Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PERJANJIAN KERJA

Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Ketenagakerjaan

Dosen Pengampu Rojikin S.H.I.,M.H.

Disusun Oleh :

1. Al Reza Dewangga Sugiyanto 33020200031


2. Farhana Putri Rosiana 33020200088
3. Moni Kalin 33020200150
4. Ririn Fatimah 33020200182

HUKUM EKONOMI SYARI’AH

FAKULTAS SYARI’AH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SALATIGA

2023

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat,
taufik, hidayah dan inayah-Nya. Sholawat serta salam akan terus tercurahkan kepada junjungan
besar Nabi kita Nabi besar Muhammad SAW, keluarga dan sahabat-sahabatnya, serta para
pengikutnya hingga hari akhir.
Karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, alhamdulillah penyusun dapat
menyelesaikan makalah mata kuliah Hukum Ketenagakerjaan yang membahas Perjanjian
Kerjasama. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan diterima bagi pembaca demi
menambah pengetahuan dan wawasan dari pembaca.
Kami selaku penyusun menyadari kekurangan dari makalah ini. Maka dari itu, saran
dan kritik yang membangun kami nantikan untuk kesempurnaan makalah yang penyusun buat.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Salatiga, 10 Oktober 2023

Penyusun

i
DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR.................................................................................................................... i

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1

A. Latar Belakang ..................................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................................................ 2

C. Tujuan Perumusan Masalah ................................................................................................. 2

BAB II PERJANJIAN KERJASAMA ........................................................................................ 3

A. Pengertian Perjanjian Kerjasama ......................................................................................... 3

B. Ketentuan Hukum Perjanjian Kerja ..................................................................................... 4

C. Unsur-Unsur Dalam Perjanjian Kerja .................................................................................. 5

D. Kewajiban Pihak-Pihak dalam Perjanjian Kerja .................................................................. 8

BAB IV PENUTUP ..................................................................................................................... 10

A. Kesimpulan ........................................................................................................................ 10

B. Saran .................................................................................................................................. 10

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 11

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hubungan kerja adalah koneksi antara pekerja atau buruh dengan pengusaha atau
pemberi kerja yang terjadi setelah terbentuknya perjanjian kerja atau berdasarkan
perjanjian kerja yang melibatkan unsur pekerjaan, upah, dan perintah. Oleh karena itu,
hubungan kerja merupakan ikatan hukum antara pekerja dan pemberi kerja, yang
terbentuk melalui perjanjian kerja.1
Hubungan kerja ini terjadi setelah terbentuknya perjanjian kerja antara pengusaha
dan pekerja atau buruh. Pekerja atau buruh didefinisikan sebagai individu yang bekerja
dengan menerima upah atau imbalan lainnya. Perjanjian kerja adalah perjanjian antara
pekerja atau buruh dengan pengusaha atau pemberi pekerja yang mencakup syarat-syarat
kerja, hak, dan kewajiban kedua belah pihak. Jika perjanjian kerja dibuat secara tertulis,
harus sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.2
Sebagai langkah awal sebelum terjalinnya hubungan kerja, perjanjian kerja harus
diwujudkan dengan sebaik-baiknya, mencerminkan keadilan bagi pengusaha dan buruh.
Kedua belah pihak akan terlibat dalam suatu hubungan kerja, dan di dunia Barat,
masyarakatnya dapat dianggap sebagai pertarungan kepentingan perseorangan yang
bertentangan. Sebaliknya, masyarakat Indonesia lebih mencerminkan kerjasama, di mana
anggota bekerja menuju cita-cita bersama, yaitu masyarakat adil dan makmur.3
Dalam konteks masyarakat Indonesia, ekonomi disusun sebagai usaha bersama
berdasarkan asas kekeluargaan. Pembangunan nasional saat ini menempatkan tenaga
kerja sebagai faktor dominan. Landasan konstitusionalnya terdapat dalam UUD 1945
Pasal 27 ayat (2), yang menyatakan hak setiap warga negara atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak.4

