusnya hubungan kerja.
(2) Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh upah yang sama untuk
pekerjaan yang sama nilainya.
(3) Pengusaha wajib membayar upah kepada pekerja/buruh sesuai
dengan kesepakatan.
(4) Pengaturan pengupahan yang ditetapkan atas kesepakatan antara
pengusaha dan pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh
tidak boleh lebih rendah dari ketentuan pengupahan yang
ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.

5
(5) Dalam hal kesepakatan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) lebih
rendah atau bertentangan dengan peraturan perundang-undangan,
kesepakatan tersebut batal demi hukum dan pengaturan
pengupahan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(6) Pengusaha yang karena kesengajaan atau kelalaiannya
mengakibatkan keterlambatan pembayaran upah, dikenakan denda
sesuai dengan persentase tertentu dari upah pekerja/buruh.
(7) Pekerja/buruh yang melakukan pelanggaran karena kesengajaan
atau kelalaiannya dapat dikenakan denda.
(8) Pemerintah mengatur pengenaan denda pengusaha dan/atau
pekerja/buruh pembayaran upah.
Walaupun dalam undang-undang cipta kerja istilah yang digunakan untuk
pegawai disebut pekerja, akan tetapi jika boleh dijabarkan secara luas maka
pada pasal 88A ayat 2 yang berbunyi "Setiap pekerja/buruh berhak
memperoleh upah yang sama untuk pekerjaan yang sama nilainya". Ini salah
satu poin menarik jika dibandingkan dengan fakta yang terjadi di lapangan,
khususnya untuk guru honorer yang jenis pekerjaannya sama tetapi hak yang
didapatkan sangat berbeda, bahkan tidak ada perlindungan hokum yang jelas
yang mengatur kesejahteraannya, walaupun mungkin untuk pekerja di sektor
pemerintahan memiliki peraturan tersendiri. Akan tetapi, itu tetap terasa ironi
karena pemerintah sendiri yang membuat peraturan menganai hak dan
kewajiban pekerja tapi malah pemerintah sendiri yang tampak terlihat tidak
mematuhi undang-undang tersebut.
B. Guru Honorer dan Guru PNS
Guru merupakan profesi yang sangat mulia dan salah satu profesi yang
secara langsung menjalankan Undang-undang Dasar 1945, yaitu untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa, karena tugas dan kewajiban guru adalah
mendidik dan mengajarkan ilmu yang bermanfaat kepada generasi penerus
bangsa.

6
Menurut kamus besar Indonesia guru adalah orang yang pekerjaannya
mengajar (Poerwardarminta, 2007). Dalam pengertian yang sederhana, guru
adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik. Guru
dalam pandangan masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan di
tempat-tempat tertentu, tidak mesti di lembaga pendidikan formal (Djamarah,
2010). Menurut Ametembun yang dikutip dalam buku hawi (2014), guru
dalah semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab terhadap
pendidikan murid, baik secara individual ataupun klasikal, baik di sekolah
maupun di luar sekolah.
Oleh karena itu, sudah semestinya guru diberikan hak yang layak karena
perannya sangat signifikan terhadap kelangsungan negara Indonesia.
Dari segi kesejahteraan (hak), guru di Indonesia terbagi pada beberapa
jenis, yaitu guru honorer dan guru PNS.
1. Guru Honorer
Guru honorer merupakan guru yang direkrut langsung oleh lembaga
pendidikan (sekolah). Dari segi tugas dan kewajibannya, guru honorer dan
guru pns mempunyai tugas dan tanggungjawab yang sama. Gaji guru
honorer antar daerah dan antar jenjang juga mungkin berbeda-beda, ada
yang gajinya dibayarkan per 3 (tiga) bulan sekali, ada yang per semester
sekali, dan ada juga yang perbulan sekali, besarannya pun berbeda-beda
tergantung kemampuan sekolah (ada yang 500 perbulan untuk 24 JP
perminggu), dsb. Tetapi yang jelas gaji mereka masih jauh di bawah
UMR/ UMK.
2. Guru PNS
Guru PNS merupakan guru yang direkrut oleh pemerintah secara resmi
dan memiliki hak-hak yang berbeda dengan guru honorer, di antaranya
adalah gaji, tunjangan, sertifikasi, dan jaminan kesejahteraan yang jelas
serta gaji pensiunan.