1
Muhammad Abdulkadir, Hukum Perjanjian. (Bandung : Alumni, 1980). Hal 13
2
Ibid.
3
Djumadi, S.H., M. Hum,Perjanjian Kerja.Banjarmasin: (. Rajagrafindo Persada, 2024 ). Hal 27
4
Lalu Hisni, S.H., Hum, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia. (Mataram: PT. Rajagrafindo
Persada. 2000). Hal 23

1
Dalam perjanjian kerja, hak dan kewajiban antara pengusaha/majikan dan pekerja
diatur secara timbal balik. Kedua belah pihak terikat pada apa yang disepakati dalam
perjanjian kerja dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sebuah perjanjian
kerja, baik sederhana maupun formal, seharusnya menetapkan posisi masing-masing
pihak, menjelaskan hak dan kewajiban pengusaha/majikan terhadap pekerja secara
seimbang.5
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Perjanjian Kerja?
2. Apa Ketentuan Hukum Perjanjian Kerja ?
3. Apa saja yang menjadi Unsur-Unsur dalam suatu Perjanjian Kerja?
4. Bagaimana Kewajiban Pihak-Pihak dalam suatu Perjanjian Kerja?

C. Tujuan Perumusan Masalah


1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Perjanjian Kerja?
2. Untuk mengetahui apa Ketentuan Hukum Perjanjian Kerja ?
3. Untuk mengetahui apa saja yang menjadi Unsur-Unsur dalam suatu Perjanjian Kerja?
4. Untuk mengetahui bagaimana Kewajiban Pihak-Pihak dalam suatu Perjanjian Kerja?

5
Ibid.

2
BAB II

PERJANJIAN KERJASAMA
A. Pengertian Perjanjian Kerjasama
Hubungan kerja adalah koneksi antara pekerja atau buruh dengan pengusaha atau
pemberi kerja yang terjadi setelah terbentuknya perjanjian kerja atau berdasarkan
perjanjian kerja yang melibatkan unsur pekerjaan, upah, dan perintah. Oleh karena itu,
hubungan kerja merupakan ikatan hukum antara pekerja dan pemberi kerja, yang
terbentuk melalui perjanjian kerja.
Hubungan kerja ini terjadi setelah terbentuknya perjanjian kerja antara pengusaha
dan pekerja atau buruh. Pekerja atau buruh didefinisikan sebagai individu yang bekerja
dengan menerima upah atau imbalan lainnya. Perjanjian kerja adalah perjanjian antara
pekerja atau buruh dengan pengusaha atau pemberi pekerja yang mencakup syarat-syarat
kerja, hak, dan kewajiban kedua belah pihak. Jika perjanjian kerja dibuat secara tertulis,
harus sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Sebagai langkah awal sebelum terjalinnya hubungan kerja, perjanjian kerja harus
diwujudkan dengan sebaik-baiknya, mencerminkan keadilan bagi pengusaha dan buruh.
Kedua belah pihak akan terlibat dalam suatu hubungan kerja, dan di dunia Barat,
masyarakatnya dapat dianggap sebagai pertarungan kepentingan perseorangan yang
bertentangan. Sebaliknya, masyarakat Indonesia lebih mencerminkan kerjasama, di mana
anggota bekerja menuju cita-cita bersama, yaitu masyarakat adil dan makmur.
Dalam konteks masyarakat Indonesia, ekonomi disusun sebagai usaha bersama
berdasarkan asas kekeluargaan. Pembangunan nasional saat ini menempatkan tenaga
kerja sebagai faktor dominan. Landasan konstitusionalnya terdapat dalam UUD 1945
Pasal 27 ayat (2), yang menyatakan hak setiap warga negara atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak.
Meskipun begitu, di Indonesia, masalah dan kendala dalam ketenagakerjaan hadir
dalam bentuk kesenjangan antara jumlah pencari kerja yang terus meningkat dan peluang
kerja yang terbatas, serta kurangnya tenaga kerja terampil dan berpengalaman. Kepastian
hukum dan perlindungan hukum bagi tenaga kerja diwujudkan melalui perjanjian kerja,
dengan harapan pengusaha tidak lagi bertindak sewenang-wenang atau memutuskan

3
hubungan kerja tanpa memperhatikan kebutuhan pekerja dan ketentuan hukum yang
berlaku.6
Dalam perjanjian kerja, hak dan kewajiban antara pengusaha/majikan dan pekerja
diatur secara timbal balik. Kedua belah pihak terikat pada apa yang disepakati dalam
perjanjian kerja dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sebuah perjanjian
kerja, baik sederhana maupun formal, seharusnya menetapkan posisi masing-masing
pihak, menjelaskan hak dan kewajiban pengusaha/majikan terhadap pekerja secara
seimbang.

B. Ketentuan Hukum Perjanjian Kerja


Suatu perjanjian yang telah memenuhi persyaratan tertentu dapat dianggap sah,
dan sebagai konsekuensinya, perjanjian tersebut akan memiliki kekuatan hukum sebagai
undang-undang bagi para pihak yang membuatnya. Untuk diakui secara hukum (legally
concluded contract), suatu perjanjian harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan
oleh undang-undang, sebagaimana diatur dalam Pasal 1320 KUHPerdata. Ketentuan ini
juga tercermin dalam Pasal 52 ayat 1 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang
ketenagakerjaan, yang menetapkan bahwa perjanjian kerja dibuat dengan memperhatikan
beberapa unsur, yaitu:7
1. Kesepakatan antara kedua belah pihak;
2. Kemampuan atau kecakapan untuk melakukan perbuatan hukum;
3. Adanya pekerja yang diperjanjikan;
4. Pekerja yang diperjanjikan tidak boleh bertentangan dengan ketertiban umum,
kesusilaan, dan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Kesepakatan antara kedua belah pihak yang terlibat dalam perjanjian harus
bersifat sukarela, tanpa adanya paksaan atau tekanan dari pihak lain. Selain itu, tidak
boleh terdapat unsur kekeliruan atau penipuan oleh salah satu pihak. Oleh karena itu,
unsur kesepakatan merupakan unsur utama dalam perjanjian.
Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian berarti bahwa mereka yang terlibat
dianggap memiliki kapasitas hukum, baik sebagai individu maupun badan hukum.
Sementara itu, suatu perjanjian harus memiliki dasar yang halal, yang berarti tidak

6
Subekti R, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.(Jakarta: PT Pradnya Paramita, 2004).Hal 18
7
Subekti R, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.(Jakarta: PT Pradnya Paramita, 2004). Hal. 38

4
dilarang oleh undang-undang dan tidak bertentangan dengan norma kesusilaan dan
ketertiban umum.
Dalam suatu perjanjian, terdapat beberapa azas, antara lain:
a. Azas kebebasan berkontrak atau sistem terbuka (freedom of contract).
Azas utama dalam perjanjian adalah kebebasan, yang berarti setiap orang memiliki
kebebasan untuk melakukan perjanjian dengan siapa pun. Dalam konteks perjanjian
kerja, azas kebebasan berkontrak menjadi azas utama.
b. Azas konsensual atau azas kekuatan kesepakatan.
Artinya, suatu perjanjian terbentuk sejak tercapainya kata sepakat antara pihak yang
terlibat. Yang paling utama adalah terpenuhinya kesepakatan dari mereka yang
membuat perjanjian.
c. Azas kelengkapan atau sistem optimal.
Azas ini menyiratkan bahwa jika para pihak yang membuat perjanjian memiliki
keinginan yang berbeda, mereka dapat mengecualikan pasal-pasal yang ada dalam
undang-undang. Namun, jika secara tegas ditentukan dalam perjanjian, ketentuan
undang-undang yang berlaku akan tetap berlaku.