7
C. Perundang-undangan dan peraturan mengenai hak dan kewajiban guru
honorer dan PNS
Gaji disebut juga upah. Gaji adalah kompensasi dalam bentuk uang yang
dibayarkan secara periodik, seperti perbulan atau pertahun karena seseorang
melaksanakan tanggung jawab pekerjaan (Soegoto, 2009). Gaji sering kita
dengar digunakan oleh perusahaan swasta atau negeri kepada karyawan tetap
mereka dan dibayarkan dalam periode waktu tertentu. Upah sering kita dengar
digunakan oleh perusahaan kepada pekerja berdasar produktifitas mereka.
Gaji atau yang dalam bahasa inggris dikenal dengan istilah salary
merupakan sebuah pentuk pembayaran secara periodik dari sebuah perusahaan
kepada karyawan yang mungkin didasarkan pada kontrak kerja (Nilarasi,
2016). Gaji adalah bentuk balas jasa atau penghargaan yang diberikan secara
teratur kepada seseorang pegawai atas jasa dan hasil kerjanya. Gaji sering juga
disebut sebagai upah, dimana keduanya merupakan suatu bentuk kompensasi,
yakni imbalan jasa yang diberikan secara teratur atas prestasi kerja seorang
pegawai.
Pembayaran kepada tenaga kerja dapat dibedakan kepada dua pengertian,
yaitu gaji dan upah. Dalam pengertian sehari-hari gaji diartikan sebagai
pembayaran kepada pekerja-pekerja tetap dan tenaga kerja professional,
seperti pegawai pemerintah, dosen, guru. Pembayaran tersebut biasanya
sebulan sekali. Sedangkan upah dimaksudkan sebagai pembayaran kepada
pekerja-pekerja kasar yang pekerjaannya selalu berpindah-pindah, seperti
pekerja pertanian, tukang kayu, tukang batu, dan buruh kasar (Sukirno, 2002).
Gaji dan upah diartikan sama, sehingga istilah penggajian sudah dianggap
meliputi juga pengupahan.
Dari beberapa definisi diatas, gaji dan upah adalah sama yaitu suatu
imbalan atas balas jasa tersebut dinyatakan dengan uang yang diterima oleh
seseorang setelah melakukan pekerjaan sesuai dengan ketentuan si pemberi
gaji atau upah. Pembayaran gaji atau upah merupakan hal yang sangat penting
bagi seseorang yang telah melakukan pekerjaannya untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya.

8
Adapun Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
menegaskan bahwa guru dan dosen wajib memiliki kualifikasi akademik,
kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, dan memenuhi
kualifikasi lain yang dipersyaratkan satuan pendidikan tinggi tempat bertugas,
serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Undang-Undang ini dianggap bisa menjadi payung hukum untuk guru dan dosen
tanpa adanya perlakuan yang berbeda antara guru negeri dan swasta. Undang-
Undang Guru dan Dosen secara gamblang dan jelas mengatur secara detail aspek-
aspek yang selama ini belum diatur secara rinci. Semisal, kedudukan, fungsi dan
tujuan dari guru, hak dan kewajiban guru, kompetensi dll. Namun sayang, masih
ada sejumlah kelemahan dan kekurangan yang ada pada Undang-Undang Guru
dan Dosen, dan masih menjadi permasalahan serta perdebatan yang tak kunjung
usai. Dimulai dari bunyi pasal yang tidak jelas, sampai pada beberapa peningkatan
mutu dan kesejahteraan pendidikan yang dituangkan dalam Undang-Undang
tersebut. Masih banyak kalangan pesimis yang berpendapat bahwa pemerintah
tidak akan rela merogoh uangnya untuk menukarnya dengan mutu pendidikan,
apalagi mensejahterakan guru yang sudah akrab dengan penderitaan itu. Selain itu
proses pelaksanaannya pun masih belum optimal, sasaran yang dapat dicapai
hanya beberapa hal dari seluruh pernyataan yang tertuang dalam Undang-Undang
tersebut.
Undang-Undang Guru dan Dosen No.14 Tahun 2005 menyebutkan bahwa
Hak Guru dan Dosen antara lain:
1) memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan jaminan
kesejahteraan sosial;
2) mendapatkan promosi dan penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi
kerja;
3) memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas dan hak atas kekayaan
intelektual;
4) memperoleh kesempatan untuk meningkatkan kompetensi;
5) memperoleh dan memanfaatkan sarana dan prasarana pembelajaran untuk
menunjang kelancaran tugas keprofesionalan;