C. Unsur-Unsur Dalam Perjanjian Kerja


Dengan merinci pengertian perjanjian kerja sebelumnya, dapat diidentifikasi
unsur-unsur dari perjanjian kerja sebagai berikut:
a. Adanya unsur work atau pekerjaan.
Dalam suatu perjanjian kerja, keberadaan pekerjaan yang diperjanjikan (objek
perjanjian) menjadi suatu keharusan. Pekerja tersebut harus secara pribadi
melaksanakan pekerjaan tersebut, dan hanya dengan izin majikan, ia dapat
menugaskan orang lain. Prinsip ini dijelaskan dalam KUHPerdata Pasal 1603 a, yang
menyatakan, "Buruh wajib melakukan sendiri pekerjaannya: hanya dengan seizin
majikan ia dapat menyuruh orang ketiga menggantikannya." Karakteristik pekerjaan
ini sangat personal karena terkait dengan keterampilan atau keahlian pekerja. Oleh
karena itu, jika pekerja meninggal dunia, perjanjian kerja tersebut secara hukum
dianggap berakhir.
b. Adanya unsur perintah (Commend)

5
Manifestasi dari pekerjaan yang diberikan kepada pekerja oleh pengusaha adalah
kewajiban pekerja untuk tunduk pada perintah pengusaha dalam melaksanakan
pekerjaan sesuai dengan yang diperjanjikan. Inilah yang membedakan hubungan kerja
dari hubungan lainnya, seperti hubungan antara dokter dan pasien, atau pengacara dan
klien. Hubungan-hubungan tersebut bukanlah hubungan kerja, karena dokter dan
pengacara tidak tunduk pada perintah pasien dan klien.
c. Unsur waktu (Time)
Dalam menjalankan hubungan kerja, kegiatan pekerjaan harus dilaksanakan sesuai
dengan waktu yang telah ditetapkan dalam perjanjian kerja atau perundang-undangan.
d. Unsur upah (pay)
Upah memiliki peran krusial dalam hubungan kerja (perjanjian kerja). Bahkan, dapat
dikatakan bahwa tujuan utama seorang pekerja bekerja pada pengusaha adalah untuk
memperoleh upah. Oleh karena itu, keberadaan unsur upah menjadi suatu syarat
penting dalam suatu hubungan kerja. Upah merupakan imbalan atas prestasi yang
harus dibayar oleh majikan kepada pekerja yang melaksanakan pekerjaan.
Pembayaran upah lazimnya diberikan dalam bentuk uang, meskipun tidak menutup
kemungkinan adanya pembayaran upah dalam bentuk barang.8

Perjanjian kerja dapat dibuat dalam bentuk lisan dan/atau tertulis (Pasal 5
Ayat 1 Undang-Undang No 13 Tahun 2003). Secara normatif bentuk tertulis
menjamin kepastian hak dan kewajiban para pihak, sehingga jika terjadi perselisihan
akan sangat membantu dalam proses pembuktian
Dalam pasal 14 undang-undang No. 25 tahun 197 tentang ketenagakerjaan
menyebutkan bahwa perjanjian kerja yang dibuat tertulis sekurang-kurangnya
memuat:
a) Nama, alamat perusahaan, dan jenis usaha;
b) Nama, jenis kelamin, umur, dan alamt pekerja/buruh;
c) Jabatan atau jenis pekerjaan;
d) Tempat Pekerjaan;
e) Besarnya Upah dan Cara Pembayarannya;

8
Subekti R., Aneka perjanjian. (Bandung : PT Citra Aditya Bakti.1995).Hal 52

6
f) Syarat-syarat kerja yang memuat hak dan kewajiban pengusaha dan
pekerja/buruh
g) Mulai dan jangka waktu berlakunya melakukan perjanjian kerja;
h) Tempat, tanggal perjanjian kerja dibuat.
i) Tanda tangan para pihak dalam perjanjian kerja
Perjanjian kerja yang dibuat untuk waktu tertentu harus dibuat secara
tertulis. Ketentuan ini dimaksudkan untuk lebih menjamin atau menjaga hal-hal
yang tidak diinginkan sehubungan dengan berakhirnya kontrak kerja. Perjanjian
kerja untuk waktu tertentu tidak boleh mensyaratkan adanya masa percobaan.
Masa percobaan adalah masa atau waktu untuk menilai kinerja dan
kesungguhan, keahlian seorang pekerja. Lama percobaan adalah 3 (tiga) bulan,
dalam masa percobaan pengusaha dapat mengakhiri hubungan kerja secara
sepihak (tanpa izin dari pejabat yang berwenang). Ketentuan yang tidak
membolehkan adanya masa percobaan dalam perjanjian kerja untuk waktu
tertentu karena perjanjian kerja berlangsung relatif singkat. Dalam masa
percobaan ini pengusaha dilarang membayar upah dibawah upah minimum yang
berlaku.
Dalam pasal 59 ayat 1 Undang-Undang No 13 Tahun 2003 menyebutkan
bahwa Perjanjian Kerja untuk waktu tertentu hanya dibuat untuk pekerjaan
tertentu yang menurut jenis dan sifat atau kegiatan pekerjaannya akan selesai
dalam waktu tertenu, yaitu :
a. Pekerjaan yang sekali selesai atau yang sementara sifatnya;
b. Pekerjaan yang dipekerjakan penyelesaiannya dalam waktu yang
tidak terlalu lama dan paling lama 3 (tiga) tahun.
c. Pekerjaan yang bersifat musiman.
d. Pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru, kegiatan baru,
atau produk tambahan yang masih dalam percobaan atau penjajakan.
Berdasarkan ketentuan tersebut, maka jelas bahwa perjanjian kerja untuk
waktu tertentu atau kontrak bahwa perjanjian kerja untuk waktu tertentu
atau kontrak hanya dapat dilakukan untuk jenis dan sifat pekerjaan

7
seperti disebutkan diatas dan tidak dapat diadakan untuk pekerjaan yang
bersifat tetap.
D. Kewajiban Pihak-Pihak dalam Perjanjian Kerja
Hak dan kewajiban antara pihak yang satu dengan pihak yang lain merupakan
suatu kontrast; jika di satu pihak terdapat hak, di pihak lainnya terdapat sebuah
kewajiban.
a. Kewajiban-kewajiban pihak pekerja/Buruh9
Dalam KUHPerdata, ketentuan mengenai kewajiban buruh/pekerja diatur dalam
pasal 1603, 1203 a, 1603 b, dan 1603 c KUHPerdata. Pokok dari kewajiban-
kewajiban pihak pekerja meliputi:
1) Pekerja wajib melaksanakan pekerjaannya sendiri, dengan memperhatikan bahwa
pekerjaan tersebut bersifat sangat pribadi dan berkaitan dengan keterampilan atau
keahlian. Dengan izin majikan, pekerja dapat diwakilkan.
2) Pekerja wajib mematuhi peraturan dan petunjuk majikan/pengusaha, termasuk
aturan perusahaan, untuk memperjelas tugas dan tanggung jawab.
3) Kewajiban membayar ganti rugi dan denda jika pekerja melakukan perbuatan
yang merugikan perusahaan, sesuai dengan prinsip hukum yang menyatakan
bahwa perbuatan melanggar hukum dapat menimbulkan ganti rugi (Azas demnum
in iura datum).10
b. Kewajiban-kewajiban majikan/pengusaha
Berikut adalah kewajiban-kewajiban majikan/pengusaha dalam hukum
ketenagakerjaan:
1) Kewajiban membayar upah, yang merupakan kewajiban utama sebagai hasil
langsung dari pelaksanaan perjanjian oleh pekerja. Pembayaran upah harus
dilakukan tepat waktu, dan aturan khusus berlaku jika pekerja berhalangan untuk
bekerja karena alasan tertentu seperti sakit atau cuti.
2) Kewajiban memberikan istirahat/cuti, termasuk memberikan waktu istirahat
selama 4 jam terus menerus dalam jam kerja dan memberikan cuti tahunan secara