9
6) memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam melaksanakan tugas;
memiliki kebebasan untuk berserikat dalam organisasi profesi;
memperoleh kesempatan untuk mengembangkan dan meningkatkan
kualifikasi akademik dan kompetensi; dan/atau
7) memperoleh pelatihan dan pengembangan profesi dalam bidangnya.
Adapun kewajiban guru adalah:
1) merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang
bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran;
2) meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi
secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni;
3) bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis
kelamin, agama, suku, ras, dan kondisi fisik tertentu, atau latar belakang
keluarga, dan status sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran;
4) menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode etik
guru, serta nilai-nilai agama dan etika;
5) memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.
Dari perundang-undangan tersebut, semestinya guru mendapatkan haknya
secara sama dengan guru pns karena kewajibannya juga sama, atau paling tidak
pemerintah memberikan gaji yang sesuai dengan upah minimum
provinsi/kabupaten.

10
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Guru merupakan pekerjaan yang mulia, bahkan sering disebut pahlawan
tanpa tanda jasa. Akan tetapi, di Indonesia masih banyak para guru yang
diperlakukan dan diberi gaji tidak layak bahkan gajinya hanya dibayarkan per
tiga bulan dan persemester. Kalaulah para guru honorer ini tidak memiliki
jiwa pendidik yang tinggi, sudah pasti mereka tidak akan bertahan dengan
imbalan yang begitu rendah dan kesenjangan yang jauh berbeda dengan guru
yang berstatus pns, padahal kewajibannya sama.
Perundang-undangan juga masih belum mampu menyelesaikan persoalan
ini, bisa saja orang berkata "kenapa mau menjadi honorer"? tapi harusnya
pemerintah yang menjawab "kenapa masih merekrut tenaga honorer kalau
tidak mampu membari hak yang layak"?. Oleh karena itu, tidak bisa saling
menyalahkan, tapi yang diperlukan adalah solusi terbaik.
Semoga dengan berjalannya waktu, pemerintah mampu mewujudkan cita-
cita bangsa, yaitu mensejaterakan kehidupan bangsa.
B. Saran
Para praktisi dan akademisi hukum hendaknya memikirikan bagaimana
solusi untuk mengatasi permasalahan di negara ini, yang penduduknya
semakin besar tetapi lapangan pekerjaan sangat terbatas. Semoga dengan
adanya makalah sederhana ini, dapat membuka pola piker kita menjadi lebih
peka terhadap keadaan sosial di sekitar kita.

11
DAFTAR PUSTAKA

Aqimuddin, E., A., & Kusmagi, M., A. 2010. Solusi Bila Terjerat Kasus Bisnis,
Jakarta: Raih Asa Sukses.

Djamarah, S.,B. 2010. Guru & Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, Jakarta:
Rineka Cipta.

Karim, H. 1997. Fiqih Muamalah, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Mustofa, I. 2014. Fiqih Mu’amalah Kontemporer, Lampung: STAIN Jurai Siwo


Metro Lampung.

Poerwardarminta, W.,J.,S. 2007. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Edisi ketiga,


Jakarta: Balai Pustaka.

Senja Nilarasi, S. 2016. Panduan Praktis Menyusun Sistem Penggajian & Benefit,
Jakarta: Raih Asa Sukses.

Soegoto, E., S. 2009. Enterpreneurship Menjadi Pembisnis Ulung, Jakarta: PT


Elex Media Komputindo.

Suhendi, H. 2010. Fiqih Muamalah, Jakarta: Rajawali Pers.

Sukirno, S. 2002. Pengantar Teori Mikro Ekonomi, Jakarta: Grafindo Persada.

Undang-undang Cipta Kerja RI, 2020


Undang-Undang No.13 Tahun 2013 tentang ketenagakerjaan
Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen

12

Anda mungkin juga menyukai