9
Subekti R, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.(Jakarta: PT Pradnya Paramita, 2004). Hal 34
10
ibid

8
teratur. Cuti tahunan bertujuan untuk menghilangkan kejenuhan pekerja dan
menjaga semangat kerja.
3) Kewajiban mengurus perawatan dan pengobatan bagi pekerja, terutama bagi
pekerja yang tinggal di rumah majikan. Perlindungan tambahan diberikan melalui
Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) untuk kasus sakit, kecelakaan, atau
kematian.
4) Kewajiban memberikan surat keterangan, yang harus diberi tanggal dan
ditandatangani. Surat keterangan ini penting untuk membantu pekerja mencari
pekerjaan baru dan memberikan informasi mengenai lamanya hubungan kerja.
5) Kewajiban memperlakukan pekerja pria dan pekerja wanita dengan adil dan
sama, sebagai bentuk kesetaraan gender dalam hubungan kerja.11

11
Subekti R., Aneka perjanjian. (Bandung : PT Citra Aditya Bakti.1995).Hal 67

9
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
1. perjanjian kerja pihak-pihak itu adalah pekerja dan pemberi kerja (pengusaha /
majikan). Dalam undang-undang No. 25 tahun 1997 tentang ketenagakerjaan
menyebutkan pekerja adalah “tenaga kerja yang bekerja diluar maupun didalam
hubungan orang atau badan hukum yang mempekerjakan buruh”. Dalam perjanjian
kerja hanya satu pihak yang memberikan perintah sedangkan pihak lain menjalankan
perintah tersebut dengan mendapatkan upah. Kedudukan yang tidak sama ini disebut
sebagai subordinasi.
2. Dalam hukum perjajian kerja juga tidak boleh ada paksaan ada dua belah pihak baik
pengusaha maupun pekerja yang dipekerjaan disuatu perusahaan karena sudah ada
aturan yang berlaku juga.
3. Dalam Unsur-Unsur Perjanjian Kerja harus jelas apa aja yang termasuk dalam
unsurnya yaitu :
a) Adanya unsur work atau pekerjaan.
b) Adanya unsur perintah
c) Unsur waktu (Time)
d) Unsur upah (pay)
e) Dan sudah diatur juga pasal 14 undang-undang No. 25 tahun 197 tentang
ketenagakerjaan
4. Dalam suatu perjanjian kerja juga harus ada Kewajiban Pihak-Pihak yang
mempunyai kewajibannya masing-masing yaitu :
a) Kewajiban-kewajiban pihak pekerja
b) Kewajiban-kewajiban majikan / pengusa
B. Saran
Kami menyadari bahwa manusia adalah makhluk yang tidak pernah luput dari kesalahan,
sehingga secara pribadi kami sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah ini agar nantinya dapat bermanfaat bagi
seluruh pembaca khususnya bagi kami sendiri.

10
DAFTAR PUSTAKA

Abdulkadir, Muhammad. 1980. Hukum Perjanjian. Bandung : Alumni.


Djumadi, S.H., M. Hum. 2004. Perjanjian Kerja.Banjarmasin: PT. Rajagrafindo Persada,
Husni Lalu, S.H., Hum. 2000.Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia. Mataram:
PT. Rajagrafindo Persada
Subekti R.1995. Aneka perjanjian. Bandung : PT Citra Aditya Bakti.
Subekti R. 2004. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Jakarta: PT Pradnya Paramita

11

Anda mungkin juga menyukai